Blue Ocean Strategy dan Kano Model dalam Pengembangan Produk Sukses

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Blue Ocean Strategy dan Kano Model dalam Pengembangan Produk Sukses"

Transkripsi

1 11 Blue Ocean Strategy dan Kano Model dalam Pengembangan Produk Sukses Anita Indrasari Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Setia Budi J1. Letjen Sutoyo Mojosongo Surakarta anita.indrasari@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk membangun dan menganalisa model pengembangan produk sukses dengan menggunakan Blue Ocean Strategy dan Kano Model. Pengembangan model dilakukan dengan menggunakan 17 kanvas strategi berbagai jenis industri. Indikator factorfaktor sukses yang diperoleh dari kanvas strategi berbagai industry diorganisasikan menurut jenis produk, secara umum dan menurut Kano Model. Hubungan antara variabel-variabel tersebut dengan kesuksesan produk dibangun dengan menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS). Model pengembangan yang dihasilkan untuk produk secara umum memiliki nilai R 2 sebesar 82,2%, dengan kemampuan prediksi tingkat kesuksesan produk paling tinggi yaitu sebesar 80%. Sedangkan model dengan Kano memiliki R 2 sebesar 81,4%, dengan kemampuan prediksi tingkat kesuksesan produk sebesar 66,7% dengan susunan variabel pengembangan produk yang hampir sama. Kata kunci: Blue Ocean Strategy, Kano Model, produk sukses 1. PENDAHULUAN Inovasi dan pengembangan produk memegang peranan strategis dalam kesuksesan perusahaan. Namun tidak semua pengembangan produk baru menghasilkan kesuksesan. Berdasarkan survey tahun 2008, diketahui bahwa rata-rata hanya 45% perusahaan yang berhasil meluncurkan produk baru mereka. Dan Boston Consulting melaporkan bahwa hanya 52% dari perusahaan tersebut yang menghasilkan return on investment yang memuaskan (Jusko, 2010). Persaingan produk yang semakin ketat juga membuat laju kesuksesan pengembangan suatu produk semakin turun. Blue Ocean Strategy (Kim & Mauborgne, 2005) mencoba menjawab tantangan persaingan bisnis yang semakin ketat dengan keluar dari persaingan itu sendiri. Blue Ocean Strategy (BOS) menekankan pada penciptaan suatu inovasi nilai dengan meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya dilakukan secara bersamaan. Inovasi nilai tersebut dapat dicapai perusahaan dengan Kerangka Kerja Empat Langkah, yaitu: menciptakan (create) suatu faktor dalam produk yang belum pernah ditawarkan industri, meningkatkan (raise) faktor dalam produk yang berpengaruh terhadap kesuksesan produk, dan mengurangi (reduce) bahkan menghilangkan (eliminate) faktor dalam produk yang tidak berpengaruh terhadap kesuksesan produk tetapi diterima begitu saja sebagai faktor persaingan dalam industri (Kim & Mauborgne, 2005).

2 12 Kerangka kerja empat langkah dalam Blue Ocean Strategy dapat digambarkan melalui suatu kanvas strategi, yang berisi tiga hal yaitu: 1. Profil strategis industri dengan penggambaran jelas faktor-faktor yang mempengaruhi kompetisi diantara sesama pemain industri masa kini dan masa depan. 2. Profil strategis kompetitor sekarang dan yang kompetitor potensial,dengan identifikasi faktor yang diinvestasikan secara strategis. 3. Profil strategis perusahaan atau disebut kurva nilai sebagai komponen dasar kanvas strategi yang menunjukkan faktor yang diinvetasikan dan bagaimana menginvestasikannya di masa depan. Dari kanvas strategi inilah model pengembangan produk sukses dibangun. Beberapa riset kesuksesan produk telah dilakukan mencoba menggunakan pendekatan Blue Ocean Strategy dalam membentuk model kesuksesan produknya (Uletika, 2009; Trapsilawati, 2010; Kurniawan, 2010; Febrita, 2011; Wijaya, 2011). Alat analisis yang digunakan berbeda-beda, namun sama-sama menggunakan kurva nilai dalam kanvas strategi industry dalam pembangunan modelnya. Lain halnya dengan Blue Ocean Strategy, Kano Model membagi atribut kualitas beserta pengaruhnya terhadap tingkat kepuasan pelanggan. Ada lima kategori atribut kualitas dalam Kano, yaitu attractive, one dimensional, must be, indifferent dan reverse quality attributes. Dari berbagai riset kesuksesan pengembangan produk yang telah dilakukan, masih diperlukan adanya suatu riset yang menjawab bagaimana cara pengembangan suatu produk sukses berdasarkan strategi inovasi nilai Blue Ocean Strategy dan Kano Model. 2. METODE PENELITIAN Alur tahap penelitian dapat dilihat pada gambar 1. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data 17 kanvas strategi dan data market share dari ketujuh belas industri tersebut. Data 17 kanvas strategi yang ada menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kompetisi sesama pemain dalam industri. Faktor-faktor inilah yang akan digunakan sebagai variabel indikator kesuksesan produk. Sebelum digunakan dalam analisis, faktor-faktor tersebut distandarisasi dan diorganisasikan terlebih dahulu. Setelah data seluruh kanvas strategi terstandarisasi diperoleh, faktor-faktor kompetitif yang ada dalam kanvas diorganisasikan menjadi 14 variabel indikator kesuksesan produk dalam suatu matriks data. Setelah matriks data terbentuk, dibangun 3 jenis alternatif model, yaitu model kesuksesan produk secara umum, model kesuksesan produk sesuai jenis produk, dan model kesuksesan produk berdasarkan model Kano. Model kesuksesan pertama dibangun sesuai

3 13 dengan pengkategorian jenis industri yaitu jenis produk manufaktur dan jasa. Pada pembangunan model kesuksesan produk untuk produk secara umum, variabel indikator yang digunakan adalah keseluruhan data faktor sukses dari 11 data kanvas strategi pembangun model, yang akan terbagi menjadi 4 kelompok utama, yaitu Eliminate, Reduce, Raise dan Create. Gambar 1. Diagram Alur Penelitian

4 14 Berbeda dengan 2 pembangunan alternatif model sebelumnya, model dengan pendekatan Kano dibangun dengan mengelompokkan variabel-variabel dalam keempat atribut hasil fitting data Kano (attractive, one dimensional, must be dan reverse atribut) ke dalam empat kelompok utama yaitu Eliminate, Reduce, Raise dan Create. Model dibangun menggunakan metode Partial Least Square yang ada dalam SmartPLS 2.0. Setelah alternatif model terbentuk, masing-masing model dievaluasi validitas, reliabilitas dan kesesuaiannya terhadap kerangka BOS. Setelah alternatif model terbentuk, model divalidasi dengan menggunakan kelompok data kanvas industri validator untuk mengetahui kemampuan model yang telah dibangun dalam memprediksi kesuksesan perusahaan. Semakin tinggi kemampuan prediksi model tersebut, maka model tersebut semakin baik. Inti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pola variabel-variabel penyusun Kerangka Kerja Empat Langkah BOS, yaitu variabel apa yang perlu dihilangkan (Eliminate), yang bisa dikurangi (Reduce), ditingkatkan (Raise) dan diciptakan (Create) untuk mengembangkan suatu produk sukses. Tahapan selanjutnya adalah analisis perbandingan pola variabel penyusun Kerangka Kerja Empat Langkah BOS. Pada tahapan ini, model yang diperoleh dianalisis komponen penyusunnya dan korelasi yang terjadi didalamnya sehingga membentuk kesuksesan suatu produk. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bagaimana mengembangkan produk yang sukses, yang didasarkan pada kerangka empat langkah Blue Ocean Strategy dan Kano Model. Untuk mencapai tujuan tersebut dibangun beberapa alternatif model prediksi kesuksesan dengan menggunakan 14 variabel indikator kesuksesan produk dengan metode Partial Least Square (PLS) pada SmartPLS 2.0. Keempat belas variabel indikator kesuksesan produk yang digunakan adalah variabel yang ada dalam 17 kanvas strategi industri, yaitu antara lain: advertising, delivery time, desain, durability, emotional experience, fitur, jenis produk, kemudahan penggunaan, kemudahan perawatan, kemudahan produksi, ordering ease, packaging, performance, dan price. Alternatif model diperoleh dari perbedaan jenis model, yaitu model kesuksesan produk berdasarkan jenis produk (jasa dan manufaktur), model kesuksesan produk secara umum, dan model kesuksesan produk secara umum dengan pendekatan Kano. Dalam masing-masing jenis model ini, juga terdapat beberapa alternatif model yang diperoleh dari alternatif pengelompokkan variabel indikator ke dalam empat kelompok utamanya, yaitu:

5 15 Eliminate, Reduce, Raise dan Create. Kemudian dari alternatif-alternatif model yang terbentuk dipilih model alternatif prediksi dengan kualitas model yang paling baik. Dari nilai keempat belas variabel dari masing-masing kurva nilai diperoleh 24 data set sebagai pembangun alternatif model, dan 14 data set sebagai validator model. Dalam data set tersebut terdapat nilai/data yang tidak diketahui atau hilang yang disebabkan oleh perbedaan jenis faktor kompetitif/indikator kesuksesan pada kurva nilai tiap-tiap industri. Dalam penelitian ini nilai 0, nilai minimum dan nilai mean dari masing-masing variabel digunakan untuk menggantikan data yang tidak diketahui atau hilang. Penggunaan nilai ratarata (mean) merupakan metode yang paling banyak digunakan dan memberikan hasil eksperimen yang bagus dalam data set untuk tujuan klasifikasi (Chan dan Dunn, 1972; Mundfrom dan Whitcomb, 1998 dalam Edgar dan Caroline, 2004). Dan penggunaan nilai 0 dan nilai minimal masing-masing variabel merupakan alternatif lain yang diambil sebagai pembanding. Dari berbagai alternatif model yang dibangun, terdapat tujuh model yang bisa digunakan. Dan tujuh model tersebut terdiri dari 3 jenis model, yaitu model kesuksesan produk manufaktur, model kesuksesan produk secara umum, dan model kesuksesan produk secara umum dengan pendekatan Kano. Sedangkan untuk model kesuksesan produk jasa tidak memenuhi syarat kualitas model sehingga tidak dapat digunakan. Ketujuh alternatif model yang bisa digunakan tersebut terdiri dari 2 buah model kesuksesan produk manufaktur (masing-masing menggunakan nilai 0 dan nilai minimal sebagai pengganti), 1 buah model kesuksesan produk secara umum yang menggunakan nilai minimal sebagai pengganti, dan 4 buah model kesuksesan produk secara umum dengan pendekatan Kano. Pada sebagian model yang terbentuk, ada beberapa variabel indikator yang nilai faktor loadingnya tidak signifikan sehingga harus dihilangkan adalah fitur, jenis produk, durability, kemudahan perawatan, kemudahan produksi, dan desain. Variabel fitur dalam model ini termasuk dalam variabel yang tidak berkorelasi secara signifikan terhadap kesuksesan produk. Hal ini diperkuat dengan penelitian Hogan (2004) yang menyatakan bahwa banyak produk baru yang gagal karena fitur-fitur dalam produk yang tidak diperlukan oleh konsumen, sehingga konsumen tidak mau untuk membayarnya. Tidak signifikannya pengaruh banyaknya jenis produk terhadap kesuksesan produk terlihat dari sebagian besar model yang berhasil dibangun. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Ramdas dan Sawhney (2001) bahwa dengan hanya sekedar meningkatkan jumlah jenis produk tidak menggaransi kenaikan keuntungan dalam jangka waktu lama dan bahkan bisa mengakibatkan persaingan yang semakin parah (Ramdas, 2003).

6 16 Dari ketujuh alternatif model yang bisa digunakan, model untuk kesuksesan produk secara umum mempunyai kemampuan prediksi yang paling baik, yaitu 83%. Model structural model ini dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Model Kesuksesan Produk Secara Umum Sedangkan model dengan pendekatan Kano dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Model Kesuksesan Produk dengan pendekatan Kano Dari model kesuksesan produk manufaktur, diperoleh bahwa dalam penciptaan inovasi nilai Blue Ocean Strategy pada produk jenis manufaktur, faktor yang dapat diciptakan dalam pengembangan produk adalah faktor yang mendukung performance dari produk

7 17 tersebut. Faktor yang bisa ditingkatkan dalam pengembangan produk manufaktur adalah delivery time, durability, emotional experience, kemudahan penggunaan, kemudahan perawatan, kemudahan produksi dan ordering ease. Faktor yang bisa dikurangi sehingga dibawah standar industry adalah jenis produk. Dan faktor yang bisa diminimalisir adalah advertising, fitur dan packaging. Dari beberapa produk manufaktur sukses yang telah menerapkan Blue Ocean Strategy, tampak bahwa proses pengembangan produk menitik beratkan pada simplifikasi produk maupun prosesnya untuk meningkatkan performance dan sekaligus menurunkan biayanya. Dari model kesuksesan produk secara umum diperoleh bahwa faktor yang bisa diciptakan untuk menciptakan inovasi nilai sama dengan model produk manufaktur, yaitu performance. Dan faktor yang masuk dalam kelompok Eliminate adalah advertising dan packaging. Hal ini sedikit bertentangan dengan fenomena umum yang terjadi dalam pemasaran produk, khususnya produk baru. Dalam hal ini, model yang dihasilkan mempunyai keterbatasan, yaitu belum mampu mendefinisikan lebih detail bagaimana cara meminimalkan investasi pada advertising dan packaging untuk produk secara umum. Dari berbagai produk yang telah sukses menerapkan Blue Ocean Strategy, advertising dan packaging dalam produk dikelola dan dikemas dengan cara yang berbeda dari biasanya, seperti tidak digunakannya bintang-bintang terkenal dalam iklan, sehingga dapat secara signifikan mengurangi tingkat investasi. The Body Shop merupakan salah satu contoh produk sukses yang berhasil mengurangi pengeluaran mereka pada advertising dan packaging yang pada umumnya menghabiskan 85% dari keseluruhan biaya dari sebuah perusahaan kosmetik. Hal yang sama juga dilakukan Starbucks. Dengan hampir tanpa advertising, Starbucks menjadi brand nasional dengan margin 5 kali rata-rata industri sejenis (Kim&Mauborgne, 1999). Variabel indikator price merupakan faktor kompetitif produk yang bisa dikurangi (Reduce) untuk mencapai inovasi nilai Blue Ocean Strategy, meskipun besar korelasinya tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan prinsip dalam penerapan Blue Ocean Strategy, bahwa setelah penawaran utilitas bagi pembeli sudah ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan harga strategis yang tepat, yaitu harga yang terjangkau oleh pembeli dengan tidak mengabaikan pencapaian biaya sasaran sehingga laba dapat diraih. Dalam konsep Blue Ocean Strategy, produk harus bisa menciptakan lompatan dalam net buyer value, yaitu utilitas bagi pembeli dikurangi harga yang harus dibayar pembeli. Hal ini menandakan bahwa dengan Blue Ocean Strategy kesuksesan tidak selalu berarti berlomba dalam menurunkan harga, namun bagaimana menciptakan net buyer value yang tinggi. Starbucks dan Ralph Lauren merupakan contoh nyata dimana produk berhasil menciptakan utilitas yang tinggi

8 18 bagi pembeli, sehingga rendahnya harga tidak menjadi faktor yang signifikan dalam meningkatkan kesuksesan produk. Kedua produk ini menawarkan emotional experience yang berbeda bagi para pelanggannya. Starbucks menawarkan kopi yang nikmat dalam sebuah lingkungan yang santai dan nyaman, sedangkan Ralph Lauren menawarkan rasa kebanggaan pelanggan akan kemewahan produk dalam nama designer yang terkenal dan kenyamanan material yang berkualitas. Faktor-faktor kompetitif yang termasuk di dalam Raise, yaitu faktor yang bisa ditingkatkan untuk mencapai kesuksesan produk berdasarkan Blue Ocean Strategy antara lain adalah delivery time, emotional experience, kemudahan penggunaan dan ordering ease. Dari model kesuksesan produk dengan pendekatan model Kano, diperoleh hasil yang mirip dengan model kesuksesan produk secara umum. Perbedaannya terletak pada faktor yang bisa dikurangi dan diminimalisir yang terbalik satu sama lain, namun hal tersebut tidaklah terlalu signifikan berbeda, karena nilai korelasi terhadap kesuksesan diantara keduanya tidak jauh berbeda. Dan pada model dengan pendekatan Kano, variabel desain masuk kedalam variabel yang bisa diciptakan untuk mencapai inovasi nilai. 4. KESIMPULAN 1. Dari beberapa jenis model yang dihasilkan, model pengembangan produk sukses untuk produk secara umum mempunyai kemampuan prediksi yang paling baik yaitu sebesar 83%. Untuk mengembangkan suatu produk sukses berdasarkan Blue Ocean Strategy dan Kano Model, baik dalam model pengembangan produk secara umum maupun model yang menggunakan pendekatan Kano, menghasilkan karakteristik variabel pengembangan produk yang hampir sama. 2. Dalam pengembangan produk sukses berdasar Blue Ocean Strategy dan Kano Model dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa variabel yang ada dalam produk sebagai berikut: hal-hal baru yang mendukung performance dan desain dalam produk dapat diciptakan sehingga menjadi nilai lebih dari produk tersebut; mempercepat delivery time, meningkatkan emotional experience, meningkatkan easy of use dan ordering ease dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari produk; advertising dapat dikelola dan dikemas sedemikian rupa sehingga dapat meminimalkan tingkat investasi namun pesan advertising kepada pelanggan tetap dapat tersampaikan; packaging dapat didesain sedemikian rupa sehingga investasi yang dikeluarkan tidak terlalu berlebihan; sedangkan price merupakan faktor dalam produk dimana ketika utilitas bagi pembeli tinggi, maka price dapat diturunkan hingga mencapai tingkat biaya yang ditargetkan, bahkan sampai di bawah industri pada umumnya.

9 19 5. SARAN Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan model kesuksesan produk dengan mempertimbangkan life cycle produk dan dengan menggunakan data yang lebih beragam. DAFTAR PUSTAKA Edgar, A., Caroline, R., 2004, The treatment of missing values and its effect in the classifier accuracy, Classification, Clustering and Data Mining Applications, pp Hogan, J. E., 2004, New Product Success: Enhance Your New Product Development Process With Value Gates, Strategic Pricing Group, Cambridge, England. Jusko, J., 2010, New Models For Product Development, diakses online tanggal 19 Desember 2011 Kim, W.C. and Mauborgne, R., 1999, Creating New Market Space, Harvard Business Review, 83-93, January-February. Kim, W. C. and Mauborgne, R., 2006, Blue Ocean Strategy: Strategi Samudra Biru, Penerbit Serambi, Jakarta. Kurniawan, A., 2010, Pengembangan Model Matematis untuk Prediksi Kesuksesan Produk, Tugas Akhir Teknik Industri Universitas Gadjah Mada. Ramdas, K., 2003, Managing Product Variety: An Integrative Review and research Directions, Production and Operations Management, Vol 12, No.1, USA. Trapsilawati, F., 2010, Analisis Faktor-Faktor Kesuksesan Produk, Tugas Akhir Industri Universitas Gadjah Mada. Uletika, N. S Model Prediksi Produk Sukses Berdasarkan Kanvas Strategi, Tesis Teknik Industri Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Faktor - Faktor Dominan Terhadap Kesuksesan Produk Notebook Kelas Menengah Ke Atas

Faktor - Faktor Dominan Terhadap Kesuksesan Produk Notebook Kelas Menengah Ke Atas Nusantara of Engineering/Vol. 2/ No. 1/ISSN: 2355-6684 44 Faktor - Faktor Dominan Terhadap Kesuksesan Produk Notebook Kelas Menengah Ke Atas Fatkur Rhohman Teknik Mesin D3, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produk baru memiliki peran yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Dalam menghadapi teknologi yang semakin maju, peningkatan kompetisi global, dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN INTISARI

Lebih terperinci

FAKTOR - FAKTOR DOMINAN TERHADAP KESUKSESAN PRODUK NOTEBOOK KELAS MENENGAH KE ATAS

FAKTOR - FAKTOR DOMINAN TERHADAP KESUKSESAN PRODUK NOTEBOOK KELAS MENENGAH KE ATAS FAKTOR - FAKTOR DOMINAN TERHADAP KESUKSESAN PRODUK NOTEBOOK KELAS MENENGAH KE ATAS Ary Permatadeny N, Johan Andi Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Nusantara PGRI Kediri ABSTRAK

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

Lebih terperinci

MODEL PREDIKSI KESUKSESAN PRODUK

MODEL PREDIKSI KESUKSESAN PRODUK MODEL PREDIKSI KESUKSESAN PRODUK Fitri Trapsilawati dan Subagyo Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Email: fitri.trapsilawati@gmail.com,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Penggambaran Situasi Industri Penggambaran situasi industri dilakukan dengan menggunakan alat analisis yaitu kanvas strategi dan kurva nilai.

Lebih terperinci

DESAIN STRATEGI PENGEMBANGAN UKM DENGAN KOMBINASI METODE BENCHMARKING DAN BLUE OCEAN STRATEGY

DESAIN STRATEGI PENGEMBANGAN UKM DENGAN KOMBINASI METODE BENCHMARKING DAN BLUE OCEAN STRATEGY DESAIN STRATEGI PENGEMBANGAN UKM DENGAN KOMBINASI METODE BENCHMARKING DAN BLUE OCEAN STRATEGY Firman Bani Albar 1 *, Angga Wisudianto 2, Ghaida Fatcha Mubiena3, Agus Mansur 4 Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Bab I merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, prosentase pendapatan perusahaan, sebagaimana yang ditunjukkan pada hasil

Bab I merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, prosentase pendapatan perusahaan, sebagaimana yang ditunjukkan pada hasil BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, ruang lingkup dan sistematika penulisan dalam tesis ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dan semakin sengit. Sudah menjadi tuntutan yang mutlak bagi

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dan semakin sengit. Sudah menjadi tuntutan yang mutlak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini persaingan global diantara perusahaan sejenis semakin kompetitif dan semakin sengit. Sudah menjadi tuntutan yang mutlak bagi organisasi bisnis

Lebih terperinci

ANALISIS VALUE INNOVATION PADA PT.WIJAYA PANCA SENTOSA FOOD MELALUI STRATEGI BLUE OCEAN

ANALISIS VALUE INNOVATION PADA PT.WIJAYA PANCA SENTOSA FOOD MELALUI STRATEGI BLUE OCEAN ANALISIS VALUE INNOVATION PADA PT.WIJAYA PANCA SENTOSA FOOD MELALUI STRATEGI BLUE OCEAN 691 Andyka Kurniawan Susanto Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak di bidang industri, penjualan maupun jasa. Maka akan terjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak di bidang industri, penjualan maupun jasa. Maka akan terjadi suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dan modern akan memberikan dampak positif berkaitan dengan bisnis bagi perusahaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dengan rancangan strategi samudra biru KT-Gongsin yaitu :

BAB V PENUTUP. dengan rancangan strategi samudra biru KT-Gongsin yaitu : BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari penelitian ini peneliti mendapatkan beberapa kesimpulan terkait dengan rancangan strategi samudra biru KT-Gongsin yaitu : 1. Fokus KT-Gongsin fokus pada peningkatan nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis diantara perusahaan sejenis semakin kompetitif

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis diantara perusahaan sejenis semakin kompetitif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan bisnis diantara perusahaan sejenis semakin kompetitif dan semakin sengit. Persaingan diantara perusahaan-perusahaan tersebut muncul karena perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN TERHADAP KELUHAN DAN LOYALITAS PASIEN RAWAT INAP

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN TERHADAP KELUHAN DAN LOYALITAS PASIEN RAWAT INAP Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien terhadap (Puspitasari dan Arifianty) PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN TERHADAP KELUHAN DAN LOYALITAS PASIEN RAWAT INAP Nia Budi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iii. HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI..

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iii. HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI.. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI.. iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v MOTO... vi KATA PENGANTAR...vii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. toko yang menjual bakpia di jalan KS.Tubun, Ngampilan dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. toko yang menjual bakpia di jalan KS.Tubun, Ngampilan dapat menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan primer, sehingga bagi sebagian orang bisnis tersebut sangat berpotensi untuk dijadikan peluang usaha. Saat ini bisnis makanan sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kusumadmo (2013), kata strategi secara etimologis berasal dari kata Strategos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kusumadmo (2013), kata strategi secara etimologis berasal dari kata Strategos BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi strategi Dalam buku Manajemen Strategik-Pengetahuan yang dikutip oleh Kusumadmo (2013), kata strategi secara etimologis berasal dari kata Strategos dalam bahasa yunani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 ini, dapat dirasakan dengan jelas bahwa persaingan bisnis kian kompetitif dan berdampak pada seluruh pelaku bisnis yang ada. Pelaku bisnis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, di mana

BAB III METODE PENELITIAN. kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, di mana BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Metode studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. perusahaan harus memiliki nilai keunikan tersendiri dimata konsumennya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. perusahaan harus memiliki nilai keunikan tersendiri dimata konsumennya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke 21 ini, dapat dirasakan kompetitif dan berdampak pada seluruh pelaku bisnis yang ada. Pelaku bisnis yang bisa berkompetisi dengan optimal atau maksimal,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Kebun Raya Bogor dengan pengelolanya adalah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB), LIPI. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLEH WALHYU PURWANTO

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLEH WALHYU PURWANTO SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLEH WALHYU PURWANTO LABOTAR1UM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

RUMUSAN DASAR STRATEGI BISNIS PADA USAHA SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA DAN ALAT ANALISIS METODE BLUE OCEAN STRATEGY

RUMUSAN DASAR STRATEGI BISNIS PADA USAHA SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA DAN ALAT ANALISIS METODE BLUE OCEAN STRATEGY Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 RUMUSAN DASAR STRATEGI BISNIS PADA USAHA SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Skenario Pertama (Segmen General) 1) Dari tiga alternatif model yang diperoleh pada skenario pertama,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Skenario Pertama (Segmen General) 1) Dari tiga alternatif model yang diperoleh pada skenario pertama, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Skenario Pertama (Segmen General) 1) Dari tiga alternatif model yang diperoleh pada skenario pertama, alternatif terbaik untuk memprediksi kesuksesan produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) yang tidak berhasil adalah pada pendekatan strateginya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) yang tidak berhasil adalah pada pendekatan strateginya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) Perbedaan antara perusahaan yang berhasil dengan perusahaan yang tidak berhasil adalah pada pendekatan strateginya. Perusahaan pada

Lebih terperinci

Pentingnya Penerapan Teori Marketing 7P dalam Usaha Anda

Pentingnya Penerapan Teori Marketing 7P dalam Usaha Anda Pentingnya Penerapan Teori Marketing 7P dalam Usaha Anda 7P Dalam Bauran Pemasaran, Dalam komunikasi pemasaran diperlukan suatu pendekatan yang mudah dan fleksibel yang terdapat pada bauran pemasaran (marketing

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS KOPI SIDIKALANG

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS KOPI SIDIKALANG KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS KOPI SIDIKALANG OLEH DAUD ERWIN AYAMISEBA 10.11.4209 S1TI-2I STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 STRATEGI MARKETING ABSTRAK Persaingan industri bisnis kopi sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelanggan merupakan aset penting bagi sebuah perusahaan. Osterwalder dan Pigneur (2010) menyatakan bahwa pelanggan merupakan inti dari sebuah model bisnis. Peran pelanggan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: PEMETAAN POSISI PRODUK KAMERA JENIS KAMERA MIRRORLESS MENGGUNAKAN CANVAS STRATEGY

Seminar Nasional IENACO ISSN: PEMETAAN POSISI PRODUK KAMERA JENIS KAMERA MIRRORLESS MENGGUNAKAN CANVAS STRATEGY PEMETAAN POSISI PRODUK KAMERA JENIS KAMERA MIRRORLESS MENGGUNAKAN CANVAS STRATEGY Dewinda Prameta Suci 1)*, Tutik Farihah 2)* 1) Program Studi Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Pemasaran Menurut Paul D. Converse, Harvey W. Huegy dan Robert V. Mitchell, dalam bukunya Elements of Marketing menyatakan bahwa marketing didefinisikan sebagai kegiatan

Lebih terperinci

PERUMUSAN ADDED VALUE DALAM KONSEP BISNIS COFFEEIN MELALUI PENDEKATAN BLUE OCEAN STRATEGY

PERUMUSAN ADDED VALUE DALAM KONSEP BISNIS COFFEEIN MELALUI PENDEKATAN BLUE OCEAN STRATEGY Volume 1, Nomor 1, April 2016 PERUMUSAN ADDED VALUE DALAM KONSEP BISNIS COFFEEIN MELALUI PENDEKATAN BLUE OCEAN STRATEGY Richie Fernaldi Jurusan Manajemen, Fakultas Manajemen Bisnis, Universitas Ciputra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginkan proses pembelian barang kebutuhan sehari-hari dengan mudah dan

BAB I PENDAHULUAN. menginkan proses pembelian barang kebutuhan sehari-hari dengan mudah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan ekonomi yang pesat di Indonesia mengakibatkan daya beli masyarakat akan tinggi. Pemenuhan kebutuhan primer, sekunder dan tersier pun meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara manapun di dunia ini termasuk di Indonesia apabila perekonomian bangsa dikelola secara jujur, adil dan profesional, maka pertumbuhan ekonomi akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini minum kopi di kedai kopi telah menjadi lifestyle masyarakat Indonesia,tidak

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini minum kopi di kedai kopi telah menjadi lifestyle masyarakat Indonesia,tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini minum kopi di kedai kopi telah menjadi lifestyle masyarakat Indonesia,tidak terkecuali masyarakat Yogyakarta yang notabene adalah kota pelajar,dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULIAN. Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju

BAB 1 PENDAHULIAN. Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju 1 BAB 1 PENDAHULIAN 1.1 Latar belakang Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dan memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa konsumen untuk selalu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Penentuan Competing Factors Pada tahap pertama, dilakukan business analysis dengan melakukan indepth interview kepada 9 (sembilan) partisipan untuk menentukan competing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 4. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 4. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 4 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 6/10/2014 Perancangan Produk - Gasal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I ii Iii iv V vi vii viii x xi xvi xvii

DAFTAR ISI. I ii Iii iv V vi vii viii x xi xvi xvii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN.... SURAT KETERANGAN PENELITIAN.... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING.. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN..... HALAMAN MOTTO...... KATA PENGANTAR.

Lebih terperinci

Introduction to. Chapter 21. Synthesis of Business Functions. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing

Introduction to. Chapter 21. Synthesis of Business Functions. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing Introduction to Chapter 21 Synthesis of Business Functions Sasaran Pembelajaran Jelaskan bagaimana suatu firm s nilai ditentukan. Ringkas keputusan kunci bisnis dan menjelaskan bagaimana mereka mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Product Bundling Product bundling adalah strategi penjualan yang diterapkan di pemasaran. Product bundling mempunyai tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dalam berbagai macam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah, kami sampaikan ke hadirat Allah YME, karena terealisasinya Tekinfo, Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

Lebih terperinci

Distinctive Strategic Management

Distinctive Strategic Management Modul ke: 07 Distinctive Strategic Management Strategik Plan and Business Model Flatform Fakultas Sekolah Pasca Sarjana Dr. Chaerudin, MM Program Studi Magister Manajemen Program Kelas Karyawan (PKK) www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet menyebabkan mulai munculnya aplikasi bisnis yang berbasis internet. Internet menawarkan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Strategic Strategy dalam sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pergerakan kompetitif dan pendekatan bisnis yang manager lakukan untuk mengembangkan bisnis, menarik dan melayani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis saat ini disebabkan oleh perubahaan pola pikir konsumen yang dinamis. Dengan dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6 Pemasaran Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si Definisi Pemasaran Kotler dan Lane (2007): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: 12Fakultas Dr Ekonomi Entrepreneurship and Inovation Management Tantangan Entrepreneur Melalui Siklus Hidup Product Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana Konsep & Teori 1. Pengertian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pemasaran Pengertian pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Latar Belakang Sebagai salah satu penyelenggara jasa layanan internet di Indonesia, PT RadNet menghadapi permasalahan yang menghambat laju pertumbuhan perusahaan. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SI SANTRI. (Simpanan Masyarakat Kota Santri)

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SI SANTRI. (Simpanan Masyarakat Kota Santri) BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SI SANTRI (Simpanan Masyarakat Kota Santri) A. Urgensi Strategi Pemasaran bagi BMT dalam Meningkatkan Produk Si Santri Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Munculnya industri coffee shop yang pesat saat ini membawa dampak baru kedalam gaya hidup konsumen. Makna coffee shop saat ini mengalami pergeseran, dimana mengunjungi

Lebih terperinci

MODEL INTEGRASI PENCIPTAAN NILAI BERDASARKAN MODEL REFINED KANO DAN BLUE OCEAN STRATEGY

MODEL INTEGRASI PENCIPTAAN NILAI BERDASARKAN MODEL REFINED KANO DAN BLUE OCEAN STRATEGY MODEL INTEGRASI PENCIPTAAN NILAI BERDASARKAN MODEL REFINED KANO DAN BLUE OCEAN STRATEGY Ronald Sukwadi 1 ; Ching-Chow Yang 2 1 Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jln. Jenderal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini, telah terjadi perkembangan berbagai pelayanan pelanggan demi menghasilkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan. Sebagian besar penduduk yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi persaingan bisnis antar perusahaan semakin ketat di pasar domestik maupun internasional. Perusahaan yang ingin berkembang dan meningkatkan keunggulan

Lebih terperinci

terus berlomba-lomba untuk menawarkan produknya agar dapat dikenal

terus berlomba-lomba untuk menawarkan produknya agar dapat dikenal 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan-persaingan yang terjadi dalam pasar bisnis semakin ketat antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya. Semua perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanantekanan baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam mengembangkan produk dan servisnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan pada lingkungan yang bersifat dinamis. Bentuk persaingan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan pada lingkungan yang bersifat dinamis. Bentuk persaingan salah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dan meningkatnya persaingan menyebabkan perusahaan saling bersaing untuk mendapatkan perhatian dari konsumen sehingga perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan, membuat setiap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan, membuat setiap masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan, membuat setiap masyarakat berlomba-lomba untuk mulai berusaha dan beraktivitas untuk mendapatkan penghasilan agar dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Setiap perusahaan baik yang berskala kecil, menengah, maupun yang besar akan selalu menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. retail food dan non-food dengan konsep convenience store yang berasal dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. retail food dan non-food dengan konsep convenience store yang berasal dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Franchise Circkle K adalah waralaba yang bergerak di bidang industri retail food dan non-food dengan konsep convenience store yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, tidak hanya sekedar menjual produk denagan harga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kaitannya dengan sikap masyarakat yang semakin kritis dalam memilih makanan. Makan

BAB 1 PENDAHULUAN. kaitannya dengan sikap masyarakat yang semakin kritis dalam memilih makanan. Makan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini industri food and beverage semakin meningkat, pertumbuhan tersebut ada kaitannya dengan sikap masyarakat yang semakin kritis dalam memilih makanan. Makan merupakan

Lebih terperinci

Elemen Penting Riset Pemasaran

Elemen Penting Riset Pemasaran Riset Pemasaran Marketing Research Adalah suatu pendekatan yang ditempuh secara sistematis dan objektif untuk mendapatkan data/ informasi yang akan digunakan untuk proses pengambilan keputusan bidang pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pelanggan. Para penyedia produk berupaya memenangkan. persaingan dari para kompetitornya dengan mengimplementasikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pelanggan. Para penyedia produk berupaya memenangkan. persaingan dari para kompetitornya dengan mengimplementasikan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan selalu menjalani aktivitas bisnisnya untuk dapat memberikan nilai terbaik bagi perusahaan dalam rangka pertumbuhan dan keselamatan. Konsumen sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan yang terus berkembang dan cepat berubah, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan yang terus berkembang dan cepat berubah, perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam lingkungan yang terus berkembang dan cepat berubah, perusahaan tidak dapat mempertahankan sikap menarik pelanggan atau memperluas pasar baru. Faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemulihan kondisi ekonomi Indonesia. satunya adalah perusahaan yang bergerak dalam jasa pelayanan pengiriman

BAB I PENDAHULUAN. pemulihan kondisi ekonomi Indonesia. satunya adalah perusahaan yang bergerak dalam jasa pelayanan pengiriman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi saat ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan muncul dan tumbuhnya berbagai perusahaan yang masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang semakin pesat. Dampaknya adalah persaingan antar industri semakin ketat, terutama industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan dunia usaha berjalan sangat pesat, banyak bidang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan dunia usaha berjalan sangat pesat, banyak bidang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Saat ini perkembangan dunia usaha berjalan sangat pesat, banyak bidang usaha yang menjanjikan untuk digeluti salah satunya adalah usaha bisnis kedai kopi. Bisnis kedai

Lebih terperinci

MODEL PENGARUH PERSEPSI KUALITAS TERHADAP HARGA PRODUK KAOS

MODEL PENGARUH PERSEPSI KUALITAS TERHADAP HARGA PRODUK KAOS MODEL PENGARUH PERSEPSI KUALITAS TERHADAP HARGA PRODUK KAOS Mathilda Sri Lestari 1*, Ainur Komariah 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Lebih terperinci

Penyusunan Rencana Strategis Pemasaran

Penyusunan Rencana Strategis Pemasaran . Penyusunan Rencana Strategis Pemasaran Perencanaan Strategis (Strategic Planning) adalah proses mengembangkan dan mempertahankan kecocokan strategis antara tujuan dan kemampuan perusahaan serta peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk lain, sehingga konsumen tertarik terhadap produk tersebut. Niat beli dapat

BAB I PENDAHULUAN. produk lain, sehingga konsumen tertarik terhadap produk tersebut. Niat beli dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Niat membeli sulit diwujudkan karena adanya pengaruh seseorang untuk membeli suatu produk. Suatu produk harus mempunyai keunggulan atas produk lain, sehingga

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini perkembangan teknologi semakin gencar dilakukan, tujuannya untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam menjalankan aktivitas keseharian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peluncuran produk baru menjadi aktivitas kritis dalam pengembangan produk baru karena resiko kegagalannya yang sangat tinggi. Project NewProd yang dijalankan oleh Cooper

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Stanton dalam Tambajong (2013:1293), pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN 3.1. Analisis dan Pemberian Bobot Nilai Metode yang digunakan dalam memberikan bobot nilai untuk IE versi kedua (Parker, 1996) diambil dari IE versi pertama (Parker, 1988).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis memasuki era persaingan yang semakin ketat di antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis memasuki era persaingan yang semakin ketat di antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis memasuki era persaingan yang semakin ketat di antara perusahaan sejenis. Hal tersebut memaksa para pelaku usaha untuk berlomba mencari strategi pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bervariasi dan semakin selektif. Melihat hal ini perusahaan pun berlomba

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bervariasi dan semakin selektif. Melihat hal ini perusahaan pun berlomba 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman yang perkembangannya begitu cepat seperti saat ini banyak perusahaan yang berlomba - lomba menghasilkan produk yang berkualitas, hal ini terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penulisan tesis ini digunakan strategi analisis situasi dimana

BAB III METODOLOGI. Dalam penulisan tesis ini digunakan strategi analisis situasi dimana BAB III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Dalam penulisan tesis ini digunakan strategi analisis situasi dimana informasi yang nantinya diperoleh, digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan strategi baru atau

Lebih terperinci

PERANCANGAN KEBUTUHAN BISNIS PACKAGING IKLAN Di K-LITE RADIO MENGGUNAKAN METODE BLUE OCEAN DAN IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS (IPA)

PERANCANGAN KEBUTUHAN BISNIS PACKAGING IKLAN Di K-LITE RADIO MENGGUNAKAN METODE BLUE OCEAN DAN IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS (IPA) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2438 PERANCANGAN KEBUTUHAN BISNIS PACKAGING IKLAN Di K-LITE RADIO MENGGUNAKAN METODE BLUE OCEAN DAN IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS

Lebih terperinci

BAB VII PRODUK Apa itu produk? Barang dan Jasa

BAB VII PRODUK Apa itu produk? Barang dan Jasa BAB VII PRODUK Apa itu produk? Produk adalah sesuatu yang diciptakan untuk tujuan transaksi. Produk memuaskan kebutuhan dan keinginan tertentu dari pelanggan dan memberikan pendapatan pada penjual atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Total Quality Management 2.1.1.1 Pengertian Total Quality Management Pendefinisian total quality management mengacu

Lebih terperinci

ANALISIS POSITIONING NOTEBOOK ACER BERDASARKAN PERSEPSIAN KONSUMEN ABSTRAK

ANALISIS POSITIONING NOTEBOOK ACER BERDASARKAN PERSEPSIAN KONSUMEN ABSTRAK ANALISIS POSITIONING NOTEBOOK ACER BERDASARKAN PERSEPSIAN KONSUMEN gautama_adhy@yahoo.com ABSTRAK Judul skripsi ini adalah Analisis Positioning Notebook Acer Berdasarkan Persepsian Konsumen.Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengelola sebuah bisnis, hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengelola sebuah bisnis, hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dunia saat ini, khususnya dunia bisnis yang berkembang semakin pesat. Maka diperlukan keahlian dalam mengelola suatu bisnis. Dalam mengelola sebuah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang sangat cepat dan dinamis. Kombinasi buzz marketing di media sosial

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang sangat cepat dan dinamis. Kombinasi buzz marketing di media sosial BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Buzz marketing sebenarnya bukan hal yang baru dibicarakan dalam dunia pemasaran, namun saat ini semakin dilirik dengan berkembangnya media sosial yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbit surat kabar untuk kreatif agar tidak ditinggalkan pembacanya.

BAB I PENDAHULUAN. penerbit surat kabar untuk kreatif agar tidak ditinggalkan pembacanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi yang pesat menuntut perusahaan penerbit surat kabar untuk kreatif agar tidak ditinggalkan pembacanya. Perusahaan penerbit surat

Lebih terperinci

Pola Kesuksesan Produk-Produk Industri Kreatif

Pola Kesuksesan Produk-Produk Industri Kreatif Petunjuk Sitasi: Subagyo, Nastiti, F., & Kurniasany, F. (2017). Pola Kesuksesan Produk-Produk Industri Kreatif. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B69-75). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak adalah semakin ketatnya kompetisi di beberapa sektor industri.

BAB I PENDAHULUAN. dampak adalah semakin ketatnya kompetisi di beberapa sektor industri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, setiap perusahaan menghadapi tantangan untuk terus bertahan dan tumbuh berkembang. Globalisasi dan kemajuan dalam pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

Menyatukan Public Relations dan Marketing dengan Social Media

Menyatukan Public Relations dan Marketing dengan Social Media Menyatukan Public Relations dan Marketing dengan Social Media Detti Apriliani Garniti Fakultas Ekonomi dan Bisnis Asean Banking Finance and Informatics Institute Perbanas Jakarta, Indonesia detti.1307@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mobil. Sepeda motor harganya masih bisa dijangkau oleh masyarakat luas,

BAB 1 PENDAHULUAN. mobil. Sepeda motor harganya masih bisa dijangkau oleh masyarakat luas, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor atau sepeda motor di Indonesia merupakan salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, dan daya beli mereka. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, dan daya beli mereka. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi, konsumen menjadi makin cerdas dalam membuat keputusan pembelian. Konsumen menuntut suatu produk yang sesuai dengan selera, kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis dalam era informasi ini sangat kompetitif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis dalam era informasi ini sangat kompetitif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis dalam era informasi ini sangat kompetitif. Informasi merupakan kekuatan vital dalam menentukan jalannya suatu perusahaan, karena informasi

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: 13 Entrepreneurship and Inovation Management SIKLUS PRODUK ( PRODUCT LIFE CYCLE ) Fakultas Ekonomi Dr. Tukhas Shilul Imaroh,MM Program Studi Paska Sarjana www.mercubuana.ac.id Pengertian Siklus

Lebih terperinci