BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA"

Transkripsi

1 BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 3.1. Pengertian Demografi Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara, maka perlu didalami kajian demografi. Kajian demografi mencakup jumlah, persebaran, teritorial dan komponen penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, migrasi dan mobilitas sosial atau perubahan status (Hauser & Duncan,1959). Dalam definisi yang lain demografi disebutkan sebagai ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi, distribusi spasial dan penduduk serta perubahanperubahan aspek tersebut sepanjang masa, melalui berprosesnya lima komponen yaitu (1) kelahiran (fertilitas); (2) kematian (mortalitas); (3) perkawinan; (4) migrasi; dan (5) mobilitas sosial (Bogue,1969). Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi : jumlah, persebaran dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah dan perubahan tersebut disebabkan proses demografi yaitu : kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi penduduk. Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 9

2 Pada bagian ini akan dibahas mengenai gambaran profil umur dan jenis kelamin penduduk di Kabupaten Majalengka sebagai bagian dari analisis demografi yang terdiri atas jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, seks ratio, angka ketergantungan dan piramida penduduk Perkembangan Penduduk Kabupaten Majalengka Untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai dinamika kependudukan suatu daerah dapat dilihat dari beberapa aspek yang merupakan potret utama profil kependudukan daerah tersebut. Hal yang pokok dari komponen tersebut adalah Jumlah Penduduk serta Laju Pertumbuhannya dan beberapa evaluasi penduduk menurut struktur umur. Mencermati variabel-variabel tersebut dapat terlihat seberapa besar kenaikan/penurunan, komposisi jenis kelamin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jumlah Penduduk Kabupaten Majalengka menurut Sensus Penduduk yang pertama pada Tahun 1961 adalah jiwa. Pada tahun 1990 penduduk Kabupaten Majalengka tercatat mencapai di atas satu juta, yaitu jiwa. Kurun waktu berikutnya pertambahan penduduk semakin mengecil terbukti pada tahun penduduk Kabupaten Majalengka hanya bertambah sekitar empat puluh lima ribu jiwa. Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 10

3 Tabel 1. Jumlah Penduduk, Seks Ratio dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Seks Tahun Laki- Perempuan Jumlah Ratio Laki LPP (%) , , , , ,40 Sumber : SP Pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Majalengka tahun dibandingkan dengan mengalami kenaikkan, tetapi selanjutnya terus menurun dalam perubahan yang cukup signifikan. LPP tertinggi terjadi pada kurun waktu yaitu mencapai angka 1,76 persen, hal tersebut dimungkinkan dengan mulai turunnya angka mortalitas, karena di Kabupaten Majalengka pembangunan ekonomi mulai berjalan termasuk peningkatan sarana dan prasarana kesehatan. Setelah periode tersebut LPP setiap periode sensus trendnya terus menurun menjadi 1,39 persen pada kurun waktu dan terakhir mencapai 0,40 persen pada periode Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 11

4 2.00 Gambar 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun (%) L P P , Tahun Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan LPP terjadi karena perubahan komponen demografi yaitu Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi. Di Kabupaten Majalengka penurunan LPP kemungkinan terjadi karena pertumbuhan alami yang terkendali dalam hal ini kesadaran masyarakat yang semakin meningkat dalam pengendalian kelahiran/partisipasi KB. Hal lain yang mempunyai peranan penting dalam penurunan LPP adalah faktor migrasi. Angka migrasi ke luar di Kabupaten Majalengka mempunyai angka yang cukup tinggi. Hal tersebut didorong oleh (push factor) : - Kesempatan kerja yang terbatas di Kabupaten Majalengka menyebabkan penduduk Kabupaten Majalengka berusaha mendapatkan mata pencaharian di luar kota sampai ke luar Jawa bahkan ke luar negeri untuk menjadi TKI. Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 12

5 - Terbatasnya sarana pendidikan di Kabupaten Majalengka, terutama Perguruan Tinggi juga menyebabkan banyak penduduk yang melanjutkan pendidikan ke luar kota. Sebaliknya angka migrasi masuk ke Kabupaten Majalengka relatif rendah karena sampai saat ini belum ada faktor-faktor penarik (full factor) penduduk dari luar untuk masuk ke Majalengka dalam jumlah yang besar. Sementara komposisi penduduk menurut jenis kelamin/seks ratio pada tahun 1961 menunjukkan jumlah laki laki sebanyak 93 orang dari setiap 100 orang perempuan. Keadaan tersebut terus berubah mengalami kenaikkan sehingga pada Sensus Penduduk 2010 seks ratio menunjukkan jumlah laki-laki seimbang dengan jumlah penduduk perempuan (100) Gambar 2. Seks Ratio Penduduk Kab Majalengka Tahun Tahun Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 13

6 Perubahan tersebut dimungkinkan dengan semakin meningkatnya jumlah Tenaga Kerja Wanita ke luar daerah ataupun ke luar negeri sehingga jumlah wanita cenderung menurun. Di sisi lain penduduk laki-laki juga bermigrasi ke kota untuk bekerja. Kedua hal tersebut menyebabkan komposisi penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Majalengka secara agregat semakin seimbang, padahal di beberapa kecamatan seks ratio menunjukkan jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan maupun sebaliknya. Pertumbuhan penduduk, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar permasalahan kemiskinan. Jadi aspek demografis mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan yang dihadapi di Indonesia pada saat ini termasuk di Kabupaten Majalengka. Daerah miskin sering ditinggalkan penduduknya untuk bermigrasi ke tempat lain dengan alasan mencari kerja. Mereka dapat berpindah secara permanen, menjadi migran ulang-alik, menjadi migran sirkuler yakni bekerja di tempat lain dan pulang ke rumahnya sekali dalam beberapa minggu atau beberapa bulan, atau menjadi migran musiman, misalnya bekerja di kota setelah musim tanam dan musim panen. Kesimpulan bahwa, pertumbuhan penduduk berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu para penentu kebijakan Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 14

7 dan perencana program untuk dapat mengembangkan program pembangunan kependudukan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tepat sasaran Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan kecamatan Jatiwangi tetap sebagai kecamatan yang paling banyak penduduknya yaitu jiwa disusul dengan Kecamatan Majalengka dan Cikijing sebagai tiga kecamatan dengan penduduk terbanyak. Kecamatankecamatan tersebut merupakan daerah perkotaan yang terletak di jalur utama Majalengka, sehingga daerah tersebut merupakan wilayah yang berkembang cukup pesat dan mempunyai keunggulan/potensi masing-masing. Kecamatan Jatiwangi merupakan sentra industri genteng di Kabupaten Majalengka yang terletak di jalur Cirebon-Bandung, Kecamatan Majalengka merupakan pusat pemerintahan, pendidikan dan juga ekonomi, sementara Kecamatan Cikijing merupakan sentra ekonomi konveksi dan industri makanan yang terletak di wilayah Selatan jalur Majalengka-Kuningan-Ciamis. Kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Sindang, Banjaran dan Panyingkiran. Tiga kecamatan tersebut merupakan kecamatan pemekaran yang secara konvensional hanya bertumpu pada sektor pertanian. Dilihat dari tingkat kepadatan penduduk, Kecamatan Jatiwangi, Kadipaten, Sumberjaya dan Leuwimunding adalah kecamatan terpadat yang mencapai di atas jiwa/km 2. Keempat Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 15

8 kecamatan tersebut secara geografis terletak di wilayah Utara dan Timur Kabupaten Majalengka serta termasuk kategori daerah perkotaan. Kecamatan yang mempunyai tingkat kepadatan paling rendah adalah Kecamatan Kertajati, Jatitujuh dan Ligung di wilayah dataran sebelah Utara, sedangkan di wilayah pegunungan sebelah selatan rata-rata mempunyai kepadatan di bawah rata-rata Kabupaten Majalengka, kecuali Kecamatan Cikijing yang mencapai jiwa/km 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, LPP, Seks Ratio dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Majalengka Per Kecamatan Hasil SP Kode Kecamatan Luas wilayah (Km 2 ) Jumlah Penduduk 2000 (Jiwa) Jumlah Penduduk 2010 (Jiwa) LPP (%) SR 2010 Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) 010 LEMAHSUGIH 78, , BANTARUJEG 66, , MALAUSMA 45, , CIKIJING 43, , CINGAMBUL 37, , TALAGA 43, , BANJARAN 41, , ARGAPURA 60, , MAJA 65, , MAJALENGKA 57, , CIGASONG 24, , SUKAHAJI 32, , Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 16

9 091 SINDANG 23,97 Jumlah Penduduk 2000 (Jiwa) RAJAGALUH 34, , SINDANGWANGI 31, , LEUWIMUNDING 32, , PALASAH 38, , JATIWANGI 40, , DAWUAN 23, , KASOKANDEL 31, , PANYINGKIRAN 22, , KADIPATEN 21, , KERTAJATI 138, , JATITUJUH 73, , LIGUNG 62, , SUMBERJAYA 32, , KAB. MAJALENGKA 1204, , Kode Kecamatan Luas wilayah 2 (Km ) Jumlah Penduduk 2010 (Jiwa) SR 2010 Kepadatan Penduduk 2 (Jiwa/Km ) -0, LPP (%) Sumber : SP Laju Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Penghitungan metode geometris tentang Laju Pertumbuhan Penduduk tahun , ternyata LPP yang paling tinggi terjadi di Kecamatan Cigasong (1,10 %) disusul oleh Talaga (0,85 %), Kasokandel (0,84 %) dan Kecamatan Cikijing (0,79 %). Di Kecamatan Cigasong yang mempunyai LPP tertinggi kemungkinan terjadi karena daerah tersebut secara geografis Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 17

10 berbatasan dengan wilayah Kecamatan Majalengka, sehingga merupakan daerah penyangga/pengembangan apalagi di wilayah tersebut terdapat pasar, terminal dan beberapa komplek perumahan yang terus berkembang. Kecamatan Talaga dan Cikijing juga merupakan daerah yang terus berkembang sebagai salah satu daerah pusat perekonomian di wilayah Selatan Kabupaten Majalengka. Sedangkan untuk Kecamatan Kasokandel ditopang oleh tumbuhnya komplek perumahan dan kost-kost an bagi para pekerja pabrik tekstil yang terus berkembang mencakup Desa Kasokandel, Gunungsari dan sekitarnya. Sementara LPP paling rendah dan mencapai minus terjadi di Kecamatan Leuwimunding (-0,46%), Ligung (-0,23%), Kertajati (0,13%), Jatitujuh (-0,10%) dan kecamatan Sindang (-0,09%). Kecamatan Leuwimunding merupakan sentra pengusaha di bidang kredit barang di kota-kota besar, bahkan luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Sejak tahun 2005 usaha mereka terutama di beberapa desa seperti Parakan, Patuanan, Heuleut dan Tanjungsari mulai berkembang pesat sehingga 1 orang pengusaha bisa mempunyai anak buah sampai 200 orang yang berasal dari penduduk setempat. Desa-desa tersebut mempunyai kontribusi yang besar dalam penurunan jumlah penduduk di kecamatan Leuwimunding sehingga LPP nya negatif. Kecamatan lain yang angka pertumbuhannya negatif adalah Kecamatan Kertajati, Jatitujuh dan Ligung, hal ini disebabkan pada kecamatan tersebut jumlah pekerja terutama perempuan yang berangkat ke luar negeri sebagai TKW jumlahnya semakin Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 18

11 meningkat. Data PODES tahun 2008 menunjukkan untuk ke 3 kecamatan ini jumlah TKW mencapai orang. Kecamatankecamatan lain angkanya berkisar di angka Kabupaten dan menunjukkan pertumbuhan yang wajar (normal) bila dibandingkan dengan periode sebelumnya Struktur Umur Komposisi Penduduk menurut umur merupakan salah satu informasi dasar yang sangat penting dalam studi kependudukan. Bagi pemerintah struktur umur perlu menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan publik, karena kebutuhan penduduk terhadap suatu produk atau pelayanan sangat bervariasi menurut umur. Demikian juga bagi dunia usaha, struktur umur akan mempengaruhi segmentasi pasar. Sejalan dengan desentralisasi pembangunan, komposisi penduduk menurut umur penting untuk skala nasional dan juga regional. Karakteristik umur memegang peranan penting dalam studi demografis. Berbagai macam perencanaan pembangunan yang dirancang baik oleh pemerintah maupun swasta, seperti perencanaan militer, perencanaan pelayanan publik, pelayanan kesehatan, dan program strategis lainnya membutuhkan data penduduk yang terpisah, baik menurut jenis kelamin maupun menurut struktur umur Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Pada permulaan tahun kelahiran, secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Melalui proses demografi, Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 19

12 penduduk laki-laki biasanya cenderung lebih rentan dalam hal tingkat kesehatan dan memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah dari penduduk perempuan. Di sisi lain penduduk laki-laki memiliki tingkat mobilitas yang lebih tinggi dari perempuan terkait aktivitasnya untuk bersekolah atau mencari pekerjaan di tempat lain. Proses demografi tersebut berfluktuasi menurut kelompok umur. Evaluasi komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu : 1. Masculinity Proportion yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap total penduduk. Nilai Masculinity Proportion yang lebih besar dari 50% menunjukkan kelebihan jumlah penduduk laki-laki dan sebaliknya nilai Masculinity Proportion yang lebih kecil dari 50% menunjukkan kelebihan jumlah penduduk perempuan. 2. Seks Ratio adalah jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Seks ratio yang lebih besar dari 100 menunjukkan kelebihan jumlah penduduk laki-laki, dan sebaliknya seks ratio yang lebih kecil dari 100 menunjukkan kelebihan jumlah penduduk perempuan. 3. Percentage excess or deficit of males to the total population Nilai 0 menunjukkan jumlah yang seimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan, nilai positif menunjukkan kelebihan jumlah penduduk laki-laki, dan nilai negatif menunjukkan kelebihan jumlah penduduk perempuan. Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 20

13 Tabel 3. Evaluasi Penduduk Kabupaten Majalengka Menurut Jenis Kelamin Uraian Tahun Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Laki-Laki+Perempuan (Jiwa) Masculinity proportion (%) 49,71 49,97 Seks Ratio Percentage excess or deficit of males to the total population (%) -0,58-0,06 Tabel di atas menunjukkan bahwa dari ketiga macam evaluasi penduduk tersebut jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan, tetapi melihat kecenderungannya dari tahun 2000 ke tahun 2010 terdapat peningkatan menuju keseimbangan, sehingga selisihnya semakin sedikit. Untuk melihat lebih rincinya akan diuraikan melalui seks ratio per kecamatan Seks Ratio per Kecamatan Seks ratio total penduduk Kabupaten Majalengka menunjukkan proporsi yang seimbang antara komposisi laki laki dengan perempuan yaitu 100, tetapi bila mencermati angka kecamatannya menunjukkan angka yang lebih bervariasi. Seks ratio tertinggi terdapat di Kecamatan Cikijing yaitu mencapai angka 106 Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 21

14 yang berarti terdapat kelebihan jumlah laki-laki dengan proporsi 106 laki-laki diantara 100 orang perempuan. Beberapa kecamatan yang lain yang mempunyai angka seks ratio cukup tinggi di atas 100 selain Kecamatan Cikijing adalah Talaga, Cigasong, Kertajati dan Sumberjaya (Gambar 3). Jumlah lakilaki yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan terjadi karena faktor migrasi yang lebih dominan dibanding faktor kelahiran dan kematian. Fenomena yang terjadi menunjukkan seperti di kecamatan-kecamatan tersebut merupakan daerah yang cukup banyak mengirim Tenaga Kerja Wanita ke Luar Negeri, sehingga jumlah laki-laki yang tinggal lebih besar daripada jumlah perempuan. Khusus untuk Kecamatan Cigasong jumlah laki-laki yang lebih banyak karena di kecamatan tersebut terdapat Blok Khusus Milliter Yonif 321 yang di dalamnya terdapat barak tentara dalam jumlah yang cukup besar (5 kompi) sehingga angka SR nya mencapai 103. Sementara angka seks ratio yang paling rendah terjadi di Kecamatan Leuwimunding, Palasah dan Kecamatan Malausma. Kecamatan Leuwimunding mempunyai angka SR terendah yaitu 94 yang berarti setiap 100 orang wanita hanya terdapat 94 orang lakilaki. Hal tersebut dikarenakan Kecamatan Leuwimunding merupakan daerah sentra pedagang kreditan yang mempekerjakan kaum laki-laki ke luar daerah seperti Jakarta, Bandung dan juga ke luar Jawa. Hal yang sama terjadi di Kecamatan Palasah yang juga merupakan sentra pedagang kreditan. Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 22

15 Gambar 3. Seks Ratio Terendah dan Tertinggi Menurut Kecamatan Tahun 2010 Jatitujuh Cigasong Kec. Majalengka Malausma Leuwimunding Seks Ratio Gambar 4 memperlihatkan seks ratio menurut kelompok umur, pada kelompok umur 0-14 tahun Seks Ratio berada pada level di atas 100. Selanjutnya pada kelompok umur tahun terjadi penurunan tajam yang menunjukkan jumlah laki-laki lebih sedikit daripada perempuan. Pada kelompok umur berikutnya, seks ratio berada di atas 100 dan puncaknya pada kelompok umur tahun. Selanjutnya ratio kembali menurun seiring dengan semakin tuanya penduduk. Hal tersebut sejalan dengan fenomena bahwa usia harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Perubahan atau dinamika seks ratio tersebut berkaitan dengan pola umum yang terjadi antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan. Laki-laki Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 23

16 cenderung rentan pada usia awal kelahiran dan cenderung melakukan migrasi pada usia-usia produktifnya, sementara perempuan cenderung lebih kuat dari sisi kesehatan tetapi relatif tidak terlalu melakukan migrasi dibandingkan laki-laki. Gambar 4. Seks Ratio menurut Kelompok Umur Kabupaten Majalengka Tahun seks aratio Rasio Ketergantungan Ada tiga pengelompokan penduduk berkenaan dengan kaitan antara struktur umur dan kemampuan berproduksi secara ekonomi yaitu : Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 24

17 Kelompok penduduk usia muda, yaitu penduduk yang berumur di bawah 15 tahun (0-14 tahun); Kelompok penduduk usia produktif, yaitu penduduk yang berumur tahun; Kelompok penduduk usia tua, yaitu penduduk yang berumur 65 tahun ke atas. Rasio ketergantungan usia adalah angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk yang tidak produktif (usia muda dan usia tua) terhadap penduduk usia produktif. Rasio ketergantungan menyatakan jumlah orang yang secara ekonomi tidak aktif per seratus penduduk yang aktif secara ekonomi. Tabel 4. Rasio Ketergantungan Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 2010 Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase Penduduk (%) Total dependency ratio (%) Youth dependency ratio (%) Aged dependency ratio (%) , , ,14 52,18 41,31 10,87 Jumlah ,00 Dari Tabel di atas terlihat bahwa, penduduk Kabupaten Majalengka 65,71 persen adalah penduduk dengan usia produktif, sedangkan yang tidak produktif mencapai 34,29 persen. Komposisi tersebut menyebabkan angka ketergantungan atau dependency ratio Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 25

18 mencapai 52,18 persen artinya penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif mencapai angka 52 persen. Tingginya angka ketergantungan di Kabupaten Majalengka bukan hanya dipengaruhi oleh fertilitas dan mortalitas, tetapi angka migrasi yang cukup tinggi pada kelompok usia produktif juga mempengaruhi komposisi dependency ratio yang menyebabkan dependency ratio semakin meningkat. Semakin tinggi beban ketergantungan, maka semakin berat bagi masyarakat tersebut untuk dapat meningkatkan kesejahteraanya. Ketergantungan penduduk usia muda mencapai 41,31 persen menunjukkan bahwa, sebagian besar beban yang harus ditanggung adalah dari penduduk muda (0-14 tahun) sementara untuk penduduk tua hanya mencapai 10,87 persen Piramida Penduduk Piramida Penduduk merupakan gambaran secara visual dari komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Penggunaan piramida akan membantu memudahkan mengenal dan memahami karakteristik penduduk suatu wilayah menurut umur dan jenis kelamin. Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, karakteristik penduduk dari suatu negara dapat dibedakan atas tiga ciri yaitu: Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 26

19 1. Expansive: jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Tipe ini umumnya terdapat pada negara-negara yang mempunyai angka kelahiran dan angka kematian tinggi. 2. Constrinctive: jika penduduk yang berada dalam kelompok termuda jumlahnya sedikit. Tipe ini terdapat pada negara-negara dimana tingkat kelahiran turun dengan cepat, dan tingkat kematiannya rendah. 3. Stationary: jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama, kecuali pada kelompok umur tertentu.tipe ini terdapat pada negara-negara yang mempunyai tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah. Gambar 5 Piramida Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 2010 T a h u n ,000 40,000 20, ,000 40,000 60,000 Perempuan Laki-Laki (Orang) Piramida Penduduk Kabupaten Majalengka termasuk kategori ekspansif. Ini terlihat dari melebarnya piramida penduduk pada Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 27

20 kelompok usia muda. Hal tersebut menunjukkan masih tingginya angka kelahiran dan turunnya angka kematian. Pada kelompok umur tahun dan tahun terdapat lekukan yang cukup dalam dibandingkan dengan kelompok umur muda lainnya. Hal ini dimungkinkan karena program KB pada kurun waktu tersebut berada pada level tertinggi, sehingga kesadaran tentang pembatasan kelahiran benar-benar dilaksanakan. Turunnya tingkat kematian terutama pada usia muda sementara angka fertilitas tetap tinggi juga menyebabkan melebarnya dasar piramida penduduk. Faktor fertilitas akan lebih besar pengaruhnya terhadap dasar piramida, semakin turun angka fertilitas maka dasar piramida juga akan semakin menyempit. Faktor migrasi yaitu perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah yang lain akan mempengaruhi piramida pada kelompok umur dewasa. Biasanya yang melakukan migrasi adalah mereka yang bekerja (sekolah) di luar kota. Fenomena yang terjadi di Kabupaten Majalengka terlihat bahwa migrasi dilakukan oleh kaum perempuan dan laki-laki dalam rangka mencari nafkah (penghidupan) yang lebih baik ke luar kota bahkan ke luar negeri. Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 28

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pem-bangunan. Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan permasalahannya. Permasalahan tersebut diantaranya besarnya jumlah

Lebih terperinci

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010 Sektor industri memegang peranan sangat penting dalam peningkatan pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor ini selain cepat meningkatkan nilai tambah juga sangat besar perannya dalam penyerapan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 25 dimana : (dj + ) = jarak euclidian alternatif ke j kepada solusi ideal positif; (dj - ) = jalak euclidian alternatif ke j ke solusi ideal negatif. (5) Menghitung kedekatan dengan solusi ideal Perhitungan

Lebih terperinci

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang. Letak Kabupaten Majalengka secara geografis di bagian Timur Provinsi Jawa Barat yaitu Sebelah Barat antara 108 0 03-108 0 19 Bujur Timur, Sebelah Timur 108 0 12-108 0 25 Bujur Timur, Sebelah Utara antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang enduduk merupakan modal dasar dalam proses pembangunan. enduduk yang besar akan sangat bermanfaat sebagai modal sumber daya manusia, tetapi juga bisa merugikan bila

Lebih terperinci

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Majalengka terdiri atas 26 Kecamatan dan 334 Desa. Dari 334 desa tersebut meliputi 321 berstatus desa dan 13 berstatus kelurahan. Bila dilihat dari klasifikasi desanya terdapat 3 desa swadaya

Lebih terperinci

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka 4.1. Pendidikan Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Peningkatan SDM lebih difokuskan pada pemberian kesempatan

Lebih terperinci

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0 GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0 2.1 KEBIJAKAN PERENCANAAN Keberadaan suatu wilayah tidak terlepas dari perkembangan wilayah lainnya yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Kebijakan nasional akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris, Lebih dari 60% penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Berbagai tanaman dikembangkan di Indonesia,

Lebih terperinci

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp. Realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten selama tahun anggaran 2009 tercatat mencapai Rp. 966.481.044.588,- Sedangkan realisasi pengeluaran mencapai Rp. 928.141.675.797,- Bila dilihat dari penerimaan

Lebih terperinci

RELIGIUS, MAJU, SEJAHTERA TERWUJUDNYA KABUPATEN (REMAJA) VISI KABUPATEN MAJALENGKA MAJALENGKA YANG. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 1

RELIGIUS, MAJU, SEJAHTERA TERWUJUDNYA KABUPATEN (REMAJA) VISI KABUPATEN MAJALENGKA MAJALENGKA YANG. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya adalah usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam pelaksanaannya perencanaan pembangunan memerlukan ketersediaan data yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : NOMOR : TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA NO HARI, TANGGAL PUKUL NAMA OPD/UNIT KERJA 1 2 3 4 Selasa, 2 September 2014 Rabu, 3 September 2014 Kamis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan perekonomin Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan masih tetap positif, utamanya bila mampu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 59 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografi, topografi, tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komoditas kedelai merupakan jenis barang yang termasuk ke dalam kebutuhan penting bagi masyarakat Indonesia yaitu sebagai salah satu makanan pangan selain beras,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian-pengertian Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu Demos yang artinya rakyat atau penduduk dan Grafien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan distribusi penduduk karena perubahan beberapa komponen demografi seperti Kelahiran (Fertilitas),

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat yang cocok untuk semua tanaman hortikultura, hal ini merupakan salah satu keutungan komparatif

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak 156.626 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak 9 Perusahaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sasaran Metodologi Ruang Lingkup Wilayah 2

DAFTAR ISI. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sasaran Metodologi Ruang Lingkup Wilayah 2 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 2 1.3 Sasaran 2 1.4 Metodologi 2 1.5 Ruang Lingkup Wilayah 2 BAB II Inventarisasi Data Wilayah, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 3 2.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ITB Central Library, penduduk (population) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ITB Central Library, penduduk (population) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk dapat diartikan sebagai suatu kesatuan organisme yang terdiri dari individu, individu yang sejenis yang mendiami suatu daerah dengan batasbatas tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan pariwisata Indonesia, pemerintah secara jelas menggariskan bahwa pengembangan industri pariwisata di Indonesia memiliki banyak sasaran, diantaranya

Lebih terperinci

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU 1. Sensus Penduduk 2010 dan penyebaran tingkat Kabupaten/Kota Penduduk Provinsi Bengkulu hasil sensus penduduk tahun

Lebih terperinci

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun, Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun, Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun, Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN IV

ASPEK KEPENDUDUKAN IV KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami usia kerja, tenaga kerja, angkatan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pengertian Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk dan Grafein adalah menulis. Jadi demografi adalah tulisantulisan

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk

EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk Afid Nurkholis Email: afidnurkholis@gmail.com ABSTRAK Pengukuran terhadap karakteristik

Lebih terperinci

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER www.bimbinganalumniui.com 1. Pada umumnya bahan-bahan yang dikumpulkan dari sensus bersifat demografis, ekonomis, dan sosial. Bahanbahan yang bersifat demografis (1) Kewarganegaraan (2) Umur (3) Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.1 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.1 1. Dinamika penduduk dipengaruhi oleh faktor berikut, kecuali... Natalitas Mortalitas Migrasi Moralitas Dinamika kependudukan adalah perubahan jumlah

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go ii Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 ISBN : 978-979-064-314-7 No. Publikasi: 04000.1109 Katalog

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk yang begitu besar di Negara yang sedang berkembang seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. Dalam Wicaksono

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. penduduk, dan Grafein adalah menulis. Jadi demografi adalah tulisan tulisan atau

BAB 2 LANDASAN TEORI. penduduk, dan Grafein adalah menulis. Jadi demografi adalah tulisan tulisan atau 16 Daftar pustaka dan lampiran. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pengertian Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah menulis. Jadi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH. Tanjungpinang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Tanjungpinang. Ir. ABRIANSYAH MULLER NIP

SEKAPUR SIRIH. Tanjungpinang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Tanjungpinang. Ir. ABRIANSYAH MULLER NIP SEKAPUR SIRIH Sebagai pengemban amanat UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang statistik serta sejalan dengan rekomendasi PBB mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan, maka BPS menyelengarakan Sensus Penduduk 2010.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri berasal dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri berasal dari BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian-pengertian Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu Demos yang berarti rakyat atau penduduk dan Grafien

Lebih terperinci

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya PENDAHULUAN Studi demografi menekankan tiga fenomena perubahan penduduk, yakni: 1. Dinamika Penduduk (Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah

Lebih terperinci

SP2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Kabupaten Nabire- Angka Sementara

SP2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Kabupaten Nabire- Angka Sementara 1 Sekapur sirih Badan Pusat Statistik selaku pengemban amanat Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997 tentang statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bertanggung jawab menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan titik sentral pembangunan. Konsep ini lahir dari Konfrensi Asia Pasifik ke 5 di Bangkok, Thailand pada Desember 2002. Dalam konsep ini, penduduk

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Isu aktual yang berkembang dewasa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lahan 4.1.1 Kemiringan Pemetaan lahan potensial budidaya gurame pada parameter kemiringan lahan disusun berdasarkan peta kemiringan lereng yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang 56 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Letak Wilayah dan Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan luas

Lebih terperinci

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN Http://arali2008.wordpress.com LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN OLEH Arsad Rahim Ali Staf Dinas Kesehatan Kab Polewali Mandar Analisa kependudukan dibatasi pada analisa distribusi jenis kelamin dan usia,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Demografi Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendri berasal dari bahasa Yunani yaitu Demos yang berarti rakyat atau penduduk dan Grafein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dalam konteks demografi cukup memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demografi adalah suatu studi statistik dan matematik tentang jumlah komposisi dan persebaran penduduk, serta perubahan faktor-faktor ini setelah melewati kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian awal dari suatu penelitian. Bab pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah yang menjelaskan timbulnya alasan-alasan

Lebih terperinci

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi ANALISIS POTENSI LAHAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Diajukan oleh:

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Senin, 26 Desember :43 - Terakhir Diperbaharui Senin, 09 Januari :16

Ditulis oleh Administrator Senin, 26 Desember :43 - Terakhir Diperbaharui Senin, 09 Januari :16 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan. Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan masalah kependudukan, seperti

Lebih terperinci

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI MODUL ONLINE 20.11 INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI FERANI MULIANINGSIH PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 i A. PENDAHULUAN Materi-materi pembelajaran

Lebih terperinci

KABUPATEN BREBES. Data Agregat per Kecamatan

KABUPATEN BREBES. Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN BREBES Data Agregat per Kecamatan Sekapur Sirih Bahwa Sensus Penduduk 2010 merupakan kegiatan berskala nasional bersifat masif yang memakan biaya sangat besar dan melibatkan petugas yang sangat

Lebih terperinci

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia Mulai Tahun 1961 sampai Tahun 2010

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia Mulai Tahun 1961 sampai Tahun 2010 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia Mulai Tahun 1961 sampai Tahun 2010 Kondis i penduduk di suatu negara sangat besar pengaruhnya terhadap pembangunan nasional. Jumlah penduduk di suatu negara

Lebih terperinci

Demografi formal = Demografi murni. Sumber data Sekunder. Pengambilan Data Penduduk. Registrasi Survai

Demografi formal = Demografi murni. Sumber data Sekunder. Pengambilan Data Penduduk. Registrasi Survai PB 3 KEPENDUDUKAN Beberapa pengertian Demografi (demos=rakyat,grafein=tulisan) : ilmu tentang penduduk dengan karakteristiknya yg khusus Demografi Demografi formal = Demografi murni Demografi sosial =

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah pokok

Lebih terperinci

Ruang Lingkup dan Fungsi Dasar Mempelajari Ilmu Kependudukan

Ruang Lingkup dan Fungsi Dasar Mempelajari Ilmu Kependudukan Ruang Lingkup dan Fungsi Dasar Mempelajari Ilmu Kependudukan Kependudukan Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Konsep Demografi Demografi adalah studi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang jumlah penduduk,

Lebih terperinci

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam hayati karena dilihat dari letak astronomisnya, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki

Lebih terperinci

pengisian data dan cara pembuatan grafik. setelah pengolahan dan analisa perhitungan serta saran-saran yang

pengisian data dan cara pembuatan grafik. setelah pengolahan dan analisa perhitungan serta saran-saran yang Pada bab ini dijelaskan tentang cara pengaktifan jendela excel, pengisian data dan cara pembuatan grafik. BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup yang mencakup kesimpulan yang diambil setelah

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Kabupaten OKU Selatan merupakan pemekaran dari. Kabupaten Ogan Komering Ulu, terbentuknya Kabupaten OKU

GAMBARAN UMUM. Kabupaten OKU Selatan merupakan pemekaran dari. Kabupaten Ogan Komering Ulu, terbentuknya Kabupaten OKU ` GAMBARAN UMUM Kabupaten OKU Selatan memiliki geografis perbukitan dengan luas 549.394 Ha yang terdiri dari 19 Kecamatan dan 259 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 mencapai 320.290

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji dan Syukur kita Panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017 ini

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 11 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 11 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 11 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia di kategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencangkup lima masalah

Lebih terperinci

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia ==================================================================================== BAB I Pendahuluan Secara harfiah kata Demografi

Lebih terperinci

Data Penduduk Kabupaten Murung Raya 2014

Data Penduduk Kabupaten Murung Raya 2014 Data Penduduk Kabupaten Murung Raya 2014 DESKRIPTIF SINGKAT Pada bagian ini akan membahas beberapa angka penting dari hasil pengolahan data proyeksi penduduk Kabupaten Murung Raya 2014. Pembahasan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah pokok

Lebih terperinci

ht //j ak tp : s. go.b p ta ar.id / ht //j ak tp : s. go.b p ta ar.id / PROFIL KEPENDUDUKAN HASIL SUPAS2015 PROVINSI DKI JAKARTA ISBN : No Publikasi : 31520.1603 Katalog BPS : 2101014.31 Ukuran Buku :

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemakai data kependudukan, khususnya para perencana, pengambil kebijaksanaan, dan peneliti sangat membutuhkan data penduduk yang berkesinambungan dari tahun ke

Lebih terperinci

KABUPATEN MA'ALENGKA. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi.

KABUPATEN MA'ALENGKA. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. DAFTAR KEGATAN TAHUN ANGGARAN 202 PERUBAHAN DNAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AR PERTAMBANGAN DAN ENERG KABUPATEN MA'ALENGKA NO KEGATAN/PEKERJAAN PAGU ANGGARAN SUMBER DANA MUTA PELAKSANAAN KETERANGAN 2 3 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang menuju perubahan ke negara maju dimana pelaksanaan pembangunan sedang giat-giatnya dilakukan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara berkembang di dunia. Hal yang paling mendasar yang umum dijumpai dalam suatu negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada 20 tahun terakhir ini fenomena perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain atau bisa disebut juga urbanisasi menjadi salah satu fenomena sosial yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Kelompok Industri Pangan Kabupaten Majalengka. No Jenis Industri/ Produksi Sentra Produksi.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Kelompok Industri Pangan Kabupaten Majalengka. No Jenis Industri/ Produksi Sentra Produksi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Majalengka yang merupakan salah satu bagian dari wilayah administratif pemerintah Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak di bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk sebesar 237.641.326 jiwa sedangkan jumlah penduduk Provinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1Pengertian pengertian Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Kata demografi berasal dari bahasa yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein

Lebih terperinci

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN Kondisi lingkungan sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Jumlah penduduk yang semakin tinggi memberikan tekanan yang cukup

Lebih terperinci

.g o..b ps w w w tp :// ht id .g o..b ps w w w tp :// ht id PROFIL PENDUDUK INDONESIA HASIL SUPAS 2015 ISBN: 978-602-438-027-4 Nomor Publikasi: 04110.1613 Katalog: 2101033 Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm

Lebih terperinci

MIGRASI. Oleh : CHOTIB Donovan Bustami

MIGRASI. Oleh : CHOTIB Donovan Bustami MIGRASI Oleh : CHOTIB Donovan Bustami 1. Konsep dan Definisi Migrasi Migrasi merupakan salah satu dari tiga komponen dasar dalam demografi. Komponen ini bersama dengan dua komponen lainnya, kelahiran dan

Lebih terperinci

Katalog BPS: TREN/ REN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI. BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA - INDONESIA

Katalog BPS: TREN/ REN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI.  BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA - INDONESIA Katalog BPS: 2204008. TREN/ REN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA - INDONESIA TREN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA

Lebih terperinci