PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2013"

Transkripsi

1 PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2013

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya perubahan kearah yang lebih baik. Untuk melakukan pembangunan diperlukan suatu konsep, perencanaan dan strategi yang tepat dengan memperhatikan berbagai variabel, agar tujuan pembangunan tersebut berhasil. Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang memperhatikan kependudukan sebagai titik sentral pembangunan itu sendiri. Pembangunan yang tidak memperhatikan pembangunan kependudukan, akan merugikan karena setiap keuntungan ekonomi akan digunakan untuk membiayai kebutuhan penduduk. Pembangunan kependudukan merupakan isu strategis dan bersifat lintas sektor, sehingga pengintegrasian berbagai aspek kependudukan ke dalam perencanaan pembangunan perlu diwujudkan. Upaya-upaya mewujudkan keterkaitan perkembangan kependudukan, dengan berbagai kebijakan pembangunan menjadi prioritas penting agar pengelolaan perkembangan kependudukan dapat mewujudkan keseimbangan yang serasi antara kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk. Data kependudukan memegang peran penting dalam menentukan kebijakan, perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan, baik bagi pemerintah maupun swasta dan masyarakat. Oleh karena itu ketersediaan data kependudukan di semua tingkat administrasi pemerintahan (kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa) menjadi faktor kunci keberhasilan program-program pembangunan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menegaskan bahwa dalam Perencanaan Pembangunan Daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, baik yang menyangkut masalah kependudukan, masalah potensi sumberdaya daerah maupun informasi tentang kewilayahan lainnya.

3 Selain itu, Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 sebagimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Administrasi Kependudukan mengamanatkan bahwa data penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dan tersimpan di dalam database kependudukan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan. Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan pengelolaan data kependudukan yang menggambarkan kondisi daerah dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelanggaraan pemerintahan dan pembangunan. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Pasal 17 menyebutkan bahwa perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan guna menunjang pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Pada Pasal 49 ditegaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data dan informasi mengenai kependudukan dan keluarga. Data dan informasi kependudukan dan keluarga tersebut wajib digunakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan dan pembangunan. Penduduk juga memiliki hak dan kewajiban dalam perkembangan kependudukan. Penduduk berhak untuk mendapatkan pelayanan administrasi kependudukan, sosial, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Di samping itu penduduk juga mempunyai kewajiban untuk memberikan data dan informasi berbagai hal yang menyangkut diri dan keluarganya termasuk mutasi yang terjadi sesuai yang diminta oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk pembangunan kependudukan sepanjang tidak melanggar hak-hak penduduk. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Pasal 67 ayat 2 menyebutkan bahwa pengelolaan Sistem informasi Administrasi Kependudukan Daerah dilakukan oleh Dinas melalui pengelolaan database.

4 Pada Pasal 72 menyebutkan bahwa pengelolaan database sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 huruf f meliputi kegiatan perekaman data Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil ke dalam database kependudukan, pengolahan data Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, penyajian data sebagai informasi data kependudukan dan pendistribusian data untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sudah menyelenggarakan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dengan menggunakan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK) yang didukung dengan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Sistem ini sudah mulai dilaksanakan sejak tahun Dan sudah menghasilkan database kependudukan untuk Kabupaten Banyuwangi. Database kependudukan ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran bagaimana kondisi dan karakteristik penduduk kabupaten Banyuwangi dan dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan data kependudukan bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Berkenaan dengan penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan, dan lain-lain yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan manusia, maka data dan informasi perlu menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya baik dari sisi jumlah maupun kualitas data dan dikemas secara baik, sederhana, informatif dan tepat waktu dalam bentuk profil perkembangan kependudukan yang disajikan secara berkelanjutan. Profil perkembangan kependudukan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi kependudukan di Kabupaten Banyuwangi serta prediksi prospek kependudukan dimasa yang akan datang.

5 B. Tujuan Menyajikan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Banyuwangi tahun 2013 sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan pembangunan berwawasan kependudukan. C. Ruang Lingkup Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Banyuwangi meliputi : 1. Data kuantitatif yang berkaitan dengan pengendalian kuantitas penduduk. 2. Data kuantitatif yang berkaitan dengan mobilitas penduduk. 3. Data kuantitatif yang berkaitan dengan kepemilikan dokumen kependudukan.

6 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUWANGI Kabupaten Banyuwangi adalah The Sun Rise Of Java karena lokasinya yang berada di paling ujung timur pulau Jawa berada di Provinsi Jawa Timur. Banyuwangi mempunyai tiga obyek wisata international karena daya tariknya yang cukup eksotis, yaitu Pantai Pengkung, Kawah Ijen dan Pantai Sukamade, yang terkenal dengan Diamond Trangle.

7 Kabupaten Banyuwangi mempunyai luas wilayah 5.782,50 km2, terdiri atas 24 ( dua puluh empat ) Kecamatan, 28 (dua puluh delapan) kelurahan dan 189 (seratus delapan puluh Sembilan) desa, Rukun Warga ( RW ) dan Rukun Tetangga ( RT ). Kedua puluh empat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo, Muncar, Cluring, Gambiran, Srono, Genteng, Glenmore, Kalibaru, Singojuruh, Rogojampi, Kabat, Glagah, Banyuwangi, Giri, Wongsorejo, Songgon, Sempu, Kalipuro, Siliragung, Tegalsari, Licin. Sedangkan Perkotaan Banyuwangi meliputi Kecamatan: Banyuwangi, Giri, Glagah dan Kalipuro. Legenda asal usul Banyuwangi konon, dahulu kala wilayah ujung timur Pulau Jawa yang alamnya begitu indah ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Sulahkromo. Dalam menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh seorang Patih yang gagah berani, arif, tampan bernama Patih Sidopekso. Istri Patih Sidopekso yang bernama Sri Tanjung sangatlah elok parasnya, halus budi bahasanya sehingga membuat sang Raja tergila- gila padanya. Agar tercapai hasrat sang raja untuk membujuk dan merayu Sri Tanjung maka muncullah akal liciknya dengan memerintah Patih Sidopekso untuk menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dicapai oleh manusia biasa. Maka dengan tegas dan gagah berani, tanpa curiga, sang Patih berangkat untuk menjalankan titah Sang Raja. Sepeninggal Sang Patih Sidopekso, sikap tak senonoh Prabu Sulahkromo dengan merayu dan memfitnah Sri Tanjung dengan segala tipu daya dilakukanya. Namun cinta Sang Raja tidak kesampaian dan Sri Tanjung tetap teguh pendiriannya, sebagai istri yang selalu berdoa untuk suaminya. Berang dan panas membara hati Sang Raja ketika cintanya ditolak oleh Sri Tanjung. Ketika Patih Sidopekso kembali dari misi tugasnya, ia langsung menghadap Sang Raja. Akal busuk Sang Raja muncul, memfitnah Patih Sidopekso dengan menyampaikan bahwa sepeninggal Sang Patih pada saat menjalankan titah raja meninggalkan istana, Sri Tanjung mendatangi dan merayu serta bertindak serong dengan Sang Raja. Tanpa berfikir panjang, Patih Sidopekso langsung menemui Sri Tanjung dengan penuh kemarahan dan tuduhan yang tidak beralasan. Pengakuan Sri Tanjung yang lugu dan jujur membuat hati Patih Sidopekso semakin panas menahan amarah dan bahkan Sang Patih dengan berangnya mengancam akan membunuh istri setianya itu. Diseretlah Sri Tanjung ke tepi sungai yang keruh dan kumuh.

8 Namun sebelum Patih Sidopekso membunuh Sri Tanjung, ada permintaan terakhir dari Sri Tanjung kepada suaminya, sebagai bukti kejujuran, kesucian dan kesetiannya ia rela dibunuh dan agar jasadnya diceburkan ke dalam sungai keruh itu, apabila darahnya membuat air sungai berbau busuk maka dirinya telah berbuat serong, tapi jika air sungai berbau harum maka ia tidak bersalah. Patih Sidopekso tidak lagi mampu menahan diri, segera menikamkan kerisnya ke dada Sri Tanjung. Darah memercik dari tubuh Sri Tanjung dan mati seketika. Mayat Sri Tanjung segera diceburkan ke sungai dan sungai yang keruh itu berangsur-angsur menjadi jernih seperti kaca serta menyebarkan bau harum, bau wangi. Patih Sidopekso terhuyung-huyung, jatuh dan ia jadi linglung, tanpa ia sadari, ia menjerit "Banyu wangi.... Banyu wangi....." Banyuwangi terlahir dari bukti cinta istri pada suaminya. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagai Negara, selanjutnya dalam perkembangannya berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 ( Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753), Kemudian berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, Kabupaten Banyuwangi disebut Daerah Tingkat II dan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang disempurnakan dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai Kabupaten Banyuwangi. A. Letak Geografi Secara Geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau Jawa. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang berupa daerah pegunungan, merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan. Daratan yang datar dengan berbagai potensi yang berupa produksi tanaman pertanian, serta daerah garis pantai yang membujur dari arah Utara ke Selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak diantara Lintang Selatan dan Bujur Timur.

9 Secara administratif Kabupaten Banyuwangi ini berbatasan dengan kabupaten lain yaitu: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Situbondo : Berbatasan dengan Selat Bali : Berbatasan dengan Samudra Indonesia : Berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso B. Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 adalah jiwa, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Rasio jenis kelamin Kabupaten Banyuwangi 103,44 persen, ini menunjukkan bahwa penduduk lakilaki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan. Jika dikaitkan dengan kelompok umur nampak bahwa proporsi penduduk perempuan yang lebih besar berada pada kelompok-kelompok umur tua. Sehingga untuk perencanaan pembangunan kependudukan di bidang kesehatan, kelompok manula perempuan ini menjadi penting. Penduduk terbesar di Kecamatan Muncar yaitu jiwa dan terkecil di Kecamatan Giri jiwa. Kepadatan penduduk yaitu mencapai 281,38 jiwa/km 2, Jumlah penduduk Bulan Desember tahun 2013 sebesar jiwa jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Bulan Desember tahun 2012 sebesar jiwa maka mengalami penurunan sebesar 339 jiwa dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan yaitu dari akhir Bulan Desember 2012 sampai akhir Bulan Desember Jadi penurunan jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi adalah 0,99 persen. Penurunan jumlah penduduk ini diduga disebabkan karena migrasi keluar.

10 BAB III KUANTITAS PENDUDUK A. Jumlah dan Persebaran Penduduk 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan luas wilayah 5.782,50 km 2 didiami penduduk sebanyak jiwa, terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan, Penduduk ini tersebar di 24 (dua puluh empat) kecamatan yaitu Kecamatan Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo, Muncar, Cluring, Gambiran, Srono, Genteng, Glenmore, Kalibaru, Singojuruh, Rogojampi, Kabat, Glagah, Banyuwangi, Giri, Wongsorejo, Songgon, Sempu, Kalipuro, Siliragung, Tegalsari, Licin. Dari table 1 terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Muncar yaitu jiwa (7,78 %), sedangkan Kecamatan Giri memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu Jiwa (1,632%). Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi, Tahun No Kecamatan Laki-laki Perempuan L+P n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) % Pesanggaran 26,097 51,14 24,933 48,86 51, Bangorejo 33,074 51,40 31,264 48,60 64, Purwoharjo 34,426 50,85 33,267 49,15 67, Tegaldlimo 30,618 51,33 29,028 48,67 59, Muncar 65,656 51,81 61,057 48,19 126, Cluring 35,806 51,09 34,266 48,91 70, Gambiran 30,531 51,29 28,984 48,71 59, Srono 45,419 50,80 43,975 49,20 89, Genteng 44,110 51,22 41,999 48,78 86, Glenmore 38,577 50,58 37,690 49,42 76,

11 11 Kalibaru 37,085 50,24 36,719 49,76 73, Singojuruh 23,206 50,37 22,865 49,63 46, Rogojampi 45,908 50,23 45,487 49,77 91, Kabat 35,070 50,90 33,819 49,10 68, Glagah 15,198 49,44 15,541 50,56 30, Banyuwangi 57,893 50,20 57, , Giri 13,386 50,31 13,218 49,69 26, Wongsorejo 42,720 50,28 42,237 49,72 84, Songgon 25,768 51,13 25,627 48,87 51, Sempu 39,031 50,90 37,647 49,10 76, Kalipuro 45,899 50,74 44,555 49,26 90, Siliragung 24,301 51,65 22,740 48,35 47, Tegalsari 23,450 51,54 22,046 48,46 45, Licin 14,094 51,21 13,423 48,79 27, Jumlah 827,323 50,84 799,807 49,16 1,627, ,00 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi,Tahun 2013,diolah. Jika diperhatikan menurut jenis kelamin nampak bahwa penduduk laki-laki ( 50,84 %) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan ( 49,16 % ). Kepadatan Penduduk Kabupaten Banyuwangi tergolong daerah yang belum padat penduduknya, hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini. Tabel 2 memperlihatkan kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuwangi. Dengan luas 5.782,50 km 2, Kabupaten Banyuwangi didiami oleh jiwa atau dengan kepadatan sebesar 281,38 jiwa/km 2. Dengan kata lain rata-rata setiap km 2 di Kabupaten Banyuwangi didiami sebanyak 281,38 jiwa.

12 Tabel 2. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 No Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan n (jiwa) (Km2) Penduduk Pesanggaran 51, ,67 63,57 2 Bangorejo 64, ,43 468,15 3 Purwoharjo 67, ,30 337,95 4 Tegaldlimo 59, ,50 44,46 5 Muncar 126, ,07 867,48 6 Cluring 70,072 97,06 721,94 7 Gambiran 59,515 66,77 891,34 8 Srono 89, , Genteng 86,109 82, Glenmore 76, , Kalibaru 73, ,76 181,44 12 Singojuruh 46, ,84 152,63 13 Rogojampi 91, , Kabat 68, ,48 640,94 15 Glagah 30,739 76,28 402,97 16 Banyuwangi 115,313 30, ,18 17 Giri 26,604 20, ,75 18 Wongsorejo 84, ,80 182,78 19 Songgon 51,395 59,89 858,15 20 Sempu 76, ,83 438,58 21 Kalipuro 90, ,03 291,75 21 Siliragung 47,041 95,15 494,38 23 Tegalsari 45,496 65,13 698,54 24 Licin 27, ,25 162,58 Jumlah 1,627, ,50 281,38 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi,Tahun 2013,diolah. Jika dilihat persebaran di setiap kecamatan nampak bahwa terdapat di lima ( 5 ) Kecamatan, Banyuwangi merupakan wilayah terpadat dengan kepadatan sebesar 3.827,18 jiwa/km 2, diikuti oleh Kecamatan Giri sebesar 1.304,75 jiwa/km 2, Kecamatan Genteng sebesar 1.045,77 jiwa/km 2, Kecamatan Rogojampi 893,13 jiwa//km 2 dan Kecamatan Gambiran sebesar 891,34 jiwa/km 2, sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah di Kecamatan Tegaldlimo yaitu sebesar 44,46 jiwa/km 2, Kecamatan

13 Pesanggaran yaitu sebesar 63,57 jiwa/km 2, Kecamatan Singojuruh sebesar 152,63 jiwa/km 2, Kepadatan penduduk per wilayah di Kabupaten Banyuwangi perlu mulai diperhatikan, terutama dalam perencanaan persebaran penduduk, tata ruang dan tata guna tanah. Jika ketiga hal ini tidak diperhatikan dengan baik, maka ke depan, Kabupaten Banyuwangi akan menjadi padat dengan implikasi pada penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan. 2. Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk merupakan angka yang menggambarkan penambahan penduduk yang dipengaruhi oleh pertumbuhan alamiah maupun migrasi penduduk. Angka pertumbuhan penduduk dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah dan struktur penduduk beberapa tahun ke depan. Angka pertambahan penduduk Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada tabel 3. Data penduduk tahun 2012 yang digunakan adalah data Bulan Desember 2012 sedangkan data penduduk tahun 2013 menggunakan data Bulan Desember Pertumbuhan penduduk yang dihitung merupakan pertambahan penduduk dalam kurun waktu satu tahun. Tabel 3 : Angka Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013 Angka Pddk Tahun 2012 Pddk Tahun 2013 No. Kecamatan Pertambahan n (jiwa) % n (jiwa) % Penduduk Pesanggaran 51,216 3,14 51,030 3,13-0,01 2 Bangorejo 64,486 3,96 64,338 3,95-0,01 3 Purwoharjo 67,757 4,16 67,693 4,16-0,00 4 Tegaldlimo 59,656 3,66 59,646 3,66-0,06 5 Muncar 126,864 7,79 126,713 7,78-0,00 6 Cluring 69,922 4,29 70,072 4,30 0,01 7 Gambiran 59,393 3,64 59,515 3,65 0,01 8 Srono 89,678 5,51 89,394 5,49-0,02

14 9 Genteng 86,144 5,29 86,109 5,29-0,02 10 Glenmore 76,505 4,70 76,267 4, Kalibaru 73, ,804 4,53 0,02 12 Singojuruh 46,008 2,82 46,071 2,83 0,00 13 Rogojampi 91,757 5,63 91,395 5,61-0,02 14 Kabat 68,857 4,23 68,889 4,23 0,00 15 Glagah 30,677 1,88 30,739 1,88 0,00 16 Banyuwangi 115, ,313 7,08 0,00 17 Giri 26,457 1,62 26,604 1,63 0,00 18 Wongsorejo 84,952 5,21 84,957 5,22 0,00 19 Songgon 51,211 3,14 51,395 3,15 0,01 20 Sempu 76,627 4,70 76,678 4,71 0,00 21 Kalipuro 90,241 5,54 90,454 5,55 0,01 22 Siliragung 47,265 2,90 47,041 2,89-0,01 23 Tegalsari 45,623 2,80 45,496 2,79 0,00 24 Licin 27,541 1,69 27,517 1,69-0,00 Jumlah 1,627, ,00 1,627, ,00-0,02 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi,Tahun 2013,diolah. Angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi termasuk berkurang. Selama kurun waktu Desember 2012 sampai dengan Desember 2013, pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi berkurang -0,02 persen. Pertumbuhan Penduduk yang relatif stabil ini sangat menguntungkan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, apabila pertumbuhan penduduk tidak terkendali, maka implikasi dari hal tersebut adalah munculnya berbagai masalah sosial ekonomi seperti kemiskinan, pertumbuhan daerah kumuh, berkurangnya lahan pertanian karena menjadi pemukiman, tuntutan menyediakan fasiltas umum, kriminalitas dan lain sebagainya. Jika dilihat menurut kecamatan, pertumbuhan penduduk yang jumlahnya bertambah terdapat di Kecamatan Kalibaru yaitu 0,02 persen, diikuti Kecamatan Songgon yaitu 0,01 persen, Kecamatan Kalipuro 0,01 persen, Sedangkan Kecamatan mempunyai angka pertumbuhan yang minus yaitu Kecamatan Rogojampi -0,02 persen, Kecamatan Genteng -0,02 persen, Kecamatan Srono persen, Kecamatan Siliragung -0,01 Perubahan ini diduga disebabkan oleh perpindahan penduduk ke tempat yang lain.

15 Khusus untuk Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk bertambah itu diduga disebabkan tingkat kelahiran dan faktor migrasi. B. Penduduk Menurut Karakteristik Demografi 1. Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin Karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin berguna dalam membantu menyusun perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penduduk sesuai dengan kebutuhan kelompok umur masing-masing, baik kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Setiap kelompok umur memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, misalnya kelompok bayi dan balita, mereka lebih membutuhkan asupan gizi yang baik dan perawatan kesehatan. Bagi penduduk perempuan remaja misalnya, mempunyai kebutuhan untuk meningkatkan status kesehatan agar ketika memasuki usia perkawinan tidak terkenai anemia sedangkan kelompok penduduk usia lanjut juga membutuhkan pelayanan berkaitan dengan kesehatan dengan kesehatan dan lain-lain. Tabel. 4. menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Banyuwangi sebagian besar merupakan penduduk usia produktif yaitu pada kelompok umur antara tahun (72,11%) dengan komposisi terbesar berada pada penduduk berumur tahun. Demikian pula dengan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, nampak bahwa penduduk laki-laki yang terbesar berada pada kelompok umur tahun, sedangkan penduduk perempuan berada pada kelompok umur tahun. Kondisi ini sangat menguntungkan karena sebagian besar (diatas 50%) merupakan penduduk usia kerja (usia produktif), dan sisanya sebanyak 21,55 persen merupakan penduduk usia muda (berusia dibawah 15 tahun) dan 6,35 persen merupakan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas).

16 Tabel 4. Jumlah dan Proporsi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi, Tahun Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan L+P n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,904 3 >75 23, , ,635 3 jumlah 827, , ,627, Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013, diolah. Penduduk berusia kurang dari 15 tahun sukup besar pula yaitu seperlima penduduk Kabupaten Banyuwangi (20,09%).Hal ini harus menjadi perhatian karena 5 tahun mendatang kelompok ini akan menjadi tambahan tenaga kerja baru, yang memerlukan skill dan kualitas SDM yang memadai baik ketrampilan maupun etos kerja dan kepribadian. Untuk memperoleh hal tersebut, diperlukan asupan gizi yang cukup, pendidikan yang memadai serta lingkungan pergaulan yang cukup, baik di rumah maupun di masyarakat. Sehingga ketika mereka memasuki pasar kerja, mampu memperoleh peluang kerja yang tersedia. Disisi yang lain pemerintah Kabupaten banyuwangi harus mampu pula menciptakan pasar kerja yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Jika dicermati lebih lanjut, ternyata 5,39 % penduduk Kabupaten Banyuwangi merupakan balita.

17 Kondisi ini menuntut perhatian Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam penanganan penduduk balita terutama dari segi kesehatan dan investasi bidang pendidikan. Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan menurut kelompok umur lima tahunan. Penduduk Kabupaten Banyuwangi menunjukkan struktur umur penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan kelompok umur di atasnya. Pada piramida ini terlihat bahwa jumlah penduduk kelompok umur 0-4 tahun yang terletak pada dasar piramida mulai mengecil. Ini berarti angka kelahiran mulai menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, walaupun dari segi jumlah absolut tidak kecil. Demikian juga dengan jumlah penduduk 5-9 tahun masih terlihat lebar, berarti lima tahun ke depan dibutuhkan fasilitas

18 pendidikan dasar dan menengah yang cukup untuk menampung penduduk kelompok ini. Demikian pula jumlah penduduk pada kelompok tahun menunjukkan jumlah yang paling besar. Diduga penduduk kelompok umur ini adalah kelompok yang lahir pada tahun 1980an yang mulai memasuki usia tersebut. Penduduk lansia (65 tahun ke atas), menunjukkan proporsi yang masih kecil yaitu 9 persen. Namun dimasa depan proporsi penduduk lansia akan terus merambat naik, karena pergeseran umur penduduk serta usia harapan hidup yang semakin meningkat. Pertambahan jumlah penduduk lansia ini harus mulai diantisipasi dari sekarang, karena kelompok ini akan terus membesar di masa depan, sehingga diperlukan kebijakan seperti ketenagakerjaan, kesehatan, pelayanan lansia serta kebutuhan sosial dasar lainnya. 2. Rasio Jenis Kelamin Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Data rasio jenis kelamin ini berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Selain itu, informasi rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen.

19 Tabel. 5. Rasio Jenis Kelamin ( Sex Ratio ), Kabupaten Banyuwangi, Tahun Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah RJK ,743 41,934 87, , ,809 52, , , ,474 61, , , ,235 56, , , ,133 61, , , ,573 64, , , ,589 72, , , ,013 68, , , ,198 68, , , ,467 59, , , ,684 49, , , ,046 38,419 79, , ,162 24,786 49, , ,275 25,881 49,156 89, ,866 23,038 45,904 99,25 >75 23,056 30,579 53,635 75,39 Total 827, ,807 1,627, ,44 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013, diolah. Dari tabel 5 nampak bahwa Rasio Jenis Kelamin (RJK) atau Sex Ratio di Kabupaten Banyuwangi adalah 103,44 yang berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat orang penduduk laki- laki gambaran rasio jenis kelamin Kabupaten Banyuwangi. Namun demikian, jika dilihat dari kelompok umur menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki yang lebih besar berada pada kelompok umur 30 tahun ke atas. Sedangkan jika dilihat pada kelompok umur 0-4 tahun sebesar 109,08 yang artinya terdapat 109 balita berjenis kelamin laki-laki dari 100 balita perempuan. Secara biologis jumlah kelahiran bayi laki-laki pada umumnya lebih besar dibanding dengan kelahiran bayi perempuan, namun bayi laki-laki lebih rentan terhadap kematian dibanding bayi perempuan. Rasio jenis kelamin

20 pada kelompok umur diatas 60 tahun juga menunjukkan penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Ini menunjukkan bahwa teori yang mengatakan bahwa umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki adalah benar, karena secara biologis umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Tabel 6. Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan, di Kabupaten Banyuwangi, Tahun Kecamatan Laki-laki Perempuan n (jiwa) % n (jiwa) % RJK Pesanggaran 26,097 51,14 24,933 48,86 104,66 2 Bangorejo 33,074 51,40 31,264 48,60 105,78 3 Purwoharjo 34,426 50,85 33,267 49,15 103,48 4 Tegaldlimo 30,618 51,33 29,028 48,67 105,47 5 Muncar 65,656 51,81 61,057 48,19 107,53 6 Cluring 35,806 51,09 34,266 48,91 104,49 7 Gambiran 30,531 51,29 28,984 48,71 105,33 8 Srono 45,419 50,80 43,975 49,20 103,28 9 Genteng 44,110 51,22 41,999 48,78 105,02 10 Glenmore 38,577 50,58 37,690 49,42 102,35 11 Kalibaru 37,085 50,24 36,719 49,76 100,99 12 Singojuruh 23,206 50,37 22,865 49,63 101,49 13 Rogojampi 45,908 50,23 45,487 49,77 100,92 14 Kabat 35,070 50,90 33,819 49,10 103,69 15 Glagah 15,198 49,44 15,541 50,56 9, Banyuwangi 57,893 50,20 57, ,82 17 Giri 13,386 50,31 13,218 49,69 101,27 18 Wongsorejo 42,720 50,28 42,237 49,72 101,14 19 Songgon 25,768 51,13 25,627 48,87 100,55 20 Sempu 39,031 50,90 37,647 49,10 103,67 21 Kalipuro 45,899 50,74 44,555 49,26 103,01 22 Siliragung 24,301 51,65 22,740 48,35 106,86 23 Tegalsari 23,450 51,54 22,046 48,46 106,36 No 24 Licin 14,094 51,21 13,423 48,79 104,99 TOTAL 827,323 50,84 799,807 49,16 103,44 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaaten Banyuwangi, Tahun 2013 diolah Jika dilihat menurut wilayah kecamatan, dari Table. 6. terlihat bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio) disetiap kecamatan di atas 100, hanya ada satu kecamatan yang dibawah 100 hal ini berarti bahwa jumlah penduduk lakilaki disetiap kecamatan lebih banyak daripada perempuan. Jika diamati

21 masing-masing wilayah Kecamatan, maka terlihat bahwa Kecamatan Muncar memiliki Rasio jenis kelamin tertinggi yaitu 107,53 diikuti Kecamatan Siliragung sebesar 106,86 sedangkan Rasio jenis kelamin terendah 97,79 terdapat di Kecamatan Glagah. 3. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) Rasio Ketergantungan digunakan untuk melihat hubungan antara perubahan struktur umur penduduk dengan ekonomi secara kasar. Rasio ini melihat seberapa besar beban tanggungan yang harus dipikul oleh penduduk produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk produktif secara ekonomi adalah mereka yang berada pada umur tahun, yang dianggap memiliki potensi ekonomi. Semakin rendah Dependency Ratio, maka semakin rendah pula beban kelompok umur produktif untuk menanggung penduduk usia tidak produktif atau belum produktif. Tabel 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi menurut Umur Muda, Umur Produktif dan Umur Tua, Tahun 2013 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Pddk % (1) (2) (3) (4) (5) 0-14 Tahun (Umur Muda) , Tahun (Umur Produktif) ,76 >=65 Tahun (Umur Tua) ,13 Jumlah Sumber :Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013,diolah. Dari Tabel. 7. nampak bahwa 70,76 persen penduduk Kabupaten Banyuwangi merupakan penduduk Usia produktif (usia kerja) yang berpotensi sebagai modal pembangunan, sedangkan penduduk yang berpotensi sebagi beban yaitu penduduk yang belum produktif (0-14 tahun)

22 sebesar 20,09 persen dan penduduk yang dianggap kurang produktif atau tidak produktif lagi (65 tahun ke atas) sebesar 9,13 persen. Jika diperhatikan menurut jenis kelamin, jumlah penduduk usia produktif laki-laki lebih besar daripada penduduk usia produktif perempuan, terlihat pada kelompok usia lanjut penduduk perempuan yang lebih banyak, sedangkan pada kelompok usia muda terlihat bahwa penduduk perempuan lebih kecil dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Memperhatikan komposisi penduduk menurut kelompok usia muda, usia produktif, dan usia tua yang demikian, diketahui rasio ketergantungan Kabupaten Banyuwangi tahun 2013 sebesar 41,30 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (usia kerja) di Kabupaten Banyuwangi mempunyai tanggungan sekitar penduduk usia non produktif, 28,39 % diantaranya berasal dari kelompok usia muda dan 12,91 % lainnya berasal dari kelompok usia lanjut. Tabel 8. Rasio Ketergantungan Kabupaten Banyuwangi Tahun Jenis Kelamin Umur Produktif Rasio Ketergantungan Muda Tua Total n % n % % Laki-Laki , ,78 40,91 Perempuan , , L+P , ,91 41,20 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013,diolah Rasio ketergantungan total Kabupaten Banyuwangi jika dirinci menurut jenis kelamin, nampak bahwa angka beban tanggungan laki-laki lebih kecil daripada perempuan, tetapi pada usia lanjut angka beban tanggungan perempuan menjadi lebih tinggi daripada laki-laki. Perempuan yang berusia lanjut terus bertambah dan jumlahnya melebihi laki-laki karena usia perempuan relatif lebih panjang.

23 C. Komposisi Penduduk menurut Karakteristik Sosial 1. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan semakin baik kualitas SDM di wilayah tersebut. Namun ukuran ini masih harus ditambah dengan etos kerja dan ketrampilan baik hard skill maupun soft skill. Beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa yang dibutuhkan tidak saja ketrampilan tetapi juga kepribadian, karena ketrampilan bisa ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan. Tamat sekolah didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang telah berhasil diselesaikan oleh seseorang dengan dibuktikan adanya ijazah atau surat tanda tamat belajar. Tetapi jika menggunakan ukuran menurut jenjang tertinggi merupakan jenjang atau kelas tertinggi yang pernah ditempuh oleh seseorang. Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Kabupaten Banyuwangi, Tahun Laki-Laki No Jenjang pendidikan Perempuan Jumlah n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) % 1 Tidak/Belum Sekolah 114, , , Belum Tamat SD/Sederajat 73, , , Tamat SD/Sederajat 290, , , SLTP/Sederajat 158, , , SLTA/Sederajat 155, , , Diploma I/II 3, , , Akademi/Diploma III/SARMUD 7, , , Diploma IV/Strata I 22, , , Strata II 1, , Strata III Jumlah 827, , ,627,

24 Data SIAK menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan relatif masih rendah. Lebih dari sepertiga penduduk Kabupaten Banyuwangi (37,26%) tamat SD/Sederajat. Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase penduduk yang tamat SD/Sederajat penduduk perempuan lebih tinggi dibanding penduduk laki-laki, sedangkan penduduk yang tamat SLTA/Sederajat untuk penduduk laki-laki (19,14%) lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan(14,70%). Sedangkan persentase penduduk yang tamat SLTP/Sederajat untuk perempuan hampir sama dengan persentase penduduk laki-laki selisih (1%). 2. Komposisi Penduduk menurut Agama Informasi tentang jumlah penduduk berdasarkan agama diperlukan untuk merencanakan penyediaan sarana dan prasarana peribadatan serta merencanakan suatu program kegiatan yang berkaitan dengan kerukunan antar umat beragama. Penduduk Kabupaten Banyuwangi pada umumnya memeluk agama Islam (77,32 persen), disusul kemudian pemeluk agama Kristen dan Katholik (22,29 persen). Sedangkan Hindu, Budha dan Konghucu serta aliran kepercayaan masih sangat sedikit (0,39 persen). Tabel 10. Prosentase Penduduk Menurut Agama Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 N0 Kecamatan Islam Kristen A G A M A Katolik Hindu Budha Konghucu Penghayat Kepercayaa Jumlah n % n % n % n % n % n % n n % 1 Pesanggaran 46,106 90,35 1,443 2, ,21 2,289 4, , ,31 4 0,00 51,030 2 Bangorejo 60,352 93, , ,43 2,783 4, , ,17 4 0,00 64,338 3 Purwoharjo 61,382 90, , ,45 4,012 5, , ,30 2 0,00 67,693 4 Tegaldlimo 54,077 90, , ,20 4,188 7, , , ,646 5 Muncar 123,272 97,28 1,016 0, ,30 1,789 1, , ,12 5 0,00 126,713 6 Cluring 69,030 98, , , , , , ,01 70,072 7 Gambiran 56,198 94,42 1,704 2, , ,06 1,197 2, , ,03 59,515 8 Srono 88,177 98, , , , , ,424 9 Genteng 83,512 96,98 1,235 1, , , , , ,01 86,109

25 10 Glenmore 74,233 97,33 1,172 1, , , , , , Kalibaru 73,195 99, , , , , ,22 2 0,00 73, Singojuruh 45,821 99, , , ,02 5 0, , , Rogojampi 87,700 95, , ,35 1,766 1, , , , Kabat 68,550 99, , , ,05 4 0, , , Glagah 30,407 98, , , , ,07 5 0, , Banyuwangi 109,918 95,32 2,768 2,40 1,132 0, , , ,35 1 0,00 115, Giri 26,051 97, , , , , , , Won gsorejo 84,328 99, , , , , , , songgon 50,953 99, , , , ,02 8 0, , Sempu 75,475 98, , , , , , , Kalipuro 88,088 97, , , , , , , Siliragung 41,815 91,90 1,708 3, ,04 1,927 4,23 4 0, , ,02 45, Tegalsari 42,659 90, , ,17 3,867 8, , ,27 6 0,01 47, Licin 27,422 99, , ,06 5 0,01 6 0, , ,517 JUMLAH 1,568,721 96,41 18,692 1,14 5,494 0,33 25,758 1,58 4,504 0, , ,00 1,627,130 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013, diolah. Jika dikaitkan dengan wilayah kecamatan, maka agama islam mendominasi semua wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Kecamatan Muncar merupakan wilayah pemeluk agama Islam terbesar yaitu jiwa, diikuti Kecamatan Banyuwangi yaitu jiwa, dan Kecamatan Srono yaitu jiwa. Sedangkan sebaran agama Islam terkecil berada di Kecamatan Giri yaitu jiwa. Agama kedua terbesar setelah Islam yang tersebar disetiap kecamatan adalah agama Hindu. Kecamatan Purwoharjo dan Kecamatan Tegaldimo merupakan wilayah dengan agama Hindu terbesar disusul pemeluk agama Kristen, karena Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten yang didominasi agama islam, maka sedikit yang menganut agama Katolik, Budha, Konghucu dan Penghayat Kepercayaan. 3. Komposisi Penduduk Menurut Status Perkawinan Informasi tentang struktur perkawinan penduduk pada waktu tertentu berguna bagi para penentu kebijakan dan pelaksana program kependudukan. Terutama dalam hal pembangunan keluarga, kelahiran dan upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga. Dari informasi penduduk berstatus kawin, Umur Perkawinan Pertama, lama kawin akan berguna untuk mengestimasi angka kelahiran yang akan terjadi.

26 Umur perkawinan pertama misalnya berkaitan dengan lamanya seseorang perempuan beresiko untuk hamil dan melahirkan. Perkawinan umur dini juga akan berakibat pada besarnya angka perceraian, ketidaksiapan orang tua untuk pengasuhan anak serta kurang matangnya perempuan menjalankan tugas dan fungsinya dalam rumah tangga. Tabel 11: Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Status kawin, Kabupaten Banyuwangi Tahun Kel STATUS KAWIN Total Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Umur n % n % n % n % n % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,904 3 >= , , ,635 3 Jumlah 433, ,093, , , ,627, Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013, diolah. Tabel.11. menyajikan komposisi penduduk menurut status kawin di Kabupaten Banyuwangi. Tabel tersebut menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Banyuwangi didominasi oleh penduduk berstatus kawin yakni 67,20 persen. Jika dikaitkan dengan umur nampak bahwa proporsi penduduk yang berstatus belum kawin pada kelompok umur tahun cukup tinggi, sedangkan yang berstatus kawin proporsi tertinggi pada kelompok umur tahun. Banyaknya proporsi penduduk muda yang belum kawin diduga disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk yang berada pada umur sekolah ditambah dengan mereka yang berstatus bekerja.

27 Menarik untuk diperhatikan adalah mereka yang berstatus cerai baik cerai hidup maupun cerai mati. Proporsi penduduk yang berstatus cerai hidup lebih banyak berada pada umur tahun, sementara penduduk yang berstatus cerai mati lebih banyak berada pada kelompok umur di atasnya yakni 55 tahun ke atas. Penduduk berumur muda yang cerai hidup biasanya segera melakukan perkawinan kembali sehingga proporsi mereka lebih rendah dibandingkan dengan penduduk yang berstatus cerai mati. Rata-Rata Umur Kawin Pertama Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas. Umur kawin pertama mempunyai korelasi negatif dengan tingkat fertilitas seorang perempuan, artinya semakin tua umur kawin pertama perempuan, maka semakin kecil potensi perempuan tersebut untuk melahirkan banyak anak. Hal ini terjadi karena semakin tinggi umur kawin pertama seorang perempuan, maka semakin pendek masa usia suburnya dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat fertilitas perempuan tersebut. Tabel 12: Penduduk Rata-Rata Usia Kawin Pertama, Kabupaten Banyuwangi Tahun N0 KECAMATAN RATA-RATA USIA KAWIN PERTAMA PEREMPUAN LAKI LAKI 1 Pesanggaran Bangorejo Purwoharjo Tegaldlimo Muncar Cluring Gambiran Srono Genteng Glenmore Kalibaru Singojuruh 23 29

28 13 Rogojampi Kabat Glagah Banyuwangi Giri Won gsorejo Songgon Sempu Kalipuro Siliragung Tegalsari Licin Jumlah Rata-Rata Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah. Angka perkawinan umur pertama masing-masing kecamatan sebagaimana pada tabel 12, sehingga dapat dilihat rata-rata perkawinan umur pertama di Kabupaten Banyuwangi adalah perempuan 24 tahun dan laki-laki 30 pada tahun 2013 (Angka ini diperoleh dari data SIAK terolah). 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kecacatan Informasi tentang banyaknya penduduk penyandang cacat dan jenis kecacatannya sangat diperlukan dalam memberikan program pelayanan publik yang ramah penyandang cacat. Selama ini perhatian pemerintah dianggap kurang dan masih banyak perlakuan diskriminatif dalam pelayanan publik kepada kelompok ini. Informasi jumlah penyandang cacat terutama cacat fisik dapat digunakan untuk dasar perencanaan pembangunan berbagai fasilitas umum yang ramah penyandang cacat, pelayanan fasilitas pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja dan lain sebagainya. Data SIAK mencakup data tentang penyandang cacat ini.

29 Tabel : 13. Jumlah dan Prosentase Penduduk Menurut Jenis Kecacatan, Kabupaten Banyuwangi Tahun PENYANDANG CACAT Catat Fisik Cacat Netra/Buta Cacat Rungu/Wicara Cacat Mental/Jiwa Cacat Fisik dan Mental Cacat Lainya Jumlah LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL n % n % n % 150 0, , , , , , , , , , , , ,01 1 0, , ,00 6 0, , , , Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah. Pada Tabel. 13. terlihat bahwa jumlah penduduk penyandang cacat di Kabupaten Banyuwangi tidak terlalu besar yaitu 740 jiwa, jika dibandingkan dengan jumlah seluruh penduduk Kabupaten Banyuwangi yaitu jiwa. (0,04%), Meskipun proporsinya kecil, penduduk penyandang cacat tetap harus menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk tetap memberikan pelayanan sosial bagi mereka seperti pendidikan, kesehatan, fasilitas layanan umum lainnya. Dilihat dari jenis kecacatan, jumlah terbesar adalah penyandang cacat fisik yaitu 241 orang, diikuti penyandang cacat tuna netra/buta sebesar 164 orang, dan terkecil adalah penyandang cacat Fisik dan Mental dan catat lainya 20 orang. Jika dikaitkan dengan jenis kelamin, maka penyandang cacat terbesar adalah penduduk berjenis kelamin laki-laki dengan jenis kecacatan adalah cacat fisik yaitu sebesar 150 orang, diikuti cacat mental/jiwa yaitu 119 orang. Hal yang sama juga terjadi pada penyandang cacat perempuan yaitu sebesar 91 orang adalah penyandang cacat fisik dan 79 orang penyandang cacat tuna netra/buta.

30 D. Keluarga Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil dalam kehidupan. Data keluarga menjadi penting untuk menyusun berbagai program pembangunan seperti peningkatan ekonomi, penghasilan dan penanganan kemiskinan dan lain sebagainya. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat merupakan tempat pertama dan utama dalam tumbuh kembang anak, baik dari sisi fisik, pembentukan karakter dan pengembangan intelektual. Oleh sebab itu perencanaan keluarga menjadi penting, tidak hanya jumlah anggota keluarga tetapi juga kualitasnya. 1. Jumlah Keluarga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga Keluarga dibentuk dari sekelompok orang yang terikat dan mempunyai hubungan kekerabatan karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Unit keluarga menjadi hal penting untuk berbagai intervensi seperti penanganan kemiskinan, keluarga berencana, kesehatan dan lain sebagainya. Keluarga terbagi menjadi dua yaitu keluarga inti/batih (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Besarnya jumlah anggota keluarga biasanya digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan keluarga, dimana semakin kecil jumlah anggota keluarga diasumsikan akan semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Tabel 14 : Jumlah Penduduk, Jumlah Keluarga, dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga, Kabupaten Banyuwangi Tahun J u m l a h Rata-Rata No. Kecamatan Penduduk Kepala Keluarga Anggota n % n % Keluarga 1 Pesanggaran 51, , Bangorejo 64, , Purwoharjo 67, , Tegaldlimo 59, , Muncar 126, , Cluring 70, ,

31 7 Gambiran 59, , Srono 89, , Genteng 86, , Glenmore 76, , Kalibaru 73, , Singojuruh 46, , Rogojampi 91, , Kabat 68, , Glagah 30, , Banyuwangi 115, , Giri 26, , Wongsorejo 84, , Songgon 51, , Sempu 76, , Kalipuro 90, , Siliragung 47, , Tegalsari 45, , Licin 27, , Jumlah 1,627, , Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah. Jumlah keluarga di Kabupaten Banyuwangi sebanyak keluarga yang terbesar tersebar di 4 kecamatan. Kecamatan Muncar memiliki jumlah keluarga terbesar yaitu keluarga (7,49%) kemudian disusul oleh kecamatan Banyuwangi sebanyak keluarga (6,80%), Kecamatan Rogojampi sebanyak keluarga (6,27%), dan Kecamatan Srono sebanyak keluarga (5,76%). Sedangkan jumlah keluarga terkecil berada di Kecamatan Giri yaitu keluarga (1,74%). Rata-rata jumlah anggota keluarga di Kabupaten Banyuwangi sebanyak 2,85 per keluarga. Ini menunjukkan bahwa keluarga di Banyuwangi lebih banyak merupakan keluarga inti dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 2-3 orang. Bila diperhatikan menurut kecamatan, rata-rata jumlah anggota keluarga di setiap Kecamatan juga terdiri dari 2-3 orang per keluarga.

32 3. Status Hubungan dengan Kepala Keluarga. Tabel 15 Jumlah Penduduk Berdasarkan Status Hubungan dengan Kepala Keluarga, Kabupaten Banyuwangi Tahun Status Hubungan Laki-Laki dan Laki-Laki Perempuan Dengan Kepala Perempuan Keluarga n % n % n % Kepala Keluarga 485, , , Suami Istri , , Anak 312, , , Menantu 2, , , Cucu 10, , , Orang Tua 2, , , Mertua 1, , , Famili Lain 9, , , Pembantu , , Lainnya 2, , , Jumlah 827, , ,627, Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah. Status hubungan anggota keluarga dengan kepala keluarga diperlukan untuk melihat komposisi anggota keluarga, pola pengaturan tempat tinggal dan pola pengasuhan anak. Dari Tabel. 15. nampak bahwa kepala keluarga laki-laki umumnya mempunyai pasangan/isteri yaitu dari kepala keluarga laki-laki (58,68%) yang mempunyai isteri sebanyak orang (54,24%), sedangkan dari kepala keluarga perempuan (10,74%) hanya 221 orang (0,25%) saja yang bersuami. Hal ini menunjukkan bahwa kepala keluarga perempuan pada umumnya berstatus lajang baik mereka yang belum pernah kawin maupun mereka yang berstatus janda. Perempuan berstatus kepala keluarga ini perlu mendapat perhatian lebih, karena pada umumnya keluarga yang dikepalai oleh kepala keluarga perempuan mempunyai tingkat kesejahteraan lebih rendah dibandingkan keluarga yang dikepalai oleh laki-laki. Adapun proporsi anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah yang berstatus menantu, cucu, orang tua, mertua, dan famili lain menunjukkan

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2014

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2014 PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya perubahan kearah yang lebih baik. Untuk melakukan pembangunan diperlukan suatu

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2015

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2015 PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2015 Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Banyuwangi 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya perubahan kearah

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya perubahan ke arah yang lebih baik. Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang memperhatikan kependudukan sebagai titik sentral

Lebih terperinci

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016 LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 9 Tahun 206 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 206 KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Serang, Maret 2016 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SERANG TTD

KATA PENGANTAR. Serang, Maret 2016 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SERANG TTD KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan buku Data Kependudukan Tahun 2015. Buku

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I. : PERATURAN DAERAH BANYUWANGI NOMOR : 04 Tahun 205 TANGGAL : 22 JULI 205 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang B A B I P E N D A H U L U A N Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Pasal 17 menyebutkan bahwa perkembangan kependudukan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PROGRES PENGEMBANGAN SANITASI SAMPAI SAAT INI. Tabel 1.1 Capaian Tingkat Pelayanan Sanitasi Sampai Akhir Tahun 2013

EXECUTIVE SUMMARY PROGRES PENGEMBANGAN SANITASI SAMPAI SAAT INI. Tabel 1.1 Capaian Tingkat Pelayanan Sanitasi Sampai Akhir Tahun 2013 EXECUTIVE SUMMARY Memorandum Program Sanitasi Tahunan ( Tahunan) adalah merupakan komitmen jangka pendek/tahunan yang mengacu kepada Memorandum Program Sanitasi () jangka menengah/5 tahunan yang sudah

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 3 /KEP/429.011/2016 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012.

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012. KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 8 /KEP/429.011/2012 TENTANG UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 18 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUTAKHIRAN DATA KEPENDUDUKAN UNTUK PEMBANGUNAN DATABASE KEPENDUDUKAN BERBASIS NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi.

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi. KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/ 5 /KEP/429.011/2012 TENTANG NOMOR REKENING BENDAHARA PENGELUARAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012 BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Keadaan Geografis. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara sampai

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Keadaan Geografis. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara sampai III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Keadaan Geografis Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara 110 0 9 48.02 sampai 110 0 58 37.40 Bujur Timur dan 5 0 43 20.67 sampai 6 0 74 25.83 Lintang Selatan.

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN BUPATI TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI

MEMUTUSKAN : PERATURAN BUPATI TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014 PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014 Drs. YOHANES JHON, MM SEKRETARIS DAERAH Bupati Sekadau Simon Petrus, S.Sos, M.Si, Wakil Bupati Sekadau Rupinus, SH, M.Si, Kepala Biro Dukcapil Drs. Sopiandi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/487/KEP/ /2015 TENTANG BUPATI BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/487/KEP/ /2015 TENTANG BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN NOMOR: 188/487/KEP/429.011/2015 TENTANG PADA SEKOLAH DASAR, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA/NEGERI Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia, dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/56/KEP/429.011/2017 TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Oleh : Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada

Lebih terperinci

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/365/KEP/429.011/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DISTRIBUSI PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk per Kecamatan

Jumlah Penduduk per Kecamatan Jumlah Penduduk per Kecamatan Kecamatan Pria Wanita Jumlah Kode Nama n % n % n % 1 33.72.01 LAWEYAN 48.879 17.93% 50.923 18,16% 99.802 18,05% 2 33.72.02 SERENGAN 26.320 9.66% 27.453 9,79% 53.773 9,73%

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/55/KEP/429.011/2016 TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN LEMBAGA LAINNYA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

Rupinus, SH, M.Si Rupinus, SH, M.Si Aloysius, SH, M.Si Ignasius Boni, SH, MH

Rupinus, SH, M.Si Rupinus, SH, M.Si Aloysius, SH, M.Si Ignasius Boni, SH, MH Bupati Sekadau Rupinus, SH, M.Si saat pembukaan Sosialisasi Kebijakan Kependudukan Penuntasan Perekaman Biometrik KTP-EL, Akta Kelahiran 0-18 Tahun dan Pemberian Kartu Identitas Anak (KIA) Bupati Sekadau

Lebih terperinci

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2017.

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2017. BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/184/KEP/429.011/2017 TENTANG PENUNJUKAN PETUGAS OPERATOR ENTRY DATA KEPENDUDUKAN DALAM PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Sumber : Dinas CIPTARU Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan A. Kondisi Geografis Kecamatan Jepara merupakan salah satu wilayah administratif yang ada di Kabupaten Jepara,

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 Drs. YOHANES JHON, MM SEKRETARIS DAERAH Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Salinan

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Salinan BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Salinan KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/3/KEP/429.011/2017 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGGUNA ANGGARAN, KUASA PENGGUNA ANGGARAN, BENDAHARA PENERIMAAN, BENDAHARA

Lebih terperinci

85 DESA TERHUBUNG FIBER OPTIK SISTEM INFORMASI PERENCANAAN & KEUANGAN Rancangan Mei RKP MUSRENBANGNAS RPJMD Apr Prioritas pemb, Pagu indiakatif berdasar fungsi SKPD, sumber dana & Wilayah kerja Rancangan

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan RAPAT KOORDINASI PERSIAPAN MUSRENBANGCAM 2016 JUM AT, 12 PEBRUARI 2016 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Drs. H. Agus Siswanto,

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI MODUL ONLINE 20.11 INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI FERANI MULIANINGSIH PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 i A. PENDAHULUAN Materi-materi pembelajaran

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go ii Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 ISBN : 978-979-064-314-7 No. Publikasi: 04000.1109 Katalog

Lebih terperinci

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN KEPUTUSAN NOMOR 188/486/KEP/429.011/2015 TENTANG PADA SEKOAH DASAR, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA/NEGERI Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI 2014 STATISTIK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI 2014 ISSN : 2356-3842 No. Publikasi : 351004.002 Katalog BPS : 1101002.3510 Ukuran Buku : 8,27 inci x 11,69 inci Jumlah

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SILIRAGUNG 2013 Katalog BPS : 1101002.3510011 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + 14 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan Siliragung Badan

Lebih terperinci

Ditetapkan di Banyuwangi Pada tanggal 1 Oktober 2015 BUPATI BANYUWANGI. ttd H. ABDULLAH AZWAR ANAS

Ditetapkan di Banyuwangi Pada tanggal 1 Oktober 2015 BUPATI BANYUWANGI. ttd H. ABDULLAH AZWAR ANAS SALINAN KEPUTUSAN NOMOR: 88/482/KEP/429.0/205 TENTANG PENETAPAN PENERIMA DAN BESARAN ALOKASI DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN UNTUK PENGADAAN ALAT PRAKTIK DAN PERAGA SISWA BERUPA ALAT LABORATORIUM

Lebih terperinci

MASALAH PERNIKAHAN ANAK DI BAWAH 18 TAHUN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Mahmudah Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi

MASALAH PERNIKAHAN ANAK DI BAWAH 18 TAHUN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Mahmudah Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi MASALAH PERNIKAHAN ANAK DI BAWAH 18 TAHUN DI KABUPATEN BANYUWANGI Mahmudah Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi Abstrak Pendekatan penelitian dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/923/KEP/ /2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/923/KEP/ /2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/923/KEP/429.011/2012 TENTANG PENETAPAN PENERIMA DAN ALOKASI DANA HIBAH UNTUK KEGIATAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH JENJANG SEKOLAH LANJUTAN

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.3510071 STATISTIK DAERAH KECAMATANTEGALSARI 2015 Katalog BPS : 1101002.3510071 Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : vi + 16 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/220/KEP/429.011/2014 TENTANG PENUNJUKAN PETUGAS OPERATOR DAN OPERATOR PEMBANTU ENTRY DATA KEPENDUDUKAN DALAM PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA JENJANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, SEKOLAH DASAR, DAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a. bahwa sebagai implikasi pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2016

BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a. bahwa sebagai implikasi pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2016 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188 /69/ 429.011 /2017 TENTANG LOKASI SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 3.1. Pengertian Demografi Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara, maka perlu didalami kajian demografi.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/247/KEP/ /2013 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/247/KEP/ /2013 TENTANG BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/247/KEP/429.011/2013 TENTANG PENUNJUKAN PETUGAS OPERATOR DAN OPERATOR PEMBANTU ENTRY DATA KEPENDUDUKAN DALAM PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung Tabel 2.17. Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam No Jenis Bencana Alam Kecamatan 1 Potensi Tanah Longsor Tretep, Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Jumo, Bansari, Kledung, Kaloran, Kranggan,

Lebih terperinci

ANALISA POTENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN * Bambang Wicaksono ABSTRACT

ANALISA POTENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN * Bambang Wicaksono ABSTRACT ANALISA POTENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2006 * Bambang Wicaksono ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk menginvestasikan potensi potensi penerimaan pajak daerah yang sudah tergali

Lebih terperinci

Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk dan Tenaga Kerja Tabel/Table : 4.1.1 Luas Wilayah, Prosentase Luas terhadap Luas Kabupaten, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Hasil Proyeksi Penduduk Akhir Tahun Menurut Kecamatan Thn 2010 Total Area, Prosentage of

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

S K P D. hal : 1 T O T A L REALISASI SISA ANGGARAN BELANJA TDK LGS / GAJI PEGAWAI ( APBD ) ANGGARAN % REALISASI % REALISASI REALISASI UP S.

S K P D. hal : 1 T O T A L REALISASI SISA ANGGARAN BELANJA TDK LGS / GAJI PEGAWAI ( APBD ) ANGGARAN % REALISASI % REALISASI REALISASI UP S. hal : 1 REKAPITULASI SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D) S.D TGL 09 APRIL 2015 SETELAH TERBITNYA PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 41 TAHUN 2014 TANGGAL 23 DESEMBER 2015 TENTANG PENJABARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Kabupaten OKU Selatan merupakan pemekaran dari. Kabupaten Ogan Komering Ulu, terbentuknya Kabupaten OKU

GAMBARAN UMUM. Kabupaten OKU Selatan merupakan pemekaran dari. Kabupaten Ogan Komering Ulu, terbentuknya Kabupaten OKU ` GAMBARAN UMUM Kabupaten OKU Selatan memiliki geografis perbukitan dengan luas 549.394 Ha yang terdiri dari 19 Kecamatan dan 259 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 mencapai 320.290

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN Kondisi lingkungan sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Jumlah penduduk yang semakin tinggi memberikan tekanan yang cukup

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji dan Syukur kita Panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017 ini

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

Rata-rata Kelembaban Udara ( % ) The Average of Humidity (%) (1) (2) (3) (4) 01. Januari/January ,1 152,3

Rata-rata Kelembaban Udara ( % ) The Average of Humidity (%) (1) (2) (3) (4) 01. Januari/January ,1 152,3 Tabel/Table : 2.1 Kelembaban Udara, Tekanan Udara dan Penguapan Air Dirinci Menurut, 2010 The Average of Humidity, Atmospheric Pressure and Evaporation of Water by, 2010 Kelembaban Udara ( % ) The Average

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit.

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit. BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN Deskripsi Kota Yogyakarta a. Geografi Luas wilayah Kota Yogyakarta kurang lebih hanya 1,02 % dari seluruh luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 32, km2. Terbagi

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

PENDUDUK LANJUT USIA

PENDUDUK LANJUT USIA PENDUDUK LANJUT USIA Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

KATALOG BPS:

KATALOG BPS: KATALOG BPS: 1101002.190 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GIRI 2013 Katalog BPS : 1101002.3510190 Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : vi + 14 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan

Lebih terperinci

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya PENDAHULUAN Studi demografi menekankan tiga fenomena perubahan penduduk, yakni: 1. Dinamika Penduduk (Population

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

ta ko :// tp ht m ob o. id s.g bp a. uk ot ag ta ko :// tp ht m ob o. id s.g bp a. uk ot ag STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTAMOBAGU UTARA 216 ISBN : 62-17-361-2 No. Publikasi : 71746.1619 Katalog : 1112.71744

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan kependudukan adalah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

VISI. Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan.

VISI. Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan. VISI Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan. MISI 1. Meningkatkan peluang ekonomi dan lapangan kerja untuk kemandirian dan kesejahteraan masyarakat di

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pelayanan Publik menurut Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/Kep/M.PAN/7/2003 adalah segala kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat

Lebih terperinci

Analisis Pengembangan Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di Kabupaten Banyuwangi

Analisis Pengembangan Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di Kabupaten Banyuwangi Analisis Pengembangan Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di Kabupaten (Analysis of Regional Development SubDistricts as The Economic Growth and of Service Center in ) Vika

Lebih terperinci