BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Knowledge Knowledge sangat erat hubungannya dengan data dan juga informasi. Karena knowledge menggunakan keduanya sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan. Namun ada perbedaan yang mendasar antara data, informasi dan pengetahuan. Data menurut Laudon dan Laudon (2008, p96) adalah aliran kejadian atau transaksi yang dicatat oleh sistem suatu organisasi, dan bermanfaat hanya dalam transaksi itu sendiri namun tidak untuk yang lainnya. Untuk mengubah data menjadi informasi, perusahaan harus memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menyusun data kedalam kategori-kategori yang mudah digunakan. Untuk mengubah informasi menjadi pengetahuan (knowledge), perusahaan harus lebih banyak lagi memanfaatkan sumber daya untuk menemukan pola, aturan dan konteks dimana pengetahuan tersebut berguna sesuai dengan kebutuhan. Menurut Hendrik (2003) pengetahuan merupakan data dan informasi yang digabung dengan kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan serta motivasi dari sumber yang kompeten. Pengetahuan menurut Tobing (2007, p8), adalah informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang, hal ini terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika informasi tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk mengambil tindakan yang berbeda atau tindakan yang lebih efektif. 5

2 6 Pengetahuan menurut Laudon dan Laudon (2008, p97) adalah kejadian yang kognitif bahkan fisiologis yang terjadi dalam pikiran manusia. Pengetahuan bisa tersimpan dalam catatan, perpustakaan, dalam perkuliahan dan disimpan dalam perusahaan dalam bentuk proses bisnis dan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Menurut Laudon dan Laudon (2008, p97), pengetahuan itu sendiri ada dua jenis yaitu : 1. Tacit Knowledge : suatu pengetahuan yang terekam dalam pikiran manusia dan belum terdokumentasi. 2. Explicit Knowledge : suatu pengetahuan yang sudah di dokumentasikan. Sedangkan menurut Widyana (2005, p14), tipe knowledge dalam organisasi terbagi menjadi tiga, yaitu: 1. Tacit knowledge Tacit knowledge adalah sesuatu yang kita ketahui dan alami namun sulit untuk diungkapkan secara jelas dan lengkap. Tacit knowledge sangat sulit untuk dipindahkan kepada orang lain, karena knowledge tersebut tersimpan pada masing-masing pikiran (otak) para individu dalam organisasi sesuai dengan kompetensinya. Tacit knowledge merupakan knowledge yang sebagian besar berada dalam suatu organisasi. 2. Explicit knowledge Explicit knowledge adalah pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana cara untuk melakukan sesuatu. Umumnya diuraikan secara lugas dan sistematis. Contoh dari explicit knowledge yang sering ditemui adalah sebuah

3 7 buku petunjuk pengoperasian sebuah mesin atau penjelasan yang diberikan oleh seorang instruktur dalam sebuah program pelatihan. 3. Implicit knowledge Implicit knowledge adalah knowledge yang tidak tampak, berada diantara tacit dan explicit knowledge. Salah satu cara untuk merubah implicit knowledge menjadi explicit knowledge adalah dengan cara storytelling (pengungkapan knowledge dengan cara cerita) 2.2 Knowledge Management Knowledge management menurut Boomer (2004,p22) adalah suatu proses merangkul pengetahuan sebagai aset strategis agar dapat terus menerus memacu keuntungan bisnis dan mempertimbangkan pendekatan sebuah perusahaan untuk mengidentifikasi, menangkap, mengevaluasi, meningkatkan dan membagi modal intelektual perusahaan. Menurut Boomer (2004) yang termasuk dalam knowledge management adalah 1. Sistem berorientasi pada orang, proses, dan prosedur. 2. Fokus pada meningkatkan pencapaian bisnis. 3. Jangka panjang, inisiatif yang berkelanjutan. Maimunah et al (2008,p80-90) berpandangan bahwa Knowledge Management merupakan aktifitas merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan data dan informasi yang telah dimiliki oleh sebuah perusahaan yang kemudian digabungkan dengan berbagai pemikiran dan analisa dari berbagai macam sumber yang kompeten. Knowledge

4 8 Management dapat dilihat sebagai sebuah pendekatan yang menyeluruh dalam mencapai tujuan perusahaan dengan memfokuskan pada pengetahuan (Bornemann et al, 2003). Secara sederhana, Uriarte (2008) mendefinisikan Knowledge Management sebagai suatu proses konversi tacit knowledge menjadi explicit knowledge yang kemudian dibagikan kepada anggota dalam sebuah organisasi. Lebih lanjut, Uriarte menjelaskan bahwa Knowledge Management merupakan proses suatu organisasi menciptakan nilai yang bersumber dari asset organisasi yang berbasis pada pengetahuan dan intelektual. Tindakan pengelolaan pengetahuan menurut Watson (2003, p14) dapat dicirikan oleh empat kegiatan berikut: 1. Memperoleh pengetahuan (belajar, membuat, atau mengidentifikasi); 2. Menganalisis pengetahuan (menilai, memvalidasi, atau nilai); 3. Melestarikan pengetahuan (mengatur, mewakili, atau mempertahankan), 4. Menggunakan pengetahuan (apply, mentransfer, atau share). Gambar 2.1. Siklus Knowledge Management (Sumber: Watson, 2003, p15, Applying Knowledge Management, Techniques for Building Corporate Memories)

5 9 Unsur yang menghubungkan siklus diatas (Watson, 2003, p15) adalah penggunaan pengetahuan, karena ketika knowledge digunakan, sebuah wawasan baru ke dalam knowledge dapat dibuat. Knowledge ini pada gilirannya akan diperoleh, dianalisis, dan diawetkan untuk penggunaan masa depan. Knowledge Management adalah sebuah proses siklus yang berkesinambungan. Sehingga Knowledge Management System akan terus berkembang dan setiap teknologi yang digunakan untuk menerapkannya harus mendukung evolusi tersebut Pemahaman konsep pengetahuan dan informasi menimbulkan berbagai penafsiran berbeda-beda. Para ahli dibidang informasi menyebutkan bahwa informasi adalah pengetahuan yang disajikan kepada seseorang dalam bentuk yang dapat dipahami; atau data yang telah diproses atau ditata untuk menyajikan fakta yang mengandung arti. Sedangkan pengetahuan berasal dari informasi yang relevan yang diserap dan dipadukan dalam pikiran seseorang. Sedangkan pengetahuan berkaitan dengan apa yang diketahui dan dipahami oleh seseorang. Informasi cenderung nyata, sedangkan pengetahuan adalah informasi yang diinterpretasikan dan diintegrasikan. 2.3 Penerapan Knowledge Management Dalam menerapkan knowledge management pada internship project ini akan menggunakan metodologi KM-IRIS yang dibuat oleh group IRIS di Universitat Jaume I in Castelló (Chalmeta dan Granger, 2008), ada lima langkah yang perlu dilakukan dalam penerapan knowledge management yaitu: 1. Analisa keadaan sekarang

6 10 Keberhasilan dalam penerapan manajemen pengetahuan memerlukan identifikasi yang jelas dari keadaan sekarang.. 2. Melakukan Audit Knowledge Pengetahuan audit dalam mengidentifikasi sumber-sumber pengetahuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah bisnis. Ini mulai mengatur pengetahuan dengan mengembangkan kategori yang mencerminkan bagaimana perusahaan beroperasi. Pengetahuan audit tidak harus menjadi proyek, panjang dan kompleks. Ini hanya perlu menjawab beberapa pertanyaan kunci. 3. Menggambarkan knowledge map secara keseluruhan Setelah proses audit knowledge dilakukan maka akan memasuki proses selanjutnya yaitu menggambarkan knowledge map secara keseluruhan. Nantinya step ini akan membantu di tahap selanjutnya yaitu tahap kategorisasi knowledge. 4. Melakukan kategorisasi knowledge Knowledge yang ada nantinya akan dibagi-bagi menjadi kategori-kategori tertentu sehingga mempermudah seseorang untuk memulai mempelajari sistem baru tersebut. 5. Melakukan desain database dan implementasi Langkah terakhir ini merupakan langkah yang cukup kompleks karena tahap desain database sampai tahap implementasi ada di sini. Menurut Dataware Technologies yang dikutip dalam Chen (2001), pada tahap setelah analisa keadaan sekarang dapat ditambahkan langkah untuk persiapan perubahan. Menurut Jafari dan Akhafan (2007) langkah untuk persiapan

7 11 perubahan ini mempengaruhi keberhasilan implementasi knowledge management di dalam perusahaan 2.4 Knowledge Management sebagai Keunggulan Kompetitif Sumber kekuatan internal organisasi tidak mungkin diadaptasi oleh pesaing. Pengetahuan di masing-masing individu mempunyai pengetahuan yang berbeda satu sama lainnya. Para pesaing tidak mungkin meniru pengetahuan yang dipunyai oleh perusahaan atau individu lain. Sebagai sumber daya bagi suatu organisasi, sebaiknya organisasi mengelola manajemen pengetahuan dengan baik. Keuntungan dan manfaat knowledge management menurut Tobing (2007, p38) sangat beragam dan cukup banyak, antara lain : 1. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan 2. Meningkatkan kualitas penanganan pelanggan 3. Mempercepat respon terhadap isu-isu bisnis yang penting 4. Meningkatkan keterampilan karyawan 5. Meningkatkan produktifitas 6. Meningkatkan profit 7. Berbagi praktek-praktek terbaik 8. Mengurangi biaya 9. Meningkatkan kolaborasi dalam perusahaan 10. Cara kerja yang lebih baik 11. Meningkatkan pangsa pasar 12. Menciptakan peluang-peluang bisnis baru 15

8 Menyempurnakan pengembangan produk baru 14. Sistem retensi karyawan lebih baik 15. Meningkatkan mutu produk dan layanan Menurut Bornemann et al (2003), keuntungan utama penerapan Knowledge Management bagi organisasi adalah 1. Adanya informasi pengetahuan yang lebih transparan 2. Terdapatnya proses penciptaan nilai tambah berbasis pengetahuan 3. Meningkatkan motivasi staff 4. Meningkatkan daya saing 5. Mengingkatkan keamanan dan ketahanan organisasi untuk jangka panjang Tujuan Knowledge Management adalah untuk meningkatkan dan memperbaiki pengoperasian perusahaan dalam meraih keuntungan kompetitif dan meningkatkan laba. Konsep Knowledge Managemet pada sebuah perusahaan juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja dengan cara menumbuhkan budaya berbagi pengetahuan, dimana pengetahuan merupakan asset yang dapat dikelola sehingga dapat dikomunikasikan dan digunakan secara bersama (Priambada, 2010). Disamping itu, penerapan knowledge management juga dapat memberikan manfaat nyata bagi kinerja perusahaan (Kosasih dan Budiani, 2007,p80 88). Jika perusahaan mampu memanfaatkan knowledge yang dimilikinya dengan baik, maka perusahaan tersebut akan memiliki kompetitive advantage yang akan mendukung pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan (Ramzy, 2009). Organisasi yang mempunyai pengetahuan superior mampu mengkoordinasi dan mengkombinasikan sumber daya-sumber daya tradisional dan kapabilitas dalam bentuk dan cara baru sehingga dapat memberikan nilai lebih

9 13 bagi pelanggan. Dengan memiliki sumberdaya intelektual yang superior, organisasi dapat mengetahui bagaimana mengembangkan dan mengeksploitasi sumberdaya tradisonal lebih baik daripada pesaing meskipun sumberdaya tersebut tidak unik dan mudah ditiru. Pengetahuan dapat dikategorikan sebagai sumberdaya strategik terpenting sehingga dapat digunakan untuk keunggulan kompetitf yang tahan lama. Pengetahuan, terutama tacit knowledge, berpotensi menjadi sumberdaya yang unik dan sukar ditiru. Tidak seperti sumberdaya tradisional lainnya, tacit knowledge tidak dapat diperdagangkan dalam bentuk siap pakai. Untuk meniru tacit knowledge organisasi, pesaing setidaknya memiliki pengalaman yang serupa dan untuk mendapatkannya memerlukan waktu yang lama. Untuk mempertahankan keberlangsungan keunggulan kompetitif, organisasi dapat melakukan dengan menambah pengetahuan baru. Gabungan pengetahuan lama dan baru menciptakan keunikan baru yang akhirnya menciptakan kesempatan untuk melakukan sinergi pengetahuan. Pengetahuan dapat menjadi keunggulan kompetitif yang tahan lama bila organisasi mengetahui lebih banyak akan sesuatu dibandingkan pesaing. Tidak seperti sumberdaya tradisional lainnya yang dapat berkurang saat digunakan, pengetahuan justru akan meningkat pada saat digunakan. Pengetahuan yang semakin sering digunakan akan semakin bernilai bagi organisasi. Dengan menjadikan manajemen pengetahuan menjadi keunggulan kompetitif organisasi sebaiknya Manajemen Pengetahuan dimanfaatkan dan diterapkan secara nyata oleh perusahaan. Bentuk konkrit penerapan adalah mengembangkan strategi organisasi berbasis pengetahuan. Strategi yang berbasis

10 14 pengetahuan diharapkan mampu lebih mengeksplorasi keunikan yang dimiliki organisasi. 2.5 Hambatan Implementasi Knowledge Management Priambada (2010) menjelaskan bahwa untuk merancang system Knowledge Management yang dapat membantu suatu organisasi meningkatkan kinerjanya diperlukan empat faktor, yaitu 1. Aspek manusia 2. Aspek proses 3. Aspek teknologi 4. Aspek content berupa database pengetahuan. Selanjutnya, Priambada menjelaskan bahwa proses Knowledge Management System (KMS) dalam sebuah organisasi akan berjalan dengan baik apabila terbentuk budaya knowledge sharing, budaya ini dapat dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu 1. Menciptakan knowledge, 2. Menangkap knowledge, 3. Menjaring knowledge, 4. Menyimpan knowledge, 5. Mengolah knowledge, serta 6. Mendistribusikan knowledge. Menurut Ramzy (2009), hal yang paling berpengaruh kuat dalam implementasi Knowledge Management dalam organisasi adalah budaya (culture). Disamping itu, penerapan Knowledge Management juga harus diikuti antara

11 15 pengetahuan yang dimiliki oleh intangible asset, yaitu setiap individu atau karyawan dalam suatu perusahaan dan tangible asset seperti teknologi yang dimiliki oleh perusahaan (Kosasih dan Budiani, 2007,p80-88) Sedangkan Uriarte (2008) berpendapat bahwa hambatan utama implementasi Knowledge Management adalah perusahaan mengabaikan faktor budaya dan manusia. Dimana, dalam sebuah organisasi pengetahuan individu menjadi sangat bernilai, dan oleh karena itu harus tercipta sebuah budaya saling berbagi tacit knowledge yang dimiliki oleh setiap karyawan kepada karyawan yang lain. Sejalan dengan itu, Ramzy (2009) menambahkan bahwa kesulitan untuk saling berbagi disebabkan oleh beberapa factor, seperti 1. Sulit ditemukannya alat yang dapat digunakan untuk saling berbagai pengetahuan dan belum semua orang bisa menggunakannya, 2. Sebagian orang beranggapan bahwa ilmu pengetahuan memerlukan banyak biaya dan resources, 3. Kultur organisasi yang belum sepenuhnya sadar tentang pentingnya berbagi pengetahuan. 4. Terdapat kompetisi dalam suatu komunitas. 2.6 Porter Analysis Menurut Haag et al (2005, p242) pengertian five forces porter adalah sebuah model yang membantu orang orang dalam dunia bisnis untuk saling mengerti hubungan yang atraktif didalam dunia industri. Porter analysis terdiri dari beberapa kekuatan, yaitu: kekuatan pendatang baru, kekuatan penawaran

12 16 pembeli, kekuatan penawaran pemasok, kekuatan produk/jasa pengganti, persaingan dengan kompetitor. Analisa dari sisi strategi perlu dilakukan perusahaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, yang nantinya dapat digunakan untuk menyusun strategi perusahaan (Rice,2010). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Porter Five Forces Model Sumber : Rice, 2010, Adaptation of Porter s Five Forces Model to Risk Management 1. Intensitas persaingann dalam suatu industri (Competitive Rivalrd Within the Industry) Persaingan antar industri dalam model porter akan menjadi tinggi apabila terjadi persaingan yang sangat ketat dalam pasar industri, dan rendah apabila hanya terjadi sedikit persaingan di dalam pasar industri. 2. Ancamann dari Pendatang Baru (Threat of Substitutes)

13 17 Ancaman dari pendatang baru dalam model porter akan menjadi tinggi apabila ada pesaing baru dengan mudah untuk memasuki pasar industri, dan rendah apabila pesaing baru sulit untuk memasuki pasar industri. 3. Ancaman dari Produk Pengganti (Threat of Substitutes) Ancaman dari produk pengganti dalam model porter akan menjadi tinggi apabila terdapat banyak alternatif untuk produk atau jasa, dan rendah apabila terdapat sedikit alternatif yang bisa dipilih. Idealnya organisasi dapat menjadi pemasok organisasi lain dalam pasar, dimana terdapat beberapa barang pengganti untuk produk atau jasa yang ditawarkan. 4. Kekuatan Penawaran Supplier (Bargaining power of supplier) Ancaman dari supplier dalam model porter akan tinggi apabila perusahaan hanya memiliki sedikit pilihan supplier, dan rendah apabila memiliki banyak pilihan supplier. 5. Kekuatan Penawaran Pembeli Ancaman pembeli dalam model porter akan tinggi apabila perusahaan hanya memiliki sedikit pembeli, dan rendah apabila perusahaan memiliki banyak pembeli. 2.7 People, Process, Technology Menurut Awad dan Ghaziri (2004), knowledge management terdiri dari 3 komponen utama, yaitu People, Process dan Technology. Bhatt (2000) juga mengungkapkan people, process dan technology merupakan tiga komponen utama knowledge management. Tanpa didukung salah satu dari komponen utama ini, sistem knowledge management dapat dipastikan tidak berjalan dengan baik.

14 18 Menurut Debowski (2006), people adalah orang yang memiliki knowledge, mengatur sistem dan proses, dan berkomitmen terhadap proses strategic knowledge untuk perusahaan. Menurut Wei dan Mohammed (2005), analisa people dapat dibagi menjadi beberapa aspek, yaitu attitude, knowledge sharing, innovation, skill, teamwork, motivation, dan budaya organisasi. Process Debowski (2006) adalah pengaturan strategi, prinsip dan proses kegiatan untuk memastikan knowledge management dapat berjalan dengan baik. Sedangkan technology adalah peran pendukung yang penting dalam knowledge management yang bertujuan untuk menciptakan sistem knowledge management yang baik dan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Knowledge management merupakan integrasi dari komponen people dan process, dan technology yang diperlukan untuk memfasilitasi pertukaran informasi, pengetahuan dan keahlian untuk meningkatkan performa organisasi. 2.8 Perubahan Organisasi Semua perubahan yang dilakukan pada sebuah organisasi selalu mengarah pada peningkatan efektifitas organisasi dengan tujuan untuk mengupayakan perbaikan kemampuan organisasi dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan serta perubahan perilaku anggota organisasi (Robbins, 2003). Robbins mengatakan perubahan organisasi dapat dilakukan pada struktur yang mencakup strategi dan sistem, teknologi, dan sumber daya manusia. Menurut Toha (2003), Perubahan organisasi adalah perubahan yang membawa ke arah penyempurnaan dan pembaharuan. Perubahan yang tidak mengarah ke kemajuan dan mempertahankan sikap dan cara-cara lama yang tidak

15 19 efisien bukanlah suatu perubahan. Menurut Burke dan Schunt dalam Toha (2003), bahwa target pembaharuan, perubahan dan penyempurnaan organisasi adalah meliputi seluruh sistem, bukan hanya orang-orang dalam organisasi saja. Perubahan individu merupakan konsekuensi dari perubahan sistem. Sobirin (2007) menyatakan ada dua faktor yang mendorong terjadinya perubahan, yaitu faktor eksternal dan internal organisasi. Faktor eksternal ini mencakup perubahan teknologi dan semakin terintegrasinya ekonomi internasional. Sedangkan faktor internal organisasi mencakup perubahan struktural dan perubahan kultural. Perubahan struktural meliputi perubahan strategi, struktur organisasi, dan sistem. Sedangkan perubahan kultural meliputi perubahan perilaku manusia dalam organisasi, kebijakan sumber daya manusia dan budaya organisasi. Untuk mendukung supaya proses perubahan dapat berlangsung dengan maksimal, maka organisasi harus melakukan perubahan struktural dan kultural. Namun demikian dalam prakteknya, sebagian besar organisasi lebih memperhatikan perubahan struktural. Hal ini dikarenakan hasil perubahan struktural tersebut dapat diketahui secara langsung sedangkan hasil perubahan cultural tidak dapat dilihat dalam waktu yang dekat. Menurut Sulaska (2004) untuk mencapai perubahan organisasi yang pertama tama yang harus diubah adalah perilaku, yang kemudian akan membawa perubahan pada dan nilai-nilai yang diinginkan. Budaya organisasi adalah suatu pola keyakinan dan nilai dalam organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktekan oleh anggota organisasi sehingga pola tersebut memberikan makna tersendiri bagi organisasi yang bersangkutan dan

16 20 menjadi dasar aturan berperilaku (Sobirin, 2007). Budaya organisasi berbeda antara satu perusahaan dan perusahaan lainnya meskipun bergerak di bidang yang sama. Tidak ada satupun tipe budaya organisasi yang terbaik yang dapat berlaku universal. Budaya dalam organisasi setidaknya memainkan tiga peranan penting, yaitu memberikan identitas bagi anggotanya, meningkatkan komitmen terhadap visi dan misi organisasi serta memperkuat standar perilaku.ketika budaya organisasi melekat kuat, maka masing-masing anggota organisasi akan merasa bahwa mereka adalah bagian dari organisasi. Perasaan sebagai bagian dari organisasi akan memperkuat komitmennya terhadap visi dan misi organisasi. Budaya juga akan mengarahkan perilaku anggota organisasi. Menurut Kotter dan Cohen (2006), ada delapan langkah yang dapat digunakan untuk melakukan perubahan, yaitu: 1. Kebutuhan adanya perubahan Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap perusahaan dan dari hasil evaluasi tersebut maka perusahaan ingin melakukan perubahan untuk perbaikannya. 2. Membentuk tim Setelah perusahaan memerlukan adanya perubahan, maka dilakukan pembentukan tim. Tim ini bisa diisi karyawan dari level direktur sampai staff. 3. Mengembangkan visi dan strategi perubahan. Dalam suatu perusahaan atau departemen perlu dibentuk suatu visi. Visi tersebut bertujuan untuk mengarahkan perusahaan/departemen dalam jangka panjang. Setelah adanya visi, maka dilakukan pembentukan strategi perubahan. Strategi perubahan untuk mendukung keberhasilan sistem

17 21 knowledge management ini mengikuti tiga komponen utama dari knowledge management, yaitu people, process dan technology (Barnes,2011). Untuk membantu perubahan people dan process dapat dibantu dengan pembentukan program baru. Salah satu bentuk keberhasilan sistem knowledge management dinilai dari jumlah artikel yang ditulis pengguna (Shannack, 2009) dan untuk menjaga penulisan artikel tersebut tetap berjalan maka diterapkan penilaian dengan KPI (Morr dan Smits, 2002). Waktu untuk knowledge sharing juga perlu diberikan supaya knowledge sharing dapat berjalan dengan baik (Wang dan Noe, 2010). Penamaan file yang tersimpan di dalam sistem knowledge management perlu dilakukan untuk mempermudah penggunaan kembali pengetahuan (Rader, 2010) 4. Mensosialisasikan visi dan strategi perubahan 5. Mendorong orang lain untuk mencapai visi tersebut 6. Menentukan target jangka pendek Target jangka pendek perlu dilakukan supaya proses perubahan ini dapat berjalan dengan baik. 7. Selalu melakukan perbaikan dan melakukan perubahan 8. Proses perubahan yang dilakukan harus dilakukan secara berkesinambungan. 2.9 Audit Knowledge Menurut Liebowitz (2000), Audit Knowledge adalah suatu proses review suatu organisasi untuk mendapatkan pengetahuan organisasi. Audit knowledge ini meliputi pengetahuan yang sudah dimiliki dan belum dimiliki organisasi. Proses

18 22 audit knowledge ini dilakukan dengan menggunakan framework knowledge management. Framework pada knowledge management lebih menekankan pada kebutuhan akan penyesuaian antara strategi knowledge management dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan, serta kepemimpinan yang berkaitan dengan strategi tersebut. Framework ini didukung oleh information and communication technology (ICT) dan berjalan dalam konteks dan prinsip governance dalam perusahaan. Karena pada kenyataannya ada kaitan yang erat antara tujuan perusahaan, governance dalam perusahaan dan knowledge management governance. KM governance framework menunjukkan fungsi KM sebagai pendukung sasaran dan objektif perusahaan, dan governance dalam perusahaan dalam konteks yang lebih luas lagi. Biasanya mencakup juga eksternal stakeholder seperti pelanggan, konsultan, dan pemerintah. Sebagai salah satu tool, dapat digunakan Zack framework untuk mendefinisikan gaps yang ada di antara asset knowledge dengan strategi bisnis. Zack Furter mengatakan bahwa setiap strategi akan terhubung dengan sekumpulan sumber dan kapasitas knowledge (Tiwana, 2002, p102). Zack framework dapat mengidentifikasikan apa saja yang dapat dilakukan oleh perusahaan, dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki saat ini. Dan dapat mengidentifikasikan apa yang harus dilakukan; dan pengetahuan apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan visi dari organisasi. Dari dua informasi tersebut kita dapat melihat gaps yang ada, sehingga dapat merancang suatu aplikasi untuk memenuhi kebutuhan knowledge tersebut.

19 23 Gambar 2.3 Zack Framework (Sumber Gambar : df) 2.10 Core Knowledge Menurut Debowski (2006), core knowledge adalah knowledge strategic atau operational yang membantu proses organisasi, seperti: 1. Mendukung fokus, dan kegiatan utama dari organisasi 2. Punya nilai jangka panjang pada kegiatan organisasi 3. Memberikan performa lebih pada kegiatan utama organisasi 4. Meminimalkan kegiatan yang berulang atau salah pada anggota organisasi. Core knowledge dalam suatu organisasi selalu berubah seiring dengan perkembangan organisasi tersebut, yang tercermin pada tujuan organisasi dan knowledge dari anggota organisasi tersebut. Dari hasil analisa zack framework, maka didapatkan core knowledge dari organisasi (Tiwana, 2002). Banyak perusahaan gagal untuk menentukan pengetahuan apa yang penting dalam bisnisnya sehingga organisasi tidak bisa memaksimalkan pengetahuan yang ada. Menurut Debowski (2006), core knowledge adalah knowledge utama dalam organisasi yang bertujuan untuk membantu organisasi mencapai tujuannya.

20 24 Menurut Debowski (2006), terdapat tiga fase untuk menentukan core knowledge suatu organisasi, yaitu: 1. Menentukan ruang lingkup dari core knowledge Menentukan ruang lingkup pengetahuan yang ingin diterapkan pada sistem knowledge management dengan tujuan mendukung organisasi mencapai tujuannya. 2. Define core knowledge Dari ruang lingkup yang ada, mulai difokuskan pada core knowledge yang ingin diterapkan pada sistem knowledge management. 3. Mengembangkan core knowledge structure Pada fase ini dilakukan mapping yang menjelaskan mengenai knowledge map dan kategori pengetahuan yang dibangun pada sistem knowledge management organisasi. Menurut Debowski (2006), knowledge map adalah pemetaan dan pengorganisasian dari pengetahuan inti organisasi. Knowledge map ini bertujuan supaya sistem knowledge management yang dikembangkan dapat mencapai tujuan dari penerapan knowledge management ini. Knowledge map ini meliputi pemetaan knowledge yang ada dalam sistem organisasi, yang bertujuan untuk memberikan kategori dan fitur-fitur sistem knowledge management Analisa Kinerja Sistem Menurut Doherty, W.J yang dikutip pada Evaluasi Kinerja Sistem Informasi, (Jananto dan Supriyanto, 2006), kinerja suatu sistem komputer adalah

21 25 suatu tingkatan dimana sistem telah memenuhi harapan dari pengguna sistem tersebut. Sedangkan definisi yang sesuai dengan perekayasaan software menurut Graham adalah suatu sistem yang telah diutilisasi dan telah memenuhi kriteriakriteria yang diinginkan dalam software engineering. Pengukuran kinerja sistem dapat diukur dengan analytic evaluation (Jananto dan Supriyanto, 2006), yaitu pengukuran kinerja sistem dievaluasi dengan beberapa parameter sistem. Tujuan dari evaluasi ini adalah meningkatkan kinerja sistem, melakukan perawatan sistem, dan mendesain serta mengimplementasikan sistem baru. Kinerja sistem dapat mengalami penurunan karena beberapa hal, yaitu beberapa komponen sistem tidak dapat berjalan dengan maksimal dan karakteristik dari workload sistem itu sendiri. Pengukuran kinerja sistem menurut Woodman dan Shakshober (2006), dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu: 1. Penggunaan Memory Penggunaan memori dalam hardware sistem perlu diamati karena memori sangat berkaitan dengan performa sistem. Jikalau memori yang digunakan terlalu tinggi, perlu dicari penyebabnya dan salah satu solusinya adalah penambahan jumlah memori yang terpasang pada sistem. 2. Disk I/O Analisa disk input output proses perlu dilakukan karena performa sistem juga tergantung pada kecepatan sistem untuk menuliskan data-data kepada harddisk dari sistem tersebut.

22 26 3. Penggunaan Processor Analisa prosesor merupakan salah satu komponen utama yang perlu diamatin karena prosesor merupakan otak dari kinerja sistem. Jikalau prosesornya terlalu tinggi karena aktifitas penggunaan sistem, maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan penggantian hardware. Menurut Eyerman dan Eeckhout (2008), performa analisis sistem dapat diketahui dengan menganalisa beberapa faktor, yaitu: 1. Throughput Jumlah kerja yang diselesaikan untuk satu satuan waktu pada beban kerja yang diberikan 2. Response time Waktu untuk suatu transaksi pada sistem interaktif atau sistem sesungguhnya 2.12 Evaluasi Sistem Knowledge Management Untuk mengetahui bahwa knowledge management sistem berhasil diterapkan dengan baik pada perusahaan, knowledge management itu harus dapat diukur performanya (Shannack, 2009). Salah satu cara nya adalah mengetahui apakah data yang ada bertambah/tidak. Performance indicator adalah suatu variabel/parameter yang digunakan untuk pengukuran (Shannack, 2009). Banyak perusahaan yang mendefinisikan performance indicatornya. Menurut (Tseng dan Lee,2009), organisasi perlu mengetahui dan mengukur sistem berdasarkan teknologi, people dan financial resources, apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan usahanya atau tidak. Untuk pengukuran knowledge management secara menyeluruh memerlukan waktu yang

23 27 lama, karena knowledge management tidak dapat diukur di dalam periode yang pendek. Menurut Shannack (2009), ada beberapa performance indicator yang dapat digunakan dalam pengukuran people, yaitu 1. Knowledge sharing attitude Pengguna sistem bersedia menuliskan pengetahuan mereka dalam artikel. 2. Knowledge sharing activity Adanya target penulisan di akhir periode 3. Awareness. Adanya kesadaran untuk memberikan usulan / inovasi baru. Sedangkan pengukuran dari sisi process (Shannack, 2009) performance indicator yang dapat digunakan adalah 1. Quality of knowledge Artikel yang dituliskan harus sesuai dengan kondisi perusahaan atau bisa diimplementasikan di perusahaan. 2. Tingkat efisiensi dari kegiatan operasional Forum untuk diskusi telah digunakan oleh pengguna dan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian masalah diskusi harus lebih cepat dibandingkan sebelumnya. 3. Knowledge contributor. Adanya knowledge leader yang menjadi contributor utama dalam sistem.

24 28 Dan yang terakhir adalah pengukuran dalam bidang technology, performance indicatornya adalah: 1. Active Involvement Mendapatkan feedback dari karyawan tentang penggunaan sistem tersebut. 2. Usability Pengguna merasa pentingnya dari sistem knowledge management ini dan menggunakannya sebagai acuan dalam kegiatan operasional.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Knowledge Management System Pada point ini membahas mengenai landasan teori knowledge management system yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan penulisan ini. 2.1.1.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Data, Informasi Dan Knowledge Management Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada awalnya perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan dan industri. Seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh : KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI Disusun sebagai tugas paper MK. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan (TOMP) pada Kelas E35-Bogor. 22-Januari 2011 Oleh : Hary Purnama

Lebih terperinci

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENDAHULUAN Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai tambahan siklus KM Terintegrasi Strategi KM terkait dengan business objective organisasi keseluruhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Data Menurut Parker (1993) data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item, kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.

Lebih terperinci

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur Strategi t & Pengukuran Manajemen Pengetahuan Apa yang bisa diukur Apa yang bisa diukur tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur 1 Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung kepada kemampuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis Persaingan di dunia usaha yang sangat ketat dewasa ini terjadi karena setiap perusahaan berupaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PT. XYZ

PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PT. XYZ PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PT. XYZ Chandra Kurniawan, dan Win Ce Laporan Teknis Jakarta, 17 September 2011 Menyetujui: Pembimbing Win Ce, S.Kom, M.M. PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, intensitas kompetisi dan persaingan ketat antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut meningkatkan kompetensinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk menjawab pertanyaan Apakah Strategi TI Bank Indonesia sudah sesuai dan sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya teknologi telekomunikasi di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Dengan adanya sektor UKM, pengangguran akibat angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Strategic Strategy dalam sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pergerakan kompetitif dan pendekatan bisnis yang manager lakukan untuk mengembangkan bisnis, menarik dan melayani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Knowledge Management (KM) di perusahaan sudah menjadi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Knowledge Management (KM) di perusahaan sudah menjadi suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan Knowledge Management (KM) di perusahaan sudah menjadi suatu kebutuhan mendasar pada saat ini. Kemampuan perusahaan mengelola knowledge yang ada merupakan

Lebih terperinci

Knowledge Management Tools

Knowledge Management Tools Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Teori Umum 2.1.1. Sistem Informasi Pengertian sistem informasi menurut O brien & Marakas (2010) adalah kombinasi dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi,

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh:

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS Tugas Mata Kuliah Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: Armiastho Adi Saputro P056100132.35E MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III menjelaskan tahapan analisis faktor-faktor berpengaruh pada KM, yang ditujukan untuk mengidentifikasi komponen pembangun KMS sebagai landasan berpikir

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan usaha semakin kompetitif dan kreatif. Untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ketat, pihak manajemen dalam

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Knowledge adalah fakta, informasi, dan kemampuan yang diperoleh orang

LANDASAN TEORI. Knowledge adalah fakta, informasi, dan kemampuan yang diperoleh orang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Knowledge Knowledge adalah fakta, informasi, dan kemampuan yang diperoleh orang melalui pengalaman atau pendidikan (Oxford Dictionaries, 2013). Beberapa definisi tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini memaksa perusahaan untuk terus berinovasi dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi telah meningkatkan persaingan dan memicu perkembangan di segala bidang. Kondisi ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu teknik yang banyak diminati perusahaan untuk mengelola asset pengetahuannya. Hal ini terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan yang begitu cepat dan persaingan yang semakin ketat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan yang begitu cepat dan persaingan yang semakin ketat menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan yang begitu cepat dan persaingan yang semakin ketat menuntut perusahaan-perusahaan di dunia untuk selalu berkembang dan melahirkan inovasiinovasi baru demi

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kualitas merupakan salah satu tujuan dan sekaligus indikator kesuksesan suatu pekerjaan konstruksi terutama oleh pemilik proyek terhadap produk dan jasa layanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Knowledge Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : "Knowledge merupakan campuran dari

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT SEBAGAI KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) : IMPLEMENTASI DAN HAMBATANNYA. Oleh :

KNOWLEDGE MANAGEMENT SEBAGAI KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) : IMPLEMENTASI DAN HAMBATANNYA. Oleh : KNOWLEDGE MANAGEMENT SEBAGAI KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) : IMPLEMENTASI DAN HAMBATANNYA Oleh : Ikhlash Kautsar, F, STp Mahasiswa Program Magister Manajemen dan Bisnis Institut

Lebih terperinci

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap) 7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO 9001 2015 (versi lengkap) diterjemahkan oleh: Syahu Sugian O Dokumen ini memperkenalkan tujuh Prinsip Manajemen Mutu. ISO 9000, ISO 9001, dan standar manajemen mutu terkait

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. Kebutuhan untuk membangun dukungan manajemen pengetahuan (Knowledge

I. Pendahuluan. Kebutuhan untuk membangun dukungan manajemen pengetahuan (Knowledge I. Pendahuluan A. Latar Belakang Kebutuhan untuk membangun dukungan manajemen pengetahuan (Knowledge management) semakin tinggi. Pengetahuan merupakan bagian penting yang menentukan kekuatan bertahan hidup

Lebih terperinci

Sistem Informasi dan Pengendalian Internal. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)

Sistem Informasi dan Pengendalian Internal. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Sistem Informasi dan Pengendalian Internal PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Disusun oleh: Kelompok 2 Alberta Vinanci R Danu Pradipta Diana Mayung B. Dina Puspasari 14/377038/EE/06971 14/377052/EE/06985

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. competitive advantage dalam persaingan bisnis. Penerapan sistem teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. competitive advantage dalam persaingan bisnis. Penerapan sistem teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi yang muncul dewasa ini mencerminkan semakin bertambahnya pengetahuan dan kecerdasan manusia dari masa ke masa. Seiring dengan perkembangan teknologi

Lebih terperinci

Analisis industri..., Hendry Gozali, FE UI, 2009 Universitas Indonesia

Analisis industri..., Hendry Gozali, FE UI, 2009 Universitas Indonesia 33 3.2.5. Tantangan-tantangan lain yang dihadapi PT. YZ Krisis ekonomi global yang terjadi pada awal tahun 2008 memberikan dampak terhadap industri dimana PT. YZ bersaing. Dengan adanya krisis ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Total Quality Management 2.1.1.1 Pengertian Total Quality Management Pendefinisian total quality management mengacu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN 3.1. Analisis dan Pemberian Bobot Nilai Metode yang digunakan dalam memberikan bobot nilai untuk IE versi kedua (Parker, 1996) diambil dari IE versi pertama (Parker, 1988).

Lebih terperinci

BAB 3 PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI

BAB 3 PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI BAB 3 PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI A. Keunggulan Kompetitif Keunggulan kompetitif adalah kemampuan perusahaan untuk memformulasi strategi pencapaian peluang profit melalui maksimisasi penerimaan dari

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Langkah-langkah penelitian 3.1.1 Observasi di PT Pertamina Gas Pada tahap ini, dilakukan pengamatan langsung ke Departemen Sumber daya manusia PT Pertamina Gas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Industri jasa pengiriman barang di Indonesia, saat ini dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Industri jasa pengiriman barang di Indonesia, saat ini dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri jasa pengiriman barang di Indonesia, saat ini dihadapkan pada situasi persaingan yang sangat tajam dan kompleks, ditengah era globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, untuk menambah daya saing dan mempertahankan posisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, untuk menambah daya saing dan mempertahankan posisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis, untuk menambah daya saing dan mempertahankan posisi dalam pasar tidaklah mudah. Diperlukan analisis pasar dan pengalaman baik berbentuk fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada kebanyakan perusahaan, investasi dalam inovasi mengikuti siklus boom-bust. Survei tahunan yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Industri mengkonfirmasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi menyebabkan perusahaan harus terus mengembangkan kemampuan yang dimiliki agar dapat meningkatkan keunggulan kompetitif.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Logistik Proses pemenuhan pesanan pelanggan dan distribusi merupakan salah satu kegiatan pada proses bisnis logistik. Kegiatan logistik dalam suatu perusahaan memiliki

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap L1 Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Apa visi dan misi instansi? 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap bagian? 3. Bagaimana proses bisnis instansi? 4. Sejak tahun

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi dengan menggunakan Metode Information Economics Evaluasi sistem dan teknologi informasi dengan metode

Lebih terperinci

E-Government Capacity Check

E-Government Capacity Check EKOJI999 Nomor 146, 1 Februari 2013 E-Government Capacity Check oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Knowledge Pengetahuan dalam Kusumadmo (2013), adalah penggunaan informasi dan data secara penuh yang dilengkapi dengan potensi ketrampilan, kompetensi, ide, intuisi, komitmen,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Pengetahuan Manajemen pengetahuan sebenarnya sudah diterapkan sejak ratusan tahun lampau (Hansen, 1999). Dahulu orang-orang yang memiliki keahlian dalam suatu bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satunya adalah penelitian yang melakukan analisa lingkungan internal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satunya adalah penelitian yang melakukan analisa lingkungan internal dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan kajian. Berikut ini adalah pemaparan secara singkat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi perubahan perkembangan bisnis yang semakin kompetitif, suatu organisasi dituntut untuk melakukan suatu adaptasi yang cepat terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management BAB III ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis yang dilakukan terhadap pengetahuan dan pemahaman dasar mengenai proses KM. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan pemahaman bahwa KM didasari oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis yang pada akhirnya menimbulkan persaingan dalam industri yang semakin ketat. Jika dulu produsen yang memegang

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanantekanan baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam mengembangkan produk dan servisnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Porter Wachjuni 2014) (Departemen Perdagangan 2007). (Suaramerdeka, 2013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Porter Wachjuni 2014) (Departemen Perdagangan 2007). (Suaramerdeka, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam industri apapun, industri nasional ataupun internasional yang menghasilkan barang dan jasa, aturan persaingan tercakup dalam lima kekuatan bersaing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Organisasi Pembelajaran organisasi adalah organisasi yang secara terus menerus belajar meningkatkan kapasitasnya untuk berubah (Lukito Shieren

Lebih terperinci

Bartholomew (2008:14) mengungkapkan bahwa intangible assets seperti pengetahuan

Bartholomew (2008:14) mengungkapkan bahwa intangible assets seperti pengetahuan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan semakin ketatnya persaingan bisnis baik bagi perusahaan manufaktur maupun jasa, mendorong para pelaku usaha untuk memiliki strategi di organisasinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah :

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah : 19 BAB III METODOLOGI 3.1. Komponen Sebuah Perencanaan Penyusunan sebuah perencanaan terdiri atas beberapa komponen. Pada proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini dunia sedang meninggalkan era mesin industri menuju era pengetahuan. Pada era pengetahuan saat ini, setiap perusahaan bersaing untuk menunjukkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Industri penerbangan merupakan salah satu industri high profile karena

BAB I. PENDAHULUAN. Industri penerbangan merupakan salah satu industri high profile karena BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri penerbangan merupakan salah satu industri high profile karena memiliki beberapa karakteristik. Industri penerbangan bersifat global bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak adalah semakin ketatnya kompetisi di beberapa sektor industri.

BAB I PENDAHULUAN. dampak adalah semakin ketatnya kompetisi di beberapa sektor industri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, setiap perusahaan menghadapi tantangan untuk terus bertahan dan tumbuh berkembang. Globalisasi dan kemajuan dalam pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasabah yang meningkat, menjadi alasan tingginya eskalasi persaingan antar bank.

BAB I PENDAHULUAN. nasabah yang meningkat, menjadi alasan tingginya eskalasi persaingan antar bank. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bisnis perbankan di Indonesia berkembang dengan pesat. Salah satunya disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan fungsi bank dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Perubahan seringkali terjadi pada organisasi yang memiliki orientasi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Perubahan seringkali terjadi pada organisasi yang memiliki orientasi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perubahan seringkali terjadi pada organisasi yang memiliki orientasi keuntungan/ profit oriented. Beberapa perusahaan yang telah melakukannya adalah Home Depot

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Pengembangan Strategi SI/TI Mengembangkan sebuah strategi SI/TI berarti berpikir secara strategis dan merencanakan manajemen yang efektif untuk jangka waktu

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar (learning organization) yang mampu bertahan dan memenangkan

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar (learning organization) yang mampu bertahan dan memenangkan -1- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang ditunjang oleh perkembangan teknologi yang pesat, inovasi tiada henti, dan perkembangan pengetahuan menuntut perusahaanperusahaan bersaing

Lebih terperinci

Manajemen Pengetahuan Knowledge Management

Manajemen Pengetahuan Knowledge Management Manajemen Pengetahuan Knowledge Management Adalah Sistem yang memungkinkan perusahaan menyerap PENGETAHUAN, PENGALAMAN, dan KREATIVITAS para staffnya untuk perbaikan Perusahaan. (Davidson & Philip Voss,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Strategi Definisi strategi secara umum adalah rencana tindakan atau kebijaksanaan yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan. Dan menurut beberapa ahli, strategi adalah arah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan informasi menjadi sangat penting dan. kebutuhan pokok bagi setiap orang. Bagi masyarakat, banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan informasi menjadi sangat penting dan. kebutuhan pokok bagi setiap orang. Bagi masyarakat, banyak aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan informasi menjadi sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi setiap orang. Bagi masyarakat, banyak aspek kehidupan yang sangat bergantung

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap organisasi. Hal inilah yang seringkali membuat organisasi terus menerus melakukan perbaikanperbaikan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini ada 3 tahap yang dilewati yaitu: (1) tahap awal, (2) tahap pengembangan, dan (3) tahap akhir. Pada tahap awal dilakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia yang sudah menjadi semakin kompleks dan terus terspesialisasi setiap saat, informasi merupakan faktor mutlak yang diperlukan dalam menunjang suatu bisnis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Strategi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Berdasarkan John Ward dan Joe Peppard (2002, hal 44), strategi sistem informasi adalah suatu kebutuhan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini setiap perusahaan dan industri bertahan di dalam perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk kategori

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Oleh : Ariyan Zubaidi 23509025 MAGISTER INFORMATIKA SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 113 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan a. Terdapat 6 tahapan sistem informasi sumber daya manusia dalam departemen HRD, dimana di dalamnya terdapat SOP (di dalam SOP tertuang persyaratanpersyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah dalam pengaruh penerapan manajemen pengetahuan terhadap kinerja karyawan PT Semen Padang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah dan sistematika

Lebih terperinci

2 Sistem Informasi untuk Keunggulan Strategis

2 Sistem Informasi untuk Keunggulan Strategis Information System Strategic Design 2 Sistem Informasi untuk Keunggulan Strategis Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia.widhyaestoeti@gmail.com dahlia74march.wordpress.com Pengertian Sistem Informasi dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT Faktor Domain Bisnis 1. Strategic Values 1.1. Strategic Match Dititikberatkan pada tingkat/derajat dimana semua proyek teknologi informasi atau sistem informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sistem dan teknologi informasi sebagai aspek teknis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sistem dan teknologi informasi sebagai aspek teknis dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem dan teknologi informasi sebagai aspek teknis dalam pengembangan berbagai aplikasi dan mekanisme berbasis informasi memberikan new core competency dalam penerapannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah, pengertian dan penalaran konsep diperlukan untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan makna konsep yang dipakai sehubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pengetahuan Manajemen pengetahuan berfungsi mewujudkan bagaimana suatu organisasi dapat meningkatkan sumber daya informasi serta pengetahuannya dengan mencari, mengingat

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS LINGKUNGAN

BAB II ANALISIS LINGKUNGAN BAB II ANALISIS LINGKUNGAN Tujuan Analisis Lingkungan : untuk menilai lingkungan organisasi secara keseluruhan. Baik faktor-faktor yang berada diluar organisasi maupun yang berada didalam organisasi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Strategis Perkembangan bisnis yang pesat telah memaksa hampir semua perusahaan untuk tidak hanya memikirkan lingkungan internal perusahaan saja, tetapi juga lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. secara benar. Data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya.

BAB III METODOLOGI. secara benar. Data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data Metode merupakan suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu secara benar. Data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi Informasi saat ini akhirnya menjadi salah satu kebutuhan dan keseharian

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi Informasi saat ini akhirnya menjadi salah satu kebutuhan dan keseharian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Informasi saat ini akhirnya menjadi salah satu kebutuhan dan keseharian dalam setiap perilaku bisnis. Seiring dengan dinamika zaman, perspektif bisnis pun

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Untuk membantu perusahaan dalam mempersiapkan diri mengimplementasikan MBCfPE di dalam organisasi, maka penulis mencoba untuk membuat suatu model yang bertujuan: - Mengidentifikasi

Lebih terperinci