PENERAPAN METODE CREDITRISK+ DALAM PENGUKURAN RISIKO KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KASUS PADA PT X )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN METODE CREDITRISK+ DALAM PENGUKURAN RISIKO KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KASUS PADA PT X )"

Transkripsi

1 PENERAPAN METODE CREDITRISK+ DALAM PENGUKURAN RISIKO KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KASUS PADA PT X ) Any Meilani (any@mail.ut.ac.id) Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka ABSTRACT Identify and measure credit risk by using a method in accordance with the characteristics of finance companies is one of a prudent first step in minimizing potential losses. Potential losses can be seen from the Non Performing Loan (NPL) and recovery rate of the company. Credit risk measurement remains important as preventive and anticipatory measures for a finance company in managing the potential consumer default in fulfilling their obligations. By using 36 months of credit risk in motor vehicles ( ) which includes the number of units of motor vehicles, the amount of exposure, collectability and recovery rate can be calculated expected Loss, unexpected loss and economic capital. Results showed that both the expected Loss and unexpected loss from year to year increase. Also with the economic capital increases annually. However, if the economic value associated with authorized capital owned by PT "X" each year, it can be concluded that the capital is still sufficient to cover possible losses caused by credit default unexpected losses. Testing the model using back testing and Likelihood Ratio, indicates that during the observation period the number of adverse events "X" with the level of losses that exceed the value of the vehicle financing credit VaR is still below the threshold amount of loss that can be tolerated. In other words the risk measurement method using a motor vehicle financing CreditRisk+ is acceptable and accurate enough to measure the risk of motor vehicle financing PT "X". Keywords: creditrisk, motor vehicles Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Keuangan merupakan awal pengenalan kegiatan pembiayaan konsumen (cosumer finance) yang kemudian diikuti dengan munculnya industri multi finance. Sejak saat itu, usaha jasa pembiayaan konsumen menunjukkan perkembangan sangat baik. Meningkatnya pertumbuhan usaha jasa pembiayaan konsumen ini, menunjukkan tingginya minat konsumen untuk membeli barang kebutuhan konsumen, seperti mobil, sepeda motor, alat-alat rumah tangga, barang elektronik, dan lain lain dengan cara mengangsur atau mencicil secara berkala seiring meningkatnya taraf hidup masyarakat lapisan menengah ke bawah. Hal ini pula yang menjadi pendorong tingginya pertumbuhan usaha jasa pembiayaan. Terlepas dari banyaknya perusahaan pembiayaan yang aktif beroperasi, semakin tingginya tingkat pertumbuhan portofolio kendaraan bermotor menyebabkan risiko kredit pada portofolio kendaraan bermotor cenderung meningkat. Hal ini mengakibatkan lembaga pembiayaan perlu mempunyai metode yang dapat diandalkan untuk mengidentifikasi dan mengukur risiko kredit sehingga dapat meminimalkan potensi kerugian yang dapat ditimbulkan jika debitur gagal menyelesaikan kewajiban pada waktunya.

2 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, Mengidentifikasi dan melakukan pengukuran risiko kredit dengan menggunakan sebuah metode yang sesuai dengan karakteristik perusahaan pembiayaan merupakan salah satu langkah awal yang bijaksana dalam meminimalkan potensi kerugian. Potensi kerugian ini dapat dilihat dari Non Performing Loan (NPL) dan recovery rate perusahaan. Pengukuran risiko kredit tetaplah penting sebagai langkah preventif dan antisipatif bagi perusahaan pembiayaan dalam mengatur potensi kegagalan (default) konsumen dalam memenuhi kewajibannya. Dari berbagai metode pengukuran kredit yang dapat digunakan perusahaan pembiayaan, metode CreditRisk+ dipilih untuk menghitung risiko kredit kendaraan bermotor dengan didasarkan pada literatur yang menyatakan bahwa metode CreditRisk+ sesuai untuk mengukur risiko kredit kendaraan bermotor serta cukup efektif dan praktis dalam penerapannya karena hanya memerlukan data intern berupa jumlah unit kendaraan, jumlah exposure, kolektibilitas dan recovery rate (Olof, 2006). Kegiatan suatu lembaga pembiayaan menyebabkan lembaga pembiayaan tersebut terbuka atau berpotensi terhadap suatu risiko, khususnya risiko kredit. Pembiayaan kredit kendaraan bermotor banyak diminati oleh hampir semua masyarakat yang ingin memiliki kendaraan dengan cara kredit. Lembaga pembiayaan memiliki keunggulan dalam hal kemudahan prosedur dan persyaratan pengajuan kredit dibandingkan dengan perbankan. PT. X merupakan salah satu lembaga pembiayaan, khususnya pembiayaan kredit kendaraan bermotor. Sebagai lembaga pembiayaan, PT. X belum memiliki metode pengukuran risiko kredit yang baku sehingga diperlukan metode pengukuran yang cocok dengan karakteristik PT. X sebagai perusahaan pembiayaan kredit kendaraan bermotor. Salah satu caranya adalah dengan mengelola risiko kredit dan sekaligus memaksimalkan profitnya. Berdasarkan itu, maka sangat diperlukan suatu penelitian melalui simulasi pengukuran risiko kredit pembiayaan kendaraan bermotor untuk meminimalkan risiko kredit yang mungkin terjadi. Dengan adanya penelitian metode CreditRisk+ ini diharapkan mampu melakukan perhitungan yang akurat terhadap risiko kredit pada PT. X. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah-masalah berikut. 1. Berapa besar kerugian yang dapat dan tidak dapat diperkirakan (expected loss dan unexpected loss) dari pembiayaan kredit kendaraan bermotor PT. X? 2. Berapa besar kecukupan modal (economic capital) yang harus disediakan oleh PT. X untuk menutupi kerugian tersebut? 3. Apakah model CreditRisk+ dapat diaplikasikan secara akurat untuk mengukur risiko pembiayaan kredit kendaraan bermotor di PT. X dengan baik? Sesuai dengan masalah penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menghitung kerugian yang dapat dan tidak dapat diperkirakan (expected loss dan unexpected loss) dari pembiayaan kredit kendaraan bermotor PT. X. 2. Menghitung kecukupan modal yang harus disediakan oleh PT. X untuk menutupi kerugian yang terjadi, sehingga PT. X dapat menyusun strategi pembiayaan dengan lebih baik lagi. 3. Merekomendasikan model yang dapat mengukur risiko pembiayaan kredit kendaraan bermotor, sehingga model tersebut dapat diterapkan untuk jenis pembiayaan kredit lain yang mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan pembiayaan kredit kendaraan bermotor di PT. X. Risiko kredit merupakan potensi kerugian pada pemberi pinjaman yang disebabkan kegagalan peminjam (counterparty) dalam menyelesaikan kewajibannya dengan baik sesuai syaratsyarat yang telah disepakati. 102

3 Any Meilani, Penerapan Metode Creditrisk+ Dalam Pengukuran Risiko Kredit Kendaraan Bermotor Pemodelan Risiko Kredit Saunders (2001) menyebutkan bahwa banyak dimensi yang menggambarkan perbedaan antar credit risk modeling. Ada sekitar sepuluh kunci dimensi dari lima tipe model. Kelima credit risk modeling tersebut adalah: 1. Option Pricing Model, contohnya KMV dan Moody s 2. Reduced Form Models, diwakili oleh KPMG dan Kamakura Corporation 3. VaR Model, contohnya Credit Metrics 4. Time Varying Models, contohnya Credit Portfolio View 5. Mortality Models, contohnya CreditRisk+ Dalam proses permodelan, ada tiga tipe ketidakpastian yaitu process risk, parameter uncertainty dan model error. Process risk timbul akibat kejadian aktual dimana model menggambarkan proses kerugian dan parameter yang digunakan adalah tepat. Parameter uncertainty timbul dari adanya kesulitan dalam mengestimasi parameter yang digunakan model. Sedangkan model error timbul karena model tidak tepat dalam merefleksikan proses aktual. Alternatif model dapat menimbulkan hasil yang berbeda. Tabel 1. Perbandingan Beberapa Model Pengukuran Risiko Kredit Credit Metrics Credit Portfolio View CreditRisk+ Merton OPM KMV/Moody s Definition of Risk MTM MTM or DM DM MTM or DM Risk Drivers Asset Value Macroeconomic Factors Expected Default Rates Asset values Data Requirement Characterization Historical Transition Matrix Credit spreads and Yields Curve LGD Correlation, Exposures Credit Migration Historical Transtion Matrix Macroeconomic Variables Credit Spread, LGD, Exposures Migration Conditional On Default Rates and Volatility,Macro Factors, LGD, Exposure ActuarialRandom Equity Prices, Creidit Spreads Correlations, Exposure Distance to default: Structural and empirical Credit Events Macroeconomic Factors Default Rates Volatility of Credit Events Correlation of Credit Events Constant or Variable Variable Variable Variable Multivariate normal Assets Return Macroeconomic Factors Loadings Independence assumption or correlation with Expected Default Rates Multivariate random asset returns Recovery Rates Numerical Approach Random (beta Random Contants within band Constant or random distribution) Simulation or analities Simulation Analityc Analytic and economic Interest Rate Constant Constant Constant Constant Risk Classification Rating Rating Expusores band Empirical EDF Sumber: Saunders, Anthony & Linda Allen. Credit Risk Measurement, New Approaches to Value at Risk and Other Paradigma, second edition, hal 136, Semua tipe ketidakpastian pada permodelan tersebut adalah penting untuk mengembangkan model risiko kredit. Dalam melakukan manajemen risiko kredit, terdapat beberapa ukuran risiko 103

