ANALISIS TATANIAGA PUPUK ORGANIK UD. AMA KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT GHAZIAN MUHAMMAD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TATANIAGA PUPUK ORGANIK UD. AMA KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT GHAZIAN MUHAMMAD"

Transkripsi

1 ANALISIS TATANIAGA PUPUK ORGANIK UD. AMA KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT GHAZIAN MUHAMMAD DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tataniaga Pupuk Organik Perusahaan UD. AMA Kabupaten Solok, Sumatera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Ghazian Muhammad NIM H

4 ABSTRAK GHAZIAN MUHAMMAD. Analisis Tataniaga Pupuk Organik Perusahaan UD. AMA Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Dibimbing oleh JOKO PURWONO. Pupuk organik merupakan salah satu jenis pupuk yang mendukung perkembangan sektor pertanian di Indonesia dan digunakan dalam pengembalian unsur alami hara tanah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sistem tataniaga pupuk organik yang meliputi saluran tataniaga, lembaga tataniaga, fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar. Selain itu, penelitian ini menganalisis efisiensi tataniaga beras di setiap saluran tataniaga melalui pendekatan marjin tataniaga, firm s share, dan rasio keuntungan per biaya. Hasil indikator analisis efesiensi operasional dan indikator kualitatif menunjukkan bahwa saluran tataniaga yang terbentuk telah efisien karena posisi tawar dari produsen tinggi. Selain itu, dibutuhkan lebih banyaknya penyaluran melalui saluran untuk meningkatkan penjualan perusahaan dan keuntungan bagi para konsumen akhir. Kata-kunci: efisiensi, firm s share, tataniaga, pupuk ABSTRACT GHAZIAN MUHAMMAD. UD AMA Firm s Fertilizer Marketing Analysis, Solok District, West Sumatera. Supervised by JOKO PURWONO. Organic fertilizer is one kind of fertilizer that supports the agricultural sector development in Indonesia and used to recover back the natural elements of soil nutrients. The purpose of this study was to analyze the trading system that includes an organic fertilizer marketing channels, institutions, function, structure and behavior. In addition, this study analyzed the efficiency of fertilizer in each channel trading system with the margin approach, the firm s share and the profit ratio per charge. The results of the analysis of operatinal efficiency indicators and qualitative indicators show that the channel has formed and efficient trading system due to high bergaining power of producer. In addition, it takes more number of distribution channels to increas sales through the company and benefits to the end consumer. Keywords : efficiency, firm s share, fertilizer, marketing

5 ANALISIS TATANIAGA PUPUK ORGANIK UD.AMA KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT GHAZIAN MUHAMMAD Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Analisis Tataniaga Pupuk Organik Perusahaan UD. AMA Kabupaten Solok, Sumatera Barat Nama : Ghazian Muhammad NIM : H Disetujui oleh Ir Joko Purwono, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Alhamdulillahi robbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah tataniaga, dengan judul Analisis Tataniaga Pupuk Organik UD. AMA Kabupaten Solok, Sumatera Barat Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan dan arahan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, kepada : 1. Ir. Joko Purwono, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran. 2. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji, Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si selaku komisi akademik yang telah meluangkan waktu serta memberikan kritik dan saran. 3. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing akademik beserta seluruh Dosen dan Staf Departemen Agribisnis yang telah membimbing penulis. 4. Ir. Adlim Gani dan Drs. Neviyenti sebagai Orang Tua penulis yang selalu memberikan kasih sayang selama-lamanya. Merekalah yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan baik. Terima kasih banyak keluarga kecilku tercinta. 5. Saudara-saudara dan seluruh instansi pemerintahan dan nonpemerintahan serta perorangan di Sumatera Barat yang terkait dalam penyusunan skripsi ini, penulis berterima kasih atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan fasilitas maupun non-fasilitas yang telah diberikan. 6. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen terkhusus Departemen Agribisnis serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2014 Ghazian Muhammad

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 4 KERANGKA PEMIKIRAN 4 Kerangka Pemikiran Teoritis 4 Konsep Tataniaga 4 Saluran Tataniaga 5 Lembaga Tataniaga 6 Fungsi Tataniaga 7 Efisiensi Tataniaga 8 Firm s Share 9 Marjin Tataniaga 10 Rasio Keuntungan dan Biaya 12 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Tataniaga 12 Struktur Pasar 12 Perilaku Pasar 13 Keragaan Pasar 14 Studi Relevan 14 Kerangka Berpikir 16 Kontribusi Lembaga Tataniaga dengan Efisiensi Tataniaga 16 Kontribusi Saluran Tataniaga dengan Efisiensi Tataniaga 16 Kontribusi Fungsi Tataniaga dengan Efisiensi Tataniaga 16 Kontribusi Struktur Pasar dengan Efisiensi Tataniaga 16 Kontribusi Perilaku Pasar dengan Efisiensi Tataniaga 16

10 Kontribusi Saluran, Lembaga, Fungsi Tataniaga serta Struktur dan Perilaku Pasar dengan Efisiensi Tataniaga 17 Hipotesa 17 Kerangka Pemikiran Operasional 17 METODE PENELITIAN 18 Lokasi dan Waktu Penelitian 18 Jenis dan Sumber Data 18 Metode Pengumpulan Data 20 Teknik Pengumpulan Data 20 Analisis Data 22 Analisis Saluran, Lembaga dan Fungsi Tataniaga 22 Analisis Karakter Pelaku dan Struktur Pasar 22 Analisis Firm s share 22 Analisis Marjin Tataniaga 23 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya 23 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 Keadaan Umum Kabupaten Solok 24 Keadaan Umum UD AMA 25 Karakteristik Lembaga Tataniaga 26 Usia Pelaku Lembaga Tataniaga 27 Pendidikan Pelaku Lembaga Tataniaga 28 Lama Usaha Pelaku Lembaga Tataniaga 28 HASIL DAN PEMBAHASAN 29 Identifikasi Lembaga, Saluran dan Fungsi Tataniaga Pupuk Organik 29 Analisis Saluran Tataniaga Pupuk Organik 29 Analisis Lembaga Tataniaga Pupuk Organik 32 Distributor 32 Pengecer 33 Kelompok Tani 33 Analisis Fungsi Tataniaga Pupuk Organik 33 Fungsi Tataniaga di Tingkat Perusahaan Pupuk Organik 34 Fungsi Tataniaga di Tingkat Distributor 35

11 Fungsi Tataniaga di Tingkat Kelompok Tani 36 Fungsi Tataniaga di Tingkat Pengecer 36 ANALISIS STRUKTUR DAN PERILAKU PASAR 36 Analisis Struktur Pasar Beras 37 Struktur Pasar di Tingkat Perusahaan 37 Struktur Pasar di Tingkat Distributor 37 Struktur Pasar di Tingkat Pengecer 38 Struktur Pasar di Tingkat Kelompok Tani 38 Analisis Perilaku Pasar Beras 38 Praktek Jual-Beli 38 Sistem Penentuan Harga dalam Transaksi 39 Sistem Pembayaran dalam Transaksi 39 Kerjasama antar Lembaga Tataniaga 40 ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA 40 Analisis Volume Distribusi 40 Analisis Biaya Tataniaga 41 Analisis Marjin Tataniaga 42 Analisis Firm s share 42 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Tataniaga 43 SIMPULAN DAN SARAN 44 Simpulan 44 Saran 45 DAFTAR PUSTAKA 45 LAMPIRAN 47 RIWAYAT HIDUP 54

12 DAFTAR TABEL 1. Luas lahan kritis sumatera barat tahun Karakteristik struktur pasar Teknik pengumpulan data Responden pelaku lembaga tataniaga dan jenis lembaga tataniaga Sebaran pelaku lembaga tataniaga berdasarkan usia Sebaran pelaku lembaga tataniaga berdasarkan tingkat pendidikan Sebaran pelaku lembaga tataniaga berdasarkan lama usaha Jumlah pembeli pupuk organik UD AMA Distribusi penjualan perusahaan pupuk organik UD AMA Distribusi penjualan distributor pupuk organik UD AMA Tabulasi fungsi tataniaga disetiap saluran tataniaga Volume distribusi saluran tataniaga pupuk organik UD AMA Biaya tataniaga pupuk organik (rupiah per kilogram) UD AMA Marjin tataniaga pupuk organik (rupiah per kilogram) UD AMA Firm s share UD AMA Rasio keuntungan per biaya UD AMA 47 DAFTAR GAMBAR 1. Definisi marjin tataniaga dan nilai marjin tataniaga Kerangka pemikiran operasional tataniaga pupuk organik Saluran tataniaga pupuk organik UD AMA 33 DAFTAR LAMPIRAN 1. Panduan kuesioner penelitian Marjin, keuntungan dan biaya pupuk organik UD AMA Dokumentasi penelitian 52

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kontribusi Sumatera Barat untuk memenuhi pangan nasional cukup besar. Terbukti dengan produksi beras provinsi ini melebihi kebutuhan masyarakatnya yaitu sebesar ton gabah kering giling (GKG), mengalami peningkatan 3.89 persen dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya sebesar ton GKG. Kebutuhan masyarakat Sumatera Barat sendiri tak lebih dari ton sehingga dapat disimpulkan bahwa mengalami surplus beras sekitar ton. Kenaikan produksi padi didorong oleh bertambahnya luas panen sebesar hektar dari hektar pada 2011 menjadi hektar. Peningkatan juga didorong oleh adanya peningkatatn produktvitas panen sebesar 0.34 kuintal per hektar (BPS, 2013). Sumatera Barat sebagai salah satu penghasil beras nasional juga memiliki sisi negatif yaitu berupa lahan kritis disebabkan dari penggunaan pupuk kimia secara berlebihan atau ketidaktepatan penggunaan pupuk. Lahan kritis yang ada di tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat hektar lahan kritis dan hektar lahan sangat kritis di Sumatera Barat. Dilihat dari jumlah lahan kritis yang sangat besar membuat Sumatera Barat akan tentunya memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan lahan kritis ini sehingga produksi pertanian dapat dimaksimalkan. Tabel 1. Luas lahan kritis sumatera barat tahun 2012 a Kabupaten/Kota Kategori Lahan Kritis Kritis (Ha) Sangat Kritis (Ha) Kab. Kepulauan Mentawai - - Kab. Agam Kab. Lima Puluh Kota Kab. Padang Pariaman Kab. Pasaman Kab. Sijunjung Kab. Solok Kab. Tanah Datar Kab. Pesisir Selatan Kab. Solok Selatan Kab. Pasaman Barat Kab. Dharmasraya Kota Padang Kota Bukittinggi Kota Payakumbuh Kota Pariaman - - Kota Padang Panjang Kota Sawahlunto Kota Solok Total a Sumber : Dinas Kehutanan, 2013

14 2 Pupuk merupakan suatu bahan yang ditambahkan pada tanah atau media tanam tertentu untuk memenuhi kebutuhan dari unsur hara yang diperlukan tanaman sehingga tanaman berproduksi maksimal. Pupuk berisi berbagai kandungan kimia yang dapat dilihat dari bahan bakunya berupa organik ataupun non-organik (mineral). Pada dosis yang tepat, pupuk non-organik terbukti lebih efektif bila digunakan pada lahan yang masih belum terpengaruh oleh berbagai macam zat kimia lainnya. Efek samping penggunaan pupuk adalah adanya kerusakan dan pencemaran laut dan air tanah. Oleh karena itu, penggunaan pupuk yang berlebihan akan memicu pencemaran air. Berbeda dengan pupuk non-organik, pupuk organik merupakan pupuk yang mengembalikan unsur hara alami tanah dan dalam dosis yang tinggi sekalipun tidak akan merusak tanah. Pupuk organik dipercaya dapat memberikan dampak positif kepada media tanah, semakin lama tanah berinteraksi dengan pupuk organik akan melengkapi dan menyusun kembali unsur alami tanah karena kandungan daripada salah satu dan beberapa zat yang ada di tanah. Pupuk nonorganik dibuat dengan kadar kadar tertentu sehingga ketika salah satu zat yang berlebihan berada di dalam tanah, maka akan terjadi penggumpalan yang akan mengakibatkan tanah menjadi tidak subur. Sebaliknya ketika zat hara tanah telah tersusun kembali maka akan terjadi penyuburan tanah hal ini terjadi ketika pupuk organik yang berasal dari bahan-bahan alami akan mengembalikan sifat asli tanah. Perkembangan industri pupuk khususnya pupuk organik, telah mencapai tahap perkembangan. Petrokimia organik dari PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu contoh pupuk yang melakukan pengembangan pupuk organik di Indonesia. Perusahaan ini telah mencapai tahap penyaluran distribusi pupuk organik ke seluruh Indonesia yang merupakan salah satu perusahaan utama sebagai pemasok kebutuhan pupuk organik nasional. Kandungan bahan organik tanah yang ada di Indonesia kurang dari 2 persen, akan tetapi konsumsi pupuk organik di Indonesia tidaklah besar. Kebutuhan pupuk organik per hektar sangat besar yaitu 5-20 ton, transportasi akan menjadi masalah utama dalam penerapan pupuk organik. Hal ini diakibatkan dari sifat pupuk organik yang voluminous sehingga memerlukan biaya transportasi dan aplikasi yang besar, terlebih apabila tempat produksi berada di daerah yang jauh. Selain itu, efek yang ditimbulkan dari pemakaian pupuk organik juga sangat lambat dan membuat pemakaian kurang diminati petani. Pemakaian pupuk organik yang memberikan manfaat dalam pengembalian unsur hara tanah diharapkan dapat meningkatkan kembali produktivitas lahan kritis dan akan meningkatkan permintaan dari pupuk organik. Pupuk menjadi perhatian utama bagi sektor pertanian karena produktivitas petani tergantung pada pupuk yang dipakai. Sumatera Barat sebagai salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki luas lahan untuk yang daerahnya banyak digunakan untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebuanan, peternakan maupun perikanan budidaya menjadi salah satu opsi pemerintah dalam menjalankan tugas pembangunan. Menurut data yang disajikan di atas menunjukkan jumlah lahan kritis yang terdapat di wilayah Sumatera Barat. Jumlah tersebut diharapkan dapat berkurang dengan pemakaian pupuk organik yang mengembalikan kesuburan tanah. UD. AMA adalah salah satu perusahaan yang melakukan produksi pupuk organik di Sumatera Barat. Analisa mengenai tataniaga pupuk organik UD. AMA

15 3 akan menghasilkan data penyaluran pupuk organik yang dilakukan oleh suatu perusahaan dengan mengobservasi jumlah pupuk organik yang disalurkan oleh sentra produsen ke sentra konsumen sehingga didapatkan beberapa saluran dan marjin terdapat diantara keduanya. Perumusan Masalah Industri pertanian di Indonesia masih belum dapat lepas dari kebutuhan penggunaan pupuk organik ataupun pupuk anorganik. Kedua jenis pupuk ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga sebetulnya kedua jenis pupuk ini dapat melengkapi satu sama lain. Kekurangan bahan baku berupa gas untuk urea, bahan kimia lainnya dalam pembuatan pupuk juga masih menjadi persoalan mendasar dari persoalan yang dihadapi industri pupuk. Berbeda jika dibandingkan dengan adanya perusahaan pupuk organik yang bahan bakunya berasal dari bahan organik. Distribusi juga merupakan salah satu persoalan yang masih membentur industri pupuk. Banyak petani melakukan pengaduan mengenai masalah kelangkaan pupuk di pasar. Padahal sebenarnya produksi pupuk sudah mencukupi karena Indonesia merupakan produsen pupuk terbesar di dunia. (Tasrif, 2013) Produksi pupuk suatu perusahaan dapat dijadikan tolak ukur dalam menganalisis lembaga yang terdapat dalam saluran tataniaga. Selain itu, marjin yang terdapat diantara produsen dan konsumen akhir juga dapat diketahui. Kedua analisis ini akan memberikan pilihan kepada para pelaku bisnis untuk terlibat dalam sistem tataniaga suatu komoditas dalam hal ini pupuk organik. Pemerintah mengatur kebijakan tataniaga pupuk bersubsidi dalam Peraturan Kementrian Perdagangan Republik Indonesia (Permendag) Nomor 07/M- DAG/PER/2/2009 tentang perubahan atas Peraturan Kementrian Perdagangan Republik Indonesia (Permendag) Nomor 21/M-DAG/PER/6/2008 tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian. Pasal yang mengatur tataniaga pupuk bersubsidi dalam Permendag diatas antara lain RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok), wilayah tanggung jawab pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi, tanggung jawab setiap lini mulai dari distributor resmi yang ditunjuk oleh produsen lebih lanjut diatur oleh Direktur Jendral Perdagangan Dalam Negri, Departemen Perdagangan. Fakta disamping menimbulkan pertanyaan, apakah distributor merupakan lembaga yang paling banyak dalam menyalurkan pupuk organik? Selain itu, pemerintah juga mengatur perundangan pertanian yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 122/Permentan/SR.130/11/2013 tentang penetapan harga pupuk organik bersubsidi dengan harga Rp500 menimbulkan pertanyaan lanjutan, yaitu apakah harga yang dilepas oleh lembaga yang terlibat dalam sistem tataniaga pupuk organik sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah? Siapa saja lembaga yang terlibat dalam sistem tataniaga pupuk organik? Seluruh kegiatan ekonomi yang membantu proses aliran produk pupuk dari produsen hingga konsumen akhir mempengaruhi tataniaga di lokasi penelitian sehingga data marjin serta saluran yang dilalui oleh produk dapat diketahui. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang harus diselesaikan dalam penelitian ini.

16 4 1. Bagaimana sistem tataniaga pupuk organik di UD. AMA? 2. Bagaimana efisiensi tataniaga pupuk organik di UD. AMA? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis sistem tataniaga pupuk organik yang meliputi saluran tataniaga, lembaga tataniaga, fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar. 2. Menganalisis efisiensi tataniaga pupuk organik di setiap jenis saluran tataniaga. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam hal tataniaga pupuk organik seperti yang telah dipaparkan pada tujuan penelitian, terutama bagi instansi terkait seperti Pemerintah Daerah Kabupaten Solok beserta Dinas Pertanian dan tentunya UD. AMA dalam rangka mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi pupuk organik sebagai produk unggulan daerah serta memperbaiki sistem tataniaga yang selama ini dilakukan. Bagi penulis penelitian ini merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah, serta sebagai tugas akhir syarat dalam menyelesaikan studi kuliah. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi penelitian berikutnya yang berkaitan dengan tataniaga pupuk. Penelitian ini dibatasi oleh: Ruang Lingkup Penelitian 1. Produk yang diteliti adalah pupuk organik padat UD. AMA KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Tataniaga Tataniaga (marketing) dari perspektif makro merupakan aktivitas atau kegiatan dalam mengalirkan produk mulai dari perusahaan (produsen primer) sampai ke konsumen akhir. Dalam aktivitas mengalirnya produk sampai ke tangan konsumen akhir (end user), banyak kegiatan produktif yang terjadi dalam upaya menciptakan atau menambah nilai guna (bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan)

17 5 dengan tujuan memenuhi kepuasan konsumen akhir (Asmarantaka, 2012) 1. Dahl dan Hammond (1977), menyebutkan bahwa tataniaga merupakan serangkaian fungsi yang diperlukan untuk menggerakkan produk mulai dari produsen utama hingga konsumen akhir 2. Tataniaga produk agribisnis menganalisis semua aktivitas bisnis yang terjadi dalam komoditi pertanian atau produk agribisnis, setelah produk tersebut lepas dari perusahaan produsen primer sampai ke tangan konsumen akhir (Purcell, 1979) 3. Menurut Kohl dan Uhl (2002), tataniaga pertanian merupakan keragaman dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang dan jasa komoditas pertanian mulai dari tingkat produksi (perusahaan) sampai konsumen akhir, yang mencakup aspek input dan output pertanian 4. Berdasarkan beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa tataniaga adalah kegiatan penyaluran produk dari sentra produsen ke sentra konsumen melalui berbagai saluran tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga dan memiliki fungsi tataniaganya masing-masing. Tataniaga merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan nilai tambah kepada suatu produk dalam bentuk barang/jasa yang ditujukan kepada konsumen akhir. Kegiatan ini mampu memberikan manfaat kepada banyak orang di setiap stakeholder sehingga memberikan nilai tambah berupa nilai tambah bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan. Nilai tambah bentuk adalah suatu barang akan mempunyai nilai yang lebih besar apabila terjadi perubahan bentuk. Nilai tambah tempat adalah suatu barang akan mempunyai nilai yang lebih besar apabila terjadi perubahan tempat. Nilai tambah waktu adalah suatu barang akan mempunyai nilai yang lebih besar apabila terjadi perubahan waktu. Nilai tambah kepemilikan adalah suatu barang akan mempunyai nilai yang lebih besar apabila terjadi perubahan kepemilikan. Pada akhirnya saluran tataniaga dari suatu komoditas haruslah diketahui untuk mengetahui jalur tataniaga manakah yang paling dapat memberikan keuntungan bagi pihak-pihak yang terkait dalam saluran tataniaga. Selain itu saluran tataniaga juga mempermudah dalam mencari besarnya marjin yang diterima tiap lembaga yang terlibat. Untuk membantu agar tataniaga berjalan dengan baik maka diperlukan bagian-bagian dalam tataniaga seperti lembaga tataniaga, saluran tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar. Saluran Tataniaga Komoditi pertanian pada umumnya mempunyai sifat-sifat mudah rusak (perishable), mudah busuk, dan mempunyai bobot dan volume yang besar (bulky). Oleh karena itu komoditi pertanian harus mempunyai sistem penyaluran yang mempunyai sifat mampu memberikan perlindungan dan keamanan bagi barang tersebut. Menurut Limbong dan Sitorus (1985), saluran tataniaga dapat diartikan sebagai himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil alih hak, atau 1 Asmarantaka RW Pemasaran Agribisnis. Modul Kuliah. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. 2 Dahl DC, Hammond JW Market and Price Analysis The Agricultural Industries. Mc Graw-Hill Book Company. New York. 3 Purcell WD Agriculture Marketing System, Coordina tion, Cash and Future Prices. A Prentice-Hall Company. Virginia. 4 Kohls RL, Uhl JN Marketing of Agricultural Products. MacMillian Publishing Company. New York

18 6 membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa tertentu selama barang atau jasa tersebut berpindah dari produsen ke konsumen 5. Penyaluran produk dari produsen ke konsumen memerlukan alur yang dapat memberikan akses terbaik agar produk yang dihasilkan sampai ke tangan konsumen sesuai kriteria keinginan konsumen. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran tataniaga (Limbong dan Sitorus, 1985) yaitu: 1. Pertimbangan pasar: siapa konsumen, rumah tangga atau industri, besarnya potensi pembelian, bagaimana konsentrasi pasar secara geografis, berapa jumlah pesanan dan bagaimana kebiasaan konsumen dalam membeli. 2. Pertimbangan barang: berapa besar nilai per unit barang tersebut, besar dan berat barang (mudah rusak atau tidak), sifat teknis (berupa barang standar atau pesanan) dan bagaimana luas produk perusahaan yang bersangkutan. 3. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi: pelayanan yang dapat diberikan oleh lembaga perantara, sikap perantara terhadap kebijakan produsen, volume penjualan dan pertimbangan biaya. Saluran tataniaga dapat dicirikan dengan memperhatikan banyaknya tingkat saluran. Panjangnya suatu saluran tataniaga akan ditentukan oleh banyaknya tingkat perantara yang dilalui oleh suatu barang dan jasa. Dengan mengetahui saluran tataniaga suatu komoditas maka dapat diketahui jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur dapat ditempuh, serta dapat mempermudah mencari besarnya marjin yang diterima setiap lembaga yang terlibat. Lembaga Tataniaga Dahl and Hammond (1977), mengatakan bahwa untuk menganalisis sistem tataniaga dapat dilakukan melalui pendekatan kelembagaan (Institutional Approach), terdiri dari pedagang, pedagang perantara, pedagang spekulan, pengolah dan organisasi yang memberikan fasilitas tataniaga. Badan perantara dibutuhkan keberadaannya untuk menggerakkan barang dan jasa dari titik produksi ke titik konsumsi, karena jarak antara produsen dan konsumen seringkali berjauhan. Penyampaian barang dari produsen ke konsumen akhir dalam sistem tataniaga melibatkan beberapa lembaga tataniaga sehingga membentuk berbagai saluran tataniaga yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya ke konsumen akhir dari titik produsen. Kelembagaan tataniaga adalah berbagai organisasi bisnis atau kelompok bisnis yang melaksanakan/mengembangkan aktivitas bisnis berupa kegiatan-kegiatan produktif yang diwujudkan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Melalui pendekatan ini dapat diketahui peranan lembaga-lembaga yang terlibat dalam penangan suatu komoditi mulai dari tingkat produsen hingga konsemen (Limbong dan Sitorus, 1985) 5. Lembaga tataniaga berada diantara waktu proses produksi primer hingga suatu produk siap dikonsumsi oleh konsumen akhir. Limbong dan Sitorus (1985) 6 menyatakan bahwa lembaga tataniaga dapat digolongkan pada : 5 Limbong WH, Sitorus P Handout Bahan Kuliah Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 6 Limbong WH, Sitorus P Handout Bahan Kuliah Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

19 7 1. Lembaga tataniaga menurut fungsi yang dilakukan : - Lembaga fisik tataniaga, seperti badan pengangkut. - Lembaga perantara tataniaga, seperti pedagang pengecer dan grosir. - Lembaga fasilitas tataniaga, seperti bank desa, kredit desa, dan KUD. 2. Lembaga tataniaga menurut penguasaan terhadap barang - Lembaga tataniaga yang tidak memiliki tetapi menguasai barang, seperti agen, perantara dan broker. - Lembaga tataniaga yang memiliki dan menguasai barang, seperti pedagang pengumpul, pedagang pengecer, grosir, eksportir/importer. - Lembaga tataniaga yang tidak memiliki dan tidak menguasai barang, seperti pengangkutan, pergudangan, asuransi dan lain-lain. Analisa lembaga tataniaga dilakukan diantara titik produsen sampai dengan titik konsumen sehingga terdapat beberapa badan perantara yang mengalirkan produk dari titik produsen ke titik konsumen. Lembaga tataniaga dapat berupa sebuah pedagang perantara, agen perantara, spekulator, industri pengolahan maupun organisasi pendukung yang melaksanakan fungsinya masing-masing. Fungsi Tataniaga Berbagai bentuk kegiatan fungsional tataniaga akan memperlancar proses penyaluran barang atau jasa secara efektif dan efisien dari produsen ke konsumen. Kegiatan fungsional tersebut disebut sebagai fungsi-fungsi tataniaga yang berfungsi dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Fungsi tataniaga dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga suatu komoditas yang membentuk rantai tataniaga atau sering disebut sebagai sistem tataniaga. Dahl and Hammond (1977), mengatakan bahwa untuk menganalisis sistem tataniaga dapat dilakukan melalui pendekatan fungsi (functional approach), terdiri dari fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan) dan fungsi fasilitas (standarisasi dan grading, pengnggung risiko, pembiayan dan informasi pasar). Dalam aliran produk pertanian dari produsen sampai ke konsumen akan terjadi peningkatan nilai guna komoditi pertanian tersebut. Peningkatan nilai guna ini terjadi karena adanya lembaga-lembaga tataniaga yang melaksanakan fungsifungsi tataniaga yang terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas serta fungsi pertukaran dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi fisik merupakan kegiatan yang berhubungan dengan kegunaan bentuk, tempat dan waktu. Fungsi fisik meliputi pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan. Fungsi fasilitas merupakan kegiatan yang ditujukan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang mencakup semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan fungsi grading, fungsi penggunaan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Fungsi penyimpanan diperlukan untuk menyimpan barang selama belum dikonsumsi atau menunggu untuk diangkut ke daerah pemasaran. Selama proses penyimpanan dilakukan tindakan untuk menjaga mutu, terutama hasil-hasil pertanian yang mempunyai sifat mudah busuk. Pada proses penyimpanan semua biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan uang dilaksanakan adalah biaya

20 8 penyimpanan termasuk biaya pemeliharaan fisik gudang, risiko kerusakan selama penyimpanan dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama barang tersebut masih disimpan. Fungsi pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang di daerah konsumen yang sesuai dengan kebutuhan konsumen baik menurut waktu, jumlah dan mutunya. Adanya keterlambatan dalam pengangkutan dan jenis alat angkut yang tidak sesuai dengan sifat barang yang akan diangkut dapat menimbulkan kerusakan dan penurunan mutu barang yang bersangkutan. Fungsi standarisasi adalah suatu ukuran atau penentuan mutu suatu produk dengan berbagai warna, ukuran, kadar air, bentuk, tingkat kematangan, rasa dan kriteria lainnya. Grading adalah tindakan menggolongkan suatu produk menurut standarisasi yang diinginkan oleh pembeli. Kedua fungsi ini memberikan manfaat dalam proses tataniaga, yaitu mempermudah pelaksanaan jual-beli serta mengurangi biaya tataniaga terutama biaya pengangkutan. Setiap fungsi diatas mulai dari fungsi fisik, fungsi fasilitas, fungsi penyimpanan, dan fungsi standarisasi diharapkan agar diketahui dan dapat dimaksimalkan oleh produsen sehingga terkordinasi dengan baik. Adanya koordinasi antara fungsi diatas tentunya melibatkan banyak stakeholder dan memiliki macam-macam struktur pasar yang perlu diketahui pula oleh para pelaku bisnis. Setiap tataniaga suatu komoditas memiliki tujuan akhir yaitu efisiensi dari keseluruhan sistem tataniaga tersebut. Saluran tataniaga dari suatu komoditas perlu diketahui untuk menentukan jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh. Selain itu saluran pemasaran dapat mempermudah dalam mencari besarnya margin yang diterima tiap lembaga yang terlibat. Efisiensi sistem tataniaga merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem tataniaga. Efisiensi tataniaga dapat tercapai jika sistem tersebut dapat memberikan kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam tataniaga seperti produsen, konsumen akhir dan lembaga-lembaga tataniaga. Efisiensi Tataniaga Tataniaga yang efisien adalah sampainya produk ke konsumen akhir menurut tempat, waktu, dan bentuk yang diinginkan konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya serta adanya pembagian yang adil dari harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang terkait dalam kegiatan produksi dan tataniaga tersebut (Mubyarto, 1992) 7. Konsep efisiensi sering mempergunakan ukuran keragaan pasar. Meningkatnya efisiensi atau sistem pemasaran yang efisien merupakan keinginan atau tujuan dari partisipan pemasaran yaitu petani, perusahaan atau lembaga-lembaga pemasaran (pedagang, pengolah dan pabrik), konsumen, dan masyarakat umum. Salah satu indikator efisiensi pemasaran adalah efisiensi teknis (operasional) yaitu merupakan ukuran dari perbandingan (rasio) dari nilai output dengan input pemasaran (Asmarantaka, 2012) 8. 7 Mubyarto Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3S. 8 Asmarantaka RW Pemasaran Agribisnis. Modul Kuliah. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor.

21 9 Konsep efisiensi sering digunakan sebagai ukuran keragaan pasar. Salah satu indikator efisiensi tataniaga adalah efisiensi teknis (operasional) yaitu merupakan ukuran dari perbandingan dari nilai output dan input tataniaga. Tataniaga agribisnis yang efisien akan terwujud apabila terdapat indikatorindikator berikut, antara lain : 1. Menciptakan atau meningkatkan nilai tambah (value added) yang tinggi terhadap produk agribisnis. 2. Menghasilkan keuntungan bagi setiap lembaga tataniaga perusahaan yang terlibat sesuai dengan nilai korbanannya (biaya-biaya yang dikeluarkan). 3. Marketing margin (biaya dan keuntungan) yang terjadi relatif sesuai dengan fungsi-fungsi atau aktivitas bisnis yang meningkatkan kepuasan konsumen akhir. 4. Memberikan bagian yang diterima perusahaan produsen (firm s share) yang relatif akan merangsang produsen berproduksi. Ukuran efisiensi adalah kepuasan dari konsumen, produsen maupun lembaga-lembaga yang terlibat di dalam mengalirkan barang/jasa mulai dari produsen sampai konsumen akhir. Banyak sekali ukuran untuk menentukan efisiensi tataniaga karena hal tersebut cukup sulit dan sangat relatif. Oleh sebab itu, banyak pakar yang mempergunakan indikator ukuran efisiensi operasional, efisiensi harga, dan efisiensi relatif (Hammond dan Dahl, 1977; Raju dan Open, 1982; Kohls dan Uhl, 2002) dalam Asmarantaka (2012) 12. Secara normatif, struktur pasar yang efisien adalah struktur pasar persaingan sempurna (perfect competition). Akan tetapi dalam kenyataannya, struktur pasar ini tidak dapat ditemukan secara jelas. Secara fakta di suatu tempat, pasar yang efisien adalah pasar yang kompetitif dengan indikator antara lain : 1. Harus terdapat alternatif bagi konsumen maupun produsen (ada pilihan yang tersedia. 2. Terdapat insentif bagi pelaku-pelaku pasar untuk masuk pasar atau industri. 3. Pangsa pasar (market share) relatif menyebar, tidak terpusat pada satu atau beberapa perusahaan. Keunggulan komparatif menerangkan bahwa produk agribisnis mempunyai keunggulan relatif lebih tinggi daripada produk lain atau wilayah lain. Keunggulan kompetitif merupakan kemampuan untuk memasok barang/jasa pada waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen, baik di pasar domestik maupun internasional pada harga yang sama atau lebih rendah dari harga pesaing, serta memperoleh laba sesuai dengan ongkos penggunaan sumberdaya (opportunity cost). Apabila kedua pengertian diatas dibandingkan akan terlihat bahwa keunggulan kompetitif memiliki pengertian lebih luas dari keunggulan komparatif karena kenggulan kompetitif yang didukung oleh keunggulan komparatif memiliki keunggulan dalam jangka panjang. Tataniaga produk agribisnis yang efisien mempunyai implikasi bahwa produk agribisnis memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Sehingga produk-produk agribisnis tersebut bisa bersaing di pasar internasional (global), baik dari aspek harga, kualitas dan keamanan yang akan menyebabkan konsumen puas. Firm s share

22 10 Salah satu indikator yang dapat digunakan dalam menentukan efisiensi dari suatu aktivitas tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima perusahaan produsen (firm s share) terhadap harga yang dibayar di tingkat konsumen akhir. Kohls dan Uhl (2002) menyatakan firm s share merupakan bagian yang diterima perusahaan produsen dari nilai uang yang dibayarkan oleh konsumen, nilai firm s share biasa dinyatakan dalam persentase 9. Nilai firm s share berbanding terbalik dengan nilai marjin tataniaga. Semakin tinggi nilai marjin tataniaga menunjukkan semakin kecil bagian yang diterima perusahaan produsen dalam melaksanakan suatu aktivitas tataniaga. Penerimaan perusahaan produsen (Firm s share) merupakan perbedaan antara harga di tingkat retail untuk produk pangan dan serat dengan marjin tataniaga. Ini merupakan porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh perusahaan produsen, dalam bentuk persentase (%). (Asmarantaka, 2012) 10. Alternatif perhitungan nilai firm s share diperoleh dari rasio antara harga di tingkat usahatani terhadap harga di tingkat pengecer dari suatu komoditi. Secara matematis, firm s share dirumuskan sebagai berikut (Asmarantaka, 2012) 11 : Keterangan : Fs : Persentase yang diterima produsen dari harga konsumen akhir Pf : Harga di tingkat perusahaan produsen Pr : Harga di tingkat konsumen akhir Marjin Tataniaga Pengertian dari marjin tataniaga sering digunakan untuk menerangkan tentang fenomena yang menjembatani gap (bridging the gap) antara pasar di tingkat petani (farmer) dengan pasar di tingkat pengecer (retailer). Marjin tataniaga hanya berhubungan dengan perbedaan harga dan tidak membuat pernyataan tentang jumlah produk (Limbong dan Sitorus, 1985) 12. Asmarantaka (2012) memberikan alternatif definisi marjin tataniaga (perspektif makro/pemasaran) yaitu menggambarkan kondisi pasar di tingkat petani dan pasar di tingkat konsumen 13. Hammond dan Dahl (1977) menjelasakan bahwa marjin tataniaga dapat dirumuskan dengan Mr = Pr (harga ditingkat retailer atau konsumen akhir) Pf (harga di tingkat petani produsen atau petani) Kohls RL, Uhl JN Marketing of Agricultural Products. MacMillian Publishing Company. New York 10 Asmarantaka RW Pemasaran Agribisnis. Modul Kuliah. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. 11 Asmarantaka RW Modul Kuliah Tataniaga Produk Agribisnis. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 12 Limbong WH, Sitorus P Handout Bahan Kuliah Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 13 Asmarantaka RW Pemasaran Agribisnis. Modul Kuliah. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. 14 Dahl DC, Hammond JW Market and Price Analysis The Agricultural Industries. Mc Graw-Hill Book Company. New York.

23 11 Margin Harga (P) Pr Pf Sr = Derived Supply Sf = Primary Supply Df = Primary Demand Dr = Derived Demand Qr,f Harga (P) Gambar 1. Definisi marjin tataniaga dan nilai marjin tataniaga a a Sumber : Dahl dan Hammond (1977) serta Tomek dan Robinson (1990) dalam Asmarantaka (2012), diadaptasi dari modul Pemasaran Agirbisnis (Agrimarketing) Gambar 1 menjelaskan bahwa marjin adalah perubahan harga di tingkat pengecer (retail) dengan harga di tingkat petani (farm). Perpotongan antara kurva primary supply dengan kurva derived demand merupakan bentuk harga di tingkat petani. Primary supply menggambarkan penawaran yang ada di tingkat petani dari komoditi yang diusahakan dalam kegiatan usahatani. Bentuk primary supply dalam sistem agribisnis dapat digambarkan sebagai penawaran yang dilakukan petani terhadap komoditi yang dihasilkan dan biasanya digunakan sebagai bahan baku oleh industri pengolahan. Misalkan penawaran petani tomat terhadap produk tomat yang dihasilkan kepada pabrik pengolahan tomat botolan. Sementara itu, derived demand menggambarkan permintaan di tingkat pedagang perantara atau pabrik pengolah terhadap produk yang dihasilkan oleh petani. Derived demand merupakan turunan dari primary demand. Derived demand dalam aktivitas agribisnis dapat dicontohkan melalui permintaan tomat oleh pabrik pengolahan tomat botolan kepada petani yang membudidayakan komoditi tomat. Oleh karena itu, karena adanya penawaran dari pihak petani (Sf) dan terdapat juga permintaan dari pihak pabrik pengolah ataupun pedagang eceran (Dr) maka akan terbentuk harga keseimbangan di tingkat petani (Pf). Pertemuan antara kurva primary demand dengan kurva derived supply membentuk harga di tingkat pengecer. Primary demand merupakan permintaan di tingkat konsumen dengan pedagang pengecer atau pabrik pengolahan. Misalnya permintaan konsumen terhadap produk tomat botolan yang dihasilkan oleh pabrik pengolah tomat botolan. Sedangkan derived supply merupakan turunan dari primary supply yang menggambarkan penawaran yang dilakukan pada tingkat pedagang perantara ataupun pabrik pengolah. Bentuk dari derived supply dapat dicontohkan sebagai penawaran yang dilakukan oleh pabrik pengolahan tomat botolan kepada konsumen yang biasa mengkonsumsi tomat. Oleh karena itu, karena adanya penawaran dari pihak pabrik pengolah ataupun pedagang eceran (Sr) dan terdapat juga permintaan dari pihak konsumen (Df) maka akan terbentuk harga keseimbangan di tingkat pedagang eceran ataupun pabrik pengolah (Pr). Harga di tingkat petani tomat dan harga tomat botolan di tingkat pabrik pengolahan akan menghasilkan penetapan harga yang berbeda. Perbedaan tersebut di tingkat petani cabai (farm) dengan harga tomat di tingkat pabrik pengolahan

24 12 (retail) akan menghasilkan marjin dalam tataniaga komoditi tomat, sehingga terbukti bahwa marjin tataniaga terbentuk dari selisih harga di tingkat petani (farm) dengan harga di tingkat pengecer/pabrik pengolah (retail) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Penelitian ini perlu mengetahui harga yang diterima oleh petani, harga beli, biaya-biaya tataniaga dan harga jualnya. Rasio Keuntungan dan Biaya Rasio keuntungan dan biaya tataniaga menunjukkan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas tataniaga. Keuntungan memiliki pengertian yang relatif luas yaitu balas jasa dari penggunaan sumberdaya (capital fisik maupun manusia) dan biaya imbangan (opportunity cost) dari kesempatan terbaik (Asmarantaka, 2012) 15. Membandingkan laju keuntungan (profit rates) antara perusahaan-perusahaan dan industri penuh dengan risiko, karena adanya perbedaan cara perhitungan dengan teknik laporan. Rasio keuntungan dan biaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi tataniaga dengan melihat penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap lembaga tataniaga. Semakin besar penyebaran rasio maka sistem tataniaga yang dipakai akan semakin efisien pula. Rasio keuntungan dan biaya merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang diperoleh oleh lembaga tataniaga naik sebesar satu satuan mata uang. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Tataniaga Struktur Pasar Struktur pasar merupakan suatu dimensi yang menjelaskan definisi industri dan perusahaan mengenai jumlah yang ada dalam satu pasar, distribusi perusahaan tersebut dengan berbagai ukuran dan diferensiasi produk, serta syarat-syarat keluar masuk pasar (Azzaino, 1983) 16. Menurut Dahl dan Hammond (1977), struktur pasar merupakan suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran, deskripsi produk atau diferensiasi produk, syarat-syarat masuk, dan sebagainya atau penguasaan pasar 17. Terdapat empat faktor yang menjadi penentu karakteristik struktur pasar, antara lain: (1) jumlah dan ukuran perusahaan, (2) kondisi produk, (3) kondisi keluar masuk pasar, (4) tingkat pengetahuan mengenai biaya, harga dan kondisi pasar diantara partisipan-partisipan pasar (Dahl and Hammond, 1977) 12. Mc Kie dalam Asmarantaka (2012) 18, mengemukakan bahwa beberapa ukuran untuk melihat struktur pasar antara lain: 15 Asmarantaka RW Pemasaran Agribisnis. Modul Kuliah. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. 16 Azzaino Z Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanaian Bogor. Bogor 17 Dahl DC, Hammond JW Market and Price Analysis The Agricultural Industries. Mc Graw-Hill Book Company. New York. 18 Asmarantaka RW Pemasaran Agribisnis. Modul Kuliah. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor.

25 13 1. Market concentration (konsentrasi pasar); market concentration diukur berdasarkan persentase dari penjual/aset/pangsa pasar. 2. Exit-entry (kebebasan keluar masuk calon penjual); perusahaan yang besar mempunyai kelebihan dalam melakukan tindakan price control, dalam rangka mempertahankan konsentrasinya di dalam pasar. Struktur pasar dapat dilihat dari dua sisi, baik dari sisi pembeli maupun sisi penjual. Dari sisi pembeli terdiri dari pasar monopsoni, oligopsoni terdiferensiasi, oligopsoni murni, persaingan monopolistik, dan persaingan murni. Sedangkan dari sisi penjual terdiri dari pasar monopoli, oligopoli terdiferensiasi, oligopoli murni, persaingan monopolistik, dan persaingan murni. Karakteristik-karakteristik pasar dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Karakteristik struktur pasar a Karakteristik Struktur Pasar Jumlah Sifat Produk Sudut Penjual Sudut Pembeli Perusahaan Banyak Homogen Persaingan murni Persaingan murni Banyak Diferensiasi Persaingan monopolistik Persaingan monopolistik Sedikit Homogen Oligopoli murni Oligopsoni murni Sedikit Diferensiasi Oligopoli terdiferensiasi Oligopsoni terdiferensiasi Satu Unik Monopoli Monopsoni a Sumber : Dahl and Hammond, 1977 Apabila suatu pasar memiliki ciri dengan banyak pembeli dan penjual, pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil barang atau jasa yang dipasarkan sehingga tidak dapat mempengaruhi harga pasar, penjual dan pembeli sebagai price taker, produk yang dipasarkan bersifat homogen serta penjual dan pembeli bebas keluar masuk pasar maka dapat dikatakan pasar tersebut adalah termasuk pasar bersaing sempurna. Struktur pasar persaingan tidak sempurna dapat dibedakan dari sisi pembeli dan sisi penjual. Dari sisi pembeli pasar persaingan tidak sempurna yaitu pasar monopsoni, pasar oligopsoni dan lainnya. Sementara dilihat dari sisi penjual pasar persaingan tidak sempurna dibedakan atas pasar monopoli, pasar oligopoli, pasar duopoli, pasar persaingan monopolistik dan lain-lain. Sedangkan beberapa hal yang berjalan beriringan dengan struktur pasar adalah perilaku pasar. Kedua aspek ini akan membantu pelaku bisnis dalam mengelola perusahaan yang dimilikinya karena kombinasi faktor-faktor ini akan membentuk keragaman pasar dengan berbagai indikatornya. Perilaku Pasar Perilaku pasar menunjukkan strategi yang digunakan oleh seluruh pelaku yang terlibat dalam pasar untuk menghadapi pesaing. Struktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan keragaman pasar yang dapat diukur melalui peubah harga, biaya, marjin tataniaga dan jumlah komoditi yang akan dipasarkan, sehingga akan memberikan penilaian baik/tidaknya suatu sistem tataniaga. Dahl dan Hammond (1977) menjelaskan bahwa perilaku pasar menunjukkan pola tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran yang menyesuaikan

26 14 dengan struktur pasar dimana lembaga tersebut beroperasi. Perilaku dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga tersebut. Berdasarkan pendapat pakar di atas maka perilaku pasar dapat diketahui dengan cara mengobservasi kegiatan pembelian dan penjualan lembaga-lembaga pemasaran, sistem penentuan dan pembayaran serta kerjasama diantara berbagai lembaga pemasaran. Keragaan Pasar Keragaan pasar menurut Dahl dan Hammond (1977) 19 adalah nilai akhir yang diperoleh sebagai akibat dari penyesuaian pasar yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Keragaan pasar timbul akibat adanya perilaku pasar dan tindakan yang tercermin dalam aktivitas pemasaran melalui beberapa variabel ekonomi, mulai dari biaya, harga, dan kapasitas output. Studi Relevan Kedudukan pupuk yang sangat penting dalam dunia pertanian mendorong pemerintah untuk mengatur tataniaga pupuk. Hal ini karena pupuk merupakan komponen utama dalam menunjang keberhasilan pertanian yang basis pemasarannya adalah masyarakat petani sehingga pemerintah memberi wewenang dengan menunjuk produsen pupuk dalam hal ini adalah PT. Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) untuk mengatur sistem distribisi dan pemasaran pupuk di Indonesia sesuai dengan wilayah tanggung jawabnya. Kenaikan harga pupuk yang cukup memberatkan petani juga dikarenakan pemerintah tidak mampu mengontrol sistem distribusi pupuk. Ketidaklancaran sistem distribusi merupakan salah satu faktor penyebab kelangkaan pupuk sehingga petani sulit memperolehnya. Maka menurut Heriyanto (2006) perlu dikaji efisiensi tataniaga pupuk PT. PUSRI setelah adanya kebijakan bersubsidi. Tujuan penelitian Heriyanto adalah menganalisis sitem tataniaga pupuk Urea bersubsidi ditinjau dari saluran dan fungsi tataniaga, menganalisis struktur, perulaku dan ketagaan pasar pupuk Urea bersubsidi, menganalisis marjin dan penyebarannya di antara lembaga tataniaga, serta menganilisis efisiensi tataniaga dan keterpaduan pasar pupuk Urea bersubsidi di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Berdasarkan hasil analisis marjin tataniaga penelitian Heriyanto (2006) menunjukkan bahwa penyaturan pupuk Urea bersubsidi di Kabupaten Ogan Komering Ilir belum efisien. Hal ini karena biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan masing-masing distributor sangat tinggi terutama biaya transportasi. Tingginya biaya transportasi karen apada lini III (Kabupaten) tidak terdapat gudang sehingga harga pupuk Urea yang diterima petani menjadi lebih tinggi. Dilihat dari uji keterpaduan pasar, diketahui bahwa pasar pupuk Urea antara tingkat produsen, distributor, dan pengecer tidak terpadu baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil tersebut juga didukung oleh hasil uji hipotesis pada koefisien b 3 yang menunjukkan bahwa t hitung < t tabel sehingga scara statistic hipotesis nol terima, artinya kedua pasar tersegmentasi. Tidak terpadunya kedua pasar karena harga di tingkat produsen tidak mempengaruhi harga di 19 Dahl DC, Hammond JW Market and Price Analysis The Agricultural Industries. Mc Graw-Hill Book Company. New York.

27 15 tingkat distributor dan pengecer. Dengan demikian bahwa sistem tataniaga pupuk Urea bersubsidi beloum efisien karena harga di tingkat produsen tidak ditransmisikan secara sempurna ke tingkat distributor dan pengecer. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan aspek pemasaran selalu berada diantara produksi dan konsumsi. Dalam kegiatan pemasaran itu sangat luas, bukan sekedar menjual barang, tetapi juga mencakup segala aktivitas yang berhub ungan dengan arus barang dan jasa dari produsen ke tangan konsmen akhir. Karena itu aspek pemasaran perlu mendapatkan perhatian yang sangat serius sehingga dapat tercupta suatu system pemasaran yang sehat dan dapat memberikan keuntungan kepada semua pihak yang menyediakan jasa dalam kegiatan tataniaga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pemasaran yang diterapkan dan perkembangan pemasaran pupuk yang dilaksanakan oleh perusahaan. Metode penelitan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan penelitian lapang dan penelitian pustaka sehingga teori-teori yang mendukung penelitian ini dapat digunakan dalam penelitian lapang serta memakai metode analisis deskriptif dan analisis trend. Di dalam penelitian yang dilaksanakan didapatkan data bahwa selama ini sistem pemasaran pupuk yang digunakan oleh perusahaan ini adalah melalui dua perantara yaitu melalui distributor dan pengecer (dari distributor ke pengecer dan dari pengecer ke konsumen atau petani). Pemasaran pupuk oleh PT. PUSRI PPD Sulawesi Selatan sebagai distributor menggunakan 6 (enam) pola sistem pemasaran yang dimaksudkan sebagai upaya menguasai pasar, khususnya dai segi kecepatan waktu barang dari produsen ke knsumen guna mencptakan siklus produk dan nilai uang dipasaran. Sistem enam pola pemasaran dapat meningkatkan volume penjualan sebesar ton per tahun. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi 95 persen penduduk Indonesia dengan tingkat konsumsi 139 kilogram per kapita per tahun. Tujuan dari penelitian Priambudi (2013) adalah menganalisis sistem tataniaga beras yang meliputi saluran tataniaga, lembaga tataniaga, fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar. Selain itu, penelitian ini menganalisis efisiensi tataniaga beras di setiap jenis saluran tataniaga. Priambudi menuturkan bahwa saluran tataniaga beras di kabupaten Banyuwangi terdiri dari 12 saluran dan ada enam jenis lembaga tataniaga (Kelompok Tani, Penebas, Penggilingan, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer dan Sub Divisi Regional Bulog). Total hasil panen padi Musim Tanam I 2012 sebanyak kilogram GKP atau setara kilogram beras. Analisis efsiensi tataniaga membuktikan bahwa pada saluran VII mendistribusikan ,50 kilogram beras. Biaya tataniaga tertinggi yaitu rupiah per kilogram pada Saluran XII. Nilai marjin tataniaga terbesar juga pada Saluran XII yaitu sebesar rupiah per kilogram. Saluran III memiliki nilai farmer s share 79 persen. Nilai farmer s share yang lebih tinggi pada suatu saluran dibandingkan dengan saluran tataniaga lainnya menunjukkan saluran tersebut efisien secara operasional. Kegiatan pemasaran itu sangat luas, bukan sekedar menjual barang, tetapi juga mencakup segala aktivitas yang berhubungan dengan arus barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen akhir. Penelitian Yunus (2011) memiliki tujuan untuk mengetahui sistem pemasaran yang diterapkan dan perkembngan pemasaran pupuk yang dilaksanakan oleh perusahaan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian Yunus dalam penelitian untuk melihat sistem

28 16 pemasaran yang diterapkan terhadap peningkatan penjualan pada PT. Pupuk Sriwijaya PPD Sulawesi Selatan yaitu Analisis Deskriptif dan Analisis Trend. Selama ini sistem pemasaran pupuk yang digunakan oleh perusahaan ini adalah melalui dua perantara yaitu melalui distributor dan pengecer (dari distributor ke pengecer dan dari pengecer ke konsumen atau petani). Pemasaran pupuk oleh PT. Pupuk Sriwijaya (PUSRI) PPD Sulawesi Selatan sebagai distributor menggunakan enam pola sistem pemasaran yang dimaksudkan sebagai upaya menguasai nilai uang dipasaran. Sistem enam pola sistem pemasaran dapat meningkatkan volume penjualan sebesar ton per tahun. Kerangka Berpikir Kontribusi Lembaga Tataniaga dengan Efisiensi Tataniaga Lembaga tataniaga merupakan salah satu bagian dari sistem tataniaga yang mempunyai nilai yang sangat berharga karena lembaga tataniaga membahas segala stakeholders yang terlibat dalam suatu tataniaga dan erat kaitannya dengan efisiensi tataniaga yaitu penyaluran produk hingga ke konsumen akhir sesuai dengan keinginan dari konsumen. Semakin baik kontribusi lembaga tataniaga maka akan memudahkan proses tataniaga sebaliknya apabila kontribusi yang diberikan lembaga-lembaga tataniaga hanya sedikit maka akan menghambat suatu proses tataniaga yang akan memberikan dampak kepada efisiensi tataniaga. Lembaga tataniaga meliputi produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa. Kontribusi Saluran Tataniaga dengan Efisiensi Tataniaga Dengan mengetahui saluran tataniaga suatu komoditas maka dapat diketahui jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur dapat ditempuh, serta dapat mempermudah mencari besarnya marjin yang diterima setiap lembaga yang terlibat. Semakin panjang saluran tataniaga maka efisiensi tataniaga suatu komoditas juga akan semakin tidak efisien sebaliknya semakin sedikit pendek saluran tataniaga yang dilalui menunjukkan semakin efisien saluran tataniaga yang dilalui suatu produk. Kontribusi Fungsi Tataniaga dengan Efisiensi Tataniaga Kegiatan fungsional tataniaga akan memperlancar proses penyaluran barang atau jasa secara efektif dan efisien dari produsen ke konsumen karena kegiatan ini berfungsi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga suatu komoditas akan mengefisienkan suatu proses tataniaga. Hubungan Struktur Pasar dengan Efisiensi Tataniaga Struktur pasar akan menunjukkan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri. Identifikasi struktur pasar yang tepat akan membantu suatu perusahaan atau industri melakukan proses pengambilan keputusan yang menghasilkan efisiensi tataniaga yang berkesinambungan. Hubungan Perilaku Pasar dengan Efisiensi Tataniaga

29 17 Strategi dalam pemilihan yang ditempuh baik oleh penjual maupun pembeli untuk mencapai tujuan masing-masing akan mempengaruhi perilaku pasar. Strategi yang digunakan oleh seluruh pelaku yang terlibat dalam pasar untuk menghadapi pesaing melalui peubah harga, biaya, marjin tataniaga dan jumlah komoditi yang akan dipasarkan akan memberikan penilaian baik/tidaknya suatu sistem tataniaga. Hubungan Saluran, Lembaga, Fungsi Tataniaga serta Struktur dan Perilaku Pasar dengan Efisiensi Tataniaga Semakin pendek saluran tataniaga, semakin baik kontribusi lembaga tataniaga, semakin baik identifikasi dari struktur pasar, dan semakin baik keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan akan semakin baik pula fungsi dan perilaku pasar yang berarti akan semakin baik pula efisiensi dalam tataniaga. Hipotesa Berdasarkan kerangka pemikiran yang menjadi panduan penelitian, maka penelitian yang berjudul Analisis Tataniaga Pupuk Organik Perusahaan UD. AMA ini diajukan hipotesa dengan pernyataan berikut : 1. Sistem tataniaga pupuk organik di UD. AMA memiliki beberapa saluran dan lembaga tataniaga yang menjalankan beberapa fungsi tataniaga. 2. Efisiensi tataniaga di UD. AMA Kabupaten Solok, yang diukur dengan pendekatan market s share, biaya tataniaga, marjin tataniaga, firm s share dan rasio keuntungan per biaya, setiap saluran tataniaga memiliki tingkat efisiensi yang berbeda-beda. 3. Strukur pasar pupuk organik di UD. AMA memilik perilaku pasar yang berbeda-beda yang diduga mempengaruhi efisiensi tataniaga. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis sistem tataniaga pupuk organik. Pada penelitian ini analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis saluran dan lembaga tataniaga, fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar dari petani produsen hingga pedagang pengecer. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui efisiensi tatataniaga melalui efisiensi operasional. Indikator efisiensi operasional yang digunakan sebagai alat analisis adalah marjin tataniaga, firm s share dan rasio biaya terhadap keuntungan. Melalui analisis sistem tataniaga pupuk organik akan diketahui sejauh mana tingkat efisiensi yang telah dilakukan oleh saluran-saluran tataniga di UD. AMA. Sehingga masalah dari saluran yang tidak efisien dapat ditemukan dan diperoleh upaya-upaya dalam memperbaiki sistem tersebut. Hasil penelitian ini akan diinformasikan kepada lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga pupuk organik dan pihak-pihak terkait UD. AMA dan sekitarnya. Uraian lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.

30 18 Peningkatkan kebutuhan pupuk organik di Sumatera Barat Perbedaan harga pupuk organik yang cukup besar antara tingkat produsen dan konsumen di Solok Analisis tataniaga pupuk organik di UD. AMA 1. Analisis saluran dan lembaga tataniaga 2. Analisis fungsi tataniaga 3. Analisis struktur dan perilaku pasar 1. Analisis marjin tataniaga 2. Analisis firm s share 3. Analisis rasio keuntungan terhadap biaya Efisiensi tataniaga pupuk organik Rekomendasi sistem tataniaga pupuk organik UD. AMA yang lebih efisien Gambar 2. Kerangka pemikiran opersional tataniaga pupuk organik METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di UD. AMA Kecamatan Aripan, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Maret 2014 April Alasan yang melatarbelakangi pemilihan lokasi penelitian yaitu karena UD. AMA adalah perusahaaan penghasil pupuk organik terbesar dan terbaik di Sumatera Barat. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data yang bersifat sekunder diperoleh melalui laporan tahunan tertulis lembaga atau institusi yang terkait dalam penelitian ini, seperti Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Informasi IPB, Laporan Tahunan Dinas Pertanian

31 19 Sumatera Barat, Badan Pusat Statistik, serta laporan-laporan lainnya yang berkaitan dengan penelitian di tahun Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan perusahaan prdusen dan lembaga pemasaran yang ada (produsen, distributor, pengecer. kelompok tani, penyalur dan konsumen dalam hal ini petani) dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya yang terjadi pada tahun Wawancara dilakukan dengan mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan (kuisioner) yang akan diajukan. Teknisnya, peneliti mengajukan pertanyaan dengan panduan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan data-data yang diperlukan dalam penelitian, antara lain: 1. Data untuk menganalisis lembaga dan saluran tataniaga a. Karakteristik perusahaan produsen, distributor maupun pengecer dan penyalur pupuk organik dengan indikator umur, pendidikan terakhir dan pengalaman usaha. b. Gambaran usahatani yang meliputi kepemilikan luas lahan, hasil panen, teknik budidaya dan peralatan yang digunakan. c. Cara transaksi penjualan peusahaan produsen dan pedagang pupuk organik. d. Cara transaksi pembelian pedagang pupuk organik. e. Fungsi yang dilakukan lembaga tataniaga. f. Peguasaan lembaga terhadap produk tataniaga. g. Bentuk usaha lembaga tataniaga. 2. Data untuk menganalisis fungsi tataniaga Fungsi Pertukaran a. Volume penjualan perusahaan produsen dan pedagang pupuk organik.. b. Volume pembelian pedagang pupuk organik. c. Tempat penjualan perusahaan produsen dan pedagang pupuk organik. d. Tempat pembelian pedagang pupuk organik. e. Jenis produk yang diinginkan lembaga. f. Kualitas produk yang diinginkan lembaga. Fungsi Fisik a. Jumlah produk yang disimpan. b. Lokasi Penyimpanan. c. Lama Penyimpanan. d. Biaya Penyimpanan. e. Biaya Transportasi. f. Biaya Pengolahan. Fungsi Fasilitas a. Biaya Usahatani. b. Risiko yang ditanggung perusahaan produsen dan pedagang pupuk organik. c. Sumber informasi pasar perusahaan produsen dan pedagang pupuk organik. d. Standarisasi dan grading produk. e. Lembaga pembiayaan dan lembaga asuransi. 3. Data untuk menganalisis struktur pasar a. Jumlah pelaku yang terlibat. b. Keragaman produk.

32 20 c. Hambatan keluar masuk pasar. 4. Data untuk menganalisis fungsi tataniaga a. Sistem penentuan harga jual dan beli. b. Cara pembayaran transaksi jual-beli. c. Sistem kontrak kerjasama. 5. Data untuk menganalisis margin pemasaran, firm s share dan R/C Rasio a. Harga jual tiap lembaga. b. Harga beli tiap lembaga. c. Biaya tataniaga tiap lembaga. d. Keuntungan tiap lembaga. 6. Data untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian a. Letak geografis. b. Sarana dan prasarana. c. Kelembagaan pertanian. d. Keadaan sosial masyarakat. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan (observasi) dan wawancara terhadap responden petani dengan menggunakan panduan kuisioner. Pemilihan lokasi penelitian dan responden ditentukan secara sengaja (purposive sampling), baik pemilihan perusahaan maupun responden yang diambil. Pengambilan contoh pedagang responden ditentukan dengan cara mencari info alur tataniaga pupuk organik dari petani dan mengikuti sampai ke konsumen akhir di lokasi penelitian. Teknis pengambilan contoh ini dianggap lebih sesuai digunakan untuk menelusuri saluran tataniaga, karena informasi lanjutan yang didapatkan lebih beragam. Responden pedagang terdiri dari (1) Perusahaan Produsen, (2) Kelompok Tani, (3) Distributor dan (4) Pengecer. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini mengunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap keadaan sistem tataniaga yang meliputi analisis fungsi tataniaga, lembaga tataniaga, saluran tataniaga, perilaku pasar dan struktur pasar. Analisis kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis marjin tataniaga, firm s share, rasio keuntungan dan biaya serta analisis efisiensi tataniaga. Data yang telah diperoleh dari lapangan kemudian dianalisis. Sebelum data dianalisis, langkah awal yang dilakukan yakni mengolahnya terlebih dahulu dengan melakukan pentabulasian data mentah. Data tersebut kemudian dikelompokan sesuai indikator-indikator yang akan dijadikan ukuran penelitian. Data kuantitatif yang terkumpul diolah dengan menggunakan alat hitung kalkulator dan bantuan komputer.

33 21 Tabel 3. Teknik pengumpulan data Variabel Indikator No. Jumlah Satuan Teknik Analisis Saluran Tataniaga Alur Pemasaran IV (1-2) 5 Unit Deskriptif Lembaga Tataniaga Stakeholder yang terlibat II (6); IV (1-9) 5 Unit Deskriptif Fungsi Tataniaga Efisiensi Tataniaga Kegiatan Fungsional II (6); III (1); IV (3-9) Firm s share IV (1-2) 2 Persentase 5 Unit Deskriptif Rumus Persentasi Perbandingan Harga Marjin Tataniaga III (3); IV (1-2) 3 Rupiah Rumus Marjin Rasio Keuntungan dan Biaya III (3); IV (1-2) 2 Perbandingan Rumus Rasio Struktur Pasar Jumlah Produsen Masalah dalam memasuki pasar II (6); IV (1-2, 10-13) IV (10-12) 2 Unit Tabulasi 3 Unit Tabulasi Perilaku Pasar Opsi sumber informasi harga dan informasi pasar Opsi transaksi penjualan dan/atau pembelian Opsi dalam penetuan harga Opsi sistem pembayaran yang digunakan Jumlah kerjasama yg dilakukan antar lembaga tataniaga IV (8) 1 Unit Tabulasi III (3); IV (1-2) 2 Unit Deskriptif IV (3-4) 2 Unit Deskriptif IV (3-7) 5 Unit Deskriptif IV (1-2) 2 Unit Deskriptif Analisis variabel saluran tataniaga dilakukan dengan teknik deskriptif dan alat indikator yang diterjemahkan dalam beberapa pertanyaan kuisioner. Begitu pula dengan variabel lembaga tataniaga dan fungsi tataniaga yang dijelaskan dengan indikator masing-masing yaitu jumlah stakeholder yang terlibat dan fungsinya tersebut berupa satuan unit. Analisis variabel efisiensi dijelaskan indikator firm s share, marjin tataniaga dan rasio keuntungan dan biaya. Indikator firm s share dijelaskan dalam satuan persentase dan dilakukan dengan rumus persentasi perbandingan harga. Indikator marjin tataniaga dan rasio keuntungan dan biaya dilakukan teknik masing-masing berupa rumus marjin dan rumus rasio

34 22 dengan hasil dalam bentuk rupiah dan hasil perbandingan. Variabel struktur pasar dan perilaku pasar dijelaskan dengan indikator jumlah produsen, strategi pasar dan melihat peubah harga, biaya, marjin tataniaga dan jumlah komoditi. Analisis Data Analisis Saluran, Lembaga dan Fungsi Tataniaga Saluran tataniaga pupuk organik di UD. AMA dianalisis dengan mengamati tiap komponen didalamnya yaitu lembaga tataniaga yang membentuk saluran tataniaga tersebut. Lembaga-lembaga tataniaga tersebut berfungsi sebagai perantara dalam penyampaian barang dari produsen ke konsumen akhir sehingga arus barang yang dilalui lembaga-lembaga tersebut menjadi perantara yang membentuk saluran tataniaga. Penyaluran tersebut berdampak pada pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat dan dilalui oleh suatu jenis barang tersebut sehingga suatu saluran tataniaga yang berbeda akan memberikan nilai dan manfaat yang berbeda pula kepada masing-masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut. Menurut Kohls dan Uhl (2002) 20 fungsi pemasaran merupakan kegiatan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa dari titik produsen ke titik konsumen. Fungsi pemasaran dikelompokkan menjadi tiga fungsi utama yaitu: 1) Fungsi Pertukaran, merupakan kegiatan untuk memperlancar perpindahan hak milik dari barang atau jasa yang dipasarkan dari penjual kepada pembeli, meliputi fungsi penjualan dan fungsi pembelian. 2) Fungsi Fisik, adalah semua tindakan yang berhubungan langsung dengan barang atau jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, waktu, dan bentuk, terdiri dari fungsi pengangkutan, fungsi pengolahan, fungsi pengemasan dan fungsi penyimpanan. 3) Fungsi Fasilitas, merupakan semua tindakan yang memperlancar kegiatan pertukaran antara produsen dan konsumen, meliputi fungi permodalan, fungsi penanggungan risiko, fungsi standardisasi dan fungsi informasi pasar. Analisis Perilaku Pasar dan Struktur Pasar Struktur pasar dibedakan atas pasar persaingan sempurna dan tidak sempurna. Pernahaman mengenai struktur pasar dapat dilakukan dengan pendekatan jumlah pelaku tataniaga, sifat produk barang/jasa, sumber informasi yang digunakan dan hambatan untuk memasuki pasar. Perilaku pasar dapat dipahami dengan mengetahui cara penentuan harga produk tataniaga serta parktek fungsi tataniaga lain. Karakter dari pelaku tataniaga pupuk organik dapat dianalisa dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, serta kerjasama diantara lembaga tataniaga. Analisis Firm s share Firm s share adalah salah satu indikator yang sering dinyatakan dalam persentase dengan membandingkan harga yang diterima lembaga tataniaga 20 Kohls RL, Uhl JN Marketing of Agricultural Products. MacMillian Publishing Company. New York

35 23 dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Firm s share mempunyai hubungan negatif dengan marjin tataniaga sehingga nilai firm s share berbanding terbalik dengan nilai marjin tataniaga. Semakin tinggi nilai marjin tataniaga menunjukkan semakin kecil bagian yang diterima petani dalam melaksanakan suatu aktivitas tataniaga. Secara matematis firm s share dapat dirumuskan sebagai berikut: FS Dimana : Hj He = Hj / He x 100 persen = Harga jual di tingkat petani (Rp per kg). = Harga eceran di tingkat konsumen (Rp per kg). Analisis Marjin Tataniaga Analisis Marjin tataniaga hanya berhubungan dengan perbedaan harga dan tidak membuat pernyataan tentang jumlah produk. Analisisi marjin tataniaga digunakan untuk melihat tingkat efisiensi jalur tataniaga pupuk. Marjin tataniaga dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dan harga pembelian pada setiap tingkatan lembaga yang terlibat dalam distribusi pupuk organi. Besarnya marjin tataniaga pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya tataniaga dan keuntungan yang diperoleh setiap lembaga tataniaga yang terlibat dalam jalur distribusi tersebut. Secara matematik marjin tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut (Limbong dan Sitorus, 1985): 21 Mi = Psi Pbi (1) Mi = Ci + Li (2) Dari perasamaan (1) dan (2) diperoleh Li = Psi (Pbi Ci) (3) Dimana: Mi = Marjin tataniaga pada lembaga tataniaga ke-i (Rp. per kg). Psi = Harga jual lembaga tataniaga ke-i (Rp. per kg) Pbi = Harga beli lembaga tataniaga ke-i (Rp. per kg) Ci = Biaya tataniaga pada lembaga tataniaga ke-i (Rp. per kg) Li = Keuntungan lembaga tataniaga ke-i (Rp. per kg) Penyebaran marjin tataniaga pupuk organik dapat pula dilihat dengan melihat pada persentase manfaat/keuntungan yang didapat terhadap biaya tataniaga pada masing-masing lembaga tataniaga. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Rasio keuntungan dan biaya (analisis R/C Rasio adalah persentase keuntungan pemasaran terhadap biaya pemasaran untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran tersebut. Semakin besar penyebaran rasio maka sistem tataniaga yang dipakai akan semakin efisien pula. Penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio keuntungan/biaya (persen) = Li/Ci x 100 persen 21 Limbong WH, Sitorus P Handout Bahan Kuliah Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

36 24 Dimana: Ci Li = Biaya tataniaga pada lembaga tataniaga ke-i (Rp. per kg) = Keuntungan lembaga tataniaga ke-i (Rp. per kg) KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Solok Secara geografis letak Kabupaten Solok berada antara 00 o dan 01 o Lintang Selatan dan 100 o Bujur Timur. Topografi wilayahnya sangat bevariasi antara dataran, lembah dan berbukit-bukit, dengan ketinggian antara 329 meter 1458 meter di atas permukaan laut. Ditinjau dari komposisi pemanfaatan lahan, pada tahun 2010 sebagian besar (36,88 persen) wilayah Kabupaten Solok masih berstatus hutan negara dan persen berstatus hutan rakyat. Sedangkan yang diolah rakyat untuk ladang/kebun persen, dan yang dikelola oleh perusahaan perkebunan 2.18 persen. Pemanfaatan lahan untuk sawah lebih kurang 6.30 persen dan merupakan areal sawah terbesar di Sumatera Barat. Penduduk Kabupaten Solok pada Tahun 2010 berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 berjumlah jiwa. Komposisinya terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin Angka ini berarti setiap 100 pendduk perempuan di Kabupaten Solok terdapat 97 penduduk laki-laki atau dengan kata lain jumlah penduduk perempuan lebbih banyak daripada laki-laki. Terjadi penurunan kepadatan dari jiwa perkilometer persegi pada tahun 2009 menjadi jiwa perkilometer persegi pada tahun Penurunan kepadatan penduduk merupakan dampak langsung dari menurunnya jumlah penduduk dibandingkan tahun sebelumnya. Kabupaten Solok disamping punya banyak sungai juga memiliki banyak danau yang terkenal dengan pesona keindahan alamnya. Diantara danau-danau tersebut, yang terluas adalah Danau Singkarak, diikuti oleh Danau Kembar (Danau Diatas dan Danau Dibawah), serta Danau Talang. Disamping itu Kabupaten Solok juga memiliki satu gunung berapi, yaitu Gunung Talang. Dilihat dari letaknya, posisi Kaupaten Solok sangat strategis karena disamping dilewati jalur Jalan Lintas Sumatera, daerahnya juga berbatasan langsung dengan Kota Padang selaku Ibukota Provinsi Sumatera Barat. Dilihat dari ketesediaan saran pendidikan, sampai akhir tahun 2010 di Kabupaten Solok terdapat 245 sekolah setingkat SD, 97 sekolah setingkat SLTP dan 41 sekolah setingkat SLTA baik yang berada dibawah naungan Dinas Pendidikan maupun Departemen Agama. Dari sisi jumlah murid Kabupaten Solok, untuk tingkat SD terdapat orang, tingkat SLTP sebanyak orang dan tingkat SLTA sebanyak orang. Jumlah siswa yang lulus Ujian Nasional mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Untuk tingkat SD jumlah lulusan Ujian Nasional sebanyak orang, tingkat SLTP sebanyak orang dan tingkat SLTA sebanyak orang. Kabupaten Solok merupakan sentra produksi padi di Sumatera Barat dan hasil padinya sering disebut dengan sebutan beras solok. Hal ini memacu keharusan dalam inovasi dan peningkatan produktivitas lahan. Ancaman mutasi lahan juga mendera lahan sawah di daerah ini di masa yang akan datang. Produksi

37 25 padi pada tahun 2010 meningkat dari ton tahun 2009 menjadi ton, yaitu peningkatan sebesar 4.86 persen. Begitu juga dengan peningkatan jumlah penduduk yang besar akan meningkatkan kebutuhan akan pangan terutama beras dari waktu ke waktu. Tanaman palawija juga mengalami peningkatan produksi dari ton tahun 2009 menjadi ton tahun 2010, yaitu pada komoditi jagung, kacang tanah dan kacang hijau serta hampir semua komoditi palawija naik pada tahun Keadaan Umum UD. AMA UD. AMA merupakan salah satu perusahaan produksi pupuk organik terbesar di Provinsi Sumatera Barat. UD. AMA terletak di Jl. Aripan Solok, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok. Daerah ini merupakan daerah dataran tinggi yang didominasi dengan udara yang sejuk dan lembab. Penentuan tempat produksi serta perusahaan didasarkan pada adanya iklim di lokasi yang lembab sehingga pupuk dapat difermentasi dengan baik serta makhluk dekomposer (pengurai) yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas pupuk. UD. AMA merupakan salah satu tempat pembuatan pupuk organik terbesar dan terbaik di Sumatera Barat. Pemakaian pupuk yang dihasilkan ini akan sangat berkhasiat dalam mengembalikan unsur hara yang ada dalam tanah. Selain itu pemakaian pupuk organik ini telah diuji di Balai Sertifikasi Sumatera Barat bahwa dapat mereduksi bahkan menghilangkan pemakaian pupuk anorganik dari satu musim tanam ke musim tanam berikutnya hanya dalam 4 kali musim tanam. Meskipun belum digunakan sampai keluar provinsi pupuk yang mulai diproduksi tahun 2012 ini sudah menyebar di seluruh kota di Sumatera Barat. Prospek yang tinggi terhadap produk organik dari sisi permintaan serta kebijakan pemerintah memaksa perusahaan ini untuk berkembang sebagai penyuplai pupuk organik di Sumatera Barat serta Indonesia dengan tetap mempertahankan kualitas dari pupuk yang diproduksi. Perusahaan ini memiliki motto berupa, Kembali ke Masa Lalu dengan Teknologi Masa Depan. Perusahaan ini digagas oleh dua orang yaitu Bapak H. Syukri dan Bapak Ucok. Mereka berteman memiliki pengetahuan yang luas mengenai pertanian termasuk pupuk yang sangat lekat hubungannya dengan bahan hulu agribisnis berupa pupuk. Bapak Ucok merupakan seseorang yang pernah menjadi wartawan dan mendapatkan pengetahuan saat menjadi wartawan di luar negeri mengenai cara mengelola dan cara membuat pupuk, sedangkan Bapak H. Syukri adalah lulusan SD yang suka melakukan rekayasa genetika berupa bibit dan melakukan pembuatan pupuk yang karyanya telah membumi dan menghasilkan beberapa jenis bibit yang telah disertifikasi secara nasional serta hasil pupuk lengkap yang diciptakannya sangat laku dipasaran lokal. Lalu, keduanya melakukan percobaan untuk membuat pupuk organik yang sekarang sudah lebih dikenal dengan pupuk organik UD. AMA. Kompos organik UD. AMA terdiri dari bahan-bahan alami seperti berbagai limbah ternak, abu, sekam, tetonia, dolomit, bekatul dan beberapa campuran biang. Pencampuran berbagai bahan diatas menghasilkan beberapa zat N sebesar 2.36 persen, P sebesar 1.16 persen, K sebesar 0.74 persen, C sebesar 6.59 persen dan C/N sebesar 2.79 persen. Bahan-bahan yang padat inilah yang memberikan

38 26 pengaruh besar terhadap kesuburan tanaman dan mengembalikan unsur hara yang cepat ke tanah. Pemilik dari perusahaan ini merupakan manajer keuangan sekaligus manajer pemasaran dan produksi bernama Bapak Effendi Sira, sehingga dalam pengolahan bahan baku mamakai tenaga kerja sistem upah dan dalam sekali kerja per bak biasanya memakai 10 orang pekerja yang diambil dari warga sekitar di perusahaan. Beliau bertempat tinggal di Kampung Saniangbakar, Kabupaten Solok. Manajemen yang diterapkan dalam perusahaan ini masih tergantung permintaan konsumen. Apabila permintaan di tingkat konsumen tinggi maka perusahaan akan menaikkan produksi dari perusahaan. Perusahaan juga memiliki gudang yang berfungsi sebagai pesediaan stok untuk memenuhi permintaan jika suatu waktu perusahaan mendapatkan permintaan yang besar terhadap pupuk organik. Manajemen keuangan juga telah memiliki banyak kelebihan dari arus kas yang jelas serta neraca laba rugi dan laporan keuangan yang selalu tercatat setiap pengeluaran dan pemasukan perusahaan. Pupuk organik UD AMA secara tidak langsung pernah mendapat tanggapan positif dari salah satu pabrik pupuk terbesar di Indonesia yaitu PT. Petrokimia Gresik untuk dijadikan salah satu produk perusahaan besar tersebut. Akan tetapi, demi menjaga kualitas yang dimiliki dan menjaga manfaat besar dibalik pupuk yang dihasilkan maka UD AMA menolak tawaran tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan akan melakukan pemadatan dalam bentuk granule sehingga kualitas yang akan berkurang. UD AMA juga sedang melakukan penelitan untuk produksi pupuk dalam bentuk cair. Karakteristik Lembaga Tataniaga Lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga pupuk organik UD. AMA didapatkan dengan metode purposive sampling dengan mengikuti alur tataniaga pupuk organik yang terdapat di Sumatera Barat hingga sampai kepada konsumen. Ada 24 lembaga tataniaga yang menjadi responden yang terlibat di penelitian ini dan terdiri dari 5 kelompok tani, 5 distributor dan 14 pengecer pupuk organik. Responden kelompok tani ditentukan dari informasi yang didapat dari distributor pupuk tani dan perusahaan. Responden distributor pupuk ditentukan dari informasi yang didapat dari perusahaan, sedangkan responden pengecer didapatkan dari perusahaan sebanyak 15 pengecer dan 1 pengecer dari distributor pupuk. Tabel 6 menunjukkan bahwa responden lembaga tataniaga terdiri dari jenis lembaga yang berbeda. Responden dalam penelitian ini bisa diketahui karakteristiknya dari variabel lama usaha, pengalaman usaha dan usia pelaku lembaga tataniaga. Pada tabel berikut akan dijelaskan secara tabulasi responden lembaga tataniaga yang terlibat dalam penelitian ini. Lembaga distributor menyalurkan produk langsung kepada konsumen akhir dan juga kepada kelompok tani. Penyaluran ini didasarkan karena distributor memiliki lokasi yang dekat dengan konsumen akhir yaitu petani-petani kecil disekitar distributor. Distributor yang melakukan penyaluran kepada kelompok tani adalah CV. Muaro Bangunan kepada kelompok tani Karya Maju dan Pak Ucok kepada kelompok tani Simpang Limo.Kelompok tani sebagai penerima produk dari distributor akan melakukan penjualan langsung juga kepada konsumen akhir yaitu petani-petani kecil. Hal ini dilakukan oleh kelompok tani

39 27 agar lembaga kelompok tani mendapatkan keuntungan yaitu pengkolektifan biaya tansportasi sehingga lebih menghemat biaya para anggota kelompok tani. Selain itu, kelompok tani yang tidak membeli dari distributor mereka melakukan pembelian langsung kepada perusahaan. Pengecer adalah lembaga yang paling banyak terlibat dalam sistem tataniaga karena jumlahnya sebanyak 14 unit. Tabel 4. Responden pelaku lembaga tataniaga dan jenis lembaga tataniaga No Nama Jenis Lembaga Tataniaga Lembaga Pemasaran 1 CV. Usaha Tani Distributor di Kota Solok 2 CV. Mancayo Mtr Distributor di Talang 3 CV. Muaro Bangunan Distributor di Dhamas Raya 4 Pak Ucok Distributor di Batu Sangkar 5 CV. Karya Perdana Distributor di Talang 6 Citra Nusantara Mandiri Kelompok Tani di Ampang Kualo 7 Bendang Saiyo Kelompok Tani di Alahan Panjang 8 Buya Adi Kelompok Tani di Tanjung Balik 9 Karya Maju Kelompok Tani di Kampung Batu Dalam 10 Simpang Limo Kelompok Tani di Koto Lawah 11 Riko Pengecer di Sungai Nanam 12 Padli Pengecer di Saningbakar 13 Datuk Marah Pengecer di Cupak 14 Budi Pengecer di Padang Kalam 15 Buya Syafrizal Pengecer di Bukit Sileh 16 H. Mukhni Pengecer di Kota Solok 17 Hidup Bersama Pengecer di Singkarak 18 Era Karuik Pengecer di Alahan Panjang 19 Idham Afandi Pengecer di Kuncia 20 H. Guf Pengecer di Guguak 21 Am Pengecer di Tanjung Balik 22 Buya Pebri Pengecer di Bukit Kandung 23 Kincin Saiyo Pengecer di Kati Alo 24 Putra Usahatani Pengecer di Kota Solok Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Usia Pelaku Lembaga Tataniaga Pengalaman yang dimiliki pelaku lembaga tataniaga penting untuk diketahui karena berkaitan erat dengan usia yang dimiliki oleh pelaku lemaga tataniaga itu sendiri. Berdasarkan usia yang ada disini umumnya para pelaku memiliki usia lebih dari 20 tahun. Pelaku dengan usia terbesar adalah 50 tahun dan pelaku dengan usia terkecil adalah 25 tahun. Kelompok usia responden pelaku lembaga tataniaga yang paling dominan berada dalam rentang tahun yaitu sebesar 10 orang yaitu persen, sedangkan terdapat tujuh orang kelompok usia yang masuk kedalam rentang tahun yaitu persen dan terdapat delapan orang responden yang masuk kedalam rentang usia tahun yaitu persen. Bila dilihat dari hasil usia pelaku lembaga tataniaga yang ada dapat disimpulkan bahwa terjadi cukup pemerataan dalam kepemilikan lembaga

40 28 tataniaga. Hal ini terjadi karena tingkat wirausaha di Sumatera Barat cukup tinggi dengan budaya yang terjadi di Sumatera Barat menjadikan profesi pedagang sebagai profesi mayoritas masyarakat. Selain itu, pemerataan usia disebabkan oleh jumlah usia muda yang berprofesi sebagai pedagang. Berikut tabel usia pelaku lembaga tataniaga. Tabel 5. Sebaran pelaku lembaga tataniaga berdasarkan usia Kelompok Usia Jumlah (orang) Persentase (%) Total Sumber : Data primer diolah, 2014 Pendidikan Pelaku Lembaga Tataniaga Karakteristik lain yang menggambarkan pelaku lembaga tataniaga dalah pendidikan. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengambilan suatu keputusan dalam menjalankan suatu bisnis. Berdasarkan data yang didapat kebanyak para pelaku lembaga tataniaga biasanya hanya memiliki tingkat pendidikan sampai SMP yang terdiri dari 12 orang yaitu sebesar 50 persen dan sisanya 8 orang SD yaitu sebesar persen serta 4 orang SMA yaitu sebesar persen. Berikut tabel tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh pelaku lembaga tataniaga. Tabel 6. Sebaran pelaku lembaga tataniaga berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) SD SMP SMA Total Sumber : Data primer diolah, 2014 Lama Usaha Pelaku Lembaga Tataniaga Karakteristik lama usaha juga perlu diidentifikasi untuk melihat pengalaman yang dimiliki oleh para pelaku lembaga tataniaga. Pengalaman yang dimiliki oleh pelaku tentu akan mempengaruhi kemampuan para pelaku untuk dapat melihat harga pupuk organik yang sedang terjadi di pasar. Lama usaha yang terbesar adalah sebesar 20 tahun sedangkan untuk yang terkecil yaitu selama 2 tahun. Karakteristik lama usaha dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu diatas 11 tahun dan kurang dari 10 tahun. Terdapat 11 orang yang menjalankan lembaga tataniaganya diatas 11 tahun yaitu sebesar persen, dan terdapat 13 orang yang menjalankan lembaga tataniaganya dibawah 10 tahun yaitu sebesar persen. Disini terdapat tabel yang menggambarkan pemerataan pelaku lembaga tataniaga yang disebabkan unit usaha yang dilakukan sejak lama dan turun temurun. Tabel berikut akan menjelaskan sebaran lama usaha pada para pelaku lembaga tataniaganya masing-masing.

41 29 Tabel 7. Sebaran pelaku lembaga tataniaga berdasarkan lama usaha Pengalaman (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) , ,17 Total Sumber : Data primer diolah, 2014 HASIL DAN PEMBAHASAN Indentifikasi Lembaga, Saluran dan Fungsi Tataniaga Pupuk Organik Pengkajian terhadap lembaga tataniaga dan saluran tataniaga menjadi penting ketika ingin mendapatkan analisis tataniaga dari suatu komoditas yang ada yaitu memahami sistem penyaluran tataniaga yang terjadi antara produsen dan konsumen. Sistem tataniaga yang baik akan membuat perusahaan dalam meningkatkan pendapatannya karena harga sesuai dengan yang diharapkan serta kemudahan dalam menyalurkan hasil produknya. Lembaga-lembaga tataniaga yang melakukan fungsinya masing-masing dan membentuk rangkaian untuk menyalurkan produk dari produsen ke konsumen disebut dengan saluran tataniaga. Tingkat efisiensi juga dapat dilihat dari sebuah saluran tataniaga yang terjadi dalam suatu komoditas. Semakin pendek saluran tataniaga yang terbentuk dalam sistem maka sistem tataniaga tersebut akan semakin efisien. Fungsi-fungsi yang ada dalam saluran tataniaga menjadi hal yang sangat diperlukan untuk menntukan efisiensi tataniaga karena semakin banyak fungsi yang dilakukan salam sistem tataniaga maka akan semakin banyak pula yang kegiatan yang terjadi dalam sistem tersebut. Oleh karena itu, semakin sedikit fungsi yang terdapat dalam suatu saluran tataniaga akan semakin efisien pula sistem tataniaga penyaluran produk atau komoditas tersebut. Analisis Saluran Tataniaga Pupuk Organik Tataniaga pupuk organik UD AMA melibatkan beberapa lembaga tataniaga dan membentuk beberapa saluran tataniaga yang saling berhubungan. Saluran yang dimiliki suatu sistem tataniaga komoditas juga bergantung pada banyak lembaga yang terlibat. Saluran tataniaga yang terdapat pada sistem tataniaga pupuk organik UD AMA yang dimulai dari petani hingga konsumen akhir terdiri dari beberapa lembaga tataniaga seperti distributor, pengecer dan kelompok tani. Penelitian yang dilakukan memperlihatkan saluran yang dimiliki sistem tataniaga pupuk UD AMA terdapat lima saluran yang berbeda. Saluran yang ada diantara produsen itu sendiri dalam hal ini UD AMA sampai pada konsumen akhir yaitu : (1) Saluran Tataniaga I : Produsen Distributor Konsumen Akhir (2) Saluran Tataniaga II : Produsen Distributor Kelompok Tani Konsumen Akhir (3) Saluran Tataniaga III : Produsen Kelompok Tani Konsumen Akhir (4) Saluran Tataniaga IV : Produsen Pengecer Konsumen Akhir

42 30 (5) Saluran Tataniaga V : Produsen Konsumen Akhir Terdapat lima saluran tataniaga di dalam sistem tataniaga pupuk organik UD AMA. Mudahnya akses transportasi, jarak distribusi dan harga yang diberikan perusahaan maupun distributor dalam pembelian pupuk menjadi indikator pertimbangan para konsumen untuk membeli langsung kepada perusahaan. Distribusi yang dilakukan oleh perusahaan menjadi sangat mempengaruhi saluran yang terbentuk di dalam sistem tataniaga. UD. AMA 27.21% 17.55% 50.05% 5.19% Pengecer Distributor Kelompok Tani 3.2% 96.8% Konsumen Akhir Gambar 3. Saluran tataniaga pupuk organik UD AMA Pupuk organik UD AMA disalurkan ke tiga jenis lembaga tataniaga yang ada di Sumatera Barat yaitu distributor, pengecer dan kelompok tani. Selain tiga lembaga tataniaga yang menerima saluran pupuk organik terdapat pula konsumen akhir yang langsung membeli kepada perusahaan. Sebanyak kg pupuk telah didistribusikan perusahaan kepada tiga jenis lembaga tataniaga dan konsumen akhir tersebut. Saluran tataniaga pupuk organik yang didistribusikan telah diinterpretasikan dalam bentuk gambar dan dilihat pada Gambar 3. Proses pendistribusian suatu produk dari produsen ke konsumen akhir terlihat dari saluran yang terbentuk dalam sistem tataniaga. Volume pupuk organik yang didistribusikan akan terlihat dalam pembahasan dari masing-masing saluran. Perolehan data pupuk organik yang didistribusikan masih dalam jumlah karung yang dijual kepada masing-masing lembaga ditiap saluran sehingga diperlukan penyetaraan jumlah karung menjadi satuan kilogram pupuk organik. Total pupuk organik yang didistribusikan selama tahun 2013 menunjukkan angka kg pupuk organik. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa penjualan pupuk organik paling banyak dijual melalui distributor dibandingkan dengan lembaga lain. Selain dijual kepada distributor, perusahaan juga melakukan penjualan melalui beberapa kelompok tani dan pengecer. Berikut tabel yang menjelaskan jumlah penjualan pupuk organik UD AMA berdasarkan jenis pembeli. Tabel berikut menunjukkan penjualan pupuk organik yang tersebar dan mayoritas pembelian dilakukan langsung oleh konsumen akhir, sedangkan pengecer menjadi jumlah konsumen terbanyak berikutnya. Jumlah konsumen akhir yang membeli langsung ke perusahaan yaitu sebesar persen. Hal ini terjadi karena memang lokasi perusahaan yang dekat dengan pertanian rakyat.

43 31 Tabel 8. Jumlah pembeli pupuk organik UD AMA Penjualan Nama Lembaga Pembeli Total Perusahaan Kelompok Tani Distributor Pengecer Konsumen Akhir Jumlah Pembeli Persentase (%) Sumber : Data primer diolah, 2014 Perusahaan memiliki empat alternatif tujuan penjualan hasil produksinya. Volume pupuk organik yang didistribusikan oleh perusahaan dapat dilihat dari tabel 9. Tabel berikut menjelaskan volume penjualan yang dilakukan oleh perusahaan pada tahun 2013 serta penyebaran pupuk organik ke beberapa lembaga tataniaga. Volume pupuk organik yang dijual, mayoritas disalurkan melalui distributor yaitu sebesar kg atau persen dari total hasil penjualan perusahaan. Sedangkan penjualan ke pengecer dan kelompok tani sebesar persen dan 5,19 persen. Sisanya perusahaan langsung menjual kepada konsumen akhir sebesar kg atau persen. Hal ini dikarenakan volume pembelian distributor dilakukan dalam jumlah besar kepada perusahaan. Tabel 9. Distribusi penjualan perusahaan pupuk organik UD AMA Keterangan Distributor Pengecer Kelompok Tani Konsumen Total Akhir Jumlah (kg) Persentase (%) Sumber : Data primer diolah, 2014 Distributor merupakan lembaga yang berperanan penting bagi para konsumen akhir karena kekuatannya dalam memasok bahan baku pertanian dalam jumlah yang besar seperti pupuk. Pembelian pupuk organik yang dididistribusikan oleh perusahaan adalah kg. Volume tersebut akan didistribusikan langsung oleh distributor kepada beberapa kelompok tani sebesar kg dan menuju konsumen akhir sebesar kg. Hasil tabulasi distribusi dapat dilihat dalam tabel 10. Seluruh volume pendistribusian pupuk organik yang dilakukan oleh perusahaan kepada pengecer dan kelompok tani langsung disalurkan kepada para konsumen akhir. Hal ini terjadi karena pengecer dan kelompok tani melakukan transaksi dengan konsumen akhir yang berlokasi dekat dengan konsumen akhir sehingga saluran pemasaran yang terjadi tidak terlalu panjang. Tabel 10. Distribusi penjualan distributor pupuk organik UD AMA Keterangan Kelompok Tani Konsumen Total Akhir Jumlah (kg) Persentase (%) Sumber : Data primer diolah, 2014 Pupuk organik yang terjual oleh distributor disalurkan kepada kelompok tani dan konsumen akhir. Konsumen akhir menjadi tujuan terbesar dari distributor dan distributor tidak menyalurkannya melalui pengecer seperti hal yang biasa dilakukan oleh kebanyakan distributor. Hal tersebut dikarenakan merek dagang

44 32 pupuk organik UD AMA masih terbilang baru di pasaran sehingga masih sedikit pengecer yang percaya bahwa produk yang ditawarkan dapat laku di pasaran. Selain itu salah satu distributor pupuk organik memiliki hubungan yang dekat dengan para petani setempat karena pemilik distributor adalah Pak Ucok yaitu salah satu penggagas berdirinya perusahaan pemroduksi pupuk organik UD AMA tersebut. Pupuk yang dibeli oleh konsumen akhir dari distributor adalah kg yaitu sebesar 96.8 persen. Terlihat pula dari penjualan yang terjadi kepada lembaga kelompok tani dari diistributor bahwa volume pupuk organik yang terjual ke kelompok tani masih sangat kecil. Distribusi penjualan pupuk organik dalam penelitian ini mendapati peran kelompok tani sebagai lembaga tataniaga yang memiliki unit penyimpanan berupa gudang penyimpanan. Kelompok tani membeli kg yaitu hanya 3.2 persen dari keseluruhan stok yang disalurkan distributor. Beberapa konsumen akhir yang berlokasi dekat dengan lokasi perusahaan langsung melakukan transaksi di lokasi perusahaan karena lokasinya yang dekat dan memungkinkan untuk mengangkut langsung produk. Sedangkan para distributor dan pengecer yang membeli pupuk organik langsung kepada perusahaan, memilih untuk pendistribusian pupuk yang disediakan oleh perusahaan dengan biaya tertentu. Alternatif ini selanjutnya juga dipakai oleh para kelompok tani setempat yang membeli kepada perusahaan secara langsung. Namun untuk pendistribusian kepada kelompok tani dilakukan sendiri oleh kelompok tani karena lokasinya yang berdekatan. Saluran tataniaga pertama, ketiga dan keempat menunjukkan distribusi produk dari perusahaan berjalan dari perusahaan ke lembaga tataniaga dan langsung diterima oleh para konsumen akhir yang berdekatan dengan masingmasing lembaga tataniaga. Pada saluran tataniaga yang kedua, pupuk organik bergerak dari produsen kepada distributor yang berjumlah 2 unit usaha dan beralamat di Kota Solok dan Batusangkar. Kedua distributor ini melakukan aktivitas penggudangan sampai produk dijual kembali ke kelompok tani setempat. Setelah terjadinya transaksi distributor mengangkut produk kepada konsumen yaitu kelompok tani. Lalu kelompok tani menjual kepada para petani dengan sistem pembelian di tempat sehingga aktivitas pengangkutan pupuk untuk dipakai dalam aktivitas bertani. Saluran terakhir menjelaskan bahwa beberapa konsumen akhir datang langsung ke perusahaan untuk membeli hasil produk perusahaan. Analisis Lembaga Tataniaga Pupuk Organik Lembaga tataniaga bertindak sebagai badan usaha atau pelaku usaha yang berjasa dalam menyalurkan produk dari produsen sampai kepada konsumen akhir dengan melakukan beberapa fungsi tataniaga. Produk yang dipasarkan adalah pupuk organik yaitu produk hulu agribisnis sehingga tentunya komposisi dan lembaga-lembaga yang dipaparkan akan sangat berbeda dengan produk hasil pertanian. Penjelasan mengenai lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga pupuk organik adalah sebagai berikut. Distributor Distributor adalah lembaga tataniaga yang menghubungkan antara perusahaan pemroduksi dengan konsumen akhir serta beberapa kelompok tani.

45 33 Distributor secara tidak langsung melakukan penyaluran dengan volume terbanyak walaupun jumlahnya yang lebih sedikit dari lembaga lain seperti pengecer. Distributor melakukan penjualan paling banyak karena lokasi penjualan yang menguntungkan dan banyak ditempatkan di daerah pengaplikasi pertanian organik seperti daerah batu sangkar dan dhamasraya. Selain itu salah satu pemilik distributor dalam penelitian ini merupakan salah satu penggagas terbentuknya UD AMA dan salah satu peneliti pupuk organik yang dibuat oleh UD AMA. Distributor mendapatkan modal usaha dari modal pribadi untuk menjalankan usahanya dan biasanya distributor melakukan kredit kepada perusahaan untuk melunasi pembayaran pembelian produk. Responden distributor dalam penelitan berjumlah lima responden. Distributor menerima pupuk organik lalu melaksanakan kegiatan penggudangan sebelum didistribusikan ke tangan kelompok tani maupun konsumen akhir. Pengecer Lembaga yang menjadi lembaga terbanyak yang melakukan transaksi langsung dengan perusahaan sekaligus menjadi responden terbanyak adalah lembaga tataniaga pengecer. Jumlah pengecer yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 14 pengecer. Jumlahnya yang besar berbanding terbalik dengan kekuatan modal yang dimilikinya karena pengecer biasanya membeli dalam jumlah yang kecil. Hal ini tentunya berbanding terbalik jika dibandingkan dengan lembaga berupa distributor yang kekuatan modalnya lebih besar dibandingkan dengan pengecer. Pengecer berasal dari berbagai daerah yang lokasinya saling berdekatan dan berdekatan pula dengan perusahaan, sedangkan pengecer yang berada di luar daerah masih belum ditemukan karena produk perusahaan yang masih baru di pasar Sumatera Barat. Kelompok Tani Para konsumen akhir juga memiliki alternatif pembelian pupuk organik melalui kelompok tani. Kelompok tani lebih banyak memberikan informasi baru kepada para petaninya mengenai suatu produk sehingga informasi produk baru akan lebih sampai ke petani. Salah satu contohnya adalah dalam penelitian ini yaitu beberapa petani mendapatkan informasi dari kelompok taninya mengenai produk pupuk organik UD AMA. Selain itu kelompok tani juga memberikan alternatif sebagai salah satu tempat penyimpanan serta alternatif pembelian jika terjadi kelangkaan pupuk organik yang ada di pasar. Analisis Fungsi Tataniaga Pupuk Organik Lembaga-lembaga yang menyalurkan pupuk organik memiliki berbagai fungsinya masing-masing agar pupuk organik dapat di terima sampai kepada konsumen akhir. Tujuan lain dalam pengidentifikasian fungsi tataniaga adalah meningkatkan nilai tambah yang terdapat dalam suatu produk agar nilai tambah produk dapat bertambah, dimana fungsi tataniaga merupakan kegiatan yang produktif. Fungsi-fungsi tataniaga terdiri dari beberapa jenis fungsi, yaitu fungsi fisik, fungsi fasilitas dan fungsi pertukaran. Fungsi-fungsi tersebutlah yang akan dijelaskan dalam sistem tataniaga pupuk organik. Fungsi fisik meliputi fungsi penyimpanan, fungsi pengemasan dan fungsi pengangkutan. Fungsi fasilitas

46 34 terdiri dari fungsi sortasi, fungsi grading, fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Sedangkan fungsi pertukaran meliputi fungsi pembelian dan penjualan produk. Berdasarkan pembagian fungsi diatas maka akan dijelaskan beberapa fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masingmasing lembaga tataniaga pupuk organik UD AMA. Secara umum perusahaan produsen pupuk organik melakukan fungsi fisik (fungsi pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan), fungsi fasilitas (fungsi penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar) dan fungsi pertukaran (fungsi penjualan) kecuali pada saat penjualan ditujukan kepada kelompok tani, fungsi pengangkutan tidak dilaksanakan oleh perusahaan karena kelompok tani yang menjemput produk tersebut. Distributor melakukan fungsi fisik (fungsi pengangkutan dan penyimpanan), fungsi fasilitas (fungsi penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar) dan fungsi pertukaran (fungsi penjualan dan pembelian). Lalu kelompok tani melakukan fungsi fisik (fungsi penyimpanan), fungsi fasilitas (fungsi penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar) dan fungsi pertukaran (fungsi penjualan dan pembelian). Pengecer memiliki fungsi yang terdiri dari fungsi fisik (fungsi pengangkutan dan penyimpanan), fungsi fasilitas (fungsi penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar) dan fungsi pertukaran (fungsi penjualan dan pembelian). Tabulasi lengkap mengenai fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga pupuk organik dapat dilihat pada tabel 11. Saluran dan Lembaga Tataniaga Saluran Tataniaga I Tabel 11. Tabulasi fungsi tataniaga disetiap saluran tataniaga Fungsi-fungsi Tataniaga Fisik Fasilitas Pertukaran Angkut Simpan Kemas Sortasi Grading Risiko Biaya Info Pasar Jual Beli Perusahaan Distributor Saluran Tataniaga II Perusahaan Distributor Kelompok Tani Saluran Tataniaga III Perusahaan Kelompok Tani Saluran Tataniaga IV Perusahaan Pengecer Saluran Tataniaga V Perusahaan Sumber : Data primer diolah, 2014 Keterangan : = Melakukan fungsi tataniaga - = Tidak melakukan fungsi tataniaga Fungsi Tataniaga di Tingkat Perusahaan Pupuk Organik

47 35 UD AMA tidak melakukan seluruh fungsi tataniaga, melainkan hanya sebagian fungsi tataniaga yang ada. Fungsi yang dijalankan adalah fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan yaitu aktivitas pendistribusian kepada pembeli pupuk organik dari perusahaan. Fungsi pengangkutan tidak dilaksanakan oleh perusahaan jika pupuk dibeli oleh kelompok tani karena kelompok tani memakai transportasi mereka masing-masing untuk membeli pupuk langsung dari perusahaan dan juga karena para kelompok tani berlokasi dekat dengan lokasi perusahaan. Selanjutnya adalah fungsi pengemasan dan penyimpanan karena setelah memproduksi pupuk organik tentunya barang tersebut harus dikemas dan disimpan di suatu tempat agar memudahkan dalam pendistribusian. Ukuran yang dipakai oleh perusahaan dalam memproduksi pupuk organik adalah satuan karung seberat 20 kilogram. Perusahaan juga melaksanakan fungsi fasilitas berupa penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Risiko yang ditanggung perusahaan adalah risiko bencana alam seperti longsor karena lokasi perusahaan yang berada didaerah perbukitan serta iklim di daerah produksi. Jika iklim yang sangat panas membuat kualitas pupuk menjadi semakin rendah sehingga perlu dilakukan pemberian abu dalam pembuatan pupuk agar pupuk yang diproduksi dapat tetap dalam kondisi lembab. Fungsi pembiayaan tentunya yaitu aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi pupuk dari berbagai macam bahan organik, mengendapkan pupuk dan sampai menjadi pupuk organik siap jual. Mulai dari persiapan modal dan pengaplikasian pembuatan pupuk organik. Informasi pasar mengenai berbagai macam jenis pupuk organik juga dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui persaingan harga pupuk organik yang ada di pasar dari beberapa petani, distributor, kelompok tani maupun pengecer. Fungsi terakhir yang dijalankan adalah fungsi pertukaran. Fungsi yang dijalankan adalah fungsi penjualan yaitu salah satu fungsi yang paling penting dari berbagai fungsi karena aktivitas ini merupakan hal yang dapat menyalurkan produk kepada distributor, pengecer, kelompok tani serta konsumen akhir. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh distributor dan pengecer terkadang memakai sistem kredit. Fungsi Tataniaga di Tingkat Distributor Distributor merupakan sebuah lembaga yang melakukan kedua fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Ia melakukan fungsi pembelian dari perusahaan pemroduksi pupuk organik dan fungsi penjualan kepada kelompok tani maupun langsung kepada konsumen akhir. Selain fungsi pertukaran, distributor juga melaksanakan fungsi fisik dan fasilitas. Fungsi fisik yang terjadi adalah fungsi penyimpanan pupuk organik, fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan serta fungsi informasi pasar. Pembelian yang dilakukan oleh distributor memakai sistem pembayaran kredit. Fungsi fisik yang dilakukan oleh distributor adalah fungsi penyimpanan dan fungsi pengangkutan. Hal ini dibutuhkan agar stok yang tersedia di distributor dapat selalu memenuhi permintaan pasar. Selain itu distributor juga melakukan pengangkutan ke beberapa konsumen akhir dan kelompok tani yang menginginkan produk dalam jumlah besar. Dalam kasus penyaluran kepada kelompok tani terjadi fungsi pengangkutan oleh distributor walaupun pembelian oleh kelompok tani dilakukan dalam jumlah kecil. Fungsi fasilitas selanjutnya

48 36 dilakukan melalui fungsi penanggungan risiko yaitu risiko kerusakan barang dalam penyimpanan produk di dalam gudang oleh hewan pengerat sehingga karung yang rusak tidak laku dijual. Selanjutnya adalah fungsi pembiayaan dalam hal permodalan pembangunan toko dan gudang serta alat kesekretariatan. Fungsi informasi pasar mengenai harga pupuk organik serta perkembangan pertanian di daerah distributor tersebar dengan baik dari para petani, surat kabar, maupun data pemerintah. Fungsi Tataniaga di Tingkat Kelompok Tani Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh kelompok tani berupa fungsi pembelian saja karena kelompok tani biasanya membeli produk dengan sistem borongan yang modalnya didapat dari kumpulan modal beberapa petani. Kelompok tani dalam hal ini berfungsi sebagai perantara antara konsumen akhir dengan distributor ataupun dengan perusahaan pemroduksi. Fungsi pembelian dilakukan dengan membeli pupuk organik kepada distributor ataupun secara langusng kepada perusahaan. Fungsi penjualan dilakukan dengan menjual pupuk organik kepada konsumen akhir. Fungsi fisik yang dilakukan distributor berupa fungsi penyimpanan dan fungsi pengangkutan. Fungsi penyimpanan berguna sebagai salah satu keuntungan bagi para pembeli agar pupuk yang dipakai tetap dalam kualitas baik. Sementara itu, fungsi pengangkutan dilakukan untuk mengambil produk dari distributor maupun perusahaan. Fungsi fasilitas dilakukan oleh kelompok tani adalah fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Fungsi penanggungan risiko dilakukan distributor untuk membangun tempat penyimpanan pupuk organik agar terhindar dari hewan pengerat dan pupuk tak dapat dijual dengan harga normal. Fungsi informasi pasar yang dilakukan kelompok tani berupa informasi yang dapat diperoleh kelompok tani dari distributor mengenai perkembangan harga pupuk organik dan kualitas yang diinginkan oleh konsumen akhir. Fungsi Tataniaga di Tingkat Pengecer Fungsi fisik yang dilakukan pedangan pengecer yaitu fungsi pengangkutan dan fungsi penyimpanan. Proses pengangkutan dilakukan saat pembelian pupuk organik dari perusahaan pemroduksi pupuk organik juga pada saat. Fungsi penyimpanan dlakukan oleh pedagang pengecer yaitu dengan menyimpan pupuk organik sebelum dijual kembali kepada konsumen akhir. Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengecer berupa fungsi penanggunan risiko dan fungsi informasi pasar fungsi penanggungan risiko pedagang pengecer berupa hewan pengerat yang dapat menurunkan minat pembeli dan juga kesukaran penjualan karung yang rusak. Fungsi informasi pasar berupa informasi yang dapat diperoleh dari distributor serta konsumen akhir dan beberapa kelompok tani. Fungsi pertukaran yang dilakukan pengecer berupa fungsi penjualan dan pembelian yang dilakukan secara tunai maupun kredit kepada perusahaan. ANALISIS STRUKTUR DAN PERILAKU PASAR Bab ini akan membahas tentang struktur pasar pada sistem tataniaga pupuk organik UD AMA berdasarkan jumlah penjual dan pembeli, heterogenitas produk

49 37 yang dipasarkan, kondisi produk, kondisi keluar dan masuk pasar, serta informasi mengenai perubahan harga pasar. Struktur pasar yang dijelaskan adalah struktur dari tiap lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga pupuk organik UD AMA sehingga dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan ekonomi lembaga tersebut. Selanjutnya bab ini juga akan menjelaskan bagaimana lembaga-lembaga tataniaga mengambil keputusan ekonomi sesuai dengan struktur pasar yang dihadapi. Hal ini dapat dilihat dari perilaku pasar yang merupakan salah satu analisis mengenai pola tingkah laku lembaga dalam suatu sistem tataniaga. Perilaku pasar juga akan menghasilkan beberapa analisis mengenai praktek jual-beli pupuk organik antar lembaga tataniaga, cara penentuan harga pupuk organik lembaga-lembaga tataniaga, cara pembayaran setiap transaksi dan juga kerjasama antar lembaga tataniaga. Analisis Struktur Pasar Pupuk Organik Struktur Pasar di Tingkat Perusahaan Struktur pasar yang dihadapi oleh perusahaan adalah pasar oligopoli diferensiasi. Hal ini berdasarkan jumlah perusahaan pupuk organik yang memiliki jenis pupuk organik relatif sama walau dengan merek dan kualitas yang berbeda sehingga memengaruhi kepercayaan konsumen. Terdapat jumlah pembeli yang sangat banyak dari berbagai kalangan sementara produk yang dihasilkan merupakan produk yang sama berupa pupuk organik. Struktur seperti ini membuat perusahaan bertindak sebagai price taker karena banyaknya produk merek lain yang akan membuat konsumen akhir maupun lembaga tataniaga memiliki beberapa alternatif produk pupuk organik sesuai dengan kebutuhan dari masingmasing konsumen. Hambatan perusahaan untuk ke dalam pasar cukup tinggi karena membutuhkan modal yang cukup besar agar dapat membangun sebuah perusahaan pupuk dan memproduksi pupuk dalam jumlah besar yang dapat diterima di pasaran. Hambatan lainnya adalah sulitnya meneliti sebuah pupuk organik dan membuat rumusan bahan-bahan untuk membuat suatu pupuk sehingga akan membutuhkan waktu lama bagi para pelaku yang ingin masuk sebagai penjual pupuk dalam kasus ini pupuk organik. Informasi yang tersediapun sangat lengkap karena perusahaan menyalurkan produk langsung kepada berbagai lembaga maupun konsumen akhir sehingga perusahaan dapat mengetahui pasti harga pasar yang dimiliki pasar. Struktur Pasar di Tingkat Distributor Terdapat 5 distributor yang berada di pasaran sementara jumlah pembeli hanya dari 2 jenis yaitu kelompok tani dan konsumen akhir dalam jumlah banyak. Hal ini menunjukkan bahwa distributor menghadapi struktur pasar oligopoli diferensiasi apabila dilihat dari sisi penjual karena masih ada jenis pupuk organik yang diperjualbelikan di distributor dan dengan merek lain. Perbedaan yang mencolok terjadi dari sisi kualitas yang ada diantara berbagai jenis dan merek pupuk organik yang tersedia sehingga konsumen akhir maupun lembaga tataniaga yang melakukan kegiatan jual-beli, memiliki banyak pilihan pembelian. Informasi pasar yang tersedia juga memiliki kepastian karena barang yang dibeli oleh distributor selalu didapat dari perusahaan pemroduksi pupuk organik. Hambatan untuk keluar masuk pasar sebagai distributor akan sangat tinggi karena modal

50 38 untuk membangun usaha menjadi distributor akan memerlukan izin usaha yang banyak serta pembangunan dengan modal yang besar. Struktur Pasar di Tingkat Pengecer Struktur pasar di tingkat pengecer cenderung termasuk ke dalam struktur pasar persaingan monopoli jika dilihat dari sisi penjual karena jumlah penjual yang banyak dari beberapa pengecer yang memiliki hambatan yang cukup tinggi untuk keluar masuk pasar sebagai pengecer. Hal ini terlihat dari kuantitas yang dibawa oleh beberapa pengecer dalam memasarkan produk dalam jumlah besar. Pengecer biasanya hanya membeli dalam jumlah kecil dibandingkan dengan distributor dan kembali membeli dalam jumlah yang sama atau lebih besar ketika produk sudah habis terjual karena modal yang digunakan pengecer yang tidak terlalu besar. Mayoritas sifat produk yang dijual oleh para pengecer juga hanya satu jenis saja yaitu pupuk organik yang diproduksi UD AMA. Informasi yang dimiliki pengecer sangat banyak karena bersentuhan langsung dengan perusahaan pemroduksi pupuk organik, akan tetapi indikator lain berupa hambatan keluar masuk, jumlah penjual dan pembeli dan sifat produk yang dijual oleh pengecer menjelaskan bahwa struktur pasar lebih cenderung kepada pasar persaingan murni. Struktur Pasar di Tingkat Kelompok Tani Struktur pasar yang dihadapi kelompok tani termasuk ke dalam struktur oligopoli murni dilihat dari sisi penjual. Kelompok tani merupakan lembaga yang paling sedikit dilihat dari volume pembeliannya jika dibandingkan dengan lembaga lainnya, akan tetapi jumlah dari kelompok tani cukup banyak yaitu berjumlah 5 kelompok tani. Sedangkan pembeli yang melalui kelompok tani juga terdiri dari beberapa petani yang terdaftar dalam kelompok tani tersebut. Sifat produk yang dimililki pada lembaga ini bersifat homogen karena hanya memiliki satu alternatif pembelian yang dilakukan oleh lembaga ini. Terlebih lagi hambatan keluar masuk pasar yang sangat sulit karena diperlukannya sekumpulan petani dan beberapa perizinan yang tidak membutuhkan modal yang cukup besar untuk membentuk lembaga ini. Analisis Perilaku Pasar Pupuk Organik Praktek Jual-Beli Seluruh hasil produksi dari perusahaan pupuk organik UD AMA didistribusikan kepada beberapa lembaga tataniaga maupun konsumen akhir. Perusahaan menjual pupuk organik dalam bentuk karung yang berisi 20 kg tiap karungnya. Pengemasan dilakukan untuk lebih mengefektifkan waktu dan menyesuaikan peraturan volume pengemasan pupuk organi jual-beli yang dibuat oleh pemerintah yaitu ukuran 10 atau 20 kg. Perusahaan menyediakan fasilitas pengangkutan produk dari perusahaan ke lokasi penjual melakukan jual-beli. Sistem pembelian pupuk organik yang digunakan distirbutor adalah dengan sistem orderan. Distributor memakai jasa pengangkutan perusahaan untuk mengantarkan barang sampai kepada tangan mereka. Distributor bebas menentukan jumlah pembelian dari tiap transaksi. Distributor selalu membeli barang kepada perusahaan dalam jumlah besar yaitu diatas 100 karung atau 2 ton.

51 39 Pembelian ini terjadi agar harga yang ditawarkan oleh distributor kepada lembaga selanjutnya atau konsumen akhir menjadi lebih murah. Distributor memiliki perhitungan tersendiri agar pembelian kepada perusahaan tiap transaksi dapat selalu menguntungkan bagi pihak distributor di berbagai kondisi penjualan. Beberapa kelompok tani membeli pupuk organik biasanya kepada beberapa distributor dan sisanya membeli langsung kepada perusahaan. Kelompok tani menjemput produk kepada lembaga atau perusahaaan. Kedua hal ini dilakukan untuk memangkas biaya pengangkutan. Kelompok tani akan lebih memilih untuk membeli pupuk organik di tempat yang lokasinya berdekatan dengan lokasi kelompok tani tersebut sehingga harga yang didapatkan juga menjadi lebih murah. Pengecer sendiri melakukan pengangkutan barang ketika transaksi jual-beli terjadi di tempat pembelian produk. Pembelian produk oleh pengecer dari perusahaan dapat memotong harga sehingga harga yang didapatkan dapat lebih murah. Sistem Penentuan Harga dalam Transaksi Setiap masing-masing lembaga tataniaga dapat menetapkan harga jual dari pupuk organik itu sendiri tanpa harus disepakati bersama terlebih dahulu. Harga hasil penetapan tidak dapat diubah dengan cara tawar-menawar karena menyangkut masalah penutupan fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh masingmasing lembaga tataniaga. Sumber informasi yang didapatkan berupa harga pupuk organik UD AMA dipasaran didapatkan dari lembaga tataniaga yang terkait dengan perusahaan maupun para petani sebagai pelaku konsumen akhir. Adanya penentuan harga pembelian pupuk organik di setiap lembaga semata-mata dilakukan agar biaya tataniaga tertutupi dan mendapatkan keuntungan dari penentuan harga tersebut. Sistem Pembayaran dalam Transaksi Berikut adalah beberapa sistem pembayaran yang dilakukan dalam tataniaga pupuk organik produksi UD AMA, yaitu : Sistem Pembayaran Tunai Sistem ini mengharuskan pembeli untuk melakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum dapat membawa produk. Kebanyakan lembaga memakai sistem pembayaran tunai karena kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seluruh pelaku tataniaga dari mulai dari perusahaan, pengecer, distributor, kelompok tani maupun konsumen akhir. Biaya seperti kebutuhan sehari-hari usaha maupun rumah tangga menjadi alasan mengapa sistem pembayaran tunai dipakai oleh seluruh pelaku tataniaga. Namun terdapat pengecualian untuk perusahaan dan distributor tidak murni memakai sistem pembayaran tunai seluruhnya. Sistem Pembayaran Kredit Sistem ini hanya digunakan oleh para distributor dan perusahaan. Hal ini hanya terjadi pada perusahaan dan distributor karena produk oleh kedua unit usaha tersebut memungkinkan penjualan dilakukan dalam volume yang cukup besar. Sistem ini dilakukan dengan 4 kali termin pembayaran untuk penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Caranya dengan uang muka, pembayaran kedua dan ketiga sebesar 30 persen dan sisanya sebagai pembayaran keempat. Bunga yang didapat melalui pembayaran kredit adalah sekitar 5 persen. Sedangkan untuk distributor digunakan sistem pembayaran sebanyak 3 kali

52 40 dengan uang muka sebesar 50 persen dan dua kali pembayaran di akhir sebanyak 25 persen. Bunga yang didapatkan oleh distributor dari sistem pembayaran kredit sebesar 5 persen. Kerjasama antar Lembaga Tataniaga Penelitian ini menunjukkan bahwa lembaga tataniaga kelompok tani memiliki kegiatan kerjasama yang baik dengan kelompok tani lainnya. Hal ini terlihat dari pengumpulan kolektif dari beberapa kelompok tani untuk membeli pupuk organik kepada perusahaan maupun distributor setempat. Tentunya aktivitas pembelian dengan sistem kerjasama seperti ini memudahkan masingmasing petani dalam hal akomodasi, sehingga usaha yang dilakukan oleh para petani semakin efisien karena pembelian hanya dilakukan oleh perwakilan dari satu kelompok tani. Sedangkan untuk kelompok tani lain diuntungkan dengan pengefektifan akomodasi tersebut. Para petani lain juga tidak perlu menjemput barang kepada perusahaan maupun distributor, cukup menjemput barang kepada masing-masing perwakilan kelompok tani. ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA Analisis efisiensi tataniaga merupakan analisis yang menunjukkan tingkat efisiensi dari masing-masing saluran tataniaga yang tersedia dengan menggunakan beberapa indikator penilaian. Indikator yang dipakai dalam mengukur efisiensi tataniaga adalah dengan cara mencari volume distribusi, biaya tataniaga, marjin tataniaga, firm s share dan rasio keuntungan per biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga tataniaga di setiap salurannya. Analisis Volume Distribusi Analisis volume distribusi akan memperlihatkan pertibambangan perusahaan dan lembaga tataniaga pemasaran pupuk organik. Berikut adalah hasil pembagian volume distribusi yang tersebar di tiap saluran. Tabel 12. Volume distribusi saluran tataniaga pupuk organik UD AMA Saluran Tataniaga Pangsa Pasar (Kg) Persentase (%) Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Saluran V Total Sumber : Data primer diolah, 2014 Berdasarkan tabel di atas, saluran I adalah saluran yang mendistribusikan produk pupuk organik terbesar yaitu kg atau sebesar persen pupuk organik yang diproduksi perusahaan hingga sampai ke konsumen akhir. Saluran ini merupakan merupakan prioritas utama perusahaan dalam menjual pupuk

53 41 organik karena memiliki volume distribusi terbesar. Saluran lain yang memiliki pangsa pasar lebih dari 5 persen adalah saluran III, saluran IV dan saluran V. Analisis Biaya Tataniaga Setiap lembaga memiliki fungsinya masing-masing dalam setiap saluran. Hal inilah yang menjadi variabel yang akan mempengaruhi biaya tataniaga yang terjadi dalam suatu saluran tataniaga. Biaya-biaya tataniaga yang akan dihitung adalah biaya transportasi, biaya retribusi, biaya penyusutan, biaya bongkar muat dan biaya tenaga kerja. Tabel 13. Biaya tataniaga pupuk organik (rupiah per kilogram) UD AMA Uraian Saluran I II III IV V Distributor Transportasi Bongkar muat Penyusutan Inventaris Penyimpanan Retribusi Tenaga Kerja Subtotal Kelompok Tani Transportasi Bongkar Muat Subtotal Pengecer Transportasi Retribusi Penyusutan Inventaris Penyimpanan Subtotal Total Sumber : Data primer diolah, 2014 Berdasarkan tabel 13 dapat dijelaskan bahwa besar biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga yang terlibat didalam sistem tataniaga pupuk organik di setiap saluran. Biaya tataniaga terendah terjadi pada saluran V karena memang perusahaan melakukan penjualan langsung kepada konsumen akhir tanpa perantara dan tanggungan biaya transportasi ditanggung oleh konsumen sehingga tidak dimasukkan ke dalam biaya tataniaga. Saluran tataniaga yang memiliki biaya tataniaga terendah berikutnya adalah saluran III. Hal ini terjadi karena lembaga yang terlibat hanya satu sampai produk sampai ke tangan konsumen akhir serta jarak antara kelompok tani dan perusahaan tidak berjauhan sehingga biaya tataniaga berupa transportasi dapat ditekan. Hal ini juga terjadi karena dalam penjualan biasanya penjual dari pengecer adalah pemilik dari usaha itu sendiri sehingga tidak memerlukan tenaga kerja sebagai pengelola usaha mereka masing-masing. Sedangkan biaya tataniaga tertinggi terjadi pada saluran II. Hal

54 42 ini terjadi karena pada saluran ini terdapat dua lembaga perantara antara perusahaan dengan konsumen akhir yaitu distributor dan kelompok tani. Distributor dalam memiliki biaya tataniaga terbesar karena biaya yang ditanggung meliputi biaya pengangkutan masuk ke dalam distributor dan keluar distributor. Hal ini disebabkan karena distributor memiliki biaya tataniaga terbanyak dibandingkan dengan lembaga lain. Selain itu distributor adalah satusatunya lembaga yang memiliki biaya tenaga kerja. Sedangkan pengecer adalah lembaga yang paling sedikit menanggung biaya tataniaga. Analisis Marjin Tataniaga Analisis marjin ditujukan sebagai salah satu indikator efisiensi sistem tataniaga pupuk organik dari sisi efesiensi operasional. Marjin tataniaga merupakan perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang ditetapkan perusahaan dan setiap lembaga tataniaga. Marjin tataniaga juga merupakan hasil penjumlahan dari biaya tataniaga dan keuntungan tataniaga, atau selisih dari harga jual dan harga beli. Analisis marjin akan dilakukan mulai dari perusahaan, distributor, kelompok tani, pengecer hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Tabel berikut merupakan proses tabulasi dari hasil marjin yang didapatkan oleh masing-masing lembaga tataniaga di tiap saluran. Tabel 14. Marjin tataniaga pupuk organik (rupiah per kilogram) UD AMA Uraian Saluran I II III IV V Distributor Kelompok Tani Pengecer Total Marjin , Sumber : Data primer diolah, 2014 Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa marjin tataniaga di setiap saluran berbeda-beda. Nilai marjin terbesar diperlihatkan pada saluran II yaitu sebesar rupiah per kilogramnya. Hal ini terjadi karena saluran ini merupakan saluran yang terpanjang sehingga akumulasi marjin yang dihasilkan adalah yang terbesar. Sedangkan lembaga yang memiliki marjin terkecil pada saluran V karena pada saluran ini tidak memiliki lembaga tataniaga. Distributor memiliki marjin yang terbesar merupakan dampak dari jarak lembaga dan perusahaan yang jauh serta volume pupuk organik yang didistribusikan dilakukan dalam jumlah besar. Selain itu pupuk organik UD AMA memiliki pandangan yang baik di mata konsumen karena kualitasnya yang tinggi dibandingkan dengan merek lainnya sehingga banyak dicari oleh konsumen akhir walau terkadang harga yang berbeda jauh dengan merek pupuk lainnya. Analisis Firm s share Analisis ini dianalisa karena merupakan salah satu indikator untuk menganalisa efisiensi operasional dari sistem tataniaga pupuk organik. Analisis digunakan dengan membandingkan harga yang ditetapkan oleh perusahaan degan

55 43 harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Hasil dari pengukuran ini biasanya akan berbanding terbalik dengan analisis marjin tataniaga. Dimana marjin tataniaga yang besar akan berbanding firm s share yang kecil dari produk. Berikut merupakan analisis firm s share yang diterima UD AMA yang ditunjukkan tabel 15. Pada tabel dibawah terlihat bahwa firm s share terbesar dimiliki saluran V yakni 100 persen. Hal ini dialami oleh saluran tersebut karena tidak adanya lembaga yang terlibat di dalamnya dan juga disebabkan marjin yang diterima dari masing-masing saluran. Pada saluran III memiliki marjin terkecil kedua dan pada saluran II memiliki marjin terbesar sehingga saluran firm s share terkecil dimiliki oleh saluran II yakni persen dan firm s share terbesar kedi dimiliki saluran III. Tabel 15. Firm s share UD AMA Saluran Harga di Perusahaan Harga di Tingkat Firm's Tataniaga Produsen (Rp/Kg) Konsumen Akhir (Rp/Kg) Share (%) Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Saluran V Sumber : Data primer diolah, 2014 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Tataniaga Keuntungan tataniaga merupakan selisih antara harga jual dengan gabungan harga beli serta biaya tataniaga. Biaya tataniaga sendiri dikeluarkan oleh tiap lembaga dalam memasarkan produk semenjak produk keluar dari produsen sampai produk dikonsumsi konsumen.perbandingan nilai keuntungan dan biaya tataniaga adalah indikator efesiensi operasional dari sistem tataniaga pupuk organik. Nilai rasio yang tersebar merupakan sebaran keuntungan terhadap tataniaga di setiap lembaga sehingga dapat dibandingkan dengan lembaga lainnya. Tabel 16 akan menjelaskan rasio keuntungan dan biaya tataniaga pupuk organik dalam penelitian. Analisis rasio keuntungan dan biaya menghasilkan nilai terbesar pada saluran IV dan sekaligus lembaga pengecer yaitu dengan nilai Nilai rasio yang didapat memiliki arti bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan untuk melakukan pembiayaan tataniaga akan diperoleh keuntungan sebesar 3.38 rupiah. Sedangkan nilai rasio terendah terdapat pada saluran V karena memang tidak memiliki lembaga tataniaga yang menghubungkan produsen pupuk organik dengan konsumen akhir. Nilai rasio yang paling rendah kedua adalah saluran II yaitu sebesar Hal ini dikarenakan merupakan lembaga yang paling terpanjang sekaligus menjelaskan bahwa biaya di saluran ini tergolong tinggi dan keuntungan yang didapat tidak terlalu besar.

56 44 Tabel 16. Rasio keuntungan per biaya UD AMA Uraian Saluran I II III IV V Distributor Biaya (Rp/Kg) Keuntungan (Rp/Kg) Rasio Keuntungan/Biaya Kelompok Tani Biaya (Rp/Kg) Keuntungan (Rp/Kg) Rasio Keuntungan/Biaya Pengecer Biaya (Rp/Kg) Keuntungan (Rp/Kg) Rasio Keuntungan/Biaya Total Biaya (Rp/Kg) Keuntungan (Rp/Kg) Rasio Keuntungan/Biaya Sumber : Data primer diolah, 2014 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian tentang Analisis Tataniaga Pupuk Organik UD. AMA Kabupaten Solok, Sumatera Barat mendapati lima saluran tataniaga sebagai sistem tataniaga yang dijalankan oleh beberapa lembaga tataniaga. Saluran tersebut mampu menyalurkan pupuk organik dari petani padi hingga ke konsumen akhir ke seluruh daerah di Provinsi Sumatera Barat. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam penelitian ini terdiri atas tiga lembaga yaitu distributor, kelompok tani dan pengecer. Fungsi tataniaga yang dilakukan masing-masing lembaga tataniaga yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani cenderung mendekati pada pasar persaingan oligopoli. Perilaku pasar ditunjukkan oleh penentuan harga dan cara pembayaran. Harga kesepakatan penjual dan pembeli merupakan hasil penentuan harga dari perusahaan dan setiap lembaga tataniaga, sedangkan cara pembayaran pembeli atas harga kesepakatan dilakukan dengan cara tunai dan kredit. Efisiensi tataniaga diteliti melalui pendekatan analisis biaya tataniaga, marjin tataniaga, firm s share dan rasio keuntungan per biaya. Analisis biaya lembaga tataniaga menunjukkan bahwa distributor memiliki struktur biaya tertinggi karena meiliki biaya tenaga kerja dan menanggung biaya transportasi keluar masuk lembaga. Sedangkan jika melihat hasil analisis marjin tataniaga, saluran II memiliki nilai marjin tertinggi. Saluran V memiliki nilai firm s share paling tinggi dibandingkan dengan nilai firm s share saluran tataniaga lainnya. Analisis sebaran nilai rasio keuntungan dan biaya tertinggi dimiliki oleh saluran III. Efisiensi tataniaga dapat diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil menurut kriteria yang dikemukakan Mubyarto yaitu saluran V III IV I II.

57 45 Saran Jika dilihat dari perusahaan ingin berkembang maka perusahaan lebih baik menjual kepada lebih banyak distributor karena dengan penyaluran melewati lembaga distributor akan memperluas jaringan dan memperluas cakupan pemasaran sehingga dapat lebih dikenal oleh para konsumen luar daerah. Selain itu semakin banyak jumlah yang penjualan makan akan semakin besar pula penghasilan yang didapatkan perusahaan. Saluran terbaik yang dimiliki perusahaan adalah saluran yang memiliki lembaga paling sedikit sehingga diharapkan marjin yang diterima juga akan semakin kecil. Akan tetapi, apabila mengikuti hasil saluran yang terpendek perusahaan akan lebih lambat berkembang karena konsumen akhir tidak semua melakukan pembelian di tempat. Kelompok tani perlu memiliki modal yang lebih besar lagi dan akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar lagi bagi para konsumen akhir karena pembelian yang dilakukan secara kolektif. Hal ini terlihat dari hasil rasio keuntungan per biaya yang besar sehingga dapat dimanfaatkan lebih baik kedepannya. Distributor merupakan lembaga yang paling memberikan pengaruh besar sehingga kekuatan ekspansi pasar dapat berkembang dan penyebarluasan produk. Citra dari pupuk organik UD AMA perlu dipertahankan agar semakin banyak lembaga yang bergabung dan diuntungkan dari adanya proses tataniaga. Dukungan pemerintah terhadap pupuk organik juga diperlukan agar permintaan terhadap pupuk organik semakin besar karena sebaran keuntungan relatif merata diseluruh saluran sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menurunkan tingkat kemiskinan kepada lembaga terlibat. DAFTAR PUSTAKA Asmarantaka RW Pemasaran Agribisnis. Modul Kuliah. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. Azzaino Z Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanaian Bogor. Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Luas Panen, Produksi dan Produktivitas (Ha) Beras Provinsi Sumatera Barat Tahun Padang (ID) Dahl DC, Hammond JW Market and Price Analysis The Agricultural Industries. Mc Graw-Hill Book Company. New York. [Dishut] Dinas Kehutanan Luas Lahan Kritis (Ha) Provinsi Sumatera Barat Tahun Padang (ID) Heriyanto D Analisis Efiseinsi Tataniaga Pupuk Urea PT. Pupuk Sriwijaya Setelah Adanya Kebijakan Subsidi (Studi Kasus Di Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan). [skripsi]. Institut Pertanian Bogor Kohls RL, Uhl JN Marketing of Agricultural Products. MacMillian Publishing Company. New York. Limbong WH Sitorus P Handout Bahan Kuliah Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mubyarto Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3S. Priambudi A Analisis Tataniaga Beras Di Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi. [skripsi]. Institut Pertanian Bogor

58 46 Pupuk Indonesia Hasil produksi (terhubung berkala). [12 Mei 2014] Purcell WD Agriculture Marketing System, Coordination, Cash and Future Prices. A Prentice-Hall Company. Virginia. Tasrif A Ngapain repot-repot bikin pabrik pupuk? (terhubung berkala). [10 Mei 2014] Yunus K Analisis Sistem Pemasaran Pupuk dalam Meningkatkan Penjualan pada PT. Pupuk Sriwidjaya PPD Sulawesi Selatan. [skripsi]. Institut Pertanian Bogor

59 47 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ANALISIS TATANIAGA PUPUK ORGANIK UD AMA RESPONDEN LEMBAGA TATANIAGA NAMA USAHA TANGGAL PENGUJIAN : : Peneliti Ghazian Muhammad H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULATAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

60 48 Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat, Saya, Ghazian Muhammad, dari Institut Pertanian Bogor Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Agribisnis sedang menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan saya. Saya membutuhkan kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner ini untuk mendapatkan data yang bermanfaat bagi penyelesaian tugas akhir saya. Bapak Ibu yang terhormat sehubungan dengan tugas akhir saya yaitu penelitian mengenai Analisis Tataniaga Pupuk Organik UD. AMA Kabupaten Solok, Sumatera Barat saya mengajukan kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan yang akan membantu saya untuk mengetahui beberapa informasi mengenai kegiatan produksi pupuk organik di perusahaan ini. Adapun kuesioner ini dimaksudkan untuk melihat beberapa tanggapan atau penilaian dari Pihak yang terlibat dalam sistem pemasaran Pupuk Organik UD AMA. Dalam kuesioner ini, TIDAK ADA PENILAIAN BENAR ATAU SALAH. Jadi, semua jawaban yang Saudara/i berikan hendaknya sesuai dengan diri Saudara/i. Petunjuk Pengisian Kuesioner Terdapat 3 cara yang harus dilakukan dalam pengisian kuesioner ini,diantaranya ialah: 1. Menjawab kuesioner dengan memilih satu jawaban dari pilihan jawaban yang disediakan atau dari pilihan jawaban Ya dan Tidak. 2. Menjawab kuesioner dengan mengisi isian sesuai jawaban yang anda inginkan dari pertanyaan yang di ajukan. 3. Apabila terdapat pilihan jawaban p 4. ilihlah dengan cara melingkari jawaban tersebut. I. Karakteristik Petani Nama Petani Jenis Kelamin Umur Lama Usaha Pendidikan Status Jumlah Anggota Keluarga Alamat Pekerjaan selain bertani : : L/P : : : tahun : Menikah/Tidak Menikah : : : II. Kegiatan Usaha 1. Sudah berapa lama Anda melakukan usaha? tahun 2. Berapa luas lahan yang Anda miliki? hektar 3. Status lahan yang Anda kelola? Milik sendiri/sewa/bagi hasil 4. Apakah Anda tergabung dalam kelompok tani atau koperasi? (Ya/Tidak). Jika ya, silahkan menuliskan peranan kelompok tersebut dalan kegiatan usahatanianda 5. Berapa orang anggota keluarga Anda yang ikut terlibat langsung dalam kegiatan produksi?.

61 49 III. Kegiatan Pascapanen 1. Bagaimanakah pola pemanenan yang Anda lakukan? Sekali panen/panen bertahap dalam harian/mingguan/bulanan 2. Berapa banyak jumlah produksi dalam sekali musim panen? kg 3. Apakah kegiatan panen dilakukan sendiri? (Ya/Tidak) a. Jika tidak, siapa yang melakukan pemanenan? b. Jika ya, maka dalam satu kali musim panen, berapa banyak biaya yang Anda keluarkan untuk: - Tenaga kerja pemanen orang, dengan upah setiap orang Rp - Biaya pengangkutan Rp - Tenaga kerja pemipil orang, dengan upah setiap orang Rp - Tenaga kerja sortasi/grading orang, dengan upah setiap orang Rp - Biaya pemberian bahan kimia Rp - Biaya pengemasan Rp - Biaya penyimpanan Rp - Biaya distribusi Rp - Biaya bongkar muat Rp - Biaya penyusutan Rp - Biaya lainnya (jika ada, misalnya restribusi) Rp 4. Apakah Anda tetap melakukan transaksi saat harga jual pupuk sangat tinggi? (Ya/Tidak). Alasannya IV. Kegiatan Pemasaran 1. Kepada siapa Anda biasanya menjual saat harga pupuk naik? Lembaga Tataniaga Kuantitas (Kg) Harga (Rp/Bonggol) Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pengecer Konsumen Akhir Lainnya, sebutkan Sistem Pembayaran 2. Kepada siapa Anda biasanya menjual saat harga pupuk turun? Lembaga Tataniaga Kuantitas (Kg) Harga (Rp/Bonggol) Sistem Pembayaran Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pengecer Konsumen Akhir Lainnya, sebutkan Pasar yang dituju Pasar yang dituju 3. Siapakah yang menentukan harga jual? 4. Bagaimana cara penentuan harga jual? 5. Dimana lokasi penyerahan barang? Di tempat pembeli/ di tempat penjual

62 50 6. Apa saja yang menjadi pertimbangan Anda dalam menentukan kepada siapa anda menjual produk? 7. Apakah Anda melakukan kerjasama atau kontrak tertentu dalam memasarkan pupuk? (Ya/ Tidak) Jika ya, tuliskan alasan Anda melakukan kerjasama 8. Apakah Anda mempunyai informasi tentang pasar pupuk? (Ya/Tidak) Jika ya, darimana Anda memperoleh informasi tersebut? 9. Apakah Anda pernah menerima pinjaman atau bantuan modal dari pihak lain untuk masuk dalam pasar pupuk? (Ya/Tidak) Jika ya, a. Dari siapa: b. Jenis kredit/bantuan: c. Jangka waktu pengembalian: d. Syarat kredit/bantuan: e. Jumlah kredit/bantuan: 10. Apa saja yang biasanya dikeluhkan pembeli dalam proses jual beli pupuk organik? 11. Permasalahan apa yang Anda alami dalam kegiatan pemasaran pupuk organik? 12. Bagaimana cara Anda dalam mengatasi permasalahan yang Anda alami tersebut? 13. Apa yang menjadi harapan Anda mengenai sistem pemasaran pupuk organik?

63 51 Lampiran 2 Marjin, keuntungan dan biaya pupuk organik UD AMA Uraian Perusahaan I II III IV V Rp/Kg % Rp/Kg % Rp/Kg % Rp/Kg % Rp/Kg Harga Jual Distributor Biaya Transportasi Bongkar muat Penyusutan Penyimpanan Retribusi Tenaga Kerja Subtotal Keuntungan Marjin Tataniaga Harga Jual Kelompok Tani Biaya Transportasi Bongkar Muat Subtotal Keuntungan Marjin Tataniaga Harga Jual Pengecer Biaya Transportasi Retribusi Penyusutan Penyimpanan Subtotal Keuntungan Marjin Tataniaga Harga Jual Total Harga Jual Sumber : Data primer diolah, 2014

64 52 Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian Foto 1 Perusahaan UD AMA Foto 2 Gudang Pengecer di Alahan Panjang Foto 3 CV Usaha Tani sebagai Distributor Utama di Sumatera Barat Foto 5 Salah Satu Pengecer Pupuk Organik UD AMA di Kota Solok Foto 4 Pupuk Organik UD AMA

65 53 Foto 6 Salah Satu Kebun Buah Naga Kelompok Tani Citra Nusantara Mandiri Foto 7 Lahan Beras Solok Pemakai Pupuk UD AMA Foto 8 Aktivitas Penggudangan Perusahaan Foto 9 Cairan Campuran Biang Foto 10 Lahan Petani Sayuran Pemakai UD AMA di Alahan Panjang Foto 11 Aktivitas Penggudangan Pengecer di Alahan Panjang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan pemasaran. Para ahli telah mendefinisikan pemasaran atau

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Tataniaga Tataniaga adalah suatu kegiatan dalam mengalirkan produk dari produsen (petani) sampai ke konsumen akhir. Tataniaga erat

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran merupakan konsep dalam mencari kebenaran deduktif atau secara umum ke khusus. Pada kerangka pemikiran teoritis penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS DI KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI

ANALISIS TATANIAGA BERAS DI KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI ANALISIS TATANIAGA BERAS DI KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI Joko Purwono 1), Sri Sugyaningsih 2), Adib Priambudi 3) 1) Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, 2) Dosen

Lebih terperinci

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN Tataniaga Pertanian atau Pemasaran Produk-Produk Pertanian (Marketing of Agricultural), pengertiannya berbeda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pupuk Bersubsidi Pupuk bersubsidi ialah pupuk yang pengadaanya dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebtuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 2012 di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pasar Definisi yang tertua dan paling sederhana bahwa pasar adalah sebagai suatu lokasi secara fisik dimana terjadi jual beli atau suatu

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pemasaran Mubyarto (1977), mengemukakan bahwa di Indonesia istilah tataniaga disamakan dengan pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang membawa atau menyampaikan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

Jurnal NeO-Bis Volume 8, No. 2, Desember 2014 DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

Jurnal NeO-Bis Volume 8, No. 2, Desember 2014 DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR Joko Purwono 1) / Sri Sugyaningsih 2) / Nada Fajriah 3) 1) Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, 2) Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR Joko Purwono 1) / Sri Sugyaningsih 2) / Nada Fajriah 3) 1) Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB,

Lebih terperinci

81 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009) 1 & 2

81 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009) 1 & 2 81 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009) ANALISIS SISTEM TATANIAGA BERAS PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT Eva Yolynda Aviny

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Tataniaga Pertanian Menurut Limbong dan Sitorus (1985), tataniaga pertanian adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN)

ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN) Analisis Pemasaran Nenas Palembang ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN) Herawati 1) dan Amzul Rifin 2) 1,2) Departemen

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

MINGGU 6. MARKETING MARGIN

MINGGU 6. MARKETING MARGIN MINGGU 6. MARKETING MARGIN Oleh TIM TATANIAGA PRODUK AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 MARGIN TATANIAGA Konsep Margin Tataniaga (Margin Total)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Secara umum sistem pemasaran komoditas pertanian termasuk hortikultura masih menjadi bagian yang lemah dari aliran komoditas. Masih lemahnya pemasaran komoditas

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gapoktan Bunga Wortel Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penetuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon. Penekanan hutan sebagai suatu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) Dimas Kharisma Ramadhani, Endang Siti Rahayu, Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA Evi Naria ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA Efendi H. Silitonga Staf Pengajar Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara Medan Abstract North

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN BERAS DI KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN CIANJUR

SISTEM PEMASARAN BERAS DI KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN CIANJUR SISTEM PEMASARAN BERAS DI KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN CIANJUR Alexandro Ephannuel Saragih 1), dan Netti Tinaprilla 2) 1,2) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA LIDAH BUAYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANDRI ENDRA SETIAWAN

ANALISIS TATANIAGA LIDAH BUAYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANDRI ENDRA SETIAWAN ANALISIS TATANIAGA LIDAH BUAYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANDRI ENDRA SETIAWAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU Bungamayang, Kabupaten Lampung Utara. Lokasi dipilih secara purposive karena PTPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Pertanian sebagai kegiatan manusia dalam membuka lahan dan menanaminya dengan berbagai jenis tanaman yang termasuk tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pangan merupakan salah satu masalah nasional yang sangat penting dari keseluruhan proses pembangunan dan ketahanan nasional suatu bangsa. Pangan menyangkut kesejahteraan

Lebih terperinci

III. KERANGKA KONSEPTUAL

III. KERANGKA KONSEPTUAL III. KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Structure-Conduct Performance Model Pendekatan Structure, Conduct, and Performance (SCP) adalah pendekatan organisasi pasar atau pelaku pasar yang mencakup atau mengkombinasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tataniaga Pertanian Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. Pemasaran adalah kegiatan mengalirkan barang dari produsen ke konsumen akhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangka pemikiran konseptual berisi teori dan konsep kajian ilmu yang digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian BIAYA, KEUNTUNGAN DAN EFISIENSI PEMASARAN 1) Rincian Kemungkinan Biaya Pemasaran 1. Biaya Persiapan & Biaya Pengepakan Meliputi biaya pembersihan, sortasi dan grading

Lebih terperinci

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH (Capsicum annuum SP.) (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo) Masyuliana*), Kelin Tarigan **) dan Salmiah **)

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 BADAN A PUSAT STATISTIKT A T I S T I K No. 41/7/13/ Th. XIX, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 PRODUKSI PADI TAHUN 2015NAIK1,25 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 2015 sebanyak 2,55 juta

Lebih terperinci

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Benidzar M. Andrie 105009041 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi BenizarMA@yahoo.co.id Tedi Hartoyo, Ir., MSc.,

Lebih terperinci

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan² ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAWI MANIS DENGAN PENDEKATAN STRUCTURE, CONDUCT, AND PERFORMANCE (SCP) DI KECAMATAN JAMBI SELATAN KOTA JAMBI Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN Arini Pebristya Duha *), HM Mozart B Darus **), Luhut Sihombing **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.

Lebih terperinci

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton LAMPIRAN III. A ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 1 Kab. Pasaman 13,31 14,97 9,98 6,65 5,82 9,15 9,98 6,65 8,33 4,99 9,98 7,49 107,30 2 Kab. Pasaman Barat 26,61 153,03 27,45 26,61

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) Nuni Anggraini, Ali Ibrahim Hasyim, Suriaty Situmorang Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN Rokhman Permadi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Darwan Ali rokhmanpermadi@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran merupakan semua kegiatan yang mengarahkan aliran barangbarang dari produsen kepada konsumen termasuk kegiatan operasi dan transaksi yang terlibat dalam pergerakan,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BUAH NAGA ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BANYUWANGI

ANALISIS TATANIAGA BUAH NAGA ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BANYUWANGI ANALISIS TATANIAGA BUAH NAGA ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BANYUWANGI Ardito Atmaka Aji 1, Kurniawan Muhammad Nur 2 1 Program Studi Agribisnis / Politeknik Negeri Banyuwangi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

DI DESA CIPEUYEUM, KECAMATAN HAURWANGI, KABUPATEN CIANJUR ABSTRACT

DI DESA CIPEUYEUM, KECAMATAN HAURWANGI, KABUPATEN CIANJUR ABSTRACT SISTEM Tata niaga KEDELAI DI DESA CIPEUYEUM, KECAMATAN HAURWANGI, KABUPATEN CIANJUR Aldha Hermianty Alang *)1, dan Heny Kuswanti Suwarsinah *) *) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Lebih terperinci

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian 8 informal kelompok yang mempengaruhi daya tawar dan ketersedian informasi harga serta dampaknya pada harga yang berlaku. Analisis berikutnya yaitu mekanisme penentuan harga, faktor yang mempengaruhi penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan sebagai sumber

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 58, G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN NOMOR 58 TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI DAN ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan hal yang sangat penting karena merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang subsidi pupuk merupakan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi KERAGAAN PEMASARAN IKAN GURAMI (Osphrounemus gouramy) PADA KELOMPOK MINA BERKAH JAYA Irni Rahmi Zulfiyyah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Irnirahmi18@gmail.com Dedi Darusman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat mendukung untuk sektor usaha pertanian. Iklim tropis yang ada di Indonesia mendukung berkembangnya sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

SALINAN NOMOR 5/E, 2010 SALINAN NOMOR 5/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2010 WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani 6 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Kelayakan Usahatani II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soeharjo dkk (1973) dalam Assary (2001) Suatu usahatani dikatakan layak atau berhasil apabila usahatani tersebut dapat menutupi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang penting bagi petani. Keberadaan pupuk secara tepat baik jumlah, jenis, mutu, harga, tempat, dan waktu akan menentukan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Indikator penting untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2011 BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci