Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya"

Transkripsi

1 Sidang Preview 4 Tugas Akhir Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Oleh RIANDITA DWI ARTIKASARI Dosen Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistyarso Tahun 2011 Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2 K.A.J.I.A.N P.U.S.T.A.K.A TEORI INDIKATOR VARIABEL Teori Lokasi (Model Christaller yang menjelaskan model area perdagangan heksagonal) Teori Distribusi Lokasi Optimal (Rushton(1979), tentang pola lokasi fasilitas yang optimal) Hirarki Pusat Perbelanjaan Faktor yang Mempengaruhi Lokasi Ritel Konsentrasi Konsumen Kondisi Lahan Aksesibilitas Radius Pelayanan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Kepadatan Penduduk Jenis Penggunaan Lahan Fungsi Jalan Ketersediaan Transportasi Umum Jarak Antar Konsumen Adanya Usaha Ritel Yang Lain

3 Kerangka Pemikiran Kajian Pustaka Pengertian Perdagangan Kedudukan Minimarket dalam Perdagangan Klasifikasi perdagangan Grosir (Wholeseller) Eceran (Retail/Ritel) Pasar Tradisional Pasar Modern Eceran Besar Eceran Kecil Hirarki Pusat Perbelanjaan Teori Lokasi Faktor yang mempengaruhi Lokasi Ritel Sumber: sintesa penulis, 2011 Neighbourho od center Kajian teori distribusi lokasi Minimarket Pengertian Minimarket Variabel Penelitian Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Jumlah Rumah Tangga Jenis Penggunaan Lahan Fungsi Jalan Ketersediaan Transportasi umum Jarak dari Konsumen Adanya usaha ritel yang lain Kriteria Distribusi Lokasi Minimarket Arahan Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut

4 M.E.T.O.D.O.L.O.G.I P.E.N.E.L.I.T.I.AN Pendekatan Penelitian Pendekatan positivisme>> Tahap awal penelitian, dirumuskan definisi dan hirarki perbelanjaan secara teoritik yang berkaitan dengan keberadaan minimarket yang pernah dikemukakan sebelumnya. Tahap kedua persoalan dikaji secara spesifik melalui eksplorasi pendapat para stakeholder (responden) untuk mengetahui fakta empirik mengenai kriteria distribusi minimarket di sekitar permukiman pada wilayah penelitian. Selanjutnya pada tahap akhir menggabungkan konsep dengan eksplorasi pada fakta empirik dan teoritik..metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif metode penelitian kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk merumuskan variabel kriteria distribusi minimarket dan penentuan redistribusi lokasi minimarket wilayah studi kasus.

5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Indikator Variabel Definisi Operasional Konsentrasi Konsumen Bangunan dan Lahan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Jumlah Rumah Tangga Penggunaan Lahan Aksesibilitas Fungsi Jalan Radius Pelayanan Sumber: sintesa penulis, 2011 Banyaknya jumlah penduduk pendukung dalam kawasan yang berpengaruh (minimarket) luas wilayah yang terlayani dibagi jumlah penduduk pendukung Banyaknya jumlah kepala keluarga pendukung dalam kawasan yang berpengaruh (minimarket) Persyaratan penggunaan lahan yang mempertimbangkan ketetapan penggunaan lahan (landuse) yang sesuai (kawasan perumahan dan perdagangan/ perniagaan) Klasifikasi jalan berdasarkan lebar badan jalan dan sifat penghubungnya Transportasi Publik Ketersediaan moda angkutan publik yang mampu mengakses lokasi minimarket. Jarak minimarket dari perumahan Adanya Usaha Ritel yang lain Jarak minimal yang ditempuh konsumen menuju ke minimarket dari lokasi perumahan Jarak minimal yang harus dimiliki minimarket dengan pesaing terdekat sebagai upaya penentuan distribusi ulang persaingan usaha minimarket.

6 Sampling Methode Proporsional Sample Sumber: analisis penulis, 2011 Proportional Random Sample Dimana n = Jumlah Sampel e = Margin error (digunakan 0,05) N = Jumlah Populasi Berdasarkan rumus tersebut, maka diketahui jumlah sample yang pada penelitian ini sebesar: No Kelurahan Jumlah penduduk Jumlah rumah tangga Proporsi Jumlah sample 1 Kel. Kedung Baruk Kel. Medokan Ayu Kel. Kali Rungkut Kel. Rungkut Kidul Kel. Wonorejo responden Kel. Penjaringan Sari Jumlah Purposive Sample 24 Populasi pelaku ritel (Minimarket) di Kecamatan Rungkut, sampel juga diambil dari pemegang kebijakan terkait (DISPERINDAG, dan Kecamatan Rungkut) dan para pakar atau ahli.

7 Tahapan Penelitian Perumusan Masalah Permasalahan Penelitian Distribusi minimarket yang tidak merata sehingga dapat mengakibatkan inefisiensi dalam pemanfaatan ruang Studi Terpadu Terkait Kegiatan Minimarket Studi Literatur Teori Hirarki Perdagangan Teori Lokasi Faktor yg Mempengaruhi Lokasi Perdagangan Ritel Pengumpulan Data Pengumpulan Data Pengumpulan Data Primer Observasi Lapangan dan Wawancara Pengumpulan data sekunder -Data Monografi -Peta administrasi, penggunaan lahan Analisis teoritical descriptif Uji validitas dan reliabilitas Analisis pembobotan dengan skala likert Analisis Lokasi-alokasi (Pmedian) umber: sintesa penulis, 2011 Penentuan Kriteria distribusi lokasi Minimarket Penentuan arahan Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut Rekomendasi Distribusi Minimarket di Kecamatan Rungkut Analisa Penarikan Kesimpulan

8 Hasil Analisa

9 Analisis Mengidentifikasi Kriteria Distribusi Lokasi Minimarket Variabel Teoritical descriptif Faktor Teoritical descriptif Kriteria Distribusi Lokasi minimarket Pembobotan dengan skala likert Kriteria Distribusi Lokasi minimarket yang Paling Berpengaruh

10 Analisis Penentuan Faktor Distribusi Lokasi Minimarket No. Variabel Teori Analisis Konsentrasi Konsumen 1 Jumlah penduduk 2 Kepadatan penduduk 3 Jumlah rumah tangga Jumlah penduduk pendukung untuk suatu kegiatan perdagangan perlu diketahui untuk menentukan jumlah konsumen yang akan dilayani. Begitu pula di Kecamatan Rungkut, adanya kegiatan perdagangan, dalam hal ini adalah minimarket, tentunya di pengaruhi oleh jumlah penduduk menurut Masrun (2007) jumlah minimal penduduk pendukung kegiatan minimarket dalam suatu kawasan permukiman dan perumahan yaitu sebesar jiwa Lokasi minimarket idealnya memperhatikan kondisi kepadatan penduduk. Menurut Engel (1995) Jumlah penduduk dan kepadatan pada suatu wilayah menjadi faktor dalam mempertimbangkan suatu area perdagangan ritel. Sehingga distribusi lokasi minimarket lebih tepatnya berada pada lokasi yang memiliki kepadatan yang tinggi. Sasaran pemasaran minimarket umumnya merupakan rumah tangga sekitar. Menurut Mardiyanto (2007) lokasi minimarket di perumahan cukup baik performanya, yang harus diperhatikan adalah bahwa perumahan itu memiliki tidak kurang dari kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk erat kaitannya dengan tingkat kepadatan. Semakin meningkat jumlah penduduk pada suatu wilayah, maka akan semakin meningkat pula tingkat kepadatanya, sehingga berdasarkan kaitannya maka kedua variabel dianggap sama. Sedangkan variabel jumlah rumah tangga sebenarnya juga penting karena menunjukkan jumlah potensi konsumen namun eksistensinya sudah terwakili oleh jumlah penduduk. Maka faktor yang berpengaruh terhadap kriteria distribusi lokasi minimarket adalah Jumlah Penduduk.

11 No. Variabel Teori Analisis Kondisi lahan 1 Jenis penggunaan Menurut Engel (1995) hukum dan peraturan perlu di perhatikan khususnya jika terdapat perda atau peraturan lahan daerah yang tidak terdapat di daerah lain. Sedangkan menurut Utami (2006) pemilihan lokasi ritel harus memperhatikan sosioekonomis, yang diantaranya adalah peraturan pada kawasan. Sehingga distribusi minimarket di Kecamatan Rungkut perlu memperhatikan aturan peruntukkan penggunaan lahan sesuai dengan dokumen rencana yang berlaku. Aksesibilitas 1 Fungsi jalan Menurut Ma aruf (2005) faktor yang harus di pertimbangkan dalam letak atau tempat gerai ritel, diantaranya adalah lalu lintas kendaraan, informasi tentang jumlah dan karakteristik mobil-mobil yang melintas, faktor lebar jalan, kondisi jalan, dan kemacetan akan menjadi nilai tambah atau nilai kurang bagi pelangan itu menjadi perhatian penting seorang pemasar. 2 Ketersediaan Transportasi Publik Menurut Ma aruf (2005) transportasi umum yang banyak melintas di depan pusat perbelanjaan atau pertokoan akan memberi daya tarik yang lebih tinggi karena mempermudah konsumen untuk masuk ke areal perbelanjaan. Minimarket sebagai kegiatan perdagangan pada kawasan studi terletak pada kawasan perdagangan dan jasa. Maka faktor yang berpengaruh terhadap kriteria distribusi lokasi minimarket adalah Jenis penggunaan lahan. Fungsi jalan merupakan salah satu pertimbangan kemudahan aksesibilitas baik bagi konsumen maupun angkutan pendistribusi barang menuju ke minimarket. Sedangkan tersedianya angkutan umum dinilai tidak begitu mempengaruhi distribusi lokasi minimarket dikarenakan minimarket umumnya berada dekat dengan permukiman, sehingga konsumen tidak memerlukan transportasi umum untuk menuju ke minimarket. Maka faktor yang berpengaruh terhadap kriteria distribusi lokasi minimarket adalah Fungsi Jalan

12 No. Variabel Teori Analisis Radius Pelayanan 1 Jarak dari konsumen 2 Adanya usaha ritel yang lain Jarak dari konsumen merupakan jarak yang harus ditempuh oleh seorang konsumen untuk sampe di minimarket. Untuk mendapatkan jarak radius pelayanan perlu diketahui jarak dari konsumen terhadap lokasi minimarket. Posisi pesaing dari sekitar retailer berada, penting untuk mengenali jumlah dan ukuran pada peritel di suatu wilayah. Dalam model Christaller menjelaskan model area perdagangan heksagonal dengan menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range dan threshold. Radius pelayanan mengatur jarak cakupan pelayanan minimarket berdasarkan jarak asal konsumen terjauh. Adanya usaha ritel yang lain dalam hal ini merupakan pengaturan jarak antar minimarket untuk menjaga persaingan dagang, namun yang terpenting adalah efisiensi penggunaan lahan dan optimalisasi distribusi lokasi minimarket. Maka faktor yang berpengaruh terhadap kriteria distribusi lokasi minimarket adalah Jarak dari konsumen (jangkauan pelayanan) dan jarak antar minimarket

13 Dari hasil analisa deskriptif pada tiap variabel kriteria distribusi lokasi minimarket terhadap teori terkait didapatkan beberapa faktor diantaranya adalah: Jumlah Penduduk Jenis Penggunaan Lahan Fungsi jalan Jarak dari konsumen (Jangkauan Pelayanan) Jarak antar minimarket

14 Analisa Penentuan Kriteria Distribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut No Variabel Analisa 1 Jumlah Penduduk 2 Jenis Penggunaan lahan Mengacu pada Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan (SNI ) jumlah penduduk pendukung dalam jenis sarana pertokoan di pusat lingkungan adalah 6000 jiwa. Sedangkan menurut Masrun (2007) jumlah minimal penduduk pendukung kegiatan minimarket dalam suatu kawasan permukiman dan perumahan yaitu sebesar jiwa. Acuan yang sesuai untuk menentukan jumlah penduduk pendukung dalam kriteria distribusi lokasi minimarket adalah Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan (SNI ) yaitu berjumlah 6000 jiwa. Pemilihan lokasi ritel harus memperhatikan sosioekonomis, yang diantaranya adalah termasuk peraturan pada kawasan. Minimarket sebagai kegiatan perdagangan pada kawasan studi terletak pada kawasan perdagangan dan jasa (Utami, 2006). Menurut Masrun (2007), pola pemanfaatan ruang pelayanan minimarket dikembangkan pada kawasan perumahan dan permukiman serta pada kawasan perniagaan. Sebagai kegiatan perniagaan yang mendukung kawasan permukiman, kriteria distribusi lokasi minimarket sebaiknya terletak pada kawasan dengan jenis penggunaan perdagangan dan jasa serta pada kawasan permukiman.

15 No. Variabel Teori 3 Fungsi Jalan Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan. Dowson & Lord (1985) bahwa letak perdagangan skala neighbourhood adalah di persimpangan jalan lokal di area permukiman. Mengacu pada beberapa sumber ini maka kriteria distribusi lokasi minimarket yang sesuai adalah berada pada jalan lokal sampai arteri sekunder dengan aksesibilitas yang lancar. 4 Jarak Jangkauan pelayanan minimarket Marlina (2006) dalam Perencanaan dan Pengembangan Perumahan dalam wilayah permukiman sebaiknya minimarket dilengkapi dengan pasilitas perbelanjaan berupa pertokoan yang diletakkan dari ditengah-tengah dengan radius pencapaian maksimum 500 m. konsumen Masrun (2007), pola pemanfaatan ruang pelayanan minimarket (Jangkauan dikembangkan pada kawasan perumahan dan permukiman serta pada kawasan perniagaan dengan jarak terjauh antara asal konsumen dengan minimarket Pelayanan) adalah 500 m (radius pelayanan). Jangkauan pelayanan minimarket sejauh 500 m sesuai untuk kriteria distribusi lokasi minimarket karena jarak ini merupakan jarak terdekat yang mudah dijangkau konsumen.

16 No. Variabel Teori 5 Jarak Antar minimarket Masrun (2007) radius pelayanan sejauh 500 m yang diberlakukan untuk suatu merek minimarket yang sama, sedangkan jarak minimal untuk merek minimarket yang berbeda ditetapkan sejauh 200 m. Jarak antar minimarket sejauh 200 m sesuai untuk kriteria distribusi lokasi minimarket karena jarak mempertimbangkan persebaran konsumen agar distribusi lokasi minimarket dapat tersebar dengan optimal. Dari hasil analisis deskriptif terhadap sumber yang berkaitan dengan lokasi minimarket dapat disimpulkan kriteria distribusi lokasi minimarket di Kecamatan Rungkut adalah: 1.Jumlah minimal penduduk pendukung untuk 1 unit minimarket dalam suatu kawasan sebesar 6.000jiwa, 2.Berada pada wilayah dengan jenis penggunaan lahan yaitu perdagangan dan jasa serta pada kawasan permukiman. 3.Berada pada jalan lokal sampai arteri sekunder dengan aksesibilitas yang lancar 4.Lokasi minimarket memiliki jangkauan pelayanan sejauh 500 m. 5.Jarak minimal antar minimarket ditetapkan sejauh 200 m

17 Pembobotan Penentuan Kriteria Distribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut 1 No Sub-Variabel Jumlah Penduduk 2 Jenis Penggunaan lahan 3 Fungsi Jalan 4 5 Jarak minimarket dari konsumen Usaha Ritel yang lain Jumlah/ Tingkat pengaruh Bobot Total Jumlah Bobot Persentase 0% 6% 19% 47% 28% 100% Jumlah Bobot Persentase 2% 15% 34% 44% 5% 100% Jumlah Bobot Persentase 0% 12% 31% 40% 17% 100% Jumlah Bobot Persentase 3% 2% 25% 35% 35% 100% Jumlah Bobot Persentase 5% 12% 26% 30% 27% 100% Nilai Indeks 79,

18 Analisis Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut Kebutuhan Minimarket di Kecamatan Rungkut = Pada analisis ini menggunakan pendekatan metode locationallocation models. Salah satu analisa interaksi spasial yang dipakai adalah metode p-median problem. a. Menentukan Zona Pusat Permukiman b. Penentuan bobot pada tiap Median c. Perhitungan P-median

19 Analisis Penilaian Pembobotan Titik Simpul/Pusat Permukiman Faktor Besaran Kriteria Nilai Jumlah Penduduk Adanya usaha ritel yang lain jiwa jiwa jiwa Terdapat > 2 minimarket dalam jarak 200m Terdapat 1 minimarket dalam jarak 200m Tidak terdapat dalam jarak 200m Fungsi jalan Lokal 1 Kolektor 2 Arteri sekunder 3 Jenis lainnya 1 Penggunaan Permukiman 2 Lahan Perdagangan Nilai Indeks 79, Keterangan Jumlah penduduk dinilai berdasarkan jumlah minimal penduduk pendukung untuk 1 unit minimarket sebesar jiwa didalam jangkauan pelayanan sejauh 500 m. Adanya usaha ritel yang lain dinilai berdasarkan jarak antar minimarket yang ditetapkan sejauh 200 m Dinilai berdasarkan letak minimarket yang berada pada fungsi jalan lokal sampai arteri sekunder dengan aksesibilitas yang lancar Dinilai berdasarkan letak minimarket yang berada pada wilayah dengan jenis penggunaan lahan yaitu perdagangan dan jasa serta pada kawasan permukiman.

20 Bobot Pada Tiap Simpul (h i ) No. Simpul Bobot Simpul

21 Mencari Titik Simpul fasilitas yang optimal menggunakan nilai dari total matriks dengan formula Minimumkan z = Belum Lakukan matriks lagi dengan membandingkan nilai dari kolom fasilitas yang sudah didapat pada matriks pertama (y) dengan lainnya (x) Persyaratan X <= Y Jika X > dari Y maka X=Y n Apakah didapatkan titik simpul dengan nilai total matriks terkecil i n j h i d ij Y ij sudah Letak titik lokasi distribusi yang sudah optimal STOP 16 kali iterasi No. Titik Simpul Cost (Jarak x bobot) ,262, ,403, ,216, ,981, ,379, ,960, ,068, ,286, ,567, ,899, ,280, ,736, ,203, ,739, ,275, ,096 Namun solusi lokasi (titik simpul) dalam perhitungan P-median yang terbaik akan didapatkan apabila nilai lower-bound pada titik simpul sama atau mendekati nilai upper-bound (Mirza, 2006). Sampai pada 16 iterasi nilai lower bound yang didapatkan yaitu belum mendekati nilai upperbound yaitu (Lampiran D, matriks 16). Sehinga dimungkinkan dilakukan iterasi kembali untuk mencapai solusi lokasi terbaik. Iterasi selanjutnya dilakukan dengan bantuan program komputer/software Java Applets P-Median Solver (

22 Hasil Penyelesaian software Java Applets P-Median Solver

23 PENUTUP Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam terhadap distribusi lokasi minimarket, karena pada penelitian ini hanya menggunakan faktor secara fisik seperti jumlah penduduk, aksesbilitas dan penggunaan lahan. Pada penelitian ini tidak memperhatikan faktor ekonomi dan sosial, karena hanya terbatas pada aspek secara spasial saja. Hasil studi ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Surabaya untuk melakukan pembatasan pembangunan minimarket baru di pada kawasan yang sudah terdapat minimarket pada radius yang telah ditentukan,

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL TUGAS INDIVIDU Oleh: MUHAMMAD HANIF IMAADUDDIN (3613100050) JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-224 Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten

Lebih terperinci

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-116 Keterkaitan Karakteristik di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang Dian Nur afalia, Ketut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT

PENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT PENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT STUDI KASUS: JOYOBOYO-MANUKAN KAMIS, 7 JULI 2011 RIZKY FARANDY, 3607100053 OUTLINE PENDAHULUAN KAJIAN TEORI METODOLOGI PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung yang terdiri dari 16 desa diantaranya Lembang, Jayagiri, Kayuambon, Wangunsari, Gudangkahuripan,

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT

PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT Dosen Pembimbing : Ardy Maulidy Navastara, ST, MT. Radinia Rizkitania 3608100035 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory TEORI LOKASI : CHRISTALLER Central place theory Asumsi Wilayah dataran Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah Penduduk memiliki daya beli sama dan tersebar merata Konsumen bertindak rasional sesuai

Lebih terperinci

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory TEORI LOKASI : CHRISTALLER Central place theory asumsi Wilayah dataran Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah Penduduk memiliki daya beli sama dan tersebar merata Konsumen bertindak rasional sesuai

Lebih terperinci

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory TEORI LOKASI : CHRISTALLER Central place theory Asumsi Wilayah dataran Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah Penduduk memiliki daya beli sama dan tersebar merata Konsumen bertindak rasional sesuai

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG Oleh : Alvianie Nurul Marilys 1), Janthy T. Hidayat 2), Ichwan Arief 3) ABSTRAK Perkembangan suatu kota dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I- BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya peningkatan pola kehidupan dan aktivitas manusia, kebutuhan akan sarana dan prasarana yang lebih baik semakin besar pula. Tuntutan-tuntutan akan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN WARALABA, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya E47 Identifikasi Panjang Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya Ayu Tarviana Dewi, Ketut Dewi Martha Erli Handayeni Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Berdasarkan fungsinya, jalan dibagi lagi menjadi jalan arteri primer yang

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN POSITIVISTIK Merupakan pendekatan penelitian yang bersumber pada fakta dan berlandaskan teori untuk menganalisis obyek spesifik di lapangan. KAUSAL

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah

Lebih terperinci

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc Oleh : CUCU HAYATI NRP. 3606 100 018 Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi. Hal ini tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan lahan baik

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN

PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN TUGAS AKHIR S i d a n g T u g a s A k h i r PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN Oleh: Ayu Yulinar K 3607.100.030 OUTLINE Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metode Penelitian Hasil dan

Lebih terperinci

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU Parada Afkiki Eko Saputra 1 dan Yohannes Lulie 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: Paradaafkiki@gmail.com

Lebih terperinci

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan Melisa Margareth 1, Papia J.C. Franklin 2, Fela Warouw 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi Manado 2 & 3

Lebih terperinci

Karakteristik Pengguna Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perumahan di Kecamatan Rungkut

Karakteristik Pengguna Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perumahan di Kecamatan Rungkut JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-322 Karakteristik Pengguna Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perumahan di Kecamatan Rungkut Kezia Irene Yosefa dan Ardy Maulidy

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI PASAR LOKAL DI KECAMATAN CIKAMPEK

BAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI PASAR LOKAL DI KECAMATAN CIKAMPEK 83 BAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI PASAR LOKAL DI KECAMATAN CIKAMPEK 4.1 Metode Pemilihan Alternatif Lokasi Pasar Lokal 4.1.1 Penentuan Titik Titik Permintaan (Demand Point) Titik permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Permasalahan yang terjadi di semua negara berkembang, termasuk di Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan urbanisasi yang tinggi akibat laju pertumbuhan

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Ir. Sardjito, MT Selvi Purnama Dewi

Dosen Pembimbing : Ir. Sardjito, MT Selvi Purnama Dewi Penentuan Persebaran Lokasi Fasilitas Pendidikan SLTP Kota Banyuwangi Dosen Pembimbing : Ir. Sardjito, MT Selvi Purnama Dewi 3606.100.032 ABSTRAK Pelayanan fasilitas pendidikan masih terdapat anak usia

Lebih terperinci

Penentuan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas di Surabaya. Studi Kasus : PKL Gembong Surabaya

Penentuan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas di Surabaya. Studi Kasus : PKL Gembong Surabaya Penentuan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas di Surabaya Studi Kasus : PKL Gembong Surabaya Latar Belakang dan Rumusan Masalah Belum adanya kejelasan mengenai kriteria lokasi PKL Barang Bekas Perkembangan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PENDIRIAN TOKO MODERN SERTA PERLINDUNGAN USAHA KECIL, WARUNG/TOKO DAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

POLA SPASIAL HARGA LAHAN SEPANJANG KORIDOR MERR PADA RUAS RUNGKUT SAMPAI ARIEF RAHMAN HAKIM DI KOTA SURABAYA

POLA SPASIAL HARGA LAHAN SEPANJANG KORIDOR MERR PADA RUAS RUNGKUT SAMPAI ARIEF RAHMAN HAKIM DI KOTA SURABAYA POLA SPASIAL HARGA LAHAN SEPANJANG KORIDOR MERR PADA RUAS RUNGKUT SAMPAI ARIEF RAHMAN HAKIM DI KOTA SURABAYA Rizki Maulana NRP. 3608 100 067 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

Distribusi Spasial Pusat Perbelanjaan Modern Di Surabaya Pusat TUGAS AKHIR RP Anang Rubyanto Asnar ( )

Distribusi Spasial Pusat Perbelanjaan Modern Di Surabaya Pusat TUGAS AKHIR RP Anang Rubyanto Asnar ( ) Distribusi Spasial Pusat Perbelanjaan Modern Di Surabaya Pusat TUGAS AKHIR RP 09-1333 Anang Rubyanto Asnar (3607.100.046) Outline BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERUMUSAN POLA LOKASI MINIMARKET DI SURABAYA BARAT

PERUMUSAN POLA LOKASI MINIMARKET DI SURABAYA BARAT PERUMUSAN POLA LOKASI MINIMARKET DI SURABAYA BARAT 3606 100 037 Latar Belakang Rumusan Masalah Pertumbuhannya yang pesat dan tumbuh di berbagai lokasi tanpa adanya pembangunan yang terarah dan didukung

Lebih terperinci

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No., (014) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) C-87 Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development C481 Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Bisnis ritel merupakan salah satu bisnis di Indonesia yang mulai mengalami perkembangan cukup pesat. Perkembangan ini dapat dilihat dengan adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i SURAT PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar

Lebih terperinci

TEORI CHRISTALLER DAN LOSCH dalam kaitannya dengan Central Place

TEORI CHRISTALLER DAN LOSCH dalam kaitannya dengan Central Place T E O R I K E R U A N G A N P e r t e m u a n k e - 5, 1 8 O k t o b e r 2017 TEORI CHRISTALLER DAN LOSCH dalam kaitannya dengan Central Place NI MAH MAHNUNAH U N I V E R S I T A S A M I K O M PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin beragam merupakan indikasi dari perkembangan sebuah kota. Berbagai macam kebutuhan masyarakat tersedia dalam bentuk fasilitas pelayanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan

I. PENDAHULUAN. Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Pertumbuhan penduduk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Secara administratif, Jakarta berperan sebagai pusat pemerintahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBINAAN PASAR

Lebih terperinci

2/6/2017. Pertemuan Kedua JARINGAN SENTRIPETAL DAN SENTRIFUGAL. Prodi S1 Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada

2/6/2017. Pertemuan Kedua JARINGAN SENTRIPETAL DAN SENTRIFUGAL. Prodi S1 Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Pertemuan Kedua Prodi S1 Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada JARINGAN SENTRIPETAL DAN SENTRIFUGAL Secara garis besar, jaringan cenderung memiliki 2 dampak spasial

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Dr. Ing. Haryo Sulistyarso

Dosen Pembimbing : Dr. Ing. Haryo Sulistyarso Disusun oleh : Wika Eka S. (3609100016) Dosen Pembimbing : Dr. Ing. Haryo Sulistyarso Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pertumbuhan pembangunan yang terjadi pada kawasan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDALUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDALUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDALUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Di era globalisasi saat ini, semakin banyak kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan semakin beragam pula jenisnya. Dalam kehidupan masyarakat, transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di bidang industri yang pesat dan maju dapat terlihat pada jumlah produk dalam setiap produksi dari sebuah perusahaan atau pabrik. Produk yang telah di

Lebih terperinci

KAJIAN LOKASI MINIMARKET TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NO. 7 / 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN

KAJIAN LOKASI MINIMARKET TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NO. 7 / 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN KAJIAN LOKASI MINIMARKET TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NO. 7 / 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN Liza Medina Novianri¹ dan Parino Raharjo² 1 Jurusan Tenik Perencanaan Wilayah Kota, Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALI TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pergerakan manusia, seperti pergerakan dari rumah (asal) sekolah, tempat kerja, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang strip center mall Strip center mall

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang strip center  mall Strip center  mall BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pusat perbelanjaan modern adalah fenomena yang dapat ditemui baik di kota kecil maupun kota besar di Indonesia, keberadaan dari pusat perbelanjaan memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG bidang TEKNIK ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG MOHAMAD DONIE AULIA, ST., MT Program Studi Teknik Sipil FTIK Universitas Komputer Indonesia Pembangunan pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perencanaan Kota Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Ciri pokok dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pengambilan objek studi dalam penelitian ini adalah minimarket yang memiliki konsep convenience store di Kota Bandung. Menurut data dari Dinas KUKM

Lebih terperinci

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR Oleh : ANIARANI ANDITA 15403045 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal 28 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal pedaging. Peternak merupakan pihak yang melakukan kegiatan pemeliharaan itik

Lebih terperinci

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR Oleh : AULIA LATIF L2D 002 389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pasar modern yang ada di Indonesia nampak semakin lama semakin maju. Hal ini dibuktikan dengan bermunculannya area perbelanjaan supermarket seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dijelaskan secara singkat tentang jenis penelitian yang akan diteliti, mengapa, dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Secara terinci bab ini berisikan mengenai

Lebih terperinci

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) Widiastuti Hapsari dan Ria Asih Aryani Soemitro Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

Arahan Intensitas Pemanfaatan Ruang Perdagangan Jasa Berdasarkan Peluang Telecommuting

Arahan Intensitas Pemanfaatan Ruang Perdagangan Jasa Berdasarkan Peluang Telecommuting JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-11 Arahan Intensitas Pemanfaatan Ruang Perdagangan Jasa Berdasarkan Peluang Telecommuting Ariyaningsih dan Haryo Sulistyarso Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di sekitar Jalan Cihampelas yaitu dimulai dari Jalan Bapa Husen sampai Hotel Promenade yang telah di gambarkan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian akan menggambarkan langkah-langkah atau tahapan dari suatu penelitian dalam mencapai tujuan penelitian tersebut. Dimana dalam metode penelitian ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

Potensi Gas Rumah Kaca Pengelolaan Sampah Domestik di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya

Potensi Gas Rumah Kaca Pengelolaan Sampah Domestik di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya Laporan Tugas Akhir RE 091324 Diajukan oleh : Rizqiniyah Isnaini 3309100057 Dosen Pembimbing : Susi Agustina Wilujeng, ST., MT Potensi Gas Rumah Kaca Pengelolaan Sampah Domestik di Kecamatan Rungkut Kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penyebaran kuisioner

III. METODE PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penyebaran kuisioner III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penyebaran kuisioner kepada petani di kecamatan penerima Bantuan Langsung Benih Unggul. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis eceran yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang menghidupi banyak orang dan memberi banyak keuntungan bagi sebagian orang. Pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan atau kebutuhan akan jasa transportasi makin bertambah meningkat dan meluas mengikuti perkembangan zaman dan peradaban manusia. Hal tersebut didasari dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang memiliki peran sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, bisnis, industri,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Konsep 3.1.1. Konsep partisipasi Kegiatan Perencanaan Angkutan Pemadu Moda New Yogyakarta International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang studi; rumusan persoalan; tujuan dan sasaran studi; ruang lingkup studi, yang meliputi ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008, diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang dari penelitian ini, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup penelitian, metodologi yang digunakan, serta sistematika pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya kebutuhan untuk melakukan perjalanan dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk beraktivitas dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pemindahan atau pergerakan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN

ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN (Studi Kasus Perumahan di Lingkungan Taman Griya, Jimbaran) TUGAS AKHIR Oleh : LINDA PRANASARI 0704105014 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas masyarakat. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Seiring dengan tumbuhnya sebuah kota,

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU (Berkonsep Nuansa Taman Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Jalan Arteri Primer Jalan Raya Yogya Solo Daerah Istimewa Yogyakarta

Evaluasi Kinerja Jalan Arteri Primer Jalan Raya Yogya Solo Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TKNIK POMITS Vol.,., (0) - valuasi Kinerja Jalan Arteri Primer Jalan Raya Yogya Solo Daerah Istimewa Yogyakarta Mutiara Firdausi, Ir. Wahju Herijanto, M.T Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO) TESIS II - RE092325 Dosen Pembimbing : I.D.A.A. Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D Disampaikan Oleh : Diah Kusumaningrum NRP. 3308 202 011 EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menyebar kuisioner terhadap RTS-PM. Jenis data yang diperlukan dari. a. Data tentang ketepatan sasaran penerima beras RASKIN.

III. METODE PENELITIAN. menyebar kuisioner terhadap RTS-PM. Jenis data yang diperlukan dari. a. Data tentang ketepatan sasaran penerima beras RASKIN. III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data diperoleh dari penelitian lapangan melalui wawancara langsung terhadap petugas Kelurahan Sukabumi Indah mengenai Pendistribusian RASKIN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi kasus di kawasan usaha agroindustri terpadu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi kasus di kawasan usaha agroindustri terpadu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan studi kasus di kawasan usaha agroindustri terpadu Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Pengumpulan data dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam aktivitas kegiatan perkotaan telah didiskusikan sejak tahun 1970-an di negara maju sebagai strategi untuk

Lebih terperinci

Luas Masing-Masing Kelurahan di Kawasan Tambak Kecamatan Benowo, Tahun 2008 Sumber : Hasil Analisa, 2010

Luas Masing-Masing Kelurahan di Kawasan Tambak Kecamatan Benowo, Tahun 2008 Sumber : Hasil Analisa, 2010 Gambaran Umum Luas Masing-Masing Kelurahan di Kawasan Tambak Kecamatan Benowo, Tahun 2008 Sumber : Hasil Analisa, 2010 Kelurahan Tambak Osowilangon 1140,2 Sememi 458,4 Klakah Rejo 318,9 Kandangan 136,7

Lebih terperinci