BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
|
|
- Handoko Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan masing-masing dimensi pada psychological well-being pada pria gay yang telah coming out di wilayah DKI Jakarta. Untuk korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan psychological well-being pada pria gay yang telah coming out secara umum menunjukkan hasil dengan nilai r=-0,321 (p<0,05), yang berarti terdapat hubungan yang negatif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah kesejahteraan psikologis pria gay yang telah coming out, atau dengan kata lain Ho ditolak sedangkan Ha diterima. Berdasarkan hasil uji korelasi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi autonomy dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out, mendapatkan hasil uji dengan nilai r=-0,454 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang negatif, sehingga semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah kemandirian pria gay yang telah coming out, atau semakin rendah kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin tinggi kemandirian pria gay yang telah coming out. Hasil uji korelasi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi environmental mastery pada pria gay yang telah coming out didapatkan hasil r=--0,105 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak berkaitan dengan penguasaan lingkungan seorang pria gay yang telah coming out. Hasil uji korelasi antara kecemasan dengan dimensi personal growth pada psychological well-being menunjukkan nilai r=-0,243 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut, atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan langsung dengan pertumbuhan personal pria gay yang telah coming out. Hasil 47
2 48 uji korelasi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi positive relation with others dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out menunjukan hasil r=-0,390 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang negatif antara kedua variabel tersebut, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah kualitas hubungan seorang pria gay yang telah coming out dengan orang lain, begitu juga jika semakin rendah kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin tinggi kualitas hubungan seorang pria gay yang telah coming out dengan orang lain. Hasil uji korelasi antara kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi purpose in life pada pria gay yang telah coming out menunjukan hasil dengan nilai r=-0,178 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut, atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan dengan tujuan hidup pria gay yang telah coming out. Hasil korelasi antara kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi self-acceptance pada pria gay yang telah coming out menunjukan nilai r=-0,246 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut, atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan langsung dengan rasa penerimaan diri pada pria gay yang telah coming out. 5.2 Diskusi Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan koefisien korelasi yang sedang dengan nilai r=-0,321 (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang sedang dan negatif antara anxiety (s-anxiety) dalam menghadapi respon dari orang orang terdekat dengan psychological well-being pada pria gay yang telah coming out, atau dengan kata lain semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah tingkat psychological well-being pria gay yang telah coming out. Begitupun sebaliknya, jika semakin rendah kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat, maka semakin tinggi tingkat psychological well-being pada pria gay yang telah coming out. Kenyataannya hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Bradburn (1969) yang menyatakan bahwa tinggi atau
3 49 rendahnya psychological well-being berkaitan erat dengan kecemasan, kesehatan, dan juga afek-afek negatif seseorang. Hasil uji korelasi pada anxiety (s-anxiety) dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi autonomy, menunjukkan hasil koefisien korelasi yang sedang dengan nilai r=-0,454 (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang sedang dan negatif antara kedua variabel tersebut, yang artinya semakin tinggi tingkat kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin rendah rasa kemandirian seorang pria gay yang telah coming out untuk mengemukakan pendapat dalam publik. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Corrigan & Matthews (2003) yang menyatakan bahwa banyak anggota masyarakat mungkin lebih memilih untuk menghindari pria gay yang telah coming out. Pengalaman dari diacuhkannya mereka dalam lingkungan sosial yang akhirnya memberikan efek negatif terhadap self-esteem bagi mereka yang telah mengakui orientasi seksualnya. Kemudian juga akan berpengaruh dalam kemandirian pria gay untuk menyampaikan pendapat di khalayak publik. Selain itu, untuk hasil uji korelasi antara anxiety (s-anxiety) dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi environmental mastery pada pria gay yang telah coming out menunjukan nilai r=-0,105 (p>0,05), atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi environmental mastery dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tinggi atau rendahnya anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan dengan dimensi environmental mastery pada pria gay yang telah coming out. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Corrigan & Matthew (2003) yang menyatakan bahwa salah satu keuntungan dalam melakukan coming out yakni meningkatkan keterikatan dengan lembaga tempat kita bekerja, sekolah atau lainnya (seperti lebih aktif atau rajin mengikuti kegiatan di institusi tersebut). Jadi dengan kata lain jika seorang pria gay telah coming out maka individu tersebut dapat mengelola lingkungannya dengan baik jadi tidak terkait dengan kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat terhadap individu itu sendiri.
