Pola Kesuksesan Produk-Produk Industri Kreatif

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pola Kesuksesan Produk-Produk Industri Kreatif"

Transkripsi

1 Petunjuk Sitasi: Subagyo, Nastiti, F., & Kurniasany, F. (2017). Pola Kesuksesan Produk-Produk Industri Kreatif. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B69-75). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya. Pola Kesuksesan Produk-Produk Industri Kreatif Subagyo (1), Fadhila Nastiti (2), Fitria Kurniasany (3) (1), (2), (3) Departemen Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta (1) subagyo@ugm.ac.id ABSTRAK Produk-produk industri kreatif, misalnya produk-produk film, fesyen, dan kuliner tidak seluruhnya mempunyai karakter mirip dengan produk-produk industri manufaktur. Produk-produk industri kreatif pada umumnya lebih bersifat musiman dan mempunyai masa hidup yang relatif pendek. Oleh karena itu, model-model untuk memprediksi kesuksesan suatu produk yang berbasis produk-produk di industri manufaktur misalnya model berbasis Konsep Kano perlu dilakukan penyesuaian agar bisa dipakai di industri kreatif. Dalam makalah ini dibahas model untuk prediksi kesuksesan produk-produk industri kreatif, terutama untuk industri kuliner dan toko daring. Model dibangun dengan menggunakan pendekatan Konsep Kano yang membagi hubungan antara kesuksesan dengan faktor-faktornya dalam hubungan linier, eksponensial, dan logaritmis. Model yang terbentuk diharapkan bisa digunakan sebagai dasar prediksi kesuksesan dalam tahap desain dan pengembangan produk-produk industri kreatif. Kata kunci concurrent engineering; industri kreatif; Model Kano; product design; product development. I. PENDAHULUAN Sektor ekonomi kreatif merupakan salah satu sektor yang akan dijadikan salah satu sektor penting Indonesia di masa mendatang. Menurut Badan Ekonomi Kreatif (2016), pada tahun 2019 ditargetkan kontribusi ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto sebesar 10%, kontribusi ekspor 10%, dan menyerap tenaga kerja sebesar 13 juta orang. Pada tahun 2015 kontribusi ekonomi kreatif sebesar 7,05% produk domestik bruto atau setara sekitar Rp 642 trilyun (Hartawan, 2016). Oleh karena itu, kebijakan terkait industri kreatif menjadi kebijakan penting dan ke depan menjadi makin strategis posisinya. Lebih lanjut, dalam industri kreatif walaupun faktor modal dan teknologi penting namun faktor kreativitas mempunyai peran yang sangat sentral. Oleh karenanya, potensi tumbuh-kembangnya relatif berimbang baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia. Salah satu contoh industri kreatif yang perkembangannya relatif tinggi adalah industri makanan-minuman, terutama bisnis kuliner. Selain disebabkan pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, kenaikan jumlah kelas menengah di Indonesia juga ditengarai sebagai pemicu tumbuhnya bisnis kuliner. Lebih lanjut, ditinjau dari sisi permodalan, bisnis kuliner tergolong bisnis yang dapat dijalankan dengan modal yang relatif kecil terutama akibat bahan bakunya yang banyak tersedia sehingga bisa meminimalkan modal kerja namun mampu menghasilkan pendapatan yang besar. Di Indonesia, rata-rata pendapatan restoran skala menengah dari penjualan makanan dan minuman pada tahun 2015 sebesar Rp (Badan Pusat Statistik, 2017). Sejak industri kuliner dimasukkan sebagai subsektor ekonomi kreatif pada tahun 2011, kontribusinya langsung menggeser industri fesyen (fashion). Pada tahun 2013, kontribusi industri kuliner pada industri kreatif senilai 33%, sementara industri fesyen 27%, dan industri kerajinan 15% (Hariyani dan Yustisia, 2015). Walaupun sumbangan ekonomi kreatif terhadap PDB hanya 7.05%, namun tenaga kerja yang terlibat dalam industri ini sekitar 10,7% tenaga kerja Indonesia, atau setara 11,8 juta orang (Hartawan, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa industri kreatif merupakan industri yang relatif padat kerja dan ekonomi kreatif merupakan sektor keempat terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Produk-produk industri kreatif dibandingkan dengan industri manufaktur pada umumnya relatif lebih menonjolkan aspek kreativitas dan properti intelektual sebagai sumber B-69

2 Subagyo, Nastiti, Kurniasany keunggulannya atau alasan konsumen memilihnya. Industri kreatif menggunakan kreativitas sebagai sumber utama nilai melalui pengembangan ide menjadi properti (kekayaan) intelektual baru dan mengkomersialisasikan hasilnya (Higgs et al, 2007) maka aspek kreativitas lebih dominan dibanding aspek produk. Properti intelektual, misalnya desain, tampilan, merk, atau mekanisme kerja dijadikan sebagai nilai andalan dalam mendapatkan konsumen. Sebagaimana produk pada umumnya, maka produk-produk industri kreatif juga mengikuti karakter produk yaitu mengalami siklus kehidupan lahir, berkembang, dewasa, dan akhirnya mati dan tidak semua produk akan sukses diterima pasar. Seiring dengan kecenderungan siklus hidup produk yang makin pendek maka kegiatan perancangan dan pengembangan produk di industri kreatif posisinya makin penting. Salah satu alat (tool) penting dalam perancangan dan pengembangan produk adalah alat untuk mendeteksi potensi sukses/gagal-nya produk sedini mungkin. Dalam makalah ini disajikan model untuk memprediksi potensi kesuksesan produk dengan berbasis Konsep Kano untuk produk-produk industri kreatif. Model ini diharapkan bisa digunakan untuk membantu para perancang/pengembang produk kreatif untuk mengestimasi peluang sukses dari produk-produk di awal-awal tahap pengembangan. II. TIJAUAN PUSTAKA Mengingat pentingnya prediksi potensi kesuksesan produk dalam tahap pengembangan baik pada tahap awal maupun saat akan memasuki pasar maka kajian terkait prediksi kesuksesan produk menjadi tema riset yang menarik. Contoh riset-riset tersebut misalnya Cooper et al (1979; 1982), Griffin & Page (1993;1996), Hulting & Robben (1995), dan Wijaya (2011). Cooper et al (1979; 1982) membahas faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar produk baru yang dikembangkan bisa sukses diterima pasar dan meningkatkan pendapatan perusahaan. Hulting dan Robben (1995) menjelaskan bahwa perspektif waktu mempengaruhi ukuran kesuksesan suatu produk sedangkan Griffin & Page (1993;1996) membahas mengenai pengukuran kesuksesan pengembangan produk. Sementara itu, Wijaya (2011) mengembangkan model prediksi kesuksesan produk dengan menggunakan pendekatan analogi dari prinsip Kano. Beberapa indikator bisa digunakan untuk mengukur kesuksesan produk, misalnya kepercayaan pelanggan, kinerja produk, persentase penjualan, level produk, jumlah penjualan, dan profit (Griffin & Page, 1993; Craig & Hart, 1993). Model prediksi kesuksesan produk biasanya dibangun untuk menghubungkan indikator kesuksesan produk dengan faktor-faktor yang mempengaruhi misalnya terkait karakter produk, kondisi pasar, dan karakter perusahaan yang memiliki produk. Model prediksi ini biasanya digunakan untuk memprediksi produk sejak tahap awal pengembangan produk, terutama untuk memilih calon-calon produk yang akan dikembangkan atau yang akan dihentikan pengembangannya. Beberapa riset telah dilakukan untuk mengembangkan model ini misalnya Uletika (2009), Trapsilawati (2010), dan Wijaya (2011). Uletika (2009) membangun model prediksi kesuksesan produk dengan basis produk-produk industri manufaktur dengan menggunakan ordinary least squares (OLS) dan maximum likelihood estimator, sedangkan Trapsilawati (2010) menggunakan partial least squares (PLS), ordinary least squares (OLS) dan weighted least squares (WLS), sementara Wijaya (2011) mengembangkan model berbasis prinsip Kano. Dalam model-model yang telah dikembangkan tersebut, indikator kesuksesan digunakan parameter representasi pangsa pasar dan karakteristik produk, kondisi pasar, dan karakter perusahaan digunakan sebagai prediktornya. Model yang dihasilkan menunjukkan bahwa model-model berbasis konsep Kano memberikan kemampuan prediksi yang baik (R 2 di atas 80%) dan bentuk persamaannya relatif sederhana. Konsep Kano, secara umum menyatakan bahwa hubungan antara kepuasan konsumen dengan pemenuhan kebutuhan tidak semuanya berbanding linier (Berger et al, 1993). Seperti diilustrasikan dalam Gambar 1, kebutuhan pelanggan kaitannya dengan kepuasan pelanggan dapat diuraikan dalam tiga jenis kebutuhan, yaitu: must-be requirements, one-dimensional requirements, dan attractive requirements. Dengan mengacu pada konsep Kano, maka hubungan antara kesuksesan produk dengan faktor-faktor yang mempengaruhi bisa dirumuskan sebagai berikut: (1) B-70

3 3.8. Model Kano Pola Kesuksesan Produk-Produk Industri Kreatif Model Kano merupakan suatu metode untuk mengelompokkan atribut dalam suatu produk berdasarkan cara atribut tersebut mempengaruhi konsumen. Metode (2) (3) (4) Dengan Z = Indikator kesuksesan, y 1 = must be requirements, y 2 = one-dimensional requirements, y 3 = attractive requirements, dan a, b, c, d, dan g = konstanta. Jika hubungan antara y1, y2, dan y3 dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan, xi, sejumlah n faktor dapat diasumsikan linier, maka dapat diperoleh persamaan berikut: (5) Kano dikembangkan oleh Dr. Noriaki Kano yang menolak hipotesis bahwa peningkatan kepuasan konsumen berbanding lurus dengan pemenuhan permintaan konsumen. Yang (2005) menjelaskan bahwa model kano adalah sebuah diagram yang membagi spesifikasi dari pelanggan menjadi tiga jenis, yaitu must-be (6) (7) requirements, Selanjutnya, one-dimensional jika = b + d maka persamaan requirements, (1)-(4) dapat ditulis dan ulang attractive menjadi: requirements (8) Dengan menggunakan persamaan (8), apabila kita memiliki sejumlah data hubungan antara Penempatan requirement pada grafik kepuasan kesuksesan (Z) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi (x i pelanggan fungsi produk dapa ), maka nilai konstanta, a, c, dan g bisa dievaluasi dengan cara meminimasi nilai dilihat pada gambar berikut: Gambar 1. Konsep Kano Gambar (Berger 3.2. et al, 1993). Model Kano III. METODE RISET A. Objek Riset Dalam riset ini, industri kreatif yang dipakai sebagai obyek adalah toko daring m- commerce kategori e-mall dan industri restoran kategori kelas menengah ke atas. Untuk toko daring kategori e-mall penyedia tempat untuk jual beli daring yang menyediakan berbagai barang dan berperan sebagai penjamin pembayaran dipilih 14 aplikasi m-commerce e-mall yang terdaftar dalam 100 besar aplikasi kategori belanja di Indonesia. Keempat-belas aplikasi m- commerce e-mall yang dievaluasi disajikan pada Tabel 1. Sedangkan untuk restoran kelas menengah ke atas ditinjau sebanyak 11 restoran yang ada di wilayah Yogyakarta yang persentase penjualannya tersaji pada Tabel 1. B. Metode Pada Gambar 2 disajikan diagram alir langkah-langkah penelitian. Seperti tersaji dalam gambar riset diawali dengan melakukan kajian pustaka untuk mengidentifikasi indikator kesuksesan dan kandidat faktor-faktor kesuksesan, baik untuk restoran maupun untuk toko daring e-mall. Dalam tahap ini peluang bentuk hubungan antara indikator kesuksesan dengan kandidat faktor-faktor juga sudah diidentifikasi, apakah masuk kategori must-be, linier, atau exponential requirements. B-71

4 Subagyo, Nastiti, Kurniasany Setelah indikator sukses dan kandidat faktor-faktor kesuksesan teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih objek riset yang akan dievaluasi dengan pertimbangan penguasaan pasarnya. Dalam riset ini dipilih industri yang masuk dalam kelompok 80% penguasa pasar dengan asumsi bahwa penguasaan pasarnya merupakan akibat dari karakter produknya yang sukses. Untuk restoran, pemilihan objek berdasarkan pendapatan restoran tersebut pada tahun 2016, sedangkan untuk toko daring e-mall objek dipilih berdasarkan total unduhan melalui Google Play Store. Tabel 1. Daftar m-commerce e-mall dan restoran yang menjadi objek riset M-Commerce E-Mall Restoran Kelas Menengah ke atas No E-Mall Pengembang No Restoran Persentase Pendapatan (tahun 2016), % 1 Klik Indomaret PT Indomarco 1 A 13,98 Prismatama 2 Blanja PT MetraPlasa 2 B 10,55 3 JD.id JingDong Indonesia 3 C 10,49 4 Qoo10 GIOSIS PTE. LTD 4 D 9,14 5 LYKE LYKE eservices 5 E 7,89 Indonesia 6 Mataharimall MatahariMall 6 F 7,82 7 PT Sumber Trijaya 7 Alfacart G Lestari 6,54 8 Blibli.co blibli.com 8 H 6,51 9 Elevenia XL PLANET 9 I 4,84 10 Shopee ID Shopee 10 J 4,44 11 Zalora South East Asia 11 K 3,19 Zalora Pte. Ltd. 12 Bukalapak PT Bukalapak.com 13 Tokopedia Tokopedia 14 Lazada Lazada Mobile Start Penentuan indikator sukses dan faktorfaktor kesuksesan Pemilihan objek riset dengan pertimbangan pangsa pasar Pengembangan model-model Uji validasi model-model Tidak Valid? Memilih model terbaik Ya Stop Gambar 2. Diagram alir riset B-72

5 Pola Kesuksesan Produk-Produk Industri Kreatif Langkah selanjutnya adalah membangun model dengan mengelompokkan faktor kesuksesan menjadi tiga kelompok, yaitu must-be requirements, one-dimensional requirements, dan attractive requirements. Hasil studi literatur dan nilai error model (SSE, sum of squares error) digunakan sebagai justifikasi dalam penentuan kelompok faktor kesuksesan. Setelah itu dilakukan validasi dengan cara validasi silang untuk mengevaluasi kemampuan model dalam memprediksi kesuksesan. Model terbaik dipilih berdasarkan ketepatan hasil validasi silang. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Tabel 2 disajikan hasil pengelompokan kategori faktor-faktor kesuksesan untuk restoran kelas menengah ke atas dan m-commerce e-mall. Seperti tersaji dalam tabel, untuk restoran kelas menengah ke atas kategori must-be requirements diisi oleh makanan dan layanan, untuk kategori one-dimensional requirements diisi oleh lokasi dan brand, sedangkan untuk kategori attractive requirements diisi oleh faktor atmosfer dan harga. Sementara untuk m- commerce e-mall, faktor kemudahan dan kepercayaan masuk kategori must-be requirements, kelengkapan fitur pendukung masuk kategori one-dimensional requirements, dan faktor variasi produk dan iklan (competitiveness) dan kesesuaian dengan sistem operasi perangkat mobile masuk kategori attractive requirements. Dengan mengelompokkan faktor-faktor kesuksesan seperti yang tersaji pada Tabel 2, maka tingkat kesuksesan berdasarkan data sebelas restoran kelas menengah ke atas diperoleh persamaan: Sedangkan untuk m-commerce e-mall persamaannya: (10) Pada Gambar 3 disajikan perbandingan antara tingkat kesuksesan aktual dengan prediksi menggunakan persamaan (9) dan (10). Seperti terlihat dalam gambar, tingkat akurasi relatif dapat dipertanggung-jawabkan dengan mempertimbangkan kesederhanaan persamaan (9) dan (10). Tabel 2. Pengelompokan faktor-faktor kesuksesan. Kategori Restoran m-commerce e-mall y 1 (Must-be requirements) x 1 (Food: rasa, presentasi, dan variasi menu) x 3 (Layanan: waktu tunggu, responsiveness, fasilitas, jumlah prosedur) x 1 (Kemudahan) x 2 (Kepercayaan dan pengalaman delivery) y 2 (one-dimensional requirements) y 3 (Attractive requirements) x 5 (Lokasi: Lingkungan, visibilitas, dan pesaing) x 6 (Brand: TOM, LU, FI) x 2 (Atmosfer: dekorasi, view, dan ambience) x 4 (Price: harga murah nilai makin tinggi) x 3 (Fitur pendukung:jumlah) x 4 (Daya saing: variasi produk dan strategi menarik pelanggan) x 3 (Kesesuaian OS: jumlah update per-periode waktu) (9) B-73

6 Subagyo, Nastiti, Kurniasany Gambar 3. Perbandingan antara data dengan hasil prediksi persamaan (9) dan (10) IV. PENUTUP Berdasarkan hasil riset ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pola faktor-faktor dalam mempengaruhi kesuksesan produk industri kreatif dengan mengacu pada konsep Kano untuk restoran kelas menengah ke atas dan m-commerce e- mall telah berhasil diidentifikasi. Faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan restoran kelas menengah dan besar adalah food, atmosfer, service, price, lokasi, dan brand sedangkan untuk e-mall adalah kemudahan, kepercayaan, fitur, daya saing, dan kesesuaian sistem operasi. 2. Persamaan untuk memprediksi potensi kesuksesan untuk restoran kelas menengah ke atas dan m-commerce e-mall telah dapat dibangun berdasarkan 14 data restoran dengan pangsa pasar terbesar di Yogyakarta dan 11 e-mall yang paling dominan di Indonesia. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih disampaikan kepada Departemen Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada yang telah memberi dukungan finansial sehingga riset ini dapat berlangsung. DAFTAR PUSTAKA Badan Ekonomi Kreatif, 2016, Bekraf Gandeng BPS Susun Database Ekonomi Kreatif, diakses pada 20 September Badan Pusat Statistik, 2017, Statistik Restoran/Rumah Makan Tahun 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta. Berger, C., Blauth, R., Boger, D., Bolster, C., Burchill, G., DuMouchel, W., Pouliot, F., Richter, R., Rubinoff, A., Shen, D., Timko, M., and Walden, D Kano's Methods for Understanding Customer-Defined Quality, The Center for Quality Management Journal 2(4). Cooper, R. G., 1979, Identifying Industrial New Product Success: Project NewProd, Industrial Marketing Managament, 8, Cooper, R. G., 1982, New Product Success in Industrial Firm, Industrial Marketing Management, 11, Craig, A., dan Hart, S., 1993, Dimensions of Success in New Product Development, Perspective on Marketing Management, 3, Griffin, A., dan Page, A. L., 1993, An Interim Report on Measuring Product Development Success and Failure, Journal of Product Innovation Management, 10, Griffin, A., dan Page, A. L., 1996, The PDMA Success Measurement Project: Recommended Measures for Product Development Success and Failure, Journal of Product Innovation Management, 13(6), B-74

7 Pola Kesuksesan Produk-Produk Industri Kreatif Hariyani, I., dan Yustisia S., C., 2015, Peran Kekayaan Intelektual dalam Pengembangan Waralaba dan Ekonomi Kreatif, Media Hak Kekayaan Intelektual, 6, Hartawan, T., 2016, Industri Kreatif Sumbang Rp 642 Triliun dari Total PDB RI, diakses pada 20 September Higgs, P., Cunningham,S., and Pagan, J., 2007, Australia s Creative Economy: Definitions of the Segments and Sectors, ARC Centre of Excellence for Creative Industries & Innovation (CCI), Brisbane, diakses pada 2 July Hulting, E. J., dan Robben, H. S. J., 1995, Measuring New Product Success: The Difference that Time Perspective Make, Journal of Product Innovation Management, 12, Trapsilawati, F., 2010, Analisis Faktor-Faktor Kesuksesan Produk, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Industri, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Uletika, N. S., 2009, Model Prediksi Produk Sukses berdasarkan Kanvas Strategi, Tesis, Program Studi Teknik Industri, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Wijaya, 2011, Pengembangan Model Prediksi Kesuksesan Produk, Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. B-75

Blue Ocean Strategy dan Kano Model dalam Pengembangan Produk Sukses

Blue Ocean Strategy dan Kano Model dalam Pengembangan Produk Sukses 11 Blue Ocean Strategy dan Kano Model dalam Pengembangan Produk Sukses Anita Indrasari Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Setia Budi J1. Letjen Sutoyo Mojosongo Surakarta 57127 E-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Industri Restoran di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Industri Restoran di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Industri Restoran di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia berada di urutan keempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari dampak adanya globalisasi internasional dan Indonesia menganut sistem ekonomi yang terbuka menyebabkan industri fashion di Indonesia semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis online dan perkembangan dunia online memang sudah sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis online dan perkembangan dunia online memang sudah sangat pesat 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bisnis online dan perkembangan dunia online memang sudah sangat pesat saat ini. Internet sudah dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat di seluruh negara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Lazada.co.id Sumber: Lazada Indonesia, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Lazada.co.id Sumber: Lazada Indonesia, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Gambar 1.1 Logo Lazada.co.id Sumber: Lazada Indonesia, 2015 Lazada.co.id merupakan bagian dari Lazada Group yang menjadi tujuan belanja online nomor satu di Asia Tenggara.

Lebih terperinci

MODEL PREDIKSI KESUKSESAN PRODUK

MODEL PREDIKSI KESUKSESAN PRODUK MODEL PREDIKSI KESUKSESAN PRODUK Fitri Trapsilawati dan Subagyo Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Email: fitri.trapsilawati@gmail.com,

Lebih terperinci

ANALISIS SISTIM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN MODEL KANO

ANALISIS SISTIM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN MODEL KANO ANALISIS SISTIM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN MODEL KANO Oleh: Humaira 1)2),Indri Rahmayuni 1)3), Defni 1)4) 1) Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Padang Kampus Unand Limau Manis

Lebih terperinci

MODEL KANO DALAM MENGUKUR KEPUASAN PELANGGAN DI RESTAURAN CEPAT SAJI

MODEL KANO DALAM MENGUKUR KEPUASAN PELANGGAN DI RESTAURAN CEPAT SAJI MODEL KANO DALAM MENGUKUR KEPUASAN PELANGGAN DI RESTAURAN CEPAT SAJI Hendy Tannady, Riky Mulyadi Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi & Desain Universitas Bunda Mulia hendytannady@yahoo.com

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Pelayanan Konsumen Menggunakan Integrasi Metode Service Quality dan Kano Model

Peningkatan Kualitas Pelayanan Konsumen Menggunakan Integrasi Metode Service Quality dan Kano Model Peningkatan Kualitas Pelayanan Konsumen Menggunakan Integrasi Metode Service Quality dan Kano Model (Studi Kasus : Astra Internasional Daihatsu Malang) Skripsi Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produk baru memiliki peran yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Dalam menghadapi teknologi yang semakin maju, peningkatan kompetisi global, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda pada proses perencanaan strategis. itu dilakukan (Bryson and Roering 1988; Elbanna 2007; Hassan et al).

BAB I PENDAHULUAN. berbeda pada proses perencanaan strategis. itu dilakukan (Bryson and Roering 1988; Elbanna 2007; Hassan et al). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan strategis pada awalnya merupakan tradisi yang dikembangkan oleh organisasi sektor swasta menghadapi perubahan dalam memenangkan persaingan. Tetapi dalam

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN BUSWAY TRANSJAKARTA

PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN BUSWAY TRANSJAKARTA PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN BUSWAY TRANSJAKARTA Catharina Badra Nawangpalupi 1, Sebastianus Ryan 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara berkembang dimana masyarakatnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara berkembang dimana masyarakatnya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang dimana masyarakatnya sangat terbuka dengan teknologi baru. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami peningkatan yang sangat pesat. Sehubungan dengan perdagangan dan industri negara Asia Tenggara yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir telah membawa banyak perubahan pada berbagai aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha lainnya. Menurut Porter dalam Solihin (2012 :42), intensitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha lainnya. Menurut Porter dalam Solihin (2012 :42), intensitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kondisi perekonomian saat ini, persaingan bsinis sangat kompetitif dan dihindari baik dipasar domestik (nasional) atau di pasar internasional/global. Untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perkembangan teknologi internet yang mengalami kenaikkan yang. Gambar 1.1 Jumlah Pengguna Internet di Dunia (2015)

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perkembangan teknologi internet yang mengalami kenaikkan yang. Gambar 1.1 Jumlah Pengguna Internet di Dunia (2015) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi menyebabkan dampak terhadap berbagai hal, salah satunya adalah perkembangan teknologi internet yang mengalami kenaikkan yang signifikan. Sumber:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika

BAB I PENDAHULUAN. tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan secara garis besar tentang latar belakang pembuatan tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika penulisan tesis ini dilakukan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian yang akan dilakukan adalah sistem pelayanan informasi yang dimiliki oleh bus Trans Jogja sebagai elemen pendukung dari moda transportasi

Lebih terperinci

Analisis Kesuksesan dan Ketidaksuksesan Sistem Informasi. Dengan Mengadopsi Metode Kano Pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Purwakarta

Analisis Kesuksesan dan Ketidaksuksesan Sistem Informasi. Dengan Mengadopsi Metode Kano Pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Purwakarta Analisis Kesuksesan dan Ketidaksuksesan Sistem Informasi Dengan Mengadopsi Metode Kano Pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Purwakarta Edwar Julistina R. Ramdon, MT 1. Agung Widarman. ST 2 Sekolah

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Mayoritas pelanggan Hero Supermarket di mal Taman Anggrek adalah: Berjenis kelamin wanita Berusia 25-34 tahun Tingkat pendidikan terakhir sarjana Berprofesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman membentuk perubahan pola pikir dan gaya hidup yang pada akhirnya melahirkan suatu budaya baru dalam kehidupan, terutama dalam hal perdagangan, dimulai

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan (Studi pada Indomaret Denpasar Barat) Nama : Made Arly Dwi Cahyana Nim : 1215251165 ABSTRAK Loyalitas pelanggan merupakan

Lebih terperinci

Integrasi Metode Kano dan Quality Function Deployment (QFD) untuk Peningkatan Pelayanan Pendidikan (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Baureno)

Integrasi Metode Kano dan Quality Function Deployment (QFD) untuk Peningkatan Pelayanan Pendidikan (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Baureno) Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 7 ISSN: 579-649 Surakarta, 8-9 Mei 7 Integrasi Metode Kano dan Quality Function Deployment (QFD) untuk Peningkatan Pelayanan Pendidikan (Studi Kasus di SMK Negeri Baureno)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjualan mesin jahitnya. Walaupun usaha Isaac Singer tersebut gagal, dialah yang

BAB I PENDAHULUAN. penjualan mesin jahitnya. Walaupun usaha Isaac Singer tersebut gagal, dialah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem bisnis Franchise (waralaba) pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer, ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin

Lebih terperinci

Kano Model Kepuasan Pengguna Lulusan Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra

Kano Model Kepuasan Pengguna Lulusan Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jayapranata. / Kano Model Fakultas Industri Universitas Kristen Petra / Jurnal Titra, Vol.2, No 2, Juli 2014, Kano Model Kepuasan Fakultas Industri Universitas Kristen Petra Shierly Jayapranata 1, Jani

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Skenario Pertama (Segmen General) 1) Dari tiga alternatif model yang diperoleh pada skenario pertama,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Skenario Pertama (Segmen General) 1) Dari tiga alternatif model yang diperoleh pada skenario pertama, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Skenario Pertama (Segmen General) 1) Dari tiga alternatif model yang diperoleh pada skenario pertama, alternatif terbaik untuk memprediksi kesuksesan produk

Lebih terperinci

Adanya perubahan gaya hidup dan mobilitas yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat lebih menyukai makanan yang praktis tetapi memiliki nilai gizi

Adanya perubahan gaya hidup dan mobilitas yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat lebih menyukai makanan yang praktis tetapi memiliki nilai gizi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kecil menengah (UKM) adalah salah satu motor penggerak perekonomian di negara kita. Usaha kecil, dan menengah (UKM) merupakan tulang punggung perekonomian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga sebagai penghasil sumber daya alam yang melimpah, terutama di sektor pertanian dan perkebunan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Letaknya yang secara geografis dilalui oleh garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KESUKSESAN PRODUK MINYAK GORENG

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KESUKSESAN PRODUK MINYAK GORENG ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KESUKSESAN PRODUK MINYAK GORENG Mathilda Sri Lestari 1*, Ainur Komariah 2, Rahmatul Ahya 3 1,2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Univet Bantara Sukoharjo Jln. Letjend.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi ekonomi inovatif mulai bermunculan seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat di Indonesia. Potensi ini memberikan dampak pada perkembangan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

Assalaamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Om Swastiastu.

Assalaamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Om Swastiastu. KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON CREATIVE INDUSTRY (ICCI) 2015 DI BALI Denpasar, 11 Agustus 2015 Distinguished Fellow Speakers Ladies and gentlemen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis saat ini disebabkan oleh perubahaan pola pikir konsumen yang dinamis. Dengan dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan komputer yang disebut internet. Internet dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. jaringan komputer yang disebut internet. Internet dapat digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern saat ini, aspek kehidupan tak bisa dilepaskan dari keberadaan dan kebergantungan pada teknologi informasi dan komunikasi, salah satunya jaringan komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Teknologi Pelayanan Jasa Internet Mandiri atau Internet Self-

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Teknologi Pelayanan Jasa Internet Mandiri atau Internet Self- 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan Teknologi Pelayanan Jasa Internet Mandiri atau Internet Self- Service Technology berkembang cepat dalam menyediakan pelayanan jasa, akan tetapi

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PEMBERIAN GARANSI LAPTOP MENGGUNAKAN MODEL KANO-QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT)

PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PEMBERIAN GARANSI LAPTOP MENGGUNAKAN MODEL KANO-QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PEMBERIAN GARANSI LAPTOP MENGGUNAKAN MODEL KANO-QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) Eko Budi Utomo 1), Fuad Achmadi 2) 1),2) Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rencana pengembangan industri kreatif Indonesia tahun 2025 yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI dijelaskan adanya evaluasi ekonomi kreatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta pengaruh perekonomian global. pemerintah yaitu Indonesia Desain Power yang bertujuan menggali

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta pengaruh perekonomian global. pemerintah yaitu Indonesia Desain Power yang bertujuan menggali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun perekonomian di Indonesia mengalami perkembangan, hal ini seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, pendapatan masyarakat serta pengaruh perekonomian

Lebih terperinci

BUKU DIGITAL SITUS BELANJA ONLINE FITROTUN NURUL IZZAH (13) SMK NEGERI 2 PURWOREJO

BUKU DIGITAL SITUS BELANJA ONLINE FITROTUN NURUL IZZAH (13) SMK NEGERI 2 PURWOREJO BUKU DIGITAL SITUS BELANJA ONLINE FITROTUN NURUL IZZAH (13) SMK NEGERI 2 PURWOREJO 1 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI. menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI. menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI Setelah melakukan penelitian, analisis dan pembahasan maka peneliti dapat menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM kuliner rumah makan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari bisnis itu sendiri. Menurut Peter Drucker (1954) 2 fungsi dalam bisnis itu adalah marketing dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian. Bab ini berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan masalah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbelanja secara online atau lebih sering disebut dengan online shopping

BAB I PENDAHULUAN. berbelanja secara online atau lebih sering disebut dengan online shopping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini teknologi jauh lebih canggih dan terus berkembang dibanding dengan beberapa tahun lalu. Perkembangan teknologi tersebut dapat dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah memasuki evolusi baru dalam perekonomiannya, yaitu evolusi ekonomi kreatif, pertumbuhan ekonomi kreatif ini membuka wacana baru bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menteng Raya No.29, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Menteng Raya No.29, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan sepanjang bulan februari sampai dengan juni 2016. 2. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dicoba ada di Indonesia mulai dari makanan tradisional, chinese food,

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dicoba ada di Indonesia mulai dari makanan tradisional, chinese food, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan berbagai macam keunikan tak terkecuali dengan kulinernya yang beragam. Berbagai jenis wisata kuliner unik dan menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai e-commerce. Sistim perdagangan elektronik atau e- commerce saat ini menawarkan bentuk bisnis yang baru dengan

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai e-commerce. Sistim perdagangan elektronik atau e- commerce saat ini menawarkan bentuk bisnis yang baru dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan teknologi pada saat ini membawa dampak tersendiri dalam dunia pemasaran. Perkembangan teknologi multimedia telah berkembang menjadi perdagangan

Lebih terperinci

Faktor - Faktor Dominan Terhadap Kesuksesan Produk Notebook Kelas Menengah Ke Atas

Faktor - Faktor Dominan Terhadap Kesuksesan Produk Notebook Kelas Menengah Ke Atas Nusantara of Engineering/Vol. 2/ No. 1/ISSN: 2355-6684 44 Faktor - Faktor Dominan Terhadap Kesuksesan Produk Notebook Kelas Menengah Ke Atas Fatkur Rhohman Teknik Mesin D3, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Pola Siklus Hidup Produk-Produk Kendaraan Bermotor Roda Empat di Indonesia

Pola Siklus Hidup Produk-Produk Kendaraan Bermotor Roda Empat di Indonesia Petunjuk Sitasi: Andadari, C., & Subagyo. (2017). Pola Siklus Hidup Produk-Produk Kendaraan Bermotor Roda Empat di Indonesia. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F77-82). Malang: Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi saat ini banyak sekali kemajuan dan perubahan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi saat ini banyak sekali kemajuan dan perubahan yang terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi saat ini banyak sekali kemajuan dan perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis modern. Adapun perubahan yang terjadi ditandai dengan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Model Kano Evaluasi Model Kano

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Model Kano Evaluasi Model Kano BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Model Kano 5.1.1 Evaluasi Model Kano Evaluasi model Kano menunjukkan atribut yang telah dinilai secara fungsional dan disfungsional oleh pelanggan/penumpang melalui kuesioner.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia industri saat ini telah berkembang sangat pesat. Seiring dengan pesatnya perkembangan bisnis saat ini, proses pengambilan keputusan, perilaku dan kepuasan konsumen

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN APLIKASI MOBILE MALL MAPS INSITE TUGAS AKHIR

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN APLIKASI MOBILE MALL MAPS INSITE TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN APLIKASI MOBILE MALL MAPS INSITE TUGAS AKHIR Ananto Prasetyo 1122003029 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE 2016 PERANCANGAN

Lebih terperinci

TREND JUAL BELI ONLINE (E-COMMERCE) Nuril Hilaliyah. Abstrak. Pendahuluan.

TREND JUAL BELI ONLINE (E-COMMERCE) Nuril Hilaliyah. Abstrak. Pendahuluan. TREND JUAL BELI ONLINE (E-COMMERCE) Nuril Hilaliyah nurilhilaliyah07@gmail.com Abstrak Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, membawa pengaruh dalam dunia transaksi. Jika beberapa tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN INTISARI

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014 ANALISIS KUALITAS LAYANAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY (SERVQUAL), MODEL KANO DAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (Studi Kasus: Restoran X Lokasi Surabaya) Soca Waskitha 1) dan Suparno 2)

Lebih terperinci

BA.B 6 KESIMPULAN DAN SAI~

BA.B 6 KESIMPULAN DAN SAI~ BA.B 6 KESIMPULAN DAN SAI~ BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dalam penelitian ini, telah dihasilkan : 1. Gap layanan kwantitatif (Tabel 5.1), 2. Sebelas atribut kualitas layanan kritis (rabel 5.3),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) pada 2011 atau sekitar Rp169,62

BAB I PENDAHULUAN. terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) pada 2011 atau sekitar Rp169,62 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemenuhan terhadap kebutuhan dasar tersebut menjadi hal yang mutlak jika manusia ingin tetap menjaga keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang tidak mengenal batas membuat dunia bisnis harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang tidak mengenal batas membuat dunia bisnis harus dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi yang tidak mengenal batas membuat dunia bisnis harus dapat meningkatkan kinerja dan kualitas dari suatu bisnis sehingga mampu bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang menjanjikan. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang mencapai 237.641.326 jiwa menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan kontribusi penting bagi perekonomian negara. Industri kreatif global diperkirakan tumbuh 5% per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi terutama pada sektor perusahaan jasa. Setiap perusahaan berlomba

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi terutama pada sektor perusahaan jasa. Setiap perusahaan berlomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era ekonomi baru atau era "digitalization", ditandai dengan persaingan yang semakin ketat, lingkungan yang cepat berubah dan semakin sulit untuk diprediksi terutama

Lebih terperinci

INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN. Vita Kartika Sari 1 ABSTRAK

INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN. Vita Kartika Sari 1 ABSTRAK INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN Vita Kartika Sari Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS Surakarta E-mail: kartikavirgo@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beberapa pihak yang berkompeten menyatakan bahwa sukses usaha di bidang

I. PENDAHULUAN. beberapa pihak yang berkompeten menyatakan bahwa sukses usaha di bidang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri restoran merupakan salah satu bentuk usaha ekonomi yang memiliki prospek yang bagus, bahkan dalam kondisi krisis sekalipun. Menurut beberapa pihak yang berkompeten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. commerce seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi web yang tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. commerce seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi web yang tumbuh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 1995 merupakaan awal dimulainya transaksi dengan menggunakan e- commerce seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi web yang tumbuh sejak pertengahan

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghematan waktu berbelanja, tenaga, dan transaksi, karena dapat dilakukan. pemeliharaan, tenaga kerja dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. penghematan waktu berbelanja, tenaga, dan transaksi, karena dapat dilakukan. pemeliharaan, tenaga kerja dan lain sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan teknologi informasi dari hari ke hari berkembang semakin pesat. Perkembangan teknologi memberikan banyak dampak terhadap kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Lazada.co.id merupakan bagian dari Lazada Group yang menjadi tujuan belanja online nomor satu di Asia Tenggara. Lazada Group beroperasi di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh e-service quality terhadap niat beli ulang pada toko online Brodo, dan dapat ditarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

MODEL PENGARUH PERSEPSI KUALITAS TERHADAP HARGA PRODUK KAOS

MODEL PENGARUH PERSEPSI KUALITAS TERHADAP HARGA PRODUK KAOS MODEL PENGARUH PERSEPSI KUALITAS TERHADAP HARGA PRODUK KAOS Mathilda Sri Lestari 1*, Ainur Komariah 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era modernisasi saat ini persaingan bisnis baik di pasar domestik maupun pasar internasional sangat ketat. Perusahaan yang ingin berkembang dan bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membayar harga barang yang dijual. Faktor offline store atau toko

BAB I PENDAHULUAN. yang membayar harga barang yang dijual. Faktor offline store atau toko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia tidak akan lepas dari transaksi jual beli sehingga pasar-pasar semakin lama menjadi lebih besar. Jual beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fashion merupakan salah satu industri yang penting dalam perkembangan Industri Kreatif Indonesia. Di tahun 2013 fashion menjadi penyumbang terbesar kedua terhadap

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF Dr. Sabartua Tampubolon (sabartua.tampubolon@bekraf.go.id, sabartuatb@gmail.com) Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Badan Ekonomi

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN INDONESIA FASHION WEEK 2016 JAKARTA CONVENTION CENTER.

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN INDONESIA FASHION WEEK 2016 JAKARTA CONVENTION CENTER. SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN INDONESIA FASHION WEEK 2016 JAKARTA CONVENTION CENTER 10 Maret 2016 Yth. Para Menteri Kabinet Kerja; Yth. Perwakilan Instansi Pemerintah;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seringkali memanfaatkan media internet sebagai media untuk pencarian

BAB I PENDAHULUAN. seringkali memanfaatkan media internet sebagai media untuk pencarian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, saat ini internet sudah tidak asing lagi dalam memasarkan suatu produk. Karena lewat internet kita bisa mengakses

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Industri ritel memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara., terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Seiring dengan pesatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia sekarang ini banyak bermunculan restoran (tempat makan), baik yang berasal dari dalam negeri maupun restoran franchise (waralaba) dari luar negeri.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyamakan tingkat harapan dari pelayanan sebuah ritel terhadap keinginan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyamakan tingkat harapan dari pelayanan sebuah ritel terhadap keinginan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di era globalisasi kemudahan informasi dari berbagai belahan dunia mudah di akses, akibat mudahnya arus informasi maka perilaku konsumen juga selalu berubah khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin pesat menuntut para pengusaha untuk menciptakan keunggulan dari produk serta mempelajari tingkah laku konsumen. Salah satu keunggulan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tingkat perekonomian yang tiap tahunnya meningkat membuat individu di dunia harus mencari sumber penghasilan sebanyak-banyaknya agar mampu memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah ekonomi di dunia tergambar sejak revolusi industri di Inggris antara tahun 1750-1850 masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin industri yang mampu menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan pasar yang semakin ketat secara tidak langsung akan mempengaruhi usaha suatu perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar. Setiap perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB 1 LATAR BELAKANG BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Pemilihan Usaha Definisi Ekonomi Kreatif menurut Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia adalah penciptaan nilai tambah yang berbasis ide yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 79 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan desain penelitian deskriptif, di mana tujuan penelitian adalah untuk menguraikan sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara, angkutan rel, dan jasa penunjang angkutan. Perkembangan bidang

BAB I PENDAHULUAN. udara, angkutan rel, dan jasa penunjang angkutan. Perkembangan bidang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Angkutan memiliki peran strategis dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Di lain pihak, bidang angkutan ini juga merupakan lahan bisnis sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mesin Stirling pertama kali ditemukan pada tahun 1816 oleh Dr Robert Stirling. Mesin Stirling adalah mesin yang bekerja dengan menggunakan siklus udara panas pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata dihabiskan di media digital antara lain untuk mengelola website personal

BAB I PENDAHULUAN. ternyata dihabiskan di media digital antara lain untuk mengelola website personal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika Internet sudah menjadi suatu hal yang biasa dan kini bergeser menjadi salah satu kebutuhan masyarakat umum di Indonesia. Para pelaku bisnis pun melihat hal

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengiriman makanan (delivery order) merupakan salah satu layanan makanan siap saji yang popular. Selain mempermudah konsumen dalam mendapatkan makanan, layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ekonomi global menunjukkan adanya ketidakpastian dalam perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat yang mengesankan. Badan Pusat

Lebih terperinci

Industri Kreatif Jawa Barat

Industri Kreatif Jawa Barat Industri Kreatif Jawa Barat Dr. Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Masukan Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat 2007 Daftar Isi Pengantar Industri Kreatif Asal-usul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan browsing di internet untuk melakukan pencarian informasi kuliner.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan browsing di internet untuk melakukan pencarian informasi kuliner. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wisata kuliner kini mengalami perkembangan pesat dan semakin populer dikalangan masyarakat. Hal ini dapat terjadi akibat adanya perubahan gaya hidup masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN TERHADAP KELUHAN DAN LOYALITAS PASIEN RAWAT INAP

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN TERHADAP KELUHAN DAN LOYALITAS PASIEN RAWAT INAP Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien terhadap (Puspitasari dan Arifianty) PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN TERHADAP KELUHAN DAN LOYALITAS PASIEN RAWAT INAP Nia Budi

Lebih terperinci