BAB 4. HASIL dan ANALISIS PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4. HASIL dan ANALISIS PENELITIAN"

Transkripsi

1 50 BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN 4.1 Produk yang dihasilkan PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. merupakan perusahaan penghasil batangan tembaga (copper rod), tembaga dan kawat (copper wire) tembaga terbesar di Indonesia. Produk yang dihasilkan oleh PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. beraneka ragam mulai dari copper rod, drawn copper wire, bunch copper wire, single tin coated copper wire, bunched Tin Coated copper wire dan alumunium rod. Produk yang akan dibahas untuk dijadikan sample penelitian adalah copper rod dengan Ф 8 mm, yang lebih difokuskan pada Copper rod P Class dan Copper Rod Reject. Copper Rod Ф 8 mm merupakan salah satu produk yang paling diminati oleh para pelanggan. Dibuat melalui mesin SCR Plant dengan bahan-bahan material raw sebagai berikut : copper cathode, scrap, nugget, cropbar, barpre, pigmould dan wire reject. Baik Copper Rod P class maupun Copper Rod reject memiliki kapasitas masa 1 coil sebesar 3,5 ton. Dengan ciri-ciri fisik antara lain berupa gulungan coil, bulat dan panjang, berwarna jingga keemasan, berukuran diameter Ф 8 mm. Copper Rod tersebut dikemas secara cantik dan menarik dengan menggunakan steel basket atau steel bobbin yang dilengkapi dengan silicagel. Standarisasi Copper Rod P class ( 8 ± 0.38), sedangkan Copper Rod reject (< 7,62, >8,38). Copper Rod dengan klasifikasi P Class maupun reject merupakan produk hasil SCR Plant dengan standarisasi yang telah ditetapkan. Kandungan tembaga untuk P class ditetapkan 99,90 % dan untuk reject < 99,90 %. Dan selanjutnya kualitas produk Copper Rod tersebut diperiksa melalui penetapan ketentuan certificate of essay. Copper Rod P class masih memiliki kualitas Copper Rod yang layak untuk dipasarkan sedangkan Copper Rod reject termasuk dalam hasil produksi yang menyimpang dari standarisasi. Untuk itu hasil produksi klasifikasi rejec tidak dijadikan produk yang dipasarkan melainkan dijadikan kembali sebagai bahan-bahan Copper Rod pada SCR Plant.

2 51 Hasil produksi Copper rod P class dan Copper Rod reject memiliki kualitas yang bertolak belakang. Namun produksi terus menerus dilakukan sesuai dengan minat konsumen dan kebutuhan pasar. Proses Produksi Copper Rod pada sistem SCR Gambar 4.1 Proses Produksi Copper Rod pada sistem SCR

3 52 Keterangan gambar : 1. Raw material Raw material yang digunakan untuk membuat Copper Rod adalah sebagai berikut : Material utama Copper Cathode ( Cu = % ) Gambar 4.2 Material Utama (Copper Cathode) Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. Material Pendukung : a. Scrap wire reject hasil dari drawing Gambar 4.3 Material Pendukung (Scrap) Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

4 53 b. Nuget tembaga yang ada pada kaleng Gambar 4.4 Material Pendukkung (Nuget) Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. c. Bar pre Pengikisan tembaga hasil dari roughing mill. Gambar 4.5 Material Pendukung (Bar pre) Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. d. Cropbar Tembaga yang berbentuk batangan. Gambar 4.6 Material Pendukung (Crop bar) Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

5 54 e. Pigmould Tembaga cair yang belum selesai diproduksi kemudian dicetak. Gambar 4.7 Material Pendukung (Pigmould) Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. f. Wire Reject Copper rod yang gagal dalam proses produksi Gambar 4.8 Material Pendukung (Wire Reject) Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. 2. Charging Pengisian raw material yang dilanjutkan pada proses melting. 3. Melting Process Peleburan raw material berupa copper cathode, scrap, nugget, cropbar, barpre, pigmould dan wire reject, di Burner A dan Burner B dengan konsentrasi IPA (3-4%), tekanan IPA (4 kg/cm 2 ) dan temperature 36 o C. Pada burner A dan burner B digunakan elemen natural gas (dari gas negara), oksigen (dari blower) dan solar, kemudian terjadi proses Quality cek

6 55 dengan temperature melting 1200 o C 1300 o C, biasanya standarisasi peleburan tembaga 1050 o C. 4. Holding Mengontrol copper yang sudah cair agar masuk secara teratur pada casting. 5. Casting Process Mencetak copper dalam bentuk cairan yang berasal dari holding dengan temperature air max 38 o C, tekanan air 4 kg/cm 2, temperature pot/tundish 1125 o C o C (tidak boleh terlalu panas karena bisa menyebabkan crack) dan temperature bar exit casting sebesar 920 o C o C. 6. Rolling Process Tembaga dalam bentuk cropbar ditarik sampai menjadi kawat panjang kemudian dirolling kembali pada roughing mill untuk dikikis dari semua sisi barpre. Roughing mill terdiri atas 12 roll untuk mengikis sisi barpre dengan temperatur 500 o C hingga sampai finishing mill. Dalam finishing mill terjadi pula proses Quality check berupa konsentrasi soluble oil (2-3%) untuk di roughing oil, konsentrasi IPA (0,5%) yang tujuannya untuk membunuh bakteri, menambah life roll (pada rol 1-10 selama 1 minggu dan roll selama 24 jam), tekanan soluble oil 6 kg/cm 2 dan disertai temperatur soluble oil 32 o C. 7. Pickling Tujuannya untuk membersihkan dan mendinginkan copper rod yang telah berukuran Ф 8 mm. Kemudian copper rod tersebut melalui crack detector untuk mengecek semua kerusakan yang ada pada copper rod antara lain crack, oxygen, roundness, overfill, flake, surface, twist, ROS, Discolor, impurity, diameter maka dari aktivitas pendeteksian dapat diperoleh pengklasifikasian copper rod,, salah satunya P class dan reject. Temperature pada cooling 45 o C -55 o C (tidak boleh lebih dari 45 o C karena bisa membuat warna copper rod hitam seperti terbakar) dan bentuk coil harus lurus. 8. Coiling Process Proses penggulungan copper rod untuk menjadi coil. Ukurannya 1 coil adalah 3,5 ton.

7 56 9. Compactor Alat yang digunakan untuk mengepres copper wire untuk dilanjutkan ke wire house Analisa Pengawasan Mutu 1. Pengawasan mutu bahan baku Bahan baku yang digunakan untuk membuat copper rod terdiri dari material utama (Copper Cathode, Cu = %) dan material pendukung Scrap, Nuget, Barpre, Cropbar, Pigmould, Wire Reject. Material utama yaitu copper cathode diperiksa untuk diketahui berapa banyak kandungan tembaga yang ada didalamnya. Untuk bisa dipergunakan sebagai bahan baku utama dalan pembuatan Copper rod, Copper cathode tersebut harus diperiksa melalui certificate of essay dan harus sesuai dengan standar ASTM-B yang telah ditetpkan yaitu 115% 95%. Elemen-elemen yang diperisa adalah Pb, Sn, Ni, Bi, Ag, As, Te, Sb, Fe, Se, Mn, Si, Al, Cr, P, S, Cu. 2. Pengawasan Proses Produksi Bahan baku yang telah memenuhi standar spesifikasi, selanjutnya akan digunakan pada proses produksi yang akan diolah menjadi copper rod. Di setiap tahap-tahap proses produksi harus dillakukan Quality check pada temperatur, kelancaran pengisisan pada burner, kebersihan mesin, konsentrasi IPA, tekanan air, tekanan soluble oil. 3. Pengawasan Produk Jadi Copper rod yang sudah melalui tahap cooler dilanjutkan menuju compactor untuk membentuk gulungan yang sesuai dengan tingkat elastisitas dalam cooler lalu ditimbang dan packing sementara dengan menggunakan plastik yang kemudian dikirim untuk menuju warehouse (gudang penyimpanan). 4. Pengawasan Pengepakan. Copper rod yang sudah dipacking sementara kemudian dibawa menuju warehouse untuk diperiksa kembali keadaannya (dirapihkan bentuk coilnya). Setelah itu dipacking

8 57 ulang dengan menggunakan media-media dan ukuran yang telah dipesan oleh para customer seperti plastik, bobbin plastik dan bobbin kayu Analisa Batas Kendali Standar Mutu Standar mutu untuk semua produk yang dihasilkan oleh PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Standart mutu produk RESULT OF CRACK DETECTOR IMPURITIES ITEM UNIT CLASS F1 F2 P R L (25-40) mm M (15-20) mm S (10) mm ROUNDNESS mm < 0.50 < TENSILE STRENGTH Kg/mm > 25 ELONGATION % < 35 SIZE (8 ± 0.38) mm 8 ± 0.38 OXYGEN 8 ± ± 0.38 ppm < 7.62 > 8.38 < 150 > 600 ROS Å >1000 ELECTRIC CONDUCTIVITY % IACS < 100 Fe ppm > 10 Pb Ppm > 5 Sn Ppm > 5 Ni Ppm > 10 Bi Ppm > 1 As Ppm > 5 Sb Ppm > 4 Ag Ppm > 21 REFERENCE DESCRIPTION OF PROCEDURE USED IN TESTING SCR COPPER ROD ASTM B 49 98

9 58 ITEM UNIT CLASS F1 F2 P R Te Ppm > 2 Se Ppm > 2 COPPER CONTENT % < VISUAL CHECK TTF Times > 40 > < 30 RTF Times > 50 > < 30 Twist test Oxide Flake and Surface Fin Overfill 10x Twist and Reverse - - A No crack A No Present A Ok Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. B Mild crack A No Present A Ok C Severe crack B No Present B Not OK D Serious crack - - REFERENCE ASTM B DESCRIPTION OF PROCEDURE USED IN TESTING SCR COPPER ROD

10 Data Produk Data Produk Copper Rod P Class shift 1 Berikut adalah data-data produk (dalam satuan ton) yang telah didapat untuk produk Copper Rod P Class shift 1 adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Data kerusakan produk Copper Rod P Class shift 1 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) (dalam ton) Jumlah Produk cacat (dalam ton) TOTAL Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

11 Data Produk Copper Rod P Class shift 2 Berikut adalah data-data produk (dalam satuan ton) yang telah didapat untuk produk Copper Rod P Class shift 2 adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Data kerusakan produk Copper Rod P Class shift 2 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) (dalam ton) Total Cacat (np) (dalam ton) Jumlah Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

12 Data Produk Copper Rod P Class shift 3 Berikut adalah data-data produk (dalam satuan ton) yang telah didapat untuk produk Copper Rod P Class shift 3 adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Data kerusakan produk Copper Rod P Class shift 3 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) (dalam ton) Total Cacat (np) (dalam ton) Total Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

13 Data Produk Copper Rod Reject shift 1 Berikut adalah data-data produk (dalam satuan ton) yang telah didapat untuk produk Copper Rod Reject shift 1 adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Data kerusakan produk Copper Rod Reject shift 1 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) (dalam ton) Total cacat (np) (dalam ton) Total Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

14 Data Produk Copper Rod Reject shift 2 Berikut adalah data-data produk (dalam satuan ton) yang telah didapat untuk produk Copper Rod Reject shift 2 adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 Data kerusakan produk Copper Rod Reject shift 2 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) (dalam ton) Total Cacat (np) (dalam ton) Total Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

15 Data Produk Copper Rod Reject shift 3 Berikut adalah data-data produk yang telah didapat untuk produk Copper Rod Reject shift 3 adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Data kerusakan produk Copper Rod Reject shift 3 Hari ke- Ukuran Sampel (n) Total Cacat (np) Total Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. Untuk menggambarkan Peta kendali diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : Menghitung Proporsi Rumus = p = jumlah produk cacat ukuran sampel ( ni)

16 65 Contoh : Penghitungan proporsi = p = jumlah produk cacat ukuran sampel ( ni) p = 21 = Menghitung Proporsi Copper Rod P Class shift 1 Berdasarkan data diatas, maka diperoleh perhitungan proporsi untuk Copper Rod P Class shift 1, sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil penghitungan proporsi Copper Rod P Class shift 1 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Jumlah Produk cacat Proporsi cacat TOTAL

17 66 Berdasarkan perhitungan diatas, jumlah produk cacat secara keseluruhan untuk copper rod P class shift 1 sebesar 208 ton dari 1855 ton sampel yang diambil dengan proporsi 2.40 atau 240 %. Jumlah produk cacat yang paling banyak terdapat pada hari ke-6 dengan total cacat 29 ton dari 91 ton sampel yang diambil dengan proporsi cacat 0.32 atau 32 % Menghitung Proporsi Copper Rod P Class shift 2 Berdasarkan data diatas, maka diperoleh perhitungan proporsi untuk Copper Rod P Class shift 2, sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil penghitungan proporsi Copper Rod P Class shift 2 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Total Cacat (np) Proporsi Cacat TOTAL

18 67 Berdasarkan perhitungan diatas, jumlah produk cacat secara keseluruhan untuk copper rod P class shift 2 sebesar 173 ton dari 1798 ton sampel yang diambil, dengan proporsi cacat 2.16 atau 216%. Jumlah produk cacat yang paling banyak terdapat pada hari ke-12 dengan total cacat 6 ton dari 91 ton sampel yang diambil dengan proporsi cacat atau 29 % Menghitung Proporsi Copper Rod P Class shift 3 Berdasarkan data diatas, maka diperoleh perhitungan proporsi untuk Copper Rod P Class shift 3, sebagai berikut : Tabel 4.10 Hasil penghitungan proporsi Copper Rod P Class shift 3 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Total Cacat (np) Proporsi Cacat Jumlah

19 68 Berdasarkan perhitungan diatas, jumlah produk cacat secara keseluruhan untuk copper rod P class shift 3 sebesar 181 ton dari 1714 sampel yang diambil, dengan proporsi 2.41 atau 241 %. Jumlah produk cacat yang paling banyak terdapat pada hari ke-6 dengan total cacat 26 ton dari 70 ton sampel yang diambil dengan proporsi cacat 0.37 atau 37 % Menghitung Proporsi Copper Rod Reject shift 1 Berdasarkan data diatas, maka diperoleh perhitungan proporsi untuk Copper Rod Reject shift 1, sebagai berikut : Tabel 4.11 Hasil penghitungan proporsi Copper Rod Reject shift 1 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Total cacat (np) Proporsi cacat Total

20 69 Berdasarkan perhitungan diatas, jumlah produk cacat secara keseluruhan untuk copper rod Reject shift 1 sebesar 183 ton dari 1855 ton sampel yang diambil, dengan proporsi 2.16 atau 216 %. Jumlah produk cacat yang paling banyak terdapat pada hari ke-6 dengan total cacat 20 ton dari 91 ton sampel yang diambil dengan proporsi cacat 0.22 atau 22 % Menghitung Proporsi Copper Rod Reject shift 2 Berdasarkan data diatas, maka diperoleh perhitungan proporsi untuk Copper Rod Reject shift 2, sebagai berikut : Tabel 4.12 Hasil penghitungan proporsi Copper Rod Reject shift 2 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Total Cacat (np) Proporsi Cacat TOTAL

21 70 Berdasarkan data diatas, jumlah produk cacat secara keseluruhan untuk copper rod Reject shift23 sebesar 173 ton dari 1798 ton sampel yang diambil, dengan proporsi 2.16 atau 216 %. Jumlah produk cacat yang paling banyak terdapat pada hari ke-12 dengan total cacat 26 ton dari 91 ton sampel yang diambil dengan proporsi cacat 0.29 atau 29 % Menghitung Proporsi Copper Rod Reject shift 3 Berdasarkan data diatas, maka diperoleh perhitungan proporsi untuk Copper Rod Reject shift 3, sebagai berikut : Tabel 4.13 Hasil penghitungan proporsi Copper Rod Reject shift 3 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Total Cacat (np) Proporsi Cacat Jumlah

22 71 Berdasarkan data diatas, jumlah produk cacat secara keseluruhan untuk copper rod Reject shift 3 sebesar 181 ton dari 1714 ton sampel yang diambil, dengan proporsi 2.41 atau 241 %. Jumlah produk cacat yang paling banyak terdapat pada hari ke-6 dengan total cacat 26 ton dari 70 ton sampel yang diambil dengan proporsi cacat 0.37 atau 37 % Menghitung UCL, CL dan LCL Rumus : p CL = UCL = LCL = Contoh : produk cacat = ukuran sampel = p = p + 3 p 3 p(1 p) ni p(1 p) ni = = = ( ) ni 0.104( ) ni Penghitungan UCL, LCL dan CL = CL = p = UCL = p + 3 p(1 p) ni = ( ) 77 = LCL = p 3 p(1 p) ni = ( ) 77 =

23 Menghitung UCL, CL dan LCL Copper Rod P Class shift 1 Berdasarkan penghitungan proporsi diatas, maka diperoleh perhitungan UCL, CL dan LCL untuk Copper Rod P Class shift 1, sebagai berikut : Tabel 4.14 Hasil Penghitungan UCL, CL, LCL Copper Rod P Class shift 1 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Proporsi cacat UCL CL LCL Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai UCL , CL dan LCL Dari perhitungan tersebut ada beberapa data yang berada diluar batas kendali yaitu pada hari ke-1, 6, 17, 18, 20. Untuk itu perlu dilakukan revisi. Revisi dilakukan dengan menghilangkan sampel ke-1, 6, 17, 18, 20 tersebut.

24 Menghitung UCL, CL dan LCL Copper Rod P Class shift 2 Berdasarkan penghitungan proporsi diatas, maka diperoleh perhitungan UCL, CL dan LCL untuk Copper Rod P Class shift 2, sebagai berikut : Tabel 4.15 Hasil Penghitungan UCL, CL, dan LCL Copper Rod P Class shift 2 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Proporsi cacat UCL CL LCL Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai UCL , CL dan LCL Dari perhitungan tersebut ada beberapa data yang berada diluar batas kendali yaitu pada hari ke-1, 11, 12, 18, 19, 22. Untuk itu perlu dilakukan revisi. Revisi dilakukan dengan menghilangkan sampel ke-1, 11, 12, 18, 19, 22. tersebut.

25 Menghitung UCL, CL dan LCL Copper Rod P Class shift 3 Berdasarkan penghitungan proporsi diatas, maka diperoleh perhitungan UCL, CL dan LCL untuk Copper Rod P Class shift 3, sebagai berikut : Tabel 4.16 Hasil Penghitungan UCL, CL, dan LCL Copper Rod P Class shift 3 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Proporsi cacat UCL CL LCL Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai UCL , CL dan LCL Dari perhitungan tersebut ada beberapa data yang berada diluar batas kendali yaitu pada hari ke-7, 13, 14, 18, 26. Untuk itu perlu dilakukan revisi. Revisi dilakukan dengan menghilangkan sampel ke-7, 13, 14, 18, 26 tersebut.

26 Menghitung UCL, CL dan LCL Copper Rod Reject shift 1 Berdasarkan penghitungan proporsi diatas, maka diperoleh perhitungan UCL, CL dan LCL untuk Copper Rod Reject shift 1, sebagai berikut : Tabel 4.17 Hasil Penghitungan UCL, CL, dan LCL Copper Rod Reject shift 1 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Proporsi cacat UCL CL LCL Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai UCL , CL dan LCL Dari perhitungan tersebut ada beberapa data yang berada diluar batas kendali yaitu pada hari ke-1, 6, 18, 20, 23, 24, 27. Untuk itu perlu dilakukan revisi. Revisi dilakukan dengan menghilangkan sampel ke-1, 6, 18, 20, 23, 24, 27 tersebut.

27 Menghitung UCL, CL dan LCL Copper Rod Reject shift 2 Berdasarkan penghitungan proporsi diatas, maka diperoleh perhitungan UCL, CL dan LCL untuk Copper Rod Reject shift 2, sebagai berikut : Tabel 4.18 Hasil Penghitungan UCL, CL dan LCL Copper Rod Reject shift 2 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Proporsi cacat UCL CL LCL Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai UCL , CL 0.09 dan LCL 0. Dari perhitungan tersebut ada beberapa data yang berada diluar batas kendali yaitu pada hari ke-2, 6, 7, 9, 11, 13, 15, 16, 18, 20, 22, 29, 30. Untuk itu perlu dilakukan revisi. Revisi dilakukan dengan menghilangkan sampel ke-2, 6, 7, 9, 11, 13, 15, 16, 18, 20, 22, 29, 30 tersebut.

28 Menghitung UCL, CL dan LCL Copper Rod Reject shift 3 Berdasarkan penghitungan proporsi diatas, maka diperoleh perhitungan UCL, CL dan LCL untuk Copper Rod Reject shift 3, sebagai berikut : Tabel 4.19 Hasil penghitungan UCL, CL dan LCL Copper Rod Reject shift 3 Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Proporsi cacat UCL CL LCL Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai UCL , CL dan LCL Dari perhitungan tersebut ada beberapa data yang berada diluar batas kendali yaitu pada hari ke-7, 13, 14, 18, 26. Untuk itu perlu dilakukan revisi. Revisi dilakukan dengan menghilangkan sampel ke-7, 10, 13, 14, 18, 26 tersebut.

29 Peta Kontrol P dengan menggunakan Minitab Peta Kontrol P Copper Rod P Class shift 1 Berdasarkan penghitungan UCL, CL dan LCL diatas, maka diperoleh peta Kontrol P untuk Copper Rod P Class shift 1, sebagai berikut : P Chart for Process 0.3 Proportion UCL= P= LCL= Sample Number 20 Gambar 4.9 Peta Kontrol P untuk Copper Rod P Class shift 1 Berdasarkan peta kontrol P diatas, terdapat beberapa data yang out of control. Untuk itu diperlukan revisi. Revisi dilakukan dengan menghilangkan sampel pada data yang out of control. Perhitungan proporsi setelah revisi untuk Copper rod P Class shift 1 dapat dilihat pada tabel 4.20 pada Hal 84 sedangkan untuk perhitungan batas kendali dapat dilihat pada tabel 4.26 pada Hal 91 dan Peta kendali P untuk Revisi dapat dilihat pada gambar 4.15 pada Hal 97.

30 Peta Kontrol P Copper Rod P Class shift 2 Berdasarkan penghitungan UCL, CL dan LCL diatas, maka diperoleh peta Kontrol P untuk Copper Rod P Class shift 2, sebagai berikut : P Chart for Process 0.3 Proportion UCL= P= LCL= Sample Number Gambar 4.10 Peta Kontrol P untuk Copper Rod P Class shift 2 Berdasarkan peta kontrol P diatas, terdapat beberapa data yang out of control. Untuk itu diperlukan revisi. Revisi dilakukan dengan menghilangkan sampel pada data yang out of control. Perhitungan data setelah revisi untuk Copper rod P Class shift 2 dapat dilihat pada tabel 4.21 pada Hal 83 sedangkan untuk perhitungan batas kendali dapat dilihat pada tabel 4.27 pada Hal 92 dan Peta kendali P untuk Revisi dapat dilihat pada gambar 4.16 pada Hal 97.

31 Peta Kontrol P Copper Rod P Class shift 3 Berdasarkan penghitungan UCL, CL dan LCL diatas, maka diperoleh peta Kontrol P untuk Copper Rod P Class shift 3, sebagai berikut : P Chart for Process Proportion UCL= P= LCL=5.32E Sample Number Gambar 4.11 Peta Kontrol P untuk Copper Rod P Class shift 3 Berdasarkan peta kontrol P diatas, terdapat beberapa data yang out of control. Untuk itu diperlukan revisi. Revisi dilakukan dengan menghilangkan sampel pada data yang out of control. Perhitungan data setelah revisi untuk Copper rod P Class shift 3 dapat dilihat pada tabel 4.22 pada Hal 86 sedangkan untuk perhitungan batas kendali dapat dilihat pada tabel 4.28 pada Hal 93 dan Peta kendali untuk Revisi dapat dilihat pada gambar 4.17 Hal 98.

32 Peta Kontrol P Copper Rod Reject shift 1 Berdasarkan penghitungan UCL, CL dan LCL diatas, maka diperoleh peta Kontrol P untuk Copper Rod Reject shift 1, sebagai berikut : P Chart for Process 0.3 Proportion UCL= P= LCL= Sample Number 20 Gambar 4.12 Peta Kontrol P untuk Copper Rod Reject shift 1 Berdasarkan peta kontrol P diatas, terdapat beberapa data yang out of control. Untuk itu diperlukan revisi. Revisi dilakukan dengan menghilangkan sampel pada data yang out of control. Perhitungan data setelah revisi untuk Copper rod Reject shift 1 dapat dilihat pada tabel 4.23 Hal 87 sedangkan untuk perhitungan batas kendali dapat dilihat pada tabel 4.29 pada Hal 94 dan Peta kendali untuk Revisi dapat dilihat pada gambar 4.18 pada Hal 99.

33 Peta Kontrol P Copper Rod Reject shift 2 Berdasarkan penghitungan UCL, CL dan LCL diatas, maka diperoleh peta Kontrol P untuk Copper Rod Reject shift 2, sebagai berikut : P Chart for Process Proportion UCL= P= LCL= Sample Number Gambar 4.13 Peta Kontrol P untuk Copper Rod Reject shift 2 Berdasarkan peta kontrol P diatas, terdapat beberapa data yang out of control. Untuk itu diperlukan revisi. Revisi dilakukan dengan menghilangkan sampel pada data yang out of control. Perhitungan data setelah revisi untuk Copper rod reject shift 2 dapat dilihat pada tabel 4.24 Hal 88 sedangkan untuk perhitungan batas kendali dapat dilihat pada tabel 4.30 pada Hal 95 dan Peta kendali untuk Revisi dapat dilihat pada gambar 4.19 pada Hal 99.

34 Peta Kontrol P Copper Rod Reject shift 3 Berdasarkan penghitungan UCL, CL dan LCL diatas, maka diperoleh peta Kontrol P untuk Copper Rod Reject shift 3, sebagai berikut : P Chart for Process Proportion UCL= P= LCL= Sample Number Gambar 4.14 Peta Kontrol P untuk Copper Rod Reject shift 3 Berdasarkan peta kontrol P diatas, terdapat beberapa data yang out of control. Untuk itu diperlukan revisi. Revisi dilakukan dengan menghilangkan sampel pada data yang out of control. Perhitungan data setelah revisi untuk Copper rod Reject shift 3 dapat dilihat pada tabel 4.25 Hal 89 sedangkan untuk perhitungan batas kendali dapat dilihat pada tabel 4.31 pada Hal 96 dan Peta kendali untuk Revisi dapat dilihat pada gambar 4.20 pada Hal Menghitung Proporsi (Setelah Revisi) Rumus = p = jumlah produk cacat ukuran sampel ( ni)

35 84 Contoh : Penghitungan proporsi = p = jumlah produk cacat ukuran sampel ( ni) p = 9 = Menghitung Proporsi Copper Rod P Class shift 1 (setelah revisi) Berdasarkan peta Kontrol P diatas, terdapat beberapa data yang out of control maka perlu dilakukan revisi. Berikut adalah penghitungan proporsi Copper Rod P Class shift 1 setelah dilakukan revisi. Tabel 4.20 Hasil penghitungan proporsi Copper Rod P Class shift 1 (setelah Revisi) Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Jumlah Produk cacat Proporsi cacat TOTAL

36 85 Berdasarkan perhitungan proporsi (perbaikan) diatas, jumlah produk cacat secara keseluruhan setelah perbaikan untuk copper rod P class shift 1 sebesar 139 ton dari 1568 ton sampel yang diambil, dengan proporsi 1.56 atau 156% Menghitung Proporsi Copper Rod P Class shift 2 (setelah revisi) Berdasarkan peta Kontrol P diatas, terdapat beberapa data yang out of control maka perlu dilakukan revisi. Berikut adalah penghitungan proporsi Copper Rod P Class shift 2 setelah dilakukan revisi. Tabel 4.21 Hasil penghitungan proporsi Copper Rod P Class shift 2 (setelah Revisi) Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Total Cacat (np) Proporsi Cacat TOTAL Berdasarkan perhitungan proporsi (perbaikan) diatas, jumlah produk cacat secara keseluruhan setelah perbaikan untuk copper rod P class shift 2 sebesar 119 ton dari 1344 ton sampel yang diambil, dengan proporsi 1.49 atau 149%.

37 Menghitung Proporsi Copper Rod P Class shift 3 (setelah revisi) Berdasarkan peta Kontrol P diatas, terdapat beberapa data yang out of control maka perlu dilakukan revisi. Berikut adalah penghitungan proporsi Copper Rod P Class shift 3 setelah dilakukan revisi. Tabel 4.22 Hasil penghitungan proporsi Copper Rod P Class shift 3 (setelah Revisi) Hari ke- Ukuran Sampel (n) Total Cacat (np) Proporsi Cacat Jumlah Berdasarkan perhitungan proporsi (perbaikan) diatas, jumlah produk cacat secara keseluruhan setelah perbaikan untuk copper rod P class shift 3 sebesar 133 ton dari 1427 ton sampel yang diambil, dengan proporsi 1.81 atau 181%.

38 Menghitung Proporsi Copper Rod Reject shift 1 (setelah revisi) Berdasarkan peta Kontrol P diatas, terdapat beberapa data yang out of control maka perlu dilakukan revisi. Berikut adalah penghitungan proporsi Copper Rod Reject shift 1 setelah dilakukan revisi. Tabel 4.23 Hasil penghitungan proporsi Copper Rod Reject shift 1 (setelah Revisi) Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Total cacat (np) Proporsi cacat Total Berdasarkan perhitungan proporsi (perbaikan) diatas, jumlah produk cacat secara keseluruhan setelah perbaikan untuk copper rod reject shift 1 sebesar 120 ton dari 1316 ton sampel yang diambil, dengan proporsi 1.38 atau 138 %.

39 Menghitung Proporsi Copper Rod Reject shift 2 (setelah revisi) Berdasarkan peta Kontrol P diatas, terdapat beberapa data yang out of control maka perlu dilakukan revisi. Berikut adalah penghitungan proporsi Copper Rod Reject shift 2 setelah dilakukan revisi. Tabel 4.24 Hasil penghitungan proporsi Copper Rod Reject shift 2 (setelah Revisi) Hari ke- Ukuran Sampel (n) Total Cacat (np) Proporsi Cacat Jumlah Berdasarkan perhitungan proporsi (perbaikan) diatas, jumlah produk cacat secara keseluruhan setelah perbaikan untuk copper rod Reject shift 2 sebesar 133 ton dari 1427 ton sampel yang diambil, dengan proporsi 1.81 atau 181%.

40 Menghitung Proporsi Copper Rod Reject shift 3 (setelah revisi) Berdasarkan peta Kontrol P diatas, terdapat beberapa data yang out of control maka perlu dilakukan revisi. Berikut adalah penghitungan proporsi Copper Rod Reject shift 3 setelah dilakukan revisi. Tabel 4.25 Hasil penghitungan proporsi Copper Rod Reject shift 3 (setelah Revisi) Hari ke- Ukuran Sampel (n) Total Cacat (np) Proporsi Cacat Jumlah Berdasarkan perhitungan proporsi (perbaikan) diatas, jumlah produk cacat secara keseluruhan setelah perbaikan untuk copper rod Reject shift 3 sebesar 133 ton dari 1427 ton sampel yang diambil, dengan proporsi 1.81 atau 181%.

41 Menghitung UCL, CL dan LCL (Setelah Revisi) Rumus : p CL = UCL = LCL = Contoh : produk cacat = ukuran sampel = p = p + 3 p 3 p(1 p) ni p(1 p) ni = = = ( ) ni 0.104( ) ni Penghitungan CL, UCL dan LCL = CL = p = UCL = p + 3 p(1 p) ni = ( ) 77 = LCL = p 3 p(1 p) ni = ( ) 77 = 1.583

42 Menghitung UCL, CL dan LCL Copper Rod P Class shift 1 (Setelah revisi) Berdasarkan penghitungan proporsi diatas, maka diperoleh perhitungan UCL, CL dan LCL untuk Copper Rod P Class shift 1, sebagai berikut : Tabel 4.26 Hasil penghitungan UCL, CL, dan LCL Copper Rod P Class shift 1 (setelah revisi) Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Proporsi cacat UCL CL LCL Setelah dilakukan revisi dengan menghilangkan data-data yang berada diluar batas kendali maka diperoleh nilai UCL0.1780, CL dan LCL 0. Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat dilanjutkan untuk membuat grafik peta kendali.

43 Menghitung UCL, CL dan LCL Copper Rod P Class shift 2 Berdasarkan penghitungan proporsi diatas, maka diperoleh perhitungan UCL, CL dan LCL untuk Copper Rod P Class shift 2, sebagai berikut : Tabel 4.27 Hasil Penghitungan UCL, CL, dan LCL Copper Rod P Class shift 2 (setelah revisi) Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Proporsi cacat UCL CL LCL Setelah dilakukan revisi dengan menghilangkan data-data yang berada diluar batas kendali maka diperoleh nilai UCL , CL dan LCL 0. Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat dilanjutkan untuk membuat grafik peta kendali.

44 Menghitung UCL, CL dan LCL Copper Rod P Class shift 3 Berdasarkan penghitungan proporsi diatas, maka diperoleh perhitungan UCL, CL dan LCL untuk Copper Rod P Class shift 3, sebagai berikut : Tabel 4.28 Hasil Penghitungan UCL, CL, dan LCL Copper Rod P Class shift 3 (setelah revisi) Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Proporsi cacat UCL CL LCL Setelah dilakukan revisi dengan menghilangkan data-data yang berada diluar batas kendali maka diperoleh nilai UCL , CL dan LCL 0. Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat dilanjutkan untuk membuat grafik peta kendali.

45 Menghitung UCL, CL dan LCL Copper Rod Reject shift 1 Berdasarkan penghitungan proporsi diatas, maka diperoleh perhitungan UCL, CL dan LCL untuk Copper Rod Reject shift 1, sebagai berikut : Tabel 4.29 Hasil Penghitungan UCL, CL, dan LCL Copper Rod Reject shift 1 (setelah revisi) Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Proporsi cacat UCL CL LCL Setelah dilakukan revisi dengan menghilangkan data-data yang berada diluar batas kendali maka diperoleh nilai UCL , CL 0.09 dan LCL Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat dilanjutkan untuk membuat grafik peta kendali.

46 Menghitung UCL, CL dan LCL Copper Rod Reject shift 2 Berdasarkan penghitungan proporsi diatas, maka diperoleh perhitungan UCL, CL dan LCL untuk Copper Rod Reject shift 2, sebagai berikut : Tabel 4.30 Hasil Penghitungan UCL, CL, dan LCL Copper Rod Reject shift 2 (setelah revisi) Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Proporsi cacat UCL CL LCL Setelah dilakukan revisi dengan menghilangkan data-data yang berada diluar batas kendali maka diperoleh nilai UCL , CL dan LCL Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat dilanjutkan untuk membuat grafik peta kendali.

47 Menghitung UCL, CL dan LCL Copper Rod Reject shift 3 Berdasarkan penghitungan proporsi diatas, maka diperoleh perhitungan UCL, CL dan LCL untuk Copper Rod P Class shift 3, sebagai berikut : Tabel 4.31 Hasil Penghitungan UCL, CL, dan LCL Copper Rod Reject shift 3 (setelah revisi) Hari ke- Ukuran Sampel (ni) Proporsi cacat UCL CL LCL , , Setelah dilakukan revisi dengan menghilangkan data-data yang berada diluar batas kendali maka diperoleh nilai UCL , CL dan LCL Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat dilanjutkan untuk membuat grafik peta kendali.

48 Peta Kontrol P dengan menggunakan Minitab 13 (Setelah revisi) Peta Kontrol P Copper Rod P Class shift 1 (Setelah Revisi) Berdasarkan penghitungan UCL, CL dan LCL diatas, maka diperoleh peta Kontrol P untuk Copper Rod P Class shift 1, sebagai berikut : P Chart for Process 0.2 UCL= Proportion 0.1 P= LCL= Sample Number Gambar 4.15 Peta Kontrol P untuk Copper Rod P Class shift 1 Setelah dilakukan perbaikan, dalam dilihat bahwa semua data berada dalam in control. Karena telah berada dalam in control maka Perusahaan dapat menggunakan peta tersebut untuk memantau proses produksi secara terus menerus Peta Kontrol P Copper Rod P Class shift 2 (Setelah Revisi) Berdasarkan penghitungan UCL, CL dan LCL diatas, maka diperoleh peta Kontrol P untuk Copper Rod P Class shift 2, sebagai berikut : P Chart for Process 0.2 UCL= Proportion 0.1 P= LCL= Sample Number 15 Gambar 4.16 Peta Kontrol P untuk Copper Rod P Class shift 2

49 98 Setelah dilakukan perbaikan, dalam dilihat bahwa semua data berada dalam in control. Karena telah berada dalam in control maka Perusahaan dapat menggunakan peta tersebut untuk memantau proses produksi secara terus menerus Peta Kontrol P Copper Rod P Class shift 3 (Setelah Revisi) Berdasarkan penghitungan UCL, CL dan LCL diatas, maka diperoleh peta Kontrol P untuk Copper Rod P Class shift 3, sebagai berikut : P Chart for Process 0.3 Proportion UCL= P= LCL= Sample Number 20 Gambar 4.17 Peta Kontrol P untuk Copper Rod P Class shift 3 Setelah dilakukan perbaikan, dalam dilihat bahwa semua data berada dalam in control. Karena telah berada dalam in control maka Perusahaan dapat menggunakan peta tersebut untuk memantau proses produksi secara terus menerus.

50 Peta Kontrol P Copper Rod Reject shift 1 (Setelah Revissi) Berdasarkan penghitungan UCL, CL dan LCL diatas, maka diperoleh peta Kontrol P untuk Copper Rod Reject shift 1, sebagai berikut : P Chart for Process 0.2 UCL= Proportion 0.1 P= LCL=9.30E Sample Number 15 Gambar 4.18 Peta Kontrol P untuk Copper Rod Reject shift 1 Setelah dilakukan perbaikan, dalam dilihat bahwa semua data berada dalam in control. Karena telah berada dalam in control maka Perusahaan dapat menggunakan peta tersebut untuk memantau proses produksi secara terus menerus Peta Kontrol P Copper Rod Reject shift 2 (Setelah Revisi) Berdasarkan penghitungan UCL, CL dan LCL diatas, maka diperoleh peta Kontrol P untuk Copper Rod Reject shift 2, sebagai berikut : P Chart for Process 0.2 UCL= Proportion 0.1 P= LCL= Sample Number Gambar 4.19 Peta Kontrol P untuk Copper Rod Reject shift 2

51 100 Setelah dilakukan perbaikan, dalam dilihat bahwa semua data berada dalam in control. Karena telah berada dalam in control maka Perusahaan dapat menggunakan peta tersebut untuk memantau proses produksi secara terus menerus Peta Kontrol P Copper Rod Reject shift 3 (Setelah Revisi) Berdasarkan penghitungan UCL, CL dan LCL diatas, maka diperoleh peta Kontrol P untuk Copper Rod Reject shift 3, sebagai berikut : P Chart for Process 0.3 Proportion UCL= P= LCL= Sample Number 15 Gambar 4.20 Peta Kontrol P untuk Copper Rod Reject shift 3 Setelah dilakukan perbaikan, dalam dilihat bahwa semua data berada dalam in control. Karena telah berada dalam in control maka Perusahaan dapat menggunakan peta tersebut untuk memantau proses produksi secara terus menerus.

52 Analisa Jenis kerusakan Produk yang dibahas dalam penelitian ini adalah copper rod dengan klasifikasi copper rod p class dan copper rod reject, dibawah ini adalah spesifikasi kerusakan yang ada pada setiap klasifikasi copper rod Jenis Kerusakan Untuk Copper Rod P Class 1. Crack Crack merupakan jenis kerusakan berupa segitiga, flake, discolour, keretakan dan grepes pada coil. Coil dapat dikatakan crack jika mengandung satu atau lebih jenis-jenis kerusakan (segitiga, flake, discolor, keretakan dan grepes) dapat satu atau gabungan dua atau lebih. Penyebab crack antara lain karena kesalahan proses pemotongan pada barpre sehingga menyebabkan flake, adanya luka segitiga yang disebabkan kondisi casting ring yang sudah retak-retak, aliran tembaga cair dari tundis atau pot yang kurang bagus serta kondisi filter tundis yang sudah tidak bagus sehingga material pengotor terbawa oleh tembaga cair. Faktor crack ini termasuk factor yang sangat vital dibandingkan dengan quality items yang lainnya, karena faktor ini sangat menentukan pengklasifikasian produk. Faktor ini merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk digantikan karena juga merupakan penentu efisiensi produksi copper rod. Semakin crack yang timbul maka semakin banyak produk F1 yang dihasilkan. Kriteria jumlah crack untuk pengklasifikasian produk dapat dilihat dari table berikut. Tabel 4.32 standar Klasifikasi Produk berdasarkan crack Hasil crack detector Item Unit Class F1 F2 P R L (25-40) mm M (15-20) mm S (10) mm Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. Referensi Prosedur pengujian copper rod

53 Oxygen Kadar oxygen pada copper rod penting untuk diukur karena akan sangat berpengaruh pada performance pada copper rod. Kandungan oksigen pada copper rod dapat mengikat zat pengotor sehingga membentuk oksida. Jika kadar oxygen pada copper rod melebihi standar maka konduktivitas rod akan menjadi tinggi dan selain itu juga akan meningkatkan kekerasan copper rod. Sedangkan apabila kadarnya kurang dari standar maka konduktivitas rod berkurang dan begitu juga dengan tingkat kekerasannya. Konduktivitas yang tinggi memang mencerminkan kualitas yang baik dari copper rod tersebut. Namun demikian tingkat kekerasan yang tinggi bukan sifat yang diharapkan dari copper rod. Karena apabila kadar O 2 copper rod yang kurang dari standar maka akan menyebabkan copper rod lebih ulet, namun dapat menyebabkan crack yang mengakibatkan produk pada mudah putus pada proses drawing. Pengujian kadar oxygen dilakukan setiap tiga coil sekali. Tetapi apabila nilainya belum memenuhi standar maka akan dilakukan penyesuaian pada proses produksi dan pengujian tetap dilakukan terhadap pada tiga coil secara berturut-turut hingga memenuhi standar. Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah LECO RO 600 Oxygen Determinator yang tersedia di laboratorium QC. Prosedur pengujian kadar Oxygen adalah dengan mengambil sample kecil dari copper rod kemudian dimasukkan dalam alat penguji. Alat penguji akan memproses dan kemudian data kandungan dapat dilihat di monitor. Standar kandungan oxygen pada copper rod adalah sebagai berikut :

54 103 Tabel 4.33 standar Klasifikasi Produk berdasarkan oxygen Class Item Unit F1 F2 P R <150 Oksigen Ppm >600 Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. Referensi ASTM B Roundness Seperti yang sudah dijelaskan pada sebelumnya, setelah tembaga dicetak menjadi bentuk batangan maka kemudian tembaga akan dibentuk menjadi kabel berdiameter 8 mm (Copper rod). Pemebentukan tersebut menggunakan proses rolling yang pada prinsipnya menggunakan gap antara rol untuk membentuk tembaga menjadi bulat. Posisi roll yang tidak tepat tentu akan menyebabkan bentuk rod tidak bulat sempurna. Begitu pula dengan adanya penipisan pada permukaan roll yang berbentuk oval. Kebulatan bentuk (roundness) tersebut merupakan salah satu item quality pada copper rod. Copper rod yang baik tentu adalah yang berbentuk bulat sempurna, walaupun pada kenyataan sulit untuk menghasilkan rod yang demikian. Prosedur pengujian pada roundness dilakukan pada sampel yang sama dengan pada pengujian diameter. Roundness diukur dengan mengitung selisih antara diameter terbesar antara diameter terbesar dengan diameter terkecil yang diambil dari hasil pengukuran diameter pada titik copper rod. Semakin kecil selisihnya maka roundness dari copper rod semakin baik. Berdasarkan roundness tersebut maka copper rod akan diklasifikasikan dalam kelas-kelas produk, namun demikian roundness tidak digunakan sebagai acuan untuk menentukan reject atau tidaknya copper rod. Tabel 4.34 standar Klasifikasi Produk berdasarkan roundness Class Item Unit F1 F2 P R Roundness mm < 0,50 < 0,50 0,50 - Sumber : PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. Referensi Prosedur pengujian copper rod

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1. Sejarah Perusahaan Berdiri dengan nama PT. Indoaluminium Intikarsa Industri atau sering disebut dengan PT. 3I, pada tanggal 17 April 1990 dalam rangka Penanaman Modal Dalam

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data. 1. Produk : Cairan Rem DOT 3

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data. 1. Produk : Cairan Rem DOT 3 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Umum Perusahaan Pada bab ini dilakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian, baik yang berkaitan dengan data kuantitatif maupun data yang bersifat

Lebih terperinci

SOAL DETECT UTS GENAP 2014/2015. Quality Control

SOAL DETECT UTS GENAP 2014/2015. Quality Control SOAL DETECT UTS GENAP 2014/2015 Quality Control 1. a. Buat peta kendali dan R! b. Buat revisi peta kendali jika dibutuhkan! c. Diketahui spesifikasi produk adalah 171 ± 11. Jika produk di bawah LSL maka

Lebih terperinci

baja siku, As di luar negeri. praktis adalah

baja siku, As di luar negeri. praktis adalah P T. Growth Sumatraa Industry adalah perusahaan industri baja yang dibangun dan beroperasi sejak tahun 1970. Pabrik yang luasnya sekitar 10 hektar ini terletak di Jalan K.L. Yos Sudarso Km.10 Medan Belawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Kasus tugas besar pengendalian kualitas adalah untuk menguji kualitas dan melihat seberapa besar kecacatan produksi shockbreaker yang dihasilkan oleh PT.Akri.

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk 228 Seminar Nasional Teknik Industri [SNTI2017] ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk Heri Wibowo 1, Sulastri 2 dan Ahmad

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Adapun data yang diperoleh adalah jumlah dan jenis-jenis cacat pada proses welding hasil audit dari periode akhir September Oktober 2004. Tabel 4.1

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. SENTRA MAHAKARYA INTEGRA merupakan perusahaan yang bergerak di

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. SENTRA MAHAKARYA INTEGRA merupakan perusahaan yang bergerak di 41 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. SENTRA MAHAKARYA INTEGRA merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi alluminium extrusion di Jakarta. Perusahaan ini berkantor di JL. Palmerah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS INVESTASI YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS INVESTASI YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS INVESTASI YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan Terletak di Jakarta Utara, pabrik accupied 4,6 hektar lahan, PT. INTERWORLDSTEELMILLSIndonesia didirikan pada tahun 1970 sebagai sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Flow Chart Pemecahan Masalah adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah Penjelasan langkah-langkah flow diagram

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Flow Chart Pemecahan Masalah adalah sebagai berikut : 43 Gambar 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah Penjelasan langkah-langkah flow diagram

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03 PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin meningkatnya pemesanan oleh masyarakat. Oleh karena itu PT. PANCA BUDI IDAMAN lebih meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode dasar analisis deskriptif analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semakin kompetitif ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan persaingan akan memberikan perhatian penuh pada mutu atau kualitas.

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PETA KENDALI ATRIBUT. 9 Pengendalian Kualitas. Semester Genap 2017/2018

PETA KENDALI ATRIBUT. 9 Pengendalian Kualitas. Semester Genap 2017/2018 PETA KENDALI ATRIBUT 9 Pengendalian Kualitas Semester Genap 2017/2018 2 Outline Peta Kendali Variabel 3 PETA KENDALI (CONTROL CHART) Metode Statistik untuk menggambarkan adanya variasi atau penyimpangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA Mochammad Damaindra, Atikha Sidhi Cahyana Program studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PROSES MACHINING PEMBUATAN ZINC CAN BATTERY TYPE UM-1 DI PT. PANASONIC GOBEL ENERGI INDONESIA

PROSES MACHINING PEMBUATAN ZINC CAN BATTERY TYPE UM-1 DI PT. PANASONIC GOBEL ENERGI INDONESIA PROSES MACHINING PEMBUATAN ZINC CAN BATTERY TYPE UM-1 DI PT. PANASONIC GOBEL ENERGI INDONESIA Nama : Eirene Marten S. NPM : 22411340 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Ir. Arifuddin, MM. MSC Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di PT United Can Company Ltd. yang berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 17, Kalideres Jakarta Barat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan produksi kemasan makanan dari kertas karton CV. Yogyakartas yang berlokasi di Jl. Nyi Ageng Nis No. 20 B,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Hasil Perhitungan Jam Ke- CTQ of Out Sol Manufacture it) n it) si (p in g . P efect (p Isi ersize - T

LAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Hasil Perhitungan Jam Ke- CTQ of Out Sol Manufacture it) n it) si (p in g . P efect (p Isi ersize - T L46 LAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan selama melakukan observasi di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik (Agroplas). Variabel yang diteliti adalah metode pengendalian kualitas yang diterapkan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA Retno Indriartiningtias Laboratorium Ergonomi dan APK Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura Email : artiningtias@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa produktivitas yang berlangsung di PT. Schott Igar Glass (SIG), mulai dari menganalisa perbedaan-perbedaan yang ada antara mesin

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream

BAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Histogram Histogram pada tahap ini digunakan untuk mengidentifikasi peluang cacat, membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream 30gr dan Lightening

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Erry Rimawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah merupakan tahap menggambarkan jalannya proses penelitian atau pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN INTERPRETASI HASIL. menjelaskan arti dari hasil pengolahan yang telah dilakukan dan melakukan

BAB V ANALISA DATA DAN INTERPRETASI HASIL. menjelaskan arti dari hasil pengolahan yang telah dilakukan dan melakukan BAB V ANALISA DATA DAN INTERPRETASI HASIL 5.1 Analisa Data Bab ini akan menganalisa hasil pengolahan data dengan menguraikan serta menjelaskan arti dari hasil pengolahan yang telah dilakukan dan melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Laporan tugas akhir BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Garuda Metalindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur.produk utama dari perusahaan ini adalah

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data Pengumpulan data di perusahaan PT. Jasa Putra Plastik dilakukan dari bulan Juli 004 sampai bulan Desember 004. Data yang diperoleh dalam

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik Definisi 2 Metal Alloys (logam paduan) adalah bahan campuran yang mempunyai sifat-sifat logam, terdiri dari dua atau lebih unsur-unsur, dan sebagai unsur utama

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Data Pengujian. 4.1.1. Pengujian Kekerasan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Rockwell C, pengujian kekerasan pada material liner dilakukan dengan cara penekanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Tahap Analisis (Analyse) Untuk mengetahui penyebab terjadi, Maka digunakan analisa Fish Bone diagram berdasarkan faktor material, machine, man dan method seperti gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahapan tersebut diperlukan suatu pengendalian terhadap kualitas.

BAB I PENDAHULUAN. tahapan tersebut diperlukan suatu pengendalian terhadap kualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas merupakan suatu bahasa komunikasi antara produsen dan konsumen. Kualitas menjadi suatu pertaruhan agar tercipta kepuasan. Artinya perusahaan akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pengetahuan, teknologi dan pertumbuhan ekonomi pada sektor industri Pangan di Indonesia menyebabkan persaingan antara industri-industri yang menghasilkan produk sejenis harus lebih kreatif dan

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 1.1 ALUR PROSES ZINC CAN Zinc Ingot Zinc Furnace Proses Peleburan Zinc Proses Casting Proses Rolling Proses Drawing Proses Cutting Proses Coil Aging Zinc Slug Proses

Lebih terperinci

Konsumsi Baja per Kapita Tahun 2014

Konsumsi Baja per Kapita Tahun 2014 Kg/Kapita BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri baja merupakan salah satu industri pendukung pembangunan nasional yang sesuai dengan rencana strategis yang sedang direncanakan oleh Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data Untuk mempermudah identifikasi masalah, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dan digunakan sebagai latar

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SOLAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) (Studi Kasus : DI UNIT KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU) Siti Nandiroh 1*,Eko Winardi 2 1,2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN.1 Gambaran Umum Perusahaan.1.1 Sejarah Perusahaan Secara resmi berdiri tahun 1971, PT IRON WIRE WORKS INDONESIA (IWWI) adalah perusahaan terkemuka Jepang pertama dan terbesar

Lebih terperinci

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212 III Control chart for variables Pengendalian Kualitas TIN-212 Common dan Assignable causes of variation Variabilitas dapat dibagi ke dalam dua kategori: 1. Common causes of variation. Variasi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di laboratorium korosi pada Jurusan Metalurgi dan Material Fakultas Teknik. Variabel penelitian yang akan - digunakanadalah konsentrasi bikarbonat (HCO3)

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) PADA PT. NGK

SKRIPSI ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) PADA PT. NGK SKRIPSI ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) PADA PT. NGK Disusun Oleh : Nama : Asep Suryadi NPM : 201210215039 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKSESUAIAN KUAT TARIK DENGAN SPESIFIKASI STANDAR MELALUI DIAGRAM ISHIKAWA

ANALISIS KETIDAKSESUAIAN KUAT TARIK DENGAN SPESIFIKASI STANDAR MELALUI DIAGRAM ISHIKAWA Paper of The Month PM3I Agustus 2017 ANALISIS KETIDAKSESUAIAN KUAT TARIK BAJA HRC DENGAN SPESIFIKASI STANDAR MELALUI DIAGRAM ISHIKAWA ADDIN HADINATA A Teknik Metalurgi UNTIRTA I. Latar Belakang Hot Strip

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat 81 BAB V PEMBAHASAN Pada pengujian kualitas batubara di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menggunakan conto batubara yang diambil setiap ada pengiriman dari pabrik. Conto diambil sebanyak satu sampel

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADUAN AL-SI (SERI 4032) TERHADAP HASIL PENGECORAN Ir. Drs Budiyanto Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAK Proses produksi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KAIN BERMOTIF DI PT RAGAM WARNA UTAMA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS. Jurnal. Oleh: M. LUTFI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KAIN BERMOTIF DI PT RAGAM WARNA UTAMA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS. Jurnal. Oleh: M. LUTFI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KAIN BERMOTIF DI PT RAGAM WARNA UTAMA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS Jurnal Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar sarjana strata 1 (S1) Program

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

Pengontrolan Kualitas Proses Produksi Front Grille Menggunakan Diagram Kontrol Multivariat Individual

Pengontrolan Kualitas Proses Produksi Front Grille Menggunakan Diagram Kontrol Multivariat Individual JURUSAN STATISTIKA Pengontrolan Kualitas Proses Produksi Front Grille Menggunakan Diagram Kontrol Multivariat Individual Silvia Setia Armadi 1308 030 006 Dr. Muhammad Mashuri, MT PENDAHULUAN JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 34 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan 3.1.1 Latar Belakang PT.TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk, didirikan pada taggal 3 Februari 1977. Sesuai dengan Undang-Undang Penanaman Modal asing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Airlangga, Laboratorium Dasar Bersama

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Komposisi Bahan Hasil uji komposisi menunjukan bahwa material piston bekas mempunyai unsur paduan utama 81,60% Al dan 13,0910% Si. Adapun hasil lengkap pengujian

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK Pendahuluan Kualitas / Mutu : Ukuran tingkat kesesuaian barang/ jasa dg standar/spesifikasi yang telah ditentukan/ ditetapkan. Pengendalian

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed ISBN 978-979-3541-50-1 IRWNS 2015 Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed Badruzzaman a, Dedi Suwandi b a Jurusan Teknik Mesin,Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

BAB 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data BAB 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data Bab ini akan membahas mengenai pengumpulan dan pengolahan data, dimulai dari identifikasi dan analisis kerusakan boom top casting, proses improvement dan hasil dari

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) Produk Kue Astor untuk Meminimumkan Produk Rusak Pada PT. Prima Jaya A.M.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : - Data Produksi Pembuatan Diagram Alir Produksi Hitung Proporsi Cacat proses

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat dijelaskan sebagai berikut: Garis berwarna hijau adalah Mean (rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pengaruh titanium..., Caing, FMIPA UI., 2009.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pengaruh titanium..., Caing, FMIPA UI., 2009. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi kemasan kaleng, khususnya kaleng dua bagian yang terbuat dari aluminium (two-piece aluminum can) bergerak sangat pesat, baik dari segi teknologi mesin,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Dari jenis-jenis masalah yang ditemukan pada part dalam tiga bulan terakhir yaitu pada bulan Juni, Juli, dan Agustus ditemukan beberapa

Lebih terperinci

PERAN STATISTIKA DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI Pengendalian Mutu dengan Bantuan Statistika

PERAN STATISTIKA DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI Pengendalian Mutu dengan Bantuan Statistika PERAN STATISTIKA DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI Pengendalian Mutu dengan Bantuan Statistika Muhammad Arif Tiro Program Studi Statistika FMIPA Universitas Negeri Makassar Abstrak Salah satu alat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 49 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tahap Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT. MYR memprodusi puluhan jenis produk makanan ringan yang sering dikonsumsi sehari-hari dari beberapa

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Al-Si-Cu

Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Al-Si-Cu Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Cu Bambang Tjiroso 1, Agus Dwi Iskandar 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 30 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Studi Pendahuluan Identifikasi & Perumusan Masalah Pengumpulan Data M enentukan CTQ M enghitung Proporsi Kesalahan M enghitung Kapabilitas Sigma M embuat Peta Kendali

Lebih terperinci

Analisa Pengendalian Kualitas Assembly Internal Vessel Dengan Mengunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. VME Process

Analisa Pengendalian Kualitas Assembly Internal Vessel Dengan Mengunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. VME Process Analisa Pengendalian Kualitas Assembly Internal Vessel Dengan Mengunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. VME Process Larisang 1, Nanang Alamsyah 2, Muhammad Ismael 3 1,2,3 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI PADA ALUMINIUM WIRE ROD DAN ALLOY INGOT

BAB IV PROSES PRODUKSI PADA ALUMINIUM WIRE ROD DAN ALLOY INGOT BAB IV PROSES PRODUKSI PADA ALUMINIUM WIRE ROD DAN ALLOY INGOT 4.1 Proses Produksi Aluminium Wire Rod dan Alloy Ingot Proses produksi aluminium rod dan alloy ingot mulai dari awal hingga akhir terdapat

Lebih terperinci

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program

Lebih terperinci

BAB. I. PENDAHULUAN. mengalirkan aliran listrik karena terputusnya isi kabel di dalamnya sehingga

BAB. I. PENDAHULUAN. mengalirkan aliran listrik karena terputusnya isi kabel di dalamnya sehingga 1 BAB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Fenomena Umum di masyarakat didapatkan kabel yang tidak bisa mengalirkan aliran listrik karena terputusnya isi kabel di dalamnya sehingga masyarakat

Lebih terperinci