PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2015

Transkripsi

1 No. 53/08/33/Th.IX, 03 Agustus 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2015 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) JULI 2015 SEBESAR 98,99 ATAU NAIK 0,52 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah bulan Juli 2015 mengalami kenaikan 0,52 persen, yaitu dari posisi 98,49 menjadi 98,99. Hal ini disebabkan karena perubahan indeks harga yang diterima petani (It) lebih tinggi dari pada perubahan indeks harga yang dibayar petani (Ib). It mengalami kenaikan 1,44 persen, dari posisi 116,80 pada bulan Juni 2015 menjadi 118,48 pada bulan Juli Sementara Ib mengalami kenaikan 0,92 persen, dari posisi 118,60 menjadi 119,69. Dari 5 (lima) sub sektor pertanian komponen penyusun NTP, 5 (lima) sub sektor mengalami kenaikan indeks yaitu : sub sektor Tanaman Pangan naik 0,07 persen, sub sektor Hortikultura naik 0,83 persen, sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 0,21 persen, sub sektor Peternakan naik 0,91 persen dan sub sektor Perikanan naik 1,26 persen. Secara umum, Indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan indeks sebesar 1,44 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kenaikan It dipengaruhi oleh kenaikan It pada semua sub sektor, yaitu : sub sektor Tanaman Pangan naik sebesar 1,06 persen, sub sektor Hortikultura naik sebesar 1,88 persen, sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 1,19 persen, sub sektor Peternakan naik sebesar 1,58 persen dan sub sektor Perikanan naik sebesar 2,14 persen. Indeks harga yang dibayar petani pada bulan Juni 2015 mengalami kenaikan 0,92 persen bila dibandingkan dengan bulan Juni Kenaikan itu dipengaruhi oleh kenaikan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,35 persen dan kenaikan Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,13 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) di Provinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan sebesar 1,31 persen atau dari posisi 103,09 menjadi 104,44 dibanding NTUP bulan sebelumnya. Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) atau IHK perdesaan di Provinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan atau terjadi inflasi pedesaan sebesar 1,35 persen. Inflasi terjadi disebabkan naiknya indeks harga kelompok Bahan Makanan sebesar 2,51 persen, kelompok Makanan Jadi 0,64 persen, Kelompok Perumahan 0,16 persen, kelompok Sandang 1,55 persen, kelompok Kesehatan 0,35 persen, kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga naik sebesar 0,48 persen dan kelompok Transportasi dan Komunikasi sebesar 0,29 persen. Dari 33 provinsi (termasuk DKI Jakarta) yang dilaporkan, perubahan NTP Juli 2015 terhadap NTP Juni 2015 ternyata sangat beragam. Kenaikan indeks NTP terjadi di 22 provinsi, sedangkan 11 provinsi lainnya mengalami penurunan. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 1,57 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Riau yaitu sebesar 1,56 persen. 1

2 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah ilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan penambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah. Gambar 1 NTP Jawa Tengah Juni Juli 2015 (2012 = 100) Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di perdesaan di wilayah Jawa Tengah pada bulan Juli 2015, NTP Jawa Tengah mengalami kenaikan indeks 0,52 persen dibanding NTP Juni yaitu dari 98,49 menjadi 98,99. Kenaikan indeks NTP tersebut disebabkan karena perubahan indeks harga produk pertanian yang diterima petani lebih tinggi dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 Gambar 2 Perubahan NTP Jawa Tengah per Subsektor Juni Juli 2015 (2012 = 100) 0,07 0,83 0,21 0,91 1,26 TP Horti TPR Ternak Ikan Kenaikan NTP pada bulan Juli 2015 juga disebabkan oleh kenaikan semua sub sektor NTP yaitu : NTP sub sektor Tanaman Pangan naik 0,07 persen NTP sub sektor Hortikultura naik 0,83 persen, NTP sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 0,21 persen, sub sektor Peternakan naik 0,91 persen dan NTP sub sektor Perikanan naik 1,26 persen. 2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. 2

3 114,21 116,13 115,42 118,83 119,13 119,66 118,31 120,24 121,02 122,22 Pada Juli 2015, secara umum It mengalami kenaikan indeks yang cukup signifikan sebesar 1,44 persen dibandingkan dengan It Juni 2015, yaitu: dari 116,80 menjadi 118,48. Kenaikan It terjadi pada semua sub sektor, yaitu : sub sektor Tanaman Pangan naik 1,06 persen, sub sektor Hortikultura naik sebesar 1,88 persen, sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 1,19 persen, sub sektor Tanaman Peternakan naik 1,58 persen dan sub sektor Perikanan naik 2,14 persen. Gambar 3 Indeks Yang Diterima Petani Jawa Tengah per Subsektor dan Perubahannya Juni Juli 2015 (2012 = 100) 124,00 122,00 120,00 Juni 2015 Juli ,00 116,00 114,00 112,00 110,00 TP Horti TPR Ternak Ikan 3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) elalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Juli 2015, Ib tercatat naik sebesar 0,92 persen bila dibandingkan Juni 2015, yaitu dari 118,60 menjadi 119,69. Kenaikan Ib terjadi pada 5(lima) sub sektor penyusun NTP yaitu: Ib sub sektor Tanaman Pangan naik 0,99 persen; Ib sub sektor Hortikultura naik 1,04 persen; Ib sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 0,97 persen; Ib sub sektor Peternakan naik 0,67 persen; dan Ib sub sektor Perikanan naik 0,87 persen. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 Gambar 4 Perubahan Indeks Yang Dibayar Petani Jawa Tengah per Sub sektor Juni Juli 2015 (2012 = 100) 0,99 1,04 0,97 TP Horti TPR Ikan Ternak Tabel 1 NTP Subsektor Tanaman Pangan Jawa Tengah dan Perubahannya Juni Juli 2015 (2012 = 100) 0,87 0,67 ada bulan Juli 2015 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,07 persen. Kenaikan NTPP disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 1,06 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan, yaitu sebesar 0,99 persen. No Rincian Juni'15 Juli'15 Kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,32 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,12 persen. (1) (2) (3) (4) (5) I. Indeks Diterima Petani 114,21 115,42 1,06 1. Padi 107,72 108,84 1,04 2. Palawija 131,58 133,03 1,10 II. Indeks Dibayar Petani 120,82 122,02 0,99 1. Konsumsi Rumah Tangga 122,23 123,83 1,32 2. BPPBM 117,13 117,27 0,12 III. Nilai Tukar Petani 94,53 94,59 0,07 3

4 b. Subsektor Hortikultura (NTPH) ilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTPH) pada Juli 2015 dilaporkan terjadi kenaikan indeks sebesar 0,83 persen. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 1,88 persen, lebih Tabel 2 NTP Subsektor Hortikultura Jawa Tengah dan Perubahannya Juni Juli 2015 (2012 = 100) No Rincian Juni'15 Juli'15 (1) (2) (3) (4) (5) tinggi dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani, I. Indeks Diterima Petani 116,13 118,31 1,88 dimana Ib mengalami kenaikan sebesar 1,04 persen. Kenaikan yang terjadi pada It disebabkan oleh perubahan indeks harga pada kelompok Sayur-sayuran naik sebesar Sayur-sayuran Buah-buahan Tanaman Obat 108,84 124,87 117,82 110,86 127,32 119,11 1,86 1,96 1,09 1,86 persen dan kelompok Buah-buahan naik sebesar 1,96 II. Indeks Dibayar Petani 119,73 120,98 1,04 persen dan kelompok Tanaman Obat naik sebesar 1,09 1. Konsumsi Rumah Tangga 122,60 124,34 1,42 persen. 2. BPPBM 112,94 113,02 0,08 Kenaikan Ib disebabkan oleh kenaikan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,42 persen dan kenaikan III. Nilai Tukar Petani 96,99 97,80 0,83 indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,08 persen. c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) ada Juli 2015 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,21 persen, hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,19 persen, lebih tinggi dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani, yaitu sebesar 0,97 persen. Kenaikan pada Ib terjadi karena naiknya indeks sub kelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,38 persen dan naiknya indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,13 persen. Tabel 3 NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Juni Juli 2015 (2012 = 100) No Rincian Juni'15 Juli'15 (2) (1) (3) (4) (5) I. Indeks Diterima Petani 118,83 120,24 1,19 1. T PR 118,83 120,24 1,19 II. Indeks Dibayar Petani 118,92 120,08 0,97 1. Konsumsi Rumah Tangga 122,18 123,87 1,38 2. BPPBM 112,74 112,89 0,13 III. Nilai Tukar Petani 99,93 100,14 0,21 d. Subsektor Peternakan (NTPT) TP sub sektor Peternakan pada bulan Juli 2015 dilaporkan mengalami kenaikan sebesar 0,91 persen. Kenaikan ini terjadi karena perubahan Ib yang lebih rendah dibandingkan dengan perubahan It. Indeks harga yang diterima petani naik 1,58 persen sementara indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,67 persen. Kenaikan yang terjadi pada It disebabkan oleh naiknya indeks harga pada semua kelompok sub sektor Peternakan yaitu: ternak besar naik 1,28 persen, ternak kecil naik 2,14 persen, unggas naik sebesar 3,37 persen dan hasil ternak naik 0,35 persen. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan Tabel 4 NTP Subsektor Peternakan Jawa Tengah dan Perubahannya Juni Juli 2015 (2012 = 100) No Rincian Juni'15 Juli'15 (1) (2) (3) (4) (5) I. Indeks Diterima Petani 119,13 121,02 1,58 1 T ernak Besar 121,25 122,80 1,28 2 T ernak Kecil 107,80 110,11 2,14 3 Unggas 120,34 124,40 3,37 4 Hasil Ternak 124,06 124,50 0,35 II. Indeks Dibayar Petani 114,58 115,35 0,67 1. Konsumsi Rumah Tangga 122,60 124,24 1,33 2. BPPBM 109,22 109,40 0,17 III. Nilai Tukar Petani 103,98 104,92 0,91 karena kenaikan pada IKRT sebesar 1,33 persen yaitu dari 122,60 persen menjadi 124,24 persen dan indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen yaitu dari 109,22 persen menjadi 109,40 persen. 4

5 e. Subsektor Perikanan (NTN) ada bulan Juli 2015, NTN mengalami kenaikan indeks sebesar 1,26 persen. Kenaikan indeks NTN ini disebabkan karena indeks yang diterima petani naik sebesar 2,14 persen lebih tinggi dibanding dengan indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,87 persen. Kenaikan yang terjadi pada It disebabkan oleh perubahan indeks harga pada kelompok penangkapan ikan yang naik 1,45 persen dan kelompok budidaya ikan mengalami kenaikan sebesar 0,87 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 1,31 persen dan turunnya BPPBM sebesar 0,22 persen. Tabel 5 NTP Subsektor Perikanan Jawa Tengah dan Perubahannya Juni Juli 2015 (2012 = 100) No Rincian Juni'15 Juli'15 (1) (2) (3) (4) (5) I. Indeks Diterima Petani 119,66 122,22 2,14 1 T angkap 128,22 130,09 1,45 2 Budidaya 117,75 120,47 2,31 II. Indeks Dibayar Petani 118,58 119,61 0,87 1. Konsumsi Rumah Tangga 122,98 124,59 1,31 2. BPPBM 112,71 112,96 0,22 III. Nilai Tukar Petani 100,91 102,19 1,26 5. NTUP Sub Sektor ilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 6 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor, dan Persentase Perubahannya, Juli 2015 (2012=100) Sub Sektor Juni'15 Juli'15 (1) (2) (3) (4) 1.Tanaman Pangan 97,50 98,42 0,94 2.Hortikultura 102,83 104,68 1,80 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 105,40 106,51 1,05 4.Peternakan 109,08 110,62 1,41 5. Perikanan 106,17 108,20 1,92 a. Tangkap 106,42 107,84 1,33 b. Budidaya 106,11 108,29 2,06 Jawa Tengah 103,09 104,44 1,31 Pada Juli 2015 terjadi kenaikan NTUP sebesar 1,31 persen dari posisi 103,09 menjadi 104,44. Hal ini karena kenaikan It sebesar 1,44 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan Indeks BPBBM sebesar 0,13 persen. Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP di 5(lima) sub sektor penyusun NTUP, yaitu sub sektor Tanaman Pangan naik sebesar 0,94 persen, subsektor Hortikultura naik sebesar 1,80 persen, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 1,05 persen, sub sektor Peternakan naik sebesar 1,41 persen, dan sub sektor Perikanan sebesar naik sebesar 1,92 persen. 5

6 6. Indeks Harga Konsumen Perdesaan erubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/ Deflasi di wilayah perdesaan. Pada Juli 2015, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) atau IHK di daerah perdesaan di Provinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan atau terjadi inflasi sebesar 1,35 persen. Inflasi dipicu oleh naiknya kelompok Bahan Makanan sebesar 2,51 persen, kelompok Makanan Jadi 0,64 persen, kelompok Perumahan 0,16 persen, kelompok Sandang 1,55 persen, kelompok Kesehatan 0,35 persen, kelompok kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga naik 0,48 persen dan kelompok Transportasi dan Komunikasi 0,29 persen. Tabel 7 IHK Perdesaan Jawa Tengah dan Perubahannya (%) Juni Juli 2015 (2012 = 100) Rincian Juni'15 Juli'15 (1) (2) (3) (4) Konsumsi Rumah Tangga 122,42 124,08 1,35 a. Bahan Makanan 131,70 135,01 2,51 b. Makanan Jadi 114,81 115,55 0,64 c. Perumahan 118,87 119,05 0,16 d. Sandang 116,97 118,79 1,55 e. Kesehatan 111,97 112,36 0,35 f. Pendidikan, Rekreasi & Olah rag 108,63 109,15 0,48 g. Transportasi dan Komunikasi 121,44 121,79 0,29 7. Perbandingan Antar Provinsi ari 33 provinsi yang dilaporkan, perubahan NTP Juni 2015 terhadap NTP Mei 2015 ternyata sangat beragam. Kenaikan nilai NTP terjadi di 22 provinsi, dan 11 provinsi lainnya mengalami penurunan. Kenaikan NTP tertinggi Juli 2015 terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 1,57 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi pada Provinsi Riau yaitu sebesar 1,56 persen. Tabel 8 NTP 33 Provinsi dan Persentase Perubahannya (%) Juni - Juli 2015 (2012 = 100) No Provinsi Juni'15 Juli'15 (1) (2) (3) (4) (5) 1 SULTRA 98,80 100,35 1,57 2 KEPRI 98,93 100,35 1,43 3 JABAR 103,08 104,17 1,06 4 LAMPUNG 102,42 103,41 0,97 5 SULSEL 103,57 104,53 0,93 6 JATIM 103,05 103,87 0,80 7 SULUT 94,70 95,42 0,76 8 BABEL 106,00 106,79 0,75 9 BALI 103,93 104,60 0,64 10 SULTENG 97,62 98,21 0,61 11 YOGYAKARTA 100,36 100,96 0,60 12 KALTENG 98,60 99,19 0,59 13 KALBAR 96,68 97,23 0,57 14 NTB 103,29 103,86 0,55 15 SULBAR 104,76 105,32 0,53 16 JATENG 98,49 98,99 0,52 17 NAD 95,76 96,22 0,48 18 MALUKU 100,20 100,51 0,30 19 MALUKU UTARA 101,22 101,51 0,29 20 KALTIM 97,66 97,94 0,29 21 GORONTALO 101,38 101,65 0,26 22 BANTEN 103,22 103,28 0,06 23 NTT 101,71 101,66-0,05 24 PAPUA 96,98 96,91-0,07 25 JAMBI 96,09 96,00-0,10 26 SUMBAR 97,54 97,36-0,19 27 DKI 97,37 96,98-0,40 28 PAPUA BARAT 101,35 100,88-0,46 29 KALSEL 100,60 100,12-0,49 30 SUMUT 98,47 97,55-0,93 31 SUMSEL 97,29 96,15-1,17 32 BENGKULU 94,43 93,15-1,35 33 RIAU 96,24 94,74-1,56 6

7 Tanaman Pangan Hortikultura Tanaman Perkebunan Rakyat Peternakan Perikanan Jawa Tengah Rincian Juni'15 Juli'15 thd Juni'15 Juni'15 Juli'15 (%) thd Juni'15 Juni'15 Juli'15 (%) thd Juni'15 Juni'15 Juli'15 (%) Perub Juli'15 thd Juni'15 Juli'15 Juni'15 (%) thd Juni'15 Juni'15 Juli'15 (%) thd Juni'15 (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) I. Indeks Diterima Petani 114,21 115,42 1,06 116,13 118,31 1,88 118,83 120,24 1,19 119,13 121,02 1,58 119,66 122,22 2,14 116,80 118,48 1,44 II. Indeks Dibayar Petani 120,82 122,02 0,99 119,73 120,98 1,04 118,92 120,08 0,97 114,58 115,35 0,67 118,58 119,61 0,87 118,60 119,69 0,92 1. Konsumsi Rumah Tangga 122,23 123,83 1,32 122,60 124,34 1,42 122,18 123,87 1,38 122,60 124,24 1,33 122,98 124,59 1,31 122,42 124,08 1,35 a. Bahan Makanan 132,20 135,48 2,48 131,31 134,73 2,60 130,84 134,07 2,47 131,67 134,93 2,48 134,61 138,08 2,57 131,70 135,01 2,51 b. Makanan Jadi 114,74 115,48 0,64 114,94 115,67 0,64 114,90 115,65 0,65 114,80 115,54 0,65 114,10 114,76 0,58 114,81 115,55 0,64 c. Perumahan 118,26 118,46 0,17 118,73 118,91 0,15 118,67 118,83 0,13 120,05 120,24 0,16 117,14 117,35 0,17 118,87 119,05 0,16 d. Sandang 116,42 118,14 1,48 117,14 118,97 1,56 117,61 119,51 1,62 117,23 119,09 1,59 115,81 117,67 1,61 116,97 118,79 1,55 e. Kesehatan 113,53 113,94 0,36 111,14 111,55 0,37 111,02 111,38 0,33 111,24 111,61 0,33 113,07 113,58 0,45 111,97 112,36 0,35 f. Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 108,23 108,80 0,52 108,67 109,17 0,46 108,07 108,61 0,50 109,07 109,56 0,44 112,14 112,53 0,35 108,63 109,15 0,48 g. Transportasi dan Komunikasi 119,88 120,18 0,24 122,23 122,60 0,30 120,24 120,62 0,32 122,17 122,54 0,30 133,81 134,24 0,32 121,44 121,79 0,29 2. BPPBM 117,13 117,27 0,12 112,94 113,02 0,08 112,74 112,89 0,13 109,22 109,40 0,17 112,71 112,96 0,22 113,30 113,45 0,13 a. Bibit 123,78 124,07 0,24 109,26 109,08-0,17 104,93 104,08-0,81 109,70 110,03 0,31 109,18 109,32 0,13 113,38 113,39 0,01 b. Obat-obatan & Pupuk 109,63 109,70 0,06 111,99 112,10 0,10 106,52 106,81 0,28 104,75 104,67-0,07 112,15 112,21 0,06 108,50 108,57 0,07 c. Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 117,18 117,49 0,27 116,31 116,38 0,06 107,67 107,67 0,00 107,34 107,73 0,36 110,21 110,78 0,52 112,75 112,98 0,21 d. T ransportasi 138,27 138,56 0,21 118,58 118,75 0,14 121,61 121,55-0,05 121,52 122,24 0,60 134,23 134,99 0,57 126,59 126,93 0,26 e. Penambahan Barang Modal 115,97 116,21 0,21 114,03 114,18 0,13 116,12 116,22 0,09 109,66 109,44-0,20 112,65 113,28 0,56 113,83 113,92 0,08 f. Upah Buruh Tani 119,82 119,89 0,06 111,67 111,89 0,20 116,98 117,25 0,23 116,68 117,71 0,89 110,39 110,97 0,53 116,41 116,81 0,34 III. Nilai Tukar Petani 94,53 94,59 0,07 96,99 97,80 0,83 99,93 100,14 0,21 103,98 104,92 0,91 100,91 102,19 1,26 98,49 98,99 0,52 IV. Nilai Tukar Usaha Pertanian 97,50 98,42 0,94 102,83 104,68 1,80 105,40 106,51 1,05 109,08 110,62 1,41 106,17 108,20 1,92 103,09 104,44 1,31 7

8 B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH JULI 2015 RATA-RATA HARGA GABAH DI TINGKAT PETANI GKG TURUN 2,30% DAN GKP NAIK 2,75% Survei Harga Produsen Gabah di Jawa Tengah pada Juli 2015 mencatat 111 observasi transaksi penjualan gabah di 16 kabupaten terpilih. Berdasarkan komposisinya, jumlah observasi harga gabah tetap didominasi transaksi penjualan Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 85 observasi (76,58%) diikuti kelompok gabah kualitas rendah sebanyak 18 observasi (16,22%) dan kelompok Gabah Kering Giling ditemukan 8 observasi (7,21%). Di tingkat petani, harga Gabah tertinggi Juli 2015 tercatat Rp ,00 per kg berasal dari transaksi kelompok gabah kualitas GKG dengan varietas Ciherang yang berasal dari Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Sedangkan harga terendah di tingkat petani ditemukan seharga Rp ,00 per kg berasal dari kelompok gabah kualitas rendah varietas Ciherang di Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. Di tingkat penggilingan, harga gabah tertinggi Juli 2015 tercatat Rp ,00 per kg berasal dari kelompok dan varietas yang sama dengan di tingkat petani yaitu kelompok gabah kualitas GKG dengan varietas Ciherang yang berasal dari Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Demikian pula untuk Harga terendah di tingkat penggilingan ditemukan pada kelompok gabah kualitas rendah varietas Ciherang di Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora seharga Rp ,00,- per Kg. Rata-rata harga gabah GKG di tingkat petani pada Julii 2015 mengalami penurunan sebesar 2,30 persen dari Rp ,67/Kg pada Juni menjadi Rp.4.911,25/Kg. Demikian pula untuk gabah kualitas GKP mengalami kenaikan sebesar 2,75 persen dari Rp ,40/Kg pada Juni menjadi Rp.4.331,21/Kg pada Juli. emasuki bulan Juli 2015 Survei Harga Produsen Gabah di Jawa Tengah berhasil mencatat sebanyak 111 observasi transaksi penjualan gabah di 16 kabupaten terpilih kecuali kabupaten Sukoharjo, Demak dan Kendal belum ditemukan transaksi penjualan gabah. Dari 111 transaksi penjualan gabah yang berhasil dicatat, komposisi jumlah observasi masih didominasi oleh transaksi penjualan Gabah Kering Panen (GKP) yaitu sebanyak 85 observasi (76,58%) diikuti kelompok gabah kualitas rendah sebanyak 18 observasi (16,22%) dan gabah kualitas rendah sebanyak 8 observasi (7,21%). Kelompok Tabel 9. Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan HPP Menurut Kelompok Juli 2015 Jumlah Observasi Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) Harga di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Terendah Tertinggi HPP*) Terendah Tertinggi HPP*) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) GKG , , , , ,00 7,21 (Pemalang) (Pati) (Pemalang) (Pati) GKP , , , , , ,00 Rendah Keterangan 76,58 (Karanganyar, Sragen) (Banyumas) (Karanganyar, Sragen) (Banyumas) , , , ,00-16,22 (Blora) (Grobogan) (Blora) (Grobogan) 8

9 *) HPP berdasarkan Inpres No.5 Tahun 2015 tanggal 17 Maret 2015, diberlakukan mulai bulan Maret 2015 Dari 111 observasi transaksi harga penjualan gabah yang berhasil dikumpulkan selama Juli 2015, terbanyak berasal dari Kabupaten Banyumas sebanyak 20 observasi (18,02%), diikuti Kabupaten Sragen sebanyak 19 observasi (17,12%), Kabupaten Blora sebanyak 10 observasi (9,01%), Kabupaten Pati dan Kebumen masing-masing sebanyak 9 observasi (8,11%) dan Kabupaten Kebumen sebanyak 8 observasi (7,21%) dan selebihnya tersebar di 11 kabupaten lainnya sebesar 32,43 persen. 1. Harga Tertinggi, Harga Terendah dan Kasus Harga di Bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Harga gabah tertinggi di tingkat petani pada Juli 2015 tercatat Rp ,00 per kg berasal dari transaksi kelompok gabah kualitas GKG dengan varietas Ciherang yang berasal dari Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Sedangkan harga terendah di tingkat petani ditemukan seharga Rp ,00 per kg berasal dari kelompok gabah kualitas rendah varietas Ciherang di Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. Di tingkat penggilingan, harga gabah tertinggi Juli 2015 tercatat Rp ,00 per kg berasal dari kelompok dan varietas yang sama dengan di tingkat petani yaitu kelompok gabah kualitas GKG dengan varietas Ciherang yang berasal dari Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Demikian pula untuk Harga terendah di tingkat penggilingan ditemukan pada kelompok gabah kualitas rendah varietas Ciherang di Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora seharga Rp ,00,- per Kg. Dari sejumlah 93 (83,78%) pemantauan harga gabah kualitas GKG dan GKP yang berhasil diobservasi selama Juli tidak juga ditemukan kasus harga di bawah HPP. Sementara pencatatan terhadap harga gabah kualitas rendah yang berpotensi mengalami harga di bawah HPP ditemukan sebanyak 18 observasi. Observasi harga gabah kualitas rendah yang dicatat terbanyak ditemukan di Kabupaten Blora. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah HPP Menurut Kelompok, Juli 2015 Kelompok Jumlah Observasi Petani Penggilingan observasi % observasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) GKG GKP GKG dan GKP Rata-rata Komponen Mutu Menurut Kelompok ata-rata Kadar Air (KA) gabah di Jawa Tengah, pada Juli 2015 menunjukkan kadar mutu yang bervariatif. Rata-rata KA kelompok gabah kualitas GKG tercatat lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,23 persen sedangkan bulan ini tercatat 12,30 persen. Namun untuk rata-rata KA kelompok GKP mengalami penurunan dari 17,36 persen pada Juni menjadi 17,13 persen pada Juli. Kelompok gabah kualitas rendah juga mengalami sedikit penurunan rata-rata kadar air dari 24,61 persen menjadi 23,59 persen pada Juli

10 Rata-Rata Kadar Hampa (KH) bulan Juli 2015 juga menunjukkan kualitas yang juga bervariatif. Kelompok gabah kualitas GKG mengalami penurunan dari 2,65 persen pada Juni menjadi 2,45 persen. Sedangkan kelompok gabah kualitas GKP relative stabil pada angka 6,34 persen. Sementara kelompok gabah kualitas rendah mengalami penurunan dari 10,19 pada menjadi 9,30 pada Juli Kelompok Tabel 11 Rata-Rata Komponen Mutu Menurut Kelompok Juni Juli 2015 Jumlah Observasi Kadar Air (%) Kadar Hampa (%) Juni Juli Juni Juli (1) (2) (3) (4) (5) (6) GKG 8 12,23 12,30 2,65 2,45 GKP 85 17,36 17,13 6,34 6,34 Rendah 18 24,61 23,59 10,19 9,30 3. Rata-rata Harga Gabah Menurut Kelompok ata-rata harga gabah GKG di tingkat petani pada Juli 2015 megalami penurunan sebesar 2,30 persen dari Rp ,67/Kg pada Mei menjadi Rp ,25/Kg. Sementara rata-rata harga kelompok GKP bulan ini kembali mengalami kenaikan sebesar 2,75 persen dari Rp ,40Kg pada Juni menjadi Rp ,21/Kg. Kelompok gabah kualitas rendah juga mengalami kenaikan sebesar 1,48 persen dari Rp ,00 /Kg pada Juni menjadi Rp.3.805,00 /Kg pada Juli Di tingkat penggilingan, rata-rata harga gabah kelompok GKG pada Juli 2015 juga mengalami penurunan yaitu sebesar 2,83 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat Rp ,50Kg menjadi Rp ,50/Kg, Sementara kelompok kualitas GKP mengalami kenaikan 2,61 persen dari Rp ,38/Kg pada Juni menjadi Rp ,86/Kg pada Juli Gabah kualitas rendah juga mengalami kenaikan sebesar 1,52 persen dari Rp ,50/Kg pada Juni menjadi Rp ,33/Kg. Kelompok Tabel 12 Rata-Rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok, Juni - Juli 2015 Tingkat Petani (Rp/Kg) Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Juni Juli Perubahan Juni Juli Perubahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) GKG 5 026, ,25-2, , ,50-2,83 GKP 4 215, ,21 2, , ,86 2,61 Rendah 3 750, ,56 1, , ,33 1,52 10