BAB V PEMBAHASAN. jenis kelamin sama, yaitu jumlah responden mahasiswa perempuan lebih
|
|
- Yandi Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian Pada tabel 4.1 terlihat bahwa karakteristik dari setiap angkatan menurut jenis kelamin sama, yaitu jumlah responden mahasiswa perempuan lebih banyak dibandingkan responden mahasiswa laki-laki. Hal ini terkait dengan populasi penelitian yaitu Mahasiswa Pendidikan Dokter FK UNS mayoritas perempuan. Tidak ada perbedaan proporsi sampel jenis kelamin dari setiap angkatan. Hasil penelitian lain tentang proporsi jenis kelamin pada mahasiswa Pendidikan Dokter FK UNS dilakukan oleh Apriliananda (2014) dan Wirasweti (2014) menunjukkan mahasiswa perempuan lebih banyak daripada mahasiswa laki-laki. Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkatan semester semakin rendah motivasi akademik intrinsik mahasiswa. Menurut konsep andragogi yang dikemukaan oleh Knowles dalam Smith (2013) karakteristik seorang pembelajar orang dewasa adalah: (1) memiliki konsep perencanaan diri dalam belajar, (2) menggunakan pengalaman sebagai sumber untuk meningkatkan belajar, (3) memiliki kemampuan SDL, (4) memiliki sikap yang berorientasi untuk belajar, (5) memiliki motivasi intrinsik dalam belajar. Berdasarkan konsep andragogi tersebut dapat diasumsikan sebagai berikut, semakin tinggi tingkatan semester dari mahasiswa sebagai seorang pembelajar dewasa seharusnya semakin tinggi juga motivasi akademik 38
2 digilib.uns.ac.id 39 intrinsik dari dalam diri mahasiswa tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan sebaliknya, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena situasi lingkungan dalam menjalankan kegiatan akademik (diskusi tutorial, kuliah dan praktikum, belajar) yang kurang nyaman dan monoton dapat menyebabkan mahasiswa mudah mengantuk atau bosan sehingga menurunkan motivasi akademik intrinsik dari mahasiswa tersebut. Lingkungan kegiatan akademik memengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan kegiatan akademik, rasa bosan atau jenuh menjadi cair ketika lingkungan belajar mendukung dalam menjalankan kegiatan akademik (Harsono, 2005; Zulfa, 2014). Belajar bukan hanya sekedar mengumpulkan dan menerima informasi baru akan tetapi belajar yang sesungguhnya memerlukan motivasi yang tinggi untuk mendukung proses belajar (Harsono, 2005). Motivasi akademik intrinsik sangat memengaruhi perubahan sikap dan perilaku belajar seseorang. Minat merupakan faktor yang memengaruhi motivasi akademik intrinsik (Wlodkowski, 1985). Penelitan Lee (2014) mengenai SDLR, minat berkorelasi positif terhadap SDLR dan secara statistika signifikan. Semakin tinggi minat seseorang maka semakin tinggi tingkat pembelajaran mandiri sehingga dapat diasumsikan dengan semakin tinggi motivasi akademik intrinsik maka semakin tinggi juga SDLR. Mahasiswa dengan motivasi akademik tinggi cenderung lebih mengetahui apa yang ingin dipelajarinya. Hal ini sangat penting untuk menjadi Self Directed Learners. Apabila SDLR mahasiswa dapat ditingkatkan maka kesiapan belajar mandiri akan
3 digilib.uns.ac.id 40 meningkat. Diharapkan dengan meningkatnya kesiapan belajar mandiri, seseorang mahasiswa dapat leluasa mempelajari lebih banyak hal sehingga dapat tercapainya kepuasan dan kesuksesan dalam belajar (Fisher et al., 2001; Leach 2000). Motivasi akademik intrinsik mengandung 3 unsur yaitu untuk mengetahui (3 subskala), untuk menyelesaikan tugas (4 subskala) dan untuk mendapatkan pengalaman (4 subskala) (Vallerand et al., ). Pada angkatan 2013, 2014, dan 2015 subskala mengetahui (to know) memiliki rerata tinggi dibandingkan subskala menyelesaikan tugas (to accomplish) dan mendapatkan pengalaman (to experience stimulation). Subskala menyelesaikan tugas (to accomplish) dan mendapatkan pengalaman (to experience stimulation) pada angkatan 2013, 2014, dan 2015 memiliki rerata rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya usaha mempertahakan aspek mengetahui (to know) serta meningkatkan aspek menyelesaikan tugas (to accomplish) dan mendapatkan pengalaman (to experience stimulation) pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FK UNS. Seseorang berusaha untuk mempelajari atau memahami sesuatu hal yang baru disebut dengan unsur mengetahui (to know). Rasa keingintahuan dapat membuat seseorang memecahkan pemikiran, sehingga seseorang tadinya tidak mengetahui menjadi mengetahui sesuatu hal. Peningkatan unsur mengetahui sesuatu didorong dengan rasa keingintahuan yang tinggi. Pendidikan Dokter FK UNS dalam pelaksanaan metode pembelajaran PBL meliputi diskusi tutorial, kuliah pengantar, kuliah penunjang, kuliah akhir
4 digilib.uns.ac.id 41 blok (FK UNS, 2014). Metode pembelajaran PBL dalam kegiatan diskusi tutorial dapat merangsang untuk berfikir kritis dengan begitu diasumsikan dapat meningkatkan rasa keingintahuan sehingga seseorang dari awalnya tidak mengetahui dapat berubah menjadi mengetahui sesuatu hal (Harsono, 2005). Pelaksanaan diskusi tutorial mahasiswa diberikan permasalahan berkaitan dengan kompetensi dokter umum dalam bentuk skenario tutorial. Mahasiswa berdiskusi memecahkan permasalahan yang terdapat di skenario sekaligus memperoleh pengetahuan dan teori secara Evidence Based Medicine (EBM). Kesempatan untuk memecahkan permasalahan dalam skenario diasumsikan dapat menumbuhkan motivasi intrinsik mahasiswa untuk terus belajar mencari dan mendalami ilmu pengetahuan, atau dengan kata lain menumbuhkan motivasi akademik intrinsik dari mahasiswa tersebut (Dolmans dan Schimidt, 1996; Caplow et al., 1997; Loyens et al., 2008). Semakin tinggi kualitas permasalahan dalam skenario tutorial maka semakin tinggi ketertarikan mahasiswa untuk mempelajari materi permasalahan tersebut sehingga semakin banyak waktu yang digunakan mahasiswa untuk belajar secara mandiri (Schmidt dan Moust, 2010). Mahasiswa pre-klinik seharusnya memiliki motivasi intrinsik yang tinggi sehingga mampu menentukan pembelajaran sendiri sesuai dengan tuntutan dalam praktek sehari-hari dan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi pembelajaran tahap profesi dokter (Harsono, 2005; Triatmojo 2013). Lama pembelajaran mahasiswa angkatan 2013 (semester V) lebih lama dibandingkan dengan mahasiswa angkatan 2014 (semester III) dan
5 digilib.uns.ac.id 42 mahasiswa angkatan 2015 (semester V) sehingga pengalaman belajar yang dimiliki mahasiswa semester V lebih banyak dibandingkan dengan semester I dan III. Menurut Leach (2000), seseorang yang lebih tua dan lebih berpengalaman memiliki SDLR yang lebih tinggi dibandingkan yang lebih muda dan kurang berpengalaman. Menurut teori tersebut, seharusnya mahasiswa semester V memiliki SDLR yang lebih tinggi daripada mahasiswa semester III dan semester I. Mahasiswa semester III seharusnya memiliki SDLR lebih tinggi daripada semester I. Hasil penelitian ini pada tabel 4.2 menyatakan sebaliknya, mahasiswa semester I memiliki nilai rerata SDLR lebih tinggi dibandingkan dengan semester III dan V. Nilai rerata SDLR semester V lebih tinggi daripada semester III. Serupa dengan penelitian Putri (2014) diperoleh nilai rerata SDLR pada mahasiswa semester I adalah lebih tinggi dibandingkan dengan semester VII. Berbeda dengan hasil penelitian Fisher et al. (2001) dan Mtshali (2012) menyatakan bahwa mahasiswa angkatan pertama memiliki nilai SDLR rendah jika dibandingkan dengan angkatan atasnya. Malta et al. (2010) menyatakan bahwa mahasiswa yang berada diakhir pendidikannya seharusnya memiliki kemampuan siap menjalankan SDL. Perbedaan hasil penelitian ini dengan Fisher, Mtshali dan Malta merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti lebih lanjut untuk menggali penyebabnya. Pemikiran dari mahasiswa pendidikan dokter masih bertujuan serta berorientasi untuk mendapatkan nilai terbaik dan tertinggi tidak untuk pendalaman pemahaman materi. Hampir pada seluruh angkatan Mahasiswa Pendidikan Dokter FK UNS tahap sarjana kedokteran banyak
6 digilib.uns.ac.id 43 menggunakan pendekatan belajar strategik. Mahasiswa dengan pendekatan belajar strategik yang belajar hanya untuk lulus dan mendapatkan nilai terbaik. Pendalaman mahasiswa tentang proses belajar jauh lebih penting dibandingkan dengan hasil yang dicapai selama mahasiswa tersebut mampu melewati standar kompetensi yang telah ditentukan (Afifah, 2014). Kuesioner SDLRS-NE terdiri dari 39 item yang di dalamnya mengandung 3 unsur utama SDLR yaitu pengelolaan diri (13 subskala), motivasi akademik (12 subskala), dan pengendalian diri (14 subskala) (Fisher et al., 2001). Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa angkatan 2013, 2014, dan 2015 subskala pengendalian diri lebih tinggi daripada subskala pengelolaan diri dan motivasi akademik. Sama halnya dengan rerata dari ketiga angkatan bahwa subskala pengelolaan diri dan motivasi akademik lebih rendah dibandingkan subskala pengendalian diri. Hal ini menunjukkan bahwa perlu mempertahankan aspek pengendalian diri serta meningkatkan aspek pengelolaan diri dan motivasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Dokter FK UNS. Pengendalian diri dapat ditingkatkan dengan cara pendekatan mental contrasting dengan kombinasi implementation intentions. Mental contrasting merupakan metode dengan membayangkan impian masa depan serta memikirkan faktor-faktor penghambat dalam mencapai impian tersebut. Seseorang apabila sudah berusaha mencapai impiannya maka seseorang tersebut akan menyusun rencananya supaya impiannya terwujud dengan implementation intentions (Syah, 2014). Penelitian Fadillah (2013)
7 digilib.uns.ac.id 44 menunjukkan bahwa kemampuan pengendalian diri meningkat setelah seseorang tersebut dalam melakukan kegiatan disusun secara sistematis, terencana, memiliki tujuan dan harapan. Korelasi antara motivasi akademik intrinsik dengan SDLR menunjukkan korelasi positif dan bermakna secara statistik dengan kekuatan sedang. Semakin tinggi nilai motivasi akademik intrinsik maka semakin tinggi nilai SDLR. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2014) yang menunjukkan hubungan motivasi akademik intrinsik dengan SDLR yang memiliki kekuatan sangat lemah. Hal ini mungkin dikarenakan adanya perbedaan populasi sampel, angkatan dari sampel, dan instrumen penelitian. Pada penelitian Akbar (2014) menggunakan populasi sampel mahasiswa semester V program studi pendidikan dokter, gizi klinis, dan ilmu keperawatan. Intrumen untuk mengukur motivasi intrinsik menggunakan Intrinsic Motivation Inventory (IMI). Motivasi akademik intrinsik dipengaruhi oleh kemampuan melaksanakan sesuatu. Kemampuan merupakan kekuatan untuk mendorong seseorang dalam melakukan kegiatan akademik dan merespon kegiatan akademik (Wlodkowski, 1985). Seseorang dengan kemampuan akademik yang baik maka perencanaan dan pelaksanaan dalam menentukan tujuan belajar secara mandiri dapat berjalan dengan efektif. Kemampuan untuk menggunakan strategi dalam mencari sumber belajar yang sesuai dapat menunjang pencapaian tujuan belajar secara efektif. Kemampuan perencanaan dan pelaksanaan kemungkinan dapat dipengaruhi oleh
8 digilib.uns.ac.id 45 pengelolaan diri. Pengelolaan diri merupakan bagian dari belajar secara mandiri (SDLR). Pengelolaan diri merupakan bagaimana seseorang dapat manajemen waktu belajar secara efektif dan efisien (Secondaria et al., 2009; Cheng et al., 2010). Hal tersebut dapat diasumsikan dengan semakin tinggi kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan akademik maka pengelolaan diri dan manajemen waktu seseorang akan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan SDLR. B. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini terjadi ketidakseragaman dalam pengambilan data yang dilakukan. Pengambilan data dilakukan tidak bersama pada seluruh sampel karena perbedaan jadwal kegiatan akademik responden (angkatan 2013, 2014, dan 2015). Waktu pengambilan data pagi, siang, atau sore dikhawatirkan memengaruhi responden dalam mengisi kuesioner sehingga dapat memengaruhi hasil yang diperoleh. Keterbatasan lainnya dari penelitian ini yaitu, studi yang dilakukan menggunakan cross sectional yang hanya mengukur variabel satu kali pada saat tertentu serta tidak dapat menunjukkan hubungan sebab akibat. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan lainnya, yaitu tidak dapat melihat motivasi akademik intrinsik dan SDLR dari waktu ke waktu. Penelitian ini juga tidak mengendalikan variabel luar misalnya pengetahuan dasar dan tingkat pengetahuan, konteks pembelajaran, sosialisasi/pengalaman sebelumnya, kepercayaan diri, emosi minat karena keterbatasan waktu penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Akademik a. Definisi Motivasi berasal dari kata Latin movere diartikan sebagai dorongan atau menggerakkan (Hasibuan, 2006). Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan Self-Directed Learning (SDL) merupakan salah satu karakteristik yang ada pada pembelajar orang dewasa. SDL digambarkan oleh Knowles (1975, disitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pergeseran paradigma pendidikan kedokteran di Indonesia dari pembelajaran berpusat pada pendidik (teacher centered learning/tcl) kearah pembelajaran berpusat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dokter merupakan pendidikan akademik profesional yang diselenggarakan di tingkat universitas. Pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tinggi lainnya karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan globalisasi, lulusan pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem Kesehatan Nasional dan mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem PBL (Problem Based Learning) merupakan metoda pembelajaran yang meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal berpikir kritis dan memecahkan masalah (problem solving
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belajar didefinisikan sebagai proses perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman, dan belajar juga didefinisikan sebagai perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar melibatkan keterampilan dan perilaku baru bagi peserta didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang sesungguhnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma pendidikan kedokteran, menyebabkan perlu diadakan perubahan pada kurikulum pendidikan dokter khususnya kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada peserta didik telah diterapkan pada perguruan tinggi di dunia termasuk di Indonesia. Berbagai model telah banyak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem Based Learning (PBL) Problem based learning (PBL) adalah cara belajar dengan kelompok kecil yang distimulasi oleh skenario atau masalah. Dari masalah tersebut mahasiswa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. V.1. Kesimpulan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan V.1.1. Mahasiswa PSIK FK UGM yang telah terpapar dengan kurikulum PBL selama fase pendidikan praklinik dan sedang mengikuti pendidikan klinik dalam penelitian
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. aktif dalam proses pembelajaran. Metode PBL adalah salah satu dari beberapa
BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian Diskusi tutorial yang merupakan implementasi dari metode pembelajaran Problem Based Learning dapat memberikan mahasiswa kesempatan untuk aktif dalam proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. perubahan paradigma dalam dunia pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan kesehatan yang semakin kompleks dan tuntutan pelayanan profesional dari masyarakat yang terus meningkat mendorong terjadinya perubahan paradigma
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSATAKA. sebagai satu kesatuan pada jenjang pendidikan tinggi yang diselenggarakan
BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Pendidikan Kedokteran Pendidikan dokter merupakan pendidikan akademik profesional yang diselenggarakan di tingkat universitas. Pendidikan kedokteran adalah pendidikan formal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode Problem Based. pendekatan SCL adalah metode pembelajaran dengan Problem Based
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Student center learning (SCL) atau pembelajaran yang berfokus pada peserta didik merupakan model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Kanada pada tahun 1969, selanjutnya banyak fakultas
Lebih terperinciGambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Anggia Rohdila Sari 1, Nyimas Natasha Ayu Shafira 2 Fakultas
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. prodi D III Kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta, pembelajaran dilakukan pada
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa semester IV prodi D III Kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta, pembelajaran dilakukan pada mata kuliah asuhan kebidanan kegawatdaruratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengar, meniru, dan lainlain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan melalui serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengar, meniru, dan lainlain (Sardiman, 2003).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lalu (Turney, 2007). Pembelajaran anatomi berguna dalam identifikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh manusia. Anatomi telah menjadi landasan pembelajaran kedokteran sejak ratusan tahun yang lalu (Turney, 2007).
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Persepsi Responden terhadap Lingkungan Pembelajaran. dan nilai konsistensi menggunakan rumus Alpha Cronbach adalah 0,735 yang
BAB V PEMBAHASAN A. Persepsi Responden terhadap Lingkungan Pembelajaran Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner DREEM yang telah teruji validitas dan reabilitasnya dari penelitian sebelumnya.
Lebih terperinciHUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL
HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL Imelda Martina GS STIK Immanuel Abstrak Keefektifan kelompok
Lebih terperinciProdi kedokteran FK UNS Oktober 2016
Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016 Pimpinan Fakultas Pengelola Program Studi Kedokteran VISI Prodi Kedokteran Menjadi Prodi Kedokteran Sebagai Pusat Pengembangan IPTEK Kedokteran bereputasi Internasional,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap orang. Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat dan tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara
Lebih terperinciKeywords: PBL, constructive, self-directed, collaborative, contextual learning, FM UGM
Tingkat Pelaksanaan Problem-Based Learning di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Berdasarkan Banu Aji Dibyasakti, Gandes Retno Rahayu, Yoyo Suhoyo Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Responden
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Kuantitatif 1. Karakteristik Responden Pengumpulan data kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner SRSSDL menggunakan kuesioner
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedokteran dengan sistem integrasi berbagai multidisiplin ilmu dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Problem Based Learning (PBL) telah populer di pendidikan kedokteran dengan sistem integrasi berbagai multidisiplin ilmu dalam sebuah kasus (Barral dan Buck, 2013). Problem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan yang diinginkan (Slameto, 2010).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah motivasi memengaruhi komitmen
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah motivasi memengaruhi komitmen organisasional afektif secara positif. Temuan studi ini menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik dan
Lebih terperinciLampiran 1 Alat Ukur DATA PRIBADI. Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK :... Semester ke :...
LAMPIRAN Lampiran 1 Alat Ukur DATA PRIBADI Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK :... Semester ke :... DATA PENUNJANG PENGALAMAN INDIVIDU Jawablah pertanyaan berikut ini dengan cara melingkari pilihan jawaban
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Penelitian Penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan desain observasional analitik menggunakan pendekatan cross sectional.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI AKADEMIK INTRINSIK DENGAN SELF DIRECTED LEARNING READINESS
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI AKADEMIK INTRINSIK DENGAN SELF DIRECTED LEARNING READINESS (SDLR) PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Uji Korelasi Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan antara self-efficacy
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang merupakan perguruan tinggi swasta yang mempunyai berbagai fakultas,
Lebih terperinciLAMPIRAN. PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama :
LAMPIRAN Lampiran 1 PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Nim : Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa/mahasiswi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran untuk melakukan pembaharuan dan memajukan kualitas sebagai institusi pendidikan dengan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan (Anxiety) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan (Anxiety) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaian mutu pendidikan yang baik. Proses belajar yang kondusif menyebabkan
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DIII KEPERAWATAN DENGAN PENCAPAIAN KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARAN PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH V DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab empat serta saran baik teoretis maupun saran praktis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada buku panduan akademik PSIK tahun 2007 tercantum bahwa model pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dan Multiple Choice Question (MCQ) merupakan bentuk ujian pada mahasiswa kedokteran untuk menilai hasil belajar yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang telah digunakan oleh pendidik selama lebih dari 50 tahun. Pembelajaran berbasis masalah ini
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Self Directed Learning Self-directed learning didefinisikan oleh Hiemstra (1994) sebagai kemampuan mengubah pembelajaran yang merupakan pengetahuan dan ilmu belajar dari satu
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 107 mahasiswa profesi PSPDG
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis Univariat Subyek dalam penelitian ini berjumlah 107 mahasiswa profesi PSPDG UMY, namun saat jalannya penelitian terdapat 2 responden
Lebih terperinciBAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penerapan
Lebih terperinciPerkuliahan Pada Pendidikan Dokter (Sistem Pembelajaran PBL) Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Perkuliahan Pada Pendidikan Dokter (Sistem Pembelajaran PBL) Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sistem Pendidikan di Fakultas Kedokteran Unand 1. Tahun 1955 1983 : Paradigma Klinik 2.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian
Lebih terperinciHUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015
HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh: Deis Isyana Nur Putri ABSTRAK Motivasi dapat membuat seseorang berbuat demi mencapai tujuan,
Lebih terperinciHUBUNGAN KUALITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING
HUBUNGAN KUALITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN II MAHASISWA DIV BIDAN PENDIDIK REGULER SEMESTER III DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. 1. Karakteristik Responden Penelitian. a. Umur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan 1. Karakteristik Responden Penelitian a. Umur Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden dengan kisaran usia 19-20 tahun lebih banyak daripada responden dengan usia
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Septian Sugiarto G
HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN NILAI UJIAN BLOK PADA MAHASISWA SEMESTER I PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik merupakan kajian yang menarik dalam berbagai penelitian pendidikan. Prestasi akademik merupakan salah satu indikator keberhasilan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas tinggi, yang mana akan menjadi tenaga kerja di masa depan. Sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas adalah lembaga yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan berkualitas tinggi, yang mana akan menjadi tenaga kerja di masa depan. Sistem pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Suatu metode pembelajaran digunakan sesuai dengan. tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Suatu metode pembelajaran digunakan sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik mahasiswa maupun sumber daya yang ada. Pembelajaran merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penerimaan mahasiswa baru di Indonesia dan jumlah mahasiswa aktif dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, tidak terkecuali di Universitas Gadjah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang terletak di Jl. Ringroad
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan jumlah 214 orang.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden Data populasi diambil dari sistem data mahasiswa Universitas Sebelas Maret Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan jumlah 214 orang. Pengambilan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF-DIRECTED LEARNING READINESS (SDLR) DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
HUBUNGAN ANTARA SELF-DIRECTED LEARNING READINESS (SDLR) DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciKURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015
KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Studi ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan pengaruh antara alasan keberhasilan terhadap intrinsic values, extrinsic value, task difficulty,dan effort.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar mandiri merupakan faktor penting dalam sistem pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self-directed Learning (SDL) atau belajar mandiri adalah usaha individu yang otonomi untuk mencapai kompetensi akademis. Knowles mendeskripsikan belajar mandiri sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Problem-Based Learning (PBL) pelajaran (Sudarman, 2007).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem-Based Learning (PBL) 2.1.1 Definisi Problem-Based Learning (PBL) Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia kerja
Lebih terperinci5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor-
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor- Faktor Strategi Bauran Pemasaran Jasa yang Memengaruhi Mahasiswa Memilih Program
Lebih terperinciPERBEDAAN SELF DIRECTED LEARNING READINESS PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FK UNS SEMESTER I DAN SEMESTER VII SKRIPSI
PERBEDAAN SELF DIRECTED LEARNING READINESS PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FK UNS SEMESTER I DAN SEMESTER VII SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Deyona Annisa Putri
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
40 JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Fika Nur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut
Lebih terperinciPEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN
BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) resmi dicanangkan oleh DIKTI tahun 2005. Dengan penerapan KBK diharapkan peserta didik dapat memperoleh seperangkat
Lebih terperinciHubungan antara Flow Akademik dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Teacher College Universitas X
Hubungan antara Flow Akademik dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Teacher College Universitas X Penulisan Ilmiah Nama : Obaja L Raja NPM : 16513750 Pembimbing : Annisa Julianti, S.Psi., M.Si. Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini disebabkan tidak sebandingnya lapangan pekerjaan yang tersedia dengan banyaknya orang yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses belajar mengajar antara guru dengan siswa untuk pengembangan potensi diri yang dilakukan secara sadar dan terencana agar dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. corrected item-total correlation yang lebih besar dari 0,349 angka
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik, sehingga mengahasilkan
Lebih terperinciProsiding Pendidikan Dokter ISSN: X
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 246-657X Hubungan Lamanya Paparan Sistem Pembelajaran Problem Based Learning dengan Kemampuan Metakognitif Mahasiswa Program Pendidikan Sarjana Kedokteran FK Unisba Relationship
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) Definisi/Konsep Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang
Lebih terperinciBAB I BAB I PENDAHULUAN
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan jadwal mata kuliah Universitas Sebelas Maret selama ini dilakukan dengan Sistem Generate Jadwal UNS, namun berdasarkan surat keputusan konsil kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari TCL (Teacher Centered Learning) ke SCL (Student Centered Learning) dikarenakan a) persaingan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kehidupan di abad XXI menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat
Lebih terperinciBADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Definisi/Konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stres menjadi fenomena psikologis yang dihadapi oleh mahasiswa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres menjadi fenomena psikologis yang dihadapi oleh mahasiswa kedokteran setiap harinya (Reang & Bhattacharjya, 2012). Penelitian yang dilakukan pada sebuah perguruan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Kampus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Based Learning Problem based learning adalah salah satu penerapan metode pendidikan yang berbasis pada masalah dimana mahasiswa harus memecahkan masalah secara sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan suatu wadah untuk membangun generasi penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Tuntutan era globalisasi saat ini adalah kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Yang bertujuan untuk mewujudkan negara yang mampu berkompetisi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan secara cross sectional (studi potong lintang) yaitu penelitian yang dilakukan secara
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UMY berdasarkan nilai kecerdasan emosional Nilai Kecerdasan Emosional
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Mahasiswa Kedokteran UMY Berdasarkan Nilai Kecerdasan Emosional Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik mahasiswa kedokteran UMY berdasarkan nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses pada dasarnya membimbing siswa menuju pada tahap kedewasaan, dengan melalui program pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah,
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI Sarah Damayanti R.P. Marbun 1, Titis Hadiati 2, Widodo Sarjana 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2017 terhadap 82
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2017 terhadap 82 mahasiswa sarjana keperawatandengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kompetensi mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, memiliki daya saing tinggi (Nursalam & Ferry, 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan keperawatan saat ini dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan tenaga keperawatan yang kompeten dan berstandar nasional maupun internasional (Nurhadi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa kedokteran merupakan golongan dewasa muda yang unik, yang memiliki komitmen akademik dan gaya hidup yang dapat berimbas pada kebiasaan tidurnya dan mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan eksperimen semu (quasy-experiment) yang
28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pengukuran kognitif mahasiswa merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan eksperimen semu (quasy-experiment) yang mengujicobakan suatu
Lebih terperinci