2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Burung Hantu ( Tyto alba ) dan Pemanfaatannya Partisipasi Masyarakat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Burung Hantu ( Tyto alba ) dan Pemanfaatannya Partisipasi Masyarakat"

Transkripsi

1 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Burung Hantu (Tyto alba) dan Pemanfaatannya Burung hantu (Tyto alba) pertama kali dideskripsikan oleh Giovani Scopoli tahun Nama alba berkaitan dengan warnanya yang putih. Burung Tyto alba termasuk dalam famili Tytonidae yang memiliki 25 genus yang terdeskripsi dan untuk spesies Tyto yang sudah terdeskripsikan terdapat 17 jenis burung (Lewis, 1998). Menurut Setiawan (2004), Tyto alba mempunyai ciri-ciri khusus seperti kepala besar dan membulat, wajah berbentuk hati berwarna putih dengan tepi kecoklatan, mata menghadap ke depan sehingga mudah dikenali, iris mata berwarna hitam, paruh tajam menghadap kebawah dan warna keputihan. Pada sayap dan punggung terdapat tanda mengkilap. Sayapnya didominasi warna kelabu, sawo matang dan berwarna putih. Kakinya panjang dan sangat kokoh serta mempunyai daya cengkeram yang kuat untuk mencengkram mangsanya. Burung Tyto alba merupakan burung pemangsa tikus yang memiliki peran penting bagi lingkungan (Bachynski dan Harris, 2002). Perannya sebagai pemangsa puncak (top predator) menjadikannya sebagai salah satu komponen keseimbangan dalam rantai makanan. Kebutuhan konsumsi mampu mencapai sekitar 1/3 dari berat tubuh. Untuk burung berumur 2-4 minggu, rata-rata konsumsinya sekitar 2-4 ekor tikus per malam. Sedangkan umur 3-5 minggu, mampu mengkonsumsi hingga 5-10 ekor per malam (Anonim, 2014). Pemanfaatan Tyto alba sebagai musuh alami terhadap hama, khususnya tikus telah lama diterapkan di berbagai belahan dunia. Tidak terkecuali di Tlogoweru, masyarakat juga sudah memulai gerakan untuk memanfaatkan burung hantu Partisipasi Masyarakat Davis dalam Septiany Irma (2012) menyatakan bahwa partisipasi adalah keadaan mental dan emosional dari lingkungan seseorang yang membuatnya berani/yakin untuk berkontribusi dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Di dalam pengertian ini, terdapat 3 hal yang penting apabila seorang pemimpin ingin menerapkan seni partisipasi, yakni : 5

2 6 a. Unsur pertama adalah terdapat keikutsertaan serta keterlibatan secara mental / perasaan dan jasmaniah b. Unsur kedua adalah bersedia memberi suatu sumbangan secara ikhlas untuk mencapai tujuan kelompok. c. Unsur ketiga adalah adanya sense of belongingness/rasa memiliki di dalam keanggotaan. Partisipasi juga merupakan pengikutsertaan masyarakat untuk terlibat langsung dalam setiap tahapan proses pembangunan mulai dari perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pelaksanaan (Actuating) sampai kepada monitoring dan evaluasi (Controlling) Bentuk Partisipasi Partisipasi menjadi berkembang bukan hanya mengenai keterlibatan fisik, pikiran dan perasaan saja. Bentuk keterlibatan bisa menjadi lebih bervariasi seperti yang berikut ini, merupakan beberapa bentuk partisipasi masyarakat : 1. Pikiran (Psychological Participation); 2. Tenaga (Physical Participation); 3. Pikiran dan tenaga (Psychological and Physical Participation); 4. Keahlian (Participation with skill); 5. Barang (Material Participation) dan; 6. Uang (Money Participation). (Septiany Irma, 2012) Tingkat Partisipasi Arnstein (1969) menformulasikan peran serta masyarakat sebagai bentuk kekuatan rakyat (citizen participation is citizen power). Terjadi pembagian kekuatan (power) yang memungkinkan masyarakat yang sekarang dikucilkan untuk terlibat dimasa yang akan datang. Singkat kata, peran serta masyarakat menurut Arnstein adalah cara masyarakat terlibat dalam perubahan sosial yang memungkinkan mereka mendapatkan keuntungan dari kelompok yang berpengaruh. Lewat tipologi yang dikenal dengan Delapan Tangga Peran Serta Masyarakat (Eight Rungs on the Ladder of Citizen Participation), Arnstein menjabarkan peran serta masyarakat yang didasarkan pada kekuatan masyarakat.

3 7 Citizen Control-Pengawasan Masyarakat Delegated Power-Pendelegasian Kekuasaan Citizen Power Partnership-Kemitraan Placation-Peredaman Consultation-Konsultasi Tokenism Gambar 2. Tangga Partisipasi Publik Sumber: Data Primer 2015 Arnstein mencoba mengelompokkan delapan anak tangga menjadi tiga bagian. Bagian kesatu, Nonparticipation (Tidak Ada Partisipasi) berjenjang dari Manipulation dan Therapy. Pada bagian ini, otoritas yang berkuasa sengaja menghapus segala bentuk partisipasi publik. Di level Manipulation, mereka memilih dan mendidik sejumlah orang sebagai wakil dari publik. Fungsinya, ketika mereka mengajukan berbagai program, maka para wakil publik tadi harus selalu menyetujuinya. Sedangkan publik sama sekali tidak diberitahu tentang hal tersebut. Pada level Therapy, mereka sedikit memberitahu kepada publik tentang beberapa programnya yang sudah disetujui oleh wakil publik. Publik hanya bisa mendengarkan. Informing-Menyampaikan Informasi Therapy-Terapi Manipulation-Manipulasi Bagian kedua, Tokenism (Delusif) yang memiliki rentang dari Informing, Consultation dan Placation. Dalam Tokenism, otoritas yang berkuasa menciptakan citra dan tidak lagi menghalangi partisipasi dari publik. Namun pada akhirnya pihak otoritas akan mengabaikan partisipasi yang dilakukan oleh publik dan mereka tetap mengeksekusi rencananya semula. Ketika berada di level Informing, mereka menginformasikan macam-macam program yang akan dan sudah dilaksanakan. Namun hanya dikomunikasikan searah, publik belum dapat melakukan komunikasi umpan-balik secara langsung. Nonparticipation Untuk level Consultation, mereka berdiskusi dengan banyak elemen publik tentang berbagai agenda. Semua saran dan kritik didengarkan, tetapi mereka yang kuasa memutuskan apakah saran dan kritik dari publik dipakai atau tidak. Lalu pada level Placation, mereka berjanji melakukan berbagai saran dan kritik dari publik. Namun janji tinggal janji, mereka diam-diam menjalankan rencananya semula.

4 8 Partnership, Delegated Power dan Citizen Control merupakan jajaran tingkatan di bagian ketiga, Citizen Power (Publik Berdaya). Saat partisipasi publik telah mencapai Citizen Power, maka otoritas yang berkuasa sedang benar-benar mendahulukan peran serta publik dalam berbagai hal. Saat tiba di level Partnership, mereka memperlakukan publik selayaknya rekan kerja. Mereka bermitra dalam merancang dan mengimplementasi aneka kebijakan publik. Naik ke level Delegated Power, mereka mendelegasikan beberapa kewenangannya kepada publik. Contoh, publik punya hak veto dalam proses pengambilan keputusan. Level tertinggi yaitu Citizen Control. Publik yang lebih mendominasi ketimbang mereka. Bahkan sampai dengan mengevaluasi kinerja mereka. Partisipasi publik yang ideal tercipta di level ini Faktor-faktor yang Berperan dalam Partisipasi Petani Faktor Internal Angell dalam Heri Susanti (2013) mengatakan bahwa, partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Umur Faktor usia merupakan faktor yang berperan dalam sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas, dengan keterikatan moral dan norma yang mantap cenderung lebih banyak berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya. 2. Tingkat Pendidikan Dianggap sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat berperan dalam sikap hidup seseorang terhadap lingungannya. Suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. 3. Jenis Pekerjaan Pekerjaan seseorang dianggap berperan dalam penghasilan yang diperoleh untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, sehingga dapat mendorong seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

5 9 4. Lamanya Tinggal Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut, akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungannya. 5. Jumlah Fasilitas Kepercayaan untuk memiliki dan menjaga lebih dari 1 fasilitas (yang dapat memberikan manfaat), cenderung akan meningkatkan partisipasi orang tersebut Faktor Eksternal Pangestu dalam Susanti Heri (2013) juga menyatakan bahwa faktor-faktor eksternal yang dapat berperan dalam partisipasi petani. Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yakni: 1. Faktor Kepemimpinan Kelompok Di dalam menggerakkan partisipasi, sangat diperlukan adanya pimpinan dan kualitas kepemimpinan. 2. Faktor Komunikasi Petani Gagasan gagasan, ide, kebijakan dan rencana-rencana baru akan mendapat dukungan bila diketahui dan dikomunikasikan kepada masyarakat khususnya dalam hal ini adalah petani. 3. Proses Belajar Petani dapat merasakan manfaat dari proses pembelajaran dan hal tersebut berpengaruh terhadap keterlibatan mereka dalam kegiatan. Petani juga dapat menilai dan menemukan langsung potensi maupun kesalahan selama mengikuti proses pembelajaran (Girsang, 2011). 2.2 Hipotesis Tingkatan dan bentuk partisipasi masyarakat petani padi di Desa Tlogoweru dapat digambarkan. Faktor internal yang diduga mempengaruhi partisipasi petani di Desa Tlogoweru adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan sampingan, lamanya tinggal dan jumlah kepemilikan rubuha. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah kepemimpinan, komunikasi dan proses pembelajaran.

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan 2.1 Definisi Partisipasi Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Mubyarto dalam Ndraha (1990), partisipasi adalah kesediaan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Produktivitas Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produktivitas

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Produktivitas Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produktivitas 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Produktivitas Berbicara tentang produktivitas, maka akan menyangkut tentang masalah hasil akhir yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh didalamproses

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Wilayah Desa Tlogoweru Sumber: Arsip Desa, 2015

Gambar 3. Peta Wilayah Desa Tlogoweru Sumber: Arsip Desa, 2015 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Lokasi Penelitian Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah desa sebagai berikut Batas

Lebih terperinci

BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN

BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN 50 BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN Dalam penelitian ini, keberlanjutan kelembagaan dikaji berdasarkan tingkat keseimbangan antara pelayanan-peran serta (manajemen), tingkat penerapan prinsip-prinsip good

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)

TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) (Studi Kasus pada Campaka Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA)

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan dua hal yang amat penting, pertama adalah

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH

TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH 45 TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH Bentuk Partisipasi Stakeholder Pada tahap awal kegiatan, bentuk partisipasi yang paling banyak dipilih oleh para stakeholder yaitu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang adalah:

BAB V PENUTUP. Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang adalah: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari analisis data mengenai Dampak Pemberdayaan Masyarakat bagi Perempuan mengenai Pelaksanaan CSR PT. Badak NGL terhadap Anggota Perempuan Kelompok Tani Lestari

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015 1 BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar) PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Oleh: Aip Rusdiana 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan salah satu spesies hewan pengerat yang mengganggu aktivitas manusia terutama petani. Menurut Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Literatur. Survei Lokasi. Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Literatur. Survei Lokasi. Pengumpulan Data BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini dimulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini: Studi Literatur

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Wilayah Pesisir

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Wilayah Pesisir 6 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Wilayah Pesisir Sampai saat ini memang belum ditemukan definisi yang pasti mengenai wilayah pesisir karena batas-batas yang ada bisa berubah sewaktu-waktu, namun ada beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan hutan dan lahan di Indonesia telah banyak menyebabkan kerusakan lingkungan. Salah satunya adalah kritisnya sejumlah daerah aliran sungai (DAS) yang semakin

Lebih terperinci

Identifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Air Bersih di Kelurahan Cihaurgeulis

Identifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Air Bersih di Kelurahan Cihaurgeulis Reka Lingkungan Teknik Lingkungan Itenas No.1 Vol. 6 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2018 Identifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Air Bersih di Kelurahan Cihaurgeulis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Partisipasi Masyarakat Pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia, dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung pada masyarakat

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembangunan Masyarakat Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Pemberdayaan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembangunan Masyarakat Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Pemberdayaan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembangunan Masyarakat Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang disengaja dan direncanakan. Lebih lengkap lagi, pembangunan diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Keduang, daerah hulu DAS Bengawan Solo, dengan mengambil lokasi di sembilan Desa di Kabupaten Wonogiri yang menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 62 III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Indikator Variabel 1. Difinisi Variabel Definisi variabel dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi Berasal dari Bahasa Inggris yaitu Participation yang artinya

BAB IITINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi Berasal dari Bahasa Inggris yaitu Participation yang artinya BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Defenisi Partisipasi Partisipasi Berasal dari Bahasa Inggris yaitu Participation yang artinya pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Juliantara

Lebih terperinci

TINJAUAN ANALYTICAL SCALE OF PARTICIPATION TERHADAP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI INDONESIA

TINJAUAN ANALYTICAL SCALE OF PARTICIPATION TERHADAP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI INDONESIA TINJAUAN ANALYTICAL SCALE OF PARTICIPATION TERHADAP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI INDONESIA Oleh : Johanes. D. Lahunduitang 1, Fela Warouw 2 ( 1 Staf Pengajar Universitas Sariputra

Lebih terperinci

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Di Daerah Irigasi Way Umpu Kabupaten Way Kanan

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Di Daerah Irigasi Way Umpu Kabupaten Way Kanan 2016 Biro Penerbit Planologi Undip Volume 12 (1): 86 97Maret 2016 Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Di Daerah Irigasi Way Umpu Kabupaten Way Kanan Ronaldi

Lebih terperinci

Pola Aktivitas HarianPasangan Burung Serak Jawa (Tyto alba) di Sarang Kampus Psikologi Universitas Diponegoro Tembalang Semarang.

Pola Aktivitas HarianPasangan Burung Serak Jawa (Tyto alba) di Sarang Kampus Psikologi Universitas Diponegoro Tembalang Semarang. BIOMA, Juni 2008 ISSN: 1410-8801 Vol. 6, No. 2, Hal. 23-29 Pola Aktivitas HarianPasangan Burung Serak Jawa (Tyto alba) di Sarang Kampus Psikologi Universitas Diponegoro Tembalang Semarang Mochamad Hadi

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI (Oryza sativa L) JAJAR LEGOWO 4 : 1 (Studi Kasus pada Kelompoktani Gunung Harja di Desa Kalijaya Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Yogyakarta) masih memiliki areal pertanian yang cukup luas dan merupakan salah satu daerah pemasok beras dan kebutuhan pangan lainnya di

Lebih terperinci

PARTISIPASI PEMILIK RUMAH KOS DALAM IMPLEMENTASI PERDA KOTA SEMARANG NO. 3 TAHUN 2011 DI KELURAHAN TEMBALANG. Oleh : Mey Prastiwi, Tri Yuniningsih

PARTISIPASI PEMILIK RUMAH KOS DALAM IMPLEMENTASI PERDA KOTA SEMARANG NO. 3 TAHUN 2011 DI KELURAHAN TEMBALANG. Oleh : Mey Prastiwi, Tri Yuniningsih PARTISIPASI PEMILIK RUMAH KOS DALAM IMPLEMENTASI PERDA KOTA SEMARANG NO. 3 TAHUN 2011 DI KELURAHAN TEMBALANG Oleh : Mey Prastiwi, Tri Yuniningsih DEPARTEMEN ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi berasal dari bahasa latinpartisipare yang mempunyai arti dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi berasal dari bahasa latinpartisipare yang mempunyai arti dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi Masyarakat 2.1.1 Pengertian partisipasi Partisipasi berasal dari bahasa latinpartisipare yang mempunyai arti dalam bahasa Indonesia mengambil bagian atauturut serta

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI KANIA DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI KANIA DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI KANIA DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL (Kasus Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat) DEBI WIRANTI

Lebih terperinci

BAB V TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI

BAB V TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAB V TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI 5.1. Penggolongan dan Non- LKMS Kartini Komunitas perdesaan dalam konteks penelitian ini tidak hanya dipahami sebagai sekumpulan orang, namun juga sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung serak jawa (Tyto alba javanica) pertama kali dideskripsikan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung serak jawa (Tyto alba javanica) pertama kali dideskripsikan oleh II. TINJAUAN PUSTAKA Burung serak jawa (Tyto alba javanica) pertama kali dideskripsikan oleh Giovani Scopoli oli tahun 1769. Nama alba berkaitan dengan warnanya yang putih (Lewis, 1998). Burung Serak Jawa

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA TINGGAL TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

PENGARUH LAMA TINGGAL TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PENGARUH LAMA TINGGAL TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN Sigit Wijaksono Architecture Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Suratmo (1992), menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia

Lebih terperinci

PARTISPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI NON HIBRIDA

PARTISPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI NON HIBRIDA PARTISPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI NON HIBRIDA (Sudi Kasus : Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darusslam)

Lebih terperinci

BAB II KONSEP TEORITIS. Inggris participation yang berarti pengambilan bagian, melalui pikiran atau langsung dalam bentuk fisik. 2

BAB II KONSEP TEORITIS. Inggris participation yang berarti pengambilan bagian, melalui pikiran atau langsung dalam bentuk fisik. 2 31 BAB II KONSEP TEORITIS A. Teori Partisipasi Masyarakat 1. Pengertian partisipasi Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi. Bila dilihat dari asal katanya, kata partisipasi berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Aspirasi, Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Aspirasi, Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Aspirasi, Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat Kebutuhan menurut Dwiyanto dkk (2003) adalah sesuatu rasa baik itu dalam bentuk produk, jasa, pelayanan, kesenangan dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS. Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPP Jambi

PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS. Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPP Jambi PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPP Jambi ABSTRAK Pemanfaatan Burung hantu (Tyto alba) sebagai predator tikus merupakan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (06) ISSN: 7-59 (0-97 Print) C88 Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kotalama Kota Malang Irwansyah Muhammad

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ton/hektar turun sekitar 0,13 ton/hektar menjadi 6,17 ton/hektar di tahun 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. ton/hektar turun sekitar 0,13 ton/hektar menjadi 6,17 ton/hektar di tahun 2014 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi Pertanian Padi D.I.Yogyakarta Produktivitas dan produksi padi sawah D.I.Yogyakarta tahun 2013-2014 mengalami penurunan. Pada tahun 2013 produktivitas padi ladang sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Kawasan Konservasi Perairan menurut IUCN (Supriharyono,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Kawasan Konservasi Perairan menurut IUCN (Supriharyono, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kawasan Konservasi Perairan 1. Pengertian Kawasan Konservasi Perairan Definisi Kawasan Konservasi Perairan menurut IUCN (Supriharyono, 2009)adalah suatu kawasan laut atau paparan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS. Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPPP Jambi

PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS. Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPPP Jambi PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPPP Jambi I. PENDAHULUAN Burung hantu (Tyto alba) kini makin popular di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Input Data

Lampiran 1. Hasil Input Data LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Input Data Lampiran 2. Uji Validitas dan Realibilitas Kuisioner Penelitian Dari hasil kuisioner di atas, dengan jumlah responden atau n sebanyak 30 dan jumlah pertanyaan sebanyak

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Pada bagian ini disajikan tinjauan literatur yang berkaitan dengan beberapa konsep yang digunakan pada penelitian ini. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat

Lebih terperinci

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. katanya, kata partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris participation yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. katanya, kata partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris participation yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Partisipasi Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi. Bila dilihat dari asal katanya, kata partisipasi berasal dari kata

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 7 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kelembagaan dan Modal Sosial Kelembagaan mempunyai pengertian sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkat aturan,

Lebih terperinci

ASPEK NON TEKNIS PENGELOLAAN PROYEK

ASPEK NON TEKNIS PENGELOLAAN PROYEK ASPEK NON TEKNIS PENGELOLAAN PROYEK MANAJEMEN (Pengelolaan) Praktek kegiatan manusia yang tersusun dan terorganisir dengan baik untuk mencapai suatu tujuan/sasaran Perusahaan. Mencapai tujuan/sasaran perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konseppartisipasiataupun partnership dan participationini pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. Konseppartisipasiataupun partnership dan participationini pertama kali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Partisipasi masyarakat dan pembangunan Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang berbasiskan partisipasi. Konseppartisipasiataupun partnership dan participationini

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT 41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani

Lebih terperinci

Para Hadirin yang saya hormati, Pemimpin adalah orang yang diberi wewenang untuk mengelola organisasi dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dan

Para Hadirin yang saya hormati, Pemimpin adalah orang yang diberi wewenang untuk mengelola organisasi dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dan SAMBUTAN DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN XXII, DIKLAT MANAJEMEN KUA, DIKLAT TEKNIS KEHUMASAN DAN DIKLAT KOMPETENSI PENYULUH AGAMA SE-KALIMANTAN SELATAN, TENGAH, TIMUR DAN UTARA TANGGAL 18 JULI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka PUAP adalah sebuah program peningkatan kesejahteraan masyarakat, merupakan bagian dari pelaksanaan program

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIKAN HAMA PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIKAN HAMA PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIKAN HAMA PADA PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok dalam

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 Desember 2014 hingga 30 Maret 2015. Penelitian berlokasi di Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi

Lebih terperinci

Judul merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian. Judul

Judul merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian. Judul Judul merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian. Judul yang baik akan memberikan ketertarikan pembaca terhadap isi dari penelitian itu sendiri. Selain itu, judul juga dijadikan sebuah

Lebih terperinci

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com e-mail : sitisyamsiar@yahoo.com HP : 081-1286833 Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com A. Dinamika Dinamika diartikan sebagai gerak atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang di masyarakat yang dapat

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X MANAJEMEN K-13 A. Pengertian Manajemen Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X MANAJEMEN K-13 A. Pengertian Manajemen Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X ekonomi MANAJEMEN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep dasar manajemen. 2. Memahami fungsi-fungsi manajemen.

Lebih terperinci

ANALISIS PARTISIPASI PETANI DALAM PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) DI DESA TLOGOWERU KABUPATEN DEMAK

ANALISIS PARTISIPASI PETANI DALAM PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) DI DESA TLOGOWERU KABUPATEN DEMAK ANALISIS PARTISIPASI PETANI DALAM PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) DI DESA TLOGOWERU KABUPATEN DEMAK Eriandra Budhisurya 1, Bayu Nuswantara 2 (1 Mahasiswa Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh langsung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae

Lebih terperinci

BAB VII MANAJEMEN,DAN KEPEMIMPINAN DALAM BISNIS. Copyright 2005 by South-Western, a division of Thomson Learning, Inc. All rights reserved.

BAB VII MANAJEMEN,DAN KEPEMIMPINAN DALAM BISNIS. Copyright 2005 by South-Western, a division of Thomson Learning, Inc. All rights reserved. - BAB VII MANAJEMEN,DAN KEPEMIMPINAN DALAM BISNIS MANAJEMEN Manajemen adalah proses pencapaian tujuan organisasional melalui sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya yang ada Manajer adalah mereka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) SEBAGAI PENGENDALI HAMA TIKUS DI DESA BABAHAN DAN SENGANAN, PENEBEL, TABANAN, BALI

PENGEMBANGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) SEBAGAI PENGENDALI HAMA TIKUS DI DESA BABAHAN DAN SENGANAN, PENEBEL, TABANAN, BALI BULETIN UDAYANA MENGABDI, VOLUME 16 NO. 1, JANUARI 2017 PENGEMBANGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) SEBAGAI PENGENDALI HAMA TIKUS DI DESA BABAHAN DAN SENGANAN, PENEBEL, TABANAN, BALI N. M. S. Sukmawati 1, N.W.

Lebih terperinci

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Jombang

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Jombang J-PAL, Vol. 6, No. 2, 2015 ISSN: 2087-3522 E-ISSN: 2338-1671 Partisipasi Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Jombang M. Amin Kurniawan 1*, Soemarno 2, Mangku Purnomo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Nisa Apriyani, 2014 Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Nisa Apriyani, 2014 Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Objek karya seni sangat bermacam-macam, ini sangat tergantung pada ketertarikan seniman tersebut dalam memilih objek.bukan hal kebetulan bahwa penulis sangat

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN PEDURUNGAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN PEDURUNGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN PEDURUNGAN Oleh: Niken Septihandini Puspaningtyas, Hardi Warsono, Aufarul Marom Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Berawal dari ketertarikan penulis terhadap para pemain dari film animasi Legend Of The Guardian yang tidak lain adalah burung hantu. Meskipun film ini berjenis

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 21. KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUPLatihan Soal 21.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 21. KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUPLatihan Soal 21.2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 21. KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUPLatihan Soal 21.2 1. Pemilihan yang dilakukan oleh alam untuk memilih makhluk hidup yang dapat terus bertahan hidup dan makhluk hidup yang

Lebih terperinci

ASPEK MANAJEMEN & ORGANISASI

ASPEK MANAJEMEN & ORGANISASI ASPEK MANAJEMEN & ORGANISASI Lingkup Manajemen Perencanaan (Planning) Fungsi Manajemen Pengorganisasian (Organizing) Pelaksanaan (Actuating) Goal/target usaha Pengawasan (Controlling) Lingkup Manajemen

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BURUNG HANTU UNTUK MENGENDALIKAN TIKUS DI KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

PEMANFAATAN BURUNG HANTU UNTUK MENGENDALIKAN TIKUS DI KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER PEMANFAATAN BURUNG HANTU UNTUK MENGENDALIKAN TIKUS DI KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER Nanang Tri Haryadi 1), Moh. Wildan Jadmiko 2), Titin Agustina 3) 1 Fakultas Pertanian, Universitas Jember email:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TERHADAP PERAN PARSITIPASI KIAI NU DALAM PROSES LEGISLATIF DRAFTING UU PERKAWINAN NO.1 TAHUN 1974

BAB IV ANALISA TERHADAP PERAN PARSITIPASI KIAI NU DALAM PROSES LEGISLATIF DRAFTING UU PERKAWINAN NO.1 TAHUN 1974 BAB IV ANALISA TERHADAP PERAN PARSITIPASI KIAI NU DALAM PROSES LEGISLATIF DRAFTING UU PERKAWINAN NO.1 TAHUN 1974 A. Konsep Partisipasi Politik dalam Proses Legislatif Drafting Menurut Sistem Pemerintahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan mengarahkan para pegawai

Lebih terperinci

Nama : Yohanna Enggasari. Pertanyaan :

Nama : Yohanna Enggasari. Pertanyaan : Nama : Yohanna Enggasari Pertanyaan : 1. Definisikan manajemen dan organisasi serta mengapa manajemen diperlukan dalam sebuah organisasi? 2. Sebutkan fungsi fungsi manajemen dan berikan contoh kegiatan

Lebih terperinci

(Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU. Dhamayanti A.

(Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU. Dhamayanti A. METODE PENGENDALIAN HAMA TIKUS (Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN oleh Dhamayanti A. PENGENDALIAN TIKUS, Rattus tiomanicus MILLER Sebelum th 1970, rodentisida (Klerat, ratropik dengan

Lebih terperinci

MASYARAKAT RESTI TARYANIA

MASYARAKAT RESTI TARYANIA ANALISIS MODAL SOSIAL DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT RESTI TARYANIA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DEPARTEMEN DAN PENGEMBANGA SAINS AN MASYARAKAT KOMUNIKA FAKULTAS ASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations sangat berkembang saat ini dalam suatu perusahaan atau organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations sangat berkembang saat ini dalam suatu perusahaan atau organisasi. BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Public Relations sangat berkembang saat ini dalam suatu perusahaan atau organisasi. Public relations atau PR memiliki peranan penting dalam perusahaan yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan Tentang Strategi Pembangunan Partisipatif a. Pengertian Strategi Definisi strategi dapat dicermati melalui pendapat Kennet Endrews dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

BAB IV GAYA KEPEMIMPINAN KETUA UMUM HMI KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG PERIODE DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK KADER

BAB IV GAYA KEPEMIMPINAN KETUA UMUM HMI KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG PERIODE DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK KADER 63 BAB IV GAYA KEPEMIMPINAN KETUA UMUM HMI KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG PERIODE 2015-2016 DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK KADER A. Gaya Kepemimpinan HMI Komisariat Dakwah IAIN Raden

Lebih terperinci

BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA SOSIAL CSR BERDASARKAN PELAPISAN SOSIAL

BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA SOSIAL CSR BERDASARKAN PELAPISAN SOSIAL BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA SOSIAL CSR BERDASARKAN PELAPISAN SOSIAL.1 Karakteristik Komunitas Dampak CSR dan Bukan Dampak CSR.1.1 Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian diketahui

Lebih terperinci

VII. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN HUTAN KEMASYARAKATAN DI PULAU LOMBOK 7.1. Bentuk, Tipe dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam

VII. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN HUTAN KEMASYARAKATAN DI PULAU LOMBOK 7.1. Bentuk, Tipe dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam VII. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN HUTAN KEMASYARAKATAN DI PULAU LOMBOK 7.1. Bentuk, Tipe dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Hutan Kemasyarakatan Partisipasi merupakan sebuah

Lebih terperinci

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR Oleh: WAHYU DYAH WIDOWATI L2D 003 378 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk mencapai tujuan akan sia-sia.

Lebih terperinci

Pengertian Kepemimpinan, Pemimpin dan Pimpinan

Pengertian Kepemimpinan, Pemimpin dan Pimpinan II. Pengertian Kepemimpinan, Pemimpin dan Pimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan. Setiap dan semua organisasi apapun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan seorang pimpinan tertinggi ( pimpinan puncak/top

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA TIKUS DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN BURUNG HANTU (Tyto alba) Sylvia Madusari. Abstrak

PENGENDALIAN HAMA TIKUS DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN BURUNG HANTU (Tyto alba) Sylvia Madusari. Abstrak PENGENDALIAN HAMA TIKUS DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN BURUNG HANTU (Tyto alba) Sylvia Madusari Abstrak Hama tikus merupakan hama utama pada perkebunan kelapa sawit. Pada tanaman kelapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran

Lebih terperinci

Partisipasi masyarakat lokal..

Partisipasi masyarakat lokal.. Partisipasi masyarakat lokal.. Kontribusi Dari Slamet Luwihono Tuesday, 02 October 2007 Pemutakhiran Terakhir Thursday, 08 November 2007 OPTIMALISASI PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro KEMITRAAN SEKOLAH Workshop Strategi Pengembangan Mutu Sekolah Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah diselenggarakan Prodi S2 Manajemen Pendidikan dan S3 Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

Tugas : e Learning Administrasi Bisnis Nama : Erwin Febrian Nim :

Tugas : e Learning Administrasi Bisnis Nama : Erwin Febrian Nim : Tugas : e Learning Administrasi Bisnis Nama : Erwin Febrian Nim : 14121005 A. Pengertian Manajemen Bisnis memliki arti luas, bisa diartikan menjadi beberapa arti, antara lain 1) Manajemen sebagai suatu

Lebih terperinci

II. PENDEKATAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kemiskinan

II. PENDEKATAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kemiskinan 6 II. PENDEKATAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kemiskinan Kemiskinan dapat dikelompokkan ke dalam kemiskinan struktural, kemiskinan kultural dan kemiskinan alamiah. Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. penelitian ini baik tentang Tanah Lot ataupun perempuan. Penelitian tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. penelitian ini baik tentang Tanah Lot ataupun perempuan. Penelitian tersebut 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang digunakan dalam penelitian ini baik tentang Tanah Lot ataupun perempuan.

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP PENERIMA PROGRAM UMKM PT ITP DI DESA LULUT, KLAPANUNGGAL, BOGOR DWI YUNI ATIK

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP PENERIMA PROGRAM UMKM PT ITP DI DESA LULUT, KLAPANUNGGAL, BOGOR DWI YUNI ATIK ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP PENERIMA PROGRAM UMKM PT ITP DI DESA LULUT, KLAPANUNGGAL, BOGOR DWI YUNI ATIK DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum SMA IPIEMS Surabaya SMA IPIEMS Surabaya telah mengalami banyak sekali perubahan dan perkembangan dalam sejarahnya yang relatif panjang. Dari perspektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Faktor manusia sebagai faktor modal merupakan sumber daya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Faktor manusia sebagai faktor modal merupakan sumber daya yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktor manusia sebagai faktor modal merupakan sumber daya yang sangat berperan dalam mencapai tujuan. Efisien dan efektifnya suatu organisasi sangat tergantung

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR. IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM)

LAPORAN AKHIR. IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM) LAPORAN AKHIR IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM) IbM PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA TIKUS DI KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER OLEH : NANANG TRI HARYADI,SP,MSc (NIDN : 0015058101)

Lebih terperinci

HAKEKAT PENGENDALIAN MANAJEMEN

HAKEKAT PENGENDALIAN MANAJEMEN HAKEKAT PENGENDALIAN MANAJEMEN Latar Belakang Pengendalian (control) merupakan bagian dari fungsi manajemen. Fungsi manajemen meliputi: Planning, Organizing, Staffing, Leading, and Controlling g berperan

Lebih terperinci

JARINGAN KOMUNIKASI. Pokok Bahasan 1. Jaringan Komunikasi Organisasi. Dr. Inge Hutagalung, M.Si. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

JARINGAN KOMUNIKASI. Pokok Bahasan 1. Jaringan Komunikasi Organisasi. Dr. Inge Hutagalung, M.Si. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi JARINGAN KOMUNIKASI Modul ke: 09 Fakultas Ilmu Komunikasi Pokok Bahasan 1. Jaringan Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Program Studi Public Relations KOMUNIKASI INTERNAL 1. Komunikasi vertikal

Lebih terperinci