BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis dalam penelitian ini dilakukan pada setiap unit analisis berupa kalimat (teks), gambar, dan tabel yang terdapat pada buku teks pelajaran Kurikulum 2013 di jenjang SD, SMP, dan SMA. Adapun hasil analisis dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Temuan Perubahan Keberadaan Persoalan dalam Konsep Sistem Reproduksi pada Buku Teks Pelajaran di Jenjang SD, SMP, dan SMA Hasil analisis mengenai temuan perubahan-perubahan keberadaan persoalan dalam konsep yang terdapat dalam buku teks pelajaran pada jenjang SD, SMP, dan SMA yakni sebagai berikut: a. Penambahan Persoalan dalam Konsep (Penambahan Persoalan Baru dan Penambahan Kedalaman serta Keluasan Persoalan dalam Konsep) Berdasarkan Lampiran 6, hasil perhitungan persentase penemuan jumlah persoalan dalam konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran di jenjang SD (3,21%), SMP (43%), dan SMA (92,04%). Berdasarkan hasil perhitungan persentase tersebut, dapat diketahui bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan maka persoalan-persoalan dalam konsep sistem reproduksi yang ditemukan semakin banyak. Persentase jumlah persoalan dalam konsep yang meningkat pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan adanya penambahan kedalaman dan 86

2 keluasan persoalan dalam konsep materi sistem reproduksi pada buku teks pelajaran. Penambahan kedalaman dan keluasan tersebut ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Penambahan Kedalaman dan Keluasan Persoalan dalam Konsep Sistem Reproduksi pada Buku Teks Pelajaran di setiap Jenjang Pendidikan No. Konsep Temuan Istilah di Jenjang SD SMP SMA Keterangan 1. Pubertas pada pria dan wanita a. Hormon Meluas b. Ciri perkembangan Meluas 2. Organ reproduksi pria a. Penis 1) Bagian-bagian Meluas 2) Penyusun Mendalam 3) Fungsi Meluas b. Skrotum 1) Penyusun Meluas 2) Fungsi Mendalam c. Testis 1) Penyusun Mendalam 2) Fungsi Mendalam d. Epididimis Mendalam e. Vas deferens Mendalam 3. Hormon testosteron a. Tempat pembentukan Mendalam b. Fungsi Meluas 4. Bagian-bagian sperma Mendalam 5. Spermatogenesis Mendalam 6. Organ reproduksi wanita a. Uterus Meluas b. Vulva Meluas c. Kelenjar Bartholini Meluas d. Vagina Mendalam 1) Cairan mukosa vagina Meluas 7. Hormon estrogen Mendalam 8. Hormon progesteron 1) Dihasilkan oleh Meluas 2) Fungsi Mendalam 9. Oogenesis Mendalam 10. Fertilisasi Mendalam 11. Fungsi membran pembungkus embrio Meluas 87

3 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan kedalaman dan keluasan persoalan dalam konsep materi sistem reproduksi yang terdapat pada buku teks pelajaran di jenjang SD, SMP, dan SMA. Konsep sistem reproduksi pada jenjang yang lebih tinggi mengalami peningkatan kedalaman dan keluasan persoalan sehingga konsep sistem reproduksi dalam buku teks pelajaran pada jenjang yang lebih tinggi semakin kompleks. b. Pengurangan dan Hilangnya Persoalan dalam Konsep Hasil analisis pengurangan dan hilangnya persoalan dalam konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran di setiap jenjang pendidikan ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 3. Pengurangan dan Hilangnya Persoalan dalam Konsep Sistem Reproduksi dalam Buku Teks Pelajaran di setiap Jenjang Pendidikan No. Konsep Temuan Istilah di Jenjang SD SMP SMA Keterangan 1. Cairan prostat Pengurangan 2. Cairan vesikula seminalis Pengurangan 3. Cairan Cowper Pengurangan 4. Fungsi endometrium Hilang 5. Mekanisme sperma Hilang menemukan letak oosit 6. Kembar siam Hilang 7. Mekanisme persalinan Hilang 8. Kandungan cairan ketuban Hilang Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui terdapat konsep-konsep yang mengalami pengurangan kedalaman dan keluasan persoalan, selain itu juga diketahui terdapat beberapa persoalan dalam konsep yang ada pada buku teks pelajaran di jenjang sebelumnya, namun hilang pada pada buku teks pelajaran di jenjang berikutnya. 88

4 c. Penggunaan Istilah Hasil analisis perbedaan penggunaan istilah materi sistem reproduksi dalam buku teks pelajaran di jenjang SD, SMP, dan SMA ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4. Penggunaan Istilah dalam Materi Sistem Reproduksi pada Buku Teks Pelajaran di masing-masing Jenjang Pendidikan No. Daftar Istilah Temuan Istilah di Jenjang SD SMP SMA 1. Pubertas - Pubertas Pubertas 2. Lipatan kulit pada - Prepuce Preputium penis: preputium 3. Proses pematangan - - Spermiogenesis sperma: Spermiogenesis 4. Proses pelepasan - - Spermiasi sperma: Spermiasi 5. Hubungan seksual: - - Koitus koitus 6. Penempelan embrio - Implantasi Implantasi pada endometrium: Implantasi 7. Organ reproduksi: - Organ reproduksi Organ genitalia organ genitalia 8. Payudara: Kelenjar - Payudara Kelenjar mammae mammae 9. Mendeteksi kelainan - - Amniosentesis genetik janin dengan cairan amnion: Amniosentesis 10. Kehamilan: gestasi - Kehamilan Gestasi 11. Kelahiran: partus - Kelahiran Partus 12. Kembar dizigotik: Kembar dizigotik Kembar fraternal kembar fraternal 13. Kembar monozigotik: kembar identik - Kembar monozigotik 14. Laktasi - - Laktasi Kembar identik Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa terdapat perbedaan penggunaan istilah pada materi sistem reproduksi dalam buku teks pelajaran di masing-masing jenjang 89

5 pendidikan. Istilah yang digunakan pada buku teks pelajaran di jenjang yang lebih tinggi semakin banyak, kompleks, dan semakin variatif dengan menggunakan bahasa-bahasa ilmiah. d. Penggunaan Gambar Hasil analisis mengenai penggunaan gambar pada buku teks pelajaran di jenjang SD, SMP, dan SMA ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 5. Penggunaan Gambar Sistem Reproduksi dalam Buku Teks Pelajaran di masing-masing Jenjang Pendidikan No. Konsep Temuan Konsep di Jenjang SD SMP SMA Keterangan 1. Struktur organ reproduksi Mendetail 2. Spermatogenesis Mendetail 3. Struktur sperma Penambahan 4. Pergerakan sperma Hilang 5. Struktur organ reproduksi Mendetail wanita 6. Struktur ovarium Hilang 7. Oogenesis Mendetail 8. Perkembangan folikel Penambahan 9. Siklus menstruasi Mendetail 10. Fertilisasi Penambahan 11. Tahap awal perkembangan Mendetail embrio 12. Struktur membran pelindung Penambahan embrio 13. Plasenta Mendetail 14. Perkembangan janin Penambahan 15. Posisi janin dalam kandungan Mendetail 16. Bayi kembar Mendetail 17. Struktur payudara Penambahan 18. Kontrasepsi Penambahan 19. Mioma Penambahan 20. Herpes Hilang 21. Gonorhoe Hilang 22. Jamur penyebab keputihan Hilang 23. HIV/AIDS Hilang 24. Sifilis Hilang 90

6 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui adanya perbedaan penggunaan gambar pada materi sistem reproduksi dalam buku teks pelajaran di masing-masing jenjang pendidikan. Gambar yang digunakan pada jenjang yang lebih tinggi semakin kompleks, detail, dan keterangan-keterangan gambar semakin banyak. Berdasarkan Tabel 5 juga diketahui terdapat beberapa gambar yang hilang pada buku teks pelajaran di jenjang berikutnya. 2. Kesinambungan Persoalan dalam Konsep Sistem Reproduksi pada Buku Teks Pelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 di Jenjang SD, SMP, dan SMA Berdasarkan hasil analisis dalam Lampiran 4, dapat diketahui persentase penemuan persoalan dalam konsep pada masing-masing kode yakni sebagai berikut: Tabel 6. Kesinambungan Persoalan dalam Konsep Sistem Reproduksi dalam Buku Teks Pelajaran Pada Jenjang SD, SMP, dan SMA No. Penemuan persoalan dalam konsep Kode Jumlah Persentase (%) 1. Persoalan ada di jenjang SD, hilang di A 4 0,76 jenjang SMP dan SMA 2. Persoalan tidak ada di jenjang SD, ada di B 34 6,43 jenjang SMP dan hilang di jenjang SMA 3. Persoalan ada di jenjang SD, hilang di C 0 0 jenjang SMP dan muncul kembali di jenjang SMA 4. Persoalan ada di jenjang SD dan SMP, D 4 0,76 hilang di jenjang SMA 5. Persoalan tidak ada di jenjang SD dan E ,25 SMP, ada di jenjang SMA 6. Persoalan tidak ada di jenjang SD, ada di F ,10 jenjang SMP dan SMA 7. Persoalan ada di jenjang SD, SMP dan SMA G 9 1,70 Total persoalan yang ditemukan *) derajat kecocokan antar panelis α= 0, 93 91

7 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa derajat kecocokan antar panellis α = 0,93. Hasil perhitungan derajat kecocokan antar panelis tersebut menunjukkan bahwa kecocokkan antar panelis benar-benar valid. Persentase penemuan persoalan dalam konsep setiap kode berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa persentase paling banyak yaitu pada kode E (persoalan yang hanya terdapat pada jenjang SMA) dengan persentase sebesar 56,25%. Persentase penemuan konsep yang paling sedikit pada buku teks pelajaran yakni pada kode C (persoalan yang ada di jenjang SD, hilang di jenjang SMP dan muncul kembali di jenjang SMA) dengan persentase 0%. Berdasarkan Tabel 6 juga dapat dihitung dan diketahui persentase persoalan dalam konsep sistem reproduksi yang saling berkesinambungan dan tidak saling berksesinambungan. Persentase persoalan yang berkesinambungan pada buku teks pelajaran dari jenjang SD, SMP, hingga SMA sebesar 36,55% dan persentase persoalan dalam konsep yang tidak saling berkesinambungan sebesar 63,45%. Hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa persoalan dalam konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran Kurikulum 2013 yang digunakan di jenjang SD, SMP, dan SMA di Kota Yogyakarta tidak saling berkesinambungan. B. Pembahasan Penelitian mengenai analisis kesinambungan persoalan dalam konsep sistem reproduksi merupakan suatu penelitian yang mengkaji perbedaan kedalaman dan keluasan persoalan yang meliputi penambahan persoalan baru, kedalaman dan keluasan persoalan, penggunaan istilah dan penggunaan gambar dalam materi sistem reproduksi. Penelitian ini juga mengkaji kesinambungan persoalan dalam 92

8 konsep sistem reproduksi pada pada buku teks pelajaran Kurikulum 2013 di jenjang SD, SMP, dan SMA di Kota Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis dalam Lampiran 4 diketahui bahwa cakupan materi sistem reproduksi yang diajarkan mulai dari jenjang SD meliputi materi ciri pubertas dan upaya menjaga kesehatan alat reproduksi. Materi sistem reproduksi pada jenjang SMP yakni meliputi materi struktur fungsi organ reproduksi; tahapan spermatogenesis dan oogenesis; siklus menstruasi; fertilisasi, kehamilan, dan persalinan; kelainan dan penyakit sistem reproduksi; serta upaya pencegahan gangguan pada organ reproduksi. Materi sistem reproduksi pada jenjang SMA meliputi struktur fungsi organ reproduksi pria dan wanita; tahapan spermatogenesis dan oogenesis; siklus menstruasi; fertilisasi, kehamilan (gestasi), dan persalinan; laktasi; kontrasepsi; serta kelainan dan penyakit pada sistem reproduksi. Cakupan materi sistem reproduksi tersebut dipelajari dengan porsi yang berbeda pada setiap jenjang pendidikan. Perbedaan porsi materi pada masingmasing jenjang pendidikan disebabkan karena terdapat pengorganisasian materi dari yang bersifat sederhana ke materi yang lebih kompleks dan disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik (Budiningsih, 2012: 35). Pengorganisasian materi tersebut menyebabkan adanya perubahan-perubahan keberadaan persoalan dalam konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran yang digunakan di masing-masing jenjang pendidikan. 93

9 1. Temuan Perubahan Keberadaan Konsep Sistem Reproduksi pada Buku Teks Pelajaran di Jenjang SD, SMP, dan SMA Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5 dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perubahan keberadaan konsep dalam materi sistem reproduksi pada buku teks pelajaran di jenjang SD, SMP, dan SMA. Perubahan konsep tersebut meliputi penambahan persoalan baru, penambahan kedalaman dan keluasan persoalan dalam konsep, perbedaan penggunaan istilah, dan perbedaan penggunaan gambar. Perubahan-perubahan pada materi sistem reproduksi tersebut juga menyebabkan adanya persoalan yang hilang dan terdapat persoalan-persoalan dalam konsep yang tetap dipelajari pada jenjang pendidikan yang berbeda (konstan). Berdasarkan temuan juga diketahui adanya miskonsepsi sistem reproduksi dalam buku teks pelajaran Kurikulum 2013 dan terdapat pengintegrasian materi sistem reproduksi dengan norma sosial dan agama. Perubahan-perubahan keberadaan persoalan dalam konsep dapat terjadi karena konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Hal tersebut ditujukan untuk memberi kesempatan kepada peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang secara seimbang, harmonis, dan menyeluruh (Hamalik, 2013: 123). Pemilihan persoalan dalam konsep yang tidak disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik tidak akan bermakna bagi peserta didik (Budiningsih, 2012: 40). Perubahan-perubahan keberadaan konsep yang terdapat pada buku teks pelajaran di jenjang SD, SMP, dan SMA yakni sebagai berikut: 94

10 Persentase (%) a. Penambahan Persoalan dalam Konsep (Penambahan Persoalan Baru, Penambahan Kedalaman dan Keluasan Persoalan dalam Konsep) Penambahan persoalan dalam konsep ditunjukkan dari hasil perhitungan persentase jumlah persoalan dalam konsep pada Lampiran 6. Hasil perhitungan persentase jumlah persoalan dalam konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran di setiap jenjang pendidikan digambarkan pada grafik berikut ini: Persentase Penemuan Persoalan dalam Konsep pada Buku Teks Pelajaran di Setiap Jenjang Pendidikan ,04% % 3,21% SD SMP SMA Jenjang pendidikan SD SMP SMA Gambar 20. Grafik Persentase Penemuan Persoalan dalam Konsep di setiap Jenjang Pendidikan Berdasarkan grafik pada Gambar 20 dapat diketahui bahwa persoalan dalam konsep sistem reproduksi yang terdapat pada jenjang SD sangat sedikit. Hal tersebut dapat disebabkan karena persoalan-persoalan dalam konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran di jenjang SD masih berupa persoalanpersoalan dasar yang dituliskan secara sederhana dan disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif operasional konkret. Persentase penemuan persoalan dalam konsep yang sangat sedikit di jenjang SD juga menunjukkan bahwa persoalan dalam konsep sistem reproduksi pada buku 95

11 teks pelajaran terkesan dangkal. Kedangkalan materi tersebut juga diakui oleh beberapa guru yang menjelaskan bahwa materi yang dituliskan pada buku teks pelajaran di jenjang SD sangat sedikit dan tidak mendalam. Kedangkalan materi pada jenjang SD didasarkan pada temuan bahwa persoalan ciri pubertas yang dituliskan pada buku teks pelajaran hanya sebatas penjelasan mengenai hormon reproduksi yang mulai aktif sehingga menimbulkan keringat, bau badan, dan berjerawat (Maryanto, dkk., 2014: 190). Persoalan ciriciri pubertas yang sangat sederhana dapat menyebabkan perolehan pengetahuan peserta didik mengenai ciri pubertas sangat terbatas. Materi mengenai ciri pubertas seharusnya dijelaskan lebih lengkap dan detail termasuk materi mengenai mimpi basah pada laki-laki dan menstruasi pada perempuan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Wiknjosastro (Sumini, 2014: 4) yang menyatakan bahwa anak perempuan akan mengalami menstruasi pertama (menarche) pada usia tahun, sehingga pemberian materi mengenai menarche menjadi penting untuk anak pada jenjang SD khususnya kelas 5 dan 6. Materi mengenai perkembangan ciri kelamin sekunder pada laki-laki dan perempuan juga perlu ditambahkan agar peserta didik memiliki pengetahuan mengenai perubahan-perubahan fisik yang dialami. Hal tersebut disebabkan karena pada usia tahun pada laki-laki dan 9-11 tahun pada perempuan sudah mengalami fase awal pubertas yang ditandai dengan munculnya ciri perkembangan kelamin sekunder (Citrawathi, 2014: 2). Kedangkalan materi dalam buku teks pelajaran di jenjang SD dapat disebabkan karena buku teks pelajaran yang digunakan pada jenjang SD merupakan 96

12 buku tematik. Buku tematik merupakan buku yang terdiri dari beberapa materi yang dikemas atau diintegrasikan dalam suatu tema tertentu (Rusman, 2015: 225). Materi pelajaran yang dikemas dalam tema-tema tertentu menyebabkan adanya seleksi materi karena tidak semua materi dapat saling diintegrasikan, sehingga dapat menyebabkan hilangnya persoalan dalam konsep suatu materi. Kedangkalan materi sistem reproduksi pada buku teks pelajaran di jenjang SD perlu disiasati oleh guru dengan cara merancang proses pembelajaran yang disesuaikan dengan rumusan kompetensi dasar dan kebutuhan peserta didik. Hal tersebut perlu dilakukan karena salah satu fungsi guru adalah sebagai perancang pembelajaran (Hamalik, 2011: 12). Berdasarkan grafik pada Gambar 20 juga diketahui bahwa persentase jumlah persoalan dalam konsep yang ditemukan pada buku teks pelajaran di jenjang yang lebih tinggi semakin meningkat. Peningkatan persentase jumlah persoalan dalam konsep tersebut menunjukkan adanya penambahan persoalan baru pada jenjang yang lebih tinggi. Perbedaan persentase jumlah persoalan dalam konsep juga menunjukkan adanya penambahan kedalaman dan keluasan persoalan dalam konsep. Perbedaan kedalaman dan keluasan konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran di setiap jenjang pendidikan dapat dicermati pada Tabel 2 dan pada Lampiran 9. Konsep-konsep yang mengalami penambahan kedalaman dan keluasan persoalan diantaranya yaitu konsep struktur organ reproduksi. Konsep struktur organ reproduksi pria dan wanita pada jenjang SMA sudah menyinggung tentang 97

13 jaringan-jaringan penyusun setiap organ reproduksi. Fungsi setiap organ reproduksi juga dibahas juga lebih kompleks dan detail dibandingkan pada jenjang SMP. Jenis dan fungsi hormon yang dijelaskan pada buku teks pelajaran di jenjang SMA juga lebih banyak dan lebih bervariasi dibandingkan pada jenjang sebelumnya. Konsep hormon pada jenjang SD hanya sebatas adanya pengaruh dari hormon reproduksi, namun tidak dijelaskan lebih lanjut jenis dan fungsi hormon tersebut. Beberapa hormon sudah disebutkan pada jenjang SMP, namun tidak sebanyak dan tidak mendetail seperti pada buku teks pelajaran yang digunakan pada jenjang SMA. Konsep mengenai spermatogenesis, oogenesis, fertilisasi, kehamilan, persalinan, dan siklus menstruasi merupakan konsep yang baru dipelajari di jenjang SMP. Materi-materi tersebut juga mengalami penambahan kedalaman dan keluasan persoalan pada jenjang SMA. Penambahan kedalaman dan keluasan persoalan dalam konsep tersebut meliputi penjelasan yang lebih detail dan kompleks mengenai tahap-tahap yang terjadi dalam konsep-konsep tersebut. Konsep laktasi dan kontrasepsi merupakan penambahan konsep yang baru teradapat pada jenjang SMA. Hal tersebut disebabkan karena konsep laktasi dan kontrasepsi relevan pada perkembangan kognititf dan kebutuhan peserta didik di jenjang SMA dan tidak relevan apabila diajarkan pada jejang SD maupun SMP. Penambahan persoalan baru, penambahan kedalaman dan keluasan persoalan dalam konsep menunjukkan adanya peningkatan abstraksi yang lebih tinggi (Idi, 2014: ). Hal tersebut merupakan suatu cara yang dilakukan agar tercipta suatu konsep materi utuh yang dapat dipelajari dari jenjang SD, SMP, hingga SMA 98

14 (Muslich, 2016: 296). Persoalan dalam konsep yang senantiasa meningkat pada jenjang yang lebih tinggi juga merupakan cerminan dari kemajuan proses belajar bagi peserta didik (Nasution, 1993: 120). b. Pengurangan dan Hilangnya Persoalan dalam Konsep Berdasarkan grafik perhitungan persentase penemuan persoalan dalam konsep pada Gambar 20, diketahui bahwa persentase persoalan dalam konsep sistem reproduksi yang terdapat di jenjang SMA hanya sebesar 92,04%. Hasil tersebut disebabkan karena terdapat pengurangan kedalaman dan keluasan persoalan dalam konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran di jenjang SMA, selain itu juga disebabkan karena terdapat persoalan-persoalan dalam konsep sistem reproduksi yang hilang pada buku teks pelajaran di jenjang SMA. Pengurangan dan hilangnya persoalan dalam konsep dapat dicermati pada Tabel 3 dan pada Lampiran 10. Konsep sistem reproduksi yang mengalami pengurangan kedalaman dan keluasan persoalan yakni kandungan cairan prostat, cairan vesikula seminalis, dan cairan Cowper. Persoalan mengenai kandungan cairan kelenjar yang dijelaskan pada buku teks pelajaran di jenjang SMP justru lebih detail dan kompleks dibandingkan pada buku teks pelajaran di jenjang SMA. Persoalan lain yang terdapat pada buku teks pelajaran di jenjang SMP namun hilang di jenjang SMA adalah mekanisme sperma menemukan letak oosit pada proses fertilisasi. Persoalan mengenai kembar siam, mekanisme persalinan, dan kandungan cairan ketuban yang dijelaskan pada buku teks pelajaran di jenjang SMP juga hilang pada buku teks pelajaran di jenjang SMA. 99

15 Temuan mengenai pengurangan dan hilangnya persoalan dalam konsep suatu materi merupakan hal yang biasa terjadi. Suatu persoalan dapat dihilangkan apabila persoalan tersebut diyakini sudah dikuasi oleh peserta didik. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 3 dan pada Lampiran 10, persoalan-persoalan yang mengalami pengurangan dan hilang merupakan persoalan yang masih relevan apabila diajarkan pada jenjang SMA. Pengurangan dan hilangnya persoalan dalam konsep suatu materi pada buku teks pelajaran disebut gap. Gap tersebut dapat menyebabkan peserta didik kesulitan dalam melanjutkan pemahaman konsep yang lebih kompleks pada jenjang berikutnya (Idi, 2014: 120). Pengurangan dan hilangnya konsep pada buku teks pelajaran juga dapat menyebabkan peserta didik tidak dapat memahami suatu konsep materi secara utuh. c. Persoalan dalam Konsep yang Konstan (Monoton) Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 4 dapat diketahui bahwa terdapat persoalan-persoalan dalam konsep yang konstan (monoton) dan dipelajari dari jenjang SD, SMP, hingga SMA. Persoalan dalam konsep sistem reproduksi yang dapat ditemukan pada buku teks pelajaran setiap jenjang pendidikan adalah konsep pubertas dan upaya menjaga kesehatan reproduksi. Konsep pubertas pada jenjang SD mengalami penambahan kedalaman dan keluasan persoalan yang signifikan pada jenjang SMP, namun persoalan dalam konsep pubertas yang terdapat pada jenjang SMP tidak mengalami penambahan yang berarti pada jenjang SMA. Konsep upaya menjaga kesehatan organ reproduksi juga tidak disertai degan peningkatan kedalaman dan keluasan persoalan yang 100

16 signifikan. Hampir seluruh persoalan dalam konsep upaya menjaga kesehatan organ reproduksi dalam buku teks pelajaran pada jenjang SD, SMP, dan SMA merupakan persoalan yang sama. Temuan persoalan dalam konsep yang tidak diimbangi dengan adanya penambahan kedalaman dan keluasan persoalan konsep yang signifikan digolongkan sebagai overlaping (Idi, 2014: 120). Overlaping adalah pengulangan materi yang sama persis pada jenjang yang berbeda sehingga peserta didik tidak mendapatkan kemajuan pemahaman konsep yang berarti. d. Penggunaan Istilah Berdasarkan Tabel 4 diketahui terdapat beberapa perbedaan penggunaan istilah sistem reproduksi pada buku teks pelajaran yang digunakan di jenjang SD, SMP, dan SMA. Istilah pubertas baru terdapat pada jenjang SMP dan SMA. Istilah pubertas pada jenjang SD dikemas dalam bentuk penjelasan mengenai pertambahan usia menjadi remaja diikuti dengan munculnya hormon-hormon reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Penjelasan mengenai deteksi kelainan genetik pada janin menggunakan cairan amnion di jenjang SMP mengalami perubahan istilah menjadi amniosentesis di jenjang SMA. Istilah lain dalam materi sistem reproduksi secara umum mengalami perubahan atau penambahan istilah baru pada buku teks pelajaran di jenjang yang lebih tinggi. Istilah tersebut semakin kompleks dan variatif dengan menggunakan bahasa-bahasa ilmiah. Penyajian istilah menjadi lebih kompleks dan variatif disebabkan karena istilah-istilah yang digunakan disesuaikan berdasarkan perkembangan kognitif peserta didik (Muslich, 2016: 169). Istilah yang digunakan 101

17 untuk menjelaskan konsep yang abstrak, secara imajinatif harus dapat dibayangkan oleh peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya (Muslich, 2016: 304). e. Penggunaan Gambar Berdasarkan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa gambar yang ditambahkan pada buku teks pelajaran semakin kompleks pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kompleksitas gambar tersebut dapat diketahui dari gambar-gambar yang semakin detail dan keterangan gambar yang semakin banyak. Penggunaan gambar dalam buku teks pelajaran merupakan suatu cara untuk memperjelas penyajian materi, baik dalam bentuk, ukuran, dan warna yang sesuai dengan objek aslinya (Muslich, 2016: 310). Hal tersebut juga ditujukan untuk menambah pemahaman dan pengertian peserta didik mengenai informasi yang disampaikan (Muslich, 2016: 312). Penambahan gambar dalam buku teks pelajaran sangat penting dan perlu diperhatikan terutama pada masa transisi perkembangan kognitif peserta didik. Materi sistem reproduksi pada buku teks pelajaran di jenjang SD tidak disertai dengan penggunaan gambar. Hal tersebut diduga untuk menghindari penggunaan gambar yang tidak sesuai dengan perkembangan kognitif peserta didik. Penggunaan gambar yang tidak sesuai tersebut justru dapat memicu kesalahan persepsi pada peserta didik. Tidak adanya penggunaan gambar tersebut juga diduga untuk mengindari andanya unsur-unsur pornografi yang dilarang dalam Permendikbud 8 tahun Materi sistem reproduksi merupakan materi yang rentan terhadap unsur pornografi, 102

18 sehingga penulis cenderung tidak mencantumkan gambar pada materi sistem reproduksi dalam buku teks pelajaran di jenjang SD. f. Temuan dalam Penelitian 1) Miskonsepsi Berdasarkan temuan, terdapat beberapa miskonsepsi yang terdapat pada buku teks pelajaran di jenjang SMP dan SMA. Temuan adanya miskonsepsi pada penelitian ini tidak dibahas secara menyeluruh karena bukan merupakan tujuan dari penelitian. Miskonsepsi yang ditemukan pada buku teks pelajaran di jenjang SMP yakni pada pernyataan bahwa fungsi estrogen adalah untuk memicu kelenjar pituitari menghasilkan FSH dan LH (Zubaidah, dkk., 2015: 22). Penggunaan konsep tersebut tidak tepat karena menurut Tortora & Bryan (2014: 1070), konsentrasi estrogen yang sedikit justru akan menghambat produksi FSH dan LH. Estrogen dapat berfungsi memicu kelenjar pituitari untuk memproduksi FSH dan LH ketika dalam konsentrasi yang tinggi. Temuan miskonsepsi dalam buku teks pelajaran di jenjang SMA pada pernyataan yang menyebutkan bahwa setelah selesai buang air, bersihkan vagina dengan sabun dan air bersih (Irnaningtyas, 2014: 429). Penggunaan konsep tersebut tidak tepat karena menurut Citrawathi (2014: 32), vagina tidak perlu dibilas menggunakan sabun karena justru dapat mengurangi keasaman vagina yang berfungsi untuk membunuh kuman. 103

19 Miskonsepsi materi sistem reproduksi berdasarkan hasil temuan pada buku teks pelajaran di jenjang SMA dapat berakibat fatal bagi peserta didik. Kesalahan konsep tersebut bukan hanya berakibat pada kesalahan pemahaman peserta didik, tetapi juga pada kesehatan reproduksi peserta didik tersebut. Berdasarkan temuan adanya miskonsepsi materi sistem reproduksi dalam buku teks pelajaran, maka penulis buku perlu memperhatikan kebenaran konsep yang dituliskan dalam buku teks pelajaran sesuai Permendikbud no 8 tahun 2016 yang menyatakan bahwa materi yang dituliskan dalam buku teks pelajaran harus benar secara teoritik dan empiris. Guru juga perlu menyeleksi adanya miskonsepsi dalam buku teks pelajaran dan memberikan penjelasan mengenai konsep-konsep yang benar untuk menghindari kemungkinan miskonsepsi pada peserta didik. 2) Pengintegrasian Materi Sistem Reproduksi dengan Norma Sosial dan Agama Berdasarkan temuan, materi sistem reproduksi yang terdapat dalam buku teks pelajaran pada jenjang SMP dikaitkan dengan norma sosial dan agama. Contoh materi yang diintegrasikan dengan norma sosial dan agama yakni sebagai berikut: Mungkin saat ini kamu bertanya-tanya mengapa Tuhan Yang Maha Esa menganugerahkan selaput dara kepada kaum perempuan? Tentunya Tuhan Yang Maha Esa menganugerahkan selaput dara kepada kaum perempuan bukan tanpa tujuan. Tujuan utama dari penciptaan selaput dara adalah agar perempuan dapat menjaga diri untuk tidak melakukan aktivitas yang membahayakan terutama dari perbuatan tercela yang melanggar norma sosial dan agama (Zubaidah, dkk., 2015: 19). Ayo kita renungkan, betapa hebat Tuhan kita yang telah mendesain mekanisme pergerakan sel sperma tersebut sehingga dapat menemukan lokasi sel telur dengan tepat (Zubaidah, dkk., 2015: 26). Kita harus selalu bersyukur kepada Tuhan yang telah memberi kita kesempatan lahir dengan selamat dan dapat melihat dunia dan juga harus selalu berbakti kepada 104

20 ibu yang dengan susah payah berjuang untuk melahirkan kita (Zubaidah, dkk., 2015: 36). Pengintegrasian materi dengan norma sosial dan agama tersebut merupakan cara yang efektif untuk memberikan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi pada peserta didik di jenjang SMP. Irwansyah (Savitri, 2013: 23) menyatakan bahwa peserta didik usia SMP cenderung memiliki kondisi emosional yang masih labil dan rentan terhadap pengaruh apapun, termasuk perilaku seks bebas. 2. Kesinambungan Persoalan dalam Konsep Sistem Reproduksi pada Buku Teks Pelajaran di Jenjang SD, SMP, dan SMA Perubahan-perubahan keberadaan persoalan dalam konsep sistem reproduksi pada jenjang SD, SMP, dan SMA memungkinkan adanya pola kesinambungan persoalan dalam konsep yang terdapat pada masing-masing jenjang pendidikan. Kesinambungan persoalan dalam konsep merupakan pengenalan konsep secara berulang dari yang sederhana kemudian diarahkan kearah yang lebih kompleks (Hamalik, 2013: 48-49). Sebuah program pembelajaran dapat dipandang effisiensinya dari program yang keberlangsungannya bersifat berkesinambungan (Subali, 2014: 1). Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, persentase kesinambungan persoalan dalam konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran di jenjang SD, SMP, dan SMA dapat diketahui berdasarkan diagram sebagai berikut: 105

21 Persentase Kesinambungan Persoalan dalam Konsep 63.45% 36.55% Persoalan berkesinambungan Persoalan tidak berkesinambungan Gambar 21. Diagram Persentase Kesinambungan Persoalan dalam Konsep Hasil persentase dalam diagram tersebut menunjukkan bahwa persoalanpersoalan dalam konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran yang digunakan pada jenjang SD, SMP, dan SMA di Kota Yogyakarta tidak saling berkesinambungan. Persoalan-persoalan yang tidak saling berkesinambungan tersebut dapat disebabkan karena penambahan persoalan baru dalam konsep sistem reproduksi pada jenjang yang lebih tinggi sebagai bentuk penyesuaian dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Ketidaksinambungan juga dapat disebabkan karena terdapat beberapa persoalan dalam konsep yang mengalami pengurangan kedalaman dan keluasan bahkan hilang pada jenjang berikutnya. Kesinambungan persoalan dalam konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran di setiap jenjang pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Hal tersebut berhubungan dengan peran buku teks pelajaran sebagai sumber pembelajaran utama untuk mencapai kompetensi dasar dan kompetensi inti (Permendikbud no 8 pasal 1 ayat 1). Buku teks pelajaran juga berperan sebagai alat untuk mengorganisasikan proses pembelajaran (Oakes & 106

22 Marisa, 2002: 6), sehingga penulisan materi yang tidak berkesinambungan dapat berdampak pada proses belajar peserta didik. Ketidaksinambungan persoalan dalam konsep juga dapat menyebabkan peserta didik kesulitan dalam memahami konsep yang sudah dipelajari pada jenjang berikutnya, selain itu juga dapat menyebabkan peserta didik memiliki kesalahan persepsi mengenai materi sistem reproduksi. Kesalahan persepsi pada peserta didik akan semakin berisiko apabila peserta didik justru mencari informasi mengenai sistem reproduksi melalui internet ataupun sumber lain yang tidak akurat. Hal tersebut dapat menyebabkan peserta didik mendapatkan informasi yang salah dan dapat meningkatkan resiko perilaku seks bebas pada peserta didik. Tingginya kasus kehamilan usia pelajar di Kota Yogyakarta merupakan salah satu akibat dari adanya perilaku seks bebas pada peserta didik tersebut. Salah satu penyebab tingginya kasus kehamilan usia pelajar adalah karena kurangnya sumber informasi mengenai kesehatan rerpduksi bagi pelajar (Suryaningsih, 2016: 7). Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa pada buku teks pelajaran di jenjang SD belum mampu memenuhi kebutuhan materi karena persoalan dalam konsepnya sangat dangkal. Persoalan dalam konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran di semua jenjang pendidikan juga cenderung tidak saling berkesinambungan. Hal tersebut menyebabkan materi sistem reproduksi tidak dapat dipelajari secara utuh dan menyeluruh mulai dari jenjang SD, SMP, hingga SMA. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidaksinambungan persoalan dalam konsep sistem reproduksi dalam buku teks pelajaran di masing-masing jenjang pendidikan adalah dengan membentuk panitia kurikulum untuk menyusun 107

23 dan mengembangkan kurikulum dari tingkat SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi agar tercapai suatu kesinambungan utuh dan mendukung adanya peningkatan operasi mental peserta didik (Idi, 2014: 121). Penelitian analisis kesinambungan persoalan dalam konsep sistem reproduksi dalam buku teks pelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 pada jenjang SD, SMP, dan SMA di Kota Yogyakarta masih terdapat beberapa keterbatasan. Keterbatasan tersebut diantaranya yaitu: a. Buku teks pelajaran yang dianalisis hanya berjumlah satu buku pada setiap jenjang pendidikan, sehingga belum dapat menggambarkan keseluruhan kesinambungan persoalan dalam konsep sistem reproduksi pada buku teks pelajaran Kurikulum 2013 di jenjang SD, SMP, dan SMA di Kota Yogyakarta. b. Buku teks pelajaran yang dianalisis kesinambungan persoalan dalam konsepnya bukan dari satu penerbit yang sama. Buku teks pelajaran pada jenjang SD dan SMP merupakan buku teks pelajaran yang diterbitkan oleh Kemendikbud, sedangkan buku teks pelajaran yang digunakan pada jenjang SMA diterbitkan oleh penerbit swasta. c. Konsep sistem reproduksi dalam buku teks pelajaran pada penelitian ini hanya analisis oleh 3 panelis. Ketiga panelis tersebut merupakan mahasiswa, belum melibatkan guru dan pakar dibidangnya. 108

ANALISIS KESINAMBUNGAN PERSOALAN DALAM KONSEP SISTEM REPRODUKSI PADA BUKU TEKS PELAJARAN KURIKULUM 2013 DI JENJANG SD, SMP, DAN SMA DI KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS KESINAMBUNGAN PERSOALAN DALAM KONSEP SISTEM REPRODUKSI PADA BUKU TEKS PELAJARAN KURIKULUM 2013 DI JENJANG SD, SMP, DAN SMA DI KOTA YOGYAKARTA ANALISIS KESINAMBUNGAN PERSOALAN DALAM KONSEP SISTEM REPRODUKSI PADA BUKU TEKS PELAJARAN KURIKULUM 2013 DI JENJANG SD, SMP, DAN SMA DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008 No. Identitas : Tgl. Interview : Jenis Kelamin : Keterangan

Lebih terperinci

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini SISTEM REPRODUKSI MANUSIA, oleh Dr. Desak Made Citrawathi, M.Kes. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 1. Pasangan antara bagian alat reproduksi laki-laki dan fungsinya berikut ini benar, kecuali... Skrotumberfungsi sebagai pembungkus

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi - - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl2reproduksi Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 IDENTITAS RESPONDEN : 1. NAMA : 2.

Lebih terperinci

Function of the reproductive system is to produce off-springs.

Function of the reproductive system is to produce off-springs. Function of the reproductive system is to produce off-springs. The Gonad produce gamets (sperms or ova) and sex hormones. All other reproductive organs are accessory organs Anatomi Sistem Reproduksi Pria

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Sistem reproduksi manusia untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Seks Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran orang tua yang sangat dituntut lebih dominan untuk memperkenalkan sesuai dengan usia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat ) DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat ) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat baik secara fisik, jiwa maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Remaja WHO (1965) mendefinisikan bahwa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa antara umur 10

Lebih terperinci

Sistem Reproduksi Manusia BAB 2. A. Struktur Alat Reproduksi B. Gangguan Sistem Reproduksi. Bab 2 Sistem Reproduksi Manusia 19

Sistem Reproduksi Manusia BAB 2. A. Struktur Alat Reproduksi B. Gangguan Sistem Reproduksi. Bab 2 Sistem Reproduksi Manusia 19 BAB 2 Sistem Reproduksi Manusia A. Struktur Alat Reproduksi B. Gangguan Sistem Reproduksi Bab 2 Sistem Reproduksi Manusia 19 Peta Konsep penis Peta Konsep Sistem Reproduksi Manusia sistem reproduksi terdiri

Lebih terperinci

Berdasarkan susunan selaput embrionya kembar identik dibedakan menjadi 3 yaitu :

Berdasarkan susunan selaput embrionya kembar identik dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Kembar Identik Kembar identik disebut juga sebagai kembar monozigotik, yaitu kembar yang berasal dari satu telur. Proses terjadinya kembar identik yaitu pada masa pembuahan sebuah sel telur matang dibuahi

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** A. Pengantar Sistem reproduksi pada manusia dapat dibedakan menjadi sistem reproduksi laki-laki dan wanita sesuai jenis kelaminnya. 1. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria.

Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria. Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria. Organ Reproduksi Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMAN

Lebih terperinci

JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13

JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13 JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13 SISTEM REPRODUKSI MANUSIA SUMIATI (E1A012053) Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mataram Jln. Majapahit NO. 62 Mataram, Telp/Fax: (0370)631166

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS Titta Novianti OOGENESIS Pembelahan meiosis yang terjadi pada sel telur Oogenesis terjadi dalam dua tahapan pembelahan : yaitu mitosis meiosis I dan meiosis II Mitosis : diferensaiasi

Lebih terperinci

12/21/2011. Pendidikan Seks Remaja: Menuju Reproduksi Sehat. Pengertian. Karakteristik remaja

12/21/2011. Pendidikan Seks Remaja: Menuju Reproduksi Sehat. Pengertian. Karakteristik remaja Pendidikan Seks Remaja: Menuju Reproduksi Sehat dr dini FIK UNY Mengapa informasi kesehatan reproduksi remaja diperlukan? Jumlah remaja (10-19 th): 30% dari jumlah penduduk (lebih kurang 65 juta jiwa).

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KESEHATAN REPRODUKSI by Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran TSTS Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model belajar mengajar

Lebih terperinci

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3. Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian

Lebih terperinci

Bab SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

Bab SISTEM REPRODUKSI MANUSIA Bab 2 SISTEM REPRODUKSI MANUSIA (Sumber: irdakaiser.files.wordpress.com) Masih ingatkah kamu ciri-ciri makhluk hidup? Coba kamu ingat kembali ciri-ciri makhluk hidup. Salah satu ciri-ciri makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes KESEHATAN REPRODUKSI Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes Introduction Kespro keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB 1. All About Remaja

BAB 1. All About Remaja BAB 1. All About Remaja Siapakah Remaja? Pengertian remaja, Klasifikasi remaja (umur) Setiap dari kita pasti pernah mengalami masa remaja, atau mungkin kita sekarang sedang dalam masa remaja? tapi pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Ibu a. Definisi Ibu Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, maka anak harus menyayangi ibu, sebutan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di RSUD Tidar Magelang. Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang terletak di Jln. Tidar No. 30 A,

Lebih terperinci

oleh: Dr. Lismadiana, M.Pd Lismadiana/lismadiana.uny.ac.id

oleh: Dr. Lismadiana, M.Pd Lismadiana/lismadiana.uny.ac.id oleh: Dr. Lismadiana, M.Pd lismadiana@uny.ac.id Alkohol: menyebabkan berkurangnya unsur Seng (Zn) yang penting dalam perkembangan seksual (mengurangi jumlah sperma, kadar hormon testosteron) dan zat lain:

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. saya sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. saya sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan Lampiran I Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bernama Nur Apni Aryani (095102021) adalah mahasiswi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI OLEH: DR SURURIN

KESEHATAN REPRODUKSI OLEH: DR SURURIN KESEHATAN REPRODUKSI 1 OLEH: DR SURURIN Pandangan Internasional pada Kesehatan Reproduksi (Kespro) 2 Kesepakatan-kesepakatan: ICPD ( International Converence on Population and Depelopment ) di kairo Mesir

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) 69 LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa: setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Gambaran Kesehatan Reproduksi

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI MANUSIA 2 : MENSTRUASI PARTUS

SISTEM REPRODUKSI MANUSIA 2 : MENSTRUASI PARTUS 1 SISTEM REPRODUKSI MANUSIA 2 : MENSTRUASI PARTUS SMA REGINA PACIS JAKARTA Ms. Evy Anggraeny Proses Menstruasi 2 Ada empat fase 1. Fase menstruasi 2. Fase folikel/proliferasi 3. Fase luteal/ovulasi 4.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... A. Latar Belakang... 1

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... A. Latar Belakang... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii v vii vii viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan, sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kedokteran. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berperan, sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kedokteran. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem reproduksi manusia dan berbagai faktor yang berperan, sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kedokteran. Hal ini terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pubertas merupakan suatu tahapan yang sangat penting bagi wanita. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Perubahan tersebut meliputi

Lebih terperinci

PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes.

PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes. HAND OUT PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes. Spermatogenesis Sperma diproduksi di spermatogonia (sel epidermis tubulus seminiferus testis. Hormon yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

Aulia Puspita Anugra Yekti,Spt,MP,MS

Aulia Puspita Anugra Yekti,Spt,MP,MS PETUNJUK PRAKTIKUM ILMU REPRODUKSI TERNAK Disusun oleh : Prof. Dr.Ir. Trinil Susilawati,MS Prof. Dr.Ir. Suyadi,MS Prof. Dr. Ir. Worobusono,MS Prof. Dr. Nur. Ihsan,MS Dr.Ir. Sri Wahyuningsih,M.Si Dr.Ir.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas adalah masa ketika seseorang anak

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar Biologi tidak selamanya berjalan efektif, karena

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar Biologi tidak selamanya berjalan efektif, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar Biologi tidak selamanya berjalan efektif, karena masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar Biologi. Hal ini disebabkan guru dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

Bab IV Memahami Tubuh Kita

Bab IV Memahami Tubuh Kita Bab IV Memahami Tubuh Kita Pubertas Usia reproduktif Menopause Setiap perempuan pasti berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan dari dewasa menjadi dewasa yang lebih tua Sistem Reproduksi Perempuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian analisis kesinambungan konsep dalam buku pelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian analisis kesinambungan konsep dalam buku pelajaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian analisis kesinambungan konsep dalam buku pelajaran Tematik pada jenjang SD, buku pelajaran IPA pada jenjang SMP, dan buku Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menempati urutan nomor 4 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Jawa Barat pada tahun 2005 dihuni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organ reproduksi yang dimiliki manusia berbeda antara pria dan wanita Struktur dan fungsi organ reproduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organ reproduksi yang dimiliki manusia berbeda antara pria dan wanita Struktur dan fungsi organ reproduksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem reproduksi manusia Sistem reproduksi merupakan salah satu komponen sistem tubuh yang penting meskipun tidak berperan dalam homeostasis dan esensial bagi kehidupan sesorang.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menopause merupakan hal yang terjadi secara alami dalam fase kehidupan seorang wanita. Namun banyak wanita yang menganggap bahwa menopause merupakan suatu hal yang menakutkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja diawali dari suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan seperti perkembangan fisik, emosional, maupun sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang umumnya berlangsung selama periode pubertas hingga dewasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4 1. Apabila seorang telah berpikir kritis dan menetapkan pendirian dalam mengambil keputusan, dia berada dalam tahap perkembangan...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesehatan Reproduksi Remaja 2.1.1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

KISI-KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL KELAS IX SMP SUB RAYON 04 TAHUN 2014/2015 MAPEL : IPA

KISI-KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL KELAS IX SMP SUB RAYON 04 TAHUN 2014/2015 MAPEL : IPA KISI-KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL KELAS IX SMP SUB RAYON 04 TAHUN 2014/2015 MAPEL : IPA No Standar 1 Memahami konsep Mendeskripsikan muatan listrik Menggambarkan model atom PG 1 kelistrikan dan untuk

Lebih terperinci

Sistem Reproduksi Pria meliputi: A. Organ-organ Reproduksi Pria B. Spermatogenesis, dan C. Hormon pada pria Organ Reproduksi Dalam Testis Saluran Pengeluaran Epididimis Vas Deferens Saluran Ejakulasi Urethra

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa yang lebih dewasa. Ia memandang dunianya seperti apa yang ia inginkan, bukan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut menjadi perhatian masyarakat secara umum dan individu secara khusus. Kesehatan reproduksi juga merupakan salah satu unsur

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.3

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.3 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.3 1. Berikut adalah salah satu ciri perubahan fisik wanita pada masa puber, kecuali.. Membesarnya payudara Melebarnya bagian pinggul

Lebih terperinci

LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN

LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN A. Teknik Penilaian Teknik Bentuk Instrumen Tujuan Tes Tertulis Ganda, Uraian Mengetahui penguasaan pengetahuan siswa untuk perbaikan proses pembelajaran /atau pengambilan

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL (MENGAPA TIDAK) Oleh : Drs. Andang Muryanta

KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL (MENGAPA TIDAK) Oleh : Drs. Andang Muryanta KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL (MENGAPA TIDAK) Oleh : Drs. Andang Muryanta PENDAHULUAN Sering banyak orang menganggap masalah reproduksi merupakan hal yang masih dianggapkurang bermanfaat atau tabu apabila

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Jenjang Sekolah : SMP 3 Pajangan Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas / Semester : VIII / I Alokasi waktu : 1 X 40 (1 x Pertemuan) Standar Kompetensi 1. Memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PIK-R 1.1.1 Definisi PIK-R Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Definisi remaja menurut BKKBN adalah penduduk dalam usia 10-24

Lebih terperinci

Bab. Sistem Reproduksi. A. Sistem Reproduksi pada Manusia B. Sistem Reproduksi pada Tumbuhan

Bab. Sistem Reproduksi. A. Sistem Reproduksi pada Manusia B. Sistem Reproduksi pada Tumbuhan Bab 9 Sumber: Young Sumber: Scientist: Biology: Human Realm Machine, of Life, 2006 1994 Embrio berkembang dari zigot yang merupakan hasil fertilisasi antara sel telur dan sperma. Sistem Reproduksi Hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reproduksi merupakan suatu proses biologis organisme baru yang terbentuk dari organisme sebelumnya. Proses tersebut adalah suatu cara dasar makhluk hidup dalam usaha

Lebih terperinci

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed Sel akan membelah diri Tujuan pembelahan sel : organisme multiseluler : untuk tumbuh, berkembang dan memperbaiki sel-sel yang rusak organisme uniseluler (misal : bakteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik maupun psikis. Perubahan tersebut meliputi kematangan mental, emosional, dan sosial. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci