BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
|
|
- Deddy Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan seseorang tentunya tidak akan pernah lepas dari peranan orang tua karena orang tua merupakan tumpuan pertama anak dalam memahami dunia. Orang tua pun memiliki peran yang penting dalam tumbuh kembang anaknya sehingga anak mampu untuk mandiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, orang tua adalah ayah ibu kandung (Alwi, 2003). Muhammad mengartikan orang tua tidak hanya sebagai orang yang telah melahirkan dan membesarkan anaknya namun dapat didefinisikan sebagai orang yang telah memberi arti kehidupan bagi anaknya (Kompasiana.com, edisi 23 Desember 2011). Orang tua memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan anaknya. Menurut Soelaeman (1994) orang tua memiliki delapan fungsi dalam mengembangkan potensi anak, yaitu fungsi biologis, fungsi religiusitas atau agama, fungsi ekonomis, fungsi edukasi atau pendidikan, fungsi sosialisasi, fungsi afektif atau perasaan, fungsi protektif atau perlindungan, dan fungsi rekreasi. Fungsi biologis ialah ketika anak yang lahir dalam suatu keluarga harus dipenuhi kebutuhankebutuhan biologisnya termasuk didalamnya kebutuhan secara fisik dan psikologisnya. Fungsi religius adalah orang tua berkewajiban untuk memperkenalkan kehidupan beragama kepada anak-anaknya, tidak hanya kaidah-kaidahnya saja namun bagaimana menjadikan anak sebagai insan beragama yang mengabdi pada-nya serta mengharap ridho-nya. Fungsi ekonomis adalah orang tua memberikan nafkah untuk anak. Fungsi edukasi adalah ketika orang tua memberikan pendidikan dengan pengarahan dan tujuan pendidikan, perencanaan dan pengelolaannya, penyediaan dana dan sarana, pengayaan wawasan dan kebutuhan lainnya yang menunjang pendidikan anak. Fungsi sosialisasi merupakan tugas orang tua dalam mendidik 1
2 anaknya tidak hanya mencakup pengembangan seorang anak agar menjadi pribadi yang mantap, namun upaya membantu dan mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang baik. Fungsi protektif merupakan fungsi orang tua dalam melindungi anaknya, dan berkaitan erat dengan mendidik dan sosialisasi. Mendidik pada hakikatnya bersifat melindungi, yaitu melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik dan dari hidup yang menyimpang dari norma dimasyarakat. Pada fungsi afeksi ketika anak masih kecil, ia secara intuitif dapat merasakan atau menangkap suasana hati perasaan yang meliputi orang tuanya pada saat berkomunikasi dengan mereka. Fungsi rekreasi adalah fungsi orang tua dalam memelihara suasana keluarga sehat dan hangat. Rekreasi itu dirasakan apabila ia menghayati suasana yang tenang dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar dan santai pada suasana yang terlepas dari kesibukan sehari-hari. Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa pada dasarnya orang tua berperan dalam memenuhi kebutuhan anak, menanamkan kehidupam beragama, memberikan pendidikan, perlindungan dalam masa perkembangan anak, menjadi penghubung dalam kehidupan sosial anak, memperhatikan perasaan anak dan memberikan rasa nyaman, serta memberikan nafkah demi keberlangsungan hidup anak. Namun menjalankan peran tersebut bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi jika peran tersebut diterapkan terhadap anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tunarungu. Dalam menjalankan perannya tersebut orang tua dengan anak tunarungu biasanya akan menghadapi banyak permasalahan. Seperti yang diungkapkan R sebagai orang tua anak tunarungu dalam komentarnya pada sebuah blog mengenai ketunarunguan pada anaknya. R menyatakan bahwa anaknya yang berumur 3 tahun, ia sekolahkan di sekolah khusus. R pun melatih berbicara anaknya ketika di rumah sehingga anak R memiliki kemajuan dalam berbahasa. Namun tetap saja ketika bersosialisasi dengan anak-anak normal lain, anak R tetap mengalami kesulitan ( 21 Juli 2008). Pada peristiwa yang dialami ibu R, beliau membutuhkan usaha lebih agar anaknya mampu berkomunikasi dengan 2
3 menyekolahkan anaknya di sekolah khusus, dan melindungi anaknya dengan memberikan pendidikan serta pengajaran mengenai berbahasa yang baik dirumah agar anaknya mampu bersosialisasi dengan lingkungan anak-anak normal. Beda halnya dengan SA yang memiliki anak tunarungu berusia 5,6 tahun ini memaparkan bahwa anaknya baru memiliki alat bantu dengar di salah satu telinganya sehingga anaknya masih kurang mampu mendengar dengan baik. Hal ini dikarenakan SA hanya mampu membeli satu alat bantu dengar untuk anaknya ( 21 Januari 2012). Adapun upaya lebih yang dilakukan SA ketika ia hanya mampu membeli alat bantu dengar untuk salah satu telinga anaknya. Ketunarunguan yang dialami anak, sangat berpengaruh terhadap peran-peran orang tua. Hal ini dikarenakan orang tua harus melaksanakan usaha yang lebih dibandingkan orang tua pada anak yang normal. Menurut Sadjaah (2005: 69) anak tunarungu adalah anak yang karena berbagai hal menjadikan pendengarannya mendapat gangguan atau mengalami kerusakan sehingga mengganggu aktivitas kehidupannya. Jumlah penyandang cacat di Indonesia dipaparkan Nurali pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2004 adalah jiwa diantaranya terdapat jumlah keseluruhan tunarungu wicara jiwa (9,9%) sedangkan jumlah anak penyandang cacat di Indonesia sebanyak anak yang diantaranya terdapat tunarungu wicara sebanyak 14,27% ( 2010). Menurut sumber lainnya yaitu penyandang cacat tahun 2009 mencapai orang diantaranya terdapat tunarungu sebanyak orang ( 2010). Banyaknya anak tunarungu yang ada di Indonesia tidak serta-merta mengubah pandangan-pandangan yang berkembang dimasyarakat umum mengenai keberadaan anak tunarungu itu sendiri. Pandangan tersebut menurut Soemantri (2007:100) bahwa Anak tunarungu tidak dapat melakukan apapun sehingga anak nantinya akan sulit mendapat pekerjaan juga adanya kesulitan dalam bersaing dengan orang normal. Sehingga akan muncul kecemasan-kecemasan baik dari anak maupun orang tua. 3
4 Hal ini ditambah lagi dengan adanya dampak ketunarunguan yang terjadi pada anak, tentunya akan menyulitkan fungsi dan peran orang tua itu sendiri. Adapun dampak ketunarunguan itu sendiri menurut Soemantri (2007: 100) bahwa ketunarunguan yang terjadi pada anak tunarungu itu sendiri berhubungan dengan karakteristik anak tunarunguan yaitu miskin dalam kosakata, sulit memahami katakata abstrak, sulit mengartikan kata-kata yang mengandung kiasan, dan juga gangguan berbicara, maka hal-hal itu merupakan sumber masalah pokok bagi anak tersebut. Pelaksanaan fungsi dan peran orang tua yang memiliki anak tunarungu dalam membantu anaknya bersosialisasi, tentu akan berbeda dengan usaha orang tua yang memiliki anak normal. Untuk bisa bersosialisasi, seseorang dituntut untuk bisa berkomunikasi, baik secara verbal maupun nonverbal. Hambatan berkomunikasi khususnya komunikasi secara verbal menghambat proses sosialisasi pada anak tunarungu. Anak tunarungu sulit menyatakan secara verbal keinginan, ide, pikiran dan harapannya. Untuk mengurangi hambatan ini, anak tunarungu pun mempelajari bahasa isyarat. Sementara itu anak-anak lain yang normal tidak memahami bahasa isyarat tersebut. Oleh karena itu, maka orang tua perlu melakukan berbagai upaya agar anaknya dapat bersosialisasi menggunakan bahasa dengan anak lainnya. Sebuah studi terpadu dikota Bandung membuktikan bahwa anak-anak yang sejak dini disekolahkan serta dikuatkan dengan pemberian pendidikan bahasa dikeluarga menunjukkan kemampuan mereka mencapai prestasi sekolah sama halnya dengan anak normal lainnya (Sadjaah, 2005). Dalam hal ini tentunya orang tua sangat berperan dalam pendidikan anak berbahasa sehingga anak mampu berprestasi, bersosialisasi dan menyesuaikan diri disekolah. Pada anak yang baru memasuki sekolah, mereka membutuhkan banyak penyesuaian. Penyesuaian tidak hanya dilakukan oleh anak namun juga orang tua. Dimana orang tua berperan dalam mendukung anaknya dalam melaksanakan pendidikan dan bersosialisasi. Alimin (2008) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara orang tua anak tunarungu yang juga tunarungu (cddp) dengan orang tua anak tunarungu yang mendengar (cdph) dalam hal membangun perhatian bersama dengan anaknya yang 4
5 tunarungu. Perbedaan ini sangat terkait dengan pengalaman yang dimiliki oleh orang tua yang tunarungu khususnya dalam berkomunikasi dengan orang tunarungu lainnya dengan menggunakan bahasa isyarat. Jelas sekali bagi para orang tua yang mampu mendengar tidak memiliki pengalaman dalam penggunaan bahasa isyarat dan tidak dapat menyediakan bahasa yang aksesibel bagi anaknya yang tunarungu. Dengan adanya perbedaan kebudayaan pada orang tua mendengar dan anak tunarungu inilah yang menyebabkan komunikasi sulit dilakukan diantara keduanya, serta mempersulit pula usaha orang tua dalam menjalankan fungsi serta perannya dalam mengasuh anak. Berhasil tidaknya anak tunarungu dalam mengembangkan potensinya sangat bergantung pada bimbingan dan pengaruh orang tua. Studi mengenai Pengaruh Penerimaan Orang Tua Tentang Kondisi Anak Terhadap Aktualisasi Diri Anak Penyandang Cacat oleh Sadiyah (2009) menunjukkan bahwa tingkat penerimaan yang tinggi dari orang tua berpengaruh terhadap tingkat aktualisasi anak yang tinggi. Hasil yang tidak jauh berbeda juga di kemukakan Ningrum (2007) berdasarkan studi mengenai Pengaruh Penerimaan Orang Tua Terhadap Penyesuaian Diri Anak Tua Rungu di Sekolah. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi penerimaan orang tua terhadap anaknya maka akan semakin tinggi pula penyesuaian anak terhadap lingkungan. Banyaknya tantangan yang akan di hadapi oleh orang tua dalam membesarkan anak tunarungu tentunya akan menjadi stressor bagi orang tua, baik itu orang tua yang baru memiliki pengalaman sebagai orang tua tunarungu maupun yang sudah mengalami penyesuaian dengan adanya pengalaman sebagai orang tua anak tunarungu. Untuk itu orang tua diharuskan memiliki kemampuan pemikiran dan keterampilan yang lebih kompleks. Dalam keadaan tersebut, terdapat masa seseorang membutuhkan optimalisasi potensi yang ia miliki dengan meninjau dan mengevaluasi kembali pengalaman dari aktivitas masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang untuk mengadapi tantangan di masa depannya. Hasil evaluasi dan 5
6 tinjauan yang dilakukan untuk optimalisasi potensi yang dilakukan ini, disebut juga psychological well-being. Ryff (1995) mendefinisikan psychological well-being sebagai hasil evaluasi atau penelitian seseorang terhadap kemampuannya untuk mengenali potensi unik dalam dirinya dan kemudian mengoptimalkan potensi tersebut dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam menghadapi berbagai macam tantangan dan perubahan dalam hidupnya. Penelitian mengenai psychological well-being penting untuk dilakukan karena nilai positif dari kesehatan mental yang ada di dalamnya membuat seseorang mengidentifikasi apa yang hilang dalam hidupnya (Ryff, 1995). Adapun faktor-faktor dalam diri yang diidentifikasi untuk dioptimalkan, yaitu pada aspek selfacceptance (penerimaan diri), positive relations with other (relasi yang positif dengan orang lain), autonomy (kemandirian), environmental mastery (penguasaan lingkungan), purpose in life (tujuan dalam hidup), personal growth (perkembangan pribadi). Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Salah satunya studi yang dilakuakan Departemen Pekerja Sosial dari The Chinese University of Hong Kong (2006). Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki resiko psychological well-being yang rendah dihubungkan dengan seseorang yang merasa tidak puas dengan status finansialnya dan kurangnya orientasi diri untuk melakukan koping. Penelitian lainnya oleh Umberson dan Gove (1989) yang menemukan bahwa orang tua yang memiliki anak akan memiliki efek negatif atau positif terhadap psychological well-being orang tua, dimana keseimbangan dari efek negatif dan positif tersebut tergantung pada dimana anak tinggal, umur anak bungsu, status marital orang tua, dan dimensi psychological well-being yang diujikan. Adapun hasil yang dibandingkan antara orang tua yang memiliki anak dengan nonorang tua, ditemukan bahwa orang tua yang memiliki anak memiliki tingkat kesejahteraan (well-being) dan kepuasan yang rendah sedangkan tingkat makna hidup yang tinggi. Dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa berbagai faktor 6
7 demografis orang tua tentunya akan berpengaruh terhadap psychological well-being orang tua. Dari uraian yang telah disampaikan diatas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul Psychological well-being pada orang Tua Anak Tunarungu di Kota Bandung. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada orang tua anak tunarungu di beberapa SLB di Bandung serta menampilkan gambaran karakteristik orang tua anak tunarungu yang memiliki tingkat psychological well-being kategori tinggi dan rendah. Penelitian ini difokuskan terhadap orang tua yang memiliki anak tunarungu yang duduk di kelas satu sekolah dasar karena orang tua harus membantu anaknya yang tunarungu untuk penyesuaian terhadap lingkungan yang baru yaitu sekolah. Sementara itu, Bandung dipilih sebagai lokasi penelitian karena memudahkan peneliti dalam menjangkau subjek penelitian. B. Rumusan Masalah Kesulitan yang dimiliki oleh orang tua dalam membesarkan anaknya yang tunarungu akan mempengaruhi kualitas hidup yang dijalani. Namun kondisi kesulitan yang dialami berbeda-beda berdasarkan dari pandangan orang tua tersebut dalam membesarkan anaknya. Perbedaan ini diduga terjadi karena perbedaan faktor-faktor tertentu yang berpengaruh terhadap penilaian orang tua yang memiliki anak tunarungu tersebut terhadap kehidupannya. Berdasarkan hal tersebut, sejumlah pertanyaan yang akan menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran umum psychological well-being orang tua anak tunarungu? 2. Bagaimana gambaran psychological well-being orang tua anak tunarungu ditinjau dari aspek demografis di Kota Bandung? 7
8 3. Bagaimanakah gambaran karakteristik orang tua anak tunarungu yang memiliki tingkat psychological well-being tinggi dan rendah ditinjau dari dimensi psychological well-being? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang ada, yaitu: 1. Mengetahui gambaran umum psychological well-being orang tua anak tunarungu di Kota Bandung. 2. Mengetahui gambaran psychological well-being orang tua anak tunarungu di tinjau dari aspek demografis di Kota Bandung. 3. Mengetahui gambaran karakteristik orang tua anak tunarungu yang memiliki tingkat psychological well-being tinggi dan rendah di tinjau dari dimensi psychological well-being D. Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian diharapkan dapat menjelaskan mengenai proses psychological well-being gambaran karakteristik pada orang tua anak tunarungu yang memiliki tingkat psychological well-being tinggi dan rendah pada aspek selfacceptance (penerimaan diri), positive relations with other (relasi yang positif dengan orang lain), autonomy (kemandirian), environmentalmastery (penguasaan lingkungan), purpose in life (tujuan dalam hidup), personal growth (perkembangan pribadi). Berikut ini adalah kegunaaan praktis dari penelitian ini : 1. dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam psikologi klinis dan perkembangan. 2. bagi peneliti selanjutnnya, dapat dijadikan referensi untuk menambah khazanah keilmuan psikologi. 8
9 3. memberikan kontribusi kepada orang tua anak tunarungu untuk meningkatkan psychological well-being yang dimiliki. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN, berisi paparan tentang latar belakang dilakukannya penelitian. 2. BAB II KAJIAN PUSTAKA, membahas teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, seperti psychological well-being, orang tua dan ketunarunguan. 3. BAB III METODE PENELITIAN, berisi uraian tentang metode penelitian yang akan digunakan. 4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, menjelaskan uraian tentang hasil penelitian yang telah didapatkan saat pengambilan data dan membahas serta menganalisis hasil penelitian dengan teori yang ada. 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran yang diberikan untuk pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA, berisikan sumber-sumber literatur yang digunakan dalam penelitian. 7. LAMPIRAN-LAMPIRAN, mencakup bukti-bukti yang dimiliki dalam penelitian seperti verbatim wawancara, dokumentasi, pengkodean dan hal-hal yang terkait dalam penelitian. 8. RIWAYAT HIDUP, berisikan paparan mengenai riwayat hidup peneliti. 9
10 10
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari itu
Lebih terperinciDAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013
DAFTAR ISI Halaman Halaman Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Hikmah... iii Ucapan Terima Kasih... iv Abstrak... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... xi Daftar Gambar... xii Daftar Lampiran...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan khusus dapat dialami oleh setiap individu. Menurut Riset
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan norma atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan
Lebih terperinciKesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi lansia di dunia mengalami peningkatan pesat. Berdasarkan hasil penelitian Kinsella &Velkof (2001), bahwa sepanjang tahun 2000, populasi lansia dunia tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya untuk menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk membangun relasi sosial
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui psychological well-being pada pasien HIV positif (usia 20-34 tahun) di RS X Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
Lebih terperinciBAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran
BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran 5.1 Simpulan Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan state dengan psychological well being pada isteri TNI Angkatan Darat yang suaminya bertugas
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap individu, baik dengan keunikan ataupun kekurangan berhak
Lebih terperinciStudi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 246-6448 Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung 1 Rahmadina Haturahim, 2 Lilim Halimah 1,2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tindakan kriminalitas merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu hukuman yang akan diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tujuan suatu bangsa untuk memberdayakan semua warga negaranya agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan. kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis
BAB V PENUTUP Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis lainnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Gambaran Psychological
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing
67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas X di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. orang lain, memiliki otonomi, dapat menguasai lingkungan, memiliki. tujuan dalam hidup serta memiliki pertumbuhan pribadi.
112 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Psychological Well Being merupakan evaluasi individu terhadap kepuasan hidup dirinya dimana di dalamnya terdapat penerimaan diri, baik kekuatan dan kelemahannya, memiliki
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian 1. Populasi dan Sampel penelitian Sampel penelitian adalah orang tua anak tunarungu. Anak tunarungu tersebut bersekolah di kelas satu
Lebih terperinciSM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 2.1.1. Definisi Psychological Well-Being Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being. Menurut Ryff (1989), psychological well being
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini dapat terwujud dengan adanya partisipasi dan dukungan perangkat yang baik. Salah satu perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang beragam dan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan manusia,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki kebutuhan yang tidak terbatas dan tidak akan pernah berhenti sampai mengalami kematian. Untuk bisa memenuhi kebutuhan yang beragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa untuk menjadi sakit sakitan, sesuatu hal buruk, mengalami penurunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Santrock, orang yang telah lanjut usia dimulai ketika seseorang mulai memasuki usia 60 tahun. Seringkali usia yang telah lanjut dianggap sebagai masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan memperoleh ilmu sesuai dengan tingkat kebutuhannya yang dilaksanakan secara formal sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum anak-anak tinggal dengan orang tua mereka di rumah, tetapi ada juga sebagian anak yang tinggal di panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu lembaga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan masing-masing dimensi pada psychological
Lebih terperinciHUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN
HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Disusun Oleh Nama : Pandu Perdana NPM : 15512631 Kelas : 4PA05 Keluarga Perceraian
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN...i. KATA PENGANTAR.ii. ABSTRAK..v. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR DIAGRAM.xi. DAFTAR LAMPIRAN..
Abstrak Penelitian ini berjudul studi kasus mengenai profil Psychological Well- Being pada anak yatim piatu di Panti Asuhan Putra X Bandung. Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus atau yang dikenal dengan HIV merupakan sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Setelah kurang lebih lima hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal
Lebih terperinci2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR BAGAN.ix. DAFTAR TABEL...x. DAFTAR LAMPIRAN.xi BAB I PENDAHULUAN...
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika dimensi-dimensi psychological well-being pada pasien kanker serviks stadium lanjut di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Maksud dan tujuan dari penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa kemajuan dan perubahan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia. Hal ini menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Orang tua merupakan individu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang sangat berarti bagi orang tua karena setelah pasangan menikah, peran selanjutnya yang di dambakan adalah menjadi orang tua dari anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang, mengisi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel
BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Hal ini dikarenakan peneliti lebih menekankan pada data yang dapat dihitung untuk mendapatkan penafsiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di zaman modern dan era globalisasi ini, sangat mudah untuk menemukan individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku seksual yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Suyanto (2007: 05), ilmu pengetahuan merupakan sarana yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi berguna bagi diri sendiri maupun orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan tempat sekumpulan individu melakukan suatu aktivitas kerja. Aktivitas tersebut terdapat di dalam perusahaan atau organisasi. Pada zaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendapat pendidikan yang sama merupakan hak setiap individu yang menempati suatu negara tanpa terkecuali pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memiliki anak yang terlahir sempurna merupakan dambaan setiap orangtua yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memiliki anak yang terlahir sempurna merupakan dambaan setiap orangtua yang tentunya mengharapkan anaknya lahir dengan kondisi sehat, baik secara fisik maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prostitusi merupakan fenomena yang tiada habisnya. Meskipun telah dilakukan upaya untuk memberantasnya dengan menutup lokalisasi, seperti yang terjadi di lokalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah sepasang pria dan wanita menikah, memiliki anak merupakan hal yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala upaya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja merupakan sebuah institusi yang dibentuk secara legal dan berada di bawah hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja
Lebih terperinciLAMPIRAN A. Alat Ukur
LAMPIRAN A Alat Ukur A1. Kuesioner PWB Petunjuk pengisian : Di balik halaman ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan apa yang Saudara rasakan terhadap diri sendiri dan kehidupan Saudara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orientasi seksual yang dikenal dan diketahui masyarakat Indonesia pada umumnya hanya ada satu jenis saja, yakni heteroseksual atau pasangan yang terdiri dari dua orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sumber daya manusia itu sendiri dapat dirincikan menjadi seorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya, semakin banyak sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data Yayasan Lupus Indonesi (YLI) menunjukkan bahwa jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Data Yayasan Lupus Indonesi (YLI) menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit Lupus di Indonesia meningkat dari 12.700 jiwa pada 2012 menjadi 13.300 jiwa per
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang
24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya akan mengalami proses menjadi tua yang dikenal dengan lanjut usia (Lansia). Periode Lansia adalah periode penutup dalam rentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semua manusia pasti berharap dapat terlahir dengan selamat dan memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia pasti berharap dapat terlahir dengan selamat dan memiliki kondisi jasmani dan rohani yang sehat. Namun, banyak anak yang lahir kurang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berita akhir-akhir ini terlihat semakin maraknya penggunaan narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan berdampak buruk terhadap
Lebih terperinciPSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Deniaty Sinaga, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi adalah hal yang sangat mendasar bagi setiap makhluk hidup. Ziberman (dalam Mulyana, 2000, hlm. 4) merumuskan bahwa tujuan komunikasi dapat dibagi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Orang tua menurut I.P. Simanjuntak adalah ayah dan ibu dari anak-anaknya.
II. TINJAUAN PUSTAKA A.1 Tinjauan Mengenai Orang Tua A.1.1 Pengertian Orang Tua Orang tua menurut I.P. Simanjuntak adalah ayah dan ibu dari anak-anaknya. (I.P. Simanjuntak. 1983:7). Selain itu, menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu, akan
17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami serangkaian perkembangan dengan periode berurutan, mulai dari periode parental hingga lansia. Setiap masa yang dilalui merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan sesamanya dengan salah satunya berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu hal yang saling mengirim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna rungu wicara adalah kondisi realitas sosial yang tidak terelakan didalam masyarakat. Penyandang kecacatan ini tidak mampu berkomunikasi dengan baik selayaknya
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah
1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Jumlah perempuan yang berada dalam dunia kerja (bekerja maupun sedang secara aktif mencari pekerjaan) telah meningkat secara drastis selama abad ke-20. Khususnya,
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kesejahteraan psikologis pada pegawai outsourcing Universitas X kota Bandung. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia ini menganggap jaringan dalam tubuh sebagai benda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lupus merupakan penyakit peradangan atau inflamasi multisistem akibat perubahan sistem imun pada tubuh manusia. Penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu anak yang bermasalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial, dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki yaitu keterampilan berkomunikasi.
Lebih terperinciPaket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING
Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING Pendahuluan Psikologi kesehatan sebagai pengetahuan social-psychological dapat digunakan untuk mengubah pola health behavior dan mengurangi pengaruh dari psychosocial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu (Penetapan Presiden RI Nomor 1 tahun 1965). Setiap agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa penting dalam kehidupan dimana remaja menjalani sejumlah transisi termasuk perubahan fisik dan emosional. Masa ini rentan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar kepribadiannya. Seberapa besar ia menghayati agama yang dianutnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tak dapat dipungkiri bahwa agama yang dianut seseorang membentuk dasar kepribadiannya. Seberapa besar ia menghayati agama yang dianutnya, dalam membentuk kepribadiannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut disebabkan oleh karena keluarga merupakan tempat yang nyaman untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki keluarga yang harmonis adalah harapan setiap orang. Hal tersebut disebabkan oleh karena keluarga merupakan tempat yang nyaman untuk berlindung dari tekanan
Lebih terperinciKesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) 1 Hany Fakhitah, 2 Temi Damayanti Djamhoer 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, setiap individu terkadang mengalami suatu hambatan. Hambatan yang terjadi pada suatu individu beragam jenisnya. Beberapa jenis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) pada buku karangan Aristotetea yang berjudul Nicomacheon Ethics
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) 1. Kesejahteraan Psikologis Bradburn menterjemahkan kesejahteraan psikologis berdasarkan pada buku karangan Aristotetea yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendengaran merupakan alat sensoris utama untuk berbicara dan berbahasa. Kehilangan pendengaran sejak lahir atau sejak usia dini akan menyebabkan kesulitan dalam berbicara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang mendambakan keutuhan dan kerukunan rumah tangga. Akan tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciGAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA
GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA INDIENA SARASWATI ABSTRAK Studi yang menggunakan teori kebahagiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Komunikasi merupakan hal terpenting dalam melakukan interaksi. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, didapatkan data jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 87% memeluk agama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat enam agama resmi yang dapat dianut, yaitu Islam, Budha, Hindu, Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Kong Hu Cu. Kebebasan memilih agama
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab ini terdapat empat kesimpulan berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan. Kesimpulan pertama berkaitan dengan kenyataan yang dialami keluarga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan narkoba merupakan hal yang tidak asing terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika,
Lebih terperinciPEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU
PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Riau email: pakzul_n@yahoo.co.id ABSTRAK Kesejahteraan guru secara umum sangat penting diperhatikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well-Being 1. Pengertian Psychological Well-Being Psychological well-being merupakan realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu dimana individu dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aristoteles yang selanjutnya dalam ilmu psikologi menjadi istilah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah Eudaimonia (kebahagiaan) dikenal melalui tulisan filsuf Aristoteles yang selanjutnya dalam ilmu psikologi menjadi istilah psychological well-being.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penulisan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Teori tentang psychological well-being dikembangkan oleh Ryff. Ryff
BAB II LANDASAN TEORI II.A. Psychological Well-Being II.A.1. Definisi Psychological Well-Being Teori tentang psychological well-being dikembangkan oleh Ryff. Ryff (dalam Strauser, Lustig, dan Ciftcy, 2008)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya. Individu yang merasakan kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa selalu mendambakan kebahagiaan. Kebahagiaan di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada kesejahteraan psikologis orang tersebut sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilalui seorang individu sepanjang rentang kehidupannya. Keunikan pada masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan terpenting yang dilalui seorang individu sepanjang rentang kehidupannya. Keunikan pada masa ini adalah individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah
Lebih terperinciBAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fausiah&Widury, 2007), kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan tempat anak memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan. Salah satu keterampilan yang hendaknya dikuasai seorang anak adalah keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidik yang kemudian terjadi interaksi di antara keduanya. Interaksi tersebut. didik atau siswa, dalam suatu konteks tertentu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan wadah bagi para peserta didik untuk mendapatkan pembelajaran dan pengembangan pengetahuan juga keterampilan. Dunia pendidikan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan memiliki rasa kesedihan. Kebahagiaan memiliki tujuan penting di dalam kehidupan manusia. Setiap individu
Lebih terperinciEmployee engagement merupakan topik yang sudah banyak. diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat
Employee engagement merupakan topik yang sudah banyak diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk dapat mempertahankan karyawannya yang bertalenta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Difabel atau kecacatan banyak dialami oleh sebagian masyarakat, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Difabel atau kecacatan banyak dialami oleh sebagian masyarakat, baik kecacatan yang dialami dari lahir maupun karena kecelakaan yang mengakibatkan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga merupakan elemen dasar dalam masyarakat, artinya konsep keluarga merupakan struktur awal yang kemudian bila dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah
Lebih terperinci