PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN MEI 2017 TURUN -0,26 PERSEN

Transkripsi

1 No. 32/06/94/Th.X, 06 Juni 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN MEI 2017 TURUN -0,26 PERSEN Pada Bulan Mei 2017, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Papua mengalami penurunan -0,26 persen dengan indeks NTP 95,52 dibandingkan indeks NTP bulan sebelumnya 95,76. Penurunan yang terjadi karena indeks harga diterima petani (I t ) lebih kecil dari indeks harga dibayar petani (I b ) dimana I t mengalami kenaikan 0,02 persen sedangkan I b mengalami kenaikan 0,28 persen. NTP Nasional Mei 2017 sebesar 100,15 atau mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen dibandingkan NTP April Hal ini terjadi karena indeks harga diterima petani lebih tinggi dari indeks harga dibayar petani dimana indeks harga diterima petani mengalami kenaikan 0,73 persen dan indeks harga dibayar petani mengalami kenaikan 0,59 persen. NTP Provinsi Papua bulan Mei 2017 menurut subsektor tercatat 3 (tiga) subsektor memiliki nilai NTP dibawah 100 yaitu NTP Subsektor Tanaman Pangan 86,82; NTP Subsektor Peternakan 99,43 dan NTP Subsektor Perikanan 99,26. Sedangkan 2 (dua) subsektor lainnya memiliki nilai NTP diatas 100 yaitu NTP Hortikultura 101,33 dan NTP Tanaman Perkebunan Rakyat 100,17. Lebih lanjut, NTP subsektor Perikanan dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap 104,95 dan NTP Perikanan Budidaya 83,63. Secara umum, penurunan indeks NTP terjadi pada 4 (empat) subsektor yaitu Tanaman Pangan, Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perikanan, sedangkan subsektor Peternakan merupakan satusatunya subsektor yang mengalami kenaikan angka indeks NTP. Dari 33 provinsi yang dihitung NTP nya, tercatat 12 Provinsi mengalami kenaikan NTP dan 21 provinsi mengalami penurunan NTP dimana Jawa Barat tercatat mengalami kenaikan NTP tertinggi yaitu 1,05 persen sedangkan Sulawesi Tenggara tercatat mengalami kenaikan NTP terendah 0,05 persen. Bangka Belitung tercatat provinsi dengan penurunan indeks terbesar yaitu -1,91 persen serta Kalimantan Selatan tercatat mengalami penurunan terkecil yaitu -0,06 persen. Inflasi Pedesaan dapat diketahui melalui Indeks Konsumsi Rumah Tangga. Inflasi Pedesaan Papua Mei 2017 tercatat mengalami inflasi 0,36 persen. Inflasi perdesaan terjadi karena adanya kenaikan indeks pada semua sub kelompok. Secara nasional, 29 provinsi mengalami inflasi perdesaan dan 4 (empat) provinsi lainnya terjadi deflasi pedesaan dengan Inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Yogyakarta sebesar 1,42 persen dan terendah di Nusa Tengagra Barat sebsar 0,03 persen. Deflasi pedesaan terbesar terjadi di Sulawesi Utara sebesar -0,06 persen dan terkecil tercatat di Gorontalo dan Papua Barat masing-masing sebesar -0,01 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) di Papua pada Mei 2017 mengalami penurunan sebesar -0,02 persen atau terjadi penurunan angka indeks dari 113,43 pada April 2017 menjadi 113,41 pada Mei Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga diterima petani (I t ) terhadap harga dibayar petani (I b ) (dalam persentase) merupakan salah satu indikator untuk melihat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk

2 pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif, semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP Papua Mei 2017 mengalami penurunan -0,26 persen menjadi 95,52 dibandingkan NTP April Berdasarkan pemantauan harga pedesaan di beberapa daerah di Papua, penurunan indeks NTP disebabkan oleh perubahan indeks harga diterima petani (I t ) sebesar 0,02 persen lebih kecil dari perubahan indeks harga dibayar petani (I b ) yang juga mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen. Grafik 1 menunjukkan perkembangan NTP Papua bulan Mei 2017 dengan bulan sebelumnya, dimana 1 (satu) subsektor mengalami kenaikan indeks yaitu subsektor peternakan naik 0,70 persen. Sedangkan 4 (empat) subsektor lainnya mengalami penurunan indeks yaitu subsektor tanaman pangan turun -0,18 persen; subsektor hortikultura turun -1,15 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat turun -0,15 persen; dan subsektor perikanan turun -0,46 persen.. 1. Indeks Harga Diterima Petani (It) Perubahan harga komoditas yang dihasilkan petani ditunjukkan oleh indeks harga yang diterima petani (I t ). Pada Mei 2017, I t Papua sebesar 121,15 atau naik 0,02 persen dibandingkan I t April Kenaikan I t terjadi karena I t di subsektor Peternakan mengalami kenaikan cukup besar yaitu 0,93 persen, subsektor Tanaman Pangan 0,19 persen dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat 0,01 persen. Sedangkan subsektor Hortikultura mengalami penurunan -0,88 persen dan subsektor Perikanan turun -0,28 persen. 2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib) Fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk keperluan produksi hasil pertanian dapat diketahui melalui indeks harga dibayar petani (I b ). Pada Mei 2017, I b Papua sebesar 126,84 atau naik 0,28 persen lebih tinggi dibandingkan I b bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 126,49. Kenaikan I b gabungan tersebut didorong oleh naiknya I b pada semua subsektor pertanian dengan kenaikan indeks terbesar terjadi pada subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,36 persen dan subsektor Hortikultura naik sebesar 0,28 persen.

3 Tabel 1 Nilai Tukar Petani menurut Subsektor Provinsi Papua Bulan April - Mei 2017 serta Persentase Perubahannya (2012 = 100) Perubahan April Mei (%) (2) (3) (4) a. Indeks diterima petani (It) b. Indeks dibayar petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) a. Indeks diterima petani (It) b. Indeks dibayar petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Tanaman Pangan a. Indeks diterima petani (It) b. Indeks dibayar petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Hortikultura a. Indeks diterima petani (It) b. Indeks dibayar petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks diterima petani (It) b. Indeks dibayar petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPR) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Peternakan a. Indeks diterima petani (It) b. Indeks dibayar petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Perikanan Subsektor (1) NTP Gabungan tanpa Perikanan NTP Gabungan dengan Perikanan a. Indeks diterima petani (It) b. Indeks dibayar petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPN) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Perikanan Tangkap a. Indeks diterima petani (It) b. Indeks dibayar petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTN) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Perikanan Budidaya Bulan a. Indeks diterima petani (It) b. Indeks dibayar petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPi) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)

4 3. NTP Menurut Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada bulan Mei 2017, NTPP sebesar 86,82 atau mengalami penurunan indeks sebesar -0,18 persen dibandingkan NTPP April Hal ini disebabkan oleh I t mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen lebih rendah dari I b yang juga mengalami kenaikan angka indeks sebesar 0,36 persen. Perubahan I t pada kelompok palawija mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen dan kelompok padi tidak mengalami perubahan angka indeks (perubahan relatif kecil terhadap perubahan angka indeks secara umum) sedangkan perubahan I b disebabkan oleh meningkatnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) juga mengalami sebesar 0,41 persen, sedangkan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,04 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Mei 2017, NTPH mengalami penurunan sebesar -1,15 persen menjadi 101,33 disebabkan oleh penurunan I t sebesar -0,88 persen sedangkan I b mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen. Penurunan I t didorong oleh turunnya indeks kelompok sayur-sayuran sebesar -1,65 persen. kelompok buah-buahan mengalami kenaikan angka indeks sebesar 2,07 persen dan kelompok tanaman obat juga mengalami kenaikan angka indeks sebesar 1,39 persen. Kenaikan I b subsektor Hortikultura disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,29 persen dan BPPM naik sebesar 0,21 persen. c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Mei 2017, NTPR mengalami penurunan sebesar -0,15 persen menjadi 100,17 disebabkan oleh kenaikan I t sebesar 0,01 persen sedangkan I b juga mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen. Kenaikan I t didorong oleh naiknya indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,01 persen. kenaikan I b dipicu oleh naiknya IKRT sebesar 0,22 persen dan indeks BPPM naik sebesar 0,02 persen. d. Subsektor Peternakan (NTPT) NTPT tercatat sebesar 99,43 atau mengalami kenaikan angka indeks sebesar 0,70 persen dibandingkan NTPT bulan sebelumnya. Perubahan NTPT di bulan Mei 2017 disebabkan oleh I t yang mengalami kenaikan angka indeks sebesar 0,93 persen dan I b mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen. Dari keempat kelompok penyusun I t Peternakan, dua kelompok mengalami kenaikan angka indeks yaitu kelompok ternak kecil yang mengalami kenaikan angka indeks sebesar 1,36 persen dan kelompok unggas yang mengalami kenaikan angka indeks sebesar 0,62 persen. Kelompok ternak besar mengalami penurunan angka indeks yaitu sebesar -0,08 persen dan kelompok hasil ternak mengalami penurunan angka indeks sebesar -0,07 persen. Sedangkan pada I b, IKRT mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen dan indeks BPPBM turun sebesar -0,14 persen. e. Subsektor Perikanan (NTNP) Nilai Tukar Nelayan di bulan Mei 2017 adalah 99,26 atau mengalami penurunan sebesar -0,46 persen dibandingkan NTPN bulan sebelumnya. Penurunan NTPN disebabkan oleh perubahan I t lebih kecil dibandingkan perubahan I b atau I b mengalami kenaikan 0,18 persen sedangkan I t mengalami penurunan angka indeks sebesar -0,28 persen. Penurunan I t tercatat karena turunnya I t kelompok Perikanan Tangkap

5 sebesar -0,38 persen dan I t kelompok Budidaya juga mengalami kenaikan angka indeks yaitu sebesar 0,04 persen. Sedangkan kenaikan I b tercatat karena kenaikan pada IKRT sebesar 0,25 persen dan BPPM tidak mengalami perubahan angka indeks (perubahan relatif kecil terhadap perubahan angka indeks secara umum). 1) Kelompok Perikanan Tangkap (NTN) NTN Mei 2017 mengalami penurunan indeks sebesar -0,54 persen dibandingkan NTN April 2017 menjadi 104,95. I t mengalami penurunan sebesar -0,38 persen dipicu oleh indeks penangkapan laut yang mengalami penurunan sebesar -0,42 persen sedangkan indeks penangkapan perairan mengalami kenaikan angka indeks sebesar 1,79 persen. Sedangkan I b mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen disebabkan oleh kenaikan IKRT sebesar 0,26 persen dan indeks BPPBM yang turun sebesar -0,03 persen. 2) Kelompok Perikanan Budidaya (NTPi) Pada Mei 2017, NTPi Papua adalah 83,63 atau mengalami penurunan sebesar -0,17 persen dibandingkan NTPi bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh I t mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen dipicu oleh indeks budidaya air tawar yang mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen sedangkan indeks budidaya air laut dan budidaya air payau tidak mengalami perubahan angka indeks (perubahan relatif kecil terhadap perubahan angka indeks secara umum) sedangkan I b mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen. Perubahan I b disebabkan oleh kenaikan indeks IKRT sebesar 0,24 persen dan indeks BPPM yang mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen.

6 2. PERBANDINGAN NTP ANTAR PROVINSI Dari 33 provinsi yang dilakukan penghitungan NTP pada Mei 2017 menunjukkan bahwa 12 provinsi mengalami peningkatan NTP sementara 21 provinsi lainnya mengalami penurunan NTP dimana Jawa Barat tercatat mengalami kenaikan NTP tertinggi yaitu 1,05 persen sedangkan Sulawesi Tenggara tercatat mengalami kenaikan NTP terendah 0,05 persen. Bangka Belitung tercatat provinsi dengan penurunan indeks terbesar yaitu -1,91 persen serta Kalimantan Selatan tercatat mengalami penurunan terkecil yaitu -0,06 persen. Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi dan Persentase Perubahannya, Mei 2017 (2012 = 100) Propinsi Indeks Harga Diterima Indeks Harga Dibayar NTP Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Rasio % Perubahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) NAD SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAWA BARAT JAWA TENGAH YOGYAKARTA JAWA TIMUR BANTEN BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA GORONTALO SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA NASIONAL

7 3. Inflasi Perdesaan Perubahan Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga mencerminkan angka inflasi/deflasi pedesaan. Pada Mei 2017, terjadi inflasi di wilayah perdesaan Papua sebesar 0,36 persen yang dipicu oleh kenaikan indeks harga pada semua subkelompok pengeluaran rumah tangga. Kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok Bahan Makanan sebesar 0,23 persen; kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,19 persen; kelompok Perumahan sebesar 0,71 persen; kelompok Sandang sebesar 1,53 persen; kelompok Kesehatan sebesar 0,96 persen; kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 0,70 persen dan kelompok Transportasi dan Komunikasi sebesar 0,03 persen. Tabel 3 Perkembangan Indeks Konsumsi Rumah Tangga Menurut Subkelompok Provinsi Papua Bulan April - Mei 2017 (2012 = 100) Kelompok Pengeluaran Indeks Konsumsi Rumah Tangga April Mei Perubahan Indeks (1) (2) (3) (4) Konsumsi Rumah Tangga Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transportasi dan Komunikasi Inflasi Pedesaan di Provinsi Papua pada Mei 2017 tercatat 0,36 persen, lebih redah dibandingkan dengan inflasi perdesaan nasional sebesar 0,74 persen. Dari 33 provinsi tercatat 29 provinsi mengalami inflasi perdesaan dan 4 (empat) provinsi lainnya mengalami deflasi perdesaan dengan Inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Yogyakarta sebesar 1,42 persen dan terendah di Nusa Tenggara Barat sebesar 0,03 persen. Deflasi pedesaan terbesar terjadi di Sulawesi Utara sebesar -0,06 persen dan terkecil tercatat di Gorontalo dan Papua Barat masing-masing sebesar -0,01 persen. di Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) dengan Nasional (2012 = 100) No Provinsi Tabel 4 Urutan Tingkat Sulampua Urutan Tingkat Nasional (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA NASIONAL Perbandingan Inflasi Perdesaan Mei 2017 Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) Inflasi Perdesaan

8 Untuk wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, dan Papua) yang terdiri atas 10 provinsi. Papua menempati peringkat kedua untuk wilayah Sulampua dengan inflasi pedesaan sebesar 0,36 persen. Inflasi pedesaan tertinggi tercatat di Maluku sebesar 0,69 persen sedangkan inflasi terendah terjadi di Sulawesi Tengah sebesar 0,14 persen. Deflasi pedesaan terbesar terjadi di Sulawesi Utara sebesar -0,06 persen dan deflasi terkecil tercatat di Gorontalo dan Papua Barat masing-masing sebesar -0,01 persen. 4. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Subsektor NTUP Papua pada Mei 2017 adalah 113,41 atau turun 0,02 persen. Berdasarkan Subsektor, sebanyak 2 (dua) subsektor mengalami kenaikan indeks seperti subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,14 persen dan subsektor Peternakan sebesar 1,07 persen. Sedangkan subsektor yang mengalami penurunan adalah subsektor Holtikultura sebesar -1,09 persen dan subsektor Perikanan sebesar -0,29 persen. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat tidak mengalami perubahan angka indeks (perubahan relatif kecil terhadap perubahan angka indeks secara umum). Kelompok Perikanan Tangkap mengalami penurunan NTUP sebesar -0,34 persen dan kelompok Perikanan Budidaya juga mengalami penurunan NTUP sebesar -0,07 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian menurut Subsektor Provinsi Papua dan Persentase Perubahannya Tahun 2017 (2012 = 100) Subsektor April Mei Perubahan(%) (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan Hortikultura Tanaman Perkebunan Rakyat Peternakan Perikanan Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya NTUP Gabungan Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Jl.Dr. Sam Ratulangi Dok II Jayapura Papua Telp. (0967) , (Hunting), Fax. (0967) bps9400@bps.go.id Homepage: