BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
|
|
- Liana Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak Pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Pendapatan utama pemerintah yang paling potensial bersumber dari sektor pajak. Pajak tidak hanya merupakan sumber pendapatan akan tetapi merupakan salah satu variabel kebijakan yang dapat digunakan untuk mengatur jalannya perekonomian. Maka dalam pembiayaan negara mengharuskan pemerintah untuk berusaha meningkatkan penerimaan negara. Maka diperlukannya langkah-langkah untuk dapat mengoptimalkan penerimaan negara, dengan menggali potensi pajak yang dimiliki oleh wilayah kerja masing-masing Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan berusaha mencari langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan penerimaan pajak. Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak Direktorat Jenderal pajak (DJP) melakukan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak. Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan perluasan objek pajak dan pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak kepada orang pribadi yang berstatus Wajib Pajak. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari subjek pajak yang sebenarnya sudah layak dan memenuhi syarat untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan mendapatkan NPWP, tetapi banyak penduduk yang berdomisili di wilayah KPP Setiabudi Satu berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) belum terdaftar sebagai wajib pajak. Sedangkan Intensifikasi pajak adalah usaha dari pihak pajak untuk menambah jumlah penerimaannya dari pajak yang terhutang. Tujuan dari intensifikasi pajak adalah mengintensifkan semua usahanya dalam peningkatan penerimaan pajak dari sisi ektensifikasi pajak pemerintah melakukan perubahan ketentuan peraturan untuk memperluas cakupan subyek dan objek pajak. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu dalam menjalankan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak mengikuti beberapa peraturan perpajakan dan undang-undang hukum perpajakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 41
2 42 Peraturan-peraturan perpajakan yang berkaitan langsung dengan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, antara lain: 1. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-16/PJ/2007 tanggal 25 januari 2007 tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi yang Berstatus sebagai Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham atau Pemilik dan Pegawai melalui Pemberi Kerja atau Bendaharawan Pemerintah. 2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER 35/PJ/2013 tanggal 24 oktober 2013 Tentang Tata Cara Ekstensifikasi. 3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-116/PJ/2007 tanggal 29 Agustus 2007 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan. 4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-175/PJ/2006 tanggal 19 Desember 2006 tentang Tata Cara Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan atau Pertokoan. 5. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak. Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak, beberapa unit pelaksana ditetapkan yang terdiri dari Seksi Ekstensifikasi, Seksi Pengolahan Data dan Informasi, Seksi Pengawasan dan Konsultasi, Seksi Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama serta Kantor Pelayanan Penyuluhan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang berada di luar kota tempat kedudukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Selanjutnya, petugas pelaksana yang melaksanakan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak adalah petugas yang memenuhi kualifikasi sebagai pelaksana kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak, meliputi: petugas KPP Pratama dan petugas KP2KP yang ditunjuk oleh Kepala Kantor serta petugas lain yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah DJP. Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak di seluruh KPP sama, namun kali ini penulis diberi kesempatan untuk meneliti kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi di KPP Pratama Setiabudi Satu. Berdasarkan wilayah kerjanya, KPP Pratama Setiabudi Satu berada dalam wilayah strategis untuk bisnis di pusat kota Jakarta, dimana kawasan ini merupakan
3 43 salah satu sentra usaha di Jakarta terutama di bidang perdagangan, apartemen, hotel, lokasi perkantoran, perbankan, serta pemukiman mewah. Berikut ini pada gambar 4.1 Akan di perlihatkan kawasan yang merupakan potensi penerimaan pajak dalam wilayah kerja KPP Jakarta Setiabudi Satu: Keterangan: : : Wilayah Perkantoran : Wilayah Pemukiman : Wilayah Mall/Pusat Perbelanjaan Batas Waskon I dan II serta Batas Wilayah Kelurahan Karet : Batas Waskon III dan IV Gambar 4.1 Peta Wilayah Ekonomi KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Sumber : seksi PDI KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu
4 44 Tabel 4.1 Penerimaan pajak Per sektor usaha di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu KLU KATEGORI A B C D E F G H I J K L M N O P Q X Pertanian Perburuan dan Kehutanan 9,862,568, ,704,824 PERTUMBUHAN (%) % % Perikanan % % 186,240,649 Pertambangan dan -6.87% 22.64% Penggalian 30,463,725,427 37,361,813,035 Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air 21,595,237,786 47,805,392, ,777, ,353,237 Konstruksi 52,674,443,611 12,924,730,959 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil, Sepeda Motor, serta Barangbarang Keperluan 560,239,485,047 37,578,594,682 Pribadi dan Rumah Tangga Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum 13,236,558,119 9,884,872,105 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 61,160,659,190 30,198,000,846 Perantara Keuangan Real Estat, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 98,735,335,753 80,551,682, ,488,161, ,011,985,867 9,517,112,226 2,136,995,776 Jasa Pendidikan 5,349,650, ,293,558 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,375,905,558 3,128,518,916 Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Kegiatan Lainnya 9,226,951,781 50,560,219, % % % 27.52% % % 29.64% % 38.35% % 51.55% % % % 21.87% % 31.08% % 10.66% % 81.37% % 57.64% % Jasa Perorangan 17,836,447,166 19,454,538, % 9.07% Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 48,772,810, ,070,446, % % JUMLAH 1,226,163,069,511 1,252,259,143, % 2.13% Sumber : Seksi PDI di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu
5 Evaluasi atas Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE - 06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak, maka setiap KPP seharusnya melakukan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak sesuai dengan prosedur yang ada di dalam surat edaran tersebut. Penerapan prosedur ini harus dilakukan agar terjadi keseragaman perlakuan terhadap semua Wajib Pajak. Ekstensifikasi Wajib Pajak ini dilaksanakan dengan mewajibkan setiap objek Wajib Pajak, baik pribadi maupun badan, mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) melalui kegiatan ekstensifikasi yang dilaksanakan berdasarkan peraturan Direktorat Jenderal Pajak. Selain itu, prosedur diterapkan juga untuk mengatur pelaksanaan dilapangan agar sesuai dengan rencana, berjalan lancar dan tertib, serta mencapai target yang telah ditetapkan. Namun tidak semua prosedur yang telah ditetapkan dapat dijalankan dengan sempurna dan sesuai dengan peraturan. Hal ini disebabkan karena adanya kendala di masing-masing KPP yang mungkin berbeda-beda dengan KPP yang lain. Oleh karena itu, penulis akan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Evaluasi Sumber Daya Manusia Di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu seksi ekstensifikasi dibentuk pada tahun 2008 pada tahun sebelumnya pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dilakukan oleh seksi PDI, namun karena kerja yang cukup berat maka tahun 2008 dibentuklah seksi Ekstensifikasi. Seksi Ekstensifikasi diharapkan kinerja pegawai dalam menjalankan program ekstensifikasi Wajib Pajak bisa meningkat menjadi lebih baik namun ketika sudah dijadikan seksi tersendiri jumlah sumber daya manusia di seksi ekstensifikasi juga masih dirasa kurang jika dibandingkan dengan luasnya wilayah dan banyaknya data yang masuk dan harus ditolak. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu membawahi dua kelurahan yaitu: Kelurahan Karet, dan Kelurahan Karet Kuningan. berikut ini adalah tabel wilayah yang di tangani KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu.
6 46 No Tabel 4.2 Data Kependudukan Wilayah KPP Pratama Setiabudi Satu Luas Wilayah Nama Kelurahan (Km 2 ) Jumlah KK Jumlah Penduduk 1 Kelurahan Karet ,199 13,693 2 Kelurahan Karet Kuningan ,039 25,606 Total ,238 39,299 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Dilihat dari tabel di atas, yang dibawahi oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu cukup luas dengan jumlah orang yang sangat banyak ini menunjukkan akan sangat banyak data yang masuk dan harus dikelola, sedangkan pegawai seksi ekstensifikasi hanya memiliki 3 orang terdiri dari 1 kepala seksi dan 2 pegawai, dimana masing-masing kelurahan dipegang 1 orang saja. Namun dari jumlah tersebut sangat kurang efektif karena kurangnya Sumber Daya Manusia yang menangani kelurahan yg luas dan jumlah KK yang sangat banyak sehingga dibutuhkan SDM yang lebih banyak lagi. Selain kuantitas sumber daya manusia yang harus diperhatikan, kualitas sumber daya manusia juga tidak kalah pentingnya untuk dievaluasi, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE - 06/PJ.9/2001 petugas pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Wajib Pajak meliputi petugas yang telah ditunjuk oleh kepala KPP yaitu petugas kantor penyuluhan pajak yang ditunjuk oleh KPP dan petugas lain yang ditunjuk oleh Kepala Kakanwil DJP. Dari informasi di atas dapat diberikan kesimpulan bahwa untuk menjadi petugas pelaksana kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak tidak harus mempunyai latar belakang pendidikan khusus atau latar belakang pendidikan tertentu. Semua pegawai
7 47 dapat menjadi petugas pelaksanaan apabila telah di berikan kepercayaan oleh kepala KPP dan kepala Kakanwil DJP Tahap persiapan Ekstensifikasi Wajib Pajak Tahap persiapan awal yang dijalankan oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu yaitu membuat perencanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dengan matang dan baik. Perencanaan adalah awal yang penting dan sangat menentukan dalam suatu kegiatan yang akan dilakukan. Tahap persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu memperoleh data dari sistem kepala seksi pengolahan data dan informasi untuk menyiapkan dan menyampaikan data terkait pengurus, komisaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai untuk di berikan NPWP. Kegiatan ini dilakukan karena banyaknya perubahan yang terjadi setiap harinya. Misalnya, jumlah penduduk yang bertambah atau berkurang, kegiatan usaha yang bermunculan atau yang telah tutup dan dilakukan identifikasi apabila ada target yang berpeluang menjadi Wajib Pajak. 2. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai NPWP dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP PKP) sesuai dengan data yang dimiliki. Seksi ekstensifikasi mulai mengumpulkan data yang yang telah didapat dari pihak luar, seperti data pemilik mobil dengan harga lebih dari Rp , pemilik motor dengan harga lebih dari Rp , pemilik toko, dan sebagainya. Dengan data yang ada tersebut kemudian seksi ekstensifikasi memberikannya ke seksi pengolahan data dan informasi (PDI) agar seksi PDI mencocokkannya dengan data yang ada di master file local (MFL). Proses ini bertujuan untuk mencari tahu apakah orang-orang dengan data yang telah didapatkan tadi telah terdaftar sebagai Wajib Pajak pada MFL. Apabila nama dan alamat yang ada ternyata telah tercantum pada data MFL sebagai Wajib Pajak, maka data tersebut dicoret dan dikeluarkan. Sedangkan yang tidak tercantum pada MFL dimasukkan ke dalam daftar nominatif. Kemudian seksi ekstensifikasi mengirimkan pemberitahuan kepada semua calon Wajib Pajak yang terdapat di dalam daftar nominatif tersebut.
8 48 3. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan. Seksi ekstensifikasi melakukan koordinasi dengan seksi PDI, kemudian pihak PDI menyiapkan data yang di perlukan, seperti himbauan ber-npwp, laporan pemeriksaan pajak dan lain-lain. Setiap surat yang dikirim kepada calon Wajib Pajak di buat tiga rangkap, rangkap satu seberikan kepada calon Wajib Pajak, rangkap kedua diarsipkan kedalam file himbauan NPWP dan rangkap ketiga diarsipkan lagi bersama data sumber calon Wajib Pajak yang bersangkutan. 4. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu melaksanakan koordinasi dengan instansi di luar Direktorat Jenderal Pajak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu bekerja sama dengan pihak luar sebagai pendukung lancarnya pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan juga melakukan kerja sama dengan pihak lainnya yang berkaitan, baik instansi swasta maupun instansi pemerintahan. Sementara itu kerjasama dengan pihak swasta ditandai dengan adanya kerjasama dengan pihak pengelola gedung pertokoan dan ruko yang ada di wilayah KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Berdasarkan penelitian penulis, tahap persiapan ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu telah sesuai dengan SE-06/PJ.9/2001 yang dilakukan berdasarkan prioritas dalam pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak. 5. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu membuat dan mengirimkan pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang terdapat dalam daftar nominative dengan menggunakan formulir untuk Wajib Pajak di wilayah pemukiman dan untuk Wajib Pajak di sentra perdagangan atau pembelanjaan atau pertokoan atau perkantoran, seperti di mall, plaza, kawasan industry atau sentra ekonomi lainnya dengan menggunakan surat edaran. 6. Melakukan penyisiran (canvassing) yaitu dengan terjun langsung ke lapangan tempat usaha perdagangan di kawasan KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Pelaksanaan penyisiran (canvassing) dimulai pada tanggal 11 juni 2001, secara serentak dilakukan seluruh jakarta. Canvassing merupakan penyisiran lapangan yang dilakukan oleh tim ekstensifikasi KPP untuk menjaring dan menghimbau secara lisan Wajib Pajak yang belum memiliki NPWP untuk segera mendaftarkan dirinya ke kantor pelayanan
9 49 pajak yang terdapat dimana mereka tinggal atau berusaha memperoleh NPWP. 7. Melakukan pemeriksaan sederhana lapangan (PSL) dengan pemberian NPWP secara jabatan terhadap perdagangan yang memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang sesuai dengan petunjuk Surat Edaran Direktur Jendral Pajak SE-116/PJ/2009 tanggal 21 desember 2009 tentang kebijakan pemeriksaan untuk tujuan lainnya. KPP Pratama Setiabudi Satu dapat melakukan kerjasama dengan pihak lainnya yang terkait dengan pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak sebagaimana yang tercantum di SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 juni 2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak. Jadi secara keseluruhan langkah-langkah yang dilakukan KPP dalam tahap persiapan telah dilakukan dengan baik Tahap pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Setelah tahap persiapan selesai dilakukan, maka tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan. Dalam tahap ini KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu mulai melakukan upaya-upaya untuk mencari Wajib Pajak baru. Dimulai dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat melalui RT RW, kelurahan setempat, pengelola perkantoran, dan para pengusaha. Sosialisasi yang biasa diberikan oleh seksi ekstensifikasi Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu adalah berupa penyuluhan mengenai perpajakan. Membahas tentang betapa pentingnya peranan pajak bagi pembangunan negara, juga memberi tahu bagaimana tata cara untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, tata cara membayar pajak, dan tata cara mengisi SPT. Sayangnya KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu belum melakukan koordinasi dengan pengelola pasar setempat. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu baru merencanakan tahun ini akan melakukan kerjasama dengan pengelola pasar. Sulitnya menemui pengelola pasar adalah salah satu alasan mengapa KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu belum melakukan koordinasi dengan pengelola pasar. Selain itu kurangnya sumber daya manusia untuk melakukan tugas lapangan juga menjadi kendala yang membatasi kinerja Seksi Ekstensifikasi. Hal ini mengakibatkan Seksi Ekstensifikasi sulit untuk mendapatkan akses dalam melakukan penyuluhan kepada pengusaha-pengusaha yang ada di pasar tersebut. Hal ini menjadi kerugian bagi KPP
10 50 Pratama Jakarta Setiabudi Satu, karena banyak Orang Pribadi yang melakukan usaha tidak terjaring sebagai Wajib Pajak baru. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu agar lebih gencar dalam melakukan pendekatan kepada pengelola pasar. Pendekatan dapat dilakukan dengan mendatangi kantor pengelola pasar atau menghubunginya melalui telepon terlebih dahulu. Dengan bekerja sama dengan pengelola pasar, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu dapat menjaring pengusaha-pengusaha yang berada di pasar tersebut menjadi Wajib Pajak baru. Selain itu, ada juga program canvassing yang dilakukan KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Canvassing (penyisiran) adalah kegiatan penyisiran lapangan yang dilakukan oleh Tim Ekstensifikasi KPP untuk menjaring dan menghimbau secara lisan Wajib Pajak yang belum memiliki NPWP agar segera mendaftarkan dirinya ke KPP yang terdapat di lokasi dimana Wajib Pajak tinggal. Dalam melakukan canvassing KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu terjun langsung ke lapangan dan melakukan penelusuran ke setiap lokasi yang berpotensi menjadi Wajib Pajak, gedung-gedung perkantoran atau ruko-ruko misalnya. Dalam melakukan canvassing, Seksi Ekstensifikasi dibantu oleh sejumlah Account Representative yang merupakan anggota dari Seksi Waskon, serta dibantu juga oleh Seksi Pelayanan. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu tidak ada aturan khusus mengenai kapan canvassing akan dilakukan. Proses canvassing biasa dilakukan dalam kurun waktu satu bulan. Setelah itu baru akan ada tindak lanjut dari hasil kegiatan canvassing, seperti mengirim surat himbauan. Dalam proses canvassing, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu belum melaksanakannya secara maksimal karena masih memakai waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia yang bekerja di seksi ekstensifikasi atau tidak adanya pegawai khusus yang melakukan proses canvassing. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu juga melakukan pengiriman surat pemberitahuan kepada calon Wajib Pajak yang telah terdaftar di dalam daftar nominatif yang dibuat dalam tahap persiapan. Atas pemberitahuan yang dikirim kepada calon Wajib Pajak di wilayah perumahan diberi jangka waktu 14 hari untuk merespon. Dalam jangka waktu tersebut ada beberapa kemungkinan, yaitu : 1. Wajib Pajak menanggapi dan bersedia untuk mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak) dengan mengisi formulir pendaftaran. Selanjutnya terhadap Wajib Pajak
11 51 akan dilakukan proses sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. 2. Wajib Pajak menanggapi pemberitahuan dan menyatakan yang bersangkutan tidak memiliki NPWP dan belum wajib untuk memiliki NPWP. Untuk Wajib Pajak seperti ini Seksi Ekstensifikasi akan melakukan proses lebih lanjut dengan meminta Wajib Pajak yang bersangkutan datang ke KPP. Lalu Seksi Ekstensifikasi akan melakukan tanya jawab dengan Wajib Pajak tersebut untuk mencari tahu apakah Wajib Pajak tersebut benar atau tidak belum wajib memiliki NPWP. Pertanyaan yang diajukan biasanya seputar pekerjaan Wajib Pajak, penghasilan perbulan Wajib Pajak, dan juga menjelaskan sumber data yang menjadikan Wajib Pajak tersebut masuk ke dalam daftar nominatif. Lalu setalah dilakukan analisa terhadap Wajib Pajak tersebut petugas dapat menyimpulkan apakah yang bersangkutan benar belum wajib memiliki NPWP atau seharusnya sudah wajib memiliki NPWP. Apabila ternyata dari hasil analisa Wajib Pajak tersebut sudah wajib memiliki NPWP, maka petugas akan melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL). 3. Wajib Pajak menanggapi pemberitahuan dan menyatakan bahwa dirinya sudah memiliki NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu maupun di KPP lain. Terhadap Wajib Pajak seperti ini akan dilakukan pencocokan dengan data yang terdapat di Master File Lokal (MFL). Apabila memang benar kalau Wajib Pajak telah terdaftar di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu maka Wajib Pajak tersebut akan dihapus dari daftar nominatif. Tetapi apabila Wajib Pajak telah terdaftar di KPP lain atau ternyata belum mempunya NPWP maka akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan. 4. Wajib Pajak tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun pemberitahuan telah diterima. Untuk Wajib Pajak seperti ini akan ditindak lanjut oleh Seksi PDI, dimana datanya akan diserahkan ke Seksi Pelayanan untuk dilakukan proses pemberian NPWP secara jabatan. 5. Wajib Pajak tidak menanggapi pemberitahuan dikarenakan Wajib Pajak tidak menerima surat pemberitahuan tersebut atau kembali pos (kempos). Terhadap Wajib Pajak tersebut akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan.
12 52 Perlakuan sedikit berbeda ditujukan untuk Wajib Pajak yang melakukan usaha atau dagang di sentra perdagangan, pertokoan, perbelanjaan, mall, plaza atau sentra ekonomi lainnya maka seluruhnya akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan. Ini dikarenakan surat pemberitahuan yang dikirim fungsinya mencakup surat perintah pemeriksaan pajak. Ini merupakan kegiatan pendataan ulang terhadap wajib pajak (updating data) yang dilakukan setiap tiga tahun sekali atau ditentukan lain oleh Kakanwil DJP, sesuai dengan kondisi wilayah atau perkembangan ekonomi. Menganut pada Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER - 175/PJ./2006. Setiap objek pajak yang berada di pusat perdagangan dan/atau pertokoan wajib didaftarkan dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang akan digunakan sebagai dasar penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Koordinator lapangan juga meneliti data kelengkapan LPDOP (Lampiran Pemutakhiran Data Obyek Pajak) yang akan digunakan untuk mendapatkan data Wajib Pajak orang pribadi dan berfungsi juga untuk formulir pendaftaran Wajib Pajak dari petugas lapangan. Secara keseluruhan, berdasarkan pengamatan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Ekstensifikasi, walaupun terdapat kekurangan sumber daya manusia, tahap pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu berjalan cukup baik, sesuai dengan SE-06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dan PER - 175/PJ./2006 Tentang Tata Cara Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan dan/atau Pertokoan Tahap pengawasan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dalam tahap pengawasan Ekstensifikasi Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu melakukan pembuatan laporan pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak, Mengevaluasi hasil pelaksanaan secara berkala dan rutin untuk memonitor kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak. Berikut kegiatan dalam tahap pengawasan yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu :
13 53 1. Setiap tim pelaksana kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak secara berkala membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak untuk dikomplikasikan oleh Kepala Seksi PDI. 2. Kepala kantor penyuluhan pajak bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di wilayahnya dan secara periodik melaporkan hasil kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak tersebut kepada kepala KPP atasannya. 3. Kepala KPP bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak tersebut kepada kakanwil DJP atasannya, dengan menggunakan bentuk laporan. 4. Kakanwil DJP bertanggung jawab mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di wilayahnya dan secara periodik melaporkan hasil kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak tersebut kepada Direktorat Jenderal Pajak. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu juga mengeluarkan kebijaksanaan tersendiri agar pelaksanaan ekstensifikasi berjalan dengan baik dan tetap terjaga keefektifannya. Kebijakan tersebut adalah melakukan rapat internal seksi ekstensifikasi yang dilakukan setiap bulan, yang dipimpin langsung oleh kepala seksi ekstensifikasi. Secara keseluruhan tahap pengawasan sudah dilaksanakan dengan baik. 4.3 Evaluasi atas Pelaksanaan Intensifikasi Pajak pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Tujuan dari intensifikasi pajak adalah mengintensifikasikan semua usahanya dalam peningkatakan pajak, dari sisi ekstensifikasi pajak. Pemerintah melakukan perubahan ketentuan peraturan untuk memperluas cakupan subjek dan objek pajak. Dalam bab ini penulis akan menguraikan hasil evaluasi kegiatan intensifikasi pajak di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Butir-butir yang dievaluasi tidak jauh berbeda dengan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak Evaluasi Sumber Daya Manusia Di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu, pada bagian intensifikasi pajak terdiri beberapa seksi yaitu, seksi pengawasan dan konsultasi (waskon), berikut ini ada
14 54 beberapa pembagian seksi waskon di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu yang masing-masing sudah memiliki tugas dan wilayah tertentu,yaitu : a. Waskon 1 dan 2 bertugas menangani Kelurahan Karet b. Waskon 3 dan 4 bertugas menangani Kelurahan Karet Kuningan Dari setiap tugas seksi waskon mempunyai 5-7 orang yang masing-masing telah dikepalai oleh seksi tersebut dan kepala seksi mengawasi bawahannya. Jumlah ini sangat sedikit karena jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Setiabudi Satu sangatlah banyak, sehingga mereka sering kwalahan untuk mengatasinya. Hal ini mengakibatkan proses penggalian potensi Wajib Pajak terganggu karena disetiap waskon paling sedikit melakukan penggalian potensi pajak sebanyak ribuan orang, kinerja yang tidak optimal ini mengakibatkan jumlah penerimaan pajak tidak mengalami kenaikan yang signifikan. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu ingin menambah jumlah pegawai di setiap seksi-seksi waskon supaya seluruh wajib pajak bisa ditangani dengan baik. Sedangkan pada seksi waskon seperti yang diketahui pada Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE - 06/PJ.9/2001 yang bertugas sebagai pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak adalah petugas yang memenuhi kualifikasi sebagai petugas pelaksana kegiatan ekstensifikasi wajib pajak meliputi : a. Petugas yang ditunjuk oleh oleh kepala KPP b. Petugas penyuluhan pajak c. Petugas lain yang ditunjuk oleh Kepala Kanwil DJP. Jadi, dapat diketahui bahwa kriteria petugas intensifikasi pajak tidak berbeda jauh dengan petugas ekstensifikasi Wajib Pajak. Namun kualitas sumber daya manusia (SDM) disetiap seksi waskon sudah cukup memadai walau belum optimal. Dilihat dari jenjang pendidikan terakhir yang paling tinggi sarjana S2 sekitar 1 orang, S1 sekitar 19 orang, Diploma empat (D4) 2 orang, dan Diploma tiga (D3) 4 orang. Dengan tidak adanya ketentuan terhadap jenjang pendidikan maka siapa saja bisa menjadi petugas intensifikasi pajak, sedangkan kegiatan intensifikasi harus orang yang benar-benar menguasai pajak, dikarenakan account representative harus melakukan pemeriksaan pajak. account representative dilakukan antara lain melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknik perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi serta melakukan pembetulan ketetapan pajak.
15 Tahap persiapan Intensifikasi Pajak Dalam tahap persiapan Intensifikasi Pajak hanya diperlukan sedikit persiapan dikarenakan data yang diperlukan untuk analisis sudah tersedia di dalam file, berikut tahap persiapann yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu : 1. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dan menyiapkan daftar wajib pajak yang akan di telaah pemenuhan kewajiban perpajakannya apakah telah sesuai atau belum sesuai. Dan juga membutuhkan data lain seperti register laporan pemeriksaan pajak dan register surat perintah pemeriksaan pajak. 2. Dalam melakukan kegiatan intensifikasi pajak, seksi waskon bekerja sama dengan instansi lain seperti Kanwil DJP Jakarta Selatan. Kerja sama dengan Kanwil DJP Jakarta Selatan akan membuat program lebih terarah. Tahap persiapan kegiatan intensifikasi pajak dilakukan oleh seksi Waskon KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu dilakukan dengan kurang baik, karena pegawai yang ada lebih di manfaatkan untuk memeriksa data dan informasi mengenai Wajib Pajak yang jumlahnya sangat banyak, akibatnya kerja sama dengan pihak luar tidak berjalan optimal sehingga data yang diperoleh oleh seksi Waskon sangat minim. Dengan data yang minim, kegiatan intensifikasi pajak menjadi tidak optimal. Karena untuk melakukan penggalian potensi wajib pajak terdaftar diperlukan data dari berbagai pihak. Selain itu, seksi Waskon harus melakukan pendekatan secara langsung dan berkesinambungan dengan para pejabat yang berwenang dalam instansi atau perusahaan dengan memberikan jaminan bahwa data yang diminta KPP hanya akan digunakan untuk keperluan perpajakan dengan tetap menjamin kerahasiaan serta kode etik antar instansi Tahap Pelaksanaan Intensifikasi Pajak Tujuan Intensifikasi Pajak adalah mengintensifkan semua usahanya dalam peningkatan penerimaan pajak, dari sisi ekstensifikasi pajak pemerintah melakukan perubahan ketentuan peraturan untuk memperluas cakupan subjek dan objek pajak. Untuk mencapai target tersebut KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu melakukan tiga strategi, yaitu : 1. Membentuk satuan tugas khusus ekstensifikasi dan intensifikasi pajak yang terintegritas dan bertanggungjawab untuk proses pelaksanaannya. 2. Penyertaan tunjangan khusus untuk seluruh pegawai pajak.
16 56 3. Menumbuhkan semangat rela membayar pajak. Intensifikasi pajak dilakukan dengan cara merubah peraturan yang telah ada yang ditujukan untuk memperluas cakupan dan obyek pajak. Ada 3 metode yang digunakan KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu untuk melancarkan program intensifikasi pajak, yaitu: 1. Kegiatan mapping atau pemetaan Mapping adalah pemetaan yang menggambarkan potensi perpajakan yang dapat dikelompokkan berdasarkan wilayah/lokasi, subjek pajak, jenis pajak, dan sektor/sub sektor usaha, sesuai kebutuhan atau keuggulan yang terdapat di wilayah kerja kantor pelayanan pajak dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai potensi perpajakan dan keunggulan di wilayah kerja masing-masing kantor atau unit kerja yang akan digunakan sebagai petunjuk dan sarana analisis dalam rangka penggalian potensi penerimaan, pelayanan dan pengawasan. Berikut penulis akan uraikan langkah-langkah mapping yang dilakukan di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu: a. Pengelompokkan mapping 1. Wilayah Administrasi Pemerintahan (Kelurahan, Kabupaten / Kota, provinsi). Kegunaannya untuk mengetahui luas dan struktur wilayah beserta pembagian wilayah berdasarkan batas wilayah pemerintahan beserta jumlah penduduk, wilayah yang dikenakan PBB, jumlah Wajib Pajak tedaftar dan potensi jumlah calon Wajib Pajak. 2. Wilayah Ekonomi. Kegunaannya untuk mengetahui potensi ekonomi berdasarkan wilayah kegiatan ekonomi seperti lokasi industri, perdagangan, pemukiman mewah, lokasi wiasta, lokasi pertambangan, lokasi perkebunan, lokasi pertanian, lokasi kehutanan, lokasi perairan, lokasi pelabuhan dan lokasi pergudangan yang ada dilokasi kerja unit kantor yang bersangkutan. 3. Subjek Pajak. Kegunaannya untuk mengetahui gambaran umum dari subjek pajak dilakukan untuk menilai pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakuan oleh Orang Pribadi maupun Badan. b. Analisis Mapping merupakan kegiatan untuk mengetahui potensi perpajakan yang dapat digali dari Wajib Pajak yang telah terdaftar dan
17 57 dikelompokkan sebelumnya. Yang berhubungan dengan potensi jumlah Wajib Pajak contohnya: 1. Jumlah penduduk dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan Wajib Pajak yang efektif. 2. Menilai apakah Wajib Pajak tertentu kewajiban perpajakannya dapat di naikkan. Analisis Mapping Tahun 2011 Jumlah KK 39,299 Jumlah KK miskin (7,860) Potensi Wajib Pajak 31,439 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar (23,630) Potensi Ekstensifikasi Wajib Pajak 7,809 Tahun 2012 Jumlah KK 39,299 Jumlah KK miskin (7,860) Potensi Wajib Pajak 31,439 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar (24,948) Potensi Ekstensifikasi Wajib Pajak 6,491 Tahun 2013 Jumlah KK 39,299 Jumlah KK miskin (7,860) Potensi Wajib Pajak 31,439 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar (26,808) Potensi Ekstensifikasi Wajib Pajak 4,631 c. Tindak Lanjut Mapping Kegunaannya untuk memilih kelompok-kelompok yang potensial untuk ditindak lanjuti dengan memperhatikan : 1. Potensi perpajakannya 2. Tingkat kepatuhannya 3. Tingkat kesulitan dalam implementasi 4. Deterrent effect d. Kegiatan Benchmarking atau pembandingan
18 58 Kegiatan benchmarking adalah kegiatan penetapan standar ukuran atau besaran yang wajar dan terbaik untuk sektor-sektor usaha tertentu dan digunakan sebagai pembanding untuk menguji kepatuhan wajib pajak yang mempunyai kegiatan usaha yang sejenis dan dijadikan pedoman awal oleh petugas pajak untuk menilai kewajaran dari kegiatan yang dilaporkan wajib pajak. Tujuan kegiatan Benchmarking yaitu menjadi pedoman dan sebagai pembanding dengan kondisi SPT Tahunan yang dilaporkan Wajib Pajak dan membantu pengawasan kepatuhan WP, terutama menyangkut kepatuhan materialnya. Proses dan metode penetapan benchmarking merupakan salah satu langkah strategis yang berkaitan dengan upaya penggalian potensi penerimaan pajak untuk mengamankan penerimaan pajak tahun 2009 dan tahun-tahun selanjutnya. Program ini merupakan bagian dari program penggalian potensi pajak melalui program mapping, profiling, benchmarking, pertukaran data dan perekaman. Pelaksanaan program tersebut secara teknis dituangkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP- 71/PJ/2009 tentang Pembentukan Tim Pembakuan Disain dan Sistem Aplikasi Mapping, Profilling, Benchmarking, Perekam dan Pertukaran Data Perpajakan. Benchmarking yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak disusun dalam suatu konsep yang disebut Total Benchmarking. Total Benchmarking didefinisikan sebagai proses membandingkan rasio-rasio yang terkait dengan tingkat laba perusahaan dan berbagai input dalam kegiatan usaha dengan rasio-rasio yang sama yang dianggap standar untuk kelompok usaha tertentu, serta melihat hubungan keterkaitan antar rasio untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, dengan demikian total benchmarking memiliki karakteristik: 1. Benchmark disusun berdasarkan kelompok usaha. 2. Benchmarking dilakukan atas rasio-rasio berkaitan dengan tingkat laba dan input- input perusahaan. Tujuan total benchmarking yaitu menjadi pedoman dan sebagai pembanding dengan kondisi SPT Tahunan yang dilaporkan Wajib Pajak dan membantu pengawasan kepatuhan Wajib Pajak, terutama
19 59 menyangkut kepatuhan materialnya. Manfaat Total Benchmarking sebagai Supporting tools bagi program intensifikasi atau penggalian potensi pajak dan alat bantu dalam penghitungan tax gap. Berikut ini akan digambarkan alur pemanfaatan total benchmarking oleh penulis, sebagai berikut: Gambar 4.2 Alur Pemanfaatan Total Benchmarking Model alur pemanfaatan benchmarking diatas, diterapkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Setiabudi Satu dalam rangka melaksanakan fungsinya memberikan bimbingan dan pengawasan
20 60 terhadap Wajib Pajak. Benchmarking yang dilakukan oleh KPP Pratama Setiabudi Satu disusun dalam suatu konsep yang disebut Total Benchmarking. Total Benchmarking didefinisikan sebagai proses membandingkan rasio-rasio yang terkait dengan tingkat laba perusahaan dan berbagai input dalam kegiatan usaha dengan rasio-rasio yang sama yang dianggap standar untuk kelompok usaha tertentu, serta melihat hubungan keterkaitan antar rasio untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Dengan adanya kegiatan benchmarking, di harapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Setiabudi Satu dapat secara sistematis menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak serta mendeteksi Wajib Pajak dengak risiko ketidakpatuhan yang tinggi, untuk kemudian dilakukan tindak lanjut yang sesuai. e. Kegiatan Profilling atau pembuatan profil Wajib Pajak Kegiatan profilling Wajib Pajak adalah rangkaian data dan informasi per Wajib Pajak yang memuat identitas dan kegiatan usaha serta riwayat perpajakan Wajib Pajak secara berkesinambungan dengan tujuan untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan pegawai untuk bahan analisis, mengukur tingkat risiko dan kepatuhan Wajib Pajak sehingga pegawai lebih mengenal Wajib Pajak dalam rangka pengawasan, penggalian potensi pajak dan pelayanan yang lebih baik. Adapun, metode lainnya yang digunakan dalam kegiatan intensifikasi pajak adalah aplikasi Optimalisasi Pemanfaatan Data Perpajakan (OPDP) yakni pemanfaatan dan data-matching eksternal dan internal serta program aktivasi Wajib Pajak Non-Filer, yakni upaya tindak lanjut terhadap Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT. Atas data yang belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan atau SPT, ditindaklanjuti dengan kegiatan konseling terhadap Wajib Pajak untuk klarifikasi. Apabila Wajib Pajak mengakui kesalahannya, yakni data belum dilaporkan dalam SPT, Wajib Pajak dipersilakan untuk melakukan pembetulan SPT dan membayar kekurangan pajak dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari. Namun, bila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari Wajib Pajak tidak melakukan pembetulan SPT dan
21 61 tidak melunasi kekurangan pembayaran pajak, terhadap Wajib Pajak akan diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan pajak. Ketiga kegiatan ini didukung dengan kegiatan pengumpulan data baik dari internal Direktorat Jenderal Pajak (DJP) maupun dari eksternal DJP. Kegiatan tersebut dilakukan secara terpadu untuk menemukan adanya indikasi potensi pajak yang belum tergali yang biasanya dilakukan oleh petugas Account Representative. Proses ini diawali dengan analisa oleh AR yang kemudian dilanjutkan dengan pengiriman surat himbauan kepada Wajib Pajak untuk membetulkan SPT yang telah dilaporkan. Terhadap Wajib Pajak juga dilakukan kegiatan konseling di mana Wajib Pajak dan petugas pajak akan mencari titik temu terhadap perbedaan pendapat atas suatu hal yang dipermasalahkan Tahap Pengawasan Intensifikasi Pajak Tahap pengawasan pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu mengikuti pada surat edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak, sebagai berikut : 1. Setiap tim pelaksana kegiatan Intensifikasi Pajak secara berkala membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan Intensifikasi Pajak untuk dikomplikasikan oleh Kepala Seksi PDI. 2. Kepala kantor penyuluhan pajak bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan Intensifikasi Pajak di wilayahnya dan secara periodik melaporkan hasil kegiatan Intensifikasi Pajak tersebut kepada kepala KPP atasannya. 3. Kepala KPP bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan Intensifikasi Pajak tersebut kepada kakanwil DJP atasannya, dengan menggunakan bentuk laporan. 4. Kakanwil DJP bertanggung jawab mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan Intensifikasi Pajak di wilayahnya dan secara periodik melaporkan hasil kegiatan Intensifikasi Pajak tersebut kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tahap pengawasan intensifikasi pajak, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu telah berjalan dengan baik dan telah sesuai dengan aturan yang berlaku.
22 Evaluasi atas Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak Dalam melaksanakan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu memiliki hambatan-hambatan, yaitu : 1. Data yang rendah Surat permintaan data tidak direspon oleh KPP lokasi kerena petugas di sana sibuk dan akhirnya surat mungkin terselip dan akses sumber data yang sangat terbatas. 2. Rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak Rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak sangat diperlukan dalam pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak. Kepercayaan masyarakat terhadap instansi perpajakan adalah hal utama yang harus dibangun agar masyarakat mau memenuhi kewajiban perpajakannya dengan suka rela. Tetapi pihak KPP harus lebih berupaya lebih banyak lagi melalui berbagai penyuluhan, seminar, pelatihan, brosur, majalah, surat kabar, TV, radio dan sebagainya. Tingkat kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai WP tidak menunjukkan kemajuan yang berarti, sehingga jumlah WP terdaftar tidak bertambah secara signifikan. 3. Kurangnya kerjasama dengan pihak terkait KPP sebagai unit terkecil dari kesatuan Direktorat Jenderal Pajak yang secara langsung berhadapan dengan Wajib Pajak. Selain memerlukan dukungan dan program yang terarah dari kantor pusat, KPP juga memerlukan kerjasama dengan organisasi lain yang terkait. Hal ini dilakukan karena sebagian Wajib Pajak yang tidak terjaring secara langsung oleh data yang ada di KPP biasanya memiliki kaitan dengan instansi lain. 4. Ketidaktahuan Wajib Pajak atas peraturan perpajakan yang berlaku. 5. Kesalahpahaman Wajib Pajak dalam menafsirkan peraturan perpajakan. 6. Wajib Pajak merasa enggan mendaftarkan diri sebagai WP yang memiliki NPWP karena pajak tidak memberi manfaat langsung kepada masyarakat. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan petugas, dapat menyimpulkan pada dasarnya KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu telah mengupayakan kerjasama dengan pihak lain, namun masih ada organisasi yang sulit untuk bekerja sama terutama dalam pelaksanaan sosialisasi kepada WP. Untuk itu,
23 63 diharapkan para petugas pajak dapat merangkul pengurus organisasi misalnya, persatuan perdagangan tekstil untuk meminta bantuan sosialisasi perpajakan kepada para pedagang karena tidak menutup kemungkinan jika melalui organisasi tersebut pedagang yang awalnya tidak kooperatif dapat lebih memahami maksud dan tujuan sosialisasi perpajakan. 4.5 Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak Untuk mengatasi hambatannya sistem pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu melakukan berbagai upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan tersebut atau paling tidak meminimalisirkan hambatan yang ada, berikut ini upaya-upaya yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. 1. Memperbanyak sosialisasi dan penyuluhan perpajakan Dalam mengatasi rendahnya tingkat kesadaran WP maka KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu melakukan upaya penyuluhan dan memperbanyak sosialisasi perpajakan.sosialisasi yang diberikan oleh KPP tidak hanya masyarakat yang belum menjadi Wajib Pajak, tetapi juga untuk Wajib Pajak terdaftar agar dapat memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak yang baik. Dalam melakukan sosialisasi, petugas berupaya menerangkan kepada masyarakat apakah itu perpajakan dan menerangkan masyarakat yang belum memiliki NPWP mengenai berapa pentingnya pajak bagi negara. Keuntungan memiliki NPWP dan bagaimana cara mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak yang baik. Untuk Wajib Pajak baru petugas menyampaikan bahwa pajak bukanlah urusan yang sulit bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu dan tidak paham begaimana memenuhi kewajiban perpajakan mereka, petugas akan menerangkan cara pembayaran dan pelaporan pajak yang praktis misalnya dengan elektronik. 2. Meningkatkan kerjasama dengan pihak yang terkait Pihak KPP meningkatkan kerjasama dengan melalui pemda,dalam hal ini pemda membuat nota kesepakatan. Nota kesepakatan akan menjadi fasilitas dalam upaya permintaan data kependudukan terbaru, selain itu juga untuk
24 64 kemudahan izin dan akses masuk ke lingkungan penduduk dan pusat perkantoran dalam rangka melaksanakan sosialisasi perpajakan. Jika dibandingkan dengan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 kerjasama yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu masih sangat minim. Banyak kerjasama dengan pihak terkait seperti PLN,notaris, bank, baik bank dalam negri maupun luar negri dan sebagainya yang dinilai dapat membantu kerjasama yang lebih baik. 3. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Keterbatasannya SDM yang dialami oleh seksi ekstensifikasi dan seksi waskon merupakan masalah yang umum terjadi di KPP, utuk mngatasi masalah tersebut seksi ekstensifikasi atau seksi waskon KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu untuk menambah jumlah SDM yang ada, tentunya upaya penambahan jumlah SDM yang ada juga di barangi dengan upaya peningkatan kualitas pegawai itu sendiri. 4. Pemanfaatan data internal Dalam perolehan data internal, dari pihak eksternal KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu memanfaatkan data internal yang telah disediakan. Data ini paling efektif yang bisa digunakan oleh KPP untuk melakukan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak melalui SPT dan data PBB yang dimasukkan Wajib Pajak. 4.6 Hasil Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Pertumbuhan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Sesuai dengan tujuan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak yaitu dengan pertumbuhan jumlah wajib pajak yang terdaftar disusun dengan tabel dan tahun
25 65 Tabel 4.3 Evaluasi Wajib Pajak Terdaftar Tahun Di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu TOTAL WP TAHUN OP BADAN TERDAFTAR Sumber : Seksi Ekstensifikasi, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Berdasarkan tabel 4.3 di atas pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu terlihat bahwa jumlah wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan yang terdaftar tahun meningkat setiap tahun secara signifikan, yaitu pada tahun 2011 total WP orang pribadi terdaftar mencapai dan WP badan mencapai 8.545, kemudian tahun 2012 total WP orang pribadi yang terdaftar meningkat menjadi dan WP badan menjadi 9.320, serta pada tahun 2013 total WP orang pribadi yang terdaftar meningkat lagi menjadi dan WP badan menjadi , sehingga ini merupakan kerja baik bagi KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Wajib Pajak yang telah terdaftar dan memiliki NPWP belum tentu aktif dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu penulis hanya meneliti Wajib Pajak yang efektif, agar dapat memberikan informasi yang lebih akurat Perkembangan Penerimaan Pajak Pertumbuhan jumlah pajak yang terdaftar merupakan tujuan akhir dari kegiatan pajak, oleh karena itu, penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar seharusnya diikuti dengan peningkatan penerimaan pajak. Berikut ini akan disajikan tabel mengenai penerimaan pajak dari tahun
26 66 Tabel 4.4 Perkembangan Penerimaan Pajak dari Hasil Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak Tahun (dalam Rupiah) Sumber : Seksi Ekstensifikasi, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Uraian (%) (%) Penerimaan Pajak 1,370,270,793,553 1,583,411,453,798 2,270,064,295, % 43.37% Penerimaan Dari WP Baru 19,486,122, ,291,163, ,563,438, % 43.83% Total 1,389,756,915,733 1,686,702,617,587 2,418,627,734, % 43.39% Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa total penerimaan pajak dan penerimaan dari WP baru dari tahun mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penerimaan dari Wajib Pajak Baru pada tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Dari tahun 2011 ke 2012 penerimaan pajak yang berasal dari WP baru mengalami kenaikan sebesar 430,08% kemudian pada tahun 2012 ke 2013 juga mengalami kenaikan sebesar 43,83%, walaupun jumlah peningkatan penerimaan dari wajib pajak baru tahun 2011 ke 2012 lebih banyak daripada , Hal ini merupakan kerja baik untuk KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Bila dilihat secara keseluruhan, program ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak pada tahun sangat baik dengan adanya kenaikan jumlah penerimaan pajak yang lumayan tinggi. Peningkatan jumlah penerimaan pajak ini seiring dengan pertumbuhan jumlah Wajib Pajak terdaftar yang juga mengalami kenaikan.
27 Kontribusi pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak terhadap Penerimaan pajak Tabel 4.5 Rencana dan Realisasi penerimaan pajak pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Tahun (dalam rupiah) Uraian Rencana Realisasi (%) Tahun 2011 PPH 760,798,840, ,765,066, % PPN 487,551,790, ,590,438, % PBB 55,362,000,000 81,591,232, % Pajak Lain 1,706,910, ,177, % Total 1,305,419,540,000 1,389,756,915, % Tahun 2012 PPH 931,120,708,974 1,085,946,802, % PPN 560,490,634, ,833,497, % PBB 60,109,271,834 72,052,411, % Pajak Lain 1,965,307,503 1,869,905, % Total 1,553,685,922,343 1,686,702,617, % Tahun 2013 PPH 1,065,426,000,000 1,558,882,910, % PPN 533,079,000, ,445,660, % PBB % Pajak Lain 2,232,000,000 1,299,163, % Total 1,600,737,000,001 2,418,627,734, % Sumber : Seksi Bagian Umum, KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu
28 68 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat secara keseluruhan total penerimaan pajak terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, realisasi penerimaan pajak juga dapat melampaui rencana penerimaan pajak. Rencana penerimaan pajak yaitu : 1. Rencana penerimaan pajak tahun 2011 sebesar Rp 1,305,419,540,000 dan realisasinya mencapai Rp 1,389,756,915,733. Hal ini menunjukkan bahwa Realisasi berhasil melampaui rencana sebesar 6,46%. 2. Rencana penerimaan pajak tahun 2012 sebesar Rp 1,553,685,922,343 dan realisasinya mencapai Rp 1,686,702,617,578. Hal ini menunjukkan bahwa Realisasi berhasil melampaui rencana sebesar 8,56%. 3. Rencana penerimaan pajak tahun 2013 sebesar Rp 1,600,737,000,001 dan realisasinya mencapai Rp 2,418,627,734,142. Hal ini menunjukkan bahwa Realisasi berhasil melampaui rencana sebesar 51,09%. Gambar 4.3 Rencana dan realisasi Di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu sangat baik dalam meningkatkan penerimaan, dapat dilihat dari jumlah penerimaan pajak yang terus meningkat setiap tahunnya dan dapat melampaui rencana penerimaan yang telah disusun. Pada tahun 2011 dan 2012 terjadi peningkatan berkisar antara 6,46%-8,56%, serta pada tahun 2013 terjadi peningkatan penerimaan pajak yang sangat signifikan yaitu sebesar 51,09%. Selain itu pada tahun 2013 terjadi perubahan Undang-undang yang menetapkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang sebelumnya sebesar Rp / tahun menjadi sebesar Rp / tahun, hal ini membuktikan bahwa KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu mempunyai kinerja yang sangat baik
BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Dasar Hukum Kegiatan Ekstensifikasi Wajib pajak dan Intensifikasi Pajak. pada KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I
BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Dasar Hukum Kegiatan Ekstensifikasi Wajib pajak dan Intensifikasi Pajak pada KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I Pajak mempunyai beberapa fungsi yang sangat berperan bagi pembangunan
Lebih terperinciDaftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah
L 1 Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Pajak sangat berperan dalam kemajuan suatu bangsa terutama bangsa Indonesia, pajak digunakan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis 4.1.1 Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Tabel 4.1 Total Wajib Pajak, Realisasi dan Rencana Penerimaan Pajak (dalam rupiah)
Lebih terperinciPengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara
A. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara yang terutang oleh orang pribadi
Lebih terperinciDaftar Pertanyaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan
L-1 Daftar Pertanyaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I? sesuai dengan instruksi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. IV.1. Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi. Pajak di KPP Pratama Tanah Abang Dua
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1. Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak di KPP Pratama Tanah Abang Dua Sumber pendapatan utama pemerintah yang paling potensial bersumber
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.I Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan negara mengharuskan pemerintah berusaha
Lebih terperinci: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di
L4 Narasumber Jabatan : Ibu Nurika Rahmantika : Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong DAFTAR PERTANYAAN : 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya, mengenai pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan penerimaan
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN
BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 27 Januari 2016 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG PETUNJUK KEGIATAN EKSTENSIFIKASI, PENDAFTARAN,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Upaya-Upaya Pelaksanaan Ekstensifikasi Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak bertujuan untuk meningkatkan pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi. Pajak di KPP Pratama Duren Sawit
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak di KPP Pratama Duren Sawit Saat ini pendapatan negara yang paling besar adalah berasal dari sektor
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan.
BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Kebijakan Sunset Policy Semakin berat beban dan dana yang perlukan negara dalam menjalankan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan, mengharuskan pemerintah berusaha meningkatkan
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong Berdasarkan landasan teori yang disajikan pada Bab 2 serta data yang telah diuraikan pada
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan 4.1.1 Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box Alur penyampaian SPT Tahunan melalui Drop Box sesuai dengan PER- 19/2009
Lebih terperinciNama Penulis: Hasliani Mayaswari Hisnani. Nama Dosen Pembimbing. Murtedjo, SE., Ak, MM
EVALUASI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK DAN INTENSIFIKASI PAJAK SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA JAKARTA KEBON JERUK SATU Nama Penulis: Hasliani Mayaswari
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai didirikan berdasarkan
Lebih terperinciSusanti, Liberti Pandiangan
PENGARUH PENERAPAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SERPONG PADA TAHUN 2010-2012 Susanti, Liberti Pandiangan Universitas
Lebih terperinciBAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres
BAB III OBYEK PENELITIAN III.1. Latar Belakang Obyek Penelitian III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres adalah instansi vertikal Direktorat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring pertumbuhan ekonomi dewasa ini, saat ini Pajak menjadi tulang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pertumbuhan ekonomi dewasa ini, saat ini Pajak menjadi tulang punggung bagi penerimaan Negara. Lebih dari 80% penerimaan Negara bersumber dari penerimaan Pajak.
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-09/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMANFAATAN DATA HASIL SENSUS I. PENDAHULUAN Pedoman
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. 3.1 KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan Sejarah KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan
BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan 3.1.1 Sejarah KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Mampang Prapatan merupakan pemecahan/pemekaran
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 20/PJ/2017 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 24 Agustus 2017 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 20/PJ/2017 TENTANG PENGAWASAN WAJIB PAJAK PASCA PERIODE PENGAMPUNAN PAJAK
Lebih terperinciBAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan
BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Grogol Petamburan didirikan pada tanggal 1 Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman
Lebih terperinciBAB III OBJEK PENELITIAN
39 BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari Reorganisasi di
Lebih terperinciBAB III. III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman KPP ini merupakan pecahan dari KPP Jakarta Timur I yang telah
BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Matraman merupakan Kantor Pajak Type A yang berdiri pada bulan
Lebih terperinciTAHAPAN PERSIAPAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK
LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-33/PJ/2016 Tanggal : 18 Juli 2016 TAHAPAN PERSIAPAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK A. Gambaran Umum 1. Tahapan persiapan KSWP adalah tahapan yang
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA
BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Sawah Besar Dua dibentuk
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua
BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua dibentuk berdasarkan
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN
BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. ObjekPenelitian Objek Penelitian dalam penulisan ini adalah sebuah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Tebet yang melayani wajib pajak dalam pelaporan dan pelunasan yang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis mencoba mengambil kesimpulan atas kegiatan ekstensifikasi dalam rangka menambah jumlah Wajib
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan
14 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari dalam negeri. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, menunjukkan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang KPP Pratama Soreang ini pada mulanya merupakan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran umum KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian 1. Gambaran umum KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No: 132/PMK.01/2006
Lebih terperinciBAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA III.1 Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga beralamatkan di Jl. K.H
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu
Lebih terperinciMaya Safira Dewi; Mirza Maulida
EVALUASI EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI PAJAK SERTA KONTRIBUSINYA DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG DUA Maya Safira Dewi; Mirza Maulida
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 9 Agustus 2007 tentang Penerapan
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Sukabumi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi terbentuk berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 9
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak dan Kontribusinya Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Berikut adalah data jumlah wajib pajak yang berhasil dihimpun
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak.
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY
BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY 4.1 Pelaksanaan Sunset Policy di KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 sejak
Lebih terperinciBAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.
54 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 PENYAJIAN DATA 4.1.1 GAMBARAN UMUM INSTANSI 4.1.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Instansi Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Gresik Selatan berdiri berdasarkan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak.
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG
29 November 2017 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-18/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENELITIAN BUKTI PEMENUHAN
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur
BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan
Lebih terperinciKEGIATAN EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR SATU
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410-9875 Vol. 17, No. 1a, November 2015 http: //www.tsm.ac.id/jba KEGIATAN EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Untuk memaksimalkan pajak, negara melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat terutama
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA CIANJUR
BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA CIANJUR 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur secara Geografis dan administratif berada di bawah kantor wilayah
Lebih terperinciTATA CARA PEMBENAHAN DATA MASTER FILE WAJIB PAJAK
LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-60/PJ/2009 TENTANG PEMBENAHAN DATA MASTER FILE WAJIB PAJAK TATA CARA PEMBENAHAN DATA MASTER FILE WAJIB PAJAK A. UMUM Pembenahan data Master File
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 1. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional adalah usaha atau kegiatan yang terarah dan berkesinambungan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur merata baik material maupun spiritual
Lebih terperinciTATA CARA PEMBENAHAN DATA MASTER FILE WAJIB PAJAK
TATA CARA PEMBENAHAN DATA MASTER FILE WAJIB PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-60/PJ/2009 TENTANG : PEMBENAHAN DATA MASTER FILE WAJIB PAJAK A. UMUM Pembenahan data Master
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-05/PJ/2012 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-05/PJ/2012 TENTANG PETUNJUK PENGGUNAAN ALOKASI ANGGARAN KEGIATAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM
BAB III GAMBARAN UMUM 3.1. Sejarah KPP Pratama Salatiga Pada awalnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Salatiga merupakan Kantor Dinas Luar Tingkat I di bawah Kantor Inspeksi Pajak Semarang Barat, seiring
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi Penelitian dan Daerah Operasi Objek Penelitian Dalam menyusun skripsi ini, peneliti melakukan penelitian di KPP Pratama Tangerang Timur yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, pajak merupakan sumber terbesar pendapatan negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak menyumbang lebih dari separuh total pendapatan
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Pasar Rebo Menurut pengumuman Nomor PENG-03/PJ.09/2007 tentang pengumuman, menjelaskan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha. kepada Wajib Pajak menjadi lebih optimal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jakarta Pesanggrahan berdiri sejak 5 Oktober 2015, KPP Jakarta Pessanggrahan ini merupakan pisahan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan
BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA. A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Kota
BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Kota Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga masuk dalam lingkup Kanwil DJP Jakarta Selatan dan merupakan
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. A. Tata Cara Perekaman Data Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem
BAB III PEMBAHASAN A. Tata Cara Perekaman Data Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak merupakan suatu sistem informasi
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...
Lampiran 1 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-69/PJ/2010 : 27 Mei 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Jln....
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK PENELITIAN. merupakan penggabungan dari tiga unit kantor sebelumnya yaitu Kantor Pelayanan
BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah KPP Pratama Serpong Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Serpong yang merupakan penggabungan dari tiga unit
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Dua adalah instansi vertikal
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK, PERUBAHAN DATA DAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung.
8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta berdiri pada tanggal 1 April 1989, yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN
BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tebet adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak ( DJP) yang berada
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah.
BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : Jawatan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-61/PJ/2015 TENTANG OPTIMALISASI PENILAIAN (APPRAISAL) UNTUK PENGGALIAN POTENSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah memanfaatkan dua sumber pokok penerimaan pajak, yaitu sumber dana dari dalam negeri misalnya penerimaan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Di zaman masa Penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dinamakan Kantor
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek Penulis melaksanakan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya Bandung, penulis ditempatkan pada Bidang
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI
BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 26 Juli
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 26 Juli 2010 26 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di KPP Pratama
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pada tahun 1983 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN
BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Kosambi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kosambi dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Untuk mengetahui dengan jelas pengertian pajak, berikut ini akandikemukakan definisi-definisi pajak yang diambil dari beberapa sumber.definisi pajak
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG TARGET RASIO PEMBETULAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN BERBASIS PROFIL
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1894, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Ditjen Pajak. Instansi Vertikal. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 206.2/PMK.01/2014 TENTANG
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan
Lebih terperinciTOTAL BENCHMARKING : RASIO DAN PEMANFAATANNYA
TOTAL BENCHMARKING : RASIO DAN PEMANFAATANNYA Verawati Suryaputra Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik Parahyangan Abstract Total Benchmarking is a standard issued by Directorate General of Taxation which
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
9 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN 1 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-40/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR
Lebih terperinciBAB III METODE PENULISAN
BAB III METODE PENULISAN 3.1 Metode Penulisan Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data laporannya. 3.1.1 Sumber Data Dalam penulisan laporan tugas
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEKANBARU TAMPAN Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Tampan
10 BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEKANBARU TAMPAN 1.1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Tampan Pembentukan Kantor KPP Pratama ( Keputusan Menteri Keuangan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama masih disebut Kantor Inpeksi Pajak, pada saat
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan
14 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota Sejarah umum dari kantor pelayanan pajak dimulai pada masa penjajahan belanda,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN
BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Jumlah Kepemilikan NPWP Terdaftar dari Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA MENTENG DUA
Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2013, pp. 456~461 EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA
Lebih terperinci