RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR
|
|
- Teguh Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR Oleh : R. Yulistiani, E.Maryani *), B. Waluya * ) Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia riri.ghan@gmail.com, enok.maryani@yahoo.com, bagjawaluya_a@yahoo.co.id ABSTRAK Relokasi Pasar Warungkondang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dapat memberikan dampak terhadap keberlangsungan pelayanan bagi pengunjung Pasar Warungkondang. Karena itu, diperlukan analisa kebijakan dilihat dari pelayanan pasar yang akan mempengaruhi respon pengunjung pasar. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pelayanan pasar dan melihat pengaruh pada respon pengunjung, dengan mengacu pada jarak, aksesibiltas, dan sarana prasarana. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dengan jumlah sampel 98 orang yang terdiri atas pedagang dan pembeli. Analisis data yang digunakan dalam menganalisis lokasi menggunakan teori pusat dari Christaller, sedangkan untuk respon menggunakan skala likert. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasar tidak cukup strategis namun cukup ideal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun sulit dijangkau oleh angkutan kota, sehingga berpengaruh kepada minat belanja pengunjung dan pendapatan pedagang. Disisi lain, pengunjung merasa nyaman berbelanja di pasar, karena dilengkapi oleh fasilitas. Karena itu, diharapkan dengan adanya relokasi keberadaan angkutan kota akan mempermudah masyarakat untuk menjangkau pasar. Kata Kunci :Relokasi, Respon, Pasar Warungkondang *) Penulis Penanggung Jawab
2 2 Yulistiani, dkk Relokasi Pasar Warungkondang Kabupaten Cianjur PENDAHULUAN Perdagangan merupakan proses tukar-menukar barang dan jasa dari penjual kepada pembeli, hal ini menimbulkan interaksi diantara suatu tempat menuju daerah lainnya yang menghasilkan sebuah pergerakan, baik pergerakan barang, hingga mobilitas penduduk menuju pusat perdagangan, dan saat ini pusat perdagangan dan ekonomi masyarakat masih bertumpu di pasar. Betambahnya kebutuhan ruang yang semakin besar dengan perkembangan wilayah yang ada menjadikan penataan keberadaan pasar wajib dilakukan. Pasar Warungkondang merupakan salah satu pasar rakyat yang keberadaannya tidak sesuai dengan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) wilayah perkotaan Warungkondang, sehingga relokasi harus dilakukan dengan realisasi dikeluarkan SK No. 272 tahun 2011 mengenai relokasi Pasar Warungkondang. Pasar sebagai pusat ekonomi masyarakat harus bisa menjangkau kegiatan masyarakat sekitarnya. Hal ini menjadikan letak pasar dimungkinkan dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat di sekitarnya. Pasar harus ditempatkan pada lokasi yang strategis, agar aktivitas ekonomi masyarakat tetap stabil dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat. Lokasi yang tepat akan mempermudah kegiatan masyarakat, terutama aktivitas ekonomi, dikatakan oleh Sirojuzilam (2006, hal 22) bahwa lokasi adalah suat penjelasan yang dikaitkan dengan tata ruang dari suatu kegiatan ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi atau sosial. Dijelaskan oleh Diana (2003), bahwa faktor-faktor penentu berkembangnya lokasi perdagangan meliputi jumlah penduduk (daerah layanan) yang tergantung pada faktor fisik yang mempengaruhi daya tarik suatu fasilitas perdagangan, aksesibilitas (kemudahan pencapaian lokasi), keterkaitan spasial, jarak (adanya kecenderungan untuk berbelanja pada pusat yang dominan, namun jaraknya dekat), dan kelengkapan fasilitas perdagangan, dengan keadaan itu diperkirakan akan mempengaruhi terhadap minat masyarakat dalam berbelanja. Relokasi yang terjadi dapat berdampak positif maupun negatif, namun lokasi yang dapat dijangkau yang diperlukan oleh masyarakat, karena lokasi yang dapat dijangkau oleh masyarakat akan menimbulkan intensifnya aktivitas dan interaksi masyarakat yang akan membawa pada terpenuhinya setiap kebutuhan masyarakat, dan lokasi yang didatangi oleh banyak masyarakat akan membawa
3 3 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 dampak baik bagi penjual yang berada di pasar tersebut. Pernyataan di atas memberikan asumsi bahwa lokasi strategis dan kelengkapan fasilitas merupakan hal yang penting dari perkembangan lokasi perdagangan, mengingat lokasi perdagangan sangat penting dan memberikan keuntungan bagi penjual dan pembeli yang berada di sekitar Pasar Warungkondang. Saat sebuah kebijakan pemerintah diambil dengan melakukan relokasi maka dibutuhkan suatu evaluasi dari kebijakan yang diambil, karena pasar merupakan bagian penting dari aktivitas ekonomi masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat dua rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana kondisi pelayanan Pasar Warungkondang dan bagaimana respon pengunjung mengenai relokasi Pasar Warungkondang. METODE Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan pada pengunjung pasar yang diantaranya adalah pedagang dan pembeli di Pasar Warungkondang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 98 orang menurut rumus Slovin. Teknik pengambilan data dilakukan dengan observasi lapangan, menggunakan angket dan pengambilan dokumentasi. Setelah data didapatkan dari lapangan, data dianalisis dengan menggunakan analisis Christaller dengan meperhitungkan range dan threshold, sementara dalam penentuan kelayakan fasilitas pasar menggunakan Standar Pelayanan Minimal dinas Pekerjaan Umum tahun 2010, standar pasar sehat menurut KMK No. 519 tahun Sementara untuk perhitungan respon pengunjung menggunakan analisis skala likert dan analisis persentase dalam menentukan karakteristik pengunjung Pasar Warungkondang. HASIL DAN PEMBAHASAN Pasca relokasi dilaksanakan, komponen lokasi dan respon dihitung dengan mengacu pada kondisi jarak, akses, dan sarana prasarana yang menunjang kondisi Pasar. Perhitungan lokasi yang ideal menggunakan K-3 dari Chistaller, artinya sepertiga dari penduduk akan terpengaruh oleh keberadaan pasar, dengan adanya perhitungan jarak dan threshold dari penduduk Kecamatan Warungkondang. Rerata jarak yang ditempuh oleh masyarakat adalah 2,9 km, dengan mayoritas pembeli menyatakan setuju dengan adanya relokasi yang dilakukan artinya pembeli mampu untuk menjangkau pasar dengan jarak > 2,9 km, semntara itu untuk jumlah penduduk yang terpengaruh
4 4 Yulistiani, dkk Relokasi Pasar Warungkondang Kabupaten Cianjur oleh keberadaan pasar ditujukan pada tabel 1. Tabel 1 Jumlah penduduk terpengaruh K-3 No Nama Desa Threshold (orang) 1 Cieundeur 1170,33 2 Sukamulya 1476,33 3 Cikaroya Cisarandi 1817,67 5 Jambudipa 2726,33 6 Mekarwangi 1713,33 7 Tegalega Bunisari 2227,67 9 Bunikasih 1980,67 10 Sukawangi 1753,67 11 Ciwalen 3128,33 Mayoritas pedagang dengan penghasilan Rp Rp dengan asumsi keuntungan dari setiap pembeli sebesar Rp.5.000, minimal dalam satu hari mendapatkan 3 11 pembeli dengan frekuensi mayoritas pembeli mendatangi pasar 10 kali dalam satu bulan, maka threshold Pasar Warungkondang orang, maka dengan jumlah penduduk terpengaruh sebesar maka keberadaan pasar cukup ideal bagi masyarakat Kecamatan Warungkondang. Tabel 2 menunjukan range dan threshold Pasar Warungkondang. Dilihat dari jarak dari setiap desa, Pasar Warungkondang berada pada jarak paling dekat 1 km (Desa Cikaroya) 7,2 km (Desa Tegalega) dengan waktu tempeh bervariasi dari 3 menit 35 menit menggunakan kendaraan, mayoritas pengunjung menempuh jarak lebih dari 3 km untuk mencapai lokasi Pasar Warungkondang, dengan waktu tempuh 5 15 menit. Tabel 2 Range dan Threshold Pasar Warungkondang No Nama Desa Range Threshold (km) (orang) 1 Cieundeur 2,8 1170,33 2 Sukamulya 5,7 1476,33 3 Cikaroya Cisarandi ,67 5 Jambudipa ,33 6 Mekarwangi 7,2 1713,33 7 Tegalega Bunisari 6,6 2227,67 9 Bunikasih ,67 10 Sukawangi ,67 11 Ciwalen ,33 Tarigan (2005, hal 105) beranggapan bahwa semakin jauh jarak yang ditempuh untuk mencapai sebuah lokasi, maka semakin rendah keinginan seseorang untuk bepergian, sebab itu semakin suatu lokasi berada di lokasi yang sentral dan berada di jarak yang sesuai dan sama dari setiap desanya akan semakin menarik seseorang untuk pergi ke Pasar Warungkondang. Secara lokasi, menurut teori Christaller, semakin suatu tempat terpusat ditengah, maka akan semakin baik, dalam kasus Pasar Warungkondang saat ini sebagai pusat pelayanan umum dikatakan tidak cukup strategis karena tidak berada
5 5 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 posisi sentral namun bagi penyediaan kebutuhan masyarakat Kecamatan Warungkondang, pasar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, Gambar 1 menunjukan lokasi Pasar Warungkondang beserta sebaran pengunjung pasar. Sementara dengan adanya relokasi, maka seseorang akan menempuh dengan jenis transportasi yang beragam dengan beragamnya biaya transportasi. Biaya menjadi pertimbangan bagi masyarakat dalam berbelanja, semakin kecil buaya transport yang dikeluarkan akan semakin diminati oleh masyarakat. Secara umum kondisi akses menuju Pasar Warungkondang tidak memadai, karena tidak seluruh kendaraan umum mampu mengakses lokasi pasar, dengan kondisi jalan dengan nilai IRI 7,37 jalan dapat dikatakan memiliki kualitas sedang, sepantasnya jalan tersebut dapat dilalui oleh jenis kendaraan seperti mobil, truk, dan sebagainya. Selain itu tingkat kemudahan menemukan transportasi dan frekuensi kendaraan yang berada di sekitar lokasi pasar tidak terlalu ramai. Terdapat pangkalan ojek di depan pasar, namun semakin siang kita akan semakin sulit untuk menemukan kendaraan di sekitar pasar, sehingga pengunjung akan menunggu hingga ojek datang kembali. Relokasi artinya seluruhnya akan berganti, tidak hanya lokasi, bangunan pasar menjadi baru, pasca kebakaran tahun 2010 yang menghancurkan fasilitas yang ada di pasar sebelumnya telah berubah menjadi bangunan yang baru, dengan fasilitas yang cukup memadai, pengunjung terutama pedagang merasakan kenyaman dan keamanan yang lebih pasca relokasi dari segi fasilitas, dan mereka menyambut baik dengan dilengkapinya fasilitas penunjang pasar yang dapat dikatakan sudah layak, dibuktikan dengan perhitungan menurut KMK No. 519 tahun 2008 dengan indikator area parkir, pengelolaan sampah, septic tank, pengelolaan limbah, sanitasi, dan tempat ibadah dengan persentase 66,67 %, artinya dikatakan layak, diselaraskan dengan respon pedagang mengenai fasilitas pasar dengan persentase 65,18 (kuat), sehingga fasilitas dapat dikatakan layak, namun ketiadaan hydran pemadam kebakaran menjadi nilai minus karena mereka takut kejadian tahun 2010 terulang kembali dengan tidak ada penanganan dini untuk peristiwa kebakan, seharusnya di sebuah lokasi sebesar Pasar Warungkondang memiliki lebih dari satu hydran. Permasalahan lokasi pasar sebelum relokasi seperti kepadatan di jalur provinsi yang menghubungkan Sukabumi dan Cianjur, dan permaslahan fasilitas pasar teratasi, namun dengan kondisi akses yang tidak memadai untuk menjangkau pasar seperti tidak tesedianya kendaraan umum seperti angkutan kota (angkot) menuju
6 6 Yulistiani, dkk Relokasi Pasar Warungkondang Kabupaten Cianjur Pasar Warungkondang mengurangi daya tarik masyarakat, dikhawatirkan kondisi pasar akan sepi pengunjung, sehingga banyak pedagang yang merugi dan memilih beralih, ini menjadi sebuah ancaman akan berkembangnya pedagang non kios yang membuka lapak dilokasi pasar sebelumnya sehingga menjadi pasar tumpah, karena sampai saat ini lokasi pasar yang lama masih belum digunakan oleh pemerintah daerah. Seluruh pengunjung pasar seperti pembeli dan pedagang tidak mempermasalahkan relokasi selama akses menuju lokasi mudah, namun hingga saat ini masih dirasa sulit untuk menjangkau pasar terutama angkutan kota tidak melewati pasar. Pengunjung pasar yang dimaksud terdiri atas pembeli dan pedagang. Respon menurut Azwar (1995, hal 20) terdapat tiga klasifikasi respon yaitu respon kognitif, respon afektik, dan respon konatif, sehingga respon dapat dilihat dari persepsi, sikap dan perilaku dari seseorang. Tabel 3 menunjukan tabel respon pedagang mengenai relokasi Pasar Warungkondang. Tabel 3 Respon Pedagang mengenai Relokasi No Indikator Persentase 1 Persepsi 45,67 2 Sikap 55,9 3 Perilaku 55,10 Persentase Respon 52,21 Persentase respon menunjukan kategori cukup, tiga indicator respon yang diantaranya adalah persepsi, sikap, dan respon, diperoleh respon pedagang terhadap relokasi sebesar 52,21% (cukup), respon ini menunjukan hal yang positif dan respon ini cukup sejalan dengan persepsi, sikap, dan perilaku yang dimiliki oleh pedagang, pedagang cenderung masih beradaptasi dengan kondisi pasar yang baru, sambil melihat kondisi kedepannya, akses dan jangkauan masyarakat dirasa menjadi hal yang penting untuk kemajuan pedagang di pasar, adapun ungkapan menolak relokasi, namun pedagang masih tetap berada di sana, karena tidak mempunyai rencana untuk saat ini. Selanjutnya respon pembeli ditujukan oleh tabel 4. Tabel 4 Respon Pembeli Mengenai Relokasi No Indikator Persentase 1 Persepsi 58,75 2 Sikap 64,63 3 Perilaku 63,88 Persentase Respon 62,42 Dari tiga indicator respon yang diantaranya adalah persepsi, sikap, dan respon, diperoleh respon pembeli terhadap relokasi sebesar 62,42% (kuat), respon ini menunjukan hal yang positif dan respon ini sejalan dengan persepsi, sikap, dan perilaku yang dimiliki oleh pembeli, pembeli tidak terlalu masalah dengan adanya relokasi,
7 7 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 namun agar lebih meningkatkan minat pembeli untuk berkunjung dibutuhkan kendaraan umum yang dapat menjangkau Pasar Warungkondang. Respon pedagang Pasar Warungkondang banyak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang dialami oleh pedagang pasar. Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menanamkan reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh panca indera, diungkap oleh Ahmadi (1992, hal 64) bahwa respon adalah gambaran ingatan dan penglihatan yang mana objek yang telah diamatu tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Pengamatan berarti proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui inderaindera seperti mata dan telinga. Respon akan terpengaruh oleh adanya suatu kondisi yang dilihat oleh seseorang, seseorang tersebut akan memberikan interpretasi mengenai kondisi yang terlihat. Motif, kepentingan, dan harapan akan suatu situasi akan memberikan pengaruh bkepada seseorang untuk memberikan respon baik respon positif ataupun negatif. Respon pedagang cenderung tidak memberikan respon yang baik dikarenakan situasi, kepentingan dan harapan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Pasca relokasi mereka menganggap pasar jadi tidak terlalu ramai dikunjungi oleh masyarakat, ini akan berpengaruh terhadap pendapatan mereka sebagai pedagang yang merupakan pekerjaan utama yang dimiliki, mereka bersyukur dengan adanya penataan kembali fasilitas pasar yang memberikan kenyamanan bagi pedagang untuk beraktivitas, namun tetap pendapatan mereka merupakan hal yang sangat penting bagi mereka, karena apabila pendapatan tidak sesuai harapan mereka, mereka merasa khawatir mereka akan bangkrut. Oleh karena itu persepsi, sikap, dan perilaku cenderung cukup artinya masih menunggu perkembangan kemajuan pasar. Disisi lain respon pembeli termasuk kategori kuat artinya mereka setuju dengan kondisi pasar ini, sebagai pembeli hal yang utama yang penting adalah kenyaman dan keamanan saat berbelanja, dan mereka saat ini merasa sudah nyaman dengan kondisi pasar saat ini, namun memang persepsi menunjukan masih ada yang beranggap pasar ini belum cukup layak untuk masyarakan Kecamatan Warungkondang karena sulit diakses oleh angkutan kota, dan akan menambah biaya transportasi yang dikeluarkan.
8 8 Yulistiani, dkk Relokasi Pasar Warungkondang Kabupaten Cianjur Gambar 1 Peta Sebaran Pengunjung Pasar Warungkondang Sumber : Peta BAPPEDA lembar Kecamatan Warungkondang tahun 2007 Skala 1:55000 KESIMPULAN Lokasi Pasar Warungkondang saat ini pasca relokasi berada pada posisi yang tidak strategis sebagai unit pelayanan utama, karena tidak berada posisi sentral diantara unit layanan kecil yang berada di sekitar masyarakat. Letaknya berada di ±600 meter dari lokasi sebelumnya yang berada di dekat jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Lokasi pasar saat ini jika dibandingkan dengan lokasi sebelumnya memang lebih strategis, namun saat ini sudah cukup strategis, lokasi cukup ideal dan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kecamatan Warungkondang. Jarak yang ditempuh oleh pembeli beragam, dan pembeli tidak keberatan untuk menempuh jarak lebih jauh dari sebelumnya untuk mencapai pasar, dengan catatan akses angkutan kota segera melewati pasar, dengan kemudahan tersebut akan menambah daya tarik masyarakat untuk menuju Pasar Warungkondang, terutama dengan adanya fasilitas yang nyaman bagi pembeli, karena fasilitas yang nyaman akan membawa kenyamanan dan keamanan bagi pembeli
9 9 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 mauun pedagang. Hanya saja yang dikeluhkan oleh pedagang adalah tidak tersedianya hydran pemadam kebakaran di pasar tersebut, hydran merupakan komponen penting dalam bangunan terutama bangunan sebesar Pasar Warungkondang, mereka takut bahwa kejadian tahun 2010 akan terulang kembali. Dilihat dari aspek respon, respon masyarakat mengenai relokasi pasar beragam, respon terdiri atas respon pedagang dan pembeli, respon pembeli tergolong cukup, pedagang beranggapan bahwa relokasi ini akan membawa dampak negative bagi mereka, hingga saat ini kondisi pasar yang sepi berdampak pada pendapatan mereka, pedagang beanggapan bahwa pembeli lebih banyak berbelanja ke Pasar Induk Cianjur yang memiliki akses angkutan kota. Hingga saat ini mereka masih menunggu perkembangan Pasar Warungkondang, dan belum mengambil keputusan untuk pindah ataupun tidak, hanya saja mereka ingin Pasar Warungkondang terlewati oleh angkutan kota sehngga mempermudah bagi pembeli dan pedagang. Respon pembeli teradap relokasi, mereka menyambut baik dengan adanya relokasi, karena mereka merasakan lokasi saat ini sangat nyaman dan aman untuk dikunjungi, namun hampir sama dengan pedagang, mereka mengeluhkan akses angkutan kota, mereka tidak keberatan dengan jarak yang ditempuh lebih jauh 600 meter bila kemudahan akses menuju pasar didapat. Kenyamanan fasilitas dan akses yang mendukung akan menambah daya tarik bagi pembeli dan merupakan hal yang penting bagi kemajuan Pasar Warungkondang. DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Azwar Syarifudin.(1995) Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya. Edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Riduwan Pengukuran Variabelvariabel Penelitian. Bandung : Alfabeta Sumaatmadja, Nursyid Studi Geografi Suatu pendekatan dan Analisa Geografi. Bandung: Alumni Tarigan, Robinson Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara Sumber Dokumen Keputusan Menteri Kesehatan No. 519 tahun 2008 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 mengenai Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Tim Penyusun Perda RDTR. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Warungkondang. Cianjur: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten Cianjur
10 Sumber Internet Anonim. Bab 2 : Teori Respon. [online] /22529/3/Chapter%20II.pdf. (2 Februari 2015). Fathir Cara Menghitung Skala Likert.[online]. ress.com/2013/09/24/cara-menghitungskala-likert/ (15 Januari 2015) Hertanto, Henrik Boby Penentuan Lokasi Pasar. [online]. /teori-lokasi-kegiatan-perdagangan.html (2 Februari 2015) 10 Yulistiani, dkk Relokasi Pasar Warungkondang Kabupaten Cianjur
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu kota merupakan hasil dinamis berbagai unsur
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan suatu kota merupakan hasil dinamis berbagai unsur pembentukan kota, seperti masyarakat dengan kegiatan ekonominya, lingkungan tempat tinggal,
Lebih terperinci2015 RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan merupakan proses tukar-menukar barang dan jasa dari penjual kepada pembeli, hal ini menimbulkan interaksi diantara suatu tempat menuju daerah lainnya yang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta dahulu dikenal dengan nama Batavia yang merupakan salah satu kota kolonial di Indonesia, selanjutnya berkembang menjadi kota Metropolitan seperti saat ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan jasa angkutan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan jasa angkutan yang cukup serta memadai. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota tidak terlepas dari pertambahan jumlah penduduk dengan berbagai aktivitas yang beragam dan tingkat mobilitas yang
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Transportasi merupakan suatu sistem dan alat yang dapat memperlancar hubungan dan pergerakan dari satu daerah ke daerah lainnya, baik daerah yang maju maupun
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey.
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Menurut Singarimbun dan Sofyan Effendi (989: ) bahwa penelitian survey adalah
Lebih terperinciSISTRANS. Rahayu Sulistyorini
SISTRANS Rahayu Sulistyorini Pendahuluan Merupakan sistem pergerakan manusia dan barang antara satu zona asal dan zona tujuan dalam wilayah yang bersangkutan. Pergerakan yang dimaksud dapat dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi lokasi alternatif dalam rangka pemindahan PKL di Koridor Fly Over Cimindi dapat ditarik kesimpulan dan diberikan rekomendasi yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan modern saat ini, aktivitas manusia semakin bertambah dan berkembang. Berkembangnya aktivitas manusia, maka berkembang pula sarana dan prasarana untuk
Lebih terperinciBAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL
BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai kriteria dan indikator kinerja yang diperlukan untuk dapat mendeskripsikan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu kota selalu berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk, aktivitas dan yang kebutuhan kelengkapan kota lainnya. Sejalan dengan waktu suatu kota dibangun dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang baru, karena hampir setiap hari kita menggunakannya. Transportasi merupakan alat/teknik/cara untuk melawan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian
1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
20 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Menurut Surakhmad (1994:143), metode atau studi komparatif adalah, Penelitian
Lebih terperinciRESPON MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT (BIJB) DI KECAMATAN KERTAJATI KABUPATEN MAJALENGKA
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 1 RESPON MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT (BIJB) DI KECAMATAN KERTAJATI KABUPATEN MAJALENGKA Mitha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kota besar yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan adalah kota Yogyakarta. Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dan banyaknya aset wisata yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain.
23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 3) metode deskriptif merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan dengan sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan dengan sumber dayanya yang tersebar di berbagai lokasi merupakan modal yang berharga bagi pembangunan nasional terutama
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KINERJA TRANSPORTASI DI KOTA SOREANG BERDASARKAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN
BAB IV ANALISIS KINERJA TRANSPORTASI DI KOTA SOREANG BERDASARKAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN Indikator-indikator keberlanjutan transportasi perkotaan dalam aspek ekonomi yang telah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. relatif (Nursid Sumaatmadja, 1988:118). Lebih lanjut beliau mendefinisikan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Lokasi Lokasi dalam ruang dapat dibedakan menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif (Nursid Sumaatmadja, 1988:118). Lebih lanjut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat terlaksana secara efektif dan
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP LOKASI PASAR DI DESA TIBO KECAMATAN SINDUE TOMBUSABORA KABUPATEN DONGGALA
1 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP LOKASI PASAR DI DESA TIBO KECAMATAN SINDUE TOMBUSABORA KABUPATEN DONGGALA IRAWAN JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak di Pulau Jawa. Aktivitas ekonomi
Lebih terperinciTeori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis pengaruh jarak terhadap
TEORI LOKASI (Tarigan, 2006:77) : Ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial serta hubungan-nya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai Profil Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api Stasiun Rancaekek Kabupaten Bandung sebagai bab akhir dari penulisan skripsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Definisi evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Wakhinuddin
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. tujuan dalam penelitian dengan baik dan benar. Menurut Masyhuri dan Zainuddin
29 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian dengan baik dan benar. Menurut Masyhuri dan Zainuddin (2008:
Lebih terperinciPENGARUH AKTIVITAS PERDAGANGAN DAN JASA TERHADAP VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN HERTASNING KOTA MAKASSAR
PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, 192-201 2016 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973 PENGARUH AKTIVITAS PERDAGANGAN DAN JASA TERHADAP VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN HERTASNING KOTA MAKASSAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Kepariwisataan merupakan perangkat yang penting dalam pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Fasilitas yang ada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan penghuni bumi yang memerlukan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Fasilitas yang ada merupakan wujud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Perpres
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tercatat pada tahun 2005, jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dengan perekonomian yang beragam, dan proses
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Secara keseluruhan ditemukan bahwa karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi adalah sebagai berikut :
BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan hasil kesimpulan tentang kajian pola pergerakan belanja penduduk Bandung Timur. Hasil studi ini diharapkan menjadi masukan informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
Lebih terperinciBAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan studi berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Temuan studi tersebut disusun menjadi sebuah arahan
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur
69 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Kecamatan Warungkondang secara administratif terletak di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Secara geografis,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berkembangnya suatu kota membawa konsekuensi terhadap perubahan fisik kota yang biasanya juga dibarengi pertumbuhan penduduk dan pembangunan fasilitas ekonomi yang cukup
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang
38 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan sintesa dari hasil kajian indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan yang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung Kota Bandarlampung adalah Ibukota Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 197,22 km 2 atau 19.772 hektar. Secara
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG
BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil studi mengenai indentifkasi pengaruh pembangunan PASUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini kita mengenal bahwa Yogyakarta adalah daerah yang terkenal sebagai kota pelajar, dari tahun ke tahun semakin bertambah jumlah penduduknya, terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berakumulasinya kegiatan administratif, ekonomi, sosial, dan politik skala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan ibu kota propinsi Jawa Barat, tempat berakumulasinya kegiatan administratif, ekonomi, sosial, dan politik skala propinsi. Bahkan di Bandung juga tersedia
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,
Lebih terperinciKETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL
LAMPIRAN XII PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN TAHUN 2015 2035 KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL 1. MS Mangrove atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan seperti pada umumnya mempunyai pertumbuhan penduduk relatif tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak terhadap kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah perkotaan mempunyai sifat yang sangat dinamis, berkembang sangat cepat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan daerah perkotaan dapat secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah wilayah. Menurut Nasution (1996), transportasi berfungsi sebagai sektor penunjang pembangunan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Dalam tinjauan pustaka ini akan di bahas mengenai faktor-faktor penyebab
11 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini akan di bahas mengenai faktor-faktor penyebab anak di bawah usia kerja bekerja sebagai penjual koran
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Permasalahan... 3 1.3 Tujuan dan Sasaran... 4 1.3.1 Tujuan...
Lebih terperinci2015 KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek geografis, klimatologis dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera
Lebih terperinciARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D
ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008
Lebih terperinciBerdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:
TERMINAL Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bandung, ibukota Jawa Barat yang terletak sekitar 180 km ke arah timur dari Jakarta. Terletak pada ketinggian 768 meter di atas permukaan laut, Bandung memiliki
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan
66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN
BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Sugiyono (2002:1) menyatakan bahwa penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam suatu penelitian diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA Dhian Krisna Kusuma Umar Mansyur Ni Made Esti Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Orisinalitas... ii Halaman pengesahan... iii Abstrak... iv Halaman Publikasi... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... xi BAB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalur pejalan kaki merupakan salah satu wadah atau ruang yang digunakan para pejalan kaki untuk melakukan aktivitas dan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan
Lebih terperinciA. Pengertian Pusat Pertumbuhan Pusat pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga dapat
A. Pengertian Pusat Pertumbuhan Pusat pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pembangunan yang memengaruhi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR
KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SARWO EDI S L2D 001 395 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) adalah cara -cara yang digunakan oleh
18 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) adalah cara -cara yang digunakan oleh penelitian dala mengumpulkan data penelitian. Metode yang digunakan dalam
Lebih terperinciVI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode survey. Pabundu (1996, hlm. 9) menjelaskan bahwa metode survey bertujuan untuk mengumpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting bagi manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i SURAT PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam tersebut tersebar di seluruh propinsi yang ada di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang cukup banyak. Di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, pertambangan dan energi.
Lebih terperinciSejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem transportasi terutama infrastruktur jaringan jalan merupakan salah satu modal utama dalam perkembangan suatu wilayah. Pada daerah perkotaan, terutama, dibutuhkan
Lebih terperinciKONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI
BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Geografi merupakan pencitraan, pelukisan atau deskripsi tentang keadaan bumi.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geografi merupakan pencitraan, pelukisan atau deskripsi tentang keadaan bumi. Geografi sendiri dalam perkembangannya mengaitkan pendekatan kelingkungan dan kewilayahan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kabupaten Cianjur mempunyai letak yang strategis karena dilalui oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern ini, dimana manusia dituntut untuk dapat berpindah tempat berbeda beberapa kilometer jauhnya dalam waktu yang cepat guna menyelesaikan berbagai aktivitasnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Manusia sebagai Makhluk Mobile Pada dasarnya manusia memiliki sifat nomaden atau berpindah tempat. Banyak komunitas masyarakat yang suka berpindah-pindah tempat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah pergerakan orang dan barang bisa dengan kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor atau jalan kaki, namun di Indonesia sedikit tempat atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 Pengertian pasar tradisional menurut peraturan Menteri perdagangan RI, (2008): Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya jaman yang semakin maju menyebabkan kebutuhan manusia semakin banyak dan beragam. Setiap tahap pembangunan pasti menimbulkan tuntutan berkelanjutan dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa pasar tradisional merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor sebagai salah satu kota di Provinsi Jawa Barat, memiliki luas wilayah 11.850 Ha dengan jumlah penduduk sebesar 820.707 jiwa, mengalami pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI RIAU
PEMERINTAH PROVINSI RIAU DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI RIAU Oleh : Dr.Ir.H. DWI AGUS SUMARNO, MM., M.Si Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Sumber Daya Air Provinsi Riau
Lebih terperinciBAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Secara astronomi Kecamatan Bayah terletak pada
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA
ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA Fitriani S. Rajabessy 1, Rieneke L.E. Sela 2 & Faizah Mastutie 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kota Semarang disamping sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah, telah berkembang menjadi kota metropolitan. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata di Semarang pada tahun
Lebih terperinciFaktor yang Mempengaruhi Kriteria Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik
C145 Faktor yang Mempei Kriteria Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik Fitri Dwi Agus Maulidiyah dan Hertiari Idajati Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR
KATA PENGANTAR Dokumen Layanan Persampahan Kota Bogor merupakan dokumen yang memuat keadaaan terkini kondisi persampahan Kota Bogor. Penyusunan dokumen ini pada dasarnya ditujukan pada pendayagunaan segenap
Lebih terperinciVI. KARAKTERISTIK RESPONDEN
VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Karakteristik Pengunjung Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung aktual, yakni pengunjung yang ditemui secara langsung di kawasan Wana Wisata curug Nangka (WWCN).
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan
46 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan
Lebih terperinciselatan Ringroad dan sebagian Sleman yang berada di sebelah utara Ringroad. Meskipun demikian, kondisi wilayah perkotaan yang berada di dalam jalan
BAB I PENDAHULUAN Perkotaan merupakan suatu daerah yang memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi disertai dengan segala macam permasalahannya. Banyak permasalahan yang dapat dikaji dan diteliti mengenai
Lebih terperinciBAB VI DATA DAN ANALISIS
BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA
LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 1 Tahun 2000 Seri : C ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
Lebih terperinci