ANALISIS KERUANGAN PASAR TRADISIONAL BERSIH SINTUWU MAROSO PASCA RELOKASI DI KELURAHAN KAWUA KECAMATAN POSO KOTA SELATAN KABUPATEN POSO JURNAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KERUANGAN PASAR TRADISIONAL BERSIH SINTUWU MAROSO PASCA RELOKASI DI KELURAHAN KAWUA KECAMATAN POSO KOTA SELATAN KABUPATEN POSO JURNAL"

Transkripsi

1 ANALISIS KERUANGAN PASAR TRADISIONAL BERSIH SINTUWU MAROSO PASCA RELOKASI DI KELURAHAN KAWUA KECAMATAN POSO KOTA SELATAN KABUPATEN POSO Fitriyanti (1), Zeffitni (2), Iwan Alim Saputra (3) A JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN 2017

2 1 ABSTRAK Fitriyanti Analisis Keruangan Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso Pasca Relokasi di Kelurahan Kawua Kecamatan Poso Kota Selatan Kabupaten Poso. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, Pembimbing (I) Zeffitni, dan Pembimbing (II) Iwan Alim Saputra. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kawua Kecamatan Poso Kota Selatan. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana potensi ruang lokasi pasar pasca relokasi dan bagaimana kesesuaian lokasi Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso pasca relokasi di kelura Kawua Kecamatan Poso Kota Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan keruangan. Teknik pengambilan sampel untuk pedagang menggunakan teknik Proposional Random Sampling, sedangkan untuk pembeli menggunakan teknik Sampling Insidental. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis peta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) dari aspek lokasi, potensi pasar menempati lokasi yang strategis. Hal ini ditandai dari letaknya yang berada dengan jalur (akses) jalan dan berdekata dengan terminal (didepan pasar). Lokasi pasar baru yang relatif strategis tersebut tidak didukung dengan tingkat daya layannya. Hal ini dilihat dari ambang batas (population threshold) pasar yang lebih baik dari lokasi pasar lama. Lokasi pasar tradisional yang baru juga tidak didukung dari aspek kebencanaan. Hasil analisis peta menunjukkan bahwa lokasi pasar baru berada pada wilayah rawan bencana banjir dan longsor; (2) Kesesuaian lokasi pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso dipengaruhi oleh market range atau jangkauan pasar. Jangkauan pedagang menuju pasar didominasi oleh pedagang yang berasal dari Kecamatan Poso Kota yaitu 70,69% dengan jarak 3 5 km dengan waktu tempuh menit. Jangkauan pembeli didominasi oleh pembeli yang berasal dari Kecamatan Poso Kota dan Kecamatan Poso Kota Utara yaitu 56,89%. Kata Kunci: Potensi, Kesesuaian, Keruangan

3 2 ABSTRACT Fitriyanti 2017, Spatial Analysis of Clean Traditional Market of Sintuwu Maroso Post Relocation in Kawua District South Poso. Skripsi, Geographic Educatioan Study Program, Sosial Science Departement, Teacher Training and Education Faculty, Tadulako University. Under the Supervisions of (I) Zeffitni, and (II) Iwn Alim Saputra. The research was conducted in Kawua District South Poso, Poso regency. The problem of this research is how potential the spatial of traditional market post relocation and how the suitability of traditional clean market location posts relocation. This descriptive research used spatial approach. Sample of the traders was taken through random propotional sampling while sample of buyer was taken through incidental sampling. Analysis technique used is descriptive and map. The result of this research rvealed that 1) potential of clean tarditional market out of location aspect showed that this market is in strategic place because it is right in transit line supported by terminal in front of it. The stategic location of the market is not supported by the level of service. It can be see through the population threshold of market that is better than the old location. On the other side, the location of traditional market is not supported by aspects of disaster. The result of map analysis revealed that the location of new traditional market is in flood and landslide areas. 2) the sustainability of clean traditional market location is affected by market range % traders in the traditional market dominated by those from the city of Poso with 3-5 km of mileage for minutes and 56.89% traders are from the city of Poso and South Poso.

4 3 Pendahuluan Ilmu pengetahuan geografi dapat dipandang dari tiga pandangan yang berbeda salah satunya adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fakta-fakta yang berasosiasi dalam ruang (Immanuel Kant ( ) dalam Bintarto dan Surastopo,1997:15). Geografi memiliki unsur-unsur utama seperti unsur jarak, unsur interaksi, unsur gerakan dan unsur penyebaran dalam mengkaji suatu objek/fenomena dipermukaan bumi. Analisis ruang dengan segala aspek didalamnya menjadi fokus dari pendekatan tersebut. Pembangunan pada hakikatnya adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk maksud dan tujuan tertentu. Ketersediaan sumberdaya sangat terbatas sehingga diperlukan strategi pengelolaan yang tepat bagi pelestarian lingkungan hidup agar kemampuan serasi dan seimbang untuk mendukung keberlanjutan kehidupan manusia (Muta ali, 2012:1). Langkah awal dalam pembangunan wilayah adalah menyusun perencanaan sehingga pembangunan dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan cita-cita yang ditetapkan. Pasar merupakan aset penting untuk memenuhi hajat hidup orang banyak, dan keberadaannya sangat dibutuhkan untuk menunjang perdagangan barang hasil bumi dan industri. Keberadaan pasar sudah tentu menjadi salah satu faktor pendorong perkembangan wilayah dimana pasar tersebut mampu membentuk struktur ekonomi suatu wilayah ataupun kota. Perkembangan pasar pada awalnya hanya sebatas pada pelayanan kebutuhan lingkungan, namun saat ini pasar tidak hanya melayani satu tempat atau fungsi saja. Salah satu kebijakan ekonomi di Indonesia adalah peraturan pasar tradisional. Kebijakan mengenai pengaturan pasar tradisional diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa dalam rangka pembinaan pasar tradisional, pemerintah daerah memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang pasar tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi pasar tradisional. Pemerintah Kabupaten Poso merelokasi Pasar Sentral Poso dikarenakan kondisi pasar yang tidak memenuhi syarat lagi seperti kumuh, kotor dan tidak teratur serta demi terciptanya tata ruang yang rapi dan indah. Faktor jarak, kualitas bangunan, sarana dan prasarana, sampai sosialisasi yang kurang jelas merupakan beberapa hal yang menjadi pertimbangan terutama pedagang untuk menerima program relokasi tersebut. Posisi pasar yang berdekatan dengan Sungai Poso menjadi salah satu permasalahan lain dari lokasi baru pasar. Drainase untuk air limbah

5 4 saluran pembuangan yang menuju langsung ke Sungai Poso dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi kualitas air sungai. Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik mengkaji lebih dalam mengenai relokasi Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso dalam kajian geografi terkait lokasi pasar dengan menggunakan pendekatan keruangan. Permasalahan tersebut dirinci dengan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: (1) bagaimana potensi ruang lokasi Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso pasca relokasi di Kelurahan Kawua Kecamatan Poso Kota Selatan Kabupaten Poso? (2) bagaimana kesesuaian lokasi Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso pasca relokasi di Kelurahan Kawua Kecamatan Poso Kota Selatan? Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan keruangan. Pendekatan keruangan lebih terpusat pada persoalan geometri hubunganhubungan keruangan dan juga perpindahan keruangan. Populasi dalam penelitian ini yakni pedagang dan pembeli yang ada di Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan jumlah pedagang Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso yaitu 551 pedagang. Cara pengambilan sampel responden (pedagang) menggunakan Proporsional random sampling dengan pengambilan jumlah 10% dari tiap sub kelompok barang dagangan pedagang yaitu 58 pedagang. Pengambilan sampel untuk pembeli menggunakan metode sampling insidental. Sampling Insidental yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara sampel pedagang dan pembeli. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi dan catatan statistik baik dari kantor atau instansi terkait antara lain Kantor Dinas Pasar Kabupaten Poso untuk memperoleh data pedagang yang berjualan di pasar, kantor Kelurahan Kawua untuk memperoleh data statistik Kelurahan Kawua. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis spasial dengan menggunakan pendekatan keruangan fokus analisis terdapat pada jarak dan sebaran yang menggunakan analisis deskriptif berdasarkan pada skoring data.

6 5 Hasil dan Pembahasan Pasar merupakan merupakan salah satu fasilitas perekonomian yang berfungsi sebagai tempat pertemuan dan berinteraksi antara pedagang dan pembeli. Sebuah fasilitas seperti pasar, sering kali mempunyai pelayanan melebihi daya layannya, terlebih apabila fasilitas tersebut memiliki barang atau jasa khusus yang tidak terdapat di tempat lain. Keterjangkauan menjadi salah satu faktor panting dalam hal ini. Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso merupakan pasar baru dari segi lokasi di Kabupaten Poso. Keberadaannya telah berpindah tempat menjadikan pasar ini memiliki potensi bagi wilayah sekitarnya. Aspek keruangan dari penelitian ini menjadi penting dalam mengkaji potensi pasar berdasarkan potensinya yang baru. Lokasi Potensi Pasar dilihat dari aspek Ambang Batas Pelayanan (population threshold) dan Fasilitas Pasar Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso memiliki pelayanan pasar dengan jumlah penduduk di Kecamatan Poso Kota Selatan sejumlah jiwa. Dibandingkan dengan jumlah penduduk yang dilayani pada pasar sebelum direlokasi yang berada di Kecamatan Poso Kota dengan jumlah penduduk jiwa, Poso Kota memiliki population thershold yang lebih baik dibandingkan Kecamatan Poso Kota Selatan. Jumlah penduduk yang lebih banyak mengakibatkan kegiatan jual beli akan mempeoleh keuntungan dikarenakan jumlah partisipan yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang dan pelayanan lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa dari aspek population thershold lokasi pasar (sebelum relokasi) lebih baik daripada lokasi pasar baru (setelah relokasi). Pelayanan pasar tidak terlepas dari fasilitas-fasilitas pendukung pasar dan sarana trasnportasi untuk menuju pasar.. Fasilitas pendukung yang dimiliki Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso yaitu pasar ini memiliki luas lahan parkir <2000 m 2, memiliki empat toilet yang tersebar di tempat yang berbeda, satu Musholah, kantor pasar yang berada di lantai dua bangunan pasar dan memiliki 2 pembuangan sampah besar. Lokasi Pasar dilihat dari Aspek Aksesibilitas Lokasi Pasar Tradisional Bersih Sinuwu Maroso dari segi aksesibilitas memiliki lokasi yang stategis (mudah dijangkau). Terletak di dekat dengan jalur jalan, lokasi pasar mempermudah para pelaku pasar dalam menjangkaunya. Jalur jalan tersebut juga merupakan jalur yang menghubungkan wilayah Kelurahan Kawua ataupun Kabupaten Poso dengan wilayah lain seperti Kecamatan Poso Kota, Kecamatan Tojo Barat, Kecamatan Lage,

7 6 Kecamatan Lore Piore, kecamatan Poso Pesisir Selatan, kecamatan, dan kecamatan Poso Kota Utara. Data penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa alat transportasi yang mampu menjangkau lokasi pasar dengan mudah, baik yang bersifat pribadi maupun umum. (lihat tabel 1) Tabel 1 Akses Pasar Berdasarkan Alat Transportasi Pedagang Pembeli No Alat Transportasi Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 Mobil Pribadi 5 8,62 4 6,89 2 Motor Pribadi 45 77, ,13 3 Angkot 4 6,89 4 6,89 4 Ojek 4 6, ,06 Jumlah Sumber:Data Primer 2016 Alat transportasi yang digunakan pedagang untuk menuju pasar tradisional beragam, 77,58% pedagang menggunakan motor pribadi. Pedagang yang mengunakan motor pribadi untuk menuju pasar berasal dari kecamatan Poso Kota dan 5,17 % pedagang menggunakan angkot. Pedagang yang menggunakan angkot untuk menuju pasar berasal dari Kecamatan Poso Pesisir dan Kecamatan Tojo Barat. Perbedaan alat trasnportasi yang digunakan pedagang di pengaruhi jarak tempuh menuju pasar. Alat transportasi yang digunakan pembeli menuju pasar memiliki kesamaan seperti yang digunakan oleh pedagang. Persentase yang tertinggi ditunjukkan pada alat transportasi motor pribadi 74,13% yang didominasi oleh pembeli yang berasal dari Kecamatan Poso Kota. Pembeli yang menggunakan angkot 6,89% didominasi oleh pembeli yang berasal dari Kecamatan Lore Piore dan Kecamatan Lage. Lokasi Pasar dilihat dari Aspek Kerawanan Bencana Lokasi pasar yang berada di kelurahan Kawua, Kecamatan Poso Kota Selatan jika dilihat dari analisis overlay pada peta rawan bencana memiliki tingkat kerawanan bencana yang berbeda-beda. Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso berdasarkan hasil analisis overlay dengan indikator curah hujan dan kemiringan lereng menunjukkan tingkat kerawanan banjir berada pada kategori tinggi. Hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi banjir

8 7 yang akan terjadi, pasar tradisional ini harus memiliki saluran drainase yang baik, penyediaan penampungan sampah agar limbah pasar tidak lagi berada di pinggiran sungai yang nantinya akan memicu terjadinya banjir. Dilihat dari peta rawan bencana longsor, tingkat kerawanan lokasi ini berada pada kategori tinggi. Faktor penyebab terjadinya tanah longsor secara alamiah yakni morfologi permukaan bumi, penggunaan lahan, litologi, struktur geologi, curah hujan dan kegempaan. Selain faktor alamiah, juga disebabkan oleh faktor aktivitas manusia Lokasi pasar dengan tingkat kerawanan seperti ini sepantasnya memiliki penanggulangan bencana guna memperkecil kerugian yang diakibatkan bencana tersebut. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya longsor yaitu penanaman vegetasi yang cukup untuk menahan erosi tanah. Lokasi pasar diliat dari kerawanan banjir dan longsor memiliki tingkat kategori tinggi. Hal ini seharusnya menjadi bahan pertimbangan pemerintah setempat dalam penentuan pembangunan lokasi pasar. Dalam perencanaan tata ruang potensi rawan bencana mengambil peran penting guna meminimalisir dampak yang ditimbulkan baik itu kerugian finansial maupun korban jiwa. Hasil analisis overlay dengan menggunakan beberapa indikator menunjukkan lokasi Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso berada di kategori rendah untuk kerawanan gempa bumi.

9 8 Kesesuaian Lokasi Pasar dilihat dari Aspek Market Range Daerah Asal Pedagang dan Pembeli Data menunjukkan bahwa Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso tidak hanya malayani pengguna pasar yang berada di sekitar wilayah lokasi pasar. Banyak pengguna pasar yang berada diluar wilayah yang datang untuk melakukan transaksi jual beli di pasar ini. Tabel 2 Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Daerah Asal Pedagang Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso 2016 No Jawaban Responden Daerah Asal Pedagang Frekuensi Persentase 1 Kelurahan Gebangrejo 24 41,37 2 Kelurahan Kayamanya 16 27,58 3 Kelurahan Moengko 7 12,06 4 Kelurahan Bonesompe 1 1,72 5 Kelurahan Lawanga 1 1,72 6 Kelurahan Kawua 1 1,72 7 Kelurahan Sayo 1 1,72 8 Kelurahan Lembomawo 1 1,72 9 Desa Mapane 5 8,62 10 Kec. Tojo Barat Kab. Touna 1 1,72 Jumlah Sumber:Data Primer Hasil Analisis 2016 Berdasarkan kewilayahan yang terdapat pada tabel di atas, terlihat wilayah yang mendominasi asal pedagang adalah Kelurahan Gebangrejo Kecamatan Poso Kota dengan jumlah persentase 41,37%, Kelurahan Kayamanya 27,58%, sedangkan persentase pedagang yang berasal dari kecamatan Kelurahan Kawua Kecamatan Poso Kota Selatan 1,72%. Hasil persentase ini menunjukkan proporsi pedagang yang berasal dari Kelurahan yang berasal dari Kecamatan Poso Kota Selatan rendah dibandingkan pedagang yang berasal dari kecamatan lain. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan bagi masyarakat yang ada di Kelurahan Kawua Kecamatan Poso Kota Selatan untuk berdagang dan memiliki lokasi untuk berdagang di pasar tradisional ini rendah, karena yang berdagang di pasar ini didominasi oleh pedagang yang berasal dari pasar lama.

10 9 Tabel 3 Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Waktu Tempuh Pedagang No Kategori Waktu Frekuensi Persentase 1 Sesuai menit 41 70,69 2 Kurang Sesuai menit 12 20,69 3 Tidak Sesuai >30 menit 5 8,62 Jumlah Sumber:Data Primer Hasil Analisis 2016 Kotler (dalam Uswatun Hasah,2015:28) berpendapat waktu tempuh yang dibutuhkan pelaku pasar menuju pasar idealnya adalah 10 menit, yang kemudian diklasifikasikan menjadi menit waktu tempuh dikatakan sesuia, menit waktu tempuh dikatakan kurang sesuai dan > 30 menit waktu tempuh dikatakan tidak sesuai. Dilihat dari persentase jawaban responden rata-rata waktu yang harus ditempuh pedagang yaitu 70,69% dengan waktu tempuh menit didominasi oleh pedagang yang berasal dari Kecamatan Poso Kota, 20,69% dengan waktu tempuh menit didominasi oleh pedagang yang berasal dari Kecamatan Poso Utara dan Poso Kota Selatan dan 8,62% dengan waktu tempuh > 30 menit didominasi oleh pedagang yang berasal dari Kecamatan Poso Pesisir dan Kecamatan Tojo Barat. Waktu tempuh yang beragam dikarenakan faktor jarak dan alat transportasi yang digunakan pedagang menuju pasar. Semakin jauh jarak yang ditempuh untuk menuju suatu tempat makan semakin lama waktu yang dibutuhkan. Kotler (dalam Uswatun Hasanah,2015:28) berpendapat Jarak dari pemanfaatan pasar m-7500 m yang kemudian di bagi menjadi 3 kelas yaitu jarak m m dikatakan sesuai, jarak <4.500 m dikatakan kurang sesuai dan jarak >7.500 m dikatakan tidak sesuai. Asal pasokan barang dagangan dalam konteks pasar tradisonal menjadi cukup penting untuk dilihat keterkaitan wilayah baik dari kecamatan sampai tingkat provinsi. Variasi barang dagangan atau produk asal daerah yang di perdagangkan, akan menunjukkan baik buruknya produktifitas daerah dari provinsi tersebut. Apabila produk barang dagangan bukan berasal

11 10 dari daerah administrasi yang bersangkutan, maka ada kecenderungan masyarakat di lingkungan Pasar tradisional Sintuwu Maroso hanyalah menjadi masyarakat konsumen. Terdapat variasi asal pasokan barang dagangan yang masuk di Pasar Tradisonal Bersih Sintuwu Maroso dan dengan mode transportasi yang berkembang saat ini maka asal pasokan barang dari tempat yang jauh menjadi lebih dimungkinkan. Persentase tertinggi dari keseluruhan asal barang dagangan dengan sampel tertinggi berasal dari Makassar 46,55%. Barang dagang yang masuk ke Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso dari Kota Makassar didominasi oleh barang kebutuhan sekunder seperti Pakaian, kosmetik, sepatu/sandal dan barang-barang elektronik. Sedangkan barang kebutuhan primer seperti beras, sayur dan bumbu berasal dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Poso. Asal barang dagang yang berasal dari Kecamatan Poso Kota Selatan tepatnya di Desa Malitu yaitu sayur dan gula merah. Hal ini menunjukkan produktifitas Kecamatan Poso Kota Selatan lebih kepada barang dagang kebutuhan primer. Jangkauan pembeli di Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso Menurut Asalnya bertempat tinggal di lingkungan yang tidak jauh dari lokasi Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso. Namun tidak menutup kemungkinan persebaran pembeli berasal dari luar kecamatan Poso Kota Selatan. Tabel 4 Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Waktu Tempuh Pembeli Menuju Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso 2016 No Kategori Waktu Frekuensi Persentase 1 Sesuai menit 33 56,89 2 Kurang Sesuai menit 2 3,44 3 Tidak Sesuai >30menit 23 39,65 Jumlah Sumber:Data Primer Hasil Analisis 2016 Waktu yang harus di tempuh pembeli berdasarkan hasil wawancara responden yaitu 56,89% dengan waktu tempuh menit di dominasi pembeli yang berasal dari Kecamatan Poso Kota dan Poso Kota Utara, 3,44% dengan waktu tempuh menit di dominasi pembeli yang berasal dari Kecamatan Kecamatan Lage dan 39,65% dengan waktu tempuh > 30 menit di dominasi pembeli yang berasal dari Kecamatan Tojo Barat dan Kecamatan Poso Pesisir Selatan. Data menunjukkan asal pembeli Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso berasal dari beberapa kecamatan seperti Kecamatan Poso Kota 51,72%, Kecamatan Poso Kota Utara 5,17%, Kecamatan Poso Pesisir Selatan 1,72%, Kecamatan Lage 6,89%, Kecamatan Lore

12 11 Piore 5,17% dan Kecamatan Tojo Barat 29,31%. Hal ini menunjukkan daya pelayanan Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso sangat luas, tidak hanya melayani di Kecamatan Poso Kota Selatan melainkan di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Poso. Alasan yang dominan pembeli bersedia membeli di Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso ialah sarana dan prasarana yang disediakan sudah cukup baik dan kebutuhan primer dan sekunder yang dibutuhkan pembeli tersedia di Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso. Selain itu lokasi pasar yang berada pada jalur transit mengakibatkan pembeli yang akan meuju kecamatan Tojo Barat Kecamatan Pamona dapat mampir di Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Potensi Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso ddapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: a. Aspek ruang lokasi pasar yang menempati tempat yang strategis karena berada di jalur transit. b. Potensi ruang dilihat dari aspek ambang penduduk yang dilayani (population threshold), Poso Kota memiliki population threshold lebih baik dikarenakan Poso Kota memiliki jumlah penduduk jiwa lebih besar dibandingkan dengan Poso Kota Selatan dengan jumlah penduduk jiwa. Hal ini menunjukkan semakin besar population threshold maka semakin banyak keuntungan yang diperoleh pedagang dari kegiatan jual beli. c. Transportasi merupakan sarana yang penting untuk meningkatkan pelayanan penduduk dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Alat transportasi yang digunakan pedagang menuju pasar diduminasi oleh motor pribadi dengan jumlah persentase 77,58% dan alat transportasi yang digunakan pembeli didominasi oleh motor pribadi dengan jumlah persentase 74,13%.

13 12 d. Hasil analisis overlay pada peta rawan bencana banjir, menunjukkan tingkat kerawanan tinggi. Tingkat kerawanan longsor untuk Lokasi Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso berada di tingkat kerawanan tinggi. Sedangkan untuk tingkat kerawanan gempa bumi, lokasi Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso memiliki tingkat kerawanan gempa bumi rendah 2. Kesesuaian lokasi pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso dipegaruhi oleh market range atau jangkauan pasar. Jangkauan pedagang menuju pasar didominasi oleh pedagang yang berasal dari Kecamatan Poso Kota yaitu 70,69% dengan jarak 3 5 km dengan waktu tempuh menit. Jangkauan pembeli didominasi oleh pembeli yang berasal dari Kecamatan Poso Kota dan Kecamatan Poso Kota Utara yaitu 56,89%. 3. Kesesuaian pasar dilihat dari beberapa aspek diatas dapat disimpulkan bahwa Pasar Saran Tradisional Bersih Sintuwu Maroso memiliki lokasi yang sesuai jika dilihat dari aspek lokasi yang merupakan jalur transit, akan tetapi dibandingkan dengan lokasi pasar lama (Poso Kota), Potensi ruang dilihat dari aspek ambang penduduk yang dilayani (population threshold), Poso Kota memiliki population threshold lebih sesuai dikarenakan Poso Kota memiliki jumlah penduduk jiwa lebih besar dibandingkan dengan Poso Kota Selatan dengan jumlah penduduk jiwa. Hal ini menunjukkan semakin besar population threshold maka semakin banyak keuntungan yang diperoleh pedagang dari kegiatan jual beli, jumlah ini dapat dilihat dari jumlah pembeli yang didominasi oleh pembeli yang berasal dari Poso Kota yaitu, 49,98%. Lokasi pasar jika dilihat dari potensi rawan bencana, lokasi pasar baru dapat dikatakan tidak sesuai, karena berada pada lokasi rawan bencana banjir dan longsor dengan tingkat kerawanan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Lokasi Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso yang trategis karena berada pada jalur transit menjadikan banyak potensi bagi masyarakat sekita pasar untuk itu perlu adanya pengembangan aksesibilitas pasar dan perlu adanya pengembangan badan jalan agar memperlancar akses menuju pasar. 2. Meningkatkan kebersian Pasar Tradisional Bersih Sintuwu Maroso serta meningkatkan fasilitas bangunan pasar agar seluruh pedagang pasar dapat berjualan dengan nyaman. Daftar Pustaka

14 13. (2007). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Bintarto dan Surastopo Hadisumarno. (1997). Metode Analisis Geografi. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Hasanah, Uswatun. (2015). Kajian Kesesuaian Pasar Gemolong 2 Terhadap Faktor Lokasi, Aksesibilitas dan Jangkauan Pelayanan Pasar. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Muta ali, Lutfi. (2012). Daya Dukung Lingkungan untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah.Yogyakarta:Badan Penerbit Fakultas Geografi. Universitas Gajah Mada.

PENGARUH PREFERENSI BELANJA KONSUMEN TERHADAP PERKEMBANGAN PASAR CIPUTAT DI KOTA TANGERANG SELATAN

PENGARUH PREFERENSI BELANJA KONSUMEN TERHADAP PERKEMBANGAN PASAR CIPUTAT DI KOTA TANGERANG SELATAN PENGARUH PREFERENSI BELANJA KONSUMEN TERHADAP PERKEMBANGAN PASAR CIPUTAT DI KOTA TANGERANG SELATAN Nurul Handayani, Kuswanto Nurhadi, dan Erma Fitria Rini Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas

Lebih terperinci

RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR 1 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR Oleh : R. Yulistiani, E.Maryani *), B. Waluya * ) Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam yang kompleks sehingga menjadikan Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi sehingga banyak masyarakat menyebutnya sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TINGKAT KESESUAIAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI DENGAN STANDAR PERMUKIMAN LAYAK HUNI

TUGAS AKHIR TINGKAT KESESUAIAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI DENGAN STANDAR PERMUKIMAN LAYAK HUNI TUGAS AKHIR TINGKAT KESESUAIAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI DENGAN STANDAR PERMUKIMAN LAYAK HUNI (Studi Kasus Permukiman Pasca Relokasi di Kelurahan Mojosongo, Surakarta) Oleh : AULIA RASMA INDAH

Lebih terperinci

Geoplanning E-ISSN:

Geoplanning E-ISSN: OPEN ACCESS Volume 1, No 2, 2014, 65-73 Geoplanning E-ISSN: 2355-6544 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/geoplanning EVALUASI KESESUAIAN LOKASI DAN JANGKAUAN PELAYANAN SEKOLAH MENENGAH UMUM DI KECAMATAN

Lebih terperinci

STUDI KESESUAIAN TATA RUANG PASAR TRADISIONAL SITEBA KECAMATAN NANGGALO KOTA PADANG. Oleh : Dina Sulvianti*Bakaruddin**Erna Juita**

STUDI KESESUAIAN TATA RUANG PASAR TRADISIONAL SITEBA KECAMATAN NANGGALO KOTA PADANG. Oleh : Dina Sulvianti*Bakaruddin**Erna Juita** STUDI KESESUAIAN TATA RUANG PASAR TRADISIONAL SITEBA KECAMATAN NANGGALO KOTA PADANG Oleh : Dina Sulvianti*Bakaruddin**Erna Juita** *Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat ** Staf pengajar Geografi STKIP PGRI

Lebih terperinci

PENGARUH REVITALISASI PASAR TERHADAP AKTIVITAS PERDAGANGAN DI PASAR JONGKE KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA

PENGARUH REVITALISASI PASAR TERHADAP AKTIVITAS PERDAGANGAN DI PASAR JONGKE KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA PENGARUH REVITALISASI PASAR TERHADAP AKTIVITAS PERDAGANGAN DI PASAR JONGKE KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Geografi

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Studi Strata I pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh: DIAH HAFIDHA CHOLIFATUNISA

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 7 (2) (2018) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage Pemetaan Risiko Bencana Longsor Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana di Kecamatan Tembalang

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng tektonik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha sadar dan berencana untuk meningkatkan mutu hidup. Pelaksanaannya akan selalu menggunakan dan mengelola sumberdaya baik sumberdaya alam dan

Lebih terperinci

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Tujuan penataan ruang wilayah Kota adalah Terwujudnya Kota Tidore

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, menurut Moh. Nasir (98:54), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dayeuhkolot merupakan kawasan perkotaan di Kabupaten Bandung yang berada di sisi Sungai Citarum. Berdasarkan sejarah, Dayeuhkolot yang dalam bahasa sunda berarti kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana longsor lahan (landslide) merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Longsor lahan mengakibatkan berubahnya bentuk lahan juga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Sidang Preview 4 Tugas Akhir Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Oleh RIANDITA DWI ARTIKASARI 3607 100 021 Dosen Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistyarso Tahun 2011 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan.

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan. Perkembangan wilayah tergantung dari kegiatan sosial ekonomi penduduk suatu wilayah, yang kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab 134 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³ PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³ 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi Manado 2

Lebih terperinci

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image. Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS JANGKAUAN PELAYANAN LOKASI MINIMARKET DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG Wisnu Kurniawan Suroso & Heri Tjahjono

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG INFRASTRUKTUR DI KELURAHAN ANDURING KOTA PADANG JURNAL

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG INFRASTRUKTUR DI KELURAHAN ANDURING KOTA PADANG JURNAL PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG INFRASTRUKTUR DI KELURAHAN ANDURING KOTA PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) ROSI NOFITA 09030112 Pembimbing

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Kajian Rencana Zonasi Kawasan Industri ini dapat diselesaikan. Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian akan menggambarkan langkah-langkah atau tahapan dari suatu penelitian dalam mencapai tujuan penelitian tersebut. Dimana dalam metode penelitian ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih

Lebih terperinci

POLA PERSEBARAN INDUSTRI RUMAH TANGGA GULA DAN KESESUAIAN LAHAN KELAPA DI KABUPATEN KEBUMEN

POLA PERSEBARAN INDUSTRI RUMAH TANGGA GULA DAN KESESUAIAN LAHAN KELAPA DI KABUPATEN KEBUMEN POLA PERSEBARAN INDUSTRI RUMAH TANGGA GULA DAN KESESUAIAN LAHAN KELAPA DI KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1) Oleh SRI HANA RIZKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN 2005-2014 (JURNAL) Oleh: INDARYONO 1113034039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: HENDRA WIJAYA L2D 307 014 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 i ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan penambangan merupakan kegiatan yang dapat mendatangkan keuntungan ekonomis yang cukup menjanjikan. Hal ini yang menyebabkan kegiatan penambangan

Lebih terperinci

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI WILAYAH UNTUK PERENCANAAN LOKASI PUSAT INDUSTRI KECIL-MENENGAH DI KABUPATEN PURBALINGGA. Oleh: Siti Hadiyati Nur Hafida 1 dan Nurhadi 2

KAJIAN POTENSI WILAYAH UNTUK PERENCANAAN LOKASI PUSAT INDUSTRI KECIL-MENENGAH DI KABUPATEN PURBALINGGA. Oleh: Siti Hadiyati Nur Hafida 1 dan Nurhadi 2 Geomedia Volume 14 Nomor 2 November 2016 KAJIAN POTENSI WILAYAH UNTUK PERENCANAAN LOKASI PUSAT INDUSTRI KECIL-MENENGAH DI KABUPATEN PURBALINGGA Oleh: Siti Hadiyati Nur Hafida 1 dan Nurhadi 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara 36 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode penelitian Metode penelitian merupakan sebuah pedoman untuk merancang penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan

Lebih terperinci

SKRIPSI Oleh : Aisa Mayang Purnamasari K

SKRIPSI Oleh : Aisa Mayang Purnamasari K HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA TERHADAP KUALITAS PERMUKIMAN DI SEKITAR PASAR, TERMINAL, DAN STASIUN GEMOLONG KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013 (Sebagai Suplemen Bahan Ajar Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, 41 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Baleendah dipilih karena merupakan salah satu kecamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Menurut Singarimbun dan Sofyan Effendi (989: ) bahwa penelitian survey adalah

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN TANAH LONGSOR JALUR SOLO- SELO-BOROBUDUR DI KECAMATAN CEPOGO DAN KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN TANAH LONGSOR JALUR SOLO- SELO-BOROBUDUR DI KECAMATAN CEPOGO DAN KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN TANAH LONGSOR JALUR SOLO- SELO-BOROBUDUR DI KECAMATAN CEPOGO DAN KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI Oleh Muhammad Luqman Taufiq 10405244004 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Tingkat kesejahteraan, pendapatan, supir angkut batubara.

Kata Kunci: Tingkat kesejahteraan, pendapatan, supir angkut batubara. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga (Khodijah) TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA SUPIR ANGKUT BATUBARA DI KECAMATAN MERAPI TIMUR KABUPATEN LAHAT PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh: Khodijah, Program Studi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semarang merupakan ibukota propinsi Jawa Tengah yang berada pada kawasan pesisir pantai utara Jawa. Kota Semarang yang berada di pesisir pantai menempatkan penduduknya

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. 6 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan agar terarah, tergambar keinginan dan tujuan dalam penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Tambora yang merupakan salah satu dari dari 8 kecamatan yang berada di Wilayah Kotamadya Jakarta Barat. Dengan luas

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lokasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Publik Di Kecamatan Palu Timur Dan Palu Barat

Analisis Kesesuaian Lokasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Publik Di Kecamatan Palu Timur Dan Palu Barat Analisis Kesesuaian Lokasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Publik Di Kecamatan Palu Timur Dan Palu Barat ANDI CHAIRUL ACHSAN 1 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan seperti yang telah diuraikan penulis dalam pembahasan tentang hubungan persepsi konsumen atas Retail Mix dengan preferensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palopo merupakan kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang telah ditetapkan sebagai kota otonom berdasar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Mamasa

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih. Kata Pengantar Buku laporan interim ini merupakan laporan dalam pelaksanaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Asahan yang merupakan kerja sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan didirikan.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan didirikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia saat ini sudah semakin maju. Hal ini ditandai salah satunya dengan semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan didirikan. Pusat perbelanjaan

Lebih terperinci

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men PEMETAAN BANJIR KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Farida Angriani 1), Rosalina Kumalawati 1) 1)Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan IPS FKIP, UNLAM e-mail: rosalinaunlam@gmail.com

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bencana alam merupakan bencana yang disebabkan oleh perubahan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Bencana alam merupakan bencana yang disebabkan oleh perubahan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia terletak di daerah rawan bencana. Berbagai jenis kejadian bencana telah terjadi di Indonesia, baik bencana alam, bencana karena kegagalan teknologi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah

Lebih terperinci

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai kriteria dan indikator kinerja yang diperlukan untuk dapat mendeskripsikan kondisi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Dana Alokasi Khusus. Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Dana Alokasi Khusus. Petunjuk Teknis. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Dana Alokasi Khusus. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 04/M-DAG/PER/1/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Tanah longsor adalah salah satu bencana yang berpotensi menimbulkan korban jiwa masal. Ini merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Hal ini

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran adalah pendekatan penelitian deduktif

Lebih terperinci

2015 KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

2015 KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek geografis, klimatologis dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016 73 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik,

Lebih terperinci

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO Pemetaan Daerah Rawan PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO Moch. Fauzan Dwi Harto, Adhitama Rachman, Putri Rida L, Maulidah Aisyah,

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 163 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Menjawab Pertanyaan Penelitian dan Sasaran Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dihasilkan pengetahuan yang dapat menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar tradisional merupakan tempat (lokasi) bertemunya penjual dan pembeli yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola tawar-menawar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan penulisan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan penulisan untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan penulisan untuk proses pengumpulan dan menampilkan data hasil penelitian yang dilakukan. memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota dalam konsep umum adalah wilayah atau ruang terbangun yang didominasi jenis penggunaan tanah nonpertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta 1.1. Pengertian Peta Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sebagai

Lebih terperinci

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

Oleh : ERINA WULANSARI [ ] MATA KULIAH TUGAS AKHIR [PW 09-1333] PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh : ERINA WULANSARI [3607100008] PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

POLA PERJALANAN KERJA PEDAGANG SAYURAN (Kasus pada Wanita Pedagang Sayuran di Pasar Ungaran Kabupaten Semarang) Abstract PENDAHULUAN

POLA PERJALANAN KERJA PEDAGANG SAYURAN (Kasus pada Wanita Pedagang Sayuran di Pasar Ungaran Kabupaten Semarang) Abstract PENDAHULUAN POLA PERJALANAN KERJA PEDAGANG SAYURAN (Kasus pada Wanita Pedagang Sayuran di Pasar Ungaran Kabupaten Semarang) Abstract Key words PENDAHULUAN Dari waktu ke waktu peran wanita di sektor publik semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi bencana alam yang tinggi. Jika dilihat secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang berada pada pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: Diah Hafidha Cholifatunisa E100150191 FAKULTAS

Lebih terperinci

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok 1 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok Fachrul Irawan Ali dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini BAB III METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini menguraikan tentang cara kerja dan tahapan dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini menjelaskan tentang penggunaan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat Indonesia selain sebagai muara dari produk-produk rakyat, pasar juga berfungsi sebagai tempat

Lebih terperinci