UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WAHYU KURNIANTO, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Apoteker WAHYU KURNIANTO, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ii

3

4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Laporan ini merupakan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Setelah mengikuti kegiatan PKPA ini, diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja. Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Widi Nugroho, S.Farm., Apt. selaku Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat dan Pembimbing I, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA dan memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama PKPA dan penyusunan laporan PKPA ini. 2. Dr. Amarila Malik, M.Si., Apt. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulisan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 3. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 4. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 5. Seluruh pegawai Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat, khususnya Seksi Sumber Daya Kesehatan, yang telah memberikan bantuan dan kerja sama yang baik selama penulis melaksanankan PKPA. 6. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. iv

5 7. Teman-teman PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat, atas kerja sama yang baik selama PKPA. 8. Teman-teman Apoteker angkatan LXXVI atas kebersamaannya selama satu tahun ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu dengan ikhlas baik secara langsung maupun tidak langsung selama proses kegiatan dan penyusunan laporan ini Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani PKPA ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Penulis 2013 v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Wahyu Kurnianto NPM : Program Studi : Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis Karya : Karya Akhir Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyutujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat Periode 6 Mei 24 Mei 2013 Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/ format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 1 Juli 2013 Yang menyatakan (Wahyu Kurnianto) vi Universitas Indonesia

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... BAB 2 TINJAUAN UMUM Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat Visi dan Misi Sasaran Mutu dan Kebijakan Struktur Organisasi... BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN Kegiatan Seksi Sumber Daya Kesehatan Perizinan Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian Perizinan Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman Pengelolaan Perbekalan dan Persediaan Obat... BAB 4 PEMBAHASAN... BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... DAFTAR ACUAN... ii iii iv vi vii viii vii Universitas Indonesia

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lamipran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi.. Formulir Permohonan SIPA atau SIKA... Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)... Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)... Formulir Permohonan SIKTTK... Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)... Formulir Permohonan Surat Izin Apotek... Berita Acara Pemeriksaan untuk Memperoleh Izin Apotek... Surat Izin Apotek... Formulir Permohonan Perubahan Surat Izin Apotek... Formulir Permohonan Surat Izin Apotek Rakyat... Berita Acara Pemeriksaan untuk Memperoleh Izin Apotek Rakyat... Surat Izin Apotek Rakyat... Formulir Permohonan Perubahan Surat Izin Apotek Rakyat... Formulir Permohonan Surat Izin Depo Farmasi... Formulir Permohonan Perubahan Surat Izin Depo Farmasi... Formulir Permohonan Surat Izin Pedagang Eceran Obat... Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga... Formulir Permohonan Perubahan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga... Surat Berita Barang Keluar viii Universitas Indonesia

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, dinyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau melalui perencanaan, pengaturan, penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan atas penyelenggaraan upaya/pelayanan kesehatan di masyarakat (Presiden Republik Indonesia, 2009a). Sumber daya di bidang kesehatan yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan adalah tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, perbekalan kesehatan, dan teknologi kesehatan. Dalam upaya melindungi masyarakat dari pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi syarat dan merugikan, pemerintah membuat kebijakan dan pedoman serta persyaratan-persyaratan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan dimulai dari pelayanan perizinan, pembinaan, pengawasan serta pengendalian dari ketersediaan/penyelenggaraan sumber daya kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2009a). Menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2004, dengan adanya otonomi daerah, maka terdapat beberapa kewenangan dan tugas dari pemerintah yang dilimpahkan kepada pemerintah daerah (Presiden Republik Indonesia, 2004). Pemerintah DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur No. 10 Tahun 2008 yang menggabungkan Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat menjadi Suku Dinas Kesehatan (Sudin Kesehatan) di setiap kota administrasi yang berada di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta 1 Universitas Indonesia

10 2 Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Provinsi dimana secara teknis administratif bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional bertanggung jawab kepada Walikota Kotamadya yang bersangkutan (Gubernur DKI Jakarta, 2008). Apoteker merupakan salah satu sumber daya kesehatan (tenaga kesehatan) yang berperan dalam pelayanan kesehatan. Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang tepat, maka apoteker membutuhkan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi tentang cara perizinan serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian dari pelayanan kesehatan pada sarana dan tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang tersebut, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Kegiatan PKPA dilaksanakan pada tanggal 6 Mei - 24 Mei 2013 dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran profesi apoteker di Suku Dinas Kesehatan, serta memberikan pengalaman. 1.2 Tujuan Melalui pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat diharapkan mahasiswa calon apoteker: a. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. b. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan. c. Mengetahui dan memahami tata cara perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman serta pelaksanaannya di lapangan. d. Mengetahui dan memahami pengelolaan persediaan obat di Suku Dinas Kesehatan. Universitas Indonesia

11 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Suku Dinas Kesehatan Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Adapun fungsi dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi: a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian. d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar Biasa (KLB). e. Pengendalian pencegahan dan pemberantasan penyakit menular/tidak menular. f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian. g. Pelaksanaan surveilans kesehatan h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan. i. Pengendalian pencapaian standardisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas. k. Pemberian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi perizinan /rekomendasi/ sertifikasi di bidang kesehatan. 3 Universitas Indonesia

12 4 l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kota Administrasi. m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi. o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang. q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan. r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas. s. Penyiapan bahan laporan Dinas Kesehatan dan Kota Administrasi yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas. t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan unluk teknis dan administrasi disampaikan oleh Kepala Suku Dinas kepada Kepala Dinas dan untuk operasional disampaikan oleh Kepala Suku Dinas kepada Walikota. 2.2 Visi dan Misi Visi dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah Jakarta Barat sehat untuk semua. Adapun misi dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah: a. Meningkatkan fungsi binwasdal program kesehatan masyarakat dan sumber daya kesehatan. b. Mengendalikan penyakit dan mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB). c. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional, tanggap dan unggul. Universitas Indonesia

13 5 d. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam rangka mewujudkan upaya kemandirian di bidang kesehatan. e. Meningkatkan sarana dan prasarana yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. 2.3 Sasaran Mutu dan Kebijakan Mutu Sasaran mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah: a. Kepuasan pelanggan eksternal 85% b. Kepuasan pegawai 85% c. Waktu penyelesaian perizinan 15 hari kerja 85% d. Komplain yang ditindak lanjuti 100%. Kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah mengutamakan kepuasan pelanggan dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat, mandiri dengan sumber daya kesehatan yang bermutu, senantiasa melakukan perbaikan berkesinambungan sesuai dengan aturan yang berlaku dengan sasaran mutu yang terukur dan mengacu kepada standar mutu internasional. 2.4 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi (Lampiran 1) terdiri dari: a. Kepala Suku Dinas b. Subbagian Tata Usaha c. Seksi Kesehatan Masyarakat d. Seksi Pelayanan Kesehatan e. Seksi Sumber Daya Kesehatan f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan g. Subkelompok Jabatan Fungsional Kepala Suku Dinas Tugas Kepala Suku Dinas: Universitas Indonesia

14 6 a. Memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. b. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas subbagian, Seksi dan subkelompok Jabatan Fungsional. c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Mengoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. d. Melaksanakan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas. f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas. g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertiban kantor. i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan Suku Dinas. j. Melaksanakan publikasi kegiatan upacara dan pengaturan acara Suku Dinas. Universitas Indonesia

15 7 k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan dan melaporkan penerimaan retribusi Suku Dinas Kesehatan; l. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian Tata Usaha. m. Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja dan akuntabilitas) Suku Dinas. n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan keperawatan. d. Mengoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat. e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi. f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat. g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat Kota Administrasi. h. Melaksanakan manajemen basis data kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi. Universitas Indonesia

16 8 i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM. j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat. l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Sinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan. f. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. g. Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan. h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional. i. Melaksanakan siaga 24 jam atau Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes). j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan. Universitas Indonesia

17 9 k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pelayanan Keseharan. l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seseorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Sinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman. d. Memberikan rekomendasi/perizinan praktik tenaga kesehatan. e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan. f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan. g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan. h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu. i. Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan. j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu pada Puskesmas. k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktor, assesor dan auditor mutu pelayanan kesehatan. Universitas Indonesia

18 10 m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, pedagang eceran obat, depo obat dan industri makanan minuman rumah tangga. n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial. o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi. p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Sinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan. d. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji. e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular/tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan Universitas Indonesia

19 11 pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerjasama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/instansi pemerintah/swasta/masyarakat. h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan imunisasi. i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan data informasi surveilans epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota Administrasi. j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan. k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian. m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum atau air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat - tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analiasis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan atau upaya pemantauan lingkungan. o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan. p. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkugan dan kesehatan kerja. Universitas Indonesia

20 12 q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Universitas Indonesia

21 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN 3.1 Kegiatan Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki 3 kegiatan, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan tenaga kesehatan, kegiatan yang berhubungan dengan farmasi, makanan, dan minuman, serta kegiatan yang berhubungan dengan standardisasi mutu kesehatan. Adapun sasaran mutu dari Seksi Sumber Daya Kesehatan adalah jumlah obat kadaluwarsa mencapai 0% dan waktu yang dibutuhkan untuk proses perizinan paling lama 15 hari kerja Kegiatan yang Berhubungan dengan Tenaga Kesehatan Kegiatan terkait tenaga kesehatan pada Seksi Sumber Daya Kesehatan mencakup sebagai berikut: a. Pemberian perizinan praktek tenaga kesehatan (dokter, apoteker, tenaga teknis kefarmasian, perawat, bidan, optisien, terapi wicara, fisioterapi, dan radiografer). b. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian tenaga kesehatan. c. Pengolahan data profil tenaga kesehatan Kegiatan yang Berhubungan dengan Farmasi, Makanan, dan Minuman Kegiatan terkait farmasi, makanan, dan minuman pada Seksi Sumber Daya Kesehatan mencakup sebagai berikut: a. Pemberian perizinan sarana farmasi, makanan, dan minuman seperti apotek, pedagang eceran obat, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP). b. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana farmasi, makanan, dan minuman. c. Pemantauan dan pengendalian harga obat. d. Pengelolaan perbekalan dan persediaan obat (gudang obat). 13 Universitas Indonesia

22 Kegiatan yang Berhubungan dengan Standardisasi Mutu Kesehatan Kegiatan terkait standardisasi mutu kesehatan pada Seksi Sumber Daya Kesehatan mencakup sebagai berikut: a. Pembuatan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. b. Pelaksanaan survey kepuasan pelanggan. c. Pelaksanaan audit internal dan eksternal sistem manajemen mutu. d. Pendampingan penerapan sistem manajemen mutu di puskesmas. e. Pengembangan mutu melalui forum komunikasi dan fasilitator. f. Pelaksanaan kegiatan Gugus Kendali Mutu (GKM). g. Penerapan 5R (Rapi, Ringkas, Resik, Rawat, Rajin) Gugus Kendali Mutu (GKM) GKM adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri dar 3-8 orang dari unit kerja yang sama, yang dengan sukarela secara berkala dan berkesinambungan mengadakan pertemuan untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu di tempat kerjanya dengan menggunakan alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah. Tujuan GKM adalah untuk mendayagunakan seluruh asset yang dimiliki perusahaan/instansi terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dalam arti luas. Penerapan GKM secara konsisten akan sangat bermanfaat, yaitu: a. Perbaikan mutu dan peningkatan nilai tambah. b. Peningkatan produktivitas sekaligus penurunan biaya. c. Peningkatan kemampuan menyelesaikan pekerjaan sesuai target. d. Peningkatan moral kerja dengan mengubah tingkah laku. e. Peningkatan hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan. f. Peningkatan keterampilan dan keselamatan kerja. g. Peningkatan kepuasan kerja. h. Pengembangan tim (gugus kendali mutu) International Standard of Organization (ISO) ISO atau International Standard of Organization adalah suatu badan atau organisasi nonpemerintah yang menetapkan standar internasional, yang terdiri Universitas Indonesia

23 15 dari wakil-wakil dari badan standardisasi nasional setiap negara. ISO 9000 merupakan suatu kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu (SMM). ISO 9000 mencakup standar-standar di bawah ini: a. ISO 9001:2008 Quality Management Systems - Requirements Standar ini menspesifikasi persyaratan sistem manajemen mutu dari suatu organisasi yang ingin menunjukkan kemampuannya dalam memberikan pelayanan yang memenuhi kepuasan pelanggan secara konsisten serta yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui aplikasi sistem yang efektif. Standar ini ditujukan untuk digunakan di organisasi manapun yang merancang, membangun, memproduksi, memasang dan/atau melayani produk apapun atau memberikan bentuk jasa apapun. Dari seluruh standar yang tercakup di dalam keluarga ISO 9000, ISO 9001:2008 merupakan satu-satunya standar yang dapat disertifikasi. b. ISO 9000:2005 Quality Management Systems - Fundamentals and Vocabulary Standar ini mendeskripsikan konsep dasar sistem manajemen mutu dan spesifikasi terminologi dari Sistem Manajemen Mutu (SMM). c. ISO 9004:2009 Managing for the sustained success of an organization -- A quality management approach Standar ini berfokus pada bagaimana membuat sistem manajemen mutu menjadi lebih efisien dan efektif. Selain ketiga standar di atas, masih terdapat banyak standar lainnya yang termasuk dalam keluarga ISO Dalam hal ini, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat telah menerapkan ISO 9001:2008. Penerapan ISO di suatu perusahaan atau instansi berguna untuk: a. Meningkatkan citra perusahaan. b. Meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan. c. Meningkatkan efisiensi kegiatan. d. Memperbaiki manajemen organisasi dengan menerapkan perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan tindakan perbaikan (plan, do, check, act). e. Meningkatkan penataan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dalam hal pengelolaan lingkungan. Universitas Indonesia

24 16 f. Mengurangi risiko usaha. g. Meningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik dengan berbagai pihak yang berkepentingan. h. Mendapat kepercayaan dari konsumen/mitra kerja/pemodal Teknik 5R Lima R adalah suatu teknik yang digunakan untuk menjaga mutu lingkungan sebuah perusahaan/institusi dengan cara mengembangkan keterorganisirannya. Lima R biasanya diterapkan pada personal dalam suatu perusahaan melalui program pelatihan yang diharapkan peserta mampu memahami konsep 5R dan juga mampu menerapkan dan mengambil manfaat serta menjadikannya pedoman dalam pelaksanaan proses kerja dan dalam perilaku sehari-hari. 3.2 Perizinan Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian Apoteker (Presiden Republik Indonesia, 2009b) Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Setiap apoteker yang ingin melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat apoteker bekerja. Surat izin bagi apoteker terbagi menjadi 2 macam, yaitu SIPA bagi apoteker penanggung jawab dam apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian (apotek, puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit, klinik dan praktek bersama dokter) dan SIKA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran (Industri Farmasi, PBF atau PBBF). Contoh formulir permohonan SIPA atau SIKA dapat dilihat pada Lampiran 2. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a. Foto kopi STRA yang dilegalisir oleh KFN yang masih berlaku. b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasiaan atau dari pimpinan produksi atau distribusi/penyalur. c. Surat rekomendasi dari Organisasi profesi sesuai tempat praktek. Universitas Indonesia

25 17 d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm (3 lembar) dan 3 x 4 cm (2 lembar). e. Surat izin dari pimpinan instansi/sarana pelayanan kesehatan dimana Apoteker dimaksud bekerja (khusus bagi Apoteker yang berpraktek/ bekerja di sarana pelayanan kesehatan pemerintah atau sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah). f. Foto kopi KTP. g. Melampirkan SIPA yang lama bila ingin memperpanjang SIPA. h. Melampirkan fotokopi izin sarana untuk berpraktek/bekerja di sarana (kecuali RS dan sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah) Tenaga Teknis Kefarmasian (Presiden Republik Indonesia, 2009b) Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker. Setiap tenaga teknis kefarmasian yang ingin melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga teknis kefarmasian bekerja. Surat izin bagi tenaga teknis kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian adalah SIKTTK. Contoh formulir permohonan SIKTTK dapat dilihat pada Lampiran 5. Permohonan SIKTTK harus melampirkan : a. Foto kopi STRTTK yang dilegalisir. b. Surat pernyataan Apoteker atau Pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan. c. Surat rekomendasi dari Organisasi yang menghimpun tenaga teknis kefarmasiaan. d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm (3 lembar) dan 3 x 4 cm (2 lembar). e. Foto kopi KTP. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat harus menerbitkan SIPA/SIKA atau SIKTTK paling lama 15 hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Universitas Indonesia

26 Perizinan Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Presiden Republik Indonesia, 2009b). Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu (Lampiran 9). Untuk mendapatkan SIA, Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) mengajukan surat permohonan SIA (Lampiran 7) kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat. Apabila semua persyaratan telah dilengkapi, Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan beserta staf turun ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan setempat. Peninjauan ke lokasi bertujuan untuk menilai apakah di lokasi tersebut layak didirikan atau diadakan pelayanan kesehatan apotek tersebut. Pemeriksaan tersebut meliputi persyaratan fisik dan bangunan, kelengkapan ketenagaan, kelengkapan peralatan lain baik yang khusus maupun umum yang diperlukan untuk peracikan dan lainnya kemudian dilaporkan dalam bentuk Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Contoh BAP untuk memperoleh izin Apotek dan Apotek Rakyat dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 12. Dalam jangka waktu 15 hari kerja setelah menerima laporan hasil pemeriksaan, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat akan mengeluarkan SIA yang berlaku selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan masih memenuhi persyaratan. SIA dapat dicabut apabila terjadi pelanggaran dari peraturan perundangundangan yang berlaku, misalnya SIPA dicabut atau apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ada. Jika apotek melakukan pelanggaran, maka pertama-tama akan diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila Universitas Indonesia

27 19 tidak ada perbaikan dari apotek tersebut maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan tertulis kepada APA sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masingmasing 2 bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan. Akan tetapi pembekuan izin dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku Apotek Persyaratan yang harus dilengkapi dalam mengajukan Surat Izin Apotek adalah sebagai berikut: a. Data Apoteker Fotokopi KTP Apoteker Pengelolah Apotek (APA). Pas foto berwarna 4x6 cm (1 lembar). Fotokopi SIPA. Fotokopi Surat lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA yang berasal dari luar Provinsi DKI Jakarta/ Surat berhenti dari sarana farmakmin lain bila pernah bekerja di DKI Jakarta. Surat Izin dari Atasan bagi APA yang PNS/TNI/POLRI. Surat keterangan masa bakti bagai APA yang PNS/TNI/POLRI. b. Data Pemilik Sarana Apotek (PSA). Fotokopi KTP Pemilik Sarana Apotek (PSA). Fotokopi NPWP Pas foto berwarna 4x6 cm (1 lembar) c. Fotokopi Akte Notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Kementerian Kehakiman dan Hukum HAM RI, bila berbentuk CV pengesahan dari Pengadilan. d. Salinan Akte Perjanjian kerjasama antara APA dan PSA/SK Pengangkatan bagi perusahaan BUMN (Kimia Farma). e. Fotokopi tanda bukti kepemilikan tempat/bila sewa lampirkan surat perjanjian sewa menyewa. Universitas Indonesia

28 20 f. Fotokopi IMB dan bagi sarana berada di pusat pasar/hotel dan sarana umum lain, lampirkan surat keterangan dari pengelolah. g. Fotokopi Undang-Undang Gangguan dan bagi sarana yang berada di perkantoran/pasar swalayan/hotel melampirkan fotokopi Undang-undang Ganguan gedung. h. Fotokopi Surat Keterangan Domisili. i. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak bekerja pada perusahaan farmasi lain di atas materai Rp 6.000,-. j. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp 6.000,- k. Surat pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak melakukan penjualan Narkotika, Obat keras tertentu tanpa resep dokter di atas materai Rp 6.000,-. l. Surat Pernyataan pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/ obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di atas materai Rp 6.000,-. m. Gambar peta lokasi tempat usaha. n. Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya. o. Struktur Organisasi dan Tata Kerja/Tata Laksana. p. Rencana jadwal buka Apotek. q. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan. r. Kelengkapan Tenaga Teknis Kefarmasian: Fotokopi SIKTTK. Fotokopi KTP. Surat Pernyataan bersedia bekerja di atas materai Rp 6.000,-. s. Daftar peralatan Apotek t. Formulir laporan pamakaian Narkoba dan Psikotropika. u. Daftar buku pustaka, minimal: Peraturan perundang-undangan di bidang farmasi. Farmakope Indonesia edisi terbaru. v. Daftar perlengkapan Administrasi. Universitas Indonesia

29 Depo Farmasi Contoh formulir permohonan surat izin Depo Farmasi dapat dilihat pada Lampiran 15. Persyaratan perizinan depo farmasi meliputi: a. Data Apoteker Fotokopi KTP dan NPWP Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pas foto berwarna 4x6 cm(1 lembar). Fotokopi Surat Izin Kerja/Surat Penugasan. Surat pengangkatan apoteker sebagai Penanggung Jawab Depo Farmasi. Fotokopi Surat Lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi Apoteker yang berasal dari luar Provinsi DKI Jakarta/Surat Berhenti dari sarana farmakmin lain bila pernah bekerja di DKI. Surat Izin dari Atasan bagi apoteker yang PNS/TNI/POLRI. b. Data Pemilik Depo Farmasi: Fotokopi KTP Klinik/Dokter yang masih berlaku Fotokopi NPWP Pas foto berwarna ukuran 4x6 cm (1 lembar) c. Fotokopi Izin Klinik/Praktek Dokter yang masih berlaku d. Fotokopi Akte Notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM RI bila dalam bentuk PT dan pengesahan dari Pengadilan bila dalam bentuk CV. e. Fotokopi Perjanjian kerja sama antara Apoteker dan Pemilik Depo. f. Surat Pernyataan Apoteker yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp 6.000,-. g. Surat Pernyataan Apoteker hanya melayani resep dari Klinik/Dokter (bukan resep dari umum), kecuali atas nama pasien Klinik/Dokter. h. Surat Pernyataan Pemilik Depo tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang Farmasi/obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di atas materai Rp 6.000,-. i. Proposal untuk mendirikan Depo Farmasi. j. Fotokopi UUG Klinik. k. Status gedung atau sertifikat gedung sewa minimal 2 tahun. l. Peta lokasi seatap/sepekarangan dengan Klinik. Universitas Indonesia

30 22 m. Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya. n. Struktur Organisasi dan Tata kerja/tata Laksana. o. Rencana jadwal buka Depo Farmasi. p. Daftar Ketenagaan berdasarkan pendidikan. q. Kelengkapan Tenaga Teknis Kefarmasian: r. SIKTTK. Fotokopi KTP. Surat Pernyataan Bersedia Bekerja di atas materai Rp 6.000,-. s. Daftar buku pustaka minimal: Peraturan perundang-undangan di bidang farmasi. Farmakope Indonesia edisi terbaru. t. Daftar peralatan peracikan obat. u. Form Laporan Narkotika dan Psikotropika. v. Perlengkapan administrasi, seperti: Contoh etiket. Blanko SP. Blanko faktur. Kartu stok. Copy resep Apotek Rakyat Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284 Tahun 2007 yang dimaksud apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasiaan dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan. Dalam hal ini, perbekalan kesehatan yang dimaksud adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pelayanan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pendirian sebuah apotek termasuk apotek rakyat membutuhkan surat izin, dalam hal ini apoteker penanggungjawab apotek rakyat berhak memperoleh surat izin apotek rakyat (Lampiran 13). Adapun pengaturan apotek rakyat ini bertujuan Universitas Indonesia

31 23 untuk dapat dijadikan pedoman bagi pedagang eceran obat yang ingin meningkatkan pelayanan dan status usahanya menjadi apotek rakyat, pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan apotek rakyat, untuk melindungi masyarakat dan agar masyarakat memperoleh pelayanan kefarmasiaan yang baik dan benar. Contoh formulir permohonan surat izin Apotek Rakyat dapat dilihat pada Lampiran 11. Persyaratan perizinan Apotek Rakyat meliputi: a. Data Apoteker : Fotokopi KTP Apoteker Pengelola Apotek (APA) Fotokopi NPWP APA. Pasfoto berwarna ukuran 4x6 cm (1 lembar). Fotokopi SIPA. Fotokopi Surat Lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA yang berasal dari luar Provinsi DKI Jakarta/ Surat Berhenti dari sarana farmakmin lain bila pernah bekerja di DKI. Surat Izin dari Atasan bagi APA yang PNS/TNI/POLRI. b. Data Pemilik Sarana Apotek (PSA) : Fotokopi KTP Pemilik Sarana Apotek (PSA). Fotokopi NPWP. Pasfoto berwarna ukuran 4x6 cm (1 lembar). c. Fotokopi Akte Notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari DepKeh dan HAM RI dalam bentuk PT dan pengesahan dari Pengadilan bila dalam bentuk CV. d. Fotokopi Akte Perjanjian kerjasama antara APA dan PSA/SK pengangkatan bagi perusahaan BUMN (Kimia Farma). e. Bukti kepemilikan tempat, Surat Perjanjian sewa menyewa bila sewa. f. Fotokopi IMB (bila diluar sentra pasar). g. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG) bila diluar sentra pasar. h. Fotokopi Surat Keterangan Domisili dari kelurahan setempat. i. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak bekerja pada perusahaan farmasi lain diatas materai Rp 6.000,- j. Surat pernyataan APA yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada perlakuan yang berlaku di atas materai Rp 6.000,- Universitas Indonesia

32 24 k. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu di atas materai Rp 6.000,- l. Surat pernyataan Pemilik Sarana Apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di atas materai Rp 6.000,- m. Peta lokasi Apotek. n. Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya. o. Struktur Organisasi dan Tata Kerja / Tata Laksana. p. Rencana jadwal buka Apotek. q. Daftar Ketenagaan berdasarkan pendidikan. r. Kelengkapan Tenaga Teknis Kefarmasian: Fotokopi SIKTTK. Fotokopi KTP. Surat Pernyataan Bersedia Bekerja diatas materai Rp 6.000,-. s. Daftar buku pustaka, minimal: Peraturan perundang-undangan di bidang farmasi. Farmakope Indonesia edisi terbaru. t. Daftar Perlengkapan Administrasi u. Surat rekomendasi dari ISFI bagi APA Pedagang Eceran Obat Pedagang eceran obat adalah orang atau badan hukum di Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas (Daftar W) serta untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sesuai yang tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat menjual obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas (Daftar W) dalam bungkusan pabrik yang membuatnya secara eceran. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Pedagang eceran obat dapat diusahakan oleh perusahaan negara, perusahaan swasta, atau perorangan. Penanggung jawab teknis farmasi pada pedagang eceran obat adalah seorang Tenaga Teknis Kefarmasian. Universitas Indonesia

33 25 Izin pedagang eceran obat dapat diperoleh dengan mengajukan Surat Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat. Surat izin untuk pedagang eceran obat hanya berlaku selama 2 tahun terhitung mulai tanggal ditetapkan. Persyaratan perizinan pedagang eceran obat meliputi: a. Fotokopi KTP dari pemilik Pedagang eceran obat. b. Fotokopi Akte Notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Kementerian Kehakiman dan Hukum HAM RI, bila berbentuk CV pengesahan dari Pengadilan. c. Gambar peta lokasi tempat usaha d. Denah ruangan toko. e. Fotokopi ijazah Tenaga Teknis Kefarmasian. f. Fotokopi SIKTTK yang masih berlaku/melampirkan formulir dan persayaratan SIKTTK. g. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian penanggung jawab teknis pedagang eceran obat diatas materai Rp 6.000,-. h. Fotokopi tanda bukti kepemilikan tempat/bila sewa lampirkan surat perjanjian sewa menyewa. i. Fotokopi SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan). j. Fotokopi NPWP Pemilik/badan hukum. k. Surat pernyataan dari pemilik pedagang eceran obat tidak akan menjual obat daftar G dan tidak melayani resep dokter diatas materai Rp 6.000,-. l. Surat pernyataan dari pemilik pedagang eceran obat tetap patuh dan tidak pernah melanggar peraturan UU yang berlaku dibidang obat/farmasi diatas materai Rp 6.000,-. m. Pas foto berwarna pemilik ukuran 4x6 cm (2 lembar). n. Pas foto berwarna Tenaga Teknis Kefarmasian 4x6 cm (2 lembar). Setelah persyaratan perizinan pedagang eceran obat lengkap, dilakukan pemeriksaan/peninjauan lapangan yang dilaporkan dalam suatu berita acara pemeriksaan. Pedagang eceran obat harus mengikuti ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku dalam menjalankan usahanya. Jika pedagang eceran obat melakukan pelanggaran maka akan dikenakan sanksi administratif berupa Universitas Indonesia

34 26 surat peringatan, penghentian sementara pedagang eceran obat, dan pencabutan surat izin ataupun sanksi pidana berupa pengajuan ke pengadilan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) dan Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) (Menteri Kesehatan RI, 2012) Usaha Mikro obat Tradisional adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar, dan rajangan. Persyaratan izin Usaha Mikro Obat Tradisional meliputi: a. Surat permohonan. b. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan. d. Fotokopi KTP/identitas pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas. e. Pernyataan pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi. f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan; g. Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan. h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan perseorangan. i. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak. j. Fotokopi Surat Keterangan Domisili. Permohonan Izin UMOT diajukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. Selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima permohonan izin UMOT, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan. Selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan administrasi dan teknis. Hasil pemeriksaan disampaikan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. Selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Universitas Indonesia

35 27 menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat. Apabila dalam 30 hari kerja setelah surat permohonan diterima oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi tidak dilakukan pemeriksaan/verifikasi, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Administrasi. Usaha Kecil Obat Tradisional adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen. Permohonan izin UKOT diajukan kepada Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Kota dan Balai POM setempat. Persyaratan yang harus dilengkapi dalam permohonan izin UKOT terdiri dari: a. surat permohonan; b. fotokopi akta pendirian badan usaha yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; c. susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas; d. fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas; e. pernyataan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi; f. fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan; g. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL); h. Surat Tanda Daftar Perusahaan; i. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan; j. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak; k. persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; l. asli Surat Pernyataan kesediaan bekerja penuh dari Tenaga Teknis Kefarmasian sebagai penanggung jawab; m. fotokopi surat pengangkatan penanggung jawab dari pimpinan perusahaan; n. fotokopi Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian; o. daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan; p. diagram/alur proses produksi masing-masing bentuk sediaan obat tradisional yang akan dibuat; dan Universitas Indonesia

36 28 q. daftar jumlah tenaga kerja dan tempat penugasannya. Izin Usaha Kecil Obat Tradisional dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan berdasarkan rekomendasi dari Balai POM setempat dan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. Kepala Balai setempat wajib melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan/pemenuhan CPOTB dan Kepala Suku Dinas Kesehatan Administrasi wajib melakukan verifikasi kelengkapan administratif selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak menerima tembusan permohonan untuk izin UKOT. Kepala Balai setempat wajib menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi wajib menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi selambat-lambatnya 14 hari kerja setelah pemeriksaan. Setelah menerima laporan dari Kepala Suku Dinas Kesehatan dan Kepala Balai, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UKOT selambatlambatnya dalam jangka waktu 14 hari kerja. Bentuk usaha lain di bidang obat tradisional adalah Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong. Usaha Jamu Racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Sedangkan, Usaha Jamu Gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Berbeda dari UKOT dan UMOT, pendirian Usaha Jamu Gendong dan Usaha Jamu Racikan tidak wajib memiliki izin dari Menteri Kesehatan. Namun, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi melakukan pembinaan terhadap Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong ini Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) (Badan POM RI, 2012) Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Dalam menjalankan usahanya, Industri Rumah Tangga Pangan harus mempunyai Sertifikat Produksi Pangan untuk Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga atau SPP-IRT. Persyaratan yang harus dilengkapi Universitas Indonesia

37 29 dalam mengajukan sertifikat kelayakan pangan industri rumah tangga adalah sebagai berikut: a. Foto kopi KTP Pemilik. b. Foto kopi KTP Penanggung Jawab. c. Data Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga. d. Data Produk makanan yang akan diproduksi. e. Peta Lokasi Tempat Usaha. f. Denah Ruangan beserta Ukuran. g. Rancangan etiket/label. h. Pas foto berwarna Pemilik ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar. i. Pas foto berwarna Penanggungjawab ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar. j. Foto kopi Surat Tanda Daftar Indusri Kecil dari Sudin Perindustrian dan Energi bagi perusahaan yang memiliki modal peralatan lebih dari Rp ,- k. Surat keterangan asal produk bila repacking. l. Foto kopi Tanda bukti kepemilikan Tempat/Surat sewa bila sewa minimal 2 tahun. m. Sertifikat Keamanan Pangan (mengikuti penyuluhan keamanan pangan). Setelah persyaratan perizinan lengkap Seksi Sumber Daya Kesehatan melakukan peninjauan lapangan untuk pemeriksaan terhadap kelengkapan produksi pangan industri rumah tangga dan dilaporkan dalam bentuk berita acara Perubahan Perizinan Perubahan baik fisik maupun non fisik dari Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman dapat terjadi setiap saat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi dari sarana kesehatan tersebut. Perubahan dapat terjadi karena berakhirnya masa sewa bangunan, berakhirnya kerjasama antara pemilik dengan penanggung jawab teknis dan lain-lain. Agar pelayanan ataupun produksi tidak terganggu maka perlu dibuat aturan perubahan perizinan. Setiap perubahan fisik maupun non fisik harus mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas Kesehatan. Contoh formulir permohonan perubahan Surat Izin Apotek, Apotek Rakyat, Depo Farmasi, dan Sertifikat Produksi Pangan Universitas Indonesia

38 30 Industri Rumah Tangga dapat dilihat berturut-turut pada Lampiran 10, Lampiran 14, Lampiran 16, dan Lampiran 19. Untuk permohonan perizinan perubahan fisik maka proses perizinan Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman tersebut harus dilakukan pemeriksaan atau ditinjau ke lokasi oleh petugas yang berwenang, sedangkan perubahan non fisik tidak perlu dilakukan pemeriksaan atau ditinjau ulang ke lokasi akan tetapi cukup melengkapi persyaratan administrasinya saja. Secara umum perubahan fisik terjadi karena: a. Perubahan alamat atau pindah alamat Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. b. Perubahan letak lokasi atau denah ruangan Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. c. Penambahan jenis atau bentuk produksi Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. d. Perpanjangan izin Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman (Pedagang eceran obat). Secara umum perubahan non fisik terjadi karena : a. Perubahan alamat tanpa pindah lokasi Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. b. Perubahan atau pergantian kepemilikan Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. c. Perubahan atau pergantian tenaga ahli Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. d. Perubahan atau pergantian nama Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. e. Perubahan surat izin Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman hilang. 3.4 Pengelolaan Perbekalan dan Persediaan obat Fungsi Gudang Obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk obat buffer dan obat program. Obat yang diterima di gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi berasal dari hasil Universitas Indonesia

39 31 pengadaan sendiri dan pemberian dari Kementerian Kesehatan. Obat-obat yang disimpan ini digunakan untuk stok penjaga (buffer) bagi puskesmas, bakti sosial, Kejadian Luar Biasa (KLB), atau untuk kegiatan/program tertentu seperti program TBC, program Kesehatan Ibu Anak (KIA), gizi dan lain-lain Manajemen Persediaan Obat Perencanaan obat di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dilakukan oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan. Rincian kebutuhan obat diberikan ke tim pengadaan yang berada di bawah subbagian tata usaha untuk selanjutnya diadakan. Tim pengadaan obat akan melakukan pengadaan obat-obat yang direncanakan. Saat obat diantar oleh produsen/distributor obat, maka obat diterima oleh tim penerima barang lalu diperiksa oleh tim pemeriksa barang dan akan diserahterimakan kepada Koordinator Gudang Farmasi Kabupaten/Kota. Kemudian obat disimpan di dalam gudang dengan menggunakan sistem FEFO dan FIFO. Proses distribusi obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi berlangsung secara sistem 1 pintu, yang berarti obat masuk dan keluar melalui 1 pintu yang dalam hal ini adalah Koordinator Gudang Farmasi Kabupaten/Kota. Universitas Indonesia

40 BAB 4 PEMBAHASAN Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi (otonomi daerah). Seiring dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, UU Nomor 22 Tahun 1999 digantikan oleh UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Melalui Undang-Undang ini dapat diketahui pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah; terdapat beberapa urusan Pemerintah yang ditentukan menjadi urusan Pemerintah dan beberapa urusan Pemerintah lainnya yang menjadi kewenangan daerah. Penanganan bidang kesehatan merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan/tanggung jawab Pemerintah Daerah, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kota. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Stuktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dikepalai oleh Kepala Suku Dinas yang membawahi satu Subbagian Tata Usaha dan empat Seksi, yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan. Keempat Seksi masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan. Tugas dan fungsi pokok Suku Dinas Kesehatan tidak hanya melaksanakan pelayanan perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) terhadap tenaga dan sarana kesehatan, tetapi juga melaksanakan perencanaan, pengendalian, dan 32 Universitas Indonesia

41 33 penilaian program kesehatan masyarakat yang meliputi pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular, penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat, serta gizi dan pembinaan peran serta masyarakat di Kota Administrasi yang bersangkutan. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat dilaksanakan pada Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK). Kegiatan yang dilaksanakan di Seksi SDK terbagi menjadi tiga, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan tenaga kesehatan, kegiatan yang berhubungan dengan farmasi, makanan, dan minuman, serta kegiatan yang berhubungan dengan standardisasi mutu kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki tugas pokok dan fungsi dalam memberikan layanan pengelolaan sumber daya kesehatan meliputi perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap sarana apotek, pedagang eceran obat, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), dan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) serta perizinan tenaga kesehatan meliputi apoteker, asisten apoteker, dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis, perawat, bidan, fisioterapis, terapis wicara, refraksionis optisien dan radiografer. Sasaran mutu dari Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain: waktu yang dibutuhkan untuk proses perizinan paling lama 15 hari kerja; dan jumlah obat kadaluwarsa yang didistribusikan mencapai 0%. Perizinan tenaga dan sarana kesehatan di wilayah Jakarta Barat merupakan salah satu tugas pokok Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Kebijakan dan pedoman serta persyaratan dalam pelaksanaan perizinan, pengawasan, pembinaan, serta pengendalian tenaga dan sarana kesehatan diregulasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Agar proses perizinan berlangsung tertib dan lancar, dibuatlah suatu sistem tata cara perizinan tenaga dan sarana kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Proses pelaksanaan perizinan tenaga dan sarana kesehatan dilakukan dengan sistem 1 pintu dimana seluruh proses perizinan dilakukan di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu, pemohon dapat memperoleh informasi mengenai persyaratan-persyaratan administrasi yang harus disertakan untuk mengajukan perizinan tenaga atau sarana kesehatan. Seluruh Universitas Indonesia

42 34 berkas untuk perizinan diserahkan lalu diperiksa. Jika memenuhi syarat, maka berkas permohonan akan dibawa ke Subbagian Tata Usaha untuk mendapatkan nomor surat dan nomor registrasi perizinan. Seluruh berkas tersebut diserahkan ke Seksi yang berwenang untuk diproses lebih lanjut. Sebelum izin dikeluarkan, pemeriksaan lapangan dilakukan terlebih dahulu. Tujuan dari pemeriksaan lapangan adalah untuk menilai apakah lokasi pemohon layak untuk didirikan atau dilaksanakan pelayanan kesehatan, memeriksa persyaratan fisik dan bangunan, memeriksa kelengkapan ketenagaan serta memeriksa kelengkapan peralatan yang diperlukan untuk peracikan/produksi dan lainnya. Jika pemeriksaan memenuhi syarat maka izin dapat dikeluarkan. Setelah disetujui dan disahkan oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan, surat izin dapat diambil oleh pemohon di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Jika sarana kesehatan masih belum memenuhi persyaratan, maka sarana kesehatan tersebut diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan dalam jangka waktu satu minggu sampai satu bulan. Waktu penyelesaian proses perizinan tenaga atau sarana kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat maksimal lima belas hari kerja, terhitung sejak berkas permohonan yang lengkap dan memenuhi persyaratan administrasi masukke Suku Dinas Kesehatan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Lima belas hari kerja menjadi salah satu sasaran mutu yang harus dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Untuk mencapai sasaran mutu tersebut, maka waktu penyelesaian proses perizinan yang dilayani oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat memberlakukan suatu sistem pemantauan, yaitu dengan melampirkan sebuah formulir yang berisi tahapan-tahapan proses perizinan, mulai dari waktu masuknya berkas sampai dengan waktu penyelesaian surat izin, dalam tiap berkas permohonan. Dalam formulir tersebut akan dicatat tanggal masuknya berkas permohonan ditiap tahapan proses perizinan, mulai dari masuknya berkas permohonan ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Tata Usaha, Kepala Suku Dinas, Seksi terkait (SDK) hingga surat izin dapat diambil kembali di Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Pada akhirnya, dapat dihitung berapa hari kerja yang diperlukan oleh suatu berkas permohonan untuk dapat diselesaikan. Dengan mendokumentasikan Universitas Indonesia

43 35 setiap tanggal masuknya berkas di tiap tahapan proses perizinan, akan lebih memudahkan pemantauan dimana letak permasalahan proses permohonan perizinan apabila total hari kerja proses perizinan melebihi sasaran mutu yang telah ditetapkan. Sistem pemantauan ini merupakan salah satu sistem manajemen mutu yang dijalankan dan merupakan langkah yang sangat baik dalam membantu proses perizinan tenaga dan sarana kesehatan agar selesai tepat pada waktunya. Tugas lainnya dari Seksi Sumber Daya Kesehatan adalah memberikan pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) kepada sarana apotek, pedagang eceran obat, UMOT, dan IRTP. Binwasdal bertujuan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjamin, dan terjangkau bagi masyarakat dengan sarana kesehatan yang menunjang pelayanan kesehatan prima. Kegiatan binwasdal tidak hanya dilakukan dengan meninjau langsung ke lokasi sarana kesehatan, tetapi juga dengan memberikan sosialisasi dan penyuluhan. Kegiatan pembinaan dilakukan dengan memberikan sosialisasi dan penyuluhan; kegiatan pengawasan dilakukan dengan melaksanakan kunjungan kelokasi sarana kesehatan melalui kegiatan supervisi; kegiatan pengendalian dilakukan dengan memberikan tindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan seperti surat peringatan ataupun sanksi. Dari kegiatan binwasdal tersebut akan dibuat berita acara sebagai hasil supervisi yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan yang kemudian akan didokumentasikan oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan. Kegiatan binwasdal ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya. Seksi Sumber Daya Kesehatan juga memiliki tugas mengelola perbekalan dan persediaan obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan. Tugas penyediaan obat di gudang obat dijalankan bersama-sama dengan subbagian tata usaha sehingga manajemen persediaan obat dapat berjalan dengan lancar. Penyimpanan obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan ditujukan sebagai stok penjaga apabila puskesmas tiba-tiba membutuhkan obat tertentu atau ketika terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Obat-obat untuk keperluan program tertentu, seperti program TBC, demam berdarah, filariasis, dan lain-lain yang ditetapkan oleh Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan serta untuk program KIA dan gizi yang ditetapkan oleh Seksi Kesehatan Masyarakat, juga disimpan di gudang obat Suku Dinas Kesehatan. Universitas Indonesia

44 36 Obat-obat yang diterima di gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat berasal dari hasil pengadaan sendiri dan pemberian dari Kementerian Kesehatan. Pada proses penerimaan obat akan diperiksa kesesuaian jenis dan jumlah obat yang diterima dengan hasil kesepakatan dari pengadaan atau pemberian yang dilakukan sebelumnya. Pemeriksaan obat juga mencakup kualitas dan tanggal kadaluwarsa obat. Apabila proses penerimaan obat tidak bermasalah, obat akan disimpan di gudang obat. Proses penyimpanan dilakukan dengan sistem FEFO dan FIFO untuk mencegah obat-obat terlanjur kadaluwarsa karena tidak sempat didistribusikan. Sistem labelling juga digunakan untuk mempermudah pemantauan obat yang disimpan. Adapun sasaran mutu untuk pengelolaan persediaan obat adalah obat kadaluwarsa yang didistribusikan sebanyak 0%. Permintaan obat dari puskesmas atau untuk keperluan kegiatan/program tertentu diajukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan. Selanjutnya, permintaan ini akan diproses hingga ke Seksi Sumber Daya Kesehatan dan akan dikeluarkan Surat Berita Acara Keluar Barang (SBBK). Dengan adanya SBBK ini, akan dikeluarkan obat-obat dari gudang Suku Dinas Kesehatan sesuai dengan permintaan yang tertera di SBBK. Contoh Surat Bukti Barang Keluar dapat dilihat pada Lampiran 20. Proses pengelolaan persediaan obat di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat berlangsung secara sistem 1 pintu. Proses masuknya (penerimaan) dan keluarnya (distribusi) obat ke/dari gudang obat harus melalui 1 pintu yang dalam hal ini adalah Koordinator Gudang Farmasi Kota. Dengan adanya sistem 1 pintu ini, proses pengelolaan persediaan obat akan lebih terkontrol dan penumpukkan obat di gudang obat dapat dicegah. Pada akhirnya, dengan adanya sistem 1 pintu dalam proses pengelolaan persediaan obat dapat dicegah terjadinya kasus obat kadaluwarsa sehingga dapat mendukung tercapainya sasaran mutu pengelolaan persediaan obat. Universitas Indonesia

45 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Tugas dan fungsi pokok Suku Dinas Kesehatan adalah melaksanakan pelayanan perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) terhadap tenaga dan sarana kesehatan serta melaksanakan perencanaan, pengendalian dan penilaian program kesehatan masyarakat yang meliputi pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular, penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat, serta gizi dan pembinaan peran serta masyarakat di Kota Administrasi yang bersangkutan. b. Seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki tugas pokok dan fungsi dalam memberikan layanan pengelolaan sumber daya kesehatan meliputi perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap sarana apotek, pedagang eceran obat, Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), dan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) serta perizinan tenaga kesehatan meliputi apoteker, asisten apoteker, dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis, perawat, bidan, fisioterapi, terapis wicara, refraksionis optisien dan radiografer. c. Pelayanan perizinan telah berjalan sesuai sasaran mutu dan kegiatan pembinaan, pengawasan serta pengendalian oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan juga telah berjalan dengan baik. d. Pengelolaan persediaan obat telah berjalan sesuai sasaran mutu. 5.2 Saran a. Kegiatan-kegiatan binwasdal sarana farmasi, makanan, dan minuman yang telah dilakukan perlu ditingkatkan lagi dalam rangka sosialisasi informasi dan untuk meningkatkan kesadaran serta pengetahuan tenaga kesehatan dan pemilik sarana kesehatan. b. Sasaran mutu pelayanan perizinan dan pengelolaan persediaan obat perlu dipertahankan dan ditingkatkan. 37 Universitas Indonesia

46 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor: HK Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta. Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian. (2007). Pengertian GKM. Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 Tentang Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta. International Organization for Standardization. (2012). About ISO. Januari 12, International Organization for Standardization. (2012). ISO Quality Management. Januari 12, International Organization for Standardization. (2012). ISO 9000:2005. Januari 12, mber=42180 International Organization for Standardization. (2012). ISO 9001:2008. Januari 12, mber=46486 International Organization for Standardization. (2012). ISO 9004:2009. Januari 12, Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1331/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri 38 Universitas Indonesia

47 39 Kesehatan RI Nomor 167/Kab/B.VIII/1972 Tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta. Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan RI. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284/Menkes/PER/III/2007 Tentang Apotek Rakyat. Jakarta. Menteri Kesehatan RI. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Universitas Indonesia

48 LAMPIRAN

49 40 Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Kepala Suku Dinas Kesehatan Subbagian Tata Usaha Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

50 41 Lampiran 2. Formulir Permohonan SIPA atau SIKA

51 42 Lampiran 3. Surat Izn Praktek Apoteker (SIPA)

52 43 Lampiran 4. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)

53 44 Lampiran 5. Formulir Permohonan SIKTTK

54 45 Lampiran 6. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

55 46 Lampiran 7. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek

56 47 (Lanjutan)

57 48 Lampiran 8. Berita Acara Pemeriksaan untuk Memperoleh Izin Apotek

58 49 (lanjutan)

59 50 (lanjutan)

60 51 Lampiran 9. Surat Izin Apotek

61 52 Lampiran 10. Formulir Permohonan Perubahan Surat Izin Apotek

62 53 (lanjutan)

63 54 Lampiran 11. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek Rakyat

64 55 (lanjutan)

65 56 Lampiran 12. Berita Acara Pemeriksaan untuk Memperoleh Izin Apotek Rakyat

66 57 (lanjutan)

67 58 Lampiran 13. Surat Izin Apotek Rakyat

68 59 Lampiran 14. Formulir Permohonan Perubahan Surat Izin Apotek Rakyat

69 60 (lanjutan)

70 61 Lampiran 15. Formulir Permohonan Surat Izin Depo Farmasi

71 62 (lanjutan)

72 63 Lampiran 16. Formulir Permohonan Perubahan Surat Izin Depo Farmasi

73 64 (lanjutan)

74 65 Lampiran 17. Formulir Permohonan Surat Izin Pedagang Eceran Obat

75 66 Lampiran 18. Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

76 67 Lampiran 19. Formulir Permohonan Perubahan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

77 68 Lampiran 20. Surat Bukti Barang Keluar

78 UNIVERSITAS INDONESIA SINKRONISASI DATA INDUK DENGAN HASIL PERMOHONAN SURAT IZIN KERJA APOTEKER (SIKA) DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WAHYU KURNIANTO, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

79 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) Cara Membuat Mail Merge di Microsoft Office Word BAB 3 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Metode Pengkajian... BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... DAFTAR ACUAN... i ii iii ii Universitas Indonesia

80 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Formulir 6 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/MENKES/PER/V/ Lampiran 2. Formulir 8 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/MENKES/PER/V/ Lampiran 3. Tampilan Hasil Sinkronisasi Data Induk dengan Surat Izin Apoteker Pemohon iii Universitas Indonesia

81 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Salah satu cara untuk mewujudkan pembangunan di bidang kesehatan adalah dengan menyelenggarakan pekerjaan kefarmasian. Berdasarkan PP Nomor 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian diperlukan tenaga kefarmasian, salah satunya adalah apoteker (Presiden Republik Indonesia, 2009). Berdasarkan PP Nomor 51 Tahun 2009, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Setiap apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan surat izin sesuai tempat apoteker bekerja. Bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau distribusi wajib memiliki Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) (Presiden Republik Indonesia, 2009). Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) adalah surat izin praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran. Surat izin tersebut dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan (Menteri Kesehatan RI, 2011). Untuk wilayah Jakarta Barat, Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) dikeluarkan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. 1 Universitas Indonesia

82 2 Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pembuatan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) dilakukan sinkronisasi antara data induk dengan hasil Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) pemohon. Selain itu, sinkronisasi data ini juga berguna untuk mempercepat proses pembuatan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. 1.2 Tujuan Tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat bertujuan untuk melakukan sinkronisasi data induk dalam bentuk Microsoft Office Excel 2007 dengan hasil permohonan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) dalam bentuk Microsoft Office Word Universitas Indonesia

83 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Setiap apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan surat izin sesuai tempat bekerjaanya. Surat izin sebagaimana dimaksud antara lain adalah Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran (Presiden Republik Indonesia, 2009). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011, Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) adalah surat izin praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran. Surat izin tersebut dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan (Menteri Kesehatan RI, 2011). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011, SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian. SIKA masih tetap berlaku sepanjang (Menteri Kesehatan RI, 2011): STRA masih berlaku; dan Tempat praktik/bekerja masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIKA. Berikut merupakan tata cara memperoleh SIKA (Menteri Kesehatan RI, 2011): a. Untuk memperoleh SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 6 (Lampiran 1) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011. b. Permohonan SIKA harus melampirkan: fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN; 3 Universitas Indonesia

84 4 surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 cm sebanyak 2 (dua) lembar; c. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 8 (Lampiran 2) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIKA karena (Menteri Kesehatan RI, 2011): a. Atas permintaan yang bersangkutan; b. STRA tidak berlaku lagi; c. Yang bersangkutan tidak bekerja pada tempat yang tercantum dalam surat izin; d. Yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan pembinaan dan pengawasan dan ditetapkan dengan surat keterangan dokter; e. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian berdasarkan rekomendasi KFN; atau f. Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan putusan pengadilan. Pencabutan tersebut dikirimkan kepada pemilik SIKA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan organisasi profesi (Menteri Kesehatan RI, 2011). Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian SIKA serta pencabutannya setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi wajib melaporkan rekapitulasi pemberian SIKA serta pencabutannya setiap 6 (enam) bulan sekali Universitas Indonesia

85 5 kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (Menteri Kesehatan RI, 2011). 2.2 Cara Membuat Mail Merge di Microsoft Office Word 2007 ( a. Memulai Mail Merge Memulai mail merge di Microsoft Office Word 2007 dengan cara mengklik tab Mailings, lalu klik Start Mail Merge dan kemudian klik Step by Step Mail Merge Wizard. b. Memilih Jenis Dokumen Pada task pane Mail Merge, klik jenis dokumen yang ingin dipilih. Selanjutnya, klik Next: Starting document. c. Memilih Dokumen Awal Anda dapat memilih atau mengklik salah satu pilihan berikut: Use the current document: menggunakan dokumen yang saat ini dibuka sebagai dokumen utama Anda. Start from a template: memilih salah satu template mail merge yang siap digunakan. Start from existing document: membuka dokumen yang tersedia untuk digunakan sebagai dokumen utama mail merge Anda. Selanjutnya, pada task pane Mail Merge, klik Next: Select recipients. d. Select Recipients Ketika Anda membuka atau membuat data induk dengan menggunakan Mail Merge Wizard, Anda menginformasikan ke Microsoft Office Word 2007 untuk menggunakan suatu set khusus variabel informasi untuk menggabungkan data Anda. Gunakan salah satu metode berikut untuk melampirkan dokumen utama ke data induk. Metode 1: Use an exisiting data source. Metode 2: Select outlook contacts. Metode 3: Type a new list. e. Membuat Mail Merge Universitas Indonesia

86 6 Untuk membuat mail merge, klik Insert Merge Field pada bagian-bagian yang ingin digabungkan/disinkronkan. f. Preview Mail Merge Klik Preview Results untuk melihat hasil mail merge Anda. g. Menyelesaikan Penggabungan/Sinkronisasi Setelah Anda selesai melakukan penggabungan/sinkronisasi klik Finish & Merge. Anda dapat memilih Edit Individual Documents atau Print Documents atau Send Messages. Untuk mencetak dokumen hasil sinkronisasi, klik Print Documents lalu pilih dokumen-dokumen yang akan dicetak. Universitas Indonesia

87 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan sinkronisasi data induk dengan hasil permohonan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat pada tanggal 6 Mei 2013 sampai 24 Mei Metode Pengkajian Metode pengkajian dilakukan dengan mengolah data induk permohonan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) yang diperoleh dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Selanjutnya data induk tersebut disinkronisasi dengan hasil peromohanan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) yang dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Office Excel 2007 dan Microsoft Office Word Universitas Indonesia

88 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu kegiatan Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat yaitu memberikan perizinan tenaga kesehatan, termasuk apoteker. Proses pelaksanaan perizinan tenaga kesehatan, termasuk apoteker, dilakukan dengan sistem 1 (satu) pintu dimana seluruh proses perizinan dilakukan di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Seluruh berkas untuk permohonan perizinan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) diserahkan lalu diperiksa di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Jika seluruh berkas persyaratan dipenuhi, maka berkas permohonan akan dibawa ke subbagian Tata Usaha Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat untuk mendapatkan nomor surat dan nomor registrasi perizinan. Seluruh berkas tersebut diserahkan ke Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011, permohonan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) harus melampirkan fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN, surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyalur, surat rekomendasi dari organisasi profesi setempat, dan pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 cm sebanyak 2 (dua) lembar. Selain berkas berkas tersebut, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat juga mensyaratkan untuk melampirkan surat izin dari pimpinan instansi/sarana pelayanan kesehatan dimana Apoteker dimaksud bekerja (khusus bagi Apoteker yang berpraktik/bekerja di sarana pelayanan kesehatan pemerintah atau sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah), fotokopi KTP, dan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) yang lama bila ingin memperpanjang SIKA. Kelengkapan persyaratan tersebut sangatlah penting untuk memperlancar proses pemubuatan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Waktu penyelesaian proses perizinan tenaga kesehatan, termasuk apoteker, di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat paling lama 15 (lima 8 Universitas Indonesia

89 9 belas) hari kerja, terhitung sejak berkas permohonan yang lengkap dan memenuhi persyaratan administrasi masuk ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). 15 (lima belas) hari kerja menjadi salah satu sasaran mutu yang harus dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Untuk mencapai sasaran mutu tersebut, maka proses perizinan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) yang dilayani oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat memberlakukan suatu sistem pemantauan, yaitu dengan melampirkan sebuah formulir yang berisi tahapan-tahapan proses perizinan, mulai dari waktu masuknya berkas sampai dengan waktu penyelesaian surat izin, dalam tiap berkas permohonan. Untuk mencapai terwujudnya sasaran mutu perizinan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA), yaitu 15 (lima belas) hari kerja, dilakukan sinkronisasi data induk dengan hasil permohonan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA). Hasil permohonan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) yang dimaksud merupakan surat izin apoteker pemohon yang bersangkutan untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian sesuai tempat bekerjanya di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/ penyaluran. Sinkronisasi dilakukan dengan menyingkronkan data induk dalam bentuk file Microsoft Office Excel 2007 dengan surat izin apoteker pemohon dalam bentuk file Microsoft Office Word Sinkronisasi di Microsoft Office Word 2007 dilakukan dengan memilih tab Mailings, lalu klik Start Mail Merge. Kemudian pilih formulir Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) dalam bentuk Microsoft Office Word 2007 sebagai dokumen awal yang akan disinkronkan dengan data induk pemohon Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) dalam bentuk Microsoft Office Excel Dokumen awal tersebut nantinya akan menjadi Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) pemohon yang disinkronkan dengan data apoteker pemohon yang bersangkutan. Untuk menyingkronkan dengan data induk apoteker pemohon, klik Select Rescipients dilanjutkan dengan mengklik Use Existing List, kemudian dipilih file Microsoft Office Excel 2007 yang merupakan data induk yang akan disinkronkan. Selanjutnya dibuat dokumen yang akan disinkronkan dengan mengklik Insert Merge Field dan dipilih bagian-bagian yang akan disinkronkan antara data induk di Microsoft Office Excel 2007 dengan Universitas Indonesia

90 10 dokumen awal atau formulir Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) pemohon yang bersangkutan di Microsoft Office Word 2007 yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil dari sinkronisasi dapat dilihat dengan mengklik Preview Results. Untuk mencetak Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) pemohon yang bersangkutan dapat dilakukan dengan memilih dokumen yang akan dicetak, kemudian klik Finish & Merge lalu klik Print Documents. Sinkronisasi data tersebut dapat mempercepat proses pembuatan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) karena hanya perlu mengisi satu kali data pada file data induk di Microsoft Office Excel Sinkronisasi data yang mempercepat proses pembuatan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) diharapkan mampu mewujudkan tercapainya sasaran mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat dalam hal pemberian perizinan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA), yaitu paling lama 15 (lima belas) hari kerja. Selain itu, sinkronisasi data tersebut diharapkan mampu meningkatkan pelayanan Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat dalam hal pemberian perizinan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA). Setelah Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) disetujui dan disahkan oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat, Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) tersebut dapat diambil oleh apoteker pemohon yang bersangkutan di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Universitas Indonesia

91 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sinkronisasi data induk dengan hasil permohonan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) dapat dilakukan dengan menyingkronkan data induk dalam bentuk file Microsoft Office Excel 2007 dengan surat izin pemohon yang bersangkutan dalam bentuk file Microsoft Office Word Saran a. Sebaiknya dilakukan sosialisasi cara sinkronisasi data di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat untuk meningkatkan pelayanan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. b. Sebaiknya dilakukan pelatihan sinkronisasi data di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat untuk meningkatkan pelayanan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. c. Untuk meningkatkan pelayanan Suku Dinas Kesehatan Kota Adninistrasi Jakarta Barat, selain sinkronisasi data, sebaiknya penyerahan berkas permohonan berupa soft copy untuk mempermudah dan mempercepat perizinan. 11 Universitas Indonesia

92 DAFTAR ACUAN Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Website. Diakses pada tanggal 21 Mei 2013 pukul WIB. 12 Universitas Indonesia

93 LAMPIRAN

94 13 Lampiran 1. Formulir 6 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011.

95 14 Lampiran 2. Formulir 8 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011.

96 15 Lampiran 3. Tampilan Hasil Sinkronisasi Data Induk dengan Surat Izin Kerja Apoteker Pemohon. F-SDK-70(REV01-20 JAN 11) Nomor TU: / PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT «SIPASIKA» Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat memberikan Izin «Ket_KerjaPraktik» Apoteker kepada: «Nama» Tempat/Tanggal Lahir Alamat No.STRA STRA berlaku sampai dengan Untuk berpraktik sebagai Nama dan Alamat Sarana : «TempatTanggal_Lahir» : «Alamat» : «No_STRA» : «Masa_Berlaku» : «Posisi» : «Nama_Sarana» «Alamat_Sarana» «Kelurahan» «Kecamatan» Jakarta Barat Nomor «SIPASIKA»: «No_SIKASIPA» Masa berlaku s.d: «Masa_Berlaku» Dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan pekerjaan/praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian harus selalu mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundang-undangan.

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WARDAH, S. Farm. 1206313841

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 11 MARET 2013 29 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LIDIA ROMITO

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LUCKY, S.Farm. 1306343776

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Benny Ismayandi,

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVI ASRIRANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MARITA KURNIATI, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ASVINASTUTI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN SAMPUL

UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN SAMPUL UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN SAMPUL LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 8 SEPTEMBER 26 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ULINAFIAH,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FEBRIANI, S.Far

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 7 JANUARI - 28 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANASTASIA BANGUN,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PERMATA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 13 FEBRUARI - 2 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 08 MARET 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VANY PRISKILA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 16 JANUARI - 3 FEBRUARI 2012 LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEGA DEWI SURYANI, S. Farm. 1106047171

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S.

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI WULANDAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA . UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SANNY SUSANTI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JALAN MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI 2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT JALAN PERCETAKAN NEGARA NOMOR 82 JAKARTA PUSAT PERIODE 1-18 JULI 2014 LAPORAN PRAKTIK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 17-28 JUNI 2013 DEBIE PUSPA TARI, S. Farm 1206329455

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi Perusahaan Penulis dalam menyususn skripsi ini melakukan penelitian pada Kantor Suku Dinas Jakarta Barat sebagai objek penelitian yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI RAHMAWATI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINSTRASI JAKARTA BARAT 4-28 MARET 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINSTRASI JAKARTA BARAT 4-28 MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINSTRASI JAKARTA BARAT 4-28 MARET 2014 Disusun oleh : Trie Gusti Lingling, S. Farm (1306344343)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT PERIODE 1-18 JULI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT PERIODE 1-18 JULI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT PERIODE 1-18 JULI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOHAMMAD DENY INDARTO,

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI - 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SONYA APRIANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI-2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 7 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri. Usaha Obat. Tradisional. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri. Usaha Obat. Tradisional. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA No.225, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri. Usaha Obat. Tradisional. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI DAN USAHA OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI DAN USAHA OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI DAN USAHA OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

Jangka waktu penyelesaian adalah 4 hari kerja, jika berkas lengkap. Izin Usaha Kecil Obat Tradisional (IUKOT)

Jangka waktu penyelesaian adalah 4 hari kerja, jika berkas lengkap. Izin Usaha Kecil Obat Tradisional (IUKOT) 1. Izin Usaha Kecil Obat Tradisional (IUKOT) Surat permohonan bermeterai Rp. 6.000,- ditujukan kepada Gubernur NTT Cq. Kepala KPPTSP Provinsi NTT dengan tembusan Kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

: PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 34 Tahun 2016 TANGGAL : 9 Agustus 2016 SOP BIDANG KESEHATAN

: PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 34 Tahun 2016 TANGGAL : 9 Agustus 2016 SOP BIDANG KESEHATAN LAMPIRAN I : PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 34 Tahun 2016 TANGGAL : 9 Agustus 2016 SOP BIDANG KESEHATAN KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU (KPPTSP) PROVINSI NTT Nomor SOP : SOP.KES.01/KPPTSP/2016

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Panduan Pelaksanaan Sistem Pelayanan Terpadu (SIMPEDU) Perizinan Kefarmasian

BAB I PENDAHULUAN. Buku Panduan Pelaksanaan Sistem Pelayanan Terpadu (SIMPEDU) Perizinan Kefarmasian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi Birokrasi yang digulirkan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan pemerintahan bersih sudah merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Sehingga semua Satuan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PANDUWI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FITRI PAUZIAH,

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT NOMOR 25 TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR, SERI

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK GERAI PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SEKTOR KESEHATAN

STANDAR PELAYANAN PUBLIK GERAI PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SEKTOR KESEHATAN STANDAR PUBLIK GERAI PERIZINAN TERPADU SEKTOR KESEHATAN NO 1 2 3 4 5 6 IZIN 9 hari kerja Tdak dipungut 1 Surat Izin Bidan (SIB) Surat Izin Bidan (SIB) kepada Kepala Dinas Kesehatan Pemohon datang sendiri

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 NOMOR 28 SERI E PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 NOMOR 28 SERI E PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 NOMOR 28 SERI E PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 71 Peraturan

Lebih terperinci

PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK

PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK Nama Apotik Alamat No. Telp. Nama APA No. STRA No. SIPA :.. :.. :.. :.. :.. :.. Cek Kelengkapan Ada Tidak

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE 17 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER EMMA RACHMANISA S, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN WALIKOTA BALIKPAPAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 60 ayat (6),

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran :

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran : Jenis Perijinan : IJIN PELAYANAN KESEHATAN a. BP/RB/BKIA b. Pendirian / Penutupan Apotik c. Pedagang Eceran Obat d. Laboratoriun klinik e. Praktek Berkelompok Dokter Umum / Gigi / Spesialis f. Praktek

Lebih terperinci

CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK

CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK Nama Apotik Alamat No. Telp. Nama APA No. STRA No. SIPA :.. :.. :.. :.. :.. :.. No. Syarat Permohonan 1 Surat permohonan yang ditujukan

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER

CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER Apotik :.. lama :.. No. Telp. :.. APA Lama :.. No. SIPA :.. APA Baru :.. No. STRA :.. No. Syarat Permohonan 1 Surat permohonan yang ditujukan kepada Kepala Dinas

Lebih terperinci

CEK LIST PERMOHONAN PINDAH ALAMAT APOTIK (SIA BERUBAH)

CEK LIST PERMOHONAN PINDAH ALAMAT APOTIK (SIA BERUBAH) CEK LIST PERMOHONAN PINDAH ALAMAT APOTIK (SIA BERUBAH) Apotik lama baru No. Telp. APA No. SIPA No. Syarat Permohonan 1 Surat permohonan yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kabupaten Sukoharjo (asli bermaterai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG IZIN APOTEK

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG IZIN APOTEK NOMOR 24 TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR, SERI E Menimbang

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN TIPE A KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 63

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 63 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 63 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 3 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Formulir 1 PERMOHONAN PERSETUJUAN PRINSIP INDUSTRI OBAT TRADISIONAL/INDUSTRI EKSTRAK BAHAN ALAM Nomor Lampiran Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Obat Tradisional/Industri Ekstrak Bahan Alam Yang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci