PROSPEK USAHA Kurang Lancar
|
|
- Susanti Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAMPIRAN 85
2 86 Lampiran. Pedoman umum penggolongan kualitas kredit Bank Syariah Komponen Lancar Dalam Perhatian Khusus Potensi pertumbuh an usaha Kondisi pasar dan potensi debitur dalam persaingan Kualitas manajemen dan permasalah -an tenaga kerja Dukungan dari grup/ afiliasi Kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik Pasar stabil dan tak terpengaruh perekonomian Persaingan terbatas (posisi kuat di pasar) Kapasitas optimum Manajemen sangat baik Tenaga kerja memadai dan belum pernah ada pemogokan atau pernah ada tapi ringan dan selesai dengan baik Afiliasi/grup stabil dan mendukung Upaya Pengelolaan debitur lingkungan memelihara baik dan lingkungan dampaknya hidup minimum sesuai syarat minimum peraturan Kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang terbatas Posisi di pasar baik (tak banyak dipengaruhi) Pasar sebanding pesaing Kapasitas hampir optimum Manajemen baik Tenaga kerja umumnya memadai, pernah terjadi perselisihan/ pemogokan yang selesai dengan baik namun bisa terulang Afiliasi/grup stabil dan tak memberatkan Pengelolaan lingkungan hidup kurang baik dan belum sesuai syarat minimum peraturan PROSPEK USAHA Kurang Lancar Kegiatan usaha berpotensi tumbuh sangat terbatas atau tidak tumbuh Pasar dipengaruhi perekonomian Persaingan sangat ketat dan operasinal bermasalah Kapasitas tak mendukung operasional Manajemen cukup baik Tenaga kerja berlebihan dan ada perselisihan/ pemogokan dengan dampak cukup Afiliasi/grup mulai memberatkan Pengelolaan lingkungan hidup kurang baik dan belum sesuai syarat minimum peraturan dengan penyimpangan Diragukan Kegiatan usaha menurun Pasar sangat dipengaruhi perekonomian Persaingan ketat dan operasional bermasalah serius Manajemen kurang pengalaman Tenaga kerja berlebih cukup besar, dapat timbul keresahan dan ada pemogokan berdampak Afiliasi/grup berdampak memberatkan Belum mengelola lingkungan hidup atau ada upaya namun belum sesuai peraturan dengan penyimpangan Macet Kelangsungan sangat diragukan dan sulit pulih dan kemungkinan besar terhenti Kehilangan pasar sejalan perekonomian yang menurun Operasional tak berkelanjutan Manajemen sangat lemah Tenaga kerja berlebih berjumlah besar, timbulkan keresahan dan pemogokan yang berdampak Afiliasi sangat merugikan Belum mengelola lingkungan hidup atau telah ada upaya namun belum sesuai peraturan dan mungkin dituntut di pengadilan
3 Lanjutan lampiran 87 Komponen Lancar Dalam Perhatian Khusus Perolehan laba Laba tinggi dan stabil Struktur Permodalan permodalan kuat Arus kas Sensitivitas terhadap risiko pasar Ketepatan pokok dan bunga Ketersedia -an dan keakuratan informasi keuangan debitur Likuiditas dan modal kerja kuat Analisis arus kas menunjukkan debitur mampu membayar pokok dan bunga tanpa sumber dana tambahan Portofolio sensitif kurs valas dan bunga relatif sedikit atau di-hedging dengan baik Pembayaran tepat waktu, perkembanga n rekening baik Hubungan debitur-bank baik, debitur selalu memberikan informasi keuangan teratur KINERJA (PERFORMANCE) DEBITUR Laba cukup baik tetapi berpotensi turun Modal cukup dan mampu tambah modal bila perlu Likuiditas dan modal kerja umumnya baik Analisis arus kas: mampu membayar pokok dan bunga tapi jika masalah akan memengaruhi Beberapa portofolio sensitif kurs valas dan bunga tapi masih terkendali Tunggakan pokok/bunga sampai 90 hari Hubungan debitur-bank cukup baik, debitur selalu memberikan informasi keuangan teratur dan masih akurat Kurang lancar Diragukan Macet Laba rendah Rasio utang terhadap modal cukup tinggi Likuiditas kurang dan modal kerja terbatas Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur hanya mampu membayar bunga dan sebagian pokok Kegiatan usaha terpengaruh kurs valas dan bunga Tunggakan pokok/bunga di atas 90 hari s.d. 0 hari Hubungan debitur-bank memburuk, dan informasi keuangan tak dapat dipercaya/tak ada hasil laporan keuangan Laba sangat kecil Rasio utang terhadap modal tinggi Likuiditas sangat rendah Analisis arus kas menunjukkan ketidakmamp uan untuk membayar pokok dan bunga Kegiatan usaha terancam kurs valas dan bunga Tunggakan pokok/bunga di atas 0 s.d. 80 hari Hubungan debitur dan bank memburuk dan informasi keuangan tak tersedia (tak dapat dipercaya) Rugi besar, usaha tak dapat dipertahankan Rasio utang terhadap modal sangat tinggi Kesulitan likuiditas Analisis arus kas: tak mampu tutup biaya produksi Kegiatan usaha terancam fluktuasi kurs valas dan bunga Tunggakan pokok/bunga lebih dari 80 hari Hubungan debitur dan bank sangat buruk dan informasi keuangan tak tersedia atau tak dapat dipercaya
4 Lanjutan lampiran 88 Komponen Lancar Dalam Perhatian Khusus Kelengkap -an dokumen kredit Kepatuhan terhadap perjanjian kredit Dokumentasi kredit lengkap Tak ada pelanggaran perjanjian kredit Kesesuaian Penggunaan penggunaan dana sesuai dana permohonan Jumlah dan jenis fasilitas sesuai kebutuhan Perpanjangan kredit sesuai analisis kebutuhan debitur Kewajaran Sumber sumber dapat kewajiban diidentifikasi dengan jelas dan disepakati oleh bank dan debitur Sumber sesuai jenis pinjaman Skema yang wajar Sumber: Sigit Triandaru (005) KEMAMPUAN MEMBAYAR Dokumentasi kredit lengkap Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak prinsipil Penggunaan dana kurang sesuai dengan permohonan, namun jumlahnya tak Jumlah dan fasilitas diberikan > kebutuhan, namun jumlahnya tak Sumber dapat diidentifikasi dan disepakati oleh bank dan debitur Sumber kurang sesuai struktur/ jenis pinjaman Skema yang cukup wajar Kurang Lancar Dokumentasi kredit kurang lengkap Pelanggaran syarat pokok kredit yang cukup prinsipil Penggunaan dana kurang sesuai permohonan dengan jumlah cukup Jumlah dan fasilitas > kebutuhan dengan jumlah cukup Perpanjangan tak sesuai kebutuhan Sumber tak sesuai kesepakatan Sumber kurang sesuai struktur/jenis pinjaman secara cukup Skema yang kurang wajar dan grace period tak sesuai jenis kredit Diragukan Dokumentasi kredit tidak lengkap Pelanggaran prinsipil terhadap syarat pokok perjanjian Penggunaan dana kurang sesuai (jumlah ) Jumlah dan fasilitas > kebutuhan, jumlahnya Sembunyika n kesulitan keuangan Sumber tak diketahui Sumber kurang sesuai jenis pinjaman secara Skema kurang wajar dan grace period tak sesuai jenis kredit Macet Tak ada dokumentasi kredit Pelanggaran prinsipil terhadap syarat pokok perjanjian Sebagian besar penggunaan dana tak sesuai permohonan Jumlah dan jenis fasilitas diberikan lebih besar dari kebutuhan dengan jumlah sangat Tak ada sumber yang mungkin Sumber tak sesuai struktur/jenis pinjaman Skema pembayarn yg tak wajar dan grace period tak sesuai jenis kredit
5 Lampiran. Daftar pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor per 3 Desember 009 Nasabah Outstanding Plafond Nasabah Outstanding Plafond () (4) () (5) (3) (6) (4) () (5) () (6) () () () () (3) (3) (4) (4) (5) (5) (6) (6) (7) () (8) () (9) (3) (0) (4) () (5) () (6) () (7) () (8) (3) (9) (4) (0) (5) () (6) () () (3) () (3) () () () () (3) (3) (4) (4) (5) () (6) () (7) (3) (8) (4) (9) (5) (0) () () () () (3) (3) (4) (4) () () () () () () (3)
6 Lanjutan lampiran 90 7 (4) (6) (5) () () (3) () (4) () (5) () (6) () () (3) () (4) (3) (5) () () () () TOTAL () () (3) (4) (5) (6) (7) (8) () () (3) () () (3) (4) (5) (6) () () (3) (4) (5) (6) (7) () () (3) (4) (5) Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan BMI Cabang Bogor (0)
7 Lampiran 3. Daftar pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor per 3 Desember 00 Nasabah Outstanding Plafond Nasabah Outstanding Plafond () (7) () () (3) () (4) () () () () (3) (3) (4) (4) () (5) () (6) (3) (7) (4) (8) (5) (9) (6) (0) () () () () (3) () (4) (3) (5) (4) (6) (5) (6) (7) () () () () () (3) () (4) (3) (4) () () () () (3) (3) (4) (4) (5) (5) (6) (6) (7) (7) (8) (8) (9) () () () () (3) (3) (4) (4) (5) (5) (6) (6)
8 Lanjutan lampiran (7) (8) (9) () () () () (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) () () (3) () () (3) (4) (5) (6) (7) (8) () () (3) () () (3) () () () () (3) (4) (5) () () TOTAL Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan BMI Cabang Bogor (0)
9 93 Lampiran 4. Daftar pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor per 3 Desember 0 Nasabah Outstanding Plafond Nasabah Outstanding Plafond () () () () () (3) () () (3) () (4) () (5) () (6) (7) () (8) () (9) (3) (0) (4) () (5) () (6) () (7) () (8) () (9) (3) () (4) () () (3) () (4) () (5) () (6) (3) () (4) () () () () () (3) (3) (4) (4) (5) (5) (6) (6) () (7) () (8) () (9) () (0) (3) () (4) () (5) () () () () (3) () () () () (3)
10 Lanjutan lampiran 4 94 (4) (5) (6) (7) (8) () () () () (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) () () () () (3) () () (3) (4) (5) (6) (7) () () (3) (4) () () (3) (4) (5) TOTAL Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan BMI Cabang Bogor (0)
11 95 Lampiran 5. Pengelompokkan band Band Kelas Range (Exposure) (Kelompok) Rp 0 juta Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 00 juta Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp miliar Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
12 96 Lampiran 6. Komposisi credit exposure at default (outstanding) per band Band Kelompok Range Tahun (jutaan Rp) (jutaan Rp) 009 (Rp) 00 (Rp) 0 (Rp) 0 0,5 4, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,
13 97 Lampiran 7. Recovery rate dan loss given default Recovery rate Band (juta Rp) Outstanding Recovery Outstanding Recovery Outstanding Recovery Total Loss Given Default (LGD) per tahun 009, 00, dan 0 Band (juta Rp) Outstanding LGD Outstanding LGD Outstanding LGD Total
14 98 Lampiran 8. Jumlah debitur yang default Band (dalam Kel. Range (dalam Tahun jutaan Rp) jutaan Rp) ,5 4, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,
15 Lampiran 9. Perhitungan probability of default dan cumulative probability of default 99 Tahun 009 nj n probability of default Cum. probability of default, , , , , , , ,686 0, , , ,9408 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0657 0, ,0005 0,0008 0, , , ,0890 0,36 0,3404 0,3887 0,796 0, , ,055 0, , , , ,558 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,9357 0,
16 Lanjutan lampiran 9 00 nj n probability of default Cum. probability of default 9, ,4085E-05 0, , , , , , , , , , , , , , , ,4E-05 0, , ,0753 0,0465 0,005 0,838 0,9337 0, ,5588 0, , ,8555 0,976 0,949 0,979 Tahun 00 dan 0 nj 4, , , n Probability of default Cum. probability of default 0, , , , , , , , , , , , , , , , , ,9470 0, , , , ,6788 0, , , ,88 0,076 0, , , ,775 0,7765 0,97 0,6774 0,0995 0, , , , , , , , , ,9304 0, , , ,939 0, ,5678 0,7999 0, , ,96670
17 0 Lampiran 0. Number of default, expected loss, unexpected loss, economic capital Tahun 009 Band Rp Band j nj n pada 95% Prob. Rec. Rate Expected Loss Unexpected Loss Economic Capital ,07 5 0,98 4% ,43 7 0,97 4% ,6 0,95 4% ,9 3 0,95 4% ,7 5 0,97 4% Total Tahun 00 dan 0 Band Rp Band j nj n pada 95% Prob. Rec. Rate Expected Loss Unexpected Loss Economic Capital ,8 8 0,96 4% ,34 8 0,96 3% ,75 9 0,97 3% Total
18 0 Lampiran. Binary indicator dan chi square critical value Binary indicator Tahun 009 Band j Actual Loss Unexpected Loss Difference Binary Indicator Total Failure Frequency 0 Tahun 00 dan 0 Band j Actual Loss Unexpected Loss Difference Binary Indicator Total Failure Frequency 0 Chi square critical value df P = 0,05 P = 0,0 P = 0,00 3,84 6,64 0,83 5,99 9, 3,8 3 7,8,35 6,7 4 9,49 3,8 8,47 5,07 5,09 0,5 6,59 6,8,46 7 4,07 8,48 4,3 8 5,5 0,09 6,3 9 6,9,67 7,88 0 8,3 3, 9,59
19 03 Lampiran 3. Perhitungan NPF net pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor tahun 009 NO KOLEKTIBILITAS JML. NASABAH OUTSTANDING % BDR BERMASALAH KET. DALAM PERHATIAN KHUSUS () KURANG LANCAR (3) DIRAGUKAN (4) MACET (5) TOTAL , ,00 Posisi Pembiayaan Rp ,00,4% =NPL BAD DEBT ,00 x 00 % =, ,00 BDR Pembiayaan ( 5,5 - Bad Debt ) / 0,55 = 9,6 Sehat Klasifikasi Pembiayaan SK.BI No.30//KEP/DIR, tgl 30 April s.d < 5 = Tidak Sehat 5 s.d < 66 = Kurang Sehat 66 s.d < 8 = Cukup Sehat 8 s.d < 00 = Sehat
20 04 Lampiran 4. Perhitungan NPF net pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor tahun 00 NO KOLEKTIBILITAS JML. NASABAH OUTSTANDING % BDR BERMASALAH KET. DALAM PERHATIAN KHUSUS () KURANG LANCAR (3) DIRAGUKAN (4) MACET (5) TOTAL , ,00 Posisi Pembiayaan Rp ,00 0,3% =NPL BAD DEBT ,00 x 00 % = 0, ,00 BDR Pembiayaan ( 5,5 - Bad Debt ) / 0,55 = 97,93 Sehat Klasifikasi Pembiayaan SK.BI No.30//KEP/DIR, tgl 30 April s.d < 5 = Tidak Sehat 5 s.d < 66 = Kurang Sehat 66 s.d < 8 = Cukup Sehat 8 s.d < 00 = Sehat
21 05 Lampiran 5. Perhitungan NPF net pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor tahun 0 NO KOLEKTIBILITAS JML. NASABAH OUTSTANDING % BDR BERMASALAH KET. DALAM PERHATIAN KHUSUS () KURANG LANCAR (3) DIRAGUKAN (4) MACET (5) TOTAL , ,00 Posisi Pembiayaan Rp ,00 0,33% =NPL BAD DEBT ,00 x 00 % = 0, ,00 BDR Pembiayaan ( 5,5 - Bad Debt ) / 0,55 = 97,85 Sehat Klasifikasi Pembiayaan SK.BI No.30//KEP/DIR, tgl 30 April s.d < 5 = Tidak Sehat 5 s.d < 66 = Kurang Sehat 66 s.d < 8 = Cukup Sehat 8 s.d < 00 = Sehat
Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT
Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha memiliki potensi pertumbuhan
Lebih terperinciLAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS PIUTANG PEMBIAYAAN 1. Kemampuan Ketersediaan
Lebih terperinciPENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.
Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/ 3 /DPNP tanggal 31 Januari 2005 PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan Kualitas
Lebih terperinciLAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 2 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS PIUTANG PEMBIAYAAN 1. Kemampuan Ketersediaan
Lebih terperinciLAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH
LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS ASET PRODUKTIF 1. Kemampuan Ketersediaan Hubungan
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA - 2 - I. PEDOMAN PENILAIAN
Lebih terperinciLAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA
LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DALAM BENTUK SELAIN PENYERTAAN
Lebih terperinciKUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR
LAMPIRAN II PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR Lampiran II Penetapan Kualitas Kredit PROSPEK
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Berdasarkan UU No. 21 Pasal 38 Tahun 2008 Tentang UU Perbankan Syariah disebutkan bahwa bank syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko,
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X
51 BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK + Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas analisis mengenai pengukuran risiko kredit konsumtif pada bank X dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan pemecahan masalah dalam mengukur risiko kredit dengan menggunakan metode Credit Risk +. Dimana pemecahan masalah tersebut akan sesuai mengikuti metodologi
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam karya akhir ini pengukuran risiko yang ditunjukan terhadap pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dengan menggunakan Metode CreditRisk +, Dalam penerapan metode pengukuran
Lebih terperinciYth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.
Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8/SEOJK.03/2015 TENTANG KUALITAS ASET
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini akan memberikan penjelasan secara deskriptif mengenai hasil perhitungan statistik dalam mengukur risiko kredit menggunakan metode CreditRisk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bank 1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Bab 1 dan pasal 1 serta
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia
BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Data Kolektibilitas Debitur Tahun 2008 Bank Indonesia melalui PBI No:9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur mewajibkan bank umum melaporkan kualitas debitur untuk pemenuhan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam Bab 4 ini akan dibahas mengenai, analisis pengukuran risiko kredit consumer khususnya mortgage (KPR) pada Bank X dengan menggunakan Internal Model CreditRisk+. Dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Akuntansi Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian dalam karya akhir ini dilakukan melalui studi pustaka, pengumpulan data dan analisa kuantitatif. Studi pustaka digunakan untuk menyusun landasan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas seacara deskriptif mengenai hasil pengukuran risiko kredit pada segmen Kredit Tanpa Agunan pada bank XYZ dengan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.
56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
43 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dianalisis dalam karya akhir ini adalah mengenai pengukuran risiko kredit di bagian Consumer Banking, khususnya untuk kredit
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Portofolio Kartu Kredit Secara umum portofolio kartu kredit di Bank X mengalami peningkatan selama kurang lebih dua tahun terakhir. Secara umum total eksposur mengalami
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian untuk karya akhir ini akan dilakukan perhitungan risiko Kartu Kredit dengan menggunakan metode CreditRisk dalam mengukur nilai risiko kredit
Lebih terperinciBAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada sub bab 1.2, yaitu besarnya Capital Charge yang harus disediakan
Lebih terperinciBAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian BNI Syariah memiliki visi menjadi bank umum syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
50 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menganalisa data pembiayaan bank syari ah akan digunakan pendekatan dengan model CreditRisk+, metode yang telah diakui bisa digunakan dalam menghitung risiko
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar istilah
LAMPIRAN LAMPIRAN 46 Lampiran 1. Daftar istilah 1. Non performing loan (NPL) : kredit macet yang pembayaran bunga dan pokok pinjaman tertunda 90 hari atau lebih, atau setidaknya 90 hari pembayaran bunga
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan
60 BAB IV HASIL PENELITIAN Pembiayaan merupakan salah satu diantara produk yang ditawarkan pada bank syariah. Di Bank Syariah Mandiri Cabang Solok, pembiayaan warung mikro syariah merupakan diantara produk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
31 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Risiko kredit atau dalam bahasa asing disebut credit risk adalah suatu potensi kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1 a. Perkembangan penerimaan pembiayaan musyarakah
Lebih terperinciLAMPIRAN. : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi. 1. Bagaimana sistem penghitungan risiko kredit yang ada saat ini?
LAMPIRAN Wawancara Pengguna Nama Lokasi Subyek : Oktario Sitorus : PT. Ganesha Cipta Informatika : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi basis data untuk pengukuran risiko
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Pelaksanaan Prosedur Analisis Kredit
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pelaksanaan Prosedur Analisis Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Bagi dunia perbankan perkreditan merupakan kegiatan yang sangat penting bahkan menjadi prioritas utama dalam menjalankan
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum
No. 7/ 3 /DPNP Jakarta, 31 Januari 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Sehubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengertian Bank menurut Kasmir (2011 : 3), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
Lebih terperinciBAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN
42 BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Internal Rating PT. Bank X PT. Bank X yang merupakan salah satu bank BUMN di Indonesia yang termasuk 3 besar dalam nilai aset. PT. Bank X membagi portepel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Perbankan Indonesia Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998, Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Audit Operasional II.1.1.1 Pengertian Audit Operasional Mengacu pada pendapat McLeod dan Schell (2008), pengertian Audit Operasional adalah
Lebih terperinciMANAJEMEN PERKREDITAN
MANAJEMEN PERKREDITAN Pengertian Kredit Berasal dari kata credere (yunani) atau creditum (latin) yang berarti kepercayaan Unsur-unsur kredit: 1. Kepercayaan 2. Kesepakatan 3. Jangka waktu 4. Risiko 5.
Lebih terperinci3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian
18 3. METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu parameter kinerja jangkauan layanan LKM mencakup adalah luasnya jangkauan kepada nasabah berupa besarnya jumlah nasabah yang dilayani LKM. Untuk menjangkau
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Kredit Tanpa Agunan (KTA) di Bank XYZ Kredit Tanpa Agunan merupakan salah satu produk perbankan yang memberikan fasilitas pinjaman tanpa beban memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan memiliki peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi tantangan dunia usaha dan industri
Lebih terperinciATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit Macet 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2007 hingga 2010 proporsi jumlah bank gagal dari jumlah bank yang ditetapkan dalam pengawasan khusus cenderung meningkat sesuai dengan Laporan Tahunan Lembaga
Lebih terperinci2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan
No.197, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Kehati-hatian. Perekonomian Nasional. Bank Umum. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5734). PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pelaku ekonomi yang melakukan kegiatannya melalui jasa perbankan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan menciptakan kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemakmuran, kesejahteraan,
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Kredit UKM di Bank XYZ Penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha dalam rangka membangun
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Total Pembiayaan (Financing) terhadap NPF. Berdasarakan analisis data secara statistik dalam penelitian ini,
BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Total Pembiayaan (Financing) terhadap NPF Berdasarakan analisis data secara statistik dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa total pembiayaan keseluruhan perbankan syariah
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
ITAS JASA K OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN INDONESIA SA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.03/2015 TENTANG KETENTUAN KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Bank didefinisikan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Lebih terperinciHal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha
PENDAHULUAN Bab 9 PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS) Penilaian tingkat kesehatan bank secara kuantitatif dilakukan terhadap 6 faktor, yaitu 1. CAPITAL ( Permodalan ), 2. ASSET QUALITY ( Kualitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemerintah berkewajiban mensejahterakan rakyatnya secara adil dan merata. Ukuran sejahtera biasanya dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam
Lebih terperinciANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK Muniya Alteza Laporan Keuangan Bank Tujuan pembuatan laporan keuangan bank: 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva da jenis aktiva yang dimiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTIDAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTIDAKA A. Definisi Bank 1. Pengertian Bank Secara umum yang dimaksud dengan lembaga keuangan menurut Kasmir (2004:25) adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, menghimpun
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN III.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Fatchur Rochman, FE UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam era globalisasi dewasa ini di mana perekonomian berkembang dengan pesat, perbankan merupakan salah satu institusi yang mempunyai peran dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun dalam rangka investasi. Bank sebagai salah satu perusahaan jasa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan usaha yang semakin maju, maka orangorang atau badan usaha pun membutuhkan tambahan modal, baik untuk usaha maupun dalam rangka investasi.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Institusi Perbankan Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, pengertian bank diatur dalam Pasal 1 ayat 2. Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana
Lebih terperinciBAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS)
BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS) A. Capital (Permodalan) Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini menilai permodalan ang dimiliki bank yang didasarkan pada: 1. Kewajiban
Lebih terperinci-2- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu diperlukan penyempurnaan mekanisme tindak lanjut penanganan permasalahan Ban
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank Umum. Pengawasan. Tindak Lanjut. Penetapan Status. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 65) PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara. Kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).
Lebih terperinciyang mampu mempunyai profitabilitas yang memadai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Perbankan syariah di mulai pada tahun 1991 dimana didirikan bank umum syariah perbankan syariah di Indonesia terus berkembang pesat, dalam waktu yang
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan
LAMPIRAN 53 54 55 Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan No Tahun Peneliti Judul Metode Hasil 1 2004 Dewi CreditRisk Corry + 3 2006 Prias moro 4 2010 Meilani, A 5 2010 N.Nuruz zaman Penerapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Diawali pada tahun 1983, ketika berbagai macam deregulasi dilakukan oleh pemerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan urat nadi perekonomian nasional. Salah satu peran penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu menjadi
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis
II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Produk Bank 2.1.1 Pengertian Bank Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya
Lebih terperinciNo. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA
No. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Sehubungan dengan Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kondisi persaingan bisnis dalam keadaan yang tidak menentu ditambah dengan krisis perekonomian, membuat setiap perusahaan dituntut untuk mempersiapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi utama menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian Indonesia secara
Lebih terperinciPENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS
KOMPUTER LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 08 & 09 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH
BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dalam rangka pembangunan perekonomian nasional, sektor keuangan khususnya industri perbankan merupakan salah satu komponen terpenting sebagai pendukung dan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung telah
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Audit kepatuhan seringkali dinamakan sebagai audit aktivitas. Audit kepatuhan merupakan suatu tinjauan atas catatan keuangan organisasi untuk menentukan apakah
Lebih terperinciKESEHATAN DAN RAHASIA BANK
KESEHATAN DAN RAHASIA BANK Kesehatan Bank Yaitu kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang
Lebih terperinciProudly present. Manajemen Piutang. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.
Proudly present Manajemen Piutang Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK 081-331-529-764 www.bwmahardhika.com PIUTANG Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang
Lebih terperinciBAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kajian Pustaka 3.1.1. Manajemen Risiko Menurut Chapman (2006), manajemen risiko adalah bagian dari pengendalian internal. Manajemen risiko ditujukan untuk
Lebih terperinciANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA)
ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA) SUHERI PURNOMO Jl. Srengseng Raya No.45 RT 008/06 Kembangan Jakarta Barat. 11630
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
Lebih terperinciTHE COMPARISON ANALYSIS WITHIN RISK OF MURABAHAH FINANCING AND MUDHARABAH AT PT BANK SYARIAH X (RISK ANALYSIS BY USING INTERNAL METHOD CREDITRISK+)
THE COMPARISON ANALYSIS WITHIN RISK OF MURABAHAH FINANCING AND MUDHARABAH AT PT BANK SYARIAH X (RISK ANALYSIS BY USING INTERNAL METHOD CREDITRISK+) BY : MOHAMMAD AINUN NAJIB 43208110087 ABSTRACT Production
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Perkembangan Penyaluran Kredit Dalam pelaksanaan aktivitas operasional bank, salah satu upaya yang dilakukan oleh setiap perbankan adalah peningkatan kinerja
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Setelah dicabutnya PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) mulai tanggal 1 Januari 2012 dalam menyajikan aset keuangan dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
9 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Definisi Akuntansi Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN
Tata Kelola Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasian LAPORAN POSISI KEUANGAN BCA membukukan posisi keuangan yang solid, didukung oleh posisi permodalan dan likuiditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda Indonesia telah memperoleh banyak pelajaran berharga tentang pentingnya suatu kebijakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif
Lebih terperinciPT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002
PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA NO POS - POS AKTIVA 1 Kas 62.396 50.624 2 3 4 5 6 7 Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 999.551 989.589 b. Sertifikat Bank Indonesia - 354.232
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS INDRA KURNIAWAN 0806432985 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA DESEMBER
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.
Lebih terperinciBAB IV PENERAPAN AUDIT BERBASIS RISIKO PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK BRI SYARIAH KC GUBENG SURABAYA
BAB IV PENERAPAN AUDIT BERBASIS RISIKO PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK BRI SYARIAH KC GUBENG SURABAYA A. Analisis Penerapan Audit Berbasis Risiko pada Pembiayaan Murabahah di Bank BRI Syariah Kantor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sebelum krisis tahun 1998 sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dilirik oleh perbankan karena mereka menilai sektor ini tidak layak untuk dibiayai,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2002: 17), laporan keuangan didefinisikan sebagai ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari
Lebih terperinci