B A B I P E N D A H U L U A N

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B A B I P E N D A H U L U A N"

Transkripsi

1 1.1. Latar Belakang B A B I P E N D A H U L U A N Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Pasal 17 menyebutkan bahwa perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan guna menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.yang berkelanjutan. Pada Pasal 49 ditegaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data dan informasi mengenai kependudukan dan keluarga. Data dan informasi kependudukan tersebut wajib digunakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan dan pembangunan. Penduduk juga memiliki hak dan kewajiban dalam perkembangan kependudukan. Penduduk berhak untuk mendapatkan pelayanan administrasi kependudukan,sosial, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Di samping itu penduduk juga mempunyai kewajiban untuk memberikan data dan informasi berbagai hal yang menyangkut diri dan keluarganya termasuk mutasi yang terjadi sesuai yang diminta oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk pembangunan kependudukan sepanjang tidak melanggar hak-hak penduduk. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, menegaskan bahwa dalam Perencanaan Pembangunan Daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, baik yang menyangkut masalah kependudukan, masalah potensi sumberdaya daerah maupun informasi tentang kewilayahan lainnya. Selain itu, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan mengamanatkan bahwa data penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dan tersimpan di dalam database kependudukan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan. Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan pengelolaan data kependudukan yang 1 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

2 menggambarkan kondisi daerah dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Untuk memenuhi kebutuhan informasi kependudukan ini perlu disusun dalam bentuk Profil Perkembangan Kependudukan yang disajikan secara berkelanjutan. Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan ini diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi kependudukan di Kota Serang dan prediksi prospek kependudukan di masa yang akan datang. Disisi lain, Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan ini merupakan wujud pemanfaatan data kependudukan yang tersebar di berbagai instansi Tujuan Menyajikan profil perkembangan penduduk Kota Serang Tahun 2017 sebagai salah satu informasi untuk dijadikan bahan acuan penentuan target kinerja pembangunan, perencanaan, tolak ukur kinerja pembangunan, penyelenggaraan pelayanan publik dan jaminan sosial serta pengembangan kelembagaan partisipasi pembangunan masyarakat Ruang Lingkup Ruang lingkup penyusunan profil perekembangan kependudukan Kota Serang tahun 2017 dibatasi oleh data sistem informasi administrasi kependudukan Kota Serang semester dua tahun 2016 hasil konsolidasi dengan Kementerian Dalam Negeri yang diolah sesuai dengan Peraturan Meneteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Profil Perkembangan kependudukan yang terdiri dari: 1. Kuantitas penduduk meliputi komposisi dan persebaran penduduk; 2. Kualitas penduduk meliputi kesehatan, pendidikan, ekonomi dan sosial; 3. Mobilitas penduduk meliputi migrasi masuk dan migrasi keluar; 4. Kepemilikan dokumen kependudukan Sumber Data Profil perekembangan kependudukan Kota Serang tahun 2017 disusun pada tahun berjalan, dengan menggunakan data tahun sebelumnya. Sumber data dalam penyusunan profil perekembangan kependudukan Kota Serang tahun 2017 adalah: 1. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Serang, menggunakan data semester II tahun 2016 hasil konsolidasi Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia; 2 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

3 2. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang, tahun 2016; 3. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Serang, tahun 2016; 4. Dinas Sosial Kota Serang, tahun 2016; 5. Dinas Kesehatan Kota Serang, tahun 2016; 6. Kantor Kementerian Agama Kota Serang, tahun Pengertian Umum Terhadap Istilah Yang Digunakan Dalam Perkembangan Kependudukan 1. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Wilayah Indonesia (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013); 2. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penerbitan dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hal lainnya untuk pelayanan public dan pembangunan sektor lain (Undang-Undang Nomor 24 tahun 2013); 3. Data Kependudukan adalah data perorangan dan/atau data agregat yang terstrukutr sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil (Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2013); 4. Kuantitas Penduduk adalah jumlah penduduk akibat dari perbedaan antara jumlah penduduk yang lahir, mati dan pindah tempat tinggal (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992); 5. Kualitas Penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan non fisik serta ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang berbudaya, berkepribadian dan layak (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992); 6. Mobilitas Penduduk adalah gerak keruangan penduduk dengan melewati batas administrasi Daerah Tingkat II (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992); 7. Profil Perkembangan Penduduk adalah kumpulan data dan informasi tentang perkembangan kependudukan dalam bentuk tertulis, yang mencakup segala kegiatan yang berhubungan dengan perubahan keadaan penduduk yang meliputi kuantitas, kualitas dan mobilitas yang mempunyai pengaruh terhadap pembangunan dan lingkungan hidup; 3 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

4 8. Persebaran Penduduk adalah kondisi sebaran penduduk secara keruangan (Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1992); 9. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan kartu keluarga, kartu tanda penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang,perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013); 10. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, ke-matian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006); 11. Kematian atau mortalitas menurut WHO adalah suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Biro Pusat statistik); 12. Ratio Jenis Kelamin adalah suatu angka yang menunjukan perbandingan jenis kelamin antara banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu; 13. Perkembangan Kependudukan adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan perubahan keadaan penduduk yang meliputi kuantitas, kualitas dan mobilitas yang mempunyai pengaruh terhadap pembangunan dan lingkungan hidup (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992); 14. Mobilitas penduduk permanen (migrasi) adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk nenetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional); 15. Mobilitas penduduk non permanen (circucaltion/sirkuler) adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk tidak menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif. Mobilitas penduduk non permanen dibagi menjadi dua yaitu ulang-alik nglaju (commuting) dan menginap/mondok; 16. Penduduk musiman merupakan salah satu jenis mobilitas penduduk non permanen yang bekerja tidak pada daerah domisilinya dan menetap dalam kurun waktu lebih dari satu hari tetapi kurang dari satu tahun dan dilakukan secara berulang; 4 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

5 17. Mobilitas penduduk ulang-alik atau nglaju (commuting) adalah gerak penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari yang sama; 18. Migrasi kembali (return migration) adalah banyaknya penduduk yang pada waktu diadakan pendataan bertempat tinggal di daerah yang sama dengan tempat lahir dan pernah bertempat tinggal di daerah yang berbeda; 19. Migrasi semasa hidup (life time migration) adalah bentuk migrasi dimana pada waktu diadakan pendataan tempat tinggal sekarang berbeda dengan tempat kelahirannya; 20. Migrasi risen (rencent migration) adalah bentuk migrasi melewati batas wilayah administratsi (desa/kec/kab/provinsi) dimana pada waktudiadakan pendataan bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan tempat tinggal lima tahun yang lalu; 21. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi permukiman transmigrasi; 22. Urbanisasi adalah suatu proses bertambahnya konsentrasi penduduk di perkotaan dan atau proses perubahan suatu daerah perdesaan menjadi perkiraan, baik secara fisik maupun ukuran-ukuran spasial dan/atau bertambahnya fasilitas perkotaan, serta lembaga-lembaga sosial, maupun perilaku masyarakatnya. 23. Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun sampai dengan 64 tahun; 24. Angka Partisipasi Angkatan Kerja adalah proporsi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja; 25. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disebut SIAK adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan; 26. Sumber data adalah segala sesuatu tentang fakta yang sudah ditulis dalam bentuk catatan atau rekam kedalam berbagai bentuk media oleh instansi / lembaga; 27. Fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita atau sekelompok wanita untuk melahirkan dalam jangka waktu satu generasi atau selama masa subur; 28. Kematian atau Mortalitas adalah satu dari tiga komponen demografi yang berpengaruh terhadap struktur dan jumlah penduduk; 5 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

6 29. Angka Kelahiran Total adalah rata rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai dengan masa reproduksinya; 30. Ratio Jenis Kelamin adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis kelamin antara banyaknya penduduk laki laki dan penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu; 31. Rasio Anak dan Perempuan adalah rasio antara jumlah anak di bawah lima tahun di suatu tempat pada suatu waktu dengan penduduk perempuan usia produktif (15-49 tahun). Rasio anak dan perempuan bisa digunakan untuk melihat jumlah kelahiran yang terjadi selama 5 tahun yang lalu; 32. Angkatan Pengangguran adalah proporsi jumlah pengangguran terhadap angkatan kerja; 33. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun kebawah dan penduduk usia 64 tahun keatas; 34. Lahir Hidup adalah suatu kelahiran bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana bayi menunjukkan tanda tanda kehidupan pada saat dilahirkan, misalnya : bernafas, ada denyut jantung atau gerakan otot; 35. Lahir Mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 22 minggu tanpa menunjukkan tanda tanda kehidupan pada saat dilahirkan; 36. Angka Kematian Neonatal (Kematian Bayi Baru Lahir/NNDR) adalah banyaknya kematian yang terjadi pada bayi usia sampai dengan 28 hari pada kurun waktu tertentu per kelahiran hidup pada kurun waktu yang sama. 37. Angka Kematian bayi/ IMR adalah banyaknya kematian bayi usia kurang dari satu tahun ( 0 11 bulan ) pada kurun waktu tertentu per kelahiran hidup pada kurun waktu yang sama; 38. Angka Kematian Anak Balita adalah banyaknya kematian pada anak usia bulan pada kurun waktu tertentu per kelahiran hidup pada kurun waktu yang sama; 39. Angka Kematian Balita adalah banyaknya kematian balita usia ( 0 59 bulan ) pada kurun waktu tertentu per kelahiran hidup pada kurun waktu yang sama; 40. Angka Kematian Ibu/MMR adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau penangganannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti 6 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

7 kecelakaan dan terjatuh pada kurun waktu tertentu per kelahiran hidup pada kurun waktu yang sama; 41. Angka Melek Huruf merupakan perbandingan antara jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas; 42. Angka partisipasi total adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan sampai akhir masa reproduksinya (perempuan kelompok umur tahun); 43. Angka partisipasi murni adalah adalah proporsi penduduk pada kelompok usia jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut ( SD usia 7-12 tahun, SLTP usia tahun, SLTA usia tahun); 44. Angka Putus Sekolah adalah proporsi siswa yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu; 45. Angka partisipasi kasar proporsi anak sekolah aktif pada suatu jenjang pendidikan tertentu terhadap penduduk pada kelompok usia sekolah tertentu. ( SD usia 7-12 tahun, SLTP usia tahun, SLTA usia tahun); 7 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

8 B A B I I G A M B A R A N U M U M K O T A S E R A N G 2.1. Letak Geografis Gambar 1 Wilayah Administrasi Kota Serang Kota Serang secara geografis terletak antara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Apabila memakai koordinat sistem UTM (Universal Transfer Mercator) Zone 48E wilayah Kota Serang terletak pada koordinat m sampai dengan dari Barat ke Timur dan m sampai dengan m dari Utara ke Selatan. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara ke selatan adalah sekitar 21,7 Km dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur adalah sekitar 20 km. Sebelah utara Kota Serang berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Serang, begitu juga di sebelah selatan dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang. Kota Serang mempunyai kedudukan sebagai pusat pemerintahan provinsi Banten, juga sebagai daerah alternatif dan penyangga (hinterland) Ibukota Negara, karena dari Kota Jakarta hanya berjarak sekitar 70 km. Wilayah Kota Serang sebagian besar adalah dataran rendah yang memiliki ketinggian kurang dari 500 mdpl dan beriklim tropis 8 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

9 dengan curah hujan yang cukup tinggi dan hari hujan banyak dengan ukuran tertinggi dalam sebulan 53 mm dan rata-rata 14 hari hujan. Secara Administratif Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan Agustus tahun 2007 dan diresmikan menjadi Kota Serang pada tanggal 10 November tahun Secara administratif Kota Serang yang merupakan Ibukota Provinsi Banten memiliki total luas wilayah sebesar 266,74 Km 2. Luas wilayah tersebut terbagi atas 66 Kelurahan, yang termasuk dalam 6 (enam) Kecamatan, yakni Kecamatan Serang, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Curug, Kecamatan Walantaka, Kecamatan Taktakan dan Kecamatan Kasemen Kondisi Demografis Secara demografis, jumlah penduduk Kota Serang meningkat secara signifikan. Berdasarkan data kependudukan semester II tahun 2016 yang diperoleh dari hasil konsolidasi dengan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, jumlah penduduk Kota Serang sampai Desember 2016 adalah sebesar jiwa naik dari tahun sebelumnya sebesar Jiwa. Dengan luas km2 dan jumlah penduduk sebesar jiwa, maka tingkat kepadatan penduduk Kota Serang adalah sebesar jiwa/km2. Dengan kata lain rata-rata setiap 1 km2 wilayah Kota Serang didiami penduduk sebanyak jiwa Potensi Daerah 1. Pengembangan Wilayah Wisata Ziarah a) Lokasi ini berada di wilayah Kecamatan Kasemen dengan luas wilayah 63,36 Ha berjarak 4 Km dari pusat Kota Serang; b) Jenis industri yang potensial untuk dikembangkan antara lain: Industri makanan, industri jasa angkutan, wisata religi, industri pertanian, industri kerajinan gerabah; c) Untuk memacu perkembangan kawasan Wisata Ziarah ini Pemerintah Kota Serang sudah melakukan pembangunan fisik yaitu meliputi pembangunan infrastruktur dalam kawasan dan pemugaran kawasan ziarah, penerangan jalan, jalur hijau dan penataan parkiran. 9 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

10 2. Pengembangan Pelabuhan Krakatau a) Sebagai Kota yang pertumbuhan ekonominya sedikit banyak dipengaruhi oleh perkembangan hasil perikanan laut dan budidaya, pengembangan pelabuhan sangat potensial yang layak merupakan hal yang dibutuhkan; b) Jenis usaha yang potensial untuk dikembangkan antara lain : Wisata Kuliner, Industri pengolahan hasil laut. 3. Pengembangan Pusat Perbelanjaan dan Peremajaan Pasar Beberapa pusat perbelanjaan milik pemerintah Kota sudah harus di remajakan antara lain pasar rau, pasar royal, pasar lama, pasar taman sari, pasar kalodran dan pasar karangantu ada saat ini peran swasta untuk ikut serta dalam kegiatan membangun pusat perbelanjaan sangat memungkinkan dan potensial. 4. Pembangunan Kota Baru Sukajaya Banten Mas a) Lokasi kegiatan ini berada di wilayah Kecamatan Cipocok Jaya dan Kecamatan Curug; b) Lokasi kegiatan pembangunan Kota Baru Kawasan Sukajaya Banten Mas seluas Ha; c) Kawasan Kota Baru Sukajaya Banten Mas, merupakan suatu kawasan yang didalamnya terdapat kompleksitas kegiatan yang secara komprehensif dapat dijadikan icon dari kegiatan yang bernilai ekonomis yang dapat dijadikan sebagai mode dari pembangunan di Banten dan potensial untuk dijadikan target investasi bagi investor. 5. Pengembangan Industri Perumahan Peluang pengembangan kawasan dibidang perumahan, rumah susun, rumah sederhana serta RSS, masih sangat potensial untuk dikembangkan di wilayah Kota Serang. 6. Pengembangan Investasi Kota Serang terpusat pada kawasan-kawasan yang mempunyai nilai strategis, sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, yaitu: a) Pengembangan potensi pariwisata di kawasan cagar budaya Banten Lama; b) Pengembangan potensi cagar alam di kawasan margasatwa Pulau Dua; 10 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

11 c) Pengembangan potensi perumahan, perkantoran, wisata belanja, wisata keluarga dan kawasan sport center atau pusat perkotaan olahraga di kota satelit Curug dan Kemanisan Curug; d) Pengembangan potensi perdagangan dan jasa serta pendidikan di koridor kawasan cepat tumbuh Cipocok Jaya dan Curug; e) Pengembangan Water Front City di Kecamatan Kasemen; f) Pengembangan Kawasan Agropolitan di Taktakan; g) Pengembangan potensi kawasan Agrowisata buatan di Curug dan Cipocok Jaya. 11 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

12 B A B I I I K U A N T I T A S P E N D U D U K 3.1. Komposisi dan Persebaran Penduduk Komposisi Penduduk Menurut Karateristik Demografi KECAMATAN Tabel 1 Jumlah dan Proporsi Penduduk Menurut Jenis Kelamin LAKI - LAKI JENIS KELAMIN PEREMPUAN JUMLAH N (Jiwa) % N (Jiwa) % N (Jiwa) % SERANG 112, , , KASEMEN 48, , , WALANTAKA 44, , , CURUG 27, , , CIPOCOK JAYA 44, , , TAKTAKAN 46, , , KOTA SERANG 323, , , Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun 2016 Grafik 1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Laki-Laki Perempuan 220,423 94,345 88,421 86,018 85,958 53,269 Serang Kasemen Taktakan Walantaka Cipocok Jaya Curug Sumber : Disdukcapil Kota Serang, Diolah 12 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

13 jiwa yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Penduduk ini tersebar di 6 (Enam) kecamatan yaitu Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Walantaka, Kecamatan Curug, Kecamatan Cipocok Jaya dan Kecamatan Taktakan. Pada tabel diatas terlihat bahwa menurut jenis kelamin nampak penduduk perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Penduduk terbanyak tersebar di Kecamatan Serang dengan jumlah penduduk sebesar jiwa, terbesar kedua terdapat di Kecamatan Kasemen dengan jumlah penduduk sebesar jiwa, ketiga terdapat pada Kecamatan taktakan dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa, terbesar keempat terdapat pada Kecamatan Walantaka dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa, dimana penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa, Kemudian Kecamatan Cipocok jaya Sebanyak jiwa dan Kecamatan Curug Sebanyak jiwa. Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan 5 Tahun Terakhir KECAMATAN TAHUN SERANG 244, , , , ,423 KASEMEN 97,501 86,613 91,016 91,827 94,345 WALANTAKA 85,139 75,975 79,125 80,725 86,018 CURUG 53,534 46,473 50,067 50,483 53,269 CIPOCOK JAYA 87,358 79,235 81,976 83,888 85,958 TAKTAKAN 87,949 79,293 81,694 83,609 88,421 KOTA SERANG 655, , , , ,434 Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

14 Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Usia Muda, Usia Produktif dan Usia Tua KELOMPOK UMUR N (jiwa) % N (jiwa) % Tahun (Usia Muda) 167, , tahun (Usia Produktif) 437, , >= 65 Tahun (Usia Tua) 18, , KOTA SERANG 623, , Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun 2016 Grafik 2 Prosentase Usia KetergantunganTahun 2015 & ,00 140,00 70,45 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 27,00 26,81 70,18 2, , Tahun (Usia Muda) tahun (Usia Produktif) 3,01 >= 65 Tahun (Usia Tua) Sumber : Disdukcapil Kota Serang, Diolah Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin a) Rasio Jenis Kelamin Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Dari tabel 4 nampak bahwa rasio jenis kelamin penduduk Kota Serang sebesar 106 yang berarti bahwa dari setiap Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

15 penduduk perempuan ada 106 orang penduduk laki-laki. Hal ini sesuai dengan gambaran rasio jenis kelamin skala kota serang, dimana lebih banyak penduduk lakilaki dibanding penduduk perempuan KECAMATAN Tabel 4 Jumlah dan Proporsi Penduduk Menurut Jenis Kelamin LAKI - LAKI JENIS KELAMIN PEREMPUAN JUMLAH SEX RATIO N (Jiwa) % N (Jiwa) % N (Jiwa) % SERANG 112, , , KASEMEN 48, , , WALANTAKA 44, , , CURUG 27, , , CIPOCOK JAYA 44, , , TAKTAKAN 46, , , KOTA SERANG 323, , , Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun 2016 b) Piramida Penduduk Piramida yang disajikan dari periode-periode yang lain dapat menunjukkan perkembangan dan kecenderungan penduduk dimasa lalu, saat ini dan masa yang akan datang. Dengan melihat gambar piramida penduduk, kita mengetahui struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan penyediaan pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan dan kebutuhan dasar penduduk (baik balita, remaja, dewasa, lakilaki, perempuan dan lansia) sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan tambahan kesempatan kerja yang harus diciptakan. Jenis piramida penduduk Kota Serang adalah piramida penduduk muda/expansive yang menggambarkan jumlah penduduk muda lebih besar daripada jumlah penduduk tua. Pada piramida ini terlihat bahwa jumlah penduduk kelompok umur 0-4 tahun yang terletak pada dasar piramida terlihat mulai mengecil. Ini berarti angka kelahiran mulai menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, walaupun dari segi jumlah angka yang ditunjukkan juga tidak kecil. Demikian juga dengan jumlah penduduk 5-9 tahun 15 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

16 masih terlihat lebar, berarti lima tahun kedepan dibutuhkan fasilitas pendidikan dasar dan menengah yang cukup untuk menampung penduduk kelompok ini. Grafik 3. Piramida Penduduk JENIS KELAMIN PEREMPUAN > 75-1, , , , , , , , , , , , , , , ,091 JENIS KELAMIN LAKI-LAKI 1,850 2,285 4,061 7,491 11,259 15,373 20,168 23,852 25,645 29,579 30,505 32,264 31,274 31,367 30,541 25,772 Sumber : Disdukcapil Kota Serang, Diolah Demikian pula jumlah penduduk pada kelompok tahun menunjukkan jumlah yang paling besar. Diduga penduduk kelompok umur ini adalah kelompok yang lahir pada tahun 1980an yang mulai memasuki usia tersebut ditambah dengan jumlah penduduk baru yang masuk ke Kota Serang. Penduduk Lansia (65 tahun ke atas) menunjukkan proporsi yang masih kecil. Namun di masa depan proporsi penduduk lansia akan terus merambat naik, karena pergeseran umur penduduk serta usia harapan hidup yang semakin meningkat. Pertambahan jumlah penduduk lansia ini harus mulai diantisipasi dari sekarang, karena kelompok ini akan terus membesar di masa depan, sehingga diperlukan kebijakan seperti ketenagakerjaan, kesehatan, pelayanan lansia serta kebutuhan sosial dasar lainnya. 16 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

17 c) Rasio Ketergantungan (Dependency ratio) Komposisi umur penduduk di suatu wilayah juga dapat dihubungkan dengan Dependency Ratio (RD) atau angka ketergantungan. Angka ketergantungan secara umum dapat menggambarkan beban tanggungan ekonomi kelompok umur produktif (15-64 tahun) terhadap kelompok umur muda (kurang dari 15 tahun) dan kelompok umur tua (65 tahun keatas). Semakin kecil angka ketergantungan maka semakin kecil pula beban kelompok umur produktif untuk menanggung penduduk usia tidak produktif atau belum produktif. Dari grafik dibawah nampak bahwa persen penduduk Kota Serang merupakan penduduk usia produktif (usia kerja) yang berpotensi sebagai modal pembangunan sedangkan penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu penduduk yang belum produktif (0-14 tahun) sebesar persen dan penduduk yang dianggap kurang produktif atau tidak produktif lagi (65 tahun ke atas) sebesar 2.55 persen. Grafik 4 Proporsi Usia Ketergantungan >=65 Tahun (Usia Tua) 2.55% Tahun (Usia Muda) 27.00% Tahun (Usia Produktif) 70.45% Sumber : Disdukcapil Kota Serang, Diolah 17 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

18 Grafik 5 Rasio Ketergantungan 0,41 0,43 0,42 0,40 0,45 0,43 Sumber : Disdukcapil Kota Serang, Diolah Sedangkan jika dilihat berdasarkan Kecamatan, rasio ketergantungan tertinggi berada pada wilayah kecamatan Cipocok Jaya sebesar 0,45 disusul dengan kecamatan taktakan sebesar 0,43. Tingkat ketergantungan berada pada usia muda, yaitu usia 0-14 tahun. Tabel 5 Rasio Ketergantungan Berdasarkan Kecamatan KELOMPOK UMUR 0-14 TAHUN (USIA MUDA) TAHUN (USIA PRODUKTIF) >= 65 TAHUN (USIA TUA) RASIO KETERGANTUNGAN =(2+3)/4 SERANG 57,482 6, , KASEMEN 25,842 2,299 66, WALANTAKA 23,372 2,014 60, CURUG 13,682 1,441 38, CIPOCOK JAYA 24,673 1,809 59, TAKTAKAN 24,615 2,068 61, KOTA SERANG 169,666 16, , Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

19 d) Rasio Kepadatan Penduduk (Population Density Ratio) Kepadatan penduduk pada hakekatnya merupakan komponen penduduk berdasarkan geografis, dimana data kepadatan penduduk dapat dilihat apakah komposisi tersebut merata atau tidak, oleh karena itu kepadatan dapat dilihat menurut wilayah administratif yang lebih kecil. Tabel 6 Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Per Kecamatan LUAS KECAMATAN WILAYA JUMLAH PENDUDUK RASIO PER KM² H (Km²) =3/2 7 =4/2 8 =5/2 SERANG , , ,423 8,883 8,999 8,517 KASEMEN ,016 91,827 94,345 1,436 1,449 1,489 WALANTAKA ,125 80,725 86,018 1,632 1,665 1,774 CURUG ,067 50,483 53,269 1,009 1,018 1,074 CIPOCOK JAYA ,976 83,888 85,958 2,599 2,660 2,725 TAKTAKAN ,694 83,609 88,421 1,706 1,746 1,847 KOTA SERANG , , ,434 2,301 2,337 2,356 Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun 2016 Pada tabel diatas memperlihatkan kepadatan penduduk di Kota Serang. Dengan luas km2, pada tahun 2016 Kota Serang didiami oleh jiwa atau dengan kepadatan sebesar jiwa/km². Dengan kata lain rata-rata setiap km2 Kota Serang dihuni sebanyak orang penduduk. Jika dilihat persebaran di setiap kecamatan nampak bahwa Kecamatan Serang merupakan wilayah terpadat dengan kepadatan paling padat, dimana setiap kilometernya dihuni oleh orang penduduk. Hampir semua kecamatan di Kota Serang memiliki tingkat kepadatan penduduk dengan tren yang positif dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Tingkat kepadatan penduduk semakin meningkat dari tahun ke tahun, hanya kecamatan serang yang mengalami penurunan tingkat kepadatan penduduk pada tahun 19 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

20 2016. Hal ini dapat mengindikasikan adanya usaha agar penyebaran tingkat kepadatan penduduk di Kota Serang lebih merata, tidak terkonsentrasi disuatu daerah tertentu. e) Angka Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk yang dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Penduduk suatu wilayah akan bertambah apabila terdapat kelahiran dan penduduk yang datang ke wilayah tersebut, Sedangkan penduduk suatu wilayah akan berkurang apabila terdapat kematian dan terdapat penduduk yang meninggalkan wilayah tersebut. Tabel 7 Angka Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan Pertumbuhan JUMLAH PENDUDUK Penduduk KECAMATAN N (jiwa) % N (jiwa) % N (jiwa) % % % SERANG 229, , , KASEMEN 91, , , WALANTAKA 79, , , CURUG 50, , , CIPOCOK JAYA 81, , , TAKTAKAN 81, , , KOTA 613, , , SERANG Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun 2016 Angka pertambahan penduduk Kota Serang dapat dilihat pada tabel 7. Data penduduk sebelumnya yang digunakan adalah data semester II tahun 2015, sedangkan data penduduk tahun sekarang yang digunakan adalah data semester II tahun Pertumbuhan penduduk yang dihitung merupakan pertambahan penduduk dalam kurun waktu satu tahun. Angka pertumbuhan penduduk Kota Serang termasuk rendah. Selama kurun waktu Desember 2015 sampai 0.80 persen turun dari pertumbuhan penduduk tahun sebelumnya sebesar 1.57 persen. Angka pertumbuhan penduduk ini dihitung berdasarkan data hasil SIAK yang dikonsolidasikan oleh Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri Semester II Tahun Jika dilihat menurut Kecamatan, pertumbuhan penduduk 20 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

21 pada Kecamatan Serang mengalami penurunan signifikan sebesar persen, sedangkan Kecamatan Walantaka dan Taktakan mengalami pertumbuhan signifikan dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan penduudk tidak lagi bertumbu pada Kota yang didominasi pada Kecamatan Serang, namun pertumbuhan menjadi lebih merata kepada Kecamatan dengan potensi pemukiman dan kawasan agropolitan Komposisi Penduduk Menurut Karateristik Sosial a) Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Yang ditamatkan Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan semakin baik kualitas SDM di wilayah tersebut. Tamat sekolah didefinisikan sebagai jenjang pendidikan seseorang yang dibuktikan adanya ijazah atau surat tanda tamat belajar. Tetapi jika menggunakan ukuran menurut jenjang tertinggi merupakan jenjang atau kelas tertinggi yang pernah ditempuh oleh seseorang. Grafik 6 Presentase Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan yang ditamatkan STRATA III STRATA II DIPLOMA IV / STRATA I AKADEMI / DIPLOMA III / SARJ MUDA DIPLOMA I / II SLTA / SEDERAJAT SLTP / SEDERAJAT TAMAT SD / SEDERAJAT BELUM TAMAT SD SEDERAJAT TIDAK BELUM SEKOLAH 0,02 0,38 4,04 1,18 0,46 5,72 12,8 19,17 29,94 26,29 Sumber : Disdukcapil Kota Serang, Diolah 21 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

22 Tabel 8 Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin TINGKAT PENDIDIKAN AKHIR LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P N (JIWA) % N (JIWA) % N (JIWA) % TIDAK BELUM 85, , ,249 SEKOLAH BELUM TAMAT SD 18, , ,972 SEDERAJAT 5.72 TAMAT SD / 93, , ,202 SEDERAJAT SLTP / SEDERAJAT 39, , ,462 SLTA / SEDERAJAT 66, , ,479 DIPLOMA I / II , ,901 AKADEMI / DIPLOMA III / SARJ MUDA DIPLOMA IV / STRATA I 3, , ,396 13, , ,371 STRATA II 1, ,383 STRATA III KOTA SERANG 323, , , Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

23 b) Jumlah Penduduk Menurut agama dan Kepercayaan Tabel 9 Distribusi Penduduk Kota Serang Menurut Agama dan Kecamatan JENIS KELAMIN/ KECAMATAN SERANG KASEMEN WALANTAKA CURUG CIPOCOK JAYA TAKTAKAN TOTAL N (JIWA) % N (JIWA) % N (JIWA) % N (JIWA) % N (JIWA) % N (JIWA) % N (JIWA) % ISLAM 213, , , , , , , KRISTEN 3, , , , KATHOLIK 1, , HINDU BUDHA 2, , KHONGHUCU KEPERCAYAAN KOTA SERANG 220, , , , , , , Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

24 Informasi tentang jumlah penduduk berdasarkan agama diperlukan untuk merencanakan penyediaan sarana dan prasarana peribadatan serta merencanakan suatu program kegiatan yang berkaitan dengan kerukunan antar umat beragama. Hampir persen Penduduk Kota Serang memeluk agama Islam, Disusul kemudian pemeluk agama Kristen sebesar 1,08 persen, Katholik sebesar 0,47 persen, Budha 0,40 persen dan Hindu 0,04 persen. c) Jumlah Penduduk Menurut Kecacatan Tabel 10 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kecacatan JENIS KECACATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN PENYANDANG CACAT N (JIWA) % N (JIWA) % N (JIWA) % TIDAK CACAT 323, , , CACAT FISIK CACAT NETRA/BUTA CACAT RUNGU/WICARA CACAT MENTAL/JIWA CACAT FISIK DAN MENTAL CATAT LAINNYA KOTA SERANG 323, , , Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun 2016 d) Jumlah Penduduk Menurut Status Kawin Dalam hal ini, konsep perkawinan difokuskan pada keadaan dimana seorang laki-laki dan perempuan hidup bersama dalam jangka waktu yang lama secara sah (de jure) maupun tanpa pengesahan perkawinan (de facto). Indikator perkawinan berguna bagi penentu kebijakan dalam mengembangkan program-program pembangunan keluarga dan upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga dan perencanaan keluarga berencana/pembangunan keluarga. 24 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

25 Tabel 11 Distribusi Penduduk Kota Serang Menurut Status Kawin, Jenis Kelamin dan Kecamatan JENIS KELAMIN/ KECAMATAN BELUM KAWIN KAWIN CERAI HIDUP CERAI MATI TOTAL N (JIWA) % N (JIWA) % N (JIWA) % N (JIWA) % N (JIWA) % LAKI-LAKI (L) SERANG 62, , , KASEMEN 28, , , WALANTAKA 24, , , CURUG 15, , , CIPOCOK JAYA 24, , , TAKTAKAN 26, , , KOTA SERANG 181, , , , PEREMPUAN (P) SERANG 51, , , , , KASEMEN 21, , , , WALANTAKA 19, , , , CURUG 12, , , , CIPOCOK JAYA 19, , , , TAKTAKAN 20, , , , KOTA SERANG 144, , , , , L + P SERANG 113, , , , , KASEMEN 50, , , , WALANTAKA 43, , , , CURUG 27, , , , CIPOCOK JAYA 44, , , , TAKTAKAN 46, , , , KOTA SERANG 326, , , , , Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

26 Tabel diatas menyajikan komposisi penduduk menurut status kawin penduduk Kota Serang, berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa penduduk Kota Serang didominasi oleh penduduk berstatus belum kawin yakni persen. Proporsi penduduk laki-laki yang berstatus kawin sebesar persen hampir sama dengan perempuan sebesar persen. Sementara, penduduk laki-laki berstatus belum kawin lebih tinggi dibandingkan perempuan yaitu sebesar persen sementara perempuan sebesar persen. Hal ini dikarenakan kecenderungan laki-laki masih meneruskan pendidikan atau baru mulai bekerja, sehingga menunda perkawinan. Begitu juga laki-laki yang dikonstruksikan sebagai kepala keluarga yang harus membiayai kebutuhan keluarga, mempunyai keinginan mapan secara ekonomi sebelum memasuki kehidupan rumah tangga. Proporsi penduduk dengan status cerai hidup dan cerai mati lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan laki-laki yang bercerai baik karena perceraian karena ditinggal meninggal istri lebih cepat melakukan perkawinan kembali dibandingkan perempuan. Perempuan lebih banyak pertimbangan untuk menikah kembali terutama apabila perempuan tersebut mandiri secara ekonomi. Menarik untuk diperhatikan pada status cerai hidup, bahwa proporsi penduduk berstatus cerai hidup lebih besar pada perempuan daripada laki-laki. Kemandirian perempuan secara ekonomi serta peningkatan kesadaran tentang hak-hak perempuan dalam rumah tangga, seringkali menjadi penyebab keberanian perempuan menggugat cerai. 1. Angka Perkawinan Kasar Angka perkawinan kasar menunjukkan persentase penduduk yang berstatus kawin terhadap jumlah penduduk keseluruhan pada pertengahan tahun untuk suatu tahun tertentu. Perkawinan merupakan variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, antara lain melalui pendek atau panjangnya usia subur yang dilalui pasangan usia subur (PUS) yang menentukan banyaknya kelahiran. Jika tidak memakai suatu alat kontrasepsi untuk mengatur kelahiran, maka perkawinan usia muda akan membuat PUS melewati masa yang panjang dan berpotensi melahiran jumlah anak yang lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yang menikah di atas usia 25 tahun. 26 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

27 Davis dan Blake (1974) mengelompokkan perkawinan sebagai salah satu variabel antara dalam mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas. Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun 2016 di Kota Serang adalah jiwa, sedangkan Jumlah penduduk berstatus kawin sebanyak jiwa, maka angka perceraian kasar di Kota Serang Sebesar 6.02.Artinya bahwa di Kota Serang dari penduduk terdapat 6 orang yang berstatus kawin atau sebanyak 6 kali terjadi peristiwa perkawinan. 2. Angka Perkawinan Umum (AKU) Angka perkawinan umum menunjukkan proporsi penduduk yang berstatus kawin terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas pada pertengahan tahun untuk satu tahun tertentu. Seperti halnya dengan angka perkawinan kasar, angka perkawinan umum digunakan untuk memperhitungkan proporsi penduduk kawin. Namun disini, pembagiannya adalah penduduk usia 15 tahun ke atas dimana penduduk bersangkutan lebih beresiko kawin. Penduduk berumur kurang dari 15 tahun tidak diikutsertakan sebagai pembagi karena umumnya mereka tidak beresiko kawin. Sehingga angka perkawinan umum menunjukkan informasi yang lebih realitas. Jumlah Penduduk usia 15 tahun keatas di Kota Serang adalah jiwa, sedangkan Jumlah penduduk berstatus kawin sebanyak jiwa, maka angka perceraian umum di Kota Serang Sebesar 611.Artinya bahwa di Kota Serang dari penduduk terdapat 6 orang yang berstatus kawin atau sebanyak 611 kali terjadi peristiwa perkawinan. 3. Angka Perceraian Kasar 27 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

28 Angka perkawinan kasar menunjukkan persentase penduduk yang berstatus cerai terhadap jumlah penduduk keseluruhan pada pertengahan tahun untuk suatu tahun tertentu. Perceraian mempunyai implikasi demografis sekaligus sosiologis. Implikasi demografi adalah mengurangi fertilitas sedangkan implikasi sosiologis lebih kepada status cerai terhadap perempuan dan anak-anak mereka. Angka perceraian kasar dihitung dengan membagi kasus perceraian yang terjadi dalam suatu kurun waktu tertentu dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun di suatu wilayah tertentu. Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun 2016 di Kota Serang adalah jiwa, sedangkan Jumlah penduduk berstatus Cerai Hidup sebanyak jiwa, maka angka perceraian umum di Kota Serang Sebesar Artinya, bahwa dari penduduk Kota Serang terjadi perceraian sebanyak 6 kali atau dari penduduk Kota Serang terdapat 6 orang yang melakukan perceraian. 4. Angka Perceraian Umum Angka perceraian umum menunjukkan proporsi penduduk yang berstatus cerai terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun keatas pada pertengahan tahun untuk suatu tahun tertentu. Angka perceraian umum digunakan untuk memperhitungkan proporsi penduduk cerai. Namun disini pembaginya adalah penduduk 15 tahun keatas dimana penduduk bersangkutan lebih berisiko cerai. Penduduk berumur kurang dari 15 tahun tidak diikutsertakan sebagai pembagi karena umumnya mereka tidak berisiko cerai, sehingga angka perceraian umum menunjukkan informasi yang lebih baik karena memperhitungkan umur dan factor risiko. 28 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

29 Jumlah Penduduk usia 15 Tahun Keatas di Kota Serang adalah jiwa, sedangkan Jumlah penduduk berstatus Cerai Hidup sebanyak jiwa, maka angka perceraian umum di Kota Serang Sebesar Artinya, bahwa dari penduduk Kota Serang yang berusia 15 tahun keatas terjadi perceraian sebanyak 8 kali atau dari penduduk Kota Serang terdapat 8 orang yang melakukan perceraian Keluarga a) Jumlah Keluarga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Tabel 12 Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga KECAMATAN PENDUDUK KELUARGA RATA-RATA JUMLAH ANGGOTA KELUARGA SERANG KASEMEN WALANTAKA CURUG CIPOCOK JAYA TAKTAKAN 220,423 94,345 86,018 53,269 85,958 88,421 59,824 24,391 23,399 13,776 22,805 23,205 KOTA SERANG 628, ,400 Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun 2016 Keluarga dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu: Keluarga Inti (Nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak kandung, anak angkat maupun adopsi yang belum kawin, atau ayah dengan anak-anak yang belum kawin atau ibu dengan anak-anak yang belum kawin. Keluarga luas (Extended family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak baik yang sudah kawin atau belum, cucu, orang tua, mertua amupun kerabat-kerabat lain yang menjadi tanggungan kepala keluarga. 29 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

30 Jumlah keluarga di Kota Serang sebanyak keluarga yang tersebar di 6 kecamatan. Kecamatan Serang memiliki jumlah keluarga terbesar yaitu Keluarga, naik 1.800an dari sebelumnya keluarga. Rata-rata jumlah anggota keluarga di Kota Serang sebanyak 3 per keluarga, turun dari tahun sebelumnya sebanyak 4 per keluarga. Ini menunjukkan bahwa keluarga di Kota Serang lebih banyak merupakan keluarga inti dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 3-4 orang. Bila diperhatikan menurut kecamatan, rata-rata jumlah anggota keluarga di setiap Kecamatan juga terdiri dari 3-4 orang per keluarga. b) Status Hubungan Dengan Kepala Keluarga (SHDK) Hubungan dengan kepala keluarga digunakan untuk melihat banyaknya kepala keluarga menurut jenis kelamin, pola pengaturan tinggal bersama (living arrangement) dan pola pengasuhan anak dalam keluarga tersebut. Setiap anggota dalam keluarga mempunyai status hubungan dengan kepala keluarga seperti suami, istri, anak, menantu, cucu, keponakan, orang tua dan mertua, termasuk adanya orang lain yang tinggal bersama pembantu rumah tangga. Tabel di bawah menunjukan hubungan antar anggota keluarga dengan kepala keluarga, baik mereka yang masih mempunyai hubungan kekerabatan maupun tidak, seperti pembantu rumah tangga yang tinggal dalam satu rumah yang sama. Pada tabel diatas nampak bahwa Kepala keluarga lakilaki umumnya mempunyai pasangan/istri, yakni dari Kepala Keluarga lakilaki terdapat istri, tetapi dari Kepala Keluarga perempuan hanya 14 orang saja yang bersuami, padahal Kepala Keluarga perempuan juga membiayai anak, menantu, cucu, orang tua, mertua, famili lain, pembantu, dan lainnya. 30 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

31 Tabel 13 Distribusi Anggota Keluarga Berdasarkan Status Hubungan Dengan Kepala Keluarga STATUS HUBUNGAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH PENDUDUK DENGAN KEPALA KELUARGA n(jiwa) % n(jiwa) % n(jiwa) % KEPALA KELUARGA 142, , , SUAMI ISTRI , , ANAK 171, , , MENANTU CUCU 1, , , ORANG TUA , , MERTUA FAMILY LAIN 7, , , PEMBANTU LAINNYA KOTA SERANG 323, , , Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun 2016 c) Karateristik Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 14 Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan KEPALA KELUARGA KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN L+P n (JIWA) % n (JIWA) % n (JIWA) % SERANG 50, , , KASEMEN 20, , , WALANTAKA 20, , , CURUG 11, , , CIPOCOK JAYA 19, , , TAKTAKAN 20, , , KOTA SERANG 142, , , Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun 2016 Pada tabel di atas, menunjukan bahwa kepala keluarga di Kota Serang 85,23 persen dikepalai laki-laki dan 14,77 persen dikepalai seorang perempuan. Dengan adanya keluarga yang dikepalai seorang perempuan diduga menggambarkan tingkat perceraian yang terjadi baik cerai hidup maupun cerai mati dan juga menggambarkan 31 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

32 gaya hidup modern yakni karena kemandiriannya maka perempuan berani untuk hidup sendiri. d) Karateristik Kepala Keluarga Berdasarkan Status Kawin Karateristik kepala keluarga berdasarkan status kawin dapat digunakan untuk melihat jumlah keluarga yang dikepalai oleh lajang maupun mereka yang berstatus cerai baik hidup maupun mati. Tabel 15 Kepala Keluarga Menurut Status Kawin dan Jenis Kelamin KEPALA KELUARGA STATUS LAKI-LAKI PEREMPUAN L+P PERKAWINAN n (JIWA) % n (JIWA) % n (JIWA) % BELUM KAWIN 3, , , KAWIN 136, , , CERAI HIDUP , , CERAI MATI 1, , , KOTA SERANG 142, , , Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun 2016 Pada tabel diatas terlihat bahwa kepala keluarga di Kota Serang hampir 86,73 persen berstatus kawin, 2,66 persen berstatus belum kawin dan 10,61 persen berstatus cerai ( baik cerai hidup maupun cerai mati). Jika dikaitkan dengan jenis kelamin terlihat bahwa kepala keluarga yang berstatus kawin didominasi oleh laki-laki sebesar 95,99 persen, sedangkan kepala keluarga perempuan berstatus kawin hanya sebesar 33,31 persen. Namun pada kepala keluarga berstatus cerai (cerai hidup maupun cerai mati), kepala keluarga perempuan lebih besar dibandingkan kepala keluarga laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan yang berstatus cerai baik hidup maupun mati, mempunyai pertimbangan untuk melakukan kawin ulang terutama apabila mereka telah memiliki anak-anak yang biasanya menjadi tanggung jawab perempuan. Meskipun pada saat ini kecenderungan tersebut sudah mulai menurun tetapi kondisi ini masih terjadi. Faktor yang lain adalah mereka yang cerai mati, terjadi pada kelompok umur yang lebih tua, yang menyebabkan perempuan enggan untuk menikah kembali. 32 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

33 e) Karateristik Kepala Keluarga Berdasarkan Pendidikan Hal lain yang menarik untuk dicermati adalah status kepala keluarga dikaitkan dengan pendidikan yang dicapai, karena pendidikan yang dicapai kepala keluarga merupakan salah satu indikator kualitas hidup manusia. Indikator ini dapat digunakan untuk menunjukkan status sosial dan status kesejahteraan seseorang. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai oleh seorang kepala keluarga diharapkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan seseorang maupun anggota keluarganya. Jenjang pendidikan yang dicapai kepala keluarga dapat digunakan untuk melihat gambaran kasar kualitas sosial maupun ekonomi dari rumah tangga/keluarga yang bersangkutan. Jika dikaitkan dengan jenis kelamin, nampak bahwa hampir separuh (6,77 persen), kepala keluarga perempuan yang tidak bersekolah dan belum tamat SD,, maka dugaan kepala keluarga yang dikepalai perempuan akan mempunyai status ekonomi yang lebih rendah dibandingkan yang dikepalai laki-laki mendekati kenyataan. Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar kepala keluarga berpendidikan Tamat SD/Sederajat yaitu sebesar 39,32 persen, disusul dengan Tamat SLTA/Sederajat sebesar 31,64 persen, dan SLTP/Sederajat sebesar 15,14 persen. Proporsi kepala keluarga yang berpendidikan D1/D2/D3 hanya sebesar 2.56 persen dan S1/S2/S3 sebesar 8,95 persen. dan masih adanya kepala keluarga yang tidak sekolah dan belum tamat SD persentasenya mencapai 1,85 persen. Gambaran diatas menunjukkan bahwa sebagian besar kepala keluarga masih berpendidikan SLTP ke bawah. Hal ini sesuai dengan kondisi pendidikan secara nasional, yang harus memperoleh perhatian serius dari pemerintah Provinsi Banten. 33 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

34 Tabel 16 Karateristik Kepala Keluarga Menurut Pendidikan STATUS HUBUNGAN KEPALA KELUARGA DENGAN KEPALA LAKI-LAKI PEREMPUAN L+P KELUARGA N N N % % % (JIWA) (JIWA) (JIWA) TIDAK BELUM SEKOLAH BELUM TAMAT SD SEDERAJAT TAMAT SD / SEDERAJAT SLTP / SEDERAJAT SLTA / SEDERAJAT DIPLOMA I / II AKADEMI / DIPLOMA III / SARJ MUDA DIPLOMA IV / STRATA I STRATA II STRATA III 1, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , KOTA SERANG Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun 2016 f) Karateristik Kepala Keluarga Berdasarkan Umur Pada tabel diatas menunjukan bahwa di Kota Serang, proporsi kepala keluarga tertinggi berada pada kelompok umur tahun yaitu 14,82 persen berselish 0,28 persen dengan kelompok umur tahun sebesar 14,54 persen. Namun bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, proporsi kepala keluarga laki-laki tertinggi masih tetap berada pada kelompok umur Tahun yaitu sebanyak kepala keluarga, atau 15,68 persen dari total kepala keluarga laki-laki sebanyak kepala keluarga. Sedangkan pada kepala keluarga perempuan, proporsi tertinggi berada pada kelompok umur tahun sebanyak atau 13,04 persen dari total kepala keluarga perempuan sebanyak kepala keluarga. 34 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

35 Tabel 17 Kepala Keluarga Kota Serang Menurut Umur dan Jenis Kelamin STRUKTUR LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P UMUR N (JIWA) % N (JIWA) % N (JIWA) % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , >=75 1, , , KOTA SERANG 142, , , Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun 2016 g) Karateristik Kepala Keluarga Berdasarkan Status Bekerja Dilihat dari kegiatan ekonomi, bahwa sekitar 86,47 persen kepala keluarga di Kota Serang bekerja. Angka ini lebih tinggi pada kepala keluarga laki-laki dibandingkan kepala keluarga perempuan, ini menunjukan bahwa akses pekerjaan kepada kepala keluarga perempuan sangat terbatas. Sementara itu, sekitar 0,69 persen kepala keluarga di Kota Serang sedang mencari pekerjaan atau belum/tidak bekerja. Hal ini perlu menjadi perhatian Pemerintah Kota Serang agar dapat membuat perencanaan pelayanan kebutuhan dasar penduduk. 35 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

36 Tabel dibawah juga menunjukan kepala keluarga yang mengurus rumah tangga sebesar 11,13 persen merupakan kepala keluarga perempuan, sehingga dimungkinkan 11,13 persen kepala keluarga perempuan tersebut berstatus cerai atau cerai mati. Tabel 18 Distribusi Kepala Keluarga Menurut Status Bekerja dan Jenis Kelamin STATUS BEKERJA KEPALA KELUARGA LAKI-LAKI PEREMPUAN L+P N (JIWA) % N (JIWA) % N (JIWA) % BEKERJA 139, , , BELUM TIDAK BEKERJA , MENGURUS RUMAH TANGGA , , PELAJAR MAHASISWA PENSIUNAN 1, , KOTA SERANG 142, , , Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

37 B A B I V K U A L I T A S P E N D U D U K 4.1. Kesehatan Kelahiran (Fertilitas) a) Rasio Anak dan Perempuan (Child Womad Ratio/CWR) Rasio anak dan perempuan (Child Women Ratio/ CWR) adalah rasio antara jumlah anak di bawah lima tahun di suatu tempat pada suatu waktu dengan penduduk perempuan usia produktif (15-49 tahun). Rasio anak dan perempuan bisa digunakan untuk melihat jumlah kelahiran yang terjadi selama 5 tahun yang lalu. Untuk menghitung rasio anak dan perempuan (CWR) digunakan rumus: Angka pada tabel di bawah menunjukan rasio anak dan perempuan di Kota Serang sebesar 13,18, artinya bahwa terdapat 13 anak di bawah usia 5 tahun (0-4 tahun) dari setiap 100 perempuan usia tahun. KECAMATAN Tabel 24 Rasio Anak dan Perempuan (CWR) JUMLAH ANAK JUMLAH PENDUDUK USIA 0-4 TAHUN PEREMPUAN USIA TAHUN RASIO ANAK DAN PEREMPUAN (CWR) =(2/3)X100 SERANG 17, , KASEMEN 6,728 56, WALANTAKA 7,095 52, CURUG 3,830 33, CIPOCOK JAYA 7,446 51, TAKTAKAN 7,430 53, KOTA SERANG 49, , Sumber : Disdukcapil Kota Serang,Diolah 37 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

38 Kematian (Mortalitas) a) Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR/AKB) Angka kematian bayi/imr digunakan sebagai indikator yang menggambarkan kemajuan pembangunan yang dapat menggambarkan tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk menghitung IMR/AKB digunakan rumus: SERANG KECAMATAN KASEMEN WALANTAKA CURUG CIPOCOK JAYA TAKTAKAN Tabel 23 Angka Kematian Abyi (IMR/AKB) JUMLAH KEMATIAN BAYI USIA 0 11 BULAN JUMLAH KELAHIRAN HIDUP DALAM SATU TAHUN AKB/IMR =(2/3)X /1.000 KH KOTA SERANG Sumber : Dinas Kesehatan Kota Serang,Diolah Angka pada tabel di atas menunjukan bahwa Angka Kematian Bayi sebesar 3 per kelahiran hidup di Kota Serang, dengan jumlah kematian bayi sebanyak 27 bayi. Kematian bayi terbanyak ada di Kecamatan Serang sebanyak 7 kematian. b) Angka Kematian Neonatal (Kematian Bayi Baru Lahir/NNDR) Kematian Neonatal atau kematian endogen adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari per kelahiran hidup pada bayi satu tahun tertentu. Kematian neonatal atau kematian bayi endogen pada umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir atau semasa kehamilan. Untuk menghitung NNDR digunakan rumus: 38 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

39 SERANG KECAMATAN KASEMEN WALANTAKA CURUG CIPOCOK JAYA TAKTAKAN Tabel 24 Angka Kematian Neonatal (NNDR) JUMLAH JUMLAH KELAHIRAN KEMATIAN BAYI HIDUP DALAM SATU USIA < 28 HARI TAHUN ANGKA KEMATIAN NEONATAL =(2/3)X /1.000 KH KOTA SERANG Sumber : Dinas Kesehatan Kota Serang,Diolah Angka pada tabel di atas menunjukan bahwa Angka Kematian Neonatal 2 per kelahiran hidup di Kota Serang, dengan jumlah kematian bayi sebanyak 24 bayi. c) Angka Kematian Anak Untuk menghitung angka kematian Anak digunakan rumus: 39 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

40 KECAMATAN JUMLAH KEMATIAN ANAK USIA Bulan Tabel 25 Angka Kematian Anak JUMLAH KELAHIRAN HIDUP DALAM SATU TAHUN ANGKA KEMATIAN ANAK =(2/3)X100 SERANG KASEMEN WALANTAKA CURUG CIPOCOK JAYA TAKTAKAN KOTA SERANG /1.000 KH Sumber : Dinas Kesehatan dan Disdukcapil Kota Serang,Diolah Angka kematian anak sebesar 1/1.000 KH yang artinya bahwa di Kota Serang dari balita terjadi 2 kematian anak usia bulan. d) Angka Kematian Balita Untuk menghitung angka kematian balita digunakan rumus: SERANG KECAMATAN KASEMEN WALANTAKA CURUG CIPOCOK JAYA TAKTAKAN Tabel 20 Angka Kematian Balita JUMLAH KEMATIAN BALITA USIA 0-59 BULAN JUMLAH KELAHIRAN HIDUP DALAM SATU TAHUN ANGKA KEMATIAN BALITA =(2/3)X /1.000 KH KOTA SERANG Sumber : Dinas Kesehatan Kota Serang,Diolah 40 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

41 Angka kematian balita sebesar 3 per kelahiran hidup yang artinya bahwa di Kota Serang dari balita terjadi 29 kematian balita usia 0-59 bulan. e) Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate/AKI) Angka Kematian Ibu adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan dan tempat persalinan per kelahiran hidup. Untuk menghitung angka kematian ibu (maternal mortality rate/aki) digunakan rumus: KECAMATAN KELAHIRAN HIDUP Tabel 19 Angka Kematian Ibu (MMR/AKI) KEMATIAN IBU MATERNAL HAMIL BERSALIN NIFAS JUMLAH SERANG KASEMEN WALANTAKA CURUG CIPOCOK JAYA TAKTAKAN KOTA SERANG Sumber : Dinas Kesehatan Kota Serang,Diolah Angka Kematian Ibu di Kota Serang dapat dihitung dengan per WUS (Wanita Usia Subur) sebesar karena total kelahiran hidup hanya mencapai sehigga, Angka Kematian Ibu di Kota Serang 1/1.000 WUS artinya dari wanita usia subur terdapat 1 kematian ibu yang terjadi saat hamil, bersalin maupun nifas. 41 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

42 4.2. Pendidikan Pendidikan merupakan modal dasar dalam mengembangkan kemampuan intelektual seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan mampu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Hal ini diwujudkan dalam bentuk kemampuan menyelesaikan berbagai permasalahan dengan mengembangkan kreativitasnya. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, masyarakat akan mudah menerima dan beradaptasi dengan perubahan yang disebabkan oleh perkembangan zaman, sehingga menciptakan masyarakat yang produktif dan inovatif. Beberapa kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan masyarakat adalah program wajib belajar 9 tahun, mengadakan kelas belajar jarak jauh seperti sekolah terbuka dan universitas terbuka, meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan mutu guru melalui uji kompetensi guru dan penataran, menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan zaman, mencanangkan gerakan orang tua asuh serta memberikan beasiswa bagi siswa tidak mampu atau berprestasi. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kondisi pendidikan di suatu daerah adalah Angka Melek Huruf (AMH), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Putus Sekolah (APTS) Angka Melek Huruf (AMH) Angka Melek Huruf merupakan perbandingan antara jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Untuk menghitung angka melek huruf (AMH) digunakan rumus: Angka Melek Huruf merupakan salah satu indikator untuk mengukur indeks pembangunan manusia. Dengan semakin meningkatnya angka melek huruf di Kota Serang akan meningkatkan indeks pembangunan manusia di Kota Serang. Angka melek huruf merupakan pencapaian pendidikan dasar dan program pemelekan huruf dalam memberikan keahlian melek huruf dasar terhadap penduduk, dengan cara ini 42 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

43 Angka Melek Huruf (%) diharapkan penduduk dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga dapat mengembangkan kondisi sosial dan ekonominya. JENIS KELAMIN Tabel 25 Angka Melek Huruf (AMH) JUMLAH PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS YANG BISA MEMBACA DAN MENULIS JUMLAH PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS ANGKA MELEK HURUF (AMH) LAKI-LAKI PEREMPUAN KOTA SERANG Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bersama Disdukcapil Kota Serang,Diolah 98,35 persen penduduk Kota Serang yang berusia 15 tahun ke atas dapat membaca dan menulis, sedangkan 1,65 persen buta huruf. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, angka melek huruf pada penduduk laki-laki usia 15 tahun ke atas lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan usia 15 tahun ke atas. 98, , ,1 Grafik 7 Angka Melek Huruf Kota Serang 97,6 98, , Tahun Angka Melek Huruf Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang, Diolah Grafik di atas menunjukkan Angka Melek Huruf di Kota Serang dari tahun 2013 hingga tahun 2016, terlihat bahwa Angka Melek Huruf di Kota Serang setiap tahunnya meningkat, Angka Melek Huruf pada tahun 2013 adalah sebesar 97,1 persen, tahun 2014 sebesar 97,6 persen, tahun 2015 sebesar 98,1 persen dan tahun 2016 sebesar 98,35 persen. 43 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

44 Angka Partisipasi kasar (APK) Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah proporsi anak sekolah aktif pada suatu jenjang pendidikan tertentu terhadap penduduk pada kelompok usia sekolah tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum pada suatu tingkat pendidikan di suatu wilayah. APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat partisipasi sekolah, tanpa memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya. Jika nilai APK mendekati atau lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa ada penduduk yang sekolah belum mencukupi umur dan atau melebihi umur yang seharusnya. Untuk menghitung angka partisipasi kasar (APK) digunakan rumus: JENJANG PENDIDIKAN / JENIS KELAMIN JUMLAH MURID SESUAI JENJANG SEKOLAH Tabel 26 Angka Partisipasi Kasar (APK) JUMLAH PENDUDUK USIA 7-12 USIA 13- TAHUN 15 TAHUN USIA TAHUN ANGKA PARTISIPA SI KASAR (APK) SD/MI/SEDERAJAT LAKI-LAKI PEREMPUAN SMP/MTs/SEDERAJAT LAKI-LAKI PEREMPUAN SMA/SMK/SEDERAJAT LAKI-LAKI PEREMPUAN Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bersama Disdukcapil Kota Serang,Diolah 44 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

45 Angka Partisipasi Kasar (%) Grafik di bawah memperlihatkan Angka Partisipasi Kasar pada setiap jenjang pendidikan di Kota Serang dari tahun 2013 sampai dengan tahun Angka Partisipasi Kasar pada setiap jenjang pendidikan di Kota Serang memperlihatkan trend yang semakin meningkat. Peningkatan yang signifikan terlihat pada APK jenjang SMP/sederajat dan APK jenjang SMA/sederajat dari tahun 2014 ke tahun APK jenjang SMP/sederajat meningkat dari 99,75 pada tahun 2014 menjadi 119,3 pada tahun 2015 namun turun kembali pada tahun 2016 menjadi 106,83. APK jenjang SMA/sederajat meningkat dari 89,02 pada tahun 2014 menjadi 99,93 pada tahun 2015 dan 98,34 pada tahun APK jenjang SD/sederajat sudah di atas 100% dari tahun 2013 sampai Hal ini mengindikasikan adanya anak di luar usia 7-12 tahun yang sekolah di jenjang SD/sederajat, bisa anak berusia lebih muda dan/atau lebih tua dari 7-12 tahun Grafik 8 Angka Partisipasi Kasar Kota Serang ,21 125,04 125,48 124,37 119,3 106,83 99,62 99,75 99,93 98,34 89,02 85, Tahun SD/MI/Sederajat SMP/MTs/Sederajat SMA/SMK/MA/Sederajat Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang, Diolah Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) adalah proporsi penduduk pada kelompok usia jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. APM dapat digunakan untuk mengukur daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. 45 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

46 Untuk menghitung angka partisipasi murni (APM) digunakan rumus: Tabel 27 Angka Partisipasi Murni (APM) JENJANG PENDIDIKAN / JENIS KELAMIN JUMLAH MURID JUMLAH PENDUDUK ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) SD/MI/SEDERAJAT USIA 7-12 TAHUN SMP/MTs/SEDERAJAT USIA TAHUN SMA/SMK/SEDERAJAT USIA TAHUN Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bersama Disdukcapil Kota Serang,Diolah Grafik di bawah memperlihatkan Angka Partisipasi Murni pada setiap jenjang pendidikan di Kota Serang dari tahun 2013 sampai dengan tahun APM menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai pada jenjang pendidikannya. APM jenjang SD di Kota Serang sudah mencapai 100 pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2016, hal ini menunjukkan seluruh anak usia sekolah SD dapat bersekolah tepat waktu. APM jenjang SMP/sederajat di Kota Serang sudah mendeketi angka 100, sedangkan APM jenjang SMA/sederajat di Kota Serang meningkat signifikan sebesar persen, hampir mencapai 100 persen. Namun ketiga APM tersebut baik jenjang SD/MI/Sederajat, SMP/sederajat maupun jenjang SMA/sederajat memperlihatkan trend yang positif. Hal ini menunjukkan peningkatan daya serap sistem pendidikan di Kota Serang terhadap penduduk usia sekolah sangat baik. 46 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

47 Angka Partisipasi Murni (%) Grafik 9 Angka Partisipasi Murni Kota Serang 99, , ,51 77,6 78,78 79,67 93, Tahun SD/MI/Sederajat SMP/MTs/Sederajat SMA/SMK/MA/Sederajat Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang, Diolah Angka Putus Sekolah (APTS) Angka Putus Sekolah (APTS) adalah proporsi anak yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. APTS dapat digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan di bidang pendidikan dan untuk melihat keterjangkauan pendidikan maupun pemerataan pendidikan pada masingmasing kelompok umur (7-12, dan tahun). Untuk menghitung angka putus sekolah (APTS) digunakan rumus: 47 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

48 Angka Putus Sekolah (%) 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 1,5 0,9 0,9 Grafik 10 Angka Putus Sekolah Kota Serang 1,3 0,7 0,71 0,19 0,07 0,09 0,03 0,02 0, Tahun APTS 7-12 tahun APTS tahun APTS tahun Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang, Diolah Grafik diatas memperlihatkan Angka Putus Sekolah pada setiap jenjang pendidikan di Kota Serang dari tahun Angka Putus Sekolah di Kota Serang mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2016, hal ini menunjukkan kondisi pendidikan yang semakin baik di Kota Serang. APTS jenjang SD/MI di Kota Serang pada tahun 2016 adalah sebesar 0,02%, berarti secara rata-rata dari anak usia 7-12 tahun yang sedang atau pernah bersekolah terdapat 2 anak yang putus sekolah. APTS jenjang SMP/MTs tahun di Kota Serang pada tahun 2016 adalah sebesar 0,03%, berarti secara rata-rata dari anak usia tahun yang sedang atau pernah bersekolah terdapat 3 anak yang putus sekolah. APTS SMA/SMK/MTs di Kota Serang pada tahun 2016 adalah sebesar 0,09%, berarti secara rata-rata dari anak usia tahun yang sedang atau pernah bersekolah terdapat 9 anak yang putus sekolah Ekonomi Jumlah Tenaga Kerja dan Angkatan Kerja (Bekerja dan Menganggur/Pencari Kerja) a) Jumlah dan Proporsi Tenaga Kerja Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk usia kerja (15-64 tahun) yang potensial dalam memproduksi barang dan jasa. Penghitungan persentase tenaga kerja 48 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

49 dilaksanakan dengan membandingkan Antara jumlah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dengan jumlah penduduk keseluruhan. Penghitungan persentase tenaga kerja dilaksanakan dengan membandingkan antara jumlah penduduk usia 15 tahun keatas (usia kerja) dengan jumlah penduduk secara keseluruhan. Untuk menghitung persentase tenaga kerja digunakan rumus: Tabel 28 Persentase Tenaga Kerja Produktif KECAMATAN JUMLAH TENAGA KERJA (PENDUDUK USIA THN) JUMLAH PENDUDUK PERSENTASE TENAGA KERJA =2/3*100 SERANG 156, , % KASEMEN 66,204 94, % WALANTAKA 60,632 86, % CURUG 38,146 53, % CIPOCOK JAYA 59,476 85, % TAKTAKAN 61,738 88, % KOTA SERANG 442, , % Sumber : Siak Hasil Konsolidasi Kemendagri Semester II Tahun 2016 Tabel di atas menggambarkan jumlah tenaga kerja produktif berdasarkan kecamatan dibandingkan dengan jumlah penduduk per kecamatan. Jumlah Penduduk sampai dengan Desember tahun 2016 sebesar jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia kerja (15-64 tahun) sebesar jiwa. Maka persentase tenaga kerja di Kota Serang sebesar 70,45 persen. Semakin besar jumlah tenaga kerja di suatu daerah maka penawaran tenaga kerja juga akan semakin tinggi. Namun apabila tidak diikuti dengan permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja), maka akan terjadi pengangguran yang cukup besar pula. 49 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

50 b) Jumlah dan Proporsi Angkatan Kerja (Bekerja dan Menganggur/Pencari Kerja) Angkatan kerja (labor force) adalah penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan (menganggur) atau yang terlibat dan berusaha terlibat dalam kegiatan produktif. Tabel 29 Jumlah Angkatan kerja Menurut Kecamatan KECAMATAN JUMLAH TENAGA KERJA (PENDUDUK USIA THN) JUMLAH PENCARI KERJA JUMLAH ANGKATAN KERJA =2+3 SERANG 156, ,616 KASEMEN 66, ,352 WALANTAKA 60, ,812 CURUG 38, ,001 CIPOCOK JAYA 59, ,982 TAKTAKAN 61, ,211 KOTA SERANG 442, ,974 Sumber : Disdukcapil dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Serang, Diolah Tabel 30 Jumlah Pencari Kerja tahun 2016 BULAN JAN FEB MAR APR MWI JUN JUL AGUS SEPT OKT NOV DES TOTAL Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Serang 50 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

51 Grafik 11 Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan PASCA SARJANA 6 STRATA 1 DIPLOMA DIPLOMA 2 DIPLOMA SLTA/SEDERAJAT 8980 SLTP/SEDERAJAT 938 SD 160 Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Serang, Diolah 51 Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014 PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014 Drs. YOHANES JHON, MM SEKRETARIS DAERAH Bupati Sekadau Simon Petrus, S.Sos, M.Si, Wakil Bupati Sekadau Rupinus, SH, M.Si, Kepala Biro Dukcapil Drs. Sopiandi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

Rupinus, SH, M.Si Rupinus, SH, M.Si Aloysius, SH, M.Si Ignasius Boni, SH, MH

Rupinus, SH, M.Si Rupinus, SH, M.Si Aloysius, SH, M.Si Ignasius Boni, SH, MH Bupati Sekadau Rupinus, SH, M.Si saat pembukaan Sosialisasi Kebijakan Kependudukan Penuntasan Perekaman Biometrik KTP-EL, Akta Kelahiran 0-18 Tahun dan Pemberian Kartu Identitas Anak (KIA) Bupati Sekadau

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 Drs. YOHANES JHON, MM SEKRETARIS DAERAH Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji dan Syukur kita Panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017 ini

Lebih terperinci

Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya perubahan ke arah yang lebih baik. Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang memperhatikan kependudukan sebagai titik sentral

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Serang, Maret 2016 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SERANG TTD

KATA PENGANTAR. Serang, Maret 2016 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SERANG TTD KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan buku Data Kependudukan Tahun 2015. Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia di kategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencangkup lima masalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN 1. Pendahuluan Dalam demografi pertumbuhan penduduk antara lain dipengaruhi oleh fertilitas. Perkawinan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkup... 3 D. Pengertian Umum... 3

A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkup... 3 D. Pengertian Umum... 3 15 16 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkup... 3 D. Pengertian Umum... 3 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BANDUNG... 10 A. Geografis... 10 B. Demografis...

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Serang Kota Serang sebagai KOTA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang: a. bahwa Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2013 PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya perubahan kearah yang lebih baik. Untuk melakukan pembangunan diperlukan suatu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2014

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2014 PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya perubahan kearah yang lebih baik. Untuk melakukan pembangunan diperlukan suatu

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Sumber : Dinas CIPTARU Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan A. Kondisi Geografis Kecamatan Jepara merupakan salah satu wilayah administratif yang ada di Kabupaten Jepara,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung Tabel 2.17. Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam No Jenis Bencana Alam Kecamatan 1 Potensi Tanah Longsor Tretep, Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Jumo, Bansari, Kledung, Kaloran, Kranggan,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan

Lebih terperinci

PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN KOTA TASIKMALAYA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA TASIKMALAYA SAMBUTAN 2 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1. Arti dan Tujuan Demografi Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau penduduk dan Grafein adalah menulis. Demografi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya PENDAHULUAN Studi demografi menekankan tiga fenomena perubahan penduduk, yakni: 1. Dinamika Penduduk (Population

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2015

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2015 PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2015 Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Banyuwangi 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya perubahan kearah

Lebih terperinci

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER www.bimbinganalumniui.com 1. Pada umumnya bahan-bahan yang dikumpulkan dari sensus bersifat demografis, ekonomis, dan sosial. Bahanbahan yang bersifat demografis (1) Kewarganegaraan (2) Umur (3) Pendidikan

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.310, 2014 WARGA NEGARA. Kependudukan. Grand Design. Pembangunan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 3.1. Pengertian Demografi Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara, maka perlu didalami kajian demografi.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN I. UMUM Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

PP 27/1994, PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 27/1994, PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Copyright 2000 BPHN PP 27/1994, PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA *33818 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1994 (27/1994)

Lebih terperinci

Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi

Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi Agus Joko Pitoyo, S.Si., M.A. Fakultas Geografi, UGM 1 Data Sosial Ekonomi a) Kondisi Fisik Wilayah b) Kondisi Kependudukan c) Kondisi Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

pengisian data dan cara pembuatan grafik. setelah pengolahan dan analisa perhitungan serta saran-saran yang

pengisian data dan cara pembuatan grafik. setelah pengolahan dan analisa perhitungan serta saran-saran yang Pada bab ini dijelaskan tentang cara pengaktifan jendela excel, pengisian data dan cara pembuatan grafik. BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup yang mencakup kesimpulan yang diambil setelah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI MODUL ONLINE 20.11 INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI FERANI MULIANINGSIH PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 i A. PENDAHULUAN Materi-materi pembelajaran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penduduk merupakan potensi sumber daya manusia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penduduk ialah orang atau individu yang tinggal atau menetap pada suatu daerah tertentu dalam jangka waktu yang lama. Ada beberapa pengertian yang secara singkat perlu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 NOMOR 10 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA. satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4 daerah tingkat II

KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA. satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4 daerah tingkat II IV. KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA A. Keadaan Alam 1. Batas wilayah Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.. BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK Pasal 2 Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh : a. Dokumen Kependudukan; b. pelayanan yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penduduk merupakan potensi sumber daya manusia

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N 24 PEBRUARI 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N SERI E NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN

Lebih terperinci

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan

Lebih terperinci

ht //j ak tp : s. go.b p ta ar.id / ht //j ak tp : s. go.b p ta ar.id / PROFIL KEPENDUDUKAN HASIL SUPAS2015 PROVINSI DKI JAKARTA ISBN : No Publikasi : 31520.1603 Katalog BPS : 2101014.31 Ukuran Buku :

Lebih terperinci

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN Kondisi lingkungan sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Jumlah penduduk yang semakin tinggi memberikan tekanan yang cukup

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA CURUG

PETA SOSIAL DESA CURUG PETA SOSIAL DESA CURUG Lokasi Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Keadaan Geografis. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara sampai

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Keadaan Geografis. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara sampai III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Keadaan Geografis Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara 110 0 9 48.02 sampai 110 0 58 37.40 Bujur Timur dan 5 0 43 20.67 sampai 6 0 74 25.83 Lintang Selatan.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

Beberapa Konsep Dasar Kependudukan Terkait dengan Kerjasama Pendidikan Kependudukan

Beberapa Konsep Dasar Kependudukan Terkait dengan Kerjasama Pendidikan Kependudukan Beberapa Konsep Dasar Kependudukan Terkait dengan Kerjasama Pendidikan Kependudukan Ukuran-ukuran Demografi Angka absolut (count) adalah banyaknya peristiwa demografi tertentu di suatu wilayah dalam jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia menduduki posisi ke-4 sebagai

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015 BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Katalog BPS : 4103.7371 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR KATA PENGANTAR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2015 disusun sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG

BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG. Kondisi Alam Kelurahan Gedawang merupakan kelurahan yang berada di dalam wilayah administratif Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Kondisi daratan Kelurahan Gedawang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Laporan Akhir Profil Kependudukan Kabupaten Bandung Tahun

DAFTAR ISI. Laporan Akhir Profil Kependudukan Kabupaten Bandung Tahun DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan... 5 1.3 Ruang Lingkup... 5 1.4 Pengertian Umum Terhadap Istilah... 5 BAB II GAMBARAN UMUM

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN I. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK, Pasal

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan kependudukan

Lebih terperinci