BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Sukarno Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dayeuhkolot merupakan kawasan perkotaan di Kabupaten Bandung yang berada di sisi Sungai Citarum. Berdasarkan sejarah, Dayeuhkolot yang dalam bahasa sunda berarti kota tua, merupakan ibukota sekaligus pusat pemerintahan Kabupaten Bandung. Lokasinya sangat strategis yang terletak di pertemuan Sungai Cikapundung dengan Sungai Citarum sebagai muaranya karena pada saat itu sungai menjadi jalur transportasi utama. Pada zaman kolonial Belanda, ibukota harus dipindahkan 10 kilometer ke arah utara atau ke lokasi Kota Bandung sekarang karena pada saat itu sedang dibangun Jalan Raya Post atau Jalan Raya Anyer Panarukan yang membentang dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa untuk mempermudah keterhubungan kota-kota di Pulau Jawa. Selain itu, banjir yang sering melanda Dayeuhkolot menjadi alasan utama ibukota kabupaten harus dipindahkan (Nanda, 2013). Kota Bandung diubah statusnya menjadi kotamadya dan memiliki sistem pemerintahan baru. Oleh karena itu, Kabupaten Bandung harus mencari ibukota baru sebagai pusat perintahannya. Dayeuhkolot tidak dipilih kembali menjadi ibukota kabupaten dengan alasan sering mengalami banjir. Maka, ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan ke Kecamatan Soreang (Nanda, 2013). Walaupun demikian, Dayeuhkolot mengalami pembangunan yang pesat. Hal tersebut dikarenakan Dayeuhkolot merupakan sasaran ekspansi metropolitan Bandung sekaligus pintu gerbang ke wilayah Bandung Selatan. Dayeuhkolot memiliki dominasi fungsi permukiman dan perdagangan. Tidak hanya itu, Dayeuhkolot juga menjadi sasaran beberapa industri besar dan menarik masyarakat untuk bekerja dan menetap di sana. Dayeuhkolot merupakan salah satu pusat kegiatan dan memiliki peranan penting bagi Kabupaten Bandung. Banjir merupakan bencana yang lumrah terjadi di Dayeuhkolot karena secara geografi berada di kontur yang datar. Namun, 1
2 semakin lama area yang terendam banjir semakin meluas dan menyebabkan kerugian yang besar, diantaranya membuat aktivitas masyarakat terganggu, kerusakan bangunan, munculnya wabah penyakit, terhambatnya kegiatan ekonomi, dan terganggunya konektivitas antara Kota Bandung dengan wilayah Bandung Selatan. Banjir disebabkan perkembangan metropolitan cekungan Bandung sangat pesat. Perkembangan tersebut terlihat dari semakin memadatnya bangunan dan meningkatkan area kedap air, pembuangan berbagai jenis limbah ke sungai yang mengakibatkan sedimentasi yang besar di Sungai Citarum, dan eksploitasi air tanah sehingga terjadi penurunan muka tanah dari tahun ke tahun (Wawa, 2011) Salah satu cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada di Dayeuhkolot adalah dengan penataan ruang. Penataan ruang merupakan instrumen pembangunan yang mengandung upaya untuk penanganan lingkungan, pembangunan ekonomi, pemerataan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Pemerintah RI, 2007). Penataan ruang dengan konsep riverfront city dinilai cocok untuk Kota Dayeuhkolot yang dilalui oleh Sungai Citarum untuk meminimalkan tingkat risiko banjir dan permasalahan lainnya serta meningkatkan potensi kawasan Identifikasi Masalah Kota Dayeuhkolot berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum sehingga memiliki keterkaitan dan saling berpengaruh dengan Sungai Citarum. Maka permasalahan utama yang ada di Kota Dayeuhkolot adalah banjir. Banjir tersebut membuat aktivitas yang ada di Kota Dayeuhkolot menjadi terhambat dan juga menimbulkan berbagai kerugian fisik, lingkungan, ekonomi, dan juga sosial. Permasalahan lain yang ada di Kota Dayeuhkolot antara lain: a. Pencemaran air Sungai Citarum akibat limbah domestik dan industri yang berada di Wilayah Sungai Citarum; dan b. Kurangnya sumber air bersih bagi warga Kota Dayeuhkolot akibat tercemarnya sumur warga dan eksploitasi air tanah oleh industri dan komersial di wilayah cekungan Bandung. 2
3 1.3. Tujuan Perencanaan Tujuan penataan Kawasan Perkotaan Dayeuhkolot ini meliputi: a. Meminimalkan tingkat risiko banjir di Kota Dayeuhkolot untuk meminimalisir kerugian akibat bencana banjir; b. Mewujudkan pemanfaatan ruang Kota Dayeuhkolot yang serasi dan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan daya dukung dengan memerhatikan kelestarian lingkungan; c. Memanfaatkan Sungai Citarum sebagai aset sumberdaya untuk memfasilitasi dan memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Dayeuhkolot; dan d. Menanamkan pola kehidupan masyarakat yang ekologis dan peduli lingkungan melalui penataan fisik ruang perkotaan Ruang Lingkup Perencanaan Lokasi Perencanaan Lokasi perencanaan adalah Kawasan Perkotaan Dayeuhkolot yang selanjutnya disebut Kota Dayeuhkolot. Kota Dayeuhkolot secara administratif berada sebagian besar wilayah Desa Dayeuhkolot dan sebagian kecil wilayah Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Batas Lokasi Gambar 1.1. Foto Udara Kota Dayeuhkolot Sumber: Google Maps (2014) 3
4 Fokus Perencanaan Perencanaan ini fokus pada penataan fisik ruang Kota Dayeuhkolot untuk mengatasi permasalahan banjir dan permasalahan lainnya serta meningkatkan potensi kawasan. Komponen fisik yang direncanakan adalah tata bangunan dan guna lahan, ruang terbuka hijau dan vegetasi, sirkulasi, sistem drainase, sistem sanitasi dan persampahan, serta sistem air bersih Waktu Perencanaan Waktu penyusunan laporan perencanaan diperkirakan berlangsung selama 5 bulan, terhitung mulai Januari 2015 Mei Waktu implementasi rencana diperkirakan berlangsung selama 20 tahun Produk Perencanaan Produk perencanaan berupa peta dengan skala 1: dan pendetailan titik lokasi rencana dengan skala 1: Keaslian Perencanaan Sepengetahuan penulis, perencanaan terkait penataan ruang di Kota Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung belum pernah dilakukan. Namun, penelitian mengenai banjir dan upaya penanganannya di kawasan Dayeuhkolot dan sekitarnya sudah banyak dilakukan. Beberapa penelitian dan perencanaan terkait banjir dan penataan kawasan di pinggir sungai yang berhasil penulis rangkum adalah sebagai berikut. a. Kajian Pemodelan Spasial Banjir untuk Mendukung Kebijakan Sempadan Sungai dan Tata Ruang Wilayah (Studi Kasus: Wilayah Pengembangan Baleendah) oleh Aninda Deviana, dkk. tanpa tahun. Penelitian ini mengkaji pemodelan secara spasial banjir. Model spasial ini harus mendukung kebijakan sempadan sungai dan aturan tata ruang. Pemodelan ini berfungsi untuk mengetahui area terdampak banjir secara periodik di Wilayah Pengembangan Baleendah, Kabupaten Bandung. Hasil dari penelitian ini berupa strategi penanggulangan banjir di sempadan sungai. 4
5 b. Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial oleh Perbandono dkk. tahun Penelitian ini mencoba mengevaluasi perubahan perilaku daerah hulu Sungai Citarum dengan pemodelan spasial. Daerah hulu Sungai Citarum tergolong memiliki arus yang kuat dan erosi tidak dapat dihindarkan. Erosi yang terjadi mengalami perubahan perilaku. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa perubahan guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) berpengaruh pada laju sedimentasi di sungai. c. Solusi Aspiratif Penanganan Masalah Sungai Mati (Kasus: Desa Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung) oleh Dede Rohmat tahun 2009 Desa Andir adalah desa yang memiliki sungai mati akibat proyek pelurusan Sungai Cisangkuy. Sungai mati dan area di sekitarnya menjadi lahan kritis yang tidak berguna dan hanya dimanfaatkan masyarakat untuk pembuangan sampah. Penelitian ini memberikan suatu solusi dalam penanganan sungai mati yang ada di lokasi penelitian tersebut. Solusi tersebut berupa penataan fisik sungai yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat di lokasi tersebut. d. Pengembangan Waterfront City Sungai Cisadane Kota Tangerang oleh Muhammad Ramadhian Aulia Putra tahun Penelitian ini fokus pada kesesuaian pengembangan waterfront city yang diterapkan di Sungai Cisadane Kota Tangerang. Dampak dari perencanaan konsep ini terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan dibahas dalam penelitian ini. e. Studi Pemaksimalan Resapan Air Hujan Menggunakan Lubang Resapan Biopori untuk Mengatasi Banjir (Studi Kasus: Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung) oleh Reza Wijaya Kesuma tahun Kecamatan Dayeuhkolot merupakan salah satu wilayah di Bandung Selatan yang selalu terkena banjir apabila hujan besar terjadi di Wilayah Bandung. Untuk meminimalisir terjadinya banjir, maka teknologi lubang biopori perlu diterapkan karena lubang biopori mampu menyerap air tiga kali lebih cepat dibanding 5
6 permukaan tanah biasa. Penelitian ini menghasilkan banyaknya kebutuhan lubang biopori yang perlu ada di lokasi penelitian agar banjir tidak terjadi. f. Peremajaan Kawasan Tepian Sungai Winongo Kampung Badran yang Berwawasan Kota Hijau (Green City) oleh Fatimah Azzahra tahun Kampung Badran merupakan salah satu kampung yang ada di Kota Yogyakarta dan berada di area bantaran Sungai Winongo. Permasalahan utama yang ada di area tersebut adalah pembangunan yang tidak memerhatikan aturan sepadan sungai sehingga memiliki tingkat risiko bencana longsor sangat tinggi. Fokus perencanaan yang dilakukan adalah melakukan peremajaan pada area tersebut agar tercipta ruang yang ekologis dan terbebas dari bencana. g. Perencanaan Kawasan Wisata Cultural Waterfront dengan Konsep Riverwalk di Sekitar Jembatan Ampera oleh Dendy Rizky tahun 2014 Kawasan Jembatan Ampera merupakan kawasan tepian sungai di Kota Palembang. Seiring dengan perkembangan Kota Palembang, kawasan tepian Jembatan Ampera ini menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke lokasi ini. Untuk itu perlu ada rencana di kawasan tersebut untuk mendukung wisata yang ada di kawasan tersebut. Konsep riverwalk dipilih untuk menciptakan kawasan yang nyaman terhadap pejalan kaki dengan penekanan pada pengembangan cultural waterfront. h. Rencana Kawasan Wisata di Pesisir Meuraxa Mengunakan Konsep Recreational Riverfront oleh Nasril Azmi tahun 2015 Sektor pariwisata di Kota Banda Aceh dinilai terhambat khususnya di pesisir Kecamatan Meuraxa. Hal ini dikarenakan kurang terkelola dan kurang terawatnya elemen-elemen fisik pendukung pariwisata di kawasan tersebut. Melihat dari berbagai permasalahan dan potensi yang mendukung di kawasan pesisir ini membuat perlu adanya rencana spasial di pesisir pantai ini. Konsep recreational waterfront dipilih sesuai dengan strategi untuk menjadikan Kawasan Pesisir Meuraxa menjadi kawasan rekreasi di Kota Banda Aceh. 6
7 i. Revitalisasi Waterfront Kawasan Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu dengan Pendekatan Urban Design oleh Satya Ragil Permana tahun 2015 Kawasan Pantai Paderi merupakan kawasan wisata yang cukup potensial di Kota Bengkulu. Seiring dengan perkembangan waktu, jumlah pengunjung ke Kawasan Pantai ini semakin meningkat sedangkan ruang wisata yang tersedia tidak mencukupi. Untuk itu perluasan kawasan wisata perlu dilakukan. Perluasan kawasan wisata dilakukan menggunakan konsep waterfront yang dapat mengembangkan wisata di lokasi tersebut. No Tabel 1.1. Daftar Penelitian dan Perencanaan yang Terkait Judul Penelitian/Perencanaan Peneliti Tahun Lokasi Ket. Kajian Pemodelan Spasial Banjir untuk Mendukung Kebijakan Aninda D. Sempadan Sungai dan Iwan K. Tanpa WP Baleendah Tata Ruang Wilayah Yadi S. Tahun Jurnal (Studi Kasus: Wilayah Pengembangan Baleendah) Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial Solusi Aspiratif Penanganan Masalah Sungai Mati (Kasus: Desa Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung) Pengembangan Waterfront City Sungai Cisadane Kota Tangerang Studi Pemaksimalan Resapan Air Hujan Menggunakan Lubang Resapan Biopori untuk Mengatasi Banjir (Studi Kasus: Kecamatan Poerbandono Ahmad B. Agung B. Puteri R Dede Rohmat M. Ramadhian A. Reza Wijaya Kesuma DAS Citarum Hulu Desa Andir, Kec. Baleendah, Kab. Bandung Kota Tangerang Kec. Dayeuhkolot, Kab. Bandung Jurnal Jurnal Skripsi S1 Jurnal (berlanjut) 7
8 (lanjutan) No Judul Peneliti Tahun Lokasi Ket. Penelitian/Perencanaan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung) Peremajaan Kawasan Tepian Sungai Winongo Fatimah Kota Skripsi Kampung Badran yang 2014 Azzahra Yogyakarta S1 Berwawasan kota Hijau (Green City) Perencanaan Kawasan Wisata Cultural Waterfront dengan Dendy Kota Skripsi 2014 Konsep Riverwalk Di Rizky Palembang S1 Sekitar Jembatan Ampera Rencana Kawasan Wisata Di Pesisir Nasril Kota Banda Skripsi Meuraya Menggunakan 2015 Azmi Aceh S1 Konesp Recreational Riverfront Revitalisasi Waterfront Kawasan Pantai Tapak Satya Skripsi Paderi Kota Bengkulu Ragil 2015 Kota Bengkulu S1 dengan Pendekatan Permana Urban Design Sumber: Analisis Penulis (2015) Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis penulis mengenai laporan penelitian dan perencanaan di atas, maka perencanaan Kawasan Perkotaan Dayeuhkolot menggunakan konsep riverfront city sebagai upaya penanggulangan bencana banjir belum pernah dilakukan dan tidak terdapat kesamaan. Perencanaan ini merupakan pengembangan dari penelitian dan konsep perencanaan yang telah dilakukan Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Memuat latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, ruang lingkup, perencanaan terkait dalam penataan Kawasan Perkotaan Dayeuhkolot, serta sistematika penulisan laporan. 8
9 BAB II Tinjauan Pustaka Menjelaskan mengenai teori-teori dan best practices yang mendasari dalam penataan kawasan perkotaan dengan konsep riverfront dan upaya meminimalkan tingkat risiko banjir. BAB III Metode Perencanaan Memaparkan mengenai unit amatan dan unit analisis, alat dan instrumen perencanaan, cara pengumpulan data, cara analisis data, metode perencanaan, dan tahapan perencanaan yang akan dilakukan. BAB IV Kondisi Eksisting dan Analisis Lokasi Perencanaan Memaparkan hasil analisis permasalahan, mendeskripsikan kondisi eksisting, dan pemilihan alternatif terbaik di lokasi perencanaan. BAB V Rencana Memaparkan konsep perencanaan yang digunakan, visi dan misi, strategi, serta detail rencana. BAB VI Penutup Memaparkan tentang kesimpulan dan saran hasil dari perencanaan yang telah dilakukan. 9
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman perkotaan masa kini mengalami perkembangan yang pesat karena pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi yang tinggi sementara luas lahan tetap. Menurut Rahmi
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang letaknya berada di pesisir utara Pulau Jawa. Kota ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sisi utara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan
1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identitas kota merupakan salah satu unsur penting yang dapat menggambarkan jati diri dari suatu kota. Namun globalisasi turut memberikan dampak pada perkembangan kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciKEBERADAAN, POTENSI DAN GAGASAN PEMANFAATAN SUNGAI MATI DI SEPANJANG SUNGAI CITARUM DAERAH BANDUNG
KEBERADAAN, POTENSI DAN GAGASAN PEMANFAATAN SUNGAI MATI DI SEPANJANG SUNGAI CITARUM DAERAH BANDUNG Dede Rohmat 1, Mudjiadi 2, Hendra Ahyadi 3 1. Guru Besar Bidang Konservasi SDA pada Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Kediri memiliki sumber daya alam yang melimpah dan lokasi yang strategis. Terletak di jalur lintas wisata regional kota Blitar, Tulungagung dan Trenggalek, juga
Lebih terperinciBab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional
Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seolah tidak pernah berhenti membangun. mengubah pula susunan alamiah yang mendominasi sebelumnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pantura atau Pantai Utara Pulau Jawa yang merupakan bagian dari kawasan pesisir, telah menjadi pusat berbagai kegiatan manusia sejak jaman kerajaan mendominasi
Lebih terperinciBAB VI DATA DAN ANALISIS
BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai
Lebih terperinciKATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN
KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, sehingga memiliki potensi sumber daya air yang besar. Sebagai salah satu sumber daya air, sungai memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di
Lebih terperinciRENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL
RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Banda Aceh merupakan salah satu kota yang dilanda bencana alam Tsunami pada Desember Tahun 2004. Pasca bencana Tsunami, kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto
WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3 1. Untuk menambah air tanah, usaha yang perlu dilakukan adalah... membuat sumur resapan penggalian sungai-sungai purba tidak
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Menjelang pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015, sektor pariwisata di Indonesia dinilai sebagai yang paling siap untuk menghadapi gelombang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan perkotaan dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub DAS Cikapundung berada di bagian hulu Sungai Citarum dan merupakan salah satu daerah yang memberikan suplai air ke Sungai Citarum, yang meliputi Kab. Bandung Barat,
Lebih terperinciPENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR
PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar bagi pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menjadikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menjadikan pariwisata sebagai sumber utama pendapatan daerah. Provinsi yang memiliki visi sebagai provinsi
Lebih terperinciBAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH
BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH Bab IV tediri dari ; Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sampai dengan pencapaian kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perairan merupakan salah satu sarana dan wadah yang vital bagi manusia dari dulu hingga sekarang. Sejarah perkembangan daerah-daerah urban di berbagai penjuru
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan salah satu bentuk badan air lotik yang bersifat dinamis yang berguna bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai memiliki fungsi ekologis yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh topografi (punggung bukit) sehingga air hujan yang jatuh di dalamnya akan diresapkan, disimpan,
Lebih terperinciAIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan
AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON
Lebih terperinciPENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA
PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semarang merupakan ibukota propinsi Jawa Tengah yang berada pada kawasan pesisir pantai utara Jawa. Kota Semarang yang berada di pesisir pantai menempatkan penduduknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung sejak jaman kolonial Belanda identik dengan keindahan dan kenyamanannya, dikenal sebagai kota yang indah, sejuk dan nyaman hingga diberi julukan
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan berhadapan langsung dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan primer bagi umat manusia di mana pun berada selalu menjadi prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran
29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Lebih terperinciBELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah dataran yang dibatasi oleh punggung bukit yang berfungsi sebagai daerah resapan, penyimpanan air hujan dan juga sebagai pengaliran
Lebih terperinciSolusi Aspiratif Penanganan Masalah Sungai Mati (Kasus: Desa Andir Kecamatan Bale Endah Kabupaten Bandung)
Solusi Aspiratif Penanganan Masalah Sungai Mati (Kasus: Desa Andir Kecamatan Bale Endah Kabupaten Bandung) (Dimuat pada Jurnal GEA, 2009) Oleh : Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T. Letktor Kepala pada Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Lebih terperinciTINJAUAN PULO CANGKIR
BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan sampai akhirnya bermuara
Lebih terperinciDasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
Lebih terperinci3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS
3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap
Lebih terperinciBab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi
3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai
Lebih terperinciLAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT
LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup tinggi, dengan curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun. Air merupakan sumberdaya alam yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam semua aspek kehidupan manusia selalu menghasilkan manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam semua aspek kehidupan manusia selalu menghasilkan manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas akan dari segala aktivitas yang berhubungan dengan lingkungan
Lebih terperinciPERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini
PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,
Lebih terperinciRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan
BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menyumbang pendapatan Negara yang sangat besar. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua
Lebih terperinciOP-032 PERENCANAAN KAWASAN HIJAU: STUDI KASUS PEUNAYONG BANDA ACEH
OP-032 PERENCANAAN KAWASAN HIJAU: STUDI KASUS PEUNAYONG BANDA ACEH Desi Safriana Prodi Arsitektur, Fakultas Sains & Teknologi UIN Ar-Raniry e-mail: dcsafriana@gmail.com ABSTRAK Perencanaan kembali daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk kegiatan pertanian, industri, perumahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan
Lebih terperinciBAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari
BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari 95.181 km. Sehingga merupakan negara dengan pantai terpanjang nomor empat di dunia setelah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,
Lebih terperinciDasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Infrastruktur Pengertian Infrastruktur, menurut Grigg (1988) infrastruktur merupakan sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
`BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara menjumpai berbagai tantangan permasalahan. Salah satu tantangan tersebut adalah tantangan di bidang manajemen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan otonomi daerah yang berlandaskan UU No. 32 tahun 2004 yang merupakan revisi dari UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, memberikan kewenangan yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sering terjadi bencana, seperti bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi, dan lain-lainnya. Bencana yang terjadi di kota-kota
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan
Lebih terperinciIni Dia, 5 Kota dengan Konsep Water Front City Terbaik Di Indonesia
Ini Dia, 5 Kota dengan Konsep Water Front City Terbaik Di Indonesia http://mediatataruang.com/5-kota-konsepwater-front-city-terbaik-indonesia/ Sebuah ilustrasi Konsep waterfront City Baltimore sejak 1911
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor. Seperti yang diketahui selama ini, pembangunan memberikan banyak
Lebih terperinciD3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Citarum merupakan salah satu sungai terpanjang di Pulau Jawa. Sungai ini mengalir dari hulu di daerah Gunung Wayang, di sebelah selatan kota Bandung menuju ke
Lebih terperinci2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA Diajukan oleh : ARDHANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bawah tanah atau disebut sebagai underground river, misalnya sungai bawah tanah di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan suatu aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Berdasarkan perletakkan sungai,
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain
Lebih terperinciBAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI
BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI Keadaan sungai Deli yang sekarang sangat berbeda dengan keadaan sungai Deli yang dahulu. Dahulu, sungai ini menjadi primadona di tengah kota Medan karena sungai ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang studi, rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang akan dicapai, metoda penelitian (meliputi ruang lingkup, pendekatan, sumber dan cara mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kampung kota adalah fenomena yang timbul dari pesatnya pembangunan perkotaan akibat besarnya arus urbanisasi dari desa menuju ke kota. Menurut Rahmi dan Setiawan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanah tidak lagi mengandalkan kepada tanah-tanah yang luas tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan tanah di daerah perkotaan memiliki suatu karakteristik yang khas. Di samping harga tanah yang semakin melambung, ketersediaan tanah yang ada untuk
Lebih terperinci2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPersepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai
TEMU ILMIAH IPLBI 0 Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai Binar T. Cesarin (), Chorina Ginting () () Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Lebih terperinciBAB IV PANDUAN KONSEP
BAB IV PANDUAN KONSEP 4.1. Visi Pembangunan Sesuai dengan visi desa Mekarsari yaitu Mewujudkan Masyarakat Desa Mekarsari yang sejahtera baik dalam bidang lingkungan, ekonomi dan sosial. Maka dari itu visi
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI
BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi
Lebih terperinciMANAJEMEN SUMBERDAYA ALAM
MANAJEMEN SUMBERDAYA ALAM PENGAJAR : Dr.Ir. GUNAWAN BUDIYANTO LIS NOER AINI,SP,M.Si AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PEMAHAMAN DASAR Sumberdaya alam (SDA) adalah sesuatu yang berada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota besar di Indonesia. Mulai dari banjir, polusi udara, longsor, hingga kurangnya air bersih. Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Kota Pekalongan Perkembangan kawasan perkotaan di Indonesia saat ini cukup pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia memiliki luas lahan keseluruhan mencapai 661,52 berdampak kepada pertumbuhan permukiman. Menurut data statistik Indonesia
Lebih terperinci