Alfikar Hakim, Rani Agias Fitri.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Alfikar Hakim, Rani Agias Fitri."

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA ANXIETY DALAM MENGHADAPI RESPON DARI ORANG TERDEKAT DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA PRIA GAY YANG TELAH COMING OUT DI WILAYAH DKI JAKARTA Alfikar Hakim, Rani Agias Fitri ABSTRACT This study aimed to examine the correlation between anxiety in facing the response of closest people with psychological well-being among gay men who have been coming out in DKI Jakarta. The method that used in this study is a quantitative research method. Using the (S-Anxiety) scale for measuring the anxiety and the RSPWB scale for measuring the psychological well-being. The study involved 44 gay men participants aged years who have been declaring their sexual orientation (coming out) at least 1-6 months. These results indicate that there is a negative and significant correlation between anxiety and psychological well-being among gay men in DKI Jakarta (r = -0,321 and significance value at 0.034, p <0.05). It means, the higher the level of anxiety, the less the level of the psychological wellbeing.(ah) Keywords: Anxiety, Psychological Well-Being, Gay, Coming Out ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara anxiety dalam mengahadapi respon dari orang terdekat dengan psychological well-being pada pria gay yang telah coming out di DKI Jakarta. Metode yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menggunakan alat ukur (S-Anxiety) untuk mengukur kecemasan (anxiety) state dan alat ukur RSPWB untuk mengukur psychological well-being. Penelitian ini melibatkan 44 partisipan pria gay dengan usia tahun yang telah mendeklarasikan orientasi seksualnya (coming out) dalam kurun waktu 1-6 bulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara anxiety dengan psychological well-being pada pria gay di DKI Jakarta (r = -0,321 dan nilai signifikansi pada 0.034, p < 0.05). Artinya, semakin tinggi tingkat kecemasan state, maka semakin rendah tingkat psychological well-being.(ah) Kata kunci: Anxiety, Psychological Well-Being, Gay, Coming Out PENDAHULUAN Orientasi seksual yang dikenal dan diketahui masyarakat Indonesia pada umumnya hanya ada satu jenis saja, yakni heteroseksual atau pasangan yang terdiri dari dua orang yang memiliki jenis kelamin dan gender yang berbeda, yaitu wanita dengan pria, namun pada kenyataannya orientasi seksual yang berkembang di masyarakat luas dunia bukan hanya heteroseksual, namun ada juga yang disebut homoseksual. Kenyataannya sudah banyak literatur-literatur yang membahas dengan jelas mengenai keberadaan homoseksual di seluruh bagian dunia sejak berabad-abad lamanya, dan homoseksual sendiri bukanlah suatu hal yang tabu dan bahkan suatu hal yang dianggap lumrah dan legal pada masanya. Orientasi seksual disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara faktor lingkungan, kognitif, dan

2 biologis. Pada sebagian besar individu, orientasi seksual terbentuk sejak masa kecil. Hasil penelitianpenelitian sebelumnya menganggap bahwa ada kombinasi antara faktor biologis dan lingkungan sebagai penyebab orientasi seksual homoseksual (Money dalam Feldmen, 1990, hal.360). Homoseksualitas merupakan salah satu dari orientasi seksual, yang juga merupakan lawan dari heteroseksual, dimana seorang individu, pria maupun wanita, lebih menyukai serta tertarik pada orang lain yang memiliki jenis kelamin yang sama dengan mereka. Menurut Wierenga (2010) dalam Reksodirdjo (2011) menyatakan bahwa pernikahan yang paling baik di dunia ini sesungguhnya adalah pernikahan antara dua insan yang berbeda jenis kelamin, yaitu perempuan yang memiliki vagina dan laki-laki yang memiliki penis, dengan tujuan prokreasi atau menghasilkan seorang anak. Pandangan ini disebut bimorfis dimana hanya, dan hanya, laki-laki tulen dan perempuan tulen (yang) dapat menikah. Maka dari itu masyarakat menganggap hal ini tabu dan merupakan suatu hal yang salah, salah bukan hanya dari satu aspek kehidupan, namun juga beberapa. Norma tentang keintiman yang dijalin antara feminin dengan maskulin sudah melekat di masyarakat membuat keberadaan homoseksual dianggap hal yang menyimpang di Indonesia. Budaya timur yang melekat di masyarakat membuat hal ini menjadi sebuah masalah yang besar. Berbeda dengan di negara barat, khususnya negara Belanda, masyarakatnya telah menerima keberadaan kaum homoseksual dan menghalalkan pernikahan sesama jenis (Rakhmahappin & Prabowo, 2014). Menurut Boellstorff (2006) negara, termasuk Indonesia, mengajarkan kita nilai heteronormatif asumsi bahwa heteroseksualitas merupakan satu-satunya norma yang normal dan pantas berperan penting dalam pembentukan negara-bangsa sebagai komuniti yang diimajinasikan (imagined communities). Hal ini yang menyebabkan munculnya sebuah istilah homophobic yang memiliki definisi yakni rasa takut untuk berada dalam jarak dekat dengan pria maupun wanita homoseksual diikuti dengan perasaan takut, kebencian, dan ketidaktoleranan yang irasional dari individu heteroseksual kepada pria maupun wanita homoseksual (Adams; Wright; Lohr, 1996). Pada umumnya, homoseksual diartikan sebagai tertarik secara seksual dengan sesama jenis (Santrock, 2000). Homoseksualitas mengacu pada perasaan tertarik, secara perasaan atau erotik, baik secara predominan maupun eksklusif terhadap orang-orang yang berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa adanya hubungan fisik (Oetomo, 2001). Kaum homoseksual lain justru dapat menerima apa yang ada di dirinya sebagai suatu bentuk hal yang hakiki. Pribadi semacam ini berani coming out atau menyatakan identitas dirinya yang sesungguhnya sehingga konflik internal dalam dirinya lepas. Coming out itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran diri atau pengakuan seseorang kepada publik atau orang lain mengenai orientasi seksual yang dimiliki (Fransisca, M., 2009). Kaum homoseksual ini dinamakan egosintonik, tidak dikatakan sebagai kelompok gangguan jiwa karena mereka tidak mengalami distress maupun disability dalam kehidupan mereka. Bahkan mereka yang sukses dengan coming out seperti demikian seringkali lebih produktif dan sukses dalam profesi mereka seperti misalnya perancang baju, penata rias dan rambut, dll. (Manullang, 2014). Namun dalam melewati tahap coming out ini bukanlah merupakan hal yang mudah dan dapat dilewati begitu saja, banyak dampak-dampak yang kemungkinan besar muncul dan dapat mengubah kehidupan seorang gay di kehidupan yang akan datang. Dampak positif yang didapatkan oleh seorang gay yakni berpengaruh pada psychological well-being mereka dengan meningkatnya self esteem serta berkurangnya tingkat distress, mengurangi perilaku yang berisiko, memfasilitasi hubungan pribadi, dan meningkatkan keterikatan dengan lembaga tempat kita bekerja, sekolah atau lainnya (seperti lebih aktif atau rajin mengikuti kegiatan di institusi tersebut). Sedangkan dampak buruk atau kerugian dari coming out jika ternyata lingkungan tidak mendukung adalah kemungkinan besar untuk melakukan aktivitas menyakiti diri sendiri, dijauhi atau diabaikan dari lingkungan sosial, tidak diterimanya di dalam lingkungan sosial, dan berkurangnya self-consciousness serta self-fulfilling (Corrigan dan Matthews, 2003). Banyak peneliti dan advokasi setuju bahwa pokok penting dari psychological well-being pada LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender/Transexual) adalah dengan menerima dan meyakini diri mereka yang sebenarnya (Besner & Spungin, 1995). Hal itu terkait dengan bagaimana dampak positif yang mereka dapatkan setelah proses tersebut. Psychological well-being sendiri pertama kali dicetuskan oleh Ryff pada tahun 1989 dan kemudian dikembangkan oleh Ryff dan Keyes pada tahun PWB memiliki enam unsur atau dimensi penting yang memiliki keterkaitan yang sangat erat antara satu dengan yang lainnya, enam dimensi tersebut yakni autonomy, self-acceptance, personal growth, purpose in life, positive relation with others, dan environmental mastery (Springer & Hauser, 2003). Enam dimensi tersebut memiliki keterikatan yang sangat erat sehingga tidak mudah untuk menilai PWB seseorang jika berdasarkan dua atau tiga dimensi saja. Jika seseorang sudah mencapai tahapan dimana PWB individu tersebut sudah cukup tinggi, maka individu dapat membangun kualitas

3 hidup yang sangat baik di kehidupan bermasyarakat, bukan hanya mereka yang homoseksual, melainkan untuk mereka yang heteroseksual pun begitu, karena jika seorang individu telah menguasai dan memahami ke-enam dimensi tersebut, maka individu tersebut akan dengan sangat mudah dalam berinteraksi dengan lingkungannya, bersosialisasi serta membangun relasi dengan banyak orang. Namun jika seseorang belum mencapai tingkat PWB yang mumpuni, maka individu tersebut dapat memunculkan negative health seperti depression dan anxiety (Springer & Hauser, 2003). Kali ini peneliti lebih berfokus pada anxiety, dimana hal ini merupakan sebuah emosi negatif yang dimiliki setiap manusia namun dengan porsi yang berbeda-beda. Merujuk pada PWB, anxiety memilliki kaitan yang erat karena jika seseorang tidak memiliki salah satu dari enam dimensi tersebut, maka emosi negatif ini otomatis akan muncul, seperti contoh, seseorang akan merasa resah dan gelisah jika harus berhadapan dengan orang banyak, merasa cemas karena takut akan penolakan dari orang lain atas pendapat yang mereka miliki, merasa cemas jika harus berhadapan dengan banyak orang di lingkungan yang relatif baru, dsb. Seperti yang dikemukakan Bradburn (2003) bahwa tinggi rendahnya psychological well-being berkaitan erat dengan kecemasan (anxiety), kesehatan, dan afek-afek negatif seseorang. Terdapat beberapa dampak yang dapat timbul dari kecemasan dan dikategorikan dari beberapa simtom menurut Semiun (2012) yakni antara lain simtom suasana hati dengan penjelasan bahwa individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak di ketahui. Kemudian dari simtom kognitif yakni kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Selain itu ada simtom motor dengan kriteria yakni orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan teknik nonprobability purposive sampling. Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Cara pengambilan sampel menggunakan sampling purposive yang artinya teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Pelaksanaan penelitian dilakukan pada pertengahan hingga akhir bulan Mei, peneliti melakukan penyebaran kuesioner menggunakan sebuah program online yakni Google Form, sehingga peneliti dengan responden tidak perlu bertatap muka untuk menjaga kerahasiaan diri dari para responden. Peneliti memasuki sebuah grup pertemanan di sebuah messenger yang beranggotakan pria-pria gay, kemudian peneliti menanyakan secara langsung dalam grup tersebut perihal status coming out mereka. Setelah diketahui, dari 70 anggota terdapat 50 responden yang menyatakan dirinya telah coming out, kemudian peneliti menanyakan secara langsung melalui personal chat pada masing-masing ruang obrolan untuk menanyakan lebih lanjut perihal sudah berapa lama coming out, jika telah dirasa cocok dengan kriteria, maka peneliti langsung memberikan link untuk mengisi kuesioner. Jumlah subjek yang diperoleh sebanyak 44 orang responden, dengan kriteria yakni pria gay yang telah coming out kurang dari 6 bulan, dengan kisaran usia tahun, serta bertempat tinggal atau berdomisili di wilayah DKI Jakarta. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kecemasan situasional menggunakan alat ukur (State-Trait Anxiety Inventory) yang dikembangkan oleh Spielberg (1968, 1977), dengan validitas sebesar 0,38 sampai 0,76 sedangkan untuk reliabilitas dari alat ukur kecemasan didapatkan hasil senilai 0,75. Kemudian untuk mengukur kesejahteraan psikologis atau psychological well-being menggunakan alat ukur RSPWB (Ryff s Scale Psychological Well-Being) yang dikembangkan oleh Ryff (1989), dengan validitas alat ukur sebesar -0,41 0,64 sedangkan untuk reliabilitas dari skor total alat ukur RSPWB didapatkan nilai 0,73. HASIL DAN BAHASAN Berikut ini adalah hasil uji korelasi antara state anxiety dengan psychological well-being dan keenam dimensi lainnya: Tabel 1 Hasil Uji Korelasi antara State Anxiety dengan Psychological Well-Being PWB Pearson Correlation Sig. (2-tailed).034

4 PWB Pearson Correlation Sig. (2-tailed).034 Berdasarkan hasil uji korelasi antara state anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan psychological well-being pada pria gay yang telah coming out, ditemukan koefisien korelasi yang sedang dengan nilai r=-0,321 dan nilai signifikansi sebesar 0,034 dimana p<0,05 yang berarti terdapat hubungan signifikan yang sedang dan negatif antara kedua variabel tersebut. Berarti bahwa terdapat hubungan yang sedang dan negatif antara anxiety (s-anxiety) dalam menghadapi respon dari orang orang terdekat dengan psychological well-being pada pria gay yang telah coming out, atau dengan kata lain semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah tingkat psychological well-being pria gay yang telah coming out. Begitupun sebaliknya, jika semakin rendah kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat, maka semakin tinggi tingkat psychological well-being pada pria gay yang telah coming out. Kenyataannya hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Bradburn (1969) yang menyatakan bahwa tinggi atau rendahnya psychological well-being berkaitan erat dengan kecemasan, kesehatan, dan juga afek-afek negatif seseorang. Tabel 2 Hasil Uji Korelasi antara State Anxiety dengan Dimensi Autonomy Autonomy Pearson Correlation * Sig. (2-tailed).002 Autonomy Pearson Correlation * 1 Sig. (2-tailed).002 Berdasarkan hasil uji korelasi antara state anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi autonomy dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out ditemukan hasil koefisien korelasi yang sedang dengan nilai r=-0,454 dan nilai signifikansi sebesar 0,002 dimana p<0,05 yang berarti dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan yang sedang dan negatif antara variabel dan dimensi tersebut. Berarti bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang sedang dan negatif antara kedua variabel tersebut, yang artinya semakin tinggi tingkat kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah rasa kemandirian seorang pria gay yang telah coming out untuk mengemukakan pendapat dalam publik. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Corrigan & Matthews (2003) yang menyatakan bahwa banyak anggota masyarakat mungkin lebih memilih untuk menghindari pria gay yang telah coming out. Pengalaman dari diacuhkannya mereka dalam lingkungan sosial yang akhirnya memberikan efek negatif terhadap self-esteem bagi mereka yang telah mengakui orientasi seksualnya. Kemudian juga akan berpengaruh dalam kemandirian pria gay untuk menyampaikan pendapat di khalayak publik. Tabel 3 Hasil Uji Korelasi antara State Anxiety dengan Dimensi Environmental Mastery Environmental Mastery Pearson Correlation Sig. (2-tailed).498 Environmental Mastery Pearson Correlation Sig. (2-tailed).498 Berdasarkan hasil uji korelasi antara state anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi environmental mastery dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out ditemukan hasil koefisien korelasi yang rendah dengan nilai r=-0,105 dan nilai signifikansi sebesar 0,0498 dimana p>0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dan dimensi tersebut. Kesimpulannya adalah tidak terdapat hubungan antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi environmental mastery dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tinggi atau rendahnya anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan dengan dimensi environmental mastery pada pria gay yang telah coming out. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Corrigan & Matthew (2003) yang

5 menyatakan bahwa salah satu keuntungan dalam melakukan coming out yakni meningkatkan keterikatan dengan lembaga tempat kita bekerja, sekolah atau lainnya (seperti lebih aktif atau rajin mengikuti kegiatan di institusi tersebut). Jadi dengan kata lain jika seorang pria gay telah coming out maka individu tersebut dapat mengelola lingkungannya dengan baik jadi tidak terkait dengan kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat terhadap individu itu sendiri. Tabel 3 Hasil Uji Korelasi antara State Anxiety dengan Dimensi Personal Growth Personal Growth Pearson Correlation Sig. (2-tailed).111 Personal Growth Pearson Correlation Sig. (2-tailed).111 Berdasarkan hasil uji korelasi antara state anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi personal growth dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out ditemukan hasil koefisien korelasi yang rendah dengan nilai r=-0,243 dan nilai signifikansi sebesar 0,111 dimana p>0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dan dimensi tersebut. Berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut, atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan dengan dimensi personal growth dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out. Corrigan & Matthews (2003) mengemukakan bahwa salah satu keuntungan dari melakukan coming out yakni dapat meningkatkan self esteem. Sehingga dengan meningkatnya self esteem kemudian dapat membuat individu tersebut sadar akan pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri. Tabel 4 Hasil Uji Korelasi antara State Anxiety dengan Dimensi Positive Relation with Others Positive Relation Pearson Correlation * Sig. (2-tailed).009 Positive Relation Pearson Correlation * 1 Sig. (2-tailed).009 Berdasarkan hasil uji korelasi antara state anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi positive relation with others dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out ditemukan hasil uji korelasi yang sedang dengan nilai r=-0,390 dan nilai signifikansi sebesar 0,009 yang berarti terdapat hubungan signifikan yang sedang dan negatif antara variabel dan dimensi tersebut. Pada hasil uji korelasi yang peneliti lakukan menunjukan adanya hubungan yang negatif antara kedua variabel tersebut, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi tingkat kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat, maka semakin rendah kualitas hubungan seorang pria gay yang telah coming out dengan orang lain disekitarnya. Begitupun sebaliknya, semakin rendah kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin tinggi kualitas hubungan seorang pria gay yang telah coming out dengan orang lain. Seperti yang dikemukakan Corrigan & Matthews (2003) yang menyatakan bahwa salah satu keuntungan dalam melakukan coming out yakni dapat memfasilitasi hubungan interpersonal. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Beals & Peplau, 2001 (dalam Corrigan & Matthewss, 2003) yang menyatakan bahwa kaum minoritas yang mendeklarasikan dirinya dapat mengurangi stress yang membawa individu tersebut kepada hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Tabel 5 Hasil Uji Korelasi antara State Anxiety dengan Dimensi Purpose in Life Purpose in Life Spearman's rho Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)..247 Purpose in Life Correlation Coefficient Sig. (2-tailed).247.

6 Berdasarkan hasil uji korelasi antara state anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi purpose in life dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out didapatkan hasil koefisien korelasi yang rendah dengan nilai r=-0,178 dan nilai signifikansi sebesar 0,247 dimana p>0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dan dimensi tersebut. Berarti Ho diterima sedangkan Ha ditolak, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut yang berarti tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan dengan tujuan hidup pria gay yang telah coming out. Menurut Corrigan & Matthews (2003), sebagai kelompok, kaum minoritas (dalam hal ini gay) menganggap coming out sebagai suatu keuntungan bagi kebutuhan politis dan sosio-ekonomis dalam kelompoknya sendiri. Tabel 6 Hasil Uji Korelasi antara State Anxiety dengan Dimensi Self-Acceptance Self-Acceptance Pearson Correlation Sig. (2-tailed).108 Self-Acceptance Pearson Correlation Sig. (2-tailed).108 Berdasarkan hasil uji korelasi antara state anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi self-acceptance dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out ditemukan hasil koefisien korelasi yang rendah dengan nilai r=-0,246 dan nilai signifikansi sebesar 0,108 dimana p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dengan dimensi tersebut. Artinya tidak terdapat hubungan antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi self-acceptance dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out. Dengan kata lain, tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan dengan penerimaan diri pada pria gay yang telah coming out. Menurut Kadushin, 2000 (dalam Corrigan & Matthews, 2003) keluarga memberikan dukungan yang lebih kepada mereka yang telah coming out. Sehingga dengan adanya dukungan dari keluarga membuat penerimaan diri pria gay yang telah coming out menjadi lebih besar. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan masing-masing dimensi pada psychological well-being pada pria gay yang telah coming out di wilayah DKI Jakarta. Untuk korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan psychological well-being pada pria gay yang telah coming out secara umum menunjukkan hasil dengan nilai r=-0,321 (p<0,05), yang berarti terdapat hubungan yang negatif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah kesejahteraan psikologis pria gay yang telah coming out, atau dengan kata lain Ho ditolak sedangkan Ha diterima. Berdasarkan hasil uji korelasi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi autonomy dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out, mendapatkan hasil uji dengan nilai r=-0,454 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang negatif, sehingga semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah kemandirian pria gay yang telah coming out, atau semakin rendah kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin tinggi kemandirian pria gay yang telah coming out. Hasil uji korelasi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi environmental mastery pada pria gay yang telah coming out didapatkan hasil r=--0,105 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak berkaitan dengan penguasaan lingkungan seorang pria gay yang telah coming out. Hasil uji korelasi antara kecemasan dengan dimensi personal growth pada psychological wellbeing menunjukkan nilai r=-0,243 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut, atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan langsung dengan pertumbuhan personal pria gay yang telah coming out. Hasil uji korelasi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi positive relation with others dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out menunjukan hasil r=-0,390 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang negatif antara kedua variabel tersebut,

7 sehingga dapat dikatakan semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah kualitas hubungan seorang pria gay yang telah coming out dengan orang lain, begitu juga jika semakin rendah kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin tinggi kualitas hubungan seorang pria gay yang telah coming out dengan orang lain. Hasil uji korelasi antara kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi purpose in life pada pria gay yang telah coming out menunjukan hasil dengan nilai r=-0,178 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut, atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan dengan tujuan hidup pria gay yang telah coming out. Hasil korelasi antara kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi self-acceptance pada pria gay yang telah coming out menunjukan nilai r=- 0,246 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut, atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan langsung dengan rasa penerimaan diri pada pria gay yang telah coming out. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, masih banyak kekurangan serta kelemahan yang peneliti sadari, sehingga ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan demi kelancaran penelitian-penelitian selanjutnya yang akan dilakukan oleh peneliti yang akan datang, beberapa diantaranya yakni sebaiknya diadakan survei lapangan yang lebih teliti lagi dalam menentukan target responden, pastikan bahwa akan ada banyak responden yang nantinya akan membantu mengisi kuesioner yang peneliti selanjutnya akan sebarkan, untuk penelitian selanjutnya, diharapkan menggunakan metode penelitian yang bervariasi, agar lebih menguatkan hasil yang peneliti selanjutnya dapatkan, seperti menggabungkan dua metode penelitian yakni kualitatif dan kuantitatif. Hal ini juga bertujuan untuk memberikan kepastian data bagi responden yang akan peneliti selanjutnya gunakan. Beberapa hal juga ingin peneliti sampaikan demi kepentingan pribadi peneliti maupun pembaca dari hasil penelitian ini, selain itu juga untuk pria gay yang telah coming out yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, antara lain pada saat coming out sebaiknya tingkatkan kepercayaan diri, jangan terlalu terbawa perasaan dengan apa yang akan dikatakan lawan bicara. Terima dengan lapang dada dan tidak perlu terlalu dipikirkan. Fokuskan pikiran pada masa yang akan datang. Ambil saran dan masukan yang positif dan buang jauh-jauh perkataan yang negatif. Ingat, tujuan mendeklarasikan diri yakni agar lebih lega dan tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi, jadi biarkan orang lain berkata apa, jalani hidup masing-masing selain itu tingkatkan hubungan dengan komunitas atau mungkin kelompok-kelompok tertentu demi membangun hubungan yang lebih positif dengan lingkungan sosial, selain itu ikuti banyak kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dan berdiskusi, seperti kegiatan diskusi panel, cerdas cermat, debat, dan sebagainya. REFERENSI Adams, H. E., Wright L. W., & Lohr, B. A. (1996). Is Homophobia Associated with Homosexual Arousal? University of Georgia. Asmoro, D. D. (2013). Potret Identitas Seksualitas dan Keberadaan Kaum Gay di Indonesia dalam Mengonstruksikan Relasi melalui Situs Jaringan Komunitas Online. Retrieved from Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan validitas (edisi ketiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Blanco, A., Carvajal, R. R., Diaz, D., Dierendonck, D. V., & Jimenez, B. M. (2007). Ryff s Six-factor Model of Psychological Well-being, a Spanish Exploration. Autonoma University, Madrid, Spain. Bradburn, N. M. (1969). The Structure of Psychological Well-Being. Chicago: Aldine Publishing Company. Boellstorff, T. (2006). Gay dan Lesbian Indonesia serta Gagagasan Nasionalisme. University of California, Irvine. Corrigan P. W. & Matthews, A. K. (2003). Stigma and Disclosure: Implications for Coming Out of the Closet. University of Chicago, Illinois. Geerhan, A. M. T. H. (2014). Hubungan antara Kecemasan State dengan Psychological Well Being pada Isteri TNI Angkatan Darat yang Suaminya Bertugas di Daerah Konflik. Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Geerhan, A. M. T. H., & Fitri, R. A. (2014). Hubungan antara Kecemasan State dengan Psychological Well-Being pada Isteri TNI Angkatan Darat yang Suaminya Bertugas di Daerah Konflik. Universitas Bina Nusantara, Jakarta.

8 Irawan, M. R., Kartasasmita, S. (2010). Hubungan Seksual dalam Kencan Laki-laki Homoseksual. Universitas Tarumanegara, Jakarta. Kristina, S. (2013). Informasi dan Homoseksual Gay (Studi Etnometodologi Mengenai Informasi dan Gay pada Komunitas GAYa Nusantara Surabaya). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya. Lahey, B. B. (2009). Psychology : An Introduction (10 th ed.). New York: McGraw-Hill. Manullang, R. (2014). Apa Itu Homoseksual? Retrieved from Nugroho, S. C., Siswati; Sakti, H. (2010). Pengambilan Keputusan Menjadi Homoseksual pada Laki-laki Usia Dewasa Awal. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Priyatno, D. (2014). SPSS 22: Pengolah Data Praktis. Jakarta: Penerbit Andi. Rakhmahappin, Y. & Prabowo, A. (2014). Kecemasan Sosial Kaum Homoseksual Gay dan Lesbian. Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang. Ramaiah, S. (2003). Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Reksodirdjo, W. A. (2011). Homosekusalitas di Indonesia: Antara Kenyataan dan Hipokritas. Ryff, C. D., Keyes, C. L. (1995). The Structure of Psychological Well-Being Revisited. University of Wisconsin, Madison. Seiffert, T. A. (2005). The Ryff Scale of Psychological Well-Being. University of Iowa, United States. Retrieved from Semiun, Y. (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yoyakarta: Kanisius. Strongman, K. T. (1995). Theories of Anxiety. University of Canterbury, New Zealand. Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Unaradjan, D. D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Universitas Atma Jaya: Jakarta. Wilt, J., Oehlberg, K., & Revelle, W. (2010). Anxiety in Personality. Northwestern University, Illinois. RIWAYAT PENULIS Alfikar Hakim, lahir di kota Jakarta pada tanggal 30 Agustus Penulis menamatkan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi pada tahun 2015.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orientasi seksual yang dikenal dan diketahui masyarakat Indonesia pada umumnya hanya ada satu jenis saja, yakni heteroseksual atau pasangan yang terdiri dari dua orang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan masing-masing dimensi pada psychological

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anxiety 2.1.1 Definisi Anxiety atau kecemasan adalah emosi spesifik yang terkarakterisasi dari timbulnya kewaspadaan yang tinggi, negatif valensi, ketidakpastian, dan rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,

Lebih terperinci

BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran

BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran 5.1 Simpulan Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan state dengan psychological well being pada isteri TNI Angkatan Darat yang suaminya bertugas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological 15 BAB II LANDASAN TEORI A. PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 1. Definisi Psychological Well-Being Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological well-being menjadi afek positif dan afek negatif. Penelitiannya

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu 19 BAB II LANDASAN TEORI A. Biseksual 1. Definisi Biseksual Krafft-Ebing, salah seorang seksologis Jerman menyebut biseksual dengan sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diuji adalah: 1. Variable (X): Materialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di zaman modern dan era globalisasi ini, sangat mudah untuk menemukan individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku seksual yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing 67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas X di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui psychological well-being pada pasien HIV positif (usia 20-34 tahun) di RS X Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. (2010), variabel adalah konstrak yang diukur

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. (2010), variabel adalah konstrak yang diukur BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Menurut Sangadji (2010), variabel adalah konstrak yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data 4.1.A Validitas Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena menurut Azwar (1996), suatu item dikatakan valid apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kesejahteraan psikologis pada pegawai outsourcing Universitas X kota Bandung. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya untuk menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk membangun relasi sosial

Lebih terperinci

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Sania Faradita ABSTRACT The purpose of this study, is to know the

Lebih terperinci

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK  Program Magister Psikologi  Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Low vision merupakan salah satu bentuk gangguan pengihatan yang tidak dapat diperbaiki meskipun telah dilakukan penanganan secara medis. Penyandang low vision hanya memiliki sisa penglihatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Psychological Well-Being 2. Variabel tergantung : Komitmen Organisasional B. Definisi Operasional 1. Komitmen Organisasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik sama dan tidak menyukai orang yang memiliki karakteristik berbeda dengan mereka (Baron, Byrne

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai derajat Psychological Well-Being pada tunanetra dewasa awal di Panti Sosial Bina Netra X Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN...i. KATA PENGANTAR.ii. ABSTRAK..v. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR DIAGRAM.xi. DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN...i. KATA PENGANTAR.ii. ABSTRAK..v. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR DIAGRAM.xi. DAFTAR LAMPIRAN.. Abstrak Penelitian ini berjudul studi kasus mengenai profil Psychological Well- Being pada anak yatim piatu di Panti Asuhan Putra X Bandung. Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksualitas merupakan rasa tertarik pada orang-orang berjenis kelamin sama baik secara perasaan ataupun secara erotik, dengan atau tanpa hubungan fisik. Disebutkan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : Attachment to God, Psychological Well Being, Early Adulthood

Abstrak. Kata kunci : Attachment to God, Psychological Well Being, Early Adulthood Abstrak Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi dimensi Attachment to God terhadap dimensi Psychological Well Being. Adapun responden dalam penelitian tersebut adalah 200

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 2.1.1. Definisi Psychological Well-Being Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being. Menurut Ryff (1989), psychological well being

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengambil metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengambil metode 56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013

DAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Hikmah... iii Ucapan Terima Kasih... iv Abstrak... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... xi Daftar Gambar... xii Daftar Lampiran...

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fausiah&Widury, 2007), kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang

Lebih terperinci

iv Universitas Kristen Maranatha

iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Psychological Well-Being pada pensiunan bank X di Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode Accidental Sampling dan didapatkan sampel berjumlah

Lebih terperinci

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan sosial dengan psychological well-being pada anggota komunitas Orang Muda Katolik

Lebih terperinci

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet SKRIPSI Oleh : Bayhaqqi 201210515003 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Riau email: pakzul_n@yahoo.co.id ABSTRAK Kesejahteraan guru secara umum sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan norma atau

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prostitusi merupakan fenomena yang tiada habisnya. Meskipun telah dilakukan upaya untuk memberantasnya dengan menutup lokalisasi, seperti yang terjadi di lokalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum anak-anak tinggal dengan orang tua mereka di rumah, tetapi ada juga sebagian anak yang tinggal di panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi, Sampel, dan Metodologi Pengambilan Sampel. atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi, Sampel, dan Metodologi Pengambilan Sampel. atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang 25 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel, dan Metodologi Pengambilan Sampel 3.1.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 246-6448 Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung 1 Rahmadina Haturahim, 2 Lilim Halimah 1,2

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Susi Susanti : Psikologi : Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja di Tarumajaya Bekasi Utara Konsep diri penting bagi remaja karena hal tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian 1. Populasi dan Sampel penelitian Sampel penelitian adalah orang tua anak tunarungu. Anak tunarungu tersebut bersekolah di kelas satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN STATE DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA ISTERI TNI ANGKATAN DARAT YANG SUAMINYA BERTUGAS DI DAERAH KONFLIK

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN STATE DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA ISTERI TNI ANGKATAN DARAT YANG SUAMINYA BERTUGAS DI DAERAH KONFLIK HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN STATE DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA ISTERI TNI ANGKATAN DARAT YANG SUAMINYA BERTUGAS DI DAERAH KONFLIK Andi Melati Tahira H G, Rani Agias Fitri melageerhan@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D Human Development (Psikologi Perkembangan Edisi Kesepuluh). Jakarta: Kencana.

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D Human Development (Psikologi Perkembangan Edisi Kesepuluh). Jakarta: Kencana. DAFTAR PUSTAKA Fransiska, M. 2009. Gambaran Psychological well-being pada Pria Gay Dewasa Muda yang telah Coming-out. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Mardiah, D. 2009. Hubungan antara

Lebih terperinci

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Alat Ukur

LAMPIRAN A. Alat Ukur LAMPIRAN A Alat Ukur A1. Kuesioner PWB Petunjuk pengisian : Di balik halaman ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan apa yang Saudara rasakan terhadap diri sendiri dan kehidupan Saudara

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai Psychological Well-Being pada lansia di Panti Jompo X Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Lebih terperinci

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA PRIA HOMOSEKSUAL DI JAKARTA

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA PRIA HOMOSEKSUAL DI JAKARTA HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA PRIA HOMOSEKSUAL DI JAKARTA Dewi Lestari, Yeny Duriana Wijaya Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul Jln Arjuna Utara Tol Tomang- Kebon Jeruk, Jakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A 1 HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A Rohmatul Ummah, Anita Listiara* Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang mendambakan keutuhan dan kerukunan rumah tangga. Akan tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik yang tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Hal ini dikarenakan peneliti lebih menekankan pada data yang dapat dihitung untuk mendapatkan penafsiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional dengan menggunakan teknik analisa regresi berganda ( multiple regresion).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. menjalankan sinkretisme Islam dibandingkan sinkretisme Jawa dalam kehidupannya.

BAB IV HASIL PENELITIAN. menjalankan sinkretisme Islam dibandingkan sinkretisme Jawa dalam kehidupannya. BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) FKIP UKSW Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa BK etnik Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa penelitian. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini ialah: Variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR Suci Melati Puspitasari 16510707 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Guru

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang, mengisi

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran Psychological Well-Being (PWB) pada pria pensiunan PNS usia 64 tahun di Bandung Utara. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori Psychological

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tujuan suatu bangsa untuk memberdayakan semua warga negaranya agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab 5 ini, akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan diskusi dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kemudian, saran-saran juga akan dikemukakan untuk perkembangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Pertama yaitu, Communication Privacy Management Gay dalam Menjaga Hubungan Antarpribadi dengan teman.

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Pertama yaitu, Communication Privacy Management Gay dalam Menjaga Hubungan Antarpribadi dengan teman. 122 BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Untuk memanajemen privasi komunikasinya, kaum gay memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengungkapkan mana wilayah privat dan mana wilayah publik dengan teman, pasangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN

HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Disusun Oleh Nama : Pandu Perdana NPM : 15512631 Kelas : 4PA05 Keluarga Perceraian

Lebih terperinci

BAB 3. Metodologi Penelitian

BAB 3. Metodologi Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi, atau lingkungan (Christensen, 2001). 3.1.1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini masyarakat mulai menyadari akan adanya keberadaan kaum gay disekitar mereka. Data yang dilansir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat

Lebih terperinci

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi jenis-jenis dukungan sosial terhadap dimensi-dimensi psychological well-being pada lansia di Panti X Kota Sukabumi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tindakan kriminalitas merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu hukuman yang akan diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini dapat terwujud dengan adanya partisipasi dan dukungan perangkat yang baik. Salah satu perangkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Robert Donmoyer (Given, 2008), adalah pendekatan-pendekatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI Dibimbing oleh: Prof. Dr. Tb. Zulrizka Iskandar, S.Psi., M.Sc. ABSTRAK Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dari penemuan masalah yang telah terjadi di lapangan. Dari permasalahan tersebut peneliti mencoba mencari penelitianpenelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subyek siswa-siswi SMP Swasta di Taman Sidoarjo. SMP Dharma Wanita 9 Taman terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh Indonesia, antara lain dengan adanya Peraturan Menteri Sosial No.8 / 2012 yang memasukan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog Jerman Karoly Maria Benkert. Walaupun istilah ini tergolong baru tetapi diskusi tentang seksualitas

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian ini. Selanjutnya juga akan dipaparkan hasil diskusi dan saran. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi sesama manusia. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja merupakan sebuah institusi yang dibentuk secara legal dan berada di bawah hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja

Lebih terperinci

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) 1 Hany Fakhitah, 2 Temi Damayanti Djamhoer 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,

Lebih terperinci

ANALISA PSIKOMETRIK ALAT UKUR RYFF S PSYCHOLOGICAL WELL-BEING (RPWB) VERSI BAHASA INDONESIA: STUDI PADA LANSIA

ANALISA PSIKOMETRIK ALAT UKUR RYFF S PSYCHOLOGICAL WELL-BEING (RPWB) VERSI BAHASA INDONESIA: STUDI PADA LANSIA ANALISA PSIKOMETRIK ALAT UKUR RYFF S PSYCHOLOGICAL WELL-BEING (RPWB) VERSI BAHASA INDONESIA: STUDI PADA LANSIA Sofa Amalia Mahasiswa Magister Sains Psikologi Perkembangan, Universitas Padjadjaran Bandung

Lebih terperinci

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA INDIENA SARASWATI ABSTRAK Studi yang menggunakan teori kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan seseorang tentunya tidak akan pernah lepas dari peranan orang tua karena orang tua merupakan tumpuan pertama anak dalam memahami dunia. Orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi psychological well-being, faktor-faktor yang berkaitan dengan psychological well-being, pengertian remaja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang paling penting yang dihadapi oleh manusia adalah kebutuhan untuk mendefinisikan diri sendiri, khususnya dalam hubungannya dengan orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel- variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Tergantung : Psychological well-being 2. Variabel Bebas : Locus

Lebih terperinci