BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan Tentang Strategi Pembangunan Partisipatif a. Pengertian Strategi Definisi strategi dapat dicermati melalui pendapat Kennet Endrews dalam buku karya Grant (1995) yang diterjemahkan oleh Thomas Secokusumo (1999: 10), bahwa strategi adalah Bentuk dari tujuan-tujuan, kebijakan utama, dan rencana untuk mencapai tujuan tersebut, yang dipaparkan sedemikian rupa sehingga dapat menerangkan dalam usaha apa organisasi tersebut bergerak atau seharusnya bergerak. Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa strategi merupakan suatu kebijakan atau rencana untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kebijakan tersebut merupakan salah satu usaha yang dilakukan sebagai upaya pencapaian hasil yang optimal. Senada dengan hal tersebut, menurut James Brian Quinn mendefinisikan strategi sebagai suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan, dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi satu kesatuan yang utuh. Strategi yang diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh (Grant, 1995) diterjemahkan oleh Thomas Secokusumo (1999: 10). Berdasakan penjelasan dari James Brian Quinn di atas, dapat disimpulkan bahwa makna strategi mengacu pada kebijakan atau serangkaian tindakan yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk mencapai suatu keinginan yang sebelumnya direncanakan. Hunger dan Wheelen (1996: 3) mendefinisikan strategi sebagai commit berikut: to user 7

2 digilib.uns.ac.id 8 Strategic management is that set managerial decisions and actions that determines the long-run performance of a corporations. It includes environmental scanning, strategy formulation (strategic or long-range planning), strategy implementation, and evaluation and control. The study of strategic management therefore emphazises monitoring and evaluating enfironmental opportunities and threats in light of a corporation s strengths and weaknesses. Dalam kutipan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan suatu bentuk kebijakan dan tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam hal ini strategi di sama artikan dengan kebijakan dan tindakan, pengartian tersebut mengisyaratkan adanya tindakan dari seseorang atau organisasi untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Terdapat rumusan yang komperhensif mengenai strategi yang dinyatakan oleh Hax dan Mujluf (1991) sebagai berikut: 1. Ialah suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu, dan integral; 2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya; 3. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi; 4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya; 5. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi. (Salusu, 1996: ) Dalam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi menjadi suatu kerangka yang bersifat fundamental atau integral tempat suatu organisasi mampu menyatakan eksistensinya. Sementara pada saat yang bersamaan strategi memiliki kekuatan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah. Strategi menjadi suatu tindakan yang mendasari pencapaian keberhasilan suatu program atau kebijakan, sehingga tingkat kegagalan dapat diantisipasi. Dari beberapa pendapat mengenai pengertian strategi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap pendapat memiliki kemiripan. Kemiripan tersebut antara lain, strategi sama-sama diartikan sebagai kebijakan, tindakan, commit to program, user dan juga keputusan. Strategi

3 digilib.uns.ac.id 9 perlu diterapkan oleh setiap orang dan juga organisasi agar tujuan yang ingin dicapai dapat terealisasi. Untuk melaksanakan tujuan yang ingin dicapai maka perlu dipilih strategi yang paling tepat, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan. Berkaitan dengan hal tersebut, tipe-tipe strategi menurut Koteen (1991) antara lain: 1. Corporate Strategy (Strategi Organisasi) Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif strategik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa. 2. Program Strategy (Strategi Program) Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategik dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi. 3. Resource Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Daya) Strategi pendukung sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan sebagainya. 4. Institutional Strategy (Strategi Kelembagaan) Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik. (Salusu, 1996: 105) Tiap-tiap strategi di atas merupakan satu kesatuan yang saling menopang sehingga merupakan satu kesatuan yang kokoh yang mampu menjadikan organisasi sebagai satu lembaga kokoh pula, mampu bertahan dalam kondisi lingkungan yang tidak menentu. Dengan memperhatikan tipetipe strategi, maka suatu organisasi senantiasa dapat berfungsi di tengah keadaan yang tidak terprediksikan. Berkaitan dengan tipe-tipe strategi di atas, maka tipe strategi yang dipergunakan dalam menanggulangi rumah tidak layak huni di Kecamatan Sukoharjo yang juga merupakan salah satu program PNPM Mandiri Perkotaan, adalah tipe strategi Resource Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Daya). Hal tersebut dikarenakan dalam pelaksanaan pembangunannya, sumber daya manusia yang berupa tenaga, buah pikiran atau ide, keuangan dan lain sebagainya dicurahkan untuk mendukung program tersebut. commit to user

4 digilib.uns.ac.id 10 Setiap strategi yang diterapkan pastinya diharapkan untuk menuai keberhasilan. Keberhasilan suatu strategi harus disertai dengan tindakan antisipasi untuk meminimalisir kegagalannya. Berkaitan dengan keberhasilan suatu strategi, Hatten dan Hatten (1988) yang dimuat dalam buku karya Armstrong (1996: ), mengemukakan prinsip-prinsip untuk mensukseskan strategi, yaitu: Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya, setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lainnya, strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya, sumber daya adalah sesuatu yang kritis, strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar, strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang telah dicapai, dan yang terakhir adanya tanda-tanda dari suksesnya suatu strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait dan terutama dari para eksekutif dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi. Masih berkaitan dengan prinsip kesuksesan suatu strategi, Fuchs and his colleagues (Fuch et al, 2000) mengemukakan bahwa: The Key dimensions of effective strategy development and implementation as orchestrating all the elements of strategy around a powerfull core theme and alignment of coherent product-market focus supported by operating capabilities and resources. (International Journal of Eussines and Emerging Market, 2009: 214). Berdasarkan jurnal di atas, dapat disimpulkan bahwa kunci keefektifan penerapan strategi adalah memaksimalkan kesesuaian antara produk dengan sasaran pasar dengan didukung adanya kemampuan pengoperasian dan sumber daya yang ada. Dengan memperhatikan sumber daya dalam organisasi maka suatu strategi dapat dimaksimalkan untuk menuai keberhasilan atas tujuan yang diinginkan. commit to user

5 digilib.uns.ac.id 11 b. Pengertian Pembangunan Sondang P. Siagian, (1981: 21) mendefinisikan pembangunan sebagai Suatu usaha atau serangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintahan dalam usaha pembinaan bangsa. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam konsep pembangunan terdapat syarat yang harus dipenuhi yaitu harus ada usaha yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintahnya, dilaksanakan secara sadar, terarah dan berkesinambungan agar tujuan dari pembangunan itu dapat tercapai. Dari beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembangunan tersebut, pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam suasana kehidupan yang penuh keharmonisan. Menurut Parson (1991) menjelaskan sebab-sebab terjadinya pembangunan sebagai beriku: Pembangunan terjadi karena adanya perubahan status dari suatu interaksi sosial: 1) Adaptasi terhadap kebutuhan situasional 2) Pencapaian tujuan-tujuan 3) Integrasi atau pengaturan tata-hubungan, dan 4) Pola pemeliharaan atau pengurangan ketegangan dari pola budaya tertentu. (Mardikanto, 2010: 11) Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa pembangunan dapat berlangsung ketika terjadinya suatu perubahan status dari suatu interaksi sosial, misalnya adanya kebutuhan-kebutuhan situasional yang dibutuhkan dalam suatu wilayah, akan mempengaruhi pembangunan yang ada. Dengan melihat kebutuhan yang ada, pembangunan dapat terjadi sebagai upaya pencapaian tujuan yang hendak di capai dari pembangunan yang dilakukan. Pembangunan sebagai paradigma baru dalam kehidupan di masyarakat, memiliki peran penting dalam rangka menyelamatkan kehidupan bangsa menjadi lebih sejahtera dan jauh dari keterpurukan. Keberadaan masyarakat sebagai suatu obyek dan juga subyek dilaksanakannya suatu pembangunan mampu memberikan commit nuansa to user lain yang lebih harmonis dalam

6 digilib.uns.ac.id 12 suatu pembangunan. Pembangunan dilakukan dengan mengisyaratkan suatu perubahan, pergeseran, atau bahkan perombakkan suatu keadaan atau suatu obyek tertentu. Pengertian tersebut menegaskan bahwa pembangunan merupakan proses menuju perubahan. Perubahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi secara bermacam-macam. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Dengan menerapkan prinsip pembangunan yang menyangkut semua pihak dalam suatu bangsa, maka dampaknya bukan hanya melancarkan suatu tatanan pembangunan saja, namun juga mampu menjadikan masyarakat lebih responsif terhadap bentukbentuk pembangunan yang sedang dijalankan. Secara sederhana pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang di maksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah pertumbuhan. Konsep dasar tersebut mampu memberikan gambaran awal mengenai keberadaan pembangunan, sehingga konsep yang terbangun dalam diri seseorang adalah pasti ada perubahan dalam suatu pembangunan. Namun untuk memberikan gambaran yang mendalam mengenai makna pembangunan, masyarakat umum harus diberikan pengetahuan mendalam mengenai makna sebuah pembangunan, namun seiring dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang seragam commit mengenai to user makna pembangunan. Dalam

7 digilib.uns.ac.id 13 perkembangannya, seorang tokoh bernama Redfield, menyatakan bahwa Pembangunan terjadi karena terjadinya perubahan masyarakat tradisional ke arah masyarakat perkotaan. (Mardikanto, 2010: 11). Pembangunan yang dilakukan dengan persiapan yang matang pada akhirnya akan melahirkan suatu perubahan dan perkembangan kedalam keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Berkaitan dengan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan merupakan suatu usaha atau tindakan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang atau kelompok orang, dimana usaha tersebut menghasilkan suatu perubahan dalam suatu keadaan ke keadaan yang lain, dan pada umumnya perubahan itu menghasilkan tatanan yang lebih baik dari pada yang sebelumnya. Dalam makna yang lebih sempit, pembangunan selalu mengindikasikan suatu perubahan atas suatu keadaan. Jika konsep pembangunan tersebut dikaitkan dalam pembangunan yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat, maka diperoleh konsep yang menyatakan bahwa pembangunan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana, dilaksanakan terus-menerus oleh pemerintah bersama-sama segenap masyarakatnya atau dilaksanakan oleh masyarakat dengan dipimpin oleh pemerintah, dengan menggunakan teknologi yang terpilih, untuk memenuhi segala kebutuhan pembangunan. c. Pengertian Partisipasi Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi. Bila dilihat dari asal katanya, kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan. Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Pengertian tentang partisipasi dikemukakan Mikkelsen (2006) yang dikutip dalam buku Isbani Rukminto Adi (2008 : ) menginventarisasi adanya enam tafsiran yang berbeda tentang commit partisipasi to user yaitu:

8 digilib.uns.ac.id Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan 2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menanggapi proyek-proyek pembangunan 3. Partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengadung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk menggunakan hal itu 4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek, agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial 5. Partsipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri 6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka. Berdasarkan pendapat Mikkelsen di atas, maka bisa kita amati beberapa tafsiran mengenai makna dari partisipasi. Namun secara substansial dari beberapa artian tersebut memiliki makna yang sama, yaitu adanya keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan. Disamping itu, setiap orang yang secara suka rela berpartisipasi dalam komunitasnya, secara otomatis menimbulkan suatu kemanfaatan, Burke (2004: 52-54) keuntungan dan masalah partisipasi akan dilihat dalam konteks yang berbeda oleh setiap orang yang berkepentingan. Namun, secara umum keuntungan dari partisipasi adalah masyarakat akan merasa memiliki terhadap rencana kerja, memungkinkan adanya ide-ide segar, mendapat bantuan dalam bentuk barang atau sumber daya lainnya, masyarakat akan tetap merasa menjadi bagian dari pemecahan masalah jangka panjang karena mereka telah mempunyai rasa memiliki terhadap ide-ide awal, dan yang terakhir keikutsertaan dalam satu proyek atau program membangun kesadaran, kepercayaan dan keyakinan menjadi bagian penting pada proyek/kesempartan-kesempatan lainnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi yang dilakukan oleh setiap orang akan menimbulkan kemanfaatan baik bagi dirinya sendiri atau orang lain. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya pendapat yang diungkapkan oleh Burke di atas. Dengan berpartisipasi commit to user secara sukarela secara otomatis seseorang akan merasa bahwa ia dibutuhkan

9 digilib.uns.ac.id 15 dalam proses pembangunan dan mampu untuk membantu orang lain dalam mencapai tujuan pembangunan yang dilakukan. Warga negara merupakan suatu perkumpulan masyarakat yang hidup dalam suatu wilayah tertentu yang terdiri dari orang-orang yang dengan sadar secara resmi menjadi anggota dari negara tertentu. Jika dikaitkan dengan konsep partisipasi, maka dapat dikatakan bahwa partisipasi warga negara merupakan suatu pelibatan warga negara secara pernuh dalam suatu kegiatan atau tindakan tertentu. d. Tipe Partisipasi Berkaitan dengan tipe atau tipologi partisipasi, maka dapat dijelaskan melalui tabel berikut : Tipologi Partisipasi pasif/ manipulatif Partisipasi dengan cara memberikan informasi Partisipasi melalui konsultasi Tabel 2.1 Tipologi Partisipasi Karakteristik a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang atau telah terjadi b) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat c) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran. a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti dalam kuesioner atau sejenisnya b) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan memengaruhi proses penyelesaian c) Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat. a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi b) Orang luar mendengarkan dan membangun pandanganpandangannya sendiri untuk kemudian mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya, dengan memodifikasi commit to user

10 digilib.uns.ac.id 16 tanggapan-tanggapan masyarakat c) Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan bersama d) Para profesional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti. a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber daya seperti tenagakerja, demi mendapatkan Partisipasi makanan, upah, ganti rugi, dan sebagainya untuk b) Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses insentif pembelajarannya materil c) Masyarakat tidak mempunyai andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat insentif yang di sediakan/di terima habis. a) Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek Partisipasi b) Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada keputusankeputusan fungsional utama yang disepakati c) Pada awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak luar (fasilitator) tetapi pada saatnya mampu mandiri. a) Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara bebas (tidak dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau nilai-nilai yang mereka Self miliki mobilization b) Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembagalembaga (Mandiri) lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang dibutuhkan c) Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada. Sumber: Mardikanto, 2010: commit to user

11 digilib.uns.ac.id 17 Berdasarkan tabel di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam partisipasi masyarakat, dapat diketahui tipe atau tipologi partisipasi masyarakat dari tindakan-tindakan masyarakat dalam melakukan kegiatan di masyarakat. Melalui berbagai macam peran yang ditampilkan masyarakat dalam kehidupannya, secara tidak langsung dapat diketahui bagaimana tingkat partisipasinya, untuk selanjutnya apabila masyarakat dirasa belum mampu berpartisipasi dengan baik, melalui tipologi ini, pemerintah bersama masyarakat dapat melakukan tindak lanjut, agar partisipasi masyarakat dapat ditingkatkan. Seperti halnya yang dinyatakan dalam tabel di atas, masyarakat yang diharapkan adalah masyarakat yang mampu mandiri yaitu masyarakat yang berpartisipasi dengan cara mengambil inisiatif secara bebas (tidak dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau nilainilai yang mereka miliki, masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumber daya yang dibutuhkan, selain itu juga masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumbe daya yang ada. e. Tingkatan Partisipasi Dilihat dari tingkatan atau tahapan partisipasi, Wilcox (1998) (Mardikanto, 2010: ) mengemukakan adanya 5 (lima) tingkatan dalam partisipasi, yaitu : 1. Memberikan informasi (information) 2. Konsultasi (Consultation), yaitu menawarkan pendapat, sebagai pendengar yang baik untuk memberikan umpan-balik, tetapi tidak terlibat dalam implementasi ide dan gagasan tersebut). 3. Pengambilan keputusan bersama (deciding together), dalam arti memberikan dukungan terhadap ide, gagasan, pilihan-pilihan, serta mengembangkan peluang yang diperlukan guna pengambilan keputusan. 4. Bertindak bersama (Acting Together), dalam arti tidak sekedar ikut dalam pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dan menjalin kemitraan dalam pelaksanaan kegiatannya. 5. Memberikan dukungan (Supporting independent community interest) dimana kelompok-kelompok lokal menawarkan pendanaan, nasehat, dan dukungan lain untuk commit mengembangkan to user agenda kegiatan.

12 digilib.uns.ac.id 18 Dalam kutipan di atas diungkapkan mengenai tingkatan partisipasi yang dapat dilakukan oleh seseorang dalam suatu kegiatan. Tingkatan di atas realistis, karena pada dasarnya manusia membutuhkan informasi mengenai kegiatan apa yang hendak dilakukan, konsultasi mengenai langkah yang hendak diambil, kemudian pengambilan keputusan bersama berdasarkan gagasan anggota, melakukan tindakan secara bersama dan memberikan dukungan terhadap kelompok lain atau anggota lain dalam mengembangkan agenda yang dijalankan. Apabila hal-hal seperti ini dilakukan dengan bersamasama maka bukan tidak mungkin jika pembangunan yang dilakukan akan terlaksana sesuai dengan apa yang sudah direncanakan bersama. Dengan dilakukannya pembangunan secara partisipatif maka masyarakat dapat mengontrol sendiri pembangunan sesuai dengan kebutuhannya dalam pembangunan tersebut. Berdasarkan penjelasan mengenai tingkatan partisipasi tersebut, maka secara rinci dapat dijelaskan melalui gambar berikut : Gambar 2.1 : Jenjang Tingkat Partisipasi Wilcox (Mardikanto, 2010: 100) f. Langkah-langkah Pembangunan Partisipatif Untuk menjamin terjadinya proses belajar dari semua pelaku pembangunan baik di sektor pemerintah, swasta dan masyarakat maka langkahlangkah yang perlu dilakukan dalam penyelenggaraan pembangunan partisipatif mencakup kegiatan commit di berbagai to user tingkat, baik di tingkat pemerintah

13 digilib.uns.ac.id 19 maupun di tingkat masyarakat (komunitas), sebagaimana materi yang disampaikan dalam Buku Pelatihan Dasar Bagi Relawan dan Lurah Kecamatan Sukoharjo Oleh PNPM-MP (2011: 38) sebagai berikut : 1. Di Tingkat Pemerintah atau Pihak Terkait Mengingat pola pembangunan partisipatif meskipun berakar dari budaya bangsa tetapi dalam praktek manajemen pembangunan belum lazim dilakukan maka diperlukan beberapa kegiatan yang bersifat orientasi, konsultasi dan pelatihan untuk membuka wawasan sehingga terjadi pemahaman akan peran masing-masing dalam konteks demokratisasi pembangunan dan terjadi perubahan sikap dari perangkat pemerintah dan pihak terkait serta keterpaduan misi pembangunan makro. 2. Di Tingkat Komunitas atau Masyarakat Berbentuk proses penyadaran, pelatihan dan pembentukan sikap yang melahirkan kesepakatan-kesepakatan pembangunan. Dari adanya penjelasan langkah-langkah pembangunan partisipatif di atas, maka dapat dikatakan bahwa, dalam rangka melaksanakan pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat dibutuhkan sebuah erangka kerja yang tersusun secara sistematis. Hal ini bisa ditunjukkan melalui urutan kerja yang ada di atas, apabila urutan kerja di atas dapat dilaksanakan dengan baik maka secara otomatis pelaksanaan pembangunan yang sebelumnya dirancang dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana. Koordinasi antar anggota masyarakat secara kolektif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pembangunan dapat dirancang mulai dari perencanaan sampai pada evaluasinya. Apabila mencermati pola pikir yang digunakan dalam menginventarisasi cara partsipasi tersebut, maka dapat dipahami bahwa partisipasi dalam perencanaan lebih dimaksudkan dalam rangka memperoleh masukan tentang kondisi dan permasalahan yang ada dalam masyarakat setempat. Masukan tersebut dapat diperoleh secara langsung atau tidak langsung dari masyarakat dan merupakan hal yang dianggap penting bagi perumasan perencanaan terlepas dari apakah yang merumuskan perencanaan tersebut masyarakat sendiri atau bukan. Namun yang terpenting adalah, dengan dilaksanakannya pembangunan partisipatif yang terstruktur pembangunan yang dilakukan menjadi lebih terarah. Penjelasan commit di atas to user dapat dipahami secara rinci melalui

14 digilib.uns.ac.id 20 sebuah kerangka yang menggambarkan suatu siklus pelaksanaan pembangunan partisipatif. Gambar kerangka yang dimaksud dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 2.2 : Siklus Pembangunan Partisipatif (Materi Pelatihan Relawan dan Lurah Kecamatan Sukoharjo; PNPM-MP (2011: 38-41) g. Faktor-faktor Yang Menghambat Peran Serta Warga Negara Dalam Pembangunan Menurut Bambang Panudju, terdapat beberapa hal yang menghambat partisipasi masyarakat dalam proses partisipasinya. Meskipun secara teoretis pengadaan perumahan dengan dengan peran serta masyarakat, ternyata realitanya tidak mudah, karena beberapa hambatan menurut Bambang Panudju (1999: 89-91), adalah hambatan yang berkaitan dengan birokrasi pemerintah, hambatan yang berkaitan dengan masalah pembentukan Organisasi Pelaksanaan, hambatan yang berkaitan dengan masalah pendanaan, hambatan yang berkaitan dengan pengadaan lahan dan prasarananya, dan hambatan yang berkaitan dengan masalah teknis commit pelaksanaan to user pembangunan rumah.

15 digilib.uns.ac.id 21 Berkaitan dengan hambatan dari birokrasi pemerintahan, hampir di semua negara berkembang sikap dan perilaku sebagian birokrat cenderung menghalangi proses peran serta masyarakat. Bahkan sering kali ada pihak birokrat yang ingin mengeksploitasi masyarakat berpenghasilan rendah. Selain itu struktur hukum dan birokrasi yang kaku, seringkali kurang liwes dalam menghadapi aspirasi mayoritas masyarakat. Para birokrat sering kali berpegang teguh pada standar yang berlebihan peraturan dan prosedur formal yang kompleks. Anzorena (Panudju, 1999: 89). Disamping itu, hambatan yang berkaitan dengan masalah pembentukan Organisasi Pelaksanaan, anggota masyarakat desa terutama yang berpenghasilan rendah kerap memiliki kesehatan yang lemah karena penyakit atau kekurangan makan, sehingga kemampuannya untuk menyumbangkan waktu dan tenahganya dalam kegiatan bersama sangat kecil. Kondisi kehidupan dan lingkungan yang buruk, ketakutan terhadap pejabat pemerintah dan ketidakpercayaan mereka pada orang luar, menyebabkan mereka secara psikologis tidak terbuka untuk turut berperan serta dalam suatu program. Penjelasan tersebut selaras dengan pendapat Oscar Lewis: Seringkali sikap apatis mereka disebabkan karena rasa rendah diri akibat kegagalan mereka dimasa lalu maupun ketidakpercayaan terhadap pihak lain atau masalah lain yang perlu diungkap lebih jauh. Dengan kondisi masyarakat seperti itu tidaklah mudah untuk menarik dan mengorganisir mereka agar mau turut perperan serta dalam pengadaan perumahan tanpa memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi mereka terlebih dahulu. (Panudju, 1986: 35) Hambatan yang berkaitan dengan masalah pendanaan, dalam kondisi masyarakat terutama yang memiliki penghasilan rendah, tidak mungkin masyarakat tersebut dituntut untuk dapat menyediakan dana yang cukup besar untuk membengun rumahnya. Untuk dapat menarik peran serta mereka dalam pengadaan rumahnya, diperlukan suatu sistem pengadaan rumah khusus dan berbagai macam bantuan sumber dana dari berbagai pihak. (Panudju, 1999: commit to user

16 digilib.uns.ac.id 22 39). Disamping hambatan-hambatan tersebut, hambatan juga bisa datang dari masalah teknis pelaksanaan pembangunan rumah. Keterbatasan kemampuan ekonomi dan pengetahuan masyarakat berpenghasilan rendah terutama dibidang teknis dan administratif menyebabkan mereka tidak mampu memenuhi standar rancangan rumah sesuai dengan standar pemerintah, memecahkan masalah pengurusan izin pembangunan, dan melaksanakan pembangunan rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan serta kebersihan. Hal ini mengakibatkan rumah-rumah yang dibangun tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku, seringkali dianggap dibawah standar sehingga tidak memiliki ijin-ijin yang diperlukan, sehingga menjadi korban penggusuran. Berkaitan dengan penjelasan tersebut di atas, secara spesifik Totok Mardikanto (2010: 107) mengemukakan pendapatnya menganai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat khususnya dalam pembangunan, juga dapat didekati mealui beragam pendekatan disiplin keilmuan, sebagai berikut (Gambar 2.4) : Gambar 2.3 : Faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh-berkembangnya partisipasi. Totok Mardikanto (2010: 107) Berdasarkan gambar di atas, maka dalam buku yang sama (Konsepkonsep pemberdayaan masyarakat), Mardikanto (2010: ) menjelaskan sebagai berikut : commit to user

17 digilib.uns.ac.id 23 a. Dalam konsep psikologi, tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat sangat ditentukan oleh motivasi individu yang melatarbelakanginya, yang merupakan cerminan dari dorongan, tekanan, kebutuhan, keinginan, dan harapan-harapan yang dirasakan. b. Secara sosiologis, sikap merupakan fungsi dari kepentingan. c. Dengan demikian tumbuh dan berkembangnya partisipasi dalam masyarakat, akan sangat ditentukan oleh persepsi masyarakat terhadap tingkat kepentingan dari pesan-pesan yang disampaikan kepadanya. d. Besarnya harapan, dalam konsep ekonomi, sangat ditentukan oleh besarnya peluang dan harga dari manfaat yang akan diperoleh. e. Tentang manfaat itu sendiri, dapat dibedakan dalam manfaat ekonomi dan non-ekonomi (yang dapat dibedakan dalam kekuasaan, persahabatan/kebersamaan, dan prestasi). Berkaitan dengan faktor yang dapat menghambat partisipasi di atas, maka apabila faktor-faktor tersebut tidak segera diantisipasi dapat menimbulkan dampak yang lebih fatal. Dampak tersebut antara lain, munculnya beberapa permasalahan partisipasi didalam pembangunan ataupun partisipasi masyarakat dalam kegiatan lainnya. Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat Soetrisno yang mengidentifikasi beberapa masalah kaitannya dengan pengembangan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sebagai berikut : 1. Masalah pertama dan terutama dalam pembangunan partisipasi masyarakat adalah belum dipahaminya makna sebenar-benarnya tentang partisipasi oleh pihak perencana dan pelaksana pembangunan. a. Pada tataran perencanaan pembangunan, partisipasi didefinisikan sebagai kemauan masyarakat untuk secara penuh mendukung pembangunan yang direncanakan dan ditetapkan sendiri oleh (aparat) pemerintah. b. Para pelaksana pembangunan di lapangan, pembangunan yang dirancang dan ditetapkan oleh pemerintah didefinisikan sebagai kebutuhan masyarakat. c. Partisipasi masyarakat, sering didefinisikan sebagai kerjasama pemerintah dan aspirasi masyarakat cukup diakomodasikan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. 2. Masalah kedua adalah dengan dikembangkannya pembangunan sebagai ideologi baru yang harus diamankan dengan dijaga ketat, yang mendorong aparat pemerintah bersifat otoriter. 3. Masalah ketiga adalah banyaknya peraturan yang meredam keinginan masyarakat untuk berpartisipasi. (Mardikanto, 2010: ) commit to user

18 digilib.uns.ac.id 24 Berdasarkan penjelasan mengenai permasalahan dalam partispasi di atas, maka untuk mengantisipasi hal-hal atau pengaruh buruk dari luar yang dapat meredamkan keinginan masyarakat untuk berpartisipasi. Sehubungan dengan hal tersebut peran pemerintah dalam melakukan berbagai macam kegiatan pemberdayaan masyarakat harus digalakkan agar partisipasi masyarakat ikut meningkat. Permasalahan dalam partisipasi akan menghambat atau bahkan mematikan partisipasi dalam masyarakat apabila tidak segera ditanggulangi. Sehingga partisipasi masyarakat harus senantiasa dijaga agar pembangunan dalam masyarakat tetap berjalan. h. Tingkat Peran Serta Masyarakat Dalam Pembangunan Menurut Bambang Panudju (1999: 103), dijelaskan bahwa meskipun masalah peran serta masyarakat telah banyak dibicarakan, yang seringkali masih menjadi pertanyaan adalah seberapa jauh tingkat peran serta masyarakat diperlukan agar suatu usaha dapat berhasil dengan baik. Hal ini harus dipikirkan dengan baik, karena pada kenyataannya terdapat berbagai macam dan tingkat peran serta masyarakat yang tidak mudah diklasifikasikan. Berdasarkan pengamatannya di Amerika Serikat menurut Anstein diperkirakan ada 150 tingkat peran serta masyarakat yang seringkali sulit dibedakan secara tajam dan murni. Untuk mengurangi kerancuan dalam menganalisis persoalan ini, dari 150 macam peran serta oleh Arnstein disederhanakan menjadi delapan tipologi tingkat peran serta masyarakat. Menurut Sherry Arnstein pada makalahnya yang termuat di Journal of the American Institute of Planners dengan judul A Ladder of Citizen Participation yang dikutip dalam buku Bmbang Panudju (1999: 72-77), bahwa terdapat delapan tangga tingkat partisipasi berdasarkan kadar kekuatan masyarakatdalam memberikan pengaruh perencanaan, yaitu: Manipulation atau manipulasi, therapy atau penyembuhan, informing atau pemberian informasi, consultation atau konsultasi, placation atau perujukan, partnership atau kemitraan, delegated Power atau pelimpahan kekuasaan, dan yang terakhir adalah citizen Control commit to user atau masyarakat yang mengontrol.

19 digilib.uns.ac.id 25 Manipulation atau manipulasi adalah yang paling rendah karena masyarakat hanya memakai namanya sebagai anggota dalam berbagai badan penasihat advising board. Dalam hal ini tidak ada peran serta masyarakat yang sebenarnya dan tulus, tetapi di selewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi dari pihak penguasa. Therapy atau penyembuhan, Istilah ini diambil dari group therapy atau kelompok penyembuhan. Dengan berkedok melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, para perancang memperlakukan anggota masyarakat seperti proses penyembuhan pasien penyakit jiwa dalam group therapy. Meskipun masyarakat terlibat daam banyak kegiatan, pada kenyataannya kegiatan tersebut lebih banyak untuk mengubah pola pikir masyarakat yang bersangkutan daripada mendapatkan masukan atau usulan dari mereka. Informing atau pemberian informasi yaitu informasi kepada masyarakat tentang hak-hak mereka, tanggungjawab dan berbagai pilihan, dapat menjadi langkah pertama yang sangat penting dalam melaksanakan peran serta masyarakat. Meskipun demikian, yang sering terjadi penekanannya lebih pada pemberian informasi satu arah dari pihak pemegang kuasa kepada masyarakat. Tanpa adanya kemungkinan untuk memberikan umpan balik atau kekuatan untuk negosiasi dari masyarakat. Consultation atau konsultasi, mengandung opini masyarakat, setelah memberikan informasi kepada mereka, dapat merupakan langkah penting dalam menuju peran serta penuh dari masyarakat. Akan tetapi, bila konsultasi dengan masyarakat tersebut disertai dengan cara-cara peran serta yang lain, cara ini tingkat keberhasilannya rendah, karena tidakadanya jaminan bahwa kepedulian dan ide masyarakat akan diperhatikan. Metode yang sering dipergunakan adalah attitude surveys atau survey tentang arah pikir masyarakat. Neighbourhood meeting atau pertemuan lingkungan masyarakat dan public hearing atau dengar pendapat dengan masyarakat. Placation atau perujukan, pada tingkat ini masyarakat mulai mempunyai beberapa pengaruh meskipun beberapa hal masih tetap ditentukan oleh pihak yang mempunyai kekuasaan. commit Dalam to user pelaksanaannya beberapa anggota

20 digilib.uns.ac.id 26 masyarakat yang dianggap mampu dimasukkan sebagai anggota dalam badanbadan kerja sama pengembangan kelompok masyarakat yang anggota-anggota lainnya wakil-wakil dan berbagai instansi pemerintahan. Dengan sistem ini usulan atau keinginan dari masyarakat berpenghasilan rendah dapat dikemukakan. Partnership atau kemitraan, pada tingkat ini, atas kesepakatan bersama, kekuasaan dalam berbagai hal dibagi antara pihak masyarakat dengan pihak pemegang kekuasaan. Dalam hal ini disepakati bersama untuk saling membagi tanggungjawab perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan kebijaksanaan, dan pemecahan berbagai masalah yang dihadapi. Delegated Power atau pelimpahan kekuasaan, pada tingkat ini masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk membuat keputusan pada rencana atau program tertentu. Pada tahap ini masyarakat mempunyai kewenangan untuk memperhitungkan bahwa program-program yang akan dilaksanakan bermanfaat bagi mereka. Citizen Control atau masyarakat yang mengontrol, pada tingkat ini masyarakat memiliki kekuatan untuk mengatur program atau kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Mereka mempunyai kewenangan penuh dibidang kebijaksanaan aspek-aspek pengelolaan dan dapat mengadakan negosiasi dengan pihak-pihak luar yang hendak melakukan perubahan. Dari ke delapan tripologi tersebut, menurut Menurut Sherry Arnstein pada makalahnya yang termuat di Journal of the American Institute of Planners dengan judul A Ladder of Citizen Participation, (Panudju, 1999: 77) bahwa secara umum dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar, yaitu sebagai berikut : a. Tidak ada peran serta atau Non Partisipation yang meliputi peran serta pada tingkat manipulation dan therapy. b. Peran serta masyarakat dalam bentuk tinggal menerima beberapa ketentuan yang diberikan atau degrees of tokenism yang meliputi peran serta pada tingkat irforming, consultation dan placation. c. Peran serta masyarakat dalam bentuk mempunyai kekuasaan atau degrees of citizen power yang meliputi peran serta pada tingkat Partnership, delegated power dan Citizen Control. commit to user

21 digilib.uns.ac.id 27 Berdasarkan tripologi tingkat peran serta masyarakat di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap orang melakukan partisipasi dalam bidang tertentu secara prinsipil dapat dikelompokkan dalam beberapa tahapan, mulai dari tidak berperan atau berpartisipasi dalam suatu kegiatan sampai pada munculnya partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan yang disertai ddengan kekuasaan tertentu. Hal tersebut mampu memberikan gambaran mengenai klasifikasi seseorang yang melakukan atau melibatkan diri dalam suatu kegiatan. Dengan mengetahui situasi masyarakat dalam melakukan partisipasinya, pemerintah bersama dengan masyarakat mampu mengarahkan dan membentuk pribadi masyarakatnya agar mau dan mampu berpartisipasi secara aktif dalam suatu kegiatan. Sehingga secara tidak langsung, dengan memperhatikan penjelasan di atas maka untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan mengetahui tingkat partisipasi individu atau keterlibatan individu dalam kegiatan bersama-sama yang dapat diukur dengan skala yang dikemukakan oleh Chapin, yaitu: a. Keanggotaan dalam organisasi b. Kehadiran di dalam pertemuan c. Sumbangan-sumbangan d. Keanggotaan di dalam kepengurusan e. Kedudukan anggota di dalam kepengurusan (Slamet, 1993: 82-83) Sementara itu, Goldhamer mengukur tingkat partisipasi masyarakat dengan menggunakan lima variabel yaitu: a. Jumlah asosiasi yang dimasuki b. Frekuensi kehadiran c. Jumlah asosiasi dimana dia memangku jabatan d. Lamanya menjadi anggota e. Tipe asosiasi yang dimasuki (Slamet, 1993: 84) commit to user

22 digilib.uns.ac.id 28 i. Pengertian Strategi Pembangunan Partisipatif Konsep partisipasi dalam pembangunan dapat dilihat dari pendapat Nasikun (1993: 27) bahwa: Paradigma pembangunan yang baru berprinsip bahwa pembangunan harus pertama-tama dan terutama dilakukan atas inisiatif dan dorongan kepentingan masyarakat, masyarakat harus diberi kesempatan untuk terlibat dalam keseluruhan pembangunannya. Sementara itu, Mikkelsen (2006: 64) menyatakan bahwa: yaitu : Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri dalam rangka pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka dengan cara memantapkan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melaksnakan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek, agar mereka memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial yang ditimbulkan dengan keberadaan proyek pembangunan tersebut. Pandangan lainnya, sebagaimana dinyatakan oleh Mubyarto (1984: 35), Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pedesaan harus diartikan sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorban kepentingan diri sendiri. Selanjutnya disebutkan pula bahwa dalam keadaan yang paling ideal keikutsertaan masyarakat merupakan ukuran tingkat partisipasi rakyat. Semakin besar kemampuan mereka untuk menentukan nasibnya sendiri, maka semakin besar pula kemampuan mereka dalam pembangunan. Lebih lanjut, Nasikun (1993: 27) mengemukakan bahwa: Partisipasi merupakan pelibatan diri secara penuh pada suatu tekat yang telah menjadi kesepakatan bersama antar anggota dalam satu kelompok/antar kelompok sampai dengan skala nasional dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari landasan konstitusional Negara Republik Indonesia maka partisipasi dapat disebut sebagai falsafah pembangunan Indonesia. Dengan demikian sudah sewajarnya bila setiap pembangunan haruslah menerapkan konsep partisipasi. Konsep partisipasi dalam pembangunan kemudian disebut sebagai pembangunan partisipatif, yaitu pola pembangunan yang melibatkan berbagai pelaku pembangunan yang berkepentingan (sektor pemerintah, swasta dan masyarakat commit to yang user akan langsung menikmati hasil

23 digilib.uns.ac.id 29 pembangunan) dalam suatu proses kemitraan dengan menerapkan konsep partisipasi, dimana kedudukan masyarakat adalah sebagai subyek pembangunan dan sekaligus sebagai objek dalam menikmati hasil pembangunan. Penjelasan di atas senada dengan pernyataan Soemadi Rekso Putranto (1992: 51-52) Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan hendaknya masyarakat tidak dipandang sebagai obyek semata, tetapi harus dilibatkan sebagai pelaku aktif dalam pembangunan mulai sejak perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. Selanjutnya hal penting yang perlu mendapat perhatian adalah hendaknya masyarakat dapat menikmati hasil pembangunan secara proposional sesuai dengan peranannya masing-masing. Dengan demikian sudah sewajarnya apabila partisipasi dalam masyarakat ditumbuhkan dalam setiap pembangunan yang dilakukan. Verhangen (1979) menyatakan bahwa : Partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Tumbuhnya interaksi dan komunikasi tersebut dilandasi oleh adanya kesadaran yang dimiliki oleh yang bersangkutan mengenai : a. Kondisi yang tidak memuaskan dan harus diperbaiki b. Kondisi tersebut dapat diperbaiki melalui kegiatan manusia atau masyarakatnya sendiri c. Kemampuannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan d. Adanya kepercayaan diri bahwa ia dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi kegiatan yang bersangkutan. (Mardikanto, 2010: 94) Pernyataan di atas logis dan sejalan dengan kehidupan masyarakat yang mampu melakukan perubahan sesuai dengan keadaan yang diinginkan, termasuk melalui usaha pembangunan atas sarana dan prasarana yang dirasa kurang sesuai. Kondisi yang tidak memuaskan dalam kehidupan manusia dapat memicu tumbuhnya keinginan untuk melakukan pembangunan karena secara langsung pembangunan yang dilakukan akan berdapak pada dirinya, lingkungannya, dan juga orang lain yang ikut menikmati hasil pembangunan. commit to user Pembangunan yang dilakukan dengan peran serta masyarakat di dalamnya,

24 digilib.uns.ac.id 30 merupakan sebuah konsep pembangunan yang bermanfaat untuk kehidupan yang diinginkan dalam masyarakat yang bersangkutan. Theodorson (Mardikanto, 1994: 48) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau masyarakat) dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakat, diluar pekerjaan atau profesinya sendiri. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud bukanlah bersifat pasif, tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Dalam pengertian tersebut, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakat di lingkungannya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Jika dikaitkan dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, maka dalam hal ini masyarakat secara aktif ikut serta dalam proses pembangunan yang dilakukan di tempat ia berada. Berdasarkan penjelasan di atas, maka apabila pengertian partisipasi di hubungkan dengan pembangunan dalam kehidupan masyarakat, maka partisipasi masyarakat bisa diartikan ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut, dalam hal pembangunan. Partisipasi masyarakat di bidang pembangunan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah pembangunan dalam kehidupan mereka. Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program pembangunan masyarakat. Sedangkan lembaga pemerintahan hanya sekadar memotivasi, memfasilitasi dan memberdayakan masyarakat yang bersangkutan. Dalam mempelajari konsep pembangunan partisipatif, kita harus mengetahui terlebih dahulu pendekatan-pendekatan apa yang digunakan dalam partisipasi pembangunan, dalam hal ini Mikkelsen (2006) yang dikutip dalam buku Isbani Rukminto Adi (2008 : 65), menyebutkan bahwa secara garis besar ada dua pendekatan dalam hal partisipasi, yaitu: commit to user

25 digilib.uns.ac.id Partisipasi datang dari masyarakat sendiri, merupakan tujuan dalam proses demokrasi. Namun demikian sedikit saja masyarakat yang mau melakukan pendekatan partisipasi secara sukarela dalam kegiatan pembangunan; 2. Partisipasi dengan motivasi positif yang bersifat memaksa. Dengan pendekatan ini masyarakat dipaksa untuk melakukan partisipasi dalam pembangunan dengan motivasi agar dapat melaksanakan dan menikmati hasil pembangunan secara lebih baik. Selanjutnya disebutkan bahwa partisipasi dapat dilaksanakan dengan tingkat paksaan dan sukarela yang berbeda-beda, serta tingkat keaktifan masyarakat yang berbedabeda pula. Namun demikian, guna mencapai keberhasilan pembangunan, partisipasi aktif dan sukarela merupakan hal ideal yang harus diupayakan. Berdasarkan pendapat Mikkelsen tentang pendekatan partisipasi di atas, dapat diartikan bahwa dalam proses berjalannya partisipasi masyarakat dapat diketahui adanya pendekatan yang berbeda. Pendekatan tersebut dapat berupa kesukarelaan masyarakat untuk datang dan berpartisipasi, apabila hal ini dikaitkan dengan pembangunan partisipatif dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni, maka masyarakat dengan pendekatan semacam ini merupakan masyarakat dengan tingkat partisipasi yang baik, karena masyarakat seperti ini secara sadar mau ikut serta dalam kegiatan pembangunan, karena ia tahu bahwa partisipasi adalah hal yang sangat ideal untuk diterapkan dalam pembangunan. Pendekatan yang kedua lebih mengarah kepada suatu tindakan yang dilakukan untuk memberikan stimulus kepada seseorang agar ia mau melakukan partisipasi. Diana Conyers (1991) menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat dalam pembangunan mempunyai sifat sangat penting. Tiga alasan yang dimaksud adalah : Pertama partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisiapsi umum di banyak negara karena commit timbul to anggapan user bahwa merupakan suatu hak

26 digilib.uns.ac.id 32 demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. (Supardjan dan Hempri, 2003: 53) Berdasarkan penjelasan di atas, maka penempatan manusia sebagai pihak yang penting dalam pembangunan adalah hal yang sifatnya mutlak. Secara tidak langsung sebenarnya pembangunan yang diarahkan demi perbaikan nasib manusia harus digalakkan untuk menuju masyarakat yang lebih baik. Konsep pembangunan yang menyertakan peran aktif masyarakat didalamnya, mampu menimbulkan dampak positif bagi terselenggaranya suatu pembangunan yang tepat sasaran, tepat guna, dan tepat waktu. Kehadiran masyarakat sebagai partisipan pembangunan dalam masyarakat, tentu harus dilakukan secara terprogram dan terstruktur. Hal ini dapat diketahui dengan melihat tahapantahapan dalam melakukan partisipasi pembangunan, agar partisipasi yang dilakukan dapat efektif dan efisien. Berkaitan dengan hal tersebut, Yadav (UNAPDI, 1980) mengemukakan tentang adanya empat macam kegiatan yang menunjukkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu : 1. Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan Pada umumnya, setiap program pembangunan masyarakat (termasuk pemanfaatan sumber daya lokal dan alokasi anggarannya) selalu ditetapkan sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam hal ini lebih mencerminkan sifat kebutuhan kelompok-kelompok elit yang berkuasa dan kurang mencerminkan keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. 2. Tahap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, seringkali diartikan sebagai partisipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebih miskin) untuk secara sukarela menyumbangkan tenaganya di dalam kegiatan pembangunan. 3. Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan sangat diperlukan. 4. Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur terpenting yang sering terlupakan. (Mardikanto, 2010: 95-96) Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pertama, partisipasi dalam pengambilan commit keputusan, to user partisipasi ini terutama berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan dua hal yang amat penting, pertama adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Strategi pembangunan yang terlalu sentralistik merupakan contoh ketidakpastian birokrasi masa lalu terhadap variasi pembangunan masyarakat

Lebih terperinci

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan 2.1 Definisi Partisipasi Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Mubyarto dalam Ndraha (1990), partisipasi adalah kesediaan

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH

TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH 45 TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH Bentuk Partisipasi Stakeholder Pada tahap awal kegiatan, bentuk partisipasi yang paling banyak dipilih oleh para stakeholder yaitu

Lebih terperinci

PERENCANAAN PARTISIPATIF

PERENCANAAN PARTISIPATIF PERENCANAAN PARTISIPATIF Pengertian Perencanaan Pengertian perencanaan memiliki banyak makna sesuai dengan pandangan masing-masing ahli dan belum terdapat batasan yang dapat diterima secara umum. Pengertian

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Burung Hantu ( Tyto alba ) dan Pemanfaatannya Partisipasi Masyarakat

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Burung Hantu ( Tyto alba ) dan Pemanfaatannya Partisipasi Masyarakat 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Burung Hantu (Tyto alba) dan Pemanfaatannya Burung hantu (Tyto alba) pertama kali dideskripsikan oleh Giovani Scopoli tahun 1769. Nama alba berkaitan dengan warnanya

Lebih terperinci

BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN

BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN 50 BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN Dalam penelitian ini, keberlanjutan kelembagaan dikaji berdasarkan tingkat keseimbangan antara pelayanan-peran serta (manajemen), tingkat penerapan prinsip-prinsip good

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mendorong terjadinya perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cagar Biosfer Cagar biosfer adalah suatu kawasan meliputi berbagai tipe ekosistem yang ditetapkan oleh program MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

TERMINOLOGI PARTISIPATIF

TERMINOLOGI PARTISIPATIF TERMINOLOGI PARTISIPATIF METODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti & Yunita Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya APA ITU PARTISIPASI? Partisipasi sering dikaitkan dengan kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

SIDANG TESIS MAHASISWA: ARIF WAHYU KRISTIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Ir. SRI AMIRANTI SASTRO HUTOMO, MS

SIDANG TESIS MAHASISWA: ARIF WAHYU KRISTIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Ir. SRI AMIRANTI SASTRO HUTOMO, MS SIDANG TESIS PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN (Studi Kasus Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa Campurejo Kecamatan Panceng Kabupaten

Lebih terperinci

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

Lebih terperinci

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN: PARTISIPASI MASYARAKAT DESA DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DI DESA BINUANG KECAMATAN SEPAKU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Farhanuddin Jamanie Dosen Program Magister Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA Koordinasi merupakan suatu tindakan untuk mengintegrasikan unit-unit pelaksana kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam hal penanggulangan bencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang

BAB I PENDAHULUAN. Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang saling mendukung dan tidak bisa dipisahkan. Secara konseptual, komunikasi dan pembangunan memandang

Lebih terperinci

VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM REVITALISASI Identifikasi SWOT pada Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota

VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM REVITALISASI Identifikasi SWOT pada Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM REVITALISASI 6.1. Identifikasi SWOT pada Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota Analisis SWOT yang digunakan dalam mengkaji revitalisasi Posyandu di Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam) manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, anta

Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam) manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, anta BUKU RENCANA BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG 8.1 PERAN SERTA MASYARAKAT Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penyelenggaraan penataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi

Lebih terperinci

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG Dalam bagian ini akan disampaikan faktor yang mempengaruhi kapasitas kelompok yang dilihat dari faktor intern yakni: (1) motivasi

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DESA

SAMBUTAN KEPALA DESA SAMBUTAN KEPALA DESA Bismillahirrokhmanirrokhim. Assalamualaikum Warokhmatullahi Wabarokatuh. RPJMDes - Puji syukur mari kita panjatkan ke pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional kita telah beberapa kali mengalami pembaharuan kurikulum, mulai dari Kurikulum 1994 sampai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tujuan Instruksional Materi Pembahasan

PERENCANAAN Tujuan Instruksional Materi Pembahasan PERENCANAAN Tujuan Instruksional Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai perencanaan, proses pembuatan rencana dan tingkat rencana organisasi serta hambatan-hambatan dalam perencanaan. Materi Pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi merupakan proses pemberdayaan masyarakat, sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi, melalui kemitraan, transparasi, kesetaraan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. dan lingkungan mengalir melalui tahap-tahap yang saling berkaitan ke arah

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. dan lingkungan mengalir melalui tahap-tahap yang saling berkaitan ke arah 76 BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN Manajemen strategik pada prinsipnya adalah suatu proses, di mana informasi masa lalu, masa sekarang dan juga masa mendatang dari suatu kegiatan dan lingkungan mengalir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. didalamnya menetapkan kebijakan tentang desa dimana penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. didalamnya menetapkan kebijakan tentang desa dimana penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah didalamnya menetapkan kebijakan tentang desa dimana penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penguasaan ilmu dan teknologi agar sejajar dengan bangsa-bangsa maju di

BAB I PENDAHULUAN. dalam penguasaan ilmu dan teknologi agar sejajar dengan bangsa-bangsa maju di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ciri penting pembangunan nasional adalah penekanan pada pembangunan pengembangan sumber daya manusia (PSDM). Penekanan pada PSDM dalam semua sektor dan sub sektor pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dengan demikian usaha. dan keseimbangan dalam hidupnya, baik secara rohani dan jasmani.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dengan demikian usaha. dan keseimbangan dalam hidupnya, baik secara rohani dan jasmani. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan Nasional Indonesia seutuhnya dan Pembangunan Masyarakat seluruhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Bukan hanya dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia bertempat tinggal di desa, tetapi desa memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada Pemerintahan Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Partisipasi Masyarakat Pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia, dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung pada masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep partisipasi masyarakat Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu participation yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Keith davis (1995) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui beberapa kegiatan antara lain peningkatan prakarsa

Lebih terperinci

Pedoman Pelibatan Masyarakat dan Swasta dalam Pemanfaatan Ruang Perkotaan

Pedoman Pelibatan Masyarakat dan Swasta dalam Pemanfaatan Ruang Perkotaan Pedoman Pelibatan Masyarakat dan Swasta dalam Pemanfaatan Ruang Perkotaan DRAFT KEEMPAT JANUARI 2003 Subdit Peran Masyarakat Direktorat Penataan Ruang Nasional Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjalankan sebuah program pemberadayaan masyarakat dibutuhkan perencanaan yang sistematis, perencanaan yang baik akan terlihat dari singkronisasi antara

Lebih terperinci

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( ) PERENCANAAN PARTISIPATIF Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry (2013280004) Pengertian Perencanaan Adapun definisi perencanaan menurut para ahli antara lain sebagai berikut : Perencanaan adalah suatu proses

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah. BAB V KESIMPULAN, ILPIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan pada Bab IV penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kepemimpinan kepala sekolah harus didukung oleh nilai-nilai

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017

FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017 FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017 FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Bagian integral dari proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja

TINJAUAN PUSTAKA. A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Menurut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju kondisi nasional yang lain, yang dipandang lebih baik dan lebih berharga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju kondisi nasional yang lain, yang dipandang lebih baik dan lebih berharga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Pembangunan adalah pergeseran dari suatu kondisi nasional yang satu menuju kondisi nasional yang lain, yang dipandang lebih baik dan lebih berharga (Katz dalam

Lebih terperinci

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah.

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah. A. MENGENALI KONSEP RENCANA 2 STRATEGIS DAERAH Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI KONSEP RENCANA STRATEGIS DAERAH : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. :

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar) PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Oleh: Aip Rusdiana 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan konsep senjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan teori keagenan. Dalam teori keagengan, hubungan

Lebih terperinci

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI 54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI Oleh: Dhio Adenansi, Moch. Zainuddin, & Binahayati Rusyidi Email: dhioadenansi@gmail.com; mochzainuddin@yahoo.com; titi.rusyidi06@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI DESA SENGON, KLATEN

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI DESA SENGON, KLATEN ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI DESA SENGON, KLATEN Rudy Cahyadi 1) dan Bambang Syairudin 2) Manajemen Proyek, Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat 1. Konsep dan Manajemen Partisipasi Masyarakat Pemberdayaan masyarakat adalah upaya mendorong masyarakat untuk mandiri serta memiliki

Lebih terperinci

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? A. Siapa yang Melakukan Lesson Study? Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Isu Strategis Dalam penyusunan renstra Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor tentunya tidak terlepas dari adanya isu strategis pembangunan Kota Bogor, yaitu : a. Pengembangan

Lebih terperinci

Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII

Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII Bab VIII 8.1 KELEMBAGAAN Lembaga penataan ruang memegang peran krusial dalam proses penataan ruang. Hal ini mengingat proses penataan ruang memerlukan lembaga yang kredibel terutama dalam pengendalian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kinerja 1. Pengertian Kinerja Menurut Soewarno Handayaningrat (2004: 19), kinerja adalah cara menjalankan tugas dan hasil yang diperoleh. Kinerja adalah cara dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Literatur. Survei Lokasi. Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Literatur. Survei Lokasi. Pengumpulan Data BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini dimulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini: Studi Literatur

Lebih terperinci

BAGIAN I. PENDAHULUAN

BAGIAN I. PENDAHULUAN BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi merupakan instrumen untuk bekerjanya suatu administrasi, dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja, hirarki kewenangan, impersonalitas

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan pondasi utama dalam pengembangan peradaban. Sejak adanya manusia maka sejak saat itu pula pendidikan itu ada. 1 Pengembangan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pemerintah Kota Bandung, dalam hal ini Walikota Ridwan Kamil serta Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, telah menunjukkan pentingnya inovasi dalam dalam program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pedesaan adalah bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Idealnya, program-program

Lebih terperinci

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011 DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara demokrasi dimana kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan kondisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan kondisi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah karya terstruktur yang mempunyai implikasi luas terhadap kualitas hidup manusia. Hal ini karena konstruksi pembangunan terdiri atas serangkaian

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

2015 ANALISIS KETERAMPILAN GURU DALAM MEMBERIKAN VARIASI STIMULUS PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

2015 ANALISIS KETERAMPILAN GURU DALAM MEMBERIKAN VARIASI STIMULUS PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Profesi guru di Indonesia merupakan profesi mulia yang semakin diminati oleh masyarakat sejak reformasi guru dimulai dengan deklarasi Guru sebagai profesi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN BARAT, Menimban: a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka PUAP adalah sebuah program peningkatan kesejahteraan masyarakat, merupakan bagian dari pelaksanaan program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Gerakan Serentak Membangun Kampung GSMK

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Gerakan Serentak Membangun Kampung GSMK 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Gerakan Serentak Membangun Kampung GSMK Program Gerakan Serentak Membangun Kampung/Kelurahan yang selanjutnya disebut GSMK (Juklak-Juknis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang adalah:

BAB V PENUTUP. Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang adalah: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari analisis data mengenai Dampak Pemberdayaan Masyarakat bagi Perempuan mengenai Pelaksanaan CSR PT. Badak NGL terhadap Anggota Perempuan Kelompok Tani Lestari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 KONFLIK ORGANISASI Salah satu yang sering muncul dalam upaya melakukan inovasi organisasi adalah terjadinya konflik di dalam organisasi. Sebagaimana lazim diketahui bahwa suatu organisasi secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan.seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan melakukan

Lebih terperinci