ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA)"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA) SUHERI PURNOMO Jl. Srengseng Raya No.45 RT 008/06 Kembangan Jakarta Barat Telp , ABSTRAKSI Dalam bidang penyewaan kendaraan bermotor memiliki tingkat risiko kegagalan suatu pembayaran yang sangat besar, maka diperlukan suatu metode yang baik untuk dapat menganalisa risiko kredit dengan mudah dan akurat.metode CreditRisk+ adalah metode pengukuran yang mudah dan akurat. Metode ini menggunakan data historis yang ada untuk menganalisa risiko kredit berdasarkan data historis eksposure at default. Berdasarkan data historis eksposure of default maka akan dapat diperoleh expected loss dan unexpected loss yang sangat diperlukan dalam proses pengambilan keputusan. Kata Kunci : Eksposure at Default, Default Rate, Unexpected Loss, Expected Loss, Economic Capital PENDAHULUAN Kegiatan penyewaan kendaraan bermotor mulai berkembang pada awal tahun 1990an, ini dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan yang menyewa kendaraan bermotor guna memenuhi operasional perusahaan. Menyewa kendaraan bermotor lebih efisien dibandingkan perusahaan harus membeli unit baru. 1

2 2 Tingginya tingkat pertumbuhan usaha jasa penyewaan kendaraan bermotor menunjukan tingginya minat konsumen untuk menyewa kendaraan guna memenuhi kebutuhan transportasi konsumen (seperti mobil, sepeda motor, alat elektronik dan lainlain) dengan cara pembayaran sewa kendaraan mengangsur atau mencicil secara berkala oleh perusahaan-perusahaan yang membutuhkan jasa rental kendaraan dalam kegiatan bisnisnya. Dalam hal ini perusahaan / konsumen menggunakan jasa rental kendaraan karena banyaknya kebutuhan unit kendaraan dan bermacam-macamnya spesifikasi yang dapat menunjang kegiatan mereka tapi tidak bisa mereka penuhi sendiri. Hal ini yang menjadi pendorong tingginya pertumbuhan usaha jasa penyewaan kendaran bermotor. PT. Surya Darma Perkasa adalah perusahaan penyewaan kendaraan bermotor yang seluruh konsumennya merupakan perusahaan-perusahaan yang menyewa kendaraan dengan jangka waktu sewa antara 2-3 tahun sesuai dengan kontrak yang disepakati anatara ke2 belah pihak. Tingkat pertumbuhan portofolionya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini tentu menyebabkan risiko keterlambatan pembayaran sewa kendaraan dan risiko pembayaran piutang tak tertagih juga semakin besar. Oleh karena itu diperlukan metode yang dapat mengidentifikasi dan mengukur risiko pembayaran secara cepat dan akurat sehingga dapat meminimalisasi potensi kerugian akibat risiko macetnya pembayaran sewa kendaraan bermotor tersebut. Sehubungan dengan pengukuran risiko, penelitian ini akan menggunakan metode CreditRisk+ dari Credit Suisse Financial Product (CSFP). Adapun alasan pemilihan metode ini antara lain didasarkan pada literatur yang menyatakan bahwa metode CreditRisk+ sesuai untuk mengukur risiko pembayaran sewa kendaraan bermotor secara kredit serta cukup efektif dan praktis dalam penerapannya karena hanya memerlukan data intern berupa jumlah unit kendaraan, jumlah eksposure, kolektibilitas dan recovery rate. LANDASAN TEORI Manajemen Risiko suatu tindakan sistematis dalam mengidetifikasi dan menganalisa/ mengevaluasi. Untuk mengurangi kerugian yang timbul oleh suatu program/ produk dengan cara menghindari risiko, mengontrol risiko atau mentransfer risiko.

3 3 Identifikasi risiko Analisa/evaluasi risiko Pengawasan risiko Antisipasi risiko Gambar 2.1. Proses Management Risiko Sumber : Asiyanto, MBA, IPM. (2009) Perjanjian kredit adalah persetujuan pinjam meminjam secara tertulis antar kreditur dengan pihak lain (sebagai debitur atau nasabah) dimana pihak kreditur menyatakan kesanggupannya menyediakan sejumlah uang atau tagihan yang dapat ditarik oleh debitur / nasabah dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh pihak debitur / nasabah. Menurut Garder, Mills, dan Cooperman (2000), proses kredit yang komprehensif harus memiliki komponen-komponen sebagai berikut : 1. Bank written loan policy 2. Compliance policies 3. Credit execution policies 4. Loan request procedures. 5. Lender compensation policies Tahapan proses CreditRisk+ adalah seperti berikut ini: Input Posisi outstanding Tingkat kesalahan Tingkat kesalahan standar deviasi Tingkat penggantian kembali Tahap 1 G Tahap 2 Berapa frekuensi kemungkinan kegagalan Berapa tingkat kegagalan Tingkat kegagalan distribusi Gambar 2.2. CreditRisk+ Diagram langkah-langkah kerja (Measurement Framework) Data inputan berasal dari historis yaitu data Eksposure debitur dan data Eksposure at default dari debitur dan frequency of default event terjadi akibat default kredit dari serangkaian peristiwa. Data input terdiri dari (CSFB, 1997)

4 4 1. Posisi piutang yang belum dibayarkan (Eksposure) 2. Tingkat Kegagalan (Default Rates) 3. Tingkat Kesalahan Standar Deviasi (Default Rates Volatilities) 4. Tingkat penggantian kembali (Recovery Rates) Dalam melakukan pengukuran risiko kredit yang berupa portofolio digunakan CreditRisk Portofolio+, yang merupakan pengembangan dari CreditRisk+. Pada CreditRisk Portofolio+, harus dilakukan pembagian portofolio ke dalam beberapa kelompok atau band. Tahapan dalam pengukuran pada suatu portofolio adalah sebagai berikut : a. Probability Generating Function for Each Band Setiap band adalah merupakan bagian dari suatu portofolio, sehingga probability of default menjadi Gj (z) = Prob(n defaults)z nlj Jumlah default yang terjadi dengan berdasarkan Poisson Model adalah Gj (z) = z nlj e -m λ n / n! b. Probability Generating Function for the Entire Portofolio Berdasarkan pertimbangan bahwa setiap band adalah merupakan portofolio Eksposure, bersifat independent dengan band yang lain. c. Loss Distribution for the Entire Portfolio Dari probability generating function tersebut diatas, maka dapat diperoleh distribusi kerugian dari turunan pertama probability of defaults, yaitu Prob (loss of nl) = (1 / n!) (d n G(z) / dz n ) Untuk n = 1,2,... Kemudian dari data input tersebut dilakukan proses CreditRisk+, yaitu : Tingkat kegagalan (Frequency of Default Events) Frequency of default events terjadi akibat adanya default kredit dari serangkaian peristiwa yang mana tidak dapat diprediksi kepastiannya bilamana terjadi suatu default ataupun kepastian jumlah default. CreditRisk+ tidak mengasumsikan penyebab terjadinya default. Untuk kondisi dimana terdapat sejumlah besar Eksposure default loss (berasal dari sejumlah debitur yang banyak) dengan probability of default relatif kecil, maka model yang

5 5 tepat untuk menentukan adalah menggunakan distribusi poisson. Duffe (2003) menyatakan bahwa Poisson model didasarkan pada : 1. Kemungkinan tingkat bertahan dalam 1 tahun yaitu p(t)=e -λ t, berarti untuk waktu kegagalan distribusi (Probability of survival for t years is p(t)=e -λ t, meaning that the time to default is exponentially distributed). 2. Waktu kegagalan adalah 1/λ (The expected time to default is 1/λ). 3. Tingkat kegagalan yang paling tinggi dalam 1 periode dilambangkan, periode awal dilambangkan dengan λ, untuk lebih keceilnya adalah (The probability of default over a time periode of length, given survival to the beginning of this period, is approximately λ, for small ) Dengan rumusan sebagai berikut : Prob.(n defaults) = e -m λ n / n! Dimana : e = bilangan eksponensial = λ = mean = angka rata rata default = P A n = jumlah debitur Pada umumnya actual default rate berfluktuasi disekitar nilai rata ratanya, variasi dari actual default rates terhadap rata ratanya digambarkan dengan volatility (standar deviasi) dari default rates. Standar deviasi dari default rates jika dibandingkan dengan actual default rates mencerminkan fluktuasi default selama siklus ekonomi. Dengan mengasumsikan default rates volatility konstan, maka default rate sama dengan nilai rata ratanya. Severity of the losses atau loss given default adalah besarnya tingkat kerugian yang diakibatkan dari peristiwa default yang dihitung dengan cara Eksposure at default dikurangi dengan nilai recovery. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut : LGD = Eksposure at default ( 1 recovery rate ) selanjutnya dari probabilitas terjadi credit events, dibedakan kedalam dua jenis kerugian yaitu, expected loss dan unexpected loss. Expected loss adalah kerugian yang dapat diperkirakan terjadinya. Adapun perkiraan terjadinya didasarkan pada data histori munculnya credit events tersebut. Untuk mengatasi kejadian expected loss, maka dilakukan pencadangan modal yang

6 6 diperoleh dari pengenaan provisi dan administrasi kepada debitur. Besarnya expected loss diperkirakan dengan nilai mean dari distribusi probabilitas. Unexpected loss diukur dengan mengambil nilai kerugian maksimum pada tingkat keyakinan yang dipilih yakni 99% dengan mempertimbangkan, semakin tinggi confidence level yang dipilih maka semakin kecil tingkat kesalahan (error) yang dapat ditolerir. Tingkatan keyakinan sebesar 99% berarti bahwa hanya 1% kemungkinan bahwa kerugian akan melebihi nilai expected loss dan nilai unexpected loss ini dianggap sebagai ukuran VAR (Saundres, 2002). Pertimbangan lainnya adalah tingkat keyakinan sebesar 99% adalah yang tingkat keyakinan tertinggi dalam memprediksi expected loss yang dapat di cover oleh economic capital dan atau provisi. Untuk keyakinan diatas 99% perlu diquantifisir menggunakan scenario analysis dan dikontrol oleh concentration limits. METODOLOGI PENELITIAN Adapun dalam melakukan pengukuran risiko pembiayaan untuk kendaraan bermotor di PT. Surya Darma Perkasa ditetapkan beberapa batasan sebagai berikut : 1. Data yang digunakan adalah data bulanan perkreditan selama 1 tahun. 2. Eksposure berkisar antara Rp hingga Rp Fasilitas kredit digolongkan sebagai performing loan (PL) atau non default apabila tunggakan kewajibannya kepada perusahaan kurang dari atau sama dengan 180 hari.. Eksposure kredit adalah besarnya tagihan PT. Surya Darma Perkasa kepada penyewa.. Tahap yang dilakukan dalam melakukan proses pengukuran risiko kredit dengan metode CreditRisk+ secara garis besar dapat dijelaskan dalam alur pada Gambar 3.1. Tahap tahap metode CreditRisk+

7 7 Gambar 3.1. Tahap tahap metode CreditRisk+ Sumber : Rachmat, Budi (2004)

8 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan risiko kredit yang dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu : 1. Menghitung besarnya frekuensi terjadinya default (frequency of default) dan menghitung besarnya tingkatan kerugian (severity of the losses) 2. Menghitung distribusi kerugian akibat default (distribusi of default losses) Semakin besar recovery rate maka akan semakin kecil real lossnya, dan sebaliknya semakin kecil recovery ratenya maka akan besar real lossnya. Dalam usaha untuk memperbesar recovery rate diperlukan usaha intensif dari perusahaan pembiayaan dalam rangka menagih kembali kredit yang telah macet, peran staf collection sangat berpengaruh dalam memperbaiki recovery rate. Sebaiknya perusahaan pembiayaan membuat policy mengenai target recovery minimal yang harus dicapai. Number of default merupakan jumlah peristiwa dibagi kejadian terjadinya suatu gagal bayar dari debitur pada suatu periode. Nilai rata-rata (mean) dari frekuensi kejadian default didapatkan dari pengukuran eksposure at default dibagi dengan unit eksposure setiap kelompok band. Probability of default dan cumulative probability of default yang digunakan sebagai contoh perhitungan adalah band dengan unit of eksposure Rp 100 juta pada desember 2008 (lihat lampiran 4 Perbandingan λ dan n di bulan Desember 2008). Dari Lampiran 4 Perbandingan λ dan n di bulan Desember 2008 untuk kelompok 1 dengan unit of eksposure Rp 20 juta, λ = number of default = sehingga nilai n pada saat probabilitas tertinggi = dan cumulative probabilty of default 99 % tercapai pada n = 8, sedangkan pada kelompok 2 dengan unit of eksposure Rp 500 juta, λ = number of default = , maka probability tertinggi tercapai pada n= dan cumulative probability of default 99% tercapai pada n = 3 (perhitungan dapat dilihat di lampiran).

9 5 14, , , , , , , , , , , Perbandingan tingkat kegagalan (number of default) dan kemungkinan tingkat kegagalan (cumulative probability of default) Desember Number of default Cumulative probability of default (n) Gambar 4.1. Perbandingan λ dan n di bulan Desember 2008 Tahap selanjutnya adalah menghitung besarnya expected loss, yaitu didapat dengan mengalikan nilai n yang memiliki probability of default tertinggi dengan nilai common eksposure dari masing masing band. Sedangkan nilai unexpected loss didapat dengan mengalikan nilai n yang memiliki cumulative probability of default yang mendekati 99% dengan nilai common eksposure dari masing masing band. Sebagai contoh, dengan menggunakan data pada Gambar 4.1. Perbandingan λ dan n di bulan Desember 2008, pada periode Desember 2008 untuk band Rp. 20 juta untuk kelompok satu, maka besar expected loss dan unexpected loss adalah seperti yang disajikan tabel 4.1. Expected Loss dan Tabel 4.2. Unexpected Loss Tabel 4.1. Kerugian yang dapat diperkirakan PT. Surya Darma Perkasa bulan Desember 2008 (Expected Loss) Nilai yang mewakili Kerugian yang dapat Tingkat Kegagalan band (Common diperkirakan (Expected (λ) Eksposure) Loss) Rp 20,000,

10 10 Tabel 4.2. Kerugian yang tidak dapat diperkirakan PT. Surya Darma Perkasa bulan Desember 2008 (Unexpected Loss) Kemungkinan Nilai yang mewakili Kerugian yang tidak dapat tingkat kegagalan band (Common diperkirakan (Unexpected (N) Eksposure) Loss) 8 Rp 20,000, Hasil perkirakan potensi kerugian (expected loss) sepanjang tahun 2008 berkisar dari yang terendah di bulan Januari 2008, yaitu sebesar Rp 635,442,750 sampai yang tertinggi di bulan September 2008, yaitu sebesar Rp 4,372,376,934. Detail periode observasi diketahui bahwa expected loss terbesar terjadi di bulan Agustus dan September. Kerugian berupa expected loss akan dicover oleh besarnya provisi dan administrasi yang telah dicadangkan oleh perusahaan setiap tahunnya, sedangkan kerugian berupa unexpected loss harus ditutup dari modal perusahaan. Dengan mengetahui besarnya potensi kerugian berupa expected loss maka manajemen PT. Surya Darma Perkasa dapat lebih baik mengelola portofolio penyewaan kendaraan bermotor kepada konsumen, khususnya terkait dengan pricing rate dan provisi yang kompetitif yang dibebankan kepada debitur serta pencadangan atas eksposure tersebut. Sedangkan risiko kredit yang dicerminkan oleh VaR memperlihatkan kecenderungan yang semakin meningkat pula selama periode observasi, yaitu sebesar Rp 635,442,750 di periode Januari 2008 hingga mencapai Rp 4,372,376,934 diperiode September Dengan mengetahui credit VaR yang semakin meningkat, maka dapat diperkirakan adanya kecenderungan peningkatan kerugian berupa unexpected loss yang mungkin terjadi, sehingga diharapkan pengelolaan atas portofolio penyewaan kendaraan bermotor kepada konsumen tersebut harus lebih efektif, terutama dalam mengantisipasi bertambahnya penyewaan yang bermasalah. Economic Capital atau besarnya kecukupan modal yang dibutuhkan dalam perhitungan risiko kredit dengan CreditRisk+ adalah modal yang harus dimiliki untuk menutup besarnya nilai kerugian yang disebabkan adanya unexpected loss. Besarnya Economic Capital adalah selisih dari nilai Unexpected Loss dengan Expected Loss.

11 11 Perhitungan Economic Capital untuk tahun 2008 disajikan pada table 4.3 Economic Capital Tahun 2008 Tabel.4.3 Economic Capital PT. Surya Darma Perkasa Tahun 2008 Periode UEL EL EC Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 November 2008 Desember ,910,000, ,442,750 7,274,557,250 15,590,000,000 1,338,225,850 14,251,774,150 14,790,000,000 1,393,271,750 13,396,728,250 20,920,000,000 2,064,281,250 18,855,718,750 4,600,000,000 2,251,350,609 2,348,649,391 7,300,000,000 2,806,603,534 4,493,396,466 7,130,000,000 3,264,020,832 3,865,979,168 9,450,000,000 3,831,777,534 5,618,222,466 12,280,000,000 4,372,376,934 7,907,623,066 28,790,000,000 1,740,710,232 27,049,289,768 41,600,000,000 2,984,996,068 38,615,003,932 5,160,000,000 2,343,915,600 2,816,084,400 UEL = Nilai kerugian maksimum pada tingkat keyakinan 99% EL = Jumlah Piutang yang belum terbayar pada bulan yang bersangkutan EC = UEL - EL Dari perhitungan economic capital terlihat bahwa kecukupan modal yang dibutuhkan atas portofolio pembiayaan kendaraan bermotor yang dilakukan oleh PT. Surya Darma Perkasa sepanjang tahun 2008 berada pada range Rp 2,348,649,391 Rp 38,615,003,932.

12 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 12 Tabel 4.4. Perbandingan Economic Capital dengan Modal Periode Economic Capital (Rp) Modal PT. Surya Darma Perkasa Presentase Desember ,816,084, ,935,153, % Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa modal PT. Surya Darma Perkasa masih cukup untuk menanggung adanya risiko kredit yang diakibatkan oleh unexpected credit default losses. Dengan melihat kebutuhan economic capital yang relatif kecil, sekitar 0.57 % dari jumlah modal atas portofolio pembiayaan kendaraan bermotor sepanjang tahun 2008, maka dapat disarankan untuk meningkatkan atau mengoptimasikan portofolionya. Untuk mengetahui hasil perhitungan nila VaR atau nilai Unexpected Loss dengan menggunakan metode CreditRisk+ diatas valid untuk meperkirakan besarnya VaR dari suatu periode ke periode berikutnya, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan backtesting dan juga Likelihood Ratio (LR) Untuk mengetahui apakah hasil pengukuran risko kredit dengan menggunakan metode CreditRisk+ diatas dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya risiko kredit dari suatu periode ker periode berikutnya, maka perlu dilakukan pengujian model dengan membandingkan prediksi risiko kredit berdasarkan data historisnya, yaitu nilai VaR dengan kerugian actual seperti pada Gambar 4.2. Perbandingan UEL dan EL Tahun 2008 Perbandingan UEL dan EL ,000,000,000 45,000,000,000 40,000,000,000 35,000,000,000 30,000,000,000 25,000,000,000 20,000,000,000 UEL EL 15,000,000,000 10,000,000,000 5,000,000,000 - Gambar 4.2. Perbandingan UEL dan EL Tahun 2008

13 13 Likelihood Ratio (LR) test dilakukan untuk melihat tingkat akurasi model dalam memperkirakan unexpected loss atau VaR Kredit. LR Test dilakukan dengan menghitung banyaknya jumlah expected loss yang melebihi nilai VaR setiap bulan selama masa observasi dan selanjutnya dibandingkan data expected loss atau actual loss dengan maksimum kejadian kesalahan proyeksi yang dapat ditolerir selama masa observasi. Dalam karya akhir ini jumlah periode pengamatan yang digunakan sebagai input LR Test adalah 12 bulan. Sesuai dengan standar hasil LR Test, dengan tingkat keyakinan 95% dan observasi sebanyak 12 titik pengamatan, jumlah maksimum kesalahan proyeksi (actual loss melebihi nilai proyeksi VaR) agar model dapat diterima dan diyakini validitasnya dalam menghitung VaR adalah sebanyak 1 titik sebagaimana disajikan pada Tabel 4.5. Perbandingan hasil proyeksi Var dengan kerugian aktual yang dialami (Backtesting) Tabel 4.5. Backtesting T (total observation) 12 N (the numbaer of estimation failure) 1 p (the propotion of failure estimates) p * (the propotion of failure estimates) 0.05 LR (Likelihood Ratio) 0.44 Chi-square critical value with 1% confidence level Hypothesis is rejected if LR > and accepted if LR <3.841 Accepted Karena Jumlah kejadian kerugian aktual (actual loss) yang melebihi VaR selama masa observasi adalah nol atau tidak melebihi nilai VaR, artinya nlai LR yang diperoleh akan lebih kecil dari nilai kritis dengan tingkat keyakinan 95% atau LR < Dengan demikian bisa dikatakan bahwa metode pengukuran risiko dengan creditrisk+ dapat diterima dan cukup akurat dalam mengukur VaR portofolio kendaraan bermotor kepada konsumen. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

14 14 1. Pengukuran risiko kredit dengan memakai pendekatan CreditRisk+ model yang dikeluarkan oleh Credit Suisse First Boston dapat digunakan untuk mengukur risiko kredit dari portofolio penyewaan kendaraan bermotor PT. SURYA DARMA PERKASA kepada konsumennya, hal ini karena pengukuran kredit dengan menggunakan metode ini sangat sederhana karena lebih memfokuskan kepada keadaan default atau non default dan tidak mempersoalkan faktor-faktor penyebab terjadinya default. Selain itu model ini tidak mempertimbangkan terjadinya migrasi kualitas kredit. 2. Hasil pengukuran risiko kredit dengan menggunakan model CreditRisk+ untuk portofolio penyewaan kendaraan bermotor PT. SURYA DARMA PERKASA sepanjang masa observasi tahun 2008 menunjukan potensi kerugian yang diperkirakan (expected loss) dan risiko kredit (ditunjukan oleh VaR atau unexpected loss) mempunyai kecenderungan yang menurun. Credit VaR dibulan Januari 2008 sebesar Rp 7,910,000,000 dan menurun sebesar Rp 5,160,000,000 dibulan Desember Dengan adanya kecenderungan penurunan risiko ini diharapkan pengelolaan atas portofolio penyewaan kendaraan bermotor PT. SURYA DARMA PERKASA kepada konsumennya dapat lebih baik dan efektif, terutama dalam mengantisipasi bertambahnya piutang yang bermasalah. 3. Dari perhitungan economic capital terlihat bahwa kecukupan modal yang dibutuhkan atas portofolio penyewaan yang dilakukan oleh PT. SURYA DARMA PERKASA kepada konsumen sepanjang tahun 2008 berada pada range Rp 2,348,649,391 Rp 38,615,003,932. Apabila setiap nilai ini dibandingkan dengan modal PT. SURYA DARMA PERKASA masih cukup menanggung adanya risiko kredit yang diakibatkan oleh kerugian kredit yang tidak dapat diperkirakan (unexpected credit default losses). Dengan melihat kebutuhan economic capital yang relatif kecil, sekitar 0.57 % dari jumlah modal atas portofolio pembiayaan kendaraan bermotor sepanjang tahun 2008, maka dapat disarankan untuk meningkatkan atau mengoptimasikan portofolionya. 4. Pengujian dengan metode Likelihood Ratio pada tingkat kepercayaan 95% menunjukan bahwa selama pengamatan, jumlah kejadian yang merugikan PT. SURYA DARMA PERKASA dengan tingkat kerugian yang melebihi nilai VaR kredit masih dibawah ambang batas jumlah kerugian yang dapat ditolerir, yang

15 15 berarti bahwa metode pengukuran risiko dengan CreditRisk+ dapat diterima dan cukup akurat untuk mengukur risiko portofolio penyewaan PT. SURYA DARMA PERKASA kepada konsumen Saran 1. Mengingat PT. SURYA DARMA PERKASA belum mempunyai metode pengukuran risiko kredit dan berdasarkan hasil pengukuran risiko kredit dengan model CreditRisk+ yang menggunakan pendekatan distribution possion, dengan hasil pengujian model memakai LR test yang menunjukan model yang cukup akurat, maka model CreditRisk+ ini dapat dipertimbangkan untuk digunakan untuk pengukuran risiko kredit di penyewaan kendaraan bermotor PT. SURYA DARMA PERKASA kepada konsumen 2. Selain itu, model ini dapat disarankan pula untuk digunakan untuk mengukur risiko kredit segmen lain yang mempunyai karakterisktik yang hampir sama dengan portofolio penyewaan kendaraan bermotor seperti pembiayaan kepada koperasi simpan pinjam, kartu kredit, kredit karyawan, dan KPR. 3. Melihat adanya kecenderungan risiko kredit yang menurun diakhir tahun 2008, maka untuk menjaga kualitas portofolio dengan lebih baik, PT. SURYA DARMA PERKASA harus melakukan langkah preventive untuk menurunkan potensi default yaitu dengan cara lebih selektif dalam memilih calon konsumen dan melakukan reactive untuk memperbaiki non performing loannya, dengan meningkatkan monitoring portofolio dan upaya penyelesaian kredit bermasalah yang lebih maksimal. 4. Tingkat akurasi model CreditRisk+ sangat tergantung pada kehandalan database yang dimiliki, terutama dengan data inputan, yaitu nilai exposure, kolektibilitas dan tingkat kegagalan (default rates). Oleh karena itu PT. SURYA DARMA PERKASA harus meningkatkan kualitas database perkreditannya, sehingga pengukuran risiko kredit akan lebih akurat. Disamping itu validitas model juga harus diperhatikan dengan melakukan pengujian secara berkala menggunakan LR test.

16 16 DAFTAR PUSTAKA Credit Suisse First Boston CreditRisk+. A Credit Risk Management Framework Crouhly, Michael, et. al Risk Management. New York : McGraw-Hill. Dowd, Kevin Beyond Value at Risk. The New Sience of Risk Management. New York : John Wiley & Sons, Inc. Duffe, Darel N. et. al Credit Risk Pricing, Measurement and Management Priceton University Press. Gardner, Mona Managing Financial Institutions. Fourth edition, Harcourt College. Jorion, Phillipe Value at Risk. New York :McGraw-Hill. Pindyek, Robert Economic Models and Economic Forecast. Fourth edition, Irwin McGraw-Hill Rachmat, Budi Multi Finance HandBook Indonesia Perspective. Jakarta : Pradnya Paramita. Saunders, Antony Financial Institutions Management, A Risk Management Approach. Fourth edition, New York:McGraw-Hill

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X 51 BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK + Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas analisis mengenai pengukuran risiko kredit konsumtif pada bank X dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian dalam karya akhir ini dilakukan melalui studi pustaka, pengumpulan data dan analisa kuantitatif. Studi pustaka digunakan untuk menyusun landasan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini akan memberikan penjelasan secara deskriptif mengenai hasil perhitungan statistik dalam mengukur risiko kredit menggunakan metode CreditRisk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan pemecahan masalah dalam mengukur risiko kredit dengan menggunakan metode Credit Risk +. Dimana pemecahan masalah tersebut akan sesuai mengikuti metodologi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dianalisis dalam karya akhir ini adalah mengenai pengukuran risiko kredit di bagian Consumer Banking, khususnya untuk kredit

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Berdasarkan UU No. 21 Pasal 38 Tahun 2008 Tentang UU Perbankan Syariah disebutkan bahwa bank syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam karya akhir ini pengukuran risiko yang ditunjukan terhadap pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dengan menggunakan Metode CreditRisk +, Dalam penerapan metode pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas seacara deskriptif mengenai hasil pengukuran risiko kredit pada segmen Kredit Tanpa Agunan pada bank XYZ dengan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam Bab 4 ini akan dibahas mengenai, analisis pengukuran risiko kredit consumer khususnya mortgage (KPR) pada Bank X dengan menggunakan Internal Model CreditRisk+. Dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian untuk karya akhir ini akan dilakukan perhitungan risiko Kartu Kredit dengan menggunakan metode CreditRisk dalam mengukur nilai risiko kredit

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian BNI Syariah memiliki visi menjadi bank umum syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kajian Pustaka 3.1.1. Manajemen Risiko Menurut Chapman (2006), manajemen risiko adalah bagian dari pengendalian internal. Manajemen risiko ditujukan untuk

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian 18 3. METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu parameter kinerja jangkauan layanan LKM mencakup adalah luasnya jangkauan kepada nasabah berupa besarnya jumlah nasabah yang dilayani LKM. Untuk menjangkau

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Kredit Tanpa Agunan (KTA) di Bank XYZ Kredit Tanpa Agunan merupakan salah satu produk perbankan yang memberikan fasilitas pinjaman tanpa beban memberikan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE CREDITRISK+ DALAM PENGUKURAN RISIKO KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KASUS PADA PT X )

PENERAPAN METODE CREDITRISK+ DALAM PENGUKURAN RISIKO KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KASUS PADA PT X ) PENERAPAN METODE CREDITRISK+ DALAM PENGUKURAN RISIKO KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KASUS PADA PT X ) Any Meilani (any@mail.ut.ac.id) Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka ABSTRACT Identify and measure credit

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada sub bab 1.2, yaitu besarnya Capital Charge yang harus disediakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah merupakan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam bentuk penyediaan dana pembiayaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Kredit UKM di Bank XYZ Penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha dalam rangka membangun

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS

ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS INDRA KURNIAWAN 0806432985 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA DESEMBER

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Portofolio Kartu Kredit Secara umum portofolio kartu kredit di Bank X mengalami peningkatan selama kurang lebih dua tahun terakhir. Secara umum total eksposur mengalami

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA Kurang Lancar

PROSPEK USAHA Kurang Lancar LAMPIRAN 85 86 Lampiran. Pedoman umum penggolongan kualitas kredit Bank Syariah Komponen Lancar Dalam Perhatian Khusus Potensi pertumbuh an usaha Kondisi pasar dan potensi debitur dalam persaingan Kualitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi. 1. Bagaimana sistem penghitungan risiko kredit yang ada saat ini?

LAMPIRAN. : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi. 1. Bagaimana sistem penghitungan risiko kredit yang ada saat ini? LAMPIRAN Wawancara Pengguna Nama Lokasi Subyek : Oktario Sitorus : PT. Ganesha Cipta Informatika : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi basis data untuk pengukuran risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan memiliki peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi tantangan dunia usaha dan industri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menganalisa data pembiayaan bank syari ah akan digunakan pendekatan dengan model CreditRisk+, metode yang telah diakui bisa digunakan dalam menghitung risiko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 31 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Risiko kredit atau dalam bahasa asing disebut credit risk adalah suatu potensi kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan dari Bab III adalah nilai minimum capital requirement Divisi Usaha Menengah PT. Bank X, selama tahun tahun 2007 yaitu sebagai berikut : Tabel 4.1 Minimum

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Internal Rating PT. Bank X PT. Bank X yang merupakan salah satu bank BUMN di Indonesia yang termasuk 3 besar dalam nilai aset. PT. Bank X membagi portepel

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + (STUDI KASUS BNI SYARIAH) TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + (STUDI KASUS BNI SYARIAH) TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + (STUDI KASUS BNI SYARIAH) TESIS FATCHUR ROCHMAN 0806432625 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

THE COMPARISON ANALYSIS WITHIN RISK OF MURABAHAH FINANCING AND MUDHARABAH AT PT BANK SYARIAH X (RISK ANALYSIS BY USING INTERNAL METHOD CREDITRISK+)

THE COMPARISON ANALYSIS WITHIN RISK OF MURABAHAH FINANCING AND MUDHARABAH AT PT BANK SYARIAH X (RISK ANALYSIS BY USING INTERNAL METHOD CREDITRISK+) THE COMPARISON ANALYSIS WITHIN RISK OF MURABAHAH FINANCING AND MUDHARABAH AT PT BANK SYARIAH X (RISK ANALYSIS BY USING INTERNAL METHOD CREDITRISK+) BY : MOHAMMAD AINUN NAJIB 43208110087 ABSTRACT Production

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN RISIKO KREDIT MENGGUNAKAN METODE CREDIT RISK + DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL MAKRO EKONOMI (STUDI KASUS DI BANK X)

UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN RISIKO KREDIT MENGGUNAKAN METODE CREDIT RISK + DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL MAKRO EKONOMI (STUDI KASUS DI BANK X) UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN RISIKO KREDIT MENGGUNAKAN METODE CREDIT RISK + DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL MAKRO EKONOMI (STUDI KASUS DI BANK X) TESIS IRA WIDAYANTI 0806432991 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar istilah

Lampiran 1. Daftar istilah LAMPIRAN LAMPIRAN 46 Lampiran 1. Daftar istilah 1. Non performing loan (NPL) : kredit macet yang pembayaran bunga dan pokok pinjaman tertunda 90 hari atau lebih, atau setidaknya 90 hari pembayaran bunga

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Pada bab ini akan dibahas sifat, jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini serta metodologi yang akan digunakan. 3.2 Data dan Pengambilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas secara teoritis dasar-dasar yang digunakan dalam mendukung penulisan penelitian dan penjelasan masing-masing variabel yang berkaitan dalam proses pengukuran

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO KREDIT KONSUMTIF DENGAN METODE CREDIT RISK + PADA BANK X TESIS LYDIA RETNO GUNARSIH

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO KREDIT KONSUMTIF DENGAN METODE CREDIT RISK + PADA BANK X TESIS LYDIA RETNO GUNARSIH ANALISIS PENGUKURAN RISIKO KREDIT KONSUMTIF DENGAN METODE CREDIT RISK + PADA BANK X TESIS LYDIA RETNO GUNARSIH 0606145933 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 1.1 Kajian Pustaka 1.1.1 Pengertian Kredit Kredit menurut bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan dan bahasa Latin creditum yang berarti kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Manajemen Risiko Risiko secara umum didefinisikan sebagai ketidakpastian yang memiliki potensi untuk terjadi yang secara bervariasi dapat menghasilkan keuntungan maupun kerugian.

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Profil Perusahaan Bank ABC pada mulanya didirikan dengan menggunakan nama NV Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory. Perusahaan mulai beroperasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI DAN RISIKO KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + TERHADAP KREDIT PEMILIKAN RUMAH PADA BANK ABC TESIS Kristianti Mutia Fatimah 0906586272

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengantar Pada Bab ini akan dilakukan pembahasan untuk menetapkan beban overbooking melalui model penghitungan. Untuk dapat melakukan penghitungan tersebut, terlebih dahulu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan bagian Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam struktur perbankan nasional. BPRS menjalankan kegiatan usaha secara konvensional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otoritas perbankan untuk menerima simpanan, memberikan kredit, dan menerima serta menerbitkan cek. Bank perlu di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengertian Bank menurut Kasmir (2011 : 3), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO KREDIT KPR CONSUMER BANKING BANK X DENGAN METODE CREDIT RISK+ TESIS

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO KREDIT KPR CONSUMER BANKING BANK X DENGAN METODE CREDIT RISK+ TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN RISIKO KREDIT KPR CONSUMER BANKING BANK X DENGAN METODE CREDIT RISK+ TESIS SATRIA BUDI RAHARDJA 0706170476 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN KEKHUSUSAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Pengertian Kredit Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan dan bahasa Latin creditum yang artinya kepercayaan akan kebenaran. Oleh sebab itulah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kredit 2.1.1. Definisi Kredit Menurut Supramono (2009:152), kata kredit berasal dari bahasa Romawi yaitu Credere yang artinya percaya. Dengan kata lain kredit dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dianalisis dan dibahas tentang pengukuran risiko operasional klaim asuransi kesehatan pada PT. XYZ menggunakan metode EVT. Pengukuran risiko operasional

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI DAN DATA PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI DAN DATA PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI DAN DATA PENELITIAN 3.1 Pengantar Dalam penelitian ini digunakan rancangan penelitian kasus karena dengan rancangan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang mendalam, akurat, lengkap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Evaluasi variabel makroekonomi dalam transisi rating kredit dengan menggunakan metode Macro Simulation Approach dilakukan sebagai berikut: 4.1 Sumber Data Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. penafsiran semua data yang berkaitan dengan apa yang menjadi obyek di dalam

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. penafsiran semua data yang berkaitan dengan apa yang menjadi obyek di dalam BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah proses yang mendasari pemilihan, pengolahan, dan penafsiran semua data yang berkaitan dengan apa yang menjadi obyek di dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya perekonomian di dunia meskipun kini tengah dilanda krisis ekonomi global, dunia bisnis merupakan dunia yang paling ramai

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika PT. Ganesha Cipta Informatika pertama kali didirikan pada 10 April 1989 dan mulai menggunakan perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT Bank Syariah X PT Bank Syariah X merupakan salah satu Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dan anak perusahaan dari salah satu bank konvensional terbesar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperti situs Bank Syariah yang terkait dalam penelitian ini. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. seperti situs Bank Syariah yang terkait dalam penelitian ini. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Data penelitian ini diambil dari situs Bank Indonesia (http://www.bi.go.id), referensi jurnal, buku yang menunjang serta situs web lainnya yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otorisasi perbankan untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut disalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Risiko bisnis, bencana alam, perampokan, pencurian, serta kebangkrutan menjadi risiko yang sering terjadi pada banyak perusahaan, khususnya perbankan. Masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bersama, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bersama, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diketahui bersama, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit masih merupakan aktivitas yang dominan bagi usaha perbankan di Indonesia, atau dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN PEMBEBANAN CAPITAL CHARGE DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN EKSPANSI PEMBIAYAAN ( Studi Kasus Bank Perkreditan Rakyat Syariah Amanah Insani) TESIS Diajukan sebagai

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN III.METODE PENEITIAN 3.1. Kerangka Tahapan Pemikiran Perkembangan industri non perbankan terus menunjukkan tren positif terutama perasuransian dan perusahaan pembiayaan. Hal ini terjadi pula pada PT ABC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemerintah berkewajiban mensejahterakan rakyatnya secara adil dan merata. Ukuran sejahtera biasanya dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kredit

TINJAUAN PUSTAKA Kredit TINJAUAN PUSTAKA Kredit Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Lebih terperinci

Strategi Optimasi Sistem Manajemen Risiko Pembiayaan pada Bank Jabar Banten Syariah

Strategi Optimasi Sistem Manajemen Risiko Pembiayaan pada Bank Jabar Banten Syariah Manajemen IKM, September 2015 (143-150) Vol. 10 No. 2 ISSN 2085-8418 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/ Strategi Optimasi Sistem Manajemen Risiko Pembiayaan pada Bank Jabar Banten Syariah Optimization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, fungsi bank

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, fungsi bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga financial intermediary yang menerima dana masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, fungsi bank sebagai motor perekonomian mengharuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan kredit merupakan hal yang tidak asing. Menyadari bahwa kegiatan kredit pada masyarakat umum semakin meningkat, maka perlu

Lebih terperinci

Backtesting Pada Value at Risk Dengan Model Pendekatan Lopez dan Blanco-Ihle

Backtesting Pada Value at Risk Dengan Model Pendekatan Lopez dan Blanco-Ihle Backtesting Pada Value at Risk Dengan Model Pendekatan Lopez dan Blanco-Ihle Mashuri Mashuri_07@yahoo.com Jurnal Konvergensi Abstrak Value at Risk (VaR) adalah estimasi kerugian yang maksimal pada periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (variables) seperti harga, volume instrumen, dan varian (variance) yang berubah

BAB I PENDAHULUAN. (variables) seperti harga, volume instrumen, dan varian (variance) yang berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir ada banyak perubahan pada lembaga keuangan dalam mengevaluasi dan mengukur risiko. Usaha perbaikan regulasi berkaitan dengan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Drs. Masyhud, M.B.A., M.M Manajemen Risiko, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Drs. Masyhud, M.B.A., M.M Manajemen Risiko, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 62 DAFTAR PUSTAKA Al-Qur an al-karim. Terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia.Jakarta. Ali, Drs. Masyhud, M.B.A., M.M. 2006. Manajemen Risiko, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Antonio, M. Syafe

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Umum Perusahaan Tinjauan umum perusahaan merupakan pembahasan mengenai sejarah, struktur organisasi perusahaan, serta deskripsi jabatan pada perusahaan yang menjadi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International

BAB I PENDAHULUAN. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International Accounting Standard (IAS) 39 mengenai Recognition and Measurement of Financial Instruments

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah pencegahan. Dari definisi keuangan, risiko dapat dikatakan bahwa. daripada keuntungan yang diharapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah pencegahan. Dari definisi keuangan, risiko dapat dikatakan bahwa. daripada keuntungan yang diharapkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara definisi risiko adalah probabilitas atau ancaman terjadinya kerusakan, cedera, kewajiban, kerugian atau kejadian negatif lain yang disebabkan oleh external

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR LAMPIRAN 65 66 Lampiran 1. Kuisioner penelitian Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR Gambaran Ringkas Penelitian Sektor

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI) Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI) Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI) Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H24051985 DEPARTEMAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian Hasil Analisis dengan Back Testing (LR) - Tentukan nilai T, V dan α - Hitung nilai - Bandingka LR dengan CV pada α tertentu - Kesimpulan uji Membandingkan Actual Loss dengan Metode Standar dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Fatchur Rochman, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Fatchur Rochman, FE UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam era globalisasi dewasa ini di mana perekonomian berkembang dengan pesat, perbankan merupakan salah satu institusi yang mempunyai peran dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sebelum krisis tahun 1998 sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dilirik oleh perbankan karena mereka menilai sektor ini tidak layak untuk dibiayai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya perusahaan leasing yang menyebar di lingkungan masyarakat dengan penawaran Down Payment yang begitu rendah hal ini menyebabkan semakin mudahnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dalam penulisan penelitian ini, penulis menjabarkan kesimpulan sebagai berikut : 5.1.1. Evaluasi Prosedur Pemberian Kredit Di PT Bank BPR BM Prosedur Pemberian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perhitungan Model scoring ini adalah model perhitungan yang cepat dan mudah untuk mengidentifikasikan keputusan yang mempunyai beragam criteria. Perhitungan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. non-bank yang kegiatan utamanya adalah pemberian kredit untuk pembiayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. non-bank yang kegiatan utamanya adalah pemberian kredit untuk pembiayaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan leasing atau perusahaan pembiayaan adalah lembaga keuangan non-bank yang kegiatan utamanya adalah pemberian kredit untuk pembiayaan barang modal. Berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikiran Untuk melakukan penelitian dan analisa kinerja saham-saham yang masuk dalam kategori LQ45 terhadap teori CAPM, penulis menggunakan data-data historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sampai saat ini perbankan syariah mengalami perkembangan yang pesat, dilihat dari meningkatnya jumlah bank syariah maupun bank konvensional yang membuka unit usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perusahaan Leasing memiliki peran yang cukup penting dalam pembiayaan

I. PENDAHULUAN. Perusahaan Leasing memiliki peran yang cukup penting dalam pembiayaan 1 I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perusahaan Leasing memiliki peran yang cukup penting dalam pembiayaan barang-barang modal atau barang konsumtif. Jenis barang yang dibiayai pun terus meningkat. Jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia dan sebagian negara Asia Tenggara dan Timur mengalami krisis ekonomi yang disebabkan oleh beberapa faktor baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem keuangan Indonesia pada prinsipnya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA Untuk mendapatkan hasil variabel mana yang paling signifikan dan mendapatkan penghitungan pengaruh hazard dan survival pada masing-masing variabel, maka dilakukan regresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti leasing, factoring kartu kredit dan sebagainya. Target pasar dari model

BAB I PENDAHULUAN. seperti leasing, factoring kartu kredit dan sebagainya. Target pasar dari model BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan Financial, disamping kegiatan pembiayaan lainnya seperti leasing, factoring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis stress..., A. Pawitra Indriati, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis stress..., A. Pawitra Indriati, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan portfolio trading atau jual beli efek adalah salah satu kegiatan usaha, terutama pada perusahaan yang bergerak di industri pasar modal, untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Pembiayaan Pengertian sewa guna secara umum menurut Kasmir, 2002 adalah perjanjian pihak lessor (perusahaan leassing) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Krisis keuangan memberikan dampak terhadap perkembangan ekonomi secara global dan perkembangan ekonomi di Indonesia khususnya. Oleh karenanya Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Value at Risk (VaR) telah menjadi ukuran standar dalam resiko pasar di

BAB I PENDAHULUAN. Value at Risk (VaR) telah menjadi ukuran standar dalam resiko pasar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Value at Risk (VaR) telah menjadi ukuran standar dalam resiko pasar di lembaga-lembaga keuangan seperti bank. Alasan utama mengapa VaR begitu populer adalah

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Dengan melihat permasalahan yang terjadi pada Bank X, maka perlu adanya cara untuk menganalisa variabel-variabel apa saja yang akan menentukan kredit macet atau lancar dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANALYSIS OF CREDIT RISK MEASUREMENT OF HOUSING LOAN USING INTERNAL MODEL CREDIT RISK+ IN BANK X

ANALYSIS OF CREDIT RISK MEASUREMENT OF HOUSING LOAN USING INTERNAL MODEL CREDIT RISK+ IN BANK X ANALYSIS OF CREDIT RISK MEASUREMENT OF HOUSING LOAN USING INTERNAL MODEL CREDIT RISK+ IN BANK X FINAL PROJECT By Rizky Alfa Bramanto 19007008 Undergraduate Program School of Business and Management Institut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produk Kredit Komersil adalah kredit yang bersifat umum, individu, selektif, dan berbunga wajar untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang

Lebih terperinci

USD IDR USD USD USD USD

USD IDR USD USD USD USD IV. Hasil dan Pembahasan Implementasi pendekatan Varian-Kovarian dalam penghitungan VaR Mengestimasikan varian, kovarian dan korelasi distribusi prosentase perubahan faktor-faktor pasar, dengan mengasumsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 61 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil peneltian, beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah : Dari hasil uji ANOVA 2007, 2008 dan 2009, dapat dikatakan bahwa ketiga metode yang dicoba

Lebih terperinci