BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak yang terletak pada Jl. Semarang-Purwodadi, memiliki tempat yang strategis yang berdekatan dengan Puskesmas Karangawen, SD Negeri Karangawen dan kantor polisi. Sekolahan ini memiliki 25 kelas yaitu 9 kelas 1, 8 kelas 2 dan 8 kelas 3 dengan jumlah siswi sebanyak 460 dan siswa 400. Hasil pencatatan kejadian anemia remaja putri di SMP Negeri 1 Karangawen sebanyak 80, penelitian ini dilakukan dengan membagi kuesioner secara proporsional pada 25 kelas terhadap siswi remaja putri dengan jumlah responden 213 yang sebelumnya siswi telah bersedia menjadi responden penelitian. 2. Karakteristik responden penelitian Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Remaja Putri di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Variabel n Median Standar Minimum Maksimum Deviasi Usia , Usia responden penelitian memiliki nilai rata-rata sebesar 13,06 tahun dengan median 13 tahun dan usia yang paling banyak mengikuti adalah 14 tahun. Usia termuda adalah 12 tahun dan usia tertua adalah 15 tahun dengan standar deviasi 0,896. Kategori usia selanjutnya disajikan sebagai berikut:

2 42 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Remaja Putri di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Usia Frekuensi Persentase (%) 12 tahun 73 34,3 13 tahun 60 28,2 14 tahun 74 34,7 15 tahun 6 2,8 Total B. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat a. Sikap Remaja Putri Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Remaja Putri Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Variabel n Minimum Maksimum Median Standar Deviasi Sikap ,29 Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa skor rata-rata sikap remaja putri adalah 44,59 dengan nilai median 46. Skor terendah adalah 38 dan skor tertinggi adalah 49. Standar deviasi berada pada angka 2,29. Hasil uji kenormalan data didapatkan bahwa variabel sikap remaja memiliki data tidak berdistribusi normal dengan p value sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga pengkategorian data didasarkan pada nilai median. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Remaja Putri dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Sikap Remaja Putri Frekuensi Persentase (%) Tidak Baik ,4 Baik ,6 Total

3 43 Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yaitu 112 remaja putri (52,6%) menyatakan memiliki sikap yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan tabel 4.5 bahwa remaja putri mengatakan pernah mengkonsumsi tablet Fe, remaja putri pernah melihat ibunya juga meminum tablet Fe ketika menstruasi supaya tidak lemas dan remaja putri pernah mendapatkan penyuluhan tentang tablet Fe dari petugas kesehatan. Sebanyak 101 remaja putri (47,4%) menyatakan memiliki sikap yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan tabel 4.5 remaja putri menyatakan tidak mau mengkonsumsi tablet fe karena tablet Fe akan meningkatkan nafsu makan, remaja putri kurang mencari informasi tentang kegunaan tablet Fe melalui internet dan media karena dimungkinkan fasilitas internet dan media di daerah Karangawen jarang dan letaknya diperbatasan kota yang jaraknya cukup jauh, remaja putri merasa tablet Fe menyebabkan kegemukan karena remaja putri berpendapat bahwa setelah meminum tablet Fe nafsu makan remaja akan meningkat sehingga terjadi kegemukan.

4 44 Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap Remaja Putri Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). No Pernyataan Tidak Baik Baik n % n % 1. Pengalaman pribadi remaja melihat ibu 6 2, ,2 konsumsi tablet Fe 2. Pengalaman pribadi remaja melihat 52 24, ,6 anggota keluarga konsumsi tablet Fe 3. Remaja putri pernah minum tablet Fe 3 1, ,6 4. Pengaruh keluarga tentang tablet Fe 58 27, ,8 5. Pengaruh keluarga karena tidak mengenal tablet Fe 6. Pengaruh kebudayaan karena tablet Fe 70 32, ,1 menyebabkan kegemukan 7. Pengaruh kebudayaan karena tablet Fe , ,4 meningkatkan nafsu makan. 8. Pengaruh media massa tentang fungsi , ,1 konsumsi tablet Fe 9. Pengaruh media massa tentang fungsi 25 11, ,8 konsumsi tablet Fe pada usia remaja. 10. Ajaran tentang tablet Fe dari guru sekolah 45 21, ,9 11. Ajaran tentang konsumsi tablet Fe dari petugas puskesmas terdekat. 12. Pernyataan emosional bahwa tablet Fe tidak memberikan pengaruh kesehatan 13. Keyakinan positif tentang konsumsi tablet Fe 14. Keyakinan negatif tentang konsumsi tablet Fe 15. Evaluasi hasil tentang adanya manfaat tablet Fe untuk remaja. 16. Evaluasi hasil tentang tidak adanya manfaat tablet Fe untuk remaja. 18 8, , , , , , ,6 % 16 7, ,5 b. Norma Subjektif Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Norma Subjektif Remaja Putri Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Variabel n Minimum Maksimum Median Standar Deviasi NormaSubjektif ,92

5 45 Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa skor rata-rata norma subjektif remaja putri adalah 27,63 dengan nilai median 28. Skor terendah adalah 26 dan skor tertinggi adalah 30. Standar deviasi berada pada angka 0,92. Hasil uji kenormalan data didapatkan bahwa variabel norma subjektif remaja putri memiliki data tidak berdistribusi normal dengan p value sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga pengkategorian data didasarkan pada nilai median. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Norma Subjektif Remaja Putri dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Norma Subjektif Remaja Putri Frekuensi Persentase (%) Tidak Baik ,8 Baik ,2 Total Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki norma subjektif yaitu 109 remaja putri (51,2%) menyatakan memiliki norma subjektif yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan tabel 4.8 bahwa remaja putri merasa perlu meniru temannya yang mengikuti ibunya mengkonsumsi tablet Fe ketika mens, remaja putri menyatakan ingin mengkonsumsi tablet Fe karena keluarganya memiliki pengalaman yang baik ketika meminumnya, remaja putri juga yakin bahwa di usia mereka yang sekarang juga perlu untuk mengkonsumsi tablet Fe sama seperti yang dilakukan ibunya. Sebanyak 104 remaja putri (48,8%) menyatakan memiliki norma subjektif yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan tabel 4.8 remaja putri menyatakan bahwa remaja putri mempunyai anggapan bahwa tablet Fe bukan kebutuhan remaja karena remaja berpendapat bahwa dengan olahraga saja sudah cukup, di dalam keluarga ternyata remaja putri kurang mendapat dukungan dalam mengkonsumsi tablet Fe karena anggota keluarganya tidak ada yang

6 46 mengkonsumsi tablet Fe ketika remaja dan remaja putri ada yang menolak temannya saat diajak untuk mengkonsumsi tablet Fe karena remaja putri takut akan gemuk setelah mengkonsumsi tablet Fe. Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Norma Subjektif Remaja Putri Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). No Pernyataan Tidak Baik Baik n % n % 1. Keyakinan normatif dari ibu dalam konsumsi 42 19, ,3 tablet Fe 2. Keyakinan normatif dari ibu dalam konsumsi 21 9, ,1 tablet Fe dapat dilakukan pada usia remaja 3. Keyakinan normatif dari teman untuk mengikuti ibunya mengkonsumsi tablet Fe 4. Ibu dan keluarga saya sebaiknya memberikan 85 39, ,1 semangat untuk mengkonsumsi tablet Fe 5. Adanya jaringan dukungan sosial dari semua 95 44, ,4 remaja agar mengkonsumsi tablet Fe. 6. Motivasi yang kurang dalam konsumsi tablet 13, ,9 Fe 7. Motivasi positif dalam konsumsi tablet Fe 42 19, ,3 8. Motif primer remaja untuk konsumsi tablet Fe merupakan kebutuhan remaja 9. Motif primer dari diri remaja untuk konsumsi tablet Fe 10. Motif sekunder dari orang-orang disekitar remaja untuk konsumsi tablet Fe , , , ,6 8 3, ,2 c. Pengendalian Perilaku Yang Disadari Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengendalian Perilaku yang Disadari Remaja Putri Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Variabel n Minimum Maksimum Median Standar Deviasi Pengendalian Perilaku ,736 yang Disadari

7 47 Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa skor rata-rata pengendalian perilaku yang disadari remaja putri adalah 37 dengan nilai median 37. Skor terendah adalah 33 dan skor tertinggi adalah 40. Standar deviasi berada pada angka 1,736. Hasil uji kenormalan data didapatkan bahwa variabel pengendalian perilaku remaja putri memiliki data tidak berdistribusi normal dengan p value sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga pengkategorian data didasarkan pada nilai median. Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengendalian Perilaku Yang Disadari Remaja Putri dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Pengendalian Perilaku yang Disadari Remaja Putri Frekuensi Persentase (%) Tidak Baik 81 38,0 Baik ,0 Total Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengendalian perilaku yang disadari remaja putri yaitu 132 remaja putri (62,0%) menyatakan memiliki pengendalian perilaku yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan tabel 4.10 remaja putri menyatakan bahwa remaja merasa yakin pada petugas kesehatan dari Puskesmas akan memberi informasi jika bertanya tentang tablet Fe, remaja yakin bahwa dengan mengkonsumsi tablet Fe dapat mengurangi gejala seperti lemas saat menstruasi, remaja putri menyatakan perlu meminta petugas untuk mempermudah distribusi tablet Fe pada remaja sekolah. Sebanyak 81 remaja putri (32,0%) menyatakan memiliki pengendalian perilaku yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan tabel 4.10 bahwa remaja putri menganggap tablet Fe tidak dijual bebas dan harganya sangat mahal karena kebanyakan dijual di apotek dan hanya dijual di Puskesmas, remaja putri merasa mengkonsumsi tablet Fe dapat menyebabkan gemuk karena remaja

8 48 beranggapan setelah meminum tablet Fe nafsu makan menjadi meningkat. Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengendalian Perilaku yang Disadari Remaja Putri Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). N Pernyataan o 1. Persepsi manfaat yang positif dalam mengkonsumsi tablet Fe 2. Persepsi manfaat yang negatif dalam mengkonsumsi tablet Fe 3. Persepsi negatif dalam mengkonsumsi tablet Fe karena bermanfaat hanya ketika menstruasi. 4. Persepsi manfaat yang baik untuk masa pertumbuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe. 5. Persepsi negatif dalam mengkonsumsi tablet Fe karena membuat badan gemuk. 6. Persepsi biaya bahwa tablet Fe sangat sulit didapatkan. 7. Persepsi biaya bahwa tablet Fe dijual bebas dan harganya murah. 8. Persepsi biaya bahwa untuk memperoleh tablet Fe perlu menyisihkan uang 9. Persepsi biaya bahwa tablet Fe hanya ada di Puskesmas. 10. Persepsi biaya bahwa tablet Fe diberikan oleh petugas kesehatan. 11. Penghalang bagi remaja jika tidak terdaftar di data Puskesmas maka tidak dapat tablet Fe. 12. Remaja merasa, petugas kesehatan akan memberi informasi tentang konsumsi tablet Fe. 13. Penghalang bagi remaja bahwa tablet Fe diberikan saat puskesmas buka pada jam kerja. 14. Remaja perlu meminta petugas untuk mempermudah distribusi tablet Fe di sekolah. Tidak Baik Baik n % n % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,7 d. Niat Remaja dalam Mengkonsumsi Tablet Fe Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Intensi (niat) Remaja Putri Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Variabel n Minimum Maksimum Median Standar Deviasi Intensi ,634

9 49 Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa skor rata-rata niat remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe adalah 7,5 dengan nilai median 8. Skor terendah adalah 6 dan skor tertinggi adalah 8. Standar deviasi berada pada angka 0,634. Hasil uji kenormalan data didapatkan bahwa variabel niat remaja putri memiliki data tidak berdistribusi normal dengan p value sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga pengkategorian data didasarkan pada nilai median. Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Intensi (niat) Remaja Putri dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Niat Remaja Putri Frekuensi Persentase (%) Tidak Baik 90 42,3 Baik ,7 Total Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki niat remaja putri yaitu 123 remaja putri (57,7%) menyatakan memiliki niat yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan tabel 4.14 bahwa remaja putri merasa konsentrasi belajar meningkat jika mengkonsumsi tablet Fe, remaja putri merasa sehat jika mengkonsumsi tablet Fe, remaja putri merasa perlu untuk mencari informasi tentang manfaat konsumsi tablet Fe dari pengalaman orang yang pernah mengkonsumsi. Sebanyak 90 remaja putri (42,3%) menyatakan memiliki niat yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan tabel 4.14 remaja putri menyatakan bahwa tidak berminat mencari informasi dari media dan berita untuk mengetahui kegunaan tablet Fe karena remaja merasa memiliki keterbatasan biaya dalam memberi media berita seperti koran, majalah dan membayar biaya internet. Remaja putri merasa minum tablet Fe hanya membuang waktu dan biaya karena anggapan remaja bahwa biaya untuk mengkonsumsi tablet Fe tidak murah. Remaja putri tidak berusaha mencari wacana untuk menambah informasi tentang keutamaan

10 50 mengkonsumsi tablet tambah darah karena remaja beranggapan harus mencari internet untuk mendapatkan informasi. Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Intensi (niat) Remaja Putri Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). No Pernyataan 1. Upaya mengenal manfaat positif konsumsi tablet Fe untuk usia remaja. 2. Upaya mengenal manfaat positif konsumsi tablet Fe agar tubuh terasa sehat. 3. Upaya mengenal manfaat positif konsumsi tablet Fe dengan mencari wacana. 4. Tidak ada upaya untuk mencari media dan berita untuk mengkonsumsi tablet Fe. 5. Upaya mencari pengalaman pada orang yang sudah mengkonsumsi tablet Fe. 6. Penilaian pribadi remaja yang positif tentang konsumsi tablet Fe 7. Penilaian pribadi remaja yang negatif tentang tablet Fe karena membuang waktu dan biaya. 8. Remaja berniat konsumsi tablet Fe karena anjuran dari petugas kesehatan. 9. Remaja berniat konsumsi tablet Fe dari semua pengalaman dan informasi. Baik Tidak Baik n % n % ,5 1 0, , , , , ,8 11 5, , , , , ,1 19 8, ,5 16 7,5

11 51 2. Analisis Bivariat a. Hubungan sikap remaja putri dengan intensi (niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak. r = 0,088 nilai p = 0,200 Grafik 4.1 Hubungan Sikap Remaja Putri dengan Niat (niat) Remaja Putri dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213) Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan Corellations Rank didapatkan nilai korelasi sebesar 0,088 dengan nilai p sebesar 0,200 (p value > 0,05) sehingga dapat dinyatakan tidak ada hubungan antara sikap remaja putri dengan intensi (niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan nilai korelasi sebesar 0,088 tersebut menunjukkan tingkat hubungan yang sangat rendah. Berdasarkan diagram scatter plot dapat diketahui bahwa garis kemiringan garis linier bergerak dari bawah keatas yang menunjukkan hubungan yang positif antara dua variabel, yang artinya semakin kuat sikap remaja putri, maka akan semakin kuat niat remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe.

12 52 Tabel 4.15 Crosstab Variabel Sikap dengan Intensi (niat) Remaja Putri dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Sikap Remaja Putri Niat Remaja Putri Baik Tidak Baik Total Baik Count Tidak Baik Expected Count 64,7 47,3 112,0 % within Sikap RemajaPutri 61,6% 38,4% 100,0% % of Total 32,4% 20,2% 52,6% Count Expected Count 58,3 42,7 101,0 % within Sikap RemajaPutri 53,5% 46,5% 100,0% % of Total 25,4% 22,1% 47,4% Total Count Expected Count 123,0 90,0 213,0 % within Sikap RemajaPutri 57,7% 42,3% 100,0% % of Total 57,7% 42,3% 100,0% Berdasarkan hasil crosstabs pada variabel sikap dengan niat remaja dalam mengkonsumsi tablet Fe diketahui bahwa sikap remaja putri yang tidak baik atau sikap tidak berniat, sejumlah 101 responden yang terdiri dari intensi yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 47 responden dan diikuti dengan intensi yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 54 responden.

13 53 b. Hubungan norma subjektif remaja putri dengan intensi (niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak. r = 0,294** nilai p = 0,0001 Grafik 4.2 Hubungan Norma Subjektif Remaja Putri dengan Intensi (niat) Remaja Putri dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213) Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan Corellations Rank didapatkan nilai korelasi sebesar 0,294** dengan nilai p sebesar 0,000 (p value < 0,05) sehingga dapat dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara norma subjektif remaja putri dengan intensi (niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan nilai korelasi sebesar 0,294** tersebut menunjukkan terdapat tingkat hubungan yang sangat rendah. Berdasarkan diagram scatter plot dapat diketahui garis kemiringan garis linier bergerak dari bawah ke atas yang menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara dua variabel, yang artinya semakin kuat norma subjektif remaja putri, maka akan semakin kuat niat remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe.

14 54 Tabel 4.16 Crosstab Variabel Norma Subjektif dengan Intensi (niat) Remaja Putri dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Norma Subjektif Niat Remaja Putri Baik Tidak Baik Total Baik Count Expected Count 62,9 46,1 109,0 % within Norma Subjektif 71,6% 28,4% 100,0% % of Total 36,6% 14,6% 51,2% Tidak Count Baik Expected Count 60,1 43,9 104,0 % within Norma Subjektif 43,3% 56,7% 100,0% % of Total 21,1% 27,7% 48,8% Total Count Expected Count 123,0 90,0 213,0 % within Norma Subjektif 57,7% 42,3% 100,0% % of Total 57,7% 42,3% 100,0% c. Berdasarkan hasil crosstabs pada variabel norma subjektif dengan niat remaja dalam mengkonsumsi tablet Fe diketahui bahwa norma subjektif remaja putri yang baik sejumlah 109 responden terdiri dari intensi yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 78 responden dan diikuti dengan intensi yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 31 responden.

15 55 d. Hubungan pengendalian perilaku remaja putri dengan intensi (niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak. r = -0,069 nilai p = 0,316 Grafik 4.3 Hubungan Pengendalian Perilaku Remaja Putri dengan Intensi (niat) Remaja Putri dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan Corellations Rank didapatkan nilai korelasi sebesar -0,069 dengan nilai p sebesar 0,316 (p value > 0,05) sehingga dapat dinyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengendalian perilaku yang disadari remaja putri dengan intensi (niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan nilai korelasi sebesar -0,069 tersebut menunjukkan bahwa terdapat tingkat hubungan yang sangat rendah. Berdasarkan diagram scatter plot dapat diketahui bahwa arah garis linier memiliki arah yang negatif sehingga menunjukkan bahwa semakin rendahnya pengendalian perilaku yang disadari maka akan mempengaruhi rendahnya niat remaja dalam mengkonsumsi tablet Fe.

16 56 Tabel 4.17 Crosstab Variabel Pengendalian Perilaku yang Disadari dengan Intensi (niat) Remaja Putri dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak, April 2014 (n=213). Pengendalian Perilaku Niat Remaja Putri Tidak Total Baik Baik Baik Count Expected Count 76,2 55,8 132,0 % within PengendalianPerilaku 54,5% 45,5% 100,0% % of Total 33,8% 28,2% 62,0% Tidak Count Baik Expected Count 46,8 34,2 81,0 % within Pengendalian Perilaku 63,0% 37,0% 100,0% % of Total 23,9% 14,1% 38,0% Total Count Expected Count 123,0 90,0 213,0 % within PengendalianPerilaku 57,7% 42,3% 100,0% % of Total 57,7% 42,3% 100,0% Berdasarkan hasil crosstabs pada variabel pengendalian perilaku yang disadari dengan niat remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe diketahui bahwa pengendalian perilaku yang disadari remaja putri tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sejumlah 81 responden terdiri dari intensi yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 30 responden dan diikuti dengan intensi yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 51 responden. C. Pembahasan 1. Sikap remaja dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yaitu 112 remaja putri (52,6%) menyatakan memiliki sikap yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Sebanyak 101 remaja putri (47,4%) menyatakan memiliki sikap yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe.

17 57 Berdasar pada remaja putri yang memiliki sikap yang baik, dengan alasan bahwa remaja putri mengatakan pernah mengkonsumsi tablet Fe (98,6%), remaja putri pernah melihat ibunya juga meminum tablet Fe ketika menstruasi supaya tidak lemas (97,2%) dan remaja putri pernah mendapatkan penyuluhan tentang tablet Fe dari petugas kesehatan (91,6%). Thomas & Znaniecki dalam Wawan & Dewi (2010) menerangkan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Sikap berperilaku seseorang dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan dan seseorang akan berperilaku bila dia menilai konsekuensi akibat melakukan perilaku tersebut berakibat positif (evaluasi hasil) (Ajzen, 1991 dalam Alberry & Munafo, 2011). Hasil penelitian oleh Puspasari, Saryono & Ramawati (2008) bahwa 95,2% ibu hamil menunjukkan sikap yang utuh yang terbentuk dari kepercayaan, keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, evaluasi terhadap objek dan kecenderungan untuk bertindak. Hasil penelitian terdahulu mendukung hasil penelitian ini. Sebagian besar remaja putri pada penelitian ini memiliki keyakinan yang melatarbelakangi untuk melakukan konsumsi tablet Fe yang muncul dari didalam diri remaja putri secara sadar sesuai dengan keinginan yang dicapai oleh remaja putri tersebut agar terhindar dari anemia. Sebelumnya remaja putri di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak telah mendapatkan tablet Fe dari Puskesmas Karangawen dan mendapatkan

18 58 pendidikan kesehatan dan konseling dari petugas kesehatan dan guru BK sekolah tersebut. Dengan mendapatkan pengarahan pendidikan kesehatan dan konseling oleh petugas puskesmas dan guru BK, 52,6% remaja putri menyatakan memiliki sikap yang baik dalam memngkonsumsi tablet Fe yang dinyatakan dengan remaja yang telah mendapatkan pengalaman dari diri, lingkungan dan keluarga, telah mendapatkan pengaruh dari orang yang dianggap penting seperti guru dan petigas kesehatan, mendapatkan informasi melalui media massa seperti majalah, koran dan internet serta pernyataan secara emosional bahwa remaja meyakini dengan positif kegunaan tablet Fe dan memiliki harapan menghasilkan tidak terjadi anemia pada diri remaja. Selain sikap baik, pada penelitian ini juga didapatkan sikap tidak baik pada remaja putri terhadap niat dalam mengkonsumsi tablet Fe, dengan pernyataan remaja putri bahwa remaja tidak mau mengkonsumsi tablet fe karena tablet Fe akan meningkatkan nafsu makan (59,6%), remaja putri kurang mencari informasi tentang kegunaan tablet Fe melalui internet dan media karena dimungkinkan fasilitas internet dan media di daerah Karangawen jarang dan letaknya diperbatasan kota yang jaraknya cukup jauh (55,9%), remaja putri merasa tablet Fe menyebabkan kegemukan karena remaja putri berpendapat bahwa setelah meminum tablet Fe nafsu makan remaja akan meningkat sehingga terjadi kegemukan (32,9%). Menurut Almatsier (2010), memaparkan bahwa kekurangan besi dapat menyebabkan pucat, lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi belajar. Pada usia remaja terjadi masa pubertas yaitu salah satu perubahan pada remaja putri adalah terjadi menstruasi yang dapat mengakibatkan nyeri haid. Terjadinya disminore pada setiap remaja putri

19 59 berbeda-beda pada setiap individu. Akibat disminore tersebut pada remaja dapat menggagu kosnentrasi belajar sehingga prestasi pada usia remaja dapat menurun. Antisipasinya adalah dengan mengkonsumsi tablet Fe secara benar untuk mencegah terjadinya anemia pada remaja. Hasil penelitian oleh Puspasari, Saryono & Ramawati (2008) bahwa 95,2% ibu hamil menunjukkan sikap yang utuh yang terbentuk dari kepercayaan, keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, evaluasi terhadap objek dan kecenderungan untuk bertindak. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian dengan sikap yang tidak baik. Pada hasil penelitian terdahulu menjadi dasar dan penguatan pada hasil penelitian ini bahwa sesuai dengan konsep dan teori sikap bahwa sikap remaja putri terbentuk melalui 3 komponen yang mendasari sikap individu yaitu remaja akan bersikap apabila remaja putri memiliki kepercayaan terhadap tablet Fe yang biasa didapatkan dari pengalaman pribadi dan pengaruh orang lain terutama yang dipercaya dan dianggap penting. Hasil evaluasi terhadap tablet Fe dapat berupa anggapan yang positif dan anggapan negatif melalui pernyataan emosional bahwa remaja memiliki perasaan ingin mengkonsumsi atau tidak ingin mengkonsumsi tablet Fe serta kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang telah dimiliki oleh remaja yaitu menumbuhkan niat untuk mengkonsumsi atau tidak. Pada penelitian ini sikap remaja putri cenderung memiliki sikap yang tidak baik untuk mengkonsumsi tablet Fe, dikarenakan informasi tentang konsumsi tablet Fe yang belum sepenuhnya dimengerti oleh remaja putri. Hal ini dimungkinkan dapat terjadi karena anggapan yang negatif tentang tablet Fe, tidak ada dukungan media yang berisi pembahasan tablet Fe sehingga remaja belum sepenuhnya mengetahui perlunya tablet Fe.

20 60 2. Norma subjektif remaja dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki norma subjektif yaitu 109 remaja putri (51,2%) menyatakan memiliki norma subjektif yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Sebanyak 104 remaja putri (48,8%) menyatakan memiliki norma subjektif yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasar pada hasil norma subjektif remaja putri yang baik, dinyatakan dengan remaja putri merasa perlu meniru temannya yang mengikuti ibunya mengkonsumsi tablet Fe ketika mens (100%), remaja putri menyatakan ingin mengkonsumsi tablet Fe karena keluarganya memiliki pengalaman yang baik ketika meminumnya (96,2%), remaja putri juga yakin bahwa di usia mereka yang sekarang juga perlu untuk mengkonsumsi tablet Fe sama seperti yang dilakukan ibunya (91,1%). Keyakinan individu ini akan dipandu oleh pengaruh keyakinan yang bersifat normatif (yang diharapkan oleh orang lain) misalnya keluarga dan jaringan dukungan sosial, kemudian motivasi untuk mencapai keinginan sesuai dengan harapan normatif tersebut dilakukan melalui motif primer dan sekunder yang selanjutnya akan membentuk norma subjektif dalam diri individu. Jadi jika seseorang yakin bahwa ada pengaruh dari keyakinan normatif untuk melakukan perilaku yang diharapkan maka orang tersebut akan bersikap seperti yang diinginkan (Ajzen, 1991 dalam Alberry & Munafo, 2011). Menurut Ajzen dan Fishbein (1991) dalam Abraham (1997), menerangkan bahwa persepsi individu terhadap pandangan orang lain dan keinginan individu pada persetujuan orang lain akan mempengaruhi perilaku individu tersebut, hal ini dipertimbangkan dengan adanya norma subjektif yang terdiri dari keyakinan normatif dan motivasi pencapaian.

21 61 Keyakinan yang dimiliki oleh remaja putri tentang bagaimana orang lain yang dianggap penting juga menginginkan remaja putri bersikap demikian (Albery & Munafo, 2011). Ketika mengkonsumsi tablet Fe secara teratur, remaja putri akan melakukannya karena percaya pada yang telah diamati dan atau dari teman terdekat remaja putri tersebut juga melakukannya. Hasil penelitian terkait memiliki hasil yang sama dengan penelitian yang dipaparkan oleh Sigit (2006) dengan hasil bahwa norma subjektif memiliki hubungan yang signifikan untuk menimbulkan niat beli mahasiswa sebagai konsumen potensial produk pasta gigi close up yang ditunjukkan dengan p value 0,0123. Hasil penelitian terdahulu mendukung hasil penelitian ini. Remaja putri pada penelitian ini sebagian memiliki keyakinan normatif yang terbentuk dari keluarga remaja putri tersebut, dari keluarga yang memiliki pengetahuan tentang konsumsi tablet Fe maupun yang anggota keluarga yang sudah mengkonsumsi tablet Fe akan membentuk pola perilaku melalui proses observasi dan bertanya atau mendapatkan pengarahan, melalui pengamatan yang berulang didalam keluarga dan pengaruh keluarga yang menjadi gaya hidup akan menumbuhkan keyakinan dalam konsumsi tablet Fe yang akan mempengaruhi kesehatan dalam keluarga. Remaja putri yang memiliki jaringan pendukung yang adekuat melalui teman, keluarga, petugas kesehatan, guru atau orang kepercayaan akan mempengaruhi kesadaran individu remaja putri pada saat terjadi disminore yang mengakibatkan anemia dan dapat mengganggu konsentrasi belajar serta alat reproduksi remaja. Pada saat terjadi anemia, remaja putri tersebut akan mencari pelayanan kesehatan terdekat ketika berada di sekolah adalah melalui guru dan UKS sekolah sedangkan di rumah remaja putri akan berkomunikasi dengan keluarga terutama ibu.

22 62 Dengan ini remaja putri akan terbentuk dukungan dari jaringan dukungan sosial untuk mendukung individu untuk menjadi lebih sehat dengan mengkonsumsi tablet Fe dengan benar. Selain norma subjektif remaja menyatakan baik, ada pula norma subjektif remaja yang tidak baik yang dinyatakan bahwa remaja putri mempunyai anggapan bahwa tablet Fe bukan kebutuhan remaja karena remaja berpendapat bahwa lebih membutuhkan olahraga (51,2%), di dalam keluarga ternyata remaja putri kurang mendapat dukungan dalam mengkonsumsi tablet Fe karena anggota keluarganya tidak ada yang mengkonsumsi tablet Fe ketika remaja (39,9%) dan remaja putri ada yang menolak temannya saat diajak untuk mengkonsumsi tablet Fe karena remaja putri takut akan gemuk setelah mengkonsumsi tablet Fe (44,6%). Selain melalui pembentukan keyakinan normatif, pada norma subjektif juga terbentuk oleh adanya motivasi pencapaian pada diri individu remaja putri. Menurut Terry G dalam Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan (perilaku). Menurut Stooner 1992 dalam Notoatmodjo (2007) mendefinisikan bahwa motivasi adalah sesuatu hal yang menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau perilaku seseorang. Hasil penelitian terkait memiliki hasil yang sama dengan penelitian yang dipaparkan oleh Sigit (2006) dengan hasil bahwa norma subjektif memiliki hubungan yang signifikan untuk menimbulkan niat beli mahasiswa sebagai konsumen potensial produk pasta gigi close up yang ditunjukkan dengan p value 0,0123. Hasil penelitian terdahulu tidak mendukung hasil penelitian norma subjektif remaja yang menyatakan tidak baik.

23 63 Berdasarkan pada penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ada norma subjektif yang dapat nenimbulkan niat dan ada pula yang tidak menimbulkan niat. Sesuai dengan konsep norma subjektif dan berdasarkan pada hasil penelitian bahwa remaja putri memiliki keyakinan normatif yang timbul melalui pengaruh yang kuat dari sekitar seperti keluarga, sahabat maupun teman. Selain itu pada remaja putri yang tidak memiliki norma subjektif baik atau yang menyatakan memiliki norma subjektif tidak baik, tidak memiliki norma subjektif yang didapat melalui media massa seperti internet, koran maupun majalah dan kemungkinan tidak mengikuti pelajaran pendidikan disekolah dengan baik sehingga tidak mampu menimbulkan motivasi secara primer seperti langsung dari pelajaran sekolah maupun sekunder yang berasal dari internet, koran dan majalah. 3. Pengendalian perilaku remaja dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan pada hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengendalian perilaku yang disadari remaja putri yaitu 132 remaja putri (62,0%) menyatakan memiliki pengendalian perilaku yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Sebanyak 81 remaja putri (32,0%) menyatakan memiliki pengendalian perilaku yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasar pada pernyataan remaja putri yaitu memiliki pengendalian perilaku yang baik dinyatakan oleh remaja bahwa remaja merasa yakin pada petugas kesehatan dari Puskesmas akan memberi informasi jika bertanya tentang tablet Fe (100%), remaja yakin bahwa dengan mengkonsumsi tablet Fe dapat mengurangi gejala seperti lemas saat menstruasi (100%), remaja putri menyatakan perlu meminta petugas untuk mempermudah distribusi tablet Fe pada remaja sekolah (89,7%).

24 64 Menurut Albery & Munafo (2011), kontrol perilaku yang disadari atau PBC (perceived behavioural control), yaitu keyakinan-keyakinan yang berkaitan dengan seberapa banyak kontrol yang dimiliki seseorang terhadap perilaku tertentu, untuk menjelaskan hubungan sikap-perilaku dalam perilaku tidak dikehendaki (non-volitional). Salah satu dari faktor yang terkandung di dalam keputusan untuk menjalankan atau tidak suatu tindakan perlindungan kesehatan adalah kontrol yang dirasakan. Hal ini menyatakan tentang seberapa banyak kontrol yang dianggap seseorang dimilikinya dalam menentukan apakah seseorang akan menjalankan perilaku tersebut atau tidak. Sebagian besar remaja putri pada penelitian ini mengalami pengendalian kontrol diri yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Melalui sikap remaja putri dan adanya norma subjektif remaja putri yang kemudian akan terjadi pengendalian perilaku yang disadari, melalui keyakinankeyakinan yang sebelumnya terbentuk dari pengamatan, pengalaman pribadi, pengaruh media, serta pengaruh keluarga dan orang yang dipercaya akan memunculkan anggapan yang dianggap remaja putri penting atau tidak untuk dilakukan yaitu mengkonsumsi tablet Fe. Selain pernyatan remaja dengan pengendalian perilaku yang baik, remaja putri juga menyatakan sebagian memiliki pengendalian perilaku yang tidak baik yang dinyatakan dengan remaja memiliki pengendalian perilaku yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe, yang dinyatakan oleh remaja bahwa remaja putri menganggap tablet Fe tidak dijual bebas (54,9%) dan harganya sangat mahal karena kebanyakan dijual di apotik dan hanya dijual di Puskesmas (51,2%), remaja putri merasa mengkonsumsi tablet Fe dapat menyebabkan gemuk karena remaja beranggapan setelah meminum tablet Fe nafsu makan menjadi meningkat (58,7%).

25 65 Menurut Kozier, dkk (2011), variabel yang mempengaruhi kontrol perilaku yang disadari atau keyakinan-keyakinan yang terkait dengan kontrol tindakan yang pertama yaitu persepsi manfaat yang dirasakan (Perceived Benefit), persepsi ini dipengaruhi oleh pertimbangan apakah perilaku tersebut bermanfaat untuk mencegah suatu penyakit, kemudian adanya sumber daya untuk melakukan suatu tindakan, juga dipengaruhi oleh norma dan tekanan dari kelompok masyarakat. Kedua yaitu persepsi biaya atau penghalang yang dirasakan (Perceived Cost), persepsi ini berkaitan dengan hambatan-hambatan dari seseorang untuk melakukan suatu perilaku sehat. Misalnya dengan adanya dana yang besar, waktu yang lama, pengalaman yang tidak menyenangkan seperti rasa sakit yang dialami individu. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Arum & Mangkunegara (2010) dengan hasil bahwa pengendalian perilaku secara sedirian tidak signifikan untuk memprediksi intensi yang ditunjukkan dengan B=0,426; p > 0,05. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian dengan pengendalian perilaku yang disadari dengan tidak baik. Hasil penelitian ini didasarkan bahwa pada remaja putri belum memiliki pengendalian perilaku yang disadari yang kuat terhadap niat mengkonsumsi tablet Fe. Hal ini dimungkinkan karena remaja putri menganggap tablet Fe tidak dijual bebas dan harganya mahal sehingga perlu dana lebih untuk membelinya dan mereka menganggap tablet Fe hanya ada di Puskesmas sehingga mereka merasa membuang waktu kalau antri di Puskesmas. 4. Niat remaja dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki niat remaja putri yaitu 123 remaja putri (57,7%) menyatakan memiliki niat yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Sebanyak 90

26 66 remaja putri (42,3%) menyatakan memiliki niat yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasar pada hasil niat remaja yang baik, dinyatakan oleh remaja bahwa remaja putri merasa konsentrasi belajar meningkat jika mengkonsumsi tablet Fe (100%), remaja putri merasa sehat jika mengkonsumsi tablet Fe (99,5%), remaja putri merasa perlu untuk mencari informasi tentang manfaat konsumsi tablet Fe dari pengalaman orang yang pernah mengkonsumsi (94,8%). Berdasar pada theory of planned behavioural (TPB), perilaku dipengaruhi oleh intensi (niat) dalam mengkonsumsi tablet Fe. Intensi (niat) dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan pengendalian perilaku yang disadari yang telah terbentuk pada diri remaja putri itu sendiri. Villis (2000) mendeskripsikan intensi (niat) adalah penetapan tujuan yang merupakan sebuah perkiraan perilaku. Hasil penelitian terkait didapatkan oleh Istiana, Syahlani & Nurtini (2010) dengan hasil bahwa niat memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku mengkonsumsi produk susu UHT yang ditunjukkan dengan p value 0,000. Hasil penelitian sebelumnya mendukung dalam memiliki niat yang baik, hasil penelitian ini menyatakan bahwa remaja putri memiliki niat yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe yang ditunjukkan dengan hasil analisis pada 57,7% remaja putri menyatakan berniat. Melalui sikap yang muncul dari pengalaman pribadi hingga evaluasi hasil yang diharapkan remaja yang kemudian akan memunculkan norma subjektif dari adanya keyakinan normatif dan motivasi pencapaian akan menumbuhkan perilaku yang disadari oleh remaja putri untuk melakukan konsumsi tablet Fe.

27 67 Untuk memimbulkan niat pada remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe, remaja perlu memiliki faktor independen yang dimiliki secara internal melalui penentuan sikap yang didapatkan dengan pengalaman pribadi pengamatan dengan lingkungan sekitar hingga pengaruh dari lembaga pendidikan. Dari sikap tersebut akan menimbulkan keyakinan normatif yang menjadi pendukung adanya sikap yang telah muncul sebelumnya. Didalam keyakinan normatif ini juga terdapat sikap remaja dalam mencari informasi tentang tablet Fe melalui media massa seperti internet, majalah serta koran. Dalam hal ini remaja akan timbul norma secara subjektif dalam mengenal dampak secara positif maupun negatif dalam konsumsi tablet Fe. Selain adanya interaksi antara sikap dan norma subjektif dalam memunculkan niat, pengendalian perilaku juga berperan dalam persepsi dan penilaian tentang tablet Fe mulai dari biaya, penghalang remaja dalam mengkonsumsi tablet Fe dan penilaian akan manfaat konsumsi tablet Fe yang mana penilaian-penilaian ini juga berinteraksi dengan sikap pada diri remaja seperti penilaian positif konsumsi tablet Fe yang kemudian menjadi keyakinan dalam mengkonsumsi yang didukung dengan adanya norma subjektif pada remaja bahwa remaja memiliki hasil sesuai dengan yang diharapkan yaitu terhindar dari anemia remaja sehingga tidak terjadi gangguan pada saat menstruasi yang dapat mengganggu konsentrasi belajar sehingga prestasi pendidikan tidak terganggu. Selain niat remaja putri yang baik, sebagian remaja putri juga memiliki niat yang tidak baik yang dinyatakan dengan oleh remaja putri bahwa tidak berminat mencari informasi dari media dan berita untuk mengetahui kegunaan tablet Fe karena remaja merasa memiliki keterbatasan biaya dalam memberi media berita seperti koran majalah dan membayar biaya internet (29,6%). Remaja putri merasa minum tablet Fe hanya membuang waktu dan biaya karena anggapan remaja bahwa biaya untuk

28 68 mengkonsumsi tablet Fe tidak murah (28,6%). Remaja putri tidak berusaha mencari wacana untuk menambah informasi tentang keutamaan mengkonsumsi tablet tambah darah karena remaja beranggapan harus mencari internet untuk mendapatkan informasi (25,4%). Conner & Norman (2005) menerangkan bahwa pada Social Cognitif Theory dalam psikologi sosial mengenai kesehatan, intensi (niat) merupakan konstruksi inti dalam memahami intensi (niat) perilaku terkait dengan kesehatan, tindakan atau perubahan perilaku. Pada perilaku yang akan dilakukan adalah intensi (niat) behavioral yang merupakan intensi (niat) untuk melakukan tindakan kesehatan yang teratur, dimana terdapat kemungkinan yang semakin meningkat untuk melakukan tindakan kesehatan tersebut (Albery & Munafo, 2011). Intensi (niat) merupakan kumpulan keyakinan yang dapat disebut dengan berniat. Hasil penelitian terkait didapatkan oleh Istiana, Syahlani & Nurtini (2010) dengan hasil bahwa niat memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku mengkonsumsi produk susu UHT yang ditunjukkan dengan p value 0,000. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian niat dengan kriteria tidak baik. Pada remaja putri yang memiliki niat tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe dimungkinkan bahwa remaja tidak memiliki tiga komponen intensi (niat) yang adekuat diantaranya adalah sikap, norma subjektif dan pengendalian perilaku yang disadari oleh remaja itu sendiri. Seorang remaja untuk memiliki intensi dalam konsumsi tablet Fe tidak cukup hanya memiliki norma subjektif yang baik, walaupun dalam norma subjektif remaja telah mengerti informasi tentang tablet Fe dengan baik, memiliki motivasi yang positif dalam mengkonsumsi dan memiliki harapan yang baik setelah mengkonsumsi tetapi tidak memiliki sikap yang baik seperti terus mencari informasi melalui pengalaman di

29 69 lingkungan dan orang yang dipercaya seperti keluarga, guru maupun teman terdekat, niat tidak akan muncul dalam diri, sehingga norma subjektif yang dimiliki hanya sejumlah informasi tentang tablet Fe yang ada dalam diri remaja. 5. Hubungan sikap remaja dengan intensi (niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yaitu 112 remaja putri (52,6%) menyatakan memiliki sikap yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Sebanyak 101 remaja putri (47,4%) menyatakan memiliki sikap yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan antara sikap remaja putri dengan intensi (niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe dengan koefisien korelasinya menunjukkan tingkat hubungan yang sangat rendah. Hasil analisis menyatakan bahwa pada variabel sikap dengan niat remaja dalam mengkonsumsi tablet Fe diketahui bahwa sikap remaja putri yang baik atau sikap berniat, sejumlah 112 responden (52,6%) yang terdiri dari intensi yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 69 (32,4%) responden dan diikuti dengan intensi yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 43 responden (20,2%). Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari berbagai tingkatan diantaranya menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Memberikan jawaban atau respon apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau tugas yang diberikan. Mengajak orang

30 70 lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah memiliki sikap yang paling tinggi. Dalam teori TPB menjelaskan bahwa akan terjadi sebuah intensi (niat) jika terjadi interaksi secara independen dari sikap, norma subjektif dan pengendalian perilaku yang disadari. Melalui interaksi yang saling berkaitan pada objek remaja putri yaitu mengkonsumsi tablet Fe akan mudah menimbulkan intensi (niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe. Namun dengan berdirinya sendiri dari sebuah sikap yang memunculkan intensi (niat) remaja dalam mengkonsumsi tablet Fe akan mengalami kekurangan dalam diri remaja untuk melakukan intensi (niat) karena masih perlu berproses dengan keyakinan normatif dan pengendalian perilaku. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian terkait oleh Istiana, Syahlani & Nurtini (2010) dengan hasil penelitian sikap tidak mempengaruhi niat beli produk UHT. Selain hasil penelitian yang diikuti oleh niat remaja yang baik berdasarkan hasil penelitian bahwa pada variabel sikap dengan niat remaja dalam mengkonsumsi tablet Fe diketahui bahwa sikap remaja putri yang tidak baik atau sikap tidak berniat, sejumlah 101 responden (47,4%) yang terdiri dari intensi yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 47 responden (22,1%) dan diikuti dengan intensi yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 54 responden (25,4%). Menurut Purwanto (1998) dalam Wawan & Dewi (2010) sikap dapat bersifat positif apabila sikap memiliki kecenderungan untuk mendekati, menyenangi dan mengharapkan objek tertentu. Sikap dapat bersifat

31 71 negatif apabila dalam bertindak cenderung untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu. Struktur sikap yang membentuk remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe dapat terjadi melalui adanya komponen kognitif yang merupakan pengulangan pengetahuan yang dipercayai oleh individu yang didapat melalui kepercayaan tentang penilaian terhadap tablet Fe yang masih terbentu sebuah opini remaja tentang konsumsi tablet Fe. Komponen afektif remaja muncul dari perasaan yang menyangkut aspek emosional tentang konsumsi tablet Fe baik secara positif maupun negatif melalui opini-opini yang muncul dari dalam diri remaja putri. Komponen konatif timbul pada diri remaja putri yang merupakan aspek kecenderungan berperilaku mengkonsumsi tablet Fe sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Pada kemampuan konatif remaja ini, remaja putri mengharapkan bahwa sikap dari individu lain adalah dicerminkan dalam bentuk perilaku nyata dalam mengkonsumsi tablet Fe. Hasil penelitian ini tidak didukung oleh hasil penelitian Arum & Mangkunegara (2010) dengan hasil bahwa sikap secara sedirian tidak signifikan untuk memprediksi intensi yang ditunjukan dengan B=0,124; p > 0,05. Dengan adanya sikap yang tidak baik tersebut petugas kesehatan hendaknya petugas kesehatan atau Puskesmas dapat bekerjasama dengan unit sekolah untuk memfasilitasi media informasi tentang konsumsi tablet Fe berupa leaflet. Diharapkan dengan adanya media leaflet tentang konsumsi tablet Fe, remaja mampu menerima informasi dengan baik dan menumbuhkan motivasi untuk mengkonsumsi tablet Fe, serta bagi remaja putri yang sudah memiliki sikap yang baik dapat mempertahankan dan meningkatkan sikap tersebut.

32 72 6. Hubungan norma subjektif remaja dengan intensi (niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki norma subjektif yaitu 109 remaja putri (51,2%) menyatakan memiliki norma subjektif yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Sebanyak 104 remaja putri (48,8%) menyatakan memiliki norma subjektif yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada hubungan yang signifikan antara norma subjektif remaja putri dengan intensi (niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet Fe dengan koefisiensi korelasi yang didapat menunjukkan tingkat hubungan yang sangat rendah. Hasil analisis pada variabel norma subjektif dengan niat remaja dalam mengkonsumsi tablet Fe diketahui bahwa norma subjektif remaja putri yang baik sejumlah 109 (51,2%) responden terdiri dari intensi yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 78 responden (36,6%) dan diikuti dengan intensi yang tidak baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 31 responden (14,6%). Menurut McClelland yang dikutip dan diterjemahkan oleh Sahlan Asnawi 2002 dalam Notoatmodjo (2007), mengatakan bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi yakni motif primer yang merupakan motif yang tidak dipelajari, yang secara alamiah timbul pada setiap manusia secara biologis, misalnya dorongan seseorang untuk terpenuhinya kebutuhan biologis seperti makan, minum dan kebutuhan biologis lain. Motif sekunder yaitu motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi dengan orang lain, motif ini ditimbulkan karena dorongan dari luar akibat interaksi dengan orang lain atau interaksi sosial.

33 73 Norma subjektif dapat dilihat sebagai dinamika antara dorongandorongan yang dipersepsikan dari orang-orang disekitarnya dengan motivasi untuk mengikuti pandangan mereka dalam melakukan atau tidak melakukan tingkah laku tersebut (Abraham, 1997). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya oleh Sigit (2006) yang berjudul dengan hasil p value 0,004 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari norma subjektif responden secara parsial (individual) terhadap niat membeli pasta gigi. Motivasi yang timbul secara internal pada norma subjektif, didasarkan pada interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya dimana terdapat kebutuhan atau keinginan terhadap konsumsi tablet Fe di luar seseorang tersebut, kemudian bagaimana remaja putri tersebut menghubungkan antara kebutuhan dengan situasi di luar konsumsi tablet Fe tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dimaksud yaitu terhindar dari anemia. Oleh sebab itu motivasi adalah suatu alasan remaja putri untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya agar terhindar dari anemia. Berdasarkan pada norma subjektif yang dimiliki remaja adalah baik dalam mengkonsumsi tablet Fe dapat terus ditingkatkan melalui kerjasama antar Puskesmas dengan unit sekolah untuk membentuk kegiatan konseling yang rutin dan diberikan secara langsung kepada remaja, sehingga remaja dapat berkonsultasi langsung pada petugas kesehatan Berdasarkan hasil penelitian pada variabel norma subjektif dengan niat remaja dalam mengkonsumsi tablet Fe diketahui bahwa norma subjektif remaja putri yang tidak baik sejumlah 104 (48,8%) responden terdiri dari intensi yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 45 responden

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi (niat) Berdasar pada theory of planned behavioural (TPB), perilaku dipengaruhi oleh intensi (niat) dalam mengkonsumsi tablet Fe. Intensi (niat) dipengaruhi oleh sikap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada remaja merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensinya diatas 20%. Remaja yang kekurangan besi menimbulkan apatis, mudah tersinggung, menurunnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Descriptive Korelasional yang bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan antar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masih terbatas pada tafsir Al-Qur'an disertai dengan Tanya jawab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masih terbatas pada tafsir Al-Qur'an disertai dengan Tanya jawab. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Addainuriyah 2 bermula dari pengajian Jum'at yang bertempat di serambi rumah Pengasuh (1980). Materi kajian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang. RW IV ini terdiri dari 10 RT dengan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian Non Experimen (Hidayat, 2007). Dalam rancangan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Intensi 1. Definisi Intensi Menurut kamus besar Dagun (2006), intensi adalah keinginan bertindak untuk melakukan atau merubah sesuatu untuk mencapai suatu tujuan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang A. Teori Planned Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Maryam, dkk, 2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek pada suatu wilayah yang memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan ruang lingkup masalah yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu 3 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di RW 03 Kelurahan Bulustalan Semarang Selatan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni. RW 03 ini terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya

BAB III METODE PENELITIAN. antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan descriptive correlational, yang bertujuan untuk mengungkapkan korelasi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN Sophie Devita Sihotang*, Nunung Febriany** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode sekolah dimulai saat anak berusia kurang lebih 6 tahun. Periode tersebut meliputi periode pra-remaja atau pra-pubertas. Periode ini berakhir saat anak berusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Responden Menurut Usia. responden adalah 9 tahun dan tertinggi 15 tahun. Selanjutnya distribusi

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Responden Menurut Usia. responden adalah 9 tahun dan tertinggi 15 tahun. Selanjutnya distribusi BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Karakteristik Responden 1. Karakteristik Responden Menurut Usia Karakteristik responden menurut usia diperoleh data usia terendah responden adalah 9 tahun dan tertinggi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan hasil analisis data yang telah diperoleh peneliti selama tanggal 7 Mei - 16 Mei 2008 di Unit Produksi II/III, Indarung, PT. Semen Padang. Responden penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan sesaat dan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, yang didukung oleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui pengisian

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran. KUESIONER HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL DAN MOTIVASI PETUGAS KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DI PUSKESMAS MAMAS KECAMATAN DARUL HASANAH KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan sosial. World Health Organization (WHO) menentukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM Lisastri Syahrias Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Batam ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV ini akan membahas hasil penelitian dan pembahasan yang dimulai dengan gambaran responden penelitian, gambaran tingkat pengetahuan, gambaran kesiapan,

Lebih terperinci

,,,,, X Positif 3 X 1.SBx Negatif 4 X - 1.SBx Sangat Negatif Keterangan: : Rata-rata skor keseluruhan siswa SBx : Simpangan baku (standar deviasi) skor keseluruhan siswa X : Skor yang diperoleh siswa

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014 No. Responden : A. IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu, yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI Yudha Indra Permana & Ida Untari Akper PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Masa reproduksi adalah masa yang penting bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Juni 20 Juli 2013 di Desa Kaliprau Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang dengan jumlah responden sebanyak

Lebih terperinci

RIWAYAT HIDUP PENULIS

RIWAYAT HIDUP PENULIS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PENGESAHAN SKRIPSI... SURAT PERNYATAAN... RIWAYAT HIDUP PENULIS... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. INTENSI Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Kasihan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi

Lebih terperinci

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion 1 Tivanny Salliha P 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini bersifat explanatory research yaitu menjelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Desain atau pendekatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerja. Sebagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerja. Sebagai 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Tlogosari Kulon adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi diskriptif korelasi melelui metode pendekatan Cross

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Notoatmodjo, 2003). Metode pengambilan data dalam penelitian ini. dengan wawancara menggunakan kuesioner.

BAB III METODE PENELITIAN. (Notoatmodjo, 2003). Metode pengambilan data dalam penelitian ini. dengan wawancara menggunakan kuesioner. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa perubahan atau peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

BAB III METODE PENELITIAN. mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 8 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mencoba mengetahui mengapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), 111 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. Pendekatan ini merupakan rancangan penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 22 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Semarang merupakan ibu Kota Provinsi Jawa Tengah salah satu kota dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat terutama dalam hal pembangunan infrakstruktur,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Iffah Indri Kusmawati 201510104258 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta yang datanya diambil pada hari Senin, 1-7 September 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Remaja sebagai golongan individu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri

BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri ini telah dilakukan di Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Pengujian Instrumen Penelitian Pengujian instrumen penelitian dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas dari instrumen penelitian yang digunakan agar menghasilkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yakni data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eplanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih dengan rancangan

Lebih terperinci

SIKAP REMAJA PUTRI USIA TAHUN TENTANG MENARCHE DI SMP N BANDARKEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK

SIKAP REMAJA PUTRI USIA TAHUN TENTANG MENARCHE DI SMP N BANDARKEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK SIKAP REMAJA PUTRI USIA -5 TAHUN TENTANG MENARCHE DI SMP N BANDARKEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG Devi Gurita Melati, Septi Fitrah N,SST, Fikri Mubarok, S.Kep.,Ns Program Studi D Kebidanan STIKES Pemkab Jombang

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN NIAT KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH PADA REMAJA PUTERI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN NIAT KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH PADA REMAJA PUTERI Savitry, NSD.dkk. Hubungan Dukungan Keluarga dengan... HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN NIAT KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH PADA REMAJA PUTERI Nur Syaima Dhiya Savitry 1, Syamsul Arifin 2, Asnawati 3 1

Lebih terperinci

THEORY OF REASONED ACTION

THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION INTRODUCTION Akar teori : Psikologi Sosial Menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mempengaruhi perilaku 1872, Charles Darwin studi tentang sikap terhadap

Lebih terperinci

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2) P R O S I D I N G ISBN:978-602-8047-99-9 SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:209-217 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN SEKS BEBAS DI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (selanjutnya disingkat TPB, dikemukakan olehajzen (1991). Teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Karakteristik ibu hamil meliputi : 1. Pengetahuan 2. Umur 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Budaya (KB) : Jumlah kelahiran hidup Persepsi ibu hamil tentang pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena

BAB III METODE PENELITIAN. Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Quasi Experiment. Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena eksperimen jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independent dan dependent, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016 Ajeng Novita Sari Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK Hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini sudah sangat berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya yang terdapat pada bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak kandungan zat berbahaya di dalam rokok. Bahaya penyakit akibat rokok juga sudah tercantum dalam

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Penelitian KEHAMILAN Pengetahuan ibu hamil Anemia defisiensi Zat Besi Faktor Penyebab : i) Usia Ibu ii) Pendidikan iii) Status ekonomi iv) Kepatuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO MEDAN TAHUN 2017

PENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO MEDAN TAHUN 2017 PENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO 064023 MEDAN TAHUN 2017 Dina Indarsita, Yenni Purba Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan ` Abstrak Menarche (haid

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancang Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu untuk memberi gambaran fenomenayang terjadi dalam

Lebih terperinci

Z 2 α P Q n = d 2

Z 2 α P Q n = d 2 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research, yaitu untuk menjelaskan hubungan antara variabel pendidikan, pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan minum

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013 Nurbaiti Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh Abstrak Penyebab anemia adalah kurangnya konsumsi

Lebih terperinci

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen 55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap senam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelatif. Penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. korelatif. Penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sibela Kota Surakarta yang terletak

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sibela Kota Surakarta yang terletak BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sibela Kota Surakarta yang terletak di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres. Puskesmas Sibela merupakan Puskesmas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah keluarnya periodik darah, lendir dan sel-sel epitel dari rahim yang terjadi setiap bulan. Ini merupakan tonggak penting dalam proses pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental dengan rancangan Non Equivalent Control

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia Menurut WHO, anemia gizi besi didefinisikan suatu keadaan dimana kadar Hb dalam darah hemotokrit atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal sebagai

Lebih terperinci