BAB IV HASIL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data dan Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/ Data sekolah dan deskripsi kelas tempat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Data dan Deskripsi Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Surakarta berlokasi di Jalan Flores No. 1 Kampung Baru Pasar Kliwon, Surakarta. SMP Muhammadiyah 1 Surakarta memiliki jenjang akreditasi A (Amat Baik). Pengelolaan SMP Muhammadiyah 1 Surakarta di bawah Yayasan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surakarta. Pada Tahun Pelajaran 2012/2013 jumlah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta sebanyak 826 orang, yang terdiri dari 26 rombongan belajar. Rombongan belajar terdiri dari 9 rombongan belajar kelas VII, 9 rombongan belajar kelas VIII, dan 8 rombongan belajar kelas IX. Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta memiliki 26 kelas dengan rata-rata 32 siswa setiap kelasnya. Peserta didik di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta selama 4 tahun terakhir berjumlah rata-rata 867 siswa. Tenaga pengajar di SMP Muhammadiyah Surakarta sebanyak 56 guru dan pegawai sejumlah 14 pegawai. 2. Data dan Deskripsi Kelas Ruang kelas VIII-A terletak di lantai 2 Gedung SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, tepatnya di ujung barat daya menghadap ke timur. Kelas VIII-A berukuran 7 x 9 m 2. Inventaris kelas yang tertata dengan rapi membuat suasana kelas nyaman untuk digunakan. Kelas VIII-A memiliki 16 meja siswa, satu meja guru, 36 kursi siswa dan satu kursi guru. Ada satu lemari etalase yang berisi beberapa alat percobaan. Ada satu whiteboard berukuran besar di depan kelas. Kelas VIII-A berada di ujung berada di samping kelas VIII-B. Pintu masuk menghadap ke timur, serta commit jendela to user kaca ada di sebelah barat. Di dinding 34

2 35 sebelah selatan menempel data administrasi kelas yang meliputi jadwal pelajaran dan guru mengajar, inventaris kelas, susunan organisasi kelas, absensi kelas, dan daftar piket. Siswa kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta pada Tahun Pelajaran 2012/2013 berjumlah 36 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. 3. Data dan Deskripsi Ruang Laboratorium IPA SMP Muhammadiyah 1 Surakarta memiliki 4 ruang laboratoorium salah satunya adalah laboratorium IPA. Laboratorium IPA terletak di lantai 3 sebelah timur dan menghadap ke barat. Ruang laboratorium IPA memiliki 10 meja laboratorium, dua meja guru, 38 kursi laboratorium, dua kursi guru, satu LCD, satu televisi, dan satu whiteboard. Laboratorium IPA berukuran 7x16 meter terdiri dari ruang praktikum dan ruang penyimpanan. Inventaris alat laboratorium cukup lengkap terdiri dari peralatan praktikum Fisika, biologi, dan kimia. B. Deskripsi Permasalahan Penelitian Menurut Popham, ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. (Depdiknas: 2007:2). Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan sehingga dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif. Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Kemampuan afektif siswa diukur dan diperhatikan dalam penelitian ini. Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran Fisika di kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan afektif siswa sebesar 42,57 % dengan perincian sikap 69,43 %, minat 19,45 %, konsep diri 5,56 %, nilai 46,20 %, moral 72,23 %. Dilain pihak, keaktifan siswa sangat

3 36 berpengaruh kepada hasil belajar serta pemahaman terhadap materi yang disampaikan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara rendahnya kemampuan afektf siswa kelas VIII-A ini disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran yang masih konvensional. Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika guru menyampaikan materi dan siswa mencatat materi. Guru mengaku menggunakan pendekatan konsep dengan alasan jika menggunakan pendekatan ketrampilan proses membutuhkan waktu yang lama. Siswa menyampaikan pembelajaran yang seperti ini kurang menarik. Menurut Depdiknas (2007: 1), Pembelajaran IPA hendaknya merevitalisasi keterampilan proses sains bagi siswa, guru, dan calon guru sebagai misi utama PBM IPA di sekolah untuk mengembangkan kemampuan observasi, merencanakan penyelidikan, menafsirkan (interpretasi) data dan informasi (narasi, gambar, bagan, Tabel) serta menarik kesimpulan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan proses dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika salah satunya adalah pendekatan kontekstual. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan proses pembelajaran yang berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Oka, 2011: 82). Kunandar, (2009:299) menyatakan bahwa, siswa aktif menjadi salah satu ciri pembelajaran kontekstual. Penerapan pembelajaran kontekstual, siswa dituntut aktif sehingga kemampuan afektifnya meningkat. Hasil pengamatan dan wawancara juga menunjukkan bahwa guru menggunakan penilaian yang konvensional. Guru hanya menilai kognitif siswa berdasarkan hasil ulangan dan mencongak, serta afektif melalui siswa yang berani maju ke depan. Ketika proses pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran penilaian dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting. Penilaian dalam proses pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang tidak didukung

4 37 dengan model penilaian yang sesuai menjadi kurang efektif. Oleh karena itu, diperlukan model penilaian yang dapat meningkatkan kemampuan afektif siswa yang sesuai dengan pembelajaran kontekstual. Dari berberapa model penilaian yang dapat digunakan salah satunya adalah penilaian Portofolio. Penilaian portofolio menitikberatkan pada proses pembelajaran sehingga dipandang sesuai untuk diterapkan. Pendekatan pembelajaran yang mendukung penerapan penilaian portofolio adalah pembelajaran kontekstual. Pendekatan kontekstual menitikberatkan pada proses pembelajaran sesuai diterapkan bersama penilaian portofolio. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan afektif siswa dilakukan penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual. Penilaian portofolio dengan pendekatan konstekstual merupakan kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum yang dilaksanakan dalam pendekatan kontekstual. C. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Kondisi Awal (Pra Siklus) Kondisi awal kemampuan afektif siswa kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta diukur menggunakan lembar observasi dan angket kemampuan afektif siswa. Kegiatan observasi untuk mengetahui kondisi awal siswa dilaksanakan pada bulan Maret a. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Pra Siklus Angket kemampuan afektif diberikan kepada 36 siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta sebelum dilaksanaan tindakan penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan konstekstual. Angket tersebut terdiri dari lima aspek kemampuan afektif yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Hasil angket kemampuan afektif siswa pra siklus tiap aspek disajikan pada Tabel 4.1. berikut.

5 Tabel 4.1. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus Tiap Aspek No Aspek Prosentase 1. Sikap 79,34 % 2. Minat 70,36 % 3. Konsep diri 64,06 % 4. Nilai 76,22 % 5. Moral 84,72 % Rata-Rata 74,94 % Aspek kemampuan afektif kemudian dijabarkan menjadi sepuluh indikator. Hasil angket kemampuan afektif siswa tiap indikator disajikan pada Tabel 4.2. berikut. Aspek sikap terbagi menjadi tiga indikator, aspek minat terbagi menjadi empat indikator, dan aspek konsep diri, nilai, dan moral. Tabel 4.2. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus Tiap Indikator No Indikator Prosentase 1. Kognisi (kepercayaan, ide, atau konsep) 84,03 % 2. Afeksi (Perasaan terhadap sesuatu) 73,26 % 3. Konasi (kecenderungan bertingkah laku) 80,73 % 4. Kesukaan (gairah dan inisiatif ) 67,01 % 5. Keterlibatan (kemauan, keuletan, dan kerja keras) 70,31 % 6. Ketertarikan (responsif dan kesegeraan) % 7. Perhatian (konsentrasi dan ketelitian 75,35 % 8. Konsep Diri (Pernyataan tentang kemampuan diri sendiri) 64,06 % 9. Nilai (Keyakinan seseorang tentang keadaan suatu obyek) 76,22 % 10. Moral (pendapat, tindakan yang baik dan tidak baik) 84,72 % Rata-Rata 74,44 % Berdasarkan Tabel 4.2. angket kemampuan afektif commit dan to lembar user observasi. Selama observasi, 38 dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan afektif siswa masih di bawah kriteria minimal yaitu 75 %. Ada lima dari sepuluh indikator serta dua dari lima aspek dibawah kriteria minimal yang seharusnya 75 % siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. b. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Pra Siklus Kemampuan afektif siswa dapat diukur dengan menggunakan

6 dilakukan pengamatan terhadap kemampuan afektif siswa. Hasil observasi kemampuan afektif siswa tiap aspek pra siklus disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus Tiap Aspek No Aspek Prosentase 1. Sikap 69,43 % 2. Minat 19,45 % 3. Konsep diri 11,11 % 4. Nilai 46,20 % 5. Moral 72,23 % Rata-Rata 43,68 % Aspek kemampuan afektif kemudian dijabarkan menjadi dua belas indikator. Hasil observasi kemampuan afektif siswa tiap indikator disajikan pada Tabel 4.4. berikut. Tabel 4.4.Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus Tiap Indikator No Hal yang diamati Prosentase 1. Siswa sungguh-sungguh selama mengikuti pembelajaran Fisika 58,3 % 2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 50,00 % 3. Siswa hadir mengikuti kegiatan pembelajaran 100,0 % 4. Siswa menggunakan buku panduan Fisika 41,67 % 5. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok 0,00 % 6. Siswa aktif dalam kegiatan praktikum Fisika 0,00 % 7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru 13,89 % 8. Siswa aktif mencatat materi yang disampaikan guru 41,67 % 9. Siswa berani maju ke depan kelas. 11,11 % 10. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru 47,20 % 11. Siswa berkomunikasi dengan guru secara santun 77,78 % 12. Siswa menggunakan seragam dengan rapi 66,67 % Rata-Rata 42,36 % Berdasarkan Tabel 4.4. hasil observasi kemampuan afektif siswa pra siklus menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan afektif siswa sebesar 42,36 % masih di bawah kriteria commit minimal to user yaitu 75 %. Ada sebelas dari dua 39

7 40 belas indikator dibawah kriteria minimal. Lima aspek kemampuan afektif yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral juga dibawah kriteria minimal yang seharusnya 75 % siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. c. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil wawancara menjadi salah satu data disamping hasil observasi dan angket. Wawancara kepada guru Fisika dan lima siswa kelas VIII-A dilaksanakan pada tanggal 1 April Wawancara terstruktur menggunakan pedoman wawacara yang sudah disiapkan. Isi pertanyaan wawancara mengenai pelaksanaan pembelajaran dan kemampuan afektif siswa. Guru Fisika SMP Muhammadiyah 1 Surakarta menyatakan bahwa permasalahan utama pelaksanaan pembelajaran Fisika adalah rendahnya minat siswa kepada mata pembelajaran Fisika. Hanya 50 % siswa yang aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Beberapa siswa yang aktif bersifat monoton. Saat pembelajaran Fisika beberapa siswa masih berbicara sendiri sehingga tidak mendengar ketika namanya dipanggil oleh guru. Rendahnya kemampuan afektif siswa terjadi karena pelaksanaan penilaian dan pembelajaran yang masih konvensional. Guru menyatakan bahwa selama ini hanya menggunakan pembelajaran konsep dengan metode ceramah. Penilaian pembelajaran yang digunakan juga masih konvensional, hnya menilai kemampuan kognitif siswa tanpa memperhitungkan proses yang dilaksanakan. Pernyataan salah satu siswa kelas VIII-A melalui kegiatan wawancara sesuai dengan pernyataan guru. Menurut siswa, Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dimengerti. Pendekatan pembelajaran yang masih bersifat konvensional seperti ceramah membuat siswa kurang berminat untuk belajar Fisika. Mengenai penilaian pembelajaran, siswa menyatakan bahwa guru biasa memberikan ulangan mencongak serta menilai kelengkapan catatan siswa.

8 41 Pelaksanaan pembelajaran Fisika berupa penilaian dan pendekatan pembelajaran yang masih bersifat konvensional menjadi sumber masalah sehingga berakibat pada rendahnya kemampuan afektif siswa. Padahal pada hakikatnya, pembelajaran Fisika menekankan pada proses dan sikap ilmiah sehingga lebih bermakna. Hasil wawancara prasiklus dengan guru dan siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 12 halaman 112 dan Lampiran 15 halaman 124. d. Analisis Kondisi Awal (Pra Siklus) Berdasarkan hasil angket, observasi dan wawancara, kemampuan afektif siswa kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta menunjukkan bahwa kemampuan afektif siswa masih di bawah kriteria minimal yang seharusnya 75 %. Oleh karena itu, diperlukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan afektif siswa. Tindakan tersebut berupa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual. Penilaian portofolio adalah kumpulan hasil karya, pekerjaan, atau tugas siswa. Karya-karya yang disusun berdasarkan urutan kategori kegiatan siswa itu dipilih dan dinilai sehingga dapat menggambarkan perkembangan kemampuan atau kompetensi siswa (Suwandi, 2009: 93-94). Kompetensi siswa yang dinilai dalam penilaian portofolio ini adalah kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Guru tidak hanya menilai hasil akhir pemahaman siswa, namun juga menilai keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Arifin (2012: 197) menyampaikan bahwa, Portofolio juga dapat dipandang sebagai collection of learning experience yang ada di dalam pikiran peserta didik, baik yang berwujud pengetahuan (cognitif), keterampilan (psychomotor) maupun sikap dan nilai (affective). Menurut Depdiknas (2007: 1) dapat dirangkum bahwa pembelajaran IPA hendaknya merevitalisasi keterampilan proses sains bagi siswa, guru, dan calon guru untuk mengembangkan kemampuan observasi, merencanakan penyelidikan, menafsirkan (interpretasi) data dan informasi (narasi, gambar, bagan, Tabel) serta menarik kesimpulan. Oleh karena itu,

9 42 diperlukan pendekatan proses dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika salah satunya adalah pendekatan kontekstual. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan proses pembelajaran yang berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Oka, 2011: 82). Kunandar (2009: 299) menyatakan bahwa, siswa aktif menjadi salah satu ciri pembelajaran kontekstual. Dengan pembelajaran kontekstual, siswa dituntut aktif sehingga kemampuan afektifnya meningkat. Pendekatan kontekstual mendukung pelaksanaan penilaian pembelajaran menggunakan penilaian portofolio sehingga penilaian portofolio dengan pendekatan kontekstual diharapkan mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa. Penerapan penilaian portofolio dengan pendekatan kontestual dilaksanakan di semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 pada materi pokok Alat Optik. Materi Alat Optik. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam beberapa siklus. Untuk menilai keberhasilan tindakan, setiap pelaksanaan siklus dilakukan observasi dan di akhir siklus diberikan angket kemampuan afektif kepada siswa. Siklus/daur dalam Penelitian Tindakan Kelas meliputi 4 tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). (Daryanto, 2012: 21) 2. Siklus I Siklus I terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Rincian kegiatan akan diuraikan sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus I Pada tahap ini, guru menyiapkan seluruh perangkat yang diperlukan sebelum tindakan. Menyiapkan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), rencana penilaian portofolio, dan rubrik penilaian portofolio.

10 43 Pendapat Kunandar dapat dirangkum bahwa penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut berupa karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didiknya. (2009: ) Menurut Arifin (2009: ) tahap penilaian portofolio dapat dirangkum yaitu menentukan tujuan dan fokus portofolio; menentukan isi portofolio; mengembangkan kriteria penilaian; menyusun format penilaian; mengidentifikasi pengorganisasian portofolio; menggunakan portofolio dalam praktik; menilai pelaksanaan portofolio; menilai portofolio secara umum. Penilaian portofolio yang dirancang diterapkan dengan pendekatan kotekstual. Tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual dapat dirangkum yaitu kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian autentik (Kunandar, 2009: ). Dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) disesuaikan dengan pendekatan kontekstual dan penerapan penilaian portofolio. Pelaksanaan siklus I direncanakan sebanyak 3 x 2 jam pelajaran. Tindakan pada siklus I dilaksanakan pada pokok materi Konsep Alat Optik, Mata, Cacat Mata dan Kaca Mata, Lup dan Kamera. Sesuai dengan komponen pembelajaran kontekstual, dalam menyusun RPP dan LKS metode pembelajaran yang digunakan adalah praktikum dan diskusi. Selama proses pembelajaran dilakukan penilaian portofolio untuk menilai proses dan hasil belajar siswa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 3, 10, dan 17 Mei Setiap pertemuan selama 2 x 40 menit.

11 44 1) Pertemuan Pertama Pada pertemuan pertama tanggal 3 Mei 2013, guru menyampaikan materi pembelajaran konsep Alat Optik dan Mata sebagai Alat Optik. Langkah pertama yang dilakukan guru adalah membagi siswa menjadi empat kelompok, kemudian membagikan LKS dan meminta siswa mendiskusikan konsep Alat Optik. Guru membantu siswa dengan memperlihatkan beberapa model Alat Optik yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menjelaskan Konsep Mata sebagai Alat Optik guru membagikan alat percobaan kepada siswa sehingga siswa dapat bereksperimen dan menemukan sendiri konsep mengenai Mata sebagai Alat Optik. Setelah siswa melakukan eksperimen, guru meminta siswa untuk mendiskusikan pertanyaan yang terdapat di dalam lembar kerja siswa supaya terbentuk kelompok belajar yang baik. Setelah diskusi selesai dilaksanakan, salah satu perwakilan kelompok diminta maju ke depan untuk menyampaikan hasil diskusi dan teman dari kelompok lain memberikan pertanyaan serta masukan. Dalam proses pembelajaran ini, semua siswa dituntut aktif. Selama proses pembelajaran guru melakukan penilaian portofolio berupa kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik siswa. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, siswa diminta membuat laporan percobaan yang ditulis tangan menggunakan format laporan ilmiah. Tugas laporan percobaan akan digunakan sebagai penilaian portofolio kemapuan kognitif. 2) Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua tanggal 10 Mei 2013, guru menyampaikan pokok materi Cacat Mata dan Kacamata. Di pertemuan ke dua, guru menggunakan metode eksperimen, diskusi dan tanya jawab. Sebelum kegiatan praktikum, guru membagi siswa ke dalam empat kelompok dan membagikan alat dan bahan yang diperlukan. Seperti pada pertemuan sebelumnya, siswa melakukan kegiatan praktikum kemudian

12 45 diskusi secara kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelas dan tanya jawab. Selama kegiatan pembelajaran pertemuan kedua, guru melakukan penilaian afektif dan psikomotorik masing-masing siswa dengan melakukan observasi. Untuk penilaian kognitif, siswa menulis hasil laporan ilmiah kegiatan percobaan yang dilakukan. Hasil penilaian siswa berupa kognitif, afektif, dan psikomotorik menjadi penilaian portofolio siswa. 3) Pertemuan Ketiga Pada pertemuan ke tiga tanggal 17 Mei 2013, guru menyampaikan pokok materi Lup dan Kamera. Di pertemuan ketiga, guru menggunakan metode eksperimen, diskusi dan tanya jawab. Sebelum kegiatan praktikum, guru membagi siswa ke dalam empat kelompok dan membagikan alat dan bahan yang diperlukan. Seperti pada pertemuan sebelumnya, siswa melakukan kegiatan praktikum kemudian diskusi secara kelompok, dilanjutkan dengan diskusi kelas dan tanya jawab. Selama kegiatan pembelajaran pertemuan kedua, guru melakukan penilaian afektif dan psikomotorik masing-masing siswa dengan melakukan observasi. Untuk penilaian kognitif, siswa menulis hasil laporan ilmiah kegiatan percobaan yang dilakukan. Hasil penilaian seswa berupa kognitif, afektif, dan psikomotorik menjadi penilaian portofolio siswa. c. Tahap Observasi Tindakan Siklus I Selama pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti melakukan observasi selama proses pembelajaran. Selain observasi, dilakukan pembagian angket kemampuan afektif kepada seluruh siswa serta melakukan wawancara kepada lima siswa. Hasil analisis angket kemampuan afektif serta hasil observasi sebagai berikut. Hasil perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 21 halaman 226.

13 1) Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa setelah Siklus I Angket kemampuan afektif diberikan kepada 36 siswa kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta setelah dilaksanakan tindakan siklus I penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan konstekstual. Angket siswa terdiri dari 40 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju, dan Tidak Setuju. Angket siswa terdiri dari lima aspek kemampuan afektif diantaranya sikap, minat, konsep diri, dan nilai. Hasil angket kemampuan afektif siswa kelas VIII-A tiap aspek setelah siklus I disajikan pada Tabel 4.5 berikut. Prosentase hasil angket kemampuan afektif siswa berkisar dari 61,98 % sampai 78, 93 % dengan rata-rata 75,30 %. Tabel 4.5. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I Tiap Aspek No Aspek Prosentase 1. Sikap 78,94 % 2. Minat 72,57 % 3. Konsep diri 61,98 % 4. Nilai 77,78 % 5. Moral 84,55 % Rata-Rata 75,16 % 46 Kemampuan afektif siswa pada siklus I berdasarkan hasil angket atiap spek disajikan pada diagram Gambar 4.1. PROSENTASE 100% 90% 80% 70% 60% 50% RATA-RATA ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF Siklus I Gambar 4.1. Diagram Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Aspek Siklus I

14 Aspek kemampuan afektif kemudian dijabarkan menjadi sepuluh indikator. Aspek Sikap teragi menjadi tiga indikator, aspek minat terbagi menjadi empat indikator, aspek konsep diri, aspek nilai, dan aspek moral. Hasil angket kemampuan afektif siswa tiap indikator disajikan pada Tabel 4.6 berikut. Tabel.4.6.Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I Tiap Indikator No Indikator Prosentase 1. Kognisi (kepercayaan, ide, atau konsep) 81,42 % 2. Afeksi (Perasaan terhadap sesuatu) 74,65 % 3. Konasi (kecenderungan bertingkah laku) 80,73 % 4. Kesukaan (gairah dan inisiatif ) 71,01 % 5. Keterlibatan (kemauan, keuletan, dan kerja keras) 73,44 % 6. Ketertarikan (responsif dan kesegeraan) 70,31 % 7. Perhatian (konsentrasi dan ketelitian 75,52 % 8. Konsep Diri (Pernyataan tentang kemampuan diri sendiri) 61,98 % 9. Nilai (Keyakinan seseorang tentang keadaan suatu obyek) 77,78 % 10. Moral (pendapat, tindakan yang baik dan tidak baik) 85,24 % Rata-Rata 75,21 % Kemampuan afektif siswa pada siklus I berdasarkan hasil angket tiap indikator disajikan pada diagram Gambar 4.2. PROSENTASE 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 47 INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF Siklus I Gambar 4.2 commit Diagram to user Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Indikator Siklus I

15 2) Hasil Penilaian Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kemampuan afektif siswa diukur dengan menggunakan angket kemampuan afektif dan lembar observasi. Prosentase hasil angket kemampuan afektif siswa berkisar dari 62,78 % sampai 84,72 % dengan rata-rata 73,57 %. Hasil observasi kemampuan afektif siswa selama siklus I tiap aspek dan tiap indikator disajikan pada Tabel 4.7. dan 4.8. berikut. Tabel 4.7. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus I Tiap Aspek No Aspek Prosentase 1. Sikap 81,48 % 2. Minat 62,78 % 3. Konsep diri 55,56 % 4. Nilai 83,33 % 5. Moral 84,72 % Rata-Rata 73,57 % 48 Kemampuan afektif siswa pada siklus I tiap aspek berdasarkan hasil observasi dapat dilihat pada diagram Gambar 4.3. berikut. PROSENTASE 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF Siklus I Gambar 4.3. Diagram Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Aspek Siklus I

16 Tabel 4.8. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I Tiap Indikator No Hal yang diamati Prosentase 1. Siswa sungguh-sungguh selama mengikuti pembelajaran Fisika 75,00 % 2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 69,44 % 3. Siswa hadir mengikuti kegiatan pembelajaran 100 % 4. Siswa menggunakan buku panduan Fisika 58,33 % 5. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok 66,67 % 6. Siswa aktif dalam kegiatan praktikum Fisika 72,22 % 7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru 55,56 % 8. Siswa aktif mencatat materi yang disampaikan guru 61,11 % 9. Siswa berani mengerjakan soal di depan kelas. 55,56 % 10. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru 83,33 % 11. Siswa berkomunikasi dengan guru secara santun 83,33 % 12. Siswa menggunakan seragam dengan rapi 86,11 % Rata-Rata 72,00 % 49 Kemampuan afektif siswa pada siklus I tiap aspek berdasarkan hasil observasi dapat dilihat pada diagram Gambar 4.4 berikut. PROSENTASE 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF Siklus I Gambar 4.4. Diagram Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIIIA Tiap Indikator Siklus I

17 d. Tahap Refleksi Tindakan Siklus I Berdasarkan Tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 74,34 % menjadi 75,30 % dengan kisaran nilai antara 61,98 % - 85,24 %. Meskipun dari beberapa aspek justru menunjukkan penurunan, namun hanya sedikit dan tidak berpengaruh. Peningkatan kemampuan afektif siswa dari kondisi pra siklus disajikan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus dan Siklusi I Tiap Aspek No Aspek Prosentase Pra Siklus Siklus 1 1. Sikap 79,34 % 78,94 % 2. Minat 70,36 % 72,57 % 3. Konsep diri 64,06 % 61,98 % 4. Nilai 76,22 % 77,78 % 5. Moral 84,72 % 84,55 % Rata-Rata 74,94 % 75,16 % 50 Tabel 4.9 disajikan berupa diagram pada Gambar 4.5 berikut. Pada gambar, diagram berwarna putih menunjukkan hasil kemampuan afektif pra siklus dan diagram berwarna hitam menunjukkan hasil kemampuan afektif setelah dilakukan tindakan pada siklus I. 100% 90% PROSENTASE 80% 70% 60% 50% RATA-RATA ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF Pra Siklus Siklus I Gambar 4.5. Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas commit VIII-A to user Angket Tiap Aspek Pra Siklus dan Siklus I

18 Berdasarkan hasil angket kemampuan afektif siswa per indikator yang ada di Tabel 4.9 menunjukkan peningkatan berdasarkan indikator maupun rata-rata kelas. Tujuh dari sepuluh indikator kemampuan afektif hasil angket siswa menunjukkan peningkatan meskipun tidak terlalu besar. Tujuh indikator tersebut adalah Afeksi, Kesukaan, Keterlibatan, Ketertarikan, Perhatian, Nilai, Moral. Rata-rata kemampuan afektif siswa meningkat dari siklus I sebesar 74,44 % meningkat sebesar 75,21 % pada siklus II. Perbandingan kemampuan afektif siswa pra siklus dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I disajikan pada Tabel Tabel Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus dan Siklus I Tiap Indikator No Indikator Prosentase Pra Siklus Siklus I 1. Kognisi (kepercayaan, ide, atau konsep) 84,03 % 81,42 % 2. Afeksi (Perasaan terhadap sesuatu) 73,26 % 74,65 % 3. Konasi (kecenderungan bertingkah laku) 80,73 % 80,73 % 4. Kesukaan (gairah dan inisiatif ) 67,01 % 71,01 % Keterlibatan (kemauan, keuletan, dan kerja 5. keras) 70,31 % 73,44 % 6. Ketertarikan (responsif dan kesegeraan) % 70,31 % 7. Perhatian (konsentrasi dan ketelitian 75,35 % 75,52 % Konsep Diri (Pernyataan tentang 8. kemampuan diri sendiri) 64,06 % 61,98 % Nilai (Keyakinan seseorang tentang 9. keadaan suatu obyek) 76,22 % 77,78 % Moral (pendapat, tindakan yang baik dan 10. tidak baik) 84,72 % 85,24 % Rata-Rata 74,44 % 75,21 % 51 Berdasarkan Tabel 4.10 disajikan diagram Gambar 4.6 berikut. Pada gambar, diagram berwarna putih menunjukkan hasil kemampuan afektif pra siklus dan diagram berwarna hitam setelah dilakukan tindakan pada siklus I.

19 52 100% PROSENTASE 90% 80% 70% 60% 50% INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF Pra Siklus Siklus I Gambar 4.6. Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Angket Tiap Indikator Pra Siklus dan Siklus I Hasil observasi kemampuan afektif siswa menunjukkan hasil yang sesuai dengan angket. Berdasarkan Tabel 4.7. dapat hasil observasi kemampuan afektif siswa disimpulkan bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 43,68 % menjadi 73,57 % dengan kisaran nilai antara 55,56 % - 84,72 %. Seluruh aspek mengalami peningkatan dari keadaan pra siklus. Peningkatan kemampuan afektif siswa dari keadaan prasiklus disajikan pada Tabel 4.11 berikut. Tabel Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus dan Siklus I Tiap Aspek No Aspek Prosentase Pra Siklus Siklus I 1. Sikap 69,43 % 81,48 % 2. Minat 19,45 % 62,78 % 3. Konsep diri 11,11 % 55,56 % 4. Nilai 46,20 % 83,33 % 5. Moral 72,23 % 84,72 % Rata-Rata 43,68 % 73,57 % Peningkatan kemampuan afektif siswa pada siklus I dari pra siklus tiap aspek berdasarkan hasil commit observasi to user dapat dilihat pada diagram Gambar

20 4.7 berikut. Pada gambar, diagram berwarna putih menunjukkan hasil kemampuan afektif pra siklus dan diagram berwarna hitam menunjukkan hasil kemampuan afektif setelah dilakukan tindakan pada siklus I. PROSENTASE 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 53 ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF Pra Siklus Siklus I Gambar 4.7 Diagram Observasi Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Aspek Pra Siklus dan Siklus I Berdasarkan Tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 41,90 % menjadi 69,44 % dengan kisaran nilai antara 22,22 % - 86,11 %. Dua belas indikator mengalami peningkatan dari pra siklus. Peningkatan kemampuan afektif siswa berdasarkan aspek dan indikator pada siklus I terjadi karena telah dilaksanakan tindakan berupa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual di kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual menuntut siswa untuk lebih aktif pada setiap proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa. Peningkatan kemampuan afektif siswa hasil observasi disajikan pada Tabel 4.12 berikut.

