HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra Tindakan 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas XI MIA 8 SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2014/2015. Deskripsi umum mengenai sekolah dan kondisi kelas XI MIA 8 diuraikan sebagai berikut: a. Deskripsi Umum Sekolah SMA Negeri 1 Karanganyar beralamat di Jalan AW. Monginsidi No.03 Kabupaten Karanganyar. SMA Negeri 1 Karanganyar merupakan sekolah yang memiliki akreditasi A (amat baik) dengan skor 91. Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar berjumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015, dan memiliki 37 rombel, yaitu 14 kelas X yang terdiri dari 10 kelas IPA dan 4 kelas IPS, 14 kelas XI yang terdiri dari 9 kelas IPA dan 5 kelas IPS, dan 9 kelas XII yang terdiri dari 5 kelas IPA dan 4 kelas IPS. SMA Negeri 1 Karanganyar berjumlah 84 guru, terdiri dari 65 guru tetap dan 19 guru tidak tetap. SMA Negeri 1 Karanganyar memiliki fasilitas gedung atau ruang yang dimiliki, yaitu 37 ruang kelas, 4 Laboratorium, ruang Guru, ruang Kepala Sekolah, ruang Wakasek, ruang Tata Usaha, Perpustakaan, ruang Aula, ruang Komputer, ruang BP/BK, ruang Stensil, ruang OSIS, koperasi, masjid, 3 ruang gudang, 20 kamar mandi, dan 3 tempat parkir. b. Deskripsi Umum Kelas XI MIA 8 Siswa kelas XI MIA 8 SMA Negeri 1 Karanganyar tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 18 siswi perempuan. Ruang kelas XI MIA 8 sangat proposional dengan ukuran kelas sekitar 8x8 meter. Kelas XI MIA 8 memiliki fasilitas, yaitu 16 meja siswa dan 32 kursi siswa, 1 pasang meja dan kursi guru, 1 meja multimedia, 1 papan tulis whiteboard, 1 papan pengumuman, daftar piket, daftar kepengurusan kelas, tata tertib siswa dan alat kebersihan. Kelas XI MIA 8 juga dilengkapi dengan LCD, speaker yang terhubung dengan sistem siaran commit informasi to user sekolah dan jendela bertirai dan 2 36

2 digilib.uns.ac.id 37 pendingin ruangan yang dinyalakan sepanjang pembelajaran. Proses pembelajaran biologi di kelas XI MIA 8 dibimbing oleh seorang guru Biologi bernama Dra. Sri Astorini. Jadwal pembelajaran biologi di kelas XI MIA 8 adalah 4 jam pelajaran dengan dua kali pertemuan dalam satu minggu. Waktu yang dibutuhkan setiap satu kali tatap muka, yaitu 3x45 menit dan 1x45 menit. XI MIA 8 memiliki jadwal pembelajaran Biologi setiap hari Senin dan Kamis. SMA Negeri 1 Karanganyar memiliki KKM, yaitu 6,5. 2. Deskripsi Permasalahan Penelitian Penelitian diawali dengan menemukan berbagai permasalahan melalui kegiatan observasi pembelajaran dan kegiatan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran Biologi di kelas XI MIA SMA Negeri 1 Karanganyar. Berdasarkan hasil observasi awal terhadap kegiatan pembelajaran di kelas XI MIA 8 menunjukkan proses pembelajaran belum terfokus kepada siswa (student centered) sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa cenderung lebih banyak diam dan hanya mendengarkan penjelasan guru. Kurangnya rasa ingin tahu siswa di kelas XI MIA 8 terhadap pembelajaran biologi terlihat dari kurangnya partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dari guru, dan berargumen di dalam kelas. Kurangnya rasa ingin tahu siswa juga terlihat dari rendahnya keinginan siswa untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber. Rata-rata siswa hanya memiliki satu sumber belajar, yaitu buku paket atau LKS. Selama kegiatan praktikum biologi berlangsung hanya sebagian siswa yang fokus dalam melakukan penyelidikan. Kondisi tersebut tampak dominan di kelas XI MIA 8 dibandingkan dengan seluruh kelas XI MIA di SMA Negeri 1 Karanganyar. Hasil wawancara lanjutan dengan guru mata pelajaran biologi kelas XI MIA mendukung pernyataan bahwa tingkat rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 tergolong rendah. Berdasarkan tindakan observasi awal dan wawancara guru biologi kelas XI MIA SMA Negeri 1 Karanganyar penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas XI MIA 8 dengan fokus permasalahan yang harus diperbaiki adalah meningkatkan rasa ingin tahu siswa yang meliputi bertanya, partisipasi aktif dalam berpendapat, antusias dalam

3 digilib.uns.ac.id 38 melakukan penyelidikan, perhatian dalam melakukan pengamatan dan berusaha keras memperoleh informasi baru. Sikap rasa ingin tahu menurut Silvia (2006), yaitu ketika orang merasa penasaran dan mencurahkan lebih banyak perhatian pada kegiatan, mencari informasi lebih dalam, mengingat informasi yang lebih baik, dan bertahan pada tugas sampai tujuan terpenuhi (Kashdan, 2009). Rasa ingin tahu selain berperan sebagai inovator dalam membangun kreativitas dan pemikiran yang berbeda, juga berperan sebagai motivator intrinsik untuk mempertahankan minat dalam suatu permasalahan tertentu (Rowson, 2012). Motivasi intrinsik terindikasi dengan adanya partisipasi siswa yang berasal dari kebutuhan rasa ingin tahunya, keinginan untuk terlibat dalam aktivitas dan penyelesaian tugas dan keinginan berkontribusi (Dev dalam Shia, 1998). B. Deskripsi Tindakan Tiap Siklus 1. Kondisi Awal (Pra-Siklus) Tindak lanjut hasil observasi awal di kelas XI MIA 8 berupa observasi lanjutan untuk mengukur tingkat rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran biologi. Observasi lanjutan dilaksanakan sebelum siswa diberi tindakan (observasi prasiklus). Observasi pra-siklus untuk mengukur rasa ingin tahu siswa mengunakan instrumen berupa lembar observasi dan angket rasa ingin tahu. Hasil analisis kegiatan observasi pra-siklus berdasarkan kedua instrumen rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 SMA Negeri 1 Karanganyar sebelum menggunakan model pembelajaran inkuiri pada pembelajaran Biologi disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Skor Gabungan Instrumen Capaian Rasa Ingin Tahu Siswa Pra Siklus No Instrumen Capaian Aspek (%) 1 Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu 37,50 2 Angket Rasa Ingin Tahu 60,73 Jumlah 98,23 Rata-rata 49,11 Tabel 4.1 menunjukkan nilai gabungan dari kedua instrumen rasa ingin tahu. Berdasarkan hasil analisis observasi commit to pra-siklus user melalui lembar observasi dan

4 digilib.uns.ac.id 39 angket rasa ingin tahu diperoleh nilai rata-rata sebesar 49,11%. Hasil analisis lembar observasi Pra Siklus memperoleh persentase sebesar 37,50% dan hasil analisis angket rasa ingin tahu menunjukkan hasil persentase sebesar 60,73% pada keseluruhan aspeknya. Observasi prasiklus rasa ingin tahu diperoleh berdasarkan lembar observasi dan angket rasa ingin tahu. Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan siswa dan guru di kelas selama proses pembelajaran. Hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu pada observasi prasiklus di setiap aspeknya disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Skor Capaian Tiap Aspek pada Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu Siswa Pra Siklus. No Aspek Capaian Aspek (%) 1 Epistemic Curiosity 30,64 2 Perceptual Curiosity 38,71 3 Spesific Curiosity 32,26 4 Diversive Curiosity 48,39 Jumlah 150,00 Rata-rata 37,50 Berdasarkan hasil analisis lembar observasi terkait rasa ingin tahu siswa pada observasi prasiklus diperoleh skor rata-rata presentase sebesar 37,50%. Setiap aspek rasa ingin tahu memperoleh hasil persentase yang berbeda-beda. Aspek pertama, yaitu aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 30,64%. Aspek kedua, yaitu aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 38,71%. Aspek ketiga, yaitu aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 32,26%. Aspek keempat, yaitu aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki presentase skor sebesar 48,39%. Grafik hasil observasi rasa ingin tahu per aspek pada Tabel 4.2 disajikan pada Gambar 4.1.

5 digilib.uns.ac.id 40 PERSENTASE SKOR LEMBAR OBSERVASI (%) ,39 38,71 30,64 32,26 EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE PRASIKLUS ASPEK RASA INGIN TAHU Gambar 4.1. Grafik Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu Prasiklus Per Aspek Berdasarkan Gambar 4.1 diketahui bahwa setiap siswa kalas XI MIA 8 SMA Negeri 1 Karanganyar memiliki tingkat rasa ingin tahu (Curiosity) yang beragam dalam satu kelas. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu menunjukkan bahwa aspek Diversive Curiosity memiliki persentase skor lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga aspek rasa ingin tahu lainya, yaitu 48,39%. Sedangkan aspek Epistemic Curiosity memiliki skor terendah, yaitu 30,64%. Penjabaran skor lembar observasi berdasarkan tingkat setiap aspek rasa ingin tahu setiap siswa pada pra-siklus disajikan pada Gambar 4.2, Gambar 4.3, Gambar 4.4, dan Gambar 4.5. Skor Aspek Epistemic Curiosity No Absen Siswa Gambar 4.2. Histogram Capaian Skor Lembar Observasi pada Aspek Epistemic Curiosity pada Pra Siklus

6 digilib.uns.ac.id 41 Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa terdapat variasi nilai pada aspek Epistemic Curiosity setiap siswa pada pra-siklus. Siswa yang diobservasi sejumlah 31 siswa. Capaian nilai aspek Epistemic Curiosity tertinggi adalah 10 dalam skala Pada hasil observasi aspek Epistemic Curiosity belum terlihat siswa yang mendapatkan skor maksimal. Skor aspek Epistemic Curiosity tertinggi yang diperoleh, yaitu 9 dan siswa yang memperoleh skor 9 sebanyak 1 siswa. Skor aspek Epistemic Curiosity terendah adalah 0. Siswa yang memperoleh skor terendah sebanyak 7 siswa. Rata-rata persentase skor aspek Epistemic Curiosity kelas XI MIA 8 pada pra-siklus adalah 30,64%. Skor Aspek Perceptual Curiosity Gambar 4.3. Histogram Capaian Skor Lembar Observasi pada Aspek Perceptual Curiosity pada Pra Siklus Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat variasi nilai pada aspek Perceptual Curiosity setiap siswa pada pra-siklus. Siswa yang diobservasi sejumlah 31 siswa. Capaian nilai aspek Perceptual Curiosity tertinggi adalah 4 dalam skala 0-4. Pada hasil observasi aspek Perceptual Curiosity siswa yang mendapatkan skor maksimal 4, yaitu sebanyak 1 siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh skor 0 sebanyak sebanyak 6 siswa. Rata-rata persentase skor aspek Perceptual Curiosity kelas XI MIA 8 pada pra-siklus adalah 38,71%.

7 digilib.uns.ac.id 42 Skor Aspek Spesific Curiosity No Absen Siswa Gambar 4.4. Histogram Capaian Skor Lembar Observasi pada Aspek Spesific Curiosity pada Pra Siklus Berdasarkan Gambar 4.4 terdapat variasi nilai pada aspek Spesific Curiosity setiap siswa pada pra-siklus. Siswa yang diobservasi sejumlah 31 siswa. Capaian nilai aspek Spesific Curiosity tertinggi adalah 4 dalam skala 0-4. Pada hasil observasi aspek Spesific Curiosity skor tertinggi yang diperoleh, yaitu 3. Siswa yang mendapatkan skor 3 sebanyak 3 siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh skor 0 sebanyak sebanyak 7 siswa. Rata-rata persentase skor aspek Spesific Curiosity kelas XI MIA 8 pada pra-siklus adalah 32,26%. Skor Aspek Diversive Curiosity No Absen Siswa Gambar 4.5. Histogram Capaian Skor Lembar Observasi pada Aspek Diversive Curiosity pada Pra Siklus

8 digilib.uns.ac.id 43 Berdasarkan Gambar 4.5 hasil observasi pada aspek Diversive Curiosity siswa yang diobservasi sejumlah 31 siswa. Capaian nilai aspek Diversive Curiosity tertinggi adalah 4 dalam skala 0-4. Pada hasil observasi aspek Spesific Curiosity yang memperoleh skor maksimal 4 sebanyak 3. Siswa yang mendapatkan skor 3 sebanyak 3 siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh skor 0 sebanyak sebanyak 5 siswa. Rata-rata persentase skor aspek Spesific Curiosity kelas XI MIA 8 pada pra-siklus adalah 48,39%. Pengukuran instrumen kedua hasil observasi prasiklus diperoleh berdasarkan hasil analisis angket rasa ingin tahu. Angket prasiklus diberikan kepada siswa sebelum pemberian tindakan. Hasil analisis angket rasa ingin tahu disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Skor Capaian Tiap Aspek pada Angket Rasa Ingin Tahu Siswa Pra Siklus. No Aspek Capaian Aspek (%) 1 Epistemic Curiosity 58,58 2 Perceptual Curiosity 62,21 3 Spesific Curiosity 59,79 4 Diversive Curiosity 62,33 Jumlah 242,91 Rata-rata 60,73 Berdasarkan data hasil analisis angket rasa ngin tahu Pra Siklus pada Tabel 4.3 di atas memperoleh nilai rata-rata sebesar 60,73%. Masing-masing aspek rasa ingin tahu hasil analisis angket menunjukkan persentase yang berbeda-beda. Aspek pertama, yaitu aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 58,58%. Aspek kedua, yaitu aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 62,21%. Aspek ketiga, yaitu aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 59,79%. Aspek keempat, yaitu aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki presentase skor sebesar 62,33%. Berdasarkan hasil analisis angket rasa ingin tahu

9 digilib.uns.ac.id 44 menunjukkan bahwa aspek Diversive Curiosity memiliki persentase skor lebih tinggi dibandingkan aspek lainya. Grafik capaian angket rasa ingin tahu per aspek pada Tabel 4.3 disajikan pada Gambar PROSENTASE CAPAIAN SKOR ANGKET RASA INGIN TAHU (%) ,58 62,21 59,79 62,33 EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE PRASIKLUS TIPE INSTRUMEN PENGUKURAN Gambar 4.6. Grafik Capaian Per Aspek Angket Rasa Ingin Tahu Prasiklus Berdasarkan hasil analisis lembar observasi prasiklus dan angket prasiklus dilakukan tindakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 SMA Negeri 1 Karanganyar. Tindakan yang dilakukan dengan penggunaan model pembelajaran yang memfokuskan kegiatan kepada siswa (student centered), sehingga siswa terlibat aktif dan dapat meningkatkan rasa ingin tahu dalam pembelajaran Biologi. Salah satu model pembelajaran yang menjadi alternatif dalam meningkatkan rasa ingin tahu adalah model pembelajaran inkuiri. Model inkuiri merupakan aplikasi dari pembelajaran kontruktivisme yang didasarkan pada observasi dan studi ilmiah. Model pembelajaran inkuiri dipilih karena inkuiri merupakan model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dan mendorong rasa ingin tahu siswa untuk belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada. Rasa ingin tahu merupakan faktor penting yang mendasari dan sangat berpengaruh commit dalam to proses user pembelajaran inkuiri. Melalui

10 digilib.uns.ac.id 45 penerapan model pembelajaran inkuiri diharapkan rasa ingin tahu siswa dapat meningkat pada setiap aspeknya. Kegiatan selanjutnya setelah observasi awal adalah pelaksanaan tindakan dalam rangkaian siklus yang terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Pelaksanaan tindakan di rencanakan dalam tiga siklus. 2. Siklus I Siklus I terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Siklus I dilakukan pada materi sistem reproduksi dengan topik pembelajaran struktur dan fungsi organ reproduksi pada manusia. Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan selama 4 jam pelajaran (4x45 menit). Penjabaran dari setiap kegiatan dan hasil yang diperoleh pada Siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Perencanaan Tindakan Siklus I Siklus I direncanakan dilaksanakan dua kali pertemuan pada materi sistem reproduksi manusia dengan topik struktur dan fungsi organ reproduksi. Pertemuan pertama memerlukan waktu 2 x 45 menit dan pertemuan kedua memerlukan waktu 2 x 45 menit. Perencanaan tindakan untuk Siklus I disusun berdasarkan pra-siklus yang meliputi instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian. Instrumen pembelajaran meliputi silabus dengan materi pokok Sistem Reproduksi pada Manusia (Lampiran IA), RPP dengan materi Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi Manusia (Lampiran IB.1), Lembar Kerja Siswa (Lampiran IB.2), lembar penilaian sikap (Lampiran IB.3), lembar penilaian keterampilan (Lampiran IB.4), lembar penilaian kognitif (IB.5), dan materi ajar dengan topik organ reproduksi manusia (IB.6). Instrumen penelitian yang disusun dan dipersiapkan, yaitu lembar observasi rasa ingin tahu (Lampiran IIA), instrumen angket rasa ingin tahu siswa (Lampiran IIB), instrumen angket multiple choise rasa ingin tahu (Lampiran IIC), lembar observasi keterlaksanaan sintaks (Lampiran IID), pedoman wawancara siswa (Lampiran IIE), pedoman wawancara guru (Lampiran IIF), serta peralatan dokumentasi.

11 digilib.uns.ac.id 46 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 30 April 2015 selama 2 x 45 menit (2 JP). Materi pada pertemuan pertama, yaitu struktur dan fungsi organ reproduksi manusia. Pada pertemuan pertama pelaksanaan sintaks meliputi apresepsi dan motivasi, melakukan observasi, menyajikan pertanyaan atau masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan, dan menganalisis data. Pada sintaks apresepsi dan motivasi, guru menampilkan powerpoint berisi gambar fenomena sebuah keluarga yang terdiri dari ayah ibu dan seorang anak. Guru meminta siswa untuk beropini terkait bagaimana seorang ayah dan ibu dapat menghasilkan keturunan. Siswa menyebutkan bahwa seorang ayah dan ibu dapat mengahasilkan keturunan melalui proses reproduksi. Guru mengarahkan siswa menentukan materi pembelajaran melalui pertanyaanpertanyaan hingga siswa dapat menyebutkan bahwa materi pembelajaran adalah sistem reproduksi manusia Guru mengarahkan siswa pada topik pembelajaran dengan menampilkan sebuah kasus. Kasus yang diberikan oleh guru, yaitu jika seorang banci atau waria menikah dengan dengan laki-laki normal apakah dapat menghasilkan keturunan. Berdasarkan kasus tersebut siswa memberikan opini jika seorang banci menikah dengan laki laki normal maka tidak bisa menghasilkan keturunan karena memiliki struktur dan fungsi organ yang sama. Guru membimbing siswa memilih dan menentukan topik yang perlu dipelajari hari ini, yaitu struktur dan fungsi organ reproduksi manusia. Pada sintaks observasi, guru menginstruksikan kepada siswa untuk mengamati gambar poster organ reproduksi dan meminta siswa memberikan opini terkait gambar tersebut. Opini-opini yang disampaikan oleh para siswa merupakan sebuah ide/ gagasan yang dapat membantu dalam menyusun rumusan masalah tekait topik struktur dan fungsi organ reproduksi laki-laki dan perempuan. Pada sintaks mengajukan pertanyaan atau masalah, guru membimbing siswa untuk merumuskan masalah terkait hasil pengamatan gambar organ reproduksi. Selanjutnya, guru membatasi masalah yang diajukan oleh siswa untuk dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan.

12 digilib.uns.ac.id 47 Sintaks merumuskan hipotesis, yaitu siswa mengemukakan opini sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan mengenai struktur dan fungsi organ reproduksi pada manusia berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki serta hasil pengamatan gambar terkait sub topik pembelajaran. Selanjutnya, sintaks merencanakan dan pengadakan penyelidikan, yaitu guru meminta siswa membentuk 5 kelompok dan membagi masalah untuk diselesaikan oleh masingmasing kelompok. Kelompok 1 dan 2 memperoleh subtopik struktur dan fungsi organ reproduksi laki-laki, sedangkan kelompok 3, 4 dan 5 memperoleh subtopik struktur dan fungsi organ reproduksi perempuan. Masing-masing kelompok diberi LKS kelompok sesuai subtopik dan setiap siswa memperoleh LKS untuk membantu menyelesaikan tugas kelompoknya. Bersama kelompok siswa merancang penyelidikan mengenai mengetahui struktur organ dan fungsi sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui buku/ website yang relevan. Selanjutnya, pada sintaks menganalisis data, yaitu siswa menganalisis data hasil penyelidikan dengan melakukan kajian literatur kajian literatur, pengamatan gambar maupun video, diskusi, maupun tanya jawab untuk mengkonfirmasi hasil analisis mengenai struktur dan fungsi organ reproduksi lakilaki dan perempuan. Siswa membandingkan data yang diperoleh berdasarkan hipotesis dan hasil studi literatur. Siswa menuliskan hasil pengamatan dan analisis data pada LKS. Hasil rumusan masalah, hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan akan disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Rumusan Masalah, Hipotesis, Merancang dan Melakukan Penyelidikan yang Diajukan Setiap Kelompok pada Siklus I Kelompok Rumusan Masalah Hipotesis Merancang dan Melakukan Penyelidikan 1 - Apa saja organ yang terdapat pada sistem reproduksi laki-laki? - Bagaimana struktur organ pada sistem reproduksi laki-laki? - Mengapa organ reproduksi laki-laki - Organ reproduksi laki-laki terdiri dari: testis, skrotum, penis, epididmis, tubulus seminiferus, uretra, vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretral. - Struktur organ reproduksi laki-laki: testis berbentuk bulat dan berjumlah dua, penis berbentuk seperti pipa, Penyelidikan dirancang untuk mengetahui organ dan fungsi sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan

13 digilib.uns.ac.id 48 Lanjutan Tabel 4.4 sangat dibutuhkan untuk proses pembuahan? - Kapan terjadinya ejakulasi pada lakilaki? - Dimana sperma diproduksi dan dimatangkan? 2 - Apakah dengan organ reproduksi yang sejenis dapat menghasilkan keturunan? - Bagaimana struktur organ reproduksi pada laki-laki dan perempuan? - Apa fungsi masingmasing organ reproduksi pada lakilaki? peka terhadap rangsang. - Karena sperma dibentuk di salah satu organ reproduksi laki-laki, yaitu testis. Sedangkan pembuahan membutuhkan sperma. Oleh karena itu organ reproduksi sangat dibutuhkan dalam proses pembuahan. - Tempat pembentukan sperma di dalam testis disebut tubulus seminiferus sedangkan pematangan sperma terjadi di epididimis. - Eajkulasi adalah proses keluarnya sperma melalui penis pada saat mengalami ereksi. Proses ini disebabkan adanya rangsangan terus menerus pada penis. - Seorang laki-laki menikah dengan seorang laki-laki tidak dapat menghasilkan keturunan. Mereka dapat menghasilkan keturunan jika sel sperma bertemu dengan sel ovum - Struktur organ reproduksi laki-laki: testis berbentuk bulat dan berjumlah dua, penis berbentuk seperti pipa, peka terhadap rangsang - Testis: tempat menghasilkan sperma; penis: alat kopulasi, saluran sperma dan urine; skrotum : mengatur suhu pada testis; kelenjar reproduksi menghasilkan hormon; epididimis: tempat pematangan sperma studi literatur melalui buku/ website yang relevan. Organ reproduksi laki-laki merupakan variabel bebas. Variabel terikat: struktur dan fungsi organ reproduksi manusia Penyelidikan dirancang untuk mengetahui organ dan fungsi sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui buku/ website yang relevan. Organ reproduksi perempuan dan lakilaki. Variabel terikat: struktur dan fungsi organ reproduksi manusia. 3 - Apakah lesbian dapat menghasilkan keturunan? - Apa saja organ reproduksi pada wanita? - Apa fungsi bagianbagian organ dan wanita? - Bagaimana proses fertilisasi di dalam organ reproduksi wanita? - Seorang lesbian tidak dapat menghasilkan keturunan. Kerena memiliki organ reproduksi yang sama. Mereka dapat menghasilkan keturunan jika sel sperma bertemu dengan sel ovum. - Organ reproduksi pada wanita terdiri dari ovarium, oviduk, uterus, dan vagina - Fungsi organ reproduksi pada wanita, yaitu ovarium sebagai pembentukan sel telur; oviduk sebagai tepat terjadinya pembuahan; uterus sebagaitempat commit berkembangnya to user embrio; vagina sebagai organ kopulasi. Penyelidikan dirancang untuk mengetahui organ dan fungsi sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan mencari informasi melalui studi literatur melalui sumber referensi dari internet, alat peraga, dan buku biologi yang relevan. Organ

14 digilib.uns.ac.id 49 Lanjutan Tabel Apakah lesbian yang memiliki organ reproduksi yang sejenis dapat menghasilkan keturunan? - Apa fungsi bagianbagian organ dan wanita? - Bagaimana struktur organ reproduksi wanita? 5. - Apakah dengan organ reproduksi mereka yang sejenis dapat menghasilkan keturunan? - Mengapa organ reproduksi mereka tidak menghasilkan keturunan? - Kapan kita dapat mengetahui jika suatu sel ovum telah matang dalam organ reproduksi wanita? - Bagaiman struktur organ reproduksi pada wanita? - Apa fungsi bagianbagian organ dan wanita? - Saat fertilisasi atau bertemunya sel sperma dan sel ovum pada tuba falopii atau oviduk, terjadi pembuahan. Kemudian sel telur yang telah dibuahi berkembang menjadi embrio. - Seorang lesbian tidak dapat menghasilkan keturunan. Kerena memiliki organ reproduksi yang sama. Mereka dapat menghasilkan keturunan jika sel sperma bertemu dengan sel ovum. - Fungsi organ reproduksi pada wanita, yaitu ovarium sebagai pembentukan sel telur; oviduk sebagai tepat terjadinya pembuahan; uterus sebagaitempat berkembangnya embrio; vagina sebagai organ kopulasi. - Struktur organ reproduksi pada wanita terbagi menjadi 2, yaitu alat kelamin luar yang terdiri dar labia mayor, monus veneris, labia minor, klitors, orificiumure, dan himen ; alat kelamin dalam terdiri dari indung telur ovidul, uterus dan vagina - Seorang lesbian tidak dapat menghasilkan keturunan. - Mereka tidak dapat menghasilkan keturunan karena lesbian hanya memiliki sel kelamin betina dan tanpa adanya sel kelamin laki-laki/ sperma sehingga tidaka akan terjadi pembuahan dimana terjadi pertemuan sperma dan ovum yang dapat menghasilkan zigot. - Terdapat tanda-tanda yang menunjukan adanya sel ovum telah matang, yaitu meningkatnya hormon - Struktur organ reproduksi pada wanita terbagi menjadi 2, yaitu alat kelamin luar yang terdiri dar labia mayor, monus veneris, labia minor, klitors, orificiumure, dan himen ; alat kelamin dalam terdiri dari indung telur ovidul, uterus dan commit vagina to user reproduksi perempuan dan lakilaki merupakan variabel bebas. Variabel terikat: struktur organ reproduksi manusia Penyelidikan dirancang untuk mengetahui organ dan fungsi sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui buku/ website yang relevan. Organ reproduksi perempuan merupakan variabel bebas. Variabel terikat: struktur dan fungsi organ reproduksi manusia Penyelidikan dirancang untuk mengetahui organ dan fungsi sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan mencari informasi melalui studi literatur melalui sumber referensi dari internet, alat peraga, dan buku biologi yang relevan. Organ reproduksi perempuan merupakan variabel bebas. Variabel terikat: struktur dan fungsi organ reproduksi manusia

15 digilib.uns.ac.id 50 Lanjutan Tabel Fungsi organ reproduksi pada wanita, yaitu ovarium sebagai pembentukan sel telur; oviduk sebagai tepat terjadinya pembuahan; uterus sebagaitempat berkembangnya embrio; vagina sebagai organ kopulasi. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 4 Mei 2015 selama 2 x 45 menit (2 JP), yang meliputi pelaksanaan sintaks argumentasi. Pada sintaks argumentasi siswa menyampaikan hasil kegiatan melalui kegiatan presentasi. Guru mengkonfirmasi pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam sesi presentasi dan meminta perwakilan siswa untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusi masing-masing kelompok. Selanjutnya, pada kegiatan evaluasi guru meminta siswa untuk menutup buku kemudia siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi dan dua angket rasa ingin tahu yang terdiri dari angket langsung dan angket pilihan ganda rasa ingin tahu. c. Observasi dan Evaluasi Tindakan Siklus 1 Observasi terhadap rasa ingin tahu selama proses pembelajaran pada Siklus I dilihat dari keenam tahapan pada sintak model pembelajaran inkuiri. Observasi terhadap rasa ingin tahu dilakukan dengan menggunakan lembar observasi rasa ingin tahu, angket langsung rasa ingin tahu, dan angket pilihan ganda rasa ingin tahu. Observasi terhadap keterlaksanaan proses pembelajaran dan keterlaksanaan sintaks dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh observer pada setiap kelompok dengan menggunakan lembar observasi, dokumentasi menggunakan kamera, dan wawancara terhadap siswa dan guru menggunakan pedoman wawancara. Evaluasi dilaksanakan di akhir pembelajaran dengan memberikan soal tes evaluasi tentang materi struktur dan fungsi organ reproduksi manusia dan angket rasa ingin tahu yang terdiri dari angket langsung dan angket pilihan ganda. Tindakan Siklus I dengan topik Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi pada Manusia memberikan peningkatan terhadap rasa ingin tahu siswa. Hasil capaian

16 digilib.uns.ac.id 51 berdasarkan analisis kedua instrumen rasa ingin tahu siswa pada Pra Siklus dan perbandingannya dengan Siklus I setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran Biologi disajikan dalam Tabel 4.5 Tabel 4.5 Skor Gabungan Capaian Rasa Ingin Tahu Siswa Pada Siklus I. No Instrumen Capaian Aspek (%) Pra-Siklus Siklus I 1 Lembar Observasi 37,50 53,93 2 Angket Rasa Ingin Tahu 60,73 67,47 Jumlah 98,23 121,40 Rata-rata 49,11 60,70 Berdasarkan Tabel 4.5, hasil skor capaian dari gabungan kedua instrumen rasa ingin tahu, berdasarkan hasil observasi dan angket rasa ingin tahu pada Siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 60,70%. Hal ini menunjukkan kenaikan capaian skor rasa ingin tahu siswa dari penelitian tindakan Pra Siklus sebesar 11,59%. Berdasarkan pengukuran dengan kedua instrumen diperoleh hasil bahwa lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus I mencapai persentase skor sebesar 53,93%. Hal ini menunjukkan kenaikan dari capaian skor lembar observasi Pra Siklus, yaitu 16,43%. Hasil analisis instrumen kedua, yaitu angket rasa ingin tahu menunjukkan hasil persentase pada Siklus I sebesar 67,47% pada keseluruhan aspeknya. Kenaikan capaian persentase pada angket hasil tindakan Siklus I kurang siginifikan, yaitu sebesar 6,74% dari penelitian Pra Siklus. - Perbandingan Lembar Observasi Prasiklus dan Siklus 1 Pada Siklus I data diperoleh berdasarkan hasil lembar observasi. Observasi pada Siklus I dilakukan dengan melakukan pengematan pada setiap kelompok oleh observer. Secara rinci hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus I di setiap aspeknya disajikan pada Tabel 4.6

17 digilib.uns.ac.id 52 Tabel 4.6 Skor Capaian Tiap Aspek pada Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus I. No Aspek Capaian Aspek (%) Pra-Siklus Siklus I 1 Epistemic Curiosity 30,64 54,44 2 Perceptual Curiosity 38,71 51,61 3 Spesific Curiosity 32,26 50,81 4 Diversive Curiosity 48,39 58,87 Jumlah 150,00 215,73 Rata-rata 37,50 53,93 Berdasarkan hasil lembar observasi rasa ingin tahu pada Siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 53,93%. Hasil nilai rata-rata pada Siklus I menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan penelitian Pra Siklus, yaitu sebesar 16,43%. Pada aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 54,44%. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari prasiklus, yaitu sebesar 23,80%. Pada aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 51,61% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari prasiklus, yaitu 12,9%. Aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 50,81% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari prasiklus, yaitu 18,55%. Aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki persentase skor sebesar 58,87%. Aspek ini memiliki persentase skor lebih tinggi daripada aspek rasa ingin tahu lainya. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari prasiklus, yaitu sebesar 25,27%. - Perbandingan Angket Prasiklus dan Siklus 1 Pada Siklus I selain lembar observasi data juga diperoleh berdasarkan hasil penilaian angket. Angket rasa ingin tahu diberikan pada siswa pada akhir pembelajaran. Angket ini merupakan angket langsung dengan alternatif jawaban yang sudah tersedia. Angket ini diukur dengan menggunakan skala rating

18 digilib.uns.ac.id 53 frekuensi 4 poin. Secara rinci hasil analisis angket rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus I di setiap aspeknya disajikan pada Tabel 4.7 Tabel 4.7 Skor Capaian Tiap Aspek pada Angket Rasa Ingin Tahu Siswa Pada Siklus I. No Aspek Capaian Aspek (%) Pra-Siklus Siklus I 1 Epistemic Curiosity 58,58 64,02 2 Perceptual Curiosity 62,21 69,47 3 Spesific Curiosity 59,79 68,20 4 Diversive Curiosity 62,33 68,20 Jumlah 242,91 269,89 Rata-rata 60,73 67,47 Berdasarkan hasil analisis angket rasa ingin tahu pada Siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 67,47%. Hasil nilai rata-rata pada angket Siklus I menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan penelitian Pra Siklus, yaitu sebesar 6,74%. Pada aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 64,02%. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari prasiklus, yaitu sebesar 5,44%. Pada aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor lebih besar daripada aspek lainya, yaitu 69,47% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari prasiklus, yaitu 7,26%. Aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 68,20% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari prasiklus, yaitu 8,41%. Aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki persentase skor sebesar 68,20%. Aspek ini juga menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari prasiklus, yaitu sebesar 5,87%. - Angket Pilihan Ganda Rasa Ingin Tahu Siklus I Angket pilihan ganda ini merupakan data pendukung dari instrumen penelitian yang terdiri dari 10 soal dengan tipe soal pilihan ganda. Masing-masing pilihan jawaban dalam angket tersebut terdiri dari pilihan yang mengukur dimensi

19 digilib.uns.ac.id 54 epistemic curiosity, perceptual curiosity, specific curiosity, dan diversive curiosity. Hasil dari angket pilihan ganda ini akan dianalisis untuk mengetahui presentase tingkat dimensi siswa terkait topik struktur dan fungsi organ reproduksi pada manusia. Hasil analisis angket pilihan ganda rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus I di setiap aspeknya disajikan pada Gambar 4.7. Diagram Capaian Skor Angket Pilihan Ganda Siklus 1 44,19% 13,55% 23,87% 18,39 % EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE Gambar 4.7 Diagram Skor Capaian Tiap Aspek pada Angket Pilihan Ganda Rasa Ingin Tahu Siswa Siklis I. Berdasarkan Gambar Diagram 4.7 dapat dilihat bahwa aspek Diversive Curiosity memiliki skor lebih tinggi dibandingkan aspek lainya, yaitu 44,19%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih cenderung memiliki tingkat keingintahuan pada dimensi Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi). Berdasarkan hasil analisis angket, siswa cenderung memilih poin D yang merupakan pilihan siswa untuk berusaha keras mendapatkan informasi lebih terkait materi Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi pada Manusia melalui jurnal, buku, atau media online. Sedangkan aspek Epistemic Curiosity memiliki skor lebih rendah dibandingkan aspek lainya, yaitu 13,55%. Berdasarkan hasil analisis angket, siswa cenderung tidak memilih poin A yang merupakan pilihan siswa untuk mendapatkan informasi terkait materi Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi pada Manusia melalui bertanya atau partisipasi aktif dalam mengungkapkan gagasan atau pendapat yang tergolong dalam dimensi Epistemic Curiosity.

20 digilib.uns.ac.id 55 d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I Hasil observasi Siklus I terhadap rasa ingin tahu siswa menunjukkan terjadinya peningkatan pada kedua instrumen dibandingkan dengan hasil prasiklus. Perbandingan persentase capaian rasa ingin tahu antara proses pembelajaran prasiklus dengan proses pembelajaran Siklus I dapat disajikan pada Gambar 4.8 PERSENTASE CAPAIAN SKOR RASA INGIN TAHU SISWA (%) ,47 60, ,50 LEMBAR OBSERVASI ANGKET TIPE INSTRUMEN PENGUKURAN PRA SIKLUS SIKLUS 1 Gambar 4.8 Diagram Kenaikan Persentase Skor Rasa Ingin Tahu Siswa Pra Siklus dan Siklus I Gambar 4.8 menunjukkan kenaikan capaian skor rasa ingin tahu dari Pra Siklus ke tindakan Siklus I. Hasil analisis kedua instrumen menunjukkan adanya kenaikan capaian skor dibandingkan dengan penelitian tindakan Pra Siklus. Berdasarkan pengukuran dengan lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus I mencapai persentase skor sebesar 53,93%. Hal ini menunjukkan kenaikan dari capaian skor lembar observasi Pra Siklus, yaitu 16,43%. Hasil analisis angket rasa ingin tahu menunjukkan hasil persentase pada Siklus I sebesar 67,47% pada keseluruhan aspeknya. Kenaikan capaian persentase pada angket hasil tindakan Siklus I, yaitu sebesar 6,74% dari penelitian Pra Siklus. Dampak positif dari penerapan model pembelajaran inkuiri adalah adanya peningkatan terhadap rasa ingin commit tahu to siswa user pada setiap aspeknya. Hal ini

21 digilib.uns.ac.id 56 dibuktikkan dengan adanya peningkatan skor pada kedua instrumen rasa ingin tahu dari psasiklus ke tindakan Siklus I. Pada tindakan Siklus I siswa tidak banyak mengalami kesulitan selama kegiatan pembelajaran. Siswa sudah mulai berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru atau teman yang sedang melakukan presentasi di depan kelas. Beberapa siswa hanya mengalami kesulitan dalam menentukan rumusan masalah, alat bahan dan cara kerja yang perlu dituliskan dalam LKS kelompok. Hal lain yang dikeluhkan siswa dalam proses pembelajaran adalah waktu yang terlalu sempit sehingga siswa kurang bisa menerima materi secara detail dan jelas. Berdasarkan data yang diperoleh, hasil tindakan Siklus I belum mencapai target rata-rata 70% untuk rasa ingin tahu, meskipun terjadi peningkatan pada setiap aspek rasa ingin tahu sehingga perlu dilakukan tindakan Siklus II. Refleksi siklus I melibatkan pandangan dari guru, siswa, dan peneliti. Wawancara terhadap guru dan siswa dilakukan untuk mendapatkan pandangan dari guru dan siswa mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Wawancara terhadap beberapa perwakilan siswa menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran. Konsep materi yang tidak dijelaskan oleh guru secara mendetail mampu menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari sehingga mendorong siswa untuk menggali infomasi melalui diskusi kelompok, tanya jawab, dan berbagai sumber literatur. Refleksi Siklus I dan bahan rencana perbaikan untuk pelaksanaan Siklus II ditampilkan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Hasil Refleksi Siklus I dan Rencana Perbaikan untuk Siklus II Temuan Hasil Refleksi Siklus I Rencana Perbaikan untuk Siklus II Pelaksanaan - Keterlaksanaan sintak belum terlaksana secara menyeluruh, baru mencapai 61,25%. - Apersepsi yang terlalu lama, dan kurang memotivasi sehingga menyita waktu yang cukup banyak - Kegiatan presentasi yang kurang - Evaluasi sintak RPP di Siklus I dengan guru dan dilanjutkan dengan perencanaan RPP untuk Siklus II. - Mengatasi apersepsi yang terlalu lama adalah dengan mempersingkat apersepsi, namun mampu memotivasi rasa ingin tahu siswa dan makna juga tujuan pembelajaran tetap tersampaikan - Agar seluruh siswa dapat

22 digilib.uns.ac.id 57 Lanjutan Tabel 4.8 memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk mengkomunikasikan pendapatnya - mengkomunikasikan pendapatnya, setiap siswa diberi waktu dan hanya menjelaskan poin-poin penting yang ingin diungkapkan Pengukuran rasa ingin tahu - Capaian persentase skor sebesar 60,70%. - Belum mencapai target 70%, pelaksanaan tindakan dilanjutkan menuju Siklus II. Siswa - Siswa mengalami kesulitan pada saat merumuskan permasalahan Guru - Terdapat siswa yang tidak mengajukan pertanyaan, berpendapat, atau menjawab pertanyaan selama proses pembelajaran - Guru masih kaku dalam menggunakan apresepsi pada awal pembelajaran yang dapat memotivasi belajar siswa - Guru masih kaku dan belum terbiasa melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri. - Guru belum terbiasa memberikan reward serta penguatan pada siswa - Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam perumusan masalah adalah dengan membimbing siswa dalam kelompok untuk menentukan rumusan masalah - Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah guru melakukan pendekatan kepada siswa dan memberikan bimbingan agar siswa dapat menjadi lebih aktif dalam pembelajaran serta memperbaiki LKS yang diberikan pada siswa sehingga meningkatkan rasa ingin tahu - Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat rencana pembelajaran yang lebih baik sehinggaguru dapat berperan sebagai fasilitator dan motivator - Upaya yang dilakukan adalah memberi penguatan dan pembekalan kepada guru mengenai model pembelajaran inkuiri. - Guru akan berusaha memberikan reward (hadiah) ataupun hukuman pada siswa, untuk meningkatkan keaktifan siswa 2. Siklus II Siklus II terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Siklus II dilakukan pada materi sistem reproduksi dengan topik pembelajaran gametogenesis. Siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan selama 4 jam pelajaran (4x45 menit). Penjabaran dari setiap kegiatan dan hasil yang diperoleh pada Siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut.

23 digilib.uns.ac.id 58 a. Perencanaan Tindakan Siklus II Siklus II direncanakan dilaksanakan dua kali pertemuan pada materi sistem reproduksi manusia dengan topik gametogenesis. Pertemuan pertama memerlukan waktu 2 x 45 menit dan pertemuan kedua memerlukan waktu 2 x 45 menit. Perencanaan tindakan untuk Siklus II disusun berdasarkan pra-siklus yang meliputi instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian. Instrumen pembelajaran meliputi silabus dengan materi pokok Sistem Reproduksi pada Manusia (Lampiran IA), RPP dengan materi Gametogenesis (Lampiran IC.1), Lembar Kerja Siswa (Lampiran IC.2), lembar penilaian sikap (Lampiran IC.3), lembar penilaian keterampilan (Lampiran IC.4), lembar penilaian kognitif (Lampiran IC.5), dan materi ajar dengan topik proses gametogenesis (Lampiran IC.6). Instrumen penelitian yang disusun dan dipersiapkan, yaitu lembar observasi rasa ingin tahu (Lampiran IIA), instrumen angket rasa ingin tahu siswa (Lampiran IIB), instrumen angket multiple choise rasa ingin tahu (Lampiran IIC), lembar observasi keterlaksanaan sintaks (Lampiran IID), pedoman wawancara siswa (Lampiran IIE), pedoman wawancara guru (Lampiran IIF) serta peralatan dokumentasi. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 7 Mei 2015 selama 2 x 45 menit (2 JP). Materi pada pertemuan pertama, yaitu gametogenesis. Pada pertemuan pertama pelaksanaan sintaks meliputi apresepsi dan motivasi, melakukan observasi, menyajikan pertanyaan atau masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan, dan menganalisis data. Pada sintaks apresepsi dan motivasi, guru mengaitkan materi hari ini dengan materi pada pertemuan sebelumnya. Guru meminta siswa untuk beropini terkait apa saja organ yang memiliki kesamaan fungsi pada laki-laki dan perempuan pada organ reproduksi manusia. Siswa menyebutkan bahwa organ reproduksi vagina dan penis memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai alat kopulasi dan organ testis dan ovarum berfungsi sebagai tempat pembentukan sel kelamin. Guru mengarahkan siswa melalui pertanyaan terkait apakah commit pembentukan to user sel kelamin / gamet seperti

24 digilib.uns.ac.id 59 sperma atau ovum dapat dihasilkan secara langsung oleh testis dan ovarium. Siswa kemudian beropini bahwa pembentukan sperma dan ovum dihasilkan melalui beberapa tahapan yang disebut gametogenesis. Guru membimbing siswa memilih dan menentukan topik yang perlu dipelajari hari ini, yaitu proses gametogenesis. Pada sintaks observasi, guru menginstruksikan kepada siswa untuk mengamati kasus terkait kelainan dalam proses gametogenesis dan video mengenai proses struktur sperma, ovum serta proses gametogenesis dan meminta siswa memberikan opini terkait video tersebut. Opini-opini yang disampaikan oleh para siswa merupakan sebuah ide/ gagasan yang dapat membantu dalam menyusun rumusan masalah tekait topik gametogenesis. Pada sintaks mengajukan pertanyaan atau masalah, guru membimbing siswa untuk merumuskan masalah terkait hasil pengamatan video proses gametogenesis. Selanjutnya, guru membatasi masalah yang diajukan oleh siswa untuk dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan. Sintaks merumuskan hipotesis, yaitu siswa mengemukakan opini sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan mengenai proses gametogenesis berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki serta hasil pengamatan gambar dan video terkait sub topik pembelajaran. Selanjutnya, sintaks merencanakan dan pengadakan penyelidikan, yaitu guru meminta siswa membentuk 5 kelompok dan membagi masalah untuk diselesaikan oleh masing-masing kelompok. Kelompok 1 dan 2 memperoleh subtopik struktur sperma dan proses spermatogenesis, sedangkan kelompok 3 4, dan 5 memperoleh subtopik struktur ovum dan proes oogenesis. Masing-masing kelompok diberi LKS kelompok sesuai subtopik dan setiap siswa memperoleh LKS untuk membantu menyelesaikan tugas kelompoknya. Bersama kelompok siswa merancang penyelidikan mengenai topik gametogenesis. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui buku/ website yang relevan. Selanjutnya, pada sintaks menganalisis data, yaitu siswa menganalisis data hasil penyelidikan dengan melakukan kajian literatur kajian literatur, pengamatan gambar maupun video, diskusi, maupun tanya jawab untuk mengkonfirmasi hasil analisis mengenai commit struktur to user sperma, ovum, spermatogenesis,

25 digilib.uns.ac.id 60 oogenesis dalam topik gametogenesis. Siswa membandingkan data yang diperoleh berdasarkan hipotesis dan hasil studi literatur. Siswa menuliskan hasil pengamatan dan analisis data pada LKS. Hasil rumusan masalah, hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan akan disajikan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Rumusan Masalah, Hipotesis, Merancang dan Melakukan Penyelidikan yang Diajukan Setiap Kelompok pada Siklus II Kelom -pok Rumusan Masalah Hipotesis Merancang dan Melakukan Penyelidikan 1 - Apa itu spermatogenesis? - Bagaimana proses terjadinya sperma? - Dimanakah proses terbentuknya sperma? - Kapan dan berapa lama terbentuknya sperma pada lakilaki? - Apa saja hormon yang dapat empengaruhi proses spermatogenesis? 2 - Bagaimana struktur dari sperma? - Bagaimana proses spermatogenesis? - Apa yang menyebebkan seorang laki-laki kekurangan dalam memproduksi sperma? - Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel gamet jantan - Spermatogenesis dimulai dari spermatogonium lalu mengalami pembelahan secara miosis menjadi sel spermatosit primer kemudian mengalami pembelahan miosis pertama menghasilkan spermatosit sekunder yang haploid (n). Spermatosit sekunder mengalami pembelahan meosis kedua menghasilkan dua spermatid sehingga diperoleh 4 spermatid yang akan terdiferensiasi menjadi sperma. - Di tubulus seminiferus dalam testis - Ketika laki-laki memasuki masa pubertas dan akan berlangsung selama hari. - Hormon LH dan FSH - Sperma terdiri atas beberapa bagian, yaitu kepala, bagian tengah dan ekor. - Proses spermatogenesis terjadi melalui pembelahan secara mitosis maupun meosis - Sorang laki-laki tidak bisa memproduksi secara normal karena beberapa faktor, diantaranya genetik, kondisi tubuh, lingkungan, dll Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses gametogenesis pada sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui buku/ LKS / website yang relevan. Struktur Sel sperma dan proses spermatogenesis merupakan variabel bebas. Proses gametogenesis merupakan variabel terikat Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses gametogenesis pada sistem reproduksi manusia, khususnya mengetahui struktur sel sperma. Penyelidikan dilakukan dengan mencari data/ mengkaji dari berbagai sumber, yaitu LKS, buku, internet/ website, dan video pembelajaran yang relevan. Struktur sel sperma dan proses spermatogenesis

26 digilib.uns.ac.id 61 Lanjutan Tabel 4.9 merupakan variabel bebas. Proses gametogenesis merupakan variabel terikat 3 - Bagaimana struktur ovum? - Bagaimana proses mekanisme oogenesis? - Apa saja hormon yang mempengaruhi proses oogenesis? 4 - Bagaimana mekanisme oogenesis? - Bagaimana seorang perempuan dapat mengalami gangguan ovarium prematur - Bagaimana struktur ovum normal? - Dimana mekanisme oogenesis terjadi? - Apa saja macam oogenesis? 5 - Bagaimana mekanisme oogenesis? - Bagaimana pengaruh hormon pada mekanisme oogenesis? - Bagaimana struktur ovum yang dihasilkan - Ovum terdiri dari beberapa bagian, yaitu filamen protein, membran dan sel nukleus. Ovu memiliki bentuk bulat - Mekanisme gametogenesis, yaitu oogonium oosit primer meiosis oosit sekunder dan badan polar I ovulasi ootid dan badan polar II meiosis ovum - Hormon yang mempengaruhi pembentukan ovum adalah hormon FSH dan LH - Mekanisme gametogenesis, yaitu oogonium oosit primer meiosis oosit sekunder dan badan polar I ovulasi ootid dan badan polar II meiosis ovum - Karena terdapat gangguan folikel, dan menurunya kadar hormon estrogen. - Struktur ovum terdiri dari lapisan yang paling luar, yaitu corona radiata, zona pellusida, sitoplasma, dan nukleus. - Dihasilkan di ovarium - Oogenesis terdiri dari oogenesis pralahir dan oogenesis pascalahir. - Saat pubertas, oosit primer melkukan pembelahan meiosis menghasilkan oosit sekunder dan badan polar pertama (polosi primer), terjadi dibawah pengaruh FSH. - Pengaruh hormon FSH adalah berperan memacu aktivitas folikel commit pada ovarium to user supaya ovum menjadi atang dan Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses gametogenesis pada sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui, video, gambar,buku/ website yang relevan. Struktur sel ovum dan proses oogenesis merupakan variabel bebas. Proses gametogenesis merupakan variabel terikat Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses gametogenesis pada sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui media video, gambar, buku/ website yang relevan. Struktur sel ovum dan proses oogenesis merupakan variabel bebas. Proses gametogenesis merupakan variabel terikat Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses gametogenesis pada sistem reproduksi manusia, mengetahui struktur sel ovum normal. Penyelidikan dilakukan dengan mencari informasi

27 digilib.uns.ac.id 62 Lanjutan Tabel 4.9 ` pada mekanisme oogenesis? - Kapan ovum mengalami pematangan? - Bagaimana hubungan dari oogenesis dengan proses ovulasi? memproduksi hormon estrogen. Pengaruh hormon LH adalah mendorong terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur) - Struktur ovum terdiri atas membran sel, sitoplasma, nukleus dan lapisan berjeli. - Ovum mengalami pematngan pada saat proses ovulasi - Jka pada saat ovulasi terjadi pembuahan, oosit sekunder meneruskan pembelahan menjadi ootid (haploid) dan badan polar kedua. Setelah pembuahan, oosit sekunder membelah lagi secara meiosis hingga dihasilkan ovum tentang materi yang akan dikaji melalui buku/ website yang relevan dan melakukan sharing tentang materi yang dikaji. Struktur sel ovum dan proses oogenesis merupakan variabel bebas. Proses gametogenesis merupakan variabel terikat 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 Mei 2015 selama 2 x 45 menit (2 JP), yang meliputi pelaksanaan sintaks argumentasi. Pada sintaks argumentasi siswa menyampaikan hasil kegiatan melalui kegiatan presentasi. Guru mengkonfirmasi pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam sesi presentasi dan meminta perwakilan siswa untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusi masing-masing kelompok. Selanjutnya, pada kegiatan evaluasi guru meminta siswa untuk menutup buku kemudia siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi dan dua angket rasa ingin tahu yang terdiri dari angket langsung dan angket pilihan ganda rasa ingin tahu. c. Observasi dan Evaluasi Tindakan Siklus II Observasi terhadap rasa ingin tahu selama proses pembelajaran pada Siklus II dilihat dari keenam tahapan pada sintak model pembelajaran inkuiri. Observasi terhadap rasa ingin tahu dilakukan dengan menggunakan lembar observasi rasa ingin tahu, angket langsung rasa ingin tahu, dan angket pilihan ganda rasa ingin tahu. Observasi terhadap keterlaksanaan proses pembelajaran dan keterlaksanaan sintaks dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh observer pada setiap kelompok dengan menggunakan lembar observasi, dokumentasi menggunakan kamera, dan wawancara terhadap siswa dan guru menggunakan pedoman wawancara. Evaluasi dilaksanakan di akhir pembelajaran commit dengan to user memberikan soal tes evaluasi tentang

28 digilib.uns.ac.id 63 materi gametogenesis dan angket rasa ingin tahu yang terdiri dari angket langsung dan angket pilihan ganda. Tindakan Siklus II dengan topik Gametogenesis memberikan peningkatan terhadap rasa ingin tahu siswa. Hasil capaian berdasarkan analisis kedua instrumen rasa ingin tahu siswa pada Siklus II dan perbandingannya dengan Siklus I setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran Biologi disajikan dalam Tabel 4.10 Tabel 4.10 Skor Gabungan Capaian Rasa Ingin Tahu Siswa Pada Siklus II. No Instrumen Capaian Aspek (%) Siklus I Siklus II 1 Lembar Observasi 53,93 69,49 2 Angket Rasa Ingin Tahu 67,47 72,39 Jumlah 121,40 141,88 Rata-rata 60,70 70,94 Berdasarkan Tabel 4.10, hasil skor capaian dari gabungan kedua instrumen rasa ingin tahu, berdasarkan hasil observasi dan angket rasa ingin tahu pada Siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 70,94%. Hal ini menunjukkan kenaikan capaian skor rasa ingin tahu siswa dari penelitian tindakan Siklus I sebesar 10,24%. Berdasarkan pengukuran dengan kedua instrumen diperoleh hasil bahwa lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus II mencapai persentase skor sebesar 69,49%. Hal ini menunjukkan kenaikan dari capaian skor lembar observasi Siklus I, yaitu 15,56%. Hasil analisis instrumen kedua, yaitu angket rasa ingin tahu menunjukkan hasil persentase pada Siklus II sebesar 72,39% pada keseluruhan aspeknya. Kenaikan capaian persentase pada angket hasil tindakan Siklus II kurang siginifikan, yaitu sebesar 4,92% dari penelitian Siklus I. - Perbandingan Lembar Observasi Siklus I dan Siklus II Pada Siklus II data diperoleh berdasarkan hasil lembar observasi. Observasi pada Siklus II dilakukan dengan melakukan pengamatan pada setiap kelompok oleh observer. Secara rinci hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus II di setiap aspeknya disajikan pada Tabel 4.11

29 digilib.uns.ac.id 64 Tabel 4.11 Skor Capaian Tiap Aspek pada Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus II. No Aspek Capaian Aspek (%) Siklus I Siklus II 1 Epistemic Curiosity 54,44 70,67 2 Perceptual Curiosity 51,61 67,74 3 Spesific Curiosity 50,81 63,71 4 Diversive Curiosity 58,87 75,81 Jumlah 211,56 277,93 Rata-rata 52,89 69,49 Berdasarkan hasil lembar observasi rasa ingin tahu pada Siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 69,49%. Hasil nilai rata-rata pada Siklus II menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan penelitian Siklus I, yaitu sebesar 16,6%. Aspek yang memiliki persentase tertinggi sampai dengan terendah secara berurutan adalah aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki persentase skor sebesar 75,81%. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari Siklus I, yaitu sebesar 16,94%. Kedua, yaitu aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 70,67% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus I, yaitu 16,23%. Ketiga, yaitu Aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 67,74%. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari Siklus I, yaitu sebesar 16,13%. Keempat, yaitu aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 63,71% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus I, yaitu 12,9%. - Perbandingan Angket Siklus 1 dan Siklus II Pada Siklus II selain lembar observasi data juga diperoleh berdasarkan hasil penilaian angket. Angket rasa ingin tahu diberikan pada siswa pada akhir pembelajaran. Angket ini merupakan angket langsung dengan alternatif jawaban yang sudah tersedia. Angket ini diukur dengan menggunakan skala rating

30 digilib.uns.ac.id 65 frekuensi 4 poin. Secara rinci hasil analisis angket rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus II di setiap aspeknya disajikan pada Tabel 4.12 Tabel 4.12 Skor Capaian Tiap Aspek pada Angket Rasa Ingin Tahu Siswa Pada Siklus II. No Aspek Capaian Aspek (%) Siklus I Siklus II 1 Epistemic Curiosity 64,02 68,95 2 Perceptual Curiosity 69,47 75,35 3 Spesific Curiosity 68,20 72,23 4 Diversive Curiosity 68,20 73,04 Jumlah 269,89 289,57 Rata-rata 67,47 72,39 Berdasarkan hasil analisis angket rasa ingin tahu pada Siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 72,39%. Hasil nilai rata-rata pada angket Siklus II menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan tindakan Siklus I, yaitu sebesar 4,92%. Aspek yang memiliki persentase tertinggi sampai dengan terendah secara berurutan adalah aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor lebih besar daripada aspek lainya, yaitu 75,35% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus I, yaitu 5,88%. Kedua, yaitu aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki persentase skor sebesar 73,04% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari Siklus I, yaitu sebesar 4,84%. Ketiga, yaitu aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 72,23% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus II, yaitu 4,03%. Keempat, yaitu aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 68,95%. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari Siklus I, yaitu sebesar 4,93%.

31 digilib.uns.ac.id 66 - Angket Pilihan Ganda Rasa Ingin Tahu Siklus II Angket pilihan ganda ini merupakan data pendukung dari instrumen penelitian yang terdiri dari 10 soal dengan tipe soal pilihan ganda. Masing-masing pilihan jawaban dalam angket tersebut terdiri dari pilihan yang mengukur dimensi epistemic curiosity, perceptual curiosity, specific curiosity, dan diversive curiosity. Hasil dari angket pilihan ganda ini akan dianalisis untuk mengetahui presentase tingkat dimensi siswa terkait topik struktur dan fungsi organ reproduksi pada manusia. Hasil analisis angket pilihan ganda rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus I di setiap aspeknya disajikan pada Gambar 4.9 Diagram Skor Capaian Angket Pilihan Ganda Siklus II 44,33% 12,67% 23% 20% EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE Gambar 4.9 Diagram Skor Capaian Tiap Aspek pada Angket Pilihan Ganda Rasa Ingin Tahu Siswa Siklis II. Berdasarkan Gambar Diagram 4.9 dapat dilihat bahwa pada tindakan Siklus II aspek Diversive Curiosity memiliki skor lebih tinggi dibandingkan aspek lainya, yaitu sebesar 44,33%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih cenderung memiliki tingkat keingintahuan pada dimensi Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi). Berdasarkan hasil analisis angket, siswa cenderung memilih poin D yang merupakan pilihan siswa untuk berusaha keras mendapatkan informasi lebih terkait materi gametogenesis melalui jurnal, buku, atau media online. Pada aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) hanya memperoleh skor sebesar 23% dan pada aspek Perceptual Curiosity

32 digilib.uns.ac.id 67 (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 20%. Sedangkan aspek Epistemic Curiosity memiliki skor lebih rendah dibandingkan aspek lainya, yaitu 12,67%. Berdasarkan hasil analisis angket, siswa cenderung tidak memilih poin A yang merupakan pilihan siswa untuk mendapatkan informasi terkait materi gametogenesis melalui bertanya atau partisipasi aktif dalam mengungkapkan gagasan atau pendapat yang tergolong dalam dimensi Epistemic Curiosity. d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II Hasil observasi Siklus II terhadap rasa ingin tahu siswa menunjukkan terjadinya peningkatan pada kedua instrumen dibandingkan dengan hasil Siklus I. Perbandingan persentase capaian rasa ingin tahu antara proses pembelajaran Siklus I dengan proses pembelajaran Siklus II dapat dilihat pada Gambar PERSENTASE CAPAIAN SKOR RASA INGIN TAHU SISWA (%) ,49 72,39 67,47 53,93 LEMBAR OBSERVASI ANGKET TIPE INSTRUMEN PENGUKURAN SIKLUS 1 SIKLUS 2 Gambar 4.10 Diagram Kenaikan Persentase Skor Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus I dan Siklus II Gambar 4.10 menunjukkan kenaikan capaian skor rasa ingin tahu dari Siklus I ke tindakan Siklus II. Hasil analisis kedua instrumen menunjukkan adanya kenaikan capaian skor dibandingkan dengan penelitian tindakan Siklus I. Berdasarkan pengukuran dengan lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus II mencapai persentase skor sebesar 69,49%. Hal ini menunjukkan kenaikan dari capaian skor lembar observasi Siklus I, yaitu 15,56%. Hasil analisis

33 digilib.uns.ac.id 68 angket rasa ingin tahu menunjukkan hasil persentase pada Siklus II sebesar 72,39% pada keseluruhan aspeknya. Kenaikan capaian persentase pada angket hasil tindakan Siklus II, yaitu sebesar 4,92% dari penelitian Siklus II. Adanya peningkatan terhadap rasa ingin tahu siswa pada setiap aspeknya dipengaruhi dari penerapan model pembelajaran inkuiri. Hal ini dibuktikkan dengan adanya peningkatan skor pada kedua instrumen rasa ingin tahu dari Siklus I ke tindakan Siklus II. Pada tindakan Siklus II siswa tidak banyak mengalami kesulitan selama kegiatan pembelajaran karena sudah mulai terbiasa dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri. Siswa sudah berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru atau teman yang sedang melakukan presentasi di depan kelas. Hal yang dikeluhkan siswa dalam proses pembelajaran adalah waktu yang terlalu sempit pada saat presentasi sehingga tidak semua siswa dapat menyampaikan pendapatnya. Namun, secara umum proses pembelajaran sudah sesuai dengan RPP. Refleksi dan analisis Siklus II menghasilkan kesimpulan bahwa tindakan berupa penerapan model inkuiri mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa meskipun belum mencapai target 70% untuk rata-rata skor rasa ingin tahu pada setiap aspeknya, sehingga tindakan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Refleksi Siklus II dan bahan rencana perbaikan untuk pelaksanaan Siklus III ditampilkan pada Tabel Tabel Hasil Refleksi Siklus II dan Rencana Perbaikan untuk Siklus III Temuan Hasil Refleksi Siklus II Rencana Perbaikan untuk Siklus III Pelaksanaan Pengukuran rasa ingin tahu - Keterlaksanaan sintak belum terlaksana secara menyeluruh, baru mencapai 76,25%. - Terdapat beberapa pertanyaan siswa dalam LKS yang belum memenuhi indikator conceptual Capaian persentase skor sebesar 70,94%. - Evaluasi sintak RPP di Siklus II dengan guru dan dilanjutkan dengan perencanaan RPP untuk Siklus III. - Guru menambahkan pertanyaan mengenai pemahaman konsep pada LKS dan memberi kesempatan pada siswa mengajukan pertanyaan mengenai konsep yang belum dipahami - Belum mencapai target 70%, pelaksanaan tindakan dilanjutkan menuju Siklus III.

34 digilib.uns.ac.id 69 Lanjutan Tabel 4.13 Siswa Beberapa siswa masih malu dan kurang aktif dalam bertanya maupun diskusi kelompok - Guru memberi perhatian khusus kepada siswa yang kurang aktif berdiskusi dalam kelompok Guru - Guru masih memandu siswa dalam proses pembelajaran - Upaya untuk mengatasi masalah ini adalah melatih siswa untuk mengikuti pembelajaran secara mandiri. Guru hanya sebagai inisiator dan motivator dalam proses pembelajaran 3. Siklus III Siklus III terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Siklus III dilakukan pada materi sistem reproduksi dengan topik pembelajaran fertilisasi dan kehamilan. Siklus III terdiri dari 2 kali pertemuan selama 4 jam pelajaran (4x45 menit). Penjabaran dari setiap kegiatan dan hasil yang diperoleh pada Siklus III dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Perencanaan Tindakan Siklus III Siklus III direncanakan dilaksanakan dua kali pertemuan pada materi sistem reproduksi manusia dengan topik fertilisasi dan kehamilan. Pertemuan pertama memerlukan waktu 2 x 45 menit dan pertemuan kedua memerlukan waktu 2 x 45 menit. Perencanaan tindakan untuk Siklus III disusun berdasarkan pra-siklus yang meliputi instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian. Instrumen pembelajaran meliputi silabus dengan materi pokok Sistem Reproduksi pada Manusia (Lampiran IA), RPP dengan materi Gametogenesis (Lampiran ID.1), Lembar Kerja Siswa (Lampiran ID.2), lembar penilaian sikap (Lampiran ID.3), lembar penilaian keterampilan (Lampiran ID.4), lembar penilaian kognitif (ID.5), materi ajar dengan topik fertilisasi dan kehamilan. Instrumen penelitian yang disusun dan dipersiapkan, yaitu lembar observasi rasa ingin tahu (Lampiran IIA), instrumen angket rasa ingin tahu siswa (Lampiran IIB), instrumen angket multiple choise rasa ingin tahu (Lampiran IIC) lembar observasi keterlaksanaan sintaks (Lampiran IID), pedoman wawancara siswa (Lampiran IIE), pedoman wawancara guru (Lampiran IIF) serta peralatan dokumentasi.

35 digilib.uns.ac.id 70 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 18 Mei 2015 selama 2 x 45 menit (2 JP). Materi pada tindakan Siklus III, yaitu fertilisasi dan kehamilan. Pada pertemuan pertama pelaksanaan sintaks meliputi apresepsi dan motivasi, melakukan observasi, menyajikan pertanyaan atau masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan, dan menganalisis data. Pada sintaks apresepsi dan motivasi, guru menampilkan fenomena berupa gambar seorang bayi, gambar bayi kembar dua dan gambar bayi kembar delapan dan meminta opini siswa mengenai fenomena yang di tampilkan. Guru meminta siswa untuk beropini apa yang membedakan antara fenomena gambar-gambar tersebut. Siswa menyebutkan bahwa yang mebedakan gambar tersebut adalah jumlah bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yaitu dapat menghasilkan keturunan berupa bayi kembar. Guru mengarahkan siswa melalui pertanyaan terkait bagaimana proses terbentuknya bayi kembar. Siswa kemudian beropini bahwa terbentuknya bayi kembar terjadi karena bertemunya ovum dan lebih dari satu sperma yang disebut proses pembuahan atau fertilisasi. Guru menampilkan fenomena kedua berupa kasus bayi tabung, kelahiran bayi prematur, dan kehamilan di luar kandungan. Guru meminta siswa beropini tentang keterkaitan semua media gambar yang ditampilkan. Siswa menyebutkan bahwa masing-masing gambar memiliki keterkaitan yaitu membahas tentang proses kehamilan dari pada berbagai kondisi yang terjadi. Berdasarkan fenomena guru membimbing siswa memilih dan menentukan tujuan pembelajaran hari ini, yaitu fertilisasi dan kehamilan. Pada sintaks observasi, guru menginstruksikan kepada siswa untuk mengamati video mengenai tahap-tahap fertilisasi hingga masa kehamilan (gestasi) dan meminta siswa memberikan opini terkait video tersebut. Opini-opini yang disampaikan oleh para siswa merupakan sebuah ide/ gagasan yang dapat membantu dalam menyusun rumusan masalah tekait topik fertilisas dan kehamilan. Pada sintaks mengajukan pertanyaan atau masalah, guru membimbing siswa untuk merumuskan commit masalah to user terkait hasil pengamatan video

36 digilib.uns.ac.id 71 fertilisasi dan kehamilan (gestasi). Selanjutnya, guru membatasi masalah yang diajukan oleh siswa untuk dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan. Sintaks merumuskan hipotesis, yaitu siswa mengemukakan opini sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan mengenai fertilisasi dan kehamilan (gestasi) berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki serta hasil pengamatan gambar dan video terkait sub topik pembelajaran. Selanjutnya, sintaks merencanakan dan pengadakan penyelidikan, yaitu guru meminta siswa membentuk 5 kelompok dan membagi masalah untuk diselesaikan oleh masingmasing kelompok. Masing-masing kelompok diberi LKS kelompok sesuai subtopik dan setiap siswa memperoleh LKS untuk membantu menyelesaikan tugas kelompoknya. Bersama kelompok siswa merancang penyelidikan mengenai topik fertilisasi dan kehamilan (gestasi). Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui buku/ website yang relevan. Selanjutnya, pada sintaks menganalisis data, yaitu siswa menganalisis data hasil penyelidikan dengan melakukan kajian literatur kajian literatur, pengamatan gambar maupun video, diskusi, maupun tanya jawab untuk mengkonfirmasi hasil analisis mengenai fertilisasi dan kehamilan (gestasi). Siswa membandingkan data yang diperoleh berdasarkan hipotesis dan hasil studi literatur. Siswa menuliskan hasil pengamatan dan analisis data pada LKS. Hasil rumusan masalah, hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan akan disajikan pada Tabel Tabel 4.14 Hasil Rumusan Masalah, Hipotesis, Merancang dan Melakukan Penyelidikan yang Diajukan Setiap Kelompok pada Siklus III Kelom -pok Rumusan Masalah Hipotesis Merancang dan Melakukan Penyelidikan 1 - Apa yang menyebabkan terjadinya fertilisasi? - Bagaimana tahapan pembentuakan embrio? - Apa saja yang mencakup tandatanda kehamilan? - Kapan lamanya - Fertilisasi terjadi karena bertemunya sel ovum dan sperma - Pembentukan embrio berawal dari penggabungan sperma dan ovum, lalu mengalami pembuahan kemudian membentuk morula, blastula, dan gastrula hingga akhirnya membentuk commit to embrio. user - Tanda-tanda kehamilan Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses fertilisasi dan kehamilan pada sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dilakukan dengan studi literatur melalui media gambar, video, buku, LKS, dan website yang relevan. Proses terjadinya fertilisasi

37 digilib.uns.ac.id 72 Lanjutan Tabel 4.14 kehamilan yang normal? - Mengapa hanya ada satu sel sperma yang dapat menembus sel ovum? - Mengapa bisa terjadi kehamilan diluar rahim? - Dimana terjadinya fertilisasi? 2 - Bagaiman proses terjadinya fertilisasi pada bayi kembar? - Bagaiman tahaptahap perkembangan janin? - Hormon apa saja yang terlibat dalam masa kehamilan? - Bagaimana perkembangan janin pada masa kehamilan? - Mengapa hanya 1 sel sperma yang dapat menembus dinding ovum? 3 - Bagaiman proses fertilisasi? - Bagaimana tahaptahap kehamilan? - Bagaimana perkembangan janin pada masa kehamilan? - Hormon apa saja yang terlibat dalam masa kehamilan? - Apa saja yang mencakup tanda- diantaranya tidak mengalami menstruasi, mengidam, payudara membesar, dll - Lamanya kehamilan normal, yaitu 9 bulan 10 hari. - Hali ni dikarenakan sperma yang kuat dan normal yang dapat menembus zona pellusida dan mengeluarkan enzim yang mencega sperma lain membuahi ovum. - Terjadi kehmilan diluar rahim karena terjadinya pertemuan antara sperma dan sel telur di luar oviduk sehngga akan mendesak organ-organ lainya, - Fertilisasi terjadi di oviduk. - Terjadinya fertilisasi pada bayi kembar adalah jika terdapat lebih dari satu sperma membuahi 1 ovum dan menembus dinding zona pellusida di oviduk. - Proses perkembangan janin bermula dari pembentukan zigot yang kemudian berkembang menjadi morula, blastula, gastula, dan terbentuk embrio. - Hormon yang beeperan dalam masa kehamilan adalah HCG, progesteron, estrogen, prolaktin, oksitosin, dan relasin - Perkembangan janin berlangsung selama 9 bulan / minngu ke 34 sampai ke 38 - Karena sperma yang terkuat akan menembus zona pelusida dan mengelurkan enzim neraminidase yang dapat mencegah sperma lain mebuahi ovum. - Fertilisasi adalah proses/ bersatunya sel ovum dan sel sperma yang terjadi di oviduk. - Proses perkembangan janin bermula dari pembentukan zigot yang kemudian berkembang menjadi morula, blastula, gastula, dan terbentuk embrio. - Pertumbuhan janin berlangsung selama 9 bulan / minggu ke 34 sampai minggu ke 38 - Hormon commit HCG, to user progesteron, dan masa kehamilan (gestasi) merupakan variabel bebas. Fertilisasi merupakan variabel terikat Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses fertilisasi dan kehamilan pada sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui internet, video, gambar dan buku pendamping yang relevan. Proses terjadinya fertilisasi dan masa kehamilan (gestasi) merupakan variabel bebas. Fertilisasi merupakan variabel terikat Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses fertilisasi dan kehamilan pada sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui, video, gambar, buku/ website yang relevan. Proses terjadinya fertilisasi dan masa kehamilan (gestasi) merupakan variabel bebas.

38 digilib.uns.ac.id 73 Lanjutan Tabel 4.14 tanda kehamilan? 4 - Bagaiman proses fertilisasi pada bayi kembar? - Apa yang menyebabkan terjadinya fertilisasi? - Bagaimana tahapan pembentuakan embrio? 1 - Apa yang menyebabkan terjadinya fertilisasi? - Bagaimana tahapan pembentuakan embrio? - Apa saja yang mencakup tandatanda kehamilan? - Kapan lamanya kehamilan yang normal? - Mengapa hanya ada satu sel sperma yang dapat menembus sel ovum? - Mengapa bisa terjadi kehamilan diluar rahim? estrogen, prolaktin, oksitosin dan relasin. - Tanda-tanda kehamilan diantaranya tidak mengalami menstruasi, mengidam, payudara membesar, dll - Terjadinya fertilisasi pada bayi kembar adalah jika terdapat lebih dari satu sperma membuahi 1 ovum dan menembus dinding zona pellusida di oviduk. - Fertilisasi terjadi karena bertemunya sel ovum dan sperma - Pembentukan embrio berawal dari penggabungan sperma dan ovum, lalu mengalami pembuahan kemudian membentuk morula, blastula, dan gastrula hingga akhirnya membentuk embrio. - Fertilisasi terjadi karena bertemunya sel ovum dan sperma - Pembentukan embrio berawal dari penggabungan sperma dan ovum, lalu mengalami pembuahan kemudian membentuk morula, blastula, dan gastrula hingga akhirnya membentuk embrio. - Tanda-tanda kehamilan diantaranya tidak mengalami menstruasi, mengidam, payudara membesar, dll - Lamanya kehamilan normal, yaitu 9 bulan 10 hari. - Hali ni dikarenakan sperma yang kuat dan normal yang dapat menembus zona pellusida dan mengeluarkan enzim yang mencega sperma lain membuahi ovum. - Terjadi kehmilan diluar rahim karena terjadinya pertemuan antara sperma dan sel telur di luar oviduk sehngga akan mendesak organ-organ lainya, Fertilisasi merupakan variabel terikat Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses fertilisasi dan kehamilan pada sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dilakukan dengan studi literatur melalui media gambar, video, buku, LKS, dan website yang relevan. Proses terjadinya fertilisasi dan masa kehamilan (gestasi) merupakan variabel bebas. Fertilisasi merupakan variabel terikat Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses fertilisasi dan kehamilan pada sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dilakukan dengan studi literatur melalui media gambar, video, buku, LKS, dan website yang relevan. Proses terjadinya fertilisasi dan masa kehamilan (gestasi) merupakan variabel bebas. Fertilisasi merupakan variabel terikat

39 digilib.uns.ac.id 74 3) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 Mei 2015 selama 2 x 45 menit (2 JP), yang meliputi pelaksanaan sintaks argumentasi. Pada sintaks argumentasi siswa menyampaikan hasil kegiatan melalui kegiatan presentasi. Guru mengkonfirmasi pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam sesi presentasi dan meminta perwakilan siswa untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusi masing-masing kelompok. Selanjutnya, pada kegiatan evaluasi guru meminta siswa untuk menutup buku kemudia siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi dan dua angket rasa ingin tahu yang terdiri dari angket langsung dan angket pilihan ganda rasa ingin tahu. c. Observasi dan Evaluasi Tindakan Siklus III Observasi terhadap rasa ingin tahu selama proses pembelajaran pada Siklus III dilihat dari keenam tahapan pada sintak model pembelajaran inkuiri. Observasi terhadap rasa ingin tahu dilakukan dengan menggunakan lembar observasi rasa ingin tahu, angket langsung rasa ingin tahu, dan angket pilihan ganda rasa ingin tahu. Observasi terhadap keterlaksanaan proses pembelajaran dan keterlaksanaan sintaks dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh observer pada setiap kelompok dengan menggunakan lembar observasi, dokumentasi menggunakan kamera, dan wawancara terhadap siswa dan guru menggunakan pedoman wawancara. Evaluasi dilaksanakan di akhir pembelajaran dengan memberikan soal tes evaluasi tentang materi fertilisasi dan kehamilan dan angket rasa ingin tahu yang terdiri dari angket langsung dan angket pilihan ganda. Tindakan Siklus III dengan topik fertilisasi dan kehamilan memberikan peningkatan terhadap rasa ingin tahu siswa. Hasil capaian berdasarkan analisis kedua instrumen rasa ingin tahu siswa pada Siklus III dan perbandingannya dengan Siklus II setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran Biologi disajikan dalam Tabel 4.15

40 digilib.uns.ac.id 75 Tabel 4.15 Skor Gabungan Capaian Rasa Ingin Tahu Siswa Pada Siklus III. No Instrumen Capaian Aspek (%) Siklus II Siklus III 1 Lembar Observasi 69,49 76,98 2 Angket Rasa Ingin Tahu 72,39 77,09 Jumlah ,07 Rata-rata 70,94 77,03 Berdasarkan Tabel 4.11, hasil skor capaian dari gabungan kedua instrumen rasa ingin tahu, berdasarkan hasil observasi dan angket rasa ingin tahu pada Siklus III diperoleh nilai rata-rata sebesar 77,03%. Hal ini menunjukkan kenaikan capaian skor rasa ingin tahu siswa dari penelitian tindakan Siklus II sebesar 6,09%. Berdasarkan pengukuran dengan kedua instrumen diperoleh hasil bahwa lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus II mencapai persentase skor sebesar 76,98%. Hal ini menunjukkan kenaikan dari capaian skor lembar observasi Siklus II, yaitu 7,49%. Hasil analisis instrumen kedua, yaitu angket rasa ingin tahu menunjukkan hasil persentase pada Siklus III sebesar 77,09% pada keseluruhan aspeknya. Kenaikan capaian persentase pada angket hasil tindakan Siklus II, yaitu sebesar 4,7% dari penelitian Siklus III. - Perbandingan Lembar Observasi Siklus II dan Siklus III Pada Siklus III data diperoleh berdasarkan hasil lembar observasi. Observasi pada Siklus III dilakukan dengan melakukan pengamatan pada setiap kelompok oleh observer. Secara rinci hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus III di setiap aspeknya disajikan pada Tabel 4.16 Tabel 4.16 Skor Capaian Tiap Aspek pada Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus III. No Aspek Capaian Aspek (%) Siklus II Siklus III 1 Epistemic Curiosity 70,67 77,28 2 Perceptual Curiosity 67,74 76,61 3 Spesific Curiosity 63,71 75,00 4 Diversive Curiosity 75,81 79,03 Jumlah 277,93 307,92 Rata-rata 69,49 76,98

41 digilib.uns.ac.id 76 Berdasarkan hasil lembar observasi rasa ingin tahu pada Siklus III diperoleh nilai rata-rata sebesar 76,98%. Hasil nilai rata-rata pada Siklus III menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan penelitian Siklus II, yaitu sebesar 7,49%. Aspek yang memiliki persentase tertinggi sampai dengan terendah secara berurutan, yaitu aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki persentase skor sebesar 79,03% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus II, yaitu 3,22%. Kedua, yaitu aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 77,28%. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari Siklus II, yaitu sebesar 6,61%. Ketiga, yaitu aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 76,61%. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari Siklus II, yaitu sebesar 8,87%. Keempat, yaitu aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 75% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus II, yaitu 11,29%. - Perbandingan Angket Siklus II dan Siklus III Pada Siklus III selain lembar observasi data juga diperoleh berdasarkan hasil penilaian angket. Angket ini merupakan angket langsung dengan alternatif jawaban yang sudah tersedia. Angket ini diukur dengan menggunakan skala rating frekuensi 4 poin. Secara rinci hasil analisis angket rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus III di setiap aspeknya disajikan pada Tabel 4.17 Tabel 4.17 Skor Capaian Tiap Aspek pada Angket Rasa Ingin Tahu Siswa Pada Siklus III. No Aspek Capaian Aspek (%) Siklus II Siklus III 1 Epistemic Curiosity 68,95 74,37 2 Perceptual Curiosity 75,35 80,07 3 Spesific Curiosity 72,23 77,30 4 Diversive Curiosity 73,04 76,61 Jumlah 289,57 308,35 Rata-rata 72,39 77,09

42 digilib.uns.ac.id 77 Berdasarkan hasil analisis angket rasa ingin tahu pada Siklus III diperoleh nilai rata-rata sebesar 77,09%. Hasil nilai rata-rata pada angket Siklus III menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan tindakan Siklus II, yaitu sebesar 4,7%. Aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor lebih besar daripada aspek lainya, yaitu 80,07% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus II, yaitu 4,72%. Kedua, yaitu aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 77,30% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus II, yaitu 5,07%. Ketiga, yaitu aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki persentase skor sebesar 76,61% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari Siklus II, yaitu sebesar 3,57%. Keempat, yaitu aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 74,37%. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari Siklus I, yaitu sebesar 5,42%. - Angket Pilihan Ganda Rasa Ingin Tahu Siklus III Angket pilihan ganda ini merupakan data pendukung dari instrumen penelitian yang terdiri dari 10 soal dengan tipe soal pilihan ganda. Masing-masing pilihan jawaban dalam angket tersebut terdiri dari pilihan yang mengukur dimensi epistemic curiosity, perceptual curiosity, specific curiosity, dan diversive curiosity. Hasil dari angket pilihan ganda ini akan dianalisis untuk mengetahui presentase tingkat dimensi siswa terkait topik struktur dan fungsi organ reproduksi pada manusia. Hasil analisis angket pilihan ganda rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus I di setiap aspeknya disajikan pada Gambar 4.11

43 digilib.uns.ac.id 78 Diagram Skor Capaian Angket Pilihan Ganda Siklus III 14,52% 44,51% 20,97% 20% EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE Gambar 4.11 Diagram Skor Capaian Tiap Aspek pada Angket Pilihan Ganda Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus III. Berdasarkan Gambar Diagram 4.11 dapat dilihat bahwa pada tindakan Siklus III aspek Diversive Curiosity memiliki skor lebih tinggi dibandingkan aspek lainya, yaitu sebesar 44,51%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih cenderung memiliki tingkat keingintahuan pada dimensi Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi). Berdasarkan hasil analisis angket, siswa cenderung memilih poin D yang merupakan pilihan siswa untuk berusaha keras mendapatkan informasi lebih terkait materi gametogenesis melalui jurnal, buku, atau media online. Pada aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) hanya memperoleh skor sebesar 20,97% dan pada aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 20%. Sedangkan aspek Epistemic Curiosity memiliki skor lebih rendah dibandingkan aspek lainya, yaitu 14,52%. Berdasarkan hasil analisis angket, siswa cenderung tidak memilih poin A yang merupakan pilihan siswa untuk mendapatkan informasi terkait materi gametogenesis melalui bertanya atau partisipasi aktif dalam mengungkapkan gagasan atau pendapat yang tergolong dalam dimensi Epistemic Curiosity.

44 digilib.uns.ac.id 79 d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus III Hasil observasi Siklus III terhadap rasa ingin tahu siswa menunjukkan terjadinya peningkatan pada kedua instrumen dibandingkan dengan hasil Siklus II. Perbandingan persentase capaian rasa ingin tahu antara proses pembelajaran Siklus I dengan proses pembelajaran Siklus II dapat dilihat pada Gambar PERSENTASE CAPAIAN SKOR RASA INGIN TAHU SISWA(%) ,98 77,09 69,49 72,39 LEMBAR OBSERVASI ANGKET SIKLUS 2 SIKLUS 3 TIPE INSTRUMEN PENGUKURAN Gambar 4.12 Diagram Kenaikan Persentase Skor Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus II dan Siklus III Gambar 4.12 menunjukkan kenaikan capaian skor rasa ingin tahu dari Siklus II ke tindakan Siklus III. Hasil analisis kedua instrumen menunjukkan adanya kenaikan capaian skor dibandingkan dengan penelitian tindakan Siklus II. Berdasarkan pengukuran dengan lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus III mencapai persentase skor sebesar 76,98%. Hal ini menunjukkan kenaikan dari capaian skor lembar observasi Siklus II, yaitu 7,49%. Hasil analisis angket rasa ingin tahu menunjukkan hasil persentase pada Siklus III sebesar 77,09% pada keseluruhan aspeknya. Kenaikan capaian persentase pada angket hasil tindakan Siklus III, yaitu sebesar 4,7% dari penelitian Siklus II. Adanya peningkatan terhadap rasa ingin tahu siswa pada setiap aspeknya dipengaruhi dari penerapan model pembelajaran inkuiri. Hal ini dibuktikkan dengan adanya peningkatan skor pada kedua instrumen rasa ingin tahu dari Siklus II ke tindakan Siklus III. Pada tindakan Siklus III siswa tidak banyak mengalami

45 digilib.uns.ac.id 80 kesulitan selama kegiatan pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri. Pada pembelajaran siklus III keseluruhan siswa ikut terlibat aktif. Siswa terlihat sangat antusias dengan kegiatan penyelidikan pada Siklus III dengan topik fertilisasi dan kehamilan. Refleksi dan analisis Siklus III menghasilkan kesimpulan bahwa tindakan berupa penerapan model inkuiri mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa sudah mencapai target yang diharapkan, sehingga tindakan dihentikan pada siklus berikutnya. Menurut hasil observasi dan wawancara, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dan siswa sudah mulai terbiasa dan mengerti tugas masing-masing, sehingga pembelajaran berjalan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan. Mengacu pada beberapa fakta yang telah dijabarkan, tindakan untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 SMA Negeri 1 Karanganyar melalui penerapan model pembelajaran inkuiri dihentikan pada siklus III. Refleksi kegiatan analisis dan perbaikan terhadap masalah yang terjadi pada pelaksanaan Siklus III disajikan dalam Tabel Tabel Hasil Refleksi Siklus III dan Perbaikan pada Pembelajaran Temuan Hasil Refleksi Siklus III Rencana Perbaikan Pelaksanaan Pengukuran rasa ingin tahu - Keterlaksanaan sintak terlaksana secara maksimal. Sehingga sintak tercapai 88,75% - Penggunaan waktu yang kurang efisien sehingga waktu pembelajaran dianggap kurang maksimal Capaian persentase skor sebesar 77,03%. - Evaluasi sintak RPP di Siklus III dengan guru agar menjadi bahan perbaikan yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran selanjutnya. - Penggunaan waktu pembelajaran yang lebih efektif dengan menyesuaikan waktu pembelajaran sesuai silabus - Sudah mencapai target 70%, pelaksanaan tindakan dihentikan. C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus 1. Perbandingan Pra-siklus dengan Siklus I Berdasarkan hasil tindakan rasa ingin tahu Siklus 1 pada siswa kelas XI MIA 8 SMA Negeri 1 Karanganyar menunjukkan adanya kenaikan berdasarkan pengukuran dengan kedua instrumen dibandingkan dengan hasil prasiklus.

46 digilib.uns.ac.id 81 Tingkat kenaikan skor gabungan rasa ingin tahu dari pra-siklus ke Siklus 1 disajikan dalam bentuk diagram pada Gambar PERSENTASE SKOR RASA INGIN TAHU SISWA(%) , ,70 3 PRA SIKLUS SIKLUS 1 Skor Rasa Ingin Tahu Antar Siklus Gambar 4.13 Diagram Kenaikan Persentase Skor Rasa Ingin Tahu Siswa Pra Siklus dan Siklus I Gambar 4.13 menunjukkan bahwa hasil analisis berdasarkan skor rata-rata kedua instrumen pada Siklus I menunjukkan adanya kenaikan capaian skor dibandingkan dengan penelitian tindakan Pra Siklus setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh bahwa skor rasa ingin tahu pada Siklus I mencapai 60,70% sedangkan skor rasa ingin tahu pada prasiklus hanya mencapai persentase sebesar 49,11%. Hasil perhitungan menunjukkan adanya kenaikan dari capaian skor Pra Siklus ke Siklus I, yaitu sebesar 11,59%. Gambar 4.13 menunjukkan capaian skor rata-rata gabungan rasa ingin tahu berdasarkan kedua instrumen, yaitu lembar observasi dan angket rasa ingin tahu. Secara rinci perbandingan data hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu tindakan pra-siklus ke Siklus I di setiap aspeknya disajikan dalam bentuk diagram Gambar 4.14.

47 digilib.uns.ac.id 82 PERSENTASE (%) , , ,71 51, , , , ,87 0 EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE ASPEK RASA INGIN TAHU PRASIKLUS SIKLUS 1 Gambar 4.14 Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Aspek Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu Siswa Pra Siklus dan Siklus I Berdasarkan Gambar 4.14 persentase skor hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu mengalami kenaikan untuk setiap aspek. Pada diagram di atas juga dapat diketahui bahwa rentang kenaikan persentase skor bervariasi untuk setiap aspek. Pada aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) dan aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari prasiklus, yaitu sebesar 23,78% dan 10,49%. Pada aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari prasiklus, yaitu 12,9%. Aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari prasiklus, yaitu 18,56%. Berdasarkan hasil lembar observasi rasa ingin tahu pada Siklus I diperoleh skor rata-rata sebesar 53,94% sedangkan pada pra-siklus diperoleh skor rata-rata 39,50%. Hasil nilai rata-rata pada Siklus I menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan penelitian Pra Siklus, yaitu sebesar 14,44%. Pengukuran instrumen yang kedua diperoleh dari hasil analisis angket rasa ingin tahu. Secara rinci perbandingan hasil analisis angket rasa ingin tahu pada tindakan pra-siklus ke Siklus I disajikan dalam bentuk diagram pada Gambar commit to user

48 digilib.uns.ac.id PERSENTASE (%) ,58 64,02 62,21 69,47 59,79 68,20 62,33 68,20 PRASIKLUS SIKLUS EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE ASPEK RASA INGIN TAHU Gambar 4.15 Diagram Kenaikan Persentase Skor untuk Setiap Aspek Angket Rasa Ingin Tahu Siswa Pra Siklus dan Siklus I Gambar 4.15 merupakan hasil analisis angket rasa ingin tahu pada tindakan Pra Siklus dan Siklus I. Hasil analisis angket pada Siklus I menunjukkan adanya kenaikan capaian persentase skor sebesar 6,74% dibandingkan dengan pra-siklus. Hasil analisis angket rasa ingin tahu pada Siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 67,47%. Aspek yang memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan dengan aspek lanya adalah aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 69,47% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari prasiklus, yaitu 7,26%. Aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) dan aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki persentase skor yang sama, yaitu sebesar 68,20% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari prasiklus, yaitu 8,41% dan 5,87%. Aspek yang memiliki persentase terendah adalah aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 64,02%. Aspek ini merupakan aspek yang mengalami kenaikan terendah dibandingkan dengan hasil penelitian commit to dari user prasiklus, yaitu sebesar 5,44%.

49 digilib.uns.ac.id 84 Kenaikan capaian persentase pada keseluruhan aspek pada Siklus I berkisar antara 5,44% sampai dengan 8,41%. 2. Perbandingan Siklus I dengan Siklus II Secara keseluruhan rata-rata persentase pencapaian rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 SMA N 1 Karanganyar mengalami peningkatan dari Siklus I ke Siklus II. Perbandingan capaian skor rasa ingin tahu pada Siklus I dengan Siklus II dapat dilihat pada Gambar PERSENTASE (%) ,70 70,94 SIKLUS 1 SIKLUS 2 TINGKATAN SIKLUS Gambar 4.16 Diagram Kenaikan Persentase Skor Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus I dan Siklus II Berdasarkan Gambar 4.16 dapat dilihat bahwa persentase skor rasa ingin tahu hasil analisis gabungan kedua instrumen rasa ingin tahu pada Siklus II mengalami kenaikan dari Siklus I setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri. Rata-rata skor rasa ingin tahu pada Siklus II mengalami peningkatan dari 60,70% pada Siklus I menjadi 70,94%. Rentang peningkatan skor rasa ingin tahu dari Siklus I ke Siklus II, yaitu sebesar 10,24%. Gambar 4.16 menunjukkan capaian skor rata-rata gabungan rasa ingin tahu berdasarkan kedua instrumen. Secara rinci perbandingan data hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu tindakan Siklus I ke Siklus II di setiap aspeknya disajikan dalam bentuk diagram Gambar 4.17.

50 digilib.uns.ac.id 85 PERSENTASE SKOR LEMBAR OBSERVASI (%) , , , EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE ASPEK RASA INGIN TAHU 58, SIKLUS 1 SIKLUS 2 Gambar 4.17 Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Aspek Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus I dan Siklus II Gambar 4.17 menguraikan tentang capaian aspek rasa ingin tahu pada Siklus I dan Siklus II dari hasil analisis lembar observasi dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 69,49%. Hasil analisis observasi rasa ingin tahu pada Siklus II menunjukkan adanya kenaikan capaian skor persentase sebesar 15,6%. Pada setiap aspek memiliki rentang kenaikan yang berbeda-beda. Aspek yang memiliki persentase tertinggi adalah aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) dengan persentase sebesar 75,81% dengan capaian persentase skor tertinggi sebesar 16,94% dari Siklus I. Aspek yang memiliki persentase terendah adalah Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 63,71% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor terendah dari Siklus I, yaitu 12,9%. Aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 70,67% yang menunjukkan peningkatan capaian presentase skor dari Siklus I, yaitu 16,23%. Sedangkan Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 67,74% dengan peningkatan capaian persentase skor dari Siklus I, yaitu sebesar 16,13%. Kisaran kenaikan capaian persentase pada keseluruhan aspek berkisar antaracommit 12,9% sampai to user dengan 16,94%.

51 digilib.uns.ac.id 86 Pengukuran instrumen yang kedua diperoleh dari hasil analisis angket rasa ingin tahu. Secara rinci perbandingan hasil analisis angket rasa ingin tahu pada tindakan Siklus I ke Siklus II disajikan dalam bentuk diagram yang dapat dilihat pada Gambar PERSENTASE SKOR ANGKET(%) ,02 68,95 69,47 75,35 68,20 72,23 68,20 73,04 EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE ASPEK RASA INGIN TAHU SIKLUS 1 SIKLUS 2 Gambar 4.18 Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Aspek Angket Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus I dan Siklus II Hasil analisis angket rasa ingin tahu pada penelitian Siklus II disajikan dalam bentuk diagram yang dapat di lihat pada Gambar Diagram Gambar 4.18 merupakan hasil analisis angket rasa ingin tahu pada penelitian Siklus I dan Siklus II dengan perolehan nilai rata-rata pada Siklus II sebesar 72,39%. Hasil nilai rata-rata pada Siklus II menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan penelitian tindakan Siklus I, yaitu sebesar 4,92%. Aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor tertinggi, yaitu 75,35% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus I, yaitu 5,88%. Skor terendah dengan persentase sebesar 68,95% terdapat pada aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual). Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan commit capaian to user persentase skor dari Siklus I, yaitu

52 digilib.uns.ac.id 87 sebesar 4,93%. Aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki persentase skor dari Siklus I sebesar 68,20% menjadi 73,04% dan menunjukkan adanya kenaikan capaian persentase skor dari penelitian Siklus I sebesar 4,84%. Aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 72,23% dan menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor terendah dari Siklus II, yaitu 4,03%. 3. Perbandingan Siklus II dengan Siklus III Persentase pencapaian rasa ingin tahu kelas XI MIA 8 SMA N 1 Karanganyar mengalami peningkatan dari Siklus II ke Siklus II. Perbandingan persentase skor rasa ingin tahu pada Siklus II dengan Siklus III dapat dilihat pada Gambar PERSENTASE (%) ,04 SIKLUS 2 SIKLUS 3 Tapan Siklus Gambar 4.19 Diagram Kenaikan Persentase Skor Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus II dan Siklus III Berdasarkan Gambar 4.19 dapat dilihat bahwa rata-rata skor capaian rasa ingin tahu siswa meningkat dari 70,94 % menjadi 77,04% pada Siklus III setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri pada proses pembelajaran di kelas. Peningkatan hasil rata-rata skor rasa ingin tahu dari Siklus II ke Siklus III sebesar 6,1%. Gambar 4.19 menunjukkan commit capaian to user rasa ingin tahu berdasarkan hasil

53 digilib.uns.ac.id 88 lembar observasi dan angket rasa ingin tahu pada Siklus III. Secara rinci data hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus III di setiap aspeknya disajikan pada Gambar Persentase Capaian Skor Lembar Observasi (%) EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE ASPEK RASA INGIN TAHU SIKLUS 2 SIKLUS 3 Gambar 4.20 Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Aspek Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus II dan Siklus III Gambar 4.20 menunjukkan persentase skor untuk semua aspek rasa ingin tahu pada lembar observasi mengalami kenaikan yang. Peningkatan skor aspek rasa ingin tahu yang paling tinggi terdapat pada aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi), yaitu 3,22% dengan skor capaian dari Siklus II sebesar 79,03%. Aspek yang memiliki peningkatan skor yang paling rendah terdapat pada aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) sebesar 11,29% dengan skor capaian 75% dari Siklus II. Aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) dan aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor secara berturut-turut, yaitu sebesar 76,61% dan 77,28% dengan rentang peningkatan 8,87% dan 6,59%. Berdasarkan hasil lembar observasi rasa ingin tahu pada Siklus III diperoleh nilai rata-rata sebesar 76,98%. Hasil nilai rata-rata pada Siklus III menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan penelitian Siklus commit II, to yaitu user sebesar 7,5%.

54 digilib.uns.ac.id 89 Data analisis pada diagram Gambar 4.21 merupakan hasil analisis angket rasa ingin tahu pada penelitian Siklus II dan Siklus III dengan perolehan nilai ratarata pada Siklus III sebesar 77,09%. Hasil nilai rata-rata pada Siklus III menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan penelitian Siklus II, yaitu sebesar 4,7%. Capaian skor aspek rasa ingin tahu yang paling tinggi terdapat pada aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra), yaitu 80,07% dengan rentang penigkatan dari Siklus II sebesar 4,72%. Aspek yang memiliki capaian skor yang paling rendah terdapat pada aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) sebesar 74,37%. dengan rentang skor capaian tertinggi, yaitu 5,42% dari Siklus II. Pada aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 77,30% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus II, yaitu 5,07%. Aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki persentase skor sebesar 76,61% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor terendah dari Siklus II, yaitu sebesar 3,57%. Rentang capaian skor lembar observasi Siklus III, yaitu 3,57% hingga 5,42%. 90 PERSENTASE CAPAIAN SKOR ANGKET RASA INGIN TAHU (%) ,95 74,37 75,35 80,07 72,23 77,30 73,04 76,61 EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE ASPEK RASA INGIN TAHU SIKLUS 2 SIKLUS 3 Gambar 4.21 Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap Aspek Angket Rasa Ingin Tahu Siswa commit Siklus to user II dan Siklus III

55 digilib.uns.ac.id Perbandingan Pra-Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III Hasil tindakan setiap Siklus secara umum menunjukkan peningkatan ratarata persentase rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 setelah penerapan odel pembelajaran inkuiri. Perbandingan rata-rata persentase rasa ingin tahu hasil analisis gabungan antara hasil lembar observasi dan angket rasa ingin tahu dari pra-siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III dapat dilihat pada Gambar 4.22 PRSENTASE CAPAIAN SKOR RASA INGIN TAHU SISWA (%) ,11 60,70 70,94 PRA SIKLUS SIKLUS 1 SIKLUS 2 77,03 Siklus Dalam PTK SIKLUS 3 Gambar 4.22 Diagram Kenaikan Persentase Skor Rasa Ingin Tahu Pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III Gambar 4.22 menunjukkan persentase capaian skor rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 mengalami peningkatan. Pada diagram di atas dapat diketahui bahwa rentang kenaikan persentase skor setiap siklus tidak sama. Peningkatan tertinggi terjadi dari Pra Siklus ke Siklus I, yaitu sebesar 11,59 %. Sedangkan peningkatan terendah terjadi dari Siklus II ke Siklus III, yaitu sebesar 6,09%. Rata-rata secara keseluruhan pada setiap siklus rasa ingin tahu mengalami peningkatan dari 49,11% menjadi 60,70% pada Siklus I, kemudian menjadi 70,94% pada Siklus II dan 77,03% pada Siklus III. Berdasarkan Gambar 4.22 dapat diketahui bahwa tindakan melalui penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Capaian skor rata-rata pada Gambar 4.22 merupakan gabungan rasa ingin tahu berdasarkan kedua instrumen, yaitu lembar observasi dan angket rasa ingin tahu.

56 digilib.uns.ac.id 91 Perbandingan hasil analisis skor rata-rata lembar observasi rasa ingin tahu pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III dapat di lihat pada Gambar PROSENTASE CAPAIAN SKOR LEMBAR OBSERVASI (%) ,98 69,49 53,93 37,50 PRASIKLUS SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3 TINGKATAN SIKLUS PTK Gambar 4.23 Diagram Kenaikan Persentase Skor LeMbar Observasi Rasa Ingin Tahu Pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III. Gambar 4.23 menunjukkan persentase capaian skor lembar observasi rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 mengalami peningkatan, namun peningkatan yang bervariasi untuk setiap siklus. Rata-rata secara keseluruhan pada setiap siklus rasa ingin tahu mengalami peningkatan dari 37,50% menjadi 53,93% pada Siklus I, kemudian menjadi 69,49% pada Siklus II dan 76,98% pada Siklus III. Pada diagram di atas juga diketahui bahwa rentang kenaikan persentase skor setiap siklus tidak sama. Rentang peningkatan skor lembar observasi rasa ingin tahu setiap siklusnya, yaitu sebesar 16,43% dari Pra Siklus ke Siklus I, kemudian 15,56% dari Siklus I ke Siklus II dan 7,49% dari Siklus II ke Siklus III. Gambar 4.23 menunjukkan capaian skor rata-rata lembar observasi rasa ingin tahu. Perbandingan hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III pada setiap aspeknya dapat di lihat pada Gambar 4.24.

57 digilib.uns.ac.id 92 PROSENTASE CAPAIAN SKOR LEMBAR OBSERVASI (%) ,38 38,71 32,25 30,64 58,87 54,43 51,61 50,81 75,81 70,69 67,74 63,71 79,03 77,28 76,61 75,00 PRASIKLUS SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3 TINGKATAN SIKLUS PTK EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE Gambar 4.24 Grafik Kenaikan Persentase Skor Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu Setiap Aspek Pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III. Berdasarkan Gambar 2.24 menunjukkan bahwa hasil capaian skor lembar observasi pada setiap aspek meningkat. Aspek pertama rasa ingin tahu, yaitu Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) mengalami peningkatan dari 30,64% menjadi 54,43% pada Siklus I kemudian menjadi 70,69% pada Siklus II dan 77,28% pada Siklus III. Pada aspek yang kedua, yaitu Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) mengalami peningkatan dari 38,71% menjadi 51,61% pada Siklus I kemudian menjadi 63,71% pada Siklus II dan 76,61% pada Siklus III. Pada aspek yang ketiga, yaitu Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) mengalami peningkatan dari 48,39% menjadi 58,87% pada Siklus I kemudian menjadi 75,81% pada Siklus II dan 79,03% pada Siklus III. Pada aspek yang keempat, yaitu miskonsepsi Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) mengalami peningkatan dari 32,26% menjadi 50,81% pada Siklus I kemudian menjadi 63,71% pada Siklus II dan 75% pada Siklus III.

58 digilib.uns.ac.id 93 Grafik pada Gambar 4.24 di atas menunjukkan bahwa skor lembar observasi di setiap siklus setiap aspek rasa ingin tahu mengalami peningkatan. Perbandingan hasil analisis skor rata-rata angket rasa ingin tahu pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III dapat di lihat pada Gambar GRAFIK HASIL ANALISIS ANGKET RASA INGIN TAHU SETIAP SIKLUS PERSENTASE SKOR ANGKET RASA INGIN TAHU(%) ,73 67,47 72,39 77,09 PRASIKLUS SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3 TINGKATAN SIKLUS Gambar 4.25 Diagram Kenaikan Persentase Skor Angket Rasa Ingin Tahu Pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III. Gambar 4.25 menunjukkan persentase capaian skor angket rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 mengalami peningkatan. Rata-rata secara keseluruhan pada setiap siklus rasa ingin tahu mengalami peningkatan dari 60,73% menjadi 67,47% pada Siklus I, kemudian menjadi 72,39% pada Siklus II dan 77,09% pada Siklus III. Pada diagram di atas juga diketahui bahwa rentang kenaikan persentase skor setiap siklus tidak sama. Rentang peningkatan skor lembar observasi rasa ingin tahu setiap siklusnya, yaitu sebesar 6,74% dari Pra Siklus ke Siklus I, kemudian 4,92% dari Siklus I ke Siklus II dan 4,7% dari Siklus II ke Siklus III. Gambar 4.25 menunjukkan capaian skor rata-rata angket rasa ingin tahu. Perbandingan hasil analisis setiap aspek angket rasa ingin tahu pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III pada setiap aspeknya disajikan pada Gambar 4.26.

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS Titta Novianti OOGENESIS Pembelahan meiosis yang terjadi pada sel telur Oogenesis terjadi dalam dua tahapan pembelahan : yaitu mitosis meiosis I dan meiosis II Mitosis : diferensaiasi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan

SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan 05 MATERI DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BIOLOGI SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan 01 semester II tahun pelajaran 2015/2016, yaitu sebuah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas XI IPS 3 di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Sebagaimana diuraikan pada bab III, tindakan penelitian

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Sistem reproduksi manusia untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data dan Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas X-1 SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011. Data sekolah beserta data dan deskripsi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 1. Pasangan antara bagian alat reproduksi laki-laki dan fungsinya berikut ini benar, kecuali... Skrotumberfungsi sebagai pembungkus

Lebih terperinci

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed Sel akan membelah diri Tujuan pembelahan sel : organisme multiseluler : untuk tumbuh, berkembang dan memperbaiki sel-sel yang rusak organisme uniseluler (misal : bakteri,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan tentang penerapan strategi pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa

Lebih terperinci

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan : 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Wringingintung 01 yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian yang diperoleh adalah berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Learning dan pengamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi Prasiklus/kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta pada semester II tahun ajaran 2013/2014. SMP Negeri 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta pada semester II tahun ajaran 2013/2014. SMP Negeri 11 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 1. Gambaran Umum Sekolah Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 11 Yogyakarta pada semester II tahun ajaran 2013/2014.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tahap Pra Siklus Penelitian pada tahap pra siklus ini diawali dengan kegiatan pencarian datadata untuk mengetahui kondisi awal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SDN Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang terletak di lingkungan rumah warga dan jauh dari pasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gendongan 01 yang terletak di Jl. Margorejo No.580 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas X.3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data dan Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Data sekolah dan deskripsi kelas tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilakukan di kelas 4 SD Negeri Ujung-Ujung 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2012/2013

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran yang berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Pada bagian pelaksanaan tindakan ini, diuraikan mengenai kondisi awal sebelum tindakan, tindakan pada siklus 1 dan siklus 2, hasil tindakan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan ini akan diuraikan tentang deskripsi sebelum tindakan, deskripsi siklus I yang terdiri dari tahap perencanaan tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus Kondisi awal sebelum diadakannya tindakan di SD N Ringin Harjo 01 kelas 4 Pada mata pelajaran IPS menunjukkan bahwa ppembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di kelas 5 SD Negeri Sukorejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Jumlah siswa di kelas 5 sebanyak 19 terdiri dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran TSTS Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model belajar mengajar

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Petumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan dan Hewan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Petumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan dan Hewan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Berbah : IPA : VIII/1 : Petumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan dan Hewan : 1 Pertemuan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pratindakan Kegiatan pratindakan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal objek penelitian sebelum diberi tindakan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kecandran 01 dengan subyek penelitian siswa kelas 4 yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Siklus I Siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 2 September 2014 dilaksanakan observasi awal dan tanggal 4 September

Lebih terperinci

LAPORAN ALAT PERAGA MODEL GAMETOGENESIS PADA MANUSIA. Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah BIOLOGI TERAPAN 3

LAPORAN ALAT PERAGA MODEL GAMETOGENESIS PADA MANUSIA. Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah BIOLOGI TERAPAN 3 LAPORAN ALAT PERAGA MODEL GAMETOGENESIS PADA MANUSIA Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah BIOLOGI TERAPAN 3 Dosen pembimbing : Dra. Sawitri Komarayanti M.S OLEH: KELOMPOK 14 1. AINI MASKURO (0910211107)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngajaran 03, yaitu sekolah dasar di desa Ngajaran Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Pleret. terletak di dusun Kedaton, desa Pleret, kecamatan Pleret, kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Pleret. terletak di dusun Kedaton, desa Pleret, kecamatan Pleret, kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Pleret SMA N 1 Pleret merupakan salah satu sekolah menegah yang terletak di dusun Kedaton, desa Pleret,

Lebih terperinci

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi - - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl2reproduksi Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Lembaga pendidikan yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian yaitu SD Kumpulrejo 03 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. 4.2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Ngambakrejo 03 kelas V semester II Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan dengan jumlah siswa 24 orang

Lebih terperinci

Sistem Reproduksi Pria meliputi: A. Organ-organ Reproduksi Pria B. Spermatogenesis, dan C. Hormon pada pria Organ Reproduksi Dalam Testis Saluran Pengeluaran Epididimis Vas Deferens Saluran Ejakulasi Urethra

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan penelitian ini akan menguraikan antara lain: (1) kondisi awal, (2) siklus I, (3) siklus II, dan (4) pembahasan

Lebih terperinci

DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN

DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN Tim Penyusun: Dr. Agung Pramana W.M., MS. Dr. Sri Rahayu, M.Kes. Dr. Ir. Sri Wahyuningsih, MS. Drs. Aris Soewondo, MS. drh. Handayu Untari drh. Herlina Pratiwi PROGRAM KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra-Siklus

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra-Siklus 25 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra-Siklus Observasi Pra-Siklus dilaksanakan tanggal 17 Maret 2015 di kelas X IIS 4 pada sub materi invertebrata dalam satu kali pertemuan selama 3

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 1. Letak Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwiro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 1. Letak Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwiro BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwiro Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Kaliwiro, yang beralamatkan di Jalan Selomanik

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN Dwi Muchindasari SMP Negeri 4 Madiun E-mail: dwimuchin@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas, dilaksanakan dalam 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang memaparkan uraian masing-masing siklus, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

Lebih terperinci

Function of the reproductive system is to produce off-springs.

Function of the reproductive system is to produce off-springs. Function of the reproductive system is to produce off-springs. The Gonad produce gamets (sperms or ova) and sex hormones. All other reproductive organs are accessory organs Anatomi Sistem Reproduksi Pria

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Jenis Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di kelas 1 SD Negeri Salatiga 12, yang beralamat di jalan Domas 54 Salatiga 50711 Kelurahan Salatiga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang penigkatan pemahaman materi mempertahankan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang penigkatan pemahaman materi mempertahankan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang penigkatan pemahaman materi mempertahankan keutuhan NKRI dengan menggunakan metode Mind Mapping pada mata pelajaran PKn kelas V di MI Nurul Islam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Salatiga 03. Alamat Jalan Margosari No. 03 Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian inidilaksanakan pada semester genap, bulan Apriltahun pelajaran. 2013/2014, di SMA Negeri 1 Sukadana Lampung Timur.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian inidilaksanakan pada semester genap, bulan Apriltahun pelajaran. 2013/2014, di SMA Negeri 1 Sukadana Lampung Timur. 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian inidilaksanakan pada semester genap, bulan Apriltahun pelajaran 2013/2014, di SMA Negeri 1 Sukadana Lampung Timur. A. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah tempat penelitian berlangsung. Penelitian yang dilaksanakan di kelas IV

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah tempat penelitian berlangsung. Penelitian yang dilaksanakan di kelas IV 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sekolah Sebelum pembahasan hasil penelitian, penulis akan membahas deskripsi sekolah tempat penelitian berlangsung. Penelitian yang dilaksanakan di

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

Aulia Puspita Anugra Yekti,Spt,MP,MS

Aulia Puspita Anugra Yekti,Spt,MP,MS PETUNJUK PRAKTIKUM ILMU REPRODUKSI TERNAK Disusun oleh : Prof. Dr.Ir. Trinil Susilawati,MS Prof. Dr.Ir. Suyadi,MS Prof. Dr. Ir. Worobusono,MS Prof. Dr. Nur. Ihsan,MS Dr.Ir. Sri Wahyuningsih,M.Si Dr.Ir.

Lebih terperinci

PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes.

PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes. HAND OUT PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes. Spermatogenesis Sperma diproduksi di spermatogonia (sel epidermis tubulus seminiferus testis. Hormon yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan uraian pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Mangkuyudan No.2. Lokasi sekolah berada di jalan Samanhudi No.32 Kelurahan Purwosari,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas XI MIA 6 (Imersi) SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016. SMA Negeri 1 Karanganyar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal) Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 2 Pajerukan, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas. Pada semester II

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. minggu pertama semester gasal tahun pelajaran 2016/2017, SMK Negeri 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. minggu pertama semester gasal tahun pelajaran 2016/2017, SMK Negeri 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan peneliti pada minggu pertama semester gasal tahun pelajaran 2016/2017, SMK Negeri 1 Pandak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kalibeji terletak di RT 01 RW 02 Desa Kalibeji Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan membahas hasil penelitian yang telah peneliti lakukan. Pembahasan hasil penelitian meliputi rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I A. Tahap Perencanaan Setelah diperoleh informasi pada waktu observasi, maka peneliti melakukan diskusi

Lebih terperinci

Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria.

Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria. Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria. Organ Reproduksi Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pratindakan Peneliti terlebih dahulu melakukan tahap pratindakan sebelum melaksanakan proses penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 SMA Perintis I Bandar Lampung

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 SMA Perintis I Bandar Lampung III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 SMA Perintis I Bandar Lampung dengan jumlah siswa 39 orang, terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 26 orang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SD Negeri 01 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 01 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research). Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran SDN 1 Ringinharjo Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Ringinharjo Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Dilihat dari segi geografisnya SDN 1 Ringinharjo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Salatiga 01 yang terletak di Jln. Diponegoro 13 dan masuk di wilayah Kelurahan Salatiga Kecamatan Sidorejo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri

III. METODE PENELITIAN. Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri III. METODE PEELITIA A. Setting Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA egeri 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri dari 10 orang siswa

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 PENERAPAN MODEL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri Kadirejo 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Jumlah siswa di kelas V berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SDN Karanggondang 01, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada semester 2 Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan jalan raya ini tidak mempengaruhi suasana proses pembelajaran di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan jalan raya ini tidak mempengaruhi suasana proses pembelajaran di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 1. Deskripsi SMP Negeri 11 Yogyakarta SMP Negeri 11 Yogyakarta berlokasi di Jl. HOS Cokroaminoto 127 Yogyakarta. Sekolah ini terletak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan melalui praktik pembelajaran di kelas 6 SD Negeri 2 Getas Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora, dengan jumlah siswa

Lebih terperinci

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES PENERAPAN FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

Lebih terperinci

Grafik Hasil Belajar Sebelum Tindakan

Grafik Hasil Belajar Sebelum Tindakan BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra Tindakan Pelaksanaan tindakan penelitian berdasarkan hasil belajar aspek kognitif siswa sebelum tindakan pada mata pelajaran Fisika tahun ajaran 2014/2015.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi Prasiklus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 Pelaksanaan siklus 1 dengan kompetensi dasar mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di kelas XI IS 2 SMA Negeri 3 Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016, yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus, deskripsi siklus I, deskripsi siklus II. Deskripsi pra siklus membahas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prior Knowledge (Pengetahuan Awal) Perencanaan pembelajaran tidak lepas dari variabel-variabel pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli, Glaser

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini merupakan penjelasan tiap siklusnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini merupakan penjelasan tiap siklusnya. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini akan di uraikan dalam tahapan-tahapan pada setiap siklusnya. Dalam penelitian ini dilakukan dua siklus proses pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X IPA Semester II SMA Negeri di Surakarta. SMA ini terletak di Jalan Muhamad Yamin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Gambaran Sekolah Sebelum peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terlebih dahulu peneliti melakukan observasi di kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan Penelitian ini dalam pelaksanaannya melalui tahap pratindakan dengan melakukan observasi, wawancara, dan uji pratindakan. Hasil wawancara dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 1.1.1. Deskripsi Kondisi Awal Proses pembelajaran matematika pada pra siklus guru menggunakan metode pembelajaran konvensional, dimana guru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas ini mengikuti prosedur penelitian sesuai dengan prosedur pada rencana tindakan yaitu: a. Perencanaan Sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis dalam penelitian ini dilakukan pada setiap unit analisis berupa kalimat (teks), gambar, dan tabel yang terdapat pada buku teks pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Identifikasi Masalah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Sebelum melakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dengan disertai saran yang berdasarkan dari hasil pengematan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi pada siklus I,II, III, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Jepon yang terletak di Kelurahan Jepon, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. 16 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C MTs Ma arif NU 1 Jatilawang tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 42 siswa, terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Mangunsari 05 Salatiga dengan jumlah siswa 40, laki-laki sebanyak 24

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam praktek pembelajaran di kelas V SDN Blotongan 2 Salatiga dengan jumlah 39 peserta didik pada mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kemirirejo 03 Magelang Kecamatan Magelang Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan Instrumen Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan soal tes akhir siklus. Seluruh instrumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti yang menggunakan rancangan penelitian model

Lebih terperinci