4 50 Hasil uji korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi personal growth pada psychological well-being pada pria gay yang telah coming out menunjukkan nilai r = -0,243 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut, atau dengan kata lain tinggi atau rendahnya anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan dengan dimensi personal growth dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out. Corrigan & Matthews (2003) mengemukakan bahwa salah satu keuntungan dari melakukan coming out yakni dapat meningkatkan self esteem. Sehingga dengan meningkatnya self esteem kemudian dapat membuat individu tersebut sadar akan pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri. Sementara itu, untuk uji korelasi antara anxiety (s-anxiety) dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi positive relation with others dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out didapatkan hasil r=-0,390 (p<0,05). Pada hasil uji korelasi yang peneliti lakukan menunjukan adanya hubungan yang negatif antara kedua variabel tersebut, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi tingkat kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat, maka semakin rendah kualitas hubungan seorang pria gay yang telah coming out dengan orang lain disekitarnya. Begitupun sebaliknya, semakin rendah kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat maka semakin tinggi kualitas hubungan seorang pria gay yang telah coming out dengan orang lain. Seperti yang dikemukakan Corrigan & Matthews (2003) yang menyatakan bahwa salah satu keuntungan dalam melakukan coming out yakni dapat memfasilitasi hubungan interpersonal. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Beals & Peplau, 2001 (dalam Corrigan & Matthewss, 2003) yang menyatakan bahwa kaum minoritas yang mendeklarasikan dirinya dapat mengurangi stress yang membawa individu tersebut kepada hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Hasil uji korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi purpose in life dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out ditemukan nilai r=-0,178 (p>0,05) yang berarti Ho diterima sedangkan Ha ditolak, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut yang berarti tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang
5 51 terdekat tidak akan berkaitan dengan tujuan hidup pria gay yang telah coming out. Menurut Corrigan & Matthews (2003), sebagai kelompok, kaum minoritas (dalam hal ini gay) menganggap coming out sebagai suatu keuntungan bagi kebutuhan politis dan sosio-ekonomis dalam kelompoknya sendiri. Hal tersebut berkaitan dengan yang dikemukakan Kates & Belk, 2001 (dalam Corrigan & Matthew, 2003) bahwa terdapat sebuah fenomena sosial yang memfasilitasi individu untuk coming out adalah dengan adanya sebuah kelompok yang membela dan mendukung dimana kelompok tersebut didirikan oleh mereka yang sudah coming out. Pada kaum minoritas seperti gay, kelompok ini biasanya mengadopsi nama kelompok yang sudah pernah ada sebelumnya dan menjadi sebuah sumber di komunitas. Kelompok-kelompok seperti ini menyediakan beberapa jasa termasuk dukungan untuk mereka yang baru saja coming out, hiburan dan bertukar pengalaman yang dapat membantu membangun kebersamaan anggota dalam sebuah kebudayaan yang berbeda, dan pembelaan bagi harga diri para gay kedepannya. Sehingga pria gay merasa tidak sendiri dan akhirnya lebih berani dalam menjalani hidup karena mereka merasa ada yang mendukung, sehingga tinggi rendahnya kecemasan dengan dimensi purpose in life dalam psychological well-being di atas tidak akan berkaitan. Hasil uji korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi self-acceptance dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out menunjukkan nilai r=-0,246 (p>0,05) yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan dimensi self-acceptance dalam psychological well-being pada pria gay yang telah coming out. Dengan kata lain, tinggi atau rendahnya kecemasan dalam menghadapi respon dari orang terdekat tidak akan berkaitan dengan penerimaan diri pada pria gay yang telah coming out. Menurut Kadushin, 2000 (dalam Corrigan & Matthews, 2003) keluarga memberikan dukungan yang lebih kepada mereka yang telah coming out. Sehingga dengan adanya dukungan dari keluarga membuat penerimaan diri pria gay yang telah coming out menjadi lebih besar. Penelitian yang dilakukan peneliti tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar dan mudah, ada beberapa hal yang menjadi halangan sehingga menjadi kelemahan dalam melakukan penelitian ini. Kelemahan tersebut termasuk waktu, jumlah responden, target
6 52 domisili, serta usia responden. Selain itu, karena waktu yang sempit, jumlah responden yang didapatkan peneliti menjadi terbilang kurang banyak, selain faktor waktu, untuk beberapa responden masih merasa hal ini terlalu sensitif sehingga responden enggan untuk membantu mengisi kuesioner yang peneliti berikan. Selain itu, pembahasan mengenai penelitian ini masih belum luas, sehingga untuk memberikan teori yang lugas belum dapat terpenuhi. Selain itu penyebaran pria gay yang telah coming out di DKI Jakarta masih terhitung sedikit dan masih banyak juga yang belum coming out secara penuh, sehingga penolakan dalam mengisi kuesioner kerap kali terjadi. Selain itu juga yang menjadi kelemahan dalam penelitian ini adalah pemilihan usia responden yang cukup terbatas, pemilihan rentan usia 20 hingga 30 tahun masih kurang luas dalam melakukan penelitian ini. 5.3 Saran Saran Teoritis Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, masih banyak kekurangan serta kelemahan yang peneliti sadari, sehingga ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan demi kelancaran penelitian-penelitian selanjutnya yang akan dilakukan oleh peneliti yang akan datang, beberapa diantaranya yakni: 1. Pilih responden yang dapat ditemukan secara luas dan mudah, jangan terfokus pada usia atau daerah tertentu. Sebaiknya pilih daerah yang memang sudah menjadi satu kesatuan seperti Jabodetabek, sehingga jangkauan responden yang akan didapatkan akan lebih banyak dan luas. 2. Sebaiknya diadakan survei lapangan yang lebih teliti lagi dalam menentukan target responden, pastikan bahwa akan ada banyak responden yang nantinya akan membantu mengisi kuesioner yang peneliti selanjutnya akan sebarkan. 3. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan menggunakan metode penelitian yang bervariasi, agar lebih menguatkan hasil yang peneliti selanjutnya dapatkan, seperti menggabungkan dua metode penelitian yakni kualitatif dan kuantitatif.
7 53 Hal ini juga bertujuan untuk memberikan kepastian data bagi responden yang akan peneliti selanjutnya gunakan. 4. Hal yang paling penting adalah, gunakan serta manfaatkan waktu dengan sangat baik. Hindari prokrastinasi dalam segala hal. Prioritaskan waktu deadline agar tidak terjadi keterlambatan dalam melakukan penelitian. 5. Pada penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar meneliti beberapa variabel lain yang berhubungan dengan responden penelitian ini yang dapat membahas lebih dalam mengenai anxiety, psychological well-being, dan pria gay yang telah coming out, seperti: a. Gambaran attachment dengan keluarga pada pria gay yang telah coming out. b. Pengaruh anxiety terhadap social trauma pada pria gay di Jabodetabek. c. Pengaruh psychological well-being terhadap kesiapan menikah pada homoseksual yang sudah memiliki pasangan di Indonesia Saran Praktis Beberapa hal juga ingin peneliti sampaikan demi kepentingan pribadi peneliti maupun pembaca dari hasil penelitian ini, selain itu juga untuk pria gay yang telah coming out yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi: 1. Saran untuk pria gay yang memiliki tingkat kecemasan tinggi: a. Gay merupakan sebuah orientasi seksual dan bukan merupakan sebuah penyakit, sebaiknya pria maupun wanita yang memiliki orientasi homoseksual tidak menjadikan hal ini sebuah alasan untuk menarik diri dari lingkungan sekitar. Jadikan hal ini menjadi sebuah dorongan untuk lebih maju dan berkembang sehingga hasil yang akan diraih menjadi sebuah bukti nyata bahwa gay tetap sama dengan heteroseksual, gay juga bisa sukses dan berkembang sama halnya dengan heteroseksual. b. Pada saat coming out sebaiknya tingkatkan kepercayaan diri, jangan terlalu terbawa perasaan dengan apa yang akan dikatakan lawan bicara. Terima dengan lapang dada dan tidak perlu terlalu dipikirkan. Fokuskan
8 54 pikiran pada masa yang akan datang. Ambil saran dan masukan yang positif dan buang jauh-jauh perkataan yang negatif. Ingat, tujuan mendeklarasikan diri yakni agar lebih lega dan tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi, jadi biarkan orang lain berkata apa, jalani hidup masing-masing. c. Tingkatkan hubungan dengan komunitas atau mungkin kelompokkelompok tertentu demi membangun hubungan yang lebih positif dengan lingkungan sosial, selain itu ikuti banyak kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dan berdiskusi, seperti kegiatan diskusi panel, cerdas cermat, debat, dan sebagainya. 2. Saran untuk masyarakat luas: a. Jangan menganggap homoseksual merupakan suatu hal yang harus dihindari atau malah dihina. Semua itu hanya masalah orientasi seksual, selain itu semua manusia sama derajatnya di mata Tuhan, tidak ada yang berbeda kecuali taat atau tidaknya seorang individu kepada Tuhannya. b. Sebaiknya masyarakat tidak memandang sebelah mata terhadap pria gay, tidak ada seorangpun yang ingin menjadi seperti itu, mereka tidak pernah meminta untuk dijadikan seorang gay dan sama halnya seperti heteroseksual, gay juga memiliki kriteria atau tipe tersendiri untuk dijadikan pasangan, bukan berarti setiap pria gay melihat pria lain di lingkungan sekitar kemudian mereka langsung menyukai pria tersebut. c. Berikan dukungan bagi para pria gay yang masih menyembunyikan jati diri mereka yang sebenarnya, karena dengan mereka menyembunyikan diri membuat tingkat kecemasan semakin meningkat sehingga terdapat halangan dalam menjalani hidup yang lebih tenteram ke depannya. Tidak perlu ragu untuk menanyakan orientasi seksual seseorang agar mereka mengakuinya, lakukan dengan cara yang baik dan benar tanpa ada unsur paksaan dan penghakiman. Kemudian rangkul para pria gay agar mereka merasa tidak diasingkan dari masyarakat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orientasi seksual yang dikenal dan diketahui masyarakat Indonesia pada umumnya hanya ada satu jenis saja, yakni heteroseksual atau pasangan yang terdiri dari dua orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,
Lebih terperinciBAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran
BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran 5.1 Simpulan Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan state dengan psychological well being pada isteri TNI Angkatan Darat yang suaminya bertugas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing
67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas X di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan
Lebih terperinciAlfikar Hakim, Rani Agias Fitri.
HUBUNGAN ANTARA ANXIETY DALAM MENGHADAPI RESPON DARI ORANG TERDEKAT DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA PRIA GAY YANG TELAH COMING OUT DI WILAYAH DKI JAKARTA Alfikar Hakim, Rani Agias Fitri alfikar.hakim@rocketmail.com
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui psychological well-being pada pasien HIV positif (usia 20-34 tahun) di RS X Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anxiety 2.1.1 Definisi Anxiety atau kecemasan adalah emosi spesifik yang terkarakterisasi dari timbulnya kewaspadaan yang tinggi, negatif valensi, ketidakpastian, dan rendahnya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological
15 BAB II LANDASAN TEORI A. PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 1. Definisi Psychological Well-Being Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological well-being menjadi afek positif dan afek negatif. Penelitiannya
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di zaman modern dan era globalisasi ini, sangat mudah untuk menemukan individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku seksual yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tindakan kriminalitas merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu hukuman yang akan diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diuji adalah: 1. Variable (X): Materialisme
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data 4.1.A Validitas Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena menurut Azwar (1996), suatu item dikatakan valid apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu
19 BAB II LANDASAN TEORI A. Biseksual 1. Definisi Biseksual Krafft-Ebing, salah seorang seksologis Jerman menyebut biseksual dengan sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penulisan.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN...i. KATA PENGANTAR.ii. ABSTRAK..v. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR DIAGRAM.xi. DAFTAR LAMPIRAN..
Abstrak Penelitian ini berjudul studi kasus mengenai profil Psychological Well- Being pada anak yatim piatu di Panti Asuhan Putra X Bandung. Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik sama dan tidak menyukai orang yang memiliki karakteristik berbeda dengan mereka (Baron, Byrne
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari itu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pembahasan pada bab metode penelitian ini meliputi: Identifikasi variabel
BAB III METODE PEELITIA Pembahasan pada bab metode penelitian ini meliputi: Identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 2.1.1. Definisi Psychological Well-Being Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being. Menurut Ryff (1989), psychological well being
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum anak-anak tinggal dengan orang tua mereka di rumah, tetapi ada juga sebagian anak yang tinggal di panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah sepasang pria dan wanita menikah, memiliki anak merupakan hal yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala upaya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan norma atau
Lebih terperinci2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya untuk menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk membangun relasi sosial
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian ini. Selanjutnya juga akan dipaparkan hasil diskusi dan saran. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan memperoleh ilmu sesuai dengan tingkat kebutuhannya yang dilaksanakan secara formal sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja merupakan sebuah institusi yang dibentuk secara legal dan berada di bawah hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prostitusi merupakan fenomena yang tiada habisnya. Meskipun telah dilakukan upaya untuk memberantasnya dengan menutup lokalisasi, seperti yang terjadi di lokalisasi
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN Populasi, Sampel, dan Metodologi Pengambilan Sampel. atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
25 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel, dan Metodologi Pengambilan Sampel 3.1.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
Lebih terperinciKesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan
Lebih terperinciDAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013
DAFTAR ISI Halaman Halaman Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Hikmah... iii Ucapan Terima Kasih... iv Abstrak... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... xi Daftar Gambar... xii Daftar Lampiran...
Lebih terperinciKesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) 1 Hany Fakhitah, 2 Temi Damayanti Djamhoer 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang mendambakan keutuhan dan kerukunan rumah tangga. Akan tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik yang tidak
Lebih terperinciPaket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING
Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING Pendahuluan Psikologi kesehatan sebagai pengetahuan social-psychological dapat digunakan untuk mengubah pola health behavior dan mengurangi pengaruh dari psychosocial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus atau yang dikenal dengan HIV merupakan sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Setelah kurang lebih lima hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Robert Donmoyer (Given, 2008), adalah pendekatan-pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan khusus dapat dialami oleh setiap individu. Menurut Riset
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel
BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Hal ini dikarenakan peneliti lebih menekankan pada data yang dapat dihitung untuk mendapatkan penafsiran
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Erikson (dalam Lahey, 2009), mengungkapkan individu pada masa remaja akan mengalami konflik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengambil metode
56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci : Attachment to God, Psychological Well Being, Early Adulthood
Abstrak Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi dimensi Attachment to God terhadap dimensi Psychological Well Being. Adapun responden dalam penelitian tersebut adalah 200
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian 1. Populasi dan Sampel penelitian Sampel penelitian adalah orang tua anak tunarungu. Anak tunarungu tersebut bersekolah di kelas satu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. orang lain, memiliki otonomi, dapat menguasai lingkungan, memiliki. tujuan dalam hidup serta memiliki pertumbuhan pribadi.
112 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Psychological Well Being merupakan evaluasi individu terhadap kepuasan hidup dirinya dimana di dalamnya terdapat penerimaan diri, baik kekuatan dan kelemahannya, memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam kehidupan manusia, terutama di kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Sampai saat ini memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
Lebih terperinciABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai derajat Psychological Well-Being pada tunanetra dewasa awal di Panti Sosial Bina Netra X Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tujuan suatu bangsa untuk memberdayakan semua warga negaranya agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan seseorang tentunya tidak akan pernah lepas dari peranan orang tua karena orang tua merupakan tumpuan pertama anak dalam memahami dunia. Orang
Lebih terperincitersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap
BABI PENDAHUL UAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, masyarakat di Indonesia mengenal adanya 3 Jems orientasi seksual. Ketiga orientasi tersebut adalah heteroseksual, homoseksual dan biseksual.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Psychological Well-Being 2. Variabel tergantung : Komitmen Organisasional B. Definisi Operasional 1. Komitmen Organisasional
Lebih terperinciNomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN
Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai
Lebih terperinciLAMPIRAN A. Alat Ukur
LAMPIRAN A Alat Ukur A1. Kuesioner PWB Petunjuk pengisian : Di balik halaman ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan apa yang Saudara rasakan terhadap diri sendiri dan kehidupan Saudara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini masyarakat mulai menyadari akan adanya keberadaan kaum gay disekitar mereka. Data yang dilansir
Lebih terperinciPSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN
Lebih terperinciHUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN
HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Disusun Oleh Nama : Pandu Perdana NPM : 15512631 Kelas : 4PA05 Keluarga Perceraian
Lebih terperinciBAB 5. SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN. Ha : Subjek dengan penerimaan diri tinggi akan lebih memilih coming out
59 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN 5.1 Simpulan Ha : Subjek dengan penerimaan diri tinggi akan lebih memilih coming out secara signifikan dari pada subjek dengan penerimaan diri rendah. Ha pada penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan narkoba merupakan hal yang tidak asing terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika,
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kesejahteraan psikologis pada pegawai outsourcing Universitas X kota Bandung. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang, mengisi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR BAGAN.ix. DAFTAR TABEL...x. DAFTAR LAMPIRAN.xi BAB I PENDAHULUAN...
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika dimensi-dimensi psychological well-being pada pasien kanker serviks stadium lanjut di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Maksud dan tujuan dari penelitian
Lebih terperinciSM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data Yayasan Lupus Indonesi (YLI) menunjukkan bahwa jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Data Yayasan Lupus Indonesi (YLI) menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit Lupus di Indonesia meningkat dari 12.700 jiwa pada 2012 menjadi 13.300 jiwa per
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome adalah penyakit yang merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. Setiap individu, baik pria maupun wanita memiliki peran masing-masing serta mengalami pertumbuhan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kasus. Menurut Hagan dan Yin (dalam Berg, 2004), studi kasus dapat
33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe penelitian Pada tipe penelitian, peneliti menggunakan pendekatan studi kasus. Menurut Hagan dan Yin (dalam Berg, 2004), studi kasus dapat difokuskan pada seseorang,
Lebih terperinciLampiran 1. Verbatim. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Verbatim Lampiran 2 INFORMED CONSENT Pernyataan Pemberian Izin oleh Responden Tema Penelitian : Psychological Well-Being Peneliti : Fifi Yudianto NIM : 071301069 Saya yang bertanda tangan di
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. (2010), variabel adalah konstrak yang diukur
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Menurut Sangadji (2010), variabel adalah konstrak yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu (Penetapan Presiden RI Nomor 1 tahun 1965). Setiap agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi lansia di dunia mengalami peningkatan pesat. Berdasarkan hasil penelitian Kinsella &Velkof (2001), bahwa sepanjang tahun 2000, populasi lansia dunia tumbuh
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Dewasa Muda Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seksualitas merupakan salah satu topik yang bersifat sensitif dan kompleks. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab 5 ini, akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan diskusi dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kemudian, saran-saran juga akan dikemukakan untuk perkembangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah 1. Mayoritas Anak Didik Pemasyarakatan Pria Kelas IIA Tangerang memiliki tingkat spiritualitas dalam kategori
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well-Being 1. Pengertian Psychological Well-Being Psychological well-being merupakan realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu dimana individu dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa kemajuan dan perubahan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia. Hal ini menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan tempat sekumpulan individu melakukan suatu aktivitas kerja. Aktivitas tersebut terdapat di dalam perusahaan atau organisasi. Pada zaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berita akhir-akhir ini terlihat semakin maraknya penggunaan narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan berdampak buruk terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilalui seorang individu sepanjang rentang kehidupannya. Keunikan pada masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan terpenting yang dilalui seorang individu sepanjang rentang kehidupannya. Keunikan pada masa ini adalah individu
Lebih terperinciPEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU
PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Riau email: pakzul_n@yahoo.co.id ABSTRAK Kesejahteraan guru secara umum sangat penting diperhatikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang beragam dan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan manusia,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki kebutuhan yang tidak terbatas dan tidak akan pernah berhenti sampai mengalami kematian. Untuk bisa memenuhi kebutuhan yang beragam
Lebih terperinciberbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu
63 BAB V PENUTUP 5.1. Pembahasan Identitas seksual adalah apa yang orang katakan mengenai kita berkaitan dengan perilaku atau orientasi seksual kita, kita benarkan dan percaya sebagai diri kita. Jika seorang
Lebih terperinciABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Low vision merupakan salah satu bentuk gangguan pengihatan yang tidak dapat diperbaiki meskipun telah dilakukan penanganan secara medis. Penyandang low vision hanya memiliki sisa penglihatan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi psychological well-being, faktor-faktor yang berkaitan dengan psychological well-being, pengertian remaja,
Lebih terperinciBAB 3. Metodologi Penelitian
BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi, atau lingkungan (Christensen, 2001). 3.1.1
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia menggunakan fungsi panca indera dan bagian-bagian tubuh lainnya, tetapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang keberadaannya tidak bisa dipisahkan dengan lingkungan. Dalam melakukan proses interaksinya dengan lingkungan, manusia menggunakan
Lebih terperinciAbstrak. Universitas Kristen Maranatha
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai Psychological Well-Being pada lansia di Panti Jompo X Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia tersebut tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan presentasi maupun diskusi biasanya melibatkan guru dan siswa maupun siswa dengan siswa dalam suatu proses belajar mengajar, di dalam kegiatan presentasi
Lebih terperinci