BAB V ANALISIS HASIL. Berdasarkan hasil dari pengolahan data pada bab sebelumnya diperoleh hasil

Transkripsi

1 BAB V ANALISIS HASIL 5.1 Analisa Hasil Perhitungan Data Berdasarkan hasil dari pengolahan data pada bab sebelumnya diperoleh hasil bahwa data yang telah dikumpulkan layak untuk diolah. Dalam proses pengolahan data terdapat dua macam situasi perbaikan kualitas dengan menggunakan peta kendali yaitu : situasi yang pertama adalah peta kendali yang dibuat untuk mengetahui kondisi yang diluar batas kendali yang terjadi karena sebab khusus (sebab yang paling sering terjadi), penyebab dapat dilihat melalui diagram pareto. Situasi yang kedua adalah berkaitan dengan pengujian untuk mengambil keputusan apakah kegiatan pengendalian defect yang terjadi pada saat kegiatan Inspeksi yang dilakukan masih dalam batas kendali dan masih bisa dikatakan terkontrol. 5.2 Analisa Diagram Pareto Setelah data dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan u-chart, kemudian dibuat diagram pareto dengan maksud untuk dapat lebih memfokuskan perhatian pada permasalahan yang sering timbul dengan mengurutkan

2 51 permasalahan sehingga nantinya diharapkan dapat membantu dalam menganalisa faktor faktor penyebab terjadinya defect pada saat kegiatan inspeksi perawatan pesawat di Line Maintenance bandara Soetta. Berdasarkan pada data yang diperoleh pada periode Agustus Oktober 2014 dikelompokkan kedalam lima kategory terhadap banyak defect yang paling dominan sering terjadi yaitu: No Category Jumlah Defect Persentase Komulatif 1 Maintenance ,52 60,52 2 Pilot ,06 80,58 3 Routine ,56 90,14 4 Cabin 976 9,07 99,21 5 A-Check 85 0, Total Tabel 5.1 Data Defect berdasarkan Kategory Periode Agustus Oktober 2014 Adapun Diagram Pareto dari hasil Tabel 4.4 diatas adalah sebagai berikut : Grafik 5.1 Diagram Pareto Defect u-chart Periode Agustus Oktober 2014

3 Berdasarkan pada grafik 5.1 diatas diketahui bahwa, terjadinya defect paling banyak terjadi pada saat kegiatan inspeksi yaitu Kategory Maintenace sebesar 6508 atau 60,52 % dari total defect periode Agustus Oktober Merupakan faktor yang dominan terjadi defect dimana pada saat kegiatan Maintenace dilakukan di Terminal 1A Soetta. 2. Kategory Pilot sebesar 2157 atau 20,06 % dari total defect periode Agustus Oktober Merupakan defect yang dilaporkan oleh Pilot terhadap ketidaksesuaian yang terjadi pada instrumen-instrumen yang ada di kokpit. Sehingga terjadi penyimpangan serta kerancuan dalam menginterpretasikan instrumen tersebut. 3. Kategory Routine sebesar 1028 atau 9,56 % dari total defect periode Agustus Oktober Merupakan defect yang ditemukan pada saat pemeriksaan rutin / harian sebelum maupun setelah pesawat selesai melakukan kegiatan operasional. Pemeriksaan rutin biasa dilakukan sebelum pesawat terbang operasional pertama kali di hari H ( prefight check), setelah selesai operasional dalam waktu 24 jam (daily check) maupun 72 jam (service check). 4. Kategori Cabin sebesar 976 atau 9,07 % dari total defect periode Agustus Oktober Merupakan defect yang ditemukan pada saat kegiatan survaillence di cabin pesawat. Kegiatan ini meliputi pemeriksaan terhadap seat, belt, life vest, emergency equipment penumpang & kru cabin, bagasi & comparament serta lavatory.

4 53 5. Sedangkan untuk defect yang paling sedikit terjadi yaitu kategory A-Check sebesar 85 atau sebesar 0,79 %. Merupakan defect yang di temukan pada saat pemerikaan A-check. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada interval tertentu seperti saat 500 jam terbang, 750 jam terbang ataupun setiap 90 hari. 5.3 Analisa dengan Diagram Tulang Ikan (Fish Bone Diagram). Setelah diketahui bahwa terjadi penyimpangan pada bulan Agustus dan Oktober 2014 yang melebihi batas kendali atas dan bawah. Sehingga perlu dilakukan analisa untuk mengetahui penyebabnya. Dengan melalukan penelusuran dan brainstroming dengan team QC departemen terkait dilakukan analisa penyebab sebagai berikut : Faktor Manusia ( Man) Merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya defect pada saat sedang melakukan kegiatan perbaikan. Semakin baik pekerja melakukan perkerjaanya di pengaruhi oleh tingkat pengalaman kerja, tingkat pendidikan, serta usia. Faktor Material Dimana masalah yang terjadi berkaitan dengan ketersediaan suku cadang pesawat yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam hal ini bentuk (desain), dimensi maupun sifat material.

5 54 Faktor Metode Merupakan faktor dominan ketiga yang terjadi, dimana instruksi prosedure melakukan kerja dalam melakukan perbaikan pesawat harus selalu diperbaharui (update) mengikuti perkembangan teknologi terbaru. Faktor Peralatan / mesin. Merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya defect dimana dalam melakukan tindakan perwatan dan perbaikan pesawat. Penggunaan peralatan / tools yang dipakai kurang memenuhi standard manufacture, masih minimnya jumlah peralatan yang tersedia sehingga dalam penggunaannya terjadi delay dalam pekerjaan. Gambar 5.1 Diagram Fish Bone Penyebab defect pada kegiatan inspeksi pesawat 5.4 Usulan Perbaikan Dari diagram tulang ikan di gambar 5.1 ditemukan bahwa akar permasalahan penyebab defect yang ditemukan pada saat kegiatan inspeksi perawatan pesawat adalah sebagai berikut:

6 1. Faktor Material : belum tersedianya stock material yang dibutuhkan sesuai dengan spesifikasi Faktor Manusia : dipengaruhi oleh faktor faktor pengalaman kerja, usia serta tingkat pendidikan. 3. Faktor Metode : perubahan terhadap prosedure kerja kurang update sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru. 4. Faktor Machine / peralatan : peralatan yang digunakan kurang memenuhi standard manufacture serta minimnya jumlah peralatan yang digunakan untuk perbaikan. Agar masalah-masalah tersebut tidak terulang kembali maka selanjutnya dibuatkan solusi penanggulangannya sebagai berikut : 1. Faktor Material : dengan melakukan perencanaan kebutuhan material yang tepat, serta kesesuaian dengan speksifikasi yang dibutuhkan sesuai dengan material Internasional (ASTM) 2. Faktor Manusia : melakukan enrichment dan enlargement terhadap para pekerja bisa dengan melalui training, peningkatan jobdesk serta responsibility. Maupun dengan peningkatan tunjangan, insentif serta loyalitas terhadap pekerjaan. 3. Faktor Metode : dengan melakukan perbaikan terhadap prosedure yang ada sesuai dengan kondisi perkembangan teknologi dirgantara serta selalu melakukan review terhadap prosedure yang ada secara berkala.

7 56 4. Faktor Machine : memperbanyak peralatan yang sering digunakan dalam melakukan perbaikan. Serta kesesuaian dengan spesifikasi yang distandardkan oleh manufacture. Sehingga tidak terjadi kerusakan pada benda kerja yang akan digunakan.