PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015"

Transkripsi

1 PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015

2

3

4

5 Drs. YOHANES JHON, MM SEKRETARIS DAERAH

6 Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sekadau Ignasius Boni, SH, MH saat menandatangani dokumen kependudukan pada kegiatan pelayanan langsung di Desa Peniti Kecamatan Sekadau Hilir. Stand Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sekadau saat HUT Pemda Kabupaten Sekadau membuka pelayanan perekaman biometrik KTP-el dan Pencetakan KTP-el.

7 saat pelayanan langsung di Desa Pantok Kecamatan Nanga Taman. Suasana pelayanan langsung di Desa Cenayan Kecamatan Nanga Mahap.

8 Proses penerbitan dokumen kependudukan saat pelayanan langsung di Desa Pantok Kecamatan Nangan Taman.

9 Sambutan Bupati Sekadau Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Kuasa, karena kita masih diberikan kesehatan dan kekuatan dalam melaksanakan tugas. Ucapan terima kasih kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah dapat menyelesaikan penyusunan buku Profil Kependudukan Kabupaten Sekadau Tahun Dengan tersusunnya buku Profil Kependudukan Kabupaten Sekadau ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sekadau maupun seluruh stakeholder yang berkepentingan dalam Perencanaan Pembangunan dan Pengambilan Kebijakan serta dapat memberikan gambaran tentang kondisi kependudukan, yang meliputi kuantitas penduduk, kualitas penduduk, mobilitas penduduk dan persebaran penduduk guna membangun Kabupaten Sekadau untuk menjadi lebih baik. Hal ini juga terkait akan isu yang sangat strategis dan bersifat lintas sektor dan multi aspek, oleh karena itu i

10 pengintegrasian berbagai aspek kependudukan ke dalam perencanaan pembangunan dan bagaimana pembangunan kependudukan itu sendiri akan dicapai menjadi pekerjaan besar yang harus diwujudkan. Kebijakan pembangunan kependudukan menjadi prioritas agar ke depan nanti pengelolaan perkembangan kependudukan dapat diwujudkan keseimbangan yang serasi antara kuantitas dan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas penduduk dan penataan persebarannya yang didukung oleh upaya-upaya perlindungan dan pemberdayaan penduduk. Akhirnya, saya mengucapkan selamat kepada semua pihak yang telah ikut memberikan pemikiran dalam penyusunan buku ini, semoga dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi kita semua. Sekadau, Juli 2016 BUPATI SEKADAU RUPINUS, SH, M.Si ii

11 KATA PENGANTAR Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia Nya penyusunan Buku Profil Kependudukan telah dapat terselesaikan. Profil Kependudukan ini merupakan salah satu media Sistem Informasi mengenai potret hasil pengolahan data kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sekadau. Buku Profil Kependudukan ini berisi dan menyajikan tentang administrasi kependudukan yang meliputi proses pelayanan pendaftaran penduduk, pencatatan sipil dan pengolahan informasi administrasi kependudukan. Dengan disusunnya Profil Kependudukan ini diharapkan dapat dijadikan salah satu media informasi bagi masyarakat. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Profil Kependudukan ini, tentu masih terdapat kelemahan maupun kekurangan, baik dari teknik penyampaian maupun penyajian materi. Untuk itu kami senantiasa mengharapkan masukan, dukungan dan kritik guna penyempurnaan penyusunan dan pembuatan Buku Profil Kependudukan ke depan. iii

12 Akhirnya disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Buku Profil Kependudukan ini. Sekadau, Juli 2016 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU IGNASIUS BONI, SH, MH PEMBINA TK I NIP iv

13 DAFTAR ISI Halaman SAMBUTAN BUPATI SEKADAU... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii v vii ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkap... 4 D. Pengertian Umum... 5 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SEKADAU A. Letak Geografis B. Visi C. Misi BAB III SUMBER DATA DAN KOMPONEN KEPENDUDUKAN. 19 A. Sumber Data B. Komponen Kependudukan v

14 BAB IV KEPEMILIKAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN A. Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk B. Kepemilikan Akta Perkawinan C. Kepemilikan Akta Kelahiran BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran vi

15 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Distribusi Penduduk Kabupaten Sekadau berdasarkan Jenis Kelamin dan Kecamatan Luas Wilayah Kabupaten Sekadau Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Berdasarkan Tahapan Usia Sekolah Jumlah Penduduk Menurut Umut dan Rasio Jenis Kelamin Struktur Umur Penduduk Usia Produktif Distribusi Penduduk menurut Pendidikan Jumlah Penduduk menurut Pendidikan dan Kecamatan Distribusi Penduduk menurut Agama dan Kecamatan Distribusi Penduduk menurut Status Kawin, Jenis Kelamin dan Kecamatan Jumlah Keluarga dan Rata-rata Jumlah Anggota Keluarga.. 42 vii

16 12. Jumlah Kepemilikan KTP dan Wajib KTP Jumlah Kepemilikan Akta Perkawinan non Muslim Jumlah Kepemilikan Akta Perkawinan Seluruh Warga Jumlah Kepemilikan Akta Kelahiran Jumlah Kepemilikan Akta Kelahiran Kelompok Umur viii

17 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN SEKADAU GRAFIK JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN KEPADATAN PENDUDUK /km² PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN SEKADAU ix

18 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan terus terjadinya perubahan dan dinamika perkembangan penduduk, maka keadaan yang demikian itu menuntut pengembangan sistem administrasi kependudukan. Undang undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah ditegaskan bahwa dalam penyelenggaraan otonomi daerah, daerah mempunyai kewajiban pengelolaan Administrasi Kependudukan. Administrasi Kependudukan dibutuhkan sebagai data informasi pertambahan dan perkembangan penduduk serta sebarannya guna perencanaan pembangunan di daerah. Data Informasi yang akurat sebagai bahan pertimbangan yang objektif dalam menetapkan suatu kebijakan dalam perencanaan dan strategi pembangunan kedepan serta evaluasi dimasa lalu. Pelaksanaan pembangunan yang semakin meningkat membawa dampak dari adanya pertambahan penduduk, untuk diketahui keadaan penduduk dan persebaran dengan berbagai kualitas yang dimiliki diharapkan pemerintah Halaman 1

19 daerah dapat mengambil kebijakan dan langkah langkah strategis yang jelas dan teratur dalam penyusunan perencanaan pembangunan dan anggaran. Penyusunan pelaksanaan kebijakan dan program program pembangunan yang baik memerlukan dukungan dan kerja sama yang baik pula antara kecamatan yang ada di daerah Kabupaten Sekadau sehingga ketersediaan data yang lebih akurat, terkini/tepat waktu, relevan, komprehensif, konsisten dan berkesinambungan. Hal ini juga berlaku untuk data kependudukan sebagai dasar penyusunan kebijakan kependudukan baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, sehingga diharapkan pendayagunaan data SIAK akan dapat dilakukan secara optimal, akurat dan mutahir dalam rangka mendukung pembangunan nasional dan pembangunan daerah. Pertumbuhan penduduk sangat berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek aspek dan komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan dan aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu pemerintah daerah khususnya pemerintah daerah Kabupaten Sekadau dalam mengembangkan program Halaman 2

20 pembangunan kependudukan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tepat sasaran. Kesejahteraan masyarakat menjadi latar belakang dalam penyusunan Profil Kependudukan Kabupaten Sekadau. B. TUJUAN Tujuan penyusunan Buku Profil Kependudukan ini yaitu memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi perkembangan penduduk di Kabupaten Sekadau baik perkembangan masa lampau maupun perkembangan kedepannya, gambaran secara statistik menyangkut variabel jumlah penduduk, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan dan kematian sebagai sumber data yang disusun setiap tahun sehingga dapat dicapai sasaran yang diinginkan dari setiap kegiatan yang direncanakan dalam satu tahun anggaran. Jumlah penduduk disuatu daerah merupakan potensi pembangunan yang besar jika berkualitas, sebaliknya jika suatu wilayah memiliki jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk yang pesat tetapi kualitasnya rendah maka justru akan menjadi beban bagi proses pembangunan yang dilaksanakan. Halaman 3

21 Adapun tujuan spesifik pada penyusunan Buku Profil Kependudukan ini sebagai berikut : 1. Untuk mereview dan memberikan gambaran tentang perkembangan kependudukan di Kabupaten Sekadau. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situasi kependudukan pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan untuk kemudian dipergunakan sebagai penetapan kebijakan dan program. 3. Memberi saran dan rekomendasi dalam rangka upaya peningkatan kesadaran, pengetahuan dan komitmen para perancana dan pelaku pembangunan tentang isu dan persoalan kependudukan. C. RUANG LINGKUP 1. Data yang berkaitan dengan pengendalian kuantitas penduduk. 2. Data yang berkaitan dengan pengembangan kualitas penduduk. 3. Data yang berkaitan dengan pengarahan mobilitas penduduk. 4. Data yang berhubungan dengan kepemilikan dokumen kependudukan. Halaman 4

22 D. PENGERTIAN UMUM 1. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta lingkungan penduduk setempat (UU Nomor 52 Tahun 2009) ; 2. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penertiban dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi andministrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain (UU Nomor 24 Tahun 2013); 3. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil (UU Nomor 24 Tahun 2013); 4. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan atau data agregat yang struktur sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil (UU Nomor 24 Tahun 2013); Halaman 5

23 5. Kualitas Penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak (UU Nomor 52 Tahun 2009); 6. Mobilitas Penduduk adalah gerak keruangan penduduk dengan melewati batas Administrasi Pemerintahan (UU Nomor 52 Tahun 2009); 7. Profil adalah grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal hal tertentu (Sunaryo Urip BPS) 8. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas, atau surat keterangan kependudukan (UU Nomor 24 Tahun 2013); 9. Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dalam register pencatatan sipil pada instansi pelaksana (UU Nomor 24 Tahun 2013); Halaman 6

24 10. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau Surat Kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamt, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap (UU Nomor 24 Tahun 2013); 11. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan (UU Nomor 24 Tahun 2013); 12. Nomor Induk Kependudukan adalah Nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia (UU Nomor 24 Tahun 2013); 13. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disebut SIAK adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan ditingkat penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan (UU Nomor 24 Tahun 2013); Halaman 7

25 14. Data adalah fakta yang ditulis dalam bentuk catatan, gambar atau direkam kedalam bentuk media. 15. Sumber data adalah segala sesuatu tentang fakta yang sudah ditulis dalam bentuk catatan atau rekam kedalam berbagai bentuk media oleh instansi /lembaga. 16. Fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita atau sekelompok wanita untuk melahirkan dalam jangka waktu satu generasi atau selama masa subur. 17. Kematian atau Mortalitas adalah satu dari tiga komponen demografi yang berpengaruh terhadap struktur dan jumlah penduduk. 18. Angka Kelahiran Total adalah rata rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai dengan masa reproduksinya. 19. Ratio Jenis Kelamin adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis kelamin antara banyaknya penduduk laki laki dan penduduk perempuan disuatu daerah pad awaktu tertentu. 20. Perkembangan Kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan (UU Nomor 52 Tahun 2009) Halaman 8

26 21. Mobilitas Penduduk adalah gerak penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari yang sama. 22. Mobilitas penduduk permanen (Migrasi) adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administrative (Migran Internal) atau batas politik/ Negara (Migrant Internasional). 23. Mobilitas penduduk non permanen adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk tidak menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif. 24. Migrasi Kembali adalah banyaknya penduduk yang pada waktu diadakan sensus bertempat tinggal di daerah yang sama dengan tempat lahir dan pernah bertempat tinggal didaerah yang berbeda. 25. Migrasi seumur hidup adalah bentuk migrasi dimana pada waktu diadakan sensus tempat tinggal sekarang berbeda dengan tempat tinggal kelahirannya. 26. Migrasi risen adalah bentuk migrasi melewati batas administrasi (desa/kec/kab/provinsi) dimana pada waktu diadakan sensus bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan tempat tinggal lima tahun yang lalu. Halaman 9

27 27. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara suka rela untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi permukiman transmigrasi. 28. Penduduk usia kerja angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun sampai dengan 64 tahun. 29. Angka partisipasi angkatan kerja adalah proporsi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja 30. Angkatan Pengangguran adalah proporsi jumlah pengangguran terhadap angkatan kerja. 31. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun kebawah dan penduduk usia 64 tahun keatas. 32. Lahir Hidup adalah suatu kelahiran bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda tanda kehidupan pada saat dilahirkan. 33. Lahir Mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda tanda kehidupan pada saat dilahirkan. 34. Angka Kematian bayi/ IMR adalah banyaknya kematian bayi usia kurang dari satu tahun (9 11 bulan) pada suatu Halaman 10

28 periode per kelahiran hidup pada pertengan periode yang sama. 35. Angka Kematian Ibu/MMR adalah banyaknya kematian ibu pada waktu hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan per kelahiran hidup, tanpa memandang lama dan tempat kelahiran yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya. 36. Angka partisipasi total adalah proporsi penduduk bersekolah menurut golongan umur sekolah yaitu 7 12, 13 15, dan tahun. 37. Angka partisipasi murni adalah persentase jumlah peserta didik SD usia 7 12 tahun, jumlah peserta didik SLTP usia tahun, jumlah peserta didik SLTA usia tahun dan jumlah peserta didik PTN / PTS usia tahun dibagi jumlah penduduk kelompok usia dari masing masing jenjang pendidikan. 38. Angka partisipasi kasar adalah persentase jumlah peserta didik SD, jumlah peserta didik SLTP, jumlah peserta didik SLTA, jumlah peserta didik PTN / PTS dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia masing-masing jenjang pendidikan (SD usia 7-12 tahun, SLTP usia tahun, SLTA usia tahun, PTN/PTS usia tahun). Halaman 11

29 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SEKADAU A. LETAK GEOGRAFIS Luas wilayah Kabupaten Sekadau yang terbentang dari Kecamatan Nanga Mahap sampai dengan Kecamatan Belitang Hulu seluas 5.444,3 Km². Kecamatan terbesar luasnya adalah Belitang Hulu dengan luas 1.162,7 Km² atau sekitar 21,36 persen dari luas Kabupaten Sekadau, sedangkan kecamatan terkecil luasnya adalah Kecamatan Belitang dengan luas 281 Km² atau sekitar 51,6 persen dari luas Kabupaten Sekadau. Dilihat dari jarak tempuh Kecamatan menuju Kabupaten Sekadau, yang memiliki jarak tempuh terjauh adalah Kecamatan Belitang Hulu (Balai Sepuak) dengan jarak tempuh 112,20 km. Sedangkan yang memiliki jarak tempuh terpendek adalah Kecamatan Sekadau Hulu (Rawak) dengan jarak 20,35 km. Adapun batas-batas administrasi Kabupaten Sekadau adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Sintang Sebelah Timur : Kabupaten Sintang Sebelah Selatan : Kabupaten Ketapang Sebelah Barat : Kabupaten Sanggau Halaman 12

30 Secara geografis Kabupaten Sekadau terletak antara koordinat Lintang Utara sampai Lintang Selatan dan Bujur Barat sampai Bujur Timur. Kabupaten Sekadau merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat. Secara administrasi Kabupaten Sekadau dibagi menjadi 7 (tujuh) Kecamatan, 87 (delapan puluh tujuh) Desa. Kondisi topografi di Kabupaten Sekadau merupakan kondisi alam yang berupa daratan dan perbukitan. Tingkat ketinggian daratan apabila diukur dibawah permukaan laut (dpl) berada pada kisaran 0 meter dpl sampai dengan meter dpl. Hampir semua kecamatan di Kabupaten Sekadau dialiri sungai, jumlah sungai besar yang ada di Kabupaten Sekadau ada 3 (tiga) yaitu Sungai Kapuas, Sungai Sekadau dan Sungai Belitang. Di wilayah Kabupaten Sekadau terdapat beberapa sungai yang memiliki aliran sepanjang tahun. Beberapa sungai tersebut memiliki daerah pengaliran sungai yang cukup luas dan membentuk suatu daerah aliran sungai (DAS), Kabupaten Sekadau termasuk dalam Halaman 13

31 DAS Kapuas yaitu dimana terdapat sungai - sungai kecil yang bermuara di Sungai Kapuas. GAMBAR 1 WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN SEKADAU Halaman 14

32 B. VISI Perubahan paradigma dalam kegiatan pemerintahan diperlukan, agar pemerintah senantiasa dapat mengakomodasi kebutuhan perubahan dalam masyarakat dan memungkinkan administrasi publik menata kembali masyarakat. Hal tersebut memerlukan suatu kerangka pemikiran upaya yang terstruktur untuk memberdayakan fungsi publik agar lebih sesuai dengan tuntutan perkembangan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Perubahan paradigma dapat mendorong tercapainya pemerintahan yang baik (good governance) memperbaiki kinerja sektor publik dan mengobati praktek administrasi yang tidak sehat. Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan administrasi kependudukan yang merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi dan visi tidak hanya penting pada waktu berkarya, tetapi juga pada kehidupan berorganisasi itu selanjutnya yang dipengaruhi oleh perubahan lingkungan internal dan eksternal. Pada hakekatnya membentuk visi organisasi adalah menggali gambaran bersama mengenai masa depan, berupa komitmen murni tanpa adanya rasa terpaksa. Halaman 15

33 Pengertian Visi adalah suatu pandangan yang jauh kedepan kemana dan bagaimana organisasi harus dibawa dan berkarya agar tetap konsisten, eksis,antisipatif, inovatif serta produktif atau suatu gambaran tentang keadaan diomasa depan berisikan cita dan citra yang ingin dicapai. Visi Pemerintah Kabupaten Sekadau adalah : TERWUJUDNYA KABUPATEN SEKADAU YANG MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING C. MISI Pimpinan suatu organisasi harus memastikan agar visi sesuai dan selaras dengan perubahan yang harus dilakukan, sehingga organisasi akan efektif dan efisien dalam pencapaian Visi dan Misi akan mendorong alokasi sumber daya di seluruh unsur organisasi, sehingga kedua ungkapan tersebut harus selaras dengan tugas. Untuk mewujudkan Visi yang telah ditetapkan setiap instansi pemerintah harus mempunyai misi yang jelas. Misi merupakan pernyataan yang menetapkan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai, pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus, misi menjelaskan mengapa organisasi Halaman 16

34 itu ada, apa yang dilakukannya, dan bagaimana melakukannya. Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi tersebut diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah dan mengetahui peran dan program-program serta hasil yang akan diperoleh dimasa mendatang. Untuk mewujudkan Visi tersebut di atas, maka misi Pemerintah Kabupaten Sekadau adalah : 1. Meningkatkan Ketersediaan dan kualitas infrastruktur dasar dan optimalisasi pengelolaan dan kemanfaatan sumber daya alam; 2. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa serta penguatan kemitraan pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat; 3. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia. Halaman 17

35 BAB III SUMBER DATA DAN KOMPONEN KEPENDUDUKAN A. SUMBER DATA Data yang diolah dan disajikan dalam Profil Perkembangan Kependudukan ini adalah data yang bersumber dari data SIAK Konsolidasi semester dua Tahun 2015 yang terekam dalam server SIAK di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sekadau. Keunggulan dari data SIAK ini adalah data selalu dinamis karena perubahan data dilakukan setiap saat dan berkelanjutan dan dapat menjadi sumber data yang paling lengkap dan valid jika kelemahan - kelemahan dapat dieliminir. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sekadau telah melakukan stelsel aktif namun terkendala dengan terbatasnya sumber daya manusia, biaya dan peralatan yang memadai. Selain sumber data yang telah disebutkan, digunakan juga hasil pengumpulan data yang didapat dari buku-buku yang telah dikeluarkan oleh sumber yang dapat dipercaya. Halaman 18

36 B. KOMPONEN KEPENDUDUKAN Komponen Kependudukan meliputi : 1. Kuantitas Penduduk; 2. Kualitas Penduduk; 3. Mobilitas Penduduk Penduduk dapat dikelompokkan menurut karakteristik tertentu, seperti kelompok umur, karakteristik sosial ekonomi, dan persebaran atau distribusi tempat tinggalnya. Kegunaan pengelompokkan ini antara lain : a. Mengetahui jumlah sumber daya manusia yang ada menurut umur, jenis kelamin maupun karakteristik lainnya; b. Mengembangkan suatu kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan berwawasan kependudukan; c. Menyediakan sarana dan prasarana serta fasilitas yang diperlukan; d. Membandingkan keadaan suatu penduduk dengan keadaan penduduk lainnya; e. Mengetahui proses demografi yang telah terjadi pada penduduk melalui piramida penduduk. Halaman 19

37 NO 1. Persebaran (Distribusi) Penduduk Pada tabel 1 dapat dilihat jumlah penduduk kabupaten sekadau sebanyak jiwa. Penduduk tersebar di 7 Kecamatan yaitu Kecamatan Sekadau Hilir, Sekadau Hulu, Nanga Taman, Nanga Mahap, Belitang Hilir, Belitang Hulu dan Belitang. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Sekadau Hilir sebanyak jiwa (33,18%) sedangkan Kecamatan Belitang memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu jiwa (6.29%). Tabel 1 Distribusi Penduduk Kabupaten Sekadau Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kecamatan KECAMATAN n % n % n % 1 SEKADAU HILIR SEKADAU HULU NANGA TAMAN NANGA MAHAP BELITANG HILIR BELITANG HULU BELITANG TOTAL KAB/KOTA Sumber : Data Konsolidasi Semester II Tahun 2015 LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL Halaman 20

38 Jika diperhatikan pada tabel 1 menurut jenis kelamin nampak bahwa penduduk laki-laki masih lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Gambaran ini terlihat diseluruh kecamatan yang ada. Gambar 2 Grafik Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Dari grafik diatas, dapat dilihat penduduk laki-laki untuk setiap Kecamatan di Kabupaten Sekadau lebih banyak dari pada penduduk perempuan. Fakta ini berbanding terbalik dengan kondisi yang ada di Halaman 21

39 Indonesia saat ini bahwa dominannya penduduk perempuan yang lebih banyak dari pada penduduk laki-laki. Tabel 2 Luas Wilayah Kabupaten Sekadau NO KECAMATAN LUAS (km²) 1 SEKADAU HILIR 853,00 2 SEKADAU HULU 869,70 3 NANGA TAMAN 945,00 4 NANGA MAHAP 568,60 5 BELITANG HILIR 764,30 6 BELITANG HULU 1.162,70 7 BELITANG Kabupaten Sekadau 281, ,30 Sumber : Sekadau Dalam Angka Tahun 2011 Berdasarkan tabel 2, Luas Kabupaten Sekadau yaitu 5.444,3 Km 2 dan dapat dibandingkan dengan tabel 1, sehingga dapat dihitung kepadatan penduduk di Kabupaten Sekadau. Dengan luas 5.444,3 km 2, Kabupaten Sekadau didiami oleh jiwa atau sama dengan 38 jiwa/km 2. Kecamatan Sekadau Hilir merupakan wilayah terpadat dengan kepadatan sebesar 80,3 jiwa/km 2 dan Kecamatan Belitang Hulu merupakan wilayah Halaman 22

40 terjarang dengan kepadatan sebesar 17,2 jiwa/km 2. Bila dirata-ratakan secara keseluruhan luas kabupaten sekadau dan luas wilayah maka didapat setiap km 2 Kabupaten Sekadau didiami sebanyak 38 jiwa. Gambar 3 Kepadatan Penduduk / km² 2. Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin Karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin berguna untuk mengetahui banyaknya orang yang tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu. Selain itu, jumlah dan proporsi menurut umur dan jenis kelamin dapat diigunakan untuk merencanakan pelayanan sosial ekonomi seperti Halaman 23

41 pendidikan, kesehatan, sandang, pangan, dan papan serta kebutuhan sosial dasar lainnya sesuai kelompok umur penduduk. Informasi jumlah dan proporsi umur penduduk dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau piramida penduduk sehingga memudahkan untuk menginterprestasikan informasi tersebut. Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin NO KELOMPOK UMUR n % n % n % n % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,77 16 > , , , JUMLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL Sumber : Data Konsolidasi Semester II Tahun 2015 KOMULATIF Halaman 24

42 Rumus Median Umur : Umur Median = * ( ) + Dimana : N = Jumlah Penduduk = Batas bawah kelompok umur N/2 = Jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur N/2 = interval umur = Jumlah Penduduk pada kelompok N/2 N/2 = / 2 = ,5 Dari hasil N/2 adalah ,5 yang terdapat pada usia tahun. Jumlah penduduk usia tahun adalah Bila dituangkan kedalam rumus maka : Umur Median = { ( ) } = 27,6 Bila dikaitkan dengan umur median penduduk, maka umur median penduduk Kabupaten Sekadau pada Tahun 2015 adalah 27 tahun, yang berarti setengah penduduk Kabupaten Sekadau pada Tahun 2015 berusia di bawah 27 tahun dan setengahnya lagi berusia lebih tua dari 27 tahun. Halaman 25

43 Dengan kata lain, penduduk Kabupaten Sekadau dikategorikan sebagai penduduk intermediate yaitu transisi dari muda (young population) ke penduduk tua (old population). Gambar 4 Piramida Penduduk Kabupaten Sekadau Halaman 26

44 Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan menurut kelompok umur lima tahunan. Gambar 4 memperlihatkan piramida penduduk Kabupaten Sekadau yang menunjukkan struktur penduduk muda/expansive, dengan struktur penduduk muda lebih besar dibandingkan kelompok umur di atasnya. Pada piramida ini terlihat bahwa jumlah penduduk kelompok umur 0-4 tahun yang terletak pada dasar piramida mulai mengecil. Ini berarti angka kelahiran mulai menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, walaupun dari segi jumlah absolut tidak kecil. Demikian juga dengan jumlah penduduk 5-9 tahun masih terlihat lebar, berarti lima tahun ke depan dibutuhkan fasilitas pendidikan dasar dan menengah yang cukup untuk menampung penduduk kelompok ini. Jumlah penduduk pada kelompok tahun menunjukkan jumlah yang paling besar. Diduga Halaman 27

45 penduduk kelompok umur ini adalah kelompok yang lahir pada tahun 2005-an yang mulai memasuki usia tersebut ditambah dengan migran yang masuk ke Kabupaten Sekadau. Penduduk lansia (65 tahun ke atas), menunjukkan proporsi yang kecil yaitu 4,30 persen. Namun dimasa depan proporsi penduduk lansia akan terus merambat naik, karena pergeseran umur penduduk serta usia harapan hidup yang semakin meningkat. Pertambahan jumlah penduduk lansia ini harus mulai diantisipasi dari sekarang, karena kelompok ini akan terus membesar di masa depan, sehingga diperlukan kebijakan seperti ketenagakerjaan, kesehatan, pelayanan lansia serta kebutuhan sosial dasar lainnya. Tabel 4 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Berdasarkan Tahapan Usia Sekolah NO KELOMPOK UMUR n % n % n % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,21 8 > , , ,88 JUMLAH LAKI-LAKI , , ,00 Sumber : Data Konsolidasi Semester II Tahun 2015 PEREMPUAN Halaman 28 TOTAL

46 Pada tabel 4 di atas, diketahui jumlah penduduk menurut kelompok umur berdasarkan tahapan usia sekolah tertinggi berada pada kelompok umur tahun sebesar 46,21 persen sedangkan pada kelompok umur terkecil yaitu pada umur 0-2 Tahun sebesar 3,11 persen. 3. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Rasio jenis kelamin adalah suatu angka menunjukkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Informasi tentang rasio jenis kelamin dapat disajikan menurut kelompok umur maupun wilayah dalam bentuk tabel maupun grafik. Informasi ini dapat berguna untuk perencanaan pembangunan berwawasan gender. Halaman 29

47 Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Rasio Jenis NO KELOMPOK UMUR Kelamin n % n % , ,65 108, , ,33 104, , ,50 106, , ,38 105, , ,33 104, , ,76 106, , ,15 109, , ,05 112, , ,63 108, , ,69 108, , ,62 108, , ,00 104, , ,50 114, , ,86 98, , ,29 106,16 16 > , ,27 100,55 JUMLAH LAKI-LAKI Sumber : Data Konsolidasi Semester II Tahun 2015 PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN ,11 Halaman 30

48 Rasio jenis kelamin Kabupaten Sekadau sebesar 107,11 persen yang berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat orang penduduk laki-laki ( tabel 5 ). Berbeda dengan gambaran rasio jenis kelamin secara nasional dimana lebih banyak penduduk perempuan dibanding penduduk laki-laki. Rasio Jenis Kelamin penduduk pada kelompok umur 0-4 tahun sebesar 108,64 yang artinya terdapat 108 balita berjenis kelamin laki-laki dari 100 balita perempuan. Secara biologis jumlah kelahiran bayi laki-laki pada umumnya lebih besar dibanding dengan kelahiran bayi perempuan, namun bayi lakilaki lebih rentan terhadap kematian dibanding bayi perempuan. Pada kelompok umur yang lain terlihat gambaran yang sama kecuali pada kelompok umur tahun dan 75 tahun ke atas yang menunjukkan lebih banyak jumlah penduduk perempuan. 4. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) Rasio ketergantungan atau rasio tanggungan (dependency ratio) adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya Halaman 31

49 penduduk usia non produktif (penduduk usia di bawah 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun atau lebih) dengan banyaknya penduduk usia produktif (penduduk usia tahun). Rasio ketergantungan menunjukkan beban yang harus ditanggung oleh penduduk produktif (15-64 tahun) terhadap penduduk tidak produktif (<15 tahun dan 65 tahun keatas). Semakin tinggi presentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Penduduk muda berusia di bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai sebagai penduduk yang belum produktif karena bila dilihat dari sisi ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Demikian pula penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Rasio Halaman 32

50 ketergantungan ini merupakan indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu daerah. NO Tabel 6 Struktur Umur Penduduk Usia Produktif USIA n % Tahun (Usia Muda) ,33% 37, Tahun (Usia Produktif) ,87% 3 >65 Tahun (Usia Tua) ,80% 5,43 JUMLAH Sumber : Data Konsolidasi Semester II Tahun 2015 L P JUMLAH KETERGAN TUNGAN ,12 Tabel 6 menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Sekadau sebagian besar merupakan penduduk usia produktif yaitu pada kelompok umur antara tahun (69,87%) dan sisanya sebanyak 26,33 persen merupakan penduduk usia muda (berusia dibawah 15 tahun) dan 3,80 persen merupakan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas). Dari tabel 6 di atas, diketahui bahwa rasio ketergantungan penduduk usia muda adalah 37,69 dan rasio ketergantungan penduduk usia tua adalah 5,43 dan dapat di total bahwa angka ketergantungan Halaman 33

51 total adalah 43,12 yang berarti setiap 100 orang penduduk usia produktif (usia kerja) mempunyai beban tanggungan sebanyak orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. 5. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Jumlah dan proporsi penduduk berdasarkan jenjang pendidikan terakhir yang ditamatkan Kabupaten Sekadau pada waktu tertentu yang disajikan berdasarkan jenis kelamin dalam bentuk tabel. Jumlah penduduk menurut pendidikan ini menunjukkan karakteristik penduduk berdasarkan jenjang pendidikan dan gambaran pencapaian pembangunan pendidikan di Kabupaten Sekadau sekaligus kuallitas SDM. Data yang ditampilkan dalam tabel 7 adalah data yang teregister dalam database kependudukan, yang berarti data didapat rata-rata berdasarkan pelaporan masyarakat dalam permohonan penerbitan Kartu Keluarga. Halaman 34

52 NO Tabel 7 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan PENDIDIKAN n % n % n % 1 Tidak/Belum Sekolah , , ,83 2 Belum Tamat SD/Sederajat , , ,10 3 Tamat SD/Sederajat , , ,59 4 SLTP/Sederajat , , ,36 5 SLTA/Sederajat , , ,85 6 Diploma I/II 538 0, , ,44 7 Akademi/Diploma III/S. Muda 585 0, , ,61 8 Diploma IV/Strata I , , ,18 9 Strata II 74 0, , ,04 JUMLAH Sumber : Data Konsolidasi Semester II Tahun 2015 LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH L+P , , Dari tabel 7 di atas terlihat bahwa penduduk Kabupaten Sekadau 32,59 persen berpendidikan SD/Sederajat. Persentase penduduk laki-laki yang berpendidikan SD/Sederajat sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perempuan yang berpendidikan SD/Sederajat. Pada jenjang pendidikan selanjutnya presentase penduduk yang berpendidikan SLTP/Sederajat untuk perempuan juga masih rendah dibandingkan dengan presentase untuk laki-laki. Halaman 35

53 6. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan dan Kecamatan Tabel 8 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan dan Kecamatan NO KECAMATAN Tidak Sekolah Belum Tamat SD Tamat SD SLTP/ Sederajat SLTA/ Sederajat DI/DII DIII SI SII Jumlah n % n % n % n % n % n % n % n % n % n LAKI-LAKI 1 SEKADAU HILIR ,0% ,6% ,7% ,3% ,7% 201 0,6% 304 0,9% 753 2,1% 53 0,15% SEKADAU HULU ,3% ,2% ,0% ,4% ,2% 91 0,6% 70 0,4% 138 0,9% 4 0,03% NANGA TAMAN ,5% ,1% ,8% ,9% ,2% 63 0,5% 47 0,3% 96 0,7% 3 0,02% NANGA MAHAP ,6% ,0% ,2% ,6% 853 6,6% 39 0,3% 27 0,2% 67 0,5% 2 0,02% BELITANG HILIR ,5% ,0% ,2% ,1% ,5% 46 0,4% 50 0,4% 101 0,9% 5 0,04% BELITANG HULU ,0% ,7% ,4% ,4% ,1% 51 0,5% 50 0,5% 145 1,4% 3 0,03% BELITANG ,6% ,0% ,1% ,6% ,9% 47 0,7% 37 0,5% 105 1,6% 4 0,06% JUMLAH ,6% ,6% ,3% ,7% ,4% 538 0,5% 585 0,5% ,3% 74 0,07% PEREMPUAN 1 SEKADAU HILIR ,8% ,9% ,7% ,3% ,9% 159 0,5% 366 1,1% 581 1,7% 6 0,02% SEKADAU HULU ,9% ,8% ,2% ,8% ,2% 35 0,2% 54 0,4% 82 0,6% 1 0,01% NANGA TAMAN ,6% ,8% ,2% ,6% 711 5,5% 30 0,2% 71 0,5% 67 0,5% 1 0,01% NANGA MAHAP ,1% ,6% ,3% 986 8,2% 487 4,1% 20 0,2% 24 0,2% 37 0,3% 1 0,01% BELITANG HILIR ,8% ,0% ,9% ,8% 879 8,1% 46 0,4% 53 0,5% 57 0,5% 1 0,01% BELITANG HULU ,6% ,1% ,7% ,8% ,7% 46 0,5% 54 0,6% 102 1,1% - 0,00% BELITANG ,6% ,8% ,3% ,8% ,7% 35 0,6% 45 0,7% 96 1,5% 3 0,05% JUMLAH ,2% ,6% ,9% ,0% ,2% 371 0,4% 667 0,7% ,0% 13 0,01% JUMLAH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN 1 SEKADAU HILIR ,8% ,8% ,7% ,3% ,9% 360 0,5% 670 1,0% ,9% 59 0,09% SEKADAU HULU ,0% ,0% ,6% ,6% ,3% 126 0,4% 124 0,4% 220 0,7% 5 0,02% NANGA TAMAN ,0% ,4% ,0% ,3% ,9% 93 0,3% 118 0,4% 163 0,6% 4 0,01% NANGA MAHAP ,8% ,8% ,8% ,4% ,4% 59 0,2% 51 0,2% 104 0,4% 3 0,01% BELITANG HILIR ,1% ,4% ,1% ,4% ,4% 92 0,4% 103 0,5% 158 0,7% 6 0,03% BELITANG HULU ,2% ,9% ,5% ,1% ,0% 97 0,5% 104 0,5% 247 1,2% 3 0,01% BELITANG ,5% ,9% ,2% ,2% ,3% 82 0,6% 82 0,6% 201 1,5% 7 0,05% JUMLAH ,8% ,1% ,6% ,4% ,9% 909 0,4% ,6% ,2% 87 0,04% Sumber : Data Konsolidasi Semester II Tahun 2015 Halaman 36

54 Tabel 8 menyajikan jumlah dan proporsi penduduk menurut pendidikan terakhir yang ditamatkan di Kabupaten Sekadau disajikan per wilayah dalam bentuk tabel berdasarkan pendidikan, jenis kelamin dan kecamatan. Jumlah penduduk menurut pendidikan ini menunjukkan karakteristik penduduk berdasarkan jenjang pendidikan dan gambaran pencapaian pembangunan pendidikan di wilayah Kabupaten Sekadau. Dari tabel 8 di atas terlihat presentase penduduk tamat SD/sederajat tertinggi ada pada Kecamatan Nanga Taman yaitu 34 %, presentase penduduk Tamat SLTP tertinggi ada pada Kecamatan Belitang yaitu 15,2 %, presentase penduduk Tamat SLTA tertinggi ada pada Kecamatan Belitang yaitu 14,3 %,, presentase penduduk Tamat DI/DII tertinggi ada pada Kecamatan Belitang yaitu 0,6 % dan presentase tertinggi berpendidikan dari Diploma III/ Sarjana Muda berada di Kecamatan Sekadau Hilir yaitu 1 %, Diploma IV/Strata I 1,9% juga Sekadau Hilir dan Strata II 0,09% juga masih Sekadau Hilir. Presentase diambil dari perbandingan jumlah Halaman 37

55 penduduk berpendidikan di Kecamatan tersebut dengan total jumlah penduduk kecamatan itu juga. 7. Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan Jumlah penduduk dan proporsi penduduk berdasarkan agama di Kabupaten Sekadau pada waktu tertentu yang disajikan per-kecamatan dalam bentuk tabel maupun gambar. Dari tabel maupun gambar ini akan diketahui karakteristik penduduk berdasarkan pemeluk agama. Sumber data untuk menghitung jumlah dan proporsi penduduk menurut agama suatu periode tertentu dapat diperoleh dari hasil pencatatan atau pendataan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Dari tabel 9 di bawah dapat dilihat bahwa 46,70 persen penduduk Kabupaten Sekadau beragama Katholik. Agama kedua yang terbanyak dianut oleh penduduk Sekadau adalah Islam yaitu 39,2 persen, 13,2 persen penduduk beragama Kristen dan hanya sebagian kecil beragama hindu, budha, khonghucu dan Aliran Kepercayaan. Halaman 38

56 Tabel 9 Distribusi Penduduk menurut Agama dan Kecamatan KECAMATAN ISLAM KRISTEN KATHOLIK HINDU BUDHA KHONGHUCU LAINNYA JUMLAH n % n % n % n % n % n % n % n SEKADAU HILIR ,0% ,7% ,1% 2 0,003% 563 0,82% 197 0,29% 14 0,02% SEKADAU HULU ,8% 820 2,7% ,4% - 0,0% 25 0,08% 6 0,02% - 0,0% NANGA TAMAN ,6% 697 2,6% ,6% 2 0,007% 36 0,13% 2 0,01% 15 0,06% NANGA MAHAP ,5% ,8% ,3% - 0,0% 28 0,11% 15 0,06% 51 0,20% BELITANG HILIR ,0% ,0% ,0% 1 0,004% 831 3,66% 53 0,23% 23 0,10% BELITANG HULU ,8% ,9% ,3% - 0,000% 2 0,01% - 0,0% 3 0,01% BELITANG ,5% ,7% ,7% 1 0,008% 15 0,12% 1 0,01% - 0,0% JUMLAH ,2% ,2% ,7% 6 0,003% ,73% 274 0,13% 106 0,05% Sumber : Data Konsolidasi Semester II Tahun Jumlah Penduduk berdasarkan Status Kawin Jumlah dan Proporsi penduduk menurut status kawin di Kabupaten Sekadau disajikan tabel per usia 5 (lima) tahunan. Status kawin meliputi belum kawin, kawin dan cerai. Dalam hal ini, konsep perkawinan difokuskan pada keadaan dimana seorang laki-laki dan perempuan hidup bersama dalam jangka waktu yang lama secara sah (de jure) maupun tanpa pengesahan perkawinan (de facto). Indikator perkawinan berguna bagi penentu Halaman 39

57 kebijakan dalam mengembangkan program-program pembangunan keluarga dan upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga dan perencanaan Keluarga Berencana/pembangunan keluarga. Tabel 10 Distribusi Penduduk menurut Status Kawin, Jenis Kelamin dan Kecamatan KELOMPOK UMUR BELUM KAWIN KAWIN CERAI HIDUP CERAI MATI > JUMLAH Sumber : Data Konsolidasi Semester II Tahun 2015 Halaman 40

58 Tabel 10 di atas menyajikan komposisi penduduk menurut status perkawinan dan dapat dilihat masih adanya penduduk usia tahun yang telah berstatus kawin dan adapula penduduk usia tahun yang berstatus cerai hidup dan cerai mati. Beberapa hal ini sepatutnya mendapatkan perhatian lebih lanjut karena usia tersebut masih dianggap anakanak (UU ). 9. Jumlah Keluarga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga Banyaknya jumlah anggota keluarga dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi lingkungan dan kesejahteraan dalam suatu keluarga, dimana diasumsikan semakin kecil anggota keluarga, maka semakin baik tingkat kesejahteraannya. Tabel 11 Jumlah Keluarga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KK RATA-RATA NO KECAMATAN JUMLAH n % n % ANGGOTA KK 1 SEKADAU HILIR ,2% ,2% 3,4 2 SEKADAU HULU ,8% ,9% 3,7 3 NANGA TAMAN ,0% ,9% 3,5 4 NANGA MAHAP ,1% ,9% 3,5 5 BELITANG HILIR ,0% ,7% 3,2 6 BELITANG HULU ,7% ,8% 3,4 7 BELITANG ,3% ,6% 3,3 JUMLAH Sumber : Data Konsolidasi Semester II Tahun % % 3,4 Halaman 41

59 10. Mobilitas Penduduk Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah administratif lain, yang merefleksikan perbedaan pertumbuhan ekonomi dan ketidak merataan fasilitas pembangunan antara satu daerah dengan daerah lain. Analisa tentang migrasi atau mobillitas penduduk merupakan indikator yang penting bagi terlaksananya pembangunan manusia seutuhnya. Tingkat mobilitas penduduk baik mobilitas permanen maupun nonpermanen akan tampak nyata pada satuan unit administrasi yang lebih kecil dari provinsi, sehingga analisis mobilitas akan lebih baik bila dilakukan pada wilayah administrasi setingkat Kabupaten/Kota, kecamatan maupun desa/kelurahan. a. Angka Migrasi Masuk (in-migration/m i ) Angka yang menunjukkan banyaknya yang masuk per penduduk di Kabupaten Sekadau di Tahun Angka migrasi masuk dapat dihitung dengan rumus : Halaman 42

60 Mi = Migmasuk P x K M i = Angka Migrasi Risen Masuk/ Penduduk yang pernah tinggal di daerah lain. Mig masuk = Jumlah penduduk yang masuk ke daerah tujuan selama satu tahun / periode P = Jumlah Penduduk pertengahan tahun yang sama K = Konstanta = 1000 Di Kabupaten Sekadau untuk mendapatkan data dapat dilihat dari database SIAK Pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (diolah), dengan hasil sebagai berikut: Mig masuk = P = (Penduduk Awal Tahun+ Penduduk Akhir Tahun)/2 = ( )/2 = Halaman 43

61 Dengan data tersebut maka dapat dihitung angka migrasi masuk yaitu 6,8. Sehingga dapat disimpulkan sekitar 6-7 orang penduduk masuk ke Kabupaten Sekadau per 1000 penduduknya. b. Angka Migrasi Keluar (out-migration/m o ) Angka yang menunjukkan banyaknya migran keluar dari Kabupaten Sekadau per 1000 penduduk daerah asal dengan waktu satu tahun. Angka migrasi tahun 2015 keluar dapat dihitung dengan rumus : Mo = Migout P x K M o Mig out = Angka Migrasi Risen Keluar. = Jumlah penduduk yang keluar selama satu tahun / periode P = Jumlah Penduduk pertengahan tahun yang sama K = Konstanta = 1000 Halaman 44

62 Di Kabupaten Sekadau untuk mendapatkan data dapat dilihat dari database SIAK Pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (diolah), dengan hasil sebagai berikut: Mig out = P = (Penduduk Awal Tahun+ Penduduk Akhir Tahun)/2 = ( )/2 = Dengan data tersebut maka dapat dihitung angka migrasi keluar yaitu 6,2. Sehingga dapat disimpulkan sekitar 6-7 orang penduduk keluar dari Kabupaten Sekadau per 1000 penduduknya pada tahun c. Angka Migrasi Neto (nett-migration/ M n ) Angka ini merupakan selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar. Apabila migrasi masuk lebih besar daripada migrasi keluar maka disebut migrasi neto positif. Sedangkan jika migrasi keluar lebih besar daripada migrasi masuk disebut migrasi neto negatif. Untuk menghitung angka Halaman 45

63 migrasi neto diperlukan data dari database SIAK Pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (diolah), dengan menggunakan rumus : Mo = Migmasuk - Migout P x K M o Mig masuk = Angka Migrasi Risen Keluar. = Jumlah penduduk yang masuk ke daerah tujuan selama satu tahun / periode Mig out = Jumlah penduduk yang keluar selama satu tahun / periode P = Jumlah Penduduk pertengahan tahun yang sama K = Konstanta = 1000 Mig masuk = Mig out = P = (Penduduk Awal Tahun+ Penduduk Akhir Tahun)/2 = ( )/2 = Halaman 46

64 Dengan data tersebut maka dapat dihitung angka migrasi neto yaitu 0,6. Sehingga dapat disimpulkan sekitar 0-1 orang penduduk bertambah dari Kabupaten Sekadau per 1000 penduduknya. Halaman 47

65 BAB IV KEPEMILIKAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN Dokumen kependudukan merupakan bagian yang seharusnya tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari penduduk Indonesia. Dokumen tersebut selain menunjukkan status legal seseorang, juga berfungsi sebagai alat untuk memperoleh pelayanan publik seperti perbankan, pertanahan, intervensi kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Bagi pemerintah, dokumen kependudukan merupakan kewajiban Negara untuk memberikan status legal bagi warganya, sekaligus sebagai sumber data kependudukan. Namun demikian, karena pemberian dokumen ini menganut stelsel aktif dimana penduduk harus melaporkan dan mengurus sendiri dokumen kependudukan mereka, maka kesadaran penduduk, akses ke tempat pelayanan, kualitas pelayanan serta kualitas informasi menjadi satu hal penting untuk meningkatkan cakupan kepemilikan dokumen melalui pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Selain itu meskipun stelsel aktif, pemerintah seharusnya mencari upaya untuk mempermudah pelayanan terutama bagi penduduk yang cacat (difable) baik fisik, ekonomi maupun sosial. Mendekatkan tempat-tempat pelayanan menjadi salah satu strategi untuk Halaman 48

Rupinus, SH, M.Si Rupinus, SH, M.Si Aloysius, SH, M.Si Ignasius Boni, SH, MH

Rupinus, SH, M.Si Rupinus, SH, M.Si Aloysius, SH, M.Si Ignasius Boni, SH, MH Bupati Sekadau Rupinus, SH, M.Si saat pembukaan Sosialisasi Kebijakan Kependudukan Penuntasan Perekaman Biometrik KTP-EL, Akta Kelahiran 0-18 Tahun dan Pemberian Kartu Identitas Anak (KIA) Bupati Sekadau

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014 PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014 Drs. YOHANES JHON, MM SEKRETARIS DAERAH Bupati Sekadau Simon Petrus, S.Sos, M.Si, Wakil Bupati Sekadau Rupinus, SH, M.Si, Kepala Biro Dukcapil Drs. Sopiandi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.310, 2014 WARGA NEGARA. Kependudukan. Grand Design. Pembangunan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang B A B I P E N D A H U L U A N Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Pasal 17 menyebutkan bahwa perkembangan kependudukan dilakukan

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji dan Syukur kita Panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017 ini

Lebih terperinci

UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013

UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013 UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013 Administrasi Kependudukan Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan Nasional di bidang Administrasi Pemerintahan terutama pada administarsi Kependudukan dan Pencatatan Sipil pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan tertibnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun berubah

BAB I PENDAHULUAN. Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Karimun, Dinas Kependudukan Catatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS 2011 SEMUA ANAK INDONESIA KABUPATEN SAMPANG TERCATAT KELAHIRANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS 2011 SEMUA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO TERCATAT KELAHIRANNYA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS 2011 SEMUA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO TERCATAT KELAHIRANNYA BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS 2011 SEMUA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO TERCATAT KELAHIRANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

rangkaa standar minimal menyeluruh untuk berdasarkan Nomor Kepulauan

rangkaa standar minimal menyeluruh untuk berdasarkan Nomor Kepulauan BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.232, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Warga Negara. Administrasi. Kependudukan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015 BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.. BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK Pasal 2 Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh : a. Dokumen Kependudukan; b. pelayanan yang

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN LEGALISIR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN LEGALISIR STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL TAHUN 2013 6 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) (PL) Nomor : /SOP/429.115/2013 Tanggal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KATINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan perlindungan dan

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENERTIBAN PENDUDUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENERTIBAN PENDUDUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA Menimbang : a. PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENERTIBAN PENDUDUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, bahwa dengan telah diundangkannya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN TAHUN 2013 6 DINAS KEPENDUDUKAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG OTOMATISASI AKTA KELAHIRAN, KARTU KELUARGA, KARTU IDENTITAS ANAK DAN AKTA KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberian

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI JAMBI TAHUN

PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI JAMBI TAHUN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG GRAND DESIGN PENGENDALIAN PENDUDUK PROVINSI JAMBI TAHUN 2011-2035 PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK

Lebih terperinci

Sanggau, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Sanggau MUHAMMAD YANI, SE NIP

Sanggau, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Sanggau MUHAMMAD YANI, SE NIP Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, Badan Pusat Statistik bertanggung jawab menyediakan data statistik dasar dengan menyelenggarakan kegiatan Sensus Penduduk. Sensus Penduduk

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN I. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK, Pasal

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan kependudukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO 1 PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI 1 SALINAN BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR : 3 TAHUN 2016 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPANULI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 18 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUTAKHIRAN DATA KEPENDUDUKAN UNTUK PEMBANGUNAN DATABASE KEPENDUDUKAN BERBASIS NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung Tabel 2.17. Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam No Jenis Bencana Alam Kecamatan 1 Potensi Tanah Longsor Tretep, Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Jumo, Bansari, Kledung, Kaloran, Kranggan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN I. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK, Pasal

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 36 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 861 TAHUN 2011 T E N T A N G

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 36 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 861 TAHUN 2011 T E N T A N G BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 36 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 861 TAHUN 2011 T E N T A N G STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 06 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 06 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 06 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAKALAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya PENDAHULUAN Studi demografi menekankan tiga fenomena perubahan penduduk, yakni: 1. Dinamika Penduduk (Population

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 3 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 20152014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 NOMOR 10 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang: a. bahwa Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2018 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS 2011 SEMUA ANAK DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TERCATAT KELAHIRANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER www.bimbinganalumniui.com 1. Pada umumnya bahan-bahan yang dikumpulkan dari sensus bersifat demografis, ekonomis, dan sosial. Bahanbahan yang bersifat demografis (1) Kewarganegaraan (2) Umur (3) Pendidikan

Lebih terperinci

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN ASAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya perubahan ke arah yang lebih baik. Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang memperhatikan kependudukan sebagai titik sentral

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N 24 PEBRUARI 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N SERI E NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN

Lebih terperinci

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana m BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 42 TAHUN 2016 SERI E.28 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA SANKSI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN/ DENDA KETERLAMBATAN PELAPORAN BAGI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI PATI,

TENTANG BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN 1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PELAYANAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Serang, Maret 2016 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SERANG TTD

KATA PENGANTAR. Serang, Maret 2016 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SERANG TTD KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan buku Data Kependudukan Tahun 2015. Buku

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Biro Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2013

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Biro Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2013 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. RPJMD / Perencanaan Strategis Periode 2009 2013 Dalam sebuah organisasi perencanaan merupakan faktor yang sangat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2013. 2. Peraturan Presiden RI Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2008 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN BIAYA SANKSI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BERUPA DENDA KETERLAMBATAN PELAPORAN BAGI PEMOHON DOKUMEN KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG TENTANG TATA CARA DAN PERSAYARATAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TANGERANG TENTANG TATA CARA DAN PERSAYARATAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN PERSAYARATAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa Penyelenggaraan

Lebih terperinci