KONTRIBUSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 2 NGADIROJO TAHUN AJARAN 2014/ 2015

Transkripsi

1 KONTRIBUSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 2 NGADIROJO TAHUN AJARAN 2014/ 2015 JURNAL Oleh: RETNO WULANDARI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

2 KONTRIBUSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 2 NGADIROJO TAHUN AJARAN 2014/ 2015 Retno Wulandari dan Soeharto Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRAK Retno Wulandari. KONTRIBUSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 2 NGADIROJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui perilaku prososial peserta didik di SMP Negeri 2 Ngadirojo, (2) Untuk mengetahui dukungan sosial teman sebaya peserta didik di SMP Negeri 2 Ngadirojo, (3) Untuk mengetahui kontribusi dukungan sosial teman sebaya terhadap perilaku prososial peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngadirojo. Sampel penelitian adalah peserta didik kelas VIII yang berjumlah 134 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket tentang perilaku prososial dan dukungan sosial teman sebaya. Analisis data untuk hipotesis pertama dan hipotesis kedua menggunakan t-test uji satu fihak (One Tail Test) dengan uji fihak kiri, sedangkan untuk hipotesis ketiga menggunakan teknik regresi linier sederhana dengan menggunakan SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pada umumnya perilaku prososial peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Ngadirojo termasuk kategori sedang, hasil penghitungan menunjukkan thitung < ttabel yaitu -13,619 < 1,6563. (2) Pada umumnya dukungan sosial teman sebaya kelas VIII SMP Negeri 2 Ngadirojo termasuk kategori sedang, hasil penghitungan menunjukkan thitung < ttabel yaitu - 13,132 < 1,6563. (3) Kontribusi dukungan sosial teman sebaya terhadap perilaku prososial peserta didik adalah sebesar 30,9%, diperoleh dari hasil penghitungan R Square sebesar 0,309. Kata kunci: dukungan sosial, teman sebaya, perilaku prososial 2

3 ABSTRACT Retno Wulandari. THE CONTRIBUTION OF PEER SOCIAL SUPPORT ON PROSOCIAL BEHAVIOR OF CLASS VIII SMP NEGERI 2 NGADIROJO STUDENTS IN ACADEMIC YEAR 2014/2015. Undergraduate Thesis. Teacher Training Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta. Maret The objective of this research are: (1) to find out prososial behavior of the eighth grade students of SMP Negeri 2 Ngadirojo, (2) to find out the peer social support of the eighth grade students of SMP Negeri 2 Ngadirojo, (3) to find out the peer social support contribution to prosocial behavior. This research is quantitative descriptive research. The research was conducted at SMP Negeri 2 Ngadirojo. The sample was eighth grade, which consisted of 134 students. The technique of collecting data that used was questionnaire about students prosocial behavior and peer social support. The technique of analyzing the data used for the first and second hypothesis was t-test one side (One Tail Test) with left tail test. Furthermore, simple regression linear technique with SPSS 20 was used to analyze the third hypothesis. The result indicate of this study that: (1) prosocial behavior at the eighth grade students of the SMP Negeri 2 Ngadirojo belong to the medium category, the results of the calculation indicate tcalculate < ttable is -13,619 < 1,6563. (2) the peer social support at the eighth grade students of the SMP Negeri 2 Ngadirojo belong to the medium category, the results pf the calculation indicate tcalculate < ttable is - 13,132 < 1,6563. (3) the contribution of peer social support to the students prosocial support is 30,9% obtained from the results of the calculation of R Square of 0,309. Key words: social support, peer, prosocial behavior 3

4 A. PENDAHULUAN Manusia merupakan makhluk individual disamping sebagai makhluk sosial. Bimo Walgito (2003: 65) menyatakan bahwa sebagai makhuk individual manusia memiliki dorongan untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia memiliki dorongan sosial untuk menjalin hubungan dengan individu lain. Pernyataan tersebut menandakan bahwa manusia memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk senantiasa menjalin hubungan dengan lingkungan di sekitarnya, baik dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungan sosialnya. Masa remaja dapat dianggap sebagai masa peralihan. Zulkifli (2009: 63) menganggap bahwa masa remaja sebagai masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa dalam masa remaja anak akan mencapai masa peralihan, yaitu masa ketika anak tidak mau lagi diperlakukan seperti anak-anak namun jika dilihat dari perkembangan psikisnya belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Masa remaja ditandai dengan adanya perkembangan fisik, kognitif dan psikososial. Masa remaja merupakan masa sosial yang artinya remaja melakukan interaksi dan hubungan sosial yang intensif dengan teman sebayanya. Setiap harinya remaja menghabiskan hampir separuh waktunya bersama dengan temantemannya di sekolah. Perilaku prososial dapat tertanam dalam diri peserta didik melalui interaksi yang terjalin dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial teman sebaya memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan perilaku peserta didik. Perilaku prososial merupakan suatu perilaku yang ditunjukkan oleh individu sebagai wujud bantuan langsung terhadap individu lain. Baron dan Byrne (2005: 92) menyatakan, Suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu risiko bagi orang

5 yang menolong. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa perilaku prososial dilakukan individu untuk membantu individu lain tanpa mementingkan diri sendiri. Sekolah merupakan lingkungan sosialisasi remaja dengan teman sebaya setelah lingkungan keluarga. SMP Negeri 2 Ngadirojo merupakan salah satu sekolah yang terletak di pinggiran kota Wonogiri. Layanan Bimbingan dan Konseling sudah diselenggarakan dengan pemberian layanan-layanan yang dapat membantu peserta didik untuk mencapai tugas-tugas perkembangan dan menumbuhkan perilaku prososial di dalam dirinya, dengan dibantu oleh lima guru pembimbing yang profesional dan siap membantu peserta didik untuk menyelesaikan masalahnya. Berdasarkan uraian di atas, seharusnya layanan BK yang diberikan kepada peserta didik di SMP Negeri 2 Ngadirojo mampu membuat peserta didik memiliki perilaku prososial yang baik, namun keadaan di lapangan masih ditemukan peserta didik yang menunjukkan perilaku antisosial. Hasil wawancara yang dilakukan dengan Guru BK di SMP Negeri 2 Ngadirojo pada tanggal 8 Januari 2014, menunjukkan bahwa masih terdapat peserta didik yang menunjukkan perilaku antisosial. Perilaku antisosial tersebut nampak dalam bentuk perilaku seperti kurang bersimpati dengan teman yang sedang mengalami kesusahan, kurangnya kemauan untuk menolong teman yang akan meminjam buku catatan, kesadaran berempati rendah, kurangnya kemauan dalam beramal, memilih-milih dalam memberikan pertolongan (cenderung menolong teman yang disukai dan akrab), sering berbohong kepada guru, dan kurangnya kesadaran untuk kerjasama dengan teman di kelasnya. Apabila perilaku tersebut terus dibiarkan tanpa diberikan penanganan secara serius, maka akan merugikan peserta didik sebab akan menghambat proses sosialisasi dengan teman sebaya dan proses belajar di sekolah. Hubungan yang terjalin dengan teman sebaya akan memberikan pengaruh sosial terhadap kehidupan remaja, terutama di dalam menumbuhkan perilaku 5

6 prososial dalam diri remaja. Hartup (dalam Desmita, 2009: 220) mencatat bahwa hubungan dengan teman sebaya memberikan pengaruh fungsi sosial dan psikologis yang penting terhadap remaja. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa hubungan yang terjalin dengan teman sebaya akan memberikan pengaruh sosial dan psikologis yang positif terhadap perkembangan remaja, termasuk di dalamnya memberikan pengaruh dalam menumbuhkan perilaku prososial peserta didik. Proses pertumbuhan perilaku prososial dipengaruhi oleh beberapa faktor. Myers (2010: 459) menyatakan, in addition to helping that is motivated by external and internal rewards, and the evading of punishment or distress, there appears also to be a genuine, empathy-based altruism. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa pemberian pertolongan sepenuhnya dimotivasi oleh penghargaan secara internal dan eksternal, adanya kemauan untuk menghindari perasaan bersalah sehingga menjadi tampak nyata dalam perwujudan tindakan altruisme yang berdasarkan pada empati. Myers (2010: 460) menambahkan bahwa perilaku prososial secara umum dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor situasional yang meliputi karakteristik dari individu yang membutuhkan pertolongan, jumlah dan kehadiran dari bystander serta tekanan waktu, sedangkan faktor personal meliputi emosi, perasaan, empati, trait-trait kepribadian, mood dan juga norma-norma yang berlaku. Pernyataan tersebut menandakan bahwa pembentukan perilaku prososial peserta didik di sekolah dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor situasional dan faktor personal. Salah satu faktor situasinal yang juga dapat mempengaruhi perilaku prososial adalah dukungan sosial teman sebaya. Dukungan sosial teman sebaya dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu sehingga akan memberikan suatu kenyamanan terhadap individu yang menerimanya. Cobb (dalam Smet, 1994: 136) menjelaskan bahwa dukungan sosial merupakan 6

7 informasi yang menuntun seseorang untuk meyakini bahwa ternyata dirinya diurus dan disayangi. Penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh individu lain akan memberikan suatu penguatan terhadap individu bahwa dirinya diperhatikan oleh individu-individu disekitarnya. Penelitian yang dilakukan oleh Vallentina (2007: 56) tentang perilaku prososial pada remaja ditinjau dari keharmonisan keluarga dan dukungan sosial teman sebaya mendukung peranan teman sebaya terhadap pembentukan perilaku prososial peserta didik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keharmonisan keluarga dan dukungan sosial teman sebaya terhadap perilaku prososial remaja. Hal tersebut menandakan bahwa keluarga yang harmonis akan mendukung perkembangan sosial remaja yang positif, yaitu keluarga memberikan kehangatan dan rasa percaya, sehingga remaja memiliki keyakinan dan rasa percaya diri dalam membangun hubungan yang lebih luas dimasa mendatang. Dukungan sosial teman sebaya memiliki peranan utama dalam kehidupan remaja, sebab remaja menganggap teman-teman lebih dapat memahami keinginannya. Dukungan sosial teman sebaya yang positif akan memberikan contoh atau modelling kepada remaja dalam berperilaku prososial. Keberadaan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah yang telah berlangsung sejak lama seharusnya dapat membantu peserta didik dalam menanamkan perilaku prososial dalam dirinya. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan masih ditemukan peserta didik yang menunjukkan perilaku antisosial di dalam dirinya. Hal tersebut menunjukkan adanya kesenjangan yang jelas antara keadaan yang seharusnya dengan senyatanya. Oleh karena itu, maka perlu diadakan penelitian deskriptif dengan judul Kontribusi Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Perilaku Prososial Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 2 Ngadirojo. 7

8 B. METODE PENELITIAN Tempat penelitian mengambil lokasi di SMP Negeri 2 Ngadirojo yang terletak di Jalan Raya Ngadirojo-Jatipuro KM 2, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Februari Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Ngadirojo. Jumlah peserta didik yang menjadi populasi pada penelitian ini berjumlah 205 peserta didik. Pengambilan jumlah sampel didasarkan pada tabel Krecjie. Berdasarkan tabel Krecjie (dalam Sugiyono, 2010: 128) apabila jumlah populasi sebanyak 205 peserta didik maka sampel yang digunakan adalah 134 peserta didik. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah random sampling. Teknik sampling ini mengambil sampel secara acak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013: 120) yang menyatakan bahwa teknik random sampling dalam pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak. Teknik random sampling memberikan kesempatan yang sama untuk seluruh peserta didik untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, khususnya jenis angket tertutup yang mengacu pada skala likert yang telah dimodifikasi, yaitu dengan daftar pernyataan yang menggunakan empat alternatif jawaban yang terdiri dari pilihan jawaban sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. Hipotesis pertama dan kedua diuji menggunakan t.test satu sampel yang kemudian dilanjutkan dengan uji satu fihak, khususnya menggunakan uji fihak kiri. Penghitungan t.test satu sampel dan uji satu fihak menggunakan SPSS 20. Hipotesis ketiga diuji menggunakan teknik analisis regresi. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Perilaku prososial peserta didik SMP Negeri 2 Ngadirojo tergolong tinggi tidak 8

9 dapat diterima. Hasil tersebut dibuktikan dari penghitungan terhadap variabel perilaku prososial diperoleh thitung < ttabel yaitu -13,619 > 1,6563. Skor rata-rata yang diperoleh peserta didik berada pada interval , sehingga menunjukkan kategori sedang. Perilaku prososial dalam kategori tinggi belum tercapai diduga disebabkan oleh karakteristik peserta didik yang sedang dalam masa peralihan sehingga memerlukan penyesuaian diri yang tepat. Peserta didik yang rata-rata berusia 13 sampai 14 tahun beranggapan bahwa menjalin hubungan dengan teman sebaya itu penting. Santrock (alih bahasa Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih, 2003: 220) menyatakan bahwa hubungan dengan teman sebaya merupakan bagian yang paling besar bagi remaja. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa melalui hubungan baik yang terjalin dengan teman sebaya merupakan masa ketika remaja akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru, masukan dan informasi tentang dunia di luar keluarga dari teman sebayanya, sehingga akan memberikan pengaruh dalam perkembangan selanjutnya. Remaja yang belum memiliki kesadaran untuk menyesuaikan diri dan menjalin hubungan baik dengan lingkungan teman sebayanya cenderung akan berperilaku acuh tak acuh dan kurang peduli dengan keadaan sekitar. Oleh sebab itu akan muncul perilaku antisosial seperti kurangnya kesadaran untuk bersimpati dengan keadaan teman, kesadaran berempati rendah, kerjasama rendah, dan kurangnya kemauan untuk beramal sehingga wajar apabila usia remaja belum mampu berperilaku prososial. Upaya untuk membantu peserta didik dalam berperilaku prososial dapat diajarkan oleh orang tua dan guru, terutama guru Bimbingan dan Konseling. Guru BK dapat memberikan layanan Bimbingan dan Konseling, seperti pemberian layanan informasi mengenai pentingnya memiliki perilaku prososial, layanan konseling kelompok, dan diskusi kelompok. Pemberian layanan tersebut bertujuan agar peserta didik memiliki pemahaman akan pentingnya menjalin hubungan yang baik dengan 9

10 teman sebaya agar peserta didik menyadari betapa pentingnya berperilaku prososial dalam kehidupan sehari-hari. 2) Dukungan sosial teman sebaya peserta didik SMP Negeri 2 Ngadirojo tergolong tinggi tidak dapat diterima. Hasil tersebut dibuktikan dari penghitungan terhadap variabel dukungan sosial teman sebaya diperoleh thitung < ttabel yaitu -13,132 < 1,6563. Skor rata-rata yang diperoleh peserta didik berada pada interval 84-99, sehingga menunjukkan kategori sedang. Dukungan sosial teman sebaya yang tinggi belum dapat tercapai diduga disebabkan oleh karakteristik peserta didik yang berusia 13 sampai 14 tahun cenderung menjadikan lingkungan kelompok teman sebaya sebagai lingkungan yang penting. Santrock (alih bahasa Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih, 2003: 220) menyatakan bahwa remaja memperoleh umpan balik tentang kemampuan mereka dari kelompok teman sebaya. Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa remaja akan memperoleh umpan balik berupa penilaian tentang perbuatan yang dilakukan serta gambaran tentang diri melalui hubungan yang terjalin dengan kelompok teman sebaya. Remaja mulai lebih intensif berinteraksi dengan lingkungan kelompok teman sebaya dibandingkan dengan orangtua. Melalui interaksi tersebut remaja mulai merasa tergantung terhadap kehadiran dan umpan balik yang diberikan kelompok teman sebaya. Kurangnya kesadaran remaja untuk menjalin interaksi sosial dengan teman sebaya menyebabkan kurangnya pemahaman remaja tentang pentingnya pemberian dukungan sosial teman sebaya, berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dukungan instrumental dan dukungan kelompok sebaya. Oleh sebab itu wajar apabila remaja belum memberikan dukungan sosial teman sebaya yang tinggi. Berdasarkan penjelasan di atas hendaknya dukungan sosial teman sebaya peserta didik di sekolah harus ditingkatkan, sehingga peserta didik mampu memberikan dukungan sosial terhadap lingkungan teman sebayanya. Dukungan sosial teman 10

11 sebaya yang tinggi dapat diperoleh melalui pemberian layanan Bimbingan dan Konseling oleh guru BK di sekolah seperti layanan informasi mengenai pentingnya dukungan sosial teman sebaya, dan layanan konseling kelompok. 3) Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan pada hipotesis ketiga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang berbunyi dukungan sosial teman sebaya berkontribusi terhadap perilaku prososial diterima. Kontribusi variabel dukungan sosial teman sebaya terhadap perilaku prososial peserta didik di sekolah adalah sebesar 9,6%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa dukungan sosial teman sebaya turut memberikan kontribusi terhadap perilaku prososial peserta didik di sekolah. Meskipun angka sumbangan variabel dukungan sosial teman sebaya tidak terlalu besar, dukungan sosial teman sebaya tidak banyak menyumbang terhadap perilaku prososial, namun variabel tersebut tetap harus diperhatikan untuk menunjang perkembangan peserta didik. Berdasarkan data hasil penghitungan di atas dapat dimaknai bahwa setiap kenaikan variabel dukungan sosial teman sebaya (X) akan diikuti oleh meningkatnya variabel perilaku prososial (Y). Pemberian dukungan sosial oleh teman sebaya terhadap peserta didik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan manfaat sosial secara positif terhadap perkembangan peserta didik, khususnya dalam pembentukan perilaku prososial. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Spica (2008: 64) tentang perilaku prososial ditinjau dari empati dan dukungan sosial teman sebaya mendukung peranan dukungan sosial teman sebaya terhadap perilaku prososial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku prososial. Peserta didik yang memiliki tingkat dukungan sosial tinggi akan cenderung memiliki perilaku prososial yang tinggi. Hal tersebut disebabkan peserta didik yang biasa mendapatkan dukungan sosial dari teman sebayanya akan cenderung merasa nyaman, dihargai, diinginkan 11

12 dan diperhatikan oleh lingkungan sosialnya. Dukungan sosial yang diperoleh tersebut akan menimbulkan rasa memiliki dan kebersamaan di dalam kelompok teman sebaya sehingga akan mendorong munculnya perilaku simpatik, kerjasama, menolong, persahabatan, dan berbagi sebagai perwujudan dari perilaku prososial. D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) perilaku prososial peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Ngadirojo pada tahun pelajaran 2014/2015 tergolong pada kategori sedang, 2) dukungan sosial teman sebaya peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Ngadirojo pada tahun pelajaran 2014/2015 tergolong pada kategori sedang, dan 3) dukungan sosial teman sebaya memiliki kontribusi terhadap perilaku prososial. Kontribusi variabel dukungan sosial teman sebaya terhadap variabel perilaku prososial peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Ngadirojo pada tahun pelajaran 2014/2015 adalah sebesar 9,6%. Berdasarkan simpulan di atas, maka ada beberapa saran yang perlu disampaikan, yaitu: 1) Peserta didik perlu untuk tetap aktif dalam berinteraksi secara positif dengan lingkungan teman sebaya, sehingga perilaku prososialnya semakin baik, 2) Peserta didik perlu memahami bahwa pemberian dukungan sosial teman sebaya memiliki kaitan yang erat terhadap kemampuan dalam berperilaku prososial yang tepat, 3) Peserta didik dalam berperilaku prososial perlu ditingkatkan dengan memperhatikan dan mengaplikasikan layanan-layanan yang diberikan oleh guru Bimbingan dan Konseling sehingga peserta didik menyadari pentingnya berperilaku prososial dalam kehidupan sehari-hari, 4) Perilaku prososial memiliki peranan yang penting dalam hubungan interpersonal peserta didik dengan peserta didik lain. Oleh karena itu, agar peserta didik mampu memilki perilaku prososial yang tepat maka Guru BK diharapkan mampu memberikan layanan-layanan yang dapat meningkatkan kesadaran 12

13 peserta didik untuk berperilaku prososial yang tepat, 5) Guru BK diharapkan memberikan layanan bimbingan sosial yang berhubungan dengan pentingnya pemberian dukungan sosial teman sebaya terhadap peserta didik lain, sebab dukungan sosial teman sebaya memberikan kontribusi terhadap perilaku prososial, 6) Bagi penelitian selanjutnya, disarankan dalam mengembangkan tentang perilaku prososial agar ditinjau dari aspekaspek lain yang diasumsikan mempengaruhi perilaku prososial, sehingga akan diperoleh hasil yang beragam. 13

14 DAFTAR PUSTAKA Baron, R.A. & Byrne, D.(1997).Social Psychology.Eight Edition.USA: Allyn and Bacon A Viacom Company. Desmita.(2009).Psikologi Perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Myers, D.G.(2010).Social Psychology.Tenth Edition.New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Santrock, J.W.(2003).Adolescence (Perkembangan Remaja).Terj. Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih.Edisi Keenam.Jakarta: Penerbit Erlangga. Smet, B.(1994).Psikologi Kesehatan.Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Spica, B.(2008).Perilaku Prososial Mahasiswa Ditinjau dari Empati dan Dukungan Sosial Teman Sebaya.Skripsi Tidak Dipublikasikan.Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. Sugiyono.(2013).Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Penerbit Alfabeta. Vallentina, S.(2007).Perilaku Prososial pada Remaja Ditinjau dari Keharmonisan Keluarga dan Dukungan Sosial Teman Sebaya.Skripsi Tidak Dipublikasikan.Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. Walgito, B.(2003).Psikologi Sosial: Suatu Pengantar.Yogyakarta: Andi Offset. Zulkilfli.(2009).Psikologi Perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 14