PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2016

Transkripsi

1 NILAI TUKAR PETANI (NTP) BULAN NOVEMBER 2016 NAIK 0,25 PERSEN No. 66/12/63/Th.XIX, 1 Desember 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Pada November 2016 NTP Kalimantan Selatan tercatat 97,76 atau naik 0,25 persen dibanding NTP Oktober Naiknya NTP ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan relatif lebih kecil yaitu sebesar 0,46 persen. Pada November 2016 terjadi inflasi di daerah pedesaan Kalimantan Selatan sebesar 0,59 persen yang disebabkan oleh naiknya indeks harga di semua kelompok penyusun Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT). Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Kalimantan Selatan November 2016 sebesar 105,31 atau naik sebesar 0,63 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya. Pada bulan November 2016, secara Nasional, Provinsi Kalimantan Barat mengalami kenaikan NTP tertinggi sebesar 1,77 persen, sebaliknya Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan NTP tertinggi sebesar 1,14 persen. 1. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. 1

2 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Pada bulan November 2016, NTP Kalimantan Selatan tercatat sebesar 97,76 atau naik 0,68 persen jika dibandingkan NTP pada bulan Oktober 2016 sebesar 97,52. Kenaikan tersebut disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian mengalami kenaikan yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Jika dilihat masing-masing subsektor, tiga subsektor pertanian mengalami kenaikan NTP dan dua subsektor mengalami penurunan NTP. Subsektor yang mengalami kenaikan NTP adalah Subsektor Holtikultura sebesar 1,23 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,39 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 0,13 persen. Subsektor yang mengalami penurunan NTP adalah Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,12 persen dan Subsektor Peternakan sebesar 1,05 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Perubahannya (2012 = 100) Subsektor Oktober 2016 November 2016 Persentase Perubahan (1) (2) (3) (4) Gabungan a. Nilai Tukar Petani (NTP) 97,52 97,76 0,25 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 116,52 117,35 0,71 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 119,49 120,04 0,46 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,76 123,48 0,59 - Indeks BPPBM 111,35 111,43 0,08 Gabungan Tanpa Perikanan a. Nilai Tukar Petani (NTP) 96,47 96,72 0,26 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 115,28 116,11 0,71 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 119,50 120,04 0,45 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,47 123,18 0,58 - Indeks BPPBM 111,70 111,78 0,07 1. Tanaman Pangan a. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 98,14 98,03-0,12 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) ,50 0,31 - Padi ,99 0,43 - Palawija ,51-0,83 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) ,88 0,43 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga ,29 0,57 - Indeks BPPBM 114,18 114,18 0,00 2

3 Tabel 1 Lanjutan Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Perubahannya (2012 = 100) Subkelompok Oktober 2016 November 2016 Persentase Perubahan (1) (2) (3) (4) 2. Hortikultura a. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 104,44 105,73 1,23 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 125,43 127,62 1,74 - Sayur-sayuran 143,46 147,19 2,60 - Buah-buahan 120,76 122,63 1,55 - Tanaman Obat 101,82 100,54-1,26 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,10 120,71 0,50 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,32 123,04 0,59 - Indeks BPPBM 109,11 109,15 0,03 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai Tukar Petani (NTP-TPR) 81,55 82,69 1,39 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 98,17 100,01 1,87 - Tanaman Perkebunan Rakyat 98,17 100,01 1,87 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,38 120,95 0,47 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,54 123,21 0,54 - Indeks BPPBM 111,58 111,75 0,16 4. Peternakan a. Nilai Tukar Petani (NTP-TR) 109,55 108,40-1,05 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 126,38 125,57-0,64 - Ternak Besar 136,45 137,50 0,77 - Ternak Kecil 122,33 120,71-1,32 - Unggas 126,12 124,78-1,06 - Hasil Ternak 119,12 117,62-1,26 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 115,37 115,84 0,41 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,16 122,94 0,63 - Indeks BPPBM 107,76 107,91 0,14 5. Perikanan a. Nilai Tukar Petani (NTNP) 109,90 110,05 0,13 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 131,20 132,07 0,66 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 119,38 120,01 0,53 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126,20 127,09 0,71 - Indeks BPPBM 107,18 107,34 0, Perikanan Tangkap a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 112,58 113,24 0,58 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) 134,08 135,61 1,14 - Penangkapan Perairan Umum 123,64 125,17 1,24 - Penangkapan Laut 138,48 140,01 1,10 c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 119,10 119,75 0,55 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126,15 127,04 0,71 - Indeks BPPBM 106,40 106,64 0, Perikanan Budidaya a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 102,84 101,63-1,18 b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 123,55 122,66-0,72 - Budidaya Air Tawar 119,10 118,01-0,92 - Budidaya Air Payau 137,53 137,27-0,19 c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 120,13 120,69 0,47 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126,33 127,22 0,70 - Indeks BPPBM 109,25 109,23-0,02 3

4 2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan November 2016, It naik sebesar 0,71 persen dibandingkan Oktober 2016, yaitu dari 116,52 menjadi 117,35. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,31 persen, Subsektor Holtikultura sebesar 1,74 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,87 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 0,66 persen. 3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada November 2016, Ib mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen jika dibandingkan dengan bulan Oktober 2016, yaitu dari 119,49 menjadi 120,04. Kenaikan Ib disebabkan naiknya Ib di seluruh subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,43 persen, Subsektor Holtikultura sebesar 0,50 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,47 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,41 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 0,53 persen. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) Pada bulan November 2016, nilai NTP-P turun sebesar 0,12 persen. Hal ini disebabkan It mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen lebih kecil daripada kenaikan Ib sebesar 0,43 persen. Naiknya It pada bulan November 2016 disebabkan kenaikan indeks pada kelompok padi sebesar 0,43 persen. Sementara kelompok palawija mengalami penurunan indeks sebesar 0,83 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,43 persen disebabkan oleh kenaikan pada indeks kelompok konsumsi rumah tangga (KRT) sebesar 0,57 persen. Sementara indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) tidak mengalami perubahan. 4

5 b. Subsektor Hortikultura (NTP-H) Pada bulan November 2016, NTP-H naik sebesar 1,23 persen. Hal ini disebabkan It mengalami kenaikan sebesar 1,74 persen, sedangkan Ib mengalami kenaikan relatif lebih kecil yaitu sebesar 0,50 persen. Kenaikan It bulan November 2016 disebabkan naiknya harga komoditas pada kelompok sayur-sayuran (khususnya komoditas jeruk, pisang, dan semangka) sebesar 2,60 persen, dan kelompok buah-buahan (khususnya komoditas jeruk) sebesar 1,55 persen. Sementara kelompok tanaman obat turun sebesar 1,26 persen. Kenaikan pada Ib disebabkan naiknya indeks komoditas kelompok KRT sebesar 0,50 dan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,03 persen. c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-TPR) Pada bulan November 2016, NTP-TPR naik sebesar 1,39 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 1,87 persen, lebih besar daripada kenaikan Ib yaitu sebesar 0,47 persen. Kenaikan It bulan November 2016 utamanya disebabkan naiknya indeks pada kelompok tanaman perkebunan rakyat (khususnya komoditi kelapa dan karet) sebesar 1,87 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks kelompok KRT sebesar 0,54 persen dan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,16 persen. d. Subsektor Peternakan (NTP-TR) Pada bulan November 2016, NTP-TR turun sebesar 1,05 persen. Hal ini disebabkan It mengalami penurunan sebesar 0,64 persen dan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen. Penurunan It bulan November 2016 disebabkan oleh turunnya harga komoditas Ternak Kecil sebesar 1,32 persen, komoditas Unggas sebesar 1,06 persen, dan komoditas Hasil Ternak sebesar 1,26 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks kelompok KRT sebesar 0,63 persen dan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,14 persen. e. Subsektor Perikanan (NTNP) Pada bulan November 2016, NTNP naik sebesar 0,13 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,66 persen lebih besar daripada kenaikan Ib yaitu sebesar 0,53 persen. Kenaikan It pada bulan November 2016 disebabkan indeks kelompok penangkapan ikan (khususnya komoditas ikan gabus, ikan papuyu, ikan bawal, ikan tenggiri, 5

6 ikan manyung, dan cumi-cumi) secara rata-rata naik sebesar 1,14 persen. Sementara indeks kelompok budidaya ikan (khususnya komoditas ikan mas, ikan nila, ikan patin, dan ikan bandeng) turun sebesar 0,72 persen. Kenaikan Ib disebabkan indeks kelompok KRT mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen dan indeks kelompok BPPBM naik sebesar 0,15 persen. 1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada November 2016, NTN naik sebesar 0,58 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 1,14 persen lebih besar daripada kenaikan Ib yaitu sebesar 0,55 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan naiknya indeks kelompok KRT sebesar 0,71 persen dan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,22 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada November 2016, NTPi turun sebesar 1,18 persen. Hal ini dikarenakan It mengalami penurunan sebesar 0,72 persen dan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,47 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan indeks kelompok KRT mengalami kenaikan sebesar 0,70 persen. Sementara itu, indeks kelompok BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,02 persen. 5. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dihitung NTP-nya, dapat dilihat bahwa 14 provinsi mengalami kenaikan NTP, 18 provinsi mengalami penurunan NTP, dan 1 provinsi tidak mengalami perubahan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebesar 1,77 persen, sedangkan penurunan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 1,14 persen. Dari empat provinsi di Kalimantan yang melaporkan hasil survei bulan November 2016, Kalimantan Selatan mengalami kenaikan NTP sebesar 0,25 persen, Kalimantan Tengah naik sebesar 0,42 persen, Kalimantan Barat naik sebesar 1,77 persen, dan Kalimantan Timur naik sebesar 0,13 persen. 6

7 Tabel 2 Ranking Nilai Tukar Petani (NTP) Oktober November 2016 (2012 = 100) PROVINSI Oktober November PROVINSI NTP Ranking % NTP Ranking % (1) (7) (8) (9) (6) (7) (8) (9) SULBAR 109,79 1 1,09 SULBAR 108,61 1-1,08 NTB 107,25 2 0,24 NTB 107,32 2 0,06 BALI 107,13 3-0,29 BALI 107,06 3-0,06 GORONTALO 106,46 4 0,81 GORONTALO 105,77 4-0,65 YOGYAKARTA 105,26 5-0,47 YOGYAKARTA 104,23 5-0,97 JATIM 104,98 6-0,77 SULSEL 103,91 6-0,30 SULSEL 104,23 7-0,60 LAMPUNG 103,86 7 0,38 MALUKU UTARA 104,20 8 0,50 JATIM 103,79 8-1,14 JABAR 104,01 9-0,13 JABAR 103,78 9-0,22 LAMPUNG 103, ,12 MALUKU UTARA 103, ,01 NTT 102, ,38 NTT 101, ,57 SUMUT 101, ,49 SUMUT 100, ,45 MALUKU 100, ,58 MALUKU 100, ,10 PAPUA BARAT 100, ,22 PAPUA BARAT 100, ,13 BANTEN 100, ,08 RIAU 100, ,97 JATENG 100, ,72 BANTEN 100, ,25 JAMBI 99, ,41 JAMBI 99, ,13 RIAU 99, ,55 JATENG 99, ,60 BABEL 99, ,02 DKI 99, ,02 SULTRA 99, ,76 SULTRA 98, ,45 DKI 99, ,03 BABEL 98, ,98 SULTENG 98, ,57 KALTIM 98, ,13 KALTIM 98, ,27 KALTENG 98, ,42 KALTENG 97, ,30 SULTENG 98, ,49 KALSEL 97, ,68 KEPRI 97, ,76 KEPRI 97, ,14 KALSEL 97, ,25 SUMBAR 96, ,24 KALBAR 96, ,77 PAPUA 95, ,27 SUMBAR 96, ,00 NAD 95, ,25 NAD 96, ,74 KALBAR 95, ,27 PAPUA 95, ,90 SUMSEL 94, ,75 SUMSEL 94, ,03 SULUT 94, ,34 SULUT 94, ,11 BENGKULU 92, ,30 BENGKULU 93, ,54 NASIONAL 101,71-0,30 NASIONAL 101,31-0,40 6. Inflasi Pedesaan Perubahan indeks konsumsi rumah tangga (KRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan November 2016, di daerah pedesaan Kalimantan Selatan terjadi inflasi sebesar 0,59 persen. Hal ini terjadi sebagai akibat dari naiknya indeks harga pada subkelompok bahan makanan sebesar 1,12 persen, subkelompok makanan jadi sebesar 0,17 persen, subkelompok perumahan sebesar 0,27 persen, subkelompok sandang sebesar 7

8 0,31 persen, subkelompok kesehatan sebesar 0,36 persen, subkelompok pendidikan sebesar 0,23 persen, dan subkelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,07 persen. Tabel 3 Indeks Harga Konsumen Perdesaan dan Persentase Perubahannya, Oktober November 2016 (2012 = 100) Kelompok Oktober 2016 November 2016 Persentase Perubahan (1) (3) (3) (4) 1. Bahan Makanan 130,13 131,59 1,12 2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 115,93 116,13 0,17 3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 118,34 118,67 0,27 4. Sandang 122,49 122,88 0,31 5. Kesehatan 122,09 122,53 0,36 6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 115,48 115,74 0,23 7. Transportasi dan Komunikasi 118,81 118,89 0,07 Konsumsi Rumah Tangga 122,76 123,48 0,59 7. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Pada November 2016 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,63 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen lebih besar daripada kenaikan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,08 persen. Kalau dilihat dari subsektornya, diketahui bahwa NTUP Subsektor Tanaman Pangan mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen, Subsektor Holtikultura naik sebesar 1,71 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 1,72 persen, Subsektor Peternakan turun sebesar 0,78 persen, dan Subsektor Perikanan naik sebesar 0,51 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya Oktober November 2016 (2012 = 100) Subsektor Oktober 2016 November 2016 Persentase Perubahan (1) (3) (3) (4) 1. Tanaman Pangan 103,46 103,78 0,31 2. Holtikultura 114,96 116,92 1,71 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 87,98 89,49 1,72 4. Peternakan 117,28 116,37-0,78 5. Perikanan 122,41 123,03 0,51 a. Tangkap 126,01 127,17 0,92 b. Budidaya 113,09 112,30-0,70 NTUP Kalimantan Selatan 104,65 105,31 0,63 8

9 B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2016 RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI TINGKAT PETANI PADA BULAN NOVEMBER 2016 NAIK 0,24 PERSEN Selama November 2016, komposisi jumlah observasi dari 41 transaksi harga gabah di 10 kabupaten didominasi Gabah Kering Panen (GKP). Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Karang Dukuh yaitu senilai Rp 6.545,00 per Kg yang terdapat di Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala. Sedangkan harga terendah senilai Rp 4.300,- per Kg berasal dari gabah kualitas GKP varietas Ciherang yang terdapat di Kecamatan Tapin Tengah Kabupaten Tapin. Rata-rata harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani naik 0,24 persen, dari Rp 5.225,77 per Kg di bulan Oktober 2016 menjadi Rp 5.238,49 per Kg di bulan November Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan naik 0,16 persen dari Rp 5.322,37 per Kg di bulan Oktober 2016 menjadi Rp 5.330,93 per Kg di bulan November Survei harga produsen gabah selama November 2016 dilakukan terhadap 41 observasi di 10 Kabupaten meliputi Tanah Laut, Banjar, Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah Bumbu dan Balangan, Berdasarkan komposisinya, jumlah observasi harga gabah didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 41 observasi. Tabel 1 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan HPP Menurut Kelompok Kualitas, November 2016 Kalimantan Selatan Kelompok Kualitas Jumlah Observasi (%) Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) Terendah Tertinggi Ratarata Harga Ratarata di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih (6) thd (7) (Rp/Kg) (%) GKP , , , , , Karang Ciherang, Dukuh, (Petani) Tapin Tengah Rantau Badauh , (Tapin) (Barito Kuala) (Penggilingan) Keterangan: GKG : KA 14,00% dan KH 3,00% GKP : KA (14,01%-25,00%) dan KH (3,01%-10,00%) Di Luar Kualitas : KA > 25,00% atau KH > 10,00% HPP berdasarkan Inpres No.5 Tahun 2015 tgl. 17 Maret 2015, diberlakukan mulai 17 Maret

10 Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani naik 0,24 persen, dari Rp 5.225,77 per Kg di bulan Oktober 2016 menjadi Rp 5.238,49 per Kg di bulan November Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan naik 0,16 persen dari Rp 5.322,37 per Kg di bulan Oktober 2016 menjadi Rp 5.330,93 per Kg di bulan November Tabel 2 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan Menurut Kualitas Oktober November 2016 Tingkat Petani (Rp/Kg) Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Kelompok Kualitas Oktober November Perubahan (3) thd (2) (%) Oktober November Perubahan (6) thd (5) (%) GKP 5.225, ,49 0, , ,93 0,16 Secara umum, komponen mutu gabah selama bulan November 2016 cenderung fluktuatif. Rata-rata Kadar Air (KA) dan Kadar Hampa/Lainnya gabah kualitas GKP masingmasing sebesar 14,57 persen dan 3,56 persen. Tabel 3 Rata-rata Komponen Mutu Menurut Kualitas Gabah Oktober November 2016 Kelompok Kualitas Kadar Air (%) Kadar Hampa/Kotoran (%) Oktober November Oktober November GKP 14,99 14,57 3,63 3,56 10