21 54 Tabel Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus dan Siklus I Tiap Indikator No Hal yang diamati Prsentase Pra Siklus Siklus I 1. Siswa sungguh-sungguh selama mengikuti pembelajaran Fisika 58,30 % 75,00 % 2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 50,00 % 69,44 % 3. Siswa hadir mengikuti kegiatan pembelajaran 100,0 % 100,0 % 4. Siswa menggunakan buku panduan Fisika 41,67 % 58,33 % 5. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok 0,00 % 66,67 % 6. Siswa aktif dalam kegiatan praktikum Fisika 0,00 % 72,22 % 7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru 13,89 % 55,56 % 8. Siswa aktif mencatat materi yang disampaikan guru 41,67 % 61,11 % 9. Siswa berani mengerjakan soal di depan kelas. 11,11 % 55,56 % Siswa mengerjakan tugas yang diberikan 10. oleh guru 47,20 % 83,33 % Siswa berkomunikasi dengan guru secara 11. santun 77,78 % 83,33 % 12. Siswa menggunakan seragam dengan rapi 66,67 % 86,11 % Rata-Rata 42,36 % 72,00 % Peningkatan kemampuan afektif siswa pada siklus I dari pra siklus digambarkan pada Gambar 4.8 berikut. PROSENTASE 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF Pra Siklus Siklus I Gambar 4.8. Diagram Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Indikator Pra Siklus dan Siklus I

22 55 Peningkatan kemampuan afektif siswa diikuti peningkatan hasil nilai kognitif siswa. Rata-rata nilai kognitif siswa pra siklus menunjukkan hasil 6,98 setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I menggunakan penilaian disajikan pada Lampiran 18 halaman 216. Analisis hasil nilai kognitif siswa siklus I disajikan pada Lampiran 18 halaman 176. Peningkatan nilai kemampuan afektif siswa yang sesuai dengan peningkatan nilai kemampuan kognitif siswa menunjukkan kesesuaian dengan teori. Peningkatan nilai kognitif siswa siklus I belum terlalu signifikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa mengenai hasil yang telah diperoleh serta proses yang telah dilakukan. Pelaksanaan tindakan pada siklus I berupa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual menunjukkan hasil yang cukup baik jika dibandingkan sebelum tindakan. Proses pembelajaran yang sebelumnya menggunakan pendekatan konsep berubah total setelah dilakukan pendekatan kontekstual. Pelaksanaan pembelajaran lebih sering dilaksanakan di laboratorium dibanding di kelas. Pelaksanaan pembelajaran pada materi konsep Alat Optik Mata, Mata sebagai Alat Optik, Cacat Mata dan Kacamata, Lup, dan amera membutuhkan peralatan kit Optik. Selama proses pembelajaran, siswa menggunakan kit Optik bersama kelompok. Namun, pelaksanaan pembelajaran kurang sedikit terhambat karena siswa baru mengenal alat- Alat Optik yang digunakan. Belajar di laboratorium juga menjadi pengalaman yang baru untuk siswa, sehingga memerlukan waktu yang agak lama untuk siswa beradaptasi dengan ruang laboratorium. Meskipun demikian, kemampuan afektif siswa aspek sikap dan minat meningkat. Kegiatan diskusi kelompok kurang berjalan maksimal karena siswa tidak terbiasa melakukan kegiatan diskusi kelompok sebelumnya. Tidak ada yang sungkan saat perwakilan kelompok diminta maju ke depan meskipun kemampuan menyampaikan masih kurang. Kemampuan afektif siswa aspek konsep diri, nilai, dan moral terlatih dalam tahap ini. Siswa mulai bertanya

23 56 kepada guru, namun beberapa siswa masih menggunakan komunikasi yang kurang sopan terhadap guru. Setelah kegiatan praktikum dan diskusi kelompok, siswa diminta membuat laporan praktikum secara individu. Kemampuan afektif siswa aspek konsep diri, nilai, dan moral diuji dalam tahap ini. Beberapa siswa masih mencontek pekerjaan temannya serta masih ada yang mengumpulkan melebihi waktu yang telah ditentukan. Siswa mulai belajar dengan penulisan laporan ilmiah dan mengalami kemajuan yang cukup baik. Analisis hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan angket dan observasi menunjukkan bahwa ada beberapa indikator kemampuan afektif siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan. Beberapa indikator kemampuan afektif yang belum tuntas mempengaruhi hasil akhir nilai kognitif siswa yang meningkat tidak terlalu signifikan. Oleh karena itu tindakan dilanjutkan pada siklus II. 3. Siklus II Siklus II terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Rincian kegiatan akan diuraikan sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II Langkah pertama yaitu merencanakan tindakan siklus II berdasarkan refleksi pada siklus I. Pada tahap perencanaan tindakan siklus II, guru menyiapkan seluruh perangkat yang diperlukan sebelum tindakan. Selanjutnya menyiapkan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), rencana penilaian portofolio, dan rubrik penilaian portofolio. Pelaksanaan siklus I direncanakan sebanyak 2 x 2 jam pelajaran. Tindakan pada siklus I dilaksanakan pada pokok materi Mikroskop sebagai Alat Optik, Teleskop sebagai Alat Optik, dan Periskop sebagai Alat Optik. Sesuai dengan komponen pembelajaran kontekstual, dalam menyusun RPP dan LKS metode pembelajaran yang digunakan adalah praktikum dan diskusi. Selama proses pembelajaran dilakukan penilaian portofolio untuk

24 57 menilai proses dan hasil belajar siswa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 24 dan 31 Mei Setiap pertemuan selama 2 x 40 menit. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 24 Mei Guru menyampaikan materi pembelajaran Mikroskop sebagai Alat Optik dan Teleskop sebagai Alat Optik. Langkah pertama yang dilakukan guru adalah membagi siswa menjadi empat kelompok, kemudian membagikan LKS dan meminta siswa melakukan praktikum. Siswa melakukan kegiatan praktikum dan diskusi secara kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelas dan tanya jawab. Selama kegiatan pembelajaran, guru melakukan penilaian afektif dan psikomotik masingmasing siswa. Untuk penilaian kognitif portofolio, siswa menulis hasil laporan ilmiah kegiatan percobaan yang dilakukan. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan tanggal 31 Mei Guru menyampaikan pokok materi Periskop sebagai Alat Optik. Di pertemuan ke lima, siswa diminta membuat sebuah produk periskop sederhana. Sebelum kegiatan, guru membagi siswa ke dalam empat kelompok dan membagikan alat dan bahan yang diperlukan. Siswa membuat produk periskop sederhana secara kelompok kemudian melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan. Selama kegiatan pembelajaran pertemuan kedua, guru melakukan penilaian afektif dan psikomotorik masing-masing siswa. Untuk penilaian kognitif portofolio, siswa menulis hasil laporan ilmiah kegiatan percobaan yang dilakukan. Setelah kegiatan membuat produk selesai dilakukan tes akhir untuk melihat kepahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

25 c. Tahap Observasi Tindakan Siklus II Selama pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti melakukan observasi saat proses pembelajaran. Selain observasi, peneliti juga membagikan angket kemampuan afektif kepada seluruh siswa serta melakukan wawancara kepada lima siswa. Hasil analisis angket kemampuan afektif serta hasil observasi sebagai berikut. 1) Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Angket kemampuan afektif diberikan kepada 36 siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta setelah dilaksanaan tindakan penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual. Angket tersebut terdiri dari lima aspek kemampuan afektif. Hasil angket kemampuan afektif siswa tiap aspek setelah siklus II ditunjukkan pada Tabel 4.9. Hasil angket kemampuan afektif siswa tiap indikator setelah siklus II disajikan pada Tabel 4.13 berikut. Tabel Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Aspek No Aspek Prosentase 1. Sikap 83,68 % 2. Minat 78,78 % 3. Konsep diri 75,17 % 4. Nilai 79,12 % 5. Moral 85,94 % Rata-Rata 80,53 % Hasil angket kemampuan afektif siswa tiap aspek disajikan pada Gambar 4.9 berikut. 58 PROSENTASE 100% 90% 80% 70% 60% 50% ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF Siklus II Gambar 4.9. Diagram Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A commit Tiap Aspek to user Siklus II

26 Hasil agket kemampuan afektif siswa berdasarkan aspek kemampuan afektif siswa dijabarkan menjadi 10 indikator. Hasil angket kemampuan afektif siswa kelas VIII-A Siklus II tiap indikator disajikan pada Tabel Tabel Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Indikator No Indikator Prosentase 1. Kognisi (kepercayaan, ide, atau konsep) 86,11 % 2. Afeksi (Perasaan terhadap sesuatu) 80,04 % 3. Konasi (kecenderungan bertingkah laku) 84,90 % 4. Kesukaan (gairah dan inisiatif ) 76,91 % 5. Keterlibatan (kemauan, keuletan, dan kerja keras) 79,34 % 6. Ketertarikan (responsif dan kesegeraan) 77,60 % 7. Perhatian (konsentrasi dan ketelitian 81,25 % 8. Konsep Diri (Pernyataan tentang kemampuan diri sendiri) 75,17 % 9. Nilai (Keyakinan seseorang tentang keadaan suatu obyek) 79,17 % Moral (pendapat, tindakan yang baik dan tidak 10. baik) 85,94 % Rata-Rata 80,64 % 59 Berdasarkan Tabel 4.14 diagram hasil angket kemampuan afektif siswa tiap indikator setelah dilaksanakan tindakan siklus II disajikan pada Gambar 4.10 berikut. PROSENTASE 100% 90% 80% 70% 60% 50% INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF Siklus II Gambar Diagram Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas commit VIII-A to user Tiap Indikator Setelah Siklus II

27 2) Hasil Penilaian Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kemampuan afektif siswa diukur dengan menggunakan angket kemampuan afektif dan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi kemampuan afektif siswa selama siklus II disajikan pada Tabel berikut. Tabel Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Aspek No Aspek Prosentase 1. Sikap 87,03 % 2. Minat 78,33 % 3. Konsep diri 75,00 % 4. Nilai 88,88 % 5. Moral 84,72 % Rata-Rata 82,79 % 60 Berdasarkan Tabel Hasil observasi kemampuan afektif siswa selama siklus II disajikan dengan diagram pada Gambar 4.11 berikut. PROSENTASE 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF Siklus II Gambar 4.11.Diagram Observasi Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Aspek Siklus II

28 Hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan observasi selama siklus II dibagi menjadi 12 indikator. Hasil observasi siklus II tiap indikator disajikan pada Tabel 4.16 berikut. Tabel 4.16 Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Indikator No Hal yang diamati Prosentase 1. Siswa sungguh-sungguh selama mengikuti pembelajaran Fisika 83,33 % 2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 77,78 % 3. Siswa hadir mengikuti kegiatan pembelajaran 100 % 4. Siswa menggunakan buku panduan Fisika 75,00 % 5. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok 77,78 % 6. Siswa aktif dalam kegiatan praktikum Fisika 80,55 % 7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru 75,00 % 8. Siswa aktif mencatat materi yang disampaikan guru 83,33 % 9. Siswa berani mengerjakan soal di depan kelas. 75,00 % Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh 10. guru 88,88 % 11. Siswa berkomunikasi dengan guru secara santun 86,11 % 12. Siswa menggunakan seragam dengan rapi 83,33 % Rata-Rata 82,17 % Berdasarkan Tabel 4.16 hasil observasi kemampuan afektif siswa selama siklus II disajikan dengan diagram pada Gambar PROSENTASE 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF Siklus II Gambar 4.12.Diagram commit Observasi to user Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Indikator Siklus II

29 d. Tahap Refleksi Tindakan Siklus II Berdasarkan Tabel dapat disimpulkan bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 75,30 % menjadi 80,53 % dengan kisaran nilai antara 75,17 % - 85,94 %. Prosentase aspek sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral mengalami kenaikan. Berdasarkan Tabel kemampuan afektif siswa menunjukkan peningkatan dari siklus II. Rata-rata kemampuan afektif siswa sebesar 80,53 % sudah di atas kriteria minimal yaitu 75,00 %. Seluruh aspek kemampuan afektif menunjukkan nilai di atas kriteria minimal. Perbandingan siklus II dari siklus I disajikan pada Tabel berikut. Tabel Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I dan Siklus II Tiap Aspek No Aspek Prosentase Siklus I Siklus II 1. Sikap 78,93 % 83,68 % 2. Minat 72,57 % 78,78 % 3. Konsep diri 61,98 % 75,17 % 4. Nilai 77,78 % 79,12 % 5. Moral 85,24 % 85,94 % Rata-Rata 75,30 % 80,53 % Tabel 4.17 disajikan dalam diagram pada Gambar 4.13 berikut. 100% 90% 62 PROSENTASE 80% 70% 60% 50% ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF Gambar Siklus I Siklus II Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Angket Tiap Aspek Siklus I dan Siklus commit II to user

30 Berdasarkan Tabel 4.14, hasil angket kemampuan afektif siswa per indikator menunjukkan peningkatan berdasarkan indikator maupun rata-rata kelas. Kisaran nilai 75,17 % % dengan rata-rata kelas sebesar 80,64 %. Perbandingan hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan angket tiap indikator antara siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 4.18 berikut. Tabel Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I dan Siklus II Tiap Indikator No Indikator Prosentase Siklus I Siklus II 1. Kognisi (kepercayaan, ide, atau konsep) 81,42 % 86,11 % 2. Afeksi (Perasaan terhadap sesuatu) 74,65 % 80,04 % 3. Konasi (kecenderungan bertingkah laku) 80,73 % 84,90 % 4. Kesukaan (gairah dan inisiatif ) 71,01 % 76,91 % Keterlibatan (kemauan, keuletan, dan kerja 5. keras) 73,44 % 79,34 % 6. Ketertarikan (responsif dan kesegeraan) 70,31 % 77,60 % 7. Perhatian (konsentrasi dan ketelitian 75,52 % 81,25 % Konsep Diri (Pernyataan tentang 8. kemampuan diri sendiri) 61,98 % 75,17 % Nilai (Keyakinan seseorang tentang 9. keadaan suatu obyek) 77,78 % 79,17 % Moral (pendapat, tindakan yang baik dan 10. tidak baik) 85,24 % 85,94 % Rata-Rata 75,21 % 80,64 % Tabel 4.18 disajikan dalam diagram pada Gambar 4.14 berikut. 100% 90% 63 PROSENTASE 80% 70% 60% 50% INDIKATOR KEMAMPUAN Siklus I Siklus II Gambar Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Angket Tiap Indikator Setelah Siklus commit I dan to user Setelah Siklus II

31 Tabel 4.15 merupakan hasil observasi kemampuan afektif siswa menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan afektif siswa sebesar 80,09 % sudah di atas kriteria minimal yaitu 75,00 %. Seluruh aspek kemampuan afektif juga menunjukkan nilai di atas kriteria minimal. Berdasarkan Tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 66,90 % menjadi 76,68 % dengan kisaran nilai antara 27,78 % - 90,28 %. Seluruh aspek mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Perbandingan hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan indikator masing-masing aspek disajikan pada Tabel berikut. Tabel Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Aspek No Prosentase Aspek Siklus I Siklus II 1. Sikap 81,48 % 87,03 % 2. Minat 62,78 % 78,33 % 3. Konsep diri 55,56 % 75,00 % 4. Nilai 83,33 % 88,88 % 5. Moral 84,72 % 84,72 % Rata-Rata 73,57 % 82,79 % Tabel 4.19 disajikan dalam diagram pada Gambar 4.15 berikut. 64 PROSENTASE 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF Siklus I Siklus II Gambar Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Observasi Tiap Aspek Siklus I dan Siklus II

32 Tabel hasil observasi kemampuan afektif siswa per indikator selama siklus II dapat disimpulkan bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 69,44 % menjadi 80,09 % dengan kisaran nilai antara 75,00 % - 88,88 %. Dua belas indikator mengalami peningkatan dari siklus I. Perbandingan antara siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 4.20 berikut. Tabel Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I dan Siklus II Tiap Indikator No Hal yang diamati Prosentase Siklus I Siklus II 1. Siswa sungguh-sungguh selama mengikuti pembelajaran Fisika 75,00 % 83,33 % 2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 69,44 % 77,78 % 3. Siswa hadir mengikuti kegiatan pembelajaran 100 % 100 % 4. Siswa menggunakan buku panduan Fisika 58,33 % 75,00 % 5. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok 66,67 % 77,78 % 6. Siswa aktif dalam kegiatan praktikum Fisika 72,22 % 80,55 % 7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru 55,56 % 75,00 % 8. Siswa aktif mencatat materi yang disampaikan guru 61,11 % 83,33 % 9. Siswa berani mengerjakan soal di depan kelas. 55,56 % 75,00 % Siswa mengerjakan tugas yang diberikan 10. oleh guru 83,33 % 88,88 % Siswa berkomunikasi dengan guru secara 11. santun 83,33 % 86,11 % 12. Siswa menggunakan seragam dengan rapi 86,11 % 83,33 % Rata-Rata 72,22 % 82,17 % 65 Tabel hasil observasi kemampuan afektif siswa kelas VIII-A Siklus I dan Siklus II tiap indikator disajikan dalam diagram pada Gambar 4.16 berikut.

33 66 PROSENTASE 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF Gambar Siklus I Siklus II Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Observasi Tiap Indikator Siklus I dan Siklus II Pelaksanaan tindakan pada siklus II berupa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual menunjukkan peningkatan kemampuan afektif siswa dari siklus I. Siswa sudah mulai mengenal alat-alat praktikum yang digunakan serta tahu apa fungsi dan cara menggunakannya. Aspek sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran Fisika meningkat karena pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu siswa kelas VIII-A saat wawancara. Penerapan penilaian portofolio yang menilai proses pembelajaran menuntut siswa untuk lebih aktif saat kegiatan pembelajaran. Siswa tidak lagi sungkan saat bertanya, menyampaikan pendapat, dan diskusi kelompok. Aspek konsep diri siswa meningkat karena penilaian tidak dilakukan dengan menegangkan. Aspek nilai dan moral siswa meningkat selama proses pembelajaran. Siswa menyadari bahwa belajar Fisika sangat bermanfaat. Tabel 4.2 menunjukkan kemmapuan afektif siswa menurun pada indikator

34 Hal ini terjadi karena guru kurang memperhatikan factor tersebut meskipun secara rata-rata kemampuan afektif siswa aspek moral meningkat. Peningkatan kemampuan afektif siswa siklus II dari siklus I diikuti dengan peningkatan nilai kemampuan kognitif siswa. Rata-rata nilai kognitif siswa siklus II yaitu 8,44 meningkat 1,08 dari hasil siklus I sebesar 7,36. Peningkatan nilai kognitif siswa yang sesuai dengan peningkatan nilai kemampuan afektif siswa menunjukkan hasil yang sesuai dengan teori. Analisis hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan angket dan observasi menunjukkan bahwa semua aspek indikator kemampuan afektif siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan. Oleh karena itu, tindakan dihentikankan pada siklus II. D. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa baik sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Peningkatan kemampuan afektif siswa dapat dilihat selama proses pembelajaran Fisika melalui observasi serta pernyataan siswa melalui angket dan wawancara. Berdasarkan wawancara siswa, penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual lebih menyenangkan dan membuat Fisika lebih menarik untuk dipelajari. Beberapa siswa berpendapat setelah dilaksanakan perlakuan membuat siswa lebih bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Penerapan penilaian dan pembelajaran yang bertumpu pada siswa membuat siswa lebih aktif dan pembelajaran lebih bermakna. Penilaian portofolio adalah penilaan yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu (Kemendikbud, 2013: 5). Penerapan penilaian portofolio yang commit menilai to user seluruh kegiatan siswa dari proses

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM KELAS VII SMP NEGERI 2 BAKI TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data dan Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas X-1 SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011. Data sekolah beserta data dan deskripsi

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan persiapan penelitian sebagai berikut: 1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sekarang sedang menghadapi tantangan yang hebat. Tuntutan untuk mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan mutlak harus

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Diah Nugraheni Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang email: diah_fisika@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA-KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PERCOBAAN SEDERHANA BERBASIS BAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 2 MUARA BATU Juwairiah 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rejondani Prambanan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 1 Klaten Utara. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

ZULFA SAFITRI A54F100040

ZULFA SAFITRI A54F100040 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ( CTL) PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 SUGIHMANIK KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2012 /2013

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SDN Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang terletak di lingkungan rumah warga dan jauh dari pasar

Lebih terperinci

C027. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRAK

C027. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret   ABSTRAK C027 PENINGKATAN MINAT BELAJAR BIOLOGI SISWA MELALUI Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) BERBANTUAN MODUL PADA SISWA KELAS VII-D SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 Evin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin maju suatu Negara, mendorong setiap warga negaranya untuk ikut mengembangkan diri dalam berbagai pengetahuan dan kemampuan seoptimal mungkin. Bagi yang kurang

Lebih terperinci

Grafik Hasil Belajar Sebelum Tindakan

Grafik Hasil Belajar Sebelum Tindakan BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra Tindakan Pelaksanaan tindakan penelitian berdasarkan hasil belajar aspek kognitif siswa sebelum tindakan pada mata pelajaran Fisika tahun ajaran 2014/2015.

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS IX SEMESTER I SMP NEGERI 21 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2008/2009 1 Oleh:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas X.3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Proses PTK merupakan proses siklus yang dimulai dari menyusun

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Proses PTK merupakan proses siklus yang dimulai dari menyusun 24 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan PTK. Penelitian ini bersifat kualitatif karena berupaya menghasilkan

Lebih terperinci

SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO.

SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO. SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO Skripsi Oleh: HANDAYANI K. 4303031 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM Tri Sari Wijayanti Guru IPA SMAN 7 Mataram E-mail:- ABSTRAK:

Lebih terperinci

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 2, Oktober 2014 ISSN 2087-3557 PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI AJAR POWER POINT (PPt) SMP Teuku Umar Semarang Abstrak

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN KELAS 3 SD

PENERAPAN PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN KELAS 3 SD PENERAPAN PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN KELAS 3 SD Nur Laili Lutfianah 158620600153/VI/B2/S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Laili.novandana

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI PEMBELAJARAN ALAT OPTIK DENGAN METODE GI PADA SISWA KELAS 8C SEMESTER GENAP SMP N 4 SURAKARTA TAHUN 2011/2012.

PENINGKATAN PRESTASI PEMBELAJARAN ALAT OPTIK DENGAN METODE GI PADA SISWA KELAS 8C SEMESTER GENAP SMP N 4 SURAKARTA TAHUN 2011/2012. PENINGKATAN PRESTASI PEMBELAJARAN ALAT OPTIK DENGAN METODE GI PADA SISWA KELAS 8C SEMESTER GENAP SMP N 4 SURAKARTA TAHUN 2011/2012. Endang Teguh Rahaju SMP Negeri 4 Surakarta, Jl D.I Panjaitan No. 14 Surakarta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA INDIKATOR KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN NGLETIH KABUPATEN KEDIRI YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Oleh: Samino Sangadji, Sularmi, Yulianti

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Oleh: Samino Sangadji, Sularmi, Yulianti 1 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL Oleh: Samino Sangadji, Sularmi, Yulianti Program PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Tujuan penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2 Dinamika Vol. 4, No. 3, Januari 2014 ISSN 0854-2172 PEMBELAJARAN PROGRAM APLIKASI MICROSOFT WORD MELALUI PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DISERTAI LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII A SMPN 1 KEMUSU BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Panjang Utara Bandar Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan September

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA adalah mata pelajaran fisika. Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Kondisi Awal Sebelum penelitian dilakukan perlu diketahui kondisi pembelajaran Matematika di kelas 3 dalam materi operasi hitung

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VIIF SMP NEGERI 2 GAMPING Oleh: Intan Mira Depita 11144100190 Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas, dilaksanakan dalam 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Setting Penelitian 3.1.1. Setting Waktu Pelaksanaan penelitian direncanakan berlangsung dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2012. Adapun jadwal penelitian adalah

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH DYAH LUSIANA A54F ABSTRAK

PUBLIKASI ILMIAH DYAH LUSIANA A54F ABSTRAK PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 5 KARANGRAYUNG KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN TAHUN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di SD Negeri Kumesu 01 Reban Batang Semester II tahun pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN AWAL Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan, terdapat masalah dalam sistem pembelajaran di kelas VII E yaitu ketidakbiasaan siswa untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian 1. Pra siklus Pada tahap pra siklus ini yang dilakukan oleh peneliti berupa pendokumentasian daftar nama, daftar nilai peserta didik, dan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 PENERAPAN MODEL

Lebih terperinci

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang. 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-A MTs MIFTAHUL ULUM BATOK, MADIUN Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Kondisi Awal Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Growong Lor 3 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. SD ini merupakan SD di tengah desa yang terletak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

Novi Arrum Mustika SMP Negeri 2 Bungkal. Erika Eka Santi M.Si Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Novi Arrum Mustika SMP Negeri 2 Bungkal. Erika Eka Santi M.Si Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERAPAN MODEL ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION (ARIAS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BUNGKAL Novi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian SMP Muhammadiyah 4 Sambi merupakan perubahan dari Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah Sambi yang berdiri

Lebih terperinci

Oleh: Dian Kartika Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Oleh: Dian Kartika Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS WACANA NARASI DENGAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 3 KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Dian Kartika Sari program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu kajian, refleksi diri, serta tindakan terhadap proses pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DAN MODEL PROBLEM BASEDINSRUCTION (PBI) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DAN MODEL PROBLEM BASEDINSRUCTION (PBI) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DAN MODEL PROBLEM BASEDINSRUCTION (PBI) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Bahagian ini menguraikan tentang Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan 1. Data dan Deskripsi Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas X 1 SMA Negeri 3 Boyolali tahun pelajaran 2014/2015. Data sekolah beserta

Lebih terperinci

Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5

Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA 1 DI SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu penelitian yang berfokus dalam situasi kelas, dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) penelitian tindakan kelas ini bertujuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI PLUPUH I TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh : ARIKA YULIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEAKTIFAN BERDISKUSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VII SMP NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN DD/CT DENGAN MEDIA POWER POINT PADA MATERI BUMI DAN BENDA LANGIT SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA 2 SMK N 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan komunikasi siswa dapat mendiskusikan pendapat-pendapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dengan komunikasi siswa dapat mendiskusikan pendapat-pendapat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada hakikatnya proses komunikasi, yaitu proses penyampian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan (Ambar, 2012:104). Dengan komunikasi siswa

Lebih terperinci

*Keperluan korespondensi, HP: ,

*Keperluan korespondensi, HP: , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 6 No. 2 Tahun 2017 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 128-134 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi.

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi. USAHA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN AJARAN 2013 / 2014 JURNAL PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1 Dalam Siklus 1 terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) Pada siklus

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. 1 Metode yang digunakan pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar, 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok dalam proses pendidikan disekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan belajar. Membelajarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SDN 1 Krobokan Kecamatan Juwangi Kabupaten Boyolali Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di SDN 1 Krobokan Kecamatan Juwangi Kabupaten

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: hasil belajar IPA-Fisika, permainan monopoli

Abstrak. Kata kunci: hasil belajar IPA-Fisika, permainan monopoli PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA-FISIKA MELALUI PERMAINAN MONOPOLI BAGI SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GAJAH DEMAK SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2008/2009 1) Oleh : Riyanti 2) dan Wawan Kurniawan 3) Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. (Trianto 2011:30), berpendapat bahwa :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. (Trianto 2011:30), berpendapat bahwa : 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pengertian PTK Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Sebelum pelaksanaan PPL banyak hal yang perlu dipersiapkan dan dilaksanakan oleh mahasiswa. Beberapa hal yang dilakukan mahasiswa dalam rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58) 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58) mengemukakan penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI LEMBAR KERJA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP N 21 SURAKARTA Skripsi Oleh : Siti Mutmainah K4303060 FAKULTAS

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology Vol. 1, No. 2, Desember 2016. Hal 199 208. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 1 (1) (2012) 57-62 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii UPAYA MENGEMBANGKAN LEARNING COMMUNITY SISWA KELAS X SMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Lebih terperinci

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SEJARAH KELAS VII SMP NEGERI 1 MALANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 JURNAL OLEH YENI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli Andi Rahmi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1 19 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1 Tumijajar semester ganjil pada pokok bahasan Impuls dan Momentum tahun pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu Negara terbesar didunia yang termasuk kategori Negara berkembang yang saat ini menempatkan pendidikan sebagai fondasi dan atau penunjang

Lebih terperinci

AGUNG SUPRIYANTO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto

AGUNG SUPRIYANTO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF DENGAN MODEL BAMBOO DANCING (TARI BAMBU) UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI EKOSISTEM KELAS VII B SMP NEGERI 2 TOROH TAHUN AJARAN 2012/2013 AGUNG SUPRIYANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia salah satunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Diskripsi Per Siklus 4.1.1. Pelaksanaan Siklus I 4.1.1.1.Perencanaan Setelah berdiskusi dengan teman sejawat, peneliti menentukan pendekatan CTL (Contextual

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN SISWA KELAS VII SMP AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pratindakan Kegiatan pratindakan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal objek penelitian sebelum diberi tindakan. Kegiatan

Lebih terperinci

Oleh: RISA AMALIA A

Oleh: RISA AMALIA A PENERAPAN STRATEGI TRUE OR FALSE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 7 JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Arif Abdul Karim Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI.

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI. METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI Yendina Saragih Guru SMP Negeri 8 Tebing Tinggi Email: saragihyendina@yahoo.co.id

Lebih terperinci

JEMBER TAHUN PELAJARAN

JEMBER TAHUN PELAJARAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING MODEL PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MATERI MENGIDENTIFIKASIKAN CIRI- CIRI NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU BAGI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini adalah model Kemmis & MC Taggart dengan pertimbangan model penelitian

METODE PENELITIAN. ini adalah model Kemmis & MC Taggart dengan pertimbangan model penelitian 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sedangkan model PTK yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpukan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. (Kunandar,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpukan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. (Kunandar, 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Bodgan dan Taylor metodologi adalah proses, prinsif dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban sedangkan Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, membaca maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, membaca maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, membaca maupun menulis tidak lepas dari penguasaan aspek kebahasaan. Terlebih dalam keterampilan menulis

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN Dwi Muchindasari SMP Negeri 4 Madiun E-mail: dwimuchin@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SEPAT 2 SRAGEN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar 19 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 32 siswa, terdiri dari

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN APLIKASI PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan) MODEL RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN 2006-2007 HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Kasbolah (1998) Penelitian tindakan (action research) merupakan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Kasbolah (1998) Penelitian tindakan (action research) merupakan BAB III METODELOGI PENELITIAN Menurut Kasbolah (1998) Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci