UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 . UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SANNY SUSANTI, S. Far APOTEKER LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker SANNY SUSANTI, S. Far APOTEKER LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI

3 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh : Nama : Sanny Susanti, S. Far. NPM : Program Studi : Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara Periode 16 Januari 10 Februari Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,. DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Drs. Kusnaidi, Apt. (... ) Pembimbing II : Dr. Amarila Malik, MS., Apt. (... ) Penguji I : (... ) Penguji II : (... ) Penguji III : (... ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa, karena atas segala limpahan rahmat-nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Periode 16 Januari 10 Februari 2012 sekaligus dapat menyelesaikan laporan PKPA ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UI). Penulis menyadari laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: a. Bapak dr. H. Kurnianto Amien, M.M, selaku kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara. b. Ibu drg. Leny Aryani, selaku Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara. c. Bapak Drs. Kusnaidi, Apt. sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker, yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, pengarahan serta nasehat pada penulis selama PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. d. Ibu Dr. Amarila Malik, MS, Apt. sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker Departemen Farmasi UI. e. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.Si sebagai Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI. f. Bapak Dr. Harmita, Apt. sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI. g. Seluruh staf pengajar khususnya Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi UI. h. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan dukungan, semangat,dan kasih sayang tiada henti. iv

5 i. Seluruh teman Apoteker UI angkatan LXXIV yang telah banyak membantu atas terwujudnya laporan ini, khususnya teman-teman sekelompok PKPA terimakasih atas kerja samanya dalam pelaksanaan PKPA. j. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya laporan PKPA ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, namun penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Depok, Juni 2012 Penulis v

6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA Suku Dinas Kesehatan Tugas Pokok Fungsi Satuan Kerja Suku Dinas Kesehatan Puskesmas BAB 3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN Seksi Sumber Daya Kesehatan Ruang Lingkup Perizinan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) Pelanggaran dan Sanksi BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Puskesmas Kecamatan Koja BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN vi

7 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Alur Pedoman Pemberian Izin Yang Diterbitkan Oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Alur Perizinan Sarana Kesehatan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Formulir Permohonan Izin Apotek Check List Persyaratan Izin Apotek Surat Izin Apotek Berita Acara Pemeriksaan Apotek Berita Acara Pemusnahan Resep Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat) Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat) Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat Formulir Permohonan Izin Prinsip IKOT Formulir Permohonan Izin Usaha IKOT Formulir Permohonan Penyuluhan Keamanan Pangan Formulir Permohonan SPP-IRT Lembar Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO/ LB2) Puskesmas Kecamatan Koja Data Sarana Pelayanan Farmakmin Tahun vii

8 20. Laporan Pemakaian Obat dan Alat Habis Pakai Indikator Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Laporan perizinan Seksi Sumber Daya Kesehatan Surat Izin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA) viii

9 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dimana dalam Undangundang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2002). Desentralisasi upaya Kesehatan memberi wewenang kepada kabupaten dan kota untuk menentukan sendiri prioritas pembangunan Kesehatan daerahnya sesuai dengan kemampuan, kondisi dan kemampuan setempat. Dalam upaya mendukung pembangunan Kesehatan, sistem informasi Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting sebagai dasar penyusunan kebijakan, strategi maupun perencanaan, sehingga pembangunan Kesehatan yang dilaksanakan dapat tepat sasaran dan mampu mengatasi masalah Kesehatan yang dihadapi. Sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat dilimpahkan ke pemerintah daerah. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan DKI Jakarta sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang kesehatan memberikan wewenangnya kepada Suku Dinas Kesehatan Kotamadya untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.150 tahun Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, promosi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian efektivitas pelayanan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan terdapat di setiap kota Administrasi seperti Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat (Pemerintah Provisnsi DKI Jakarta, 2009). 1

10 2 Untuk itu pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan, khususnya Apoteker, mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan layanan kesehatan yang bermutu. Sebagai sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan, Apoteker perlu dibekali pengetahuan tentang tugas dan fungsi profesi apoteker di organisasi pemerintah meliputi kewajiban dan wewenangnya dalam menangani perizinan, pengawasan, pengendalian juga pelayanan kesehatan di berbagai daerah. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker fakultas Farmasi UI menugaskan mahasiswa Program Profesi Apoteker untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara Seksi Sumber Daya Kesehatan Kooedinator Farmasi Makanan dan Minuman. Selain itu Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara mengutus mahasiswa untuk melakukan observasi ke Puskesmas Kecamatan seperti Puskesmas Kecamatan Koja sebagai bentuk gambaran pelaksanaan kegiatan pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Kegiatan PKPA berlangsung pada periode 16 Januari sampai dengan 10 Febuari 2012 dan diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang telah didapat setelah selesainya kegiatan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara dengan baik Tujuan Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, diharapkan mahasiswa dan mahasiswi calon apoteker mampu untuk : 1. Mengetahui serta memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehata (Sudinkes) Kota Administrasi Jakarta Utara. 2. Mengetahui serta memahami tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan khususnya bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) Kota Administrasi Jakarta Utara. 3. Mengetahui dan memahami perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman Kota Administrasi Jakarta Utara.

11 3 BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA 2.1. Suku Dinas Kesehatan (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002). Suku Dinas Kesehatan adalah salah satu unsur pelaksana Pemerintah Daerah Tingkat II di bidang kesehatan yang mempunyai tugas dan kewajiban dalam pembangunan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan merupakan organisasi lama namun dengan penamaan baru yang merupakan penggabungan dari dua Suku Dinas yang terdahulu, yakni Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat menjadi Suku Dinas Kesehatan (Sudin Kesehatan). Perubahan ini berakibat pada perubahan struktur organisasi secara keseluruhan. Sebelum Penggabungan ini, Suku Dinas Pelayanan Kesehatan terdiri dari 6 seksi, yaitu Seksi Pelayanan kesehatan Dasar, Seksi Farmasi Makanan Minuman, Seksi Pelayanan Kesehatan Spesialistik, Seksi Pendataan & Program, Seksi Gawat Darurat Bencana & Gakin, Seksi Pengobatan Tradisional, dan Subbag Tata Usaha. Sedangkan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat terdiri dari 6 seksi, yaitu Seksi Pendataan & Program, Seksi Penyakit Menular, Seksi Penyakit Tidak menular, Seksi Kesehatan Jiwa & Napza, Seksi Gizi PPSM, Seksi Penyehatan Lingkungan, dan Subbag Tata usaha. Setelah Penggabungan kedua Suku Dinas tersebut menjadi Suku Dinas Kesehatan (Sudin Kesehatan), maka struktur organisasi berubah menjadi 4 seksi, yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dan Subbag Tata Usaha Visi dan Misi Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yaitu Menjadi Suku Dinas Kesehatan yang profesional menuju Jakarta Utara sehat untuk semua. 3

12 4 Untuk mewujudkan visi tersebut, maka telah ditetapkan misi yaitu (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010): 1. Meningkatkan kompetensi seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) di jajaran Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2. Mengembangkan pelayanan perizinan berbasis teknologi informasi. 3. Menciptakan dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja. 4. Meningkatkan sistem informasi yang cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan berbasis komputer. 5. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih. 6. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih sehat serta untuk penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana. 7. Meningkatkan kualitas dan respontime pelayanan kesehatan Gawat Darurat dan Bencana. 8. Meningkatkan kerjasama lintas program, lintas sektoral dengan organisasi profesi, organisasi masyarakat dan institusi lainnya dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat di Jakarta Utara. 9. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat Struktur Organisasi Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta sesuai dengan Pasal 23 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No.150 Tahun 2009 terdiri dari (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009): 1. Kepala Suku Dinas Kesehatan 2. Subbagian Tata Usaha 3. Seksi Kesehatan Masyarakat 4. Seksi Pelayanan Kesehatan 5. Seksi Sumber daya Kesehatan 6. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Subbagian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian dan setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan.

13 Tugas Pokok Fungsi Satuan Kerja Suku Dinas Kesehatan Satuan Kerja Suku Dinas Kesehatan terdiri dari 4 seksi, yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dan Subbag Tata Usaha Subbagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha mempunyai ruang lingkup tugas : 1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3. Mengoordinasikan penyusunan RKA dan DPA suku dinas. 4. Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan DPA suku dinas. 5. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas. 6. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan suku dinas. 7. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, dan pemeliharaan dari perawatan prasarana dan sarana kerja suku dinas. 8. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor. 9. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan suku dinas. 10. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara suku dinas. 11. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan penerimaan retribusi suku dinas kesehatan. 12. Menyiapkan bahan laporan suku dinas yang terkait dengan tugas subbagian tata usaha. 13. Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) suku dinas. 14. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas subbagian tata usaha.

14 6 Subbagian Tata Usaha (Subbag TU) membawahi empat urusan, yaitu urusan umum, kepegawaian, keuangan, dan urusan perencanaan dan anggaran. Bagian umum mengatur urusan rumah tangga dan perlengkapan yang meliputi arsip-arsip, inventarisasi alat kantor, air, dan listrik. Bagian kepegawaian mengatur semua hak dan kewajiban pegawai, Daftar Usulan Kenaikan (DUK) berdasarkan mulai terhitungnya masa kerja tetap, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kepegawaian di Sudinkes. Bagian keuangan mengatur pengelolaan keuangan untuk menunjang operasional dari Sudinkes. Untuk penghapusan barang-barang yang sudah tidak terpakai, maka Subbag TU juga harus membuat surat permohonan penghapusan ke Biro Perlengkapan yang berada di tingkat provinsi Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat bertugas mengolah semua data atas pelaksanaan program yang sebelumnya dikumpulkan dan dilaporkan oleh masing-masing seksi. Tugas pokok dan fungsi seksi Kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 2. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 3. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, anak prasekolah, anak usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan keperawatan; 4. Mengoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat; 5. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi;

15 7 6. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat; 7. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota administrasi; 8. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi; 9. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM; 10. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG); 11. Melaksanakan kegiatan peran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat; 12. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat; 13. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat membawahi tiga bidang, yaitu bidang gizi dan PPSM, bidang kesehatan keluarga, dan bidang promosi dan informasi kesehatan. Bidang gizi dan PPSM bertanggung jawab dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan gizi dan PPSM di puskesmas tingkat kecamatan dan kelurahan. Bidang kesehatan keluarga mengurusi berbagai kegiatan yang berkaitan dengan program kesehatan keluarga, seperti kesehatan ibu dan anak, kesehatan lansia, kesehatan gigi dan mulut, dan penanganan kekerasan dalam rumah tangga. Sementara bidang promosi dan informasi kesehatan bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan promosi dan informasi kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Tugas pokok dan fungsi seksi Pelayanan Kesehatan diantaranya adalah:

16 8 1. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 2. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 3. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan; 4. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan; 5. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan; 6. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan; 7. Memberikan rekomendasi/perizinan sarana pelayanan kesehatan; 8. Memberikan tanda daftar ke pengobat tradisional; 9. Melaksanakan siaga 24 jam/pusat pengendali dukungan kesehatan (Pusdaldukkes); 10. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan; 11. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan; 12. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan membawahi tiga bidang, yaitu pelayanan kesehatan dasar, gawat darurat dan bencana, dan pelayanan kesehatan spesialistik dan tradisional. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan medik terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan maksimal dokter umum atau dokter gigi, dan dibantu paramedis (bidan dan perawat). Pelayanan kesehatan ini merupakan bagian integral dari jaringan pelayanan medik yang dapat diselenggarakan oleh perorangan, kelompok (BUMN, PT, CV, koperasi), atau yayasan yang meliputi upaya pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitasi) (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2002). Bidang pelayanan kesehatan dasar berwenang untuk

17 9 memberikan layanan perizinan sarana kesehatan dasar dan profesinya. Sarana kesehatan dasar dan profesinya ini ditinjau minimal satu tahun sekali yang bertujuan untuk menjalankan fungsi pengawasan bagi sarana kesehatan dasar dan profesinya tersebut. Bentuk pelayanan kesehatan medik dasar diselenggarkan dalam jenis kelompok (Departemen Kesehatan RI, 1987; Menteri Kesehatan RI Direktorat Pelayanan Medik, 1986): a. Balai Pengobatan (BP) b. Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) c. Praktek Berkelompok Dokter Umum (PBDU) d. Praktek Berkelompok Dokter Gigi (PBDG) e. Praktek Perorangan Dokter Umum (PBDU) f. Praktek Perorangan Dokter Gigi (PBDG) g. Rumah Bersalin (RB) h. Pelayanan medik dasar lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI. Bidang gawat darurat dan bencana bertugas untuk melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tentang mekanisme pelayanan kesehatan gawat darurat di tingkat Kotamadya serta mensosialisasikan dan menyiapkan penduduk dalam menghadapi keadaan tersebut. Dalam pelaksanaanya, bidang gawat darurat dan bencana perlu melakukan koordinasi dengan sektor-sektor terkait, seperti kelurahan dan puskesmas. Bentuk sosialisasi yang dilakukan berupa pemberian penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat terutama Kader Siaga Bencana (KSB) yang dapat terdiri dari pemuda karang taruna, bahkan ibu-ibu Posyandu dan Satuan Tugas Kesehatan Bencana (STKB) yang terdiri dari Banpol atau Satpam terlatih sehingga dapat berperan aktif terhadap pencegahan dan pengendalian keadaan darurat dan bencana dengan mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan apabila terjadi keadaan darurat dan bencana. Hal tersebut antara lain adalah cara pertolongan pertama terhadap korban dan segera memberikan informasi kepada Suku Dinas Kesehatan. Pengoperasian sistem komunikasi yang baik dapat mempercepat penyampaian informasi, sehingga Suku Dinas Kesehatan cepat dalam merespon bencana dan berkoordinasi dengan

18 10 puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk segera mengirimkan ambulans dan memberikan pelayanan kesehatan kepada korban bencana sehingga korban dapat ditempatkan pada lokasi yang layak, aman, dan mudah mendapatkan pelayanan kesehatan. Bidang pelayanan kesehatan spesialistik dan tradisional bertanggung jawab dalam pengawasan dan pengendalian pemberian perizinan sarana pelayanan kesehatan keahlian dan pengobat tradisional dan komplementer alternatif. Pelayanan Medik Spesialistik adalah pelayanan medik terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis atau kelompok dokter spesialis. Penyelenggaraan pelayanan medik oleh seorang dokter spesialis atau dokter gigi spesialis merupakan praktek perorangan sedangkan penyelenggaraan pelayanan medik secara bersama oleh beberapa dokter spesialis atau dokter gigi spesialis merupakan praktek berkelompok. Bidang pelayanan kesehatan spesialistik dan tradisional melayani perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian di bidang kesehatan yang bersifat spesialistik. Sarana pelayanan kesehatan keahlian/spesialistik dilaksanakan oleh perorangan, kelompok, perusahaan (PT) atau yayasan berbadan hukum dengan bentuk pelayanan sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 1987; Kementerian Kesehatan RI, 1986; Departemen Kesehatan RI, 1998) a. Praktek Perorangan Dokter Spesialis b. Praktek Perorangan Dokter Gigi Spesialis c. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis (PBDS) d. Praktek Berkelompok Dokter Gigi Spesialis (PBDGS) e. Rumah Sakit Umum (RSU) f. Rumah Sakit Khusus g. Pelayanan medik spesialistik lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI seperti laboratorium klinik dan fisioterapi Seksi Sumber Daya Kesehatan Sumber daya kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di

19 11 bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Bagian ini mempunyai tugas pokok dan fungsi: 1. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 3. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman; 4. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan; 5. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan; 6. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan; 7. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu; 8. Melaksanakan survei kepuasaan pelanggan kesehatan; 9. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas; 10. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator; 11. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan; 12. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga; 13. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial; 14. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi; 15. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan; 16. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi Sumber Daya Kesehatan;

20 Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dibagi menjadi 3 koordinator, yaitu Standarisasi Manajemen Kesehatan, Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin), dantenaga Kesehatan. Standarisasi Manajemen Kesehatan bertugas dan bertanggung jawab sebagai pengelola administrasi dan perencanaan mutu, melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan, merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit internal, eksternal, serta tinjauan manajemen dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu. Farmakmin bertugas dan bertanggung jawab memberikan pelayanan perizinan farmasi, makanan, dan minuman, mengendalikan mutu pelayanan farmakmin, membuat perencanaan kegiatan dan anggaran farmakmin, KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) pada customer, memverifikasi berkas perizinan yang masuk, melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap Saryankes Farmakmin, membuat perencanaan kerja, laporan, dan evaluasi kerja mingguan. Tenaga Kesehatan bertugas dan bertanggung jawab membantu menyusun bahan RKA dan DPA Seksi Sumber Daya Kesehatan, menyusun dan mengkoordinasikan pembuatan jadwal pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan, menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, mengkoordinir pelaksanaan kegiatan penilaian calon tenaga kesehatan teladan di Puskesmas, mengkoordinir pelaksanaan pembinaan tenaga kesehatan, membantu dalam pelaksanaan segala proses perizinan tenaga kesehatan mulai dari verifikasi berkas permohonan, dan kunjungan lapangan sampai pencetakan ijin tenaga kesehatan serta melaksanakan tugas kunjungan dalam hal perizinan tenaga kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan.

21 13 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Adapun tugas pokok dan fungsi Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan antara lain : 1. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 2. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 3. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/klb (Kejadian Luar Biasa), dan kesehatan lingkungan; 4. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji; 5. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular serta kesehatan jiwa masyarakat; 6. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat; 7. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama, dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), unit kerja perangkat daerah (UKPD) dan/ atau instansi pemerintahan/ swasta/ masyarakat; 8. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi; 9. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB) pada lingkup kota administrasi; 10. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan dugaan wabah serta keracunan makanan; 11. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah/ KLB dan surveilans;

22 Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian; 13. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah/klb dan surveilans; 14. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum/air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, peyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), dan upaya pengelolaan lingkungan/upaya pemantauan lingkungan; 15. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan; 16. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja; 17. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan; 18. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan membawahi tiga bidang, yaitu kesehatan lingkungan, penyakit menular dan tidak menular, dan surveilans. Bidang kesehatan lingkungan mengurusi segala hal yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan meliputi penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida, dan lingkungan lainnya. Bidang penyakit menular dan tidak menular bertanggung jawab dalam pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, imunisasi, napza, dan haji. Disamping itu, bidang ini juga bertugas memberikan informasi mengenai perkembangan penyakit menular di Jakarta Utara. Tanggung jawab dari bidang

23 15 surveilans adalah melaksankan tugas-tugas dalam ruang lingkup kegiatan penanggulangan wabah dan surveilans Puskesmas Puskesmas merupakan suatu organisasi kesehatan fungsional, selain merupakan pusat pengembangan kesehatan juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayahnya (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006). Di setiap Kecamatan Kota/ Kabupaten Administrasi dibentuk Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan. Di setiap Kelurahan Kota/ Kabupaten Administrasi dibentuk Pusat Kesehatan Masyarakat Kelurahan (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009). Puskesmas Kecamatan tidak hanya memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi di puskesmas kecamatan saja, namun juga memenuhi kebutuhan di puskesmas tingkat kelurahan. Sarana pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan, diantaranya adalah: 1. Apotek 2. Gudang Farmasi

24 16 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN 3.1. Seksi Sumber Daya Kesehatan. Salah satu seksi di Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara adalah Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi Standarisasi Manajemen Kesehatan, Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin), dan Tenaga Kesehatan (Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan Sudin Kesehatan Jakarta Utara, 2009). Agar mampu menjalankan tugas dan fungsinya tersebut, maka kepala seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki wewenang antara lain: 1. Menilai kinerja staf di lingkungan seksi Sumber Daya Kesehatan 2. Menetapkan perencanaan program seksi Sumber Daya Kesehatan 3. Mewakili Kepala Sudin sesuai dengan kewenangan yang diberikan 4. Mengendalikan seluruh kegiatan Seksi Sumber Daya Kesehatan 5. Merekomendasikan tertib atau tidaknya izin tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman Standarisasi Manajemen Kesehatan Tugas dan tanggung jawab bagian Standarisasi Manajemen Kesehatan adalah: 1. Memastikan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu ditetapkan,diterapkan, dan dipelihara 2. Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan 3. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas 4. Melaksanakan kegiatan pertemuan koordinasi forum komunikasi manajemen mutu di tingkat kota administrasi Jakarta Utara 16

25 17 5. Melaksanakan fasilitas peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan 6. Mengusulkan perencanaan dan alokasi anggaran program mutu 7. Merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit internal, eksternal serta tinjauan manajeman dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu. Bagian Standarisasi Manajemen Kesehatan memiliki wewenang, antara lain: 1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya. 2. Melaporkan kinerja seksi yang mempengaruhi sistem manajemen mutu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara 3. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran. 4. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan yang diberikan. Bagian Standardisasi Manajemen Kesehatan membawahi beberapa sub bagian diantaranya: a. Pengelola Administrasi dan Perencanaan Mutu Sub bagian pengelola administrasi dan perencanaan mutu, memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Menginventarisir kegiatan di subsie Standarisasi Manajemen Kesehatan Sudin Kesehatan Jakarta Utara 2. Menginventarisir kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan pemeliharaan penerapan sistem manajemen mutu Sudin Kesehatan Jakarta Utara 3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam rangka penerapan sistem mutu Sudin Kesehatan 4. Membuat rencana kerja tahunan Sub Seksi Standardisasi Manajemen Mutu 5. Melaporkan rencana anggaran

26 18 6. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dokumen, berkas, arsip, rekaman, dan sebagainya yang terkait dengan kegiatan mutu Sudin Kesehatan Adapun wewenang dari sub bagian pengelola administrasi dan perencanaan mutu adalah: 1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya 2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran 3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan b. Pengelola Survey Kepuasan Pelanggan Sub bagian pengelola survey kepuasan pelanggan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Memastikan berjalannya kegiatan survey kepuasan pelanggan Sudin Kesehatan Jakarta Utara 2. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan survey kepuasan pelanggan 3. Membuat rencana kegiatan tahunan survey kepuasan pelanggan 4. Melaporkan kegiatan survey kepuasan pelanggan Adapun wewenang dari sub bagian pengelola survey kepuasan pelanggan adalah: 1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya 2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran 3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan c. Pengelola Audit Internal Sub bagian pengelola audit internal memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mengelola kegiatan audit internal

27 19 2. Memastikan berjalannya kegiatan Audit Internal Sudin Kesehatan 3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan audit internal 4. Membuat laporan kegiatan audit internal Sudin Kesehatan Adapun wewenang dari sub bagian pengelola audit internal adalah: 1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya 2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran 3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan d. Pengelola Audit Eksternal Sub bagian pengelola audit eksternal memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mengelola kegiatan audit eksternal 2. Memastikan berjalannya kegiatan Audit Eksternal Sudin Kesehatan 3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan audit eksternal 4. Membuat laporan kegiatan audit eksternal Sudin Kesehatan Adapun wewenang dari sub bagian pengelola audit eksternal adalah: 1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya 2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran 3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan e. Pengelola Forum Komunikasi Mutu Sub bagian pengelola forum komunikasi mutu memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mengelola kegiatan forum komunikasi mutu yang merupakan pertemuan rutin antara perwakilan mutu sudin, atau pertemuan antara perwakilan tim mutu sudin dan puskesmas

28 20 2. Memastikan berjalannya kegiatan forum komunikasi mutu sudin kesehatan 3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatanforum komunikasi mutu 4. Membuat laporan kegiatan forum kemunikasi mutu sudin kesehatan Adapun wewenang dari sub bagian pengelola forum komunikasi mutu adalah: 1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya 2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran 3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan Farmasi, Makanan, dan Minuman Tugas dan tanggung jawab bagian Farmakmin adalah (Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan Sudin Kesehatan Jakarta Utara, 2010) : 1. Memberikan pelayanan perizinan Farmakmin 2. Mengendalikan mutu pelayanan Farmakmin 3. Membuat perencanaan kegiatan dan anggaran Farmakmin Bagian farmasi, makanan dan minuman memiliki wewenang, antara lain: 1. Menetapkan perencanaan kegiatan Farmakmin 2. Mewakili Kepala Seksi sesuai dengan kewenangan yang diberikan 3. Mengendalikan kegiatan perizinan sarana Farmakmin dan kegiatan Binwasdal 4. Merekomendasikan tertib atau tidaknya izin Farmakmin Bagian Farmakmin membawahi beberapa sub bagian diantaranya: a. Pengelola Administrasi Farmakmin Sub bagian pengelola administrasi Farmakmin memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

29 21 1. Mengkoordinir peninjauan lapangan 2. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan 3. Pemegang program kegiatan sosialisai tenaga asisten apoteker, penyuluhan keamanan pangan, dan pembinaan sarana pelayanan Farmakmin 4. Mengkoordinir kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk semua jenis sarana pelayanan kesehatan Farmakmin 5. Membuat laporan kegiatan program (SPJ lengkap) Wewenang dari sub bagian pengelola administrasi Farmakmin adalah: 1. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan 2. Mengusulkan rencana kegiatan 3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya b. Pengelola Apotek dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Sub bagian pengelola apotek dan IKOT memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Melaksanakan peninjauan lapangan ke apotek dan IKOT 2. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan apotek dan IKOT 3. Melaksanakan kegiatan sosialisasi tenaga asisten apoteker 4. Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk apotek dan IKOT 5. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program Adapun wewenang dari sub bagian pengelola apotek dan IKOT adalah: 1. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan 2. Mengusulkan rencana kegiatan 3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya

30 22 4. Mempunyai kewenangan untuk merekomendasikan diberikannya izin atau tidak kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan c. Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan Sub bagian pengelola Industri Rumah Tangga Panggan (IRTP) memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Melaksanakan peninjauan lapangan ke IRTP 2. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan IRTP 3. Melaksanakan kegiatan sosialisasi IRTP 4. Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk IRTP 5. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program Adapun wewenang dari sub bagian pengelola IRTP adalah: 1. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan 2. Mengusulkan rencana kegiatan 3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya 4. Mempunyai kewenangan untuk merekomendasikan diberikannya izin atau tidak kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan Tenaga Kesehatan Tugas dan tanggung jawab bagian Tenaga Kesehatan (NAKES) adalah: 1. Membantu Kepala Seksi menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran Seksi Sumber Daya Kesehatan 2. Menyusun jadwal bimbingan teknis tenaga kesehatan 3. Menganalisa dan melaksanakan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan 4. Membantu terlaksananya program kegiatan di Seksi Sumber Daya Kesehatan

31 23 5. Mengendalikan dan mengkoordinir tugas dan wewenang tenaga kesehatan Bagian NAKES memiliki wewenang antara lain: 1. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan 2. Mengusulkan rencana program kegiatan 3. Mengkoordinasi program kegiatan kepada seksi terkait Bagian Koordinator Tenaga Kesehatan membawahi beberapa sub bagian diantaranya: a. Pengelola Bimbingan Teknis (BIMTEK) Sub bagian pengelola BIMTEK memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Membantu koordinator menyusun dan merencanakan program kerja tenaga kesehatan 2. Membantu koordinator dalam membuat jadwal BIMTEK tenaga kesehatan 3. Membantu koordinator dalam pelaksanaan BIMTEK. Adapun wewenang dari sub bagian pengelola BIMTEK adalah: 1. Mengusulkan rencana program kegiatan BIMTEK 2. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya b. Pengadministrasian Sub bagian Pengadministrasian memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mengarsipkan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran tenaga kesehatan 2. Mengarsipkan surat masuk dan surat keluar tenaga kesehatan 3. Mengadministrasikan jadwal bimbingan teknis tenaga kesehatan 4. Mengadministrasikan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

32 24 5. Mengadministrasikan hasil program kegiatan di Seksi Sumber Daya Kesehatan Adapun wewenang dari sub bagian Pengadministrasian adalah mengumpulkan data-data dan semua hasil kegiatan program kerja yang ada di sub seksi Tenaga Kesehatan. c. Pengelola Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) Sub bagian Pengelola Diklat memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Membantu koordinator menyusun dan merencanakan program kerja tenaga kesehatan 2. Membantu koordinator membuat jadwal pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan 3. Membantu koordinator dalam pelaksanaan Diklat Adapun wewenang dari sub bagian pengelola Diklat adalah: 1. Mengusulkan rencana kegiatan 2. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya Ruang Lingkup Perizinan Farmakmin mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan perizinan, pengendalian, dan penilaian efektifitas pelayanan kesehatan dalam bidang farmasi, makanan, dan minuman. Layanan perizinan yang diberikan oleh Farmakmin meliputi pemberian surat izin sarana dan surat izin kerja. Adapun jenis surat izin tersebut sebagai berikut : 1. Untuk sarana kesehatan meliputi: a. Izin Apotek b. Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat) c. Izin Industri Kecil Obat Tradisional d. Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)

33 25 e. Sub Penyalur Alat Kesehatan (Sub PAK) 2. Untuk tenaga kesehatan meliputi: a. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) b. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) c. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) d. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (SPKP) Berdasarkan undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, dinyatakan bahwa semua penyelenggaraan sarana kesehatan harus mempunyai izin. Bertolak dari Undang-undang Kesehatan tersebut maka seluruh penyelenggaraan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman di wilayah Propinsi DKI Jakarta harus mempunyai izin. Ruang lingkup perizinan dari sarana kesehatan Farmakmin yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara adalah sebagai berikut: Apotek Berdasarkan PerMenKes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek menyebutkan bahwa apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Sediaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat. Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian profesi Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat, dan sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Pengelolaan apotek merupakan tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.

34 26 Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan serta tidak melakukan perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik seperti perubahan/pindah alamat maupun perubahan non fisik seperti perubahan/pergantian kepemilikan, perubahan/pergantian tenaga ahli sarana kesehatan (Apoteker), perubahan/pergantian nama sarana kesehatan serta perubahan surat izin kesehatan jika hilang. Setiap perubahan baik fisik maupun non fisik tersebut harus disertai dengan perubahan izin apotek dan mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas Kesehatan. Untuk mendapatkan SIA baru, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, kamar kerja Apoteker, tempat pencucian alat, dan toilet/wc. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, dan alamat apotek. Selain itu, apotek juga harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Khusus untuk pemakaian narkotika dan psikotropika, apotek harus melaporkan pemakaiannya setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat. Seorang APA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker c. Memiliki sertifikat kompetensi profesi

35 27 d. Memenuhi syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di apotek lain Adapun persyaratan perizinan setiap jenis sarana apotek yang telah ditentukan dan didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kotamadya adalah (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002) 1. Persyaratan izin apotek yang bekerjasama dengan pihak lain adalah sebagai berikut: a. Surat permohonan izin apotek dari APA ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat di atas materai Rp ,00 dan dibuat rangkap tiga b. Fotokopi KTP Jabodetabek APA c. Fotokopi Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA). d. Fotokopi akte status bangunan (akte hak milik/sewa/kontrak) dilengkapi dengan bukti kepemilikan. e. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) berdasarkan Undang-Undang Gangguan (UUG) f. Asli dan salinan daftar terperinci alat perlengkapan apotek g. Surat pernyataan di atas materai Rp ,00 dari APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja tetap pada perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di tempat lain h. Asli dan fotokopi surat izin dari atasan bagi APA PNS/ABRI/Peg. Instansi Pemerintahan lainnya i. Foto kopi denah bangunan dan ruangan serta peta lokasi j. Surat pernyataan di atas materai Rp ,00 dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat, dan tidak akan ikut campur dalam pengelolaan obat k. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan, disertai dengan lampiran fotokopi ijazah, fotokopi surat izin kerja asisten apoteker/d3 farmasi

36 28 l. Surat keterangan lolos butuh bagi SP yang berasal dari luar DKI m. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi n. Akte (asli/legalisir) notaris perjanjian kerjasama APA dan Pemilik Sarana Apotek (PSA) o. Pas foto APA berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar p. Nomor Pokok Wajib Pajak Apabila Apotek buka 24 jam, maka apotek tersebut harus ada Apoteker Pendamping, dan apabila APA dan Apoteker Pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota dalam hal ini kepada Sudin Kesehatan Kotamadya setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dan Menteri Kesehatan RI di Jakarta. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping maupun Apoteker Pengganti dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terusmenerus, SIA atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat dicabut. Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh Apoteker Pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika, dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Apabila apotek melakukan pelanggaran, maka pertamatama diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari apotek tersebut maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pelaksanaan pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan atau pembekuan izin Apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain APA, asisten apoteker yang bekerja di apotek juga harus memiliki Surat Izin

37 29 Asisten Apoteker (SIAA) dan Surat Izin Kerja Tenaga teknis kefarmasian (SIKTTK) di apotek tempat asisten tersebut bekerja. SIAA ini dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi sedangkan SIKTTK diperoleh dengan mengajukan permohonan ke Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara Toko Obat Toko obat didefinisikan sebagai orang/badan hukum di Indonesia yang mempunyai izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Untuk mendirikan toko obat, maka pedagang eceran obat harus membuat surat permohonan Izin Usaha Pedagang Eceran Obat yang ditujukan kepada Seksi Farmakmin Sudin Kesehatan setempat. Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara lain (Kementerian Kesehatan RI, 2002): a. Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada Kepala Sudin Kesehatan Kotamadya setempat sebanyak 3 rangkap, 1 rangkap diatas materai Rp. 6000,00. b. Surat pernyataan pemilik tidak menjual obat G, diatas materai Rp. 6000,00 c. Surat pernyataan kesediaan asisten apoteker untuk menjadi pimpinan/penanggung jawab teknis pada toko obat di atas materai Rp. 6000,00 d. Fotokopi KTP DKI Jakarta dari pemilik toko obat e. Fotokopi KTP Jabodetabek asisten apoteker penanggung jawab f. Akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang terdaftar pada Menkeh HAM g. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan h. Fotokopi ijazah dan SIKAA i. Status bangunan tempat usaha milik sendiri, lampiran sertifikat, dan bila sewa minimal 2 tahun diserai dengan melampirkan surat sewa, serta fotokopi KTP pemilik Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) j. NPWP

38 30 Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan pelanggaranakan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan, penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin, sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1331/MenKes/SK/ X/2002 ketentuan yang harus dipenuhi oleh pedagang eceran obat, adalah sebagai berikut: a. Pedagang eceran obat dipimpin oleh seorang asisten apoteker sebagai penanggung jawab teknis b. Harus memasang papan nama di depan toko yang mudah dilihat oleh umum dengan tulisan TOKO OBAT BERIZIN beserta nama toko obat, tulisan TIDAK MENERIMA RESEP DOKTER dibagian sudut kanan atas harus dicantumkan nomor surat izin c. Papan nama minimal berukuran lebar 40 cm dan panjang 60 cm, maksimal 150 cm d. Tulisan harus berwarna hitam di atas dasar putih, tinggi huruf paling sedikit 5 cm dan tebal paling sedikit 5 mm e. Tidak diperkenankan membuat atau meracik obat, membungkus atau membungkus kembali obat (hanya menjual obat dalam bentuk kemasan asli pabrik) f. Tidak diperkenankan menerima atau melayani resep dokter g. Obat-obat yang termasuk daftar obat bebas terbatas tidak boleh dicampur dengan obat atau barang-barang lain h. Tidak diperkenankan bertindak sebagai PBF i. Tidak diperkenankan menjual obat keras, narkotika dan obat-obat berbahaya dan bersedia menyerahkan obat-obat tersebut kepada petugas Suku Dinas Kesehatan setempat bila ditemukan pada saat pemeriksaan j. Harus membeli obat-obat dari pedagang besar farmasi yang resmi, yang memiliki izin dari Departemen Kesehatan RI k. Membuat laporan 10 jenis obat terbanyak dijual dalam triwulan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat

39 31 l. Tidak diperkenankan menjual obat-obat yang rusak atau kadaluarsa dan bersedia dimusnahkan oleh petugas Suku Dinas Kesehatan setempat bila ditemukan pada saat pemeriksaan m. Tidak diperkenankan mengganti, menghilangkan atau membuat tidak dapat dibacanya merek obat, label dan atau tulisan yang terdapat pada obat dan pembungkusnya n. Harus mempunyai izin dari Departemen Perdagangan (SIUP) o. Petugas resmi dari Dinas Kesehatan DKI dan Departemen Kesehatan RI berhak memeriksa setiap waktu p. Apabila izin batal atau dicabut maka pemilik izin harus segera menyerahkan surat izinnya kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat q. Diwajibkan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku dan yang akan berlaku Perubahan fisik maupun non fisik dari toko obat dapat terjadi setiap saat. Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak dari toko obat harus mengajukan permohonan tertulis kepada seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan setempat. Perubahan non fisik (tidak dilakukan pemeriksaan lapangan) terjadi jika : a. Terjadi pergantian asisten apoteker penanggungjawab teknis sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya) b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan lokasi d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya) e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak Sedangkan perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan) terjadi jika ada pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat atau perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat.

40 Industri Kecil Obat Rumah Tangga (IKOT) IKOT merupakan perusahaan yang memproduksi obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari enam ratus juta rupiah, tidak termasuk harga tanah dan bangunan (Kementerian Kesehatan, 1990). IKOT ini biasanya dilakukan di lingkungan perumahan. Sebelum menjalankan usahanya, pemilik industri obat tradisional ini harus memiliki izin dalam hal sarana dan prasarana industri tersebut. Persyaratan izin IKOT terdiri dari izin prinsip dan izin usaha. Izin prinsip dimaksudkan agar pihak penyelenggara mempunyai cukup waktu untuk mempersiapkan sarana, prasarana dan sumber daya manusia dimana izin prinsip ini hanya diberikan untuk produksi IKOT yang masa berlakunya 3 tahun. Izin usaha diberikan bila pihak penyelenggara sudah dapat beroperasi penuh karena seluruh persyaratan sarana/prasarana sudah lengkap. Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin IKT, antara lain (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002) : a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat rangkap 2 dan 1 rangkap di atas materai Rp b. Rencana denah bangunan Industri IKOT c. Jadwal rencana pendiri bangunan dan pemasangan mesin produksi d. UUG e. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Sementara persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin IKOT, antara lain (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002): a. Permohonan izin prinsip/izin tetap dari direktur/pimpinan/perorangan, ditujukan kepada Sudin Kesehatan setempat sebanyak 3 rangkap beserta lampirannya dan 1 rangkap di atas materai Rp. 6000,00 b. Akte pendirian perusahaan bila dalam bentuk PT disahkan oleh Menkeh HAM c. Ijazah Apoteker penanggungjawab teknis d. KTP DKI dari penanggungjawab teknis

41 33 e. Surat perjanjian kerjasama antara asisten apoteker dengan pihak perusahaan di atas materai Rp. 6000,00 f. Surat izin tempat usaha berdasarkan UUG g. Peta Lokasi h. Denah ruangan produksi, kantor, gudang bahan baku, gudang produk jadi i. Bentuk obat tradisional yang akan diproduksi j. Peralatan dan pengolahan serta pengemasan k. Peralatan laboratorium l. Sumber daya/energi yang dipakai m. Jumlah tenaga kerja n. Nilai investasi o. Rencana pemasaran p. Buku peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dan lain-lain q. Status gedung (sewa/milik sendiri); lampirkan fotokopi sertifikat bila sewa, lampirkan surat sewa minimal 5 tahun beserta fotokopi KTP pemilik r. AMDAL/Surat Pernyataan Pengelolahan Limbah (SPPL) s. Peralatan pengendalian pencemaran Perubahan-perubahan non fisik (tidak dilakukan pemeriksaan lapangan) dilakukan jika: a. Terjadi pergantian direktur/pimpinan sarana kesehatan IKOT (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya) b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan IKOT c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan IKOT tanpa pemindahan lokasi d. Terjadi pergantian penanggung jawab teknis sarana kesehatan IKOT (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya) e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan IKOT hilang atau rusak Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan) dilakukan jika: a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan IKOT b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan IKOT c. Terjadi perluasan/penambahan jenis produksi dari sarana kesehatan IKOT

42 Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) IRTP adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual sampai semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) RI Nomor HK tanggal 30 April 2003 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), maka SPP-IRT bertujuan untuk (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002) : a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan. b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen. c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan IRTP. Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP), yaitu : a. Permohonan di atas materai Rp. 6000,00 b. Fotokopi KTP c. Pasfoto berwarna ukuran 3x4 cm sebanyak 2 lembar Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, yaitu: a. Surat keterangan/tanda daftar industri dari Sudin Perindustrian b. Akte pendirian perusahaan, bila dalam bentuk CV lampirkan akte notaris c. Fotokopi Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan pemilik/pemimpin d. Data produk makanan yang akan diproduksi e. Peta lokasi f. Denah ruangan produksi g. Rancangan etiket h. Pemeriksaan laboratorium i. Fotokopi KTP Pemilik (DKI) j. Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3x4 cm sebanyak 2 lembar

43 35 k. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan dari asal produk l. Status bangunan, untuk milik sendiri lampirkan sertifikat, dan bila sewa lampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik Adapun tata cara penyelenggaraan SPP-IRT, yaitu: 1. Pengajuan Permohonan a) Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota b) Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa: i. Susu dan hasil olahan. ii. Daging, ikan, unggas, dan hasil olahan yang memerlukan proses dan/atau penyimpanan beku iii. Pangan kaleng iv. Pangan bayi v. Minuman beralkohol vi. Air minum dalam kemasan vii. Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) viii.pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM c) Pemohon diwajibkan mengikuti PKP dan telah melewati tahap pemeriksaan saran produksinya oleh Sudin Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara. 2. Penyelenggaraan dan Pelaksanaan PKP Penyelenggaraan PKP dalam rangka SPP-IRT dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Suku Dinas Kesehatan di DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi PKP, yaitu : a. Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan memusnahkannya serta pengawetan pangan.

44 36 b. Higien dan sanitasi sarana PPIRT c. Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) d. Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga, misalnya : a. Pengemasan dan penyimpanan Produk Pangan Industri Rumah Tangga b. Pengembangan Usaha Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga termasuk etika bisnis 3. Pemeriksaan Sarana Produksi Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara melakukan pemeriksaan ke sarana produksi IRTP. Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP dengan hasil minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan SPP-IRT. 4. Sertifikasi Produksi Pangan IRT Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari 2 jenis, yaitu : a. Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan Sertifikasi ini diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan, dimana semua IRTP harus mempunyai minimal 1 orang tenaga yang telah memiliki sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan. Apabila IRTP tidak mempunyai tenaga yang telah memiliki sertifikat yang dimaksud, maka perusahaan tersebut harus menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan. b. Sertifikasi Produksi Pangan Sertifikat ini diberikan pada IRTP yang mempunyai tenaga yang lulus Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya dengan hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk 1 jenis pangan produk IRTP.

45 37 5. Sistem Pendataan dan Pelaporan Penyelenggaraan SPP-IRT di Sudin Yankes Kotamadya Jakarta Utara harus dilaporkan kepada BPOM atau Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat PKP dan SPP-IRTP dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta selambat lambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada BPOM. Sistem pendataan dan pelaporan SPP-IRT dilakukan oleh Sudin Yankes Kotamadya setempat dan bekerjasama dengan Balai Besar POM. Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada BPOM Surat Izin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA) Terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2004, pengurusan SIKAA didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kotamadya. Asisten apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah Sekolah Asisten Apoteker atau Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi Jurusan Farmasi, Politeknik Kesehatan, Akademi Analisis Farmasi dan Makanan, Jurusan Analisis Farmasi dan Makanan, Politeknik Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Kementerian Kesehatan RI, 2003). SIKAA adalah bukti tertulis yang diberikan kepada pemegang Surat Izin Asisten Apoteker (SIAA) untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di sarana kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Kementerian Kesehatan RI, 2003). Persyaratan registrasi untuk mendapatkan SIAA adalah sebagai berikut : a. Surat permohonan registrasi asisten apoteker ditujukan kepada dinas kesehatan propinsi DKI Jakarta. b. Fotokopi ijazah asisten apoteker yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan asisten apoteker. c. Fotokopi lafal sumpah asisten apoteker.

46 38 d. Surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktek (SIP). e. Pas foto ukuran 4x5 cm sebanyak 3 lembar. Persyaratan registrasi untuk mendapatkan SIKAA adalah sebagai berikut (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002): a. Surat permohonan mendapatkan SIKAA ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan Kotamadya yang bersangkutan b. Fotokopi SIAA yang masih berlaku c. Fotokopi ijizah asisten apoteker yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan asisten apoteker d. Surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki SIP e. Pas foto ukuran 4x5 cm sebanyak 2 lembar f. Surat keterangan dari pimpinan sarana kefarmasian atau apoteker penanggung jawab yang menyatakan masih bekerja pada sarana yang bersangkutan SIKAA tersebut hanya berlaku pada 1 sarana kefarmasian dan wajib dimiliki oleh asisten apoteker untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian pada sarana kefarmasian, selambat-lambatnya dalam 1 bulan setelah diterima bekerja. SIKAA berlaku 5 tahun, sepanjang SIAA belum habis masa berlakunya dan selanjutnya dapat diperbaharui Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur No. 58 tahun 2002, salah satu tugas Farmakmin adalah melakukan akreditasi dan pengawasan mutu pelayanan farmasi, makanan, dan minuman melalui Binwasdal. Pembinaan (Counseling) adalah kegiatan untuk menyiapkan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan agar mempunyai kompetensi untuk memenuhi persyaratan. Pengawasan (Supervision/Inspection) adalah evaluasi kesesuaian melalui pengamatan dan penetapan, jika perlu dengan pengukuran, uji atau cara lain. Pengendalian (Controlling) adalah bagian dari kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi yang fokus kepada pemenuhan persyaratan/peraturan perundang-undangan.

47 39 Tujuan pelaksanaan binwasdal oleh Farmakmin antara lain (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002): a. Tujuan umum, yaitu terbinanya sarana pelayanan farmasi maupun sarana Farmakmin serta alat kesehatan agar mampu memberikan pelayanan kefarmasian baik di sarana pelayanan kefarmasian. b. Tujuan khusus antara lain, yaitu terjaminnya mutu pelayanan kefarmasian baik pada sarana produksi maupun sarana distribusi serta terjamin dan tersedianya perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, aman dan berkhasiat serta terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Adapun sasaran Binwasdal di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara antara lain apotek, depo farmasi, toko obat, IKOT, IRTP, dan Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan (C/SPAK). Pelaksanaan Binwasdal perlu memperhatikan adanya hierarki atau jenjang kewenangan dalam organisasi dengan batasan yang berbeda-beda. Hierarki tersebut antara lain: 1. Dinas Kesehatan Propinsi Batas kewenangan meliputi: a. Penentu/pembuat kebijakan b. Penentu/pembuat pedoman c. Melakukan pembinaan dengan Suku Dinas Kesehatan terhadap sarana kesehatan Farmakmin yang izinnya masih diterbitkan oleh DepKes RI d. Penentu saran pencatatan izin yang masih diterbitkan oleh DepKes RI 2. Suku Dinas Kesehatan Batas kewenangan meliputi: a. Pelaksanaan Binwasdal. Aspek manajerial dan teknis untuk izin yang diterbitkan oleh Sudinkes b. Pencabutan dan pembekuan izin untuk izin yang ditertibkan oleh Sudinkes Metode-metode dalam pelaksanaan Binwasdal antara lain: a. Kunjungan ke lapangan : kuesioner dan analisa

48 40 b. Observasi ke lapangan c. Berita acara pemeriksaan (BAP) Ruang lingkup Pelayanan Binwasdal meliputi (Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2002): a. Mengendalikan Mutu Pelayanan meliputi BIMTEK dan Self Assessment Mutu Pelayanan pada sarana Farmakmin b. Audit Mutu sarana Farmakmin c. Rekomendasi perbaikan dan penyeliaan (Supervisi) d. Memberikan sanksi e. Memfasilitasi penyelesaian perselisihan/pengaduan/keluhan dari organisasi profesi dan masyarakat f. Mensosialisasikan peraturan perundangan tentang mutu kesehatan Farmakmin 3.4. Pelanggaran dan Sanksi Semua perizinan Sarana Kesehatan Farmakmin dalam memberikan pelayanan atau operasionalnya selalu mempunyai tujuan yaitu untuk memberikan kesehatan jasmani dan rohani bagi konsumen yang dilayani. Oleh sebab itu, bila pengelola atau pemilik sarana kesehatan tersebut tidak menjalankan seperti apa yang telah ditentukan dalam peraturan perundangundangan maka akan diberikan sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002). Sanksi yang akan diberikan bagi pengelola atau pemilik yang tidak menjalankan peraturan perundang-undangan atau pelanggaran dalam mengelola sarana kesehatan Farmakmin dapat dibagi menjadi beberapa kriteria, yaitu : 1. Sanksi administratif berupa : a. Peringatan. b. Penghentian sementara kegiatan. c. Pencabutan izin. 2. Sanksi Pidana, diajukan ke pengadilan.

49 41 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Suku Dinas Kesehatan Berdasarkan Peraturan Gubernur provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 mengenai tugas pokok dan fungsi dari Suku Dinas Kesehatan, maka dibentuklah Suku Dinas Kesehatan yang membantu Dinas Kesehatan Pusat dalam wewenangnya untuk menjalankan tugas dan fungsinya pada masing-masing daerah. Karena hal tersebut maka tugas pemerintah pusat dapat berjalan dengan lebih terkoordinir secara spesifik untuk mengawasi tiap daerah. Suku Dinas Kesehatan terdiri dari berbagai seksi, tetapi seksi di mana Apoteker paling berperan adalah seksi Sumber Daya Kesehatan subseksi Farmasi, Makanan, dan Minuman. Farmasi makanan dan minuman (Farmakmin) merupakan bagian yang paling berkaitan dengan profesi Apoteker, tugas pokok dan fungsi dari farmakmin meliputi mengurus perizinan, melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (binwasdal), dan menyediakan obat buffer yang disimpan di gudang. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian (Binwasdal) terhadap apotek, toko obat, Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) dan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP). Binwasdal dilakukan setiap bulan dan pengadaan obat dilakukan setiap tahun. Binwasdal dilakukan karena adanya laporan tiap bulan yang masuk ke Suku Dinas Kesehatan mengenai keadaan dari pelayanan kesehatan tersebut, seperti misalnya di apotik pemakaian obat narkotika dan psikotropika setiap bulan, jika ada yang mencurigakan maka akan dilakukan binwasdal. Kemudian binwasdal juga dapat dilakukan jika ada laporan pengaduan dari pihak lain yang mencurigai suatu tempat usaha atau pelayanan kesehatan. Dalam melakukan binwasdal, Sudinkes dapat bekerja sama dengan BPOM atau bekerja sendiri. Misalkan BPOM sedang melakukan inspeksi dan didapatkan sarana yang dicurigai, maka sarana tersebut dapat dibina lebih lanjut oleh Sudinkes dan setelah itu diperiksa kembali untuk memastikan sarana tersebut sudah berjalan dengan semestinya. Sudinkes bertanggung jawab untuk membina sarana tersebut, baik 41

50 42 sarana yang baru mulai buka maupun sarana yang sudah berjalan lama. Seperti pada IRTP, Sudinkes harus memberi penyuluhan terlebih dahulu, baru setelah itu IRTP tersebut dapat berjalan. Tanggung jawab secara teknis administratif adalah segala bentuk kegiatan Suku Dinas Kesehatan baik berupa pelayanan kepada masyarakat maupun pembinaan sarana kesehatan. Sedangkan teknis operasional adalah segala bentuk anggaran atau pembiayaan yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan dan harus dilaporkan kepada Walikota administrasi. Salah satu kegiatan yang dilakukan di Sudinkes mencakup mengurus perizinan yang masuk, memonitor Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk obat generik dan paten, melakukan binwasdal setiap bulannya sesuai dengan anggaran, mengadakan penyuluhan pangan 2 kali dalam setahun, melakukan kegiatan pemberian informasi untuk meningkatkan ilmu bagi para pengelola sarana pelayanan kesehatan, dan melakukan pengelolaan obat. Sarana kesehatan Farmakmin di Provinsi DKI Jakarta yang akan dibangun harus mempunyai izin, izin tersebut dapat diperoleh melalui Suku Dinas Kesehatan koordinator Farmakmin. Izin dapat diberikan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan dan setelah sarana tersebut berjalan, maka akan ada pengawasan dan pengendalian (binwasdal) secara rutin terhadap sarana tersebut. Jika saat diperiksa ternyata sarana tidak memenuhi syarat, maka dapat diadakan penyuluhan, pembinaan, dan penertiban sesuai dengan kondisi sarana tersebut saat dilakukan pemeriksaan. Prosedur pengajuan izin sarana kesehatan atau tenaga kesehatan diawali dengan penyerahan seluruh berkas persyaratan administrasi yang harus dipenuhi untuk perizinan ke bagian Pelayanan Prima. Oleh bagian Pelayanan Prima kurang lebih empat hari kerja data akan diinput dan diregister. Setelah itu, berkas akan diserahkan ke bagian Tata Usaha Suku Dinas Kesehatan dan diperiksa kembali kelengkapannya. Proses perizinan tidak boleh lebih dari 16 hari kerja, karena pelayanan tersebut sudah ISO, jika lebih dari 16 hari kerja maka sertifikat ISO dapat dicabut. Jika berkas sudah diperiksa maka dapat diberitahukan hasilnya, kalau positif dapat diberikan surat tetapi jika negatif maka akan diberitahukan oleh pihak yang meminta izin untuk melengkapi data yang kurang. Jika sudah benar lengkap, maka berkas tersebut akan diproses untuk dibuatkan nomor registrasi perizinan kurang lebih 12 hari kerja Selanjutnya akan dilakukan

51 43 pemeriksaan langsung pada sarana yang mengajukan izin tersebut yang diberikan waktu kurang lebih 6 hari kerja, pemeriksaan tidak boleh lebih dari 6 hari kerja karena nanti ISO dapat dicabut. Tujuan dari pemeriksaan lapangan ini untuk melihat kesesuaian sarana dan prasarana dengan persyaratan yang ditetapkan. Jika sarana telah memenuhi syarat maka izin dapat dikeluarkan, namun jika ada persyaratan yang belum dipenuhi maka pemberian izin dapat ditunda hingga pemohon izin melengkapi persyaratan, atau ditolak sambil terus memberikan pembinaan agar sarana dan prasarana yang dimiliki dapat diperbaiki sehingga dapat memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Izin yang dikeluarkan dalam bentuk sertifikat akan diserahkan kembali ke Pelayanan Prima untuk diserahkan kepada pemohon. Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, pemohon harus membayar terlebih dahulu ke pemerintah daerah kemudian nantinya akan diberikan kwitansi dan kwitansi tersebut harus diberikan ke Pelayanan Prima sebagai tanda pembayaran pelayanan jasa. Sedangkan untuk perizinan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP), penanggung jawab dari sarana tersebut harus memiliki sertifikat penyuluhan keamanan pangan untuk mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT). SPP-IRT hanya diberikan untuk satu jenis produk pangan industri rumah tangga. P-IRT yang menjual makanan yang tahan lebih dari 7 hari harus didaftarkan, namun untuk makanan yang tahan kurang dari 7 hari tidak wajib didaftarkan. Sedangkan perizinan untuk apotek, toko obat, dan IKOT diberikan setelah seluruh berkas telah lengkap dan memenuhi persyaratan administrasi untuk kemudian dilakukan pemeriksaan di lapangan. Pada saat peninjauan IKOT, dilakukan pemeriksaan terhadap sarana produksi, termasuk alat yang digunakan dalam proses produksi, dan seluruh proses produksi yang dilakukan mulai bahan baku, proses produksi, pengemasan hingga penyimpanan produk. Pada saat peninjauan apotek, dilakukan pemeriksaan meliputi bangunan, perlengkapan apotek dan personalia terutama asisten apoteker. Pada saat pemeriksaan juga dilakukan penyuluhan mengenai pentingnya pelaporan narkotika, kelengkapan sarana apotek seperti kartu stok, penaraan timbangan dan pentingnya kehadiran apoteker di apotek serta keharusan apotek untuk membeli obat pada Pedagang Besar Farmasi. Sedangkan untuk toko obat, perizinan akan

52 44 diberikan jika ada Asisten Apoteker yang menjadi penanggung jawab serta daftar obat yang dijual adalah daftar obat bebas dan obat bebas terbatas. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian (Binwasdal) oleh Sudinkes Jakarta Utara dilakukan setiap bulannya masing-masing terhadap 10 sarana. Penertiban toko obat juaga dilakukan untuk memeriksa obat yang dijual apakah sesuai peraturan yang berlaku. Pilihan sarana yang akan dilakukan binwasdal dapat secara acak, atau berdasarkan riwayat dari sarana tersebut (misalkan sebelumnya sarana tersebut pernah melakukan kesalahan atau melanggar peraturan). Binwasdal dilakukan sesuai dengan anggaran yang diperoleh tiap tahunnya misalnya anggaran honor dan transport. Pada saat binwasdal, petugas akan memeriksa sarana yang ada, sedangkan saat penertiban, petugas akan memeriksa produk yang dijual. Pemeriksaan produk dapat dilakukan secara fisik atau laboratorium sehingga hasil yang didapat lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan Kegiatan Binwasdal terdiri dari petugas melaksanakan pemeriksaan setempat terhadap sarana sasaran (Apotek, Toko Obat, IKOT dan IRTP). Hasil pemeriksaan dituangkan dalam bentuk BAP (Berita Acara Pemeriksaaan). Hasilnya disampaikan kepada Pemilik atau penanggungjawab dan untuk petugas. Kesalahan atau pelanggaran yang sering didapatkan dari binwasdal apotek adalah kartu stok tidak ada (dilakukan secara komputerisasi), kartu stok belum lengkap (belum diisi), tidak ada pencatatan narkotik, arsip resep belum diberi nomor, random obat psikotropik, fisik tidak sesuai dengan kartu stok, laporan narkotik dan psikotropik belum dilaporkan tiap bulannya, SP psikotropika dan narkotika belum ada nomor, tidak ada pencatatan penjualan, kebersihan kurang, pencatatan narkotik belum berjalan, apotek dalam keadaan kotor, AA belum mempunyai SIKTTK, lemari pendingin belum terpisah antara penggunaan obat dengan makanan, buku penerimaan obat belum ada, ruang tempat pencucian alat tidak ada, Apoteker tidak ada di tempat, terdapat selisih antara fisik obat dengan kartu stok, ruang peracikan dan penyerahan obat tidak ada (karena tidak terima resep racikan). Sedangkan untuk IRTP, temuan atau pelanggaran yang sering ditemukan yaitu kebersihan dan kerapihan kurang, tidak dibuat pencatatan dan dokumentasi,

53 45 alat kerja (masker, celemek, tutup kepala, sarung tangan, dan lain-lain) tidak selalu dipakai pada saat produksi, bahan baku terigu tidak diletakkan diatas palet. Pada seluruh Industri Kecil Obat Tradisional IKOT dan toko obat laporan hasil kegiatan binwasdal di daerah Jakarta utara tidak ada masalah. Dengan adanya pelaksanaan binwasdal oleh Sudin Kesehatan Jakarta Utara ini, diharapkan obat, obat tradisional dan produk makanan minuman yang dihasilkan aman untuk digunakan, bermanfaat bagi kesehatan dan kualitasnya terjamin sehingga masyarakat akan merasa aman dalam menggunakan dan mengkonsumsinya. Fungsi lain dari Farmakmin adalah sebagai penyedia obat untuk buffer puskesmas dan untuk bakti sosial atau jika ada KLB. Bufferstok direncanakan oleh farmakmin yang disimpan di gudang farmasi yang ada di kecamatan. Pengadaan obat ini dilakukan setiap tahun dan obat yang diadakan merupakan obat yang diperlukan untuk penyakit yang sering terjadi di Jakarta Utara dan obat yang dibutuhkan untuk pelayanan dasar. Penyakit yang paling sering terjadi adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan uga Diare. Sebelum diadakan, dilakukan terlebih dahulu perencanaan untuk menghitung berapa jumlah obat yang diperlukan dan apa saja obat yang mau diadakan. Perencanaan ini dilakukan dengan cara melihat kebutuhan obat tahun sebelumnya dan disesuaikan dengan pola penyakit pada tahun pengadaan tersebut. Obat akan dibeli dengan cara pelelangan umum dan disimpan di gudang. Dari gudang, obat dapat didistribusikan ke tempat bakti sosial, ke unit pelayanan jika terjadi KLB, atau ke puskesmas yang kekurangan obat. Gudang farmasi terdapat di kecamatan dan berada dalam pengawasan farmakmin Sudinkes. Misalnya untuk Sudinkes Jakarta Utara udang farmasi berada di wilayah Sunter yang kuncinya disimpan oleh pihak sudinkes farmakmin. Obat yang datang berasal dari Dinas Kesehatan, kemudian akan disimpan di gudang farmasi didata dan kemudian akan disalurkan ke puskesmas kecamatan misalnya puskesmas kecamatan Koja, Cilincing, Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priuk, dan Kelapa Gading. Puskesmas kecamatan nantinya akan meminta obat yang telah disiapkan oleh pihak sudinkes berdasarkan LPLPO yang dibuat puskesmas kemudian puskesmas tersebut akan membagikan obat yang didapat ke kelurahan yang berada di bawahnya. Waktu pembagian obat tiap

54 46 kecamatan harus serentak bersama-sama kecamatan lainnya, biasanya yang mengambil obat dari tiap kecamatan adalah apoteker penanggungjawab masingmasing puskesmas kecamatan dibantu dengan OB atau tenanga kesehatan utusan kecamatan lainnya, hal ini untuk mutu pengawasan dan menghindari kesalahan yang mungkin terjadi seperti salah jumlah salah obat dan lainnya. Apoteker akan memeriksa kesesuaian nama obat, jumlah obat, tanggal kadaluarsa dan bentuk fisik obat. Obat-obat tersebut merupakan obat yang disubsidi oleh pemerintah. penyimpanan obat di gudang farmasi tidak beraturan hanya dikumpulkan bersama dengan obat yang sejenis saja. Setiap obat memiliki kartu stok yang didalamnya ditulis tiap pemasukan dan pengeluaran obat, tanggal kadaluarsa obat, nomor batch dan perusahaan pembuatnya. Kemudian distribusi obatnya berdasarkan FEFO (first expired first out). Seluruh upaya pemerintah dalam melakukan pemberian izin, binwasdal dan pemantauan harga eceran tertinggi (HET) obat melalui Suku Dinas Kesehatan bertujuan untuk menjamin tersedianya kebutuhan sediaan perbekalan farmasi yang bermutu dan terjangkau, sehingga dapat menjamin keamanan dan keselamatan masyarakat dalam peredaran dan penggunaannya serta menjaga kualitas pelayanan kesehatan. Apabila semua itu terlaksana maka peran pemerintah dalam mewujudkan Sasaran Pembangunan Milenium / Millenium Development Goals (MDGs) dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya akan mudah tercapai Puskesmas Kecamatan Koja Puskesmas adalah salah satu tempat atau pusat pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah di berbagai bagian daerah. Segala bentuk pelayanannya telah ditetapkan oleh pemerintah pusat agar tercipta keseragaman dalam proses pelayanan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara bertanggungjawab memantau seluruh puskesmas yang berada di wilayah Jakarta Utara. Puskesmas yang ada terdiri dari beberapa puskesmas kecamatan dan beberapa puskesmas kelurahan. Puskesmas Kecamatan dipilih sebagai lokasi yang akan di observasi oleh peserta PKPA UI yang ditugaskan di Sudin Kesehatan Jakarta Utara karena merupakan puskesmas yang besar sehingga

55 47 pelayanan kesehatannya pun lebih baik daripada puskesmas kelurahan. Beberapa puskesmas Kecamatan yang digunakan adalah Puskesmas Kecamatan Penjaringan I, Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk, Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading, Puskesmas Kecamatan Cilincing, dan Puskesmas Kecamatan Koja. Penulis ditugaskan untuk mengobservasi keadaan serta pelayanan kesehatan di puskesmas kecamatan Koja selama 5 hari terhitung dari tanggal 24 januari hingga 20 Febuari Puskesmas Kecamatan Koja berada di daerah Koja Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara. Puskesmas kecamatan Koja merupakan puskesmas terbesar di daerah Koja dan puskesmas kecamatan yang membawahi 7 puskesmas kelurahan, yaitu puskesmas Rawa Badak Utara I, puskesmas Rawa Badak Utara II, puskesmas Lagoa, puskesmas Tugu Utara I, puskesmas Tugu Utara II, puskesmas Tugu Selatan dan puskesmas kelurahan Koja. Puskesmas Kecamatan Koja ini memiliki bangunan yang cukup besar terdiri dari dua bangunan yang memiliki empat lantai. Lantai satu terdiri dari Loket, Apotek, dan Layanan 24 jam. Lantai dua terdiri dari Balai pengobatan umum, Poli gigi, Kesehatan ibu dan anak, Keluarga berencana, Manajemen terpadu balita sakit (MTBS), Fisioterapi dan Poli gizi. Lantai tiga merupakan lantai khusus untuk pelayanan seperti rumah bersalin yang terdapat ruang bersalin, ruang USG, ruang ANC dan juga ruang rawat inap setelah melahirkan. Sedangkan lantai empat terdiri dari ruang laboratorium, ruang radiologi, ruang rontgen, poli paru, Aula, gudang farmasi dan juga mushola. Kemudian bangunan kedua sama-sama memiliki 4 lantai yang pembangunannya baru selesai akan digunakan sebagai unit layanan 24jam yang baru, ruang rawat inap untuk pasien yang kurang lebih terdapat 10 ruangan, poli methadone yang merupakan poli pelayanan rehabilitasi untuk pasien pengguna narkotika, dan juga kantor Tata Usaha Puskesmas. Pada periode PKPA kali ini, peserta PKPA ditugaskan untuk mengobservasi keadaan dan pelayanan kesehatan di puskesmas masing-masing wilayah. Karena peran apoteker dalam bidang pelayanan kesehatan dan penyedia serta pengendali obat-obatan di puskesmas, maka peserta PKPA ditempatkan di gudang farmasi dan Apotek. Gudang farmasi merupakan tempat pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi, sedangkan apotek

56 48 merupakan tempat pelayanan pemberian atau penyaluran obat terhadap pasien. Puskesmas kecamatan Koja memiliki 2 apoteker yang bertanggungjawab terhadap bidang yang berbeda. Apoteker pertama bertugas di gudang farmasi, bertanggungjawab terhadap pengadaan persediaan obat di puskesmas juga persediaan obat untuk 7 puskesmas kelurahan yang berada dibawahnya. Bentuk tanggungjawabnya antara lain melakukan perencanaan pengadaan obat dalam periode selama 1 tahun untuk persediaan obat puskesmas kecamatan Koja dan persediaan obat untuk 7 puskesmas kelurahan yang berada dibawahnya. Sedangkan Apoteker kedua bertanggungjawab atas pelayanan kefarmasian di apotek. Bentuk tanggungjawabnya meliputi pelayanan resep pasien, menginformasikan obat yang diberikan, memantau dan menghitung resep yang datang dari berbagai poli, mengatur segala bentuk penyimpanan obat di apotek puskesmas sesuai dengan peraturan yang berlaku, membuat beberapa laporan tentang penggunaan obat harian, laporan harian kunjungan resep, laporan penggunaan obat narkotik dan psikotropik, dan lainnya. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan oleh apoteker penanggungjawab gudang farmasi dan biasanya dibantu oleh apoteker lainnya atau dokter. Perencanaan pengadaan obat yang dilakukan berdasarkan penggunaan obat pada tahun sebelumnya. Perencanaan dilakukan untuk memilih jenis, jumlah dan harga serta menjamin ketersediaan perbekalan farmasi yang cukup dan sesuai berdasarkan daftar obat esensial nasional (DOEN) serta obat lainnya yang disediakan oleh pemerintah. Peraturan pemerintah menyebutkan bahwa puskesmas wajib menyediakan dan menggunakan 97% stok obat generik dalam pelayanan kesehatan pasien dan boleh menyediakan stok obat bermerk untuk sisanya. Dalam perencanaanya juga di pertimbangkan dan dipersiapkan stok pengaman (buffer stok) untuk menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) atau menunggu barang datang dari distributor (stok Lead Time), juga perbekalan farmasi untuk IGD dan poli methadone. Proses pengadaan perbekalan farmasi di puskesmas kecamatan Koja adalah dengan cara pelelangan, swadana maupun subsidi dari pemerintah. Pelelangan dilakukan oleh tim lelang yang terdiri dari orang-orang terpilih yang mengikuti pelatihan dan pendidikan mengenai pelelangan. Biasanya terdapat 2-3 PBF yang diundang untuk pelelangan,

57 49 kemudian peilihan distributor berdasarkan segi harga, ketersediaan barang yang dibutuhkan dan juga cara pendistribusian sehingga hal-hal tersebut didapatkan dari penawaran yang diberikan PBF yang lebih menguntungkan puskesmas. Pengadaan perbekalan farmasi di apotek dilakukan oleh apoteker penanggungjawab apotik dengan cara pengajuan permintaan jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan kepada apoteker penanggungjawab gudang farmasi dengan mengisi Lembar Pemakaian obat / Perbekalan Farmasi (LPLPO). Formulir insidentil digunakan sebagai formulir permintaan obat ke gudang farmasi jika apotek mengalami kekurangan obat sebelum tiga bulan. Perbekalan farmasi yang telah datang ke puskesmas oleh distributor harus diperiksa keadaan fisiknya dan juga masa kadaluarsanya yang harus tidak boleh kurang dari 2 tahun. Kemudian disimpan di gudang farmasi maupun gudang apotek. Penyimpanannya menggunakan metode First Expired First Out (FEFO) dan juga sistem alfabetis untuk memudahkan pencarian. Penyimpanan perbekalan farmasi untuk poli gigi, narkotika dan psikotropika diletakan pada lemari khusus. Pendistribusian obat dilakukan setiap tiga bulan sekali berdasarkan LPLPO yang dibuat oleh masing-masing penanggungjawab unit pengguna obatnya. Apoteker penanggungjawab gudang farmasi juga bertanggungjawab dalam membuat dan melaporkan jumlah perbekalan farmasi sesuai LPLPO yang ada setiap bulannya dan dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dengan tembusan kepada Dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Apotek puskesmas kecamatan Koja memiliki satu apoteker penanggungjawab apotek dan 3 asisten apoteker yang bertugas dalam pelayanan resep. Rata-rata perharinya apotek puskesmas kecamatan Koja biasa melayani kurang lebih 400 lembar resep perharinya yang resepnya berasal dari berbagai poli yang tersedia Sehingga pelayanan resep harus dilakukan dengan cepat dan cermat. Salah satu cara untuk penanganan resep yang banyak setiap harinya adalah dengan menyiapkan obat sesuai kemasan dengan jumlah yang dibutuhkan masing-masing pasien, misalnya kemasan untuk pemakaian 1x1 tablet per hari, 2x1 tablet per hari, 2x2 tablet per hari, 3x1 tablet per hari, 3x2 tablet per hari. Obat yang diresepkan oleh dokter pun sudah disepakati oleh apoteker sehingga tidak terjadi penumpukan obat yang memiliki fungsi yang sama. Jadi untuk masing-masing

58 50 penyakit telah disepakati obatnya sehingga mempermudah tim apotek dalam pelayanannya. Pasien anak dan bayi dan balita telah dipersiapkan standar puyer untuk penyakit batuk dan pilek, panas, pusing dan diare. Puyer tersebut di buat terlebih dahulu kemudian dikemas sesuai pemakaian dosis yang dibutuhkan. Ketika obat habis atau digunakan maka setiap pergerakannya harus dicatat di kartu stok sehingga memudahkan dalam perhitungan dan perencanaan kembali. Persediaan stok dihitung jumlahnya (stock opname) sebulan sekali setiap tanggal 25.

59 51 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan perizinan dan binwasdal (pembinaan, pengawasan dan pengendalian) kepada sarana kesehatan serta tenaga kesehatan yang berkerja di sarana kesehatan tersebut dengan ruang lingkup wilayah Jakarta Utara. 2. Subseksi Farmasi Makanan dan Minuman berperan dalam memberikan layanan perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap sarana Apotek, Toko Obat (pedagang eceran obat), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), serta pembuatan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK). 3. Prosedur perizinan di Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara khususnya yang dilakukan Subseksi Farmasi Makanan Minuman sudah tertata dengan jelas serta sudah dilaksanakan dengan baik karena telah diterapkannya sistem menejemen mutu sesuai standar ISO, sedangkan kegiatan binwasdal yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara sudah dilakukan tetapi masih belum optimal Saran 1. Kegiatan binwasdal seluruh sarana kesehatan yang ada di wilayah Jakarta Utara perlu ditingkatkan dengan cara melakukan kunjungan rutin ke setiap sarana kesehatan setiap tahun agar terbina dan terawasi secara berkelanjutan dan berjalan lebih baik. 2. Kegiatan sosialisasi informasi dan peraturan lebih ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tenaga kesehatan maupun pemilik sarana pelayanan kesehatan yang ada. 51

60 52 3. Perlu adanya tindak lanjut yang lebih tegas terhadap sarana pelayanan kesehatan yang belum memiliki izin atau yang melakukan pelanggaran perundang-undangan. 4. Perbaikan sistem pendokumentasian dengan cara merekapitulasi data setiap saat sehingga data tersusun rapi dan selalu terbaharui.

61 53 DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan RI. (1987). Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor 098/YanMed/RSKS/SK/97 tanggal 5 Febuari 1987 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan RI no 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik Khusus Bentuk Pelayanan Medik Spesialistik. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/ X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 679/Menkes/SK/V/2003 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker. Jakarta: Pasal 4, 9, 7, 12. Hal 4 6. Kementerian Kesehatan RI. (1986). Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Jakarta No.150 Tahun Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. (2010). Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan Sudin Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta :Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. (2010). Pedoman Mutu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta : Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku Dinas

62 54 Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Hal ; Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Propinsi DKI Jakarta. Jakarta: 4-12 ; 19-97

63 55 Lampiran 1 Alur Pedoman Pemberian Izin yang Diterbitkan oleh Suku Dinas Kesehatan Adminnistrasi Jakarta Utara

64 56 Lampiran 2 Alur Perizinan Sarana Kesehatan

65 57 Lampiran 3 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

66 58 Lampiran 4 Formulir Permohonan Izin Apotek

67 59 Lampiran 5 Check Lists Persyaratan Izin Apotek

68 60 Lampiran 6 Surat Izin Apotek

69 61

70 62 Lampiran 7 Berita Acara Pemeriksaan Apotek

71 63

72 64

73 65

74 66 Lampiran 8 Berita Acara Pemusnahan Resep

75 67 Lampiran 9 Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi

76 68 Lampiran 10 Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat)

77 69 Lampiran 11 Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat)

78 70 Lampiran 12 Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat

79 71 Lampiran 13 Formulir Permohonan Izin Prinsip IKOT

80 72 Lampiran 14 Formulir Permohonan Izin Usaha IKOT

81 73

82 74 Lampiran 15 Formulir Permohonan Penyuluhan Keamanan Pangan

83 75 Lampiran 16 Formulir Permohonan SPP-IRT

84 76 Lampiran 17 Lembar Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga

85 77 Lampiran 18 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO/ LB2) Puskesmas Kecamatan

86 78

87 79 Lampiran 19 Data Sarana Pelayanan Kesehatan Farmakmin Tahun 2011

88 80 Lampiran 20 Laporan Pemakaian Obat dan Alat Kesehatan Habis Pakai

89 81 Lampiran 21 Indikator Program kefarmasian dan Alat Kesehatan

90 82 Lampiran 22 Laporan perizinan Seksi Sumber Daya Kesehatan Lampiran 23 Formulir permohonan Surat Izin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA)

91 83

92 84 Lampiran 23 Surat Izin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA)

93 UNIVERSITAS INDONESIA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGOBATAN SENDIRI MELALUI PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (POR) DENGAN METODE CARA BELAJAR IBU AKTIF (CBIA) TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SANNY SUSANTI, S.Far APOTEKER LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

94 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI... ii DAFTAR LAMPIRAN... iii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Obat Rasional (POR) Metode Cara Belajar Ibu Aktif Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) Perihal Materi Pelatihan BAB 3. PEMBAHASAN BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR ACUAN LAMPIRAN ii Universitas indonesia

95 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Cover Modul Materi Pelatihan Keterampilan Memilih Obat dari Direktorat Penggunaan Obat Rasional Grafik Perkembangan Kader dan Nakes Setelah Pemberdayaan Kepada Tenanga Kesehatan dan Masyarakat Tentang Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Dalam Penggunaan Obat Dengan Metode CBIA di 9 Propinsi Sejak Tahun iii Universitas indonesia

96 1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan pengobatan modern sangat menguntungkan dalam menanggulangi beragam penyakit yang diderita masyarakat. Obat merupakan salah satu faktor penting dalam pelayanan kesehatan. Tetapi, World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 50% dari seluruh penggunaan obat yang tidak tepat dalam peresepan, penyiapan, dan penjualannya. Sekitar 50% lainnya tidak digunakan secara tepat oleh pasien (World Health Organization, 2002). Pengobatan sendiri (self medication/swamedikasi) merupakan upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit sebelum mereka memutuskan mencari pertolongan ke pusat pelayanan kesehatan/ petugas kesehatan. Namun disisi lain pengobatan tersebut dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan masyarakat bila langkah dan penggunaannya tidak tepat. Penggunaan obat yang tidak tepat akan menimbulkan banyak masalah diantaranya meliputi segi efektivitas, efek samping, interaksi, ekonomi dan penyalahgunaan obat (Pharmaceutical Care Network Europe, 2003) Apabila dilakukan dengan benar, maka self-medication merupakan sumbangan yang sangat besar bagi pemerintah, terutama dalam pemeliharaan kesehatan secara nasional. Untuk melakukan self-medication secara benar, masyarakat memerlukan informasi yang jelas dan dapat dipercaya diantaranya melalui penyebarluasan informasi mengenai Penggunaan Obat Rasional (POR) dalam pengobatan sendiri, dengan demikian penentuan jenis dan jumlah obat yang diperlukan harus berdasarkan kerasionalan. Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bisa digunakan untuk swamedikasi. Metode ini merupakan metode pembelajaran untuk para ibu rumah tangga agar lebih aktif dalam mencari informasi seputar obat yang digunakan oleh keluarga. Informasi tersebut berguna bagi para ibu antara lain agar mampu menyikapi promosi iklan 1

97 2 obat di pasaran dan mengelola obat di Rumah Tangga secara benar karena dari banyak survey diketahui bahwa ibu Rumah Tangga adalah key person dalam penggunaan obat di rumah tangga. Oleh karena itu perlu dibahas hal-hal yang harus diketahui oleh masyarakat seputar penerapan penggunaan obat rasional. Salah satu peranan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara adalah meningkatkan kesehatan masyarakat Jakarta Utara. Sebagai calon apoteker penting untuk mengetahui bagaimana cara pemerintah daerah meningkatkan kesehatan masyarakatnya seperti proses pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam pengobatan sendiri melalui penggunaan obat rasional dengan metode cara belajar ibu aktif (CBIA) karena apoteker sangat berperan terhadap kesuksesan kegiatan nasional tersebut. Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan ini dapat menjadi salah satu pengalaman yang menambahkan pengetahuan khusus bagi calon apoteker untuk mengetahui tugas dan fungsinya dalam meningkatkan kesehatan masyarakat di pemerintahan Tujuan 1. Mengetahui tujuan pentingnya diadakan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengobatan Sendiri Melalui Penggunaan Obat Rasional (POR) dengan Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. 2. Memahami hal-hal yang penting diketahui dan dipelajari oleh masyarakat mengenai Penggunaan Obat Rasional (POR) dalam pengobatan sendiri.

98 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Obat Rasional (POR) Pengobatan sendiri sering dilakukan oleh masyarakat. Dalam pengobatan sendiri sebaiknya mengikuti persyaratan penggunaan obat rasional. Penggunaan obat dikatakan sebagai penggunaan obat yang rasional bila pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya, dalam periode waktu yang adekuat, dan biaya atau harga yang terjangkau oleh masyarakat (Bahaudin, 2009) Tujuan Penggunaan Obat Rasional Setelah mempertimbangkan laporan penggunaan obat yang irasional, pengembangan dalam pelaksanaan strategi obat WHO seperti diantaranya disadari bahwa banyak negara tidak memiliki otoritas obat, peraturan ketat dan tidak penuh program nasional atau badan nasional untuk mempromosikan penggunaan obat yang rasional. Maka WHO bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat sipil, untuk memperkuat program strategi WHO memberi dukungan pada negara anggota dalam upaya mereka untuk membangun atau memperkuat, jika perlu multidisiplin badan nasional untuk memantau penggunaan obat, dan menerapkan program nasional dalam mewujudkan penggunaan obat yang rasional (World Health Organization, 2007). Tujuan Program Penggunaan Obat Rasional adalah tercapainya penggunaan obat secara rasional di seluruh institusi pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta termasuk swamedikasi (pengobatan sendiri) oleh masyarakat, yang diantaranya tujuan penggunaan obat rasional meliputi (Bahaudin, 2009; Khairumannor. 2011): 1. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja obat sebagai salah satu upaya cost effective medical interventions 2. Mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau 3

99 4 3. Mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat yang dapat membahayakan pasien 4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu pelayanan kesehatan Prinsip Penggunaan Obat Rasional (Bahaudin, 2009) Dalam mewujudkan penggunaan obat yang rasional, sebaiknya memenuhi prinsip sebagai berikut: 1. Tepat diagnosis dan tepat indikasi Obat diberikan sesuai dengan diagnosis dan indikasi suatu penyakit. Apabila diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah. 2. Tepat pemilihan obat Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit yang telah di diagnosa. 3. Tepat dosis Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi menyebabkan efek terapi tidak tercapai. 4. Tepat cara pemberian Cara pemberian obat yang tepat adalah Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi sehingga menurunkan efektifitasnya. 5. Tepat interval waktu pemberian Cara Pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari) semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam.

100 5 6. Tepat lama pemberian Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing masing. Untuk Tuberkulosis lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan, sedangkan untuk kusta paling singkat 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah hari. 7. Waspada terhadap efek samping obat Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulnya mual, muntah, gatal-gatal, dan lain sebagainya. 8. Tepat informasi Informasi yang diberikan kepada pasien seputar obat dan pemakaiannya dapat dipahami sehingga menghindari dari kejadian efek samping yang merugikan 9. Tepat penilaian kondisi pasien Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan, menyusui, lanjut usia atau bayi. 10. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin serta tersedia setiap saat dengan harga terjangkau Untuk mencapai criteria ini maka obat harus diperoleh/dibeli melalui jalur resmi. 11. Tepat tindak lanjut (follow up) Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut maka perlu dikonsultasikan ke dokter. 12. Tepat penyerahan obat (dispensing) Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Resep yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di Puskesmas akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi yang tepat. 13. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan Ketidakpatuhan minum obat terjadi pada keadaan berikut : - Jenis sediaan obat beragam

101 6 - Jumlah obat terlalu banyak - Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering - Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi - Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara menggunakan obat - Timbulnya efek samping Penggunaan Obat Tidak Rasional Sejak tahun 1980-an Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengampanyekan perlunya setiap negara memiliki Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) agar tak perlu jumlah merek obat begitu banyak yang sebagian tidak rasional. Anggota Komite Nasional DOEN menyatakan bahwa hampir 70 persen produk industri farmasi di seluruh dunia termasuk dalam kategori non-esensial dan duplikatif, di Indonesia tak terkecuali (Kompas, 2011). Penggunaan obat dikatakan tidak rasional apabila (Bahaudin, 2009): 1. Polifarmasi 2. Penggunaan antibiotik secara tidak tepat dosis dan indikasinya 3. Penggunaan injeksi yang berlebihan 4. Pemberian resep yang tidak sesuai dengan indikasi klinis dan diagnosis 5. Swamedikasi yang tidak tepat Dampak negative penggunaan obat tidak rasional (Universitas Gadjah Mada, 2002): 1. Dampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan Beberapa kebiasaan peresepan yang tidak rasional akan mempengaruhi mutu pengobatan dan pelayanan secara langsung atau tidak langsung. Secara luas juga dampak negatifnya terhadap upaya penurunan mortalitas dan morbiditas penyakit-penyakit tertentu. 2. Dampak terhadap biaya pelayanan pengobatan Pemakaian obat-obatan tanpa indikasi yang jelas, untuk kondisi-kondisi yang sebetulnya tidak memerlukan terapi obat merupakan pemborosan, baik dari sisi pasien maupun sistem pelayanan.

102 7 3. Dampak terhadap kemungkinan efek samping obat Kemungkinan risiko efek samping obat dapat diperbesar oleh pemakaian obat yang tidak tepat. Pemakaian obat yang berlebihan baik dalam jenis (multiple prescribing) maupun dosis (over prescribing) jelas akan meningkatkan risiko terjadinya efek samping. 4. Dampak psikososial Masyarakat menjadi terlalu tergantung pada terapi obat walaupun intervensi obat belum tentu merupakan pilihan utama untuk kondisi tertentu Strategi Peningkatan Penggunaan Obat Rasional (Bahaudin, 2009) Upaya untuk mendorong peningkatan Penggunaan Obat Rasional (POR) dapat di lakukan dengan beberapa strategi, yaitu: 1. Strategi Edukasi Strategi edukasi meliputi informasi tentang obat yang diberikan secara independen dan transparan, pelatihan farmakoterapi berbasis penyelesaian masalah (problem-based) bagi mahasiswa kedokteran dan farmasi, pelatihan berkelanjutan sebagai persyaratan kredit profesi, juga pemberdayaan kepada tenaga kesehatan dan masyarakat tentang peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan obat dengan metode cara belajar ibu aktif. 2. Strategi Regulasi/Kebijakan Strategi regulasi meliputi menyusun pedoman/standar klinis, menyusun Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), menyusun peraturan/legislasi yang tepat dan dilaksanakan secara konsisten. 3. Strategi Manajerial Strategi manajerial yang dapat dilakukan meliputi: a). Membangun sistem lintas program dan lintas sektoral untuk mengkoordinasikan kebijakan POR b). Membentuk komite farmasi dan terapi di rumah sakit dan tingkat kabupaten

103 8 c). Supervisi, audit dan umpan balik d). Mengurangi praktik pemberian insentif berlebihan kepada petugas kesehatan 4. Strategi Finansial Strategi finansial yang dapat dilakukan seperti Analisis Biaya POR di Puskesmas dan Cost Effectivienes obat di Rumah Sakit Metode Cara Belajar Ibu Aktif (Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008) Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dapat digunakan untuk swamedikasi. Metode ini merupakan metode pembelajaran untuk para ibu rumah tangga agar lebih aktif dalam mencari informasi mengenai obat yang digunakan oleh keluarga. Informasi tersebut berguna bagi para ibu antara lain agar mampu mempertimbangkan promosi iklan obat di pasaran dan mengelola obat di rumah tangga secara benar mengingat hasil beberapa survey menyatakan bahwa ibu rumah tangga adalah key person dalam penggunaan obat. Selain itu juga agar tujuan self-medication dapat tercapai secara optimal. Sebagai salah satu upaya pendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode intervensi tersebut, maka perlu disosialisasikan kepada ibu rumah tangga dan kader masyarakat, melalui suatu pelatihan. Untuk ini perlu disusun suatu materi pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat, dengan menggunakan metode ini. Penyelenggaraan metode CBIA ini berawal dari pengobatan untuk sendiri (self medication) yang banyak dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit sebelum mereka memutuskan mencari pertolongan ke sarana pelayanan kesehatan maupun petugas kesehatan. Selain itu juga, masyarakat membutuhkan informasi yang benar, jelas dan dapat dipercaya, agar penentuan kebutuhan, jenis, dan jumlah obat berdasarkan kerasionalan. Pengetahuan tersebut di atas, dan pengetahuan tentang gejala serta cara mendiagnosis penyakit jarang sekali dikuasai oleh masyarakat. Masyarakat sering mendapatkan informasi obat melalui iklan obat, baik dari media cetak maupun

104 9 media elektronik dan ini merupakan jenis informasi yang paling berkesan sangat mudah ditangkap serta sifatnya komersial. Ketidaksempurnaan suatu iklan obat yang mudah diterima oleh masyarakat salah satunya adalah tidak adanya informasi mengenai kandungan bahan aktif. Dengan demikian apabila hanya mengandalkan jenis informasi ini masyarakat akan kehilangan informasi yang sangat penting yaitu jenis obat yang dibutuhkan untuk mengatasi gejala sakitnya. Akibat langsung yang dapat dirasakan adalah meningkatnya pola konsumsi obat di rumah tangga dengan seringnya didapatkan pemakaian beberapa nama dagang obat yang ternyata isinya persis sama. Dipandang dari segi ekonomi hal ini merupakan suatu pemborosan, selain itu dampak lain yang juga dapat diukur dengan uang adalah resiko terhadap kesehatan. Hal ini dapat terjadi, karena mungkin penggunaan obat secara salah dalam waktu yang lama, dan adanya resiko kontraindikasi sehingga tujuan baik dari self medication dapat berubah menjadi bencana. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk membekali masyarakat agar mempunyai keterampilan mencari informasi secara tepat dan benar, dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi yang telah tersedia di masyarakat. Sumber informasi yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin adalah sumber informasi pada kemasan obat dan brosur obat atau package insert, dimana jenis informasi ini relatif dapat dipercaya Sasaran pelatihan metode cara belajar ibu aktif (CBIA) untuk pemberdayaan penggunaan obat rasional (POR) dalam pengobatan sendiri Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan Penggunaan Obat Rasional. Kegiatan ini dapat diadakan sebagai pengisi acara baik pada pertemuan rutin maupun pertemuan khusus, dan sebagai penyelenggara dapat dilakukan oleh suatu organisasi, kader kesehatan, masyarakat umum baik secara individu maupun keluarga. Forum yang paling ideal terdiri dari ibu, bapak, remaja yang tinggal dalam lingkungan yang berdekatan misalnya dalam satu RT, hal ini dimaksudkan agar dampak post intervensinya relatif menjadi lebih lama.

105 Tujuan pelatihan metode cara belajar ibu aktif (CBIA) untuk pemberdayaan penggunaan obat rasional (POR) dalam pengobatan sendiri 1. Tujuan Umum Meningkatkan wawasan pengetahuan dan keterampilan peserta sehingga mampu menjelaskan penggunaan obat secara rasional dan pengelolaan serta penggunaan obat untuk sendiri, dan di rumah tangga. 2. Tujuan Khusus Peserta mampu menjelaskan penggolongan obat, informasi pada kemasan dan etiket obat, cara pemilihan dan mendapatkan obat, bentuk sediaan obat, perhatian dan peringatan, dosis obat, cara penggunaan obat, efek samping obat, cara penyimpanan, kadaluarsa dan obat rusak, dan juga cara pembuangan obat Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008) Pengobatan sendiri (self medication) merupakan upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit, sebelum mereka memutuskan mencari pertolongan ke pusat pelayanan kesehatan/ petugas kesehatan. Lebih dari 60% masyarakat mempraktekkan self-medication ini, dan lebih dari 80% di antara mereka mengandalkan obat modern. Apabila dilakukan dengan benar, maka self-medication merupakan sumbangan yang sangat besar bagi pemerintah, terutama dalam pemeliharaan kesehatan secara nasional. Untuk melakukan self-medication secara benar, masyarakat mutlak memerlukan informasi yang jelas dan dapat dipercaya, dengan demikian penentuan jenis dan jumlah obat yang diperlukan harus berdasarkan kerasionalan. Pelaku self-medication dalam mendiagnosis penyakitnya, harus mampu: 1). Mengetahui jenis obat yang diperlukan 2). Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat mengevaluasi sendiri perkembangan rasa sakitnya. 3). Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan mengetahui batas kapan mereka harus menghentikan self medication yang kemudian segera minta pertolongan petugas kesehatan.

106 11 4). Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian, merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat. 5). Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut, terkait dengan kondisi seseorang. Pengetahuan di atas jarang sekali dikuasai oleh masyarakat, oleh karena itu perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat di dalam peningkatan pengetahuan tentang penggunaan obat untuk diri sendiri Perihal materi pelatihan yang harus diketahui oleh masyarakat seputar penggunaan obat rasional dalam pengobatan sendiri (Departemen Kesehatan Republik Indonesia ) Penggolongan Obat Obat yang beredar di pasaran dikelompokkan menjadi 5 (lima) golongan. Masing-masing golongan mempunyai kriteria dan mempunyai tanda khusus. Materi ini diberikan dengan tujuan agar masyarakat dapat memahami penggolongan obat, mampu menjelaskan definisi obat, mampu menjelaskan tanda penggolongan obat, mampu menjelaskan jenis penggolongan obat, memahami khasiat/pengaruh Obat Narkotika dan Psikotropika. Macam macam golongan obat yang perlu diketahui: 1. Obat bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas, tanda khusus berupa lingkaran hijau ( TC 396) dengan garis tepi berwarna hitam. 2. Obat bebas terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas dalam jumlah tertentu tanpa resep dokter, namun penggunaannya harus memperhatikan informasi yang menyertai obat dalam kemasan. Pada kemasan dan etiket obat bebas

107 12 terbatas terdapat tanda khusus berupa lingkaran biru (TC 308) dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM 3. Obat keras Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep Dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkatan bulat merah ( TC 165) dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi. Contoh: Asam mefenamat 4. Obat psikotropika Obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat mempengaruhi susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya boleh dijual dengan resep dokter dan diberi tanda huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Diazepam, Phenobarbital 5. Obat narkotika Obat yang berasal dari turunan tanaman atau bahan kimia yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dari dokter.contoh: Morfin, Petidin Untuk keperluan pelatihan ini difokuskan pada 2 golongan obat yaitu golongan obat bebas dan bebas terbatas Informasi Pada Brosur dan Kemasan Obat Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Oleh karena itu

108 13 sebelum menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara penggunaannya agar tepat, aman dan rasional. Informasi tentang obat, dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang menyertai obat tersebut. Apabila isi informasi dalam etiket atau brosur obat kurang dipahami, dianjurkan untuk menanyakan pada tenaga kesehatan. Tujuan dari materi ini adalah agar masyarakat dapat menjelaskan informasi yang ada pada kemasan dan brosur obat seperti nama obat, komposisi obat, indikasi, aturan pakai dan informasi lainnya. Pada umumnya informasi obat yang dicantumkan adalah : 1. Nama obat Nama obat pada kemasan terdiri dari nama dagang dan nama zat aktif yang terkandung didalamnya. Contoh : - Nama Dagang : Panadol - Nama Zat Aktif : Parasetamol / Acetaminophen 2. Komposisi obat Informasi tentang zat aktif yang terkandung didalam suatu obat, dapat merupakan zat tunggal atau kombinasi dari berbagai macam zat aktif dan bahan tambahan lain. 3 Indikasi Informasi mengenai khasiat obat untuk suatu penyakit. 4. Aturan pakai Informasi mengenai cara penggunaan obat yang meliputi waktu dan berapa kali obat tersebut digunakan. 5. Peringatan perhatian Tanda Peringatan yang harus diperhatikan pada setiap kemasan obat bebas dan obat bebas terbatas. 6. Tanggal Daluwarsa Tanggal yang menunjukkan berakhirnya masa kerja obat. 7. Nama Produsen Nama Industri farmasi yang memproduksi obat. 8. Nomor batch/lot

109 14 Nomor kode produksi yang dikeluarkan oleh Industri Farmasi. 9. Harga Eceran Tertinggi Harga jual obat tertinggi yang diperbolehkan oleh pemerintah. 10. Nomor registrasi Adalah tanda ijin edar absah yang diberikan oleh pemerintah Cara Memilih dan Mendapatkan Obat Dalam pengobatan sendiri, agar memberikan manfaat yang optimal pemilihan obat menjadi faktor yang sangat penting atas dasar berbagai pertimbangan. Tujuan pemberian materi ini agar masyarakat dapat menjelaskan cara pemilihan dan mendapatkan obat. Selain itu masyarakat juga dapat menjelaskan hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat, mampu menetapkan jenis obat yang dibutuhkan, sesuai dengan kondisi badan saat itu, mampu menjelaskan cara melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui mutu obat, mampu menyebutkan tempat mendapatkan obat. A. Cara Pemilihan Obat Hal yang harus diingat dalam pemilihan obat. a). Alergi atau reaksi yang tidak diinginkan yang pernah dialami terhadap obat tertentu. b). Wanita dalam kondisi hamil atau merencanakan untuk hamil, karena beberapa obat dapat mempengaruhi janin sehingga dapat menyebabkan cacat pada bayi. c). Wanita yang sedang menyusui, sebab beberapa obat dapat masuk ke dalam air susu ibu dan menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada bayi. d). Diet yang sedang dilakukan misalnya minum obat diet, atau diet rendah garam, atau diet rendah gula, mengingat selain mengandung bahan berkhasiat obat juga mengandung bahan tambahan lain seperti pemanis. e). Sedang minum obat lain.

110 15 B. Cara Mendapatkan Obat Masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan dan obat dari rumah sakit, puskesmas, pustu dan poskesdes atau membeli obat sendiri di apotek atau toko obat berizin. Pada waktu menerima obat dari petugas kesehatan di rumah sakit, puskesmas, apotek, atau toko obat, diwajibkan melakukan pemeriksaan fisik obat dan mutu obat yang meliputi : 1). Jenis dan jumlah obat 2). Kemasan obat 3). Kadaluarsa obat 4). Kesesuaian etiket meliputi nama, tanggal, dan aturan pakai Bentuk Sediaan Sediaan obat secara umum dapat berupa padat pada umumnya sebagai obat dalam, yaitu puyer, tablet dan kapsul. Selain itu ada pula sediaan obat yang berbentuk larutan, misalnya sirup, emulsi, suspensi dan larutan biasa. Digunakan sebagai obat dalam, tapi sebagian merupakan sediaan obat luar berbentuk setengah padat seperti salep/krim dan lotion. Tujuan dari materi ini agar masyarakat dapat menjelaskan tentang berbagai jenis bentuk sediaan obat. Selain itu juga dapat menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat padat, menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat kapsul, menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat puyer, menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat cair, menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat setengah padat. A. Bentuk sediaan obat 1. Sediaan Padat a. Tablet Adalah sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk pipih kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa zat tambahan. Tablet Bersalut, dengan tujuan untuk melindungi zat aktif dari udara, kelembaban, dan cahaya, menutupi rasa dan bau, penampilan lebih baik.

111 16 Tablet Effervescent, tablet yang dilarutkan dalam air terlebih dahulu sebelum diminum. Tablet ini mengeluarkan gas CO2. Tablet Kunyah, tablet yang penggunaannya dikunyah dengan tujuan memberikan rasa enak dan mudah ditelan. Tablet Hisap, tablet yang penggunaannya dihisap, tidak langsung ditelan. b. Kapsul Sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam air, terbuat dari gelatin atau bahan lain yang sesuai. c. Pulvis / Puyer / Talk Campuran kering bahan obat yang dihaluskan untuk digunakan sebagai obat dalam atau obat luar. 2. Sediaan Cair a. Sirup Sediaan cair yang digunakan sebagai obat dalam (diminum) b. Larutan Obat Luar Larutan yang digunakan hanya untuk penggunaan luar (tidak diminum), seperti: Cairan Tetes Hidung, Cairan Tetes Telinga, Cairan Tetes Mata, Cairan Obat Kumur, Cairan Shampo, Lotion. 3. Inhalasi Sediaan obat luar yang digunakan dengan cara dihisap melalui hidung 4. Sediaan Setengah Padat a. Salep, sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit atau mata. b. Krim, sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit dan kosmetik.

112 17 c. Gel, sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit, anus dan vagina d. Aerosol, sediaan setengah padat yang digunakan dengan cara semprot pada hidung atau mulut e. Suppositoria, sediaan setengah padat berbentuk peluru digunakan untuk anus f. Ovula, sediaan setengah padat berbentuk bulat telur digunakan untuk vagina Peringatan dan Perhatian Dalam melaksanakan pengobatan sendiri, harus diwaspadai saat menggunakan obat bebas terbatas, karena khusus untuk obat bebas terbatas selain terdapat tanda khusus lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat. Karena hanya dengan takaran dan kemasan tertentu obat ini aman digunakan untuk pengobatan sendiri. Tujuan dari materi ini agar masyarakat dapat menjelaskan hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat dan tanda peringatan yang tertera pada kemasan dan etiket obat. Selain itu juga dapat menjelaskan hal hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat, menjelaskan arti tanda peringatan yang tertera pada kemasan dan etiket obat. A. Beberapa hal yang harus diperhatikan Untuk menetapkan jenis obat: 1. Gejala atau keluhan rasa sakit 2. Alergi atau reaksi yang tidak diinginkan yang pernah dialami terhadap obat tertentu. 3. Wanita dalam kondisi hamil atau merencanakan untuk hamil, karena beberapa obat dapat mempengaruhi janin sehingga dapat menyebabkan cacat pada bayi. 4. Wanita yang sedang menyusui, sebab beberapa obat dapat masuk ke dalam air susu ibu dan menimbulkan efek negatif pada bayi. 5. Diet yang sedang dilakukan misalnya dengan menggunakan obat diet, atau diet rendah garam, atau diet rendah gula, mengingat bahwa suatu

113 18 obat, selain mengandung bahan berkhasiat obat juga mengandung bahan tambahan lain seperti pemanis. 6. Efek samping yang tertera pada label obat, misalnya akan menyebabkan rasa kantuk, seharusnya tidak membawa kendaraan sesudah minum obat. 7. Sediaan obat harus tepat, misalnya kalau sulit menelan hindari obat oral. 8. Sedang minum obat lain, karena kemunkinan akan terjadi interaksi. 9. Nama obat, khasiat, cara penggunaan dan dosis. Untuk menetapkan kemasan/wadah obat: Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa jelas terbaca. B. Bentuk tanda peringatan Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas berbentuk empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam ukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter yang terdiri dari 6 macam, yaitu P No. 1 s/d 6, sebagai berikut: Gambar 1. Jenis tanda peringatan yang terdapat pada kemasan obat bebas terbatas Dosis obat Pada hakekatnya obat adalah zat kimia bersifat racun, namun dalam jumlah yang tepat dapat memberikan manfaat untuk pengobatan. Dengan

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VANY PRISKILA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 7 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI - 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SONYA APRIANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEGA DEWI SURYANI, S. Farm. 1106047171

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PERMATA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 16 JANUARI - 3 FEBRUARI 2012 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI WULANDAH

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN WALIKOTA BALIKPAPAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 60 ayat (6),

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 13 FEBRUARI - 2 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 08 MARET 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 7 JANUARI - 28 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Benny Ismayandi,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LUCKY, S.Farm. 1306343776

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANASTASIA BANGUN,

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA UTARA PERIODE 6 JANUARI - 22 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 01 JULI - 11 JULI 2014 LAPORAN PRATEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JALAN MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI 2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN TIPE A KABUPATEN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MARITA KURNIATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI-2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI RAHMAWATI,

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah di bidang Kesehatan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah di bidang Kesehatan. LAMPIRAN II : PERATURAN BUPATI BULELENG NOMOR : 54 TAHUN 2015 TANGGAL : 20 Oktober 2015 TENTANG : TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KABUPATEN BULELENG. DINAS KESEHATAN I. TUGAS POKOK. Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran :

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran : Jenis Perijinan : IJIN PELAYANAN KESEHATAN a. BP/RB/BKIA b. Pendirian / Penutupan Apotik c. Pedagang Eceran Obat d. Laboratoriun klinik e. Praktek Berkelompok Dokter Umum / Gigi / Spesialis f. Praktek

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 71 Peraturan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 17-28 JUNI 2013 DEBIE PUSPA TARI, S. Farm 1206329455

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi Perusahaan Penulis dalam menyususn skripsi ini melakukan penelitian pada Kantor Suku Dinas Jakarta Barat sebagai objek penelitian yang

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Kepala Dinas mempunyai tugas : Kepala Dinas mempunyai tugas : a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas; d. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; e. menyelenggarakan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Subang telah dibentuk dengan Peraturan

Lebih terperinci

Rencana Strategis. Revisi BAB I PENDAHULUAN

Rencana Strategis. Revisi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada target hasil dalam kurun waktu lima tahun dengan memperhitungkan lingkungan internal dan eksternal.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KESEHATAN JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG : bahwa sebagai

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S.

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG BHINNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WARDAH, S. Farm. 1206313841

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1. Riwayat Puskesmas 3.1.1. Sejarah Puskesmas Puskesmas Kecamatan Jagakarsa berdiri pada tahun 1986 yang beralamat di Jalan Moh Kahfi I No. 27A, sebelum berdiri sendiri

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WAHYU KURNIANTO, S.

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 93 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ASVINASTUTI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 11 MARET 2013 29 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LIDIA ROMITO

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 06 JANUARI - 22 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 5 MEI 22 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ULINAFIAH,

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambah Lembaran Negara Nomor 3445 );

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambah Lembaran Negara Nomor 3445 ); PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 42 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN KESEHATAN JIWA PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Lebih terperinci