4 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, diantaranya adalah distribution of loss dan identifying extreme outcomes. Distribution of loss timbul dari current portfolio yaitu selisih nilai portofolio saat ini dengan nilai portofolio di masa mendatang sesuai jangka waktu yang telah ditentukan. Untuk mengetahui distribution of loss, terlebih dahulu harus diketahui seberapa besar kerugian dengan significant level tertentu. Masing-masing credit risk modeling memiliki spesifikasi yang berbeda-beda. Secara umum perbedaan masing-masing credit risk modeling didasari pada proses conditional dan proses unconditional. Pada proses conditional model, proses informasi meliputi kondisi debitur, perjanjian kredit, ditambah dengan struktur macroeconomic, sedangkan pada unconditional model, proses informasi terbatas hanya pada debitur dan perjanjian kredit. Untuk lebih jelas perbedaan antar permodelan risiko kredit yang satu dengan lainnya, dapat dilihat pada Tabel 1. Pemodelan CreditRisk+ Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Credit Suisse Group pada Desember Ide dasar dari CreditRisk+ berawal dari kasus asuransi kebakaran, dimana besarnya kerugian yang diderita oleh perusahaan asuransi kebakaran ditentukan oleh dua faktor, yaitu probabilitas kejadian rumah terbakar (frecuency of event) dan nilai kerugian dari rumah yang terbakar (severity of loss). Kemudian ide ini diterapkan untuk menghitung risiko kredit, dimana distribusi kerugian dari portofolio kredit dicerminkan oleh frekuensi dari default (frecuency of event) dan nilai dari kredit yang gagal (severity of loss). Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam proses CreditRisk+ (Crouhy, et al, 2001) seperti pada Gambar 1. Input Exposure Default Rates Default Rate Volatility Recovery Rates Stage 1 What is the FREQUENCY of defaults What is the SEVERITY of the losses Stage 2 Distribution of default losses Sumber : Crouhy, Michel,et al (2001) Gambar 1. CreditRisk+ Measurement Framework Data input berasal dari data historis yaitu data exposure debitur dan data exposure at default dari debitur dan frequency of default event yang terjadi akibat adanya default kredit dari serangkaian peristiwa. Berdasarkan CSFB (1997) data input terdiri dari: Exposure Exposure adalah posisi outstanding yang timbul dari transaksi debitur secara menyeluruh. Exposure dalam model CreditRisk+ dapat mengatasi semua jenis instrumen yang terkait dengan 104

5 Any Meilani, Penerapan Metode Creditrisk+ Dalam Pengukuran Risiko Kredit Kendaraan Bermotor credit exposure, termasuk bonds, loans, commitments, financial letter of credit dan derivative exposure. Default Rates Default rates adalah peristiwa terjadinya gagal bayar kewajiban dari setiap debitur. Jadi default rates merupakan angka yang mewakili kemungkinan terjadinya peristiwa default yang diperuntukan pada setiap debitur. Default Rates Volatilities Jumlah variasi default rates dari rata-rata dapat digambarkan dengan volatilities (standar deviasi) dari default rates. Standar deviasi dari default rates ini signifikan untuk dibandingkan dengan actual default rates, sebagai refleksi dari fluktuasi selama siklus ekonomi. Recovery Rates Pada peristiwa default, perusahaan akan mendapatkan kerugian sebesar jumlah yang dipinjamkan kepada debitur dikurangi dengan jumlah recovery. Recovery rate adalah persentase rata-rata tagihan tertunggak yang dapat dilunasi debitur. Dalam melakukan pengukuran risiko kredit yang berupa portofolio digunakan CreditRisk Portofolio+ yang merupakan pengembangan dari CreditRisk+. Pada CreditRisk Portofolio+ harus dilakukan pembagian portofolio ke dalam beberapa kelompok atau band. Tahapan dalam pengukuran risiko kredit pada portofolio seperti yang dikemukan oleh Crouhy, et al (2001) sebagai berikut. 1. Probability Generating Function for Each Band Setiap band merupakan bagian dari suatu portofolio, sehingga probability of default menjadi Gj(z) = prob (n. default) Z Jumlah default yang terjadi dengan berdasarkan Poisson Model adalah: Gj (z) = ~ Z.! 2. Probability Generating Function for Entire Portofolio Berdasarkan pertimbangan bahwa setiap band merupakan portofolio exposure yang bersifat bebas dengan band lain, maka Probability Generating Function for Entire Portofolio adalah: G (z) = e n = nȷ adalah expected number of default dari portofolio 3. Loss distribution for the Entire Portofolio Dari Probability Generating Function tersebut, maka dapat diperoleh distribusi kerugian dari turunan pertama probability of default, yaitu: Prob (loss of nl) = ( )!. Untuk n = 1,2,

6 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, Frequency of default events terjadi akibat adanya default kredit dari serangkaian peristiwa yang tidak dapat diprediksi kepastian bilamana terjadinya suatu default ataupun kepastian jumlah default. CreditRisk+ tidak mengasumsikan penyebab terjadinya default. Untuk kondisi dimana terdapat sejumlah besar exposure default losses (berasal dari sejumlah debitur yang banyak) dengan probability of default relatif kecil, maka model yang tepat untuk menentukannya adalah dengan menggunakan distribusi Poisson dengan rumus sebagai berikut. Prob (n. defaults) =.λ! Pada umumnya actual default rate berfluktuasi di sekitar nilai rata-ratanya, variasi dari actual default rates terhadap rata-ratanya digambarkan dengan volatility (standar deviasi) dari default rates. Standar deviasi dari default rate jika dibandingkan dengan actual default rate mencerminkan fluktuasi default selama siklus ekonomi. Dengan mengasumsikan bahwa default rates volatility konstan, maka default rate sama dengan nilai rata-ratanya (Saunders & Allen, 2002). Severity of losses atau loss given default (LGD) adalah besarnya tingkat kerugian yang diakibatkan dari peristiwa default yang dihitung dengan cara exposure at default dikurangi dengan nilai recovery. Rumus LGD menurut CSFB (1997) adalah: LGD = exposure at default (1 recovery rate) Expected loss merupakan kerugian yang dapat diperkirakan terjadinya, yang didasarkan pada data historis munculnya credit events tersebut. Unexpected loss diukur dengan mengambil nilai kerugian maksimum pada tingkat keyakinan yang dipilih. Semakin tinggi confidence level yang dipilih maka semakin kecil tingkat kesalahan (error) yang dapat ditolerir. Tingkat keyakinan sebesar 99% berarti hanya ada 1% kemungkinan bahwa kerugian akan melebihi nilai unexpected loss dan nilai unexpected loss ini dianggap sebagai ukuran VaR (Saunders & Allen, 2002). Apabila perusahaan sudah mencapai unexpected loss maka perusahaan harus segera menutup unexpected loss tersebut dengan modal perusahaan, oleh karena itu monitoring terhadap unexpected loss harus mendapat perhatian khusus. Pada CreditRisk+, default dimodelkan sebagai continous variable dengan probability losses. Probability tersebut dapat dianalogikan dengan konsep event probability pada asuransi. Di mana dalam hal ini loan individual memiliki probability of default yang kecil dan masing-masing loans probability of default adalah saling tidak tergantung satu dengan lainnya. Dengan asumsi tersebut maka distribusi probability of default dipersamakan dengan distribusi Poisson. Ketidakpastian default rate merupakan salah satu ketidakpastian yang turut diperhitungkan pada model CreditRisk+. Faktor ketidakpastian lain yang juga dipertimbangkan adalah masalah seberapa besar jumlah loss severity. Untuk besarnya loss severity pada individu loan by loan basis, loss severitas atau loan exposures dikelompokkan dengan membuat band. Penjumlahan atau akumulasi dari losses tersebut bila dikalikan dengan exposure bands akan menghasilkan distribution of losses untuk portofolio of loans. Setelah loss function selesai dihitung, selanjutnya individual default rates didistribusikan dengan distribusi Poisson dan losses dikelompokkan melalui band, maka akan didapat distribution of losses. Perhitungan Economic Capital Economic capital digunakan untuk meng-cover risiko akibat unexpected credit default losses. Unexpected loss dapat terjadi dalam kondisi normal dan tidak normal. Dalam kondisi normal adalah 106

7 Any Meilani, Penerapan Metode Creditrisk+ Dalam Pengukuran Risiko Kredit Kendaraan Bermotor pada keadaan dimana kerugian yang terjadi di atas rata-rata kerugian yang telah dicadangkan oleh perusahaan. Sedangkan dalam kondisi tidak normal, jumlah kerugian yang terjadi lebih besar dari maksimum kerugian yang telah diperkirakan pada kondisi normal. Dalam hal kerugian mencapai level unexpected loss maka kerugian tersebut harus bisa di-cover dari modal perusahaan. Dengan kata lain kecukupan modal harus mempertimbangkan besarnya unexpected loss. Besarnya modal yang diperlukan untuk dapat menutup kerugian tersebut dikenal sebagai economic capital yang diperhitungkan pada level percentile 99 th dari kerugian. Secara diagram konsep expected loss dan unexpected loss serta economic capital dapat digambarkan dalam Gambar 2 berikut ini. Probability Expected loss unexpected loss Economic capital 99 th percentile loss level O µ Loss Gambar 2. Economic Capital for CreditRisk Sumber : Technical Document CreditRisk+, A Credit Risk+ Mangement Framework, CSFB (1997) Menurut CSFB (1997), economic capital memiliki beberapa keistimewaan, yaitu: a. lebih tepat dalam mengukur risiko ekonomi dibandingkan yang ditetapkan oleh regulator. b. dapat mengukur risiko ekonomi pada portofolio dan keuntungan dari diversifikasi. c. dapat mengukur secara obyektif perbedaan antara masing-masing portofolio atas dasar kualitas kredit dan besarnya exposure. d. Sebagai alat pengukuran dinamis yang dapat menggambarkan perubahan risiko portofolio dan digunakan sebagi alat optimalisasi portofolio. Backtesting dan Validasi Model Backtesting merupakan kerangka kerja statistik formal yang dapat digunakan untuk membandingkan nilai risiko yang telah diprediksi dengan nilai risiko aktualnya berdasarkan tingkat kepercayaan (confidence level) tertentu (Jorion, 2001). Berdasarkan evaluasi tersebut dapat dilihat keakuratan model yang dibuat dengan kenyataan yang terjadi, yang disesuaikan dengan nilai ekpektasi yang boleh menyimpang yang ditentukan berdasarkan confidence level yang telah ditetapkan. Dalam studi ini backtesting dilakukan dengan cara membandingkan hasil proyeksi perhitungan VaR untuk setiap bulan dengan kerugian aktual yang dialami oleh PT. X setiap bulannya selama periode pengamatan. Sedangkan nilai actual loss yang digunakan sebagai pembanding nilai VaR adalah nilai exposure portofolio kredit kendaraan bermotor yang dikategorikan 107

8 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, sebagai Non Performing Loan (NPL) atau default setiap bulan selama periode pengamatan. Jika nilai actual loss < nilai VaR artinya nilai VaR dapat mengcover actual loss. Validasi model adalah suatu proses pemeriksaan untuk meyakinkan apakah model masih layak atau sesuai untuk digunakan. Validasi model dapat dilakukan dengan Likelihood Ratio (LR) Test. Yaitu dengan menghitung banyaknya jumlah real loss yang melebihi nilai VaR setiap bulan selama periode pengamatan, kemudian dibandingkan dengan jumlah kesalahan yang dapat ditolerir selama periode pengamatan. Untuk menentukan aktual model dimaksud, dapat dilakukan uji statistik likelihood ratio (Cruz, 2003) dengan persamaan sebagai berikut. LR = - 2 ln [(1 - ) Di mana: LR : Loglikelihood Ratio : confidence level T : jumlah data yang diobservasi V : jumlah data yang error T V V V T V ] + 2 ln [(1 - T V ) ( ) V ] T Jika jumlah kesalahan proyeksi masih di bawah dari ambang batas jumlah kesalahan yang dapat ditolerir berarti model ini valid dan dapat diterima. Nilai LR dibandingkan dengan nilai kritis chi squared dengan derajat bebas 1 pada tingkat signifikansi yang diharapkan. Jika nilai LR lebih besar dibandingkan dengan nilai kritis chi squared, maka model perhitungan risiko kredit tersebut tidak akurat dan sebaliknya apabila nilai LR lebih kecil dari nilai kritis chi squared, maka model perhitungan risiko kredit tersebut akurat. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data bulanan risiko kredit kendaraan bermotor yang meliputi jumlah unit kendaraan bermotor, jumlah exposure, kolektibilitas dan recovery rate kendaraan bermotor di PT. X. Dalam penelitian ini terdapat faktor pembatas yang tidak dapat dihindari, yaitu: 1) agunan tidak semuanya legible sehingga tidak dapat dijadikan second way out dan 2) default diasumsikan sebagai kolektibilitas macet sesuai ketentuan PT. X Penggunaan metode CreditRisk+ dalam penelitian ini berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu: 1. CreditRisk+ adalah model credit default risk yang tidak mengasumsikan penyebab terjadinya default. 2. Jumlah debitur yang sangat banyak, sehingga setiap pinjaman dapat dianggap mempunyai probability of default yang relatif kecil dan bersifat random serta independen antara satu debitur dengan debitur lainnya. 3. CreditRisk+ memfokuskan kepada dua macam pengukuran, yaitu : default dan non default serta expected loss dan unexpected loss. Ada beberapa tahap yang dilakukan untuk mengukur risiko kredit dengan metode CreditRisk+, yaitu: Tahap 1 : Pengumpulan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data bulanan kredit kendaraan bermotor dari tahun 2006 sampai 2008 yang meliputi jumlah unit kendaraan, jumlah exposure, kolektibilitas dan recovery rate. 108

9 Any Meilani, Penerapan Metode Creditrisk+ Dalam Pengukuran Risiko Kredit Kendaraan Bermotor Tahap 2 : Penyusunan Band Penyusunan band atau banding adalah untuk memudahkan proses pengukuran risiko kredit yaitu dengan cara memperkecil jumlah data dengan mengelompokkan total exposure menjadi beberapa kelompok atas dasar besarnya exposure kredit. Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) kelompok band yang digunakan, yaitu: Rp (satu juta) dan Rp (sepuluh juta). Tahap 3 : Menghitung exposure at default Exposure at default adalah besarnya kewajiban debitur pada saat fasilitas kreditnya terjadi default. Exposure diperoleh dari rata-rata outstanding tagihan kredit kendaraan bermotor yang mengalami default per bulan. Tahap 4 : Menentukan Recovery Rates Recovery Rates adalah persentase rata-rata tagihan tertunggak yang dapat dilunasi debitur. Nilai recovery rates akan menurunkan tingkat kerugian dalam hal terjadi default dimana besarnya kerugian akibat adanya kredit yang default akan ditutup sebagian dengan adanya recovery. Tahap 5 : Menghitung Default Rate Besarnya default rate didapat dengan cara menghitung perkiraan jumlah kejadian default per bulan untuk masing-masing band. Untuk menghitung number of default events, maka nilai exposure pada masing-masing kelompok band dibagi dengan common exposurenya dan didapatkan nilai lamda (λ). Tahap 6 : Menghitung probability of default dan cumulative probability of default Probability of default diperoleh dengan menggunakan Poisson Model. Fungsi distribusi probabilitasnya sebagai berikut. Prob (n. defaults) =.λ! Dimana : e : bilangan eksponensial = 2,71828 Lamda (λ) : mean = angka rata-rata Default : Pa N : jumlah debitur Untuk mendapatkan jumlah debitur pada tingkat keyakinan 95% dilakukan dengan memasukkan nilai n = 1,2,3... n, dan besarnya probability of default Untuk setiap n kejadian dapat diketahui. Selanjutnya dengan menjumlahkan angka probabilitas tersebut maka dapat diperoleh angka cumulative probability of default nya hingga mencapai 95% (tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini). Tahap 7 : Mengukur Expected Loss dan Unexpected Loss expected loss (EL) didapat sebagai hasil kali nilai n = lamda (λ) dengan nilai common exposure pada masing-masing kelompok band. Nilai unexpected default number terjadi pada saat cumulative probability of default didapat dengan menjumlahkan masingmasing nilai probabilitas pada n = 0, 1,2,3,...n, sehingga secara kumulatif nilainya mencapai setinggi-tingginya 100%. Dengan mengalikan nilai n dengan common exposure pada setiap kelompok band, didapatkan nilai unexpected loss (UL) atau Value 109

10 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, at Risk (VaR) yaitu maksimum kerugian yang bisa terjadi pada tingkat keyakinan tertentu 95% (tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini). Tahap 8 : Pengukuran Economic Capital Economic capital merupakan modal yang harus dimiliki perusahaan untuk mengcover maksimum kerugian disebabkan default pada portofolio kreditnya. Economic capital didapat dengan cara mengurangi unexpected loss dengan expected loss. Tahap 9 : Melakukan Pengujian Backtesting Backtesting dilakukan dengan cara membandingkan hasil proyeksi pengukuran VaR untuk setiap bulan dengan kerugian aktual yang dialami oleh PT. X setiap bulannya selama periode pengamatan. Tahap 10 : Validasi Model (LR test) Validasi model dilakukan dengan melakukan Likelihood Ratio (LR) Test yaitu dengan menghitung banyaknya jumlah real loss yang melebihi nilai VaR setiap bulan selama periode pengamatan, kemudian dibandingkan dengan jumlah kesalahan yang dapat diterima selama periode pengamatan. Nilai LR dibandingkan dengan nilai kritis chi squared dengan derajat bebas 1 pada tingkat signifikansi yang diharapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Recovery Rate dan Actual Loss PT. X menentukan angka recovery rate yaitu tingkat pengembalian pinjaman macet yang telah dihapusbukukan setiap tahunnya berbeda. Perbedaan angka recovery rate sangat tergantung kepada tingkat usaha penagihan (collection) kepada debitur. Recovery rate ini digunakan sebagai unsur pengurang kerugian yang dialami oleh perusahaan akibat terjadinya suatu gagal bayar dari debitur. Recovery rate yang digunakan PT. X selama tiga tahun selalu berbeda, seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Angka Recovery rate Pembiayaan Kendaraan Bermotor PT X, Tahun Uraian Recovery rate 73% 72,5% 71,5% Sumber : PT. X Actual loss (kerugian yang sebenarnya) dalam pengukuran risiko kredit dengan metode CreditRisk+ digunakan sebagai ukuran kerugian yang benar-benar tejadi untuk masing-masing kejadian default. Nilai actual loss dihitung dengan cara mengurangkan nilai eksposur pada saat default dengan nilai recovery rate-nya. Dari Tabel 3 tersebut terlihat bahwa actual loss secara keseluruhan tidak beraturan, kadang mengalami kenaikan dan ada kalanya mengalami penurunan. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada besar kecilnya actual loss adalah recovery rate. Semakin besar recovery rate maka akan semakin kecil actual lossnya, sebaliknya semakin kecil recovery ratenya maka akan semakin besar actual lossnya. 110

11 Any Meilani, Penerapan Metode Creditrisk+ Dalam Pengukuran Risiko Kredit Kendaraan Bermotor Tabel 3. Actual Loss Pembiayaan Kendaraan Bermotor PT X Periode Tahun/Bulan Actua Loss Tahun/Bulan Actual Loss Tahun/Bulan Actual Loss Januari Januari Januari Februari Februari Februari Maret Maret Maret April April April Mei Mei Mei Juni Juni Juni Juli Juli Juli Agustus Agustus Agustus September September September Oktober Oktober Oktober November November November Desember Desember Desember Sumber : PT. X Perusahaan biasa membuat kebijakan mengenai target recovery minimal yang harus dicapai. Hal ini dilakukan perusahaan dalam rangka untuk memperbesar recovery rate, sehingga diperlukan usaha yang intensif dari perusahaan pembiayaan untuk menagih kembali kredit yang telah macet, di samping peran staf collectoin sangat berpengaruh dalam memperbaiki recovery rate. Number of Default Number of Default merupakan jumlah peristiwa/kejadian terjadinya gagal bayar dari debitur pada periode tertentu. Nilai rata-rata dari frekuensi kejadian default dihitung dari pengukuran exposure at default dibagi dengan unit of exposure dalam setiap kelompok band, seperti terlihat pada Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar Band 1 juta kel.1 Band 1 juta kel.2 Band 1 juta kel.3 Band 1 juta kel.4 Band 1 juta kel.5 Band 1 juta kel.6 Januari Febr Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Band 1 juta kel.7 Band 1 juta kel.8 Band 1 juta kel.9 Band 1 juta kel Band 10 juta kel.1 Band 10 juta kel.2 Band 10 juta kel.3 Band 10 juta kel.4 Januari Febr Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Gambar 3. Number of Default Movement Tahun

12 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, Januari Febr Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Band 1 juta kel.1 Band 1 juta kel.2 Band 1 juta kel.3 Band 1 juta kel.4 Band 1 juta kel.5 Band 1 juta kel.6 Band 1 juta kel.7 Band 1 juta kel.8 Band 1 juta kel.9 Band 1 juta kel Januari Febr Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Band 10 juta kel.1 Band 10 juta kel.2 Band 10 juta kel.3 Band 10 juta kel.4 Gambar 4. Number of Default Movement Tahun Januari Febr Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Band 1 juta kel.1 Band 1 juta kel.2 Band 1 juta kel.3 Band 1 juta kel.4 Band 1 juta kel.5 Band 1 juta kel.6 Band 1 juta kel.7 Band 1 juta kel.8 Band 1 juta kel.9 Band 1 juta kel Band 10 juta kel.1 Band 10 juta kel.2 Band 10 juta kel.3 - Band 10 juta kel.4 Januari Febr Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Gambar 5. Number of Default Movement Tahun

13 Any Meilani, Penerapan Metode Creditrisk+ Dalam Pengukuran Risiko Kredit Kendaraan Bermotor Probability of default dan Cumulative probability of default Pengukuran cumulative probability of default dilakukan dengan cara menghitung rata-rata default per hari untuk masing-masing band pada masing-masing periode yang menggunakan model distribusi Poisson. Probability of default dan cumulative probability of default yang digunakan sebagai contoh perhitungan adalah pada band dengan unit of exposure Rp (satu juta rupiah) dan Rp (sepuluh juta rupiah) pada Desember 2008 seperti terlihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Probability of default dan cumulative probability of default Periode Desember 2008 Band Kelompok Lamda N Cum. prob. of default , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Sumber : PT X, data diolah Pada band Rp. 1 juta kelompok 1 dan 2 merupakan kelompok pembiayaan yang lancar sehingga kelompok tersebut tidak termasuk dalam kelompok default. Kelompok 3 dengan unit of exposure Rp. 1 juta dan lamda sebesar 1,7633 kemudian dengan menggunakan distribusi Poisson mencari nilai N pada saat probabilitas tertinggi dengan Cumulative probability. of default 95% dan tercapai N = 4, dan seterusnya. Expected Loss dan Unexpected Loss Berdasarkan Probability of default dan Cumulative probability of default tersebut, kemudian dihitung besarnya Expected Loss dan Unexpected Loss. Nilai Expected Loss diperoleh dari nilai probability of default tertinggi sedangkan Unexpected Loss diperoleh dari cumulative probability of default yang dalam penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Expected loss merupakan kerugian atau risiko kredit yang mungkin terjadi pada periode tertentu dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil perhitungan potensi kerugian (expected loss) sepanjang tahun 2006 berkisar dari yang terendah bulan Februari yaitu sebesar Rp ,00 sampai dengan yang tertinggi di bulan September yaitu sebesar Rp ,00. Dengan kata lain, potensi terjadinya risiko kredit yang diperkirakan oleh PT. X pada tahun 2006 berkisar antara Rp ,00-Rp ,00. Hasil perhitungan potensi kerugian (expected loss) sepanjang tahun 2007 berkisar dari yang terendah bulan Februari yaitu sebesar Rp ,00 sampai dengan yang tertinggi di bulan September yaitu sebesar Rp ,00. Artinya potensi terjadinya risiko kredit yang diperkirakan PT. X pada tahun 2007 berkisar antara Rp ,00-113

14 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, Rp ,00. Sedangkan hasil perhitungan potensi kerugian (expected loss) sepanjang tahun 2008 berkisar dari yang terendah bulan Desember yaitu sebesar Rp ,00 sampai dengan yang tertinggi di bulan Oktober yaitu sebesar Rp ,00. Dengan kata lain, potensi terjadinya risiko kredit yang diperkirakan pada tahun 2008 berkisar antara Rp ,00-Rp ,00. Dari periode expected loss terbesar selama tiga tahun terjadi di bulan September dan Oktober, hal ini dapat dimaklumi karena pada bulan tersebut merupakan hari raya. Unexpected loss merupakan nilai kerugiaan atau risiko kredit maksimal yang ditanggung perusahaan pada tingkat kepercayaan tertentu. Nilai unexpected loss berada di atas nilai expected loss. Dengan kata lain unexpected loss merupakan prediksi risiko kredit maksimal kendaraan bermotor. Nilai unexpected loss pada tahun 2006 dari yang terendah bulan Juni dan tertinggi bulan Desember berkisar antara Rp ,00-Rp ,00. Dengan kata lain, potensi risiko kredit maksimum kendaraan bermotor yang dapat ditolerir oleh PT. X pada tingkat kepercayaan 95% berkisar antara Rp ,00-Rp ,00. Hasil perhitungan potensi kerugian (unexpected loss) sepanjang tahun 2007 berkisar dari yang terendah bulan Juni yaitu sebesar Rp ,00 sampai dengan yang tertinggi di bulan Desember yaitu sebesar Rp ,00. Artinya potensi risiko kredit maksimum kendaraan bermotor yang dapat ditolerir oleh PT. X pada tingkat kepercayaan 95% berkisar antara Rp ,00- Rp ,00. Sedangkan hasil perhitungan potensi kerugian (unexpected loss) sepanjang tahun 2008 berkisar dari yang terendah bulan Mei yaitu sebesar Rp ,00 sampai dengan yang tertinggi di bulan November yaitu sebesar Rp ,00. Dengan kata lain, potensi risiko kredit maksimum kendaraan bermotor yang dapat ditolerir oleh PT. X pada tingkat kepercayaan 95% berkisar antara Rp ,00-Rp ,00. Berdasarkan nilai expected loss dan unexpected loss tersebut, PT. X dapat menyusun strategi pembiayaan kredit kendaraan bermotor, terutama yang berkaitan dengan pricing (rate) dan provisi yang kompetitif yang akan dibebankan kepada debitur, pencadangan atas exposure portofolio tersebut, mengantisipasi bertambahnya pembiayaan yang bermasalah serta menentukan kecukupan modal yang diperlukan untuk menutupi adanya potensi rikiso kredit maksimal yang mungkin terjadi. Economic Capital Kecukupan modal atau istilah economic capital merupakan modal yang diperlukan dalam perhitungan risiko kredit dengan CreditRisk+ adalah modal yang harus dimiliki perusahaan untuk menutupi nilai kerugian yang disebabkan oleh adanya unexpected loss. Besarnya economic capital ini dihitung dari pengurangan antara unexpected loss dengan nilai expected loss. Tabel 5 menunjukkan bahwa kecukupan modal yang dibutuhkan atas portofolio pembiayaan kendaraan bermotor yang dilakukan oleh PT. X kepada konsumennya sepanjang tiga tahun terakhir terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2006 nilai economic capital berada pada range Rp ,00-Rp ,00, dan terus meningkat pada tahun 2007 berada pada range Rp Rp ,00 dan meningkat kembali pada tahun 2008 berada pada range Rp ,00-Rp ,00. Apabila modal perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor PT. X dibandingkan dengan nilai economic capital selama tiga tahun terakhir, dapat disimpulkan bahwa PT. X masih cukup mampu untuk menanggung adanya risiko kredit yang diakibatkan oleh unexpected credit default losses. Dengan melihat kebutuhan economic capital yang relatif kecil, sekitar 1,55%-3,24% dari jumlah modal atas portofolio pembiayaan kendaraan bermotor sepanjang tahun

15 Any Meilani, Penerapan Metode Creditrisk+ Dalam Pengukuran Risiko Kredit Kendaraan Bermotor Tabel 5. Expected Loss, Unexpected Loss dan Economic Capital Pembiayaan Kendaraan Bermotor PT. X. Periode Tahun 2006 Bulan Expected Loss Unexpected Loss Economic Capital Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun 2007 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun 2008 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : PT X, data diolah Tabel 6. Persentase Economic Capital Terhadap Modal PT. X Periode Economic Capital (Rp) Modal PT "X" Prosentase (%) , , ,55 Sumber : PT X 115

16 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, Pengujian Model CreditRisk+ Pengujian model diperlukan untuk mengetahui apakah hasil perhitungan nilai VaR atau nilai unecpected loss dengan menggunakan CreditRisk+ tersebut valid untuk memperkirakan besarnya VaR dari suatu periode ke periode berikutnya. Untuk menjawab pertanyaan penelitian ketiga, yaitu apakah model akurat untuk mengukur risiko pembiayaan kendaraan bermotor PT. X dengan metode CreditRisk+, menggunakan back testing dan Likelihood Ratio (LR). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H 0 : Model CreditRisk+ cocok digunakan untuk mengukur risiko pembiayaan kendaraan bermotor di PT X H 1 : Model CreditRisk+ tidak cocok digunakan untuk mengukur risiko pembiayaan kendaraan bermotor di PT X Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam menguji model dengan back testing, yaitu menentukan jumlah sampel waktu pengamatan atau total observasi (T), dalam penelitian ini sebanyak 36; menghitung nilai V (total failure atau total exception) selama kurun waktu observasi; kemudian menentukan nilai atau tingkat kepercayaan, dalam penelitian ini menggunakan = 5% atau confidence level (tingkat kepercayaan) 95 persen; dan yang terakhir menghitung nilai Loglikelihood Ratio (LR). Formula Loglikelihood Ratio (LR) (Cruz, 2003), sebagai berikut. LR = - 2 ln [(1 - ) T V V V T V ] + 2 ln [(1 - T Di mana: LR : Loglikelihood Ratio : confidence level T : jumlah data yang diobservasi V : jumlah data yang error V ) ( ) V ] T Dari 36 periode pengamatan, terdapat 4 kali terjadi failure yaitu nilai actual loss risiko pembiayaan kendaraan bermotor lebih besar dari unexpected loss risiko pembiayaan kendaraan bermotor pada tingkat kepercayaan 5%. Sebanyak 2 kali terjadi pada tahun 2006, yaitu pada bulan Maret dimana nilai actual loss sebesar Rp ,00 lebih besar daripada unexpected loss sebesar Rp ,00 dan bulan September dimana nilai actual loss Rp ,00 lebih besar daripada unexpected loss sebesar Rp ,00. Selanjutnya satu kali pada tahun 2007, yaitu pada bulan Mei, dimana nilai actual loss risiko pembiayaan kendaraan bermotor sebesar Rp ,00 lebih besar dari nilai unexpected loss sebesar Rp ,00 dan yang terakhir pada tahun 2008 yaitu pada bulan Oktober dimana nilai actual loss risiko pembiayaan kendaraan bermotor sebesar Rp ,00 lebih besar dari nilai unexpected loss sebesar Rp ,00. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus LR, didapatkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% ( = 5%) nilai LR lebih kecil dari nilai Critical Value, sehingga hipotesis diterima atau H 0 diterima. Dengan kata lain, perhitungan pengukuran unexpected loss risiko pembiayaan kendaraan bermotor PT. X valid digunakan, sehingga model mencerminkan secara tepat pola risiko pembiayaan kendaraan bermotor yang terjadi dalam suatu periode tertentu dan pada 116

17 Any Meilani, Penerapan Metode Creditrisk+ Dalam Pengukuran Risiko Kredit Kendaraan Bermotor tingkat kepercayaan tertentu pula. Dengan kata lain, model tersebut dapat memprediksi besarnya economic capital untuk menutupi risiko pembiayaan kendaraan bermotor di masa mendatang. Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan pengujian model dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Hasil Perhitungan Pengujian Model Uraian Confidence Level = 5% N 36 V 4 df 1 Critical Value 3,841 Nilai LR 2,133 Kesimpulan 2,133 < 3,841 H diterima Sumber : PT X, data diolah 0 PENUTUP Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metode CreditRisk+, maka diperoleh hasil peneltian sebagai berikut. 1) Nilai expected loss dari tahun ketahun cenderung mengalami kenaikan, mulai dari Rp ,00 tahun 2006, Rp ,00 pada tahun 2007 dan sebesar Rp ,00 pada tahun Begitun juga dengan nilai unexpected loss cenderung mengalami kenaikan, mulai dari Rp ,00 pada tahun 2006, sebesar Rp ,00 pada tahun 2007 dan sebesar Rp ,00 pada tahun ) Dari perhitungan economic capital terlihat bahwa kecukupan modal yang dibutuhkan atas portofolio penyaluran pembiayaan kendaraan bermotor yang dilakukan oleh PT. X sepanjang tahun 2006 berkisar antara Rp ,00-Rp ,00 pada tahun 2006, dan terus meningkat pada tahun 2007 berada pada range Rp Rp ,00 dan meningkat kembali pada tahun 2008 berada pada range Rp ,00-Rp ,00. Apabila setiap nilai economic capital dihubungkan dengan modal yang dimiliki PT. X setiap tahunnya, maka dapat disimpulkan bahwa modal tersebut masih cukup untuk menutupi kerugian yang mungkin diakibatkan oleh unexpected credit default losses. 3) Pengujian model dengan menggunakan back testing dan Likelihood Ratio, menunjukkan bahwa selama periode pengamatan jumlah kejadian yang merugikan PT. X dengan tingkat kerugian yang melebihi nilai VaR kredit pembiayaan kendaraan bermotor masih dibawah ambang batas jumlah kerugian yang dapat ditolerir. Dengan kata lain metode pengukuran risiko pembiayaan kendaraan bermotor dengan menggunakan CreditRisk+ dapat diterima dan cukup akurat untuk mengukur risiko pembiayaan kendaraan bermotor PT. X. Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian ini, maka ada beberapa saran yang ditujukan kepada PT. X, yaitu: 1) Mengingat PT. X belum memiliki metode pengukuran risiko kredit dan berdasarkan hasil perhitungan risiko kredit dengan model CreditRisk+ menunjukkan model cukup akurat, maka motode ini dapat dipertimbangkan untuk digunakan sebagai sebagai salah satu alternatif untuk mengukur risiko pembiayaan kredit kendaraan bermotor di PT. X 117

18 Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, ) Berdasarkan data selama tiga tahun terakhir terlihat risiko kredit pembiayaan kendaraan bermotor cenderung meningkat, maka untuk menjaga kualitas portofolio dengan lebih baik, PT. X harus melakukan langkah-langkah preventif untuk menurunkan potensi default yaitu dengan cara lebih selektif dalam memilih debitur disamping memperbaiki non performing loannya dengan cara meningkatkan monitoring portofolio dan upaya menyelesaikan kredit bermasalah lebih maksimal. 3) Tingkat akurasi model CreditRisk+ sangat tergantung pada kehandalan data base yang dimiliki perusahaan, oleh karena itu apabila metode ini akan digunakan sebaiknya PT. X lebih meningkatkan kualitas data base perkreditannya sehingga pengukuran risiko pembiayaan akan lebih akurat, selain harus melakukan pengujian secara berkala dengan menggunakan LR test. REFERENSI Bessis, J. (2002). Risk management in banking (2 nd ed). Chichester: John Wiley & Sons Ltd. Crouhy M, Galai D, & Mark R. (2001). Risk management, New York: McGraw Hill Cruz, M. (2003). Modeling, measuring and hedging operational risk. New York: John Wilwy & Sons. Credit Suisse First Boston (CSFB). (1997). CreditRisk+ a Credit Risk Management Framework. Jorion, P. (2001). Value at risk. New York: McGraw-Hill. Olof, R. (2006). Penerapan metode creditrisk+ dalam pengukuran risiko kredit pada pembiayaan kendaraan bermotor (studi kasus PT XYZ ). Penelitian yang tidak dipublikasikan. Jakarta. Universitas Indonesia. Saunders, A & Linda A. (2002). Credit risk measurement: New approaches to creditrisk measurement. New approach to value at risk and other paradigms (2 nd ed). New york: John Wiley & Sons, Inc. Saunders, A. (2001). Financial institutions management, a risk management approach. New York: Mc. Graw Hill. Sunaryo, T. (2007). Manajemen risiko finansial. Jakarta: Salemba Empat Siagian, S. (2004). Analisis perhitungan risiko kredit dengan pendekatan creditrisk+ portofolio: Studi kasus pembiayaan murabahah bai Bithaman ajil pada BMT at taqwa. Suzanna, CZ. (2006). Penerapan metode creditrisk+ dalam pengukuran risiko kredit penyaluran pembiayaan kepada BPR/S di PT PNM Persero. Penelitian yang tidak dipublikasikan. Jakarta: Universitas Indonesia. Tjahjowidjojo, D. (2005). Aplikasi metode creditrisk+ dalam penilaian risiko kredit untuk segmen kartu kredit pada bank X. Penelitian yang tidak dipublikasikan. Jakarta: Universitas Indonesia. Tedy F. (2006). Refleksi dan strategi: Penerapan manajemen risiko perbankan Indonesia. Jakarta: PT Alex Media Komputindo-Kelompok Gramedia. 118

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian dalam karya akhir ini dilakukan melalui studi pustaka, pengumpulan data dan analisa kuantitatif. Studi pustaka digunakan untuk menyusun landasan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini akan memberikan penjelasan secara deskriptif mengenai hasil perhitungan statistik dalam mengukur risiko kredit menggunakan metode CreditRisk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam karya akhir ini pengukuran risiko yang ditunjukan terhadap pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dengan menggunakan Metode CreditRisk +, Dalam penerapan metode pengukuran

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan pemecahan masalah dalam mengukur risiko kredit dengan menggunakan metode Credit Risk +. Dimana pemecahan masalah tersebut akan sesuai mengikuti metodologi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X 51 BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK + Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas analisis mengenai pengukuran risiko kredit konsumtif pada bank X dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dianalisis dalam karya akhir ini adalah mengenai pengukuran risiko kredit di bagian Consumer Banking, khususnya untuk kredit

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam Bab 4 ini akan dibahas mengenai, analisis pengukuran risiko kredit consumer khususnya mortgage (KPR) pada Bank X dengan menggunakan Internal Model CreditRisk+. Dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Berdasarkan UU No. 21 Pasal 38 Tahun 2008 Tentang UU Perbankan Syariah disebutkan bahwa bank syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas seacara deskriptif mengenai hasil pengukuran risiko kredit pada segmen Kredit Tanpa Agunan pada bank XYZ dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA)

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA) ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA) SUHERI PURNOMO Jl. Srengseng Raya No.45 RT 008/06 Kembangan Jakarta Barat. 11630

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian untuk karya akhir ini akan dilakukan perhitungan risiko Kartu Kredit dengan menggunakan metode CreditRisk dalam mengukur nilai risiko kredit

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian BNI Syariah memiliki visi menjadi bank umum syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian 18 3. METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu parameter kinerja jangkauan layanan LKM mencakup adalah luasnya jangkauan kepada nasabah berupa besarnya jumlah nasabah yang dilayani LKM. Untuk menjangkau

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada sub bab 1.2, yaitu besarnya Capital Charge yang harus disediakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Kredit Tanpa Agunan (KTA) di Bank XYZ Kredit Tanpa Agunan merupakan salah satu produk perbankan yang memberikan fasilitas pinjaman tanpa beban memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah merupakan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam bentuk penyediaan dana pembiayaan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Portofolio Kartu Kredit Secara umum portofolio kartu kredit di Bank X mengalami peningkatan selama kurang lebih dua tahun terakhir. Secara umum total eksposur mengalami

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kajian Pustaka 3.1.1. Manajemen Risiko Menurut Chapman (2006), manajemen risiko adalah bagian dari pengendalian internal. Manajemen risiko ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Kredit UKM di Bank XYZ Penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha dalam rangka membangun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas secara teoritis dasar-dasar yang digunakan dalam mendukung penulisan penelitian dan penjelasan masing-masing variabel yang berkaitan dalam proses pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan memiliki peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi tantangan dunia usaha dan industri

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS

ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS INDRA KURNIAWAN 0806432985 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA DESEMBER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN RISIKO KREDIT MENGGUNAKAN METODE CREDIT RISK + DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL MAKRO EKONOMI (STUDI KASUS DI BANK X)

UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN RISIKO KREDIT MENGGUNAKAN METODE CREDIT RISK + DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL MAKRO EKONOMI (STUDI KASUS DI BANK X) UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN RISIKO KREDIT MENGGUNAKAN METODE CREDIT RISK + DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL MAKRO EKONOMI (STUDI KASUS DI BANK X) TESIS IRA WIDAYANTI 0806432991 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Pengertian Kredit Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan dan bahasa Latin creditum yang artinya kepercayaan akan kebenaran. Oleh sebab itulah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 31 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Risiko kredit atau dalam bahasa asing disebut credit risk adalah suatu potensi kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 1.1 Kajian Pustaka 1.1.1 Pengertian Kredit Kredit menurut bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan dan bahasa Latin creditum yang berarti kepercayaan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Profil Perusahaan Bank ABC pada mulanya didirikan dengan menggunakan nama NV Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory. Perusahaan mulai beroperasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan dari Bab III adalah nilai minimum capital requirement Divisi Usaha Menengah PT. Bank X, selama tahun tahun 2007 yaitu sebagai berikut : Tabel 4.1 Minimum

Lebih terperinci

THE COMPARISON ANALYSIS WITHIN RISK OF MURABAHAH FINANCING AND MUDHARABAH AT PT BANK SYARIAH X (RISK ANALYSIS BY USING INTERNAL METHOD CREDITRISK+)

THE COMPARISON ANALYSIS WITHIN RISK OF MURABAHAH FINANCING AND MUDHARABAH AT PT BANK SYARIAH X (RISK ANALYSIS BY USING INTERNAL METHOD CREDITRISK+) THE COMPARISON ANALYSIS WITHIN RISK OF MURABAHAH FINANCING AND MUDHARABAH AT PT BANK SYARIAH X (RISK ANALYSIS BY USING INTERNAL METHOD CREDITRISK+) BY : MOHAMMAD AINUN NAJIB 43208110087 ABSTRACT Production

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengantar Pada Bab ini akan dilakukan pembahasan untuk menetapkan beban overbooking melalui model penghitungan. Untuk dapat melakukan penghitungan tersebut, terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dianalisis dan dibahas tentang pengukuran risiko operasional klaim asuransi kesehatan pada PT. XYZ menggunakan metode EVT. Pengukuran risiko operasional

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA Kurang Lancar

PROSPEK USAHA Kurang Lancar LAMPIRAN 85 86 Lampiran. Pedoman umum penggolongan kualitas kredit Bank Syariah Komponen Lancar Dalam Perhatian Khusus Potensi pertumbuh an usaha Kondisi pasar dan potensi debitur dalam persaingan Kualitas

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Pada bab ini akan dibahas sifat, jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini serta metodologi yang akan digunakan. 3.2 Data dan Pengambilan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI DAN DATA PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI DAN DATA PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI DAN DATA PENELITIAN 3.1 Pengantar Dalam penelitian ini digunakan rancangan penelitian kasus karena dengan rancangan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang mendalam, akurat, lengkap

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. penafsiran semua data yang berkaitan dengan apa yang menjadi obyek di dalam

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. penafsiran semua data yang berkaitan dengan apa yang menjadi obyek di dalam BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah proses yang mendasari pemilihan, pengolahan, dan penafsiran semua data yang berkaitan dengan apa yang menjadi obyek di dalam

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian Hasil Analisis dengan Back Testing (LR) - Tentukan nilai T, V dan α - Hitung nilai - Bandingka LR dengan CV pada α tertentu - Kesimpulan uji Membandingkan Actual Loss dengan Metode Standar dengan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + (STUDI KASUS BNI SYARIAH) TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + (STUDI KASUS BNI SYARIAH) TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + (STUDI KASUS BNI SYARIAH) TESIS FATCHUR ROCHMAN 0806432625 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi. 1. Bagaimana sistem penghitungan risiko kredit yang ada saat ini?

LAMPIRAN. : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi. 1. Bagaimana sistem penghitungan risiko kredit yang ada saat ini? LAMPIRAN Wawancara Pengguna Nama Lokasi Subyek : Oktario Sitorus : PT. Ganesha Cipta Informatika : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi basis data untuk pengukuran risiko

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menganalisa data pembiayaan bank syari ah akan digunakan pendekatan dengan model CreditRisk+, metode yang telah diakui bisa digunakan dalam menghitung risiko

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Manajemen Risiko Risiko secara umum didefinisikan sebagai ketidakpastian yang memiliki potensi untuk terjadi yang secara bervariasi dapat menghasilkan keuntungan maupun kerugian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (variables) seperti harga, volume instrumen, dan varian (variance) yang berubah

BAB I PENDAHULUAN. (variables) seperti harga, volume instrumen, dan varian (variance) yang berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir ada banyak perubahan pada lembaga keuangan dalam mengevaluasi dan mengukur risiko. Usaha perbaikan regulasi berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bersama, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bersama, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diketahui bersama, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit masih merupakan aktivitas yang dominan bagi usaha perbankan di Indonesia, atau dengan kata

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN III.METODE PENEITIAN 3.1. Kerangka Tahapan Pemikiran Perkembangan industri non perbankan terus menunjukkan tren positif terutama perasuransian dan perusahaan pembiayaan. Hal ini terjadi pula pada PT ABC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Risiko bisnis, bencana alam, perampokan, pencurian, serta kebangkrutan menjadi risiko yang sering terjadi pada banyak perusahaan, khususnya perbankan. Masih

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Evaluasi variabel makroekonomi dalam transisi rating kredit dengan menggunakan metode Macro Simulation Approach dilakukan sebagai berikut: 4.1 Sumber Data Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sebelum krisis tahun 1998 sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dilirik oleh perbankan karena mereka menilai sektor ini tidak layak untuk dibiayai,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO KREDIT KPR CONSUMER BANKING BANK X DENGAN METODE CREDIT RISK+ TESIS

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO KREDIT KPR CONSUMER BANKING BANK X DENGAN METODE CREDIT RISK+ TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN RISIKO KREDIT KPR CONSUMER BANKING BANK X DENGAN METODE CREDIT RISK+ TESIS SATRIA BUDI RAHARDJA 0706170476 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN KEKHUSUSAN

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Internal Rating PT. Bank X PT. Bank X yang merupakan salah satu bank BUMN di Indonesia yang termasuk 3 besar dalam nilai aset. PT. Bank X membagi portepel

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar istilah

Lampiran 1. Daftar istilah LAMPIRAN LAMPIRAN 46 Lampiran 1. Daftar istilah 1. Non performing loan (NPL) : kredit macet yang pembayaran bunga dan pokok pinjaman tertunda 90 hari atau lebih, atau setidaknya 90 hari pembayaran bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otorisasi perbankan untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut disalurkan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VaR PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN DATA HISTORIS DAN DATA SIMULASI MONTE CARLO

PERHITUNGAN VaR PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN DATA HISTORIS DAN DATA SIMULASI MONTE CARLO 1 e-jurnal Matematika Vol. 1 No. 1 Agustus 2012 PERHITUNGAN VaR PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN DATA HISTORIS DAN DATA SIMULASI MONTE CARLO WAYAN ARTHINI 1, KOMANG DHARMAWAN 2, LUH PUTU IDA HARINI 3 1, 2,

Lebih terperinci

7 Universitas Indonesia

7 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Tinjauan Konsep Risiko Kredit Lembaga perbankan dalam melakukan kegiatannya menghadapi berbagai kemungkinan, di mana kegiatan yang dilakukan tersebut dapat berdampak negatif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produk Kredit Komersil adalah kredit yang bersifat umum, individu, selektif, dan berbunga wajar untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperti situs Bank Syariah yang terkait dalam penelitian ini. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. seperti situs Bank Syariah yang terkait dalam penelitian ini. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Data penelitian ini diambil dari situs Bank Indonesia (http://www.bi.go.id), referensi jurnal, buku yang menunjang serta situs web lainnya yang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Drs. Masyhud, M.B.A., M.M Manajemen Risiko, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Drs. Masyhud, M.B.A., M.M Manajemen Risiko, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 62 DAFTAR PUSTAKA Al-Qur an al-karim. Terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia.Jakarta. Ali, Drs. Masyhud, M.B.A., M.M. 2006. Manajemen Risiko, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Antonio, M. Syafe

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan bagian Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam struktur perbankan nasional. BPRS menjalankan kegiatan usaha secara konvensional

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VaR PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN DATA HISTORIS DAN DATA SIMULASI MONTE CARLO

PERHITUNGAN VaR PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN DATA HISTORIS DAN DATA SIMULASI MONTE CARLO PERHITUNGAN VaR PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN DATA HISTORIS DAN DATA SIMULASI MONTE CARLO WAYAN ARTHINI 1, KOMANG DHARMAWAN 2, LUH PUTU IDA HARINI 3 1, 2, 3 Jurusan Matematika FMIPA Universtitas Udayana,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI DAN RISIKO KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + TERHADAP KREDIT PEMILIKAN RUMAH PADA BANK ABC TESIS Kristianti Mutia Fatimah 0906586272

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan

Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan LAMPIRAN 53 54 55 Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan No Tahun Peneliti Judul Metode Hasil 1 2004 Dewi CreditRisk Corry + 3 2006 Prias moro 4 2010 Meilani, A 5 2010 N.Nuruz zaman Penerapan

Lebih terperinci

Backtesting Pada Value at Risk Dengan Model Pendekatan Lopez dan Blanco-Ihle

Backtesting Pada Value at Risk Dengan Model Pendekatan Lopez dan Blanco-Ihle Backtesting Pada Value at Risk Dengan Model Pendekatan Lopez dan Blanco-Ihle Mashuri Mashuri_07@yahoo.com Jurnal Konvergensi Abstrak Value at Risk (VaR) adalah estimasi kerugian yang maksimal pada periode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA Untuk mendapatkan hasil variabel mana yang paling signifikan dan mendapatkan penghitungan pengaruh hazard dan survival pada masing-masing variabel, maka dilakukan regresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia dan sebagian negara Asia Tenggara dan Timur mengalami krisis ekonomi yang disebabkan oleh beberapa faktor baik yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Kesehatan Bank terhadap Return Saham pada Industri Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. 4.1.1. Kondisi Risk/Non Performing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah uang atau dana yang dilakukan pada saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI RISIKO (VALUE AT RISK) MENGGUNAKAN UJI KEJADIAN BERNOULLI (BERNOULLI COVERAGE TEST) (Studi Kasus pada Indeks Harga Saham Gabungan)

ANALISIS NILAI RISIKO (VALUE AT RISK) MENGGUNAKAN UJI KEJADIAN BERNOULLI (BERNOULLI COVERAGE TEST) (Studi Kasus pada Indeks Harga Saham Gabungan) ANALISIS NILAI RISIKO (VALUE AT RISK) MENGGUNAKAN UJI KEJADIAN BERNOULLI (BERNOULLI COVERAGE TEST) (Studi Kasus pada Indeks Harga Saham Gabungan) SKRIPSI Disusun Oleh: IWAN ALI SOFWAN NIM. J2E009043 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dipertimbangkan industri keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Jorion

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dipertimbangkan industri keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Jorion BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Risk management atau manajemen risiko saat ini merupakan salah satu prioritas utama yang dipertimbangkan industri keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Jorion

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO KREDIT KONSUMTIF DENGAN METODE CREDIT RISK + PADA BANK X TESIS LYDIA RETNO GUNARSIH

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO KREDIT KONSUMTIF DENGAN METODE CREDIT RISK + PADA BANK X TESIS LYDIA RETNO GUNARSIH ANALISIS PENGUKURAN RISIKO KREDIT KONSUMTIF DENGAN METODE CREDIT RISK + PADA BANK X TESIS LYDIA RETNO GUNARSIH 0606145933 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Value at Risk (VaR) telah menjadi ukuran standar dalam resiko pasar di

BAB I PENDAHULUAN. Value at Risk (VaR) telah menjadi ukuran standar dalam resiko pasar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Value at Risk (VaR) telah menjadi ukuran standar dalam resiko pasar di lembaga-lembaga keuangan seperti bank. Alasan utama mengapa VaR begitu populer adalah

Lebih terperinci

PRODI. Semester : Hal: 1 dari 6 RP S1 SB 05. No.Revisi : 00. CP 2.5 : Menerapkan Teori Resiko. Di Industri Keuangan. (Rating perusahaan, Model

PRODI. Semester : Hal: 1 dari 6 RP S1 SB 05. No.Revisi : 00. CP 2.5 : Menerapkan Teori Resiko. Di Industri Keuangan. (Rating perusahaan, Model Hal: 1 dari 6 A. CAPAIAN PEMBELAJARAN: CP 2.5 : Menerapkan Teori Resiko Di Industri Keuangan CP 15.2: Mampu mengelola dan berja dalam tim CP 15.4: Bertanggung jawab atas hasil rja mandiri dan lompok CP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Risiko adalah bagian dari kehidupan. Menghindari semua resiko akan mengakibatkan tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan. The Institute

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Fatchur Rochman, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Fatchur Rochman, FE UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam era globalisasi dewasa ini di mana perekonomian berkembang dengan pesat, perbankan merupakan salah satu institusi yang mempunyai peran dalam upaya

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI RISIKO (VALUE AT RISK) MENGGUNAKAN UJI KEJADIAN BERNOULLI (BERNOULLI COVERAGE TEST) (Studi Kasus pada Indeks Harga Saham Gabungan)

ANALISIS NILAI RISIKO (VALUE AT RISK) MENGGUNAKAN UJI KEJADIAN BERNOULLI (BERNOULLI COVERAGE TEST) (Studi Kasus pada Indeks Harga Saham Gabungan) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 233-242 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS NILAI RISIKO (VALUE AT RISK) MENGGUNAKAN UJI KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) dapat dilihat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) dapat dilihat 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Variabel Untuk mengintepretasikan hasil statistik deskriptif dari Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam penelitian ini maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Return On Asset Tujuan dasar dari manajemen suatu unit usaha bisnis adalah untuk memaksimalkan nilai dari investasi yang ditanamkan oleh pemilik modal terhadap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak

Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak Kerugian yang tidak diharapkan Risiko Penyimpangan dari yang diharapkan Kejadian yang tidak menguntungkan Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan hal - hal yang berkaitan dengan hasil pengolahan data dan pembahasan dari hasil pengolahan data tersebut. Adapun pembahasan yang dimaksud meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otoritas perbankan untuk menerima simpanan, memberikan kredit, dan menerima serta menerbitkan cek. Bank perlu di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga financial intermediary mempunyai fungsi utama, yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial intermediary. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah harga penutupan saham-saham yang direkomendasikan akan dapat bertahan pada tahun politik (2014) dalam media kompas.com,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis stress..., A. Pawitra Indriati, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis stress..., A. Pawitra Indriati, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan portfolio trading atau jual beli efek adalah salah satu kegiatan usaha, terutama pada perusahaan yang bergerak di industri pasar modal, untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika PT. Ganesha Cipta Informatika pertama kali didirikan pada 10 April 1989 dan mulai menggunakan perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahan yang bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Rasio Kecukupan Modal. Tabel 4.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Rasio Kecukupan Modal. Tabel 4.1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor Capital (Permodalan) 1. Kecukupan Modal Bank a. Rasio Kecukupan Modal Tabel 4.1 Hasil Penilaian Peringkat Rasio KPMM Tahun 2013 Nama Bank KPMM(Modal/ATMR)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Risiko adalah besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Pengukuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia perbankan yang semakin meningkat baik di antara bank-bank umum nasional maupun dengan bank asing mendorong bank-bank menjadi semakin agresif

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN SYARIAH

MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN SYARIAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN SYARIAH Tujuan Manajemen Risiko 1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator. 2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable. 3. Meminimalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya perekonomian di dunia meskipun kini tengah dilanda krisis ekonomi global, dunia bisnis merupakan dunia yang paling ramai

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK-LITTERMAN BERDASARKAN INDEKS TREYNOR, INDEKS SHARPE, DAN INDEKS JENSEN

PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK-LITTERMAN BERDASARKAN INDEKS TREYNOR, INDEKS SHARPE, DAN INDEKS JENSEN PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK-LITTERMAN BERDASARKAN INDEKS TREYNOR, INDEKS SHARPE, DAN INDEKS JENSEN (Studi Kasus Saham-Saham yang Termasuk dalam Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kredit

TINJAUAN PUSTAKA Kredit TINJAUAN PUSTAKA Kredit Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, fungsi bank

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, fungsi bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga financial intermediary yang menerima dana masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, fungsi bank sebagai motor perekonomian mengharuskan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 61 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil peneltian, beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah : Dari hasil uji ANOVA 2007, 2008 dan 2009, dapat dikatakan bahwa ketiga metode yang dicoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah luput dari permasalahan ekonomi. Dengan situasi yang cepat berubah, masyarakat memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu 2.1.1. Lusia Estine Martin, Saryadi, dan Andi Wijayanto (2014) Lusia Estine Martin, Saryadi, dan Andi Wijayanto melakukan penelitian ini dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat penggerak pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari pembangunan. Bank sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

Pengukuran Risiko Portofolio Investasi dengan Value at RISK (VaR) melalui Pendekatan Metode Variansi-Kovariansi dan Simulasi Historis

Pengukuran Risiko Portofolio Investasi dengan Value at RISK (VaR) melalui Pendekatan Metode Variansi-Kovariansi dan Simulasi Historis Pengukuran Risiko Portofolio Investasi dengan Value at RISK (VaR) melalui Pendekatan Metode Variansi-Kovariansi dan Simulasi Historis Ines Saraswati Machfiroh Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat inheren yang muncul sebelum risiko yang lainnya (Muslich, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat inheren yang muncul sebelum risiko yang lainnya (Muslich, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko secara umum didefinisikan sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa baik yang diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan dan dapat menimbulkan dampak

Lebih terperinci