IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk."

Transkripsi

1 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Acara peringatan pendirian dilakukan di Istana Bogor dan memperoleh tambahan modal dari masyarakat Jawa Barat senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90 an Indonesia dilanda krisis moneter. Sektor perbankan nasional mengalami kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar. Dalam upaya memperkuat permodalannya, BMI mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham BMI. Kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi BMI. BMI berhasil mengembalikan kondisi perusahaan menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap karyawan Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

2 57 Bank Muamalat berhasil bangkit dari kerugian, diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota direksi diangkat dari internal Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (1) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (2) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak karyawan Muamalat sedikitpun, (3) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri karyawan Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan direksi baru, (4) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (5) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank Muamalat ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya. Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, ATM, serta merchant debet. BMI juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan syariah yang kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui beberapa award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York).

3 Visi dan Misi BMI BMI memiliki sebuah visi, Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dan dikagumi di pasar rasional. Misi BMI adalah Menjadi role model lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen, dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimalkan nilai kepada seluruh pemangku kepentingan Struktur Organisasi BMI Pada BMI, perusahaan dipimpin oleh seorang presiden direktur yang membawahi lima direktur, yakni Compliance and Corporate Planning Director, Corporate Banking Director, Retail Banking Director, Treasury and International Banking Director, dan Finance and Operations Director. Struktur perusahaan BMI juga dilengkapi dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi operasional dan produk perbankan agar sesuai dengan ketentuan syariah. Kedudukan DPS setingkat dengan Dewan Komisaris agar pendapat yang dikeluarkan oleh DPS untuk BMI lebih efektif. Berikut struktur organisasi BMI. Board of Comissioners President Director Shariah Supervisiory Board Complience & Corporate Planning Director Complience Corporate Secretary Corporate Planning Corporate Banking Director Financin g Support Remedial Product Dev. Retail Banking Director Retail Product Development Sales Management & Support Chanel Management Treasury & International banking Director Treasury Internal Banking & Financing Institution Funding Policy & Service Finance & Operation Director General Admin & Network IT Management Finance & Accounting Gambar 7. Struktur organisasi BMI secara umum (BMI 2012)

4 Perkembangan Pembiayaan Anggota Koperasi BMI Cabang Bogor Tahun Pembiayaan anggota koperasi merupakan salah satu jenis produk penyaluran pembiayaan BMI yang ditujukan kepada Kopkar yang kekurangan dana untuk membantu memenuhi kebutuhan anggota dengan cara meminjamkan sejumlah dana. Produk pembiayaan ini sudah ada sejak tahun 2000 an dan terus berkembang hingga saat ini. Berbagai perbaikan terhadap kebijakan produk, prosedur pembiayaan, dan plafond pembiayaan terus dilakukan dari tahun ke tahun. Jika dilihat dari aspek kebijakan produk dan prosedur pembiayaan anggota koperasi dari tahun 2009 hingga 2011, BMI terus melakukan pembenahan khususnya terkait dengan hal hal yang detail. Misalnya, meningkatkan aspek analisis pembiayaan terutama dalam hal trade checking yang dilakukan secara lebih mendalam. Apalagi, sejak tahun 2011 sudah direncanakan untuk menambahkan syarat bagi Kopkar yang anggotanya ingin mengajukan plafond pembiayaan hingga Rp maka Kopkar yang menaungi harus sudah berbadan hukum syariah. Hal itu dilakukan untuk menjaga tingkat NPF agar tetap rendah meski plafond yang ditawarkan relatif besar. Terkait dengan aspek peningkatan plafond pembiayaan, pihak BMI sengaja menawarkan jumlah pinjaman yang dilipatgandakan hinga 100% dari tahun 2009 hingga Secara umum, banyak Kopkar yang sangat tertarik dengan penawaran BMI tersebut. Berikut tabel pembiayaan anggota koperasi tahun Tabel 4. Total pembiayaan anggota koperasi Keterangan Total Pembiayaan (Rp) Peningkatan (%) - 55,33-3,53 Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, diolah (BMI 2012)

5 60 Pada tahun 2009, pembiayaan anggota koperasi tercatat mencapai Rp , sedangkan nasabah yang telah melunasi pinjaman pada sebanyak sembilan Kopkar dengan total Rp Total pembiayaan Rp dapat dicapai ketika plafond pembiayaan maksimum yang dapat diajukan oleh nasabah adalah Rp 25 juta. Dengan maksimum plafond pembiayaan yang masih relatif kecil tersebut, BMI dapat mencapai angka pembiayaan anggota koperasi tanpa jaminan fix asset hingga Rp 26 miliar saja sudah tergolong bagus. Hal itu mengingat jumlah account manager yang bekerja di BMI Cabang Bogor saat itu hanya sekitar lima orang saja. Pembiayaan anggota koperasi mengalami pertumbuhan sebesar 55,33% dari tahun 2009 ke tahun 2010, yakni dari Rp menjadi Rp Peningkatan total penyaluran pembiayaan ini disebabkan oleh kebijakan baru BMI yang meningkatkan plafond pembiayaan maksimum untuk masing masing anggota Kopkar menjadi Rp 50 juta. Pembiayaan baru yang masuk masing masing berasal dari empat Kopkar/nasabah lama yang sebelumnya memiliki pinjaman anggota koperasi tapi belum lunas dan tiga Kopkar baru yang sebelumnya tidak memiliki pinjaman anggota koperasi di BMI. Pada tahun 2010 ini juga tercatat ada enam pembiayaan dengan total Rp yang sudah lunas. Pada tahun 2011, terjadi penurunan total penyaluran pembiayaan anggota koperasi dari tahun Total pembiayaan pada tahun 2011 mencapai Rp Penurunan pertumbuhan pembiayaan anggota koperasi dari tahun 2010 ke tahun 2011 adalah sebesar 3,53%. Meski di tahun 2011 tejadi penurunan jumlah pembiayaan, namun hal itu tidak terjadi secara signifikan karena tiga pembiayaan sudah lunas dengan total Rp di tahun Pembiayaan anggota koperasi tidak mengalami pertumbuhan seperti periode karena memang pada tahun 2011 sedang dilakukan evaluasi dan perumusan kembali prosedur dan kebijakan baru pembiayaan anggota koperasi agar ke depan menjadi lebih baik.

6 Perkembangan NPF Pembiayaan Anggota Koperasi BMI Cabang Bogor Perkembangan Non Performing Financing (NPF) net pembiayaan anggota koperasi pada BMI Cabang Bogor dihitung berdasarkan rumus yang dipergunakan oleh bank. Bentuk form perhitungan NPF net secara lengkap ada dalam lampiran 13, 14, dan 15 skripsi ini. Berikut adalah tabel perhitungan NPF net pembiayaan anggota koperasi periode Tabel 5. Perhitungan NPF net pembiayaan anggota koperasi Keterangan Total Outstanding Posisi Pembiayaan NPF Net 1,1 0,32% 0,33% Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, diolah (BMI 2012) Berdasarkan Tabel 5. diketahui bahwa NPF net pembiayaan anggota koperasi tertinggi terjadi pada tahun Hal itu disebabkan oleh jumlah kredit macet pada tahun 2009 mencapai Rp NPF net dihitung dengan cara membagi besarnya pembiayaan yang termasuk kolektibilitas 3, 4, dan 5 dengan total outstanding pembiayaan anggota koperasi. NPF net pada tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan berada diposisi 0,32%. Peningkatan NPF net sebesar 0,01% terjadi pada tahun 2011, yakni 0,33%. Meski pembiayaan yang macet pada tahun 2010 dan 2011 besarnya adalah sama, namun jumlah outstanding pada tahun 2010 lebih kecil dibandingkan tahun Hal itu membuat nilai NPF net tahun 2010 dan 2011 mengalami perbedaan. Secara keseluruhan, NPF net pembiayaan anggota koperasi masih berada di bawah angka 5%. Hal ini menunjukkan bahwa NPF net masih berada dalam posisi yang sehat dan penyaluran pembiayaan anggota koperasi masih dapat dilakukan. Rendahnya tingkat NPF net juga menunjukkan bahwa kinerja account manager dalam menyalurkan dan mengelola nasabah pembiayaan anggota koperasi terbilang baik.

7 Strategi Menanggulangi Kerugian Akibat Risiko Pembiayaan Risiko Operasional Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Dalam hal ini, risiko operasinal yang muncul di BMI Cabang Bogor disebabkan oleh minimnya jumlah Account Manager (AM) dan luasnya coverage pembiayaan yang harus ditangani oleh AM Cabang Bogor. AM Cabang Bogor periode jumlahnya hanya sekitar 7 orang, namun harus mengangani proses pengajuan pembiayaan dari beberapa kantor cabang pembantu seperti cabang pembantu Tajur dan Cibinong. Bahkan, meski coverage area penanganan pembiayaan yang seharusnya hanya berada di Bogor dan sekitarnya, kenyataannya AM juga mendapatkan pengajuan pembiayaan dari daerah Jakarta dan sekitarnya. Oleh karena itu, saat ini BMI sedang berupaya untuk merekrut tenaga kerja baru melalui Muamalat Officer Development Program agar dapat memenuhi kebutuhan Sumber Daya Insani (SDI). Ketika AM harus memproses pembiayaan yang berasal dari calon peminjam yang lokasi Kopkar dan usahanya jauh dari BMI Cabang Bogor, AM akan mengalami kendala operasional seperti alat transportasi, menghabiskan banyak waktu untuk melakukan trade checking, dan meningkatnya biaya operasional. Akan tetapi, pihak BMI sudah menyediakan alat transportasi berupa mobil yang dapat digunakan secara bersamaan oleh para AM. Meski memiliki tujuan yang berbeda, namun para AM ini dapat menggunakan mobil tersebut dan berhenti di titik yang terdekat dengan lokasi Kopkar yang dituju. Tentu saja, semakin jauh lokasi Kopkar mengajukan pembiayaan maka semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk melakukan trade checking. Hal ini membuat AM sering kembali ke kantor ketika jam kantor sudah akan selesai. Sehingga waktu untuk melakukan analisis Usulan Pembiayaan (UP) menjadi terbatas, padahal UP sangat penting dalam mempertimbangkan pemberian pinjaman dan forecasting lancar/tidaknya proses pembayaran di masa mendatang. Terkait dengan peningkatan biaya operasional akibat jauhnya lokasi trade checking, BMI memberi uang pengganti transportasi.

8 Risiko Hukum Risiko hukum muncul akibat adanya cessie sebagai jaminan atas pengalihan piutang dari anggota koperasi kepada koperasi karyawan. Jaminan cessie ini ternyata lemah dimata hukum karena tidak bersifat kebendaan dan disclousure. Untuk mengatasi risiko hukum atas adanya jaminan cessie ini, pihak BMI bekerja sama dengan notaris setempat untuk melakukan penguatan jaminan dimata hukum yakni dengan membuat back-up atas jaminan cessie ini dengan jaminan fiducia yang didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fiducia (KPF). Notaris juga berfungsi untuk membantu menyempurnakan proses pengikatan agar berlangsung dengan sempurna. Pengikatan harus dilakukan dengan sempurna karena akan sangat memengaruhi perjanjian dalam proses pelunasan pinjaman di masa mendatang Risiko Strategik Risiko strategik muncul akibat adanya ketentuan executing dalam pembiayaan anggota koperasi. Executing adalah pemisahan hubungan secara langsung antara pihak BMI dengan anggota koperasi. Dalam hal ini pihak Kopkar yang menjadi jembatan penghubung antara BMI dengan para anggota koperasi yang mengajukan pembiayaan. Kopkar berperan sebagai executing agent yang bertanggungjawab penuh atas proses pengajuan pembiayaan hingga pelunasan pembiayaan. Hal ini tentu saja lebih berisiko bagi BMI, karena yang diindikasikan dapat melakukan wanprestasi ada dua, yakni Kopkar dan anggota koperasi. Untuk anggota koperasi, kemungkinan mereka tidak membayar angsuran adalah sangat minim karena angsuran dipotong langsung dari gaji karyawan. Jika anggota koperasi ini tidak membayar angsuran maka yang bertanggungjawab penuh untuk membayar adalah Kopkar. Pada beberapa kasus dalam penelitian ini, ternyata justru berpotensi melakukan wanprestasi adalah Kopkar. Dana yang telah terkumpul dari para anggota koperasi ternyata ada yang digunakan untuk keperluan lain, seperti pembiayaan proyek instansi atau penyelewengan dana angsuran oleh oknum pengelola Kopkar.

9 64 Pembiayaan macet yang disebabkan oleh penyalahgunaan dana untuk keperluan proyek perusahaan dan ternyata rugi sehingga menyebabkan proses pembayaran angsuran pembiayaan menjadi macet, dapat diatasi dengan melakukan rescheduling, reconditioning, dan restructuring. Rescheduling atau penjadwalan kemblii dilakukan dengan merubah jadwal pembayaran dan memperpanjang jangka waktu pembayaran angsuran. Reconditioning atau persyaratan kembali dilakukan dengan merubah beberapa persyaratan lain sepanjang tidak merubah maksimum saldo kredit. Persyaratan ini misalnya durasi penyelesaian kredit yang bisa diperpanjang akibat adanya tunggakan dan perjanjian bahwa dana yang angsuran anggota koperasi harus langsung disetorkan ke BMI. Selain itu, membuat perjanjian ulang atas nominal dana angsuran yang harus disetor (jadwal angsur) karena terjadi perubahan durasi dan jumlah angsuran pasca tunggakan. Restrukturisasi biasanya dilakukan dengan menurunkan nisbah bagi hasil pembiayaan dengan cara melakukan perhitungan ulang atas pokok pinjaman yang belum lunas disesuaikan dengan durasi pinjaman Risiko Kredit Risiko pembiayaan yang muncul pada penyaluran pinjaman anggota koperasi ini terkait dengan peningkatan plafond pembiayaan tanpa jaminan fix asset. Tercatat per tahun 2011 plafond pembiayaan anggota koperasi tanpa jaminan fix asset mencapai Rp 100 juta. Hal ini tentu saja sangat menghawatirkan mengingat tidak ada jaminan yang diserahkan kepada BMI. Juga persyaratan yang diberikan kepada calon peminjam tidak jauh berbeda dengan tahun tahun sebelumnya. Akan tetapi, per Juni 2012 ini BMI telah menambahkan satu syarat yng sangat signifikan yakni Kopkar yang ingin mengajukan pembiayaan ke BMI harus sudah berbadan syariah. Hal ini tentu saja membuat banyak Kopkar yang mundur. Mengetahui kondisi ini, pihak BMI bersedia membantu Kopkar yang belum berstatus sebagai koperasi syariah untuk menjadi koperasi syariah agar bisa mendapat pinjaman di BMI. Meski proses ini dibantu oleh notaris, namun tentu saja semakin memperpanjang proses pembiayaan yang ditangani oleh AM.

10 Risiko Likuiditas Risiko likuiditas muncul akibat adanya kemacetan pembayaran angsuran yang terjadi pada mudharib yang sama yang mengajukan beberapa kali pinjaman dan semuanya macet. Hal ini tentu saja membuat dana likuit di BMI menjadi berkurang. Pada kasus pembiayaan yang macet di BMI, mudharib yang mengajukan beberapa kali pembiayaan dan semuanya macet ternyata mendapat fasilitas pembiayaan secara berturut turut di bulan yang berbeda. Misalnya, mudharib A (sebelum pembayaran angsurannya macet) pada bulan Januari telah mengajukan pinjaman dan di-approve, kemudian bulan Februari mengajukan pinjaman dan di-approve, dan demikian dengan bulan Maret. Pada awalnya, angsuran mudharib ini tidak mengalami kemacetan. Tapi, setelah bulan Maret, pembayaran angsuran mulai mengalami masalah, yakni pinjaman yang diajukan pada bulan Januari sudah mulai menunggak, kemudian pinjaman yang cair pada bulan Februari dan Maret secara bergantian juga mengalami tunggakan. Fenomena seperti ini tentunya harus mendapat perhatian khusus dari pihak BMI. Karena jika tidak, akan sangat merugikan apalagi yang mengajukan pembiayaan adalah mudharib yang sama. Terbukti, kemacetan pembiayan yang terjadi pada tahun disebabkan oleh kasus yang sama. Pada tahun 2009, kemacetan pembiayan disebabkan oleh mudharib yang sama yang melakukan beberapa kali pinjaman dan semuanya macet. Demikian juga dengan tahun 2010 dan 2011 yang kemacetan pembiayaannya disebabkan oleh mudharib yang sama dengan beberapa account pembiayaan. Kesamaan dari kedua mudharib ini (selain sama sama mengajukan beberapa pinjaman dan semuanya macet) adalah sama sama mengggunakan dana angsuran anggota untuk keperluan proyek perusahaan/instansi dan ternyata merugi. Untuk mengatasinya, BMI dapat mengeluarkan kebijakan untuk membatasi jumlah account pinjaman pada mudharib yang sama. Kalaupun harus meminjamkan lagi, BMI harus menunggu beberapa bulan untuk mengetahui stabilitas dan kedisiplinan pembayaran angsuran atas pinjaman yang pertama pada mudharib yang sama.

11 Expected Loss dan Unexpected Loss Exposure at Default Penyusunan exposure at default dilakukan dengan menyajikan data nasabah pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor yang status pembiayaannya dinyatakan default tiap akhir periode. Perhitungan default dinyatakan pada saat tunggakan pembayaran kewajiban sudah melebihi 90 hari dari tanggal jatuh tempo angsuran. Tabel 6. Total Credit Exposure at Default BMI Cabang Bogor ( ) Hari Tunggakan Kol >90 s/d >120 s/d > Jumlah Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, diolah (BMI 2012) Berdasarkan Tabel 6. tersebut di atas, pembiayaan anggota koperasi untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 dengan tunggakan pembayaran angsuran lebih dari 90 hari sampai dengan 120 hari adalah tidak ada (nol), demikian pula dengan tunggakan pembayaran angsuran lebih dari 120 hari hingga 180 hari yang juga tidak ada. Akan tetapi, angsuran pembayaran pembiayaan anggota koperasi dengan tunggakan lebih dari 180 hari untuk masing masing tahun 2009, 2010, dan 2011 adalah sama, yakni 100%. Kemacetan pembiayaan anggota koperasi pada tahun 2009 disebabkan oleh wanprestasi yang dilakukan oleh pengurus Kopkar yang menyalahgunakan dana angsuran dari para anggota koperasi untuk kepentingan pengurus. Kopkar yang melakukan wanprestasi tersebut memang hanya satu, tapi pembiayaan yang diajukan dan mengalami default adalah 5 (lima) kali. Masing masing outstanding yang masih belum terbayar dan dikategorikan macet adalah Rp , Rp , Rp , Rp , dan Rp dengan total angsuran pembiayaan macet Rp

12 67 Pada tahun 2010 dan 2011, kemacetan pembiayaan juga terjadi pada satu Kopkar yang mengajukan pembiayaan dengan masing masing outstanding Rp , Rp , dan Rp dengan total angsuran pembiayaan yang macet adalah Rp Kopkar ini termasuk dalam kategori pembiayaan macet sejak akhir tahun 2010 dan akhir tahun Kemacetan pembiayaan disebabkan oleh dana angsuran yang sudah dipotongkan dari gaji karyawan dipergunakan untuk membiayai proyek instansi/organisasi tersebut dan ternyata proyek yang dibiayai mengalami kerugian. Kopkar tersebut mengalami kerugian (defisit dana) sehingga tidak bisa mengangsur kekurangan pinjaman. Pada tahun 2012 ini, sisa pinjaman macet sebesar Rp di Kopkar tersebut sudah ditutup buku (write off) oleh pihak BMI Cabang Bogor. Kendati demikian, meski sudah dilakukan write off pada catatan bank, proses penagihan sisa pinjaman macet pada Kopkar yang bersangkutan masih tetap dilakukan tanpa disertai dengan upaya hukum. Tidak adanya upaya hukum oleh pihak BMI Cabang Bogor dikarenakan dana yang harus dikeluarkan untuk menempuh jalur hukum diestimasi akan lebih besar daripada sisa pinjaman yang macet Kelompok Band Pembuatan band dilakukan dengan mengelompokan masing masing debitur pembiayaan anggota koperasi atas dasar eksposur pembiayaan ke dalam masing masing band sesuai dengan besaran eksposur pembiayaan. Penyusunan band dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah proses pengukuran risiko pembiayaan karena dalam pendekatan CreditRisk + jumlah debitur (Kopkar) yang diteliti relatif banyak dengan jumlah pembiayaan yang bervariasi dan pengajuan pembiayaan yang umumnya lebih dari satu kali dengan exposure/plafond pinjaman yang berbeda beda. Dalam skripsi ini, eksposur pembiayaan anggota koperasi yang digunakan adalah pembiayaan yang telah default sehingga credit exposure at default per band periode 31 Desember 2009 sampai dengan Desember 2011, dengan unit of exposure masing-masing sebesar Rp 10 juta, Rp 100 juta, dan Rp 1 miliar.

13 68 Secara lengkap, pembagian band untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 masing masing disajikan pada Lampiran 5. Berikut akan disajikan Tabel 7. yang merangkum nilai credit exposure at default per band periode Desember 2009 sampai dengan Desember Tabel 7. Komposisi credit exposure at default per band BMI Cabang Bogor ( ) Band juta juta miliar Jumlah Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, diolah (BMI 2012) Berdasarkan Tabel 7. terlihat bahwa exposure at default untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 berada dalam kelompok band Rp 10 juta, dengan nilai persentase masing masing 100%. Artinya, selama periode tiga tahun terakhir jumlah pembiayaan yang mengalami default berada dalam range terendah dan hal ini sesuai dengan sifat CreditRisk + yang memang tepat jika diaplikasikan dalam kasus default pembiayaan dengan nilai rendah. Komposisi pembiayaan yang default pada Tabel 7. tersebut merupakan akumulasi dari masing masing default per account Recovery Rate Recovery rate adalah jumlah pengembalian atas sisa tunggakan/angsuran pembiayaan anggota koperasi yang dinyatakan default. Ketika debitur dinyatakan default maka kerugian yang dialami oleh BMI adalah sejumlah dana yang macet tersebut. Sumber dana pengembalian yang digunakan dalam perhitungan recovery rate berasal dari cash collateral nasabah yang tersimpan dalam tabungan di BMI. Cash collateral hanya berlaku untuk pembiayaan anggota koperasi yang disalurkan kepada KBMT. Pembiayaan anggota koperasi yang disalurkan kepada Kopkar tidak menggunakan jaminan cash collateral maupun fix asset karena perjanjian jaminannya berupa cessie, sehingga tanpa agunan.

14 69 Untuk perhitungan recovery rate pada penyaluran pembiayaan anggota koperasi, dapat langsung dilihat pada cash collateral yang ada dalam rekening KBMT di BMI yang digunakan sebagai jaminan. Pihak BMI menetapkan cash collateral senilai 20% dari plafond pembiayaan yang disalurkan ke KBMT. Khusus untuk pembiayaan anggota koperasi pada Kopkar (dengan cessie), BMI menetapkan kebijakan pemblokiran satu kali angsuran di awal. Hal ini dilakukan sebagai tindakan penyehatan Kopkar jika nantinya mengalami tunggakan untuk sekali anggsuran. Akibat pemblokiran satu kali angsuran di awal pencairan dana pinjaman ini adalah kurangnya jumlah dana yang diterima oleh Kopkar diantaranya karena ada biaya administrasi bank, asuransi, dan blokir satu kali angsuran. Pada kasus pembiayaan anggota koperasi yang diteliti, didapatkan data berupa default pembiayaan yang terjadi hanya pada Kopkar dengan sistem cessie (tanpa jaminan fix asset maupun cash collateral). Hal ini menyebabkan nilai recovery rate atas pembiayaan untuk Kopkar menjadi tidak ada karena tidak ada agunan yang dijaminkan. Akan tetapi, di awal perjanjian pembiayaan telah disepakati bahwa akan dilakukan satu kali blokir pada angsuran pertama. Angsuran pertama inilah yang dijadikan sebagai recovery rate pembiayaan jika suatu hari terjadi kemacetan angsuran. Dengan demikian, diharapkan nasabah dapat terbebas dari satu kali angsuran yang gagal bayar selama satu bulan dan dapat mempersiapkan kembali sisa angsuran untuk bulan berikutnya. Berikut Tabel 8. yang menunjukkan jumlah recovery rate periode tahun 2009 hingga 2011 yang telah dilakukan oleh BMI di awal pembiayaan. Tabel 8. Komposisi recovery rate per band BMI Cabang Bogor ( ) Band juta juta miliar Jumlah Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, diolah (BMI 2012)

15 70 Nilai recovery rate diambil dari pemblokiran setoran/angsuran pertama setelah proses dropping dilakukan. Setiap pembiayaan yang disalurkan memiliki nilai recovery rate yang berbeda beda karena yield yang digunakan pada awal perhitungan margin atas suatu pembiayaan juga berbeda. Berdasarkan Tabel 8. di atas, terlihat bahwa total recovery rate pada tahun 2009 lebih besar dibandingkan dengan dua tahun sesudahnya. Hal ini disebabkan oleh default pembiayaan pada tahun 2009 lebih besar dibandingkan tahun 2010 dan 2011, juga persentase recovery rate pada tahun 2009 rata rata adalah dari plafond pembiayaan dan 3% dari plafond pembiayaan pada tahun 2010 dan Sejak tahun 2009 hingga 2011 tidak pernah terjadi kemacetan pembiayaan oleh KBMT, sehingga tidak terdapat perhitungan recovery rate dari jaminan cash collateral karena angsuran pembiayaan berjalan lancar. Akan tetapi, kemacetan angsuran pembiayaan justru berasal dari Kopkar yang pembiayaannya tanpa jaminan karena sumber pengembalian pembiayaan berasal dari gaji pegawai. Dalam hal ini, pihak BMI tidak dapat melakukan tindakan hukum atau penagihan langsung kepada para anggota Kopkar karena masalah bukan berada pada anggota Kopkar yang tidak mau melakukan angsuran. Permasalahan ada pada pengurus Kopkar yang menyelewengkan dana angsuran anggota Kopkar untuk kepentingan pribadi maupun mendanai proyek instansi/organisasi yang ternyata mengalami kerugian. Masalah kemacetan pembiayaan pada tahun 2009 hingga 2011 yang disebabkan oleh Kopkar membuat BMI harus melakukan tutup buku terhadap Kopkar yang bermasalah tersebut. Meski secara formal telah dilakukan tutup buku (write off), tapi dalam kenyataannya account manager dan bagian remedial tetap melakukan penagihan secara informal dengan cara memantau kegiatan nasabah bermasalah tersebut dan menjalin hubungan baik. Penagihan secara halus dilakukan secara kontinu agar nasabah yang bersangkutan mau membayar sisa pinjaman yang belum lunas. Jika memang terpaksa tidak dapat dikembalikan sisa angsuran pembiayaan maka BMI benar benar telah mengalami kerugian akibat pembiayaan yang lost tersebut.

16 Loss Given Default Loss Given Default atau Severity of Loss merupakan jumlah yang digunakan sebagai ukuran kerugian pihak bank atas pembiayaan yang diberikan pada saat debitur mengalami default. Loss Given Default diperoleh dengan mengurangkan nilai exposure at default dengan nilai recovery. Berikut Tabel 9. yang menunjukkan jumlah loss given default (LGD) periode tahun 2009 hingga Tabel 9. Loss Given Default (LGD) BMI Cabang Bogor ( ) Band juta juta miliar Jumlah Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, diolah (BMI 2012) Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa jumlah LGD pada tahun 2009 jauh lebih tinggi dibanding dengan tahun 2010 dan Hal itu disebabkan oleh jumlah default yang terjadi pada tahun 2009 lebih besar dibanding tahun 2010 dan Berdasarkan data pembiayaan tahun 2010 diketahui bahwa account yang mengalami default per Desember 2009 telah dihapus buku. Hal itu berarti BMI telah benar benar mengalami kerugian sebesar Rp , kecuali jika tindakan penagihan yang tetap dilakukan oleh account manager dan/atau remedial pasca penutup bukuan membuahkan hasil. Pada tahun 2009 juga telah muncul kemungkinan terjadinya gagal bayar pada account yang telah dinyatakan default pada tahun 2010 hingga Pada Desember 2011, default yang sejak tahun 2010 tersebut sudah tidak terbayar lagi diindikasikan akan dihapusbuku sehingga Januari 2012 sudah tidak ada lagi default dari account yang sama. Dengan demikian, BMI Cabang Bogor tercatat mengalami kerugian sebesar Rp selama tahun 2010 hingga Menurut salah satu account manager BMI Cabang Bogor, penagihan kepada account yang mengalami default per Desember 2011 tersebut tetap akan dilakukan di tahun 2012.

17 Number of Default Number of Default adalah jumlah peristiwa terjadinya default pada debitur pembiayaan anggota koperasi dalam periode tertentu. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, besarnya debitur pembiayaan anggota koperasi secara keseluruhan dari tahun 2009, 2010, dan 2011 masing masing adalah 148, 134, dan 127 nasabah. Terjadi penurunan jumlah nasabah (Kopkar) pembiayaan anggota koperasi sejak tahun 2009 hingga Hal itu disebabkan oleh semakin banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi oleh Kopkar yang akan mengajukan pembiayaan karena plafond pembiayaan yang ditawarkan pun mengalami peningkatan. Tercatat sejak tahun 2009 terjadi peningkatan plafond pembiayaan anggota koperasi (tanpa jaminan) dari Rp 25 juta menjadi Rp 50 juta. Berikut tabel jumlah debitur yang mengalami default selama periode 2009 hingga Tabel 10. Daftar debitur yang default per band di BMI Cabang Bogor Band juta juta miliar Jumlah Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, diolah (BMI 2012) Jumlah nasabah pembiayaan anggota koperasi yang default untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 masing-masing adalah 5 nasabah, 3 nasabah, dan 3 nasabah. Banyaknya jumlah debitur pembiayaan anggota koperasi yang default jika dibandingkan dengan total debitur secara keseluruhan adalah masingmasing sebesar 3,, 2,2%, dan 2,. Sebenarnya, debitur yang mengalami default pada tahun 2009, 2010, dan 2011 masing masing hanya ada satu. Khusus pada tahun 2010 dan 2011, debitur yang mengalami default adalah Kopkar yang sama. Jumlah default dihitung berdasarkan jumlah pengajuan pembiayaan yang mengalami default oleh debitur yang sama. Dengan melihat pada Tabel 10. debitur yang masuk dalam band Rp adalah yang paling banyak mengalami default.

18 Cumulative Probability of Default Cumulative probability of default merupakan penjumlahan dari setiap probability of default atau jumlah kejadian kerugian pembiayaan (n) = lambda (λ). Proses perhitungan cumulative probability of default dilakukan setelah probability of default dihitung. Jika cumulative probability of default sudah mencapai nilai 95% maka perhitungan probability of default dapat dihentikan. Berdasarkan perhitungan ini, akan diketahui jumlah kerugian maksimal (unexpected number of default) pada tingkat kepercayaan minimal 95%. Artinya, dalam perhitungan ini tingkat toleransi kerugian yang akan melebihi nilai unexpected loss hanya sekitar 5% saja. Nilai unexpected loss merupakan maksimum kerugian yang bisa terjadi pada tingkat keyakinan sebesar 95%. Berikut tabel hasil perhitungan probability of default dan cumulative probability of default selama periode 2009 hingga Tabel 11. Probability of Default dan cumulative probability of default BMI Cabang Bogor Tahun 2009 Nj n probability of default cumulative probability of default 2,07 5 0, , ,43 7 0, , ,6 12 0, , , , , , , , Tahun 2010 dan 2011 Nj n probability of default cumulative probability of default 4,75 9 0, , ,28 8 0, , ,34 8 0, , Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, diolah (BMI 2012) Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 11 diketahui bahwa maksimum jumlah n pada tingkat kepercayaan 95% adalah 15 kejadian pada cumulative probability of default 0, Jumlah n minimum adalah 5 kejadian pada mean (nj) 2,07 dengan cumulative probability of default sebesar 0,

19 Expected Loss Expected loss merupakan kerugian yang dapat diperkirakan akan terjadi yang dihitung dengan mengalikan nilai mean default rate (nj), kelompok band, band, dan nilai recovery rate setelah dikurangkan dengan angka satu. Berikut adalah tabel hasil perhitungan nilai expected loss: Tabel 12. Hasil Perhitungan Expected Loss BMI Cabang Bogor Tahun 2009 Band Kel. Band nj Rec. Rate Expected Loss (Rp) Rp 10 juta ,07 3,43 7,6 8,29 9, Total Tahun 2010 dan 2011 Band Kel. Band nj Rec. Rate Expected Loss (Rp) Rp 10 juta 4 5 4,28 4,34 4,75 3% 3% Total Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, tabel 7, tabel 8, tabel 10, tabel 11, diolah (BMI 2012) Berdasarkan hasil perhitungan expected loss pada Tabel 12 diketahui bahwa exposure at default dengan nj 9,27 diperkirakan dapat mengalami expected loss terbesar yakni Rp Nilai expected loss terkecil terjadi pada default terendah dengan nj 2,07. Artinya, semakin besar jumlah pembiayaan yang mengalami default maka expected loss yang muncul juga akan semakin besar. Dengan demikian, BMI juga harus menyediakan dana yang tidak sedikit untuk meng cover kerugian yang diharapkan atas pembiayaan yang disalurkan. Apabila terdapat pembiayaan yang mengalami default, besarnya expected loss akan di cover dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang telah dibentuk BMI.

20 Unexpected Loss Nilai unexpected loss diperoleh dari nilai cumulative probability of default yang dalam penyusunan karya akhir ini menggunakan significance level sebesar 95%. Unexpected loss diperoleh setelah mengalikan n pada saat 95% dengan kelompok band, band, dan nilai recovery rate setelah dikurangkan dengan angka satu. Berikut adalah tabel hasil perhitungan nilai expected loss: Tabel 13. Hasil Perhitungan Unexpected Loss BMI Cabang Bogor Tahun 2009 Band Kel. Band n Rec. Rate Unexpected Loss (Rp) Rp 10 juta Total Tahun 2010 dan 2011 Band Kel. Band n Rec. Rate Unexpected Loss (Rp) Rp 10 juta % 3% Total Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, tabel 7, tabel 8, tabel 10, tabel 11, diolah (BMI 2012) Berdasarkan hasil perhitungan nilai unexpected loss pada Tabel 13 diketahui bahwa nilai unecpected loss terbesar adalah Rp yang terjadi pada n = 15. Nilai unexpected loss terkecil adalah Rp yang terjadi pada n = 5. Semakin kecil default yang terjadi maka semakin kecil pula unexpected loss yang muncul. Kerugian unexpected loss harus ditutup dengan modal BMI. Semakin tinggi nilai unexpected loss yang default, semakin besar modal yang harus disediakan untuk meng-cover unexpected loss. Jika modal bank terus berkurang, potensi berkurangnya pendapatan dan keterbatasan penyaluran kredit akan meningkat.

21 Economic Capital Economic capital merupakan modal bank yang harus disiapkan untuk meng cover default yang terjadi akibat unexpected loss. Besarnya nilai economic capital diperoleh dari pengurangan jumlah unexpected loss terhadap expected loss. Berikut adalah tabel jumlah economic capital yang harus disiapkan oleh BMI akibat default yang terjadi pada pembiayaan anggota koperasi periode Tabel 14. Hasil Perhitungan Economic Capital BMI Cabang Bogor Tahun 2009 Band Kel. Band Expected Loss (Rp) Unexpected Loss (Rp) Economic Capital (Rp) Rp 10 juta Total Tahun 2010 dan 2011 Band Kel. Band Expected Loss (Rp) Unexpected Loss (Rp) Economic Capital (Rp) Rp 10 juta Total Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, tabel 7, tabel 12, tabel 13, diolah (BMI 2012) Berdasarkan hasil perhitungan economic capital pada Tabel 14 diketahui bahwa modal bank yang harus dipersiapkan untuk meng cover default dengan nilai unexpected loss terbesar adalah Rp Semakin besar unexpected loss, semakin besar economic capital yang harus disediakan oleh BMI.

22 Backtesting dan Validasi Model Proses perhitungan analisis back testing dan validasi model dilakukan dengan cara membandingkan risiko pembiayaan anggota koperasi berdasarkan data historis dan data kerugian aktual (actual loss) yang terjadi. Actual loss dihitung berdasarkan berapa besar outstanding kredit yang default yang dihapusbukukan dari laporan keuangan. Back testing dilakukan dengan membandingkan nilai unexpected loss dengan actual loss setiap bulannya seperti tersaji pada Lampiran 11. Apabila nilai unexpected loss > actual loss artinya nilai unexpected loss dapat mengcover actual loss. Berdasarkan perhitungan, terlihat bahwa nilai kerugian sebenarnya pada pembiayaan anggota koperasi di BMI Cabang Bogor selalu lebih kecil dari nilai unexpected loss yang harus disediakan dalam bentuk modal oleh BMI Cabang Bogor. Dengan demikian, kerugian aktual masih dapat ter cover oleh nilai unexpected loss. Berdasarkan hasil perhitungan binary indicator yang secara lengkap ada pada lampiran 11 skripsi ini, diketahui bahwa failure frequency untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 adalah nol. Nilai nol tersebut diperoleh dari pengurangan antara nilai unexpected loss dengan actual loss yang mana hasilnya adalah positif. Actual loss yang diakibatkan oleh pembiayaan anggota koperasi sebenarnya juga masih berada di bawah nilai expected loss. Artinya, sebelum bank menggunakan modal yang dimiliki untuk meng cover actual loss yang terjadi, PPAP dapat digunakan terlebih dulu untuk menutup kerugian tersebut. Dengan demikian, kemungkinan bank akan mengalami kesulitan dalam menyediakan dana cair untuk menyalurkan pembiayaan ataupun melakukan ekspansi bisnis perbankan adalah sangat minim. Tahap selanjutnya adalah melakukan Likelihood Ratio (LR) Test. LR Test digunakan untuk mengukur tingkat akurasi model CreditRisk + dalam memperkirakan nilai risiko kredit yang tercermin pada nilai unexpected loss, juga menghitung nilai kerugian sebenarnya yang melebihi unexpected loss kemudian dibandingkan dengan maksimum kejadian kesalahan yang dapat ditoleransi selama periode observasi. Pengujian Loglikelihood Ratio dilakukakan dengan tingkat kenyakinan sebesar 95% seperti pada Tabel 15.

23 78 Tabel 15. Hasil pengukuran longlikelihood ratio test pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor T (Total observasi dalam bulan) 36 V (Jumlah kesalahan) 0 α (Probabilitas kesalahan) 5% LR (Longlikelihood ratio) 0 Chi Square critical value dengan α = 5% 3,8410 Sumber: Lampiran 9, lampiran 11, rumus 7, diolah Total observasi (T) yang digunakan dalam perhitungan longlikelihood ratio test pada Tabel 15 adalah data pembiayaan anggota koperasi selama tiga tahun yang diambil dari BMI Cabang Bogor. Total observasi atau rincian data dihitung secara bulanan sehingga jumlahnya adalah 36 bulan. Jumlah kesalahan (V) diperoleh dari hasil perhitungan binary indicator yang semuanya bernilai nol. Artinya, jumlah kesalahan yang terjadi karena actual loss pada periode yang dianalisis tidak ada atau nol. Karena hasil dari jumlah kesalahan atau binary failure yang semuanya bernilai nol, nilai LR Test adalah nol juga. Dengan menggunakan confidence level 95%, degree of freedom (df) = 1, dan α = 5%, diperoleh critical value of Chi Square sebesar 3,8410. Perolehan angka critical value tersebut dapat dilihat pada tabel Chi Square yang ada pada lampiran 12 skripsi ini. Nilai Chi Square critical value dengan α = 5% ternyata lebih besar dibanding hasil LR Test, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pengukuran risiko dengan metode CreditRisk + unexpected loss pembiayaan anggota koperasi. dapat diterima dan valid dalam mengukur Pada skripsi ini, penulis tidak melakukan perhitungan Chi Square dengan menggunakan software minitab karena berdasarkan backtesting ternyata keseluruhan perhitungan binary indicator hasilnya adalah nol. Jika penulis tetap menggunakan asumsi kecocokan penggunaan model CreditRisk + untuk null hipotesis dan ketidakcocokan penggunaan model CreditRisk + untuk asumsi tolak null hipotesis maka hasil yang akan keluar pada perhitungan minitab ataupun SPSS adalah error. Hal itu disebabkan oleh input data yang dimasukkan dalam tiga variabel (difference, kecocokan, dan binary indicator) yang dianggap identical oleh software. Keidentikan data terlihat dari difference yang semuanya adalah positif, kecocokan yang seluruh hasilnya adalah cocok, dan binary indicator yang semuanya bernilai nol.

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam karya akhir ini pengukuran risiko yang ditunjukan terhadap pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dengan menggunakan Metode CreditRisk +, Dalam penerapan metode pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia, Tbk. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Berdasarkan UU No. 21 Pasal 38 Tahun 2008 Tentang UU Perbankan Syariah disebutkan bahwa bank syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X 51 BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK + Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas analisis mengenai pengukuran risiko kredit konsumtif pada bank X dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam Bab 4 ini akan dibahas mengenai, analisis pengukuran risiko kredit consumer khususnya mortgage (KPR) pada Bank X dengan menggunakan Internal Model CreditRisk+. Dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Bank Muamalat Indonesia PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dianalisis dalam karya akhir ini adalah mengenai pengukuran risiko kredit di bagian Consumer Banking, khususnya untuk kredit

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia, Tbk PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Didirikan pada tahun 1991 diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan pemecahan masalah dalam mengukur risiko kredit dengan menggunakan metode Credit Risk +. Dimana pemecahan masalah tersebut akan sesuai mengikuti metodologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H 17 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA Kurang Lancar

PROSPEK USAHA Kurang Lancar LAMPIRAN 85 86 Lampiran. Pedoman umum penggolongan kualitas kredit Bank Syariah Komponen Lancar Dalam Perhatian Khusus Potensi pertumbuh an usaha Kondisi pasar dan potensi debitur dalam persaingan Kualitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian untuk karya akhir ini akan dilakukan perhitungan risiko Kartu Kredit dengan menggunakan metode CreditRisk dalam mengukur nilai risiko kredit

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian dalam karya akhir ini dilakukan melalui studi pustaka, pengumpulan data dan analisa kuantitatif. Studi pustaka digunakan untuk menyusun landasan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Perusahaan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian BNI Syariah memiliki visi menjadi bank umum syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada sub bab 1.2, yaitu besarnya Capital Charge yang harus disediakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini akan memberikan penjelasan secara deskriptif mengenai hasil perhitungan statistik dalam mengukur risiko kredit menggunakan metode CreditRisk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi di Indonesia khususnya di bidang lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi di Indonesia khususnya di bidang lembaga keuangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi di Indonesia khususnya di bidang lembaga keuangan, bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang kini dibutuhkan dan telah digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas seacara deskriptif mengenai hasil pengukuran risiko kredit pada segmen Kredit Tanpa Agunan pada bank XYZ dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA. (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27

BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA. (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA A. Profil Bank Muamalat Indonesia PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG BANGKINANG. Bank Muamalat Kantor Cabang Pembantu Jalan Sudirman Bangkinang.

BAB II GAMBARAN UMUM PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG BANGKINANG. Bank Muamalat Kantor Cabang Pembantu Jalan Sudirman Bangkinang. BAB II GAMBARAN UMUM PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG BANGKINANG A. Sejarah Berdiri Bank Muamalat Kantor Cabang Pembantu Jalan Sudirman Bangkinang. Hadir pada kesempatan tersebut Branch Manager Bank

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Sejarah Singkat PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-indonesia (ICMI)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-indonesia (ICMI) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha dalam berbagai jenis industri, seakan akan tak pernah pupus karena pergeseran zaman. Demikian juga dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Sejarah Bank Muamalat Indonesia 28 Bank Muamalat Indonesia didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H / 01 November 1991, diprakarsai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 9 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Sudarsono (2004), awal mula dicetuskan ide pendirian bank syariah terjadi pada tahun 1970 an. Pembicaraan mengenai bank syariah muncul dalam sebuah seminar

Lebih terperinci

BAB III OBJEK/DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK/DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK/DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1. Sejarah Singkat PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia,

Lebih terperinci

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya perkembangan perekonomian nasional dalam mewujudkan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Upaya perkembangan perekonomian nasional dalam mewujudkan masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya perkembangan perekonomian nasional dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan memiliki peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi tantangan dunia usaha dan industri

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian 18 3. METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu parameter kinerja jangkauan layanan LKM mencakup adalah luasnya jangkauan kepada nasabah berupa besarnya jumlah nasabah yang dilayani LKM. Untuk menjangkau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU MOJOKERTO A. Analisis Mekanisme Penanganan Pembiayaan Macet

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Portofolio Kartu Kredit Secara umum portofolio kartu kredit di Bank X mengalami peningkatan selama kurang lebih dua tahun terakhir. Secara umum total eksposur mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, Bank Muamalat adalah bank Islam pertama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Data a) Profil PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA 102 BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD MURA@BAH}AH DAN PENYELESAIANNYA A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Bermasalah Produk KPR Akad Mura@bah}ah Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 31 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Risiko kredit atau dalam bahasa asing disebut credit risk adalah suatu potensi kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Pada bab ini akan dibahas sifat, jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini serta metodologi yang akan digunakan. 3.2 Data dan Pengambilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam.Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 penduduk muslim di Indonesia sekitar 205

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menganalisa data pembiayaan bank syari ah akan digunakan pendekatan dengan model CreditRisk+, metode yang telah diakui bisa digunakan dalam menghitung risiko

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Kredit UKM di Bank XYZ Penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha dalam rangka membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 PT Bank Syariah Mandiri Tim Pengembangan Perbankan Syariah melakukan konversi PT Bank Susila Bakti (BSB) dari bank konvensional menjadi bank syariah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tahun 2009 merupakan tahun terjadinya krisis global mulai berdampak pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara maju pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengertian Bank menurut Kasmir (2011 : 3), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkannya Undang-Undang No.7 tahun Sejak adanya revisi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkannya Undang-Undang No.7 tahun Sejak adanya revisi Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Syariah lahir di Indonesia pada sekitar tahun 1991 dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.7 tahun 1992. Sejak adanya revisi Undang- Undang No. 10 Tahun 1998

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Kredit Tanpa Agunan (KTA) di Bank XYZ Kredit Tanpa Agunan merupakan salah satu produk perbankan yang memberikan fasilitas pinjaman tanpa beban memberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dictionary of Banking and financial service by Jerry Rosenberg dalam Taswan (2010) menyatakan bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika PT. Ganesha Cipta Informatika pertama kali didirikan pada 10 April 1989 dan mulai menggunakan perangkat lunak

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas No.64, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank Sistemik. Recovery Plan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6038) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat No. 10/ 45 /DKBU Jakarta, 12 Desember 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat Sehubungan dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2009 Ekonomi. Lembaga. Pembiayaan. Ekspor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 8/1/PBI/2006 TENTANG FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 8/1/PBI/2006 TENTANG FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 8/1/PBI/2006 TENTANG FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank dapat mengalami kesulitan likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2007 hingga 2010 proporsi jumlah bank gagal dari jumlah bank yang ditetapkan dalam pengawasan khusus cenderung meningkat sesuai dengan Laporan Tahunan Lembaga

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS BATANG TUBUH PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.03/... TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang lalu tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang lalu tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diperkenalkan pertama kali pada tahun 1992 di Indonesia sampai pada saat sekarang ini, bank syariah semakin menunjukkan eksistensinya ditengah-tengah lembaga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bank adalah suatu tempat yang didirikan sebagai lembaga untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan menghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sebelum krisis tahun 1998 sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dilirik oleh perbankan karena mereka menilai sektor ini tidak layak untuk dibiayai,

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

Lebih terperinci

MEMORANDUM USULAN PEMBIAYAAN/FINANCING PROPOSAL (Corporation) Nama Nasabah : Cabang : Tanggal UP : No. UP :

MEMORANDUM USULAN PEMBIAYAAN/FINANCING PROPOSAL (Corporation) Nama Nasabah : Cabang : Tanggal UP : No. UP : L1 MEMORANDUM USULAN PEMBIAYAAN/FINANCING PROPOSAL (Corporation) Nama Nasabah : Cabang : Tanggal UP : No. UP : I. Tujuan Pembiayaan II. Latar Belakang Nasabah a. Legalitas Nasabah b. Susunan Pemegang Saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

RINGKASAN EKSEKUTIF : : : DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 (a). Ringkasan Eksekutif - Rencana dan Langkah-Langkah Strategis (b). Ringkasan Eksekutif - Indikator Keuangan BPR dengan modal inti

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Produk Bank 2.1.1 Pengertian Bank Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konvensional dan bank syari ah. Bank syari ah adalah bank yang aktivitasnya

BAB I PENDAHULUAN. konvensional dan bank syari ah. Bank syari ah adalah bank yang aktivitasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dalam suatu Negara yang mempengaruhi perekonomian baik secara makro maupun mikro. Di Indonesia, perbankan mempunyai pangsa

Lebih terperinci

PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP TINGKAT RETURN ON ASSET (ROA) BANK SYARIAH

PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP TINGKAT RETURN ON ASSET (ROA) BANK SYARIAH PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP TINGKAT RETURN ON ASSET (ROA) BANK SYARIAH (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) Oleh: YAYU RAODATUL JANNAH 103403073 Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pembiayaan Syariah Al-Anshari di Kota Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan

BAB V PENUTUP. Pembiayaan Syariah Al-Anshari di Kota Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kredit macet dengan menggunakan empat variabel yaitu margin, jangka waktu pinjaman, stabilitas penjualan, dan komitmen

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya perekonomian di dunia meskipun kini tengah dilanda krisis ekonomi global, dunia bisnis merupakan dunia yang paling ramai

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT Tbk PEKANBARU. oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai

BAB II. GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT Tbk PEKANBARU. oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai BAB II GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT Tbk PEKANBARU A. Sejarah Berdirinya Perusahaan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan yang ada saat ini banyak mengalami perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. perbankan yang ada saat ini banyak mengalami perkembangan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha dalam berbagai jenis industri, seakan-akan tak pernah pupus karena pergeseran zaman. Demikian juga dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN SISTEM ONE OBLIGOR TERHADAP KUALITAS PEMBIAYAAN. A. Analisis Operasional Sistem Informasi Debitur (SID) di PT BPRS

BAB IV ANALISIS PENERAPAN SISTEM ONE OBLIGOR TERHADAP KUALITAS PEMBIAYAAN. A. Analisis Operasional Sistem Informasi Debitur (SID) di PT BPRS 98 BAB IV ANALISIS PENERAPAN SISTEM ONE OBLIGOR TERHADAP KUALITAS PEMBIAYAAN A. Analisis Operasional Sistem Informasi Debitur (SID) di PT BPRS Mandiri Mitra Sukses Gresik Sejalan dengan penerapan prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu Negara yaitu sebagai lembaga perantara keuangan. Sistem

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 66 /POJK.03/2016 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Objek Penelitian 1. Profil PT Bank Muamalat Indonesia PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Risiko Pembiayaan di KSPPS Marhamah Cabang Wonosobo Dalam setiap pembiayaan yang terjadi di lembaga keuangan baik Bank maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian Perkembangan Bank Syariah di Indonesia sangat pesat. Ini di buktikan dengan bertambahnya kantor, tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja keuangan Bank Muamalat Bank Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah menggunakan akad Mudharabah Mutlaqah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Manajemen Risiko yang diterapkan dalam mengatasi Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BTM Lampung

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Manajemen Risiko yang diterapkan dalam mengatasi Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BTM Lampung 96 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Manajemen Risiko yang diterapkan dalam mengatasi Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BTM Lampung Berdasarkan uraian dan penjelasan tentang manajemen risiko dari hasil

Lebih terperinci

No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Perkreditan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan 60 BAB IV HASIL PENELITIAN Pembiayaan merupakan salah satu diantara produk yang ditawarkan pada bank syariah. Di Bank Syariah Mandiri Cabang Solok, pembiayaan warung mikro syariah merupakan diantara produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran sebagian masyarakat muslim terhadap hukum-hukum Allah dan sehubung dengan konsep keadilan serta kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Perbankan Syariah di Indonesia. dengan mengembangkan konsep bagi hasil.

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Perbankan Syariah di Indonesia. dengan mengembangkan konsep bagi hasil. 41 BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Perbankan Syariah di Indonesia Perbankan syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prisip-prinsip syariah Islam atau tata cara beroperasinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem perekonomian suatu negara, industri perbankan merupakan salah satu sektor yang penting sebagai penunjang perekonomian negara. Di Indonesia sendiri, industri

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI : 1. Melakukan kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan mempunyai fungsi penting bagi perekonomian suatu negara. Bank mempunyai peranan besar dalam mengendalikan kemajuan ekonomi suatu negara. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satu hal yang sangat menarik, yang membedakan antara manajemen bank syariah dengan bank umum (konvensional) adalah terletak pada pinjaman dan pemberian balas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih BAB IV PEMBAHASAN A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro Pembiayaan mikro adalah pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah yang sudah mempunyai usaha lebih dari 2 tahun

Lebih terperinci

- 1 - Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat.

- 1 - Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat. - 1 - Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN

Lebih terperinci