BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik sama dan tidak menyukai orang yang memiliki karakteristik berbeda dengan mereka (Baron, Byrne dan Nyla, 2006). Ketika seseorang merupakan bagian dari kelompok yang dominan dalam masyarakat, biasanya tindakan mereka akan dianggap normal dan apa adanya sehingga lebih dihargai. Sebaliknya, pada orang-orang dari kelompok minoritas, mereka akan dinilai secara negatif dan segala tindakan mereka akan cenderung dianggap tidak baik. Orangorang kelompok minoritas biasanya akan dianggap aneh dan berbeda dari orang-orang dari kelompok mayoritas, sehingga sering mendapatkan stereotipe negatif, prejudice, hingga diskriminasi. Hal ini sering menyebabkan munculnya perasaan negatif pada mereka, seperti timbulnya kecemasan, kesepian, hingga kemarahan (Whitley Jr. & Kite, 2010; Veenhoven, 1997). Sejalan dengan hal ini, penelitian Ed. Diener dan rekanrekannya menunjukkan bahwa orang-orang dalam kelompok minoritas akan lebih kurang mengalami kebahagiaan dibandingkan dengan kelompok yang bukan minoritas (Carr, 2004). Salah satu kelompok minoritas yang sering mendapatkan stereotipe negatif adalah homoseksual. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kelompok minoritas seperti lesbian, gay dan biseksual sering mendapatkan stigma, prejudice, dan diskriminasi sehingga menciptakan lingkungan sosial

2 2 yang stressful bagi mereka. Hal ini kemudian akan mengarahkan munculnya masalah-masalah kesehatan mental pada orang-orang kelompok minoritas yang mendapatkan stigma (Friedman, 1999). Evaluasi yang negatif dari orang lain terhadap kelompok mereka, seperti stereotipe dan prejudice terhadap kelompok minoritas dimasyarakat, dapat mengarahkan pada munculnya masalah-masalah psikologis (Meyer, 2003). Masyarakat masih sulit untuk menerima adanya kelompok homoseksual. Adanya stereotipe negatif yang dirasakan oleh suatu kelompok akan mempengaruhi pemikiran mereka. Ketika dihadapkan dengan ancamanancaman yang didasarkan pada stereotipe negatif masyarakat, suatu kelompok dapat menjadi lebih lemah dan melakukan proteksi diri yang berlebih terhadap dunia luar (Lopez dan kawan-kawan dalam Snyder, 2000). Hal ini juga didukung dengan observasi penulis pada salah komunitas gay di Kota Medan. Komunitas gay cenderung tertutup dan malu ketika ada orang dari luar komunitas yang ikut bergabung dalam kegiatan mereka. Hal ini juga diungkapkan oleh salah seorang aktivis di komunitas tersebut: yah.. maklum lah dek.. kalo lsl (lelaki suka lelaki) ini memang agak beda kali ya sama yang lain.. memang mereka agak tertutup gitu lah.. ga suka kalau ada orang luar yang bukan dari kelompok mereka.. biasanya kalau ada orang luar mereka jadi lebih diam.. (komunikasi personal, 30 Mei 2013) Homoseksual merupakan sebutan untuk orang yang memiliki ketertarikan seksual terhadap sesama jenis. Ketertarikan seksual baik secara emosional, fisik, seksual dan romantik terhadap orang lain disebut sebagai

3 3 orientasi seksual. Ada 3 jenis orientasi seksual, yaitu heteroseksual, homoseksual, dan biseksual. Ketertarikan terhadap lawan jenis yang sering disebut sebagai orientasi heteroseksual, merupakan orientasi seksual yang sering ditemui pada umumnya. Sebaliknya, ketertarikan terhadap sesama sesama jenis yaitu orientasi homoseksual lebih sedikit ditemukan dibandingkan dengan orientasi heteroseksual. Istilah gay ditujukan untuk homoseksual laki-laki dan istilah lesbian ditujukan untuk homoseksual perempuan (Carroll, 2005). Penelitian ini akan berfokus pada homoseksual laki-laki yang dikenal dengan istilah gay. Orientasi seksual yang paling umum dan dianggap normal, yaitu orientasi heteroseksual merupakan orientasi yang paling banyak mendapatkan penerimaan sosial dan diakui secara legal. Sebaliknya, homoseksual tidak mendapatkan penerimaan yang sama. Homoseksual atau ketertarikan seksual terhadap sesama jenis, masih merupakan hal yang kontroversial untuk dibicarakan hingga berpuluh-puluh tahun yang lalu. Penelitian mengenai homoseksual kebanyakan berfokus pada pembahasan mengenai sakit mental sebelum tahun 1980an (Carroll, 2005). Dalam dunia psikologi sendiri, homoseksualitas hingga tahun 1973 masih termasuk sebagai kategori penyimpangan seksual dan tercantum hingga DSM-III. Namun pada edisi DSM-IVTR, homoseksualitas sudah tidak dikategorikan sebagai jenis penyimpangan seksual. Kelompok homoseksual juga beragumen bahwa ketertarikan seksual mereka merupakan hal yang terjadi secara alamiah dan mereka tidak merasa perlu untuk mengubah

4 4 orientasi seksual mereka. Selain itu, banyaknya kontroversi dari kelompok professional mengenai pola emosi, perilaku, dan penyebab dari homoseksual membuat American Psychiatric Association (APA) mengeluarkannya dari kategori gangguan psikologis (Davison, Neale dan King, 2004; Nolen- Hoeksema, 2007). Dengan dikeluarkannya kategori homoseksualitas dari DSM, tetap tidak menghentikan pertentangan dan anggapan-anggapan negatif mengenai homoseksualitas. Meskipun penerimaan homoseksual semakin terbuka, namun homoseksual masih mendapat citra negatif. Dalam analisis Framing citra homoseksual di beberapa media massa online di Indonesia menunjukkan bahwa ada salah satu media massa online cenderung memberitakan homoseksual secara negatif. Framing adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk mengetahui sudut pandang apa yang digunakan seseorang dalam menulis suatu berita. Sudut pandang tersebut akan menentukan fakta apa yang diambil dan bagian apa yang ditonjolkan dalam berita. Homoseksual diberitakan cenderung melakukan tindakan yang merugikan orang lain dan sebaiknya dijauhi karena bertentangan dengan nilai-nilai agama. Pemberitaan yang negatif ini dapat mengarahkan pada diskriminasi dan semakin negatifnya citra homoseksual di masyarakat (Zuhra, 2013). Dari awal perkembangan kehidupannya, seseorang akan mengembangkan identitas heteroseksual. Hal ini dikarenakan perkembangan orientasi heteroseksual merupakan hal yang telah biasa diterima dalam masyarakat (Wilkinson & Kitzinger dalam Strong, Yalber, DeVault dan

5 5 Sayad, 2005). Orang dengan orientasi homoseksual pada awalnya akan menganggap diri mereka sebagai heteroseksual sampai mereka menemukan ada yang berbeda dalam diri mereka (Savin-Williams & Cohen, 1996). Seperti halnya yang diungkapkan oleh Benny (bukan nama sebenarnya): Awal-awal si pas smp ya.. cuma lihat-lihat teman cowok.. trus kok kayaknya ada rasa yang bergetar-getar gitu ya.. kayaknya mulai muncul rasa-rasa itu... mulai ada simpati gitu sama dia... suka gitu lihat dia.. trus akhirnya menyadari.. ih.. kok aku bisa suka sama dia ya.. kok beda aku sama yang lain.. (komunikasi personal, 7 Mei 2013) Berbeda dengan kelompok heteroseksual yang bisa dengan mudah menunjukkan orientasi seksual mereka, hal yang sama tidak terjadi pada kelompok homoseksual (Whitley Jr. & Kite, 2010). Pada saat menyadari orientasi seksual mereka, ada yang bisa mengungkapkan diri mereka kepada orang lain, sedangkan ada juga yang merasa sulit untuk membicarakan orientasi seksual mereka yang sebenarnya pada orang tua ataupun orang terdekat mereka. Proses menyadari dan menerima identitas dirinya sebagai homoseksual dan memberitahukan kepada orang lain disebut sebagai coming out. Coming out merupakan proses yang sulit dihadapi kelompok gay (Carroll, 2005). Ditinjau dari pendapat Strong dkk. (2005), pilihan untuk coming out dan tidak masing-masing memiliki konsekuensi dan manfaat tertentu bagi mereka. Kebanyakan orang telah menginternalisasi bahwa perilaku seksual terhadap sesama jenis tidak pantas dilakukan (Carroll, 2005). Hal ini juga yang menghambat proses coming out seorang gay. Ketika mereka menyadari orientasi mereka adalah homoseksual, umumnya mereka akan merasa depresi,

