BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan dan/atau Pertokoan serta Pelaksanaan Pemutakhiran Data Objek Pajak Adapun analisis pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan dan/atau Pertokoan serta Pelaksanaan Pemutakhiran Data Objek Pajak, adalah sebagai berikut : a. Perencanaan/Persiapan 1) Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan bekerja sama dengan Kantor Pelayanan Pajak Lokasi atau Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lokasi membuat rencana kerja yang disampaikan ke Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak masing-masing untuk mendapatkan persetujuan, yang berisi antara lain : a) Penentuan lokasi ekstensifikasi, dengan satuan kelurahan utuh atau satuan mall/pusat perdagangan; b) Jumlah objek pajak; c) Biaya yang diperlukan berdasarkan satuan biaya yang diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-533/PJ./2000 dan 49

2 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-15/PJ.6/2006 tanggal 17 April 2006; d) Jadual Pekerjaan; e) Persiapan administrasi yang meliputi penyediaan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP), Lampiran Pemutakhiran Data Objek Pajak (LPDOP), Peta Blok, Blanko Kartu NPWP, dan lain-lain yang diperlukan. 2) Kanwil meneliti dan menyetujui rencana kerja yang disusun oleh Kantor Pelayanan PBB dan KPP lokasi atau KPP Pratama lokasi. 3) Kantor Pelayanan PBB dan KPP lokasi atau KPP Pratama lokasi, mempersiapkan petugas operasional yang disesuaikan dengan jumlah objek pajak yang akan didata untuk kemudian disampaikan ke Kanwil. 4) Kepala Kanwil membentuk tim Pemutakhiran Data dan Ekstensifikasi untuk masing-masing KPP lokasi atau KPP Pratama lokasi. (Susunan tim untuk kantor modern ada di lampiran 4.4 dan kantor non modern ada di lampiran 4.3) 5) Kantor Pelayanan PBB/KPP Pratama lokasi menerbitkan Surat Tugas kepada petugas lapangan untuk masing-masing lokasi pendataan. 6) Kantor Pelayanan PBB bersama dengan KPP lokasi atau KPP Pratama lokasi, melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah (Walikota/Bupati) dan instansi terkait lainnya. 50

3 b. Pelaksanaan Lapangan 1) Sebelum memulai kegiatan pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi, didahului dengan : a) Tim Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak bersama Pemda melaksanakan sosialisasi kepada Lurah, RW dan RT, pengelola pasar, pengembang, pengelola gedung, pengurus koperasi pedagang, perwakilan pedagang dan kepala lingkungan. b) Petugas lapangan menyampaikan surat pemberitahuan pelaksanaan pemutakhiran data dan ekstensifikasi wajib pajak kepada wajib pajak yang akan di data. 2) Pelaksanaan Pemutakhiran Data a) Setiap petugas lapangan didampingi oleh seorang petugas yang berasal dari lingkungan lokasi pendaftaran (RW dan RT, pengelola pasar, pengembang, pengelola gedung, pengurus koperasi pedagang, perwakilan pedagang dan kepala lingkungan), menyampaikan dan mengumpulkan kembali formulir SPOP, LSPOP dan LPDOP yang telah diisi lengkap. Standar prestasi setiap petugas adalah 20 LPDOP/hari. b) Petugas lapangan mengisi formulir SPOP, LSPOP dan LPDOP berdasarkan informasi dari wajib pajak. Dalam hal wajib pajak tidak berada di tempat pada saat pendataan, formulir-formulir tersebut dapat diberikan kepada orang yang memiliki keterkaitan dengan wajib pajak yang berada di lokasi pendataan untuk disampaikan kepada wajib pajak. 51

4 c) Petugas lapangan membuat foto atas objek pajak yang di data dan mencatat nama toko/wajib pajak pada peta blok agar tidak terjadi kekeliruan foto dengan data objek pajak. c. Proses Administrasi 1) Lembar pemantauan dokumen (LPD) merupakan lembar pengawasan dokumen dan berfungsi sebagai tanda terima yang digunakan sejak kegiatan pemutakhiran data sampai dengan diserahkannya kartu NPWP kepada Wajib Pajak. Pada akhirnya lembar ini diarsipkan di seksi Tata Usaha Perpajakan atau Seksi Pelayanan. (Bentuk Formulir Lembar Pemantauan Dokumen adalah pada Lampiran 4.5) 2) Petugas lapangan setiap hari kerja menyampaikan hasil pemutakhiran data yang diperoleh pada hari kerja sebelumnya disertai Rekapitulasi Harian Hasil Pendataan kepada Koordinator Lapangan dengan menggunakan LPD. (Bentuk Formulir Rekapitulasi Harian Hasil Pendataan adalah pada Lampiran 4.6) 3) Koordinator Lapangan menerima dan meneliti kelengkapan SPOP, LSPOP dan LPDOP dari petugas lapangan, kemudian menyampaikan : a) SPOP dan LSPOP kepada Ketua Sub Tim Pendataan pada hari yang sama untuk selanjutnya diterbitkan SPPT dengan menggunakan LPD; b) LPDOP disertai Rekapitulasi Harian Hasil Pendataan kepada Ketua Sub Tim Pemberian NPWP melalui Ketua Sub Tim Pendataan dengan menggunakan LPD. 52

5 4) Ketua Sub Tim Pemberian NPWP menyampaikan LPDOP kepada Koordinator Administrasi NPWP dengan menggunakan LPD untuk diteruskan kepada petugas NPWP. 5) Petugas NPWP merekam LPDOP dan mencetak kartu NPWP beserta tanda terima NPWP dengan menggunakan Aplikasi Pendaftaran Wajib Pajak Massal (PWPM). (Petunjuk pelaksanaan pemberian NPWP dengan aplikasi PWPM adalah sebagaimana dimaksud pada lampiran 4.7). Pada hari kerja berikutnya kartu NPWP, tanda terima NPWP dan Rekapitulasi Harian Penerbitan NPWP disampaikan kepada Koordinator Administrasi NPWP dengan menggunakan LPD. (Bentuk Formulir Rekapitulasi Harian Penerbitan NPWP adalah sebagaimana dimaksud pada Lampiran 4.8) 6) Koordinator administrasi NPWP menyampaikan : a) LPDOP yang sudah direkam dan Rekapitulasi Harian Hasil Pendataan kepada Ketua Sub Tim Pemberian NPWP untuk selanjutnya diarsipkan di Seksi Tata Usaha Perpajakan atau Seksi Pelayanan dengan menggunakan LPD. b) Kartu NPWP, tanda terima NPWP dan Rekapitulasi Harian Penerbitan NPWP kepada Ketua Sub Tim Pemberian NPWP dengan menggunakan LPD. 7) Ketua Sub Tim Pemberian NPWP menyampaikan kartu NPWP, tanda terima NPWP dan Rekapitulasi Harian Penerbitan NPWP kepada Ketua Sub 53

6 Tim Pendapatan u.p. Koordinator Lapangan untuk diteruskan kepada petugas lapangan dengan menggunakan LPD. 8) Petugas Lapangan menyampaikan kartu NPWP kepada Wajib Pajak dengan menggunakan tanda terima NPWP untuk ditandatangani oleh Wajib Pajak. 9) Petugas Lapangan menyampaikan tanda terima NPWP yang sudah ditandatangani Wajib Pajak dan Rekapitulasi Harian Penerbitan NPWP kepada Ketua Sub Tim Pendataan melalui Koordinator Lapangan dengan menggunakan LPD. 10) Ketua Sub Tim Pendataan kemudian meneruskan tanda terima NPWP dan Rekapitulasi Harian Penerbitan NPWP dengan menggunakan LPD kepada Ketua Sub Tim Pemberian NPWP untuk diarsipkan di Seksi Tata Usaha Perpajakan atau Seksi Pelayanan. 11) Ketua Sub Tim Pemberian NPWP mengarsipkan LPD, LPDOP, tanda terima NPWP, serta Rekapitulasi Harian Hasil Pendataan dan Rekapitulasi Harian Penerbitan NPWP dalam satu bendel per masing-masing petugas lapangan sesuai dengan urutan kode Rekap LPDOP. 12) Dalam hal Wajib Pajak menyerahkan fotocopy KTP, fotocopy Kartu Keluarga atau tanda pengenal lainnya, Ketua Sub Tim Pemberian NPWP menyampaikan dokumen tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak Domisili atau Kantor Pelayanan Pajak Pratama Domisili. 54

7 d. Pelaporan dan Pengawasan 1) Koordinator Lapangan menyampaikan laporan mingguan kegiatan pendataan kepada Ketua Sub Tim Pendataan. (Bentuk laporan mingguan kegiatan pendataan sebagaimana dimaksud pala lampiran 4.9) 2) Ketua Sub Tim Pendataan menyampaikan laporan mingguan kegiatan pendataan kepada Ketua Tim Pemutakhiran Data dan Ekstensifikasi. (Bentuk laporan mingguan kegiatan pendataan sebagaimana dimaksud pala lampiran 4.10) 3) Koordinator Administrasi NPWP menyampaikan laporan mingguan kegiatan penerbitan NPWP kepada Ketua Sub Tim Pemberian NPWP. (Bentuk formulir laporan mingguan kegiatan penerbitan NPWP sebagaimana dimaksud pala lampiran 4.11) 4) Ketua Sub Tim Pemberian NPWP menyampaikan laporan mingguan kegiatan penerbitan NPWP kepada Ketua Tim (untuk kantor modern) atau Wakil Ketua Tim (untuk kantor non modern) dengan tembusan kepada Ketua Tim. (Bentuk laporan mingguan kegiatan penerbitan NPWP sebagaimana dimaksud pala lampiran 4.12) 5) Untuk kantor non modern, Ketua Tim menyampaikan Laporan Bulanan Kegiatan Pendataan dan Wakil Ketua Tim menyampaikan Laporan Bulanan Kegiatan Penerbitan NPWP kepada Pengarah Tim (Kepala Kanwil DJP) setiap bulan pada tanggal 5 (lima) bulan berikutnya. (Bentuk laporan bulanan kegiatan pendataan sebagaimana dimaksud pala lampiran dan 55

8 laporan bulanan kegiatan penerbitan NPWP sebagaimana dimaksud pala lampiran 4.14) 6) Untuk kantor modern, Ketua Tim menyampaikan laporan bulanan kegiatan pendataan dan penerbitan NPWP kepada Pengarah Tim (Kepala Kanwil DJP) setiap bulan pada tanggal lima bulan berikutnya. (Bentuk Laporan Bulana Kegiatan Penerbitan NPWP sebagaimana dimaksud pala lampiran 4.15) 7) Pengarah Tim (Kepala Kanwil DJP) menyampaikan Laporan Triwulan Kegiatan Pendataan dan Penerbitan NPWP ke Kantor Pusat DJP u.p. Direktorat Pajak Penghasilan dan Direktorat PBB dan BPHTB setiap tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah triwulan berakhir. (Bentuk Laporan Triwulan Kegiatan Pendataan dan Penerbitan NPWP sebagaimana dimaksud pada lampiran 4.16) e. Penanggung Jawab 1) Pengarah Tim Ekstensifikasi memantau dan bertanggungjawab terhadap : a) Keberhasilan program ekstensifikasi yang dilaksanakan oleh unit kerja pelaksana ekstensifikasi. b) Pendataan secara menyeluruh terhadap semua objek/subjek pajak di pusat perdagangan dan atau pertokoan yang ada di wilayah kerjanya, baik yang telah mempunyai NPWP maupun yang belum memiliki NPWP. 56

9 c) Evaluasi perkembangan kegiatan ekstensifikasi, pemecahan masalah yang dihadapi unit kerja pelaksana ekstensifikasi. 2) Ketua Tim Ekstensifikasi memantau dan bertanggungjawab terhadap : a) Pelaksanaan pembentukan dan atau pemeliharaan basis data objek PBB secara teknis, administrasi dan keuangan. b) Pelaksanaan kegiatan pemutakhiran data. 3) Wakil Ketua Tim mengawasi dan bertanggungjawab atas : a) Penerbitan kartu NPWP berdasarkan LPDOP. b) Pengiriman kartu NPWP Domisili dan NPWP Cabang kepada Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di pusat perdagangan dan atau pertokoan melalui petugas lapangan. 4) Dalam hal yang melaksanakan kegiatan adalah KPP Pratama, Kepala KPP Pratama sekaligus bertanggungjawab atas kegiatan sesuai butir 2 dan 3 di atas. 2. Tata Cara Penghapusan NPWP Hasil Program Ekstensifikasi Adapun tata cara penghapusan NPWP hasil Program Ekstensifikasi, adalah sebagai berikut : a. Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan : 1) Melakukan konsentrasi data antara data NPWP yang diberikan berdasarkan jatah NPWP dengan data Master File Wajib Pajak Nasional. 2) Memilih antara data NPWP baru dan data Wajib Pajak yang sudah ber- NPWP sebelumnya 57

10 3) Mengirimkan data elektronis NPWP hasil ekstensifikasi ke KPP Domisili, yang terbagi dalam dua kelompok data, yaitu : a) Data Wajib Pajak baru yang sudah diberikan NPWP b) Data Wajib Pajak yang diberikan NPWP dan sebelumnya sudah mempunyai NPWP (NPWP ganda). 4) Melakukan monitoring pemberian jatah NPWP dengan hasil NPWP yang diterbitkan oleh KPP Lokasi. b. Wajib Pajak : Menyampaikan sanggahan melalui pos dengan tanda bukti pengiriman surat maupun secara langsung yang ditujukan kepada KPP Domisili atau KPP Lokasi atas penerbitan NPWP hasil ekstensifikasi, dalam hal : 1) Wajib Pajak telah memiliki NPWP. 2) Wajib Pajak telah meninggal dunia. 3) Wanita kawin yang tidak dikenakan pajak secara terpisah sedangkan suaminya sudah mempunyai NPWP 4) Wajib Pajak yang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan tidak wajib mempunyai NPWP (Surat Pernyataan Tidak Wajib Mempunyai NPWP sebagaimana dimuat pada lampiran 4.17 dengan menggunakan formulir sebagaimana terlampir dalam lampiran 4.18) c. KPP Domisili 1) Melakukan penghapusan NPWP hasil ekstensifikasi dengan mencetak Surat Penghapusan NPWP (lampiran 4.19) tanpa melalui prosedur pemeriksaan 58

11 berdasarkan data elektronis NPWP sebagaimana dimaksud pada point I angka 3.b., dan atau sanggahan Wajib Pajak atau ahli warisnya sebagaimana dimaksud pada point II. 2) Menyampaikan Surat Penghapusan NPWP kepada Wajib Pajak yang bersangkutan. 3) Menyampaikan Jawaban Surat Sanggahan atas Pemberian NPWP melalui program ekstensifikasi dalam hal sanggahan Wajib Pajak ditolak (sebagaimana lampiran 4.20) d. KPP Lokasi Menerima surat sanggahan, meneliti dan meneruskan surat sanggahan kepada KPP Domisili untuk ditindaklanjuti, apabila diperlukan disertai hasil penelitian/rekomendasi atas surat sanggahan tersebut. 59

12 B. Pembahasan 1. Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Pajak Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi pajak yang dilakukan di Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian dan jajarannya dibawahnya, telah berproses yang dimulai dari tahap perencanaan/persiapan, pelaksanaan lapangan, proses admnistrasi, pelaporan dan pengawasan serta penanggungjawab dari kegiatan tersebut. Adapun rincian pembahasannya adalah sebagai berikut : a. Perencanaan/Persiapan 1) Pada tahap perencanaan/persiapan, data untuk pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi pajak WP OP yang melakukan kegiatan usaha dan/atau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan/atau pertokoan diperoleh atas kerjasama dengan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB). Hal ini dikarenakan KPP Lokasi atau KPP Pratama Lokasi tidak mempunyai base data sendiri. Dalam pengadaan data seperti ini tentu saja memiliki banyak kelemahannya karena bisa jadi data yang disajikan tersebut tidak lengkap dan tidak relevan lagi karena keadaan yang sudah berubah. 2) Jenjang struktur organisasi pelaksanaan ekstensifikasi pajak WP OP yang melakukan kegiatan usaha dan/atau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan/atau pertokoan, dinilai terlalu panjang. Mulai dari membuat rencana kerja antara KPPBB dengan KPP Lokasi atau KPP Pratama lokasi, kemudian diteliti di Kanwil masing-masing termasuk 60

13 pembentukan tim pelaksana yang bersifat fungsional, dimana secara otomatis juga harus dikeluarkan biaya tersendiri diluar jenjang struktural kepangkatannya. b. Pelaksanaan Lapangan 1) Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstensifikasi WP OP ini, mulai dari penyampaian surat pemberitahuan pelaksanaan ekstensifikasi pajak dan pendataan, telah melibatkan Pemerintah Daerah setempat (Walikota/Bupati, Lurah, Rw, Rt). Hal ini tentunya tidak sejalan dengan semangat Self Assesment yang dianut oleh system perpajakan di Indonesia. 2) Target standar prestasi yang diberikan kepada petugas lapangan untuk pelaksanaan ekstensifikasi pajak WP OP ini adalah 20 LPDOP/hari. Hal ini bisa menyebabkan demi mengejar target jumlah WP OP yang akan dijaring tanpa mempertimbangkan lebih lanjut kondisi riil yang sebenarnya. c. Proses Administrasi, Pelaporan dan Pengawasan Proses administrasi, pelaporan dan pengawasan pada pelaksanaan ekstensifikasi WP OP yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan dan/atau Pertokoan serta Pelaksanaan Pemutakhiran Data Objek Pajak telah berjalan dengan baik, yang ditandai dengan diterapkannya proses administrasi, pelaporan dan pengawasan yang cukup memadai, yang merupakan alat kontrol berjalannya proses dengan baik. Adapun rincian alat kontrol yang digunakan adalah sebagai berikut : 61

14 1) Lembar Pemantau Dokumen (LPD) 2) Rekapitulasi Harian Hasil Pendataan, yang dibuat dan ditandatangani oleh Petugas Lapangan 3) Rekapitulasi Hasil Penerbitan NPWP, yang dibuat dan ditandatangani oleh Petugas NPWP. 4) Laporan Mingguan Kegiatan Pendataan, yang dibuat dan ditandatangani oleh Koordinator Lapangan 5) Laporan Mingguan Kegiatan Pendataan, yang dibuat dan ditandatangani oleh Ketua Sub Tim Pendataan 6) Laporan Mingguan Kegiatan Penerbitan NPWP, yang dibuat dan ditandatangani oleh Koordinator Administrasi NPWP 7) Laporan Mingguan Kegiatan Penerbitan NPWP, yang dibuat dan ditandatangani oleh Ketua Sub Tim Pemberian NPWP 8) Laporan Bulanan Kegiatan Pendataan, yang dibuat dan ditandatangani oleh Ketua Tim Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi WP OP, yang ditujukan kepada Kepala Kanwil. 9) Laporan Bulanan Kegiatan Penerbitan NPWP, yang dibuat dan ditandatangani oleh Ketua Tim Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi WP OP yang ditujukan kepada Kepala Kanwil. 10) Laporan Bulanan Kegiatan Pendataan dan Penerbitan NPWP, yang dibuat oleh Ketua Tim Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi WP OP yang ditujukan kepada Kepala Kanwil. 62

15 11) Laporan Triwulan Kegiatan Pendataan dan Penerbitan NPWP, yang dibuat dan ditandatangani oleh Kepala Kanwil yang ditujukan kepada Direktur Pajak Penghasilan dan Direktur Pajak Bumi dan Bangunan. d. Tata Cara Penghapusan NPWP Hasil Program Ekstensifikasi Tata cara penghapusan NPWP hasil program ekstensifikasi pajak sudah berjalan dengan baik, dengan melibatkan pihak-pihak terkait, yaitu pihak Wajib Pajak yang bersangkutan, KPP Lokasi, KPP Domisili dan Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan. Sedangkan alat kontrol yang digunakan dalam proses Penghapusan NPWP Hasil Program Ekstensifikasi, adalah : 1) Surat Pernyataan Tidak Wajib Mempunyai NPWP, yang dibuat dan ditandatangani oleh WP OP yang bersangkutan dan juga diketahui oleh pejabat setempat (Rt atau Lurah). 2) Formulir Tidak Wajib Mempunyai NPWP, yang ditandatangani oleh WP OP yang bersangkutan. 3) Surat Penghapusan NPWP, yang ditandatangani oleh Kepala Kantor KPP Domisili. 4) Jawaban Surat Sanggahan Atas Pemberian NPWP, yang ditandatangani oleh Kepala Kantor KPP Domisili 63

16 2. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi sebelum dan setelah pelaksanaan Ekstensifikasi pajak berdasarkan data yang diperoleh penulis dari Kantor Direktorat Jenderal Pajak Pusat adalah seperti tertera pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 dibawah ini : Tabel 4.1 JUMLAH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TAHUN <2005 s/d 2006 TAHUN JUMLAH WP PERSENTASE KENAIKAN OP / PENURUNAN WP OP < % % Jumlah rata rata kenaikan Sumber : Data DJP Tabel 4.2 JUMLAH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TAHUN 2007 s/d 2009 TAHUN JUMLAH WP PERSENTASE KENAIKAN OP / PENURUNAN WP OP % % % Jumlah rata rata kenaikan Sumber : Data DJP Berdasarkan data ke dua table tersebut diatas dapat dicermati bahwa jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi terjadi fluktuatif kenaikan jumlahnya. Adapun rincian adalah sebagai berikut : 64

17 a. Dari tahun < 2005 ke tahun 2005 terjadi kenaikan jumlah WP OP yaitu sebanyak atau peningkatan sebanyak 39 %, catatannya pada tahun ini belum ada kebijakan ekstensifikasi pajak. b. Dari tahun 2005 ke tahun 2006 memang terjadi kenaikan jumlah WP OP, yaitu sebanyak atau meningkat 6%, tetapi persentase kenaikannya menurun dibandingkan tahun sebelumnya. c. Dari tahun 2006 ke tahun 2007 terjadi lonjakan kenaikan jumlah WP OP yaitu sebanyak atau meningkat sebanyak 33%, hal ini dikarenakan pelaksanaan kebijaksanaan ekstensifikasi pajak sudah berjalan dan menuai hasil yang signifikan, jadi pada tahun ini pelaksanaan ekstensifikasi menambah jumlah WP OP. d. Dari tahun 2007 ke tahun 2008 juga terjadi kenaikan jumlah WP OP, yaitu sebanyak atau meningkat sebanyak 29%, tetapi persentase kenaikannya menurun masih dibawah tahun sebelumnya. e. Dari tahun 2008 ke tahun 2009 juga terjadi kenaikan jumlah WP OP, yaitu sebanyak atau meningkat sebanyak 32 %. f. Sumbangan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi pajak terhadap penambahan jumlah WP OP sangat berpengaruh singnifikan. g. Sebelum pelaksanaan ekstensifikasi pajak, tahun < 2005 sampai 2006 rata-rata kenaikan jumlah WP OP hanya /tahun. setelah pelaksanaan kebijakan ekstensifikasi pajak yaitu tahun 2007 sampai 2009 rata-rata kenaikan jumlah WP OP menjadi /tahun atau meningkat sebanyak /tahun. 65

18 3. Hasil Ekstensifikasi WP OP Hasil Ekstensifikasi Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi tahun 2007 sampai 2009 berdasarkan data yang diperoleh penulis dari Kantor Direktorat Jenderal Pajak adalah seperti tertera pada Tabel 4.3 dibawah ini : TAHUN Sumber : Data DJP Tabel 4.3 HASIL EKSTENSIFIKASI PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TAHUN 2007 s/d 2009 JUMLAH WP OP PERSENTASE KENAIKAN / PENURUNAN HASIL EKSTENSIFIKASI % % % Jumlah ratarata kenaikan % Berdasarkan data tersebut diatas dapat dicermati bahwa hasil ekstensifikasi pajak Wajib Pajak Orang Pribadi mulai dari Tahun 2007 sampai 2009 terus terjadi peningkatan jumlahnya, tetapi persentase peningkatannya cenderung menurun. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :. a. Kebijakan ekstensifikasi pajak yang dilaksanakan pada tahun 2006, hasilnya diakumulasikan tahun 2007 adalah sebanyak , merupakan data hasil pelaksanaan ekstensifikasi pajak tersebut di tahun pertama yang dihimpun secara nasional atau menyeluruh. 66

19 c. Dari tahun 2007 ke tahun 2008 terjadi kenaikan hasil pelaksanaan ekstensifikasi pajak, yaitu sebanyak atau meningkat 42%. d. Dari tahun 2008 ke tahun 2009 juga terjadi kenaikan hasil pelaksanaan ekstensifikasi pajak, yaitu sebanyak atau meningkat 22%. Tetapi persentase kenaikannya menurun dibandingkan tahun sebelumnya. e. Selama 3 (tahun) mulai dari 2007 sampai 2009 rata-rata kenaikan/tahun hasil pelaksanaan ekstensifikasi pajak adalah /tahun. 4. Hasil Penerimaan Pajak Penghasilan WP OP Hasil Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi sebelum dan setelah pelaksanaan Ekstensifikasi pajak berdasarkan data yang diperoleh penulis dari Kantor Direktorat Jenderal Pajak adalah seperti tertera pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 dibawah ini : Tabel 4.4 HASIL PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TAHUN < 2005 s/d 2006 (SEBELUM EKSTENSIFIKASI PAJAK) TAHUN Sumber : Data DJP JUMLAH PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PERSENTASE KENAIKAN / PENURUNAN PAJAK < % % Jumlah ratarata kenaikan ,5 % 67

20 Tabel 4.5 HASIL PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TAHUN 2007 s/d 2009 (SETELAH EKSTENSIFIKASI PAJAK) TAHUN Berdasarkan data ke dua table tersebut diatas dapat dicermati bahwa hasil Penerimaan Pajak Penghasilan dari Wajib Pajak Orang Pribadi sebelum dan setelah pelaksanaan kebijakan ekstensifikasi pajak terjadi fluktuatif kenaikan dan penurunan jumlahnya. Adapun rincianya adalah sebagai berikut : a. Dari Tahun < 2005 ke Tahun 2005 terjadi peningkatan jumlah penerimaan pajak penghasilan WP OP yaitu sebanyak Rp ,- atau meningkat sebanyak 27 % JUMLAH PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN b. Dari Tahun 2005 ke Tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah penerimaan pajak penghasilan WP OP yaitu sebanyak Rp ,- tetapi dari persentase peningkatan terjadi penurunan yaitu sebanyak 24 % PERSENTASE KENAIKAN / PENURUNAN PAJAK (2 %) % (18 %) Jumlah rata % rata kenaikan Sumber : Data DJP c. Dari Tahun 2006 ke Tahun 2007 terjadi penurunan jumlah penerimaan pajak penghasilan WP OP dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak Rp ,- atau menurun sebanyak 2 %. Walaupun pada tahun 2007 hasil pelaksanaan ekstensifikasi sudah memperlihatkan hasilnya yaitu sebanyak 68

21 dan peningkatan jumlah WP OP sebanyak atau 33 %, tetapi tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah penerimaan pajak penghasilan WP OP, Jadi pelaksanaan ekstensifikasi pajak tidak secara otomatis menambah jumlah penerimaan pajak penghasilan WP OP. hal ini dikarenakan sifatnya baru menghimpun jumlah WP OP tetapi Wajib Pajak secara langsung belum melaksanakan kewajiban perpajakannya untuk membayar pajak. d. Dari Tahun 2007 ke Tahun 2008 terjadi kenaikan jumlah penerimaan pajak penghasilan WP OP sebanyak Rp ,- atau peningkatan sebanyak 41 %. Peningkatan jumlah penerimaan pajak penghasilan WP OP pada tahun 2008 karena di tahun ini WP OP telah melaksanakan kewajiban perpajakannya untuk membayar pajak dan pelaksanaan ekstensifikasi pajak sudah menunjukkan hasilnya. e. Dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 terjadi penurunan kembali jumlah penerimaan pajak penghasilan WP OP yaitu sebanyak Rp ,- Atau menurun sebanyak 18 %. Walaupun pada Tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah WP OP sebanyak atau 32 % dan diikuti peningkatan hasil ekstensifikasi WP OP sebanyak atau 22 % tetapi tidak diikuti dengan peningkatan penerimaan pajak penghasilan WP OP, hal ini disebabkan pada tahun sebelumnya (2008) ada kebijakan Sunset Policy. Sehingga peningkatan hasil ekstensifikasi pajak tidak mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan WP OP. Jadi dengan adanya kebijakan ini, pelaksanaan ekstensifikasi pajak 69

22 menjadi tidak efektif untuk jangka pendek dalam menghimpun jumlah penerimaan pajak penghasilan. Tetapi untuk jangka panjang tentu ada keselarasannya. f. Secara keseluruhan setelah adanya kebijakan ekstensifikasi pajak, terjadi kenaikan rata-rata per tahun penerimaan pajak penghasilan WP OP ini yaitu dari Rp menjadi Rp atau meningkat Rp Sunset Policy adalah kebijakan pemberian fasilitas perpajakan, yang berlaku dari 01 Januari sampai 31 Desember 2008, dalam bentuk penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga yang diatur dalam pasal 37A (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007), yaitu sebesar 2% per bulan dari pajak yang tidak atau kurang dibayar sebagaimana dinyatakan dalam SPT Tahunan PPh yang disampaikan. Selain itu seluruh penghasilan yang telah dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh tersebut dianggap benar, sehingga tidak akan dilakukan pemeriksaan, kecuali SPT Tahunan PPh dinyatakan lebih bayar atau di kemudian hari ditemukan data atau keterangan lain yang ternyata belum dilaporkan di SPT Tahunan PPh tahun pajak tersebut. 70

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.I Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan negara mengharuskan pemerintah berusaha

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. SEKILAS TENTANG KPP TEBET KPP Jakarta Tebet merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Upaya-Upaya Pelaksanaan Ekstensifikasi Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak bertujuan untuk meningkatkan pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan.

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Kebijakan Sunset Policy Semakin berat beban dan dana yang perlukan negara dalam menjalankan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan, mengharuskan pemerintah berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi Penelitian dan Daerah Operasi Objek Penelitian Dalam menyusun skripsi ini, peneliti melakukan penelitian di KPP Pratama Tangerang Timur yang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-14/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-14/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-14/PJ/2013 TENTANG PEMELIHARAAN BASIS DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM RANGKA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 27 Januari 2016 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG PETUNJUK KEGIATAN EKSTENSIFIKASI, PENDAFTARAN,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Dampak Pelaksanaan Program Kebijakan Sunset Policy terhadap Jumlah Penyampaian SPT Tahunan pada KPP Pratama Tangerang Timur Program Kebijakan Sunset

Lebih terperinci

SE - 113/PJ/2010 PENGGALIAN POTENSI DAN PENGAMANAN PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU

SE - 113/PJ/2010 PENGGALIAN POTENSI DAN PENGAMANAN PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU SE - 113/PJ/2010 PENGGALIAN POTENSI DAN PENGAMANAN PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU Contributed by Administrator Friday, 05 November 2010 Pusat Peraturan Pajak Online 5 Nopember 2010 SURAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan hasil pengamatan ini penulis akan menyampaikan mengenai Prosedur penghapusan sanksi administrasi atas pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Istilah dan Pengertian PEMBENTUKAN BASIS DATA

DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Istilah dan Pengertian PEMBENTUKAN BASIS DATA DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Istilah dan Pengertian II. PEMBENTUKAN BASIS DATA A. Pengumpulan Data Objek dan Subjek PBB 1. Persiapan a. Penelitian Pendahuluan b.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Sawah Besar Dua dibentuk

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-03/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-03/PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-03/PJ/2012 TENTANG PROSEDUR EVALUASI DAN PENETAPAN WAJIB PAJAK TERDAFTAR DALAM RANGKA

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres BAB III OBYEK PENELITIAN III.1. Latar Belakang Obyek Penelitian III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres adalah instansi vertikal Direktorat

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 27/PJ/2011 TENTANG PENGAWASAN PEMBAYARAN MASA TAHUN 2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 27/PJ/2011 TENTANG PENGAWASAN PEMBAYARAN MASA TAHUN 2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK, SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 27/PJ/2011 TENTANG PENGAWASAN PEMBAYARAN MASA TAHUN 2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Dalam rangka pengamanan penerimaan pajak sebagaimana amanat Anggaran

Lebih terperinci

BENTUK KEPUTUSAN PEMINDAHAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BENTUK KEPUTUSAN PEMINDAHAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 54/PJ/2009 TENTANG : TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK TERDAFTAR DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK TERDAFTAR DARI KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA SEHUBUNGAN

Lebih terperinci

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara A. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara yang terutang oleh orang pribadi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Provinsi Banten

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Provinsi Banten BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Provinsi Banten Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Banten terbentuk karena adanya restrukturisasi organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-80/PJ/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-80/PJ/2011 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-80/PJ/2011 TENTANG PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-31/PJ/2011

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Kosambi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kosambi dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006

Lebih terperinci

Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE /PJ./2008 Tanggal : Contoh Surat himbauan (Kop Surat Kantor Pelayanan)

Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE /PJ./2008 Tanggal : Contoh Surat himbauan (Kop Surat Kantor Pelayanan) Lampiran I Contoh Surat himbauan (Kop Surat Kantor Pelayanan) Yth....(Nama Wajib Pajak)......(alamat)... NPWP :......(tanggal surat)... 2008 Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan atas kesadaran

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cikarang Selatan

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cikarang Selatan BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cikarang Selatan yang dimulai sejak tanggal 15

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2017 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2017 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGURANGAN DENDA ADMINISTRASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Jalan Gatot Subroto No. 40-42 Telepon : Telepon (021) 5251609 Jakarta 12190 Faksimili : (021) 5251658 Tromol Pos 124 Jakarta 10002 Homepage

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK

TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK LAMPIRAN I TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK I. PETUGAS POJOK PAJAK DAN/ATAU PETUGAS MOBIL PAJAK:. Menerima persyaratan pendaftaran

Lebih terperinci

TAHAPAN PERSIAPAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK

TAHAPAN PERSIAPAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-33/PJ/2016 Tanggal : 18 Juli 2016 TAHAPAN PERSIAPAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK A. Gambaran Umum 1. Tahapan persiapan KSWP adalah tahapan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Dasar Hukum Kegiatan Ekstensifikasi Wajib pajak dan Intensifikasi Pajak. pada KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Dasar Hukum Kegiatan Ekstensifikasi Wajib pajak dan Intensifikasi Pajak. pada KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Dasar Hukum Kegiatan Ekstensifikasi Wajib pajak dan Intensifikasi Pajak pada KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I Pajak mempunyai beberapa fungsi yang sangat berperan bagi pembangunan

Lebih terperinci

SUSUNAN TIM PELAKSANA PEMBERIAN NPWP ORANG PRIBADI MELALUI PEMBERI KERJA/BENDAHARAWAN PEMERINTAH DI KPP LOKASI NON MODERN

SUSUNAN TIM PELAKSANA PEMBERIAN NPWP ORANG PRIBADI MELALUI PEMBERI KERJA/BENDAHARAWAN PEMERINTAH DI KPP LOKASI NON MODERN Lampiran I-A Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 16/PJ/2007 Tanggal 25 Januari 2007 SUSUNAN TIM PELAKSANA PEMBERIAN NPWP ORANG PRIBADI MELALUI PEMBERI KERJA/BENDAHARAWAN PEMERINTAH DI KPP LOKASI NON

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav 40-42 Telepon : (021) 5251609-5250208 Jakarta 12190 Faksimili : (021) 5262420 Tromol Pos 124 Jakarta 10002

Lebih terperinci

(Kop Surat) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR... (1) TENTANG

(Kop Surat) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR... (1) TENTANG LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER 11/PJ/2011 TENTANG : TATA CARA PENETAPAN WAJIB PAJAK ATAS OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG BELUM JELAS DIKETAHUI WAJIB PAJAKNYA DAN PEMBATALAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENETAPAN WAJIB PAJAK ATAS OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG BELUM DIKETAHUI WAJIB PAJAKNYA

TATA CARA PENETAPAN WAJIB PAJAK ATAS OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG BELUM DIKETAHUI WAJIB PAJAKNYA Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Jenderal Nomor PER-11/PJ/2011 tentang Penetapan Wajib Atas Objek Jelas Diketahui Wajib nya dan TATA CARA PENETAPAN WAJIB PAJAK ATAS OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI YANG BERSTATUS SEBAGAI KARYAWAN MELALUI KANTOR PELAYANAN PAJAK LOKASI

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI YANG BERSTATUS SEBAGAI KARYAWAN MELALUI KANTOR PELAYANAN PAJAK LOKASI Lampiran I TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI YANG BERSTATUS SEBAGAI KARYAWAN MELALUI KANTOR PELAYANAN PAJAK LOKASI I. Kegiatan pada Kantor Pelayanan Pajak

Lebih terperinci

LAMPIRAN I TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK

LAMPIRAN I TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK LAMPIRAN I TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK I. PETUGAS POJOK PAJAK DAN/ATAU PETUGAS MOBIL PAJAK:. Menerima persyaratan pendaftaran

Lebih terperinci

Susanti, Liberti Pandiangan

Susanti, Liberti Pandiangan PENGARUH PENERAPAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SERPONG PADA TAHUN 2010-2012 Susanti, Liberti Pandiangan Universitas

Lebih terperinci

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/PJ/2010 tentang Nomor Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/PJ/2010 tentang Nomor Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan. LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-72/PJ/2010 Tentang : TATA CARA PEMBERIAN KODE WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN AKIBAT PEMBENTUKAN (PEMEKARAN DAN ATAU PENGGABUNGAN)WILAYAH ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung. 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta berdiri pada tanggal 1 April 1989, yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Untuk memaksimalkan pajak, negara melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari. Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari. Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan digilib.uns.ac.id BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan a) Wajib Pajak (WP)

Lebih terperinci

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 79/PJ/2010 TENTANG : STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN DAFTAR 16 (ENAM BELAS) JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang KPP Pratama Soreang ini pada mulanya merupakan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP LAMPIRAN I TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK PADA KPDJP A. KOMPILASI PERATURAN PELAKSANAAN PBB-P2, SOP PBB-P2, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DI LINGKUNGAN DJP SERTA APLIKASI

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-61/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PERSIAPAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN SEBAGAI PAJAK TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN

Lebih terperinci

SE - 79/PJ/2008 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-37/PJ/2008 TENTANG

SE - 79/PJ/2008 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-37/PJ/2008 TENTANG SE - 79/PJ/2008 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-37/PJ/2008 TENTANG Contributed by Administrator Monday, 22 December 2008 Pusat Peraturan Pajak Online 22 Desember 2008 SURAT

Lebih terperinci

REKAPITULASI DATA SSP NTPN

REKAPITULASI DATA SSP NTPN LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-81/PJ/2010 TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PENELITIAN SURAT SETORAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-60/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-60/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-60/PJ/2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Prinsip dasar utama dari Sunset Policy adalah penegakan sistem self assessment seutuhnya, yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Wajib Pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Wajib Pajak merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini pajak sudah menjadi faktor strategis dalam menjalankan proses pembangunan di Indonesia, karena sebagian besar sumber penerimaan dalam Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-09/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMANFAATAN DATA HASIL SENSUS I. PENDAHULUAN Pedoman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

CONTOH FORMAT PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAAN. Yth. Direktur Jenderal Pajak... (1) u.b. Kepala KPP... (2)

CONTOH FORMAT PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAAN. Yth. Direktur Jenderal Pajak... (1) u.b. Kepala KPP... (2) LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-21/PJ/2016 TANGGAL : 21 OKTOBER 2016 CONTOH FORMAT PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAAN Yth. Direktur Jenderal Pajak... (1) u.b. Kepala KPP...... (2)

Lebih terperinci

PEDOMAN UJI COBA PELAKSANAAN PEMBINAAN WAJIB PAJAK BARU MELALUI PROGRAM TRIPLE ONE BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UJI COBA PELAKSANAAN PEMBINAAN WAJIB PAJAK BARU MELALUI PROGRAM TRIPLE ONE BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-167/PJ/2014 TENTANG : UJI COBA PELAKSANAAN PEMBINAAN WAJIB PAJAK BARU MELALUI PROGRAM TRIPLE ONE A. Umum PEDOMAN UJI COBA PELAKSANAAN PEMBINAAN WAJIB

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 16/PJ/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 16/PJ/2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 16/PJ/2007 TENTANG PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG BERSTATUS SEBAGAI PENGURUS, KOMISARIS, PEMEGANG SAHAM/PEMILIK DAN PEGAWAI MELALUI PEMBERI

Lebih terperinci

SE - 32/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 25/PJ/2009 TENTANG TAT

SE - 32/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 25/PJ/2009 TENTANG TAT SE - 32/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 25/PJ/2009 TENTANG TAT Contributed by Administrator Monday, 16 March 2009 Pusat Peraturan Pajak Online 16 Maret 2009 SURAT EDARAN

Lebih terperinci

SE - 25/PJ/2010 PENANDATANGANAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SE - 25/PJ/2010 PENANDATANGANAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SE - 25/PJ/2010 PENANDATANGANAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN Contributed by Administrator Monday, 01 March 2010 Pusat Peraturan Pajak Online 01 Maret 2010 SURAT EDARAN DIREKTUR

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN PELAKSANAAN DAN PENGGUNAAN ALOKASI ANGGARAN KEGIATAN EKSTENSIFIKASI, PENDATAAN DAN PENILAIAN KANTOR WILAYAH DJP...

LAPORAN PERKEMBANGAN PELAKSANAAN DAN PENGGUNAAN ALOKASI ANGGARAN KEGIATAN EKSTENSIFIKASI, PENDATAAN DAN PENILAIAN KANTOR WILAYAH DJP... LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-04/PJ/2013 Tanggal : 11 Februari 2013 NO. KPP JENIS KEGIATAN LAPORAN PERKEMBANGAN PELAKSANAAN DAN PENGGUNAAN ALOKASI ANGGARAN KEGIATAN EKSTENSIFIKASI,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-54/PJ/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-54/PJ/2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-54/PJ/2015 TENTANG STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURES) LAYANAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak Pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Pendapatan utama pemerintah yang paling potensial bersumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Untuk mengetahui dengan jelas pengertian pajak, berikut ini akandikemukakan definisi-definisi pajak yang diambil dari beberapa sumber.definisi pajak

Lebih terperinci

SE - 88/PJ/2010 PENGAWASAN KEPATUHAN PEMBAYARAN MASA

SE - 88/PJ/2010 PENGAWASAN KEPATUHAN PEMBAYARAN MASA SE - 88/PJ/2010 PENGAWASAN KEPATUHAN PEMBAYARAN MASA Contributed by Administrator Monday, 16 August 2010 Pusat Peraturan Pajak Online 6 Agustus 2010 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 88/PJ/2010

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah L 1 Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jateng II Kota

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jateng II Kota digilib.uns.ac.id BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jateng II Kota Surakarta 1. Sejarah Berdirinya Kanwil DJP Jateng II Kota Surakarta Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN II SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-67/PJ/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, pajak merupakan sumber terbesar pendapatan negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak menyumbang lebih dari separuh total pendapatan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Pasar Rebo Menurut pengumuman Nomor PENG-03/PJ.09/2007 tentang pengumuman, menjelaskan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melaksanakan magang pada tanggal 16 Februari sampai dengan 31 Maret 2015 di Kantor Pelayanan Pajak

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Lampiran 1 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-69/PJ/2010 : 27 Mei 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Jln....

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK, PERUBAHAN DATA DAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang telah diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. Oleh: Suwardi, SE, M.Si, Akt.

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. Oleh: Suwardi, SE, M.Si, Akt. TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK Oleh: Suwardi, SE, M.Si, Akt. Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 yang dinamakan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Lampiran I DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... (Beri tanda ( ) pada kotak yang sesuai) LEMBAR PENELITIAN (CHECK LIST) SUNSET

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 08/PJ/2016 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 08/PJ/2016 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 08/PJ/2016 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENGAKTIFAN KEMBALI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MELALUI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. 1. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak 2. Para Direktur dan Tenaga Pengkaji di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak 3. Kepala Pusat

Lebih terperinci

Standard Operating Procedures Seksi Pengolahan Data dan Informasi. Anang Mury Kurniawan

Standard Operating Procedures Seksi Pengolahan Data dan Informasi. Anang Mury Kurniawan Standard Operating Procedures Seksi Pengolahan Data dan Informasi Anang Mury Kurniawan Standard Operating Procedures Seksi Pengolahan Data dan Informasi 1. KPP20-0001 Tata Cara Pemrosesan dan Penatausahaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENGAWASAN DATABASE MONITORING PELAPORAN DAN PEMBAYARAN PAJAK (MP3)

TATA CARA PENGAWASAN DATABASE MONITORING PELAPORAN DAN PEMBAYARAN PAJAK (MP3) Lampiran I Kep.Dirjen Pajak No. KEP- 162/PJ./2003 Tanggal 9 Juni 2003 Tentang Pelaksanaan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) Pada Direktorat Jenderal Pajak TATA CARA PENGAWASAN DATABASE

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PROSEDUR PENDAFTARAN OP BARU FUNGSI PENDATAAN DAN PENGUKURAN FUNGSI PERHITUNGAN, VERIFIKASI DAN PENETAPAN

LAMPIRAN I : PROSEDUR PENDAFTARAN OP BARU FUNGSI PENDATAAN DAN PENGUKURAN FUNGSI PERHITUNGAN, VERIFIKASI DAN PENETAPAN LAMPIRAN I : PROSEDUR PENDAFTARAN OP BARU PENDATAAN DAN PENGUKURAN PERHITUNGAN, Menyampaikan permohonan pendaftaran untuk Objek pajak baru dengan cara mengisi SPOP Memeriksa kelengkapan persyaratan pendaftaran

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak.

Lebih terperinci

Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-69/PJ/2011 Tentang : Tata Cara Pelaksanaan Identifikasi (Matching) Nomor Pokok Wajib Pajak

Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-69/PJ/2011 Tentang : Tata Cara Pelaksanaan Identifikasi (Matching) Nomor Pokok Wajib Pajak Lampiran I Lampiran II TATA CARA PELAKSANAAN PENCOCOKAN/PENYANDINGAN NOP DAN NPWP 1. Kepala Subdit Pendukung Operasional Direktorat TIP memerintahkan Kepala Seksi Pemutakhiran Data Tampilan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tebet adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak ( DJP) yang berada

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG TARGET RASIO PEMBETULAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN BERBASIS PROFIL

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I NO DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JENIS PELAYANAN 1 Pelayanan Permohonan Legalisasi Dokumen Wajib Pajak Berupa Surat Keterangan Domisili (SKD) 2 Pelayanan Permohonan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah memanfaatkan dua sumber pokok penerimaan pajak, yaitu sumber dana dari dalam negeri misalnya penerimaan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY 4.1 Pelaksanaan Sunset Policy di KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 sejak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor

Lebih terperinci

SE-03/PJ.52/2005 REGISTRASI ULANG PENGUSAHA KENA PAJAK

SE-03/PJ.52/2005 REGISTRASI ULANG PENGUSAHA KENA PAJAK SE-03/PJ.52/2005 REGISTRASI ULANG PENGUSAHA KENA PAJAK Contributed by Administrator Friday, 11 February 2005 Pusat Peraturan Pajak Online REGISTRASI ULANG PENGUSAHA KENA PAJAK Dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN 39 BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari Reorganisasi di

Lebih terperinci

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Modul ke: NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Fakultas Ekonomi & Bisnis Disusun Oleh : Yenny Dwi Handayani Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Page : 1

Page : 1 LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-37/PJ/2009 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-27/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-03/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-03/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-03/PJ/2013 TENTANG KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA WAJIB PAJAK LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 30/PJ/2016 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 30/PJ/2016 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 15 Juli 2016 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 30/PJ/2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAMPUNAN PAJAK DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB III. III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman KPP ini merupakan pecahan dari KPP Jakarta Timur I yang telah

BAB III. III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman KPP ini merupakan pecahan dari KPP Jakarta Timur I yang telah BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Matraman merupakan Kantor Pajak Type A yang berdiri pada bulan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 50/PJ./2009

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 50/PJ./2009 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 50/PJ./2009 TENTANG TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN

Lebih terperinci

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di L4 Narasumber Jabatan : Ibu Nurika Rahmantika : Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong DAFTAR PERTANYAAN : 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak

Lebih terperinci

SE - 28/PJ/2012 TARGET RASIO PEMBETULAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN BERBASIS PROFIL WAJIB PAJAK PA

SE - 28/PJ/2012 TARGET RASIO PEMBETULAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN BERBASIS PROFIL WAJIB PAJAK PA SE - 28/PJ/2012 TARGET RASIO PEMBETULAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN BERBASIS PROFIL WAJIB PAJAK PA Contributed by Administrator Friday, 11 May 2012 Pusat Peraturan Pajak Online 11 Mei 2012 SURAT EDARAN

Lebih terperinci