BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan penelitian 1.3 Kerangka Teori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan penelitian 1.3 Kerangka Teori"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menolong merupakan perbuatan yang mulia, sejauh pertolongan itu dibutuhkan sehingga bermanfaat. Namun terkadang pertolongan justru tidak datang saat dibutuhkan. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam tingkah laku menolong. Pada skala besar kebijakan pemerintah merupakan salah satu bentuk pertolongan yang ditujukan kepada rakyat, namun demikian belum seluruhnya terakomodir oleh kebijakan tersebut. Dari yang berskala besar kita dapat melihat ke skala yang lebih kecil. Seperti halnya kebijakan dibuat, pertolongan dimulai dengan informasi yang memadai sehingga pertolongan yang diberikan bermanfaat. Tingkah laku menolong, atau dalam bahasa psikologi sosial lebih dikenal dengan tingkah laku prososial, adalah tindakan individu untuk menolong orang lain tanpa adanya keuntungan langsung bagi si penolong (Baron, Byrne, dan Branscombe, 2006) (dalam Sarlito.dkk, 2009:123). Meskipun begitu keuntungan dari pertolongan yang diberikan masih menjadi bahan pertimbangan. Hal tersebut dapat dilihat ketika musim kampanye, atau ketika seseorang menolak untuk memberikan pertolongan karena harus mengorbankan sesuatu. Dengan demikian sikap selfish dapat ditunjukan oleh orang yang memberi pertolongan. Selain sikap selfish ada juga sikap selfless dimana seseorang dengan tidak memberikan perhitungan terhadap keuntungan atau bahkan mengabaikan dirinya memberikan pertolongan kepada orang lain. Altruisme merupakan keadaan seseorang yang termotivasi untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain (Batson: 1991). Dengan ketidak kemampuan yang berbeda-beda dari setiap orang menjadikan tingkah laku menolong sangat diperlukan. 1.2 Tujuan penelitian Mengetahui kesediaan seseorang untuk memberikan pertolongan. Memahami tingkah laku menolong seseorang. Mengetahui pengaruh afeksi, pola pikir, dan kognitif dalam tingkah laku menolong. 1.3 Kerangka Teori 1. Teori Evolusi Teori ini menjelaskan mengenai inti dari kehidupan adalah kelangsungan hidup gen untuk hidup dengan lestari. a. Perlindungan kerabat (kin protection) Tingkah laku menolong yang masih adanya hubungan biologis, seperti hubungan orang tua dan anaknya. Tindakan menolong itu dilakukan demi kelangsungan gen-gen orang tua yang ada dalam diri anak, sehingga gennya akan mempunyai peluang lebih besar untk bertahan 1

2 dan lestari dibandingkan dengan orang tua yang mengabaikan anaknya (Myers, 1996). b. Timbal-balik biologic (biological reciprocity) Prinsip timbal balik dalam teori evolusi ini, yaitu menolong untuk memperoleh pertolongannya kembali (Sarwono, 2002) 2. Teori Belajar Ada dua teori yang menjelaskan tentang tingkah laku menolong, yaitu teori belajar sosial (sosial learning theory) dan teori pertukaran sosial (sosial exchange theory) a. Teori belajar sosial (sosial learning theory) Dalam teori belajar sosial,tingkah laku manusia dijelaskan sebagai hasil proses belajar terhadap lingkungan. Berkaitan dengan tingkah laku menolong, seseorang menolong karena ada proses belajar melalui observasi terhadap model prososial. b. teori pertukaran sosial (sosial exchange theory) menurut teori pertukaran sosial, interaksi sosial bergantung pada untung dan rugi yang terjadi. Teori ini melihat tingkah laku menolong sebagai hubungan pertukaran dengan menerima dan memberi (take and give relationship) 3. Teori Empati Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang dapat merasakan apa yang orang lain rasakan dengan komponen kognitif seseorang mampu memahami apa yang orang lain rasakan beserta alasannya. a. Hipotesis empati-altruisme (empathy-altruism hyphothesis) Perhatian yang empatik yang dirasakan seseorang terhadap penderitaan orang lain akan menghasilkan motivasi dan mengurangi penderitaaan orang tersebut. Motivasi menolong ini sangat kuat sehingga seseorang bersedia terlibat dalam aktivitas menolong yang tidak menyenangkan, berbahaya, bahkan mengancam jiwanya. (Batson,1995,2008). b. Model mengurangi perasaan negatif (negative-state-relief model) Dikemukakan oleh Cialdini dan rekan-rekan penelitiannya (1981, dalam Baron, Byrne, dan Branscombe,2006) Dalam teori ini dijelaskan bahwa orang yang menolong untuk mengurangi perasan negatif akibat melihat penderitaan orang lain. 2

3 Tingkah laku menolong dapat berperan sebagai self help agar seseorang terbebas dari suasana hati yang tidak menyenangkan. c. Hipotesis kesenangan empatik (empathic joy hypothesis) Tingkah laku menolong dapat dijelaskan berdasarkan hipotesis kesenangan empatik (Smith, dkk., 1998, dalam Baron, Byrne, dan bronscombe, 2006). Dalam hipotesis tersebut, di katakan bahwa seseorang akan menolong bila ia memperkirakan dapat ikut merasakan kebahagiaan orang yang akan ditolong atas pertolongan yang di berikannya. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali seseorang menolong karena percaya bahwa pertolongannya akan memberikan hasil yang positif. 4. Teori Perkembangan Kognisi Sosial Tingkah laku menolong melibatkan proses kognitif seperti persepsi, penalaran, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Pendekatan kognisi berfokus pada pemahaman yang mendasari suatu tingkah laku sosial. 5. Teori Norma sosial Norma merupakan harapan-harapan masyarakat berkaitan dengan tingkah laku yang seharusnya dilakukan sekarang (myers, 1996). Ada dua bentuk norma yang memotivasi seseorang untuk melakukan tingkah laku menolong, yaitu dan norma tanggung jawab sosial (the sosial responsibility norm) 1.4 Sumber Data Penulis menggunakan sumber data dari pelbagai media seperti buku, modul kuliah, dan internet serta hasil quistioner yang diperoleh dari 20 responden. 1.5 Format Quistioner Jenis Kelamin : Usia : a. Laki-laki b. Perempuan Kapan Anda menolong: a. Saat orang lain melakukan pertolongan b. Saat orang lain membutuhkan pertolongan 3

4 Siapa yang Anda tolong: a. Orang yang meminta tolong b. Orang yang lemah/dalam keadaan susah Mana yang Anda dahulukan: a. Menolong Wanita b. Menolong Anak-anak Mana yang Anda dahulukan: a. Menolong Orang tua b. Menolong Wanita & Anak-anak Mana yang lebih membutuhkan pertolongan: Mana yang lebih membutuhkan pertolongan: a. a. b. b. Pilihlah salah satu tindakan menolong: a. Mengantarkan seseorang yang tersesat sampai ke tujuan b. Menyelamatkan seseorang yang terseret ombak Bagaimana perasaan Anda setelah menolong orang lain: a. Bahagia b. Tenang 4

5 Ketika menolong Anda berfokus kepada: a. Masalah orang yang ditolong b. Keadaan orang yang ditolong Apakah anda memiliki pemikiran untuk menjadi relawan/mendedikasikan diri untuk orang lain: a. Ya b. Tidak 5

6 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial Secara garis besar ada dua hal yang mempengaruhi tindakan perilaku prososial, yakni: Pengaruh eksternal/situasional: a. Bystander (kehadiran orang lain) b. Atribusi terhadap korban c. Nilai-nilai dan norma sosial d. Model-model prososial Pengaruh internal: a. Empati b. Kepribadian c. Gender d. Suasana hati 2.2 Hasil Observasi 1. Kapan Anda menolong? 10% memilih option a.saat orang lain melakukan pertolongan 90% memilih option b.saat orang lain membutuhkan pertolongan Modeling Bandura, dimana orang lain melakukan yang orang lain lakukan. Kesamaan dengan orang lain mendukung munculnya perasaan positif memperbesar peluang untuk munculnya tingkah laku menolong sehingga orang cenderung menolong kepada orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya (Myres, 1996) (dalam Sarlito.dkk, 2009:140). 2. Siapa yang Anda tolong? 25% memilih option a.orang yang meminta tolong 75% memilih option b. Orang yang lemah/dalam keadaan susah Cara yang paling efektif bagi seorang korban untuk mengurangi ketidakjelasan atas kondisinya yang membutuhkan pertolongan adalah dengan meminta pertolongan secara jelas (Baron, Byrne, dan Branscombe, 2006). 6

7 Kondisi tidak jelas (Ambigu) dapat menyebabkan penolong potensial menahan diri dan menunggu kejelasan (Sarlito.dkk, 2009:140). Hipotesis empati-altruisme Empatimerupakan respon yang kompleks, meliputi komponen afektif (merasakan) dan kognitif (memahami) (Sarlito.dkk, 2009:128). Motivasi menolong dari Empati bisa sangat besar sehingga seseorang bersedia terlibat dalam aktivitas menolong yang tidak menyenangkan, berbahaya, bahkan mengancam jiwanya (Batson, 1995, 2008). 3. Mana yang Anda dahulukan? Golput 20% memilih option a. Menolong Wanita 65% memilih option b. Menolong Anak-anak 15 % Laki-laki cenderung lebih mau terlibat dalam aktivitas menolong pada situasi darurat atau berbahaya, sebabnya laki-laki dianggap lebih kuat dan memiliki keterampilan melindungi (Sarlito.dkk, 2009:136). Sementara perempuan, lebih tampil menolong pada situasi yang bersifat pada memberi dukungan emosi, merawat, dan mengasuh (Deaux, Dane, Wrightsman, 1993) (dalam Sarlito.dkk, 2009:136). Teori Evolusi, orang tua yang mengutamakan kesejahteraan anak dibandingkan dengan kesejahteraan dirinya sendiri, genya akan mempunyai peluang lebih besar untuk bertahan dan lestari dibandingkan orang tua yang mengabaikan anaknya (Myers, 1996) (dalam Sarlito.dkk, 2009: 125). 4. Mana yang Anda dahulukan? 80% memilih option a. Menolong Orang tua Golput 10% memilih option b. Menolong Wanita & Anak-anak 10% Norma tanggung jawab sosial Norma ini memotivasi seseorang untuk membantu (karena rasa tanggung jawab) orang-orang yang lebih lemah darinya. Sehingga seseorang harus memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan pertolongan tanpa mengharapkan balasan dimasa datang (Sarlito.dkk, 2009:131) 5. Mana yang lebih membutuhkan pertolongan? a. b. 7

8 15% memilih 10% golput 75% memilih Kesediaan untuk menolong dipengeruhi oleh kejelasan bahwa korban benarbenar membutuhkan pertolongan (clarity of need),korban memang layak mendapatakan bantuan yang dibutuhkan (legitimate of need), dan bukanlah tanggung jawab korban sehingga korban memerlukan bantuan dari orang lain (atribusi eksternal) (Deaux, Dane, Wrightsman, 1993). Jumlah Korban (orang yang membutuhkan pertolongan) 6. Mana yang lebih membutuhkan pertolongan? A. b. 65% memilih 5% golput 30% memilih 7. Ketika menolong Anda berfokus kepada? 25% memilh option a. Masalah orang yang ditolong 75% memilih option b. Keadaan orang yang ditolong Locus of control adalah keyakinan seseorang terhadap apa yang mengendalikan dirinya, hal tersebut mempengaruhi atribusi (internal/eksternal). Seseorang akan termotivasi untuk memberikan bantuan pada orang lain bila Ia mengasumsikan bahwa ketidakberuuntungan korban adalah diluar kendali (Weiner, 1980) 8. Pilihlah salah satu tindakan menolong? 70% memilih option a. Mengantarkan seseorang yang tersesat sampai ke tujuan. 30% memilih option b. Menyelamatkan seseorang yang terseret ombak. Bystander memiliki pengetahuan & keterampilan untuk memberikan pertolongan yang sesuai. Sifat Heroik (Penghargaan, penerimaan, prestise). 8

9 Keuntungan dari tingkah laku menolong dapat bersifat menolong untuk memperoleh imbalan dari lingkungan (external self-rewards) atau menolong untuk mendapat kepuasan batin (internal self-rewards) (Myers, 1996). 9. Bagaimana perasaan Anda setelah menolong orang lain: 45% memilih option a. Bahagia 55% memilih option b. Tenang Hipotesis kesenangan empatik Dalam hipotesis tersebut, dikatakan bahwa seseorang akan menolong bila Ia memperkirakan dapat ikut merasakan kebahagiaan orang yang akan ditolong atas pertolongan yang diberikannya (Sarlito.dkk, 2009:129) Guilt, orang dapat merasa lebih baik setelah memberikan pertolongan, atau menolong untuk menghindari perasaan bersalah atau malu jika tidak menolong (Deaux, Dane, Wrightsman, 1993). 10. Apakah anda memiliki pemikiran untuk menjadi relawan/mendedikasikan diri untuk orang lain: 65% memilih option a. ya 35% memilih option b. Tidak Clary dan Snyder (1999) dalam Baron, Byrne, Branscombe (2006), ada enam fungsi dasar yang berlaku pada pekerja sukarela: Fungsi nilai (misalnya, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan) Fungsi pemahaman (belajar lebih memahami dunia) Fungsi pengembangan (pengembangan diri) Fungsi karier (berhubungan dengan karier) Fungsi sosial (memperkuat hubungan sosial) Fungsi perlindunagn (misalnya, untuk mengurangi perasaan negatif atau rasa bersalah). 9

10 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Baik menolong maupun ditolong adalah sebuah keputusan yang diambil oleh seseorang. Mereka mempertimbangkan perasaan, tanggung jawab, pengetahuan, kemampuan (keterampilan), nilai, dan hasil. Berdasarkan hasil observasi langsung serta hasil quitioner yang kami berikan pada 20 orang secara acak, dapat kami simpulkan bahwa MENOLONG adalah perilaku yang ditunjukan untuk membantu orang lain tanpa adanya keuntungan langsung bagi si penolong. Namun, ada beberapa hal yang juga dapat menghambat atau menghalangi seseorang utuk melakukan pertolongan yaitu adanya desakan waktu. Dari beberapa orang yang kami temui ada yang menolong untuk menolong kami karena mereka terdesak oleh waktu (buru-buru). DAFTAR PUSTAKA Sarwono, Sarlito W. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2009 Qomurisa, Nikki. Teori Perilaku Sosial Ali, Iqbal. Altruisme: Helping Without Selfish

TINGKAH LAKU PROSOSIAL

TINGKAH LAKU PROSOSIAL TINGKAH LAKU PROSOSIAL Modul ke: Fakultas Psikologi Dasar tingkah pro-sosial; Tahap-tahap perilaku menolong; Respons terhadap keadaan darurat; Pengaruh internal dan eksternal dalam menolong; Komitmen jangka

Lebih terperinci

Psikologi Sosial 1. Perilaku Prososial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 12

Psikologi Sosial 1. Perilaku Prososial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 12 MODUL PERKULIAHAN Perilaku Prososial Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61017 Abstract Materi tentang pengertian tingkah laku menolong, mengapa orang menolong,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional

BAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Altruis 2.1.1 Pengertian Altruis adalah suatu bentuk perilaku menolong berupa kepedulian untuk menolong orang lain dengan sukarela tanpa mengharapkan adanya imbalan atau balasan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Prososial 2.1.1 Pengertian Perilaku Prososial Menurut Kartono (2003) menyatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu perilaku prososial yang menguntungkan dimana terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Definisi Altruisme Altruism (altruisme)adalah tindakan sukarela untuk membantu orang lain tanpa pamrih, atau ingin sekedar beramal baik (Schroder, Penner, Dovido,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan kata lain, perilaku kita pada umumnya di motivasi oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan kata lain, perilaku kita pada umumnya di motivasi oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan (goal oriented) dengan kata lain, perilaku kita pada umumnya di motivasi oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Rahman (2013), perilaku prososial adalah segala tindakan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Rahman (2013), perilaku prososial adalah segala tindakan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Definisi Perilaku Prososial Menurut Rahman (2013), perilaku prososial adalah segala tindakan yang ditujukan untuk memberikan keuntungan pada satu atau banyak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Perososial 2.1.1 Pengertian Perilaku Prososial Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang

Lebih terperinci

c. Pengalaman dan suasana hati.

c. Pengalaman dan suasana hati. PERILAKU PROSOSIAL Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya. William (1981) membatasi perilaku prososial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Prososial 2.1.1 Pengertian Perilaku Prososial Perilaku prososial menurut Baron dan Byrne (2005) adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. untuk mendirikan bangunan sehingga sangat banyak bangunan yang di padati oleh

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. untuk mendirikan bangunan sehingga sangat banyak bangunan yang di padati oleh BAB I A. Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk bertambah pula lahan yang dibutuhkan untuk mendirikan bangunan sehingga sangat banyak bangunan yang di padati oleh penduduk. Bahkan banyak kelalaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. bersifat nyata (Sarwono, 2002). Di kehidupan sehari-hari terdapat berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. bersifat nyata (Sarwono, 2002). Di kehidupan sehari-hari terdapat berbagai macam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial Perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh setiap individu dan sesuatu yang bersifat nyata (Sarwono, 2002). Di kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. individu yang menjalani kehidupan didunia ini. Proses seorang individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. individu yang menjalani kehidupan didunia ini. Proses seorang individu dalam BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap individu yang menjalani kehidupan didunia ini. Proses seorang individu dalam mencapai kebahagiaan,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI SOSIAL 1 * KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI SOSIAL 1 * KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 3 SKS TIU : mahasiswa mampu memahami dan menganaliusa perilaku manusia dalam lingkup sosial serta penerapannya dalam beberapa fenomena sosial yang berkaitan langsung dengan perilaku manusia 1 Pengantar A. Pengantar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri tanpa mengharapkan sesuatu dari si penolong itu sendiri. Perilaku

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri tanpa mengharapkan sesuatu dari si penolong itu sendiri. Perilaku BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial Sears, Jhonathan, Anne (1994), berpendapat perilaku prososial adalah tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Sejak jaman dahulu manusia hidup bergotongroyong, sesuai dengan pepatah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Definisi Perilaku Prososial Perilaku prososial memiliki arti sebagai sosial positif atau mempunyai konsekuensi positif. Sosial positif ini didasarkan atas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN KOTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADAA PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK Murhima A. Kau Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo INTISARI Proses perkembangan perilaku prososial menurut sudut pandang Social Learning Theory

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Konstruk yang dideskripsikan sebagai Locus of control pertama-tama

BAB II KAJIAN TEORI. Konstruk yang dideskripsikan sebagai Locus of control pertama-tama BAB II KAJIAN TEORI A. Locus Of Control 1. Pengertian Locus Of Control Konstruk yang dideskripsikan sebagai Locus of control pertama-tama muncul dengan terpublikasinya sebuah monograf oleh Rotter. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak masih zaman Yunani kuno. Para filsuf klasik berpandangan bahwa bagian

BAB I PENDAHULUAN. sejak masih zaman Yunani kuno. Para filsuf klasik berpandangan bahwa bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandangan bahwa manusia sebagai individu merupakan satu kesatuan dari aspek fisik atau jasmani dan psikis atau rohani atau jiwa yang tidak dapat dipisahkan, sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain baik orang terdekat seperti keluarga ataupun orang yang tidak dikenal, seperti

BAB I PENDAHULUAN. lain baik orang terdekat seperti keluarga ataupun orang yang tidak dikenal, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain di sekitarnya. Dalam kehidupannya, manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga Bosnia oleh Kroasia. Seorang reporter TV Inggris, Michael Nicholson,

BAB I PENDAHULUAN. warga Bosnia oleh Kroasia. Seorang reporter TV Inggris, Michael Nicholson, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Durkin melaporkan pada pertengahan tahun 1992, terjadi pembantaian warga Bosnia oleh Kroasia. Seorang reporter TV Inggris, Michael Nicholson, berusaha menyelamatkan

Lebih terperinci

Pokok bahasan: 1. Merespon keadaan darurat. 2. Penolong dan mereka yg menerima pertolongan.

Pokok bahasan: 1. Merespon keadaan darurat. 2. Penolong dan mereka yg menerima pertolongan. Pokok bahasan: 1. Merespon keadaan darurat 2. Penolong dan mereka yg menerima pertolongan. 3. Menjelaskan tingkah laku prososial: mengapa orang menolong? Perilaku prososial: Adl tindakan menolong yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan batasan yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. dan batasan yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini. BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, peneliti menjabarkan latar belakang, rumusan permasalahan, hipotesis, tujuan dan manfaat penelitian, definisi terminologis dan juga cakupan dan batasan yang akan digunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memiliki akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. juga memiliki akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, manusia juga memiliki akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Sebagai makhluk sosial, itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong, sangat ironis jika realitas yang terjadi menunjukan hal yang sebaliknya, perilaku individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses hidup, manusia selalu membutuhkan orang lain mulai dari lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses hidup, manusia selalu membutuhkan orang lain mulai dari lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai arti bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa adanya kehadiran orang lain dilingkungan sekitarnya. Dalam proses hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan Pramuka yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan Pramuka yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan Pramuka yang merupakan singkatan dari Praja Muda Karana yang mempunyai arti orang-orang yang berjiwa muda dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia disebut juga sebagai makhluk holistik, yaitu bisa berfungsi sebagai makhluk individual, makhluk sosial, dan juga makhluk religi. Manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan menolong ini berarti memberikan sesuatu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tindakan yang memberikan keuntungan bagi orang lain. A.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menolong

BAB II LANDASAN TEORI. tindakan yang memberikan keuntungan bagi orang lain. A.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menolong BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Menolong Perilaku menolong adalah suatu tindakan yang memberikan keuntungan bagi orang lain, yang dapat meningkatkan kesejahteraan orang lain, yang terkadang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh keramahan. Namun akhir-akhir ini banyak ahli yang harus berpikir

BAB I PENDAHULUAN. penuh keramahan. Namun akhir-akhir ini banyak ahli yang harus berpikir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Indonesia sejak dulu dikenal oleh dunia karena masyarakatnya yang hidup dengan rukun, saling tolong menolong, saling mensejahterakan dan penuh keramahan. Namun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial pada Remaja 1. Pengertian Perilaku Prososial pada Remaja Sears dkk. (1994: 47), berpendapat perilaku prososial adalah tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi

Lebih terperinci

Perilaku Menolong, Prosocial dan Altruisme

Perilaku Menolong, Prosocial dan Altruisme Perilaku Menolong, Prosocial dan Altruisme Prepared by: Prof. DR. Koentjoro bin Soeparno Visiting Professor School of Psychology and Human Development Faculty of Social Sciences and Humanities University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk. dasarnya ia memiliki ketergantungan. Inilah yang kemudian menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk. dasarnya ia memiliki ketergantungan. Inilah yang kemudian menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk berdampingan dengan orang lain dan tidak bisa hidup secara individual. Manusia tidak akan mampu hidup sendiri

Lebih terperinci

DIRI PRIBADI. Tentang Diri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. mengkomunikasikan tentang Diri Pribadi

DIRI PRIBADI. Tentang Diri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. mengkomunikasikan tentang Diri Pribadi MODUL PERKULIAHAN DIRI PRIBADI Presentasi diri; Pengetahuan diri pribadi; Berpikir mengenai diri pribadi; Harga diri pribadi; Penilaian diri pribadi; Diri pribadi sebagai sasaran prasangka Fakultas Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat. Artinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat. Artinya, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman dan teknologi, terjadi perubahan pola hidup masyarakat. Perubahan pola hidup ini tidak selalu bersifat positif, ada beberapa pola

Lebih terperinci

Dinamika Psikologis Gotong-royong (Studi Fenomenologi pada Survivor Bencana) Fakultas Psikologi

Dinamika Psikologis Gotong-royong (Studi Fenomenologi pada Survivor Bencana) Fakultas Psikologi DINAMIKA PSIKOLOGIS GOTONG-ROYONG (STUDI FENOMENOLOGI PADA SURVIVOR BENCANA ERUPSI GUNUNG KELUD DI DESA PANDANSARI KECAMATAN NGANTANG) Anis Mukhodimatul Jannah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) adalah lembaga pendidikan swasta yang mempunyai visi yaitu menjadi universitas yang unggul dalam pengembangan

Lebih terperinci

ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai. Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai. Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : IKA IRYANA F.100110078 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

PERILAKU PROSOSIAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 20 PADANG ARTIKEL

PERILAKU PROSOSIAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 20 PADANG ARTIKEL PERILAKU PROSOSIAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 20 PADANG ARTIKEL Oleh: BUNGA AFASLI NPM: 12060238 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR I.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR I.1. Latar Belakang BAB I PENGANTAR Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Makhluk sosial memiliki arti bahwa manusia memerlukan bantuan atau pertolongan dari orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam bermasyarakat, sangat dibutuhkan sikap saling tolong-menolong, perasaan senasib seperjuangan,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI PENGARUH KEPRIBADIAN TIPE AGREEABLENESS TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA PENGGUNA KRL COMMUTER LINE Asri Puspaningsih 11512217 3PA04 Pembimbing: Indah Mulyani,

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SOSIAL 1 MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 13

PSIKOLOGI SOSIAL 1 MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 13 MODUL PERKULIAHAN PSIKOLOGI SOSIAL 1 Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 13 MK10230 Irfan Aulia, M.Psi. Psi Abstract Tingkah Laku Pro Sosial Kompetensi Dasar tingkah

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh Kartini Kartono (1981) mengarikan perilaku (behavior) adalah respon

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh Kartini Kartono (1981) mengarikan perilaku (behavior) adalah respon 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial Chaplin dalam bukunya Dictionary of Psychology yang diterjemahkan oleh Kartini Kartono (1981) mengarikan perilaku (behavior)

Lebih terperinci

Perilaku Menolong Ditinjau Dari Latar Belakang Jenis Kelamin dan Bias Kelompok Agama Pada Siswa SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng

Perilaku Menolong Ditinjau Dari Latar Belakang Jenis Kelamin dan Bias Kelompok Agama Pada Siswa SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng Perilaku Menolong Ditinjau Dari Latar Belakang Jenis Kelamin dan Bias Kelompok Agama Pada Siswa SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan perilaku menolong dengan latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. Seorang perempuan dianggap sudah seharusnya menikah ketika dia memasuki usia 21 tahun dan laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan orang lain dalam menjalani kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan orang lain dalam menjalani kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa pertolongan orang lain dalam menjalani kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa lepas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial, sehingga perilaku prososial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial, sehingga perilaku prososial BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial Perilaku prososial menurut Asih dan Pratiwi (2010) merupakan salah suatu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN Orientasi perkuliahan, definisi dan ruang lingkup psikologi sosial Mahasiswa mengerti tujuan, arah, dan target mata kuliah, serta memahami pengertian dan ruang lingkup psikologi sosial. Ke-1 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA Abdul Wahid Hasyim didirikan pada tahun 1975 dan berada di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA Abdul Wahid Hasyim didirikan pada tahun 1975 dan berada di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Lembaga 1. Sejarah Singkat SMA Abdul Wahid Hasyim didirikan pada tahun 1975 dan berada di bawah naungan Yayasan Hasyim Asy ari Tebuireng. Sejak awal berdirinya

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Mata Kuliah : Psikologi Sosial I Kode/SKS 3 SKS Status : Wajib Fakultas : Kedokteran Semester : I (Ganjil)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kebijaksanaan dan Keadilan. Nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kebijaksanaan dan Keadilan. Nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang berideologi Pancasila dan memiliki nilai-nilai budaya yang luhur. Pancasila mengandung 5 pokok nilai yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PERILAKU ALTRUISTIK. kebaikan orang lain. Akert, dkk (dalam Taufik, 2012) mengatakan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI PERILAKU ALTRUISTIK. kebaikan orang lain. Akert, dkk (dalam Taufik, 2012) mengatakan bahwa BAB II LANDASAN TEORI PERILAKU ALTRUISTIK 1. Definisi Perilaku Altruistik Menurut Baron (2005) perilaku altruistik adalah tingkah laku yang merefleksikan pertimbangan untuk tidak mementingkan diri sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan

Lebih terperinci

Oleh Dra. Rahayu Ginintasasi, M.Si

Oleh Dra. Rahayu Ginintasasi, M.Si Pengantar Psikologi Sosial II Oleh Dra. Rahayu Ginintasasi, M.Si Konsep Kelompok Kelompok adalah sekumpulan orang yang dipersepsikan terikat satu sama lain dalam sebuah unit yang koheren pada derajat tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam setiap penelitian yang ilmiah tinjauan pustaka penting untuk diuraikan sebagai dasar dalam membangun konstruk teoritik dan sebagai tolak ukur untuk membangun kerangka berpikir

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA 1 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Disusun oleh : AHMAD ARIF F 100 030

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial, dimana manusia tidak bisa hidup sendiri. Dalam hidup berdampingan dengan orang lain, setiap orang dapat mengalami konflik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kinerja 2.1.1.1 Definisi Kinerja Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa. bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa. bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga rasa saling membutuhkan antara individu yang satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN EMPATI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SISWA KELAS V SD NEGERI SE-GUGUS IV KASIHAN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI

PENGARUH KEMAMPUAN EMPATI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SISWA KELAS V SD NEGERI SE-GUGUS IV KASIHAN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI PENGARUH KEMAMPUAN EMPATI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SISWA KELAS V SD NEGERI SE-GUGUS IV KASIHAN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memberikan keuntungan bagi orang lain daripada terhadap diri sendiri

BAB II LANDASAN TEORI. memberikan keuntungan bagi orang lain daripada terhadap diri sendiri BAB II LANDASAN TEORI II.A. Perilaku Menolong II.A.1. Definisi Perilaku Menolong Perilaku menolong (helping behaviour) adalah setiap tindakan yang lebih memberikan keuntungan bagi orang lain daripada terhadap

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERILAKU MENOLONG ORANG LAIN MELALUI METODE OPERANT CONDITIONING PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR DI BANTUL SKRIPSI

PENINGKATAN PERILAKU MENOLONG ORANG LAIN MELALUI METODE OPERANT CONDITIONING PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR DI BANTUL SKRIPSI PENINGKATAN PERILAKU MENOLONG ORANG LAIN MELALUI METODE OPERANT CONDITIONING PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR DI BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI 1. DEFINISI MOTIVASI Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah kemampuan untuk

Lebih terperinci

SELF-COMPASSION DAN ALTRUISME PADA PERAWAT RAWAT INAP RSUD KOTA SALATIGA

SELF-COMPASSION DAN ALTRUISME PADA PERAWAT RAWAT INAP RSUD KOTA SALATIGA SELF-COMPASSION DAN ALTRUISME PADA PERAWAT RAWAT INAP RSUD KOTA SALATIGA Syarifah Rahma Dewi 1, Farida Hidayati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

KEHARMONISAN KELUARGA DAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMK

KEHARMONISAN KELUARGA DAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMK KEHARMONISAN KELUARGA DAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMK Yolanda Candra Arintina 1, Nailul Fauziah 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB III Stereotip. Gender. Unger & Crowford (1992) menyatakan teori atribusi merupakan bagian dari

BAB III Stereotip. Gender. Unger & Crowford (1992) menyatakan teori atribusi merupakan bagian dari BAB III Stereotip Gender Unger & Crowford (1992) menyatakan teori atribusi merupakan bagian dari Psikologi Sosial yang bersibuk diri dengan cara seseorang menerangkan penyebab dari perilaku diri sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak manusia lahir, manusia telah hidup dengan orang lain. Mereka saling membutuhkan dan saling ketergantungan. Sebagai contoh, saat manusia dilahirkan ke

Lebih terperinci

MENYEMAI PERILAKU PROSOSIAL DI SEKOLAH

MENYEMAI PERILAKU PROSOSIAL DI SEKOLAH SUKMA: JURNAL PENDIDIKAN ISSN: 2548-5105 Volume 1 Issue 1, Jan-Jun 2017, hlm. 57-92 MENYEMAI PERILAKU PROSOSIAL DI SEKOLAH Khoiruddin Bashori Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Indonesia email: khoiruddinbashori@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

TINGKAH LAKU ALTRUISTIK

TINGKAH LAKU ALTRUISTIK 6 TINGKAH LAKU ALTRUISTIK Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahap anak-anak merupakan salah satu tahapan kehidupan yang pasti

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahap anak-anak merupakan salah satu tahapan kehidupan yang pasti 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tahap anak-anak merupakan salah satu tahapan kehidupan yang pasti dilalui oleh seseorang. Anak-anak merupakan aset penting milik negara yang akan menjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY. Oleh: SUPARJO ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY. Oleh: SUPARJO ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY Oleh: SUPARJO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan perilaku prososial pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial, 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial Brigham (dalam Dayakisni, 2009) menerangkan bahwa perilaku prososial merupakan perilaku untuk menyokong kesejahteraan orang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1. Self-Control 2. 1. 1. Definisi Self-control Self-control adalah tenaga kontrol atas diri, oleh dirinya sendiri. Selfcontrol terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah hal yang penting sehingga harus tertanam kuat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah hal yang penting sehingga harus tertanam kuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan agama adalah hal yang penting sehingga harus tertanam kuat dan diberikan sedini mungkin kepada anak-anak. Pemahaman yang tepat mengenai nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme Altruisme berasal dari kata alter yang artinya orang lain. Secara bahasa altruism adalah perbuatan yang berorientasi pada kebaikan orang lain.

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA PSIKOLOGI SOSIAL Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Pengantar Manusia adalah makhluk sosial. Kita tidak berkembang dengan sendiri. Kita tidak memiliki tempurung pelingdung, dan bulu apa yang kita miliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Orientasi Kancah dan Persiapan Pengumpulan Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Orientasi Kancah dan Persiapan Pengumpulan Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Kancah dan Persiapan Pengumpulan Data Sebelum pengumpulan data dilakukan, tahap awal yang harus dilakukan adalah menentukan tempat dimana penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya,

Lebih terperinci

ALTRUISME DITINJAU DARI EMPATI PADA SISWA SMK. Mochammad Bagus Setiawan Lucia Rini Sugiarti Fakultas Psikologi Universitas Semarang.

ALTRUISME DITINJAU DARI EMPATI PADA SISWA SMK. Mochammad Bagus Setiawan Lucia Rini Sugiarti Fakultas Psikologi Universitas Semarang. ALTRUISME DITINJAU DARI EMPATI PADA SISWA SMK Mochammad Bagus Setiawan Lucia Rini Sugiarti Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan

Lebih terperinci

2015 PERILAKU PROSOSIAL PADA RELAWAN DI ORGANISASIKELOMPOK BAKTI SOSIAL PENGUSAHA (KBSP)BANDUNG

2015 PERILAKU PROSOSIAL PADA RELAWAN DI ORGANISASIKELOMPOK BAKTI SOSIAL PENGUSAHA (KBSP)BANDUNG BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk holistik, yang berfungsi sebagai makhluk individual dan makhluk sosial (Prawitasari, 2007: 1). Manusia sebagai makhluk individu karena dapat berkembang

Lebih terperinci