MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH HABIB AULIA RAHMAN ELGANI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Habib Aulia Rahman Elgani NIM A

4 ABSTRAK HABIB AULIA RAHMAN ELGANI. Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI. Magang ini dilakukan di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dari bulan Februari hingga Juni Penulis berstatus sebagai karyawan harian lepas selama satu bulan, sebagai pendamping mandor selama satu bulan dan sebagai pendamping asisten divisi selama dua bulan. Kegiatan ini bertujuan memperluas pengetahuan dan keterampilan penulis tentang aspek teknis dan manajerial di perkebunan kelapa sawit terutama dalam kegiatan penunasan. Pengamatan yang dilakukan meliputi sistem penunasan, teknik penunasan, jumlah pelepah yang dipertahankan, jumlah bunga jantan, bunga betina dan tandan buah per tanaman. Sistem penunasan yang diterapkan yaitu penunasan korektif. Teknik penunasan yang diterapkan belum sepenuhnya mengacu pada standar operasional prosedur perusahaan disebabkan kurang disiplinnya pemanen serta terdapat variasi songgo didalam satu blok. Secara umum, kegiatan penunasan atau pengaturan jumlah pelepah di SBHE sudah berjalan dengan baik, namun masih terdapat beberapa kendala diantaranya: kekurangan tenaga tunas/pemanen, ketidakmerataan pembagian hanca dan besaran upah. Kata kunci: kelapa sawit, pengaturan jumlah pelepah, penunasan ABSTRACT HABIB AULIA RAHMAN ELGANI. Pruning Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Central Borneo. Supervised by AHMAD JUNAEDI. The apprentice was conducted at Division 3 of Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, in Central Borneo Province from February untill June The assignment composed as field worker for one month, as accompanied foreman for one month and as accompanied of division s assistant for two months. This apprentice was aimed to extend the knowledge and skill about technical and managerial aspects of oil palm plantation especially in canopy management. The specific observation was conducted on canopy management technique, sum of standed midrib, male and female infloresence and fruit bunch. Management canopy system was applied by corective pruning. The pruning system still was not done as well as standard operasional procedure, that caused by improper work of harvester and less uniformity of planting year in one block. Generally, pruning or canopy management at SBHE have been performed well enough, however there were need some improvement for overcoming less worker number, variation of working area and incentives system. Key words: oil palm, canopy management, pruning

5 MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH HABIB AULIA RAHMAN ELGANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah Nama : Habib Aulia Rahman Elgani NIM : A Disetujui oleh Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr Ketua Departemen Tanggal Lulus :

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga magang dan penyusunan skripsi yang berjudul Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah berhasil diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut mendukung dan membantu, baik dari segi moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis khususnya mengucapkan terima kasih pada: 1. Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, petunjuk dan nasihat selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. 2. Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc dan Dr Ir Hariyadi, MS sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran, masukan, dan kritik di dalam penyempurnaan skripsi. 3. Dr. Dwi Guntoro, SP, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi. 4. Bapak Muhammad Yusuf Hanafiah selaku asisten divisi 3 dan sebagai pembimbing lapang selama kegiatan magang berlangsung. 5. Bapak Darlin Bin Darwis selaku Estate Manager, Bapak Mukransyah sebagai Mandor 1 dan segenap supervisi kebun divisi Saut Mangasih Hutabarat, Dian Pratiwi, Aslina Putri Nunyai, Fitriyani Noor Medina dan Anisa sebagai teman seperjuangan se lokasi magang. 7. Sri Syawaliyah yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayangnya terhadap penulis selama menjalani magang. 8. Orang tua serta kakak dan adik atas do a, kasih sayang, perhatian, nasehat dan kepercayaannya terhadap penulis. 9. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura 46 yang telah memberikan dukungannya. 10. Seluruh keluarga besar Sungai Bahaur Estate dan PT Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah. Semoga Allah SWT meridhoi amal saleh dan memberikan imbalan yang setimpal dengan niat dan keikhlasan kita. Besar harapan bahwa skripsi ini akan memberikan manfaat bagi kita semua. Bogor, September 2013 Habib Aulia Rahman Elgani

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Ekofisiologi Kelapa Sawit 2 Penunasan Pelepah Kelapa Sawit 2 Teknik Penunasan Kelapa Sawit 3 METODE MAGANG 3 Tempat dan Waktu 3 Metode Pelaksanaan 3 Pengamatan dan Pengumpulan Data 4 Analisis Data dan Informasi 5 KONDISI UMUM LOKASI MAGANG 5 Letak Geografis dan Administratif 5 Keadaan Iklim dan Tanah 6 Luas Hak Guna Usaha dan Tata Guna Lahan 6 Keadaan Tanaman dan Produksi 6 Fasilitas Kebun 8 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 8 PELAKSANAAN MAGANG 10 Pelaksanaan Teknis 10 Aspek Manajerial 24 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 Sistem Penunasan 27 Jumlah Pelepah yang Dipertahankan 28 Teknik Penunasan 29 Persentase Under Pruning dan Over Pruning 31 Kondisi Seks Rasio dan Jumlah Tandan Buah pada Berbagai Jumlah Pelepah 31 KESIMPULAN DAN SARAN 34 Kesimpulan 34 Saran 34 DAFTAR PUSTAKA 34 LAMPIRAN 36 RIWAYAT HIDUP 44

10 DAFTAR TABEL 1 Luas HGU dan tata guna lahan di SBHE 7 2 Produksi TBS kelapa sawit di SBHE tahun Komposisi jumlah tenaga kerja SBHE 9 4 Pedoman aplikasi herbisida 13 5 Rekomendasi pemupukan TM kelapa sawit Divisi 3 SBHE tahun Kriteria tingkat kematangan buah 20 7 Hasil taksasi harian dan hasil aktual panen 22 8 Pembagian seksi, basis tandan dan rupiah per tandan 23 9 Jumlah pelepah yang harus dipertahankan dan teknik penunasan per umur tanaman Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada Blok A-008 (tahun tanam 1998) Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada Blok B-009 (tahun tanam 2003) Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada Blok A-011 (tahun tanam 2008) Hasil pengamatan teknik songgo oleh pemanen di Kebun SBHE Persentase kondisi penunasan di Kebun SBHE Pengaruh jumlah pelepah terhadap seks rasio dan jumlah tandan per pokok tanaman di Blok A-008 (tahun tanam 1998) Pengaruh jumlah pelepah terhadap seks rasio dan jumlah tandan per pokok tanaman di Blok B-009 (tahun tanam 2003) Pengaruh jumlah pelepah terhadap seks rasio dan jumlah tandan per pokok tanaman di Blok A-011 (tahun tanam 2008) Rataan bunga jantan, bunga betina dan tandan buah per pokok tanaman di Kebun SBHE Perbandingan rata-rata jumlah pelepah dan berat tandan rata-rata 33 DAFTAR GAMBAR 1 Fasilitas kebun SBHE 8 2 Pokok yang mati dililit Mucuna bracteata dan pokok yang dililit Mucuna bracteata 11 3 Susunan pelepah pada areal datar-bergelombang 15 4 Buah hermafrodit 21 DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta SBHE dan peta jenis tanah SBHE 36 2 Data curah hujan SBHE tahun Peta tahun tanam SBHE 38 4 Struktur organisasi SBHE 39 5 Jurnal harian magang sebagai karyawan harian lepas 41 6 Jurnal harian magang sebagai pendamping mandor 41 7 Jurnal harian magang sebagai pendamping asisten 42

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit telah menjadi komoditas yang berpengaruh besar di dalam perdagangan ekspor Indonesia. Hasan (2013) menyatakan prospek jalan bagi olahan kelapa sawit masih menjanjikan di Indonesia karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar. Ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya terus meningkat setiap tahunnya. Tahun 2011 jumlah ekspor minyak sawit dan produk turunannya mencapai 14.6 juta ton dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 14.7 juta ton (BPS 2012). Indonesia telah berhasil menjadi produsen crude palm oil (CPO) terbesar di dunia sejak Oktober 2007, bahkan pada bulan Mei 2009, Indonesia telah mampu memproduksi 19 juta ton CPO dari luasan areal 7.52 juta ha. Pada tahun 2007, ekspor CPO dan berbagai produk turunannya mencapai 11.9 juta ton, setara dengan penerimaan USD 7.9 milyar. Perkebunan kelapa sawit memberikan pekerjaan kepada lebih dari 3.3 juta pekerja, baik di lahan maupun di pabrik dan berbagai sektor jasa yang terkait. Menteri Perindustrian Republik Indonesia mengharapkan bahwa Indonesia akan mampu menghasilkan 50 juta ton CPO pada tahun 2020 (Sa id 2009). Permasalahan yang dapat menyebabkan fluktuasi produktivitas kelapa sawit adalah kurang baiknya pemeliharaan dan pengelolaan kelapa sawit serta kurang efektifnya pelaksanaan panen dan pengangkutan hasil panen. Hal ini berhubungan dengan studi kelayakan yang tidak sesuai untuk pembuatan kebun kelapa sawit, infrastruktur yang tidak memenuhi standar seperti jalan, keterbatasan pasokan pupuk dan fluktuasi harga crude palm oil (CPO). Salah satu kegiatan pemeliharaan yang mempengaruhi tingkat produktivitas kelapa sawit yaitu penunasan (PPKS 2008). Pahan (2008) menyatakan bahwa kapasitas produksi kelapa sawit ditentukan oleh ukuran tajuk atau luas daun sebagai permukaan fotosintesis. Pengelolaan tajuk secara tepat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas produksi kelapa sawit. Luas daun akan meningkat secara progresif pada umur 8-10 tahun setelah tanam. Hal tersebut dikarenakan adanya pertambahan anak daun dan ratarata ukurannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tajuk antara lain genetik bahan tanaman, jarak tanam, tunas pokok, hama dan penyakit, status hara daun dan pemanenan. Pohon kelapa sawit normal yang dibudidayakan memiliki pelepah daun pada satu pohon. Apabila tidak dilakukan penunasan, maka jumlah pelepah daun dapat melebihi 60 pelepah (Setyamidjaja 2006). Penunasan yang tepat adalah penunasan yang dapat menjaga produksi maksimum dan memperkecil kehilangan produksi. Jumlah pelepah yang optimum untuk mendapatkan produksi yang maksimum yaitu pelepah pada tanaman kelapa sawit muda dan pelepah pada tanaman kelapa sawit tua (Pahan 2008). Magang merupakan salah satu pilihan tugas akhir untuk penyusunan skripsi Departemen Agronomi dan Hortikultura. Melalui magang ini penulis selain mengikuti kegiatan umum sesuai jadwal kerja di perkebunan, secara khusus mengikuti dan mengamati kegiatan penunasan.

12 2 Tujuan Kegiatan magang ini mempunyai tujuan umum menambah pengalaman, meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial di perkebunan kelapa sawit, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari teknik dan manajemen penunasan yang tepat di dalam mempertahankan jumlah optimum pelepah yang sesuai dengan umur tanaman kelapa sawit. TINJAUAN PUSTAKA Ekofisiologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 ºC dengan suhu maksimum 33 ºC dan suhu minimum 22 ºC sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan adalah mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3 bulan). Curah hujan optimal berkisar mm. Kelapa sawit lebih toleran dengan curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya, meskipun demikian dalam kriteria klasifikasi kesesuaian lahan nilai tersebut menjadi faktor pembatas ringan. Jumlah bulan kering lebih dari 3 bulan merupakan faktor pembatas bobot. Adanya bulan kering yang panjang dan curah hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air (PPKS 2007). Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dengan kelembaban nisbi pada kisaran % (optimal pada 80 %). Aspek iklim lainnya yang juga berpengaruh pada budidaya kelapa sawit adalah ketinggian tempat dari permukaan laut atau elevasi. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada ketinggian m di atas permukaan laut. Bentuk wilayah merupakan faktor penentu produktivitas yang mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan air, pembuatan jaringan jalan, dan keefektivitasan pemupukan. Pertumbuhan kelepa sawit di pengaruhi kondisi di sekitar tanaman seperti keadaan iklim, pemeliharaan, keraparan tanaman dan umum tanaman (Setyamidjaja 2006). Penunasan Pelepah Kelapa Sawit Risza (2010) menyatakan bahwa penunasan kelapa sawit merupakan pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar mendapat produksi yang maksimum. Tujuan penunasan yaitu memudahkan pemanenan, melancarkan terjadinya proses penyerbukan secara alami, memudahkan pengamatan buah yang matang panen, menghindari brondolan tersangkut di ketiak pelepah dan mengurangi kelembaban yang dapat menimbulkan serangan hama Tirathaba dan cendawan Marasmius. Menurut Pahan (2008), Pengelolaan tajuk yang sesuai merupakan kunci maksimalisasi produksi tandan buah kelapa sawit. Efisiensi tajuk dapat mengubah

13 3 radiasi sinar matahari menjadi karbohidrat. Kegiatan pengelolaan tajuk yang tepat dapat dilakukan melalui penunasan. Penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan kegitatan panen (potong) buah atau pada waktu lain secara periodik. Pemanen melakukan penunasan terhadap pelepah yang menjepit buah guna memudahkan potong buah, terutama pada pokok yang buah sudah tinggi (dengan alat panen egrek). Panen tanpa penunasan (curi buah) umumnya dapat dilakukan pada tanaman yang buahnya masih rendah (dengan alat panen dodos). Teknik Penunasan Kelapa Sawit Teknik penunasan pada tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM) disebut dengan istilah songgo, yaitu penunasan yang hanya meyisakan beberapa pelepah dari tandan buah yang paling bawah. Terdapat songgo satu, songgo dua dan songgo tiga tetapi yang paling sering digunakan di perkebunan kelapa sawit yakni teknik songgo dua yaitu hanya menyisakan dua lingkar pelepah dari tandan buah yang paling bawah. Teknik songggo ini disesuaikan dengan umur TM kelapa sawit yang akan dilakukan penunasan (Risza 2010). Teknik songgo tiga dilakukan pada TM yang berumur 4-7 tahun yakni dengan menyisakan tiga lingkar pelepah dari tandan buah paling bawah, teknik songgo dua dilakukan pada TM berumur 8-14 tahun sedangkan teknik songgo satu dilakukan pada TM yang berumur di atas 15 tahun (Pahan, 2008). Pada prakteknya teknik songgo dua sering dilakukan untuk mendapatkan ILD (Indeks Luas Daun) yang optimum yang sebesar 5-7. ILD merupakan rasio luas daun terhadap luas lahan. Nilai ILD dipengaruhi oleh waktu penyinaran, temperatur udara, kelembaban tanah, dan karakteristik genetik tanaman. ILD akan optimum jika penutupan tajuk optimum dan penutupan tajuk dianggap optimum jika lebih dari 80 % cahaya matahari yang datang dapat diserap oleh tanaman (Pahan 2008). METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Wilayah VI Metro Cempaga, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Pelaksanaan magang berlangsung selama 4 bulan, dari tanggal 11 Februari hingga 10 Juni Metode Pelaksanaan Kegiatan magang ini merupakan suatu kegiatan praktek teknis di lapangan dan kegiatan manajerial di perkebunan. Selama satu bulan pertama, penulis berstatus sebagai karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan yang dilakukan meliputi pengendalian gulma secara manual (pembersihan piringan, pembersihan gawangan dan dongkel anak kayu), pengendalian gulma secara kimiawi (semprot gulma di piringan dan gawangan serta oles anak kayu), pemupukan, kastrasi,

14 4 manajemen kanopi (tunas pokok dan sanitasi pelepah sengkleh), pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit), sensus bobot tandan rata-rata dan kegiatan panen. Satu bulan selanjutnya penulis berstatus sebagai pendamping mandor. Tugasnya adalah mendampingi mandor atau ditugaskan sebagai mandor dengan kegiatan memberi pengarahan pekerjaan pada saat apel pagi, mengawasi pekerjaan karyawan dan membuat Laporan Harian Mandor (LHM). Kemandoran yang diikuti meliputi kemandoran panen, kemandoran perawatan, kemandoran pemupukan, kemandoran chemist, dan kerani panen. Penulis juga beberapa kali ditugaskan sebagai mandor untuk menggantikan mandor yang sedang cuti atau berhalangan hadir, status mandor yang pernah dijalani yaitu mandor panen, mandor perawatan manual, mandor chemist, kerani panen dan mandor pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit). Kegiatan selama dua bulan selanjutnya yaitu sebagai pendamping asisten divisi. Kegiatan kegiatan yang dilakukan antara lain: membantu administrasi divisi dengan membuat monitoring pekerjaan harian mandor, membantu menyusun rencana dan anggaran biaya divisi, melakukan pemeriksaan mutu hanca panen, chemist dan pupuk kemudian melaporkan hasil pemeriksaan tersebut kepada asisten kebun dan melakukan kunjungan ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Pengamatan dan Pengumpulan Data Metode pengambilan data dilakukan secara langsung (data primer) dan tidak langsung (data sekunder). Data primer adalah informasi yang didapatkan secara langsung melalui pengamatan di lapangan maupun diskusi dengan KHL, mandor dan asisten kebun, sedangkan data sekunder digunakan untuk melengkapi informasi di lapang dan diperoleh dari arsip laporan manajemen di kantor administrasi kebun maupun studi pustaka. Data primer yang dikumpulkan antara lain: a. Sistem penunasan Sistem penunasan yang diamati berupa realisasi penerapan sistem penunasan di lapangan, rotasi penunasan serta sistem pembayaran penunasan. Data diambil melalui wawancara terhadap mandor panen, asisten kebun dan karyawan penunasan. b. Jumlah pelepah yang dipertahankan Data diperoleh bersamaan dengan pengamatan teknik penunasan. Jumlah pelepah yang diamati kemudian dikategorikan menjadi 6 interval dan dibandingkan dengan SOP (Standart Operational Procedure) perusahaan tentang jumlah pelepah yang harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman. c. Teknik penunasan Data ini diperoleh melalui pengamatan hasil tunas pokok di tiga jalan pikul dengan tiga orang pemanen berbeda yang diambil secara acak. Pengamatannya dilakukan pada 3 blok dengan umur tanaman yang berbeda, yaitu tahun 1998, 2003, dan Data tersebut kemudian dibandingkan dengan ketentuan teknik penunasan perusahaan yang menerapkan songgo satu, songgo dua, atau songgo tiga.

15 5 d. Jumlah bunga jantan, bunga betina dan tandan buah Data tersebut diperoleh bersamaan dengan pengamatan teknik penunasan. Data ini kemudian dianalisis kaitannya dengan banyaknya jumlah pelepah yang dipertahankan. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain meliputi: (1) kondisi kebun, yang terdiri dari: peta areal, letak geografis, topografi lahan, jenis tanah, produksi dan produktivitas, iklim dan curah hujan, luas areal, tata guna lahan, jenis varietas, umur tanaman, komposisi dan populasi tanaman; (2) standar dan target kebun yang meliputi: pemeliharaan, pemanenan, produksi dan tenaga kerja; (3) organisasi dan manajemen yang meliputi: struktur organisasi, jumlah dan status karyawan; (4) sarana dan prasarana kebun. Analisis Data dan Informasi Analisis dilakukan terhadap seluruh data yang diperoleh. Adapun metode analisis yang digunakan berupa uji t student (Riyono 2011), analisis kuantitatif dengan statistik, analisis kualitatif dan analisis deskriptif sesuai dengan karakteristik data yang diperoleh. Data hasil tersebut dibandingkan dengan pustaka dan standar yang berlaku di perusahaan. KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) merupakan perusahaan agribisnis kelapa sawit yang tergabung dalam Bumitama Gunajaya Agro Grup (BGA). Perusahaan ini terletak di wilayah 4 manajemen BGA yang bertempat di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. BGA menempatkan dua perusahaan di daerah tersebut selain PT WNA yaitu PT Windu Nabatindo Lestari (WNL). PT WNA memiliki tiga manajemen kebun kelapa sawit, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME) dan Bangun Koling Estate (BKLE). PT WNA juga memiliki satu unit pabrik kelapa sawit yaitu Selucing Agro Mill (SAGM). Penulis tergabung di dalam manajemen Kebun SBHE. Sungai Bahaur Estate (SBHE) merupakan kebun take over yang berasal dari PT Surya Barokah dengan luas areal ha. Letak Geografis dan Administratif Sungai Bahaur Estate secara geografis berada antara o o BT dan 1.80 o o LS yang terletak di Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. SBHE berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate (SCME) di sebelah Utara dan dengan PT Bisma Darma Kencana di sebelah Timur. Peta Kebun SBHE dapat dilihat pada Lampiran 1.

16 6 Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan iklim di SBHE menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson termasuk tipe iklim A (sangat basah). Curah hujan selama 4 tahun terakhir ( ) di SBHE yaitu sebesar mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 137 hari/tahun. Suhu rata-rata Kebun SBHE adalah 27 o C dengan kisaran suhu o C. keadaan curah hujan di SBHE tahun dapat dilihat pada Lampiran 2. Kondisi lahan di SBHE mayoritas adalah relatif datar dengan tingkat kemiringan 0-8 % dan sedikit bergelombang dengan tingkat kemiringan 9-15 %. Jenis tanah di SBHE terdiri atas tanah inceptisol sebesar %, kaolin sebesar %, ultisol sebesar % dan tanah entisol sebesar 0.71 %. Peta jenis tanah di SBHE dapat dilihat pada Lampiran 1. Tanah yang paling dominan di SBHE adalah tanah inceptisol. Menurut Resman et al (2006) tanah inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih remah dibandingkan dengan tanah yang matang. Jenis tanah ini juga memiliki warna yang beraneka ragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu menunjukkan bahan induknya berasal dari endapan sungai, warna coklat kemerahan terbentuk karena mengalami proses reduksi dan warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi. Kesesuaian lahan di SBHE termasuk kedalam lahan kelas S3 (sesuai marjinal) dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah pasir berlempung. Pemanfaatan lahan dengan kelas kesesuaian S3 harus diimbangi dengan upaya peningkatan kesuburan tanah. Upaya yang telah dilakukan SBHE di dalam meningkatkan kesuburan tanah, diantaranya penanaman LCC (Legum Cover Crop), pemupukan anorganik yang efektif dan efisien dan pengaplikasian bahan organik dengan menggunakan JJK (Tandan Kosong) dan pelepah. Luas Hak Guna Usaha dan Tata Guna Lahan Luas Hak Guna Usaha (HGU) PT Windu Nabatindo Abadi adalah ha yang terbagi kedalam tiga kebun, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE) ha, Bangun Koling Estate (BKLE) ha dan Sungai Cempaga Estate (SCME) ha. SBHE mengelola 5 divisi dengan perincian areal kerjanya sebagai berikut: Divisi 1 memiliki 24 blok dengan luas areal ha, Divisi 2 memiliki 31 blok dengan luas ha, Divisi 3 memiliki 24 blok dengan luas ha, Divisi 4 terdiri dari 32 blok dengan luas ha. dan Divisi 5 memiliki 30 blok dengan luas areal ha. Luas areal dan tata guna lahan di SBHE dapat dilihat pada Tabel 1. Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di SBHE merupakan varietas Marihat yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan populasi rata-rata perhektarnya adalah 136 pohon. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa Stand Per Ha (SPH) atau populasi tanaman per hektar beragam. Hal ini dikarenakan SBHE merupakan kebun take over dengan menerima kebun yang kurang terawat

17 7 dari kebun sebelumnya dan juga jarak tanam antar pohon yang beragam. Kebun yang diterima SBHE kemudian dilakukan konsolidasi dan ditambah dengan menanam tanaman sisipan pada pokok yang kerdil, abnormal, tidak produktif dan mati. Kondisi ini menyebabkan SBHE memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi, yaitu dalam satu blok memiliki beberapa tahun tanam dengan SPH yang beragam. Tabel 1 Luas HGU dan tata guna lahan di SBHE Uraian Luas (ha) I. Areal diusahakan A. Areal yang ditanam Tanaman Menghasilkan (TM) Total areal ditanam B. Areal prasarana Emplasemen/bangunan lainnya 42.0 Jalan dan jembatan Total areal prasarana II. Areal mungkin bisa ditanam/perluasan C. Okupasi 45.0 Total areal mungkin bisa diusahakan 45.0 D. Bukit, sungai, lembah, rawa, tanah tandus 70.0 Total areal tidak bisa diusahakan 70.0 Grand total Sumber: Data Kebun SBHE (2013). Saat ini SBHE hanya mengelola Tanaman Menghasilkan (TM) kelapa sawit yang terdiri dari kebun inti dan kebun plasma. Kebun inti terletak di divisi 4 dan 5 dengan luas ha sedangkan kebun plasma terletak di Divisi 1, 2 dan 3 dengan luas ha. terdapat 12 tahun tanaman yang berbeda, yaitu tahun 1998, 1999, 2000, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan Setiap divisi SBHE memiliki tahun tanam yang berbeda. Peta tahun tanam di SBHE dapat dilihat pada Lampiran 3. Produksi TBS di SBHE selama 5 tahun terakhir ( ) yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Produksi TBS kelapa sawit di SBHE tahun Produksi TBS No Tahun Jumlah tandan BTR Produksi (ton) (buah) (kg tandan -1 ) Sumber: Data Kebun SBHE Dari data di atas terlihat bahwa produksi TBS meningkat setiap tahunnya. Data tersebut menunjukkan peningkatan produksi dari ton TBS pada tahun 2011 menjadi ton TBS di tahun Peningkatan produksi ini disebabkan beberapa faktor, antara lain: peningkatan luas areal TM kelapa sawit, perawatan yang intensif, curah hujan yang cukup dan pemupukan yang efektif.

18 8 Fasilitas Kebun Fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh SBHE, yaitu: kantor kebun, kantor divisi, poliklinik, Tempat Penitipan Anak (TPA), kantor Block Manuring System (BMS), rumah Intenal Training Mandor (ITM), gudang dan alat-alat kebun, tempat ibadah seperti mesjid dan gereja, perumahan dan beberapa fasilitas olahraga seperti lapangan bola, badminton dan voli. Fasilitas yang disediakan bertujuan meningkatkan kinerja karyawan dan staf kebun agar lebih produktif dengan output kerja yang tinggi dan mampu memenuhi standar yang diharapkan kebun. Perumahan induk atau emplasmen utama terletak di sekitar kantor kebun yang dihuni oleh para staff kebun dan para supir truk. Perumahan karyawan harian tetap, karyawan harian lepas dan para supervisi kebun (mandor, mantri tanam dan kerani buah) terletak di divisi masing-masing. Semua perumahan di SBHE telah dilengkapi oleh listrik dan air dan juga disediakan bus sekolah untuk antar-jemput semua putra-putri karyawan SBHE. Beberapa fasilitas yang tersedia di SBHE dapat dilihat pada Gambar 1. a b c d e f g h i Gambar 1. Fasilitas Kebun SBHE (a.kantor kebun; b. kantor divisi; c. gudang pupuk; d. poliklinik; e. rumah ITM; f. kantor BMS; g. perumahan karyawan; h. TPA; i. mesjid) Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT Windu Nabatindo Abadi dipimpin oleh seorang kepala wilayah yang bertanggung jawab kepada GMP (General Manager Plantation). Seorang kepala wilayah dibantu oleh admin wilayah, departemen support, staf GIS (Geographic Information System), estate manager, mill manager, kepala tata usaha dan kepala traksi wilayah dalam melaksanakan kegiatan perusahaan.

19 9 Kebun SBHE dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang memiliki atasan langsung kepala wilayah dan bawahan langsung seorang Kepala Administrasi Estate (Kasie), asisten kepala kebun dan asisten divisi. Seorang asisten divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, mandor panen, mandor perawatan, kerani divisi, kerani transport, mandor pupuk dan mandor chemist. Struktur organisasi SBHE dapat dilihat pada Lampiran 4. Estate manager bertugas mengendalikan semua kegiatan di kebun dalam rangka mencapai produksi dan mutu yang maksimal. Rincian tugas seorang estate manager adalah sebagai berikut: 1) melakukan monitoring pelaksanaan pekerjaan operasional berdasarkan laporan dari divisi atau bagian dari unit kebun serta melaporkannya secara komprehensif kepada kepala wilayah, 2) menyusun anggaran tahunan dan bulanan meliputi aspek area statement, produksi, kapital, sumber daya manusia dan biaya, 3) mengadakan rapat kerja intern dengan asisten divisi dan kasie beserta jajaran di bawahnya secara periodik (minimal seminggu sekali) dalam upaya peningkatan/perbaikan kinerja. Asisten kepala bertugas membantu dan bertanggung jawab kepada manager dalam pengelolaan seluruh pekerjaan agronomi dan bertugas melakukan kunjungan secara periodik ke setiap divisi. Asisten divisi memiliki tugas di dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan teknis di lapangan pada divisi masing-masing, meningkatkan produktivitas melalui pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia di divisi. Tugas lainnya yaitu memonitoring semua kegiatan di lapangan dan bertanggung jawab langsung kepada estate manager, dan dalam melaksanakan tugasnya asisten divisi dibantu oleh para supervisi kebun yang terdiri dari mandor I, mandor panen, mandor perawatan, mandor pupuk, mandor chemist, kerani panen dan kerani transport. Tenaga kerja di SBHE terdiri dari karyawan staf dan non-staf. Tenaga kerja staf terdiri dari estate manager, asisten divisi dan kasie. Karyawan non-staf terdiri dari karyawam bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT) dan Karyawan Harian Lepas (KHL). KHL yang bekerja di SBHE berjumlah 196 orang, KHT berjumlah 443 orang dan karyawan bulanan berjumlah 53 orang. Sehingga jumlah total tenaga kerja di Kebun SBHE berjumlah 700 orang. Rasio pekerja per ha di Kebun SBHE adalah 0.17 HK/ha dan hal tersebut bisa dikatakan baik karena norma ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.2 HK/ha. Komposisi jumlah tenaga kerja di SBHE dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Komposisi jumlah tenaga kerja SBHE No Status Pegawai Jumlah (orang) 1 Staf 8 2 Bulanan 14 3 Karyawan Harian Tetap (KHT) Karyawan Harian Lepas (KHL) 180 Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0.17 Sumber: Data Kebun SBHE

20 10 PELAKSANAAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Kegiatan magang yang dilakukan selama di kebun SBHE yaitu menjadi karyawan harian lepas selama satu bulan, kemudian berstatus pendamping mandor atau berperan menggantikan mandor yang berhalangan masuk kerja selama satu bulan berikutnya, dan menjadi pendamping asisten divisi dan melakukan kegiatan manajerial serta administrasi dikantor kebun selama dua bulan terakhir. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi karyawan harian lepas diantaranya: pengendalian gulma secara manual (perawatan piringan, gawangan dan dongkel anak kayu), pengendalian gulma secara kimiawi (penyemprotan piringan, gawangan dan spot lalang), penunasan, pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit), pemupukan dan pemanenan. Pelaksanaan kegiatan di lapangan selalu diawali dengan kegiatan apel pagi. Apel pagi bertujuan untuk mengabsensi karyawan oleh mandor, menjelaskan pekerjaan yang akan dilakukan dihari tersebut dan juga sebagai sarana mengecek kesiapan karyawan sebelum bekerja. Pelaksanaan teknis dilakukan di Divisi 3 SBHE. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan penulis dapat dilihat pada jurnal harian magang pada Lampiran 5, 6 dan 7. Pengendalian Gulma Gulma di perkebunan kelapa sawit merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dan menjadi pesaing bagi tanaman utama yaitu kelapa sawit sehingga keberadaannya merugikan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit serta mengganggu aktivitas di lapangan. Pengendalian gulma di SBHE difokuskan pada areal piringan dan gawangan. Tujuan pengendalian gulma di piringan, yaitu: a) pada TBM dapat mengurangi kompetisi unsur hara dan meningkatkan pertumbuhan akar dikarenakan akar halus tanaman masih berada disekitar piringan/pokok, b) pada TBM dan TM dapat mempermudah kontrol pemupukan, c) pada TM dapat mengurangi kompetisi unsur hara dan memudahkan pengutipan brondolan. Tujuan pengendalian gulma di gawangan, yaitu: a) mengurangi kompetisi hara, pertumbuhan akar, air dan sinar matahari, b) mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain, c) menekan populasi hama (terutama pada TBM). Perusahaan menerapkan konsep pengelolaan gulma terpadu (integrated weed management) dengan memberdayakan seluruh komponen pengendalian yang meliputi: kultur teknis dan tindakan preventif, biologis, manual dan kimiawi. Gulma-gulma yang dimanfaatkan di Kebun SBHE antara lain Calopogonium mucunoides (kacangan penutup tanah), Mucuna bracteata (kacangan penutup tanah), Turnera ulmifolia, Cuscuta compressi (tali putri), Nephrolepis bisserata, Ageratum conyzoides (babadotan), Vertiveria zizanioides, dan lain-lain. Pengendalian gulma di SBHE ada dua yaitu pengendalian gulma secara manual dan kimia. Gulma-gulma yang ditemukan di lapang terdiri dari gulma berdaun lebar dan berdaun sempit. Tetapi, gulma yang paling dominan adalah gulma dari golongan berdaun lebar. Pengendalian Gulma Secara Manual. Pengendalian gulma secara manual difokuskan pada dua tempat yaitu, piringan dan gawangan. Jenis

21 11 pekerjaan yang dilakukan antara lain: garuk piringan manual, tarik goloran di pokok sawit (gulma yang merambat termasuk tanaman kacangan) dan dongkel anak kayu atau tumbuhan pengganggu di gawangan. Pengendalian gulma secara manual yang sering dilakukan yaitu pembabatan gulma berkayu dengan menggunakan parang. Pembabatan gulma lebih efektif dilakukan pada areal dengan kondisi pertumbuhan gulma yang berat. Pembabatan manual difokuskan pada tanaman berkayu dari pada semak dengan metode penebasan batang pohon setinggi ± 20 cm dari permukaan tanah. Divisi 3 SBHE memiliki areal pertanaman yang berbentuk datar dan bergelombang. Pada kondisi pertumbuhan gulma yang berat output karyawan ditetapkan sebesar 0.5 ha/hk. Sedangkan dalam kondisi ringan karyawan dapat mencapai output sebesar 2 ha/hk. Pengendalian gulma secara manual dikoordinir oleh seorang mandor yang memiliki 10 orang karyawan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada Blok C-013 yang memiliki kondisi pertumbuhan gulma yang sangat lebat, karyawan hanya dapat mencaai output sebesar 0.25 ha/hk. Hal ini tidak mencapai target output per HK yang sebesar 0.5 ha. berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa besarnya output karyawan pengendalian manual tergantung pada kondisi pertumbuhan gulma. Kacang-kacangan Mucuna bracteata (MB) berguna di dalam menekan pertumbuhan gulma. Kerugian yang disebabkan kacang-kacangan jenis ini yaitu memiliki pertumbuhan yang sangat cepat sehingga pengendalian pertumbuhan harus sering dilakukan dan berimbas pada tingginya biaya pengendalian MB. Penulis mengamati pertumbuhan MB di Blok D-009 dan D-008, dan melihat bahwa pada kedua blok tersebut pengendalian MB tidak dilakukan secara efektif sehingga akhirnya MB melilit pokok dan mengganggu pertumbuhan tanaman utama. MB yang melilit tanaman kelapa sawit dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil bahkan mati yang terlihat pada Gambar 2. Gambar 2 Pokok yang mati dililit Mucuna bracteata (kiri) dan pokok yang dililit Mucuna bracteata (kanan) Dongkel Anak Kayu (DAK) merupakan kegiatan pengendalian gulma secara manual selektif dengan cara mencabut semua jenis gulma berkayu yang berada pada piringan, gawangan maupun jalan pikul, kemudian gulma tersebut dibuang ke gawangan mati. Alat yang digunakan yaitu cados (cangkul kecil dengan lebar ± 14 cm). Standar yang digunakan dalam DAK adalah 0.5 ha/hk. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan kegiatan pengendalian gulma dengan mengunakan herbisida yang umumnya diaplikasikan dengan cara penyemprotan langsung pada gulma.

22 12 Penyemprotan dilakukan di areal gawangan, piringan, jalan pikul dan TPH (Tempat Pengumpulan Hasil). Jenis herbisida yang digunakan merupakan herbisida kontak dan sistemik. Heribisida kontak bekerja secara efektif dengan mematikan jaringan tumbuhan yang hanya terkena semprotan, sedangkan herbisida sistemik bekerja secara efektif dengan mengalirkan racun kedalam jaringan tumbuhan sehingga mematikan jaringan sasarannya, seperti daun, tunas, titik tumbuh sampai perakarannya. Bahan herbisida yang diaplikasikan di kebun diantaranya: primaxon/paraquat, metaprima dan glifosat. Primaxon merupakan herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak berbentuk larutan dalam air berwarna hijau tua dan mengandung bahan aktif paraquat diklorida 276 g/l dalam kemasan isi 20 liter yang berfungsi mengendalikan jenis gulma berdaun lebar, berdaun sempit dan teki. Penggunaan herbisida ini menyebabkan gulma gulma dapat cepat rusak dan mati, namun gulma yang diaplikasian dapat dengan cepat tumbuh dan subur jika penyemprotan tidak dengan merata mengenai seluruh bagian gulma. Metaprima adaah herbisida purna tumbuh yang bersifat selektif berbentuk butiran berwarna putih keabuan yang dapat dicampur dalam air dan mengandung metil metsulfuron 20%. Herbisida ini digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar seperti Melastoma malabatricum, Lantana camara, Chromolaena odorata, Mikania micrantha dan lain-lain. Kleen Up (Glifosat) adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat sistemik berbentuk larutan dalam air, berwarna coklat muda, digunakan untuk mengendalikan alang-alang (Imperata cylindrica), Paspalum conjugatum, Axonopus compressus dan lain-lain. Heribisida ini mengandung bahan aktif isopropil amina glifosat 480 g/l. Penggunaan glifosat akan tampak hasilnya setelah 14 hari aplikasi, minimal dalam jangka waktu 7 hari baru mulai terlihat efeknya berupa daun yang menguning. Hal ini dikarenakan glifosat bekerja secara sistemik sehingga gulma yang telah diaplikasikan berangsur-angsur akan mati hingga ke akar. Penyemprotan yang dilakukan di gawangan menggunakan primaxon/ paraquat dicampur dengan metaprima dengan dosis lt/ha untuk primaxon dan 25 g/ha untuk metaprima. Selanjutnya dilakukan pengenceran dengan perbandingan primaxon+metaprima:air sebesar 1:1. Penyemprotan selain di gawangan juga dilakukan di piringan dan jalan pikul. Herbisida yang digunakan adalah glifosat dengan dosis 0.25 lt/ha, selanjutnya dilakukan pengenceran dengan perbandingna 1:1. Gulma berdaun lebar tumbuh tidak hanya di gawangan namun juga dapat tumbuh di piringan maupun jalan pikul sehingga dapat mengganggu aktifitas panen dan pemupukan sehingga dalam mengatasi hal tersebut mandor semprot melakukan pencampuran glifosat dengan metaprima dengan dosis metaprima sebesar g/ha. Divisi 3 SBHE mimiliki tanaman kelapa sawit yang berumur di atas 5 tahun keatas. Pedoman aplikasi yang digunakan di dalam pengaplikasian herbisida di SBHE dapat terlihat pada Tabel 4. Pengendalian gulma secara kimiawi di SBHE menerapkan sistem BSS (Block Spraying System). BSS merupakan program penyemprotan yang dilakukan secara terintegrasi dan terorganisisr dari awal hingga akhir kegiatan penyemprotan. Tujuan dibentuknya sistem BSS adalah untuk meningkatkan

23 13 output pekerja semprot, baik dari segi luasan maupun dari kualitas hasil semprot. Alat semprot yang digunakan adalah knapsack sprayer tipe Solo dengan kapasitas 15 liter/kep. Alat ini dilengkapi dengan pengatur tekanan sehingga didapatkan tekanan yang konstan, sehingga nozel yang paling tepat digunakan pada alat ini yaitu nozel jenis VLV (Very Low Volume) seperti VLV 200 dan 100. Penggunaan VLV cocok pada situasi gulma yang tergolong berat. Nozel VLV 200 digunakan untuk aplikasi herbisida pada gawangan dengan jarak lebar semprot adalah 1.2 meter dan tingkat kebasahannya lebih merata dengan flow rate ml/menit. Volume semprot yang dibutuhkan dalam keadaan standar adalah 156 l/ha. Nozzle VLV 100 digunakan untuk aplikasi spot piringan dengan jarak lebar semprot adalah 1.2 meter dan tingkat kebasahannya merata dengan flow rate ml/menit. Volume semprot yang dibutuhkan yaitu sebesar 69 l/ha. Selain alat semprot perlengkapan lainnya yang harus digunakan seorang penyemprot, diantaranya: sarung tangan, masker, topi, kaca mata, apron, sepatu boot dan bendera (merah dan kuning). Seorang mandor semprot juga harus mengkoordinir seorang karyawan pengairan yang bertugas untuk mencampur bahan sesuai dosis yang dianjurkan, mempersiapkan pengenceran, mengisi ulang kep dengan memberi herbisida kepada seiap karyawan dan memantau bendera yang menandakan posisi penyemprot. Perlengkapan yang harus digunakan oleh seorang karyawan pengairan, yaitu: sarung tangan, masker, angkong, gelas ukur, dan campuran herbisida. Umur tana man > 5 Tahun Tabel 4 Pedoman aplikasi herbisida Sasaran semprot Bahan Alat semprot Kalibrasi vol. semprot Vol. Dosis Gulma Nama Lokasi (cc gr -1 ha -1 larutan Konsentrasi Jenis alat Nozzle dominan herbisida Rot -1 (Lt ha -1 (%) ) pohon -1 ) Piringan dan jalan pikul Gawangan Rumput + LCC + Mikania Rumput + Anak kayu Glifosat + Floroksipir Paraquat + Metil metsulfuron MHS Kuning 5 s/d Knapsack sprayer Polijet biru 75 s/d Rumput Glifosat 250 Knapsack VLV 15 s/d 1.00 sprayer Daun lebar Floroksipir 62.5 Knapsack VLV 15 s/d 0.25 sprayer Lalang Glifosat 375 MHS Kuning 5 s/d Pakis + Krisan + Anak kayu Paraquat + Metil metsulfuron Knapsack sprayer Polijet biru 75 s/d 100 Anak sawit (Kentosan) Pakis + Krisan + Anak kayu Paraquat + Metil metsulfuron Paraquat + Metil metsulfuron Anak kayu Paraquat + Metil metsulfuron Sumber: Pedoman aplikasi herbisida BGA (2013) Knapsack sprayer Knapsack sprayer Knapsack sprayer Polijet biru Polijet biru Polijet biru 75 s/d s/d s/d Kegiatan penyemprotan di SBHE yang paling efektif terlihat pada divisi 2. Divisi ini menggunakan sistem TUS (Tim Unit Semprot) yang terdiri dari 25 orang karyawan tetap penyemprot dan seorang pengairan. Standar kerja yang digunakan yaitu 3 ha/hk untuk semprot piringan dan 2 ha/hk untuk semprot jalan pikul. Salah satu perlengkapan utama tim semprot ini yaitu sebuah truk

24 14 khusus semprot (TKS) yang memiliki tangki air. Tangki di dalam truk ini berfungsi sebagai tempat pencampuran bahan herbisida dan air dalam jumlah besar. Kapasitas 1 tangki adalah l dan mampu memenuhi 126 kep. Rincian instruksi pekerjaan karyawan semprot, sesuai dengan ketentuan perusahaan, yaitu: 1) Tenaga semprot memulai dari jalan pikul/ hanca yang telah ditentukan berdasarkan nomor urut tenaga kerja atau KKP (Kelompok Kerja Penyemprot) ditandai dengan bendera merah bernomor dan nomor alat semprot. 2) Penyemprotan dilakukan dengan ketinggian nozel ± 40 cm dari permukaan gulma. Tangkai sprayer tidak diperbolehkan diayun saat penyemprotan dan diharuskan searah dengan arah angin. 3) Penyemprotan gulma dilakukan di TPH, piringan, jalan pikul, jalan tengah dan jalan kumis dari arah Colection Road (CR) menuju barisan pokok secara selang-seling. 4) Jika larutan di knapsack habis, kemudian dilakukan penandaan batas akhir penyemprotan dengan menancapkan bendera kuning dan tenaga semprot keluar menuju kendaraan TKS untuk melakukan pengisian ulang larutan. 5) Kemudian penyemprot pindah ke jalan pikul/hanca berikutnya dengan membawa bendera merah. Kastrasi Kastrasi. Kastrasi merupakan kegiatan membuang semua produk generatif, yaitu bunga jantan, betina dan buah (baik dalam kondisi segar maupun kering). Tujuan dilakukannya kastrasi adalah: mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif, membuat pokok kelapa sawit yang telah dikastrasi lebih kuat dan pertumbuhannya seragam, membuat pertumbuhan buah yang lebih besar dan seragam, dan menghambat perkembangan hama dan penyakit (Tirathaba, Marasmius, tikus dan sebagainya). Kastrasi dilakukan pada pokok kelapa sawit yang beralih dari TBM ke TM. Kastrasi mulai dilaksanakan saat lebih dari 50 % pokok kelapa sawit TBM dalam satu blok telah mengeluarkan bunga (jantan atau betina). Pada umumnya kastrasi dilakukan saat tanaman berumur 16 bulan di lapangan. Pelaksanaan kastrasi di SBHE difokuskan pada tanaman sisipan yang ditanam pada tahun 2011 dan Penanaman pokok sisipan dilakukan dikarenakan pokok utama telah mati atau pertumbuhannya abnormal akibat beberapa hal, diantaranya: serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur hara, genetik abnormal, lilitan MB dan sebagainya. Manajemen Kanopi Manajemen kanopi merupakan kegiatan pemeliharaan kelapa sawit yang terdiri dari sanitasi dan tunas pokok (pruning). Sanitasi merupakan kegiatan membersihkan pokok dari pelepah yang sudah kering dan menyentuh tanah, buah yang terserang penyakit dan sampah-sampah disekitar pokok. Tujuan dilakukan sanitasi adalah untuk mempermudah proses panen dan mendapatkan kondisi tanaman atau buah yang sehat.

25 15 Tunas Pokok. Tunas pokok (pruning) adalah kegiatan memotong pelepah untuk mendapatkan jumlah pelepah yang optimum disetiap pokok kelapa sawit berdasarkan umur/pertumbuhan tanaman. Penunasan yang tepat harus menghindari terjadinya tunas pelepah yang berlebihan (over pruning) atau tunas pelepah yang lambat (under pruning). Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan pokok mengalami stres yang terlihat melalui: peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan BTR (Bobot Tandan Rata-Rata). Under pruning adalah terlambatnya kegiatan pemeliharaan sejumlah pelepah yang sudah tidak produktif sehingga menyebabkan pokok gondrong. Under pruning mengakibatkan terganggunya pelaksanaan potong buah sehingga output panen tidak maksimal dan losses produksi meningkat. Penunasan di Kebun SBHE menggunakan sistem tunas korektif (Maintenance corective Pruning) yaitu kegiatan penunasan dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen oleh tenaga pemanen itu juga (bukan oleh tim tunas khusus). Penunasan korektif dilakukan dikarenakan Kebun SBHE rata-rata memiliki tanaman di atas TM-2. Penunasan dengan sistem progresive pruning dibayar dengan harga tunasan sebesar Rp600 per tanaman. Tenaga kerja mendapatkan upah dari hasil panen dan pruning dan akan diterima satu kali dalam sebulan. Kegiatan pruning terdiri dari 4 seksi yaitu seksi A, B, C, dan D. Setiap seksi harus diselesaikan dalam satu bulan dengan rata-rata luasan sebesar 150 ha. Kebun menetapkan rotasi pruning sebanyak 3 kali dalam setahun sehingga biaya yang dikeluarkan oleh kebun untuk kegiatan pruning 3 kali rotasi adalah Rp1 600 per tanaman. Penyusunan Pelepah. Penyusunan pelepah setelah pruning disusun diantara pokok dalam barisan atau di tengah gawangan mati sehingga membentuk huruf U (U shape) dengan lebar 1.5 m. Pelepah tidak diperbolehkan disusun di piringan, jalan pikul dan parit/sungai. Keuntungan cara penyusunan pelepah tersebut adalah sebagai berikut: seorang pemanen tidak mudah melakukan curi buah pada hanca pemanen lainnya, menekan pertumbuhan gulma di tengah gawangan, menjaga keselamatan kerja pemanen dari duri pelepah dan sebagai bahan pupuk organik yang dapat menambah hara tanah, menjaga struktur tanah dari erosi dan mempertahankan kelembaban sehingga merangsang pertumbuhan akar. Susunan pelepah di SBHE dengan areal datar-bergelombang dapat dilihat pada Gambar 3. Collection road Keterangan: = Jalan pikul = Susunan pelepah = Parit = Pokok sawit Gambar 3 Susunan pelepah pada areal datar-bergelombang

26 16 Pengambilan Leaf Sampling Unit Leaf Sampling Unit (LSU) merupakan kegiatan pengambilan contoh daun yang akan dilakukan pengujian unsur hara di dalam daun tersebut sebagai dasar penentuan rekomendasi pemupukan untuk satu tahun yang akan datang. Kegiatan LSU dilakukan satu tahun sekali oleh kebun yang dikoordinasi oleh Departemen Riset BGA. Pelaksanaan LSU dilakukan pada bulan April-Juni atau sekitar 2-3 bulan setelah pemupukan semester I. Jumlah tanaman yang diambil sampel dalam satu blok LSU adalah 10 % dari total pohon dalam blok. Pengambilan sampel daun dilakukan oleh 2 tim dalam 1 kebun yang terdiri dari 2 orang/tim. Tugas dalam 1 tim berbeda, satu orang bertugas sebagai pengambil daun dan memasukkannya ke dalam plastik sedangkan satu orang lagi bertugas memotong pelepah ke-17 dengan menggunakan parang (untuk tanaman rendah) atau egrek (untuk tanaman tinggi) dan bertugas memberi tanda LSU di pokok kelapa sawit. Sampel daun yang telah diambil dianalisis di laboratorium dan hasilnya digunakan sebagai acuan rekomendasi pupuk tahun berikutnya. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan contoh daun adalah parang, gunting untuk pruning, egrek/dodos, clip board, kantong plastik transparan, cat dan kuas, form pengukuran pohon sampel yang telah diisi oleh mandor, label, dan alat tulis (pensil). Daun yang diambil adalah daun yang berasal dari pelepah ke-17. Pelepah ke-17 dipilih karena penyerapan unsur hara paling tinggi terdapat pada pelepah 17 sehingga dinilai dapat menggambarkan status hara pada tanaman dibanding daun yang lain. Selain itu, pelepah ke-17 menunjukkan perbedaan yang paling mencolok dalam tingkat kandungan hara N, P dan K. Pelepah ke-17 diturunkan dengan egrek kemudian diraba. Sampel daun yang diambil adalah anak daun yang di tengah, yaitu anak daun yang terletak dua jengkal ke bagian pangkal dari mata pancing. Mata pancing berbentuk tonjolan apabila diraba. Jumlah anak daun yang diambil adalah 3 lembar anak daun sebelah kanan pelepah dan 3 lembar anak daun sebelah kiri pelepah, sehingga total jumlah daun yang diambil dalam satu tanaman sampel adalah 6 lembar daun per tanaman. Semua sampel daun yang telah diambil dimasukkan dalam kantong plastik kemudian langsung dikirim ke Departemen Riset pada hari yang sama. Sistem pengujian LSU di laboratorium menggunakan sistem VIVO yaitu sistem pengujian terlebih dahulu pada daun sebelum diolah. Beberapa ketentuan pengambilan daun LSU yaitu : 1. Pengambilan tidak boleh dilakukan pada saat hujan karena unsur hara tidak seimbang yang disebabkan oleh pencucian oleh air hujan. Pengambilan disarankan dilakukan keesokan harinya; 2. Tanaman sampel digeser satu ke belakang apabila tanaman ke 10 abnormal, daun pelepah 17 dan 9 terserang HPT; 3. Tanaman sampel yang diambil adalah tanaman ke-3 dari CR apabila jumlah tanaman tersisa 9 dari tanaman sampel sebelumnya; 4. Tanaman sisipan tidak boleh dijadikan sebagai tanaman sampel, tanaman sampel digeser sampai ditemukan tanaman bukan sisipan; 5. Apabila pelepah 17 terserang HPT, pelepah pengganti yang diambil adalah pelepah di atasnya yaitu pelepah 9;

27 17 6. Jumlah tanaman sampel yang diambil per blok adalah 10 % dari luas areal blok; 7. Apabila tanaman terlalu tinggi (tidak dapat dicapai egrek), tanaman sampel yang diambil adalah tanaman yang terletak sebelum tanaman tersebut; 8. Penentuan pelepah 1 harus dilakukan dengan mengelilingi tanaman dan dianjurkan agar tidak ragu-ragu dalam penentuan pelepah 1; 9. Apabila tanaman dipisahkan oleh sungai (tidak mungkin dilalui), dilakukan pergeseran tanaman ke samping; 10. Pergeseran tanaman yang dilakukan adalah 10 tanaman setelah tanaman sampel sebelumnya. Pemupukan Pemupukan adalah kegiatan memberi nutrisi atau hara tambahan pada tanaman agar produksi tanaman menjadi optimal. Prinsip utama dalam pengaplikasian dan penaburan pupuk adalah setiap jenis pupuk yang diterima oleh setiap pokok harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dalam buku rekomendasi/program pemupukan. Rekomendasi pemupukan di SBHE dibuat oleh Departemen Riset berdasarkan pertimbangan beberapa faktor, diantaranya: produksi TBS aktual, proyeksi produksi TBS, umur tanaman, status nutrisi tanaman, analisa daun (LSU). Observasi lapangan, sejarah pemupukan, kesuburan tanah, data curah hujan, hasil percobaan pupuk dan lain-lain. Pemupukan di SBHE menggunakan Sistem Pemupukan Blok (Block Manuring System) yaitu sistem pemupukan oleh satu KKP penabur yang terkonsentrasi dalam 1-2 hanca (3-6 jalan pikul) dan dikerjakan blok per blok. Tujuan dibentuknya sistem BMS untuk meningkatkan output pekerja pemupukan dari segi luasan (hanca pupuk) dan kualitas hasil pemupukan. SBHE memiliki 2 rayon BMS yang terdiri dari Rayon A dan Rayon B. Rayon A berpusat di Divisi 1 dengan daerah pekerjaan pada areal Divisi 1, 2 dan 3. Sedangkan Rayon B berpusat di Divisi 4 dengan daerah pekerjaan pada areal Divisi 4 dan 5. Jenis dan Dosis Pupuk. Pupuk yang digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah pupuk anorganik dan organik. Pupuk anorganik yang digunakan merupakan pupuk yang umumnya mengandung garam mineral kecuali pada pupuk urea. Pupuk anorganik terdiri dari pupuk mikro dan pupuk makro, secara umum pupuk mikro dubutuhkan tanaman dalam dosis yang sedikit sedangkan pupuk makro dibutuhkan tanaman dalam dosis yang banyak. Jenis dan dosis pupuk yang diaplikasikan tergantung kepada umur dan kondisi tanaman. Penentuan dosis pupuk di SBHE dibedakan berdasarkan umur tanaman agar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit. beberapa jenis pupuk dilakukan dengan dua tahap aplikasi, seperti pupuk urea, MOP dan HGFD (High Grade Fertilizer Borate). Sedangkan jenis pupuk lainnya kebanyakan diaplikasikan hanya satu tahap aplikasi. Data rekomendasi pemupukan TM kelapa sawit tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 5. Pemupukan yang efektif dan efisien dapat dilakukan dengan menerapkan disiplin aplikasi pupuk (4T), yaitu: tepat dosis (takaran yang standar dan telah dikalibrasi), tepat cara (tabur sebar atau tabur larik berbentuk U-shape), tepat tempat (permukaan piringan atau sisi luar piringan) dan tepat waktu (tidak musim hujan besar dan tidak musim kemarau keras).

28 18 Tabel 5 Rekomendasi pemupukan TM kelapa sawit Divisi 3 SBHE tahun 2013 Tahun Tanam Tahap Urea (kg pokok -1 ) RP (kg pokok -1 ) MOP (kg pokok -1 ) NPK (kg pokok - 1 ) Kieserite (kg pokok -1 ) HGFD (kg pokok -1 ) 1998 I II I II I II I II I II Sumber: Departemen Riset BGA 2013 Waktu Pemupukan. Waktu pemupukan sangat menentukan efisiensi dan efektivitas penyerapan hara pada tanaman. Pemupukan yang optimum dilakukan pada saat curah hujan 60 mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Awal tahun 2013 memiliki kondisi curah hujan yang tinggi, curah hujan di SBHE dapat terlihat pada Lampiran 2. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa saat penulis melakukan magang (Februari-April) SBHE memiliki curah hujan di atas 300 mm/bulan. Hanya bulan februari yang memenuhi standar waktu pemupukan dengan curah hujan sebesar 277 mm/bulan. Pengamatan di lapang menunjukkan bahwa pelaksanaan pemupukan tetap dilangsungkan walaupun dengan kondisi curah hujan/bulan yang tinggi. Waktu pemupukan di kebun lebih ditentukan kondisi hari saat akan dilakukan pemupukan, jika hari tersebut terdapat hujan yang tidak begitu lebat (gerimis) maka pemupukan tetap dilangsungkan tetapi jika hujan lebat, maka kegiatan pemupukan beralih ke pengendalian gulma secara manual. Kondisi tersebut dilaksanakan untuk menjaga rotasi atau bulan aplikasi pemupukan pada blok-blok yang ditargetkan harus selesai bulan tersebut. Hal lainnya selain hujan yang mempengaruhi ketidaksesuaian waktu pemupukan yaitu waktu musim panen puncak (peak crop) dimana tanaman menghasilkan buah yang tinggi diikuti jumlah brondolan yang tinggi menyebabkan pemupukan ditunda sampai panen selesai dilakukan dan gulma yang mencapai titik kritis. Cara dan Lokasi Penempatan. Cara pemupukan menentukan jumlah pupuk yang dapat diserap secara efektif oleh tanaman. Cara aplikasi pupuk yang diterapkan di SBHE berdasarkan Departemen Riset Bumitama Gunajaya Agro Group diantaranya sebagai berikut: 1) Pupuk RP-Guano diaplikasikan di susunan pelepah untuk memacu pertumbuhan akar tersier dan kuarter 2) Pupuk urea dan MOP diaplikasikan di pinggir rumpukan pelepah pada piringan terluar dengan jarak m dari pokok 3) Jalan pikul tidak diperbolehkan diaplikasikan pupuk 4) Pupuk mikro diaplikasikan dekat pangkal batang dengan jarak m dari pokok (aplikasi Cu ditugal) 5) Pupuk Kieserit diaplikasikan di pinggir rumpukan pelepah pada piringan terluar dengan jarak m dari pokok.

29 Pelaksanaan Pemupukan. BMS rayon A memiliki 2 mandor yang terdiri dari mandor tabur dan mandor until. Seorang mandor tabur membawahi KKP pupuk yang terdiri dari 14 KKP dengan 14 karyawan pelangsir dan 28 karyawan penabur pupuk. Sedangkan seorang mandor until membawahi 2 KKP until yang terdiri dari 10 orang karyawan penguntil dan 2 KKP ecer yang terdiri dari 6 orang BMP (Bongkar Muat Pupuk). Kegiatan pemupukan dimulai dengan penguntilan yang dilakukan oleh karyawan until. Jumlah dan dosis pupuk yang diuntil dilakukan sesuai kebutuhan pupuk tiap pokok kelapa sawit. Contoh perhitungan kebutuhan pupuk: pemupukan pada Blok B-009 (Tahun tanam 2003, seluas ha dan jumlah pokok 4 205). Pupuk yang diaplikasikan adalah MOP (Muriate of Potash) dengan kg/untilan sebesar 14 kg. Tiap until untuk diaplikasikan pada 8 pokok TM dengan dosis 1.73 kg/pokok. Blok B-009 membutuhkan pupuk MOP sebanyak x 1.73 kg = kg; jumlah karung pupuk yang dibutuhkan kg : 50 kg = 146 karung dan jumlah until pupuk yang dibutuhkan sebanyak kg : 14 kg = 520 untilan. Kegiatan yang dilakukan setelah penguntilan ialah pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk merupakan kegiatan memuat pupuk yang telah diuntil dari gudang dan disusun ke dalam truk pupuk serta mendistribusikan secara langsung ke TPP (Tempat Pengumpulan Pupuk). Satu jalan pikul diletakkan 8 untilan yang dapat memenuhi kebutuhan 68 pokok kelapa sawit dimana untilan tersebut diecer 4 untilan di TPP sebelah kiri dan 4 untilan lainnya di sebelah kanan. TPP terletak di areal piringan pokok pertama yang dekat dengan CR (Colection Road). Tujuan peletakan untilan di TPP adalah untuk mengantisipasi jika karung pecah maka pupuk yang tercecer masih di dalam piringan sehingga masih dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Berdasarkan pengamatan di lapang beberapa untilan pupuk tidak diecer di TPP melainkan di TPH ataupun di samping CR. Selanjutnya mandor tabur mengarahkan para penabur dan pelangsir untuk mengaplikasikan pupuk pada pokok kelapa sawit sesuai dengan dosis yang direkomendasikan. Pemupuk harus menerapkan lima disiplin di dalam mengaplikasikan pupuk. Kelima disiplin tersebut, yaitu: 1) pemupukan dimulai dari jalan tengah, 2) pemupukan sesuai dengan takaran, 3) pupuk harus ditabur merata, 4) setiap pokok wajib terpupuk dan 5) karung dikumpulkan, disusun rapi dan dibawa pulang. Setiap KKP memiki hanca sebanyak 6 jalan pikul dalam satu blok atau setara dengan 3 ha/blok dengan norma kerja sebesar 500 kg/hk. Ratarata setiap hari kerja harus menyelesaikan 3 blok sehingga rata-rata setiap KKP harus menyelesaikan hanca sebanyak 18 jalan pikul atau seluas 9 ha. Alat yang digunakan diantaranya angkong untuk melangsir atau membawa pupuk ke jalan tengah dan ke dalam jalan pikul, gendongan, karung, sarung tangan, masker, dan apron (baju keselamatan). Beberapa permasalahan yang sering ditemukan terkait aplikasi pemupukan diantaranya: dosis yang tidak sama per pokok, ukuran takaran pupuk yang tidak seragam, waktu pemupukan yang tidak tepat (hujan masih dilakukan pemupukan), cara penaburan yang tidak sesuai dan pokok yang tidak terpupuk akibat akses jalan yang tidak memadai. 19

30 20 Pemanenan Definisi panen menurut kebun merupakan suatu rangkaian pekerjaan potong buah dan transport buah ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pada hari yang sama dengan kondisi buah segar dan bersih. Pekerjaan potong buah adalah memotong seluruh tandan layak potong, mengutip seluruh brondolan dan mengumpulkannya ke TPH. Pekerjaan transport buah adalah mengangkut semua buah yang ada di TPH ke PKS. Kegiatan panen di SBHE menerapkan sistem Block Harvesting System (BHS). Penggunaan sistem ini bertujuan agar kegiatan panen lebih terkonsentrasi, adil bersinergi dan terintegrasi. Kelebihan sistem ini diantaranya: memberikan pendapatan yang lebih baik kepada pemanen, memberikan tingkat kemudahan dalam aktivitas kegiatan potong buah dan memberikan keadilan bagi tenaga potong buah. Kunci sukses kegiatan panen adalah rotasi panen yang tepat waktu, jumlah pemanen yang cukup, kompetensi dan disiplin tenaga panen, supervisi yang efektif, sistem premi dan denda panen, sarana dan prasarana panen yang lengkap, sistem dan organisasi panen yang terintegrasi dan efektif, serta administrasi yang baik. Kriteria Matang Panen. Kriteria matang panen atau kriteria untuk menentukan tandan buah yang layak potong dilihat berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas secara alami. Standar kematangan buah di SBHE yaitu 2 brondolan per kg bobot TBS di piringan. BTR Divisi 3 SBHE yaitu sebesar 14 kg sehingga untuk memudahkan pemanen, maka ditentukan bahwa tandan yang layak potong adalah jika sedikitnya terdapat 5 brondolan yang terlepas secara alami dari tandan dan jatuh ke piringan. Terdapat beberapa kriteria berdasarkan tingkat kematangan buah di lapangan, pemanen tidak diperbolehkan memanen buah mentah (unripe) dan buah kurang matang (under ripe). Kriteria grading berdasarkan tingkat kematangan buah dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kriteria tingkat kematangan buah Kriteria TPH Loading ramp PKS Mentah 0 brondolan 0 brondolan Kurang Matang (Under Ripe) Matang (Ripe) Terlalu matang (Over ripe) Busuk/tandanan kosong (Empty Bunch) sumber: pedoman teknis panen BGA < 1 brondolan/kg < 2 brondolan/kg 2 brondolan hingga 75 % brondolan permukaan telah lepas > 75 %-90 % brondolan telah lepas > 90 % brondolan telah lepas 2 brondolan hingga 75 % brondola permukaan telah lepas > 75 %-90 % brondolan telah lepas > 90 % brondolan telah lepas Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa terdapat buah abnormal yang terdiri atas buah parthenocarpi, buah batu dan bunga jantan yang berbuah (hermafrodit). Buah parthenocarpi adalah buah yang masih berwarna hitam membrondol lebih dari 75 % dan tersangkut di duri pelepah di permukaan tandan. Buah batu adalah buah yang tidak membrondol sama sekali tetapi menunjukkan buah tersebut telah matang. Buah batu pada umumnya tidak dipanen akibat tidak

31 21 adanya brondolan yang jatuh di piringan sehingga buah tersebut sering ditemukan membusuk di ketiak pelepah dan menjadi sarang hama dan penyakit bagi tanaman. Buah hermafrodit jarang ditemukan, kerugian dari buah ini yaitu hanya memiliki brondolan buah yang sedikit sehingga mengurangi bobot tandan ratarata pada blok tersebut. buah hermafrodit terlihat pada Gambar 4. Rotasi dan Pusingan Panen. Rotasi panen adalah jumlah frekuensi masuk kegiatan potong buah tuntas pada areal/blok/seksi yang sama dalam satuan waktu tertentu. Rotasi panen yang diterapkan di SBHE pada masingmasing divisinya yaitu 6/7 artinya terdapat 6 seksi/hari panen di dalam satu minggu dan seksi tersebut akan dipanen kembali pada 7 hari berikutnya. Pusingan panen adalah jumlah hari yang dibutuhkan pemanen untuk kembali ke areal/blok/seksi yang sudah dipanen sebelumnya. Pusingan panen ditetapkan 7 hari sehingga jumlah seksi panen adalah 6 seksi. Pusingan panen harus dijaga agar tidak terlambat (> 9 hari) atau terlalu cepat (< 6 hari). Pusingan yang terlalu terlambat menyebabkan brondolan meningkat sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas pemanen disebabkan banyak waktunya tersita untuk mengutip brondolan. Akibat lainnya yang disebabkan pusingan terlalu terlambat adalah basis borong sulit tercapai, prestasi kerja (kg/ha) menurun dan biaya panen (Rp/kg) meningkat, peluang losses (tandan masak tinggal dan brondolan tidak terkutip bersih) tinggi, serta kualitas minyak rendah. Rotasi panen terlambat juga mengakibatkan penyelesaian hanca pada seksi panen hari itu menjadi tertunda (Hadi 2004). Angka Kerapatan Panen (AKP). Kegiatan penentuan AKP dinamakan taksasi produksi, kegiatan ini dilakukan sehari sebelum dilaksanakan panen pada blok yang akan dipanen. Tujuan dari penentuan AKP adalah mengetahui banyaknya tandan yang akan dipanen pada hari esok, jumlah pemanen yang diperlukan dan menentukan kebutuhuan jumlah unit transportasi (truk). pengamatan AKP umumnya dengan mengambil sampel 10 % dari jumlah pokok yang ada dalam blok. Berikut cara perhitungan untuk mengetahui angka kerapatan panen: Angka Kerapatan Panen (%) = Gambar 4 Buah hermafrodit Jumlah janjang yang akan di panen Jumlah pokok sampel x 100 % Penulis melakukan pengamatan terhadap jumlah tandan layak panen pada Blok B12, B11, B10 dan B09 sehari sebelum blok-blok tersebut dipanen pada tanggal 16 Mei Hasil perhitungan AKP pada keempat blok tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

32 22 Blok Tabel 7 Hasil taksasi harian dan hasil aktual panen Jumlah pokok Pokok diperiksa Jumlah tandan AKP (%) Estimasi panen (Tandan) Estimasi panen (Kg) Hasil aktual panen (Tandan) Hasil aktual panen (Kg) B B B B Total Berdasarkan data di atas terlihat bahwa hasil estimasi jika dibandingkan dengan hasil aktual jumlah tandan hanya memiliki selisih 96 tandan atau 3.4 % sedangkan kg/bobot tandan memiliki selisih 790 kg atau 2 %. Toleransi selisih antara hasil aktual dengan taksasi harian yang berlaku di SBHE adalah 5 %, dengan begitu taksasi yang dilakukan penulis dapat dikatakan sesuai. Sistem dan Organisasi Panen. Hanca panen yang digunakan SBHE adalah sistem hanca giring tetap permandoran, artinya mandor potong buah yang satu dengan yang lain telah memiliki hanca yang tetap, sementara tenaga potong buah pada dasarnya telah memiliki hanca yang tetap, namun hancanya dapat dirubah sesuai kebutuhan/kondisi kerapatan buah. Kelebihan hanca giring tetap diantaranya: cocok untuk areal yang sudah homogen, tanggung jawab karyawan terhadap hanca tinggi, buah terkonsentrasi, transport TBS lebih cepat dan waktu pengangkutan ke PKS lebih pendek, jumlah tenaga kerja dapat diatur sesuai kondisi kematangan buah, output mandoran dan karyawan dapat dipacu menjadi lebih besar. Kekurangan dari penerapan sistem hanca giring tetap ini adalah kurang cocok untuk areal yang baru dilaksanakan panen, dimana tanaman masih heterogen. Organisasi pelaksana kegiatan panen terdiri dari pemanen, mandor panen, kerani panen, kerani transport, mandor satu dan asisten divisi. Kebutuhan Tenaga Keja Panen (TKP) dalam satu hari dapat diketahui dengan menggunakan persamaan: Kebutuhan TKP = A x B x C xd E Keterangan: A = Luas hanca yang akan dipanen (ha) B = Angka Kerapatan Panen (%) C = Bobot tandan rata-rata (kg) D = Populasi tanaman per ha E = Kapasitas panen per pemanen (kg/hk) Jumlah tenaga panen di Divisi 3 SBHE yaitu sebesar 29 pemanen dengan luasan areal kerja blok sebesar ha. terdapat dua kemandoran panen dengan total 8 KKP (Kelompok Kecil Pemanen) dimana 1 KKP terdiri dari 4 orang. Pembagian seksi, basis dan rupiah tandan per kg dalam kondisi normal di Divisi 3 dapat terlihat pada Tabel 8. Basis dan Premi Panen. Basis adalah syarat dasar yang harus dipenuhi karyawan dalam kegiatan panen. Terdapat tiga basis (Tri Basis) yang ditentukan perusahaan, yaitu basis tandan, basis hanca dan basis waktu. Jumlah premi (upah tambahan) yang didapat oleh pemanen ditentukan oleh basis tandan. Basis tandan ditentukan per seksi yang dapat terlihat pada Tabel 8. Ketentuan tersebut telah diatur dalam Intern Office Memo (IOM) General Manager Plantation (GMP)

33 23 BGA yang disampaikan pada setiap wilayah dan estate. Penentuan basis tandan didasarkan pada pertimbangan produktivitas TBS kebun dalam setahun, bobot tandan rata-rata, kelas lereng dan tinggi pokok. Contoh perhitungan upah yang didapat pemanen dalam satu hari, diketahui upah 1 HK sebesar Rp ,00. Seorang pemanen pada seksi B mampu memanen sebanyak 150 Tandan (basis tandan sebesar 115 tandan dan Rp/tandan Rp 335,00). Basis tandan mampu dipenuhi pemanen tersebut sehingga Ia telah memenuhi upah 1 HK sebesar Rp ,00. Upah tambahannya berupa premi, premi siap borong pemanen yang telah mencapai basis yaitu sebesar Rp 8 500,00. Lebih borong tandannya sebesar tandan = 35 tandan. Upah lebih borong pemanen tersebut 35 tandan x Rp 335,00 = Rp ,00. Maka upah pemanen tersebut pada hari itu yaitu sebesar Rp ,00 + Rp 8 500,00 + Rp ,00 = Rp ,00. Tabel 8 Pembagian seksi, basis tandan dan rupiah per tandan Seksi Blok Tahun tanam Luas (ha) Basis (tandan) Harga/tandan (Rp-) D A D D C Sub total C B C C C Sub total C C C B Sub total B D B B B Sub total B E B A Sub total A A F A A A Sub total Total 632, Sumber: Data kebun Premi juga diberikan kepada mandor panen, kerani panen, mandor I dan kerani transport. Premi yang diberikan kepada mandor panen adalah 150 % dari rata-rata premi pemanen kemandorannya. Premi yang diberikan kepada kerani panen adalah 125 % dari rata-rata premi pemanen kemandorannya. Premi mandor I adalah 125 % dari rata-rata premi mandor panen dan premi krani transport adalah sebesar 110 % dari rata-rata premi krani panen. Kriteria Pemanen. Kriteria pemanen berdasarkan hasil kerjanya dapat digolongkan menjadi 3 kriteria, yaitu pemanen sangat baik, pemanen baik, dan pemanen buruk. Berikut adalah ketentuan dari ketiga kriteria pemanen tersebut:

34 24 1) Pemanen sangat baik a. Memenuhi kriteria pemanen baik b. Mampu melebihi output standar kg/hk dan output rata-rata pemanen lain. 2) Pemanen baik a. Tidak memanen buah mentah b. Brondolan dikutip bersih (25 brondolan/ha) c. Tidak ada buah tinggal d. Tidak ada pelepah sengkleh e. Memenuhi output standar min kg/hk f. Presentasi HK efektif tinggi (jarang mangkir, izin, sakit atau kehadiran minimal 78 %/tahun). 3) Pemanen buruk a. Memanen buah mentah b. Brondolan tidak dikutip bersih (> 25 brondol/ha) c. Ada buah tinggal d. Ada pelepah sengkleh (terkulai) e. Tidak memenuhi output standar (< kg/hk) f. Presentasi HK efektif rendah (kehadiran <78%/tahun). Transportasi Buah. Alat angkut yang digunakan SBHE untuk mengangkat buah ke PKS adalah truk. Penentuan kebutuhan truk per divisi berdasarkan hasil taksasi yang telah dilakukan sehari sebelumnya oleh mandor panen. Kapasitas satu unit truk adalah ton TBS. Kelancaran transportasi buah sangat penting agar buah yang telah dipanen dapat segera tiba di PKS untuk diolah. Keterlambatan transportasi atau buah belum tiba di PKS dalam jangka waktu 24 jam setelah buah dipanen akan membuat buah restan. Buah restan dapat menurunkan kualitas minyak dengan terjadinya peningkatan ALB (Asam Lemak Bebas). Menurut PPKS (2007) kandungan ALB pada TBS yang baru dipotong hanya berkisar % dan akan meningkat sebesar % setiap 2 jam, semakin tinggi ALB pada TBS maka semakin menurun kualitas minyak yang dihasilkan. Beberapa faktor teknis yang menyebabkan keterlambatan buah di PKS diantaranya: rusaknya infrastruktur, antrian di PKS, unit/kendaraan rusak dan kurangnya unit/truk yang dialokasikan disaat terjadinya panen puncak. Aspek Manajerial Kegiatan manajerial yang diikuti penulis selama melaksanakan magang yaitu berupa pengawasan di lapangan dan penyusunan administrasi di kebun. Kegiatan manajerial yang diikuti penulis yaitu berstatus sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Penulis beberapa kali ditugaskan sebagai mandor untuk menggantikan mandor yang sedang cuti atau berhalangan hadir, status mandor yang pernah dijalani yaitu mandor panen, mandor perawatan manual, mandor chemist, kerani panen dan mandor pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit).

35 25 Pendamping Mandor Kegiatan mandor secara umum yaitu membagi pekerjaan kepada karyawan di kemandorannya saat apel pagi pukul WIB, selanjutnya mengawasi pekerjaan karyawan dan membantu mengatasi masalah yang terjadi di lapangan, kemudian setiap mandor harus membuat laporan pekerjaan harian yang harus diketahui oleh asisten divisi, asisten kepala kebun dan manajer. Mandor I. Mandor I bertugas membantu asisten divisi di dalam mengkoordinir pekerjaan di lapangan, bertanggung jawab di dalam mengkoordinasikan para supervisi kebun, bersama asisten menyusun program kerja, membuat Rencana Kerja Harian (RKH), membuat rekapitulasi taksasi potong buah yang dibuat mandor panen, mengecek hasil kerja kegiatan panen, pupuk dan chemist, memeriksa kualitas buah di TPH, berkoordinasi dengan kerani transport di dalam pengangkutan buah di TPH dan kebutuhan unit angkut buah setiap harinya sehingga dapat menghindari terjadinya buah restan di lapangan, mengevaluasi hasil produksi sensus semester I dan II, memonitor pekerjaan di divisi, mengawasi ketepatan program dan prestasi kerja, menjaga keamanan dan kenyamanan pondok, serta menerima tugas-tugas lain yang diberikan atasan. Kegiatan administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban mandor I diantaranya membuat rekapitulasi taksasi potong buah, mengisi format pemeriksaan hanca dan mutu buah, mutu semprot dan aplikasi pupuk, membuat laporan sensus yang berupa sensus bobot tandan rata-rata, sensus tandan dan sensus LSU, dan membantu asisten dalam membuat Laporan Harian Asisten (LHA). Kerani Divisi. Kerani divisi bertugas membuat laporan harian, mingguan dan bulanan, membuat daftar hadir, mengabsen karyawan saat apel pagi serta merekapitulasi daftar absensi, membantu proses gajian karyawan, membuat usulan permintaan atau bahan yang dibutuhkan di lapangan, membuat BPB (Bon Permintaan Barang), mencatat karyawan berobat, mengarsipkan surat-surat dan menerima tugas-tugas lain yang diberikan atasan. Penulis membantu kerani divisi dalam membuat format monitoring harian para mandor, membuat laporan harian mandor, mengecat dan membuat papan nama divisi, dan menerima tugas administratif lainnya dari asisten. Mandor Panen. Tanggung jawab seorang mandor panen adalah mengarahkan dan membina karyawan panen, mengontrol pekerjaan pemanen dan meminimalkan accident, membagi hanca pemanen, mengontrol hanca pemanen, berkoordinasi dengan kerani panen di dalam pengecekan mutu buah, dan melaporkan hasil pemeriksaan mutu buah dan mutu hanca kepada asisten divisi. Kegiatan yang pernah dilakukan penulis saat menjadi pendamping mandor panen adalah: melakukan taksasi harian, melakukan pengecekan mutu hanca dan mutu buah pemanen, mengawasi karyawan panen pada satu kemandoran yang berjumlah orang. Kerani Panen. Tugas utama kerani panen adalah melakukan grading buah disetiap TPH sebelum diangkut ke PKS serta mencatat banyak tandan yang dipanen oleh setiap pemanen. Hasil grading dan jumlah tandan tersebut kemudian dicatat di dalam BPB (buku Penerimaan Buah) dan melaporkannya ke asisten divisi. Tugas lainnya diantaranya: mengisi buku notes potong buah, mengisi daftar premi potong buah, dan merekapitulasi laporan potong buah. Kegiatan yang dilakukan penulis diantaranya: melakukan grading buah di TPH dan

36 26 mengklasifikasikannya kedalam kategori buah ripe, under ripe, unripe, empty bunch, buah abnormal dan buah busuk, membuat LPB (Laporan Penerimaan Buah) dan DPP (Daftar Premi Pemanen). Kerani Transport. Tugas seorang kerani transport adalah mengisi SPB (Surat Pengantar Buah), Mengatur dan mengkoordinasikan supir unit angkut buah dan karyawan BM (Bongkar Muat), membuat laporan premi karyawan BM, mencatat produksi TBS yang diangkut ke TBS, mengisi buku registrasi permintaan kendaraan, memastikan buah di TPH terangkut seluruhnya ke PKS dan menghindari terjadinya buah restan, dan menerima tugas-tugas lain yang diberikan asisten. Mandor Pupuk. Mandor pupuk memiliki tugas-tugas yang meliputi: Melaksanakan program BMS yang telah dibuat, mengarahkan dan mengatur hanca karyawan pupuk, menjaga kualitas kerja, mengontrol dan mengecek mutu kerja karyawan, mengawasi pelaksanaan pemupukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan berkoordinasi dengan bagian traksi untuk pengeceran pupuk ke TPP. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi mandor pupuk diantaranya: membantu menghitung kebutuhan dosis pupuk sebelum diaplikasikan ke lahan, mengawasi karyawan pemupukan dan melakukan pengecekan hanca yang berupa pokok yang tidak terpupuk, ketepatan dosis dan ketepatan penaburan pupuk. Mandor Chemist. Mandor chemist memiliki tugas-tugas yang meliputi: memberikan pengarahan dan membagi hanca karyawan, mengontrol dan mengecek mutu kerja, menjaga keselamatan kerja karyawan dan lingkungan, memastikan ketersediaan bahan dan alat kerja, melaksanakan program BSS dan melakukan pemeriksaan quality check mutu semprot. Kegiatan yang dilakukan penulis selama mengikuti kemandoran semprot adalah mengawasi karyawan selama kegiatan semprot yang berjumlah 10 orang dan menghasilkan output sebesar 2.5 ha/hk. Mandor Perawatan. Mandor perawatan membawahi dua kemandoran pekerjaan yaitu berupa perawatan jalan dan pengendalian gulma secara manual. Tanggung jawab yang harus dilaksanakan, yaitu: mengarahkan dan membagi hanca karyawan sesuai lokasi yang akan dikerjakan, memastikan semua alat yang digunakan dalam kondisi baik dan siap digunakan, mengontrol dan mengawasi pekerjaan karyawan, dan mengisi buku realisasi kerja. Kegiatan yang dilakukan penulis selama mengikuti kemandoran ini, yaitu: mengawasi karyawan pengendalian gulma secara manual dengan jenis pekerjaan yang berupa: pembersihan piringan dan gawangan manual serta penarikan goloran pada pokok kelapa sawit. Karyawan yang diawasi sebanyak 9 orang dengan output pekerjaan 0.5 ha/hk. Pendamping Asisten Divisi Kegiatan yang dilakukan penulis selama berstatus sebagai pendamping asisten divisi, yaitu: mengikuti kegiatan field visit atau kunjungan lapangan yang bertujuan melihat dan mengevaluasi kondisi lapangan yang sedang dikunjungi, mengecek kualitas hanca dan mutu buah yang telah dipanen di TPH, membantu di dalam pengisian monitoring kerja harian, membantu merapikan administrasi kantor divisi, berpartisipasi di dalam pembangunan rumah ITM (Internal Training Mandor), membantu membuat Rencana Kerja Bulanan (RKB), membantu di

37 27 dalam pembenahan emplasmen dengan kegiatan yang berupa: pembuatan papan nama divisi, pembuatan apotek hidup, mengikuti kegiatan Jum at Bersih, dan membantu memperbaiki sarana olahraga seperti bulu tangkis. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Penunasan Sistem penunasan yang diterapkan di PT. Windu Nabatindo Abadi yaitu sistem penunasan periodik dan penunasan korektif. Penunasan periodik yang diterapkan merupakan kegiatan penunasan yang dilakukan pada tanaman kelapa sawit secara periodik dengan rotasi sembilan bulan sekali. Penunasan ini diterapkan pada tanaman muda sampai TM-2. Penunasan korektif (corective pruning) merupakan kegiatan penunasan yang dilakukan oleh pemanen pada saat potong buah. Penunasan ini berorientasi pada jumlah pelepah yang optimal yang dihubungkan dengan Indeks Luas Daun (ILD) dan diterapkan pada tanaman di atas TM-2. SBHE merupakan kebun yang secara umum mengelola kelapa sawit TM-2 sehingga sistem penunasan yang digunakan di kebun tersebut yaitu sistem penunasan korektif. Penunasan di Divisi 3 SBHE dibagi menjadi 4 seksi, setiap seksi ditunas setiap empat bulan sekali dan pembayaran dilakukan setelah satu seksi terselesaikan dengan waktu pembayaran bersamaan dengan penggajian karyawan. Misalkan pada bulan Maret dilakukan penunasan korektif pada seksi A yang terdiri dari Blok A-007, A-008, A-009, A-010, A-011 dan A-012, maka keenam blok tersebut harus dapat diselesaikan pada bulan Maret dan akan dibayarkan pada bulan April saat penerimaan gaji karyawan. Kebutuhan tenaga tunas korektif dihitung berdasarkan jumlah tenaga kerja panen. Divisi 3 SBHE memiliki luas tanam sebesar ha. Perhitungan jumlah tenaga kerja panen Divisi 3 adalah sebagai berikut: Kebutuhan pemanen Divisi 3 = Total luas TM (ha ) Jumlah seksi panen x luas hanca pemanen (ha ) ha = 6 x (2.5 3) ha = pemanen. Kebutuhan pemanen di Divisi 3 SBHE adalah sebesar pemanen, tetapi tenaga kerja panen di Divisi 3 hanya sebanyak 29 pemanen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Divisi 3 masih kekurangan tenaga kerja panen, sehingga pembagian hanca panen di lapang menunjukkan ketidakmerataan. Kasus di lapangan menunjukkan bahwa sebagian dari 29 orang pemanen tersebut mendapatkan hanca panen seluas 2.5 ha/hk dan sebagian lainnya seluas 4 ha/hk. Ketidakmerataan pembagian hanca tersebut membuat proses penunasan korektif yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen tidak berjalan dengan baik. Sebagai contoh seorang pemanen yang mendapatkan hanca lebih luas dari pemanen lainnya cenderung tidak melakukan penunasan saat melakukan panen. Penunasan korektif yang diterapkan memiliki rotasi 3 kali per tahun untuk setiap seksi dan nominal pembayaran penunasan korektif dibagi berdasarkan rotasi penunasan. Secara umum pada saat rotasi pertama, pokok kelapa sawit masih dalam kondisi under pruning sehingga penunasan yang dilakukan pemanen

38 28 tergolong berat. Upah yang diberikan pada rotasi pertama yaitu sebesar Rp 800,00/pokok. Pada penunasan rotasi kedua upah yang diberikan sebesar Rp 500,00/pokok, dikarenakan jumlah pelepah yang harus ditunas pemanen lebih sedikit jumlah dari rotasi pertama penunasan. Pada rotasi ketiga kondisi dan jumlah pelepah kelapa sawit sebagian besar telah sesuai dengan SOP perusahaan dan hanya beberapa tanaman yang harus ditunas dan disanitasi kembali sehingga upah yang diberikan hanya sebesar Rp 300,00/pokok. Total biaya penunasan selama satu tahun yaitu sebesar Rp 1 600,00/pokok. Jumlah Pelepah yang Dipertahankan Pelepah kelapa sawit yang terbentuk setiap bulannya rata-rata berjumlah 2 pelepah tergantung umur dan pertumbuhan tanaman. Pokok kelapa sawit yang berumur tua memiliki laju pembentukan pelepah yang lambat (1 pelepah/bulan) sedangkan pokok kelapa sawit muda dapat membentuk 2-3 pelepah/bulan (Sastrosayono 2003). Manajemen kanopi di dalam mempertahankan jumlah pelepah perlu dilakukan agar tidak terjadinya over pruning atau under pruning. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan dan teknik penunasan berdasarkan umur tanaman kelapa sawit sesuai SOP BGA nomor 11-BGAAGRKS-PTKS- KMK disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah pelepah yang harus dipertahankan dan teknik penunasan per umur tanaman Umur tanaman Jumlah pelepah yang harus (tahun) dipertahankan/pokok Songgo > Sumber: SOP BGA (2010). Blok A-008 dengan umur tanaman 15 tahun yang memiliki jumlah pelepah antara merupakan persentase jumlah pelepah tertinggi yaitu sebesar 33.8 % sedangkan interval pelepah memiliki persentase terendah dengan 0.5 % (Tabel 10). Jumlah pelepah yang ditetapkan perusahaan adalah pelepah dan hanya terimplementasikan sebesar 28.9 %. Tabel 10 Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada Blok A-008 (tahun tanam 1998) Interval Pokok sampel Persentase > Total

39 29 Blok B-009 menunjukkan bahwa interval pelepah memiliki persentase yang tertinggi dengan nilai 62.0 % dan tidak ditemukan pelepah dengan interval sebesar pelepah (Tabel 11). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah pelepah pada Blok B-009 telah sesuai dengan SOP perusahaan tentang jumlah pelepah yang harus dipertahankan yaitu sebesar pelepah. Tabel 11 Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada Blok B-009 (tahun tanam 2003) Interval Pokok sampel Persentase > Total Tabel 12 menunjukkan bahwa persentase tertinggi terlihat pada interval pelepah dengan nilai 38.4 % dan persentase terendah sebesar 1.4 % pada jumlah pelepah dengan interval pelepah. Perusahaan menetapkan jumlah pelepah yang harus dipertahankan pada pokok berumur 5 tahun adalah pelepah dan hanya terimplementasikan sebesar 24.6 %. Data tesebut menunjukkan bahwa jumlah pelepah yang dipertahankan pada Blok A-011 masih belum sesuai dengan SOP perusahaan. Tabel 12 Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada Blok A-011 (tahun tanam 2008) Interval Pokok sampel Persentase > Total Teknik Penunasan Teknik penunasan yang diterapkan di SBHE yaitu songgo satu, songgo dua dan songgo tiga. Penerapan jumlah songgo tersebut tergantung pada umur tanaman kelapa sawit. Songgo tiga diterapkan pada tanaman umur 3-4 tahun, songgo dua diterapkan pada tanaman berumur 5-14 tahun dan songgo satu diterapkan pada tanaman berumur di atas 14 tahun (BGA 2010). Cara penunasan yang tepat yaitu pelepah dipotong rapat ke batang dengan tujuan brondolan yang jatuh tidak tersangkut pada batang (Allorerung et al. 2010).

40 30 Blok A-008 dengan tahun tanam 1998 (umur 15 tahun, TM-12) menunjukkan bahwa teknik penunasan dominan yang diterapkan yaitu songgo satu yang sebesar 41.8 %, namun pada beberapa tanaman masih terdapat songgo lainnya, yaitu songgo dua dan tiga yang sebesar 23.5 % dan 3.8 % (Tabel 13). Hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa penerapan penunasan belum efektif dilakukan pada blok tersebut dikarenakan masih terdapat variasi songgo. Blok B-009 dengan tahun tanam 2003 (umur 10 tahun, TM-7) memperlihatkan persenteae songgo satu sebesar 45.6 % dan songgo dua sebesar 28.0 % (Tabel 13). Hasil tersebut menunjukkan bahwa songgo satu masih dominan dari pada songgo dua, hal ini bertentangan dengan SOP perusahaan yang menerapkan songgo dua pada tanaman berumur 10 tahun. Blok A-011 dengan tahun tanam 2008 (umur 5 tahun, TM-2) yang diamati menunjukkan bahwa songgo dominan yang diterapkan adalah songgo tiga dan dua, yaitu sebesar 42.6 % dan 34.0 %. Selain itu terdapat beberapa pokok sawit yang diterapkan songgo satu yang sebesar 20.0 % (Tabel 13). Tanaman abnormal yang diamati merupakan tanaman yang memiliki seks rasio rendah dimana jumlah bunga jantan lebih banyak dari pada bunga betina per pokok dan sebagian pokok lainnya hanya memiliki bunga jantan dan tidak lagi memproduksi bunga betina sehingga tidak menghasilkan TBS. Persentase tanaman abnormal tertinggi terlihat pada Blok A-008 yaitu sebesar 25.3 % (Tabel 13). Teknik penunasan yang dilakukan pemanen Divisi 3 SBHE belum sepenuhnya mengacu kepada SOP perusahaan. Ketidaktepatan penunasan yang dilakukan pemanen terutama disebabkan kurangnya kedisiplinan pemanen dalam penerapan teknik penunasan berdasarkan umur tanaman dan masih terdapatnya variasi umur tanaman dalam satu blok (pokok sisipan) yang membuat variasi teknik penunasan. Tabel 13 Hasil pengamatan teknik songgo oleh pemanen di Kebun SBHE Blok Tahun tanam Songgo/kondisi Jumlah pokok Persentase (%) A (TM-12) Mati Abnormal Sub Total B-009 A (TM-7) 2008 (TM-2) Mati Abnormal Sub Total Mati Abnormal Sub Total

41 31 Persentase Under Pruning dan Over Pruning Pengamatan pelepah diperlukan untuk mengetahui kondisi penunasan pokok kelapa sawit dalam satu blok. Pokok kelapa sawit dinyatakan over pruning apabila jumlah pelepah yang dipertahankan dan teknik penunasan memiliki nilai yang lebih kecil dari ketentuan SOP perusahaan dan apabila lebih besar dari ketentuan tersebut maka pokok kelapa sawit tersebut dinyatakan under pruning (Tabel 9). Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan masih terdapat pokok kelapa sawit yang memiliki kondisi under pruning atau over pruning. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. Kondisi under pruning tertinggi berdasarkan jumlah pelepah yang dipertahankan dan teknik penunasan terdapat pada Blok A-008 dengan persentase 56.7 % dan 27.3 % (Tabel 14). Hal ini disebabkan oleh banyaknya pokok abnormal yang tidak memproduksi tandan buah segar, sehingga pemanen cenderung tidak melakukan penunasan pada pokok-pokok abnormal tersebut. Kondisi over pruning tertinggi terlihat pada A-011 dengan persentase 75.4 % untuk jumlah pelepah yang dipertahankan dan Blok B-009 dengan persentase 45.6 % untuk teknik penunasan (Tabel 14). Hal ini disebabkan pemanen melakukan penunasan mengikuti posisi buah dan tidak memperhatikan ketentuan jumlah pelepah yang harus dipertahankan. Sehingga saat tandan buah segar terdapat pada posisi di dekat pelepah muda, pemanen cenderung akan menunas pelepah-pelepah produktif di bawah tandan tersebut dan akan mengakibatkan over pruning. Pokok over pruning dapat berakibat pada penurunan produksi tandan buah segar dikarenakan berkurangnya areal fotosintesis tanaman (Harahap 2000). Tabel 14 Persentase kondisi penunasan di Kebun SBHE Under pruning (%) Over pruning (%) Blok/umur tanaman Jumlah pelepah Teknik penunasan Jumlah pelepah Teknik penunasan A-008/ 15 Tahun B-009 / 10 Tahun A-011/ 5 Tahun Kondisi Seks Rasio dan Jumlah Tandan Buah pada Berbagai Jumlah Pelepah Blok A-008 (tahun tanam 1998) secara umum memiliki jumlah bunga jantan per pokok lebih banyak dari bunga betina, selain itu rataan tandan buah per pokok hanya sebesar 1.4 tandan (Tabel 15). Semakin tua umur tanaman, laju pembentukan klorofil dalam daun akan berkurang. Ai (2012) menyatakan bahwa kandungan klorofil berkorelasi positif dengan laju fotosintesis. Sehingga, produksi tandan yang rendah pada Blok A-008 dapat disebabkan oleh laju fotosintesis tanaman yang rendah yang dipengaruhi oleh faktor umur tanaman. Pembentukan klorofil juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti cahaya, karbohidrat, air, suhu, genetik dan unsur-unsur hara (Hendriyani dan Setiari 2009). Pemanen yang menunas mengikuti posisi buah tidak akan menunas pokok yang tidak memiliki tandan/buah, sehingga persentase pokok under pruning dapat terlihat dominan pada blok ini.

42 32 Tabel 15 Pengaruh jumlah pelepah terhadap seks rasio dan jumlah tandan per pokok tanaman di Blok A-008 (tahun tanam 1998) Interval Pokok Rataan Rataan Rataan bunga jantan bunga betina tandan buah > Blok B-009 (tahun tanam 2003) memperlihatkan bahwa jumlah bunga jantan lebih banyak dari bunga betina tetapi rata-rata jumlah tandan per pokok masih tinggi yaitu sebesar 3.5 tandan per pokok (Tabel 16). Salah satu penyebab tingginya jumlah bunga jantan pada pokok kelapa sawit di blok ini adalah kondisi over pruning. Pahan (2008) menyatakan bahwa penunasan yang berlebihan (over pruning) dapat menyebabkan penurunan seks rasio atau peningkatan bunga jantan dan gugurnya bunga betina. Faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor genetik dan cekaman lingkungan. Tabel 16 Pengaruh jumlah pelepah terhadap seks rasio dan jumlah tandan per pokok tanaman di Blok B-009 (tahun tanam 2003) Interval Pokok Rataan Rataan Rataan bunga jantan bunga betina tandan buah > Blok A-011 (tahun tanam 2008) memiliki jumlah bunga betina yang lebih banyak dari jumlah bunga jantan dan diikuti dengan rata-rata jumlah tandan per pokok yang cukup tinggi yaitu sebesar 7 tandan (Tabel 17). Semakin tinggi jumlah pelepah yang dipertahankan dan diikuti proses pemeliharaan yang tepat akan meningkatkan jumlah tandan per pokok tanaman. Hal ini dikarenakan areal fotosintesis tanaman meningkat dan proses fisiologis tanaman berlangsung dengan baik. Pahan (2008) menyatakan semakin banyak pelepah yang ditinggalkan maka nilai ILD (indeks luas daun) dan produksi TBS/ha akan semakin meningkat. Tabel 17 Pengaruh jumlah pelepah terhadap seks rasio dan jumlah tandan per pokok tanaman di Blok A-011 (tahun tanam 2008) Interval Pokok Rataan Rataan Rataan bunga jantan bunga betina tandan buah >

43 33 Rataan bunga jantan di Kebun SBHE secara umum memiliki jumlah yang tidak berbeda nyata antar blok. Rataan bunga Betina dan produksi tandan terbesar terlihat pada Blok A-011 yang nilainya berbeda nyata dengan Blok A-008 dan A-009 (Tabel 18). Produksi kelapa sawit pada Blok A-011 terlihat normal dan memiliki potensi peningkatan produksi yang cukup tinggi. Pemeliharaan dan teknik budidaya yang sesuai perlu lebih ditingkatkan pada blok tersebut agar produksi TBS selama 20 tahun kedepan dapat berjalan normal. Tabel 18 Rataan bunga jantan, bunga betina dan tandan buah per pokok tanaman di Kebun SBHE Blok/umur tanaman Rataan bunga jantan a Rataan bunga betina a Rataan tandan buah a A-008/ 15 Tahun 3.80 a 1.14 b 1.79 b B-009/ 10 Tahun 2.43 a 1.00 b 3.63 b A-011/ 5 Tahun 1.52 a 2.55 a 6.75 a a angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji t-student dengan taraf 5%. Blok A-008 dengan rata-rata jumlah pelepah sebesar 37.8 menghasilkan produksi sebesar TBS dengan bobot kg sehingga nilai BTR sebesar Blok B-009 dengan rata-rata jumlah pelepah 40.9 menghasilkan produksi sebesar TBS dengan bobot kg sehingga nilai BTR sebesar kg. Blok A-011 dengan rata-rata jumlah pelepah 43.3 menghasilkan produksi sebesar TBS dengan bobot kg sehingga menghasilkan BTR kg (Tabel 19). Hasil pengujian menunjukkan bahwa Blok A-008 memiliki nilai BTR tertinggi dan berbeda nyata dengan BTR pada Blok B-009 dan A-011, namun rataan jumlah pelepah di dalam ketiga blok tersebut tidak mempengaruhi besarnya BTR. Nilai BTR lebih dipengaruhi oleh kemampuan fotosintesis dan penyerapan unsur hara tanaman. Tabel 19 Perbandingan rata-rata jumlah pelepah dan bobot tandan rata-rata Blok Jumlah pelepah BTR (kg) a A a B b A b a angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji t-student dengan taraf 5%. Pengamatan di lapangan secara keseluruhan menunjukkan bahwa ketentuan teknik penunasan dengan jumlah songgo terutama songgo satu berakibat over pruning untuk pokok yang jumlah bunga betina/tandan buahnya sedikit per pokok. Teknik songgo satu membuat pemanen menunas mengikuti posisi buah dan tidak berpedoman pada jumlah pelepah yang harus dipertahankan. Terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan mengakibatkan areal fotosintesis daun berkurang dan pokok menjadi stres. Pokok kelapa sawit yang hanya menghasilkan bunga jantan terdapat cukup banyak pada Blok A-008, sehingga hal yang harus dilakukan adalah thinning out atau pembongkaran pada pokok-pokok abnormal tersebut.

44 34 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan pengaturan pelepah melalui penunasan di SBHE dilaksanakan dengan acuan SOP perusahaan yaitu penunasan korektif dengan jumlah pelepah yang dipertahankan, yaitu pelepah untuk umur tanaman 5 tahun, pelepah untuk umur tanaman 10 tahun dan pelepah untuk umur tanaman 15 tahun. Kegiatan penunasan yang diterapkan di lapangan belum sepenuhnya mengacu kepada SOP perusahaan, penyebab utamanya ialah kurangnya kedisiplinan pemanen dalam penerapan teknik penunasan berdasarkan umur tanaman dan masih terdapatnya variasi umur tanaman dalam satu blok (pokok sisipan) yang membuat variasi teknik penunasan. Banyaknya pokok abnormal pada Blok A-008 mengakibatkan kondisi under pruning yang dominan dan perlu dilakukan thinning out pada pokok-pokok abnormal tersebut. Pokok over pruning lebih banyak ditemukan pada Blok A-011 dan B-009. Teknik penunasan songgo satu berakibat over pruning untuk pokok yang jumlah bunga betina/tandan buahnya sedikit per pokok. Teknik songgo satu membuat pemanen menunas mengikuti posisi buah dan tidak berpedoman pada jumlah pelepah yang harus dipertahankan. Saran Penyegaran pengetahuan teknik penunasan perlu dilakukan kembali terhadap para pemanen dan penunas. Peran seorang mandor dan asisten kebun juga harus ditingkatkan di dalam mengawasi kegiatan penunasan. Teknik songgo satu sebaiknya tidak diterapkan pada pokok dengan seks rasio dan produksi yang rendah, karena akan berakibat over pruning dan disarankan menerapkan teknik berdasarkan jumlah pelepah yang dipertahankan. DAFTAR PUSTAKA Ai NS Evolusi fotosintesis pada tumbuhan. J. Ilmiah Sains. 12(1): Allorerung D, Syakir M, Poeloengan Z, Syafaruddin, Rumini W Budidaya Kelapa Sawit. Bogor (ID): Aska Media. [BGA] Bumitama Gunajaya Agro Pedoman Teknis Agronomis Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jakarta (ID): BGA Group Plantations. [BPS] Badan Pusat Statistik Produksi perkebunan besar menurut jenis tanaman, Indonesia (ton), Badan Pusat Statistik [Internet]. [diunduh 2013 Agustus 13]. Tersedia pada: bps.go.id?tsb_sub/view.php?k At&3&Tabel=1&daftar=1&id_subyek=54&notab=2. Hadi M Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Adicita Karya Nusa. Harahap IY Pola respon laju fotosintesis kelapa sawit terhadap perubahan mikroklimat. Warta PPKS. 8(2):79-87.

45 Hasan MF Industri minyak sawit, menjanjikan di tengah himpitan. Prokeadilan [Internet]. [diunduh 2013 Agustus 13]. Tersedia pada: Hendriyani IS, Setiari N. Kandungan klorofil dan pertumbuhan kacang panjang (Vigna sinensis) pada tingkat penyediaan air yang berbeda. J.Sains & Mat. 17(3): Pahan I Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit Budidaya Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tahun Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Resman, Syamsul AS, Bambang HS Kajian beberapa sifat kimia dan fisika inceptisol pada toposekuen lereng selatan gunung merapi kabupaten sleman. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 6(2): Risza S Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Yogyakarta (ID): Kanisius. Riyono J Modifikasi statistik uji-t pada test inferensia mean mereduksi pengaruh keasimetrikan populasi menggunakan ekspansi cornish-fisher. Statistika. 11(2): Sa id EG Network development of research, development and application of national innovation system of science and technology, with a special case on the utilization of oil palm biomass for food, feed, fuel and furniture production. Paper Presented at The International Seminar On Sustainable Biomass Production and Utilization: Challenges and Opportunities. Bandar Lampung (ID): The University of Lampung. 1: Sastrosayono S Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka Setyamidjaja D Kelapa Sawit: Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Yogyakarta (ID): Kanisius. 35

46 36 36 Lampiran 1 Peta SBHE dan peta jenis tanah SBHE

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan 14 KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class

Lebih terperinci

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Kastrasi, adalah kegiatan membuang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MOCHAMMAD FAHMI A24100088 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH SYAHRINA RAHMA DHANI A24100081 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Jenis gulma yang tumbuh di suatu tempat berbeda-beda, tergantung faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Menurut Sastroutomo (1990), komunitas tumbuhan memperlihatkan adanya

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 kasie, dan 5 orang asisten divisi. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga kerja SBHE sebanyak 636 per minggu ke

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Aplikasi jenis pengendalian dilakukan di Kebun Adolina meliputi pengendalian secara kimia (chemist) dan secara manual. Pengendalian gulma tersebut

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Profil Perusahaan 4.1.1.1. Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH SAUT MANGASI HUTABARAT A24090003 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN panen dan perawatan serta mengikuti kegiatan sosial di kebun berupa kegiatan olahraga. 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Penunasan Kebijakan penunasan di Kebun Adolina PTPN IV menerapkan penunasan periodik.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Havest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Penulis selama dua bulan melakukan perkerjaan teknis sebagai karyawan harian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pengelolaan air, pengendalian gulma, pemupukan,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Kegiatan Sensus Pokok adalah kegiatan perhitungan seluruh jumlah pokok kelapa sawit (produktif dan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Tanggal : 28 Juli 2011 PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PELANTARAN AGRO ESTATE

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dan pemanenan buah matang merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi. Kegiatan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Kegiatan teknis selama magang dilakukan di kebun dengan tiga tingkatan pekerjaan diantaranya sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Program Studi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq.)

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Semua kegiatan lapangan yang dilakukan harus benar-benar diamati dan

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Semua kegiatan lapangan yang dilakukan harus benar-benar diamati dan 40 V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Hasil Semua kegiatan lapangan yang dilakukan harus benar-benar diamati dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penyusunan laporan magang. Data yang

Lebih terperinci

Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut

Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut Penyusun E. Sutisna Noor Penyunting Arif Musaddad Ilustrasi T. Nizam Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 22 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis adalah aspek teknis dan manajerial. Aspek teknis yang dilakukan penulis berupa pembibitan, pemeliharaan tanaman (penunasan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI BUDI YADHIKA SARJONO

PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI BUDI YADHIKA SARJONO PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI BUDI YADHIKA SARJONO DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT

MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT Tujuan manajemen budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal per hektar areal dengan biaya produksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 7 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab. Rokan Hulu, Riau. Tambusai

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT 1 MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE PT WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH ILHAM KURNIAWAN A24120114

Lebih terperinci

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U )

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Sub sektor perkebunan mempunyai peranan

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TINTIN BOYOK SAWIT MAKMUR PROPINSI KALIMANTAN BARAT Aang Kuvaini Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN ADOLINA PTPN IV PERSERO, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA MUHAMMAD DAHRI ZIKRI PURBA

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN ADOLINA PTPN IV PERSERO, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA MUHAMMAD DAHRI ZIKRI PURBA MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN ADOLINA PTPN IV PERSERO, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA MUHAMMAD DAHRI ZIKRI PURBA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan.

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul Manajemen Panen

Lebih terperinci

STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN (TM) DI PERKEBUNAN BANGUN KOLING ESTATE, PT.WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja 45 PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen kelapa sawit adalah tenaga kerja yang bertugas untuk menurunkan buah kelapa sawit dari pokok dengan tingkat kematangan buah sesuai dengan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Ubikayu Persiapan lahan. Pengolahan lahan dilakukan dengan traktor. Pembajakan dilakukan dua sampai tiga kali. Pembajakan dilakukan pada saat cuaca sedang cerah.

Lebih terperinci

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP. Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, (1) : 2-3 KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP 1 Mardiana Wahyuni, Hasan

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul.Agrohorti 2 (3): 213-220 (2015) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Harvest Management of Oil Palm at Tambusai District

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan penyisipan, pengendalian gulma (manual dan kimiawi),

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 9 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Wilayah dan Administratif PT. Intisawit Perkasa terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci