IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. GAP ANALISIS Kajian standar kesesuaian asesmen dalam pengembangan Lembaga Sertifikasi Sistem HACCP menjadi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan diawali dengan pembuatan gap analisis standar yang dilakukan dengan cara mereview persyaratan yang akan diimplementasikan dibandingkan dengan persyaratan yang telah diimplementasikan yaitu dengan mereview standar ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007 yang merupakan persyaratan akreditasi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan terhadap PBSN 1001:1999 yaitu Persyaratan umum Lembaga Sertifikasi Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP), hasil gap analisis tersebut terdapat 7 klausul yang merupakan gap utama. Berikut merupakan gap analisis standar ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007 terhadap Pedoman BSN 1001:1999. A.1. Manajemen Ketidakberpihakan Manajemen ketidakberpihakan diatur dalam klausul 5.2 dari ISO 17021:2006 maupun ISO 22003:2007. Tetapi aturan mengenai manajemen ketidakberpihakan ini belum diatur di dalam persyaratan Pedoman BSN 1001:1999. Adapun hasil gap analisis yang mengatur mengenai manajemen ketidakberpihakan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil gap analisis klausul Manajemen Ketidakberpihakan dari ISO 17021:2006 yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001:1999 No. Perihal 1 Komitmen manajemen puncak (klausul ISO 17021:2006) 2 Analisa ketidakberpihakan (klausul ISO 17021:2006) 3 Hubungan yang menunjukkan ancaman ketidakberpihakan (klausul ISO 17021:2006) Hasil gap analisis Pernyataan ketidakberpihakan harus dapat diakses publik Analisa ketidakberpihakan harus diperagakan kepada komite pengamanan ketidakberpihakan Apabila suatu hubungan menunjukkan ancaman ketidakberpihakan tidak dapat dihilangkan atau dikurangi, maka sertifikasi tidak dapat diberikan.

2 56 No. Perihal 4 Hal yang tidak diperbolehkan pada Lembaga Sertifikasi dan setiap bagian dari badan hukum yang sama (klausul s.d ISO 17021:2006) 5 Personel lembaga sertifikasi (klausul s.d ISO 17021:2006) Hasil gap analisis Mensertifikasi lembaga sertifikasi lainnya, menawarkan jasa konsultasi sistem manajemen, memberikan jasa audit internal kepada klien yang disertifikasi, meng-outsource audit kepada suatu organisasi konsultan sistem manajemen, dipasarkan dengan kegiatan organisasi konsultasi sistem manajemen Personel yang terlibat dalam konsultasi sistem manajemen untuk klien tidak boleh mengambil bagian dalam audit atau kegiatan sertifikasi klien dalam dua tahun setelah berakhirnya konsultasi tersebut, dan harus bertindak secara netral dan tidak mengizinkan tekanan komersial, finansial, dan tekanan apapun yang mengkompromikan kenetralannya. Berdasarkan hasil gap diatas maka untuk klausul manajemen ketidakberpihakan ada beberapa point yang yang belum diatur pada Pedoman BSN 1001:1999, yaitu Lembaga sertifikasi memiliki pernyataan yang dapat diakses publik yang menunjukkan ketidakberpihakannya dalam melaksanakan kegiatan sertifikasi sistem manajemen, mengelola konflik kepentingan, dan menjamin objektivitas kegiatan sertifikasi sistem manajemen, jadi pada Pedoman BSN 1001 belum diatur bahwa Lembaga Sertifikasi harus memiliki pernyataan yang dapat diakses publik tentang ketidakberpihakan. Lembaga sertifikasi mengidentifikasi, menganalisis dan mendokumentasikan kemungkinan konflik kepentingan yang timbul dari penyediaan sertifikasi termasuk setiap konflik yang timbul dari hubungan kerjanya. Informasi terkait analisis ketidakberpihakan tersebut tersedia bagi komite penjamin ketidakberpihakan dan pada Pedoman BSN 1001 belum diatur bahwa Lembaga Sertifikasi harus membentuk adanya komite penjamin ketidakberpihakan.

3 57 Lembaga Sertifikasi dan setiap bagian dari badan hukum yang sama tidak diperbolehkan mensertifikasi apa saja seperti pada ketentuan yang telah dijabarkan pada tabel diatas, pada Pedoman BSN 1001 tidak diatur secara mendetail untuk tiap-tiap ketentuan tetapi secara garis besar yaitu Lembaga Sertifikasi harus menjamin bahwa kegiatan lembaga lainnya yang terkait, tidak mempengaruhi kerahasiaan, objektifitas, atau kenetralan sertifikasinya dan tidak boleh menawarkan atau memberi: jasa konsultan untuk memperoleh atau memelihara sertifikasi HACCP dan pada persyaratan ISO 17021:2006 lebih menekankan adanya pengaturan terhadap manajemen ketidakberpihakan yaitu manajemen yang netral dan transparan. A.2. Pertanggunggugatan dan keuangan Pertanggunggugatan dan keuangan diatur dalam klausul 5.3 dari ISO 17021:2006 maupun ISO 22003:2007. Tetapi aturan mengenai pertanggunggugatan dan keuangan ini belum diatur di dalam persyaratan Pedoman BSN 1001:1999. Adapun hasil gap analisis yang mengatur mengenai manajemen ketidakberpihakan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil gap analisis klausul Pertanggunggugatan dan keuangan dari ISO 17021:2006 yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001:1999 No. Perihal Hasil gap analisis 1 Hal yang harus dilakukan Memiliki pengaturan yang cukup (seperti Lembaga Sertifikasi asuransi dan cadangan), mengevaluasi (klausul s.d ISO 17021:2006) keuangan serta melaporkan kepada komite pengamanan ketidakberpihakan Dalam klausul ini diatur bahwa lembaga sertifikasi harus mengevaluasi resiko dan memiliki pengaturan yang cukup untuk pertanggunggugatan dalam hal bidang teknis maupun wilayah geografis, serta lembaga sertifikasi harus mengevaluasi keuangan dan sumber pendapatannya dan melaporkan kepada komite (impartial) bahwa sejak awal hingga berlangsungnya kegiatan tidak ada tekanan komersial, keuangan dan tekanan lain tidak mengkompromikan ketidakberpihakan.

4 58 Berdasarkan hasil gap diatas maka untuk pengaturan klausul pertanggunggugatan dan keuangan ini yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001 adalah bahwa Lembaga Sertifikasi harus memiliki pengaturan yang cukup (asuransi/cadangan) dan Lembaga Sertifikasi harus membentuk adanya komite penjamin ketidakberpihakan untuk melaporkan hasil evaluasi keuangan. Asuransi ataupun dana cadangan tersebut diperlukan jika terjadi kasus perselisihan antara Lembaga sertifikasi dengan klien sehingga perlu diselesaikan perkara tersebut melalui jalur hukum, maka keseluruhan biaya yang diperlukan selama persidangan dan apapun yang terkait maka dapat digunakan dana cadangan tersebut. A.3. Komite Pengamanan Ketidakberpihakan Komite Pengamanan Ketidakberpihakan diatur dalam klausul 6.2 dari ISO 17021:2006 maupun ISO 22003:2007. Tetapi aturan mengenai adanya komite pengamanan ketidakberpihakan belum diatur di dalam persyaratan Pedoman BSN 1001:1999. Adapun hasil gap analisis yang mengatur mengenai Komite Pengamanan Ketidakberpihakan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil gap analisis klausul Komite Pengamanan Ketidakberpihakan dari ISO 17021:2006 yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001:1999 No. Perihal Hasil gap analisis 1 Struktur lembaga sertifikasi harus menyediakan suatu komite (klausul ISO 17021:2006) 2 Komposisi, term of reference, kompetensi, dan tanggungjawab komite didokumentasikan serta dan disahkan oleh manajemen puncak (klausul ISO 17021:2006) 3 Membentuk komite yang netral (impartial) (klausul ISO 17021:2006) Pengembangan kebijakan yang terkait dengan ketidakberpihakan sertifikasi Keseimbangan perwakilan sehingga tidak ada pihak yang dominan dan hak komite untuk mengambil tindakan yang independen jika manajemen puncak tidak memperhatikan sarannya. Komite dibentuk terdiri dari: klien, pelanggan klien yang disertifikasi, asosiasi industri perdagangan, pemerintah / regulator, lembaga swadaya masyarakat termasuk konsumen

5 59 Berdasarkan hasil gap diatas maka untuk klausul Komite Pengamanan Ketidakberpihakan ini yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001 adalah bahwa Lembaga Sertifikasi harus membentuk adanya Komite Pengamanan Ketidakberpihakan, dimana komite ini dibentuk oleh manajemen puncak yang terdiri dari berbagai pihak untuk membantu dan menjamin pelaksanan sertifikasi yang netral dan transparan. A.4. Personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi Persyaratan personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi diatur secara rinci dalam klausul 7.2 dari ISO 17021:2006 maupun ISO 22003:2007. Aturan mengenai kualifikasi personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi yang diatur dalam Pedoman BSN mengatur persyaratan personel lembaga sertifikasi secara umum tidak dibedakan berdasarkan tugas dan tanggungjawabnya dan khusus untuk persyaratan kualifikasi auditor diatur secara terpisah dalam Pedoman BSN Lembaga sertifikasi memastikan bahwa seluruh personel yang terlibat dalam audit dan proses sertifikasi memiliki atribut personel seperti berpandangan terbuka, diplomatis, suka memperhatikan, mampu memahami situasi, menyesuaikan diri, ulet, logis, dan percaya pada diri sendiri. Adapun hasil gap analisis yang mengatur mengenai Persyaratan personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil gap analisis klausul Persyaratan personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi dari ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007 yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001:1999 No. Perihal Hasil gap analisis 1 Personel yang melaksanakan kontrak review (klausul 7.2 ISO17021:2006 dan klausul ISO 22003:2007) 1.Pendidikan: lembaga sertifikasi memastikan bahwa personel yang melaksanakan tinjauan kontrak memiliki pengetahuan berkenaan dengan secondary education 2. Pelatihan keamanan pangan: lembaga sertifikasi memastikan bahwa personel yang melakukan tinjauan kontrak telah lulus pelatihan prinsip HACCP, prinsip manajemen keamanan pangan

6 60 No. Perihal Hasil gap analisis termasuk program persyaratan dasar, dan standar terkait sistem manajemen keamanan pangan. 3. Pelatihan audit: lembaga sertifikasi memastikan bahwa personel yang melakukan tinjauan kontrak telah lulus pelatihan proses audit berdasarkan panduan yang diberikan dalam ISO Kompetensi: lembaga sertifikasi memastikan bahwa personel yang melakukan tinjauan kontrak menunjukkan kemampuannya untuk mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan dalam area: klasifikasi pemohon dalam kategori dan sektor rantai pangan, asesmen produk, proses, dan praktek pemohon, distribusi kompetensi dan persyaratan auditor SMKP, penentuan persyaratan waktu dan durasi audit, kebijakan dan prosedur lembaga sertifikasi terkait tinjauan kontrak 2 Personel yang memberikan sertifikasi (klausul 7.2 ISO17021:2006 dan klausul ISO 22003:2007) 3 Auditor (klausul 7.2 Lembaga sertifikasi memastikan bahwa personel yang mengambil keputusan pemberian sertifikasi memiliki pendidikan, pelatihan keamanan pangan, pelatihan audit, dan pengalaman kerja seperti yang disyaratkan bagi auditor, yaitu menunjukkan kemampuannya untuk mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan dalam area: prinsip HACCP, pemahaman tentang program persyaratan dasar, identifikasi bahaya keamanan pangan, implementasi dan pengelolaan bahaya keamanan pangan, TKK (CCP) dan kemampuan untuk menilai efektifitas tindakan pengendalian yang dipilih, koreksi dan tindakan koreksi yang dilakukan sehubungan hal keamanan pangan, asesmen bahaya keamanan pangan yang potensial terkait dengan rantai pangan, undang-undang dan regulasi terkait keamanan pangan dengan tujuan untuk melaksanakan audit SMKP yang efektif, produk, proses, dan praktek, persyaratan SMKP yang relevan, standar yang relevan, mengases dan meninjau laporan audit atas ketepatan dan kelengkapannya, mengases dan meninjau efektifitas tindakan perbaikan, dan proses sertifikasi 1. Pendidikan: Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor memiliki pengetahuan berhubungan

7 61 No. Perihal Hasil gap analisis ISO17021:2006 dan klausul ISO 22003:2007) dengan post secondary education yang mencakup mikrobiologi umum dan kimia umum, Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor memiliki pengetahuan berhubungan dengan post secondary education yang mencakup course dalam kategori industri rantai pangan jika melaksanakan audit SMKP. 2. Pelatihan keamanan pangan: Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor yang lulus pelatihan: prinsip HACCP, asesmen bahaya, dan analisis bahayadan prinsip manajemen keamanan pangan mencakup program persyaratan dasar. 3. Pelatihan audit: Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor telah lulus pelatihan: teknik audit berdasarkan ISO dan standar terkait SMKP 4. Pengalaman kerja: untuk kualifikasi pertama bagi auditor dalam satu atau lebih kategori, lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor memiliki minimal 5 tahun penuh pengalaman kerja dalam industri terkait rantai pangan termasuk minimal 2 tahun bekerja dalam jaminan mutu (QA) atau fungsi keamanan pangan dalam produksi pangan atau manufaktur, retail, inspeksi atau yang setara dan lembaga sertifikasi memiliki aturan bahwa total jumlah tahun pengalaman kerja dapat dikurangi satu tahun jika auditor memiliki pendidikan post secondary yang sesuai. 5. Pengalaman audit: untuk kualifikasi pertama, lembaga sertifikasi memastikan bahwa dalam 3 tahun auditor melakukan paling sedikit 12 hari audit sistem manajemen keamanan pangan di paling sedikit 4 organisasi di bawah pimpinan auditor yang berkualifikasi, untuk perluasan kategori baru, lembaga sertifikasi menunjukkan bahwa auditor memiliki kompetensi yang disyaratkan melalui pendidikan yang relevan seperti pelatihan terkait keamanan pangan dalam kategori baru dan 6 bulan pengalaman kerja dalam kategori baru atau 4 audit sistem manajemen keamanan pangan dibawah supervisi auditor berkualifikasi dalam kategori baru, untuk memelihara kualifikasi

8 62 No. Perihal Hasil gap analisis audior, lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor telah memiliki minimal 5 eksternal audit per tahun termasuk paling sedikit 2 audit sistem manajemen keamanan pangan atau minimal 4 audit lapangan sistem manajemen keamanan pangan atau 10 hari audit sistem manajemen keamanan pangan per tahun. 6. Kompetensi: 6.1. Lembaga sertifikasi merekam kompetensi auditor untuk setiap kategori dan sektor dan menyediakan bukti keberhasilan evaluasi 6.2. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor menunjukkan kemampuan untuk mengaplikasikan terminologi, pengetahuan, dan ketrampilan dalam area spesifik keamanan pangan berikut: (prinsip HACCP,program persyaratan dasar relevan untuk kategori yang dipertimbangkan, identifikasi bahaya keamanan pangan, metodologi yang digunakan untuk penentuan, penerapan, dan pengelolaan tindakan pengendalian (program persyaratan dasar, operasional persyaratan dasar, dan titik kendali krtitis) dan kemampuan untuk mengakses efektifitas dan tindakan pengendalian yang dipilih, koreksi dan tindakan koreksi yang akan digunakan berhubungan dengan hal keamanan pangan, asesmen bahaya keamanan pangan yang potensial terkait dengan rantai suplai pangan, evaluasi persyaratan dasar relevan yang dapat digunakan termasuk penetapan dan pemilihan metode evaluasi yang sesuai atau panduan untuk persyaratan dasar bagi kategori yang dipertimbangkan, hukum, regulasi dan praktik spesifik sektor, Produk, proses, dan praktik spesifik sektor, Persyaratan sistem manajemen keamanan pangan relevan, Standar keamanan pangan yang relevan 6.3. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor menunjukkan kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan pada area berikut: a. Prinsip, prosedur dan teknik audit, untuk memungkinkan auditor mengaplikasikan hal tersebut yang sesuai pada audit yang berbeda dan

9 No. Perihal Hasil gap analisis untuk menjamin bahwa audit dilaksanakan dengan cara yang konsisten dan sistematik. Auditor harus mampu: (1) Mengaplikasikan prinsip, prosedur, dan teknik audit; (2) Merencanakan dan mengelola pekerjaan secara efektif; (3) Melakukan audit pada jadwal waktu yang disepakati; (4) Memprioritaskan dan fokus pada hal yang signifikan; (5) Mengumpulkan informasi melalui wawancara, mendengarkan, pengamatan dan pengkajian dokumen, rekaman, dan ada data yang efektif; (6) Memahami kesesuaian dan konsekuensi teknik pengambilan contoh pada audit; (7) Memverifikasi akurasi informasi yang dikumpulkan; (8) Mengkonfirmasi kecukupan dan kesesuaian bukti audit untuk mendukung temuan audit dan kesimpulan audit; (9) Mengases faktor yang dapat mempengaruhi reabilitas temuan audit dan kesimpulan audit; (10) Menggunakan dokumen kerja untuk merekam kegiatan audit; (11) Mempersiapkan laporan audit; (12) Memelihara kerahasiaan dan keamanan informasi; (13) Mengkomunikasikan secara efektif baik melalui kemampuan bahasa personal atau melalui penerjemah. b.sistem manajemen dan dokumen acuan: untuk memungkinkan auditor untuk memahami ruang lingkup audit dan kriteria audit. Pengetahuan dan ketrampilan pada area ini mencakup: (1) Aplikasi sistem manajemen pada organisasi yang berbeda; (2) Interaksi anatara komponen sistem manajemen; (3) Standar sistem manajemen keamanan pangan, prosedur berlaku atau dokumen sistem manajemen lainnya yang digunakan sebagai kriteria audit; (4) Kemampuan untuk mengenali perbedaan antara dan prioritas dokumen acuan; (5) Kemampuan untuk mengaplikasikan dokumen acuan pada situasi audit yang berbeda; (6) Sistem dan teknologi informasi untuk otorisasi, keamanan, distribusi, dan pengendalian dokumen, data dan rekaman. c.situasi organisasi untuk memungkinkan auditor 63

10 64 No. Perihal Hasil gap analisis memahami konteks operasi organisasi. Pengetahuan dan ketrampilan dalam area ini harus mencakup: (1) Ukuran, struktur, fungsi, dan hubungan organisasi; (2) Proses bisnis secara umum dan terminologi terkait; (3) Kebiasaan sosial budaya auditi. d.hukum, regulasi, dan persyaratan lain yang berlaku yang relevan dengan disiplin untuk memungkinkan auditor untuk bekerja dengannya dan menyadari persyaratan yang digunakan organisasi diaudit. Pengetahuan dan ketrampilan pada area ini harus mencakup: (1) Kode, hukum, dan regulasi lokal, regional, dan nasional; (2) Kontrak dan perjanjian; (3) Traktat dan konvensi internasional; (4) Persyaratan lain dimana organisasi terdaftar 4 Tenaga Ahli (klausul 7.2 ISO17021:2006 dan klausul ISO 22003:2007) 5 Pemilihan Tim Audit (klausul 7.2 ISO17021:2006 dan klausul ISO 22003:2007) 1. Pendidikan: Lembaga sertifikasi memastikan bahwa tenaga ahli memiliki pengetahuan berkorespondensi pendidikan post secondary dalam industri rantai pangan yang akan diaudit, dalam proses yang akan diaudit dan dalam bahaya keamanan pangan berlaku bagi sektor 2. Pengalaman kerja: Lembaga sertifikasi memastikan bahwa tenaga ahli memiliki pengalaman kerja pada area teknis mereka 3. Kompetensi: Lembaga sertifikasi memastikan bahwa tenaga ahli menunjukkan kemampuan untuk menyediakan keahlian pada area teknis mereka Lembaga sertifikasi memastikan bahwa tim audit sistem manajemen keamanan pangan memiliki kompetensi dalam menerapkan persyaratan dasar dan HACCP dalam sektor yang diaudit, dalam proses yang diaudit, dan dalam bahaya keamanan pangan yang berlaku bagi sektor. Berdasarkan hasil gap analisis diatas maka untuk klausul Persyaratan personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi ini yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001 adalah bahwa belum ditetapkan persyaratan terhadap Personel yang melaksanakan kontrak review dan Personel yang memberikan sertifikasi.

11 65 Persyaratan kualifikasi auditor pada ISO persyaratan yang ditetapkan menjadi lebih tinggi dan lebih sulit, seperti Persyaratan kualifikasi auditor pada Pedoman BSN 1001 harus memenuhi Pedoman BSN 1003:1999 Kriteria Auditor Sertifikasi dimana pengalaman kerja yang ditetapkan untuk seorang auditor lulusan S1/S2/S3 di bidang kimia, biologi, farmasi, pangan, atau pertanian cukup dengan memiliki pengalaman kerja 1 tahun di bidang keamanan pangan, sedangkan dalam ISO seorang auditor harus memiliki minimal 5 tahun penuh pengalaman kerja dalam industri terkait rantai pangan termasuk minimal 2 tahun bekerja dalam jaminan mutu (QA) atau dapat dikurangi 1 tahun jika memiliki pendidikan post secondary sesuai. Untuk pengalaman asesmen seorang auditor yang ditetapkan oleh Pedoman BSN 1003 adalah telah melakukan 2 kali audit kecukupan dan melakukan 5 kali asesmen berdasarkan SNI , sedangkan pada ISO dalam 3 tahun auditor melakukan paling sedikit 12 hari audit SMKP di paling sedikit 4 organisasi di bawah pimpinan auditor yang berkualifikasi. Kriteria lainnya adalah pelatihan, jika pada Pedoman BSN 1003 bahwa persyaratan auditor cukup dengan lulus pelatihan auditor sertifikasi sedangkan pada ISO lulus pelatihan prinsip HACCP, prinsip manajemen keamanan pangan mencakup PPD, teknik audit berdasar ISO 19011, standar terkait SMKP. Seleksi tenaga ahli teknis yang digunakan dalam kegiatan sertifikasi merupakan point yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001 sedangkan pada ISO telah ditetapkan bahwa Lembaga sertifikasi harus menetapkan proses seleksi, pelatihan, kewenangan auditor dan seleksi tenaga ahli teknis yang digunakan dalam kegiatan sertifikasi termasuk observasi pada audit lapangan untuk evaluasi awal kompetensi personel tersebut. A.5. Informasi yang dapat diakses publik Informasi yang dapat diakses publik diatur dalam klausul 8.1 dari ISO 17021:2006 maupun ISO 22003:2007. Tetapi aturan mengenai kewajiban adanya informasi yang dapat diakses publik belum diatur di dalam persyaratan Pedoman BSN 1001:1999.

12 66 Adapun hasil gap analisis yang mengatur mengenai Informasi yang dapat diakses publik dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil gap analisis klausul Informasi yang dapat diakses publik dari ISO 17021:2006 yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001:1999 No Perihal Hasil gap analisis 1 Informasi-informasi yang wajib dapat diakses publik (klausul s.d ISO 17021:2006) Informasi tentang proses audit, proses sertifikasi, tipe sistem manajemen dan wilayah geografi, informasi tentang pemberian, penundaan, atau pencabutan sertifikasi, dan lembaga sertifikasi harus menyediakan cara untuk mengkonfirmasi validitas suatu sertifikasi. Berdasarkan hasil gap analisis diatas maka untuk klausul Informasi yang dapat diakses publik ini yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001 adalah bahwa informasi-informasi tentang proses audit, proses sertifikasi, pemberian, penundaan dan pencabutan sertifikasi sebenarnya telah diatur dalam Pedoman BSN 1001 hanya tidak wajib atau belum ditetapkan bahwa informasi-informasi tersebut harus dapat diakses pula oleh publik, karena sebelumnya tidak wajib maka lembaga sertifikasi sebagian besar tidak menginformasikan mengenai proses sertifikasi, pemberian, penundaan dan pencabutan sertifikasi atas pertimbangan bisnis. A.6. Pertukaran informasi antara lembaga sertifikasi dan kliennya Pertukaran informasi antara lembaga sertifikasi dan kliennya diatur dalam klausul 8.6 dari ISO 17021:2006 maupun ISO 22003:2007. Tetapi aturan mengenai pertukaran informasi antara lembaga sertifikasi dan kliennya belum diatur di dalam persyaratan Pedoman BSN 1001:1999. Adapun hasil gap analisis yang mengatur mengenai Pertukaran informasi antara lembaga sertifikasi dan kliennya dapat dilihat pada Tabel 8.

13 67 Tabel 8. Hasil gap analisis klausul Pertukaran informasi antara lembaga sertifikasi dan kliennya dari ISO 17021:2006 yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001:1999 No Perihal Hasil gap analisis 1 Informasi kegiatan dan Uraian rinci kegiatan dan proses sertifikasi, persyaratan sertifikasi (klausul persyaratan dan biaya, mensyaratkan klien untuk memenuhi, mengatur untuk audit, dan ISO 17021:2006) mengizinkan observer, dan persyaratan lembaga sertifikasi berkenaan dengan acuan sertifikasi dan tanda. 2 Pemberitahuan perubahan lembaga sertifikasi (klausul ISO17021:2006) 3 Pemberitahuan perubahan oleh klien (klausul ISO17021:2006) Lembaga sertifikasi harus memberitahukan klien setiap perubahan persyaratan, dan memverifikasi bahwa setiap klien tersertifikasi sesuai dengan persyaratan yang baru Lembaga sertifikasi harus memiliki pengaturan secara legal untuk menjamin klien menginformasikan lembaga sertifikasi mengenai perubahan yang berkaitan dengan: legal, komersial, status organisasi atau kepemilikan, organisasi atau manajemen, alamat penghubung,ruang lingkup sertifikasi, dan perubahan utama terhadap sistem manajemen dan proses Berdasarkan hasil gap analisis diatas maka untuk klausul Pertukaran informasi antara lembaga sertifikasi dan kliennya yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001 adalah bahwa informasi tentang persyaratan sertifikasi, pemberitahuan perubahan lembaga sertifikasi dan pemberitahuan perubahan oleh klien tentunya sudah dimiliki oleh suatu lembaga sertifikasi dan yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001 adalah mengenai kewajiban adanya pertukaran informasi antara lembaga sertifikasi dan kliennya, jadi lembaga sertifikasi wajib memberitahukan hal-hal apapun yang merupakan informasi yang terkait dengan sertifikasi secara transparan.

14 68 A.7. Audit dan Sertifikasi Awal Audit dan sertifikasi awal diatur dalam klausul 9.2 dari ISO 17021:2006 maupun ISO 22003:2007. Tetapi aturan mengenai audit dan sertifikasi awal belum diatur di dalam persyaratan Pedoman BSN 1001:1999. Adapun hasil gap analisis yang mengatur mengenai Audit dan Sertifikasi Awal dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil gap analisis klausul Audit dan Sertifikasi Awal dari ISO 17021:2006 yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001:1999 No Perihal Hasil gap analisis 1 Permohonan (klausul ISO17021:2006 ) Lembaga sertifikasi harus mensyaratkan pemohon untuk memberikan informasi untuk menetapkan hal berikut: (1) Ruang lingkup sertifikasi yang diinginkan; (2) Nama, alamat, tapak, aspek signifikan, kewajiban hukum; (3) Informasi yang sesuai dengan bidang sertifikasi, sumber daya, hubungan dengan organisasi yang lebih besar; (4) Informasi yang berkaitan dengan proses yang disubkontrakkan; (5) Standar atau persyaratan sertifikasi; (6) Penggunaan konsultasi terkait dengan sistem manajemen 2 Tinjauan permohonan (klausul ISO17021:2006 ) 1. Lembaga sertifikasi meninjau permohonan untuk menjamin: (1) Informasi yang cukup untuk suatu audit; (2) Persyaratan yang ditetapkan kepada pemohon; (3) Setiap perbedaan diselesaikan; (4) Lembaga sertifikasi mempunyai kompetensi dan kemampuan untuk memberikan sertifikasi; (5) Ruang lingkup, lokasi, waktu audit, bahasa, ancaman keamanan atau ketidakberpihakan yng dipertimbangkan; (6) Rekaman justifikasi unuk menerima klien dipelihara 2. Berdasarkan kajian permohonan, lembaga sertifikasi menetapkan kompetensi yang dibutuhkan tim audit dan keputusan sertifikasi 3. Penunjukkan tim audit secara keseluruhan

15 69 No Perihal Hasil gap analisis memiliki kompetensi yang dibutuhkan 4. Penunjukkan personil yang mengambil keputusan sertifikasi memiliki kompetensi yang dibutuhkan 3 Audit sertifikasi awal harus dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap 1 dan tahap 2 (klausul ISO17021:2006 ) 1. Audit tahap Audit tahap 1 harus dilaksanakan untuk: (1) Audit dokumentasi sistem manajemen; (2) Evaluasi tapak dan personel untuk menetapkan kesiapan audit tahap 2; (3) Mengkaji pengertian klien dan mengidentifikai kinerja kunci atau aspek yang signifikan berkaitan dengan lingkup dan operasi sistem manajemen; (4) Mengumpulkan informasi yang penting berkaitan dengan ruang lingkup dan persyaratan perundang-undangan yang terkait dengan operasi klien; (5) Meninjau alokasi sumberdaya dan persetujuan klien atas rincian audit tahap 2; (6) Memberi fokus dalam perencanaan audit tahap 2 dengan pemahaman yang cukup mengenai sistem manajemen klien, operasi tapak dan aspek yang signifikan; (7) Mengevaluasi apakah audit internal dan tinjauan manajemen dilaksanakan dan bahwa level implementasi substansi sistem manajemen menunjukkan bahwa klien siap untuk audit tahap Audit tahap 1 harus didokumentasikan dan dikomunikasikan kepada klien, termasuk identifikasi setiap area of concern 1.3. Dalam penyusunan audit tahap 2, harus diberikan pertimbangan terhadap waktu yang diperlukan klien untuk menyelesaikan area of concern yang teridentifikasi dalam audit tahap 1 2. Audit tahap 2 Tujuannya adalah untuk mengevaluasi penerapan, trmasuk efektifitas sistem manajemen klien. Audit tahap 2 harus dilakukan di tapak (site). Audit tahap 2 harus mencakup: (1) Bukti

16 70 No Perihal Hasil gap analisis kesesuaian terhadap seluruh persyaratan; (2) Kinerja terhadap sasaran dan target; (3) Kinerja berkaitan dengan kesesuaian dengan peraturan hukum; (4) Pengendalian operasional dari proses; (5) Audit internal dan tinjauan manajemen; (6) Tanggung jawab manajemen atas kebijakan klien; (7) Hubungan antara persyaratan, kebijakan, sasaran dan target kinerja konsisten dengan harapan standar, persyaratan hukum, tanggungjawab, kompetensi personel, operasi, data kinerja, dan kesimpulan audit internal. 4 Kesimpulan audit sertifikasi awal (klausul ISO17021:2006 ) Tim audit harus menganalisis seluruh informasi dan bukti audit dari audit tahap 1 dan tahap 2 untuk menyetujui kesimpulan audit 5 Informasi pemberian sertifikasi awal (klausul ISO17021:2006 ) 1. Informasi yang diberikan oleh tim audit untuk keperluan keputusan sertifikasi harus mencakup laporan audit (tahap 1 dan tahap 2) yang berisi: (1) Komentar tentang ketidaksesuaian, koreksi, dan tindakan korektif; (2) Konfirmasi tentang informasi yang digunakan dalam tinjauan permohonan seperti jumlah pegawai untuk menetapkan durasi audit dan penggunaan konsultan; (3) Rekomendasi tim audit untuk atau diberikan sertifikasi atau tidak 2. Lembaga sertifikasi harus membuat keputusan sertifikasi berdasarkan temuan audit dan kesimpulan serta informasi relevan lainnya. Berdasarkan hasil gap analisis diatas maka untuk klausul Audit dan Sertifikasi Awal yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001 adalah bahwa sistem audit dan sertifikasi awal tidak ditetapkan dengan menggunakan pola audit tahap 1 dan audit tahap 2 tetapi dengan pola audit kecukupan yaitu melakukan audit terhadap dokumen mutu suatu organisasi yang dibandingkan dengan

17 71 persyaratan yang telah ditetapkan atau yang akan diimplementasikan serta audit lapang. B. PENYESUAIAN IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN BERDASARKAN ISO/IEC 17021:2006 dan ISO/TS 22003:2007 Setelah gap analisis selesai dibuat maka dapat dilihat adanya beberapa ketentuan yang sebelumnya tidak diatur dalam persyaratan lembaga sertifikasi sistem HACCP yaitu Pedoman BSN tetapi merupakan suatu persyaratan yang ditentukan di dalam klausul-klausul ISO 17021:2006, karena itu diperlukan penyesuaian implementasi sistem manajemen lembaga sertifikasi untuk dapat memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Penyesuaian implementasi sistem manajemen lembaga sertifikasi dengan memperbaiki dokumen manual mutu guna memenuhi persyaratan ISO 17021:2006. Di dalam manual mutu lembaga sertifikasi sistem HACCP yang akan mengimplementasi ISO 17021:2006 agar memenuhi persyaratan akreditasi lembaga sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan ada beberapa kekurangan yang perlu ditambahkan dan diperbaiki. Adapun beberapa perubahan pada manual mutu agar dapat sesuai dengan persyaratan ISO 17021:2006 adalah sebagai berikut: B.1. Manajemen ketidakberpihakan B.1.1. Komitmen manajemen puncak Untuk menjamin bahwa dalam kegiatan sertifikasi sistem manajemen, lembaga sertifikasi memiliki komitmen terhadap ketidakberpihakan yang sesuai dengan ketentuan ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007, maka manajemen puncak lembaga sertifikasi menyatakan komitmennya terhadap ketidakberpihakan yang tercantum dalam kebijakan mutu yang dapat diakses publik, seperti website lembaga sertifikasi. B.1.2. Analisa ketidakberpihakan Komitmen manajemen puncak terhadap prinsip ketidakberpihakan dalam melaksanakan kegiatan sertifikasi sistem manajemen, mengelola konflik

18 72 kepentingan, dan menjamin objektivitas kegiatan sertifikasi sistem manajemen, maka manajemen puncak membuat suatu prosedur manajemen ketidakberpihakan yang meliputi tanggungjawab dan kegiatan manajemen puncak dalam menetapkan prinsip ketidakberpihakan dengan mengidentifikasi, menganalisis, dan mendokumentasikan kemungkinan konflik kepentingan yang timbul dari penyediaan jasa sertifikasi termasuk setiap konflik yang timbul dari hubungan kerjanya. B.1.3. Hubungan yang menunjukkan ancaman ketidakberpihakan Agar dapat menjamin bila ada hubungan yang menunjukkan ancaman ketidakberpihakan maka di dalam prosedur manajemen ketidakberpihakan dideskripsikan pula bahwa lembaga sertifikasi mengidentifikasi dan menganalisa sumber-sumber yang berpotensi yang mengancam ketidakberpihakan, seperti konflik yang timbul dari hubungan kerja yang dapat menciptakan ancaman terhadap ketidakberpihakan yang didasarkan pada: kepemilikan, orang yang menentukan, manajemen, personel, sumberdaya bersama dan keuangan, sehingga bila ada suatu hubungan menunjukkan ancaman ketidakberpihakan tidak dapat dihilangkan atau dikurangi,maka lembaga sertifikasi harus dapat memutuskan bahwa sertifikasi tidak dapat diberikan kepada calon klien tersebut. B.1.4. Lembaga sertifikasi tidak boleh mensertifikasi lembaga sertifikasi lainnya. Adanya pernyataan yang jelas di dalam prosedur manajemen ketidakberpihakan bahwa lembaga sertifikasi tidak mensertifikasi lembaga sertifikasi lain untuk kegiatan sertifikasi sistem manajemennya. B.1.5. Lembaga sertifikasi dan setiap bagian dari badan hukum yang sama tidak boleh menawarkan konsultasi. Adanya pernyataan yang jelas di dalam prosedur manajemen ketidakberpihakan bahwa lembaga sertifikasi tidak menyediakan jasa konsultan sistem manajemen kepada klien yang disertifikasi. B.1.6. Lembaga sertifikasi dan setiap bagian dari badan hukum yang sama tidak boleh memberikan audit internal kepada klien yang disertifikasi. Adanya pernyataan yang jelas di dalam prosedur manajemen ketidakberpihakan bahwa lembaga sertifikasi tidak menawarkan atau menyediakan jasa audit internal kepada klien yang disertifikasi.

19 73 B.1.7. Lembaga sertifikasi tidak boleh meng-outsource audit kepada suatu organisasi konsultan sistem manajemen. Adanya pernyataan yang jelas di dalam prosedur manajemen ketidakberpihakan bahwa lembaga sertifikasi tidak menyediakan jasa audit kepada organisasi konsultan sistem manajemen. B.1.8. Personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi sistem manajemen. Lembaga sertifikasi mensyaratkan personel, baik internal maupun eksternal untuk mengungkapkan seluruh kegiatan, pengalaman, atau keterlibatan dalam organisasi dalam dokumen curriculum vitae untuk mengidentifikasi ancaman terhadap ketidakberpihakan. B.2. Pertanggunggugatan dan keuangan Memastikan keuangan lembaga sertifikasi selalu dalam kondisi stabil dan menjamin bahwa sejak awal dan selama berlangsungnya kegiatan sertifikasi tidak ada tekanan komersial, keuangan atau tekanan lainnya yang mengkompromikan ketidakberpihakan maka personel yang bertanggungjawab terhadap keuangan di lembaga sertifikasi, mengatur input dan output perusahaan lembaga sertifikasi dalam rangka mengevaluasi resiko yang timbul dari kegiatan sertifikasi. Untuk menanggung pertanggunggugatan yang timbul dari aktifitas operasionalnya, diupayakan dengan adanya dana cadangan atau asuransi untuk mengantisipasi hal tersebut. Lembaga sertifikasi membuat prosedur pertanggunggugatan dan keuangan yang bertujuan untuk menjelaskan proses melakukan pertanggunggugatan serta memberi informasi bahwa lembaga sertifikasi memiliki pengaturan yang cukup untuk menanggung pertanggunggugatan yang timbul dari operasinya dalam setiap bidang kegiatam dan wilayah geografi dimana lembaga sertifikasi beroperasi. Prosedur pertanggunggugatan dan keuangan dideskripsikan sebagai berikut: 1. Pertanggunggugatan diberikan oleh lembaga sertifikasi apabila terjadi hal-hal berikut: (1) Terjadi penyimpangan-penyimpangan prosedur yang dilakukan oleh tim auditor lembaga sertifikasi selama proses audit sertifikasi sistem manajemen; (2) Tim auditor melakukan justifikasi ketidaksesuaian tidak berdasarkan bukti yang ada; (3) Tim auditor melakukan tindakan yang menyimpang

20 74 2. Pertanggunggugatan dilakukan apabila lembaga sertifikasi tidak melakukan kewajibannya sesuai yang tercantum dalam syarat dan aturan sertifikasi sistem manajemen dari Komite Akreditasi Nasional 3. Klien mengajukan permohonan pertanggunggugatan ke lembaga sertifikasi melalui surat tertulis yang dikirim kepada lembaga sertifikasi 4. Manajemen puncak lembaga sertifikasi dan klien melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat, apabila tercapai kata mufakat maka kedua belah pihak baik lembaga sertifikasi maupun klien berkewajiban menyelesaikan hal-hal yang terdapat dalam kesepakatan tersebut. Namun apabila tidak tercapai kata mufakat, maka lembaga sertifikasi dan klien dapat menyelesaikannya melalui pengadilan negeri di wilayah geografis lembaga sertifikasi atau yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak pada saat penandatanganan kontrak kerja. B.3. Komite Pengamanan Ketidakberpihakan Menjamin ketidakberpihakan lembaga sertifikasi membentuk suatu Komite Pengamanan Ketidakberpihakan (KPK) yang juga termasuk di dalam struktur organisasi lembaga sertifikasi. Pembentukan Komite Pengamanan Ketidakberpihakan: 1. Tujuan pembentukan komite ketidakberpihakan: (1) Membantu pengembangan kebijakan yang berkaitan dengan ketidakberpihakan kegiatan sertifikasi lembaga sertifikasi; (2) Melakukan aksi balik terhadap setiap kecenderungan pada bagian lembaga sertifikasi yang memperbolehkan pertimbangan komersial atau pertimbangan lainnya yang mencegah konsistensi ketentuan objektivitas kegiatan sertifikasi; (3) Memberikan saran pada hal-hal yang mempengaruhi kepercayaan serifikasi, termasuk keterbukaan dan persepsi publik. 2. Lembaga sertifikasi menentukan komposisi personel yang menjadi komite pengamanan ketidakberpihakan, untuk menjamin keterwakilan pihak yang berkepentingan secara seimbang sehingga tidak ada kepentingan tunggal yang mendominasi, maka komite pengamanan ketidakberpihakan dibentuk dengan komposisi sebagai berikut: (1) Personel perwakilan dari lembaga layanan pemerintah, misalnya institusi pendidikan pemerintah; (2) Personel perwakilan dari lembaga swadaya masyarakat atau lembaga konsumen, misalnya yayasan

21 75 lembaga konsumen indonesia; (3) Personel perwakilan lembaga pemerintah, misalnya Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, atau Badan Pengawas Obat dan Makanan; (4) Personel perwakilan industri yang menggunakan jasa sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan, misalnya industri pabrik makanan atau minuman, restaurant atau catering 3. Lembaga sertifikasi menentukan persyaratan kompetensi personel yang menjadi komite pengamanan ketidakberpihakan, untuk menjamin keterwakilan pihak yang berkepentingan secara kompeten dapat menjalankan fungsinya, maka komite pengamanan ketidakberpihakan dibentuk dengan persyaratan kompetensi sebagai berikut: (1) Merupakan personel perwakilan dari lembaga atau institusi yang telah ditetapkan lembaga sertifikasi; (2) Memiliki pengetahuan dan pengalaman terhadap sistem manajemen keamanan pangan; (3) Tidak memiliki catatan cacat hukum; (4) Tidak ada hubungan secara personel terhadap personel di lembaga sertifikasi 4. Lembaga sertifikasi menentukan personel baik secara komposisi maupun sesuai persyaratan kompetensi komite pengamanan ketidakberpihakan, maka lembaga sertifikasi membentuk komite pengamanan ketidakberpihakan yang disahkan dengan suatu Surat Keputusan (SK) dari manajemen puncak. 5. Lembaga sertifikasi dan personel yang sudah ditentukan sebagai komite pengamanan ketidakberpihakan masing-masing pihak menandatangani kontrak kerjasama dimana masing-masing pihak sepakat mengikatkan diri satu sama lain dengan ketentuan sebagai berikut: 5.1. Pihak selaku komite pengamanan ketidakberpihakan mempunyai kewajiban sebagai berikut: (1) Membantu pengembangan kebijakan yang berkaitan dengan ketidakberpihakan kegiatan sertifikasi lembaga sertifikasi; (2) Melakukan aksi balik terhadap setiap kecenderungan pada bagian di pihak lembaga sertifikasi yang memperbolehkan pertimbangan komersial atau pertimbangan lainnya yang mencegah konsistensi ketentuan objektivitas kegiatan sertifikasi; (3) Memberikan saran pada hal-hal yang mempengaruhi kepercayaan sertifikasi, termasuk keterbukaan dan persepsi publik; (4) Melakukan kajian, minimal satu tahun sekali, mengenai ketidakberpihakan dalam proses audit, sertifikasi dan pengambilan keputusan pihak lembaga

22 76 sertifikasi; (5) Menjaga kerahasiaan komite pengamanan ketidakberpihakan baik secara teknis maupun ekonomis dan menjaga kerahasiaan data klien lembaga sertifikasi baik identitas, data teknis maupun ekonomis dari pihak lain yang tidak terkait. Hak dari komite pengamanan ketidakberpihakan jika manajemen puncak lembaga sertifikasi tidak menghormati saran dari komite pengamanan ketidakberpihakan, pihak komite pengamanan ketidakberpihakan berhak melakukan tindakan independen, seperti menginformasikan kepada pihak yang berwenang atau badan akreditasi. Tetapi dalam melakukan tindakan independen tersebut, komite pengamanan ketidakberpihakan harus menghormati persyaratan kerahasiaan yang berkaitan dengan klien dari lembaga sertifikasi Lembaga sertifikasi selaku pemberi tugas mempunyai kewajiban sebagai berikut: (1) Harus memiliki komitmen terhap ketidakberpihakan dalam kegiatan sertifikasi sistem manajemen; (2) Harus mengidentifikasi, menganalisis, dan mendokumentasikan kemungkinan konflik yang timbul dari hubungan kerjanya; (3) Menyediakan akses terhadap seluruh informasi yang diperlukan agar pihak komite pengamanan ketidakberpihakan mampu memenuhi fungsinya. Hak dari Lembaga sertifikasi selaku pemberi tugas yaitu jika pihak komite pengamanan ketidakberpihakan tidak memenuhi kewajibannya diatas, maka pihak lembaga sertifikasi dapat mengganti atau menghentikan kerjasama dengan atas nama pihak lembaga sertifikasi. B.4. Personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi Kegiatan operasional jasa sertifikasi dilaksanakan oleh personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi yang meliputi: (1) Personel yang melaksanakan tinjauan kontrak adalah personel yang menilai kemampuan dari tim auditor yang dimiliki dengan pekerjaan yang akan dilakukan, misalnya ruang lingkup yang diajukan oleh industri pangan memang sudah masuh dalam ruang lingkup akreditasi dan auditor memiliki kualifikasi yang cukup untuk melakukan audit terhadap ruang lingkup tersebut; (2) Personel yang memberikan sertifikasi; (3) Lead Auditor dan Auditor; (4) Tenaga ahli teknis

23 77 Untuk menjamin personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi memenuhi kompetensi dan prinsip sertifikasi yang ditetapkan dan sesuai persyaratan maka divisi penyediaan sumber daya manusia menetapkan dan mengimplementasikan prosedur yang menjadi acuan dalam melaksanakan proses rekruitmen personel, evaluasi kompetensi serta pelaksanaan training dalam rangka peningkatan kompetensi personel yang terlibat dalam proses sertifikasi. Prosedur yang menjadi acuan dalam melaksanakan (1) proses rekruitmen personel; (2) evaluasi kompetensi personel; (3) pelaksanaan training yang telah ditetapkan bertujuan untuk memastikan karyawan yang diterima memiliki pengetahuan yang sesuai dengan tipe sistem manajemen dan kompetensi yang diperlukan untuk setiap bidang teknis dan untuk setiap fungsi dalam organisasi, dan untuk memastikan kinerja karyawan dievaluasi secara objektif dan periodik sehingga dapat ditetapkan dan dilakukan langkah-langkah perbaikan, pengembangan, dan pelatihan yang tepat. Berikut penjelasan masing-masing prosedur tersebut: 1.Proses rekruitmen personel Proses seleksi yang dilakukan oleh divisi penyediaan sumber daya manusia terdiri dari: (1) Mengevaluasi permohonan karyawan baru atau auditor/ tenaga ahli kontrak atau outsource; (2) Untuk auditor/ tenaga ahli kontrak/ out source dilakukan seleksi curriculum vitae yang kemudian disetujui dan dilakukan kontrak. Kontrak juga diberlakukan untuk komite teknis maupun komite pengamanan ketidakberpihakan; (3) Melakukan proses identifikasi dan klarifikasi spesifikasi yang dibutuhkan serta mendiskusikan proses rekruitment yang akan ditempuh; (4) Melakukan proses pencarian kandidat melalui data base yang ada, iklan, dan atau media lain; (5) Menyeleksi curriculum vitae sesuai dengan kualifikasi; (6) Memohon kehadiran kandidat untuk wawancara dan psikotest; (7) Melakukan diskusi dengan penanggungjawab divisi sehubungan dengan hasil tahapan rekruitmen yang telah dilakukan; (8) Mengevaluasi kandidat, melakukan negosiasi dan menetapkan lokasi kerja kepada calon karyawan; (9) Membuat perjanjian kerja Penilaian kompetensi awal karyawan dilakukan dengan cara: (1) Karyawan baru menjadi auditor observer sebelum dapat melaksanakan tugas dan

24 78 tanggungjawabnya sebagai auditor; (2) Karyawan baru yang merupakan calon auditor dievaluasi kompetensinya yang mencakup peragaan atribut personel dan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan selama audit; (3) Karyawan baru dievaluasi kompetensinya selama masa percobaan yaitu 3 bulan terhitung dari hari pertama masuk bergabung dengan lembaga sertifikasi 2. Evaluasi kompetensi terdiri dari: (1) Menetapkan kompetensi karyawan yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsinya masing-masing dan menetapkan kewajiban, tanggung jawab dan kewenangan untuk setiap personel; (2) Mengevaluasi kinerja karyawan (auditor dan manajemen) setahun sekali. Evaluasi kinerja seluruh personil yang terlibat juga didasarkan pada frekuensi penugasan dan tingkat resiko kegiatan; (3) Mendiskusikan hasil penilaian beserta kompensasi dan reward/punishment ; (4) Mendiskusikan langkah perbaikan atau pengembangan yang akan dilakukan. Perbaikan atau pengembangan dapat dilakukan melalui training atau promosi jabatan. 3. Melakukan analisa kebutuhan training spesifik yang terkait dengan keamanan pangan ataupun teknologi pangan berdasarkan evaluasi kompetensi terhadap masing-masing karyawan untuk menjamin karyawan kompeten untuk melaksanakan fungsinya, merencanakan dan mengkoordinir pelaksanaan training orientasi karyawan baru serta menyusun rencana dan program training tahunan. B.5. Informasi yang dapat diakses publik Untuk memastikan informasi yang tersedia dan dapat diakses oleh klien atau pangsa pasar sesuai persyaratan ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007 maka akses publik dibuat melalui website lembaga sertifikasi terhadap informasi yang menjelaskan proses sertifikasi, tipe sistem manajemen dan wilayah geografi tempat lembaga sertifikasi beroperasi.informasi mengenai sertifikat sistem manajemen keamanan pangan suatu badan usaha yang telah diberikan, dicabut, atau dibekukan dimutakhirkan melalui website lembaga sertifikasi.

25 79 B.6. Pertukaran informasi antara Lembaga sertifikasi dan kliennya Lembaga sertifikasi memberikan informasi mengenai kegiatan sertifikasi, persyaratan normatif, informasi biaya sertifikasi dan kelanjutannya dalam bentuk proposal sertifikasi serta acuan sertifikasi mengenai hak dan kewajiban lembaga sertifikasi dan klien. Syarat dan aturan sertifikasi: 1. Umum 1.1 Untuk maksud sertifikasi, Lembaga sertifikasi merupakan lembaga yang independen, memiliki kompetensi dan kepercayaan yang diperlukan untuk menilai sistem manajemen keamanan pangan serta mengikutsertakan pihak yang berkepentingan secara seimbang dalam proses sertifikasi tanpa adanya dominasi kepentingan. 1.2 Pemberian, pemeliharaan dan perpanjangan sertifikasi hanya akan diberikan untuk batas waktu yang : (1) memiliki status hukum; (2) memenuhi standar SNI , CAC/RCP1 1969, Rev4,2003, ISO dan ISO 22005; (3) membayar biaya yang berkaitan dengan sertifikasi kepada Lembaga sertifikasi. 1.3 Lembaga sertifikasi menetapkan prosedur sertifikasi, yaitu persyaratan pemberian, pemeliharaan, perluasan, pengurangan, penundaan, dan pencabutan sertifikasi. Jika diperlukan, Lembaga sertifikasi merubah, menambahkan atau menghapuskan tiap bagian dari peraturan dengan memberitahukan perubahan yang terjadi kepada badan usaha yang telah disertifikasi dan memberi waktu yang memadai untuk melakukan penyesuaian seperlunya terhadap perubahan dokumentasi sistem agar sesuai dengan perubahan persyaratan dan peraturan-peraturan yang baru. Badan usaha yang telah disertifikasi harus memberitahukan kepada Lembaga sertifikasi jika penyesuaian telah dilaksanakan seluruhnya. 1.4 Lembaga sertifikasi menerbitkan publikasi tentang prosedur permohonan dan proses sertifikasi badan usaha.

26 Berkas permohonan sertifikasi berlaku 2 tahun sejak tanggal permohonan dan tidak berlaku lagi pada tanggal terakhir dari periode 2 tahun tersebut jika sertifikasi belum dapat diberikan Sertifikat Sistem manajemen keamanan pangan dari Lembaga sertifikasi berlaku 3 tahun sejak tanggal diterbitkan dan dapat diperpanjang setiap 3 tahun sesuai dengan persyaratan dan peraturan. Sertifikat Sistem HACCP dari Lembaga sertifikasi tidak boleh dialihkan Semua badan usaha yang telah disertifikasi akan dimuat dalam Direktori badan usaha yang telah disertifikasi oleh Lembaga sertifikasi. 1.5 Lembaga sertifikasi melaksanakan survailen terhadap badan usaha yang telah disertifikasi minimum setahun sekali, disesuaikan dengan keadaan klien dan jika diperlukan apabila adanya issue ataupun kasus yang terkait dengan keamanan pangan Lembaga sertifikasi melakukan survailen yang tidak terjadwal. 1.6 Pengurangan, penundaan, pencabutan sertifikasi dan banding : Lembaga sertifikasi dapat menunda atau mencabut sertifikasi mengurangi lingkup sertifikasi atau menilai kembali badan usaha, jika ada : (1) perubahan personel inti tim sistem manajemen keamanan pangan dari badan usaha; (2) pelanggaran persyaratan dan peraturan sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan; (3) kegagalan dalam membantu auditor Lembaga sertifikasi selama melakukan tugas resminya Lembaga sertifikasi dapat mencabut sertifikasi jika suatu badan usaha yang telah disertifikasi: (1) dimiliki perorangan dan pemilik yang bersangkutan dinyatakan bangkrut atau menjadi bagian dari krediturnya; (2) merupakan suatu badan usaha yang dalam tahap dilikuidasi Lembaga sertifikasi menetapkan periode penundaan dan selama periode penundaan Lembaga sertifikasi dapat membatalkan sertifikat sistem manajemen keamanan pangan jika badan usaha

27 81 yang telah disertifikasi ditemukan tidak mampu memenuhi persyaratan Sebelum Lembaga sertifikasi menunda atau membatalkan sertifikat sistem manajemen keamanan pangan, Lembaga sertifikasi menerbitkan pemberitahuan dan alasan kepada badan usaha yang bersangkutan dalam jangka waktu 14 hari sejak pemberitahuan diterima dan sebelum tanggal penetapan Jika Lembaga sertifikasi menerima permohonan banding secara tertulis, Lembaga sertifikasi mempertimbangkan penjelasan yang telah diberitahukan oleh badan usaha. Jika Lembaga sertifikasi tidak menerima permohonan banding secara tertulis atau Lembaga sertifikasi menyimpulkan penjelasan yang diterima dari badan usaha tidak memuaskan, setelah masa 14 hari, Lembaga sertifikasi menunda dan mencabut sertifikat badan usaha dan memberitahukan kepada badan usaha secara tertulis. Badan usaha yang telah dicabut sertifikatnya harus mengembalikan sertifikat kepada Lembaga sertifikasi Selama periode sertifikasi, jika badan usaha yang telah disertifikasi tidak dapat memenuhi suatu persyaratan sertifikasi, tetapi menurut Lembaga sertifikasi ketidakberhasilan tersebut bersifat sementara dan tidak mengakibatkan pencabutan sertifikat, Lembaga sertifikasi berhak membekukan sertifikat sebagian atau seluruh ruang lingkup sertifikat. 1.7 Semua informasi yang diperoleh Lembaga sertifikasi dalam proses pemberian, pemeliharaan dan perpanjangan sertifikasi akan diperlakukan secara rahasia antara Lembaga sertifikasi dan badan usaha yang telah disertifikasi. Informasi hanya diberikan kepada pihak lain yang berkepentingan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau izin tertulis dari badan usaha. Semua personel Lembaga sertifikasi dan pihak yang terkait harus mengetahui dan patuh terhadap persyaratan kerahasiaan ini.

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum Lampiran 1. Gap analisis standar Pedoman BSN 1001:1999 terhadap ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007. ISO/IEC 17021 : 2006 ISO/IEC 22003:2007 Pedoman BSN 1001-1999 5 Persyaratan Umum 5 Persyaratan Umum 5.1

Lebih terperinci

Komite Akreditasi Nasional

Komite Akreditasi Nasional PEDOMAN 501-2003 Penilaian Kesesuaian Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Personel Adopsi dari ISO/IEC 17024 : 2003 Komite Akreditasi Nasional 1 dari 14 Penilaian Kesesuaian - Persyaratan Umum Lembaga

Lebih terperinci

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM PERSYARATAN SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTIM MUTU () KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI PALEMBANG JL. PERINDUSTRIAN II

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi Nasional - Badan Standardisasi Nasional (KAN-BSN) dalam memberikan

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 Nomor : 8/1 Edisi-Revisi : E-2 Tanggal : 01 Juni 2016 Hal : 1 dari 9 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut:

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut: 1. Perjanjian Perjanjian ini dibuat pada tanggal ditandatangani, antara pihak (1) LS ICSM Indonesia sebagai lembaga sertifikasi, beralamat di Jalan Raya Lenteng Agung No. 11B, Jakarta Selatan 12610 dan

Lebih terperinci

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK"

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PEDOMAN KAN 402-2007 PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK" Komite Akreditasi Nasional Adopsi dari IAF-GD5-2006 Issue 2 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar Kata Pengantar Pertama-tama, kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang atas izinnya revisi Pedoman Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), yaitu Pedoman KNAPPP

Lebih terperinci

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013 PANDUAN LEMBAGA INSPEKSI DALAM RANGKA MELAKUKAN KAJIAN KESESUAIAN (GAP ANALYSIS) DOKUMENTASI SISTEM MUTU OPERASIONAL INSPEKSI TERHADAP STANDAR ISO/IEC 17020:2012 1. PENDAHULUAN 1) Panduan Kajian Kesesuaian

Lebih terperinci

AGRO-BASED INDUSTRY CERTIFICATION SERVICES

AGRO-BASED INDUSTRY CERTIFICATION SERVICES PANDUAN PROSES SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008, SERTIFIKASI SISTEM HACCP, DAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN ISO 22000:2005 AGRO-BASED INDUSTRY CERTIFICATION SERVICES BALAI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG 1 PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN PENYEDIA JASA DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM STANDARISASI NASIONAL. A.1. Sejarah Perkembangan Standar

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM STANDARISASI NASIONAL. A.1. Sejarah Perkembangan Standar II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM STANDARISASI NASIONAL A.1. Sejarah Perkembangan Standar Sejak zaman dahulu manusia sebenarnya telah menerapkan standarisasi dalam menjalankan kehidupannya, terbukti dengan

Lebih terperinci

Pedoman: PD Rev. 02

Pedoman: PD Rev. 02 Pedoman: PD-07-01.Rev. 02 PERSYARATAN DAN ATURAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 2008 / SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 : 2004. INDAH KARYA REGISTER CERTIFICATION SERVICES I. UMUM 1.1

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA F-BIPA 07.01.00.04 SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG Jl. Perindustrian II No. 12 Kec. Sukarami

Lebih terperinci

PROSES SERTIFIKASI 20/6/2012

PROSES SERTIFIKASI 20/6/2012 Disahkan oleh: Manajer Pelaksana Hal. 1 dari 7 1. RUANG LINGKUP Prosedur ini merinci tahapan proses sertifikasi Sistem Manajemen Klien mencakup pemberian, pemeliharaan, perluasan, pengurangan, penagguhan,

Lebih terperinci

PROSES SERTIFIKASI Hal. 1 dari 8

PROSES SERTIFIKASI Hal. 1 dari 8 PROSES SERTIFIKASI Hal. 1 dari 8 1. RUANG LINGKUP Prosedur ini merinci tahapan proses sertifikasi Sistem Manajemen Klien mencakup pemberian, pemeliharaan, perluasan, pengurangan, penagguhan, pencabutan

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG KETENTUAN DAN TATA CARA SERTIFIKASI PRODUK Depok, 22 Juni 2016 Disahkan oleh, Nurhayati Syarief General Manager Edisi : A No. Revisi : 0 Halaman : 1

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT Kompleks Ruko Taman Tekno Boulevard, Blok A 20 Jl. Taman Tekno Widya, Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DP.01.07 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional BSN PEDOMAN 401-2000 Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Adopsi dari ISO/IEC Guide 65 : 1996 Prakata ISO (Organisasi Internasional untuk Standardisasi) dan IEC (Komisi

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK Jl. Sangkuriang No. 14 Bandung 40135 JAWA BARAT INDONESIA Telp. 022 2504088, 2510682, 2504828 Fax. 022 2502027 Website : www.b4t.go.id

Lebih terperinci

Penerapan Skema Sertifikasi Produk

Penerapan Skema Sertifikasi Produk Penerapan Skema Sertifikasi Produk Barang Rumah Tangga Lainnya dan Peralatan Komersiel (21.06) Daftar isi 1 Ruang lingkup 2 Acuan Normatif 3 Sistem sertifikasi 4 Definisi 5 Proses sertifikasi 6 Persyaratan

Lebih terperinci

PT MUTUAGUNG LESTARI

PT MUTUAGUNG LESTARI 1. PENDAHULUAN LS PRO PT Mutuagung Lestari telah ditunjuk oleh Komite Akreditasi untuk melaksanakan audit sistem sertifikasi produk 2. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pelaksanaan sistem sertifikasi produk

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

LAMP03-PM12 Ketentuan & Syarat Sertifikasi rev dari 5

LAMP03-PM12 Ketentuan & Syarat Sertifikasi rev dari 5 1. Pengantar Skema Aturan ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan dari Anggota Badan Akreditasi Nasional IAF di bawah Skema Sertifikasi Terakreditasi. PT. Global Certification Indonesia, selanjutnya

Lebih terperinci

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang)

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang) Badan Nasional Sertifikasi Profesi PEDOMAN BNSP 207-2007 ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang) Badan Nasional Sertifikasi Profesi DAFTAR

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (LSSMBTPH)

LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (LSSMBTPH) LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (LSSMBTPH) DASAR HUKUM PEMBENTUKAN : Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1100.1/Kpts/KP.150/ 10/1999 Tahun 1999 jo Nomor : 361/Kpts/

Lebih terperinci

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan Standar Nasional Indonesia Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata.... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Terbitan Nomor: 4 Februari 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/Permentan/SM.200/8/2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA 1. DEFINISI 1.1. MUTU CERTIFICATION INTERNATIONAL (PT. MUTUAGUNG LESTARI) Adalah perusahaan jasa sertifikasi, beralamat di Jalan Raya Bogor Km. 33.5 Nomor

Lebih terperinci

Skema sertifikasi produk

Skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Skema sertifikasi produk Kategori produk tangki

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI HOTEL..

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI HOTEL.. ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI HOTEL.. 1. PENDAHULUAN 1.1. LSUP PT. ENHAII MANDIRI 186 mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor akreditasi LSUP-015-IDN; 1.2. LSUP PT. ENHAII

Lebih terperinci

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 12/BNSP.214/XII/2013 Tentang PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Versi 0 Desember 2013 Lampiran :

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU 1.0 PENDAHULUAN PT. Ayamaru Sertifikasi menyusun Aturan Pelaksanaan ini untuk digunakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Audit Internal Audit ini meliputi semua departemen. Coordinator audit/ketua tim audit ditentukan oleh Manajemen Representative dan kemudian ketua tim audit menunjuk tim

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 Rev. 5 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung I BPPT, Lt. 14 Jl. MH Thamrin No. 8, Kebon Sirih,

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1 Umum... vi 0.2 Pendekatan proses...

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT QUALIS INDONESIA

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT QUALIS INDONESIA SURAT PERJANJIAN TENTANG SERTIFIKAT PRODUK... NO.:.../ SNI -... Pada hari ini...tanggal...bulan... tahun...kami yang bertanda tangan dibawah ini : 1... : bertindak untuk dan atas nama Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

Pelaksanaan Audit sesuai SNI ISO 19011:2012. Nurlathifah

Pelaksanaan Audit sesuai SNI ISO 19011:2012. Nurlathifah Pelaksanaan Audit sesuai SNI ISO 19011:2012 Nurlathifah nurlathifah@bsn.go.id Management System set of to interrelated or interacting elements establish policy and objectives and to achieve those objectives

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN - PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

Menetapkan : PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN - PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 1 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN - PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI B4T - QSC

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI B4T - QSC A. JASA SERTIFIKASI B4T QSC LINGKUP SERTIFIKASI B4T QSC Lingkup sertifikasi B4T QSC meliputi sertifikasi : 1. Sertifikasi sistem manajemen mutu ( ISO 9001:2008 ) 2. Sertifikasi sistem manajemen lingkungan

Lebih terperinci

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 KAN 02 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI PENYELENGGARA UJI PROFISIENSI (PUP) Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala W anabakti,

Lebih terperinci

LEMBAGA PENYELENGGARA AUDIT DAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG

LEMBAGA PENYELENGGARA AUDIT DAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG LEMBAGA PENYELENGGARA AUDIT DAN SERTIFIKASI PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG SKEMA SERTIFIKASI MUTU ISO 9001 PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN Depok, 3 Maret 2017 Disahkan oleh, Nurhayati

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL (AMAI) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Baru FAKULTAS

Lebih terperinci

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu DPLS 19 rev.0 Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu Issue Number : 000 Desember 2013 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN, PERLUASAN, PENGURANGAN, PENANGGUHAN/PEMBEKUAN, DAN / ATAU PENCABUTAN/ PEMBATALAN SERTIFIKAT (SISTEM SMKP/ISO 22000)

PEMELIHARAAN, PERLUASAN, PENGURANGAN, PENANGGUHAN/PEMBEKUAN, DAN / ATAU PENCABUTAN/ PEMBATALAN SERTIFIKAT (SISTEM SMKP/ISO 22000) PEMELIHARAAN, PERLUASAN, PENGURANGAN, PENANGGUHAN/PEMBEKUAN, DAN / ATAU PENCABUTAN/ PEMBATALAN SERTIFIKAT (SISTEM SMKP/ISO 22000) 6.1 Pemeliharaan Sertifikat 6.1.1 Pemeliharaan Sertifikat meliputi kegiatan

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU 1.0 PENDAHULUAN PT. Ayamaru Sertifikasi menyusun Aturan Pelaksanaan ini untuk digunakan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 800-2004 Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional KATA PENGANTAR Pedoman ini diperuntukkan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penerapan Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Klausul 4.0 Sistem Manajemen Mutu 4.1 Persyaratan umum Apakah organisasi telah : (a) Menetapkan proses-proses yang dibutuhkan oleh SMM serta aplikasinya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DAA 4.1 ahap Persiapan Pada tahap persiapan ini, perusahaan telah membentuk tim ISO dan mengadakan pelatihan-pelatihan yang bersifat umum untuk memahami konsep dasar sistem

Lebih terperinci

Uncontrolled When Download

Uncontrolled When Download 1. DEFINISI 1.1. MUTU CERTIFICATION INTERNATIONAL PT Mutuagung Lestari, beralamat di Jalan Raya Bogor Km. 33.5 Nomor 19, Cimanggis, Depok, Jawa Barat (nomor telepon 021-8740202, nomor fax 021-87740745/87740746,

Lebih terperinci

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001 KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001 Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA KLAUSUL-KLAUSUL ISO

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL POLITEKNIK LP3I JAKARTA TAHUN 2016 ii iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv Bab I Penjelasan Umum... 2 A. Definisi dan

Lebih terperinci

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Pedoman KAN 403-2011. Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Komite Akreditasi Nasional Pedoman KAN 403-2011 Daftar isi Kata pengantar...ii

Lebih terperinci

Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI

Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI 2006 DAFTAR ISI Kata Pengantar Pendahuluan 1. Ruang Lingkup dan Acuan 2. Acuan Normatif 3. Istilah dan Definisi 4.

Lebih terperinci

AUDIT MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI

AUDIT MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI AUDIT MUTU INTERNAL AUDIT MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI JL. RAYA TANJUNG BARAT NO. 11 PS. MINGGU JAKARTA SELATAN TELP. 021 781 7823, 781 5142 FAX. -21 781 5144

Lebih terperinci

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI PSN 306-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI Badan Standardisasi Nasional PSN 306-2006 Daftar isi Daftar isi i Prakata

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI ORGANIK. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI ORGANIK. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia DPLS 20 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI ORGANIK Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung 1 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Lt. 14 Jl.

Lebih terperinci

Kriteria Lembaga Penyelenggara Pelatihan Asesor Lisensi

Kriteria Lembaga Penyelenggara Pelatihan Asesor Lisensi Kriteria Lembaga Penyelenggara Pelatihan Asesor Lisensi 1. Ruang lingkup 1.1. Pedoman ini merupakan kriteria dan persyaratan umum lembaga pelatihan asesor lisensi berdasarkan sistem lisensi Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk PSN 305-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi... i

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia DPLS 04 rev.3 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Menara Thamrin Lt. 11 Jl. MH Thamrin Kav.3,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 ISO/1EC 17025:2008 3.1.1 Pendahuluan ISO/IEC 17025 Edisi pertama (1999) ISO/IEC 17025 diterbitkan sebagai hasil dari pengalaman yang ekstensif dalam implementasi ISO/IEC Guide

Lebih terperinci

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN 4. Sistem Manajemen Mutu (=SMM) 4.1 Persyaratan Umum Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara suatu SMM

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI 1. PENDAHULUAN 1.1. LSUP PT. ENHAII MANDIRI 186 mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor akreditasi LSUP-015-IDN; 1.2. LSUP PT. ENHAII MANDIRI

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk Garam Komsumsi Beryodium(13.10)

Penerapan skema sertifikasi produk Garam Komsumsi Beryodium(13.10) Penerapan skema sertifikasi produk Garam Komsumsi Beryodium(13.10) Daftar isi 1 Ruang lingkup 2 Acuan Normatif 3 Sistem sertifikasi 4 Definisi 5 Proses sertifikasi 6 Persyaratan umum sertifikasi 7 Sertifikat

Lebih terperinci

PSN 307 2006. Pedoman Standardisasi Nasional

PSN 307 2006. Pedoman Standardisasi Nasional Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman bagi lembaga sertifikasi untuk melakukan tindakan koreksi terhadap penyalahgunaan tanda kesesuaian atau terhadap produk bertanda kesesuaian

Lebih terperinci

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan tahap akhir dalam penulisan karya ilmiah. Dalam bagian ini akan dipaparkan kesimpulan dan beberapa rekomendasi dari hasil penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang No. 1510, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. Alat Konversi BBG. Skema Sertifikasi. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SKEMA SERTIFIKASI ALAT KONVERSI BAHAN

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JENJANG KOMPETENSI OPERATOR 2018

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JENJANG KOMPETENSI OPERATOR 2018 X SKEMA SERTIFIKASI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORASI GEOGRAFIS OPERATOR 1. Latar Belakang 1.1. Undang-undang Nomor 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial mengamanatkan bahwa informasi

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN SERTIFIKASI PRODUK/PENGGUNAAN SPPT SNI ANTARA ... DENGAN LSPRO CHEMPACK. Nomor :... Nomor :...

SURAT PERJANJIAN SERTIFIKASI PRODUK/PENGGUNAAN SPPT SNI ANTARA ... DENGAN LSPRO CHEMPACK. Nomor :... Nomor :... F 6.0-00-01-04/Rev.0 SURAT PERJANJIAN SERTIFIKASI PRODUK/PENGGUNAAN SPPT SNI ANTARA... DENGAN LSPRO CHEMPACK Nomor :... Nomor :... Pada hari ini..., tanggal satu bulan... tahun..., kami yang bertanda tangan

Lebih terperinci

Apa Tujuan ISO. Material SDM. Resource. Alat. Metode. Output 3 C. Input Proses. Procedure IK Control. Monev

Apa Tujuan ISO. Material SDM. Resource. Alat. Metode. Output 3 C. Input Proses. Procedure IK Control. Monev Apa Tujuan ISO Material Alat Resource SDM Metode Input Proses Output 3 C Procedure IK Control Monev 3.C Adalah : 1. Comply to requirement (customer & regulation) 2. Consistency of product/service 3. Continual

Lebih terperinci

Auditor Akreditasi Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Auditor Akreditasi Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 802-2004 Auditor Akreditasi Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi Komite Akreditasi Nasional (KAN) didalam melakukan rekruitmen

Lebih terperinci

Meliputi penerimaan survailen, resertifikasi & perluasan lingkup audit.

Meliputi penerimaan survailen, resertifikasi & perluasan lingkup audit. 1. Tujuan Prosedur ini digunakan sebagai acuan untuk mengatur aktivitas yang berkaitan dengan Survailen, Resertifikasi & Perluasan Lingkup PT Sertifikasi Mutu Indonesia. 2. Ruang lingkup Meliputi penerimaan

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU INTERNAL SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL STIKES HARAPAN IBU JAMBI

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU INTERNAL SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL STIKES HARAPAN IBU JAMBI MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU INTERNAL SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL STIKES HARAPAN IBU JAMBI LEMBAGA PENJAMINAN MUTU STIKES HARAPAN IBU JAMBI TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU STIKES HI JAMBI VISI Menjadi

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL PROGRAM PASCASARJANA UNHAS

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL PROGRAM PASCASARJANA UNHAS DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL PROGRAM PASCASARJANA UNHAS Revisi - PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN Dokumen Akademik MPA.PPs-Unhas.MMAK.08

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS

PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS 1. RUANG LINGKUP DAN ACUAN Ruang lingkup: Pedoman ini menguraikan kriteria Tempat Uji Kompetensi Tenaga Kerja yang mencakup persyaratan manajemen dan

Lebih terperinci

Uncontrolled when download

Uncontrolled when download 1. PENDAHULUAN LSIH PT Mutuagung Lestari telah ditunjuk oleh KOLSIH untuk melaksanakan audit sistem sertifikasi industri hijau. 2. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pelaksanaan sistem sertifikasi industri hijau

Lebih terperinci

PANDUAN MUTU 1. RUANG LINGKUP

PANDUAN MUTU 1. RUANG LINGKUP 1. RUANG LINGKUP Hal : 1 dari 45 Panduan mutu ini berisi prinsip-prinsip dan persyaratan sistem manajemen mutu Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Polri sebagai lembaga yang melaksanakan sertifikasi kompetensi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SELAKU OTORITAS

Lebih terperinci

PT MUTUAGUNG LESTARI

PT MUTUAGUNG LESTARI NO TERBIT : 1 TANGGAL TERBIT : 2 April 2014 REVISI : 0 1. PENDAHULUAN Aturan ini mempunyai struktur sesuai dengan persyaratan dari Komite Akreditasi Nasional Indonesia, yang menjadi pegangan Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) 2016 LSP ENERGI TERBARUKAN SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE Skema Sertifikasi Teknisi Pemasangan PLTS Tipe PJU dikembangkan oleh Komite Skema Sertifikasi

Lebih terperinci