BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa"

Transkripsi

1 BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari tahap persiapan hingga rumah susun siap untuk dihuni. Tahapan perencanaan tersebut antara lain: a. Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan survei lokasi lahan yang tidak berkontur untuk meminimalisir cut and fill dan identifikasi rumah-rumah warga terdampak konstruksi pembangunan yang akan direlokasi sementara. Jumlah rumah warga yang akan direlokasi berjumlah 164 unit (demand). b. Relokasi Tahapan selanjutnya yaitu relokasi rumah-rumah warga yang terkena dampak pembangunan rumah susun. Tahapan ini merupakan komponen penting dalam perencanaan karena mencakup mekanisme awal dalam pembangunan rumah susun. Kawasan yang terkena dampak pembangunan adalah rumah-rumah di RW 07, 08 dan 09 Kampung Gemblakan Bawah berjumlah 164 unit rumah dengan luas lahan yang akan dikembangkan adalah m 2. Rumah-rumah yang akan direlokasi tersebut diarahkan untuk menempati hunian sementara yang akan dibangun di lahan kosong di Kampung Ledok Macanan dan Kampung Gemblakan Bawah. Adapun gambaran mengenai lokasi hunian sementara adalah sebagai berikut: a) Kampung Ledok Macanan (A) Luas lahan : m 2 Hunian sementara dengan tipe 27, dari ketersediaan lahan (A) mampu dibangun 119 unit hunian sementara dan 1 unit sekretariat. 99

2 Gambar 7.1 Mekanisme Pembangunan Hunian Sementara (A) Sumber: Analisis Penulis, 2015 b) Kampung Gemblakan Bawah (B) Luas lahan : m 2 Hunian sementara dengan tipe 27, dari ketersediaan lahan (B) mampu dibangun 45 unit hunian sementara dan 1 unit sekretariat. Gambar 7.2 Mekanisme Pembangunan Hunian Sementara (B) Sumber: Analisis Penulis, 2015 Total daya tampung hunian sementara dalam tahap relokasi ini berjumlah 164 unit dan 2 unit sekretariat. Agar lebih jelas mengenai lokasi yang akan dibangun hunian sementara dapat dilihat pada peta di halaman berikut. 100

3 c. Pembangunan Rusunawa Baru Gambar 7.3 Peta Lahan Hunian Sementara Sumber: Analisis Penulis, 2015 Rusunawa baru ini akan dibangun dengan 2 blok bangunan rumah susun dengan detil sebagai berikut: a) Blok 1 : 32 unit x 3 lantai = 96 b) Blok 2 : 32 unit x 3 lantai = 96 Jadi, kapasitas total unit rusunawa baru ini berjumlah 192 unit hunian siap huni. Angka ini memang lebih besar dari nilai demand (164 unit), namun yang menjadi prioritas adalah 164 keluarga yang terkena dampak relokasi rumah yang juga merupakan sasaran penghuni rumah susun ini. Untuk 28 unit sisanya dipersiapkan untuk menjadi hunian bagi para pendatang- 101

4 pendatang baru di masa mendatang, agar mereka tidak membangun rumahrumah di tepi Sungai Code seperti yang ada pada saat ini. Gambar 7.4 Peta Mekanisme Pembangunan Rusunawa Sumber: Analisis Penulis,

5 7.1.2 Ukuran Ruang Rusunawa Jumlah unit yang harus dibangun sesuai demand adalah 164 unit, dikarenakan lahan yang tersedia tidak banyak dan terbatasnya jumlah lantai sesuai aturan yang berlaku maka rusunawa yang akan dibangun berjumlah 2 blok bangunan dengan masing-masing blok memiliki 96 unit hunian. Ukuran ruang dipertimbangkan sesuai aturan dan kebijakan terkait. Seperti yang tercantum dalam persyaratan teknis pembangunan rumah susun, luas minimal unit hunian adalah 18 m 2 dengan lebar muka unit hunian adalah 3 meter. Ukuran unit rumah susun pada perencanaan ini adalah tipe 30. Penentuan tipe 30 ini mengacu pada aturan pemerintah yang menyebutkan bahwa luas lantai minimal untuk 1 orang adalah 7,2 m 2, sesuai hasil olah data ditemukan rata-rata setiap keluarga memiliki 4 orang penghuni, maka 4 dikalikan dengan 7,2 m 2 sama dengan 29 m 2, digenapkan menjadi 30 untuk mempermudah perencanaan. Hal lain dikarenakan rata-rata ukuran unit rumah susun disekitar kawasan perencanaan ini juga memiliki tipe 27 (Rusun Cokrodirjan dan Tegalpanggung), agar tidak terjadi kecemburuan dan ketimpangan sosial antar penghuni maka ditetapkan tipe yang sama sebagai satuan luasan hunian. Setiap unit hunian memiliki panjang 4,5 meter dan lebar 7,0 meter dan tiap unit tersebut terdiri dari beberapa ruangan, diantaranya 2 ruang kamar tidur dengan ukuran 3,5 x 2,5 meter dan 3,5 x 2,0 meter, 1 ruang keluarga dengan ukuran 4,7 x 2,0 meter, 1 kamar mandi dengan ukuran 2,0 x 1,0 meter, dan dapur berukuran 2,0 x 1,2 meter yang dilengkapi dengan meja kompor dengan panjang 1 meter dan meja cuci dengan panjang 0,5 meter, posisi dapur terletak pada bagian dinding yang menempel ke luar bangunan agar sirkulasi asap kompor dapat keluar dengan baik. Pada bagian muka unit terdapat selasar dengan lebar 1,5 meter untuk sirkulasi penghuni. Masing-masing unit juga dilengkapi dengan ruang jemur pakaian yang terletak di bagian muka tiap unit hunian. Untuk memperjelas penggambaran diatas dapat dilihat pada gambar pada halaman berikut. 103

6 Gambar 7.5 Denah Unit Hunian Tiap blok rusunawa terdiri dari 1 lantai dasar yang dijadikan sebagai fasilitas umum dan fasilitas sosial bagi para penghuni seperti tempat parkir, kantin, aula pertemuan, lapangan olahraga (indoor), ruang bermain anak, penampungan sampah sementara, dan ruang pengelola. Memiliki panjang meter dan lebar 27,30 meter. Sedangkan pada lantai 2, 3 dan 4 masing-masing terdiri dari 16 unit hunian yang saling berhadapan. Dalam 1 blok rusunawa terdiri dari 2 deret hunian yang saling berhadapan dipisah oleh selasar dan ruang bersama. Tata letak dan susunan seperti ini selain baik untuk sirkulasi dan pencahayaan, juga akan memberikan kenyamanan dalam berinteraksi antar penghuni rumah susun. Untuk mempertimbangkan aspek kenyamanan penghuni, unit hunian di lantai 1 diperuntukan bagi golongan masyarakat lanjut usia dan disabilitas. Agar mempermudah informasi diatas, berikut disajikan model lantai dasar dan lantai unit hunian dalam gambar. 104

7 Gambar 7.6 Gambar Tiga Dimensi Lantai Dasar Gambar 7.7 Gambar Tiga Dimensi Lantai Hunian Untuk menggambarkan ukuran ruang yang lebih detil dapat dilihat pada denah rusunawa di halaman berikut. 105

8 Gambar 7.8 Denah Lantai Dasar Rusunawa 106

9 Gambar 7.9 Denah Lantai Hunian Rusunawa 107

10 7.2 Rencana Pengembangan Kawasan Rencana kawasan tepi Sungai Code ini dikembangkan agar terciptanya hunian yang berkualitas dari aspek kesehatan, kenyamanan dan keamanan penghuninya. Setelah melalui tahap analisis potensi masalah pada kawasan perencanaan dan telah diketahui nilai supply dan demand, kemudian dirumuskan rencana pengembangan kawasan yang terdiri dari beberapa komponen rencana seperti: a. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) b. Pengembangan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum di Area Rusunawa c. Pengembangan Taman Resapan di Tepi Sungai Code d. Pengembangan foodcourt tepi Sungai untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Dari beberapa komponen rencana tersebut, fokus utama dari perencanaan ini adalah pembangunan rusunawa, komponen lainnya merupakan rencana pelengkap yang mendukung konsep pembangunan rusunawa. Langkah perencanaan selanjutnya adalah menyusun siteplan sesuai dengan analisis pemilihan lokasi pembangunan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Untuk memperjelas gambaran mengenai tata letak rumah susun dan komponen rencana pendukungnya terhadap kawasan permukiman disekitarnya disajikan Peta Rencana Rusunawa dan Fasilitas Pendukung Rusunawa pada Gambar Dan disediakan pula gambaran siteplan tampak atas detil perencanaan rumah susun beserta fasilitas pendukungnya pada Gambar 7.11, denah tampak atas perencanaan untuk dapat mengetahui luas dan jarak masing-masing bangunan pada Gambar

11 Gambar 7.10 Peta Perencanaan Kawasan Permukiman Tepi Sungai Code Sumber: Analisis Penulis,

12 Gambar 7.11 Siteplan Perencanaan Rumah Susun Sederhana Sewa Tepi Sungai Code Sumber: Gambaran Penulis,

13 Gambar 7.12 Denah Perencanaan Rumah Susun Sederhana Sewa Tepi Sungai Code Sumber: Gambaran Penulis,

14 7.3 Fasilitas Pendukung Rusunawa Lahan Parkir Penghuni Maupun Pengunjung Dengan adanya area foodcourt yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung, fasilitas pendukung seperti lahan parkir perlu diperhatikan. Oleh karnanya, disediakan lahan parkir yang terletak di belakang bangunan rumah susun. Lahan parkir ini juga dapat dimanfaatkan menjadi salah satu objek dalam menghasilkan uang melalui biaya retribusi parkir. Lahan parkir dengan luas 1800 m 2 ini mampu menampung 32 mobil (asumsi 1 lot parkir untuk 5 penghuni) dengan pertimbangan status pekerjaan penghuni sebagai supir atau pekerjaan lain yang membutuhkan lahan parkir mobil, 130 motor dan 20 unit untuk tempat parkir sepeda. Agar lebih jelas dapat dilihat melalui gambaran berikut. Gambar 7.13 Lahan Parkir Sekitar Rusunawa Jalur masuk menuju tempat parkir ini dapat dilewati melalui Jalan Mas Soeharto, masuk menyusuri tepi Sungai Code menuju bawah jembatan jambu kemudian masuk melalui tepi selatan bangunan rumah susun seperti gambar pada halaman berikut. 112

15 7.3.2 Taman Resapan Gambar 7.14 Jalur Masuk Kendaraan Taman resapan dalam perencanaan ini tersebar di beberapa titik di sudut lokasi perencanaan. Titik-titik tersebut terletak dibagian belakang bangunan rumah susun dan di sepanjang garis sempadan Sungai Code. Taman resapan ini diletakan dekat dengan fasilitas pendukung seperti tempat parkir dan area foodcourt dengan tujuan meningkatkan kualitas fisik lingkungan, harapannya penghuni merasa nyaman ketika melakukan berbagai macam kegiatan di beberapa titik taman resapan ini. Mengingat kondisi kawasan saat ini setiap kali turun hujan gang-gang kecil dibeberapa lokasi yang berdekatan dengan lokasi perencanaan berubah fungsi menjadi saluran air karena tidak adanya resapan untuk air. Upaya penanganan dari pemerintah sudah ada seperti pembuatan biopori di berbagai titik di perkampungan tetapi karena jumlah dan ukurannya yang tidak sebanding dengan debit air hujan yang turun maka pengaruhnya tidak signifikan dalam hal meningkatkan resapan air dalam kawasan. Dengan demikian perlu adanya tambahan taman resapan dengan kapasitas yang lebih besar sehingga dapat menambah daya serap air ketika hujan turun. Adapun manfaat yang didapat dengan adanya taman resapan ini antara lain: 113

16 1. Meningkatnya ketersediaan ruang terbuka hijau dalam kawasan 2. Memperindah view kawasan 3. Peningkatan kualitas udara yang dihasilkan oleh berbagai macam jenis tanaman 4. Sebagai pengatur pencahayaan lingkungan di sekitar taman 5. Mempercepat resapan air ke tanah agar tidak terjadi genangan yang dapat mengakibatkan banjir ketika hujan dengan intensitas yang besar terjadi Taman resapan ini berperan untuk menampung debit air hujan agar volume air hujan tidak terus menerus menggenang yang kemudian mengakibatkan banjir yang kerap terjadi, upaya ini merupakan salah satu pencegahan dan perbaikan kualitas lingkungan di lokasi perencanaan. Secara tidak langsung daerah resapan air ini memiliki peranan yang penting selain sebagai pengendali banjir juga sebagai sumber penyediaan air di musim kemarau. Gambar 7.15 Vegetasi Sekitar Rusunawa Keberadaan taman-taman resapan ini tersebar di beberapa titik di lokasi perencanaan, tidak hanya di dalam kawasan rumah susun tetapi juga ada yang terletak di luar rumah susun (tepi sungai) yang diilustrasikan pada gambar berikut. 114

17 Gambar 7.16 Taman Resapan di Sebelah Tempat Parkir Gambar 7.17 Taman Resapan Tepi Sungai Code Pengembangan Foodcourt Tepi Sungai Sesuai dengan permasalahan utama masyarakat pada lokasi perencanaan yaitu faktor ekonomi yang rendah maka perlu adanya pengembangan kawasan yang mendukung peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dikarenakan kondisi lokasi yang berada pada sempadan sungai maka dikembangkan kawasan foodcourt 115

18 dengan konsep angkringan. Perencanaan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat di lokasi perencanaan khususnya penghuni, agar ketika telah habis masa waktu kontrak sewa rumah susun mereka mampu membeli rumah yang lebih baik di lokasi yang lebih baik pula. Foodcourt ini terletak di bagian depan rumah susun yang langsung berhadapan dengan Sungai Code. Area foodcourt ini memiliki dampak positif terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan perencanaan. Pengaruh yang dapat dirasakan secara ekonomi yaitu terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang berakibat pada meningkatnya produktivitas dan pendapatan masyarakat. Selain dari segi ekonomi, dilihat dari segi ketenagakerjaan bagi masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap dapat menyalurkan energinya untuk hal-hal yang bersifat positif seperti menjadi satpam dan tukang parkir di area rumah susun yang berimbas pada menurunnya tingkat kriminalitas di Kota Yogyakarta. Gambar 7.18 Area Foodcourt Tepi Sungai Code Harapannya konsep kawasan perdagangan ini menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi para pengunjung dan untuk para penghuni akan meningkatkan kesejahteraan. Adapun perencanaan foodcourt ini didasari oleh: 116

19 1. Letaknya yang strategis dekat dengan pusat kota, tempat banyak manusia berlalu lalang melewati lokasi ini menguntungkan untuk dikembangkan sebagai kawasan perdagangan. 2. Angkringan sebagai ciri khas Kota Yogyakarta menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. 3. Konsep pengembangan yang ramah lingkungan. 4. Lahan sempadan sungai yang tidak boleh dibangun bangunan, maka cocok dikembangkan sebagai foodcourt dengan gerobak angkringan. 5. View tempat makan menghadap langsung Sungai Code menjadi keunikan tersendiri bagi wisatawan. 6. Biaya pengadaan relatif murah karena hanya menyediakan 10 gerobak angkringan dan meja kursi yang terbuat dari kayu. Gambar 7.19 Gerobak Angkringan sebagai Konsep Pengembangan (1) Fasilitas yang terdapat didalam area foodcourt ini antara lain adalah tamantaman bunga untuk mempercantik kawasan dan juga berfungsi meningkatkan mood bagi para wisatawan yang sedang makan atau sekedar duduk-duduk di tepi Sungai Code. Fasilitas lain seperti tempat duduk, meja makan yang dilengkapi dengan atap agar terlindung dari paparan sinar matahari di siang hari dan pepohonan yang besar 117

20 yang bertujuan untuk kerindangan dan kenyamanan kawasan foodcourt. Gambaran kawasan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah. Gambar 7.20 Gerobak Angkringan sebagai Konsep Pengembangan (2) Zona penghijauan seperti yang terlihat pada gambar diatas sebelumnya merupakan lahan yang dibangun permukiman padat yang terletak pada bibir Sungai Code. Kondisi seperti itu sangat rawan terhadap bencana banjir karena lokasinya yang terletak pada ketinggian tanah terendah dibandingkan dengan permukiman yang terbangun pada ketinggian tanah di dekat jalan raya. Untuk meminimalisir hal tersebut maka permukiman padat akan direlokasi sesuai dengan tahapan relokasi yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, kemudian dijadikan kawasan seperti yang ada pada gambar di atas Penghijauan Tepi Sungai Code Sempadan sungai merupakan kawasan dengan nilai fungsional sebagai kawasan penyangga (buffer area). Seharusnya kawasan ini ditumbuhi oleh vegetasi-vegetasi penyangga yang berfungsi untuk mencegah erosi maupun longsornya tanah di bibir sungai. Hasil survei lapangan ditemukan kondisi tepi Sungai Code ini dipadati oleh bangunan permukiman yang sangat padat, jarak antar rumah hanya 1-2 meter dari badan sungai. Untuk meningkatkan nilai fungsional 118

21 area sempadan sungai sebagaimana mestinya maka dilakukanlah perencanaan penghijauan sepanjang tepi Sungai Code. Rencana penghijauan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 7.21 Taman Penghijauan Tepi Sungai Code Gambar diatas menunjukan kondisi lahan setelah dilakukan perencanaan. Lahan yang sebelumnya dipenuhi rumah-rumah padat akan sangat bermanfaat bagi kelestarian lingkungan jika dikembangkan sebagai lahan terbuka hijau seperti ini. Selain kualitas udara yang meningkat, konsep ini juga dimaksudkan untuk meminimalisir korban bencana lahar dingin yang sebelumnya melanda di kawasan tersebut. Selain di tepi Sungai Code area penghijauan ini dilakukan pada area yang sebelumnya dijadikan sebagai hunian sementara pada tahapan relokasi. Agar tidak terjadi alih fungsi lahan seperti sebelumnya maka area ini dijadikan taman penghijauan untuk menambah area resapan air. Untuk menambah kenyamanan bagi masyarakat yang berkunjung ke lokasi perencanaan maka disediakan jalan setapak yang hanya boleh dilewati oleh pejalan kaki dan pesepeda yang terbentang dari arah selatan (foodcourt) hingga ke bagian utara menyusuri tepi Sungai Code. Komponen untuk mendukung keamanan dan kenyamanan maka ditambahkan lampu-lampu penerangan dan tempat sampah 119

22 untuk mendukung kebersihan kawasan. Diharapkan keseluruhan komponen pada perencanaan yang telah dijelaskan sebelumnya mampu memberikan kesan kawasan yang lebih hidup baik siang maupun malam hari. Dengan demikian, stigma kumuh yang selama ini melekat pada permukiman di bantaran Sungai Code Pusat Kota Yogyakarta akan terkikis digantikan dengan kesan yang baru yang menggambarkan romansa budaya Kota Yogyakarta. Perubahan tata bangunan dan lansekap kawasan perencanaan ini diharapkan akan berpengaruh pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di lokasi perencanaan. Secara ekonomi, dengan adanya foodcourt ini akan menjadi kegiatan baru yang lebih positif juga sebagai pemasukan tambahan bagi para masyarakat agar mendapatkan kesejahteraan di kemudian hari. Secara sosial, kecenderungan akibat tinggal di rumah susun dapat meminimalisir sifat individualisme dengan adanya ruang-ruang fasilitas bersama. Selain itu, terciptanya komunitas baru di lokasi perencanaan yang diharapkan mampu dikembangkan menjadi komunitas yang lebih profesional. Dengan adanya berbagai macam konsep perencanaan kawasan diatas dapat menghasilkan berbagai macam dampak positif terhadap kondisi manusia dan juga lingkungan di kawasan perencanaan Rencana Jalur Evakuasi Bencana Dilihat dari kondisi eksisting, lokasi perencanaan termasuk kedalam kawasan yang rentan terhadap bencana alam. Bencana yang sering terjadi adalah bencana banjir luapan Sungai Code. Selain banjir, bencana yang perlu menjadi perhatian yaitu gempa bumi atas pertimbangan pembangunan hunian bertingkat tinggi. Untuk mengantisipasi datangnya bencana tersebut dan meminimalisir jumlah korban, maka direncanakan jalur evakuasi. Dalam jalur evakuasi ini disediakan titik kumpul yang berfungsi sebagai titik evakuasi awal bagi para penghuni rumah susun maupun pengunjung yang sedang berada di lokasi perencanaan. Titik kumpul terletak di lantai dasar (dekat dengan lobi rumah susun) tepat di tengah kawasan, bertujuan untuk mempermudah akses dari segala arah. Untuk memperjelas bagaimana alurnya, dapat dilihat pada Gambar

23 Gambar 7.22 Peta Rencana Jalur Evakuasi Bencana Sumber: Gambaran Penulis,

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS 5.1. Konsep Filosofis Dilatarbelakangi oleh status kawasan industri Cikarang yang merupakan kawasan industri

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS BAB 4 ANALISIS 4.1. Analisis Kondisi Fisik Tapak 4.1.1. Tinjauan Umum Kawasan Kawasan Kelurahan Lebak Siliwangi merupakan daerah yang diapit oleh dua buah jalan yaitu Jalan Cihampelas (di sebelah barat

Lebih terperinci

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI Keadaan sungai Deli yang sekarang sangat berbeda dengan keadaan sungai Deli yang dahulu. Dahulu, sungai ini menjadi primadona di tengah kota Medan karena sungai ini

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Berangkat dari permasalahan utama pada bab sebelumnya disimpulkan tiga kata kunci yang mendasari konsep desain yang akan diambil. Ketiga sifat tersebut yakni recycle, community

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilewati oleh garis katulistiwa di apit oleh dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK Kegiatan studi lapangan untuk kasus proyek ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan selama dalam pembuatan proyek dan juga untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN DAN LAYAK HUNI Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 FARID BAKNUR, S.T. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM B A D A N P E N D U K U N G P E N G E M B A N G A N S I S T E M P E N Y E D I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia. Seiring dengan rutinitas dan padatnya aktivitas yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN 1 BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Site Plan Akses masuk ke site ini melalui jalan utama. Jalan utama tersebut berasal dari arah Cicaheum Bandung. Jalur mobil/ kendaraan di dalam bangunan dibuat satu arah

Lebih terperinci

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV Kelurahan/Desa : Caile Kota/kabupaten : Bulukumba NO Substansi 1 Apa Visi Spatial yang ada di dalam RPLP? Bagaimana terapan visi tersebut ke dalam Rencana Teknis Penataan Lingkungan Permukiman kita? Status

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

BAB V PENYUSUNAN KONSEP

BAB V PENYUSUNAN KONSEP BAB V PENYUSUNAN KONSEP 5.1. MATRIKS ANALISA SWOT ( Tabel 5.1) Opportunity - PLPBK yang menjadikan permukiman pinggiran sungai menjadi lebih tertata berbasis komunitas - Akses dari jalan Kleringan depan

Lebih terperinci

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak BB V HSIL RNCNGN Luas lahan rumah susun ini adalah ±1.3 ha dengan luas bangunan ±8500 m². seperempat dari luas bangunan ditujukan untuk fasilitas umum dan sosial yang dapat mewadahi kebutuhan penghuni

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah kampung berasal dari bahasa Melayu, digunakan sebagai terminologi yang dipakai untuk menjelaskan sistem permukiman pedesaan. Istilah kampung sering dipakai

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Penelitian Kesimpulan dari penelitian ini merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian berdasarkan hasil observasi, pemaparan, identifikasi, dan analisis

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota besar di Indonesia. Mulai dari banjir, polusi udara, longsor, hingga kurangnya air bersih. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Bencana Bencana merupakan suatu peristiwa yang menyebabkan timbulnya kerugian dan korban jiwa. Indonesia juga mengalami beberapa bencana alam maupun bencana akibat

Lebih terperinci

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N V.1 Perancangan Siteplan Siteplan massa bangunan berorientasi kepada pantai Selat Sunda dan Gunung Krakatau. Pada siteplan ini jalan utama untuk memasuki kawasan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL Kampung kota merupakan sebuah fenomena yang cukup unik, di samping memiliki karakteristik kampung, namun memiliki karakteristik perkotaan. Kampung memiliki sifat rasa kekeluargaan

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 6.1. Struktur Peruntukan Lahan e t a P Gambar 6.1: Penggunaan lahan Desa Marabau 135 6.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Rencana Penataan Kawasan Perumahan Dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan Hal. 1. Tabel 1.1 Tabel Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan Hal. 1. Tabel 1.1 Tabel Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Dari tahun ke tahun tidak dapat dipungkiri bahwa pertambahan penduduk pada suatu Negara tidak dapat dikurangi atau dihentikan.

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas

Lebih terperinci

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan usia dan status

BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan usia dan status BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Pengguna rusun adalah karyawan industri pabrik yang berada di sekitar lokasi dengan asumsi bahwa pembiayaan pembangunan rusun ditanggung oleh pemerintah yang bekerja

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN COVER HALAMAN PENGESAHAN...

DAFTAR ISI HALAMAN COVER HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN COVER HALAMAN PENGESAHAN... ii CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xviii ABSTRAK... xix BAB

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Survei Dari survei menggunakan metode wawancara yang telah dilakukan di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar RT 01,02,03 yang disebutkan dalam data dari

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen BAB II ANALISIS TAPAK Tujuan kegiatan dari survei yaitu mengumpulkan Data dan Fakta, maka pada metode selanjutnya yang kami lakukan yaitu analisa. Metode yang berlanjut dan berkesinambungan inilah yang

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON

Lebih terperinci

BAB 6 DESAIN PERANCANGAN

BAB 6 DESAIN PERANCANGAN BAB 6 DESAIN PERANCANGAN 6.1 IDENTITAS PROYEK Nama Proyek : Re-desain GOR Saparua Bandung Tema : Structure Expose Pemilik Proyek : Pemerintah Sumber Dana : Swasta Jenis Bangunan : Gedung Olahraga Basket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan yang menyandang status sebagai Pusat Pemerintahan, pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang menuntut kota

Lebih terperinci

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012) BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar mengambil dari prinsip tema yang telah dipertajam sehingga mendapatkan sebuah konsep dasar yaitu save the land surface. Save the land surface mempunyai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di Yogyakarta Kampung Ngampilan RW I secara geografis terletak di daerah strategis Kota Yogyakarta,

Lebih terperinci

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Sri Aliah Ekawati Prodi Pembangunan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dayeuhkolot merupakan kawasan perkotaan di Kabupaten Bandung yang berada di sisi Sungai Citarum. Berdasarkan sejarah, Dayeuhkolot yang dalam bahasa sunda berarti kota

Lebih terperinci

Bab IV. Konsep Perancangan

Bab IV. Konsep Perancangan Bab IV. Konsep Perancangan 4. 1 Kosep Dasar Konsep dasar perancangan perpustakaan ini adalah bangunan yang memperhatikan kenyamanan penggunanya serta mencerminkan fungsinya baik sebagai bangunan perpustakaan

Lebih terperinci

BAB IV PANDUAN KONSEP

BAB IV PANDUAN KONSEP BAB IV PANDUAN KONSEP 4.1. Visi Pembangunan Sesuai dengan visi desa Mekarsari yaitu Mewujudkan Masyarakat Desa Mekarsari yang sejahtera baik dalam bidang lingkungan, ekonomi dan sosial. Maka dari itu visi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI 62 b a BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI Bahasan analisis mengenai persepsi masyarakat tentang identifikasi kondisi eksisting ruang terbuka di Kelurahan Tamansari,

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang 62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genangan merupakan dampak dari ketidakmampuan saluran drainase menampung limpasan hujan. Tingginya limpasan hujan sangat dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan permukiman padat huni di tepian sungai perkotaan merupakan bagian dari struktur kota yang menjadi komponen penting kawasan. Menurunnya kualitas ruang sering

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN PADA KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO DI MANADO

RUMAH SUSUN PADA KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO DI MANADO RUMAH SUSUN PADA KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO DI MANADO (Behavior Modifier) Elza Yustin Landimuru, Mahasiswa S1 Arsitektur UNSRAT Pierre H Gosal, Staf Dosen Pengajar Arsitektur UNSRAT Fela Warouw,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang perilaku warga di rumah tinggal di kawasan pantai Purus kota Padang, maka telah di dapatkan jawaban tentang bagaimana orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu permasalahan yang umumnya terjadi di daerah perkotaan. Dampak langsung yang dihadapi oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG 63 BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil evaluasi dari penyediaan tempat pemakaman umum di Kota Bandung. Evaluasi meliputi evaluasi

Lebih terperinci

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH 1 BAB I PENGANTAR Aturan bersama ini dibuat bersama oleh masyarakat dan pihak kelurahan dan selanjutnya semua pihak meneruskan aturan bersama ini kepada semua elemen masyarakat sehingga bisa diketahui

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Daerah rawan banjir merupakan daerah yang mudah atau mempunyai

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Daerah rawan banjir merupakan daerah yang mudah atau mempunyai BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Daerah rawan banjir merupakan daerah yang mudah atau mempunyai kecenderungan untuk terlanda banjir. Analisa daerah rawan banjir yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 TEMA PENGEMBANGAN DESAIN Proses merancang bangunan untuk mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik, meningkatkan kenyamanan manusia dengan peningkatan efisiensi, mengurangi

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,

BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal, BAB 2 ANALISA KAWASAN Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dari kawasan tersebut. Data kawasan

Lebih terperinci