BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Supply Chain Management Menurut (Eko, 2005) supply chain pertama kali digunakan oleh beberapa konsultan logistik pada sekitar tahun 1980-an, yang kemudian oleh para akademisi dianalisis lebih lanjut pada tahun 1990-an. Supply chain atau dapat diterjemahkan rantai pasokan adalah rangkaian hubungan antar perusahaan atau aktivitas yang melaksanakan penyaluran pasokan barang atau jasa dari tempat asal sampai ke pembeli atau pelanggan. Supply chain menyangkut hubungan yang terus-menerus mengenai barang, uang, dan informasi. Barang umumnya mengalir dari hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan informasi mengalir baik dari hulu ke hilir maupun dari hilir ke hulu. Dilihat secara horizontal, ada lima komponen utama atau pelaku dalam supply chain, yaitu supplier (pemasok), manufacturer (pabrik pembuat barang), distributor (pedagang besar), retailer (pengecer), dan customer (pelanggan). Secara vertikal ada beberapa komponen utama supply chain, yaitu buyer (pembeli), transporter (pengangkut), warehouse (penyimpan), seller (penjual), dan sebagainya. Dengan demikian, manajemen supply chain pada hakikatnya adalah perluasan, pengembangan konsep, dan arti dari manajemen logistik. Kalau. Manajemen logistik mengurusi arus barang, termasuk pembelian, pengendalian tingkat persediaan, pengangkutan, penyimpanan, dan distribusi dalam satu perusahaan, maka manajemen supply chain mengurusi hal yang sama, tetapi

2 meliputi antar perusahaan yang berhubungan dengan arus barang, mulai dari bahan mentah sampai barang jadi yang dibeli dan digunakan oleh pelanggan. Pada hakikatnya manajemen supply chain adalah integrasi lebih lanjut dari manajemen logistik antar perusahaan yang terkait, dengan tujuan lebih meningkatkan kelancaran arus barang, meningkatkan keakuratan perkiraan kebutuhan, meningkatkan efisiensi penggunaan ruangan, kendaraan, dan fasilitas lain, mengurangi tingkat persediaan barang, mengurangi biaya, dan lebih meningkatkan layanan lain yang diperlukan oleh pelanggan akhir 3.2. Pengukuran Kinerja Supply Chain Output Menurut (Beamon, 1999) beberapa parameter pengukuran kinerja supply chain output adalah sebagai berikut: a. Penjualan, yaitu total pendapatan. b. Keuntungan, yaitu total pendapatan dikurangi dengan pengeluaran. c. Tingkat pemenuhan, yaitu jumlah order yang dapat dipenuhi atau selesai dengan segera. d. Pengiriman tepat waktu (on time deliveries), yaitu mengukur kinerja item, order, atau pengiriman produk. e. Backorder/stockout, yaitu mengukur kinerja item, order, atau ketersediaan produk. f. Waktu respon pelanggan (customer response time), yaitu jumlah waktu antara pemesanan hingga pengiriman order.

3 g. Manufacturing lead time, yaitu total jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu item atau batch. h. Kesalahan pengiriman, yaitu jumlah kesalahan pengiriman yang terjadi. i. Keluhan pelanggan (customer complaints), yaitu jumlah keluhan yang disampaikan oleh pelanggan Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) Menurut (nyoman, 2005) SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain. Seperti halnya kerangka yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, SCOR pada dasarnya juga merupakan model yang berdasarkan proses. Model ini mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process reengineering, benchmarking, dan process measurement kedalam kerangka lintas fungsi dalam supply chain Jenis Risiko Supply Chain Menilai risiko yang terjadi, pertama kali kategori risiko harus ditentukan mengelompokkan sembilan kategori risiko yaitu: gangguan, keterlambatan, sistem breakdown, peramalan, properti kekayaan intelektual, pengadaan, piutang, persediaan, dan kapasitas. Beberapa kategori risiko yaitu: kualitas, ketergantungan suplier, sistem informasi, manajemen dan kemanan. Mengkategorikan risiko menjadi sepuluh kategori antara lain: permintaan, penundaan, discruption, persediaan, manufacturing, kapasitas, suplai, sistem, sovereign, transportasi. Kategori risiko rantai pasok lainnya yaitu: Penundaan informasi, regulatory

4 compliance, aksi dari pesaing, lingkungan politik, fluktuasi harga pasar, ketidakpastian biaya dan kualitas supplier. Katagori risiko rantai pasok kedalam operasi dan gangguan, yang mana risiko operasi meliputi permintaan, supply dan biaya ketidakpastian. Sedangkan gangguan risiko meliputi: tsunami, gempa, krisis ekonomi 3.5. Risiko Risiko adalah probabilitas suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian ketika kejadian tersebut terjadi selama periode tertentu. Pengaruhnya dapat diukur dengan mengalikan frekuensi kejadian dan dampak dari kejadian tersebu. Risiko selalu dikaitkan dengan ketidakpastian, namun risiko tidak selalu sama dengan ketidakpastian. Perbedaan antara risiko dan ketidakpastian adalah risiko diartikan sebagai probabilitas kerugian dari suatu kejadian, sedangkan ketidakpastian dinyatakan sebagai exogenous disturbance. Risiko dapat timbul dari setiap kejadian tetapi dapat dikelola berdasarkan kebutuhan organisasi. Pendekatan dalam mengelola risiko ini disebut dengan manajemen risiko. Risk management merujuk pada perencanaan, monitoring, dan pengontrolan kegiatan yang didasarkan pada informasi yang dihasilkan oleh aktivitas analisis risiko. Aktivitas manajemen risiko digunakan untuk menghindari, mengurangi, mentransfer, membagi, atau menerima risiko tersebut. Aktivitas manajemen risiko dapat diimplementasikan pada seluruh level organisasi, mulai dari level strategis, level taktis, hingga level operasional, (Sherlywati, 2016)

5 3.6. HOR (House Of Risk) 1 Menurut (Dewi, 2010) merupakan tahapan yang bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang akan ditangani. Proses identifikasi harus melibatkan risiko baik yang terkontrol maupun tidak terkontrol oleh perusahaan. Dalam tahap ini akan dihasilkan suatu daftar risiko yang didapat dari identifikasi sumber risiko, apa saja yang menjadi risiko (what), dimanakah risiko tersebut muncul/ ditemukan (where), bagaimana risiko tersebut timbul di tempat tersebut (how) dan mengapa risiko tersebut timbul (why), yang risiko tersebut berdampak terhadap pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan. HOR1 (Gambar 2) menggambarkan langkah-langkah pada tahap identifikasi risiko 3.7. HOR (House Of Risk) 2 Proses perancangan strategi dilakukan menggunakan matriks House of Risk (HOR) fase kedua untuk menyusun aksi-aksi mitigasi dalam menangani risiko yang berpotensi timbul pada rantai pasok. HOR (House Of Risk) 2 Gambar 3.3 menggambarkan langkah-langkah pada tahap perancangan strategi, yaitu (Dewi, 2010): 3.8. Pareto Diagram Menurut Alferdo pareto ( ) mendedifikasikan penelitian intensif tentang pendistribusian kekayaan dieropa. Dia menemukan bahwa hanya sedikit orang dengan banyaknya uang yang mereka miliki, dan banyak orang dengan uang yang sedikit. Ketidakseimbangan distribusi kekayaan ini menjadi bagian

6 integrasi dari pada teori ekonomi. Dr. Jhosep Juran menyadari konsep ini sebagian universal yang dapat diapliksikan kedalam banyak bagian. Dia mengemukakan Phrase tentang bagian vital View dan useful money.

7 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di PT. Bakrie Sumatra Plantation pada bulan Januari 2017 yang bergerak dalam bidang pengolahan crumb rubber (karet). Lokasi pabrik berada di Jalan Ir. H. Juanda No. 1 Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara Jenis Penelitian Jenis penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggungkapkan karakteristik dari variabel-variabel secara akurat tentang fakta-fakta suatu objek Objek Penelitian Objek penelitian adalah risiko aktivitas rantai pasok crumb rubber yang ada di perusahaan PT.Bakrie Sumatera Plantations Tbk Variabel Penelitian Menurut hubungan antara satu variabel dangan variabel yang lain, variabel-variabel penelitian dibagi atas: Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Sedangkan variabel

8 independen (variabel bebas) dapat diartikan sebagai variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2012): 1. Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian ini adalah: a. Risiko internal merupakan salah satu resiko dimana perusahaan suplier memiliki kontrol. Meliputi risiko Produksi, kualitas dan risiko teknologi (Iryaning,2016) a) Risiko produksi merupakan risiko yang muncul dari kegiatan operasional dan manajerial akibat terganggunya suatu proses. b) Risiko kualitas merupakan risiko yang timbul akibat kesalahan dalam menerapkan aturan yang ditetapkan perusahaan. Misal: besar order, kebijakan safety stock, transportasi. c) Risiko teknologi merupakan risiko yang timbul dari proses kerusakan yang terjadi di suatu proses b. Risiko eksternal perusahaan tetapi masih didalam jaringan supply chain, meliputi risiko permintaan dan risiko supply. a) Risiko Harga merupakan risiko yang timbul akibat pangsa pasar yang tidak stabil. b) Risiko Pasokan merupakan risiko yang serupa timbul akibat terganggunya aliran bahan baku c) Risiko Transportasi merupakan risiko yang timbul akibat jarak yang dituju terlalu jauh

9 d) Risiko Informasi merupakan risiko yang terjadi akibat timbulnya perbedaan informasi 2. Variabel dependen Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini mitigasi resiko Kerangka Konseptual Penelitian Suatu penelitian merupakan alur berpikir yang logis mengenai penelitian yang dilakukan sehingga penelitian tersebut dilakukan secara benar sesuai dengan yang seharusnya Blok Diagram Prosedur Penelitian Rancangan penelitian terdiri atas: 1. Identifikasi masalah rantai pasok (supply chain) antara perusahaan pemasok dan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. 2. Melakukan studi lapangan dan studi literatur. Studi lapangan dilakukan observasi keadaan awal aktivitas supply chain antara pemasok dengan perusahaan. Mencari informasi pendukung risiko yang terjadi pada aktivitas perusahaan serta wawancara dengan pihak perusahaan melakukan brainstorming dan pembuatan kuesioner. 3. Melakukan studi literatur dari buku dan jurnet mengenai mitigasi risiko.

10 4. Menyebarkan kuisioner ke pemasok dan perusaahaan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk, serta menambahkan pesaing atau kompetior. Kompetitor sejenis digunakan untuk mendapatkan data objective yang mengerti akan aktivitas perusahaan. 5. Melakukan pengumplan data yang terkait Data primer data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran langsung terhadap objek penelitian di lapangan yaitu hasil wawancara risiko yang terjadi pada perushaan, pemasok serta perusahaan kompetitor. Data skunder merupakan data perusahaan yang menyangkut visi, misi, sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan informasi-informasi lainnya. Serta data penerimaan bahan baku latex. 6. Melakukan pengolahan data dengan menggunakan HOR fase 1 dan HOR fase 2 pada penelitian 7. Melakukan analisis pemecahan masalah pada penelitian 8. Memberikan kesimpulan dan saran untuk penelitian 4.7. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara/interview tentang risiko yang terhadap pihak logistik perusahaan, data kuesioner dan brainstorming Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang digunakan untuk memitigasi risiko.

11 4.9. Pengolahan data Pengolahan data dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Identifikasi Risiko Tahap ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dan berpotensi terjadi dalam aktivitas rantai pasok. Salah satu aspek penting yang akan dilakukan dalam mengidentifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin dengan cara survei lapangan, brainstorming, wawancara dan kuesioner. Wawancara dan kuesioner yang dilakukan dalam penelitian ini ditujukan kepada Logistic Manager PT BSP, pemasok (supplier), Logistic Manager perusahaan lain 2. Pengukuran Risiko Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran risiko dengan pemetaan aktivitas pemasok bahan baku crumb rubber dengan cara observasi dan berasal dari arsip perusahaan. Aktivitas dipetakan dengan model SCOR (Supply Chain Operational Reference) untuk mengklasifikasi aktivitas supply chain. Aktivitas proses supply chain berdasarkan dibagi menjadi lima proses yaitu : plan, scource, make, deliver, dan retrun. 3. Evaluasi Risiko Tahap ini melakukan kriteria risiko yang ditetapkan dan memutuskan risiko dapat diterima atau memerlukan perlakuan khusus dengan menentukan prioritas risiko dari peringkat nilai ARP. Pada tahap ini menggunakan model HOR 1. Dalam model tersebut kejadian risiko dan

12 agen risiko dinilai kolerasinya dengan hasil akhir adalah nilai aggregate risk priority (ARP). Kemudian dirangking menggunkan prinsip 80/20 menghasilkan agen risiko terpilih. Menggunakan model HOR 2 bersamaan degan agen risiko terpilih. Pada fase kedua ini dihitung nilai total keefektifan aksi mitigasi (TE k ), derajat kesulitan melakukan aksi mitigasi (D k ) dan total kefektifan derajat kesulitan melakukan aksi mitigasi (ETD k ) Analisa Data Analisis pemecahan masalah yaitu Tahapan ini penjabaran deskriptif dari agen risiko terpilih untuk memitigasi risiko dari model HOR fase 1 dan aksi mitigasi yang telah diusulkan dari hasil pemetaan pada HOR fase 2 (bayu rizki, 2014). Memlilih dari setiap perusahaan yang diteliti, kompetitor dan pemasok yang menjadi prioritas utama dalam mitigasi risiko Kesimpulan dan Saran Langkah akhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi hal-hal penting dalam penelitian tersebut dan pemberian saran untuk penelitian selanjutnya.

13 BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 5.1 Pengumpulan Data Aktivitas Pemasok dan Perusahaan Aktivitas perusahaan PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk adalah sebagai berikut Data Risiko Perusahaan Aktivitas perusahaan tidak terlepas dari risiko. Risiko yang terjadi di dalam aktivitas supply chain antara supplier sampai ke perusahaan dapat dilihat sebagai berikut: 1. Perubahan mendadak dalam Master Schedule pada kegiatan perencanaan produksi dapat disebabkan oleh: a. Permintaan yang mendadak b. Belum ada perencanaan jangka panjang c. Permintaan barang tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas 2. Harga material tidak valid pada perencanaan anggaran perusahaan dapat disebabkan oleh : a. Referensi harga material yang tidak akurat 3. Keterlambatan penerimaan barang dari pemasok pada kegiatan penerimaan bahan disebabkan oleh: a. Transportasi tidak layak pakai / rusak b. Jarak tempuh jauh 4. Ketidaksesuaian spesifikasi bahan mengakibatkan risiko terhadap proses inspeksi bahan. Hal ini disebabkan oleh :

14 a. Kualitas barang dari pemasok tidak sesuai dengan standar mutu 5. Kurangnya informasi mengenai pemasok yang memiliki potensi mengakibatkan risiko terhadap komunikasi pada supplier. Disebabkan oleh: a. Gangguan komunikasi 6. Supplier tidak memenuhi kesepakatan dalam kontrak mengakibatkan risiko terhadap kontrak dengan supplier. Hal ini disebabkan oleh: a. Keterlambatan pengadaan barang. b. Supplier tidak memenuhi kontrak 7. Material gudang rusak mengakibatkan risiko penyimpanan. Hal ini disebabkan: a. Penumpukan bahan terlalu lama 8. Mesin berhenti beroperasi mengakibatkan risiko dalam kegiatan proses produksi. Hal ini disebabkan: a. Kurang maintenace pada mesin produksi b. Kesalahan setup dan setting mesin c. Usia peralatan tua 9. Kualitas tidak sesuai dengan standar mutu mengakibatkan risiko terhadap pengujian produk. Hal ini disebabkan oleh: a. Proses Inspeksi tidak sempurna. b. Temperature pada mesin pengeringan tidak konsiten c. Penambahan bahan kimia tidak sesuai dengan standarisasi 10. Keterlambatan pengiriman produk mengakibatkan risiko pada pengiriman produk. Hal ini disebabkan oleh: a. Kesalahan dalam pemberian identitas barang 11. Pengembalian bahan terlambat mengakibatkan risiko pada kegiatan pengembalian bahan kepada pemasok. Hal ini disebabkan oleh:

15 a. Keterlambatan menangani material yang datang 5.2 Pengolahan Data Pemetaan Aktivitas Rantai Pasok Pemetaan aktivitas supply chain dan identifikasi risiko dan agen risiko. Pemetaan aktifitas supply chain crumb rubber didapat dengan cara observasi dan wawancara. Aktivitas yang telah di petakan dengan model SCOR (Supply Chain Operation Refrence), yaitu plan, source, make, deliver, dan return untuk mengklasifikasikan aktivitas suppy chain. Pemetaan aktivitas rantai pasok merupakan tahap awal dalam metode House of Risk (HOR). Kelima proses tersebut berfungsi seperti yang diuraikan, yaitu: 1. Plan Plan yaitu proses menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi dan pengiriman. 2. Source Source yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. 3. Make Make yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku / komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. 4. Deliver

16 Deliver yaitu proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. 5. Return Return yaitu proses pengembalian atau pengembalian produk karena berbagai alasan. Pemetaan aktivitas ini dilakukan dengan cara wawancara di PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk House of Risk Fase I (Fase Identifikasi Risiko) House of Risk fase I digunakan untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan agen risiko yang berpotensi timbul sehingga hasil output dari HOR fase 1 yaitu pengelompokan agen risiko ke dalam agen risiko prioritas sesuai dengan nilai Aggregate Risk Potential (ARP). Langkah penerapan model HOR adalah sebagai berikut (Zulia, 2016): a. Identifikasi risk event (EE ii ) dan risk agent (AA jj ) b. Perhitungan occurrence dan severity variabel EE ii dan AA jj c. Membangun matriks hubungan korelasi EE ii dan AA jj dengan ketentuan, 0: tidak ada korelasi, 1: korelasi lemah, 3: korelasi sedang dan 9: korelasi kuat. d. Perhitungan nilai ARP dari AA jj menggunakan rumus: e. AARRPP jj =OO jj ΣSS ii RR iijj (2) f. Peringkat ARP dari masing-masing AA jj. g. Pembuatan diagram pareto AA jj (pemilihan prioritas AA jj ) Identifikasi Risiko Identifikasi Kejadian Risiko (Risk Event)

17 Identifikasi kejadian risiko (E i ) untuk masing-masing proses yang telah terdefinisi pada tahap sebelumnya. Risiko ini merupakan semua kjadian yang mungkin timbul pada proses rantai pasok yang mengakibatkan kerugian pada perusahaaan. Kejadian risiko yang terjadi di PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk dapat dilihat dilihat pada Tabel Identifikasi Agen Risiko (Risk Agent) Pengukuran tingkat dampak (S i ) suatu kejadian risiko terhadap proses bisnis perusahaan. Nilai severity ini menyatakan seberapa besar gangguan yang ditimbulkan oleh suatu kejadian risiko terhadap proses perusahaan. Agen risiko yang terjadi di PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk dapat dilihat pada Tabel Penilaian Risiko Penilaian Kejadian Risiko (Risk Event) Penilaian terhadap severity pada proses rantai pasok merupakan penilaian yang berhubungan dengan seberapa besar kemungkinan terjadinya dampak yang timbul akibat adanya kegagalan atau kecacatan yang terjadi. Nilai severity dihasilkan melalui kuesioner yang sudah dilakukan terhadap bagian yang paham akan risiko seperti bagian logistik dan supplier pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. Rekapitulasi penilaian kejadian risiko dapat dilihat pada Tabel. Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa terdapat lima kejadian risiko yang memiliki nilai skala dua, dua kejadian risiko yang memiliki nilai skala tiga, satu kejadian risiko yang memiliki nilai skala enam, satu kejadian risiko yang memiliki nilai skala tujuh, dua kejadian risiko yang memiliki nilai skala delapan, pada pemasok

18 Terdapat satu kejadian risiko yang memiliki nilai skala dua, tiga kejadian risiko yang memiliki nilai skala tiga, satu kejadian risiko yang memiliki nilai skala empat, dua kejadian risiko yang memiliki nilai skala lima, dua kejadian risiko yang memiliki nilai skala enam, dua kejadian risiko yang memiliki nilai skala tujuh, pada perusahaan yang diteliti Terdapat dua kejadian risiko yang memiliki nilai skala dua, satu kejadian risiko yang memiliki nilai skala tiga, dua kejadian risiko yang memiliki nilai skala empat, dua kejadian risiko yang memiliki nilai skala lima, satu kejadian risiko yang memiliki nilai skala enam, satu kejadian risiko yang memiliki nilai skala tujuh, dua kejadian risiko yang memiliki nilai skala delapan, dan satu kejadian risiko yang memiliki nilai skala sembilan, pada perusahaan kompetitor Penilaian Agen Risiko (Risk Agent) Penilaian terhadap occurrence dilakukan untuk mengetahui seberapa sering kemungkinan terjadinya suatu kegagalan pada proses rantai pasok. Sama seperti penilaian terhadap severity, penilaian terhadap occurrence juga dilakukan dengan cara pembagian kuesioner terhadap bagian yang paham akan risiko seperti bagian logistik dan supplier pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. Rekapitulasi penilaian agen risiko dapat dilihat pada Tabel 5.6 Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa terdapat tiga agen risiko yang memiliki nilai skala satu, terdapat tiga agen risiko yang memiliki nilai skala dua, terdapat dua agen risiko yang memiliki nilai skala tiga, tiga agen risiko yang memiliki nilai skala empat, tiga agen risiko yang memiliki nilai skala lima, dua agen risiko yang memiliki nilai skala enam, dua agen risiko yang memiliki nilai skala tujuh, satu agen risiko yang memiliki nilai skala delapan pada pemasok.

19 terdapat terdapat tiga agen risiko yang memiliki nilai skala dua, terdapat tiga agen risiko yang memiliki nilai skala tiga, satu agen risiko yang memiliki nilai skala empat, empat agen risiko yang memiliki nilai skala lima, empat agen risiko yang memiliki nilai skala enam, tiga agen risiko yang memiliki nilai skala tujuh, dan satu agen risiko yang memiliki nilai skala delapan pada perusahaan yang diteiti Terdapat tiga agen risiko yang memiliki nilai skala tiga, empat agen risiko yang memiliki nilai skala empat, tiga agen risiko yang memiliki nilai skala enam, empat agen risiko yang memiliki nilai skala tujuh, tiga agen risiko yang memiliki nilai skala delapan, dan satu agen risiko yang memiliki nilai skala sembilan Penilaian Tingkat Hubungan (Relationship) Pengukuran nilai korelasi (relationship) antara suatu kejadian risiko dengan agen penyebab risiko. Bila suatu agen risiko menyebabkan timbulnya suatu risiko, maka dikatakan terdapat hubungan. Nilai kolerasi (R ij ) tediri atas (0,1,3,9) dimana 0 menunjukan tidak ada hubungan kolerasi, 1 menggambarkan hubungan kolerasi kecil, 3 menggambarkan kolerasi sedang 9 menggambarkan kolerasi tinggi. Rekapitulasi penilaian tingkat hubungan dapat dilihat pada Tabel 5.6

20 V-56

21 Perhitungan Aggregate Risk Potensial (ARP) Perhitungan Aggregate Risk Potensial (ARP) bertujuan untuk menentukan proritas dalam proses penanganan suatu agen risiko. Agen risiko tersebut kemudian akan diurutkan berdasarkan nilai ARP tertinggi hingga terendah. Perhitungan Aggregate Risk Potensial (ARP) diperoleh menggunakan rumus (Achmad, 2012: AAAAAA jj = OO jj ii SS ii RR iiii Keterangan: ARP j O j S i R ij = Aggregate Risk Potensial = Tingkat peluang terjadinya agen risiko (Occurance level of risk) = Tingkat dampak sebuah kejadian risiko (Severity level of risk) = Tingkat keterhubungan antara agen risiko (j) dengan risiko (i) Contoh perhitungan ARP perusahaan yang diteliti : ARP 1 = 7 [9(6) + 1(5) + 3(6) +1(7)] ARP 1 = 7 [ ] ARP 1 = 7 [84] ARP 1 = 588 Jadi ARP 1 didapat sebanyak 588 Penentuan ranking agen risiko yang terbesar yaitu 588 bahwa agen risiko memiliki prioritas utama dalam penanganannya dibandingkan dengan yang lain sehingga menjadi peringkat pertama. Tabel House of Risk dapat dilihat pada Tabel berikut ini. V-57

22 Berdasarkan tabel di peroleh nilai ARP yang merupakan hasil output dari House of Risk fase I. Tabel tersebut dapat diketahui nilai dari tingkat dampak (severity) dari kejadian risiko yang telah diidentifikasi, penilaian tingkat peluang kemunculan kejadian risiko (occurance) dari agen risiko, penilaian tingkat hubungan (relationship) antara kejadian risiko dan agen risiko, dan nilai Aggregate Risk Potensial (ARP). Tabel House of Risk fase I yang digunakan untuk menentukan agen risiko yang harus diberikan prioritas untuk dilakukan penanganan dengan menggunakan House of Risk Fase II House of Risk Fase II (Fase Penanganan Risiko) House of Risk fase II dilakukan bertujuan perencanaan aksi mitigasi. Aksi mitigasi yang dimaksudkan adalah tindakan untuk mengurangi dampak dari agen risiko sebelum risiko itu terjadi. Alternatif aksi mitigasi diperoleh dari brainstorming anara peneliti dengan perusahaan (Bayu, 2014) Aksi Mitigasi Risiko (Penanganan Risiko) Aksi mitigasi yang dimaksudkan adalah tindakan untuk mengurangi dampak dari agen risiko sebelum risiko itu terjadi. Alternatif aksi mitigasi diperoleh dari brainstorming anara peneliti dengan perusahaan. Penanganan risiko yang diusulkan ada pada Tabel Hubungan antara Penanganan Risiko dengan Agen Risiko Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengukur nilai kolerasi (hubungan) antara aksi mitigasi dengan agen risiko terpilih. Penilaian dilakukan dengan pengisian kuisioner untuk memberikan penilaian hubungan antara aksi mitigasi dengan agen risiko terpilih. Penilaian hubungan aksi mitigasi dengan agen risiko terpilih I-58

23 dilakukan oleh pihak perusahaan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. Rekapitulasi penilaian dapat dilihat pada Tabel Perhitungan Total Effectiveness (TE) Langkah kedua yaitu perhitungan Total Effectiveness bertujuan untuk menilai keefektifan dari aksi mitigasi. Dengan cara mengalikan nilai kolerasi antara agen risiko (j) dengan aksi preventive (k). Dari setiap penanganan risiko yang telah diusulkan dihitung menggunakan rumus (Bayu, 2014): TTTT kk = jj AAAAAA jj EE jjjj Keterangan: TE k = Total keefektifan (Total Effectiveness) dari tiap strategi mitigasi ARP i = Agregate Risk Potential E jk = Hubungan antara tiap aksi preventif dengan tiap agen risiko Contoh perhitungan TE pada Perusahaan yang Diteliti : TE 1 = [ (588*9)] TE 1 = 5259 Tabel Perhitungan Total Effectiveness dapat dilihat pada Tabel 5.23: Perhitungan Effectiveness To Difficulty Ratio (ETD k ) Mengukur keefektifan derajat kesulitan (effectiveness to difficulty ratio), dengan cara membagi nilai total keefektifan (TEk) dengan derajat kesulitan melakukan aksi. Perhitungan keefektifan derajat kesulitan bertujuan untuk menentukan rangking prioritas dari semua aksi, dengan contoh perhitungan sebagai berikut (Bayu, 2014).

24 ETD k = TE k / D k Keterangan: ETD k = Total keefektivan derajat kesulitan (Effectiveness To Difficulty ratio) TE k = Total keefektifan (Total Efffectiveness) D k = Derajat kesulitan untuk melakukan aksi Contoh perhitungan ETD perusahaan yang diteliti : ETD 1 = 5259 / 3 ETD 1 = 1764 Perhitungan Effectiveness To Difficulty (ETD) ditunjukkan pada Tabel 5.30 berikut ini Ranking Prioritas Penanganan Risiko Langkah keempat penentuan ranking prioritas penanganan risiko pada tahap ini dilakukan dengan berdasarkan hasil perhitungan ETD tertinggi dimana ranking ini berfungsi untuk menunjukkan penanganan mana yang bisa diterapkan terlebih dahulu. Tabel hasil House of Risk fase II merupakan hasil akhir dalam House of Risk, dimana untuk mengetahui peringkat penanganan risiko yang akan dilakukan penanganan terlebih dahulu dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

25 BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1 Analisis House Of Risk Fase I Hasil pengamatan data didapat rekapitulasi data penilaian Severity risiko melalui metode FMEA, data penilaian risiko dapat dilihat pada Tabel 6.1. Berdasarkan risiko yang telah dilakukan, didapatkan peringkat dari pemasok, perusahaan yang diteliti, dan kompetior. Peringkat yang menjadi prioritas mitigasi dari pemasok adalah Jarak tempuh jauh, Refrensi harga material yang tidak akurat, Gangguan komunikasi, Permintaan yang mendadak, Tidak layak pakai / rusak, Alat transportasi tidak memadai, dan Kurangnya maintenance pada mesin-mesin produksi. Peringkat yang menjadi prioritas mitigasi dari perusahaan yang diteliti adalah Permintaan yang mendadak, Kesalahan set up dan setting mesin, Permintaan barang tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas, Kualitas barang dari pemasok tidak sesuai dengan standar mutu, Jarak tempuh jauh, dan Keterlambatan menjalani material yang datang, dan Penumpukan Barang Terlalu Lama. Peringkat yang menjadi prioritas mitigasi dari perusahaan kompetitor adalahpermintaan yang mendadak, Tidak layak pakai / rusak, Belum ada perencanaan jangka panjang, Proses inspeksi tidak sempurna, Permintaan barang

26 tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas, Supplier tidak memenuhi kontrak, Kurangnya maintenance pada mesin-mesin produksi, dan Usia peralatan tua. 6.2 Analisis House Of Risk Fase II Dari hasil perhitungan di pengolahan data didapat rekapitulasi prioritas dari tabel Pareto sebagai berikut. Dilihat dari data diatas bahwa dapat dilihat terdapat kesamaan risiko dari supplier, perusahaan yang diteliti dan perusahaan kompetitor yaitu permintaan barang tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas dan permintaan yang mendadak. Ini disebabkan kurangnya komunikasi maupun kurangnya schedule antara perusahaan, konsumen maupun pemasok. Perbedaan yang signifikan antara ketiga prioritas risiko pemasok, perusahaan yang diteliti dan perusahaan kompetitor yaitu pada pemasok lebih mengarah ke pengadaan bahan, dari perusahaan yang diteliti lebih mengarah ke pengadaan barang dan perusahaan kompetitor lebih mengarah ke maintenance. 6.3 Evaluasi House Of Risk Fase I Peringkat yang menjadi prioritas risiko mitigasi dari pemasok ada 7 risiko, perusahaan yang diteliti ada 7 risiko dan perusahaan kompetitor ada 8 risiko. Prioritas dilakukan untuk melihat risiko yang terlebih dahulu ditangani karena dari risiko prioritas terpilih dianggap mewakili risiko yang ada.

27 6.4 Evaluasi House Of Risk Fase II Dilihat dari perbandingan antara pemasok, perusahaan yang diteliti dan perusahaan kompetitor, bahwa risiko pemasok lebih menjuru ke pengadaan barang seperti Permintaan barang tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas, refrensi harga material tidak akurat dan kesalahan dalam pemberian identitas barang. Pengadaan adalah menyediakan input, berupa barang maupun jasa, yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi maupun kegiatan lain dalam perusahaan. Pengadaan bisa memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi peningkatan keuntungan (profit) sebuah perusahaan. Penanganan resiko yaitu Menjalani komunikasi diantara kedua belah pihak untuk membuat standar spesifikasi yang jelas dan Up to date pangsa pasar akan biaya dan Evaluasi kinerja supplier(widiastuti, 2008). Risiko perusahaan yang diteliti lebih menjuru ke pengadaan barang seperti Permintaan yang mendadak dan Permintaan barang tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas. Pengadaan barang dan jasa pada suatu instansi atau perusahaan merupakan kegiatan rutin yang selalu dilakukan. Pengadaan barang dan jasa dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan barang serta jasa yang diperlukan guna keberlangsungan operasional instansi atau perusahaan. Penanganan resiko yaitu Melakukan penjadwalan ulang pada permintaan, dan Menjalani komunikasi diantara kedua belah pihak untuk membuat standar spesifikasi yang jelas (Heryandi, 2011). Risiko perusahaan kompetitor lebih menjuru ke maintenance seperti Tidak layak pakai / rusak, Kurangnya maintenance pada mesin-mesin produksi,

28 dan usia peralatan tua. maintenance dimaksudkan sebagai aktifitas untuk mencegah kerusakan, sedangkan istilah maintenance dimaksudkan sebagai tindakan untuk memperbaiki kerusakan. Perawatan preventif seperti inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan. Penanganan resiko yaitu Menerapkan maintenance secara berkala, dan Pemeliharaan mesin secara preventif dan Mengganti peralatan

29 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Hasil pengolahan data dan analisis pembahasan memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Identifikasi risiko terdapat 19 agen risiko (Risk Agent) dan 11 kejadian risiko (event risk) 2. Prioritas risiko yang dimitigasi untuk pemasok ada 7 risiko, perusahaan yang diteliti ada 7 risiko, dan perusahaan kompetitor ada 8 risiko. 3. Penanganan risiko pada pemasok lebih mengarah ke pengadaan barang, perusahaan yang diteliti lebih mengarah ke maintenance dan perusahaan kompetitor lebih mengarah ke pengadaan barang Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu: 1. Aksi mitigasi yang diusulkan dapat menjadi pertimbangan perusahaan untuk mengatasi risiko perusahaan 2. Penelitian terhadap risiko sebaiknya dilakukan secara berkala agar risikorisiko yang belum diketahui dapat teridentifikasi dan aksi mitigasi yang diperoleh menjadi lebih baik dalam menangani risiko supply chain.

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN KUISIONER PENILAIAN KEJADIAN RISIKO (RISK EVENT) DATA RESPONDEN Nama : Umur : Jenis Kelamin : Bagian : PETUNJUK PENILAIAN Melalui kuesioner akan diketahui kemungkinan dampak yang akan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas beberapa perusahaan (meliputi supplier, manufacturer, distributor dan

BAB I PENDAHULUAN. atas beberapa perusahaan (meliputi supplier, manufacturer, distributor dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Suatu supply chain dapat didefinisikan sebagai suatu jaringan yang terdiri atas beberapa perusahaan (meliputi supplier, manufacturer, distributor dan

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL HOUSE OF RISK (HOR) UNTUK MITIGASI RISIKO PADA SUPPLY CHAIN BAHAN BAKU KULIT

APLIKASI MODEL HOUSE OF RISK (HOR) UNTUK MITIGASI RISIKO PADA SUPPLY CHAIN BAHAN BAKU KULIT APLIKASI MODEL HOUSE OF RISK (HOR) UNTUK MITIGASI RISIKO PADA SUPPLY CHAIN BAHAN BAKU KULIT Bayu Rizki Kristanto dan Ni Luh Putu Hariastuti Abstract: Dalam aktivitas supply chain selalu berpotensi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari kegiatan pemasokan bahan baku sampai dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari kegiatan pemasokan bahan baku sampai dengan melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Supply chain mempunyai peranan penting dalam aktivitas perusahaan mulai dari kegiatan pemasokan bahan baku sampai dengan melakukan pengiriman hasil produksi kepada konsumen.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENGUMPULAN, PENGOLAHAN ANALISA DATA PEMETAAN PROSES ALIRAN IMPOR CKD

BAB 3 METODE PENELITIAN PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENGUMPULAN, PENGOLAHAN ANALISA DATA PEMETAAN PROSES ALIRAN IMPOR CKD BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan model House of Risk (HOR) yang merupakan integrasi dari metode Failure Modes and Effects Analysis (FMEA). Diagram alir penelitian ini dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB RISIKO DAN MITIGASI RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF RISK PADA DIVISI PENGADAAN PT XYZ

ANALISIS PENYEBAB RISIKO DAN MITIGASI RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF RISK PADA DIVISI PENGADAAN PT XYZ ANALISIS PENYEBAB RISIKO DAN MITIGASI RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF RISK PADA DIVISI PENGADAAN PT XYZ Dyah Lintang Trenggonowati Dosen Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Cilegon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan yang meningkat pada masyarakat Indonesia diikuti peningkatan kesadaran akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka permintaan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERBAIKAN MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOK BATIK KRAKATOA DENGAN PENDEKATAN HOUSE OF RISK

ANALISIS DAN PERBAIKAN MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOK BATIK KRAKATOA DENGAN PENDEKATAN HOUSE OF RISK ANALISIS DAN PERBAIKAN MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOK BATIK KRAKATOA DENGAN PENDEKATAN HOUSE OF RISK Maria Ulfah 1), Siti Murni 2), Nindy Chandra Sari 3), Muhamad Ganivan Maryunani Sidek 4), Fitri Anjani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Responden Penelitian Responden penelitian ini adalah para pelaku konstruksi yang bekerja dalam suatu proyek konstruksi gedung yang ada di kota Yogyakarta. Responden terdiri

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF RISK (HOR) (Studi Kasus di PT. XYZ)

PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF RISK (HOR) (Studi Kasus di PT. XYZ) PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF RISK (HOR) (Studi Kasus di PT. XYZ) RISK MANAGEMENT IN THE SUPPLY CHAIN USING THE METHOD OF HOUSE OF RISK (HOR) (CASE STUDY : PT.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i iii iii iv 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 5 2 TINJAUAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRATEGI MITIGASI RESIKO SUPPLY CHAIN DI PT ATLAS COPCO NUSANTARA DENGAN METODA HOUSE OF RISK

PERANCANGAN STRATEGI MITIGASI RESIKO SUPPLY CHAIN DI PT ATLAS COPCO NUSANTARA DENGAN METODA HOUSE OF RISK PERANCANGAN STRATEGI MITIGASI RESIKO SUPPLY CHAIN DI PT ATLAS COPCO NUSANTARA DENGAN METODA HOUSE OF RISK Retno Utari 1) dan Imam Baihaqi 2) 1) Program Studi Magiter Manajemen Teknologi Manajemen Proyek

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DAN AKSI MITIGASI RISIKO PADA AKTIVITAS SUPPLY CHAIN PT COCA COLA AMATIL INDONESIA

ANALISIS RISIKO DAN AKSI MITIGASI RISIKO PADA AKTIVITAS SUPPLY CHAIN PT COCA COLA AMATIL INDONESIA ANALISIS RISIKO DAN AKSI MITIGASI RISIKO PADA AKTIVITAS SUPPLY CHAIN PT COCA COLA AMATIL INDONESIA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh

Lebih terperinci

Studi Implementasi Model House of Risk (HOR) untuk Mitigasi Risiko Keterlambatan Material dan Komponen Impor pada Pembangunan Kapal Baru

Studi Implementasi Model House of Risk (HOR) untuk Mitigasi Risiko Keterlambatan Material dan Komponen Impor pada Pembangunan Kapal Baru JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (216) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) G52 Studi Implementasi Model House of Risk (HOR) untuk Mitigasi Risiko Keterlambatan Material dan Komponen Impor pada Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PADA SUPPLY CHAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOR (HOUSE OF RISK) PADA PT. PERMATA HIJAU PALM OLEO DRAFT TUGAS SARJANA

ANALISIS RISIKO PADA SUPPLY CHAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOR (HOUSE OF RISK) PADA PT. PERMATA HIJAU PALM OLEO DRAFT TUGAS SARJANA ANALISIS RISIKO PADA SUPPLY CHAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOR (HOUSE OF RISK) PADA PT. PERMATA HIJAU PALM OLEO DRAFT TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini sektor industri terus berkembang,sehingga segala aspek yang terdapat pada sebuah industri sangat menentukan keberhasilan dan kemajuan industri tersebut.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini berisi mengenai metodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Berikut

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA STRATEGI PENANGANAN RISIKO PADA RANTAI PASOK PUPUK ORGANIK MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP) (Studi Kasus di PT Tiara Kurnia, Malang) RISK MANAGEMENT STRATEGY IN THE SUPPLY CHAIN

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini dunia perindustrian berkembang semakin pesat dan mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat. Kondisi ini menuntut dihasilkannya produk atau jasa yang lebih baik, lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan menyampaikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM : PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI MITIGASI RESIKO PADA SUPPLY CHAIN CV SURYA CIP DENGAN HOUSE OF RISK MODEL

ANALISIS STRATEGI MITIGASI RESIKO PADA SUPPLY CHAIN CV SURYA CIP DENGAN HOUSE OF RISK MODEL ANALISIS STRATEGI MITIGASI RESIKO PADA SUPPLY CHAIN CV SURYA CIP DENGAN HOUSE OF RISK MODEL Yoana Ellen Pertiwi*), Dr. Aries Susanty, S.T., M.T. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

5) BAB V (Kesimpulan dan Saran) Bab ini membahas tentang Kesimpulan dan saran.

5) BAB V (Kesimpulan dan Saran) Bab ini membahas tentang Kesimpulan dan saran. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan situasi yang ada, perlunya dilakukan penelitian mengenai manajemen risiko supply chain pada PetroChina International Companies in Indonesia dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadian yang saling bergantung dan mempengaruhi suatu sama lain itulah akan

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadian yang saling bergantung dan mempengaruhi suatu sama lain itulah akan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah bentuk koordinasi yang kompleks dan juga berbagai aktivitas dan kejadian yang saling bergantung dan mempengaruhi suatu sama lain itulah akan muncul

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

Pengelolaan Risiko Supply Chain dengan Metode House of Risk

Pengelolaan Risiko Supply Chain dengan Metode House of Risk Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.3, September 2013, pp.222-226 ISSN 2302-495X Pengelolaan Risiko Supply Chain dengan Metode House of Risk Flora Tampubolon 1, Achmad Bahaudin 2, Putro Ferro Ferdinant 3

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012 ANALISIS STRATEGI MITIGASI RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT. PAL INDONESIA (PERSERO) Ari Fendi 1 dan Evi Yuliawati 2 1,2) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

Pengelolaan Risiko Supply Chain dengan Metode House Of Risk di PT. XYZ

Pengelolaan Risiko Supply Chain dengan Metode House Of Risk di PT. XYZ Pengelolaan Risiko Supply Chain dengan Metode House Of Risk di PT. XYZ Flora Tampubolon 1, Achmad Bahaudin 2, Putro Ferro Ferdinant 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

Perancangan Strategi Mitigasi Resiko Supply Chain di PT Atlas Copco Nusantara dengan Metoda House of Risk

Perancangan Strategi Mitigasi Resiko Supply Chain di PT Atlas Copco Nusantara dengan Metoda House of Risk . Perancangan Strategi Mitigasi Resiko Supply Chain di PT Atlas Copco Nusantara dengan Metoda House of Risk Retno Utari - NRM 9111202 805 Dosen Pembimbing : Imam Baihaqi, PhD PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

SHELLY ATMA DEVINTA

SHELLY ATMA DEVINTA SHELLY ATMA DEVINTA 3110100036 DOSEN PEMBIMBING: Cahyono Bintang Nurcahyo ST, MT Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

DESIGN FRAMEWORK QUALITY RISK MANAGEMENT FOR SUPPLY CHAIN AT PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA, SURABAYA PLANT

DESIGN FRAMEWORK QUALITY RISK MANAGEMENT FOR SUPPLY CHAIN AT PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA, SURABAYA PLANT DESIGN FRAMEWORK QUALITY RISK MANAGEMENT FOR SUPPLY CHAIN AT PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA, SURABAYA PLANT Anantamurti. Hapsari 1), I Nyoman Pujawan 2) dan Putu Dana Karningsih 2) Fakultas Teknik Industri,Institut

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK MATERIAL BETON READY MIX (Studi Kasus: Hotel GAIA, Bandung) ABSTRAK

ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK MATERIAL BETON READY MIX (Studi Kasus: Hotel GAIA, Bandung) ABSTRAK ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK MATERIAL BETON READY MIX (Studi Kasus: Hotel GAIA, Bandung) Harry Slamet Setiawan NRP: 1221014 Pembimbing: Deni Setiawan, S.T., M.T. ABSTRAK Pengadaan material adalah salah

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI MITIGASI RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT. PAL INDONESIA (PERSERO)

ANALISIS STRATEGI MITIGASI RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT. PAL INDONESIA (PERSERO) ANALISIS STRATEGI MITIGASI RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT. PAL INDONESIA (PERSERO) Ari Fendi 1 dan Evi Yuliawati 2 1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA. Indonesia mulai dikenal penggunaan bantalan karet sebagai perletakan jembatan.

BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA. Indonesia mulai dikenal penggunaan bantalan karet sebagai perletakan jembatan. 29 BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan Dengan masuknya teknologi baru ke Indonesia, pada sekitar tahun 1976 di Indonesia mulai dikenal penggunaan bantalan karet sebagai perletakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendekatan manajemen rantai pasok telah banyak digunakan sebagai salah satu model untuk meningkatkan keunggulan bersaing dalam industri. Manajemen rantai pasok merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, kebutuhan manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan pelanggan (customer) yang semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rantai pasok merupakan suatu konsep yang awal perkembangannya berasal dari industri manufaktur. Industri konstruksi mengadopsi konsep ini untuk mencapai efisiensi mutu,

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Dadan Teja Nugraha Program Studi Magister Sistem Informasi, Fakultas Pascasarjana

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jurusan Teknik Industri Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

MRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

MRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Implikasi Secara Umum 1. Pengembangan manajemen logistik Manajemen Rantai Pasokan pada hakikatnya pengembangan lebih lanjut dari manajemen logistik, yaitu

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi suatu industri sangat penting demi memberikan nilai tambah baik bagi industri itu sendiri maupun bagi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

RISIKO RANTAI PASOK GULA RAFINASI DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRACEABILITY

RISIKO RANTAI PASOK GULA RAFINASI DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRACEABILITY RISIKO RANTAI PASOK GULA RAFINASI DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRACEABILITY Maria Ulfah Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Email : maria67_ulfah@yahoo.com Abstrak. Dalam

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri yang melibatkan berbagai aktivitas dan operasi bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #8

Pembahasan Materi #8 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Implikasi Secara Umum Implikasi Terhadap Manajemen Mutu Implikasi Terhadap Arus Barang Implikasi Terhadap Organisasi Implikasi Biaya & Nilai Tambah Implikasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir (skripsi) yang berjudul Analisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi bisnis, diperlukan kemampuan untuk mengakomodasikan ketidakpastian internal maupun eksternal dalam mengambil keputusan. Ketidakpastian

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan apartemen adalah salah satu pembangunan yang menimbulkan risiko tinggi bagi proyek tersebut maupun lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya 1 Analisis Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya Shelly Atma Devinta, I Putu Artama Wiguna, Cahyono Bintang Nurcahyo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin berkembangnya jumlah permintaan produk pangan, semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi perusahaan untuk memproduksi pangan

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis dan industri saat sekarang ini semakin ketat dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat serta sangat cerdas dalam memilih produk

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Manajemen Rantai Pasokan a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan Supply Chain Management (SCM) merupakan serangkaian aktivitas yang terintegrasi, dari pengadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management. (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management. (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG DAN MASALAH Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Pengukuran Performansi Perusahaan dengan Menggunakan Metode Supply Chain Operation Reference (SCOR)

Pengukuran Performansi Perusahaan dengan Menggunakan Metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) Pengukuran Performansi Perusahaan dengan Menggunakan Metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) Darojat 1), Elly Wuryaningtyas Yunitasari 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik produksi merupakan suatu terobosan rangkaian proses dan aliran produk yang saling terintegrasi

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #5

Pembahasan Materi #5 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses

Lebih terperinci

Kata Kunci : Keamanan Makanan, Penilaian risiko, FMECA, Proses Bisnis

Kata Kunci : Keamanan Makanan, Penilaian risiko, FMECA, Proses Bisnis 1 Pengelolaan Risiko Menggunakan Metode FMECA (Failure Modes and Effects Criticality Analysis) dan Simulasi Berbasis Proses Bisnis Pada Rantai Pasok Makanan Dhina Yuskartika, Iwan Vanany, dan Dody Hartanto

Lebih terperinci

Analisis Kepuasan Konsumen Gula Rafinasi Dengan Pendekatan Model Kano Berdasarkan Dimensi Supply Chain Operation Reference

Analisis Kepuasan Konsumen Gula Rafinasi Dengan Pendekatan Model Kano Berdasarkan Dimensi Supply Chain Operation Reference Analisis Kepuasan Konsumen Gula Rafinasi Dengan Pendekatan Model Kano Berdasarkan Dimensi Supply Chain Operation Reference Maria Ulfah Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Jendral

Lebih terperinci

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT 6.1 Identifikasi Tujuan Lembaga Pertanian Sehat Dalam Melakukan Kegiatan Supply Chain Management Perusahaan maupun

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR MANAJEMEN RANTAI PASOK SCOR pada Produk Mie Kering Ubi Jalar

TUGAS TERSTRUKTUR MANAJEMEN RANTAI PASOK SCOR pada Produk Mie Kering Ubi Jalar TUGAS TERSTRUKTUR MANAJEMEN RANTAI PASOK SCOR pada Produk Mie Kering Ubi Jalar Disusun oleh : Eka Nuraini S. 115100700111004 Febry Setyawan 115100700111020 Moh. Ali Rozikin Fauzi 115100701111012 Erin Prastyo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Definisi Manajemen Operasi Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Proses menghasilkan

Lebih terperinci

Risiko Kode Frequency Severity Penggunaan kapasitas tidak optimal A Often A (pengkodean digunakan untuk memudahkan pemetaan risiko)

Risiko Kode Frequency Severity Penggunaan kapasitas tidak optimal A Often A (pengkodean digunakan untuk memudahkan pemetaan risiko) Tabel 4.6 Risiko Manajemen Alat Produksi Risiko Kode Frequency Severity Penggunaan kapasitas tidak optimal A Often A (pengkodean digunakan untuk memudahkan pemetaan risiko) 2. Risiko Pengembangan Infrastruktur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Standard Operating Procedure (SOP) 2.1.1 Pengertian SOP Setiap organisasi perusahaan memiliki pola dan mekanisme tersendiri dalam menjalankan kegiatannya, pola dan mekanisme itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Supply Chain Management Supply chain management adalah pengintengrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan barang setengah jadi menjadi produk akhir,

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun perekonomian dan perindustrian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel di Indonesia tidak terkendala bahkan masih

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HOUSE OF RISK (HOR) PADA PETANI DALAM AGRIBISNIS MANGGA GEDONG GINCU

IMPLEMENTASI HOUSE OF RISK (HOR) PADA PETANI DALAM AGRIBISNIS MANGGA GEDONG GINCU IMPLEMENTASI HOUSE OF RISK (HOR) PADA PETANI DALAM AGRIBISNIS MANGGA GEDONG GINCU 97 Cindy Pedekawati 1, Tuti Karyani 2, Lies Sulistyowati 2 1 Mahasiswa Program Magister Ekonomi Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN (Achieving Operational Excellence and Customer Intimacy: Enterprise Applications) Rangkuman ini akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka

Lebih terperinci

ANALISIS MITIGASI RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PEMBUATAN STERILIZIER TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat

ANALISIS MITIGASI RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PEMBUATAN STERILIZIER TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat ANALISIS MITIGASI RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PEMBUATAN STERILIZIER TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh EZRILONA SILALAHI NIM. 090403105

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya melalui beberapa proses dari pencarian bahan baku, proses produksi, dan proses distribusi atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain MANAJEMEN OPERASIONAL BAB VI Supply Chain Pengertian Supply Chain Supply chain adalah jaringan perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN PIPA GAS JUMPER PT. PETROKIMIA GRESIK

ANALISA PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN PIPA GAS JUMPER PT. PETROKIMIA GRESIK Magister Manajemen Teknologi Manajemen Industri Tesis ANALISA PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN PIPA GAS JUMPER PT. PETROKIMIA GRESIK Oleh : Jogi Krisdianto Nrm. 9106 201 303 Pembimbing

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI Steven 1, Richard Ch Ali 2, Ratna Setiawardani Alifen 3 ABSTRAK : Pengadaan material dalam sebuah proyek konstruksi merupakan

Lebih terperinci