BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Kredit Tanpa Agunan (KTA) di Bank XYZ Kredit Tanpa Agunan merupakan salah satu produk perbankan yang memberikan fasilitas pinjaman tanpa beban memberikan jaminan fisik kepada debitur. Penyaluran KTA bertujuan untuk kebutuhan konsumsi yang bersifat luas, dimana dalam kenyataannya banyak digunakan untuk modal usaha karena cocok bagi pengusaha baru dalam merintis usaha sedangkan belum memiliki aset untuk dijaminkan. Selain itu KTA juga digunakan untuk membeli perabot rumah tangga, dana darurat, liburan atau bahkan biaya pernikahan yang bersifat konsumtif. Melihat permintaan kredit baru untuk segmen KTA yang terus meunjukkan angka positif didalam perkembangannya, baik di perbankan Indonesia termasuk di Bank XYZ sendiri. Namun hal tersebut diiringi dengan manajemen kredit Bank XYZ yang sangat selektif dan prudent guna menekan rasio NPL agar tetap terjaga pada tingkatan rendah dengan tetap mempertimbangkan aspek likuiditas. KTA merupakan kredit konsumsi yang dapat mendongkrak pendapatan bunga dan dapat memberikan margin lebih besar, sehingga salah satu strategi manajemen Bank XYZ adalah menyalurkan KTA pada karyawan-karyawan perusahaan yang sudah diyakini bonafiditasnya. Upaya tersebut berhasil mendongkrak pendapatan bunga bersih yang berpengaruh kepada laba bank XYZ. 71

2 72 Untuk KTA yang jelas tanpa agunan, bukan berarti recovery rate nya tidak ada, karena dalam memberikan fasilitas KTA, Bank XYZ masih sangat konservatif. Dimana KTA tidak diberikan kepada debitur perorangan yang berupa walk in customer, namun harus merupakan hasil kerja sama khusus dengan perusahaan tempat calon debitur bekerja (harus berupa kredit kolektif yang dijamin oleh perusahaan, dalam arti kerja sama dengan Bagian Sumber Daya Manusia atau Koperasi Karyawan perusahaan tempat calon debitur bekerja untuk memperoleh rekomendasi) Gambar 1.1 Pertumbuhan Exposure KTA dan Persentase Rata-Rata NPL pada Bank XYZ Tahun ,000 0,14 253, ,538 0,12 250,000 0,12 200, ,411 0,10 150, ,000 50,000 - (dalam juta Rp) 0,02 0,04 Exposure Kredit (dalam Rp Juta) NPL Kredit (%) 0,08 0,06 0,04 0,02 - (% NPL) Sumber : Bank XYZ (Laporan per Jan 2013 Des 2015, diolah) Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa meskipun total exposure kredit mengalami penurunan dari tahun 2013 sampai 2015, tapi justru berbanding terbalik dengan persentase NPL nya yang semakin meningkat di setiap tahunnya. KTA merupakan jenis Kredit Konsumsi yang memiliki resiko yang lebih tinggi

3 73 dibandingkan dengan jenis kredit lainnya. Dengan meningkatnya persentase rata-rata NPL hal ini tentunya menimbulkan peningkatan risiko kredit yang dihadapi oleh Bank. Secara rinci data NPL Bank XYZ terlampir pada lampiran 1 sampai dengan lampiran 3. Oleh sebab itu Bank harus melakukan peninjauan kembali terhadap kebijakan perhitungann CKPN seiring dengan meningkatnya risiko kredit. Dengan adanya perhitungan yang optimal tentu dapat meminimalisasi risiko kredit dan dapat maksimal dalam penggunanaan modal setelah dikurangi dengan dana yang harus dicadangkan. Pada penelitian ini dilakukan compare terhadap penggunaan metode yang selama ini digunakan oleh Bank XYZ dengan menggunakan metode berbasis Internasional, sehingga ditemukan perhitungan cadangan dana yang lebih akurat bagi bank XYZ. 1.2 Analisa dan Pembahasan Pengukuran CKPN Kolektif Roll Rates Model dengan metode CreditRisk + Setiap bank wajib melakukan pembentukan atau penyisihan dana cadangan kredit yang disebut dengan istilah PPAP didasarkan pada surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/148/KEP/DIR tanggal 12 November Pembentukan atau penyisihan dana tersebut dinilai berdasarkan tingkat kolektibilitas dari kredit debitur. Setelah adanya revisi PSAK 55 ada tahun 2006, maka istilah PPAP diubah menjadi CKPN. Kredit debitur tersebut dilakukan evaluasi oleh Bank untuk selanjutnya menjadi dasar dalann pembentukan atau penyisihan dana cadanagan, yang masing-masing bank memiliki kebijakan tersendiri dalam membentuk cadangan dana untuk kreditnya.

4 74 Oleh karena itu bank harus memiliki metode yang akurat dalam menghitung besarnya cadangan dana guna meminimalisasi risiko kredit yang ada dan juga mengoptimalkan sisa modalnya. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk membandingkan metode perhitungan CKPN yang digunakan oleh Bank XYZ selama ini dengan metode CreditRisk + guna mengetahui seberapa akurat penggunaan metode yang selama ini digunakan oleh Bank XYZ. CreditRisk + merupakan salah satu dari 4 (empat) metode pengukuran risiko kredit yang dikembangkan setelah penetapan Basel II, keempat metode tersebut antara lain (Klieṧtik and Cȗg, 2015): a. CreditRisk + Model ini diperkenalkan oleh Credit Suisse First Boston tahun 1997 dimana mekanisme kerjanya menekankan pada pengukuran besarnya probability default. Metode ini mengasumsikan probability distribution untuk sejumlah default periode tertentu mengikuti distribusi Poisson. Perbedaan dengan pendekatan lain yaitu model ini tidak mengaitkan standar probabilitas dengan struktur modal perusahaan. Menurut Kollǎr and Gondẑǎrovǎ (2015), metode CreditRisk + merupakan metode yang sangat mudah untuk digunakan dalam mengukur risiko namun tidak melihat probability of default dari semua tingkatan rating. Menurut Sakti (2010), atas dasar asumsi ini CreditRisk + menghasilkan loss distribution atas portfolio kredit berdasarkan karakteristik default individual setiap loannya dan korelasi defaultnya. b. Credit Metrics

5 75 Model ini dikembangkan oleh JP Morgan untuk mengukur risiko kredit. Pengukuran didasarkan pada model yang digunakan untuk mengontrol risiko kredit yang dapat diaplikasikan untuk semua tipe instrumen keuangan yang bersubstansi pada risiko kredit dan metode valuasi yang berkorespondensi dengan harga pasar sebenarnya. Oleh karena itu, model ini digunakan untuk valuasi harga saham. Model ini menawarkan pengukuran Value at Risk (VaR) untuk menggukur risiko kredit dimana dapat merefleksikan harga pasar atau kerugian. Menurut Sakti (2010), model ini mengasumsikan bahwa seluruh obligor atau debitur dalam rating yang sama memiliki risiko kredit yang sama yang berarti memiliki transition probability dan default probability yang sama. c. Credit Grades Model Credit Grades diciptakan pada tahun 2002 oleh Risk Metrics sebagai model struktural komersial. Penciptaannya didukung oleh beberapa bank dunia yang dikenal seperti Deutsche Bank, Goldman Sachs dan JP Morgan. Model Credit Grades mengkuantifikasi risiko kredit dari instrumen keuangan individu yang berbeda dengan Credit Metrics. Model Credit Grades berbeda dari model struktural lainnya dalam penentuan risiko kredit. Penentuan risiko kredit didasarkan pada spread kredit. Model struktural lainnya menentukan risiko kredit pada dasar probability default. Model Credit Grades mengasumsikan bahwa nilai aset perusahaan disebabkan satu saham berevolusi dari waktu ke waktu oleh proses stokastik dengan menggunakan gerakan Brown geometrik.

6 76 d. Model Merton Metode Merton banyak digunakan untuk perusahaan perdagangan public dan menggunakan data dari pasar uang dibandingkan data keuangan dari perusahaan. Aplikasi dari pengukuran ini dapat dipraktekkan sehari-hari namun memberikan beberapa kelemahan, yaitu nilai interest risk free yang digunakan biasanya lebih rendah dibandingkan nilai sebenarnya sehingga asumsi model ini sulit direfleksikan dalam dunia nyata. Menurut Miṧǎnkovǎ, Kočiṧovǎ and Klieṧtik (2014), model Merton mengasumsikan bahwa perusahaan hanya memiliki zero-coupon bond dan hal tersebut dianggap tidak realistis mengingat beberapa model justru mengukur jatuh tempo yang berbeda-beda dari obligasi. Dengan melihat metode-metode pengukuran risiko kredit Basel II diatas, dapat peneliti asumsikan bahwa CreditRisk + merupakan metode yang tepat digunakan untuk mengukur risiko kredit pada portfolio kredit retail. Dimana pada portfolio kredit ritail ditandai dengan adanya jumlah debitur yang banyak. Sedangkan metode lainnya lebih cocok digunakan pada debitur segmen korporasi. Menurut Sakti (2010), terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara metode CreditRisk + dengan metode yang lain, yaitu antara lain sebagai berikut: a. Asumsi korelasi expected default rate dan klasifikasi risiko. Pada metode CreditRisk + diasumsikan portfolio memiliki korelasi credit events yang independen dengan expected default rates sedangkan metode yang lain bergantung pada faktor makro ekonomi dan normal asset return.

7 77 b. Selanjutnya klasifikasi risiko pada metode CreditRisk + menggunakan sistem kelas exposure sedangkan metode yang lainnya menggunakan risk rating atau historical matrix transaction. Pengukuran risiko kredit dengan menghitung besarnya CKPN dan economic capital untuk kredit segmen KTA pada bank XYZ, akan dibahas dengan hasil sebagai berikut : Penyusunan band Penyusunan band dilakukan dengan cara mengelompokkan data exposure kredit kedalam beberapa kelas. Peneliti menggunakan data exposure kredit default segmen KTA pada Bank XYZ yang berkisar dari Rp ,- sampai dengan Rp ,- sesuai dengan limit kredit KTA sehingga penyusunan band sudah mewakili seluruh exposure kredit KTA. Penyusunan ini memiliki 1 band, dikarenakan memang untuk KTA tidak memili range exposure yang terlalu besar. Selanjutnya dilakukan pembagian golongan kelas pada band dengan cara menghitung outstanding kredit dibagi dengan band sehingga diperoleh 10 golongan kelas dengan range exposure sama besar Exposure at Default (EAD) Hal utama yang dilakukan untuk menentukan exposure at default adalah dengan cara memisahkan antara exposure kredit non default dengan exposure kredit yang mengalami default. Kredit default yaitu kredit dengan kolektibilitas 3, 4, dan 5 sementara exposure kredit dengan kolektibilitas 1 dan 2 dianggap sebagai kredit non default.

8 78 Tabel 1.1 Exposure Kredit per Kolektibilitas pada Bank XYZ (dalam rupiah) KOLEKTIBILITAS TAHUN (LANCAR) (DPK) (KURANG LANCAR) (DIRAGUKAN) (MACET) Sumber : Bank XYZ ( Laporan Manajemen per 31 Desember 2013 sd. 2015, diolah) Dari Tabel 5.1 dapat dilihat exposure kredit menurut tingkat kolektibilitas yang diperoleh dari data laporan manajemen Bank XYZ per 31 Desember 2013, 2014 dan 2015 yang kemudian diolah kembali. Terjadi peningkatan dari tahun ke tahun yang cukup signifikan terhadap kredit yang mengalami default (kolektibilitas 3) secara berurut 2013 sampai dengan tahun Peningkatan NPL ini memiliki banyak penyebab. Hal utama yang menyebabkan terjadinya kredit default ini dikarenakan oleh menurunnya usaha debitur. Sehingga untuk kedepannya, Bank XYZ harus mampu melakukan seleksi kepada debitur baru yang akan melakukan kredit, selain itu harus melakukan monitoring baik kredit baru maupun kredit existing. Yang dikatakan kredit default adalah kredit yang mengalami penurunan niai dengan masa tunggakan lebih dari 90 hari ( kolektibilitas 3). Setelah mengetahui kredit mana yang mengalami default, maka kita akan

9 79 mudah memisahkan antara kredit default dan non default, kemudian data diurutkan per band dalam periode bulan. Batasan data adalah dari bulan Januari 2013 sampai dengan Desember 2015, sehingga ada 36 data per bulannya, yang kemudian di pisahkan lagi kedalam kelas-kelas yang ada di dalam band. Ada 10 kelas dengan range Rp di dalam 3 tahun data yang diteliti, sehingga akan diperoleh 360 (tiga ratus enam puluh) data yang akan dilihat pada Lampiran 4 sampai dengan lampiran 6. Tabel 1.2 Rata-rata Exposure at Default (EAD) per Band (Rp) Band Tahun Sumber : Bank XYZ (Laporan Manajemen, diolah) Tabel 5.2 menginformasikan rata-rata besaran nilai Exposure at Default (EAD) di dalam band dari tahun 2013 sampai dengan tahun Dapat dilihat dari data tersebut bahwa terjadi peningkatan besarnya nilai EAD dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dengan nilai berturut-turut Rp di tahun 2013, Rp di tahun 2014, dan Rp di tahun 2015, yang secra rinci dijelaskan pada lampiran 1 sampai dengan lampiran 3. Hal ini menjadi perhatian khusus karena tidak diimbangi dengan besaran exposure kredit yang menuruh dari tahun 2013 sampai dengan tahun Terjadinya peningkatan rata-rata nilai EAD dari tahun ke tahun dikarenakan kemampuan debitur yang tidak sesuai sehingga menimbulkan gagal bayar. Keadaan iklim ekonomi Indonesia yang kurang mendukung serta

10 80 persaingan antar sesama Bank dalam memberikan produk yang menjadi salah satu penyebab menurunnya exposure KTA dari tahun ke tahun Pengukuran Loss Given Default (LGD) LGD adalah ratio kerugian pada nilai exposure yang disebabkan karena kejadian default oleh debitur sebesar outstanding default (Spuchl akova and Cȗg, 2015). Tahap awal perhtiungan LGD adalah dengan cara membandingkan nilai recovery pokok kredit yang telah dihapusbukukan dengan nilai pokok kredit yang telah dihapusbukukan yang selanjutnya akan diperoleh nilai recovery rate. Dan dari nilai tersebut akan dibuat nilai rata-rata recovery rate dalam kelompoknya. Pada penelitian ini diperoleh nilai recovery rate berdasarkan informasi internal dari Bank XYZ disetiap bulannya yang kemudian dibuat rata-rata dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015, yaitu sebesar 73,04%. Bank XYZ memperhitungan recovery rate berdasarkan persentase nilai pinjaman yang dapat dibayar debitur saat terjadi default setelah memperhitungkan biaya-biaya antara lain likuidasi jaminan, legal dan biaya lainnya selama proses penagihan tersebut. LGD atau yang disebut juga dengan real loss merupakan ukuran jumlah kerugian yang secara aktual terjadi pada masing-masing kejadian default setelah dikurangi dengan jumlah pengembalian (recovery rate). Menurut Credit Suisse First Boston (1997) perhitungan LGD menggunakan rumus sebagai berikut: LGD = EAD x (1-Recovery Rate)...5.1

11 81 Dari rumus di atas diperoleh besarnya LGD seperti pada Lampiran 7 sampai dengan Lampiran 9. Contoh perhitungan LGD yang dihitung dalam data penelitian di bulan Juli tahun 2015 dengan mengambil data band di kelas 4 (empat), maka akan diperoleh hasil sebagai berikut: LGD = Rp ,37 x (1-73,04%) = Rp ,94 Dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pada didalam band kelas 4 (empat) bulan Juli 2014 maka bank XYZ mengalami kerugian dari kejadian default adalah sebesar Rp ,94 dengan senilai 73,04% sebagai recovery ratesnya. Rata-rata perhitungan LGD pada Bank XYZ periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2015 per kelompok band dapat dilihat dengan data olah sebagai berikut : Tabel 1.3 Rata-rata LGD periode (dalam Rupiah) Band Tahun , , ,15 Sumber : Laporan Bank XYZ (diolah) Berdasarkan Tabel. 5.3 dapat dilihat bahwa rata-rata actual loss yang dialami oleh Bank XYZ dari tahun 2013 smpai dengan tahun 2016 mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Hal ini tidak sebanding dengan exposure kredit yang makin menurun dari tahun ke tahun, nyatanya risiko kredit makin meningkat. Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh usaha debitur yang

12 82 memburuk, menurunnya tingkat ekonomi nasional, atau penurunan kualitas SDM yang melakukan analisis kredit. Rata-rata default terbesar ke terkecil yaitu tahun 2015 dengan nilai Rp ,15, tahun 2014 sebesar Rp ,27, dan Rp ,06 ditahun Oleh sebab itu, hal tersebut harus menjadi perhatian bagi Bank XYZ untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penyebab yang memungkinkan terjadinya kenaikan nilai default tersebut Number of Default Number of Default adalah jumlah kejadian gagal bayar yang terjadi pada satu periode (Fatimah, 2012). Dari total outstanding masing-masing kelas di setiap band dibagi dengan nilai kelas didalam band tersebut, maka akan dapat dihitung nilai dari number of default. Perhitungan besaran nilai number of default atau yang disebut dengan lambang lambda (λ) ini, mengambil contoh pada data band di kelas 4 (empat) bulan Juli 2014, maka diperoleh hasil sebagai berikut: λ = = 0,74 Dilihat dari hasil perhitungan diatas dapat dijelaskan bahwa pada band di kelas 4 bulan Juli 2015 terjadi kemungkinan rata-rata kejadian gagal bayar sebesar 0,74 kali. Frekuensi gagal bayar selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat rata-ratanya pada Tabel 5.4, yaitu sebagai berikut:

13 83 Tabel 1.4 Rata-rata Frekuensi Gagal Bayar periode Tahun Tahun (*) Band (Rp) ,1167 0,0821 0, ,1202 0,1646 0, ,0848 0,2589 0, , ,0209 0, ,1339 Sumber : Laporann Manajemen Bank XYZ (diolah) *frekuensi (dalam kali) Dari Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa nilai terbesar dari rata-rata frekuensi gagal bayar terjadi pada band di kelas 3 tahun 2014 yaitu sebesar 0,26 kali. Kisaran rata-rata frekuensi gagal bayar tertinggi terjadi pada kisaran exposure Rp 50 juta sampai dengan Rp 74,999 juta. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan terjadi gagal bayar atau peristiwa default pada nilai exposure tersebut terbesar dibandingkan dengan nilai exposure yang lain. Penting bagi Bank XYZ untuk memperhatikan lagi dan melakukan monitoring baik dalam pengelolaan kredit-kredit eksisting ataupun dalam kebijakan pemberian kredit. Nilai rata-rata frekuensi gagal bayar periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2014 dapat dilihat pada Lampiran 10 sampai dengan Lampiran 12.

14 Probability of Default (PD), Unexpected Number of Default dan Cummulative Probability of Default Nilai probability of default didalam penelitian ini dapat dihitung menggunakan program excel dengan rumus (POISSON (n,λ,0)). Contoh perhitungan probability of default dalam band di kelas 4 (empat) pada bulan Juli 2015 sehingga diperoleh besarnya PD adalah sebesar 0,4790. Besaran tersebut menunjukkan besarnya peluang tertinggi pada saat lambda (λ) atau number of default sebesar 0,7361. Hal tersebut juga dimaksudkan apabila ratarata kejadian gagal bayar sebesar 0,7361 kali maka dugaan peluangnya sebesar 0,4790. Tabel 1.5 Kisaran Probability of Default (PD) Periode tahun Tahun , , ,9500 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran peluang kejadian gagal bayar dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 berturut-turut adalah sebesar 0 sampai dengan 0,9247, 0 sampai dengan 0,9322, dan 0 sampai dengan 0,9500. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa peluang kejadian gagal bayar terus mengalami kenaikan dari tahun 2013 sampai dengan tahun Hasil perhitungan Probability of Default (PD) periode 2013 sampai dengan 2015 dapat dilihat pada Lampiran 13 sampai dengan Lampiran 15. Besaran unexpected number of default terjadi pada saat cummulative probability of default mencapai nilai lebih besar dari (>) 99%. Untuk

15 85 menghitung nilai unexpected number of default digunakan microsoft excel dengan rumus [POISSONINV(Level Of Confidence,λ)]. Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh nilai n (n=0,1,2,3,...,n) yang sesuai dengan hasil besarnya frekuensi gagal bayar yang diprediksi dengan selang kepercayaan 99%. Contoh perhitungan nilai unexpected number of default dengan mengambil data band di kelas 4 (empat) bulan Juli 2015 dengan hasil sebesar 3 kali menghasilkan cummulative probability of default sebesar 0,9932 atau 99,32% (cumulative probability of default > 99%). Selang kepercayaan 99% dan derajat kesalahan sebesar 1% merupakan tingkat yang ditentukan oleh Basel II sebagai bentuk perhitungan secara Internasional yang dapat digunakan secara global bagi bank-bank di dunia. Besaran unexpected number of default menunjukkan prediksi kejadian berdasarkan number of default (λ) yang ada, dengan Cummulative probability of default yang diperoleh merupakan nilai probability of default yang dikumulatifkan pada selang kepercayaan dengan nilai lebih dari 99%. Rata-rata unexpected number of default dari periode tahun 2013 sampai dengan 2015 yang disajikan pada Tabel 5.6 dibawah ini, dapat dilihat bahwa prediksi frekuensi kejadian gagal bayar terbesar terjadi pada band kelas 3 di tahun 2014 dan 2015 yaitu sebesar 2. Jika dibanding dengan kelas 3 dalam band dengan tahun yang berbeda (2013) maka nilai untuk nilai rata-rata unexpected number of default nya jauh lebih kecil yaitu sebesar 0,83. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2014 dan tahun 2015 prediksi

16 86 kejadian gagal bayar untuk kisaran exposure Rp 50 juta sampai dengan Rp 74,999 juta jauh lebih besar dibandingkan dengan kisaran yang sama di tahun Perhitungan unexpected number of default periode 2013 sampai dengan 2015 dapat dilihat pada Lampiran 16 sampai dengan Lampiran 18 sedangkan cummulative probability of default dapat dilihat pada Lampiran 19 sampai dengan Lampiran 21. Tabel 5.6 Rata-rata Unexpected Number of Default periode Band (Rp) Kelas dalamband Tahun(*) ,17 1,00 1,33 2 0,42 1,50 0,42 3 0,83 2,00 2, , ,17 0, ,00 Sumber : Laporan Manajemen Bank XYZ (diolah) *frekuensi (dalam kali) Expected Loss, Unexpected Loss dan Economic Capital Nilai Expected Loss diperoleh dari number of default (λ) dikalikan dengan nilai exposure pada band di setiap kelas band-nya. Nilai ini merupakan besaran cadangan yang dapat diprediksi atau diestimasi oleh bank untuk menyisihkan dananya saat terjadi default. Berikut nilai expected loss yang

17 87 terjadi pada band dikelas 1 sampai dengan 10 periode Juli 2015 sampai dengan September Tabel 1.6 Expected Loss Bank XYZ periode Juli September 2015 (Rp) Band Kelas Bulan Band Juli-2015 Agust-2015 Sept , , , , , , , , , , ,05 Sumber : Laporan Manajemen Bank XYZ (diolah) Contoh perhitungan besarnya expected loss dengan mengambil data pada band kelas 4 (empat) dibulan Juli 2015, maka diperoleh hasil adalah sebagai berikut: Expected Loss = 0,7361x Rp x 4 = Rp ,94 Hasil tersebut menjelaskan bahwa pada band dengan rata-rata kejadian gagal bayar sebesar 0,7361 kali, terjadi 2 kali jumlah kejadian gagal bayar pada bulan Juli 2015 dengan perkiraan kerugian sebesar Rp ,94,-. Oleh karena itu, bank XYZ harus menyediakan dana Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar nilai expected loss tersebut diatas untuk sejumlah kerugian yang diperkirakan pada band dikelas

18 88 tertentu. Hasil perhitungan expected loss dapat dilihat pada Lampiran 22 sampai dengan Lampiran 24. Dalam perhitungan Roll Rates Model digunakan internal data kredit system. Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan analisis tingkat kerugian kredit pada setiap periode tunggakan berdasarkan data historis tunggakan yang dimiliki selama minimal 3 tahun. Bank membagi kriteria periode tunggakan minimal sebanyak 5 kriteria. misal : Tunggakan 0, Tunggakan > 1 s.d. 30 hari, Tunggakan > 31 s.d 60 hari, dan seterusnya seperti yang telah dijelaskan di bab III. Selanjutnya, dihitung persentase tunggakan yang berpindah dari satu periode ke periode berikutnya pada setiap wilayah, sehingga akan diperoleh nilai PD dan LGD nya. Untuk tingkat PD dan LGD yang dihitung berdasarkan asumsi pada kondisi tidak tertagih/default (misal : > 360 hari) atau hapusbukukan harus dikenakan sebesar 100%. Namun bagi data historis dapat diestimasi bahwa Bank dapat menagih sebagian porsi kredit maka persentase PD dan LGD harus dikurangi nilai recovery rate (tingkat pengembaliannya). Lalu setelah diperoleh angka PD dan LGD, maka akan peroleh tingkat persentase kerugian pada setiap periode tunggakan (EAD). EAD digunakan untuk menghitung setiap kredit existing sehingga diperoleh nilai CKPN. Dan tentunya bank akan memperoleh data yang harus dicadangkan sebagai bentuk estimasi terhadap kerugian yang mungkin terjadi.

19 89 Nilai CKPN yang selama ini dihitung oleh Bank XYZ dengan metode Roll Rates Model dibandingkan dengan CKPN yang dihitung menggunakan metode CreditRisk+ dapat dilihat pada Lampiran 25. Dari hasil perhitungan yang ada di Lampiran 25, dapat dijelaskan bahwa secara umum perhitungan besarnya CKPN yang dilakukan oleh Bank XYZ selama ini memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan jika dihittung menggunakan metode CreditRisk+. Ini dapat terjadi karena metode CreditRisk+ berfokus pada ketidakpastian default rate dan loss severity dengan nilai yang sebenarnya tanpa memperhitungkan agunan, biaya ataupun denda lainnya dalam menghitung nilai CKPN. Meskipun ada terdapat beberapa besarnya CKPN yang dihitung oleh Bank XYZ lebih rendah dibandingkan metode CreditRisk+, namun hal tersebut terlihat minoritas dalam hal Lampiran 25 tersebut. Hal itu juga dapat terjadi dikarenakan kemungkinan metode perhitungan CKPN yang digunakan oleh Bank XYZ hanya melihat pada kejadian default nya saja. Sehingga menurut Gavalas and Syriopoulos (2014), metode ini kemungkinan dapat menjadi bias karena sifatnya bergantung pada terjadinya peristiwa default yang berurutan dan tidak mewakili seluruh kejadian historis. Pada PSAK 50 (revisi tahun 2006) mengungkapkan informasi mengenai exposure risiko kredit dengan jumlah yang mewakili nilai maksimal exposure risiko kredit tanpa memperhitungkan nilai wajar dari setiap

20 90 agunan. Dengan kata lain, pada dasarnya fokus perhitungan kredit default dengan metode CreditRisk+ menggunakan pengelompokkan exposure kredit pada band yang selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kelas-kelas telah sesuai dengan persyaratan PSAK 50 tersebut. Mampu memperhitungkan besarnya kerugian yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang dan kecukupan modal dalam menutupi kerugian tersebut sehingga metode ini dapat menjembatani perhitungan dari sisi akunting maupun manajemen risiko merupakan keunggulan lain metode CreditRisk +. Perhitungan CKPN yang terlalu besar akan menyebabkan adanya kelebihan dana yang disediakan oleh bank untuk menutupi risiko kredit yang ada sehingga dana tersebut tidak bisa digunakan secara maksimal oleh bank untuk kegiatan meningkatkan profit atau untuk keperluan lainnya. Dampak lain dari kelebihan mencadangkan CKPN adalah dalam hal ekspansi bisnis dimana bank akan berfokus pada proses recovery kredit akibat terkikisnya modal bank yang dirasa cukup besar. Untuk itu, pemilihan metode yang tepat sangat diperlukan untuk perhitungan CKPN sehingga modal yang dimilki bank dapat dipergunakan secara lebih efektif dan efisien. Besaran dari unexpected loss dianggap sebagai nilai Value at Risk (VaR) yang merupakan besaran cadangan yang tidak dapat diprediksi atau diestimasi kerugian di masa yang akan datang. Perhitungan unexpected loss diperoleh dari hasil kali antara unexpected number of default dimana saat

21 91 cummulative probability of default nilainya lebih besar dari 99% dikalikan dengan nilai exposure pada band disetiap kelasnya. Tabel 1.7 Unexpected Loss Bank XYZ periode Juli September 2014 (Rp) Band Kelas Bulan Band Jul-2015 Agust-2015 Okt Sumber : Laporan Manajemen Bank XYZ (diolah) VaR merupakan alat pengukuran yang digunakan oleh beberapa perusahaan keuangan untuk mendeteksi risiko berbahaya yang mungkin terjadi pada kondisi ekstrim (Buc,2013). Berikut nilai unexpected loss yang terjadi pada band periode Juli 2015 sampai dengan September Contoh perhitungan unexpected loss dengan mengambil data pada band kelas 4 (empat) bulan Juli 2015, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Unexpected Loss = 3,00 x Rp x 4= Rp

22 92 Dari hasil perhitungan tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa pada kelas 4 (empat) bulan Juli tahun 2015 dengan selang kepercayaan sebesar 99% dan derajat kesalahan sebesar 1% memiliki prediksi peluang terjadinya kejadian gagal bayar sebesar 3 kali sebanyak dua kali untuk debitur di band tersebut, sehingga diperoleh prediksi di luar kerugian yang terestimasi sebesar Rp ,-. Perhitungan unexpected loss Bank XYZ periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada Lampiran 26 sampai dengan Lampiran 28. Bank XYZ harus bisa menyediakan tambahan modal untuk menutupi kerugian yang disebabkan oleh kerugian yang tidak dapat diestimasi (unexpected loss) saat kemungkinan terjadinya hal yang ekstrim. Untuk itulah economic capital diperlukan sebagai besaran modal yang dicadangkan oleh bank untuk menutupi unexpected loss. Konsep perhitungan economic capital adalah untuk mencegah kelebihan potensial modal yang digunakan untuk menutupi risiko kredit (Nystrӧm and Skoglund, 2006). Besaran economic capital diperoleh dari hasil pengurangan nilai unexpected loss dengan expected loss. Berikut contoh perhitungan economic capital dengan mengambil data kelas 4 (empat) dibulan Juli 2015, dengan diperoleh hasil sebagai berikut: Economic Capital = Rp Rp = Rp Dari hasil Tabel 5.8 dapat dijelaskan bahwa besaran economic capital yang harus disediakan Bank XYZ periode Juli 2015 sampai dengan

23 93 September 2015, diketahui bahwa besarnya modal yang diserap pada band dikelas 4 bulan Juli tahun 2015 adalah sebesar Rp ,-. Perhitungan economic capital dapat dilihat pada Lampiran 29 sampai dengan Lampiran 31. Tabel 1.8 Economic Capital Bank XYZ periode Juli September 2015 (Rp) Band Kelas Bulan Band Jul-2015 Agust-2015 Okt Credit Suisse First Boston (1997) menyatakan bahwa terdapat beberapa keuntungan dalam pengukuran economic capital, yaitu sebagai berikut: a. Pengukuran risiko ekonomi lebih tepat menggunakan economic capital dibandingkan dengan yang ditetapkan oleh regulator. b. Mengukur risiko ekonomi dari setiap portfolio dengan keuntungan diversifikasi.

24 94 c. Mengukur secara objektif perbedaan portfolio dari segi kualitas kredit dan ukuran exposure. d. Merupakan pengukuran yang bersifat dinamis, dimana dapat menggambarkan perubahan risiko pada portfolio dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengopitimalisasi portfolio. Bank XYZ harus menyediakan besaran nilai yang dibutuhkan untuk economic capital yang periode 2013 sampai dengan 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 1.9 Economic Capital Bank XYZ tahun (Rp) Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Dari data pada Tabel 5.10 diatas, dapat dilihat bahwa nilai economic capital mengalami kenaikan dari tahun 2013 ke tahun 2015, meskipun sempat

25 95 ada penurunan di bulan Maret sampai dengan Juni ditagun Terjadinya penurunan economic capital dimungkinkan karena adanya perbaikan kualitas kredit maupun penekanan terhadap proses recovery kredit. Dan jika dilihat pada bulan Desember terjadi peningkatan economic capital dari tahun 2014 ke tahun 2015 yaitu sebesar Rp ,-. Kemungkinan ini terjadi karena pada akhir tahun terjadi penurunan kembali kualitas kredit baik kualitas kredit default yang semula dipertahankan agar tetap non default maupun kredit baru yang turun kualitasnya menjadi default. Setelah melihat pengolahan data NPL di bank XYZ tersebut diatas, dapat dilihat bahwa dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 persentase NPL terus mengalami peningkatan. Peningkatan NPL pada Bank XYZ mayoritas disebabkan karena usaha debitur yang menurun baik karena piutang yang tertagih maupun penyalahgunaan pemberian kredit. Selain itu keadaan ekonomi yang melambat pada tahun 2015 juga menjadi salah satu penyebab banyaknya usaha debitur yang mengalami penurunan. Untuk itu, hal penting yang perlu dilakukan Bank XYZ adalah melakukan monitoring secara ketat dan berkesinambungan baik terhadap kredit-kredit eksisting maupun kredit yang baru diberikan sehingga early warning akan mampu diciptakan Bank XYZ terhadap usaha debitur yang mengalami penurunan. Persentase besarnya economic capital terhadap modal Bank XYZ akan disajikan didalam Tabel 5.10 berikut ini :

26 96 Tabel 1.10 Persentase economic capital terhadap Modal Bank XYZ Tahun (Rp) Periode Economic Capital Modal % Desember ,0955 Desember ,0800 Desember ,2115 Sumber : Laporan Manajemen Bank XYZ (diolah) Dari pengolahan data tersebut diatas, dapat diperoleh informasi bahwa kebutuhan economic capital Bank XYZ terhadap modal persentasenya masih dikatakan relatif sangat rendah. Dan hal tersebut menunjukan bahwa ketahanan modal Bank XYZ masih sangat baik terhadap prediksi kredit default yang diukur pada selang kepercayaan 99%. Dari penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Bank XYZ masih dapat optimal dalam menyalurkan kredit. Pengukuran economic capital lebih akurat jika dibandingkan dengan yang ditetapkan oleh regulator karena perhitungan berdasarkan pada perhitungan yang disesuaikan dengan data internal bank XYZ. Sehingga fungsi economic capital adalah dapat memberikan informasi kepada bank besarnya modal yang dibutuhkan untuk mengantisipasi risiko kredit sehingga pengalokasian dana dapat dilakukan secara efisien (Credit Suisse First Boston, 1997) Backtesting dan Validasi Model Bactesting dilakukan untuk mengetahui kesesuaian model yang digunakan didalam penelitian ini, yaitu CreditRisk + dalam perhitungan CKPN. Uji bactesting dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai unexpected

27 97 loss (VaR) dengan besaran actual loss disetiap bulan periode penelitian yaitu Januari 2013 sampai dengan Desember Pada hasil penelitian terdahulu Fatimah (2012), menunjukkan bahwa hasil uji backtesting dengan loglikelihood ratio test menggunakan tingkat keyakinan sebesar 99% menunjukkan besarnya actual loss masih berada dibawah unexpected loss (VaR) disetiap bulannya pada penelitian periode 2008 sampai dengan 2010 untuk kredit kepemilikan rumah pada bank AnceBC. Dari uji loglikelihood ratio test diperoleh nilai LR yang tidak melebihi Chi- Squared hal itu menunjukkan bahwa penelitian Fatimah (2012) dengan menggunakan metode CreditRisk+ cukup valid untuk digunakan dalam mengukur risiko kredit kepemilikan rumah pada Bank ABC. Selain itu penelitian lainnya oleh Vanny (2015), dalam uji backtesting dengan loglikelihood ratio test menggunakan tingkat keyakinan sebesar 99% menunjukkan besarnya actual loss masih berada dibawah unexpected loss (VaR) disetiap bulannya pada penelitian periode 2012 sampai dengan 2014 untuk kredit usaha kecil menengah di bank XYZ. Sama seperti penelitian Fatimah (2012), dari uji loglikelihood ratio test diperoleh nilai LR yang tidak melebihi Chi- Squared hal itu menunjukkan bahwa penelitian ini dengan menggunakan metode CreditRisk + cukup valid untuk digunakan dalam mengukur risiko kredit usaha kecil menengah pada Bank XYZ. Hasil penentuan uji backtesting dari portfolio kredit Bank XYZ untuk segmen KTA periode bulan Januari 2013 sampai dengan Desember 2015 adalah sebagai berikut :

28 98 Tabel 1.11 Backtesting Portfolio Bank XYZ tahun 2013 (Rp) 2013 Bulan Binary UL (Var) Real Loss Difference Failure Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Dari tabel 5.11 diatas, dapat dilihat bahwa uji Bactesting dengan membandingkan nilai Unexpected Loss (Var) dengan Real Loss (Actual Loss) dalam periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013, Var mampu menutupi kerugian sebenarnya yang selama ini ditanggung oleh Bank XYZ. Hasil difference didapatkan dari selisih Unexpected Loss terhadap Real Los, dan di setiap bulannya menunjukkan hasil binary failure sebesar 0 (nol).

29 99 Tabel 1.12 Backtesting Portfolio Bank XYZ tahun 2014 (Rp) 2014 Bulan Binary UL (Var) Real Loss Difference Failure Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Dan dari tabel 5.12 diatas, dapat dilihat bahwa uji Bactesting dengan membandingkan nilai Unexpected Loss (Var) dengan Real Loss (Actual Loss) dalam periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014, Var mampu menutupi kerugian sebenarnya yang selama ini ditanggung oleh Bank XYZ. Hasil difference didapatkan dari selisih Unexpected Loss terhadap Real Los, dan di setiap bulannya menunjukkan hasil binary failure sebesar 0 (nol).

30 100 Tabel 1.13 Backtesting Portfolio Bank XYZ tahun 2015 (Rp) 2015 Bulan Binary UL (Var) Real Loss Difference Failure Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Dari tabel 5.13 diatas, dapat dilihat bahwa uji Bactesting dengan membandingkan nilai Unexpected Loss (Var) dengan Real Loss (Actual Loss) dalam periode Januari 2015 sampai dengan Desember 2015, Var mampu menutupi kerugian sebenarnya yang selama ini ditanggung oleh Bank XYZ. Hasil difference didapatkan dari selisih Unexpected Loss terhadap Real Los, dan di setiap bulannya menunjukkan hasil binary failure sebesar 0 (nol). Melihat hasil uji backtesting pada penelitian ini, terlihat bahwa nilai VaR memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan actual loss

31 101 sehingga diperoleh nilai binary failure sebesar 0 (nol). Berdasarkan perbandingan tersebut maka dapat dikatakan bahwa nilai VaR dapat menutupi kerugian yang terjadi pada portfolio kredit Bank XYZ sehingga dapat diartikan bahwa model CreditRisk + ini terbukti valid didalam penelitian. Menurut Fatimah (2012), pemilihan tingkat keyakinan sebesar 99% melebihi standar industri sebesar 95% adalah untuk memastikan solvabilitas perusahaan tetap terjaga dari risiko kredit yang mungkin terjadi. Oleh sebab itu, semakin tinggi tingkat keyakinan dalam memperhitungkan nilai unexpected loss (VaR) maka perbedaan antara unexpected loss dengan exposure at default akan semakin besar. Untuk melakukan perhitungan tingkat akurasi model yang digunakan didalam penelitian ini, maka dilakukan pengukuran menggunakan Loglikelihood Ratio (LR) test sehingga model CreditRisk + dapat diketahui tingkat akurasinya dalam memperkirakan unexpected loss. Dengan menggunakan selang kepercayaan sebesar 99% dan derajat bebas sebesar 1%. Untuk itu digunakan rumus sebagai berikut: Hasil uji loglikelihood ratio test pada penelitian ini diperoleh nilai LR sebesar nol yang berarti lebih kecil dari nilai critical value yaitu 6,6349. Data hasil pengukuran Loglikelihood Ratio (LR) yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat dari Tabel 5.14 sebagai berikut:

32 102 Tabel 1.14 Hasil Uji Loglikelihood Ratio (LR) Keterangan Hasil T 36 N 0 Alpha 0,01 Chi-square 6,6349 LR 0 Dari Tabel 5.14 tersebut diatas maka hipotesis pengujian LR yang diterima adalah H0: LR < Chi-Squared, diartikan bahwa permodelan diterima, backtesting teruji dimana dalam pengujian ini nilai LR lebih kecil (<) dari nilai chi squared yaitu sebesar 6,6349. Hal ini menunjukan bahwa dengan kata lain permodelan CreditRisk + mampu memperkirakan besaran unexpected loss yang dapat diterima dan hasil pengujian backtesting teruji.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Kredit UKM di Bank XYZ Penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha dalam rangka membangun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dianalisis dalam karya akhir ini adalah mengenai pengukuran risiko kredit di bagian Consumer Banking, khususnya untuk kredit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas seacara deskriptif mengenai hasil pengukuran risiko kredit pada segmen Kredit Tanpa Agunan pada bank XYZ dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini akan memberikan penjelasan secara deskriptif mengenai hasil perhitungan statistik dalam mengukur risiko kredit menggunakan metode CreditRisk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X 51 BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK + Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas analisis mengenai pengukuran risiko kredit konsumtif pada bank X dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan pemecahan masalah dalam mengukur risiko kredit dengan menggunakan metode Credit Risk +. Dimana pemecahan masalah tersebut akan sesuai mengikuti metodologi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam karya akhir ini pengukuran risiko yang ditunjukan terhadap pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dengan menggunakan Metode CreditRisk +, Dalam penerapan metode pengukuran

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam Bab 4 ini akan dibahas mengenai, analisis pengukuran risiko kredit consumer khususnya mortgage (KPR) pada Bank X dengan menggunakan Internal Model CreditRisk+. Dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian untuk karya akhir ini akan dilakukan perhitungan risiko Kartu Kredit dengan menggunakan metode CreditRisk dalam mengukur nilai risiko kredit

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian dalam karya akhir ini dilakukan melalui studi pustaka, pengumpulan data dan analisa kuantitatif. Studi pustaka digunakan untuk menyusun landasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Berdasarkan UU No. 21 Pasal 38 Tahun 2008 Tentang UU Perbankan Syariah disebutkan bahwa bank syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko,

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian BNI Syariah memiliki visi menjadi bank umum syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kajian Pustaka 3.1.1. Manajemen Risiko Menurut Chapman (2006), manajemen risiko adalah bagian dari pengendalian internal. Manajemen risiko ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Portofolio Kartu Kredit Secara umum portofolio kartu kredit di Bank X mengalami peningkatan selama kurang lebih dua tahun terakhir. Secara umum total eksposur mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan memiliki peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi tantangan dunia usaha dan industri

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada sub bab 1.2, yaitu besarnya Capital Charge yang harus disediakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 31 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Risiko kredit atau dalam bahasa asing disebut credit risk adalah suatu potensi kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian 18 3. METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu parameter kinerja jangkauan layanan LKM mencakup adalah luasnya jangkauan kepada nasabah berupa besarnya jumlah nasabah yang dilayani LKM. Untuk menjangkau

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA Kurang Lancar

PROSPEK USAHA Kurang Lancar LAMPIRAN 85 86 Lampiran. Pedoman umum penggolongan kualitas kredit Bank Syariah Komponen Lancar Dalam Perhatian Khusus Potensi pertumbuh an usaha Kondisi pasar dan potensi debitur dalam persaingan Kualitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan dari Bab III adalah nilai minimum capital requirement Divisi Usaha Menengah PT. Bank X, selama tahun tahun 2007 yaitu sebagai berikut : Tabel 4.1 Minimum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sebelum krisis tahun 1998 sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dilirik oleh perbankan karena mereka menilai sektor ini tidak layak untuk dibiayai,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menganalisa data pembiayaan bank syari ah akan digunakan pendekatan dengan model CreditRisk+, metode yang telah diakui bisa digunakan dalam menghitung risiko

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah merupakan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam bentuk penyediaan dana pembiayaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA)

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA) ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA) SUHERI PURNOMO Jl. Srengseng Raya No.45 RT 008/06 Kembangan Jakarta Barat. 11630

Lebih terperinci

LAMPIRAN. : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi. 1. Bagaimana sistem penghitungan risiko kredit yang ada saat ini?

LAMPIRAN. : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi. 1. Bagaimana sistem penghitungan risiko kredit yang ada saat ini? LAMPIRAN Wawancara Pengguna Nama Lokasi Subyek : Oktario Sitorus : PT. Ganesha Cipta Informatika : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi basis data untuk pengukuran risiko

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. . a Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV http//www.bi.go.id (diakses tanggal 18 April 2015).

DAFTAR PUSTAKA. . a Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV http//www.bi.go.id (diakses tanggal 18 April 2015). DAFTAR PUSTAKA Ali, Masyhud. 2006. Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Global Bisnis. Rajagrafindo Perkasa. Jakarta. Altman, Edward I dan Anthony Saunders. 1998. Credit

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Internal Rating PT. Bank X PT. Bank X yang merupakan salah satu bank BUMN di Indonesia yang termasuk 3 besar dalam nilai aset. PT. Bank X membagi portepel

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 1.1 Kajian Pustaka 1.1.1 Pengertian Kredit Kredit menurut bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan dan bahasa Latin creditum yang berarti kepercayaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar istilah

Lampiran 1. Daftar istilah LAMPIRAN LAMPIRAN 46 Lampiran 1. Daftar istilah 1. Non performing loan (NPL) : kredit macet yang pembayaran bunga dan pokok pinjaman tertunda 90 hari atau lebih, atau setidaknya 90 hari pembayaran bunga

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Pada bab ini akan dibahas sifat, jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini serta metodologi yang akan digunakan. 3.2 Data dan Pengambilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Return on Assets (ROA) Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International

BAB I PENDAHULUAN. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International Accounting Standard (IAS) 39 mengenai Recognition and Measurement of Financial Instruments

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit Pengelolaan Risiko Kredit Manajemen Risiko, Sesi 6 Latar Belakang 1. Risiko Kredit didefinisikan sebagai risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. 2. Pada

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE CREDITRISK+ DALAM PENGUKURAN RISIKO KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KASUS PADA PT X )

PENERAPAN METODE CREDITRISK+ DALAM PENGUKURAN RISIKO KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KASUS PADA PT X ) PENERAPAN METODE CREDITRISK+ DALAM PENGUKURAN RISIKO KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KASUS PADA PT X ) Any Meilani (any@mail.ut.ac.id) Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka ABSTRACT Identify and measure credit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Fatchur Rochman, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Fatchur Rochman, FE UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam era globalisasi dewasa ini di mana perekonomian berkembang dengan pesat, perbankan merupakan salah satu institusi yang mempunyai peran dalam upaya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI DAN RISIKO KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + TERHADAP KREDIT PEMILIKAN RUMAH PADA BANK ABC TESIS Kristianti Mutia Fatimah 0906586272

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Profil Perusahaan Bank ABC pada mulanya didirikan dengan menggunakan nama NV Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory. Perusahaan mulai beroperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memberikan beban yang besar bagi industri perbankan di Indonesia dan sebagian besar bank mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapainya, secara umum tujuan dari didirikannya perusahaan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Krisis keuangan memberikan dampak terhadap perkembangan ekonomi secara global dan perkembangan ekonomi di Indonesia khususnya. Oleh karenanya Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otorisasi perbankan untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut disalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bersama, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bersama, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diketahui bersama, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit masih merupakan aktivitas yang dominan bagi usaha perbankan di Indonesia, atau dengan kata

Lebih terperinci

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor ekonomi

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan yang pesat menjadikan iklim persaingan dalam dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan pelayanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya adalah sektor

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemberian kredit merupakan salah satu bisnis yang rentan dengan risiko. sehingga bank dituntut untuk mengelola risiko kredit agar kualitas aset tetap baik. Salah satu indikator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS

ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS INDRA KURNIAWAN 0806432985 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA DESEMBER

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS PEMBAHASAN 4.1. Strategi Sekuritisasi Aset pada Piutang Pembiayaan Konsumen Seperti telah diuraikan maka salah satu aset yang memungkinkan untuk disekuritisasi oleh Perseroan adalah piutang

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA (PAPI) 2008

PENYESUAIAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA (PAPI) 2008 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/ 33 /DPNP tanggal 8 Desember 2009 PENYESUAIAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA (PAPI) 2008 BAB III : Penjelasan Umum 2. Ketentuan Transisi D. Estimasi Penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut perbankan tetap bertahan dan berkompetisi agar kejadian seperti krisis ekonomi pada tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kredit

TINJAUAN PUSTAKA Kredit TINJAUAN PUSTAKA Kredit Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank CIMB Niaga, Tbk berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Perkembangan Penyaluran Kredit Dalam pelaksanaan aktivitas operasional bank, salah satu upaya yang dilakukan oleh setiap perbankan adalah peningkatan kinerja

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika PT. Ganesha Cipta Informatika pertama kali didirikan pada 10 April 1989 dan mulai menggunakan perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengertian Bank menurut Kasmir (2011 : 3), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + (STUDI KASUS BNI SYARIAH) TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + (STUDI KASUS BNI SYARIAH) TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + (STUDI KASUS BNI SYARIAH) TESIS FATCHUR ROCHMAN 0806432625 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produk Kredit Komersil adalah kredit yang bersifat umum, individu, selektif, dan berbunga wajar untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang

Lebih terperinci

TAMBAHAN ILUSTRASI DAN PENJELASAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA BUKU 1

TAMBAHAN ILUSTRASI DAN PENJELASAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA BUKU 1 TAMBAHAN ILUSTRASI DAN PENJELASAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA BUKU 1 TIM PERUMUS PAPI 1 Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia TAMBAHAN ILUSTRASI DAN PENJELASAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Data Kolektibilitas Debitur Tahun 2008 Bank Indonesia melalui PBI No:9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur mewajibkan bank umum melaporkan kualitas debitur untuk pemenuhan

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

7 Universitas Indonesia

7 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Tinjauan Konsep Risiko Kredit Lembaga perbankan dalam melakukan kegiatannya menghadapi berbagai kemungkinan, di mana kegiatan yang dilakukan tersebut dapat berdampak negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Manajemen Risiko Risiko secara umum didefinisikan sebagai ketidakpastian yang memiliki potensi untuk terjadi yang secara bervariasi dapat menghasilkan keuntungan maupun kerugian.

Lebih terperinci

THE COMPARISON ANALYSIS WITHIN RISK OF MURABAHAH FINANCING AND MUDHARABAH AT PT BANK SYARIAH X (RISK ANALYSIS BY USING INTERNAL METHOD CREDITRISK+)

THE COMPARISON ANALYSIS WITHIN RISK OF MURABAHAH FINANCING AND MUDHARABAH AT PT BANK SYARIAH X (RISK ANALYSIS BY USING INTERNAL METHOD CREDITRISK+) THE COMPARISON ANALYSIS WITHIN RISK OF MURABAHAH FINANCING AND MUDHARABAH AT PT BANK SYARIAH X (RISK ANALYSIS BY USING INTERNAL METHOD CREDITRISK+) BY : MOHAMMAD AINUN NAJIB 43208110087 ABSTRACT Production

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan

Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan LAMPIRAN 53 54 55 Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan No Tahun Peneliti Judul Metode Hasil 1 2004 Dewi CreditRisk Corry + 3 2006 Prias moro 4 2010 Meilani, A 5 2010 N.Nuruz zaman Penerapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini berupa analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati aspek-aspek tertentu dari laporan keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. listed di Bursa Efek Indonesia dan menyajikan laporan keuangan tahunan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. listed di Bursa Efek Indonesia dan menyajikan laporan keuangan tahunan dari 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia dan menyajikan laporan keuangan tahunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejauh ini krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1998 telah membawa dampak yang tidak baik bagi perkembangan bangsa Indonesia. Hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan intermediasi (Maretha, 2015). Menyalurkan suatu dana

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan intermediasi (Maretha, 2015). Menyalurkan suatu dana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga intermediasi yang memiliki kegiatan inti yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan menyalurkan kembali kepada

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Produk Bank 2.1.1 Pengertian Bank Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga financial intermediary mempunyai fungsi utama, yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dalam rangka pembangunan perekonomian nasional, sektor keuangan khususnya industri perbankan merupakan salah satu komponen terpenting sebagai pendukung dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Return On Asset Tujuan dasar dari manajemen suatu unit usaha bisnis adalah untuk memaksimalkan nilai dari investasi yang ditanamkan oleh pemilik modal terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 2.1.1 Pengertian Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat bagi investor untuk mengetahui kondisi perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu laporan keuangan juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia dan sebagian negara Asia Tenggara dan Timur mengalami krisis ekonomi yang disebabkan oleh beberapa faktor baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu penyokong perekonomian sebuah negara, bank sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Bagi pihak emiten, pasar modal merupakan salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Bagi pihak emiten, pasar modal merupakan salah satu sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana terpenting dalam perdagangan efek pada suatu negara. Bagi pihak emiten, pasar modal merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan tambahan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi merupakan tolak ukur pembangunan nasional. Sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam melaksanakan pembangunan baik skala pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (variables) seperti harga, volume instrumen, dan varian (variance) yang berubah

BAB I PENDAHULUAN. (variables) seperti harga, volume instrumen, dan varian (variance) yang berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir ada banyak perubahan pada lembaga keuangan dalam mengevaluasi dan mengukur risiko. Usaha perbaikan regulasi berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan kinerja perekonomian Indonesia menurun. Pengelolaan perekonomian dan sektor usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring dengan tuntutan persaingan bisnis, Bank XYZ pun melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring dengan tuntutan persaingan bisnis, Bank XYZ pun melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank XYZ merupakan bank umum yang berfokus pada segmen korporasi. Namun seiring dengan tuntutan persaingan bisnis, Bank XYZ pun melakukan transformasi bisnis dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PERUMUSAN MASALAH

BAB 3 PERUMUSAN MASALAH BAB 3 PERUMUSAN MASALAH 3.1. Latar Belakang Masalah Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia. mencapai 304,492 milyar rupiah atau meningkat sebesar 13,02 persen

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia. mencapai 304,492 milyar rupiah atau meningkat sebesar 13,02 persen Jutaan Rupian BAB IV GAMBARAN UMUM A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia Sesuai dengan data Statistik Perbankan Indonesia, kinerja kredit BPD menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat inheren yang muncul sebelum risiko yang lainnya (Muslich, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat inheren yang muncul sebelum risiko yang lainnya (Muslich, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko secara umum didefinisikan sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa baik yang diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan dan dapat menimbulkan dampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia perbankan yang semakin meningkat baik di antara bank-bank umum nasional maupun dengan bank asing mendorong bank-bank menjadi semakin agresif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas secara teoritis dasar-dasar yang digunakan dalam mendukung penulisan penelitian dan penjelasan masing-masing variabel yang berkaitan dalam proses pengukuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Fungsi Kredit Menurut Dahlan Siamat (2005 : 349), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masalah nilai dan pengukuran sudah lama menjadi isu ekonomi khususnya akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penulis yaitu penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penulis yaitu penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang mempunyai manfaat yang sangat besar bagi penulis khususnya sebagai acuan dalam penulisan penelitian

Lebih terperinci

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci