METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran adalah pendekatan penelitian deduktif yang merupakan pendekatan secara teoritik yaitu untuk mendapatkan konfirmasi berdasarkan hipotesis dan observasi yang telah dilakukan sebelumnya (Sugiyono, 2009). Penelitian yang terkait dengan pengaruh faktor bermukim terhadap pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor dilakukan dengan tinjauan teori-teori terkait faktor bermukim, dan pola persebaran. Teori-teori tersebut akan menjadi dasar dalam melakukan obeservasi berdasarkan variabel yang diperoleh dari tinjauan teori. 3.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian kuantitatif akan digunakan dalam melakukan penelitian pengaruh faktor bermukim terhadap pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor. Jenis penelitian kuantitatif dalam penelitian berdasarkan dari analisis data yang akan dilakukan, dalam penelitian ini akan menggunakan teknis analisis regresi linier berganda dan analisis tetangga terdekat yang akan dijelaskan pada teknik analisis data. 3.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh Peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (menurut Sugiyono, 2007:2). Variabel juga dapat diarttikan sebagai konsep dalam bentuk operasional yang harus diperjelas dengan adanya parameter atau indikator-indikatornya. Parameter dan indikator tersebut diperoleh dari teori yang dijadikan landasan penelitian. Berikut variabel dari penelitian ini : 27

2 Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Faktor Bermukim Masyarakat Di Kawasan Rawan Bencana Longsor Variabel Sub variabel Indikator Hasil Ukur Manajemen bencana Tanggap darurat Standart pemenuhan organisasi Pasca bencana Kegiatan pasca bencana yang dilakukan di kawasn rawan bencana longsor Mitigasi bencana Standart pemenuhan jalur evakuasi di kawasan rawan bencana longsor Standart pemenuhan tempat penampungan yang aman di kawasan rawan bencana longsor Lingkungan Kebisingan Kedekatan lokasi dengan lingkungan industri/pabrik Kualitas air Status Hukum Topografi Aksesibilitas Kualitas udara Status kepemilikan lahan Kesesuaian peruntukan Kondisi topografi yang landai (0%-25%) Kemudahan angkutan umum Jarak dengan fasilitas pendidikan Status kepemilikan yang jelas Kesesuaian peruntukan lahan berdasarkan RTRW dan regulasi yang terkait Kesesuaian kondisi topografi untuk lingkungan masyarakat Ketersediaan angkutan umum dan waktu tunggu Jangkauan sarana pendidikan Dilakukan upaya tanggap darurat dengan adanya penyuluhan oleh pemerintah dengan segera Dilakukan pemulihan dan perbaikan sarana dan prasarana yang lebih baik terdapat tanda dan jalur evakuasi khusus untuk bencana Terdapat penampungan khusus sementara yang aman Permukiman berjarak >2km dari pusat kebisingan dari industri/pabrik Tidak berwarna, berasa dan berbau Tidak terdapat pabrik/industri yang menyebabkan polusi Lokasi hunian merupakan tanah hak milik dengan sertifikat Bukan merupakan daerah larangan untuk hunian sesuai dengan regulasi yang berlaku Datar-landai 0%- 14,9% Dilewati angkutan umum dan Waktu tunggu <30menit Terdapat organisasi dari pemerintah namun tidak ada penyuluhan Dilakukan pemulihan dan perbaikan sarana dan prasarana sesuai dengan semula Hanya terdapat jalur evakuasi melalui jalan sekitar Terdapat penampungan sementara yang aman Permukiman berjarak 2km dari pusat kebisingan dari industri/pabrik berwarna/berasa/berb au Terdapat pabrik/industri namun tidak menyebabkan polusi Lokasi hunian merupakan tanah hak milik tanpa sertifikat Merupakan daerah larangan untuk hunian namun mendapat keringanan dari regulasi yang berlaku Agak curam 15%- 24,9% Dilewati angkutan umum dan Waktu tunggu menit Tidak dilakukan upaya tanggap darurat Tidak adanya kegiatan pemulihan perbaikan sarana dan prasarana Belum terdapat tanda dan jalur evakuasi Tidak terdapat penampungan semetara yang aman Permukiman berjarak <2km dari pusat kebisingan dari industri/pabrik Berwarna, berasa dan berbau Terdapat pabrik/industri yang menyebabkan polusi Lokasi hunian bukan tanah hak milik dan tidak bersertifikat Merupakan daerah larangan untuk hunian sesuai dengan regulasi yang berlaku Curam-sangat curam 25%-45% Tidak dilewati angkutan umum Sangat terjangkau: Terjangkau: TK 400- Tidak terjangkau: TK 0-399,9 m 799,9 m TK >800 m SD 0-399,9 m SD ,9 m, SD >800 m SMP 0-799,9m SMP ,9 m, SMP >1000 m 27

