BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA. Indonesia mulai dikenal penggunaan bantalan karet sebagai perletakan jembatan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA. Indonesia mulai dikenal penggunaan bantalan karet sebagai perletakan jembatan."

Transkripsi

1 29 BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan Dengan masuknya teknologi baru ke Indonesia, pada sekitar tahun 1976 di Indonesia mulai dikenal penggunaan bantalan karet sebagai perletakan jembatan. Karena memiliki beberapa keistimewaan dan keunggulan-keunggulan lainnya, dewasa ini hampir semua proyek jembatan selalu menggunakan bantalan karet. PT. Kakada Pratama dengan pengalaman bertahun-tahun dalam memproduksi barang jadi karet telah tumbuh sebagai salah satu perusahaan swasta nasional yang mampu membuat bermacam - macam barang jadi karet dengan kualitas tinggi antara lain produk utamanya adalah bantalan karet (Elastomer ubber Bearing Pad), dan bantalan pelabuhan atau (ubber Dock Fender). Bantalan karet produksi PT. Kakada Pratama dibuat dengan kualitas yang tinggi mengacu pada salah satu beberapa standar internasional seperti AASHTO, ASTM, BS, DIN, dan JIS. Disamping bantalan karet, PT. Kakada Pratama mendesain dan memproduksi beberapa jenis barang jadi karet lainnya sesuai pesanan atau sesuai dengan spesifikasi yang ada pada dokumen kontrak. Selanjutnya untuk menjamin mutu hasil produksi PT. Kakada Pratama, selalu diuji di Pusat Penelitian dan Pengembangan Jembatan dan Prasarana Jalan di Jl. AH Nasution Ujung Berung Bandung serta, Balai Pemukiman Bandung, untuk pengujian bahan dilakukan di Balai Penelitian Perkebunan Karet Jl. Salak Bogor. PT. Kakada Pratama berdiri pada 12 Desember 1985, Perusahaan PT. Kakada Pratama berlokasi di Jln. Batutulis Gg Jaya Tunggal No. 3 Bogor, sedangkan Pabrik 29

2 30 PT. Kakada Pratama berlokasi di Kp. Neglasari t 03/IX Kec Ciomas Bogor, dan cabang PT Kakada Pratama berlokasi di Jln. Cipinang Lontar no.47 Jakarta Produk Elastomeric ubber Bearing Pad Sebuah jembatan pada dasarnya terdiri dari struktur dek tiang yang ditopang oleh tiang. Untuk menghindari kerusakan akibat gerakan ekspansi termal, pergeseran struktur akibat gerakan kendaraan, elastomeric rubber bearing pad digunakan untuk mengakomodasi reaction force dan bending movements ke dalam batas-batas keselamatan struktur. Gambar 4.1 Elastomeric rubber bearing pad. Sumber: (Tanggal akses 26 Juni 2013)

3 31 Neoprene serta karet alam merupakan bahan rekayasa yang ideal untuk bantalan jembatan karena sangat elastis dan cukup lembut untuk mengakomodasi gerakan ini tanpa transmisi stres berbahaya dan juga menyerap dan mengisolasi energi dari dampak dan getaran. Bantalan jembatan adalah perangkat untuk mengalokasikan beban dan gerakan dari dek jembatan ke tiang jembatan. (pretread.com) 4.3 Diagram antai Pasok PT. Kakada Pratama Dalam prosesnya, supply chain dari PT. Kakada Pratama mempunyai proses rantai pasok mulai dari pemasok hingga customer yang melibatkan beberapa peran stakeholder. Diagram antai Pasok Supply PT Kakada Pratama Supplier s supplier Supplier Manufacture Kebun karet dan rumah pengasapan Distributor karet Manufaktur plat besi Manufaktur bahan kimia Distributor plat besi Importir bahan kimia Distributor kebutuhan lainlain Manufaktur PT. Kakada Pratama Gambar 4.2 Diagram rantai pasok supply PT. Kakada Pratama Sumber: Hasil pengolahan data

4 32 Pada diagram rantai pasok supply dijelaskan bahwa PT. Kakada Pratama memperoleh bahan baku produksi dan bahan pendukung produksi dari beberapa distributor dan importir. Bahan baku yang dibutuhkan antara lain karet untuk pembuatan rubber compound, plat besi sebagai bahan pengisi, dan bahan pendukung produksi seperti bahan kimia untuk pengolahan rubber compound dan pengolahan plat besi. Sedangkan kebutuhan lain lain seperti parts dari alat, dan bahan pendukung seperti lem diperuntukan untuk proses finishing.berikut ini diagram alir hilir dari rantai pasok PT. Kakada Pratama setelah manufaktur (finished goods): Diagram antai Pasok Demand PT Kakada Manufacture Intermediaries Customer Manufaktur PT. Kakada Pratama Balai pengetesan Jasa pengiriman logistik Konsumen (Perusahaan jasa konstruksi) Gambar 4.3 Diagram rantai pasok demand PT. Kakada Pratama Sumber: Hasil pengolahan data Pada gambar 4.3 dijelaskan bahwa barang jadi dari PT. Kakada Pratama dibawa ke balai pengetesan karet yang berada di daerah Kabupaten Bandung untuk memenuhi standar uji kualitas, sebelum dikirim kepada konsumen akhir. Pengiriman ke konsumen akhir dilakukan pengiriman langsung dari perusahaan atau menggunakan jasa pengiriman ketiga atau penyedia jasa logistik hingga barang sampai kepada konsumen akhir.

5 Identifikasi isiko Brainstorming Brainstorming digunakan untuk menggali ide-ide melalui sesi diskusi. Hasil dari brainstorming berguna untuk mencari pandangan secara luas dan hubunganhubungan dari masing-masing pandangan. Berikut ini brainstorming identifikasi risiko rantai pasok yang ada pada PT. Kakada Pratama yang meliputi risiko supply, risiko operation dan risiko demand. Dari masing-masing risiko dibagi menjadi tiga aliran, dimana risiko meliputi aliran informasi, risiko meliputi aliran keuangan, dan risiko meliputi aliran material. Gambar 4.4 Brainstorming risiko Supply pada PT. Kakada Pratama Sumber: Hasil pengolahan data isiko supply, melalui pandangan downstream pada rantai pasok meliputi: SI1: Kesalahan pemberian keterangan harga ke manufaktur SI2: Kesalahan pemberian keterangan ketersediaan stok SI3: Kesalahan pemberian keterangan spesifikasi pemesanan

6 34 SI4: Salah pemahaman perjanjian dengan manufaktur SK1: Keterlambatan pembayaran dari manufaktur SK2: Menumpuknya hutang dari manufaktur SM1: Keterlambatan pengiriman pesanan ke manufaktur SM2: Kesalahan pengiriman spesifikasi pesanan ke manufaktur SM3: Kekurangan jumlah pengiriman pesanan ke manufaktur. Gambar 4.5 Brainstorming risiko operation PT. Kakada Pratama Sumber: Hasil pengolahan data isiko operasional pada PT. Kakada Pratama meliputi: OI1: Kesalahan komunikasi antar divisi OI2: Kerusakan pada sistem informasi perusahaan OI3: Kerusakan pada teknologi informasi perusahaan OK1: Menumpuknya hutang ke pemasok OK2: Terjadinya keterlambatan pembayaran dari pelanggan OK3: Terjadinya keterlambatan mengeluarkan tagihan ke pelanggan OM1: Terjadinya kekurangan bahan baku produksi

7 35 OM2: Cacat produksi OM3: Keterlambatan pengiriman pesanan jadi ke pelanggan. Gambar 4.6 Brainstorming risiko demand PT. Kakada Pratama. Sumber: Hasil pengolahan data Berikut ini risiko demand dari PT. Kakada Pratama melalui pandangan upstream pada rantai pasok: DI1: Kesalahan spesifikasi pesanan ke manufaktur DI2: Kesalahan keterangan harga pesanan DI3: Perubahan waktu penyelesaian pesanan DI4: Salah pemahaman kontrak kerja dengan manufaktur DK1: Keterlambatan pembayaran ke manufaktur DK2: Menumpuknya hutang ke manufaktur DK3: Kesalahan penjadwalan pembayaran tagihan DM1: Keterlambatan penerimaan pesanan

8 36 DM2: Penerimaan pesanan tidak sesuai spesifikasi DM3: Penerimaan pesanan cacat atau rusak. 4.5 Analisis isiko isk Likelihood & Concequences Analisis risiko dijabarkan dalam bentuk table likelihood and consequences Tabel 4.1 Tabel likelihood and consequences risiko rantai pasok PT. Kakada Pratama Sumber: Hasil pengolahan data isk L C LxC SI SI SI SI SK SK SM SM SM OI OI OI OK OK OK OM OM OM

9 37 DI DI DI DI DK DK DK DM DM DM Total Skala nilai L (likelihood) 1= paling tidak sering terjadi 2= sangat jarang terjadi, 3= sering terjadi, 4= sangat sering terjadi 5= paling sering terjadi Skala nilai C (consequences) 1= paling tidak berdampak, 2= tidak berdampak 3= sedikit berdampak 4= sangat berdampak, 5= paling sangat berdampak.

10 Peta isiko Dari hasil perhitungan LxC dibentuk dalam matrix 5x5 dan ditempatkan sesuai dengan besarnya nilai L (skala 1-5) dan besarnya nilai C (skala 1-5), dimana nilai L (1 = paling tidak sering terjadi, 2= sangat jarang terjadi, 3= sering terjadi, 4=, sangat sering terjadi 5= paling sering terjadi), dengan besar nilai C ( 1= paling tidak berdampak, 2= tidak berdampak 3=sedikit berdampak 4= sangat berdampak, 5= paling sangat berdampak) Tabel 4.2 Tabel indikator dari peta risiko Kelas LxC Kategori risiko Warna 1-8 isiko rendah 9-17 isiko sedang isiko tinggi DM3 Gambar 4.7 Peta isiko PT. Kakada Pratama Sumber: Hasil pengolahan data Matrix 1,1 : SI2, OK3 Matrik 1,5 : DM3

11 39 Matrix 2,1: SM3, DK3 Matrix 2,2: SI1 Matrix 2,3: OM3, DK2, SK2, OI1, OK1 Matrix 2,4: OK2 Matrix 2,5 : SK1 Matrix 3,1 : DI4 Matrix 3,2 : SI4, DM1, Matrix 3,3 : OM2 Matrix 3,4 : SM1, OI3 Matrix 3,5 : OI2 Matrix 4,1 :SM2 Matrix 4,3 : SI3, DK1, OM1 Matrix 5,1 : DM2 Matrix 5,2 : DI2, Matrix 5,3 : DI3 Dari hasil pemetaan risiko diatas, ada tiga kategori dimana nilai LxC dikategorikan sebagai risiko rendah (1-8), risiko sedang (9-17), dan risiko tinggi (18-25). Penjabaran dari masing-masing yang termasuk pada kategori risiko tersebut dijelaskan pada table berikut: Tabel 4.3 Tabel kategori risiko rantai pasok PT. Kakada Pratama Sumber: Hasil pengolahan data Kategori isiko isiko rendah isiko SI2, OK3, SM3, DK3, OK2, SI1, OM3, DK2, OI1, OK1, SI4, DM1, SM2, DM2, DI4,

12 40 SK2, DM3, OM1. isiko sedang SK1, OI2, SM1, OI3, OM2, isiko tinggi - SI3, DK1, DI1, DI3, DI Profil isiko Dari hasil brainstorming, pandangan dan ide yang didapat diberi penjabaran berupa hasil dan hubungan brainstorming dalam masing-masing risiko dan hubungannya dengan risiko yang lainnya. Profil risiko dibuat untuk mengetahui tingkat risiko dan hubungan risiko. Tingkat risiko digambarkan dalam bentuk peta risiko sedamgkan hubungan antar risiko dibuat tabel hubungan risiko. Dari tabel 4.4 diketahui bahwa dari suatu risiko mempunyai hubungan dengan risiko yang lainnya, berikut ini penjabaran dari hasil profil risiko. SI1: SK1, SM1, OK1, OK2, DI2, DK1, DK2, DK3. SI2: OM1, OM3, DI3, DM1. SI3: SM1, SM2, DI1, DM1, DM2. SI4: SK1, SK2, SM1, SM3, OK1, OK2, OK3, OM1, OM3. SK1: SI1, SI4, SK2, SM1, OK2, OK1. SK2: SI4, SK1, SM1, OK1, OM1. SM1: SI1, SI4, SK1, SK2. SM3: SI2, SI4, OK3, OM1. OI1: OK1, OK2, OM1, OM2, OM3, DI2, DI4, DK3.

13 41 Tabel 4.4 Tabel hubungan antar risiko rantai pasok PT. Kakada Pratama Sumber: Hasil pengolahan data S S S S S S S S S O O O O O O O O O D D D D D D D D D D I 1 I I K K M M M I 1 I K K K M M M I I I I K K K M M M SI1 O O O O O O O O SI2 O O O O SI3 O O O O O SI4 O O O O O O O O O SK1 O O O O O O SK2 O O O O O SM1 O O O O SM2 SM3 O O O O OI1 O O O O O O O O OI2 O O O O O OI3 O O O O OK1 O O O O O O O OK2 O O O O O O O O OK3 O O O O O O O O OM1 O O O O O O O O O O O OM2 O O O O OM3 O O O O O O O O O DI1 O O DI2 O O O O O DI3 DI4 O O O O O O O O O O DK1 O O O O O DK2 O O O O O DK3 O O O O O O DM1 O O O O DM2 DM3

14 42 OI2: OK2, OK3, OM1, OM3, DI2, OI3, OK2, OK3, OM2. OI3: OK2, OK3, OM2, OM3. OK1: SI1, SI4, SK2, OI1, OK2, OM1, OM3. OK2: SI1, OK3, SI1, SI4, SK1, OI1, OI2, OI3, OK1. OK3: DK3, DI4, SI4, SK1, SM1, OI2, OI3, DI3. OM1: OM3, SI2, SI3, SI4, SK2, SM1, SM2, SM3, OI1, OI2, OK1, OK2. OM2: OI1, OI2, OI3, OM3. OM3: OM1, OM2, SI1, SI4, SM1, OI1, OI2, OI3, OK1, DM1. DI1: DI4. DI2: OI1, OI2, DK1, DK2, DK3. DI4: OI1, OK3, DI1, DK1, DK2, DK3, DM1, DM2, OM3. DK1: DI2, DI4, DK2, DK3, DM1. DK2: DI2, DI4, DK1, DK3. DK3: OI1, OK2, DI2, DI4, DK1, DK2. DM1: SI2, SI3, DI4, DK Evaluasi isiko Figur ANP Pada perhitungan ANP dibuat figur dari cluster dan node. Hubungan dari node dan cluster dijabarkan pada profil risiko untuk dihitung tingkat korelasinya. Pada Gambar 4.8 menggambarkan figur dari analytical network process pada perangkat lunak super decision. Masing-masing risiko diinput sebagai node pada cluster yang dibagi menjadi cluster risiko supply, risiko operation, dan risiko demand.

15 43 Gambar 4.8 Figur cluster dan node ANP pemilihan risiko rantai pasok PT. Kakada Pratama. Sumber: Hasil pengolahan data dengan Super Decision Input ANP Tabel 4.5 Input hubungan risiko SI1 dengan antar risiko SK1, SM1, OK1, OK2, DI2, DK1, DK2, DK3 SI1 DI2 6 DK1 DI2 4 DK2 DI2 4 DK3 DK1 3 DK2 DK1 7 DK3 DK2 3 DK3 OK1 4 OK2 SK1 6 SM1

16 44 Tabel 4.6 Input hubungan risiko SI2 dengan antar risiko OM1, OM3, DI3, DM1 SI2 DI3 5 DM1 OM1 4 OM3 Tabel 4.7 Input hubungan risiko SI3 dengan antar risiko SM1, SM2, DI1, DM1, DM2 SI3 DI1 4 DM1 DI1 6 DM2 DM1 8 DM2 SM1 4 SM2 Tabel 4.8 Input hubungan risiko SI4 dengan antar risiko SK1, SK2, SM1, SM3, OK1, OK2, OK3, OM1, OM3 SI4 SK1 5 SK2 SK3 5 SM1 SK1 2 SM3 SK2 6 SM1 SK2 4 SM3 SM1 4 SM3

17 45 OK1 4 OK2 OK1 5 OK3 OK1 6 OM1 OK1 3 OM3 OK2 6 OK3 OK2 7 OM1 OK2 3 OM3 OK3 6 OM1 OK3 2 OM3 OM1 3 OM3 Tabel 4.9 Input hubungan risiko SK1 dengan antar risiko SI1, SI4, SK2, SM1, OK2, OK1 SK1 OK1 5 OK2 SI1 5 SI4 SI1 7 SK2 SI1 5 SM1 SI4 4 SK2 SI4 3 SM1 SK2 4 SM1

18 46 Tabel 4.10 Input hubungan risiko SK2 dengan antar risiko SI4, SK1, SM1, OK1, OM1 SK2 SI4 5 SK1 SI4 5 SM1 SK1 7 SM1 OK1 4 OM1 Tabel 4.11 Input hubungan risiko SM1 dengan antar risiko SI1, SI4, SK1, SK2 SM1 OM1 3 OM3 SI1 4 SI4 SI1 5 SK1 SI1 6 SK2 SI4 7 SK1 SI4 3 SK2 SK1 7 SK2 Tabel 4.12 Input hubungan risiko SM3 dengan antar risiko SI2, SI4, OK3, OM1 SM3 OK3 6 OM1

19 47 SI2 6 SI4 Tabel 4.13 Input hubungan risiko OI1 dengan antar risiko OK1, OK2, OM1, OM2, OM3, DI2, DI4, DK3 OI1 DI2 4 DI4 DI2 3 OK3 DI4 6 DK3 OK1 5 OK2 OK1 5 OM1 OK1 4 OM2 OK1 6 OM3 OK2 7 OM1 OK2 5 OM2 OK2 3 OM3 OM1 6 OM2 OM1 2 OM3 OM2 3 OM3 Tabel 4.14 Input hubungan risiko OI2 dengan antar risiko OK2, OK3, OM1, OM3, DI2, OI3, OK2, OK3, OM2 OI2 OK2 5 OK3 OK2 4 OM1

20 48 OK2 3 OM3 OK3 6 OM1 OK3 2 OM3 OM1 7 OM3 Tabel 4.15 Input hubungan risiko OI3 dengan antar risiko OK2, OK3, OM2, OM3 OI3 OK2 4 OK3 OK2 5 OM2 OK2 7 OM3 OK3 3 OM2 OK3 5 OM3 OM2 6 OM3 Tabel 4.16 Input hubungan risiko OK1 dengan risiko antar SI1, SI4, SK2, OI1, OK2, OM1, OM3 OK1 OI1 6 OK2 OI1 4 OM1 OI1 6 OM3 OK2 5 OM1 OK2 7 OM3 OM1 2 OM3

21 49 SI1 5 SI4 SI1 5 SK2 SI4 7 SK2 Tabel 4.17 Input hubungan risiko OK2 dengan antar risiko SI1, OK3, SI1, SI4, SK1, OI1, OI2, OI3, OK1 OK2 SI1 5 SI4 SI1 6 SK1 SI4 8 SK1 OI1 7 OI2 OI1 5 OI3 OI1 6 OK1 OI1 4 OK3 OI2 3 OI3 OI2 2 OK1 OI2 5 OK3 OI3 3 OK1 OI3 4 OK3 OK1 3 OK3

22 50 Tabel 4.18 Input hubungan risiko OK3 dengan antar risiko DK3, DI4, SI4, SK1, SM1, OI2, OI3, DI3 OK3 OI2 4 OI3 DI3 5 DI4 DI3 7 DK3 DI4 3 DK3 SI4 4 SK1 SI4 6 SM1 SK1 5 SM1 Tabel 4.19 Input hubungan risiko OM1 dengan antar risiko OM3, SI2, SI3, SI4, SK2, SM1, SM2, SM3, OI1, OI2, OK1, OK2 OM1 SI2 5 SI3 SI2 6 SI4 SI2 4 SK2 SI2 3 SM1 SI2 6 SM2 SI2 4 SM3 SI3 5 SI4 SI3 7 SK2 SI3 6 SM1

23 51 SI3 5 SM2 SI3 3 SM3 SI4 8 SK2 SI4 3 SM1 SI4 5 SM2 SI4 7 SM3 SK2 3 SM1 SK2 5 SM2 SK2 7 SM3 SM1 5 SM2 SM1 3 SM3 SM2 6 SM3 OI1 7 OI2 OI1 3 OK1 OI1 5 OK2 OI1 3 OM3 OI2 5 OK1 OI2 7 OK2 OI2 5 OM3 OK1 7 OK2 OK1 4 OM3 OK2 4 OM3

24 52 Tabel 4.20 Input hubungan risiko OM2 dengan antar risiko OI1, OI2, OI3, OM3 OM2 OI1 5 OI2 OI1 3 OI3 OI1 6 OM3 OI2 5 OI3 OI2 3 OM3 OI3 6 OM3 Tabel 4.21 Input hubungan risiko OM3 dengan antar risiko OM1, OM2, SI1, SI4, SM1, OI1, OI2, OI3, OK1, DM1 OM3 OI1 6 OI2 OI1 5 OI3 OI1 3 OK1 OI1 5 OM1 OI1 4 OM2 OI2 5 OI3 OI2 3 OK1 OI2 6 OM1 OI2 5 OM2 OI3 7 OK1 OI3 4 OM1

25 53 OI3 7 OM2 OK1 4 OM1 OK1 5 OM2 OM1 3 OM2 SI2 6 SI4 SI2 4 SM1 SI4 3 SM1 Tabel 4.22 Input hubungan risiko DI1 dengan antar risiko DI4 DI1 DI3 7 DI4 Tabel 4.23 Input hubungan risiko DI2 dengan antar risiko OI1, OI2, DK1, DK2, DK3 DI2 DK1 4 DK2 DK1 3 DK3 DK2 6 DK3 OI1 5 OI2

26 54 Tabel 4.24 Input hubungan risiko DI4 dengan antar risiko OI1, OK3, DI1, DK1, DK2, DK3, DM1, DM2, OM3 DI4 OI1 4 OK3 DI1 5 DK1 DI1 4 DK3 DI1 3 DK3 DI1 DM1 DI1 5 DM2 DI1 7 DM3 DK1 4 DK2 DK1 3 DK3 DK1 6 DM1 DK1 4 DM2 DK1 3 DM3 DK2 4 DK3 DK2 3 DM1 DK2 3 DM2 DK2 5 DM3 DK3 8 DM1 DK3 2 DM2 DK3 7 DM3 DM1 3 DM2 DM1 5 DM3

27 55 DM2 4 DM3 Tabel 4.25 Input hubungan risiko DK1 dengan antar risiko DI2, DI4, DK2, DK3, DM1 DK1 DI2 6 DI4 DI2 2 DK2 DI2 4 DK3 DI2 7 DM1 DI4 4 DK3 DI4 3 DK3 DI4 6 DM1 DK2 4 DK3 DK2 7 DM1 DK3 6 DM1 Tabel 4.26 Input hubungan risiko DK2 dengan antar risiko DI2, DI4, DK1, DK3 DK2 DI2 5 DI4 DI2 6 DK1 DI2 5 DK3 DI4 5 DK1 DI4 4 DK3

28 56 DK1 3 DK3 Tabel 4.27 Input hubungan risiko DK3 dengan antar risiko OI1, OK2, DI2, DI4, DK1, DK2 DK3 DI2 4 DI4 DI2 5 DK1 DI2 7 DK2 DI4 5 DK1 DI4 6 DK2 DK1 4 DK2 OI1 5 OK2 Tabel 4.28 Input hubungan risiko DM1 dengan antar risiko SI2, SI3, DI4, DK1 DM1 DI4 5 DK1 SI2 4 SI Hasil Kalkulasi ANP dengan Super Decision ANP merupakan alat untuk mencari peringkat dari risiko yang mempunyai hubungan dengan risiko lainnya. Dari masing-masing risiko yang mempunya hubungan, dibandingkan dengan skala 1-10, dimana skala 1= sama penting, 2= sedikit lebih penting, hingga 10 = sangat lebih penting. Input dari masing-masing

29 57 hubungan risiko dikomputasi untuk mengetahui prioritas risiko dalam bentuk peringkat. Tabel 4.29 Hasil perhitungan prioritas risiko dengan perangkat lunak super decision. PEMILIHAN MITIGASI ISIKO Normalized By Cluster Peringkat OM DI OK SK SM DM SI OM SK DK SI DI OK DI OI DK SM SI

30 58 DK SI OK DI OI DM SM OI OM DM Dari hasil diatas dijabarkan bahwa risiko yang memiliki peringkat paling tinggi ialah OM1 (kekurangan bahan baku produksi). Berdasarkan profil risiko, kekurangan bahan baku produksi mempunyai hubungan dengan risiko yang lainnya antara lain OM3 (keterlambatan pengiriman), SI2 (kesalahan pemberian keterangan ketersediaan stock), SI3 (kesalahan spesifikasi pemesanan), SI4 (kesalah pahaman perjanjian), SK2 (menumpuknya hutang dari manufaktur), SM1 (keterlambatan pengiriman bahan baku), SM2 (kesalahan pengiriman spesifikasi pesanan), SM3 (kekurangan jumlah pengiriman pesanan), OI1(kesalahan komunikasi antar divisi), OI2 (kerusakan sistem informasi pada perusahaan), OK1 (menumpuknya hutang ke pemasok), OK2 (terjadinya keterlambatan pembayaran).

31 59 Gambar 4.9 Diagram prioritas risiko rantai pasok PT. Kakada Pratama Sumber: Hasil pengolahan data 4.7 Penanganan isiko Pemilihan Strategi Manajemen isiko Dari hasil pemilihan risiko, peringkat risiko terpilih memiliki hubungan dengan dengan risiko yang lainnya. Berikut ini penangan risiko terpilih dengan pemilihan strategi manajemen risiko Tabel pemilihan strategi manajemen risiko rantai pasok PT. Kakada Pratama Sumber: Hasil pengolahan data Pe- isiko Kategori Strategi Tindakan ring- risiko manajemen risiko kat 1 Kekurangan bahan isiko Pengurangan Mengintegrasi baku produksi sedang secara teknologi, (OM1) manajerial, keuangan pemasok pelanggan dan dengan dan

32 60 3 Terjadinya keterlambatan isiko sedang Pengurangan Secara teknologi membuat pembayaran dari perencanaan cash pelanggan (OK2) flow integrasi dengan sistem informasi keuangan 4 Menumpuknya isiko Pengalihan Secara manajerial hutang dari rendah bersama-sama manufaktur (SK2) bernegosiasi untuk 5 Keterlambatan isiko menetapkan kontrak yang efektif Pengurangan Secara teknologi pengiriman pesanan sedang membuat sistem ke manufaktur informasi terpadu (SM1) akan kebutuhan 7 Salah pemahaman isiko bahan baku dengan manufaktur. Pengalihan Secara operasional perjanjian dengan rendah melibatkan pihak manufaktur. (SI4) ketiga persetujuan perjanjian dalam 8 Keterlambatan pengiriman pesanan isiko rendah Pengalihan Secara manajerial memperbaiki ke pelanggan penjadwalan

33 61 (OM3) pengiriman pesanan dengan jasa 13 Menumpuknya hutang ke pemasok isiko rendah konsultan Pengalihan Secara manajerial memperbaiki sistem (OK1) keuangan dengan menggunakan jasa 15 Kesalahan isiko auditor keuangan Pengurangan Secara teknologi komunikasi antar sedang lebih banyak divisi (OI1) memanfaatkan teknologi informasi dan dalam komunikasi internal 17 Kesalahan pengiriman spesifikasi pesanan isiko rendah perusahaan. Pengurangan Secara operasional melakukan inspeksi lanjut pada pesanan ke manufaktur. yang akan dikirim (SM2) 18 Kesalahan spesifikasi isiko sedang Pengurangan Secara teknologi memberlakukan pemesanan. (SI3) sistem terpadu pemasok informasi antara dengan

34 62 20 Kesalahan informasi isiko rendah manufaktur. Pengurangan Secara teknologi memberlakukan ketersediaan stok sistem informasi (SI2) terpadu antara pemasok dengan 23 Kerusakan pada isiko manufaktur. Pengalihan Secara manajerial sistem informasi sedang menyerahkan pada perusahaan (OI2) pihak ketiga melakukan pelatihan karyawan perihal 25 Kekurangan jumlah pengiriman pesanan isiko rendah sistem informasi. Pengurangan Secara operasional meggunakan check ke (SM3) manufaktur sheet pada bagian pengiriman pesanan. Kekurangan bahan baku produksi (OM 1) berhubungan dengan sejumlah risiko yang lainnya. Strategi manajemen risiko pada OM 1 ialah pengurangan. OM 1 termasuk kedalam risiko sedang. Tindakan pengurangan risiko dapat ditempuh dengan cara mengintegrasikan dalam hal teknologi, manajerial, keuangan, dengan pemasok dan pelanggan. Secara teknis dapat dibuat sistem e-scm dan berkomitmen membentuk suatu divisi terkait dengan komunikasi dan hubungan dengan pemasok dan pelanggan.

35 63 Kekurangan bahan baku produksi (OM 1) juga berhubungan dengan Terjadinya keterlambatan pembayaran dari pelanggan (OK 2) dimana OK 2 termasuk kedalam risiko sedang dengan strategi manajemen risiko melakukan pengurangan. Langkah yang dapat ditempuh secara teknologi membuat perencanaan cash flow dengan integrasi sistem informasi keuangan dengan pemasok dan pelanggan. Menumpuknya hutang dari manufaktur (SK 2) mengakibatkan kekurangan bahan produksi, dimana perencanaan pembayaran hutang ke pemasok mengakibatkan pemasok enggan memberikan supply bahan baku kepada manufaktur. Strategi manajemen risiko yang dilakukan ialah pengalihan risiko. Secara manajerial dapat bersama-sama bernegosiasi untuk menetapkan sistem kontrak yang efektif dengan bantuan pihak ketiga sebagai mediator dan pengawas jalannya kontrak. isiko keterlambatan pengiriman bahan baku (SM1) dapat terjadi apabila pemasok tidak tahu persis akan kebutuhan dari manufaktur sehingga mengakibatkan adanya kekurangan bahan baku pada manufaktur (OM 1), maka dari itu secara teknologi informasi dapat membuat sistem informasi terpadu akan kebutuhan bahan baku dengan manufaktur. Salah pemahaman perjanjian dengan manufaktur. (SI4) atau adanya bentuk perjanjian yang rancu memicu akan terjadinya suatu kejadian risiko kekurangan bahan baku produksi (SM1). Kesalah pahaman perjanjian dapat dilakukan pengalihan risiko dengan melibatkan pihak ketiga pada bidang hukum seperti notaris dalam membuat perjanjian. Keterlambatan pengiriman pesanan ke pelanggan (OM3) pada manufaktur dapat dilakukan pengalihan risiko dengan menggunakan jasa konsultan untuk memperbaiki penjadwalan pengiriman pesanan agar lebih optimal. Keterlambatan

36 64 pengiriman berhubungan dengan kekurangan bahan baku dimana saat pengiriman pesanan terlambat mengakibatkan keterlambatan pembayaran yang mengganggu cash flow perusahaan. Menumpuknya hutang ke pemasok (OK1) memperbesar kemungkinan akan terjadi kekurangan bahan baku. Keuangan secara manajerial perlu diperbaiki, dengan mengalihkan kepada pihak jasa auditor keuangan akan membantu meminimalisir kemungkinan kejadian risiko. isiko kesalahan komunikasi antar divisi (OI1) dapat memicu kekurangan bahan baku. isiko dari OI1 perlu dilakukan pengurangan dengan cara memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam internal perusahaan. Bentuk informasi yang tertulis dapat mengurangi kesalahan komunikasi antar divisi. Kesalahan pengiriman spesifikasi pesanan. (SM 2) mengakibatkan pemulangan pesanan dan adanya penundaan pembayaran dari pelanggan sehingga adanya gangguan cash flow pada perusahaan yang memicu adanya keterlambatan pembayaran ke pemasok yang berujung pada kekurangan bahan baku pada manufaktur. Kesalaham pengiriman pesanan dapat diminimalisir dengan cara melakukan perbaikan pengawasan kualitas berupa inspeksi lanjut pada pesanan yang akan dikirim. Kesalahan spesifikasi pemesanan (SI3), akan mengakibatkan pengembalian bahan baku ke pemasok. Tenggang waktu pengembalian hingga datangnya bahan baku dapat mengakibatkan kekurangan bahan baku (OM1). Kesalahan pemberian keterangan ketersediaan stok dapat memicu kesalahan waktu penjadwalan pengiriman. Kekurangan stok pada pemasok dapat juga memicu akan adanya kekurangan bahan baku pada manufaktur (OM1). Secara teknologi, pihak pemasok dan manufaktur perlu adanya pemberlakuan sistem informasi terpadu antara pemasok

37 65 dengan manufaktur, sehingga kesalahan spesifikasi pemesanan dan kesalahan pemberian keterangan ketersediaan stok dapat dikurangi. Gambar 4.10 Hubungan antar risiko terpilih dengan risiko yang lainnya. Sumber: Hasil pengolahan data Kerusakan pada sistem informasi pada perusahaan (SI2) dapat menghambat kelancaran komunikasi dan pengolahan data dan informasi pada perusahaan. Perlu adanya pengalihan risiko kepada pihak ketiga dalam melakukan pelatihan karyawan perihal kerusakan sistem informasi. Kekurangan jumlah pengiriman pesanan ke manufaktur (SM3) mengakibatkan adanya keterlambatan penyelesaian pemesanan yang berakibat pada keterlambatan pembayaran, cash flow yang terganggu akan mengakibatkan gangguan pembayaran ke pemasok yang berujung pada kekurangan bahan baku produksi (OM1).

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadian yang saling bergantung dan mempengaruhi suatu sama lain itulah akan

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadian yang saling bergantung dan mempengaruhi suatu sama lain itulah akan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah bentuk koordinasi yang kompleks dan juga berbagai aktivitas dan kejadian yang saling bergantung dan mempengaruhi suatu sama lain itulah akan muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan ketat dalam dunia bisnis menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan kompetitif dalam hal memenuhi kebutuhan konsumen. Perusahaan dapat meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rantai pasok merupakan suatu konsep yang awal perkembangannya berasal dari industri manufaktur. Industri konstruksi mengadopsi konsep ini untuk mencapai efisiensi mutu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas beberapa perusahaan (meliputi supplier, manufacturer, distributor dan

BAB I PENDAHULUAN. atas beberapa perusahaan (meliputi supplier, manufacturer, distributor dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Suatu supply chain dapat didefinisikan sebagai suatu jaringan yang terdiri atas beberapa perusahaan (meliputi supplier, manufacturer, distributor dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi suatu industri sangat penting demi memberikan nilai tambah baik bagi industri itu sendiri maupun bagi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 53 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Nabatindah Sejahtera adalah sebuah perusahaan nasional yang resmi didirikan di Jakarta, sejak tanggal

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i iii iii iv 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 5 2 TINJAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik produksi merupakan suatu terobosan rangkaian proses dan aliran produk yang saling terintegrasi

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PEWARNA KAIN DI PT KURNIA MAS TEXTILE

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PEWARNA KAIN DI PT KURNIA MAS TEXTILE ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PEWARNA KAIN DI PT KURNIA MAS TEXTILE Syafrianita Program Studi Manajemen Transportasi Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia Jl. Sari Asih No. 54, Bandung-40151

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang memiliki tingkat fragmentasi tinggi. Terpecah-pecahnya suatu proyek konstruksi ke dalam beberapa paket pekerjaan

Lebih terperinci

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ A. Supply Chain Proses distribusi produk Tujuan untuk menciptakan produk yang tepat harga, tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di dalam dunia logistik, pendistribusian barang sudah menjadi bagian penting dan sangat diperhatikan. Distribusi merupakan langkah untuk memindahkan dan memasarkan

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun perekonomian dan perindustrian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel di Indonesia tidak terkendala bahkan masih

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendekatan manajemen rantai pasok telah banyak digunakan sebagai salah satu model untuk meningkatkan keunggulan bersaing dalam industri. Manajemen rantai pasok merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus berkompetisi satu sama lain khususnya dalam bidang industri. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang harus berkompetisi satu sama lain khususnya dalam bidang industri. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya jaman di era globalisasi menyebabkan banyak perusahaan yang harus berkompetisi satu sama lain khususnya dalam bidang industri. Dalam menghadapi kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbaik. Produk dengan kualitas yang baik memerlukan bahan baku dengan

BAB I PENDAHULUAN. terbaik. Produk dengan kualitas yang baik memerlukan bahan baku dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuntutan pelanggan akan produk yang berkualitas tinggi menyebabkan perusahaan selalu berusaha untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang terbaik. Produk dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya melalui beberapa proses dari pencarian bahan baku, proses produksi, dan proses distribusi atau

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. bidang produksi genteng metal dan batu bata. Dengan pabrik yang terletak di Jl.

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. bidang produksi genteng metal dan batu bata. Dengan pabrik yang terletak di Jl. BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Prima Rezeki Pertiwi adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang produksi genteng metal dan batu bata. Dengan pabrik yang terletak

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI Steven 1, Richard Ch Ali 2, Ratna Setiawardani Alifen 3 ABSTRAK : Pengadaan material dalam sebuah proyek konstruksi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang bersifat khusus untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu, dan sumber daya yang terbatas (Ilmu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rangkuman Wawancara. 1. Produk PT. Prima Rezeki Pertiwi apa saja? hanya satu, tetapi ukurannya bermacam-macam.

Lampiran 1. Rangkuman Wawancara. 1. Produk PT. Prima Rezeki Pertiwi apa saja? hanya satu, tetapi ukurannya bermacam-macam. L1 Lampiran 1 Rangkuman Wawancara 1. Produk PT. Prima Rezeki Pertiwi apa saja? Produk kita hanya Batu bata ringan, yang merupakan persenyawaan kimia dari beberapa bahan, seperti pasir, kapur semen, serta

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari gelombang globalisasi menuntut para pelaku usaha atau perusahaan untuk lebih responsif dalam menghadapi

Lebih terperinci

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART I

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART I LOGISTICS PART I Logistics Logistik adalah seluruh proses yang melibatkan barang / jasa yang diproduksi kemudian dijual oleh perusahaan tersebut Mulai dari persiapan sebelum produksi, proses produksi itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan manufaktur semakin ketat. Hal ini mendorong perusahaan untuk mencari strategi yang tepat agar dapat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN OPERASI PADA TOKO MATERIAL SUBUR SEJAHTERA

KEBIJAKAN OPERASI PADA TOKO MATERIAL SUBUR SEJAHTERA KEBIJAKAN OPERASI PADA TOKO MATERIAL SUBUR SEJAHTERA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis dan industri saat sekarang ini semakin ketat dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat serta sangat cerdas dalam memilih produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN (Achieving Operational Excellence and Customer Intimacy: Enterprise Applications) Rangkuman ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari kegiatan pemasokan bahan baku sampai dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari kegiatan pemasokan bahan baku sampai dengan melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Supply chain mempunyai peranan penting dalam aktivitas perusahaan mulai dari kegiatan pemasokan bahan baku sampai dengan melakukan pengiriman hasil produksi kepada konsumen.

Lebih terperinci

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan BAB I Persyaratan Produk I.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi saat ini merupakan pemicu perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan performance perusahaan.

Lebih terperinci

Fakultas Teknik Universitas Widyatama BAB I PENDAHULUAN

Fakultas Teknik Universitas Widyatama BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman era persaingan global saat ini, perusahaan dituntut untuk melakukan peningkatan produktivias dalam rangka untuk menghasilkan output yang optimal. Output

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan Berikut ini adalah informasi tentang perusahaan dan sistem yang berjalan di dalamnya : 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. XYZ adalah sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, kebutuhan manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di gudang tidak mengalami penumpukan ataupun kekurangan.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di gudang tidak mengalami penumpukan ataupun kekurangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Agar memenuhi order dari konsumen, maka perusahaan perlu meningkatkan kinerjanya dalam perencanaan produksi. Salah satu bentuk perencanaan produksi adalah

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Keadaan Saat ini 6.1.1.1 Struktur Organisasi dan Job Description Saat Ini Struktur organisasi dan job description saat ini tergambar dalam bab 4 pengumpulan

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Rancangan rantai pasok dalam organisasi 2. Rantai pasok pada

Lebih terperinci

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT. PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah

Lebih terperinci

Lampiran 1 DAFTAR WAWANCARA

Lampiran 1 DAFTAR WAWANCARA L.1 Lampiran 1 DAFTAR WAWANCARA Daftar pertanyaan wawancara Direktur PD. Bintang Cemerlang (Bapak Johan) mengenai keadaan di perusahaan 1. Perusahaan bapak bergerak di bidang apa? Jawab: Perusahaan kami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan baku yang berkualitas akan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat bervariasi dari satu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN KUISIONER PENILAIAN KEJADIAN RISIKO (RISK EVENT) DATA RESPONDEN Nama : Umur : Jenis Kelamin : Bagian : PETUNJUK PENILAIAN Melalui kuesioner akan diketahui kemungkinan dampak yang akan terjadi

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG 1 Febriarto Adhi Wiwoho 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, pengusaha akan dihadapkan pada resiko

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipresentasikan metodelogi penelitian yang diuraikan menjadi tujuh sub bab yaitu fokus kajian dan tempat, diagram alir penelitian, k-chart penelitian, konseptual

Lebih terperinci

SHELLY ATMA DEVINTA

SHELLY ATMA DEVINTA SHELLY ATMA DEVINTA 3110100036 DOSEN PEMBIMBING: Cahyono Bintang Nurcahyo ST, MT Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia industri yang semakin pesat, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan para kompetitor dengan menciptakan kredibilitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu rantai yang disebut Supply Chain. Saat ini bukan merupakan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. suatu rantai yang disebut Supply Chain. Saat ini bukan merupakan persaingan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan di bidang industri (barang dan jasa) semakin ketat, sebagai akibat dari globalisasi dan ekonomi pasar bebas yang diberlakukan oleh beberapa organisasi perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan pelanggan (customer) yang semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X )

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Media Informatika Vol.13 No.2 (2014) PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiga tahapan utama dalam manajemen operasi adalah pengaturan input, proses dan output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Distribusi Daging Sapi Nasional

Rancang Bangun Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Distribusi Daging Sapi Nasional A817 Rancang Bangun Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Distribusi Daging Sapi Nasional Lidra Trifidya, Sarwosri, dan Erma Suryani Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Gambaran Rantai Pasok di PT. Indoturbine PT. Indoturbine yang bergerak dibidang distributor solar turbine parts seperti yang dijelaskan pada bab II, sebagai gambaran rantai

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Lingkup suatu proses pengadaan dalam pelaksanaan proyek konstruksi menempati nilai dengan porsi terbesar dari total keseluruhan nilai proyek. Lingkup tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi bisnis, diperlukan kemampuan untuk mengakomodasikan ketidakpastian internal maupun eksternal dalam mengambil keputusan. Ketidakpastian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT)

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT) MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT) By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Tugas dari manajemen pengadaan adalah menyediakan input,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mampu melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan cepat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mampu melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan cepat terhadap BAB I PENDAHULUAN Dalam lingkungan bisnis yang cepat berubah dan turbulen, organisasi hanya akan mampu bertahan dan bertumbuh dalam jangka panjang jika organisasi tersebut mampu melakukan perbaikan yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 54 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Lokasi Penelitian. Penulis melakukan penelitian di PT.Huntsman Indonesia yang beralamat di Simpang Tiga Cibubur Jakarta Timur. 4.1.

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MAKALAH E-BUSINESS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : Nama : Frizky Ramadhan NIM : 08.11.2135 Kelas : S1TI-6D JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Supply Chain Management Pembahasan yang berkaitan tentang Supply Chain Management sudah banyak diangkat dalam penulisan penulisan sebelumnya. Menurut Fortune Megazine (artikel

Lebih terperinci

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK Tita Talitha 1 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jalan Nakula I No. 5-11 Semarang Email : tita@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

Ai Rosita Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Pos Indonesia Bandung

Ai Rosita Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Pos Indonesia Bandung Perancangan Sistem Informasi Supply Chain Management (Pengadaan Barang) Bengkel Perawatan dan Penjualan suku cadang Pesawat Studi kasus: Bengkel perawatan Pesawat Ai Rosita Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk terus berusaha meningkatkan produktivitasnya dalam melayani

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk terus berusaha meningkatkan produktivitasnya dalam melayani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat menjadi suatu tantangan bagi perusahaan untuk terus berusaha meningkatkan produktivitasnya dalam melayani konsumen. Untuk memberikan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi Informasi merupakan salah satu teknologi yang sedang berkembang pesat pada saat ini. Dengan kemajuan teknologi informasi pengaksesan data atau informasi

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengembangan Perumahan Pengembangan perumahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengembang secara mandiri maupun bersama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan ekonomi dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard.

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard. L 1 LAMPIRAN WAWANCARA 1. Bisa menceritakan sejarah PT. Lucky Print Abadi? Sejarah perusahaan dapat dilihat pada Company Profile yang telah kami berikan kepada kalian 2. Produk apa yang diproduksi PT.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6 6.1 Kesimpulan Dalam pembahasan tentang kesiapan PT PAL Indonesia (Persero), penelitian ini menemukan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) pada prinsipnya memiliki kesiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah berkembang sangat pesat. Persaingan dalam dunia industri menjadi sangat ketat. Untuk menyikapi fenomena tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen rantai pasok adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaan yang terintegrasi dari rantai pasok (Pujawan, 2005). Rantai Pasok adalah suatu kegiatan menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, melainkan juga

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Integrasi rantai pasok dalam organisasi 2. Dinamika rantai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan performa mereka. Salah satu dari banyak manfaat yang bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan performa mereka. Salah satu dari banyak manfaat yang bisa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju dan berkembang saat ini memberikan banyak pilihan dan kemudahan bagi dunia bisnis dalam meningkatkan performa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #1

Pembahasan Materi #1 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Istilah Definisi SCM Ruang Lingkup SCM Model Umum SCM Dasar Pemikiran SCM Tingkat Kepentingan SCM Teknik Penerapan SCM Efektifitas SCM Keuntungan SCM 6623

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjanjikan karena untuk mendirikan usaha ini tidak memerlukan banyak modal

BAB 1 PENDAHULUAN. menjanjikan karena untuk mendirikan usaha ini tidak memerlukan banyak modal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia usaha dibidang kuliner sangat diminati dan berkembang cukup pesat. Menurut Priyono (2009), usaha kuliner merupakan usaha yang cukup menjanjikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pemborosan merupakan segala sesuatu yang menambah waktu dan biaya pembuatan sebuah produk namun tidak menambah nilai pada produk yang dilihat dari sudut

Lebih terperinci

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Strategi Kompetitif-Strategi Supply Chain Strategi Kompetitif : strategi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan konsumen melalui barang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persediaan barang di PT Bio Farma (Persero) merupakan salah satu masalah fenomenal yang bersifat fundamental dalam perusahaan. Kinerja manajemen persediaan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) UNTUK PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PADA CV TX

PENERAPAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) UNTUK PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PADA CV TX PENERAPAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) UNTUK PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PADA CV TX 1) Ignatius A. Sandy, 2) Alfian, 3) Moch. Giovani A. P. Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR PADA CV. MEGA DESIGN PALEMBANG

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR PADA CV. MEGA DESIGN PALEMBANG STMIK GI MDP Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2011/2012 SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR PADA CV. MEGA DESIGN PALEMBANG Fiani Chandra 2006240060 Ferriyanto 2006240105

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi organik telah menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan di Aceh Tengah karena merupakan salah satu jenis kopi arabika dengan nilai harga jual tertinggi di dunia

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Analisis Situasi 3.1.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Kakada Pratama merupakan salah satu perusahaan yang berdiri pada tahun 1985 berlokasi di Jalan. Batutulis Gg

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014) Gambar 1.1 Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014) Gambar 1.1 Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran di Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan perindustrian saat ini, pertumbuhan industri nasional maupun global terus meningkat pesat, baik dalam bidang manufaktur, garmen hingga pertambangan

Lebih terperinci

BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan CV. Kurnia Agung adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan alat alat tulis untuk digunakan oleh konsumen akhir. CV. Kurnia Agung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam memenangkan pasar. Salah satu cara untuk memuaskan keinginan konsumen, yaitu dengan menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi Make-to-Stock. Fokus operasional dari perusahaan industri yang memilih

BAB I PENDAHULUAN. strategi Make-to-Stock. Fokus operasional dari perusahaan industri yang memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UD. Eka Proma merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi bahan baku sepatu dan sandal. Perusahaan yang sudah berdiri sejak tahun 1990 ini telah mengirimkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Untuk sekarang ini, selain menginginkan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci