PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS"

Transkripsi

1 PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. Tujuan 1. Menentukan berat molekul senyawa CHCl 3 dan zat unknown X berdasarkan pengukuran massa jenis gas secara eksperimen 2. Menerapkan persamaan gas ideal dalam menentukan berat molekul senyawa CHCl 3 dan zat unknown X secara eksperimen 3. Menentukan zat unknown X berdasarkan berat molekul hasil eksperimen II. Dasar Teori Gas adalah zat yang selalu dapat bercampur sempurna satu sama lain membentuk satu fase yang homogen. Jika dicampurkan gas-gas O 2, N 2, dan CO 2 di dalam ruang tertutup, maka akan diperoleh suatu campuran yang homogen karena tidak terdapat perbedaan secara fisik gas satu dengan yang lain. Secara umum gas dapat dikelompokkan menjadi dua macam golongan, yaitu gas ideal atau gas sempurna dan gas nyata atau sejati. Gas ideal adalah gas yang mempunyai sifat-sifat yaitu sebagai berikut: Molekul-molekul gas merupakan materi bermassa yang dianggap tidak mempunyai volum. Gaya tarik-menarik atau tolak-menolak antar molekul dianggap nol. Tumbukan antar molekul dan antar molekul dengan dinding bejana adalah lenting sempurna. Memenuhi hukum gas PV = nrt Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal. Pada tekanan yang relatif rendah termasuk pada tekanan atmosfer serta suhu yang tinggi, semua gas akan menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk segala macam gas yang digunakan (Brady, 1999). Semua gas yang dikenal sehari-hari adalah termasuk gas sejati, sedangkan gas ideal pada kenyataannya tidak pernah ada, namun sifat-sfatnya didekati oleh gas sejati pada tekanan yang sangat rendah. Massa molekul relatif merupakan angka banding massa suatu molekul zat terhadap massa karbon-12. Atom-atom dapat bergabung membentuk molekul dan massa atom

2 relatifnya tidak berubah sehingga massa molekul relatif merupakan jumlah massa atom relatif dari atom-atom di dalam rumusnya. Massa atom relatif dapat ditentukan dengan berbagai cara berdasarkan pada jenis zat, apakah zat itu berupa gas, cairan, padatan yang menguap, zat terlarut yang menguap, atau bisa juga untuk suatu zat terlarut yang tidak menguap dan melarut dalam suatu pelarut. Massa molekul relatif atau berat molekul (BM) senyawa volatil dapat ditentukan dengan cara Dumas, Regnault, dan cara Victor Meyer. Berat molekul senyawa volatil dapat ditentukan dari persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas, dengan asumsi bahwa persamaan gas ideal diikuti oleh gas nyata pada tekanan rendah. Untuk menentukan berat molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu kemudian diukur PV dan T-nya. Sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan dengan persamaan, yang lebih kompleks pada tekanan yang tinggi dan temperatur yang rendah. Bila diinginkan penentuan berat molekul suatu gas secara teliti maka hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada tekanan yang rendah. Tetapi akan terjadi kesukaran bila tekanan rendah maka suatu berat tertentu dari gas akan mempunyai volume yang sangat besar. Untuk suatu berat tertentu bila tekanan berkurang volume bertambah dan berat per liter berkurang. Dari persamaan gas ideal didapat: PV nrt atau PV m Persamaan 1 dapat diubah menjadi: P( BM) ( x RT) (2) V P ( BM ) R T Dimana, BM adalah berat molekul, P adalah tekanan gas, V adalah volume gas, T adalah suhu mutlak, dan R adalah konstanta gas. Agar satuan yang dipergunakan pada persamaan 3 sesuai, maka dipergunakan patokan bahwa volume dinyatakan dalam liter, suhu dalam kelvin, tekanan dalam atmosfir, ρ dinyatakan dalam gram per liter dan konstanta gas (R) adalah 0,08206 liter atm mol -1 K -1 (Retug & Sastrawidana, 2003). m BM x RT Bila suatu zat cair yang bersifat volatil dengan titik didih lebih kecil dari 100 o C ditempatkan dalam labu erlenmeyer bertutup yang mempunyai lubang kecil pada bagian tutupnya, dan kemudian labu erlenmeyer tersebut dipanaskan sampai suhu 100 o C, maka cairan tersebut akan menguap. Uap yang dihasilkan akan mendorong udara yang terdapat pada labu erlenmeyer dan keluar melalui lubang-lubang kecil. Setelah semua udara yang keluar, pada akhirnya uap ini berhenti keluar. Hal ini terjadi apabila keadaan kesetimbangan dicapai, yaitu tekanan uap cairan dalam labu erlenmeyer sama dengan tekanan udara luar. Pada keadaan kesetimbangan ini, labu erlenmeyer hanya berisi uap cairan dengan tekanan (1) (3)

3 sama dengan tekanan atmosfer, volume sama dengan volume labu erlenmeyer, dan suhu sama dengan titik didih air dalam penangas air (kira-kira 100 o C). Labu erlenmeyer ini kemudian diambil dari penangas air, didinginkan dan ditimbang sehingga massa gas yang terdapat di dalamnya dapat diketahui. Kemudian dengan menggunakan persamaan 3, maka berat molekul senyawa tersebut dapat diketahui (Tony Bird, 1987). Kloroform Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl 3 ). Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap. (Wikipedia, 2013) Pada suhu normal dan tekanan, kloroform adalah cairan yang sangat mudahmenguap, jernih, tidak berwarna, berat, sangat bias, tidak mudah terbakar. massa molar secara teoritis sebesar119,38 g/mol. Densitas senyawa ini sebesar 1,48 g/cm 3 dengan titik lebur sebesar - 63,5 C dan titik didih sebesar 61,2 C. Kelarutan dalam air 0,8 g/100 ml pada 20 C dengan bentuk molekul tetrahedral (Anonim, 2013). Faktor Koreksi Nilai berat molekul (BM) hasil perhitungan akan mendekati nilai sebenarnya, tetapi juga terkadang terdapat kesalahan. Ketika labu erlenmeyer kosong ditimbang, labu ini penuh dengan udara. Setelah pemanasan dan pendinginan dalam desikator, tidak semua uap cairan ke bentuk cairannya, sehingga akan mengurangi jumlah udara yang masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer. Jadi massa labu erlenmeyer dalam keadaan ini lebih kecil daripada massa labu erlenmeyer dalam keadaan semua uap cairan kembali ke bentuk cairnya. Oleh karena itu, massa cairan yang sebenarnya harus ditambahkan dengan massa udara yang tidak dapat masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer karena adanya uap cairan yang tidak mengembun. Massa udara tersebut di atas dapat dihitung dengan mengasumsikan bahwa tekanan parsial udara yang tidak dapat masuk sama dengan tekanan uap cairan pada suhu kamar, dengan faktor koreksi: 6, ,03 log P (227,4 t) Dimana, P adalah tekanan uap (mmhg) dan t adalah suhu ( o C). Jadi dengan menggunakan rumus di atas, tekanan uap pada berbagai suhu dapat diketahui. Dengan menggunakan nilai tekanan uap pada suhu kamar, bersama-sama dengan data mengenai volume labu erlenmeyer dan berat molekul udara (28,8 gram/mol) dapat dihitung

4 faktor koreksi yang harus ditambahkan pada massa cairan. Dengan menggunakan faktor koreksi akan dapat diperoleh nilai berat molekul (BM) yang lebih tepat (Bird, 1987). III. ALAT DAN BAHAN Tabel alat No. Nama alat Ukuran Jumlah 1 Labu erlenmeyer 100 ml 2 buah 2 Gelas kimia 500 ml 1 buah 3 Pipet tetes - 2 buah 4 Karet gelang - 4 buah 5 Jarum - 1 buah 6 Neraca analitik - 1 buah 7 Desikator - 1 buah 8 Gelas ukur 5 ml 1 buah 9 Aluminium foil 10 cm x 10 cm 2 lembar 10 Statif dan klem - 1 buah 11 Termometer - 1 buah Tabel bahan No. Nama bahan Konsentrasi Jumlah 1 Cairan volatil yaitu - 5 ml kloroform (CHCl 3 ) 2 Sampel unknown - 5 ml IV. PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN No. PROSEDUR KERJA HASIL PENGAMATAN Senyawa Kloroform 1 Sebuah labu erlenmeyer berleher kecil diambil yang bersih dan kering, kemudian ditutup dengan aluminium foil, serta dikencangkan dengan menggunakan karet gelang. Labu erlenmeyer yang digunakan berukuran 100 ml dengan massa labu erlenmeyer adalah 66,37 gram. Labu erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil, serta dikencangkan dengan menggunakan karet gelang.

5 2 Labu erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang tersebut ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Setelah ditimbang, diperoleh massa labu erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang adalah 66,64 gram. 3 Sebanyak ± 5 ml larutan CHCl 3, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, ditutup kembali dengan kertas aluminium foil dan dikencangkkan lagi dengan karet gelang, sehingga tutup ini bersifat kedap gas. Kemudian dibuat sebuah lubang kecil pada aluminium foil dengan menggunakan jarum, agar uap dapat keluar. 4 Labu erlenmeyer tersebut direndam dalam penangas air bersuhu ± 100 o C dengan ketinggian air ± 1 cm di bawah aluminium foil. Labu erlenmeyer tersebut dibiarkan dalam penangas air sampai semua larutan Cairan volatil yang digunakan adalah senyawa CHCl 3 berupa larutan bening tak berwarna. Sebanyak 5 ml larutan kloroform (CHCl 3 ) tersebut dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, kemudian labu ditutup kembali dengan aluminium foil, dikencangkkan lagi dengan karet gelang, dan dibuat lubang kecil pada aluminium foil. Labu erlenmeyer tersebut direndam dalam penangas air bersuhu ± 95 0 C sedemikian rupa, sehingga air ± 1 cm di bawah aluminium foil

6 kloroform (CHCl 3 ) menguap. Selanjutnya suhu penangas air tersebut dicatat. 5 Setelah semua larutan kloroform (CHCl 3 ) dalam labu erlenmeyer menguap, labu erlenmeyer tersebut diangkat dan bagian luar labu erlenmeyer dikeringkan dengan lap. Selanjutnya labu didinginkan dalam desikator. Labu direndam sampai semua larutan kloroform (CHCl 3 ) menguap. Setelah semua larutan kloroform (CHCl 3 ) dalam labu erlenmeyer menguap, labu erlenmeyer tersebut dikeringkan dengan lap dan didinginkan dalam desikator, sehingga udara masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer melalui lubang kecil dan uap senyawa CHCl 3 yang terdapat dalam labu erlenmeyer akan mengembun kembali menjadi cairan. 6 Labu erlenmeyer yang telah dingin ditimbang dengan neraca analitik(tutup aluminium foil beserta karet gelang tidak dilepaskan saat ditimbang). Labu erlenmeyer yang telah dingin, kemudian ditimbang dan diperoleh massa hasil penimbangan yaitu 67,14 gram.

7 7 Volume labu erlenmeyer ditentukan dengan jalan mengisi labu erlenmeyer dengan air sampai penuh dan mengukur massa air yang terdapat dalam labu erlenmeyer. Suhu air dalam labu erlenmeyer diukur pula. Jadi volume air dapat diketahui, apabila massa jenis air pada suhu air dalam labu erlenmeyer diketahui dengan rumus: m V Labu erlenmeyer diisi dengan air sampai penuh dan massa air + labu erlenmeyer adalah 209,70 gram. Massa labu erlenmeyer 66,37 gram. Massa air (209,70-66,37) gram = 143,33 gram. Suhu air dalam labu erlenmeyer adalah 28 o C (ρ air = 0,9963 gram/ml) 8 Tekanan atmosfer diukur dengan menggunakan barometer. Zat Unknown X 1 Sebuah labu erlenmeyer berleher kecil diambil yang bersih dan kering, kemudian ditutup dengan aluminium foil, serta dikencangkan dengan menggunakan karet gelang. Tekanan atmosfer setelah diukur dengan barometer adalah 763 mmhg. Labu erlenmeyer yang digunakan berukuran 125 ml dengan massa labu erlenmeyer adalah 78,83 gram.

8 2 Labu erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang tersebut ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Labu erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil, serta dikencangkan dengan menggunakan karet gelang. Setelah ditimbang, diperoleh massa labu erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang adalah 79,14 gram. 3 Sebanyak ± 5 ml zat unknown, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, ditutup kembali dengan kertas aluminium foil dan dikencangkkan lagi dengan karet gelang, sehingga tutup ini bersifat kedap gas. Kemudian dibuat sebuah lubang kecil pada aluminium foil dengan menggunakan jarum, agar uap dapat keluar. 4 Labu erlenmeyer tersebut direndam dalam penangas air bersuhu ± 100 o C dengan ketinggian air ± 1 cm di bawah aluminium Cairan volatil yang digunakan adalah zat unknown berupa larutan bening tak berwarna. Sebanyak 5 ml zat unknown tersebut dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, kemudian labu ditutup kembali dengan aluminium foil, dikencangkkan lagi dengan karet gelang, dan dibuat lubang kecil pada aluminium foil. Labu erlenmeyer tersebut direndam dalam penangas air sedemikian rupa, sehingga air ± 1 cm di bawah aluminium foil.

9 foil. Labu erlenmeyer tersebut dibiarkan dalam penangas air sampai semua larutan zat unknown menguap. Selanjutnya suhu penangas air tersebut dicatat. 5 Setelah semua larutan zat unknown dalam labu erlenmeyer menguap, labu erlenmeyer tersebut diangkat dan bagian luar labu erlenmeyer dikeringkan dengan lap. Selanjutnya labu didinginkan dalam desikator. Labu direndam sampai semua larutan zat unknown menguap suhu penangas air saat itu 69 0 C. Setelah semua larutan zat unknown dalam labu erlenmeyer menguap, labu erlenmeyer tersebut dikeringkan dengan lap dan didinginkan dalam desikator, sehingga udara masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer melalui lubang kecil dan uap zat unknown yang terdapat dalam labu erlenmeyer akan mengembun kembali menjadi cairan. 6 Labu erlenmeyer yang telah dingin ditimbang dengan neraca analitik (tutup aluminium foil beserta karet gelang tidak dilepaskan saat ditimbang). 7 Volume labu erlenmeyer ditentukan dengan jalan mengisi labu erlenmeyer dengan air sampai penuh dan mengukur massa air yang terdapat dalam labu erlenmeyer. Suhu air dalam labu Labu erlenmeyer yang telah dingin, kemudian ditimbang dan diperoleh massa hasil penimbangan yaitu 79,405 gram. Labu erlenmeyer diisi dengan air sampai penuh dan massa air + labu erlenmeyer adalah 227,79 gram. Massa labu erlenmeyer 78,83 gram. Massa air (227,79-78,83) gram = 148,96 gram.

10 erlenmeyer diukur pula. Jadi volume air dapat diketahui, apabila massa jenis air pada suhu air dalam labu erlenmeyer diketahui dengan rumus: m V Suhu air dalam labu erlenmeyer adalah. 29 o C (ρ air = 0,996 gram/ml) 8 Tekanan atmosfer diukur dengan menggunakan barometer. Tekanan atmosfer setelah diukur dengan barometer adalah 763 mmhg. V. PEMBAHASAN a. Penentuan Berat Molekul CH 3 Cl (Kloroform) Praktikum penentuan berat molekul senyawa volatil CHCl 3 berdasarkan pengukuran massa jenis gas CHCl 3 telah dilakukan. Adapun untuk penentuan berat molekul senyawa volatil CHCl 3 didapatkan data sebagai berikut: Pengamatan Data Hasil Percobaan Massa labu Erlenmeyer, aluminium foil, karet gelang dan 67,14 gram pengembunan uap kloroform Massa labu Erlenmeyer, aluminium foil dan karet gelang 66,64 gram Massa cairan kloroform 0,5 gram Massa labu Erlenmeyer dan air 209,70 gram Massa labu erlenmeyar 66,37 gram Massa air 143,33 gram Suhu air yang terdapat dalam labu erlenmeyer 28 o C (=0,9963 g/ml) Suhu penangas air 80 o C Tekanan atmosfer 763 mmhg = 1,003 atm Perhitungan berat molekul CHCl 3 dari data yang diperoleh di atas dapat dilakukan dengan perhitungan langsung tanpa faktor koreksi dan dengan faktor koreksi, untuk tanpa faktor koreksi adalah sebagai berikut:

11 Massa zat volatil (CHCl 3 ) = (Massa labu Erlenmeyer, aluminium foil, karet gelang dan pengembunan uap kloroform) - (Massa labu Erlenmeyer, aluminium foil dan karet gelang) = 67,14 gram - 66,64 gram = 0,50 gram Tekanan udara di ruangan setelah diukur dengan barometer adalah 763 mmhg 763 mmhg 760 mmhg x1atm 1,003 atm Volume labu erlenmeyer dihitung dengan menggunakan massa jenis air Massa air = (massa labu erlenmeyer + air) (massa labu erlenmeyer) Massa air = 209,70 gram- 66,37 gram Massa air = 143,33 gram Karena suhu air saat itu adalah 28 0 C maka massa jenis air saat itu adalah 0,9963 g/ml Menghitung massa jenis gas kloroform Berat molekul (BM) CHCl 3 Karena suhu penangas air 95 0 C maka T = 386K

12 Dengan Faktor Koreksi Berat molekul hasil perhitungan di atas masih memiliki beberapa kesalahan. Ditinjau ketika labu erlenmeyer ditimbang, labu erlenmeyar tersebut telah terisi udara. Setelah pemanasan dan pendinginan dengan desikator tidak semua uap cairan kembali ke bentuk cairnya, sehingga tidak ada udara yang masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer karena adanya uap dari larutan volatile yang memenuhi ruang erlenmeyer. Dengan demikian, massa labu erlenmeyer dalam keadaan ini lebih kecil dari massa labu erlenmeyer ketika ditimbang pertama kali, karena adanya massa udara yang ikut tertimbang saat penimbangan erlenmeyer dalam kondisi kosong sedangkan penimbangan Erlenmeyer setelah dilakukan pendinginan di desikator tidak ada udara yang masuk. Sehingga, dalam perhitungan pencarian berat molekul seharusnya massa cairan CHCl 3 ditambahkan dengan massa udara yang tidak dapat masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer sebanyak massa udara pada Erlenmeyer ketika pertama kali ditimbang sebagai massa CHCl 3 yang digunakan dalam perhitungan. Massa udara tersebut dapat dihitung dengan mengasumsikan bahwa tekanan parsial udara yang tidak dapat masuk tadi sama dengan tekanan uap cairan CHCl 3 pada suhu kamar (28 0 C) dengan rumus: Log P = 6, ,03/(227,4+t) Berikut merupakan perhitungan berat molekul senyawa CHCl 3 dengan menggunakan faktor koreksi. Diketahui: Karena sebagian besar penyusun udara di atmosfer adalah gas nitrogen, maka : BM udara adalah 28,8 gram/mol Suhu air adalah 28ºC = 301 K Suhu penangas air adalah 95ºC = 368 K Maka,

13 Menghitung massa udara yang tidak masuk : Menghitung massa total Massa total = massa udara + massa senyawa volatil (CHCl 3 ) Massa total = Massa total = Menghitung berat molekul

14 Berdasarkan data hasil percobaan berat molekul CHCl 3 yang diperoleh sebesar 114,89 gram/mol. Dimana berbeda dengan berat molekul CHCl 3 secara teoritisnya yaitu sebesar 119,5 gram/mol. Perbedaan tersebut diduga disebabkan oleh sebagai berikut : 1. Kurang telitinya praktikan dalam mengamati keadaan kesetimbangan, kemungkinan saja labu erlenmeyer dipindahkan ke desikator setelah titik kesetimbangan. Setelah titik kesetimbangan tekanan di dalam tabung erlenmeyer semakin besar, dan menyebabkan uap terus keluar selama pemindahan ke desikator yang berada di ruang laboratorium yang terpisah, selama pendinginan di desikator dan selama penimbangan dilakukan, sehingga hal tersebut mengurangi massa CHCl 3 yang seharusnya didapatkan. 2. Kurang tepatnya pengukuran tekanan di tempat praktikum, hal ini disebabkan tidak adanya barometer di laboratorium tempat dilaksanakannya praktikum, dan tekanan udara yang digunakan berdasarkan angka yang ditunjukkan barometer di laboratorium lain yang memiliki ketinggian berbeda, sehingga mempengaruhi perhitungan berat molekul. 3. Adanya kebocoran uap CHCl 3 yang tidak mengembun ketika penimbangan dilakukan, karena pada saat penimbangan karet yang digunakan untuk mengikat aluminium foil putus dan terlepas, sehingga aluminium foil sedikit terbuka walaupun segera ditutup sehingga memungkinkan massa yang terukur menjadi berkurang. 4. Perhitungan yang digunakan untuk menghitung berat molekul CHCl 3 merupakan perhitungan untuk mencari berat molekul suatu gas ideal, padahal pada praktikum yang digunakan adalah suatu gas nyata yaitu uap dari CHCl 3. Hal ini mungkin berpengaruh dalam perhitungan pencarian berat molekul, seharusnya dilakukan perhitungan dengan adanya koreksi-koreksi pada gaya tarik menarik antara molekul-molekul, dan koreksi untuk ukuran efektif molekul-molekul. Dalam perhitungan mungkin bisa digunakan persamaan van der Waals yang telah berisi koreksi terhadap hal-hal yang telah disebutkan di atas yaitu persamaannya ( ) dimana a = koreksi gaya tarik-menarik antara molekul-molekul, b= koreksi untuk ukuran efektif molekul-molekul

15 b. Penentuan Berat Molekul Unknown X Praktikum penentuan berat molekul senyawa volatil unknown X berdasarkan pengukuran massa jenis gas unknown X telah dilakukan. Adapun untuk penentuan berat molekul senyawa volatil unknown X adalah sebagai berikut didapatkan data sebagai berikut: Pengamatan Massa labu Erlenmeyer, aluminium foil, karet gelang dan Data Hasil 79,405 gram pengembunan cairan X Massa labu Erlenmeyer, aluminium foil dan karet gelang Massa cairan X Massa labu Erlenmeyer dan air Massa labu erlenmeyar Massa air Suhu air yang terdapat dalam labu erlenmeyer Suhu penangas air Tekanan atmosfer 79,14 gram 0,265 gram 227,79 gram 78,83gram 148,96 gram 29 o C ( =0,996 g/ml) 69 o C 763 mmhg=1,003 atm Perhitungan berat molekul senyawa unknown dari data yang diperoleh di atas dapat dilakukan dengan perhitungan tanpa faktor koreksi dan dengan faktor koreksi, yaitu sebagai berikut: Tanpa Faktor Koreksi Perhitungannya adalah sebagai berikut: Massa zat unkown = (massa labu erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang + zat volatil) - (massa labu erlenmeyer + aluminium foil+ karet gelang) = 79,405 gram 79,14 gram = 0, gram Tekanan udara di ruangan setelah diukur dengan barometer adalah 763 mmhg 763 mmhg 760 mmhg x1atm1,003 atm Volume labu erlenmeyer dihitung dengan menggunakan massa jenis air Massa air = (massa labu erlenmeyer + air) (massa labu erlenmeyer) Massa air = 227,79 gram - 78,83 gram Massa air = 148,96 gram Karena suhu air=29 o C maka air = 0,9963 g/ml

16 Menghitung massa jenis gas Berat molekul (BM) unknown Suhu penangas air=69 0 C maka T= 342 Dengan Faktor Koreksi Berat molekul hasil perhitungan di atas masih memiliki beberapa kesalahan. Ditinjau ketika labu erlenmeyer ditimbang, labu erlenmeyar tersebut telah terisi udara. Setelah pemanasan dan pendinginan dengan desikator tidak semua uap cairan kembali ke bentuk cairnya, sehingga tidak ada udara yang masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer karena adanya uap dari larutan volatile yang memenuhi ruang erlenmeyer. Dengan demikian, massa

17 labu erlenmeyer dalam keadaan ini lebih kecil dari massa labu erlenmeyer ketika ditimbang pertama kali, karena adanya massa udara yang ikut tertimbang saat penimbangan erlenmeyer dalam kondisi kosong sedangkan penimbangan Erlenmeyer setelah dilakukan pendinginan di desikator tidak ada udara yang masuk. Sehingga, dalam perhitungan pencarian berat molekul seharusnya massa cairan CHCl 3 ditambahkan dengan massa udara yang tidak dapat masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer sebanyak massa udara pada Erlenmeyer ketika pertama kali ditimbang sebagai massa CHCl 3 yang digunakan dalam perhitungan. Massa udara tersebut dapat dihitung dengan mengasumsikan bahwa tekanan parsial udara yang tidak dapat masuk tadi sama dengan tekanan uap larutan unknown pada suhu kamar (28 0 C) dengan rumus: Log P = 6, ,03/(227,4+t) Berikut merupakan perhitungan berat molekul senyawa unknown dengan menggunakan faktor koreksi. Diketahui: BM udara adalah 28,8 gram/mol Suhu air adalah 29ºC = 302 K Suhu penangas air adalah 69ºC = 342 K Maka, Menghitung massa udara yang tidak masuk

18 Menghitung massa total Massa total = massa udara + massa senyawa unknown X Massa total = Massa total = Menghitung berat molekul Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh bahwa berat molekul senyawa unknown dengan memperhatikan factor koreksi adalah 59,98 gram/ mol. Mengidentifikasi Senyawa Unknown X Senyawa unknown X dapat ditentukan dengan cara mencocokkan massa jenis dari senyawa unknown X, berat molekul hasil percobaan senyawa X, dan cirri-ciri fisik dari senyawa unknown X dengan senyawa-senyawa yang menyerupai sifat fisik, massa jenis dan terutama berat molekul senyawa X. Setelah mencari diberbagai sumber, maka senyawa yang memiliki ciri-ciri mendekati senyawa unknown X tersebut adalah aseton, komparasi antara unknown X dan aseton dapat dilihat di dalam table di bawah ini. Aspek Senyawa Unknown X Aseton Berat molekul 59,98 g/mol 58,08 g/mol Massa Jenis 1,797 g/l 0,7 g/l Wujud Cair Cair

19 Titik didih 69 0 C < 71 0 C Warna Bening Bening Bau Ada Ada Perbedaan massa jenis yang diperoleh dari hasil praktikum jika dibandingkan dengan massa jenis teoritisnya, hal tersebut mungkin di dalam ruang Erlenmeyer masih terkandung udara selain uap air dari gas senyawa volatile. Adanya udara di dalam Erlenmeyer kemungkinan terjadi ketika perpindahan Erlenmeyer dari desikator ke ruang timbang. Adanya udara dalam tabung Erlenmeyer kemungkinan menyebabkan massa jenis dari senyawa volatil yang terhitung berdasarkan hasil percobaan menjadi lebih besar dibandingkan massa jenis dari tinjauan teoritis. Namun karena aspek utamanya sudah mendekati yaitu berat molekul zat unknown X 59,98 g/mol maka dapat ditentukan bahwa senyawa unknown X adalah aseton. VI. SIMPULAN Berdasarkan data hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Berat molekul senyawa kloroform berdasarkan pengukuran massa jenis gas secara eksperimen yaitu 114,89 g/mol sedangkan berat molekul zat unknown adalah 59,98 g/mol 2. Zat unknown X adalah aseton, karena berat molekulnya hampir sama dengan aseton (BM teoritis aseton = 58,8 g/mol) VII. JAWABAN PERTANYAAN 1. Apakah yang menjadi sumber kesalahan utama dalam percobaan ini? Jawab: Sumber kesalahan utama, yaitu setelah pemanasan dan pendinginan dengan desikator, tidak semua uap cairan kembali ke bentuk cairnya, sehingga akan mengurangi jumlah udara yang masuk kembali ke dalam labu Erlenmeyer. Jadi, massa labu Erlenmeyer dalam keadaan ini lebih kecil dari massa labu Erlenmeyer dalam keadaan semua uap cairnya kembali ke bentuk cairnya. Oleh karena itu, massa volatil sebenarnya harus ditambahkan dengan massa udara yang tidak dapat masuk kembali ke dalam labu Erlenmeyer karena adanya uap cairan yang tidak mengembun.

20 2. Dari hasil analisis penentuan berat molekul suatu cairan X yang bersifat volatil diperoleh nilai = 120 gram/mol. Hasil analisis menunjukkan bahwa unsur tersebut mengandung: Karbon : 10% Klor : 89,0% Hidrogen : 1,0% Tentukan rumus molekul senyawa ini! Jawab: massakarbon massaklor massahidrogen x 100 g x 100 g 1 x 100 g gram 89 gram 1gram Perbandingan mol C : mol H : mol Cl 10 g 1g 89 g : : ,5 0,83:1: 2,5 1:1:3 Rumus molekul = (Rumus empiris) n 120 = ( ,5 ) n 120 = (119,5) n n = 1 Rumus molekul = (CHCl 3 ) 1 = CHCl 3 Jadi, rumus molekul X yaitu CHCl 3 yang merupakan senyawa kloroform..

21 VIII. DAFTAR RUJUKAN Anonim, Penentuan Berat Molekul Berdasarkan Pengukuran Massa Jenis gas. 0M.Si./PKF1.pdf, diunduh pada tanggal 24 Pebruari 2013 Anonim,Massa Jernis Gas. Masa-Jenis-Gas, diunduh pada tanggal 24 Pebruari 2013 Anonim, Kloform. diunduh pada tanggal 24 Pebruari 2013 Anonim, Kloform. diunduh pada tanggal 24 Pebruari 2013 Bird, Tony Penuntun Praktikum Kimia Universitas. Jakarta: PT Gramedia. Brady, James E Kimia Universitas Jilid 1 edisi kelima. Jakarta: Binarupa Aksara. Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga Retug & Sastrawidana Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja: Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS OLEH: RATIH NOVIYANTI (1113031028) DEWA AYU PRAPTI WIDI PRAMERTI (1113031042) GUSTI AYU PUTU WULAN AMELIA PUTRI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS OLEH: RATIH NOVIYANTI (1113031028) DEWA AYU PRAPTI WIDI PRAMERTI (1113031042) GUSTI AYU PUTU WULAN AMELIA PUTRI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS. Oleh:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS. Oleh: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS Oleh: NI PUTU WIDIASTI NI PUTU MERRY YUNITHASARI I DEWA GEDE ABI DARMA (1113031049)/D (1113031059)/D (1113031064)/D

Lebih terperinci

LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. TUJUAN 1. Menentukan berat molekul senyawa yang mudah menguap (volatile) berdasarkan pengukuran massa jenis gas 2. Melatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Percobaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Percobaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap, terutama jika terjadi kenaikan suhu (Aziz, dkk, 2009). Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan

Lebih terperinci

PERCOBAAN II PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA VOLATIL : SILVIA ROSDELINA NIM : H

PERCOBAAN II PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA VOLATIL : SILVIA ROSDELINA NIM : H LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERCOBAAN II PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA VOLATIL NAMA : SILVIA ROSDELINA NIM : H3 11 11 281 KELOMPOK : VII (TUJUH) HARI / TANGGAL : SENIN / 18 MARET 2013 ASISTEN : RAYMOND

Lebih terperinci

PERCOBAAN II PENENTUAN MASSA MOLEKUL PENGUKURAN BERDASARKAN BOBOT JENIS : YUNITA PARE ROMBE NIM : H

PERCOBAAN II PENENTUAN MASSA MOLEKUL PENGUKURAN BERDASARKAN BOBOT JENIS : YUNITA PARE ROMBE NIM : H LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERCOBAAN II PENENTUAN MASSA MOLEKUL PENGUKURAN BERDASARKAN BOBOT JENIS NAMA : YUNITA PARE ROMBE NIM : H311 12 012 KELOMPOK : III (TIGA) HARI/ TANGGAL PERCOBAAN : SELASA/30

Lebih terperinci

HUKUM RAOULT. campuran

HUKUM RAOULT. campuran HUKUM RAOULT I. TUJUAN - Memperhatikan pengaruh komposisi terhadap titik didih campuran - Memperlihatkan pengaruh gaya antarmolekul terhadap tekanan uap campuran II. TEORI Suatu larutan dianggap bersifat

Lebih terperinci

PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. Tujuan 1. Menentukan berat molekul senyawa yang mudah menguap (volatil) berdasarkan pengukuran massa jenis gas. 2. Melatih menggunakan

Lebih terperinci

Chapter 6. Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display.

Chapter 6. Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Chapter 6 Gas Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Beberapa zat yang berwujud gas pada suhu 25 0 C dan tekanan 1 Atm 5.1 1 5.1 Sifat-sifat fisis yang

Lebih terperinci

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display.

Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Bab 5 Gas Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Beberapa zat yang berwujud gas pada suhu 25 0 C dan tekanan 1At Atm 5.1 5.1 Sifat-sifat fisis yang khas

Lebih terperinci

Pertemuan ke 7 BAB V: GAS

Pertemuan ke 7 BAB V: GAS Pertemuan ke 7 BAB V: GAS Zat-Zat yang Berwujud Gas Di dalam atmosfir normal terdapat sebanyak 11 unsur dalam bentuk gas dan beberapa senyawa di atmosfir juga ditemukan dalam wujud gas. Sifat fisik gas

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisik

Laporan Praktikum Kimia Fisik Laporan Praktikum Kimia Fisik DestilasiCampuranBiner Oleh :Anindya Dwi Kusuma Marista (131424004) Annisa Novita Nurisma (131424005) Rahma Ausina (131424022) Kelas : 1A- Teknik Kimia Produksi Bersih Politeknik

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL Nama : Ardian Lubis NIM : 121810301028 Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LABORATORIUM KIMIA FISIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

VOLUME MOLAR GAS. I. TUJUAN Menentukan volume relatif dari zat dalam wujud yang berbeda

VOLUME MOLAR GAS. I. TUJUAN Menentukan volume relatif dari zat dalam wujud yang berbeda VOLUME MOLAR GAS I. TUJUAN Menentukan volume relatif dari zat dalam wujud yang berbeda II. DASAR TEORI 1. Penggolongan Benda Benda-benda di bumi sangat banyak jenis dan jumlahnya. Contohnya Air, oksigen,

Lebih terperinci

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C ) I. Tujuan Percobaan o Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) o Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah

Lebih terperinci

GAS. Sifat-sifat gas

GAS. Sifat-sifat gas GAS Sifat-sifat gas Volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya. Mudah dimampatkan. Bercampur dengan segera dan merata. Kerapatannya lebih rendah dibandingkan dengan cairan dan padatan. Sebagian tidak berwarna.

Lebih terperinci

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI PERCOBAAN VI Judul Percobaan : DESTILASI Tujuan : Memisahkan dua komponen cairan yang memiliki titik didih berbeda. Hari / tanggal : Senin / 24 November 2008. Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN PENERAAN ALAT UKUR VOLUMETRIK Dosen Pembimbing : Endang Widiastuti Kelompok 5 M Syarif Hidayatullah NIM 111431017 Nadia Luthfi Nuran NIM 111431018 Neng Teti

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari KIMIA FISIKA I TC20062 Dr. Ifa Puspasari TEORI KINETIK GAS (1) Dr. Ifa Puspasari Apa itu Teori Kinetik? Teori kinetik menjelaskan tentang perilaku gas yang didasarkan pada pendapat bahwa gas terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai konstanta dalam peristiwa adsorbsi dari larutan asam asetat oleh karbon aktif pada suhu konstan. I.2. Dasar

Lebih terperinci

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil WUJUD ZAT (GAS) SP-Pertemuan 2 Gas : Jarak antar partikel jauh > ukuran partikel Sifat Gas Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil Laju-nya selalu berubah-ubah karena adanya tumbukan dengan wadah

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik

Lebih terperinci

BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8.

BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8. BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8. DIAGRAM FASA WUJUD ZAT: GAS CAIRAN PADATAN PERMEN (sukrosa) C 12

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014 Di Susun Oleh: Ipa Ida Rosita 1112016200007 Kelompok 2 Widya Kusumaningrum 1112016200005 Nurul mu nisa A. 1112016200008

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal eori Kinetik Gas eori Kinetik Gas adalah konsep yang mempelajari sifat-sifat gas berdasarkan kelakuan partikel/molekul penyusun gas yang bergerak acak. Setiap benda, baik cairan, padatan, maupun gas tersusun

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

Sistem tiga komponen

Sistem tiga komponen LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II KESETIMBANGAN FASA Selasa, 15 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha 1112016200028 KELOMPOK 4 1. Fika Rakhmalinda 1112016200005 2. Naryanto 1112016200018 PROGRAM

Lebih terperinci

TEMPERATUR. dihubungkan oleh

TEMPERATUR. dihubungkan oleh 49 50 o F. Temperatur pada skala Fahrenheit dan Celcius TEMPERATUR 1. Teori atom zat mendalilkan bahwa semua zat terdiri dari kesatuan kecil yang disebut atom, yang biasanya berdiameter 10-10 m.. Massa

Lebih terperinci

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas WUJUD ZAT 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas 1.1 Jumlah Fasa (P) Fasa adalah bagian dari sistem yang bersifat homogen, dan dipisahkan dari bagian sistem yang lain dengan batas yang jelas. Jumlah Fasa

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM

Lebih terperinci

Revisi BAB I PENDAHULUAN

Revisi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Penyaringan B. Tujuan Percobaan 1. Melatih kemampuan agar dapat menggunakan kertas saring untuk menyaring endapan hasil reaksi kimia. 2. Mengenal metode pemisahan secara

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisika. PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI ( Hc) DENGAN MENGGUNAKAN KALORIMETER BOM

Laporan Praktikum Kimia Fisika. PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI ( Hc) DENGAN MENGGUNAKAN KALORIMETER BOM Laporan Praktikum Kimia Fisika PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI (Hc) DENGAN MENGGUNAKAN KALORIMETER BOM 18 Maret 2014 Dosen Pembimbing : Fitri Khoerunnisa Ph.D. Disusun oleh : Dinar Khairunisa (1307218) FAKULTAS

Lebih terperinci

Difusi gas merupakan campuran antara molekul satu gas dengan molekul lainnya yang

Difusi gas merupakan campuran antara molekul satu gas dengan molekul lainnya yang DIFUSI GAS Tujuan: Mencari massa molekul gas dengan jalan membandingkan laju difusi berdasarkan hukum Graham Widya Kusumanngrum (1112016200005) Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

Rima Puspa Aryani : A1C311010

Rima Puspa Aryani : A1C311010 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SMA (AKKC 351) PERCOBAAN VIII SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Dosen: Dra. Hj. St. H. Nurdiniah, M.Si Drs. Rusmansyah, M.Pd Asisten Praktikum: Siti Meisyarah Trisda Mila Disusun Oleh: Kelompok

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3)

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3) eori Kinetik Gas Pengertian Gas Ideal Istilah gas ideal digunakan menyederhanakan permasalahan tentang gas. Karena partikel-partikel gas dapat bergerak sangat bebas dan dapat mengisi seluruh ruangan yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II. Kesetimbangan Fasa. 22 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II. Kesetimbangan Fasa. 22 April 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II Kesetimbangan Fasa 22 April 2014 Disusun oleh : Septiwi Tri Pusparini 1112016200035 KELOMPOK 3 Ade Ira Nurjanah (1112016200015) Ira Nurpialawati (1112016200029) PROGRAM

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di Laboratorium Kimia dan Biokimia, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

DISTILASI SEDERHANA (DIS)

DISTILASI SEDERHANA (DIS) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA TILASI SEDERHANA () Disusun oleh: Fardhila Rochman Alexander Armyn Dr. Danu Ariono Dr. Dianika Lestari Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 Disusun oleh : Fika Rakhmalinda (1112016200003) Fikri Sholihah (1112016200028 ) Naryanto (1112016200018 ) PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

Lebih terperinci

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1 Penentuan Koefisien Distribusi Tujuan: Menentukan koefisien distribusi I 2 dalam sistem air-kloroform Widya Kusumanngrum (1112016200005) Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH. I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II.

TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH. I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II. TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II. DASAR TEORI : A. TITIK LELEH Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana

Lebih terperinci

Sulistyani M.Si

Sulistyani M.Si Sulistyani M.Si Email:sulistyani@uny.ac.id + Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Jumlah zat terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Secara kuantitatif,

Lebih terperinci

KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM

KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM Oleh : Dewi Agustin ACC 113 028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PALANGKARAYA

Lebih terperinci

Soal Teori Kinetik Gas

Soal Teori Kinetik Gas Soal Teori Kinetik Gas Tahun Ajaran 203-204 FISIKA KELAS XI November, 203 Oleh Ayu Surya Agustin Soal Teori Kinetik Gas Tahun Ajaran 203-204 A. SOAL PILIHAN GANDA Pilihlah salah satu jawaban yang paling

Lebih terperinci

I Sifat Koligatif Larutan

I Sifat Koligatif Larutan Bab I Sifat Koligatif Larutan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini Anda dapat menjelaskan dan membandingkan sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan sifat koligatif larutan elektrolit. Pernahkah

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK PEMBUATAN t - BUTIL KLORIDA NAMA PRAKTIKAN : KARINA PERMATA SARI NPM : 1106066460 PARTNER PRAKTIKAN : FANTY EKA PRATIWI ASISTEN LAB : KAK JOHANNES BION TANGGAL

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari KIMIA FISIKA I TC20062 Dr. Ifa Puspasari Pokok Bahasan/Materi 1. Sifat-sifat gas ideal 2. Teori kinetik gas 3. Hukum termodinamika 4. Energi bebas dan potensial kimia 5. Kesetimbangan kimia 6. Kinetika

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. mol NaCl

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. mol NaCl LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN No. gr NaCl Tabel 10. Ketinggian H 2 pada Tabung Penampung H 2 h H 2 (cm) mmhg P atm mol NaCl volume Air (L) Konsentrasi NaCl (Mol/L) 0,0285 1 10 28 424 1,5578 0,1709 2 20 30

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] Disusun oleh: Lia Priscilla Dr. Tirto Prakoso Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2

HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2 HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2 HUKUM DASAR KIMIA 1) Hukum Kekekalan Massa ( Hukum Lavoisier ). Yaitu : Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH I. Tujuan Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H 2 C 2 O 4 2H 2 O II. Dasar Teori Reaksi asam basa

Lebih terperinci

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR Distilasi dan Titik Didih I. Tujuan 1.1 Mengetahui prinsip destilasi dan pengertian campuran azeotrop 1.2 Dapat mengkalibrasi thermometer dan dapat merangkai peralatan

Lebih terperinci

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc = DIAGRAM TERNER I. DASAR TEORI erdasarkan hukum fase Gibbs jumlah terkecil peubah bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan dilengkapkan sebagai : V = C

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL. UjianTeori. Waktu: 100 menit

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL. UjianTeori. Waktu: 100 menit OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL UjianTeori Waktu: 100 menit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DEFINISI Sifat koligatif larutan : sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya tergantung pada banyakknya partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat

Lebih terperinci

Semua zat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu padat, cair, dan gas. Berikut adalah sifat-sifat dari ketiga kelompok zat tersebut.

Semua zat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu padat, cair, dan gas. Berikut adalah sifat-sifat dari ketiga kelompok zat tersebut. Oleh : Rully Afis Hardiani Kelas : 1 D GAS IDEAL dan GAS NYATA Semua zat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu padat, cair, dan gas. Berikut adalah sifat-sifat dari ketiga kelompok zat tersebut. Berikut adalah

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN STOIKIOMETRI DAN HUKUM-HUKUM KIMIA Haris Puspito Buwono

KIMIA TERAPAN STOIKIOMETRI DAN HUKUM-HUKUM KIMIA Haris Puspito Buwono KIMIA TERAPAN STOIKIOMETRI DAN HUKUM-HUKUM KIMIA Haris Puspito Buwono Semester Gasal 2012/2013 STOIKIOMETRI 2 STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN VIII PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT ( REKRISTALISASI & SUBLIMASI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN VIII PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT ( REKRISTALISASI & SUBLIMASI) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN VIII PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT ( REKRISTALISASI & SUBLIMASI) DISUSUN OLEH : NAMA : RAHMAWATI STAMBUK : F1C1 13 031 KELOMPOK : VI (ENAM) ASISTEN : EKA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN NAMA SYABATINI : ANNISA NIM : J1B107032 HARI / TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN / 30 MARET 2009 HARI / TANGGAL DIKUMPUL : SENIN

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II Kolom Berpacking (HETP) BAB I PENDAHULUAN

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II Kolom Berpacking (HETP) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Destilasi adalah proses pemisahan secara fisik yang berdasarkan atas perbedaan titik didih dan sedikitnya dibutuhkan dua komponen proses pemisahan tidak dapat dilakukan

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI SUHU DAN PENGUKURAN SUHU Untuk mempelajari KONSEP SUHU dan hukum ke-nol termodinamika, Kita perlu mendefinisikan pengertian sistem,

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami konsep kesetimbangan kimia dan mampu menyelesaikan soal/masalah yang berhubungan dengan reaksi kesetimbangan. 2. Materi

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan.

Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Subcapaian pembelajaran: 1. Menentukan sifat koligatif

Lebih terperinci

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2! BAB 7 STOKIOMETRI A. Massa Molekul Relatif Massa Molekul Relatif (Mr) biasanya dihitung menggunakan data Ar masing-masing atom yang ada dalam molekul tersebut. Mr senyawa = (indeks atom x Ar atom) Contoh:

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Disusun Oleh :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Disusun Oleh : LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Disusun Oleh : Nama : Veryna Septiany NPM : E1G014054 Kelompok : 3 Hari, Jam : Kamis, 14.00 15.40 WIB Ko-Ass : Jhon Fernanta Sipayung Lestari Nike Situngkir Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI 26 April 2014 DI SUSUN OLEH : NURUL MU NISAH AWALIYAH 1112016200008 Kelompok 1 : 1. Ipa Ida Rosita (1112016200007) 2. Putri Dewi Malya Fatimah (1112016200011) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO SKRIPSI TK091383 PEMBUATAN HIDROGEN DARI GLISEROL DENGAN KATALIS KARBON AKTIF DAN Ni/HZSM-5 DENGAN METODE PEMANASAN KONVENSIONAL ZAHRA NURI NADA 2310100031 YUDHO JATI PRASETYO 2310100070 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN IX ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN IX ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN IX ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN OLEH: NAMA : MUH. YAMIN A. STAMBUK : F1C1 08 049 KELOMPOK ASISTEN PEMBIMBING : III : IMA ISMAIL JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN. Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : Kelompok : IV.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN. Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : Kelompok : IV. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 1108105034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR Distilasi dan Titik Didih Disusun oleh : NAMA : FAJRI ZAKIYYATU SA ADAH NPM : 10060312091 SHIFT / KELOMPOK : C / 2 TANGGAL PRAKTIKUM

Lebih terperinci

BAB 14 TEORI KINETIK GAS

BAB 14 TEORI KINETIK GAS BAB 14 TEORI KINETIK GAS HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC P 1 V 1 T 1 P 2 V 2 PERSAMAAN UMUM GAS IDEAL P. V n. R. T Atau P. V N. k. T Keterangan: P tekanan gas (Pa). V volume (m 3 ). n mol gas. R tetapan umum gas

Lebih terperinci

TITIK DIDIH LARUTAN. Disusun Oleh. Kelompok B-4. Zulmijar

TITIK DIDIH LARUTAN. Disusun Oleh. Kelompok B-4. Zulmijar Laporan khusus Laboratorium Kimia Fisika TITIK DIDIH LARUTAN Disusun Oleh Kelompok B-4 Zulmijar 1404103010044 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2015 pes

Lebih terperinci

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha Modul Praktikum Nama Pembimbing Nama Mahasiswa : Kimia Fisik : Bapak Drs.Budi Santoso, Apt.MT : 1. Azka Muhammad Syahida 2. Eveline Fauziah 3. Fadil Hardian 4. Fajar Nugraha Tanggal Praktek : 21 Semptember

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB)

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB) Disusun oleh: Dinna Rizqi Awalia Dr. Danu Ariono Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI. STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya.

STOIKIOMETRI. STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya. STOIKIOMETRI STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya. 1.HUKUM KEKEKALAN MASSA = HUKUM LAVOISIER "Massa zat-zat sebelum

Lebih terperinci

DIFUSI GAS. Mashfufatul Ilmah ( ) Ummu Kalsum Andi Lajeng, Fitri Ramadianni

DIFUSI GAS. Mashfufatul Ilmah ( ) Ummu Kalsum Andi Lajeng, Fitri Ramadianni DIFUSI GAS Mashfufatul Ilmah (1112016200027) Ummu Kalsum Andi Lajeng, Fitri Ramadianni PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) NAMA : YUSI ANDA RIZKY NIM : H311 08 003 KELOMPOK : II (DUA) HARI/TGL PERC. : SENIN/08 MARET 2010 ASISTEN : FITRI JUNIANTI LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN TITIK LEBUR UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 PENENTUAN TITIK LEBUR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN TITIK LEBUR UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 PENENTUAN TITIK LEBUR LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN TITIK LEBUR LABORATORIUM FAKULTAS KIMIA FISIKA FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 PENENTUAN TITIK LEBUR I. Tujuan 1. Menentukan titik lebur zat padat dan menggunakannya

Lebih terperinci

Lembar Kegiatan Siswa

Lembar Kegiatan Siswa Lembar Kegiatan Siswa LEMBAR KEGIATAN PERTEMUAN I I. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)-01 : Kelompok Nama Kelompok : Nama Anggota : 1. 4. 2. 5. 3. 6. A. Petunjuk: 1. Bacalah dulu infornasi singkat pada LKS ini,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ZAT TERLARUT + PELARUT LARUTAN Komponen minor Komponen utama Sistem homogen PELARUTAN

Lebih terperinci

Modul l Modul 2 Modul 3

Modul l Modul 2 Modul 3 v B Tinjauan Praktikum iokimia merupakan bagian ilmu kimia yang berhubungan dengan makhluk hidup. Dalam biokimia dibahas organisme hidup yang merupakan sekumpulan molekul organik yang berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan.

Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. 1 Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar!

Lebih terperinci

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM TUJUAN Mengetahui cara membersihkan, mengeringkan dan menggunakan berbagai alat gelas yang digunakan di laboratorium kimia. Mengatur nyala pembakar Bunsen

Lebih terperinci