3 Variabel Sub variabel Indikator Hasil Ukur SMA ,9 m SMA ,9 m SMA >2400 m Jarak dengan fasilitas kesehatan Sangat terjangkau: posyandu 0-399,9 m, Terjangkau : posyandu ,9 m Tidak terjangkau : posyandu >800 m Jangkauan sarana kesehatan balai pengobatan 0-799,9 m balai pengobatan ,9 m balai pengobatan >1500 m puskesmas ,9 m puskesmas ,9m puskesmas >3000 m Jarak dengan fasilitas perdagangan Jangkauan sarana perdagangan Jarak dengan fasilitas Jangkauan sarana peribadatan peribadatan Jarak dengan ruang Jangkauan sarana terbuka dan olahraga ruang terbuka dan olahraga Prasarana Jaringan jalan Kesesuaian standart penyediaan pmenuhan kenbutuhan jaringan jalan di lingkungan masyarakat Jaringan air bersih Kesesuaian standart pemenuhan kebutuhan air bersih di lingkungan masyarakat Sanitasi Kesesuaian standart pemenuhan kebutuhan sanitasi di lingkungan masyarakat Drainase Kesesuaian standart pemenuhan drainasi di lingkungan masyarakat Sampah Kesesuaian standart pemenuhan kebutuhan jaringan persampahan di lingkungan masyarakat Listrik Kesesuaian standart pemenuhan kebutuhan jaringan listrik di lingkungan Peluang Pekerjaan masyarakat Ketersediaan di lingkungan Sangat terjangkau 0-799,9 m Sangat terjangkau : masjid 0-799,9 m Sangat terjangkau 0-799,9 m Tersedia : Jalan lingkungan >0,8 m dan jalan utama >2 m Menggunakan jaringan pipa di setiap rumah Memiliki MCK pribadi disetiap rumah Tidak pernah terjadi genangan saat musim hujan Tersedia tong sampah pribadi dengan intensitas bak angkut setiap hari Pemenuhan dengan baik dan lancar 450 VA/rumah menyediakan dan lokasi pekerjaan berada di kawasan tersebut Terjangkau ,9m Terjangkau : masjid ,9 m Terjangkau ,9 m Tersedia: Jalan lingkungan 0,8 m dan jalan utama 2 m Menggunakan kran umum atau sumber mata air secara bersama Menggunakan mck umum Terjadi genangan saat musim hujan namun cepat surut Tersedia TPS dengan intensitas bak angkut 3x seminggu Pemenuhan dengan kolektif atau bersama-sama menyediakan namun lokasi pekerjaan tidak berada pada kawasan Tidak terjangkau >1500m Tidak terjangkau : masjid >1000 m Tidak terjangkau >1600 m Tersedia: Jalan lingkungan <0,8 m dan jalan utama <2 m Belum ada jaringan perpipaan atau sumber mata air Belum terdapat mck/di sungai Selalu terjadi genangan saat musim hujan Tidak tersedia Tidak tersedia jaringan listrik tidak menyediakan 28

4 Variabel Sub variabel Indikator Hasil Ukur tersebut Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2014 Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Pola Persebaran Permukiman Wiriaatmadja (1981) Jayadinata (1999) Variabel Indikator 1. Pola tersebar berjauhan 2. Pola dengan cara terkumpul dan tersusun memanjang mengikuti jalan 3. Pola dengan cara terkumpul dan menggerombol 4. Berkumpul dan tersusun melingkar mengikuti jalan. 1. Permukiman memusat 2. Permukiman terpencar Permukiman memusat Permukiman terpencar 0 0,99 >1,00 Sumber : Bintarto, 1978 Variabel pola persebaran yang dapat diambil dari teori-teori adalah pola persebaran secara memusat dan terpencar, pola persebaran tersebut sebagaian besar terjadi di kawasan perdesaan dan di kawasan pegunungan yang memiliki topografi dengan kerapatan kontur dan sumber daya alam yang di manfaatkan oleh masyarakat. 3.4 Metode Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer Observasi Teknik pengumpulan data dengan observasi lapangan adalah teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan penelaahan langsung kondisi di lapangan. Teknis dari commit observasi to user di lapangan adalah dengan mengamati, mencatat dan merekam fenomena di lapangan. Sehingga didapat visualisasi kondisi di lapangan dengan jelas. 29

5 Wawancana Wawancana dilakukan untuk mendapatkan data langsung yang bersumber pada pihak yang terkait dan memiliki pemahaman yang mendalam terkaid data yang dibutuhkan, di dalam wawancara yang dilakukan ditujukan pada instansi BPBD Kabupaten Magetan yang terkait dan bertanggung jawab pada daerah rawan bencana longsor. Kuisioner Kuisioner adalah salah satu teknik pengumpulan data yang berupa rangkaian pertanyaan baik yang bersifat pertanyaan dengan pilihan jawaban yang beragam, baik jawaban dengan alasan maupun jawaban dengan memilih pilihan yang ada. Kuisioner yang akan dilakukan ditujukan pada masyarakat yang bertempat tinggal pada kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Magetan. 2. Data sekunder Survei instansi, yaitu dengan melakukan pencarian data ke dinas terkait untuk mendapatkan informasi yang mampu menunjang kebutuhan terkait dengan pola persebaran dan faktor-faktor bermukim masyarakat di kawasan rawan bencana. Studi literatur, yaitu Teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi literatur biasanya berbentuk dokumen ataupun literatur yang berasal dari instansi yang terkait dengan data yang dibutuhkan Kebutuhan Data Kebutuhan data yang digunalan dalam penelitian untuk menunjang analisis penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer nantinya akan diperoleh langsung dari observasi di lapangan serta adanya kuisioner dan wawancara, sementara data sekunder diperoleh dari pihak-pihak instansi di kawasan penelitian. Berikut akan dijabarkan kebutuhan data penelitian ini : 30

6 Variabel Kebutuhan data Tabel 3.3 Kebutuhan Data Jenis data Bentuk data Sumber data Teknik pengumpulan Primer Sekunder data Peluang Pekerjaan Jarak lokasi dengan tempat kerja Deskripsi Responden Kuisoner Aksesibilitas dan Sarana Prasarana Manajemen Bencana Pelayanan angkutan umum Jarak menuju sarana Sebaran sarana dan prasarana Kualitas prasarana Deskripsi Responden Kuisioner Peta Foto Peta Foto Deskripsi Foto Deskripsi BAPPEDA responden BAPPEDA DPU Kecamatan Desa terdampak Responden Kecamatan terdampak Survei instansi Kuisioner Survei instansi Observasi Obeservasi Kuisioner Tanggap Darurat Deskripsi BPBD Survey instansi Mitigasi bencana Deskripsi BPBD Survei Responden instansi Pasca Bencana Deskripsi BPBD Responden Kuisioner Survey Instansi Kuisioner Lingkungan kebisingan Deskripsi Kecamatan dan Kuisioner desa terdampak Kualitas air Deskripsi Kecamatan dan Kuisioner desa terdampak Kualitas udara Deskripsi Kecamatan dan desa terdampak Kuisioner Topografi Fisik lingkungan topografi kawasan Peta Deskripsi BAPPEDA Hukum Status Deskripsi Responden Kuisioner kepemilikan lahan Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2014 Survei instansi 3.5 Populasi dan Sampel Teknik sampling digunakan untuk mengetahui jumlah sampel yang akan dijadikan sebagai sumber data kuisioner. Teknik sampling terdiri dari populasi penelitian dan sampel penelitian Populasi Penelitian Populasi merupakan kumpulan dari satuan-satuan elementer yang mempunyai karakteristik dasar yang sama atau dianggap sama (Yunus, 2010). Populasi didalam 31

7 penelitian ini meliputi seluruh kawasan yang berada di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Magetan. Besarnya populasi dihitung dari jumlah penduduk pada desa yang terkena bencana longsor di kabupaten Magetan. Gambaran jumlah populasi dapat dilihat dalam tabel berikut : Sampel Sampel digunakan karena ada keterbatasan waktu, tenaga, serta baiay yang dikeluarkan karen ajumlah populasi yang cukup banyak. Sampel merupakan bagian dari populasi yang memeliki karakteristik dari populasi (Nazir, 1999). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik sampling probality sampling yaitu setiap anggota dari populasi memliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Penentuan dalam populasi dilakukan dengan rumus frank lynch yaitu : Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi Z = the value of the normal variabel (1,96) for reability of 0,95 p = the largest possibel proportion (0,50) d = sampilng error 0,1 Pengambilan sampel dilakukan secara sama disetiap zona yang akan diteliti hal tersebut dilakukan agar sampel yang dihitung memiliki kesempatan yang sama dan mewakili setiap zona. Pengambilan sampel pada setiap zona agar pada analisis regresi linear berganda yang akan dilakukan memiliki jumlah sampel yang valid. Tabel 3.4 Populasi dan Sampel Menurut Penduduk Di Kawasan Rawan Bencana Longsor Zona Populasi (Rumah) Sampel zona zona zona zona

8 Zona Populasi (Rumah) Sampel zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona zona Total Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2014 Dari tabel jumlah sampel per zona di atas telah dihitung jumlah total sampel disetiap masing-masing zona di kawasan penelitian dengan rumus frank lynch mendapatkan jumlah total sampel sebanyak 721. Pada penyebaran kuisioner dengan jumlah tersebut dilakukan secara accidential random pada setiap zona-zona yang telah ditetapkan. 3.6 Metode Analisis Data Tahapan Analisis Semua tahapan analisis dimaksudkan agar dapat menjawab semua sasaran penelitian yang telah dijabarkan commit sebelumnya. to user Sehingga perlu dilakukan analisis pembobotan terkait faktor bermukim yang didasarkan oleh preferensi masyarakat di 33

9 kawasan rawan bencana longsor. Selanjutnya dilakukan analisis pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor dengan analisis tetangga terdekat untuk menghitung jarak antar di kawasan rawan bencana longsor. Selanjutnya dilakukan regresi berganda yang menghubungkan hasil dari kedua analisis sebelumnya yang hasilnya akan ketahui pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor. 34

10 Kerangka Analisis INPUT ANALISIS OUTPUT Aksesibilitas Identifikasi faktor bermukim berdasarkan preferensi masyarakat Peluang Kerja Sarana dan prasarana Identifikasi faktor bermukim yang berpengaruh berdasarkan karakteristik kawasan Dengan analisis pembobotan atau skoring dan deskriptif jawaban dari kuisioner Faktor bermukim yang berpengaruh berdasarkan karakter kawasan Identifikasi pola persebaran Fisik lingkungan Status hukum Manajemen bencana Topografi Pola persebaran Identifikasi pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor Dengan analisis tetangga terdekat dengan menghitung jarak antar di kawasan Analisis regresi yang menghubungkan antara hasil analisis faktor bermukim dengan hasil analisis pola persebaran Karakteristik pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor 35

11 3.7 Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi faktor bermukim masyarakat Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis sasaran diatas dengan menggunakan teknik pembobotan atau skoring. Dalam pembobotan atau skoring digunakan skala Likert yang merupakan skala untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap faktor-faktor yang berpengaruh yang sebelumnya sudah ditentukan oleh peneliti (Sugiyono, 2009). Identifikasi faktor bermukim berdasarkan standart atau teori yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu seperti manajemen bencana, fisik lingkungan, sarana prasarana, aksesibilitas dan lain-lain. Dalam penelitian ini terdapat 3 penilaian yang akan dihitung menggunakan analisis skoring ini yaitu : Tabel 3.5 Penilaian Pembobotan Sangat sesuai Sesuai Tidak sesuai Alternatif Skor Setelah diketahui seluruh jawaban dari responden akan dilakukan penghitungan skor dari seluruh jawaban dengan menggunakan analisis pembobotan atau skoring. Hasil analisis skoring yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan tidaknya faktor-faktor bermukim masyarakat sesuai dengan variabel dan indikator yang dipakai di dalam penelitian. Berikut ini adalah langkah dalam menentukan nilai pembobotan : Menghitung nilai minimal = jumlah responden x jumlah pertanyaan x nilai terendah Zona menyediakan lapangan pekerjaan dan lokasi pekerjaan berada di kawasan tersebut Data menyediakan namun lokasi pekerjaan tidak berada pada kawasan tersebut tidak menyediakan Pertanyaan Nilai Minimal Bobot

12 Menghtung nilai maksimal = jumlah responden x jumlah pertanyaan x nilai tertinggi Data Zona menyediakan lapangan pekerjaan dan lokasi pekerjaan berada di kawasan tersebut menyediakan namun lokasi pekerjaan tidak berada pada kawasan tersebut tidak menyediakan Pertanyaan Nilai maksimal Bobot Rentang = nilai maksimal nilai minimal Data Zona menyediakan lapangan pekerjaan dan lokasi pekerjaan berada di kawasan tersebut menyediakan namun lokasi pekerjaan tidak berada pada kawasan tersebut tidak menyediakan Pertanyaan Rentang Bobot Menentukan panjang kelas interval = rentang / banyak kelas Data Zona menyediakan lapangan pekerjaan dan lokasi pekerjaan berada di kawasan tersebut menyediakan namun lokasi pekerjaan tidak berada pada kawasan tersebut tidak menyediakan Pertanyaan Interval Bobot ,00 2. Identifikasi pola persebaran Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis sasaran di atas akan menggunakan teknik analisis tetangga terdekat yang memerlukan data jarak antara satu dengan yang lain. Teknik analisis ini dipakai karena dalam penelitian ini ingin mengetahui pola persebaran yang sesuai dengan acuan teori yang sudah dilakukan pendalaman sebelumnya. 37

13 Identifikasi pola persebaran ini dilakukan untuk mengetahui polapola persebaran yang terjadi di kawasan rawan bencana longsor yang sesuai dengan topik penelitian. Menurut Bintarto (1978) menggunakan analisis tetangga terdekat harus diperhatikan beberapa langkah sebagai berikut : a. Tentukan batasan wilayah yang akan diteliti. b. Ubah pola penyebaran dalam peta topografi dalam penyebaran titik. c. Beri nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara menganalisis. d. Ukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain yang merupakan tetangga terdekat. e. Hitung besar paramete tetangga terdekat T dengan menggunakan rumus : Keterangan : T = indeks penyebaran tetangga terdekat Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangga terdekat Jh = jarak rata-ratayang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random. Parameter tetangga terdekat atau indeks penyebaran tetangga terdekat mengukur kadar kemiripan pola titik terhadap pola random. Untuk memperoleh Ju digunakan cara dengan menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada. Parameter tetangga terdekat T dapat ditunjukkan dengan rangkaian kesatuan untuk mempermudah perbandingan antar pola titik. T = 0-0,99 T = >1,0 38

14 3. Analisis pengaruh faktor bermukim terhadap pola persebaran Akan dilakukan analisis regresi berganda yang menghubungkan antara variabel terikat yaitu variabel pola persebaran dengan variabel bebas yaitu variabel faktor bermukim masyarakat di kawasan rawan bencana longsor. Dengan tujuna untuk mengestimasi atau memprediksi nilai variabel terikat berdasarkan nilai variabel bebas. Persamaan yang digunakan untuk analisis regresi berganda adalah sebagai berikut : Y t a b X b X b X... b n X n e Keterangan : Y = variabel terikat X1 dan X2 = variabel bebas a = konstanta ( nilai Y apabila X1, X2...Xn = 0 ) b = koefisien regresi e = kesalahan pengganggu, artinya nilai dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan 39

Tabel 2.2 Sintesa Teori Faktor Bermukim Masyarakat

Tabel 2.2 Sintesa Teori Faktor Bermukim Masyarakat 2.5 Sintesa Teori dan Penentuan Variabel Penentuan variabel penelitian yang akan dilakukan melalui sintesa teori yang telah dijabarkan sebelumnya. Sintesa teori yang dilakukan merupakan penggabungan dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian Substansi yang diteliti dari penelitian ini ialah pola persebaran permukiman yang terdapat di Kawasan Rawan III dan

Lebih terperinci

Pengaruh Faktor Bermukim Masyarakat Terhadap Pola Persebaran Permukiman di Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Magetan

Pengaruh Faktor Bermukim Masyarakat Terhadap Pola Persebaran Permukiman di Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Magetan TUGAS AKHIR Pengaruh Faktor Bermukim Masyarakat Terhadap Pola Persebaran Permukiman di Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Magetan Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 131 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian Perkembangan Kualitas Permukiman ini dilakukan di Kampung Bratan, Kota Surakarta. Kampung Bratan terdiri dari dua RW, yaitu RW 01 dan RW 02.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta 1.1. Pengertian Peta Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sebagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan survei. Menurut Tika (2005: 4) metode deskriptif adalah penelitian yang lebih

Lebih terperinci

5.1. Area Beresiko Sanitasi

5.1. Area Beresiko Sanitasi 5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian akan menggambarkan langkah-langkah atau tahapan dari suatu penelitian dalam mencapai tujuan penelitian tersebut. Dimana dalam metode penelitian ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penilaian kelayakan sistem Kawasan Rawan Bencana (KRB) letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. Dalam pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan mendasar manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari demi kelangsungan hidup manusia. Perumahan dan permukiman mempunyai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat menggunakan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB V AREA BERESIKO SANITASI 5.1. Area Beresiko Sanitasi Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Pengertian Persebaran Permukiaman Menurut N. Daldjoeni (1986:50), Pesebaran adalah menggerombol atau saling menjauhinya antara yang satu dengan yang lain,

Lebih terperinci

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu 22 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:6), survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak Keberdayaan masyarakat dalam mendukung upaya perbaikan permukiman masih kurang Upayaupaya perbaikan permukiman menjadi tidak berarti Contohnya, luas Permukiman Tidak Layak Huni Kota Bogor meningkat Salah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap banjir. Penentuan kelas kerentanan maupun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab 134 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi masyarakat terhadap

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN Pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni, pengembang, dan pemerintah dianalisis berdasarkan hasil kuesioner dengan teknik analisis komponen utama menggunakan sofware SPSS for

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Sugiyono (0:6) mengemukakan bahwa metode survei digunakan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Sidang Tugas Akhir Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Mia Ermawati (3610100035) Dosen Pembimbing: Ema Umilia, ST., MT Hertiari Idajati, ST. MSc Isi Presentasi

Lebih terperinci

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Dalam

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA T U G A S A K H I R FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecamatan Cipanas berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, Puncak, Cianjur). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. dan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh. Maka jenis data yang

BAB III METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. dan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh. Maka jenis data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Rumah Makan Ayam Bakar Pak Gendut yang berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. 3.2 Jenis dan Sumber Data

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir. Penentuan kelas kerentanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan agar terarah, tergambar keinginan dan tujuan dalam penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Metode yang

Lebih terperinci

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN Pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni, pengembang, dan pemerintah dianalisis berdasarkan hasil kuesioner dengan menggunakan sofware SPSS for windows. Penentuan faktor-faktor

Lebih terperinci

KOORDINASI PERENCANAAN PENANGANAN PERUMAHAN PERKOTAAN KABUPATEN NGAWI

KOORDINASI PERENCANAAN PENANGANAN PERUMAHAN PERKOTAAN KABUPATEN NGAWI 93 KOORDINASI PERENCANAAN PENANGANAN PERUMAHAN PERKOTAAN KABUPATEN NGAWI Oleh Bambang Hutojo Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Di Kabupaten Ngawi, wilayah yang didefinisikan sebagai kawasan permukiman perkotaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karanganyar. Secara astronomi Kabupaten Karanganyar terletak antara 110 40 110 70

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN POSITIVISTIK Merupakan pendekatan penelitian yang bersumber pada fakta dan berlandaskan teori untuk menganalisis obyek spesifik di lapangan. KAUSAL

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan,

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, III. METODE PENELITIAN Dalam pelaksanaan studi terdiri dari beberapa tahapan proses penelitian antara lain tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap analisis. Tahapan kegiatan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

Kata kunci : Pemerintah, Pengembang, Masyarakat, Perumahan, Prioritas, Lokasi Perumahan, Kriteria

Kata kunci : Pemerintah, Pengembang, Masyarakat, Perumahan, Prioritas, Lokasi Perumahan, Kriteria 1 Kriteria Lokasi Pengembangan Perumahan Berdasarkan Preferensi Stakeholders di Kepanjen Kabupaten Malang Kety Intana Janesonia dan Putu Gde Ariastita Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 410 Desember 2011 (Lampiran 2), bertempat di wilayah Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir maka perlu dibuat suatu pedoman kerja yang matang, sehingga waktu untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir dapat

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai

METODELOGI PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai 42 III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian explanatory untuk memahami pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya, melalui penelitian survey untuk mendapat generalisasi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden 6.1.1 Penilaian Responden terhadap Kebersihan Desa Galuga Lingkungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode 30 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Tika (2005 : 6) adalah metode yang lebih mengarah

Lebih terperinci

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN Oleh : Akhmad Nasikhudin 3606100004 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah rumah yang berada di Perumahan Pangebatan Lestari yang berlokasi di Kabupaten Banyumas. Perumahan Pangebatan Lestari terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini BAB III METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini menguraikan tentang cara kerja dan tahapan dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini menjelaskan tentang penggunaan metode

Lebih terperinci

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR 1 PENDEKATAN & JENIS PENELITIAN 2 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 3 METODA (pengumpulan data/analisis) 4 5 6 METODA SAMPLING METODA PENELITIAN TERKAIT KONSEP PENGEMBANGAN TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Provinsi Sumatera Barat (Gambar 5), dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Kota merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan sangat bervariasi dari jenis bencana. Kondisi alam serta keanekaragaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Variabel X merupakan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Variabel X merupakan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti serta penting untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Tambora yang merupakan salah satu dari dari 8 kecamatan yang berada di Wilayah Kotamadya Jakarta Barat. Dengan luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta a. Pengertian Peta Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di sekitar Jalan Cihampelas yaitu dimulai dari Jalan Bapa Husen sampai Hotel Promenade yang telah di gambarkan di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH Penyusunan garis besar langkah kerja merupakan suatu tahapan kegiatan dengan menggunakan metodologi. Metodologi pendekatan analisis dilakukan dengan penyederhanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan wilayah yang didominasi oleh permukiman, perdagangan, dan jasa. Perkembangan dan pertumbuhan fisik suatu kota dipengaruhi oleh pertambahan penduduk,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR ISI PRAKATA... v DAFTAR ISI..... vi DAFTAR TABEL..... iiv DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan dan Sasaran... 5 1.4 Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan kualitas lingkungan permukiman di kota depok (studi kasus kelurahan bhaktijaya, kecamatan sukmajaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. viii Daftar Isi Halaman Judul. i Lembar Pengesahan ii Pernyataan.. iii Prakata. iv Intisari. vi Abstract.. vii Daftar Isi.. viii Daftar Tabel xi Daftar Gambar.. xii BAB I PENDAHULUAN. 1 1.1 Latar Belakang..

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) Nur Ainun Jariyah dan Syahrul Donie Peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS, Surakarta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penulisan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Dalam penulisan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Sumber Data Jenis Penelitian Dalam penulisan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

4.1. PENGUMPULAN DATA

4.1. PENGUMPULAN DATA Metodologi adalah acuan untuk menentukan langkah-langkah kegiatan yang perlu diambil dalam suatu analisa permasalahan. Penerapan secara sistematis perlu digunakan untuk menentukan akurat atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TAHAPAN PENELITIAN Tahapan penelitian disajikan dalam diagram langkah-langkah metodologi penelitian yang merupakan skema sistematis mengenai keseluruhan proses studi yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PEMILIHAN LOKASI PERMUKIMAN DI KAWASAN RAWAN BENCANA

BAB IV FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PEMILIHAN LOKASI PERMUKIMAN DI KAWASAN RAWAN BENCANA BAB IV FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PEMILIHAN LOKASI PERMUKIMAN DI KAWASAN RAWAN BENCANA 4.1. Kawasan Rawan Bencana Longsor di Kabupaten Karanganyar Sebagian dari wilayah Kabupaten Karanganyar memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN

PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN TUGAS AKHIR S i d a n g T u g a s A k h i r PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN Oleh: Ayu Yulinar K 3607.100.030 OUTLINE Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metode Penelitian Hasil dan

Lebih terperinci

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marthen A. Tumigolung 1, Cynthia E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Mgt, Ph.D 2, & Amanda Sembel,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 27 Mei 2006 telah menyebabkan kerusakan infrastruktur dan psikologis

Lebih terperinci

PENGARUH LEMBAGA RUKUN TETANGGA (RT) TERHADAP KONDISI RUMAH SUSUN DINAS PEMADAM KEBAKARAN PEGADUNGAN DAN PONCOL JAKARTA

PENGARUH LEMBAGA RUKUN TETANGGA (RT) TERHADAP KONDISI RUMAH SUSUN DINAS PEMADAM KEBAKARAN PEGADUNGAN DAN PONCOL JAKARTA .OPEN ACCESS. PENGARUH LEMBAGA RUKUN TETANGGA (RT) TERHADAP KONDISI RUMAH SUSUN DINAS PEMADAM KEBAKARAN PEGADUNGAN DAN PONCOL JAKARTA Jurnal Pengembangan Kota (2015) Volume 3 No. 1 (1 10) Tersedia online

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (1988), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan bisa berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kausalitas, yang mana digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kausalitas, yang mana digunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kausalitas, yang mana digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel X (Tangible, Reliability, Responsiveness,

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel 1. Lokasi Lokasi Penelitian berada di Kawasan Perkotaan Cianjur yang terdiri dari 6 Kelurahan dan 14 Desa yang tersebar di 3 Kecamatan yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan toko roti Shereen Cakes & Bread yang menjual

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan toko roti Shereen Cakes & Bread yang menjual III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan toko roti Shereen Cakes & Bread yang menjual berbagai Bakery, Cupcake Shop, and Gourmet Shop berlokasikan di Jl. Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Gambar 3.1 Gambar Lokasi Curug Cilengkrang 36 37 Penelitian ini mengambil lokasi di Taman Wisata Alam Curug Cilengkrang, Desa Cilengkrang, Kecamatan Cibiru, Kabupaten,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print C-45 Penentuan Prioritas Pengembangan Infrastruktur Kawasan Wisata Bahari di Desa Sumberejo, Desa Lojejer dan Desa Puger Kulon, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penelitian Untuk memperoleh data dari sebuah penelitian, diperlukan suatu metode penelitian. Menurut Arikunto (2006, hlm. 26) Metode Penelitian adalah cara yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alatalat tertentu(surakhmad

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian 24 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Metode survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin

Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin C166 Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin Abi Syarwan Wimardana, dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci