PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

Transkripsi

1 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) BULAN SEPTEMBER 2016 NAIK 0,66 PERSEN No. 54/10/63/Th.XIX, 3 Oktober 2016 Pada September 2016 NTP Kalimantan Selatan tercatat 96,86 atau naik 0,66 persen dibanding NTP Agustus Naiknya NTP ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,74 persen lebih besar daripada kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yaitu sebesar 0,08 persen. Pada September 2016 terjadi inflasi di daerah pedesaan Kalimantan Selatan sebesar 0,11 persen yang disebabkan oleh naiknya indeks kelompok penyusun Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) terutama indeks kelompok makanan jadi, sandang, dan kesehatan. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Kalimantan Selatan September 2016 sebesar 104,49 atau naik sebesar 0,74 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya. Pada bulan September 2016, secara Nasional, Provinsi Sumatera Utara mengalami kenaikan NTP tertinggi sebesar 1,50 persen, sebaliknya Provinsi Lampung mengalami penurunan NTP tertinggi sebesar 1,15 persen. 1. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. 1

2 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Pada bulan September 2016, NTP Kalimantan Selatan tercatat sebesar 96,86 atau naik 0,66 persen jika dibandingkan NTP pada bulan Agustus 2016 sebesar 96,22. Kenaikan tersebut disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian mengalami kenaikan yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Jika dilihat masing-masing subsektor, tiga subsektor pertanian mengalami kenaikan NTP dan dua subsektor mengalami penurunan NTP. Subsektor yang mengalami kenaikan NTP adalah Subsektor Holtikultura sebesar 2,23 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,64 persen, dan Subsektor Peternakan sebesar 1,38 persen. Subsektor yang mengalami penurunan NTP adalah Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,44 persen dan Subsektor Perikanan sebesar 0,39 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Perubahannya (2012 = 100) Subsektor Agustus 2016 September 2016 Persentase Perubahan (1) (2) (3) (4) Gabungan a. Nilai Tukar Petani (NTP) 96,22 96,86 0,66 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 115,24 116,10 0,74 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 119,77 119,87 0,08 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,23 123,36 0,11 - Indeks BPPBM 111,10 111,11 0,01 Gabungan Tanpa Perikanan a. Nilai Tukar Petani (NTP) 95,07 95,80 0,76 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 113,85 114,82 0,85 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 119,76 119,86 0,08 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,90 123,04 0,11 - Indeks BPPBM 111,43 111,44 0,01 1. Tanaman Pangan a. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 97,51 97,08-0,44 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 117,59 117,17-0,36 - Padi 119,14 118,52-0,52 - Palawija 104,16 105,44 1,23 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,60 120,69 0,08 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,99 123,13 0,11 - Indeks BPPBM 113,96 113,94-0,02 2

3 Tabel 1 Lanjutan Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Perubahannya (2012 = 100) Subkelompok Agustus 2016 September 2016 Persentase Perubahan (1) (2) (3) (4) 2. Hortikultura a. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 101,46 103,73 2,23 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 122,23 125,04 2,30 - Sayur-sayuran 144,70 146,41 1,18 - Buah-buahan 115,99 119,23 2,79 - Tanaman Obat 100,01 101,92 1,91 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,46 120,55 0,07 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,81 122,92 0,09 - Indeks BPPBM 108,83 108,83 0,00 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai Tukar Petani (NTP-TPR) 79,11 80,41 1,64 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 95,44 97,13 1,77 - Tanaman Perkebunan Rakyat 95,44 97,13 1,77 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,65 120,80 0,13 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,99 123,16 0,14 - Indeks BPPBM 111,14 111,21 0,06 4. Peternakan a. Nilai Tukar Petani (NTP-TR) 109,26 110,76 1,38 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 126,25 128,04 1,42 - Ternak Besar 134,66 137,73 2,28 - Ternak Kecil 121,58 123,17 1,31 - Unggas 127,21 128,51 1,02 - Hasil Ternak 118,76 120,21 1,22 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 115,55 115,60 0,04 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,63 122,73 0,08 - Indeks BPPBM 107,63 107,62-0,01 5. Perikanan a. Nilai Tukar Petani (NTNP) 109,80 109,38-0,39 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 131,69 131,24-0,34 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 119,94 119,99 0,04 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,07 127,16 0,07 - Indeks BPPBM 107,18 107,16-0, Perikanan Tangkap a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 112,58 112,08-0,44 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) 134,69 134,18-0,38 - Penangkapan Perairan Umum 123,16 124,15 0,81 - Penangkapan Laut 139,55 138,39-0,83 c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 119,65 119,71 0,05 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,02 127,12 0,08 - Indeks BPPBM 106,38 106,37-0, Perikanan Budidaya a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 102,51 102,26-0,25 b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 123,74 123,45-0,23 - Budidaya Air Tawar 119,82 119,34-0,40 - Budidaya Air Payau 136,07 136,41 0,25 c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 120,71 120,73 0,01 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,21 127,27 0,05 - Indeks BPPBM 109,31 109,24-0,06 3

4 2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan September 2016, It naik sebesar 0,74 persen dibandingkan Agustus 2016, yaitu dari 115,24 menjadi 116,10. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani pada Subsektor Holtikultura sebesar 2,30 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,77 persen, dan Subsektor Peternakan sebesar 1,42 persen. 3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada September 2016, Ib mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2016, yaitu dari 119,77 menjadi 119,87. Kenaikan Ib disebabkan naiknya Ib di seluruh subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,08 persen, Subsektor Holtikultura sebesar 0,07 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,13 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,04 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 0,04 persen. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) Pada bulan September 2016, nilai NTP-P turun sebesar 0,44 persen. Hal ini disebabkan It mengalami penurunan sebesar 0,36 persen, sementara Ib mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen. Turunnya It pada bulan September 2016 disebabkan penurunan indeks pada kelompok padi sebesar 0,52 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,08 persen disebabkan oleh kenaikan pada indeks kelompok konsumsi rumah tangga (KRT) sebesar 0,11 persen. Sementara indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar 0,02 persen. 4

5 b. Subsektor Hortikultura (NTP-H) Pada bulan September 2016, NTP-H naik sebesar 2,23 persen. Hal ini disebabkan It mengalami kenaikan sebesar 2,30 persen, sedangkan Ib mengalami kenaikan relatif lebih kecil yaitu sebesar 0,07 persen. Kenaikan It bulan September 2016 disebabkan naiknya harga komoditas pada kelompok sayur-sayuran (khususnya komoditas cabai merah, cabai rawit, dan tomat) sebesar 1,18 persen, kelompok buah-buahan (khususnya komoditas jeruk) sebesar 2,79 persen, dan kelompok tanaman obat (khususnya komoditas jahe dan kencur) sebesar 1,91 persen. Sedangkan kenaikan Ib disebabkan naiknya indeks komoditas kelompok KRT sebesar 0,09. Sementara indeks kelompok BPPBM relatif tidak mengalami perubahan. c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-TPR) Pada bulan September 2016, NTP-TPR naik sebesar 1,64 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 1,77 persen, sementara Ib mengalami kenaikan relatif lebih kecil yaitu sebesar 0,13 persen. Kenaikan It bulan September 2016 utamanya disebabkan naiknya indeks pada kelompok tanaman perkebunan rakyat (khususnya komoditi kelapa, karet, dan sawit) sebesar 1,77 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks kelompok KRT sebesar 0,14 persen dan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,06 persen. d. Subsektor Peternakan (NTP-TR) Pada bulan September 2016, NTP-TR naik sebesar 1,38 persen. Hal ini disebabkan It mengalami kenaikan sebesar 1,42 persen dan Ib mengalami kenaikan relatif lebih kecil yaitu sebesar 0,04 persen. Kenaikan It bulan September 2016 disebabkan oleh naiknya harga komoditas Ternak Besar sebesar 2,28 persen, komoditas Ternak Kecil sebesar 1,31 persen, komoditas Unggas sebesar 1,02 persen, dan komoditas Hasil Ternak sebesar 1,22 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks kelompok KRT sebesar 0,08 persen. Sementara itu, indeks kelompok BPPBM turun sebesar 0,01 persen. e. Subsektor Perikanan (NTNP) Pada bulan September 2016, NTNP turun sebesar 0,39 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 0,34 persen dan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen. Penurunan It pada bulan September 2016 disebabkan indeks kelompok penangkapan ikan (khususnya komoditas ikan gabus, ikan papuyu, ikan bawal, ikan 5

6 manyung, dan cumi-cumi) secara rata-rata turun sebesar 0,38 persen dan indeks kelompok budidaya ikan (khususnya komoditas ikan mas dan ikan nila) turun sebesar 0,23 persen. Kenaikan Ib disebabkan indeks kelompok KRT mengalami kenaikan sebesar 0,07 persen. Sementara itu, indeks kelompok BPPBM turun sebesar 0,02 persen. 1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada September 2016, NTN turun sebesar 0,44 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 0,38 persen dan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan naiknya indeks kelompok KRT sebesar 0,08 persen. Sementara itu, indeks kelompok BPPBM turun 0,01 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada September 2016, NTPi turun sebesar 0,25 persen. Hal ini dikarenakan It mengalami penurunan sebesar 0,23 persen dan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan indeks kelompok KRT mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen. Sementara itu, indeks kelompok BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,06 persen. 5. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dihitung NTP-nya, dapat dilihat bahwa 21 provinsi mengalami kenaikan NTP dan 12 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 1,50 persen, sedangkan penurunan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Lampung yaitu sebesar 1,15 persen. Dari empat provinsi di Kalimantan yang melaporkan hasil survei bulan September 2016, Kalimantan Selatan mengalami kenaikan NTP sebesar 0,66 persen, Kalimantan Barat naik sebesar 0,60 persen, Kalimantan Timur naik sebesar 0,51 persen, dan Kalimantan Tengah naik sebesar 0,48 persen. 6

7 Tabel 2 Ranking Nilai Tukar Petani (NTP) Agustus September 2016 (2012 = 100) PROVINSI Agustus September PROVINSI NTP Ranking % NTP Ranking % (1) (7) (8) (9) (6) (7) (8) (9) SULBAR 107,93 1 0,74 SULBAR 108,60 1 0,62 BALI 106,66 2-0,01 BALI 107,44 2 0,74 NTB 106,26 3 1,48 NTB 106,99 3 0,69 GORONTALO 105,57 4 0,24 JATIM 105,80 4 1,01 YOGYAKARTA 105,47 5 0,86 YOGYAKARTA 105,75 5 0,27 SULSEL 105,23 6 0,60 GORONTALO 105,60 6 0,03 JATIM 104,74 7 0,18 SULSEL 104,86 7-0,35 LAMPUNG 104,54 8 0,28 JABAR 104,15 8 0,20 JABAR 103,94 9-0,37 MALUKU UTARA 103,68 9 0,13 MALUKU UTARA 103, ,20 LAMPUNG 103, ,15 MALUKU 102, ,84 NTT 102, ,91 NTT 101, ,65 MALUKU 101, ,74 BABEL 100, ,30 JATENG 100, ,44 PAPUA BARAT 100, ,01 SUMUT 100, ,50 DKI 100, ,71 BABEL 100, ,10 JATENG 100, ,50 BANTEN 100, ,22 SULTRA 100, ,31 PAPUA BARAT 100, ,12 BANTEN 100, ,06 DKI 100, ,19 SULTENG 99, ,82 SULTRA 100, ,17 SUMUT 99, ,22 JAMBI 99, ,43 KALTIM 98, ,03 SULTENG 99, ,53 RIAU 97, ,58 RIAU 99, ,15 JAMBI 97, ,26 KALTIM 98, ,51 KEPRI 97, ,79 SUMBAR 97, ,70 KALTENG 97, ,74 KALTENG 97, ,48 SUMBAR 97, ,23 KEPRI 97, ,41 KALSEL 96, ,49 KALSEL 96, ,66 SULUT 96, ,78 PAPUA 96, ,24 PAPUA 95, ,87 SULUT 95, ,36 NAD 95, ,38 NAD 95, ,49 SUMSEL 94, ,61 KALBAR 94, ,60 KALBAR 94, ,01 SUMSEL 94, ,47 BENGKULU 92, ,00 BENGKULU 93, ,60 NASIONAL 101,56 0,17 NASIONAL 102,02 0,45 6. Inflasi Pedesaan Perubahan indeks konsumsi rumah tangga (KRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan September 2016, di daerah pedesaan Kalimantan Selatan terjadi inflasi sebesar 0,11 persen. Hal ini terjadi sebagai akibat dari naiknya indeks harga pada subkelompok makanan jadi sebesar 0,68 persen, subkelompok sandang sebesar 0,54 persen, subkelompok kesehatan sebesar 0,54 persen, dan subkelompok transportasi dan 7

8 komunikasi sebesar 0,03 persen. Sementara subkelompok bahan makanan turun sebesar 0,13 persen dan subkelompok perumahan turun sebesar 0,46 persen. Tabel 3 Indeks Harga Konsumen Perdesaan dan Persentase Perubahannya, Agustus September 2016 (2012 = 100) Kelompok Agustus 2016 September 2016 Persentase Perubahan (1) (2) (3) (4) 1. Bahan Makanan 132,17 131,99-0,13 2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 114,85 115,63 0,68 3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 118,51 117,97-0,46 4. Sandang 121,96 122,62 0,54 5. Kesehatan 120,90 121,56 0,54 6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 115,39 115,39 0,00 7. Transportasi dan Komunikasi 118,69 118,72 0,03 Konsumsi Rumah Tangga 123,23 123,36 0,11 7. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Pada September 2016 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,74 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,74 persen lebih besar daripada kenaikan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,01 persen. Kalau dilihat dari subsektornya, diketahui bahwa NTUP Subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan sebesar 0,34 persen, Subsektor Holtikultura naik sebesar 2,30 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 1,70 persen, Subsektor Peternakan naik sebesar 1,43 persen, dan Subsektor Perikanan turun sebesar 0,32 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya Agustus September 2016 (2012 = 100) Subsektor Agustus 2016 September 2016 Persentase Perubahan (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan 103,19 102,83-0,34 2. Holtikultura 112,31 114,90 2,23 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 85,87 87,34 1,70 4. Peternakan 117,30 118,98 1,43 5. Perikanan 122,87 122,47-0,32 a. Tangkap 126,62 126,14-0,38 b. Budidaya 113,20 113,01-0,17 NTUP Kalimantan Selatan 103,73 104,49 0,74 8

9 B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016 RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI TINGKAT PETANI PADA BULAN SEPTEMBER 2016 TURUN 4,61 PERSEN Selama September 2016, komposisi jumlah observasi dari 53 transaksi harga gabah di 10 kabupaten didominasi Gabah Kering Panen (GKP). Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Siam Saba yaitu senilai Rp 7.909,00 per Kg yang terdapat di Kecamatan Kurau Kabupaten Tanah Laut. Sedangkan harga terendah senilai Rp 4.200,- per Kg berasal dari gabah kualitas GKP varietas Ciherang yang terdapat di Kecamatan Tapin Tengah Kabupaten Tapin. Rata-rata harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani turun 4,61 persen, dari Rp 5.405,74 per Kg di bulan Agustus 2016 menjadi Rp 5.156,68 per Kg di bulan September Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan turun 4,62 persen dari Rp 5.509,25 per Kg di bulan Agustus 2016 menjadi Rp 5.254,61 per Kg di bulan September Survei harga produsen gabah selama September 2016 dilakukan terhadap 53 observasi di 10 Kabupaten meliputi Tanah Laut, Banjar, Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah Bumbu dan Balangan, Berdasarkan komposisinya, jumlah observasi harga gabah didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 53 observasi. Tabel 1 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan HPP Menurut Kelompok Kualitas, September 2016 Kalimantan Selatan Kelompok Kualitas Jumlah Observasi (%) Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) Terendah Tertinggi Ratarata Harga Ratarata di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih (6) thd (7) (Rp/Kg) (%) GKP , , , , , (100 %) Ciherang, Tapin Tengah (Tapin) Siam Saba, Kurau (Tanah Laut) Keterangan: GKG : KA 14,00% dan KH 3,00% GKP : KA (14,01%-25,00%) dan KH (3,01%-10,00%) Di Luar Kualitas : KA > 25,00% atau KH > 10,00% HPP berdasarkan Inpres No.5 Tahun 2015 tgl. 17 Maret 2015, diberlakukan mulai 17 Maret 2015 (Petani) , (Penggilingan) 9

10 Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani turun 4,61 persen dari Rp 5.405,74 per Kg di bulan Agustus 2016 menjadi Rp 5.156,68 per Kg di bulan September Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan turun 4,62 persen dari Rp 5.509,25 per Kg di bulan Agustus 2016 menjadi Rp 5.254,61 per Kg di bulan September Tabel 2 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan Menurut Kualitas Agustus September 2016 Tingkat Petani (Rp/Kg) Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Kelompok Kualitas Agustus September Perubahan (3) thd (2) (%) Agustus September Perubahan (6) thd (5) (%) GKP 5.405, ,68-4, , ,61-4,62 Secara umum, komponen mutu gabah selama bulan Agustus 2016 cenderung fluktuatif, Rata-rata Kadar Air (KA) dan Kadar Hampa/Lainnya gabah kualitas GKP masingmasing sebesar 14,88 persen dan 2,87 persen. Tabel 3 Rata-rata Komponen Mutu menurut Kualitas Gabah Agustus September 2016 Kelompok Kualitas Kadar Air (%) Kadar Hampa/Kotoran (%) Agustus September Agustus September GKP 14,88 14,83 2,87 3,35 10