6 6 malu, bahkan hingga berniat untuk mengakhiri hidupnya. Pada awalnya, orang yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai homoseksual dilaporkan memiliki kecenderungan untuk bunuh diri daripada mereka yang heteroseksual (Strong dkk., 2005). Hal ini juga diungkapkan oleh seorang homoseksual dalam sebuah forum online komunitas gay: Yah, awalnya pernah gak nyaman, bete, mencari pembenaran, terasing, bingung, kesal, gak bisa menerima diri sendiri.. terakhir, usaha bunuh diri... Selain itu, banyak gay yang memilih tidak mengungkapkan ketertarikan seksual mereka yang sebenarnya dikarenakan ketakutan mereka akan penolakan dari orang-orang terdekat. Herek menyatakan bahwa menunjukkan identitas mereka sebagai gay dapat membuat orang lain berasumsi perilaku dan gaya hidup mereka yang cenderung dianggap negatif (dalam Whitley Jr. & Kite, 2010). Dalam penelitian Herek (1997) mengenai sikap terhadap pria gay dan lesbian menunjukkan bahwa kebanyakan heteroseksual mengekspresikan sikap negatif terhadap pria gay. Pandangan agama yang menolak homoseksual juga menghambat kelompok gay mengungkapkan orientasi seksualnya. Salah satunya, hukum Islam menolak homoseksual dan menganggapnya sebagai penyimpangan. Homoseksual dianggap memberikan dampak yang negatif, seperti mengakibatkan kelainan jiwa dan tidak dapat meneruskan fungsi reproduksi. Homoseksual dilarang keras dan dianggap melanggar nilai-nilai agama, terutama pada gay. Laki-laki mendapat tekanan yang lebih keras dikarenakan mereka seharusnya menikah dan meneruskan keturunan (Rangkuti, 2012).

7 7 Khususnya dalam budaya kolektivis seperti di Indonesia, menikah dan memiliki anak merupakan hal yang lebih penting daripada keinginan individual dalam berperilaku seksual (Okun, Fried dan Okun, 1999). Bagaimanapun, manusia memiliki fungsi untuk bereproduksi dan menghasilkan keturunan, sedangkan perilaku homoseksual pada kaum gay tidak akan bisa menjalankan fungsi reproduksi dan menghasilkan keturunan (Strong dkk., 2005). Coming out pada orang lain sering merupakan proses yang cukup berbahaya bagi mereka, seperti mendapat penolakan dari orang lain, dinilai secara negatif, hingga mendapatkan diskriminasi dan dipersulit dalam dunia kerja. Hal ini sering menjadi alasan yang masuk akal bagi mereka untuk tidak coming out (Drescher, 2007; Taylor & Raeburn, 1995). Akan tetapi, menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya juga merupakan pengalaman yang menyakitkan. Beberapa merasa tidak bisa mengungkapkan yang sebenarnya dan membuat mereka menjadi depresi. tentu aja aku merasa khawatir, sakit, kelainan, dan apalah.. salahsalah kalau coming out bisa-bisa aku bakalan dipermaluin jadinya.. (komunikasi personal, 17 Juni 2013) Pada gay yang belum berani untuk coming out kepada orang lain akan cenderung merasa bersalah, cemas dan malu akan ketertarikan mereka terhadap laki-laki. Mereka cenderung mengalami masalah-masalah psikologis seperti rendahnya harga diri, depresi, dan menarik diri dari lingkungan (Savin-Williams & Cohens, 1996). Menyembunyikan dirinya yang sebenarnya akan membuatnya memiliki harga diri yang rendah sehingga

8 8 berdampak pada kesulitan mengenali kemampuan dan kekuatannya sendiri (Drescher, 2007). Gay yang memilih untuk tidak terbuka akan merasa ketakutan jika identitasnya tanpa sengaja diketahui orang lain. Mereka juga akan kesulitan untuk membangun hubungan yang baik dengan orang lain dikarenakan ketakutan mereka akan identitasnya sebagai gay akan ketahuan (Corrigan & Matthews, 2003). Sulit membangun hubungan dengan orang lain, harga diri rendah, menarik diri dari lingkungan merupakan indikator dari psychological well-being yang rendah (Ryff, 1989). Disisi lain, sebagian gay memilih untuk coming out dan mengungkapkan orientasi seksual mereka yang sebenarnya kepada orang lain. Pada awalnya, pengungkapkan jati diri gay pada orang lain akan membuat mereka mengalami masalah-masalah psikologis seperti kecemasan dan ketakutan akan diskriminasi. Meskipun demikian, coming out memberikan sejumlah keuntungan. Bagi yang telah bertahun-tahun menutupi orientasi seksual mereka, coming out dapat memberikan perubahan emosional. Coming out pada orang lain dapat digunakan untuk mengurangi rasa takut dan cemas serta membangun keseimbangan dalam hidup mereka (Savin-Williams & Cohens, 1996). Seiring dengan pengungkapan jati diri, individu gay akan mulai tidak menghiraukan stigma-sitgma dan kritikan-kritikan yang ditujukan pada mereka (Strong dkk., 2005). Coming out memungkinkan mereka untuk mengembangkan konsep diri dan identitas, serta hubungan dengan orang lain. Pada gay yang memiliki pengalaman coming out yang positif biasanya akan membangun konsep diri yang lebih tinggi, rendahnya tingkat depresi, serta

9 9 penyesuaian psikologis yang lebih baik (Carroll, 2005). Semua hal tersebut akan bermuara pada meningkatnya psychological well-being (Savin-Williams & Cohens, 1996). Penelitian Legate, Ryan, dan Weinstein (2012) menyarankan bahwa coming out mungkin merupakan proses dimana individu gay berusaha untuk mengatasi stigma dengan mengungkapkan jati diri atau menutupinya. Penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang telah coming out dan didukung oleh lingkungan yang suportif mengalami tingkat depresi yang lebih rendah, self-esteem (harga diri) yang lebih tinggi, serta tingkat kemarahan yang lebih rendah. Berbagai hal tersebut merupakan indikator dari psychological well-being yang tinggi. Sebaliknya, pada lingkungan yang kurang mendukung, tidak coming out akan berhubungan positif dengan psychological well-being. Psychological well-being melibatkan perkembangan yang dirasakan dalam menjalani tantangan yang muncul dalam hidup (Keyes, Shmotkin & Ryff, 2002). Setiap orang selalu menginginkan kehidupan yang baik dan kesejahteraan (well-being). Setiap orang terlahir dengan kebutuhan mendasar yang mengarahkan diri pada pertumbuhan, perkembangan, dan aktualisasi diri (Schultz & Schultz, 1994). Pengungkapan jati diri sebagai gay memainkan peranan penting dalam perkembangan identitas dan penyesuaian psikologis mereka (Carroll, 2005; Savin-Williams & Cohens, 1996). Pada gay yang memilih tertutup akan identitasnya akan mengalami masalah-masalah psikologis sehingga menghambat mereka untuk berfungsi

10 10 secara positif dan mengembangkan potensi dalam dirinya. Pada gay yang mulai berani terbuka akan identitasnya, secara perlahan mereka akan mengembangkan identitas diri yang positif. Dengan mulai membuka identitas gay kepada orang lain merupakan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan diri seorang gay. Mereka mulai merasa positif akan identitas seksualnya dan mengintegrasikannya dalam kehidupan sehari-hari melalui coming out. Dengan mulai coming out, seorang gay akan merasa dirinya authentic serta mampu berfungsi psikologis yang positif (Herek,1996). Coming out pada orang lain bisa terjadi pada tingkatan yang berbedabeda. Coming out tidak terjadi dalam waktu yang singkat, dimana seorang gay akan mengungkapkan informasi yang berbeda-beda mengenai identitasnya pada orang yang berbeda-beda pula (Beals dan Peplau, 2006; Carroll, 2005). Partial disclosure atau mengungkapkan identitas dirinya hanya kepada sebagian orang saja sering menjadi pilihan bagi gay. Mereka akan membagi dunia mereka dalam dua kelompok pertemanan, yaitu kelompok yang mengetahui mereka gay dan kelompok yang tidak mengetahui mereka gay (Savin-Williams & Cohen, 1996). D Augelli (2006) melaporkan bahwa hanya sekitar 23% kelompok Lesbian, Gay dan Biseksual (LGB) yang benar-benar melakukan coming out kepada pada semua orang, sedangkan sisanya memilih untuk partial disclosure. Menurut Legate dkk. (2012), seseorang akan merasakan wellbeing yang lebih baik ketika mereka mengungkapkan identitas mereka pada lingkungan yang bisa mendukung mereka. Akan tetapi, pada lingkungan yang

11 11 tidak bisa mendukung, kurangnya disclosure atau pengungkapan identitas mereka pada orang lain berhubungan secara positif dengan well-being. Maka, hal yang sering terjadi adalah kelompok gay akan memilih untuk mengungkapkan diri mereka atau disclosure pada orang yang tertentu saja. Mereka akan memilih untuk mengungkapkan identitas mereka pada orangorang atau lingkungan yang menurut mereka bisa menerima identitas mereka sebagai gay....karena kan orang ada dapat perlakuan kurang enak dari masyarakat atau apa karena mereka kurang bisa menempatkan diri gitu.. Maunya bebas-bebas orang itu aja... Mereka lupa kan masyarakat kita belum tentu semua bisa nerima.. itulah.. kalau kita bisa bijak bagus menempatkan diri.. orang pun gak akan... (Komunikasi Personal, 21 Januari 2014) Pada gay yang partial disclosure, mereka telah memiliki sebagian teman-teman yang mendukung mereka. Mereka juga telah mampu berfungsi psikologis yang positif sebagaimana mereka mulai membuka identitas sebagai gay kepada orang lain meskipun tidak pada semua orang. Namun, gay dengan partial disclosure masih tidak bisa mengekspresikan diri mereka yang sebenarnya dihadapan kelompok yang belum mengetahui identitas mereka. Mereka harus berperan berbeda dalam kehidupan ganda. Hal ini akan berdampak pada interaksi sosial dengan orang lain, menciptakan beberapa masalah praktis, dan fungsi psikologis (Herek, 1996; Corrigan & Matthews, 2003). Usaha menutup identitas diri sebagai gay kepada sebagian orang membuat gay yang partial disclosure masih sulit menjalin hubungan yang positif dengan semua orang. Identitas mereka sebagai gay juga dapat

12 12 diketahui oleh orang lain dari pihak ketiga, bukan dari mereka secara langsung. Mereka masih mengalami ketakutan identitasnya diketahui oleh semua orang. Adanya beberapa kesulitan yang masih dialami oleh gay yang partial disclosure juga dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka yang berdampak pada kesejahteraan dan fungsi psikologis mereka sebagai manusia (Corrigan & Matthews, 2003; Ryff, 1989). Berdasarkan pemaparan penulis diatas, kelompok gay sering mendapatkan penilaian dan perlakuan yang tidak menyenangkan dari masyarakat sehingga memunculkan emosi negatif seperti depresi, kecemasan, dan ketakutan. Hal ini membuat mereka tidak berani untuk melakukan coming out. Gay yang tidak berani coming out akan mengalami masalahmasalah psikologis yang mengarahkan pada psychological well-being yang rendah. Sebaliknya, gay yang memilih untuk coming out dan didukung oleh lingkungannya, masalah-masalah psikologis tersebut cenderung berkurang yang mengarahkan pada indikator psychological well-being yang lebih tinggi. Akan tetapi, seringkali gay memilih untuk melakukan partial disclosure atau coming out hanya pada sebagian orang saja. Dengan partial disclosure, mereka memperoleh sebagian keuntungan yang telah dimiliki oleh gay yang coming out dan juga masih mengalami beberapa masalah yang dimiliki oleh gay yang belum coming out. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melihat gambaran psychological well-being pada gay yang memilih partial disclosure.

13 13 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana gambaran psychological well-being pada gay yang partial disclosure? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran psychological well-being pada gay yang partial disclosure D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Adapun dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis berupa informasi dan kajian teoritis dalam bidang psikologi Klinis terkait dengan psychological well-being dan gay yang partial disclosure. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah: a) Bagi kelompok gay, informasi dari penelitian ini dapat memberikan gambaran psychological well-being pada gay yang partial disclosure, sehingga menjadi acuan bagi mereka untuk melakukan coming out. b) Bagi keluarga dan orang terdekat kelompok gay, dengan informasi dari penelitian ini diharapkan mereka dapat mengerti pentingnya proses disclosure terhadap psychological well-being pada gay. c) Memberikan ilmu dan informasi kepada masyarakat luas untuk lebih memahami kelompok gay dan psychological well-being mereka.

14 14 Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih konstruktif bagi kelompok gay. E. SISTEMATIKA PENELITIAN Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah: BAB I : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang tinjaun teoritis dan penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan fokus penelitian, diakhiri dengan pembuatan paradigma penelitian. BAB III : Metodologi Penelitian Pada bab ini dijelaskan alasan digunakannya pendekatan kualitatif, responden penelitian, teknik pengambilan responden, teknik pengumpulan data, alat bantu pengumpulan data serta prosedur penelitian. Bab IV : Analisa dan Interpretasi Data Penelitian Bab ini memuat tentang pengolahan data penelitian, gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan juga pembahasan data-data penelitian dari teori yang relevan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, hasil penelitian serta saran-saran yang dibutuhkan, baik untuk penyempurnaan penelitian maupun untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological 15 BAB II LANDASAN TEORI A. PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 1. Definisi Psychological Well-Being Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological well-being menjadi afek positif dan afek negatif. Penelitiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seksualitas merupakan salah satu topik yang bersifat sensitif dan kompleks. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini masyarakat mulai menyadari akan adanya keberadaan kaum gay disekitar mereka. Data yang dilansir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. Setiap individu, baik pria maupun wanita memiliki peran masing-masing serta mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan masing-masing dimensi pada psychological

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia orientasi seksual yang umum dan diakui oleh masyarakat kebanyakan adalah heteroseksual. Namun tidak dapat dipungkiri ada sebagian kecil dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit

BAB I PENDAHULUAN. ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada seorangpun yang dapat memilih oleh siapa dan menjadi apa ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit terang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di zaman modern dan era globalisasi ini, sangat mudah untuk menemukan individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku seksual yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyakitkan (Carroll, 2005). Balsam dan Beauchaine (2005) meyakini

BAB I PENDAHULUAN. menyakitkan (Carroll, 2005). Balsam dan Beauchaine (2005) meyakini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH...dalam hatiku yang terdalam aku menjerit, tak pernah sedetikpun dalam hidupku aku menginginkan perasaan ini, aku berusaha membuang naluri gila ini akan tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.1 Interaksi Dengan Anggota Keluarga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa keseluruhan subyek yang sedang dalam rentang usia dewasa awal mengalami tahapan pembentukan

Lebih terperinci

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

tersisih , mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap BABI PENDAHUL UAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, masyarakat di Indonesia mengenal adanya 3 Jems orientasi seksual. Ketiga orientasi tersebut adalah heteroseksual, homoseksual dan biseksual.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya sama dan dari bahasa Latin yaitu sex yang artinya jenis kelamin. Homoseksual biasanya dikonotasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orientasi seksual yang dikenal dan diketahui masyarakat Indonesia pada umumnya hanya ada satu jenis saja, yakni heteroseksual atau pasangan yang terdiri dari dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual atau sering dikenal dengan orientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam kehidupannya. Salah satu tahapan yang harus dilewati adalah masa dewasa awal. Masa dewasa awal (young

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Orientasi seksual heteroseksual merupakan orientasi seksual yang dianggap normal di kalangan masyarakat, namun seiring berkembangnya waktu muncul satu orientasi seksual

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu 19 BAB II LANDASAN TEORI A. Biseksual 1. Definisi Biseksual Krafft-Ebing, salah seorang seksologis Jerman menyebut biseksual dengan sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditariklah suatu kesimpulan yaitu : 5.1.1 Indikator kepuasan Seksual Subyek A, B dan C menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam kehidupannya pasti menjalani tahapan perkembangan, salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock (1996)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan mengenai kesejahteraan subjektif pria dengan orientasi seksual sejenis, didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog Jerman Karoly Maria Benkert. Walaupun istilah ini tergolong baru tetapi diskusi tentang seksualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial sekaligus menarik untuk didiskusikan. Di Indonesia sendiri, homoseksualitas sudah meranah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu : 5.1.1. Indikator Identitas Diri Menurut subjek SN dan GD memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hambatan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari. Akan

BAB I PENDAHULUAN. hambatan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari. Akan BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Kecacatan merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan oleh setiap individu karena dengan kondisi cacat individu mempunyai keterbatasan atau hambatan untuk

Lebih terperinci

ditawarkan, dimana saja, kapan saja, dan siapa saja tanpa memandang batasan bisa mengakses internet. Kemunculan internet juga membawa kita mengenal me

ditawarkan, dimana saja, kapan saja, dan siapa saja tanpa memandang batasan bisa mengakses internet. Kemunculan internet juga membawa kita mengenal me BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain untuk hidup bersama dalam suatu kelompok atau masyarakat. Setiap orang tidak mampu hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang paling penting yang dihadapi oleh manusia adalah kebutuhan untuk mendefinisikan diri sendiri, khususnya dalam hubungannya dengan orang

Lebih terperinci

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu 63 BAB V PENUTUP 5.1. Pembahasan Identitas seksual adalah apa yang orang katakan mengenai kita berkaitan dengan perilaku atau orientasi seksual kita, kita benarkan dan percaya sebagai diri kita. Jika seorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai homoseksual dengan pendekatan studi fenomenologi ini, menyimpulkan dan menyarankan beberapa hal. 6.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh Indonesia, antara lain dengan adanya Peraturan Menteri Sosial No.8 / 2012 yang memasukan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Acquired Immunice Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Acquired Immunice Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunice

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi sesama manusia. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pembicaraan mengenai homoseksualitas terutama gay semakin terbuka dan menjadi sebuah fenomena menarik untuk dijadikan bahan berdiskusi dalam ranah ilmiah

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan

UKDW BAB I. Pendahuluan BAB I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Masalah Kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transjender (LGBT) merupakan kelompok seksual minoritas di Indonesia yang dianggap menyimpang dan melanggar aturan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan manusia lain dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik itu kebutuhan biologis seperti makan dan minum maupun kebutuhan psikologis, seperti

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan memperoleh ilmu sesuai dengan tingkat kebutuhannya yang dilaksanakan secara formal sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ketiga subyek, mereka memiliki persamaan dan perbedaan dalam setiap aspek yang diteliti. Khususnya dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis. BAB 2. SEKSUALITAS Apa itu Seks dan Gender? Sebelum kita melangkah ke apa itu seksualitas, pertanyaan mengenai apa itu Seks dan Gender serta istilah lain yang berkaitan dengan nya sering sekali muncul.

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak dahulu, yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu. Ragam budaya Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam kehidupan manusia, terutama di kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Sampai saat ini memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masih belum kita lupakan kasus yang menimpa Very Idham. Henyansyah, atau dikenal dengan panggilan Ryan dimana Ryan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masih belum kita lupakan kasus yang menimpa Very Idham. Henyansyah, atau dikenal dengan panggilan Ryan dimana Ryan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masih belum kita lupakan kasus yang menimpa Very Idham Henyansyah, atau dikenal dengan panggilan Ryan dimana Ryan adalah seorang tersangka pembunuhan berantai di Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa-masa seseorang akan menemukan hal-hal baru yang menarik. Dimana pada masa-masa ini seseorang akan mulai mempelajari dunia kedewasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gita Annisa Rahmalia Fajriani,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gita Annisa Rahmalia Fajriani,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orientasi seksual yang lazim di masyarakat adalah heteroseksual. Akan tetapi kita tidak bisa menutup mata bahwa ada pula yang memiliki orientasi seksual yang berbeda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Selama 10 tahun saya menjanda, tidak ada pikiran untuk menikah lagi, karena pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perkawinan saya. Tapi anak sudah besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksualitas merupakan rasa tertarik pada orang-orang berjenis kelamin sama baik secara perasaan ataupun secara erotik, dengan atau tanpa hubungan fisik. Disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia tersebut tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesejahteraan. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun keluarga melalui pernikahan lalu memiliki keturunan dan terkait dengan kecenderungan seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keren ketimbang belanja di pasar tradisional. memenuhi kebutuhan hidupnya (Halim, 2008, h.129). Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. keren ketimbang belanja di pasar tradisional. memenuhi kebutuhan hidupnya (Halim, 2008, h.129). Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia ini merupakan salah satu yang paling pesat. Karena banyaknya mal-mal, apartemen maupun gedung-gedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psychological well-being (kesejahteraan psikologis) merupakan suatu kondisi tertinggi yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting, diantaranya sebagai sumber dukungan sosial bagi individu, dan juga pernikahan dapat memberikan kebahagiaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan:

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan: 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah tabel

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

1.PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah 1 1.PENDAHULUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran attachment styles yang dialami oleh gay yang berada pada rentang usia dewasa muda. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dijelaskan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik secara fisik maupun psikologis. Namun kenyataanya, tuntutan tugas dan profesi dalam pekerjaan

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang normal. Hal ini dilakukan, agar kita dapat diterima dalam masyarakat disekitar. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atau tindakan oleh pihak pemerintah, masyarakat, pemberi kerja, penyedian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atau tindakan oleh pihak pemerintah, masyarakat, pemberi kerja, penyedian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stigma Sosial Stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya (KBBI). Menurut Castro dan Farmer (2005) stigma ini qwedapat mendorong

Lebih terperinci

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE Dalam bab ini, penulis menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini dan selanjutnya teori yang telah diuraikan digunakan sebagai acuan pada penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia dalam berbagai aspek menyebabkan mudahnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia dalam berbagai aspek menyebabkan mudahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia dalam berbagai aspek menyebabkan mudahnya informasi diterima dan diakses oleh setiap orang, yang berada di belahan bumi berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. homoseksual sebagai penyimpangan seksual yang belum berlaku secara umum (Pujileksono &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. homoseksual sebagai penyimpangan seksual yang belum berlaku secara umum (Pujileksono & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan homoseksual merupakan salah suatu fenomena sosial yang mendapatkan suatu penolakan dari sebagian besar masyarakat, karena masyarakat masih menganggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah menjadi makhluk sosial karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah menjadi makhluk sosial karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari jalinan relasi sosial, dimana manusia selalu membuat kontak sosial atau berhubungan

Lebih terperinci

kemudian ia semakin yakini setelah ia berada di bangku perkuliahan. Perasaan ingin dilindungi merupakan alasan mengapa James tertarik kepada sesama je

kemudian ia semakin yakini setelah ia berada di bangku perkuliahan. Perasaan ingin dilindungi merupakan alasan mengapa James tertarik kepada sesama je BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1. Hasil Pengumpulan Data Penulis melakukan proses wawancara untuk mengumpulkan data sehingga dapat menggambarkan secara menyeluruh bagaimana cara berinteraksi pria homoseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai dengan kepribadian masing-masing. Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Formation. Marcia menyatakan bahwa pembentukan identitas diri dapat digambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Formation. Marcia menyatakan bahwa pembentukan identitas diri dapat digambarkan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Formation 1. Pengertian Identity Formation Marcia (1993) menyatakan bahwa identity formation atau pembentukan identitas diri merupakan: Identity formation involves

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dunia mempengaruhi banyak bidang kehidupan, salah satunya adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya media Eropa ke Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual dan romantik terhadap orang yang memiliki jenis kelamin yang sama. Homoseksual yang berjenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi wabah internasional atau bencana dunia sejak pertama kehadirannya adalah HIV/AIDS.Sejak pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV di Indonesia masih menjadi masalah yang serius dan komplek serta menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di Indonesia juga masih tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan bumi dengan segala isinya, termasuk manusia yang dipercaya Tuhan untuk hidup di dunia dan memanfaatkan segala yang ada dengan bijaksana. Seiring

Lebih terperinci

COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY (CBT) UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS REMAJA GAY. Ayu Wardani Wiwik Sulistyaningsih

COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY (CBT) UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS REMAJA GAY. Ayu Wardani Wiwik Sulistyaningsih COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY (CBT) UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS REMAJA GAY Ayu Wardani Wiwik Sulistyaningsih Universitas Sumatera Utara, Indonesia Email: ayuwardaniusu@yahoo.com wiwiksulistyaningsihusu@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data 4.1.A Validitas Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena menurut Azwar (1996), suatu item dikatakan valid apabila

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian ini. Selanjutnya juga akan dipaparkan hasil diskusi dan saran. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum diawali dalam suatu keluarga, orangtua yang bertanggung jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju ke arah kedewasaan. Masa ini juga sering disebut masa peralihan atau masa pencarian jati diri seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia

Lebih terperinci