UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO PERIODE 01 JULI - 11 JULI 2014 LAPORAN PRATEK KERJA PROFESI APOTEKER LUTFIANA, S. Far ANGKATAN LXXVIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JANUARI 2015

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO PERIODE JULI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker LUTFIANA, S. Far ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015 ii

3 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh: Nama : Lutfiana, S.Far NPM : Program Studi Judul Laporan :Apoteker- Fakultas Farmasi Universitas Indonesia :Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara Jl. Yos Sudarso No Periode 01 Juli - 11 Juli 2014 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Drs. Kusnaedi, Apt. ( ) Pembimbing II : Prof. Dr. Dra. Berna Elya, M.Si., Apt. ( ) Penguji I :. ( ) Penguji II :. ( ) Penguji III :. ( ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : iii

4

5

6

7 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ini. Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan untuk menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker dan memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. dr. Bambang Suheri., selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara 2. drg. Leny Ariyani, selaku Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara 3. Drs. Kusnaedi, Apt., selaku Pembimbing dari Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara dan Kepala Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara atas bimbingan selama pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara 4. Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia 5. Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 6. Prof. Dr. Dra. Berna Elya, M.Si., Apt., selaku Pembimbing Universitas atas bimbingan selama penulisan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini. 7. Seluruh dosen Fakultas Farmasi UI atas segala ilmu pengetahuan dan didikannya selama ini. 8. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat kepada penulis. iv

8 9. Semua teman-teman Apoteker Universitas Indonesia angkatan 79 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Penulis 2015 v

9 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JALAN. YOS SUDARSO NO ABSTRAK Praktik Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara bertujuan untuk memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara. Serta mengetahui dan memahami peran Apoteker di Seksi Sumber Daya Kesehatan khususnya Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) terkait dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana dan tenaga kesehatan pelayanan kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. Tugas khusus yang diberikan adalah mengenai sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga (IRT). Kata kunci: Apoteker, Suku Dnas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, Pangan IRT

10 REPORT OF PHARMACIST INTERNSHIP PROGRAM AT HEALTH AGENCY OF NORTH JAKARTA JALAN YOS SUDARSO NO ABSTRAC The aim of pharmacist internship program in Health Agency Of North Jakarta is to understand the Health Agency duties and functions, And to know and understand the role of pharmacists especially in the Health Resources Section, Pharmaceutical Food and Beverage Coordinator associated with coaching, supervision, and control activities of Pharmaceutical facilities and professionals, Food and Beverage. Specific task that given in pharmacist internship program is the certification of household industry food production. Keywords : Pharmacist, Health Agency Of North Jakarta, household industry food production

11 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA Profil Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Visi dan Misi Struktur Organisasi Sub Bagian Tata Usaha Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan BAB 3. TINJAUAN KHUSUS FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan Minuman dan Tenaga Kesehatan Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatab Farmakmin Perizinan Tenaga Kesehatan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Saran Pelayanan Kesehatan Farmakmin BAB 4. PEMBAHASAN BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN i ii iii iv v vii vi Universitas Indonesia

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Lampiran 2 Alur Prosedur Permohonan Izin Tenaga dan Sarana Pelayanan FMM...57 Lampiran 3 Formulir Permohonan Izin Apotek Lampiran 4 Berita Acara Pemeriksaan Apotek Lampiran 5 Formulir Permohonan Izin UMOT Lampiran 6 Berita Acara Pemeriksaan UMOT Lampiran 7 Formulir Permohona Izin Pedagang Eceran Obat Lampiran 8 Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat Lampiran 9 Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Pangan IRT 70 Lampiran 10 Formulir Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan IRT Lampiran 11 Surat Izin Praktik Apoteker Lampiran 12 Surat Izin Kerja Apoteker Lampiran 13 Surat Izin Kerja Tenaga Tekhnis Kefarmasian 79 vii Universitas Indonesia

13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan upaya kesehatan. U0paya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Tujuan dari upaya kesehatan adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat dengan menyelenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan tujuan tersebut adalah memberlakukan Undang-Undang nomor 32 tahun Undang-undang tersebut memuat ketentuan yang menyatakan bahwa bidang kesehatan sepenuhnya diserahkan kepada daerah masing-masing yang setiap daerah diberi kewenangan untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh aspek kesehatan. Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Undang-undang nomor 32 tahun 2004, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 yang mengatur tentang pembagian urusan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa kesehatan merupakan salah satu urusan wajib pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah. Dengan adanya sistem otonomi daerah, maka dalam perwujudan pembangunan kesehatan dibuatlah peraturan daerah tentang sistem kesehatan daerah (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009a). Sesuai dengan Peraturan Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka terdapat Dinas Kesehatan sebagai salah satu perangkat daerah yang merupakan unsur pelaksanan otonomi daerah di bidang 1 Universitas Indonesia

14 2 kesehatan, yang dalam organisasinya dibantu oleh Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) yang terdapat di setiap Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi. Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, terjadi perubahan struktur organisasi dalam Suku Dinas Pelayanan Kesehatan. Suku Dinas Pelayanan Kesehatan disatukan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat membentuk Suku Dinas Kesehatan. Peran apoteker di dalam pemerintahan sebagai upaya mewujudkan tujuan mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi individu maupun masyarakat adalah bergabung dengan Suku Dinas Kesehatan yang merupakan unit kerja dinas kesehatan provinsi DKI Jakarta dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Apoteker di Suku Dinas Kesehatan menjadi penanggung jawab dari koordinator farmasi makanan dan minuman yang mempunyai tugas pokok dalam perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana dan tenaga kesehatan farmasi makanan dan minuman. Dalam upaya meningkatkan pemahaman serta untuk mengetahui peran dan fungsi apoteker di pemerintahan, maka calon Apoteker membutuhkan suatu program praktek kerja yang dapat memberikan pengalaman kerja, pengetahuan dan gambaran tentang peran Apoteker di pemerintahan. Oleh karena itu, Program Studi Apoteker, Universitas Farmasi bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara dengan mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) untuk memberikan wawasan kepada calon Apoteker mengenai perannya di Suku Dinas Kesehatan. PKPA dilaksanakan pada tanggal 01 Juli hingga 11 Juli Tujuan a. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara. b. Mengetahui dan memahami peran Apoteker di Seksi Sumber Daya Kesehatan khususnya Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin). c. Mengetahui dan memahami pelaksanaan tugas dan fungsi Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman, baik yang terkait dengan perizinan maupun Universitas Indonesia

15 3 yang terkait dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana dan tenaga kesehatan pelayanan kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. Universitas Indonesia

16 BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA 2.1 Profil Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) adalah salah satu unsur pelaksana Pemerintah Daerah tingkat II di bidang kesehatan yang mempunyai tugas dan kewajiban dalam pembangunan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan dibentuk di setiap kota administrasi yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara merupakan penamaan baru yang atas penggabungan dari dua suku dinas yang terdahulu, yakni Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Utara dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Utara sesuai dengan peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta No.150 Tahun Hal ini menimbulkan perubahan pada struktur organisasi secara keseluruhan. Sebelum penggabungan ini Suku Dinas Kesehatan Masyarakat terdiri dari 6 seksi: Seksi Pendataan dan Program, Seksi Penyakit Menular, Seksi Penyakit Tidak Menular, Seksi Kesehatan Jiwa dan Narkotika, Psikotropika dan Zat aditif lainnya (NAPZA), Seksi Gizi dan Pembinaan Peran Serta Masyarakat (PPSM), Seksi Penyehatan Lingkungan serta Subbag Tata usaha. Suku Dinas Pelayanan Kesehatan terdiri dari 6 seksi; yaitu Seksi Pelayanan kesehatan Dasar, Seksi Farmasi Makanan Minuman, Seksi Pelayanan Kesehatan Spesialistik, Seksi Pendataan dan Program, Seksi Gawat Darurat Bencana dan Keluarga Miskin (Gakin), Seksi Pengobatan Tradisional, serta Subbag Tata Usaha (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010). Setelah Penggabungan kedua Suku Dinas tersebut menjadi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, struktur organisasi berubah menjadi 4 seksi; yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan, dan Subbag Tata Usaha. 4 Universitas Indonesia

17 5 2.2 Visi dan Misi Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yaitu Menjadi Suku Dinas Kesehatan yang Profesional Menuju Jakarta Utara Sehat untuk Semua. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka telah ditetapkan misi yaitu: a. Meningkatkan kompetensi seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) di jajaran Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara; b. Mengembangkan pelayanan perizinan berbasis teknologi informasi; c. Menciptakan dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja; d. Meningkatkan sistem informasi yang cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan berbasis komputer; e. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih; f. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih, sehat, serta untuk penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana; g. Meningkatkan kualitas dan respon time pelayanan kesehatan Gawat Darurat dan Bencana; h. Meningkatkan kerja sama lintas program, lintas sektoral dengan organisasi profesi, organisasi masyarakat dan institusi lainnya dalam mengatasi masalahmasalah kesehatan masyarakat di Jakarta Utara; i. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat. (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010) 2.3 Struktur Organisasi Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta diatur dengan Pasal 23 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.150 Tahun 2009 terdiri dari (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009): a. Kepala Suku Dinas Kesehatan; b. Sub Bagian Tata Usaha; c. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan; d. Seksi Kesehatan Masyarakat; e. Seksi Sumber Daya Kesehatan; f. Seksi Pelayanan Kesehatan. Universitas Indonesia

18 6 Sub bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian dan setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan. Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara terlampir pada Lampiran Sub Bagian Tata Usaha Berdasarkan peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 36: Sub Bagian Tata Usaha mempunyai ruang lingkup tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Mengoordinasikan penyusunan RKA dan DPA Suku Dinas; d. Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan DPA Suku Dinas; e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Suku Dinas; f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas; g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan dan pemeliharaan dari perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas; h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor; i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas; j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara Suku Dinas; k. Menerima, mencatat, membukukan, mensetorkan, dan melaporkan penerimaan retribusi Suku Dinas kesehatan; l. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Sub Bagian Tata Usaha; m. Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) Suku Dinas; n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Sub Bagian Tata Usaha. Universitas Indonesia

19 7 Sub Bagian Tata Usaha (Subbag TU) membawahi 3 koordinator, yaitu: Koordinator Kepegawaian Tugas dan Tanggungjawab a. Mengumpulkan dan mengusulkan perencanaan kebutuhan pegawai Puskesmas dan Suku Dinas Kesehatan b. Mengkoordinir pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian, mutasi, pendayagunaan pegawai, pengembangan karir dan penghargaan c. Membuat usulan perencanaan kebutuhan pendidikan dan pelatihan pegawai Suku Dinas Kesehatan d. Menyusun Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK) jabatan fungsional susuai kewenagannya e. Melaksanakan monitoring pengendalian disiplin pegawai dan kinerja di lingkungan Suku Dinas Kesehatan f. Memantau, mengawasi, membina/sosialisasi pegawai Puskesmas dan menindaklanjuti permasalahan kepegawaian untuk pegawai Puskesmas dan Suku Dinas Kesehatan g. Menyusun usulan RKA dan kerangka acuan kerja kegiatan yang menjadi tanggungjawab urusan kepegawaian. h. Melaksanakan kegiatan sesuai DPA dan KAK yang menjadi tanggung jawab urusan kepegawaian i. Mengolah, menganalisa dan mengajukan informasi kepegawaian j. Menyusun bahan laporan dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan tugas urusan kepegawaian Wewenang dari koordinator kepegawaian adalah melaksanakan seluruh aktivitas kepegawaian sesuai dengan tugas dan fungsinya. Koordinator kepegawaian dibagi menjadi 3 sub bagian, antara lain: a. Pengelola data pegawai dan disiplin pegawai b. Pengelola Administrasi Kesejahteraan Pegawai c. Pengelola Administrasi Pengembangan Karir Universitas Indonesia

20 Koordinator Keuangan Tugas dan Tanggung Jawab a. Mengkoordinir pengelolaan keuangan anggaran DPA- Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) b. Mengkoordinir pelaksanaan pelaporan keuangan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara c. Melaksanakan koordinasi dengan pelaksana program berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari DPA-SKPD d. Mengkoordinir pelaksanaan pengarsipan dokumen gaji pegawai dll. e. Mengkoordinir pelaksanaan penilaiaan kinerja f. Mengkoordinir pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) g. Mengkoordinir pelaksanaan pelaporan pajak h. Bertanggungjawab terhadap pengadministrasian keuangan di Sudinkes Jakarta Utara Wewenang koordinator keuangan dalam sub bagian tata usaha adalah mengurus pengajuan uang kegiatan yang bersumber dari DPA-SKPD dan melakukan Binwasdal ke Puskesmas. Koordinator keuangan memiliki beberapa sub Bagian, antara lain: a. Bendahara b. Verifikator c. Pengelola Pelaporan d. Pengelola pajak dan sisa kegiatan e. Pengelola Surat Pertanggungjawaban (SPJ) Koordinator Umum dan Protokol Tugas dan Tanggung Jawab: a. Mengkoordinir pengadministrasian surat menyurat b. Mengkoordinir pelaksanaan protokoler dan rumah tangga c. Mengkoordinir pelaksanaan urusan perlengkapan d. Mengkoordinir pembuatan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Wewenang dari koordinator umum dan protokol adalah: Melaksanakan pengawasan dan pengendalian urusan umum dan protokol. Universitas Indonesia

21 9 Koordinator umum dan protokol memiliki beberapa sub bagian, antara lain: a. Pengurus Barang b. Pengelola pemeliharaan sarana dan prasarana kantor c. Pengelola surat menyurat d. Pengelola protokol e. Pengadministrasi surat keluar f. Pengadministrasi surat masuk g. Pengaministrasi kegiatan kepala unit h. Pengadministrasi protokol (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010) Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Adapun tugas pokok dan fungsi Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan antara lain: a. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah atau KLB (Kejadian Luar Biasa), dan kesehatan lingkungan; d. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji; e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular serta kesehatan jiwa masyarakat; f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat; g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama, dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Universitas Indonesia

22 10 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintahan /swasta/masyarakat; h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi; i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, serta memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup kota administrasi; j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan dugaan wabah serta keracunan makanan; k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau KLB dan surveilans; l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian; m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah atau KLB dan surveilans; n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum atau air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempattempat umum, penyehatan di tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan upaya pengelolaan lingkungan/upaya pemantauan lingkungan; o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan; p. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja; q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan; r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Universitas Indonesia

23 11 Koordinator dalam Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan: Koordinator Penyakit Menular-Tidak Menular Tugas dan tanggung jawab: a. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, imunisasi, NAPZA dan melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan bayi b. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular/tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat,imunisasi dan kesehatan haji c. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis ternaga kesehatan penyakit menular, tidak menular, imunisasi, haji, dan kesehatan jiwa masyarakat dan NAPZA d. Menyiapakan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan ruang lingkup tugasnya e. Mengusulakan rencana kegiatan dan mengalokasikan anggarannya f. Melakukan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan penyakit menular dan tidak menular tehadap puskesmas g. Menganalisa dan memberikan informasi perkembangan penyakit menular di Jakarta Utara h. Mengelola laporan kegiatan penyakit menular dan tidak menular dari puskesmas i. Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas-tugas dalam ruang lingkup program penyakit menular dan tidak menular j. Bertanggung jawab atas laporan pertanggungjawaban jalannya tugas-tugas tersebut terhadap Kepala seksi pengendalian masalah kesehatan Wewenang dari koorinator penyakit menular- tidak menular: a. Memberikan masukan kepada seksi pengendalian kesehatan masyarakat sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan b. Meminta laporan hasil kegiatan program penyakit menular-tidak menular dari puskesmas kecamatan di Jakarta Utara c. Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya d. Mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya Universitas Indonesia

24 12 e. Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat Sub Bagian yang dimiliki oleh koordinator penyakit menular-tidak menular: a. Pengelola demam berdarah (DBD) b. Pengelola Imunisasi c. Pengelola kesehatan jiwa d. Pengelola NAPZA e. Pengelola tuberkulosa f. Pengelola Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan pneumonia g. Pengelola diare h. Pengelola kusta i. Pengelola HIV/AIDS j. Pengelola penyakit tidak menular Koordinator Wabah Dan Surveillance Tugas dan tanggung jawab: a. Menyusun program, rencana kegiatan dan mengalokasikan anggaran kegiatan penanggulangan wabah dan surveillance b. Menyiapkan bahan untuk sosialisasi program surveillance c. Melakukan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan surveillance terhadap puskesmas kecamatan d. Menganalisa dan memberikan informasi perkembangan penyakit menular terutama yang berpotensi KLB e. Mengelola laporan mingguan dari puskesmas f. Mengelola laporan bulanan dari puskesmas g. Mengirimkan laporan kegiatan surveillance ke dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta h. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas dalam ruang lingkup kegiatan penanggulangan wabah dan surveillance i. Bertanggungjawab atas laporan pertanggungjawaban jalannya tugas-tugas tersebut kepada kepala seksi pengendalian masalah kesehatan Universitas Indonesia

25 13 Wewenang dari koordinator wabah dan surveillance: a. Memberikan masukan kepada seksi penyakit menular sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan b. Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada petugas surveillance ditingkat puskesmas sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan c. Meminta laporan kegiatan pengendalian wabah dan surveillance PKM kecamatan di Jakarta Utara d. Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya e. Mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya f. Mewakili kasie dalam pertemuan atau rapat Sub Bagian yang dimiliki oleh koordinator wabah dan surveillance: a. Pengelola surveillance berbasis rumah sakit dan laboratorium b. Pengelola survaillance berbasis puskesmas dan surveillance kematian Koordinator Kesehatan Lingkungan Tugas dan Tanggung Jawab: a. Menyusun program, rencana kegiatan dan mengalokasikan anggaran kegiatan kesehatan lingkungan b. Melakukan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi; penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vector, pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh, penyehatan ditempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida dan lingkungan lainnya c. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian limbah dan pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDL), Upaya Pengelolaan Lingkungan/Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL) d. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan sarana penunjang dalam mendukung program kesehatan lingkungan e. Menilai dampak dan risiko lingkungan terhadap kesehatan masyarakat f. Menyiapkan materi promosi kesehatan tentang program penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja Universitas Indonesia

26 14 g. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja h. Memelihara hubungan kerjasama dengan instansi/akademisi/lembaga sosial masyarakat (LSM) di dalam dan di luar negri yang bergerak dalam kesehatan lingkungan, dan kesehatan kerja. i. Melakukan monitoring dan evaluasi kesehatan lingkungan j. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan k. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan. Wewenang koordinator kesehatan lingkungan: a. Memberikan masukan kepada seksi pengendalian masalah kesehatan program kesehatan lingkungan b. Memberikan masukan kepada suku dinas kesehatan melalui seksi pengendalian masalah kesehatan bidang pengendalian kesehatan lingkungan berupa sanksi hukum, teguran, saran perbaikan kepada institusi/unit usaha sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku c. Memberikan masukan kepada seksi pengendalian masalah kesehatan, tenyang kinerja petugas kesehatan lingkungan di puskesmas d. Menilai kualitas kesehatan terhadap institusi/unit usaha yang menjadi sasaran pembinaan, seperti: tempat pengelolaan makanan dan minuman, tempattempat umum, tempat kerja/industry, tempat pengelolaan pestisida dan lingkungan lainnya e. Rekomendasi pengeluaran sertifikasi laik hygiene bagi usaha jasa boga, rumah makan/restoran, cafe, bakery, dan pengelolaan makanan siap saji lainnya (non kemasan/usia masa umur konsumsi dibawah 3 hari) f. Rekomendasi pengeluaran izin pest control bagi usaha jasa pest control Sub Bagian yang dimiliki koordinator kesehatan lingkungan: a. Pengelola makanan dan minuman b. Pengelola Tempat-Tempat Umum/Tempat-Tempat Industri (TTU-TTI) c. Pengelola penyehatan lingkungan pemukiman Universitas Indonesia

27 Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Berdasarkan peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tatat Kerja Dinas kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 37: Tugas pokok dan fungsi Seksi Kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut: a. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, anak pra sekolah, anak usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita, dan asuhan keperawatan; d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat; e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi; f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat; g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota administrasi; h. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi; i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM (Pembinaan Peran Serta Masyarakat); j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG); k. Melaksanakan kegiatan peran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat; l. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat; Universitas Indonesia

28 16 m. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat. Koordinator dalam Seksi Kesehatan Masyarakat: Koordinator Kesehatan Keluarga Tugas dan tanggungjawab: a. Mempelajari program kerja petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis kegiatan program kesehatan keluarga yang meliputi bidang kesehatan anak, kelompok bayi, balita, anak prasekolah, anak usia sekolah, remaja, wanita usia subur, ibu hamil/nifas/ menyusui, pekerja wanita, dan lanjut usia, kebijakan yang ada sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas b. Melaksanakan kegiatan program kesehatan keluarga c. Mengkoordinasikan secara teknis kegiatan program kesehatan keluarga d. Melaksanakan koordinasi lintas program dan lintas sector terkait dalam rangka penyelenggaraan kegiatan kesehatan keluarga e. Memeriksa kebenaran data/laporan kegiatan kesehatan keluarga f. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan dan pengolahan anggaran serta evaluasi program kesehatan keluarga secara lisan maupun tertulis untuk disampaikan atasan g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan Wewenang dari koordinator kesehatan keluarga: a. meminta laporan kegiatan program kesehatan keluarga dari Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) kecamatan di Jakarta Utara b. mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya c. mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya d. mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat Sub Bagian yang dimiliki koordinator kesehatan keluarga: a. Pengelola kesehatan ibu b. Pengelola kesehatan anak c. Pengelola perawatan kesehatan masyarakat d. Pengelola lansia Universitas Indonesia

29 17 e. Pengelola Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) f. Pengelola kesehatan gigi dan mulut Koordinator promosi dan Informasi Kesehatan Tugas dan Tanggungjawab: a. Melaksanakan dan bdertanggung jawab atas kelancaran kegiatan promosi dan informasi kesehatan b. Melaksanakan kegiatan peningkatan kemampuan dan peran masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat c. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi d. Menyusun program, rencana kegiatan dan mengalaokasikan anggaran Promosi dan informasi kesehatan e. Mensosialisasikan program dan rencana kegisntsn promosi kesehatan f. Mengolah laporan kegiatan penyuluhan dan data informasi dari Puskesmas g. Melaporkan kegiatan promosi dan informasi kesehatan ketingkat dinas kesehatah provinsi DKI Jakarta h. Menyediakan data dan evaluasi kegiatan promosi dan informasi kesehatan di Puskesmas Wewenang dari Koordinator promosi dan Informasi Kesehatan: a. Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada petugas Promosi Kesehatan (Promkes) dan petugas Informasi Kesehatan (Infokes) di tingkat Puskesmas sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan b. Meminta laporan kegiatan program promosi dan informasi kesehatan dari PKM kecamatan di Jakarta Utara c. Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidaginya d. Mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya e. Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat Sub Bagian yang dimiliki koordinator promosi dan informasi kesehatan: a. Pengelola promosi kesehatan b. Pengelola Sistem Pelaporan Puskesmas Terpadu (SP2TP) Universitas Indonesia

30 18 c. Pengelola Sistem Promosi Kesehatan (SPK) Koordinator Gizi & Pembinaan Peran Serta Masyarakat (PPSM) Tugas dan Tanggungjawab: a. Membuat usulan rencana penjabaran dan pengajuan kebutuhan anggaran kegiatan gizi dan PPSM b. Melaksanakan kegiatan gizi dan PPSM sesuai dengan usulan yang ada c. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan dan mengkoordinasikan secara teknis kegiatan gizi dan PPSM di puskesmas kecamatan dan keluarahan di Jakarta Utara d. Melaksanakan koordinasi lintas program dan lintas sector terkait dalam rangka penyelenggaraan kegiatan gizi dan PPSM e. Memeriksa kebenaran data/laporan layanan gizi & PPSM f. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan dan pengolahan anggaran serta evalausi kegiatan gizi secara lisan maupun tertulis untuk disampaikan atasan g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan h. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) i. Melaksanakan kegiatan peran serta masyarakat dalam berprilaku hidup bersihdan sehat Wewenang dari koordinator gizi & PPSM adalah: a. Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada petugas gizi & PPSM di tingkat Puskesmas sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan b. Meminta laporan kegiatan program gizi & PPSM dari PKM kecamatan di Jakarta Utara c. Mengusulkan rencana program kegiatan gizi & PPSM d. Mengendalikan program kegiatan gizi & PPSM e. Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat 1. Mendokumentasikan kegiatan dan mengarsipkan dokumen gizi & PPSM Koordinator Gizi & PPSM memiliki 2 sub bagian, yaitu: Pengelola program gizi dan Pengelola PSM (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010). Universitas Indonesia

31 Seksi Sumber Daya Kesehatan Merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Berdasarkan draft Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Pasal 39, seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki tugas sebagai berikut: a. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman. d. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan. e. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan serta pelatihan. f. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan. g. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu. h. Melaksanakan survei kepuasaan pelanggan kesehatan. i. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas. j. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. k. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, pengkaji, dan auditor mutu pelayanan kesehatan. l. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga. m. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial. n. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup kota administrasi. Universitas Indonesia

32 20 o. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. p. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. q. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dibagi menjadi 3 koordinator, yaitu koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan; koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin); Koordinator Tenaga Kesehatan Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan Tugas dan Tanggung Jawab: a. Memastikan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu ditetapkan, diterapkan dan dipelihara b. Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan c. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas d. Melaksanakan kegiatan pertemuan koordinasi forum komunikasi manajemen mutu di tingkat kota administrasi Jakarta Utara e. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor dan auditor mutu pelayanan kesehatan f. Mengusulkan perencanaan dan alokasi anggaran program mutu g. Merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit internal, eksternal, serta tinjauan manajemen dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu. Wewenang dari koordinator standarisasi mutu kesehataan adalah: a. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya b. Melaporkan kinerja seksi yang mempengaruhi sistem manajemen mutu suku dinas kesehatan Jakarta Utara ke Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara c. Menyusun perencanaan program mutu dan alokasi anggaran d. Mewakili kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan yang diberikan Universitas Indonesia

33 21 Sub bagian standarisasi mutu kesehatan, antara lain: a. Pengelola administrasi dan perencanaan mutu b. Pengelola survei kepuasan pelanggan c. Pengelola audit internal d. pengelola audit eksternal e. Pengelola forum komunikasi mutu Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman Tugas dan tanggung jawab: a. Memberikan pelayanan perizinan farmasi makanan dan minuman b. Mengendalikan mutu pelayanan farmakmin c. Membuat perencananaan kegiatan dan anggaran farmakmin d. KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) pada customer e. Verifikasi berkas perizinan yang masuk (ditolak atau dilanjutkan) f. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman g. Membuat perencanaan kerja mingguan h. Membuat laporan dan evaluasi kerja mingguan i. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi saran yang ditentukan. Wewenang yang dimiliki koordinator farmasi makanan dan minuman adalah: a. Menetapkan perencanaan kegiatan Farmakmin b. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan yang diberikan c. Mengendalikan kegiatan perizinan Farmakmin dan kegiatan Binwasdal d. Merekomendasikan terbit atau tidaknya izin Farmakmin Sub Bagianyang dlimiliki koordinator farmasi makanan dan minuman, antara lain: Pengelola administrasi Farmakmin Tugas dan Tanggung Jawab a. Mengkoordinir peninjauan lapangan b. Melakukan pengetikan sertifikat dari perizinan atau penolakan Universitas Indonesia

34 22 c. Pemegang program kegiatan sosialisasi tenaga asisten apoteker, penyuluhan keamanan pangan dan pembinaan sarana pelayanan Farmakmin d. Menerima berkas perizinan dan dicatat dalam buku register e. Memberi nomor surat tugas dan rekap BAP f. Mengkoordinir Binwasdal ke lapangan untuk semua sarana pelayanan kesehatan Farmakmin g. Membuat laporan kegiatan program (SPJ lengkap) h. Konfirmasi ke kelurahan untuk pelaksanaan inspeksi i. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana kesehatan Farmakmin j. Mengarsipkan surat izin/sertifikat k. Mencatat ke buku register untuk masing-masing sarana l. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang ditentukan Wewenang dari sub bagian pengelolaan diministrasi farmakmin adalah: Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat, mengusulkan rencana kegiatan dan mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya. Pengelola apotek dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Tugas dan Tanggung Jawab a. Melaksanakan peninjauan lapangan ke apotek dan IKOT b. Melaksanakan kegiatan sosialisasi tenaga asisten apoteker c. Mengkoordinir dan melaksanakan binwasdal ke lapangan untuk apotek dan IKOT d. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program e. Menerima laporan pemakaian narkotika dan psikotropika dan dicatat dalam absensi apotek f. Mencatat laporan pemakaian narkotika dan psikotropika harian g. Merekap laporan pemakaian narkotika dan psikotropika perbulan h. Melaksanakan inspeksi atau pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan farmakmin i. Membuat status kendali berkas perizinan dan sarmut j. Membuat laporan perizinan k. Input data perizinan dan pendataan sarana farmakmin Universitas Indonesia

35 23 l. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi atau pemerikasaan sarana yang ditentukan m. Membuat jadwal kegiatan farmakmin, jadwal distribusi perbekalan alat kesehatan n. Merevisi checklist, formulir dan perubahan dokumen ISO Wewenang apotek dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT): Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat, mengusulkan rencana kegiatan serta mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya. Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan Tugas dan Tanggung Jawab a. Melaksanakan peninjauan lapangan ke industri rumah tangga pangan b. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan industri rumah tangga pangan c. Melaksanakan kegiatan sosialisasi industri rumah tangga pangan d. Mengkoordinir dan melaksanakn binwasdal ke lapangan untuk industri rumah tangga pangan e. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program f. Menerima Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari kecamatan g. Mencatat lapooran pemakaian LPLPO kecamatam h. Merekap laporan pemakaian LPLPO perbulan i. Melaksanaakan inspeksi atau pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan farmakmin j. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang di tentukan k. Membuat surat tugas insidentil Wewenang pengelola Industri Rumah Tangga Pangan: Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat, mengusulkan rencana kegiatan serta mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya. Pengelola Toko Obat Tugas dan Tanggung Jawab a. Melaksanakan peninjauan lapangan ke toko obat b. Melaksanakan kegiatan sosialisasi toko obat c. Mengkoordinir dan melaksanakan Binwasdal ke lapangan untuk toko obat Universitas Indonesia

36 24 d. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program e. Menerima dan menyimpan obat dan alat perbekalan kesehatan dalam gudang obat dan mencatat dalam buku penerimaan dan kartu stok obat dan alat perbekalan kesehatan f. Mendistribusikan obat buffer dan alat perbekalan kesehatan ke uinit pelayanan kesehatan dan dicatat dalam buku pengeluaran dan kartu stok obat g. Memeriksa laporan pemakaian dan lembar permintaan obat h. Memeriksa persentase pemakaian obat generic dipuskesmas i. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan Farmakmin j. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang ditentukan Wewenang dari sub bagian pengelola took obat adalah: Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat, mengusulkan rencana kegiatan, mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya dan mempunyai kewenangan untuk merekomendasikan diberikannya izin atau tidak kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan. Penerima perizinan Tugas dan Tanggung Jawab a. Memberikan informasi tentang perizinan kepada customer b. Menerima dan memeriksa kelengkapan berkas dan mengisi checklist sesuai dengan persyaratan permohonan izin c. Mencatat berkas permohonan izin kedalam buku register d. Menginput data berkas perizinan e. Membuat berita acara serah terima f. Mengisi blangko retribusi pembayaran dan diserahkan ke pemohon untuk segera membayar ke kas daerah g. Menerima surat tanda terima pembayaran dari pemohon dan memberikan surat izin/sertifikat asli kepada pemohon h. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan Farmakmin Wewenang dari sub bagian penerima perizinan farmakmin adalah: Membuat laporan mingguan hasil inspeksi/pemeriksaan sarana yang ditentukan dan Universitas Indonesia

37 25 mengecek surat izin/sertifikat yang akan di paraf kasubab TU dan ditandatangani Kasudin Koordinator Tenaga Kesehatan Tugas dan Tanggung Jawab a. Membantu Kepala seksi menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) seksi Sumber Daya Kesehatan b. Menyusun dan mengkoordinasikan pembuatan jadwal pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan wilayah Jakarta Utara c. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan diktat d. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan penilaian calon tenaga kesehatan teladan di puskesmas tingkat kota administrasi Jakarta Utara e. Mengkoordinir pelaksanaan pembinaan tenaga kesehatan untuk lintas sector wilayah Jakarta Utara f. Membantu Kepala seksi dalam pelaksanaan segala proses perizinan tenaga kesehatan, mulai dari verifikasi berkas permohonan, kunjungan lapangan sam pai percetakan izin tenaga kesehatan g. Melaksanakan tugas kunjungan dalam hal perizinan tenaga kesehatan Wewenang dadi koordinator tenaga kesehatan: Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat, mengusulkan rencana program tenaga kesehatan dan mengkoordinasi program kegiatan tenaga kesehatan kepada seksi terkait Sub Bagian yang dimiliki oleh koordinator tenaga kesehatan: a. Pengelola Diklat b. Administrasi Umum c. Pengarsip Perizinan tenaga kesehatan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010) Seksi Pelayanan Kesehatan Merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang Universitas Indonesia

38 26 berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Tugas pokok dan fungsi Seksi Pelayanan Kesehatan diantaranya adalah: a. Menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan. f. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. g. Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan; h. Memberikan tanda daftar ke pengobatan tradisional. i. Melaksanakan siaga 24 jam atau pusat pengendali dukungan kesehatan (Pusdaldukkes). j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan. k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan. l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan membawahi 3 koordinator, yaitu Koordinator Pelayanan Kesehatan Dasar, Koordinator Gawat Darurat dan Bencana, serta Koordinator Pelayanan Kesehatan Keahlian dan Tradisional Koordinator Pelayanan Kesehatan Dasar Tugas dan Tanggung Jawab: a. Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan pengelolaan dan pengembangan pelayanan kesehatan dasar Universitas Indonesia

39 27 b. Melaksanakan bimbingan, konsultasi dan fasilitasi akreditasi sarana pelayanan kesehatan dasar c. Memberikan, mengendalikan, dan mengevaluasi perizinan sarana pelayanan kesehatan dasar d. Melakukan koordinasi dengan puskesmas terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal e. Menghimpun, mengolah, memelihara, menyajikan, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi yang berkaitan dengan upaya pelayanan kesehatan serta melakukan feedback dan rencana tindak lanjut f. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) bidang pelayanan kesehatan g. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (keuangan, kinerja, kegiatan dan akuntabilitas) bidang pelayanan kesehatan. Wewenang koordinator pelayanan kesehatan dasar. a. Mengkoordinasikan proses pelayanan perizinan b. Merekomendasikan sarana yang memenuhi persyaratan atau tidak untuk diterbitkan izinnya c. Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya d. Mewakili kasie dalam pertemuan atau rapat e. Mengusulkan rencana kegiatan Sub Bagian yang dimiiliki koordinator pelayanan kesehatan dasar: Pengelola perizinan dan Binwasdal sarana pelayanan kesehatan dasar Koordinator Gawat Darurat dan Bencana Tugas dan Tanggung Jawab a. Menyusun pedoman/petunjuk teknis/petunjuk pelaksanaan pelayanan kegawatdaruratan dan bencana di setiap tingkatan b. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana kesehatan gawatdaruratan dan bencana c. Menyusun petunjuk teksnis penanganan kegawatdaruratan (disaster plan) pada bangunan public d. Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan kegawatdaruratan dan penanggulangan bencana oleh sarana pelayanan kesehatan Universitas Indonesia

40 28 e. Menyusun, mengendalikan dan mengevaluasi penerapan perizinan/standar/rekomendasi kendaraan ambulans gawat darurat f. Menyusun materi pelatihan untuk tenaga kesehatan dan penduduk tentang kegawatdaruratan dan bencana g. Membangun kesiapan tenaga kesehatan dan penduduk dalam mengahadapi keadaan darurat dan bencana dari aspek kesehatan h. Membangun system dan jaringan komunikasi gawat darurat dan bencana disemua tingkatan melalui koordinasi siaga 24 jam/pusat pengendali operasional dukungan kesehatan (pusdaldukkes) dan unit pelayanan gawat darurat i. Menyiapkan dukungan logistik menghadapi kondisi gawat darurat dan bencana di tiap wilayah j. Menghimpun, mengolah, memelihara, menyajikan, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi yang berkaitan dengan pelayanan kegawatdaruratan dan bencana disetiap tingkatan k. Menyiapakan bahan laporan bidang pelayanan kesehatan yang terkait dengan tugas seksi gawat darurat dan bencana l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi gawat darurat dan bencana Wewenang koordinator gawatdarurat dan bencana: a. Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat b. Mengusulkan rencana kegiatan kesehatan gawat darurat dan bencana c. Mengendalikan kegiatan program yang dibidang kesehatan gawatdarurat dan bencana d. Membantu kepala seksi dalam evaluasi dan menganalisa data program kesehatan gawat darurat dan bencana Sub Bagian yang dimiliki koorsinator gawat darurat dan bencana adalah Pengelola Kesehatan Gadar Bencana Universitas Indonesia

41 Koordinator Pelayanan Kesehatan Keahlian dan Tradisional. Tugas dan Tanggung Jawab a. Melakukan pengawasan dan pengendalian pemberian perizinan sarana pelayanan kesehatan keahlian dan pengobatan tradisional dan komplementer alternatif b. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana pelayanan kesehatan keahlian termasuk sarana pelayanan kesehatan rujukan dan sarana pelayanan kesehatan keahlian c. Menghimpun, mengolah, memelihara, menyajikan, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi yang berkaitan dengan sarana pelayanan kesehatan keahlian termasuk sarana pelayanan kesehatan rujukan dan sarana pelayanan kesehatan keahlian Wewenang koorsinator pelayanan kesehatan keahlian dan tradisional. a. Mengkoordinasikan proses pelayanan perizinan b. Merekomendasikan sarana yang memenuhi persyaratan atau tidak untuk diterbitkan izinnya c. Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya d. Mewakili kepala seksi dalam pertemuan atau rapat e. Mengusulkan rencana kegiatan Sub Bagian yang dimiliki koordinator pelayanan kesehatan keahlian dan tradisional adalah: a. Pengelola perizinan dan Binwasdal sarana pelayanan kesehatan keahlian b. Pengelola perizinan dan Binwasdal sarana pelayanan kesehatan tradisional c. Pengadministrasi (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010). Universitas Indonesia

42 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN Bagian farmasi makanan dan minuman (Farmakmin) tergabung di seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK), memiliki dua fungsi utama yaitu: a Perizinan terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi makanan dan minuman serta tenaga kesehatan b Pembinaan pengawasan dan pengendalian sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman. Dalam menjalankan fungsi tersebut bagian Farmakmin Sudinkes Jakarta Utara dipimpin oleh seorang koordinator berkualifikasi apoteker. Pemerintah provinsi DKI Jakarta melalui Sub Dinas Pelayanan Kesehatan telah mengeluarkan buku pedoman perizinan sarana farmasi makanan & minuman dan buku pedoman pembinaan pengawasan dan pengendalian sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman pada tahun Buku tersebut digunakan sebagai pedoman pelayanan di Farmakmin untuk seluruh Suku Dinas Kesehatan di DKI Jakarta termasuk Sudinkes Jakarta Utara. Untuk dapat menjalankan fungsi secara maksimal, di bagian farmakmin dibagi lagi menjadi beberapa sub bagian diantaranya: a. Pengelolan administrasi farmakmin b. Pengelola Apotek dan UMOT c. Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan d. Pengelola Toko Obat e. Penerima Perizinan f. Koordinator Tenaga Kesehatan Sub bagian diatas bekerja dalam melaksanakan dua fungsi utama farmakmin yaitu perizinan sarana dan tenaga kesehatan serta binwasdal sarana kesehatan yang mendapatkan izin dari Sudinkes Jakarta Utara. 3.1 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan Minuman dan Tenaga Kesehatan 30 Universitas Indonesia

43 31 Sebelum dikeluarkannya undang-undang RI no. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, perizinan sarana kesehatan kefarmasian dan tenaga kesehatan dilakukan di dinas kesehatan provinsi namun setelah otonomi daerah wewenang tersebut didelegasikan kepada dinas kesehatan kabupaten/kotamadya. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam bidang perizinan sudinkes jakarta utara telah membuat standar prosedur guna menjamin mutu dan konsistensi pelayanan. Terdapat alur pengajuan perizinan pada Lampiran 2. serta Prosedur Pemberian Izin Saryankes FMM (Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman) dan Izin Praktek & izin Tenaga Teknis Kefarmasian yang akan dibahas selanjutnya Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Perizinan yang dikelola oleh suku dinas kesehatan atau dinas kesehatan kabupaten/kotamadya adalah izin apotek dan apotek rakyat, izin pedagang eceran obat, izin industri kecil obat tradisional, dan pemberian sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga. Begitu pula pada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, perizinan dilakukan terhadap sarana dalam bidang kesehatan farmasi, makanan dan minuman. Perizinan ini dilakukan oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan (SKM) bagian Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin). Suku dinas kesehatan jakarta utara memiliki standar operasional prosedur (SOP) untuk melalukan perizinan, SOP dibuat oleh kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dan disetujui oleh kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Pembuatan SOP berdasarkan beberapa dasar hukum yaitu: a. UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 b. Peraturan Pemerintah DKI Jakarta No. 2 tahun 2001 tentang bentuk susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah dan sekretariat DPRD propinsi DKI Jakarta. c. SK Gubernur DKI Jakarta no. 3 tahun 2001 tentang tugas pokok dan fungsi suku dinas kesehatan. Berikut ini merupakan kegiatan perizinan sarana kesehatan farmasi, makanan dan minuman yang dilakukan oleh suku dinas kesehatan jakarta utara. Universitas Indonesia

44 Perizinan Apotek Berdasarkan Peraturan Pemmerintan no. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Izin apotik diberikan oleh menteri, selanjutnya menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotik kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. Pemberian izin terhadap apotek secara resmi ditandai dengan diterbitkannya SIA (Surat Izin Apotek) oleh dinas kesehatan kabupaten/kotamadya. Peran suku dinas kesehatan jakarta utara dalam penerbitan SIA meliputi: a. Menerima pengajuan permohonan SIA serta memeriksa kelengkapan administrasinya dengan format seperti yang tertera pada Lampiran 3. b. Melakukan permeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan dengan membawa berita acara pemeriksaan (Lampiran 4.). c. Mengeluarkan SIA jika apotek telah memenuhi persyaratan atau mengeluarkan surat penundaan atau penolakan jika apotek tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan. d. Melakukan pembimbingan, pengawasan dan pengendalian terhadap apotek yang telah memiliki izin. Hasil dari kegiatan ini adalah pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek bagi apotek yang tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/ Izin Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. Sebelum diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 002 tahun 2012 tentang registrasi obat tradisional, UMOT dikenal dengan IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional), selanjutnya istilah IKOT digantikan dengan UMOT. Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban: Universitas Indonesia

45 33 a. Menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang dihasilkan. b. Melakukan penarikan produk obat tradisional yang tidak memenuhi ketentuan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu dari peredaran. c. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. Selain itu, setiap industri dan usaha di bidang obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri, begitu pula dengan UMOT. Namun menteri medelegasikan kewenangan pemberian izin UMOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Peran suku dinas kesehatan jakarta utara dalam perizinan UMOT adalah: a. Menerima pengajuan permohonan izin UMOT serta memeriksa kelengkapan administrasinya. Seperti yang tertera di Lampiran 5. b. Menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat dan membuat berita acara pemeriksaan seperti yang tertera di Lampiran 6. c. Menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat Izin Pedagang Eceran Obat Pedagang eceran obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 167 Tahun 1972 adalah orang atau badan hukum indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat bebas terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin. Berdasarkan Permenkes RI No. 1331/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan Permenkes RI No. 167 tahun 1972 menyebutkan bahwa pedagang eceran obat menjual obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya secara eceran dan harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi (PBF) yang mendapat izin dari menteri kesehatan. Pemberian izin Pedagang Eceran Obat dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, di wilayah Jakarta Utara dilaksanakan oleh suku dinas kesehatan Jakarta Utara. Setiap penerbitan izin Pedagang Eceran Obat, Universitas Indonesia

46 34 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menyampaikan tembusan kepada menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta Kepala Balai POM setempat. Izin usaha pedagang eceran obat berlaku selama dua tahun terhitung dari mulai tanggal ditetapkan dan 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku izin berakhir harus mengajukan permohonan perpanjangan izin pedagang eceran obat. Penanggung jawab toko obat adalah asisten apoteker yang merupakan penanggung jawab teknis farmasi. Peran suku dinas kesehatan jakarta utara dalam perizinan toko obat adalah: a. Menerima pengajuan permohonan izin pedagan eceran obat serta memeriksa kelengkapan administrasinya. Seperti yang tertera di Lampiran 7. b. Menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat dan membuat berita acara pemeriksaan seperti yang tertera di Lampiran 8. c. Menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin pedagan eceran obat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM RI Nomor HK tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota terhadap pangan produksi IRTP di wilayah kerjanya yang telah memenuhi persyaratan pemberian SPP-IRT dalam rangka peredaran Pangan Produksi IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan). Sedangkan IRTP sendiri adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. SPP-IRT diberikan oleh Bupati/Walikota namun wewenangnya didelegasikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. SPP-IRT hanya dapat diberikan kepada IRTP yang memenuhi syarat memiliki sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan dan memdapat rekomendasi untuk menjalankan produksi pangan dari hasil pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah tangga. Universitas Indonesia

47 35 Teknis pemberian SPP-IRT dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kotamadya bagian farmasi makanan dan minuman. Bagian farmasi makanan dan minuman dalam pemberian SPP-IRT ini adalah: a. Penerimaan Pengajuan Permohonan SPP-IRT. Dengan format formulir permohonan seperti yang tertera di Lampiran 9. b. Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan c. Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Dengan membawa formulir pemeriksaan seperti pada Lampiran 10. d. Pemberian Nomor P-IRT Perizinan Tenaga Kesehatan Koordinator Farmasi, makanan dan minuman Kota Administrasi Jakarta Utara menjalankan fungsinya dalam perizinan tenaga kesehatan berlandaskan pada Undang-Undang, Peraturan Pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah No tentang tenaga kesehatan, Permenkes No. 1796/2011 tentang registrasi tenaga kesehatan dan Permenkes No.889/2011 tentang registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga kefarmasian. Isi dari Peraturan Pemerintah maupun Permenkes diantaranya adalah sebagai berikut: Peraturan Pemerintah No tentang tenaga kesehatan menyebutukan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan dengan ijazah dari lembaga pendidikan. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari Menteri. Dikecualikan dari pemilikan izin tersebut bagi tenaga kesehatan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur oleh Menteri. Menurut Permenkes No. 1796/2011 tentang registrasi tenaga kesehatan, dalam pelaksanaan registrasi, setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Untuk memperoleh STR, tenaga kesehatan harus memiliki ijazah dan sertifikat kompetensi yang diberikan kepada peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan Universitas Indonesia

48 36 dan uji kompetensi oleh perguruan tinggi bidang kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sertifikat kompetensi berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 tahun. Sertifikat kompetensi dipergunakan sebagai dasar untuk memperoleh STR. Selanjutnya pada Permenkes No.889/2011 tentang registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga kefarmasian dijelaskan bahwa tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai dengan tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izinnya berupa: a. SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian b. SIPA bagi apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian c. SIKA bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran d. SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Apoteker wajib memiliki SIPA atau SIKA, sedangkan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki SIKTTK. SIPA/SIKA/SIKTTK dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan Apoteker Menurut Permenkes RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011, Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker wajib memiliki surat izin berupa SIPA (Lampiran 11.) atau SIKA (Lampiran 12.), SIPA diperuntukkan bagi Apoteker penanggung jawab atau Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, sedangkan SIKA diperuntukkan bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan Universitas Indonesia

49 37 kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan : a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi, dan d. Pas foto ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap Tenaga Teknis Kefarmasian Menurut Permenkes RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011, Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin berupa SIKTTK (Surat Izin Kerja Tenaga Tekhnis Kefarmasian) dengan format yang tertera pada Lampiran 13. Permohonan SIKTTK harus melampirkan : a. Fotokopi STRTTK b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian, dan d. Pas foto berwarna 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar. Universitas Indonesia

50 38 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. 3.2 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Pembinaan (counselling) adalah kegiatan untuk menyiapkan dan mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan agar mempunyai kompetensi untuk memenuhi persyaratan. Pembinaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suku dinas kesehatan dalam bentuk pemberian informasi, sosialisasi peraturan, memberi penyegaran, memberikan bimbingan teknis secara langsung ke lapangan maupun tidak langsung untuk meningkatkan konsistensi petugas agar memenuhi persyaratan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan (Undang-Undang RI No.36, 2009). Pembinaan yang dilakukan pemerintah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan; memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan; memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan kesehatan, termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan minuman; memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan persyaratan; melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan (Undang-Undang RI No.36, 2009). Bentuk pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah berdasarkan UU RI No.36/2009 antara lain komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat; pendayagunaan tenaga kesehatan; serta pembiayaan. Pegawasan (Supervision/Inspection) adalah evaluasi kesesuaian melalui pengamatan dan penetapan, jika perlu dengan pengukuran, uji atau cara lain. Tujuan besar dari pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk melindungi pihak-pihak yang ada maupun terlibat dalam upaya kesehatan. Universitas Indonesia

51 39 Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan, pemerintah dalam hal ini menteri kesehatan dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pihak lain, misalnya lembaga pemerintah non-kementerian, kepala dinas provinsi, dan kepala dinas kabupaten/ kota yang berperan di bidang kesehatan. Pengawasan pada sarana kefarmasian dilaksanakan secara langsung ke sarana farmasi oleh dinas kesehatan, suku dinas kesehatan, dan lintas sektor terkait untuk mengetahui apakah pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Menteri atau Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya dapat mengangkat tenaga pengawas dengan tugas pokok untuk melakukan pengawasan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan sumber daya di bidang kesehatan dan upaya kesehatan (Undang-Undang RI No.36, 2009). Selanjutnya pengendalian (Controlling) merupakan bagian dari kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi yang fokus kepada pemenuhan persyarat/peraturan perundangan. Pengendalian dilaksanakan sebagai upaya tindak lanjut dari pengawasan yang dapat berupa sanksi administrasi, teguran, peringatan, sampai pencabutan izin. Suku dinas kesehatan kota administrasi melaksanakan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh dinas kesehatan yaitu melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap teknis pelaksanaan program di kota administrasi misalnya apotek, puskesmas, dan rumah sakit. Suku dinas kesehatan kota administrasi dapat memberikan teguran dan pencabutan izin. Pembinaan, pengawasan, pengendalian (Binwasdal) berfungsi untuk memantau proses dan produk-produk layanan di bidang kesehatan secara efektif dan efisien. Hal tersebut terkait dengan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dapat dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada. Berdasarkan Tupoksi Kesehatan FMM Pasal 33-SK Gub DKI No. 58 Tahun 2002, maka lingkup pelayanan BINWASDAL meliputi : a. Mengendalikan mutu meliputi Bimbingan Teknis dan Self Assessment mutu pada sarana Farmasi Makanan dan Minuman b. Audit mutu sarana Farmasi Makanan dan Minuman (FMM) Universitas Indonesia

52 40 c. Rekomendasi perbaikan dan penyeliaan (Supervisi) d. Memberikan sanksi e. Memfasilitasi penyelesaian perselisihan/pengaduan/keluhan dari organisasi profesi dan masyarakat f. Mensosialisasikan Peraturan Perundangan Tentang Mutu Kesehatan FMM Universitas Indonesia

53 BAB 4 PEMBAHASAN Selama melakukan PKPA di Sudinkes Jakarta Utara kami membantu proses perizinan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan, serta membantu bidang administrasi dan pelaporan dalam merekapitulasi LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) dan memantau absensi SINAP (Sistem Informasi Narkotika dan Psikotropika). Perizinan sarana kesehatan meliputi izin apotek, toko obat dan UMOT, serta pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT). Perizinan tenaga kesehatan meliputi Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA), dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK). Seluruh perizinan di kota administrasi jakarta utara telah dilakukan secara terpadu di PTSP (Pelayanan Terpadu Sistem Perizinan). Alur perizinan seluruh sarana kesehatan dan tenaga kesehatan sama, yang berbeda adalah syarat dari masing-masing perizinan. Alur tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. Sesuai dengan alur yang telah ditetapkan, fungsi kooordinator farmakmin dalam perizinan dimulai ketika berkas permohonan telah diserahkan oleh bagian TU. Dilakukan verifikasi ulang dari berkas persyaratan tersebut, verifikasi berkas sebenarnya telah dilakukan oleh front line officer PTSP namun farmakmin tetap harus melakukan verifikasi ulang untuk memperkecil kesalahan. Jika berkas telah memenuhi persyaratan selanjutnya dibuat surat tugas bagi sarana kesehatan yang memerlukan survey, bagi sarana kesehatan yang tidak memerlukan survey maka surat izin langsung dapat dicetak. Survey sarana kesehatan dilakukan oleh bagian farmakmin Sudinkes Jakarta Utara tanpa meminta bantuan teknis dari BPOM. Setelah survey dilakukan, untuk sarana kesehatan yang telah memenuhi syarat akan dibuatkan surat izin jadi. Jika belum memenuhi persyaratan akan dibuatkan surat penundaan atau penolakan. Sedangkan untuk perizinan tenaga kesehatan tidak memerlukan survey selayaknya sarana kesehatan, surat izin dapat langsung dicetak dengan sebelumnya melihat kebenaran sarana kesehatan yang dimaksudkan dalam surat permohonan izin kerja. 41 Universitas Indonesia

54 42 Syarat perizinan masing-masing sarana kesehatan dan tenaga kesehatan berbeda-beda, maka hal ini perlu menjadi perhatian khusus saat verifikasi dokumen. Berikut merupakan syarat-syarat yang harus dilengkapi oleh pemohon untuk mendapatkan izin, cara penomoran izin yang dilakukan oleh sudinkes jakarta utara, serta kendala yang dihadapi petugas dalam proses perizinan. 4.1 Perizinan Sarana Kesehatan Apotek Persyaratan untuk pengajuan izin apotek dibedakan berdasarkan jenis apotek yang akan dibuat. Terdapat tiga jenis apotek, yakni apotek yang bekerja sama dengan pihak lain, izin apotek praktek profesi dan izin apotek yang berasal dari toko obat. Tabel 4.1. Persyaratan pengajuan Surat Izin Apotek (SIA) No Apotek yang bekerjasama dengan pihak lain Izin apoteker praktek profesi Apotek berasal dari toko obat 1. Surat permohonan izin Surat permohonan izin Surat permohonan izin apotek oleh APA kepada apotek oleh APA kepada apotek oleh APA kepada Kasudinkes jakut Kasudinkes jakut Kasudinkes jakut sebanyak 3 rangkap, 1 sebanyak 3 rangkap, 1 sebanyak 3 rangkap, 1 rangkap bermaterai Rp. rangkap bermaterai Rp. rangkap bermaterai Rp FC akte notaris badan FC akte notaris badan hukum & FC pengesahan hukum & FC pengesahan badan hukum dari Dep. - badan hukum dari Dep. Kehakiman & HAM bila Kehakiman & HAM bila dalam bentuk PT yang dalam bentuk PT yang disahkan. disahkan. 3. FC KTP DKI APA FC KTP DKI APA FC KTP DKI APA 4. FC SIPA apoteker dan FC SIPA dan pas photo FC SIPA apoteker dan pas pas photo 2x3 2 lembar 2x3 2 lembar photo 2x3 2 lembar Universitas Indonesia

55 43 Tabel 4.1 (lanjutan) No Apotek yang bekerjasama dengan pihak lain Izin apoteker praktek profesi Apotek berasal dari toko obat 5. Peta lokasi dan denah Peta lokasi dan denah Peta lokasi dan denah 6. Status kepemilikan Status kepemilikan Status kepemilikan bangunan: akte hak milik bangunan: akte hak bangunan: akte hak milik atau surat sewa minimal milik atau surat sewa atau surat sewa minimal 2 tahun minimal 2 tahun 2 tahun 7. Struktur organisasi dan Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana tata kerja/tata laksana - 8. Daftar ketenagakerjaan - Daftar ketenaga kerjaan berdasarkan pendidikan berdasarkan pendidikan 9. FC SIKTTK asisten - FC SIKTTK asisten apoteker apoteker 10. Rencana jadwal buka Rencana jadwal buka Rencana jadwal buka apotek apotek apotek 11. Daftar peralatan Daftar peralatan - peracikan obat peracikan obat 12. Perlengkapan Perlengkapan - administrasi ( etiket, kopi administrasi ( etiket, resep, form laporan kopi resep, form laporan narkotika dan narkotika dan psikotropika, dll) psikotropika, dll) 13. Surat pernyataan APA tidak sedang bekerja pada bidang farmasi lain diatas materai Rp Surat pernytaan tidak Surat pernytaan tidak melakukan penjualan melakukan penjualan narkotika, OKT tanpa R/, - narkotika. Tidak menjual diatas materai Rp OKT tanpa R/, diatas materai Rp Universitas Indonesia

56 44 Tabel 4.1 (lanjutan) No Apotek yang bekerjasama dengan pihak lain Izin apoteker praktek profesi Apotek berasal dari toko obat 15. Surat pernyataan Surat pernyataan dari Surat pernyataan pemohon akan tunduk apotek bahwa selama pemohon akan tunduk serta patuh terhadap buka apotek harus ada serta patuh terhadap peraturan yang berlaku apotekernya (bila tidak peraturan yang berlaku diatas materai Rp ada harus tutup). diatas materai Rp Surat pernyataan dari Surat pernyataan dari PSA tidak pernah terlibat PSA tidak pernah terlibat dalam pelanggaran - dalam pelanggaran peraturan di bidang peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak farmasi/obat dan tidak ikut campur dalam hal ikut campur dalam hal pengelolaan obat diatas pengelolaan obat diatas materai Rp materai Rp Daftar pustaka wajib - Daftar pustaka wajib menurut peraturan per menurut peraturan per UU dibidang farmasi UU dibidang farmasi 18. Surat pernyataan bahwa - - apoteker dan pemilik bersedia bila diperiksa ke apotek oleh petugas kesehatan yang berwenang diatas materai Rp Surat rekomendasi dari Surat rekomendasi dari Surat rekomendasi dari IAI DKI Jakarta yang IAI DKI Jakarta yang IAI DKI Jakarta yang menyatakan bahwa ybs menyatakan bahwa ybs menyatakan bahwa ybs layak untuk melakukan layak untuk melakukan layak untuk melakukan apoteker profesi yang apoteker profesi yang apoteker profesi yang diterbitkan setiap tahun diterbitkan setiap tahun diterbitkan setiap tahun sekali. sekali sekali 20. FC surat izin usaha FC NPWP Apoteker - berdasarkan UUG [Sumber: Sudinkes, 2010, telah diolah kembali] Universitas Indonesia

57 45 Setelah persyaratan diatas terpenuhi, akan dilakukan survey apotek yang bertujuan untuk melihat kesesuaian apotek dengan yang dicantumkan dipersyaratan, serta untuk mengetahui kesiapan apotek melakukan pelayanan. Selama melakukan PKPA di Sudinkes Jakarta Utara kami belum berkesempatan untuk mengikuti survey lapangan. Namun kami mempelajari kegiatan apa saja yang akan dilakukan jika melakukan survey apotek, dalam melaksanakan survey petugas harus membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) apotek dan check list kelengkapan apotek. Petugas akan mencocokkan setiap perlengkapan fasilitas apotek dengan check list yang dibawa. Jika berdasarkan survey apotek tidak memenuhi kelengkapan, maka akan dibuat surat penundaan atau penolakan. Namun jika apotek telah memenuhi kelengkapan akan dibuat surat izin apotek. Dalam pembuat surat izin apotek, terdapat sistem penomoran untuk memudahkan rekapitulasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian apotek oleh sudinkes jakut. Sistem penomoran izin apotek terbagi berdasarkan jenis apotek yang akan didirikan, yakni apotek kerja sama, apotek praktek profesi, apotek ex toko obat. Terdapat dua macam nomor dalam surat izin apotek yaitu: Nomor surat dari tata usaha Nomor ini berupa nomor urut yang diberikan oleh bagian tata usaha sudinkes jakarta utara untuk memudahkan pendokumentasian surat keluar. Nomor urut ini sama untuk semua jenis apotek baik apotek kerjasama, apotek praktek profesi, maupun apotek ex toko obat....carapenomoran: /2014 Sesuai tahun dikeluarkannya surat Sesuai nomor urut surat izin yang dikeluarkan oleh sudinkes [Sumber: Sudinkes, 2010, telah diolah kembali] Gambar 4.1 Cara penomorat surat keluar di TU Nomor urut yang diterbitkan oleh seksi FMM Nomor urut / Kode Wilayah / Pergantian / Sudinkes / Bulan / Tahun Universitas Indonesia

58 46 Keterangan : Nomor urut Kode wilayah Pergantian : sesuai dengan nomor surat yang dikeluarkan FMM : 01 (Jakarta Pusat), 02 (Jakarta Utara), 03 (Jakarta Barat), 04 (Jakarta Selatan), 05 (Jakarta Timur). : Terdapat 6 digit angka. Angka yang ditulis menunjukkan jumlah pergantian yang pernah dilakukan. Angka 0 menunjukkan bahwa apotek belum pernah mengalami perubahan, angka 1 menunjukkan telah terjadi perubahan 1x, angka 2 menunjukkan perubahan 2x dan seterusnya. Tabel 4.2 Keterangan digit pergantian dalam penomoran SIA Digit Ket. Pindah Perluasan Surat izin Pergantian Pergantia Pergantian lokasi / hilang/ alamat, tanpa n Pemilik surat izin/ perubaha rusak pindah lokasi sarana penambaha n denah n produk [Sumber: Sudinkes, 2010, telah diolah kembli] Contoh nomor FMM : 0045/ 02/ / Sudinkes/ 07/ 2014 Artinya dari nomor tersebut adalah sebagai berikut: 0045 : merupakan surat izin apotek ke-45 yang dikeluarkan oleh FMM 02 : wilayah jakarta utara : belum pernah pindah lokasi, belum pernah melakukan perluasan atau perubahan denah, surat izin APP hilang atau rusak sebanyak 3x, pergantian alamat APP tanpa pindah lokasi sebanyak 2x, pergantian Pemilik sarana sebanyak 1x dan belum pernah mengajukan pergantian APP Toko Obat Izin toko obat berlaku setiap 2 tahun, bagian farmakmin melakukan verifikasi ulang terhadap persyaratan izin toko obat. Hal-hal yang perlu di check dalam pemberian izin toko obat adalah: Universitas Indonesia

59 47 a. Surat permohonan izin toko obat dari pemilik, ditujukan kepada kepada Sudinkes Jakut sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp. 6000,- b. FC KTP DKI Jakarta dari pemilik toko obat. c. Akte pendirian perusahaan bila berbentuk badan hukum yang disah/ terdaftar pada Menkeh HAM d. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan e. Ijazah dan surat izin kerja asisten apoteker, pas photo 2x3 sebanyak 2 lembar f. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai asisten apoteker penanggung jawab teknis pada toko obat doatas materai Rp. 6000,- g. Status bangunan, jika tempat usaha milim sendiri lampirkan sertifikat. Jika sewa lampirkan surat sewa selama minimal 2 tahun san FC KTP pemilik. h. Surat izin usaha perdagangan i. NPWP. Penomoran yang dilakukan hampir serupa dengan penomoran izin apotek, yaitu nomor dari TU dan nomor FMM UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional) Persyaratan yang harus di verifikasi oleh bagian farmakmin adalah: a. Surat permohonan dari Direktur/Pimpinan/ Perorangan di tunjukan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara rangkap 3, satu rangkap diatas meterai Rp 6000,- b. Fotokopi Akte pendirian badan usaha perorangan yg sah c. Susunan Direksi/Pengurus & Komisaris /Badan Pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan d. Fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus & Komisaris Badan Pengawas e. Pernyataan Direksi /Pengurus & Komisaris /Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang undangan di bidang farmasi f. Fotokopi bukti pengusaan tanah dan bangunan g. Surat tanda daftar perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan perseorangan Universitas Indonesia

60 48 i. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak j. Fotokopi Surat Keterangan Domisili Penomoran yang dilakukan hampir serupa dengan penomoran izin apotek dan toko obat, yaitu nomor dari TU dan nomor FMM Industri Rumah Tangga Pangan (IPRT) Persyaratan yang harus di chek untuk izin IPRT adalah a. Permohonan dari Direktur/Pimpinan ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara rangkap 2(dua) dan 1(satu) rangkap diatas materai Rp 6000,- b. TDI ( Tanda Daftar Industri ) / TDP ( Tanda Daftar Perusahaan ) bagi yang berbadan Hukum c. Fotokopi Penyuluhan Keamanan Pangan Pemilik Industri Rumah Tangga d. Akte Pendirian perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notaries e. Peta Lokasi f. Denah ruangan produksi g. Rancangan etiket h. Fotokopi KTP pemilik i. Pasfoto pemilik 3 x 4 cm 2 lembar j. Khusus untuk Re-pack harus ada surat keterangan dari asal produk Status gedung (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat, bila sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun Penomoran yang dilakukan hampir serupa dengan penomoran izin apotek, yaitu nomor dari TU dan nomor FMM. Selain penomoran surat izin, pada IPRT juga ada nomor produk yang dikeluarkan oleh sudinkes jakarta utara. Nomor ini ditempel disetiap etiket atau dicetak pada wadah/ bungkus produk makanan dan minuman. Universitas Indonesia

61 49 SP. KES No / / BULAN / No. Urut Jenis Kode Kode SP makanan produksi wilayah [Sumber: Sudinkes, 2010, telah diolah kembali] Gambar 4.2 Nomor Pangan Industri Rumah Tangga Kendala yang dihadapi oleh farmakmin selama proses perizinan sarana kesehatan adalah adanya beberapa persyaratan yang belum dilengkapi oleh sarana kesehatan. 4.2 Perizinan Tenaga Kesehatan Permohonan SIPA atau SIKA Persyaratan dalam permohonan SIPA atau SIKA, persyaratan yang harus dilampirkan adalah: a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi d. Pas foto berwarna 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar. SIPA atau SIKA diterbitkan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Dalam penomoran SIPA atau SIKA, proses penomorannya adalah sebagai berikut: Universitas Indonesia

62 /SIPA_31.02/2011/1002 Tahun, bulan dan tanggal 1= kelamin (1=laki-laki; Kode Tahun SIPA 2=perempuan) Prop/Kab/Kota diterbitkan 02= Jakarta utara 002= nomor urut [Sumber: Sudinkes, 2010, telah diolah kembali] Gambar 4.2 Petunjuk penomoran SIPA dan SIKA Pada kolom masa berlaku SIPA dan SIKA, tanggal dan bulan masa berlaku diisi berdasarkan tanggal dan bulan kelahiran pengaju. Tahun masa berlaku: diisi terhitung 5 tahun setelah SIPA diterbitkan Contoh: Tanggal lahir pemohon : 10 Desember 1986 Tanggal terbit SIPA/SIKA : 30 Juni 2011 Masa berlaku SIPA/SIKA : 10 Desember 2016 Sedangan kolom perubahan identitas diri diisi apabila pemegang SIPA pindah tempat bekerja dan masih di dalam kab/kota yang sama. Masalah atau kendala yang sering dihadapi oleh Farmakmin dalam perizinan SIPA/SIKA adalah: persyaratan tidak lengkap yang lolos dari Pelayanan Terpadu, jumlah foto kurang, KTP yang belum diperpanjang, tidak punya surat uji kompetensi, serta Izin sarana belum ada namun sudah mengajukan izin SIPA/SIKA Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) Persyaratan dalam permohonan SIKTTK, persyaratan yang harus dilampirkan adalah: a. Fotokopi STRTTK Universitas Indonesia

63 51 b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat emohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian, dan d. Pas foto berwarna 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar. SIKTTK diterbitkan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam penomoran SIKTTK, proses penomorannya diisi sesuai dengan format berikut: /SIKTTK_31.02/2011/1002 Tahun, bulan dan tanggal lahir Kode Prop/Kab/Kota 02= Jakarta utara Tahun SIKTTK diterbitkan 1= kelamin (1=laki-laki; 2=perempuan) 002= nomor urut [Sumber: Sudinkes, 2010, telah diolah kembali] Gambar 4.4 Petunjuk Penomoran SIKTTK Pada kolom masa berlaku SIKTTK, tanggal dan bulan masa berlaku diisi berdasarkan tanggal dan bulan kelahiran pengaju. Tahun masa berlaku: diisi terhitung 5 tahun setelah SIPA diterbitkan Contoh: Tanggal lahir pemohon : 10 Desember 1986 Tanggal terbit SIKTTK : 30 Juni 2011 Masa berlaku SIKTTK : 10 Desember 2016 Universitas Indonesia

64 52 Sedangkan kolom perubahan identitas yang ada pada lembar SIKTTK diisi apabila pemegang SIKTTK pindah tempat bekerja dan masih di dalam kab/kota yang sama. Masalah atau kendala yang paling sering dihadapi oleh petugas dalam proses perizinan diantaranya adalah belum berizinnya sarana namun sudah mengajukan SIKTTK. 4.3 Rekapitulasi LPLPO dan Pemantauan Absensi SINAP Pada kesempatan PKPA ini, kami juga membantu bidang administrasi dan pelaporan dalam merekapitulasi LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) dan memantau absensi SINAP (Sistem Informasi Narkotika dan Psikotropika). Rekapitulasi LPLPO dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan menggunakan data yang telah dikirimkan oleh puskesmas setempat. Setelah semua data LPLPO direkap, selanjutnya data tersebut akan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi setiap 3 bulan sekali. LPLPO ini dapat digunakan untuk melihat prevalensi penyakit di suatu daerah tertentu dengan melihat obat apa yang paling banyak digunakan di daerah tersebut. Selain LPLPO, bidang administrasi dan pelaporan melakukan pemantauan SINAP, pemantauan ini dilakukan secara online dengan memantau pelaporan narkotika dan psikotropika yang dilakukan sarana kesehatan setiap bulannya. Universitas Indonesia

65 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan perizinan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian serta penilaian efektivitas kepada sarana kesehatan serta tenaga kesehatan di wilayah Jakarta Utara. b. Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman berperan dalam memberikan pelayanan perizinan, pelayanan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap sarana Apotek, Toko Obat, UMOT, PIRT, serta Pembuatan SIPA, SIKA, SIKTTK dan Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (SPKP). c. Prosedur perizinan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara khususnya yang dilakukan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman sudah tertata dengan jelas serta sudah tertata dengan jelas serta sudah dilaksanakan dengan baik karena telah diterapkannya sistem manajemen mutu sesuai standar ISO, namun kegiatan binwasdal belum dapat dilaksanakan secara optimal disebabkan oleh masalah keterbatasan anggaran untuk kegiatan tersebut. 5.2 Saran a. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan perlu memiliki website yang interaktif dan menarik untuk media penyampaian informasi pelayanan, kebijakan, maupun kegiatan suku dinas kesehatan. b. Perlunya meningkatkan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (binwasdal) dalam rangka sosialisasi informasi dan peraturan baik mengenai sarana maupun tenaga kesehatan. c. Perlunya penambahan sumber daya manusia dalam kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal). 53 Universitas Indonesia

66 DAFTAR PUSTAKA Balai Pengawasan Obat dan Makanan Keputusan Kepala BPOM RI Nomor HK tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. BPOM: Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. Kemenkes RI: Jakarta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta: Jakarta Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta: Jakarta Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2009a. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta: Jakarta Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah no. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. Pemerintah RI: Jakarta Permenkes RI No. 1331/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan Permenkes RI No. 167 tahun Kemenkes RI: Jakarta Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah No tentang tenaga kesehatan. Pemerintah RI: Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Permenkes No. 1796/2011 tentang registrasi tenaga kesehatan. Kemenkes RI: Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Permenkes No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga kefarmasian. Kemenkes RI: Jakarta Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, Pedoman Perizinan Sarana Pelayanan Kefarmasian, Makanaan dan Minuman. Sudinkes Jakarta Utara Presiden RI, 2004, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah RI: Jakarta 54 Universitas Indonesia

67 LAMPIRAN

68 Kepala Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara. Ka Sub Bagian Tata Usaha - Koordinator Kepegawaian - Koordiantor Keuangan - Koordinator Umum - Koordinator Perencanaan da Ka Seksi Ka Seksi Yankes Ka Seksi Yankes Ka Seksi Yankes Kesehatan Masyarakat Dasar Spesialistik Tradisional Ya Universitas Indonesia - Koordinator - Koordinator - Koordinator - Koordinator Perizinan - K Pendataan Pelayanan Binwasdal - Koordinator Binwasdal P - Koordinator Perizinan - Koordinator - Koordinator - K Penyusunan Perizinan Administrasi B Program - Koordinator - Koordinator - K - Koordinator Umum Administrasi Administers A - Koordinator Binwasdal

69 Pemohon Front Line Oficer Subbag TU Seksi Yankes/SDK PTSP Verifikasi Ulang Pemohon Tidak Lengkap Syah Berkas Permohonan Perlu Verifikasi Disurvey? Kelengkapan Berkas Tidak Syah Perlu Lengkap Pembuatan Surat Tugas Pencatatan Pencatatan Register Register Surat Penerimaan Masuk Survey ke Berkas Sarana Pemohon Tidak Memenuhi Syarat M Universitas Indonesia Paraf Kasubbag TU Pembuatan Surat Penolakan Surat Penolakan P Pencatatan Register Surat Izin/Surat Pencatatan Register Pengambilan Surat Penolakan Surat Keluar Izin Jadi

70 58 Lampiran 3. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek FORMULIR PERMOHONAN IZIN APOTEK Nomor : Lampiran : 3 (tiga) berkas. Hal. : Permohonan Surat Izin Apotek.. Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. di Jakarta. Utara Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Apotik karena dengan data data sebagai berikut : 1. Pemohon : Nama Apoteker : Nomor STRA : Nomor KTP : Alamat dan No. Telp. : Pekerjaan sekarang : NPWP : 2. Apotik Nama Apotek : Alamat : No. Telpon : Kelurahan : Kecamatan : Propinsi : DKI Jakarta. 3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri/ milik orang lain. Nama pemilik sarana : kte PerjanjianKerja Sama No. : Yang dibuat dihadapan Notaris : di : Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir. Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih. Pemohon. Materai Rp.6000,- (...) Apoteker Pengelola Apotek

71 59 Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Apotek NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 PEMERINTAH DAERAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN Gedung Walikota Administrasi Jakarta Utara Blok P Lt. 7 Telp psw Jakarta Utara TENTANG : KETENTUAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN APOTEK BERITA ACARA PEMERIKSAAN APOTEK Pada hari ini tanggal bulan.tahun..kami yang bertanda tangan dibawah ini : 1. Nama :. Pangkat Jabatan NIP : : : 2. Nama :... Pangkat Jabatan NIP :.. :.. : Berdasarkan surat tugas dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota Nomor.. tanggal.tahun telah melakukan pemeriksaan setempat terhadap : Nama Apotik : Alamat : Kecamatan : Kabupaten/Kotamadya: : Provinsi :

72 60 Lampiran 4. (lanjutan) HASIL PEMERIKSAAN No Perincian Persyaratan Kenyataan Penilaian TMS / MS I BANGUNAN 1.Sarana Apotek Sarana Apotek dapat di dirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. 2.Bangunan Apotek seku rang kurangnya memiliki ruangan khusus untuk: a.ruang Peracikan dan penyerahan Resep. b.ruangan administrasi dan Kamar kerja Apoteker c.wc *ada sesuai kebutuhan *ada sesuai kebutuhan *ada sesuai kebutuhan 3.Kelengkapan bangunan calon Apotek: harus memenuhi a.sumber air persyaratan *Sumur/PAM/ kesehatan sumur pompa dll harus cukup terang b.penerangan sehingga dapat *PLN/generator menjamin pelaksanaan Petromak dll tugas dan fungsi Apotek harus berfungsi dengan c.alat Pemadam Kebakaran baik..buah sekurang kurangnya 2 buah dengan ukuran..lb

73 61 Lampiran 4. (lanjutan) yang baik serta d.ventilasi memenuhi *Jendela buah persyaratan higyene lainnya *Ventilasi..buah harus baik serta e.sanitasi memenuhi *saluran pembuangan persyaratan higyene lainnya limbah : ada / tidak *bak bak / tempat pembuangan sampah ada / tidak Berukuran minimal 4.Papan Nama : Berukuran: Panjang : 60 cm Panjang.cm Lebar : 40 cm Lebar.cm Dengan tulisan : Dengan tulisan : hitam diatas dasar putih tinggi huruf minimal :5 cm tebal :5 cm II PERLENGKAPAN 1.Alat pembuatan pengolahan dan peracikan a.timbangan miligram *minimal 1 set *ada / tidak dengan anak timbangan yg sudah ditera b.timbangan gram *minimal 1 set *ada / tidak dengan anak timbangan yg sudah ditera c.perlengkapan lain disesuai *ada / tidak kan dengan kebutuhan 2.Perlengkapan dan alat per bekalan farmasi : a.lemari dan rak untuk *ada dengan penyimpanan obat jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan buah

74 62 Lampiran 4. (lanjutan) b.lemari pendingin *minimal 1 buah *ada / tidak buah *ada dengan c.lemari untuk penyimpanan jumlah sesuai *ada / tidak Narkotika dan Psikotropika kebutuhan buah 3.Wadah pengemas dan pem bungkus : *ada dengan a. Etiket jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan buah *ada dengan b.wadah pengemas dan pem jumlah sesuai *ada / tidak bungkus untuk penyerahan kebutuhan buah obat. 4.Alat Administrasi *ada dengan a. Blanko pesanan obat jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan buah *ada dengan b. Blanko kartu stok obat jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan buah *ada dengan c. Blanko salinan Resep jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan buah d. Blanko faktur dan blnko *ada dengan nota penjualan jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan buah *ada dengan e.buku pencatatan Narkotika jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan buah f.buku pesanan obat *ada dengan Narkotika jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan buah

75 63 Lampiran 4. (lanjutan) g.form laporan obat *ada dengan Narkotika jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan buah 5. Buku Standart yang *Farmakope diwajibkan Indonesia edisi *ada / tidak terbaru I buah 2. Kumpulan Peraturan *ada dengan perundang - undangan jumlah sesuai *ada / tidak yang berhubungan kebutuhan dengan Apotek III TENAGA KESEHATAN 1.Apoteker Pengelola Apotek *ada orang 2.Apoteker Pendamping 3.Asisten Apoteker orang orang Demikianlah Berita Acara kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab. Berita Acara dibuat dalam rangkap 3 ( tiga ) dan dikirim kepada : 1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi 2. Pemohon. 3. Arsip Mengetahui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Jakarta, yang membuat berita acara, NIP. NIP.

76 64 Lampiran 5. Formulir Permohonan Izin UMOT PERMOHONAN IZIN USAHA MIKRO OBAT TRADISIONAL (UMOT ) Nomor : Lampiran : Perihal : Permohonan Izin Usaha Mikro Obat Tradisional Yang Terhormat, Kepala Dinas KesehatJakarta Utara Di Jakarta Utara Dengan ini kami mengajukan permohonan Izin Usaha Mikro Obat Tradisional sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006 Tahun 2012 tentang industry dan Usaha Obat Tradisional dengan data sebagai berikut : 1. Umum 1.Pemohon a. Nama Direktur Utama : b. Alamat dan No. Telepon :.. c. Pimpinan Perusahaan : terlampir (daftar nama direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas d. Surat Pernyataan tidak terlibat : terlampir 2. Perusahaan a. Nama Perusahaan :.. b. Alamat dan nomor telepon : c. Akta pendirian badan usaha : terlampir Perorangan yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang undangan d. Bukti Pengusahaan tanah dan : terlampir Bangunan e. Surat Pernyataan kesanggupan : terlampir Pengelolaan dan pemantauan Lingkungan hidup

77 65 Lampiran 5. (lanjutan) f. Surat Tanda Daftar Perusahaan : terlampir Dalam hal permohonan bukan Perseroan g. Surat Izin Usaha Perdagangan : terlampir h. Nomor Pokok Wajib Pajak : i. Surat Keterangan Domisili : Demekianlah Permohonan kami. Pemohon (.)

78 66 Lampiran 6. Berita Acara Pemeriksaan UMOT BERITA ACARA PEMERIKSAAN USAHA MIKRO OBAT TRADISIONAL (UMOT) Pada hari ini. Tanggal , Tim Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman berdasarkan Surat Tugas Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara No. Tanggal Telah melakukan pemeriksaan terhadap Nama Sarana Nama Penanggung Jawab Alamat Sarana No Telp Hasil Pemeriksaan Saran : : : : :. :. Jakarta,. Tim Pemeriksa 1. Drs. Kusnaidi, Apt.. 2. Ade Maesaroh.. 3. Karolina Dewi.. 4. Siti Munawaroh..

79 67 Lampiran 7. Formulir Permohonan izin pedagang eceran obat FORMULIR PERMOHONAN PEDAGANG ECERAN OBAT Nomor : Lampiran : Hal : Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara di Jakarta Bersama ini kami mengajukan permohonan Izin Pedagang Eceran Obat dengan data-data sebagai berikut : 1. Data Pemohon 1.1N ama :. 1.2 Alamat :.. 2. Data Toko Obat 2.1Nama 2.2Alamat : : Kel. Kec. Tel. Fax. 3. Data Penanggumg Jawab Teknis 3.1Nama : 3.2Alamat : 3.3Nomor SIK : Bersama Permohonan ini kami lampirkan surat-surat yang diperlukan. Demikian atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih Hormat Kami Materai Rp 6000 & stempel (.. )

80 68 Lampiran 8. Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN Gedung Walikota Administrasi Jakarta Utara Blok P Lt.7 Telp psw BERITA ACARA PEMERIKSAAN TOKO OBAT I. Nama Toko Obat : II. Alamat : Kel.. Kec Telp Fax. III. Surat Tugas : Nomor.Tanggal.. IV. Sehubungan dengan :.. V. Hasil Pemeriksaan : 1. Nama Pemilik : Nama Asisten Apoteker Penanggung Jawab:. No. SIAA No.SIKAA :.... : Peta Lokasi : Sesuai / Tidak Sesuai 4. Status Tempat Usaha : Milik Sendiri / Kontrak / Sewa / 5. Luas Bangunan : M2 6. Surat Izin Tempat ( SIT), Surat Kontrak / Sewa : Sesuai Asli / Tidak Sesuai Asli 7. S I U P : Sesuai Asli / Tidak Sesuai Asli 8. N P W P : Sesuai Asli / Tidak Sesuai Asli 9. Alamat Sesuai SIT&SIUP: Sesuai / Tidak Sesuai 10. Obat Yang Dijual : Keterangan Lain :

81 NIP NIP :. :. 69 Lampiran 8. (lanjutan) Toko Obat Yang Diperiksa Jakarta,.. TIM PEMERIKSA 1. Tanda tangan Pemilik TO : 1.Nama:.. NIP : 2. Nama :. 2. Tanda Tangan A.A : 3. Nama :.. 4. Nama :.. NIP :. 5. Nama :.. NIP :..

82 ( ) 70 Lampiran 9. Formulir permohonan sertifikat produksi pangan IRT FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nomor : Jakarta, Lampiran : Hal : Permohonan SPP-IRT Kepada Yth Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara di Jakarta Utara Dengan Hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini kami, Nama :. Alamat :..... Bertindak untuk dan atas nama Perusahaan : Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : No. Telp. : Mengajukan permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republuk Indonesia No. : HK tanggal 30 April 2003 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Demikian permohonan kami atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Hormat kami, Pemilik Materei Rp 6000,-

83 71 Lampiran 9. (lanjutan) Nomor : Jakarta, Lampiran: Kepada Hal : Yth.Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara di Jakarta 1. Nama Jenis Pangan : (Sesuai dengan Jenis Pangan IRT) 2. Nama Dagang : 3. Jenis Kemasan : 4. Berat Bersih/isi bersih : 5. Komposisi : 6. Proses Produksi : 7. Informasi Masa Simpan : (Kadaluarsa) 8. Informasi tentang Kode Produksi : 9. Nama,Alamat,kode pos : Dan no telp IRTP 10. Nama Pemilik : Pemilik Materai 6000 (ttd )

84 72 Lampiran 10. Formulir Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan IRT FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT) Nama dan alamat fasilitas Kabupaten / yang diperiksa Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas Penanggungjawab : (Perusahaan atau Perorangan) : Jenis Pangan IRT : Tanggal (tgl/bl/th) Nama Pengawas Pangan Kab/ Kota Tujuan Pemeriksaan: Pemberian SPP-IRT Pemeriksaan Rutin IRTP Cara Penetapan Ketidaksesuaian Sarana Produksi Pangan IRT 1. Pemeriksaan sarana produksi pangan dilakukan berdasarkan Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). 2. Bubuhkan tanda centang ( ) apabila jawaban ya pada kotak dalam kolom yang telah disediakan menurut kategori ketidaksesuaian, yaitu Minor (MI),Mayor (MA), Serius (SE), atau Kritis (KR) yang ditemukan dalam pemeriksaan. NO ELEMEN YANG DIPERIKSA KETIDAKSESUAIAN A LOKASI DAN LINGKUNGAN MI MA SE KR PRODUKSI 1 Lokasi dan lingkungan IRTP tidak terawat, kotor dan berdebu B BANGUNAN DAN FASILITAS MI MA SE KR 2 Ruang produksi sempit, sukar dibersihkan, dan digunakan untuk memproduksi produk selain Pangan 3 Lantai, dinding, dan langit-langit, tidak terawat,kotor, berdebu dan atau berlendir 4 Ventilasi, pintu, dan jendela tidak terawat, kotor, dan berdebu

85 73 Lampiran 10. (lanjutan) C PERALATAN PRODUKSI MI MA SE KR 5 Permukaan yang kontak langsung dengan pangan berkarat dan kotor 6 Peralatan tidak dipelihara, dalam keadaan kotor, dan tidak menjamin efektifnya sanitasi. 7 Alat ukur / timbangan untuk mengukur /menimbang berat bersih / isi bersih tidak tersedia atau tidak teliti. D SUPLAI AIR ATAU SARANA MI MA SE KR PENYEDIAAN AIR 8 Air bersih tidak tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan produksi 9 Air berasal dari suplai yang tidak bersih E FASILITAS DAN KEGIATAN HIGIENE MI MA SE KR DAN SANITASI 10 Sarana untuk pembersihan / pencucian bahan pangan, peralatan, perlengkapan dan bangunan tidak tersedia dan tidak terawat dengan baik. 11 Tidak tersedia sarana cuci tangan lengkap dengan sabun dan alat pengering tangan. 12 Sarana toilet/jamban kotor tidak terawat dan terbuka ke ruang produksi. 13 Tidak tersedia tempat pembuangan sampah tertutup. F KESEHATAN DAN HIGIENE MI MA SE KR KARYAWAN 14 Karyawan di bagian produksi pangan ada yang tidak merawat kebersihan badannya dan atau ada yang sakit 15 Karyawan di bagian produksi pangan tidak mengenakan pakaian kerja dan / atau mengenakan perhiasan. 16 Karyawan tidak mencuci tangan dengan bersih sewaktu memulai mengolah pangan, sesudah menangani bahan mentah, atau bahan/ alat yang kotor, dan sesudah ke luar dari toilet/jamban. 17 Karyawan bekerja dengan perilaku yang tidak baik (seperti makan dan minum) yang dapat mengakibatkan pencemaran produk pangan. 18 Tidak ada Penanggung jawab higiene karyawan

86 74 Lampiran 10. (lanjutan) G PEMELIHARAAN DAN PROGRAM MI MA SE KR HIGIENE DAN SANITASI 19 Bahan kimia pencuci tidak ditangani dan digunakan sesuai prosedur, disimpan di dalam wadah tanpa label 20 Program higiene dan sanitasi tidak dilakukan secara berkala 21 Hewan peliharaan terlihat berkeliaran di sekitar dan di dalam ruang produksi pangan 22 Sampah di lingkungan dan di ruang produksi tidak segera dibuang. H PENYIMPANAN MI MA SE KR 23 Bahan pangan, bahan pengemas disimpan bersama-sama dengan produk akhir dalam satu ruangan penyimpanan yang kotor, lembab dan gelap dan diletakkan di lantai atau menempel ke dinding. 24 Peralatan yang bersih disimpan di tempat yang kotor. I PENGENDALIAN PROSES MI MA SE KR 25 IRTP tidak memiliki catatan; menggunakan bahan baku yang sudah rusak, bahan berbahaya, dan bahan tambahan pangan yang tidak sesuai dengan Persyaratan penggunaannya. 26 IRTP tidak mempunyai atau tidak mengikuti bagan alir produksi pangan. 27 IRTP tidak menggunakan bahan kemasan khusus untuk pangan. 28 BTP tidak diberi penandaan dengan benar. 29 Alat ukur / timbangan untuk mengukur /menimbang BTP tidak tersdia atau tidak teliti.

87 75 Lampiran 10. (lanjutan) J PELABELAN PANGAN 30 Label pangan tidak mencantumkan nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih/isi bersih, nama dan alamat IRTP, masa kedaluwarsa, kode produksi dan nomor P-IRT 31 Label mencantumkan klaim kesehatan atau klaim gizi K PENGAWASAN OLEH PENANGGUNG MI MA SE KR JAWAB 32 IRTP tidak mempunyai penanggung jawab yang memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) 33 IRTP tidak melakukan pengawasan internal secara rutin, termasuk monitoring dan tindakankoreksi L PENARIKAN PRODUK MI MA SE KR 34 Pemilik IRTP tidak melakukan penarikan produk pangan yang tidak aman M PENCATATAN DAN DOKUMENTASI MI MA SE KR 35 IRTP tidak memiliki dokumen produksi 36 Dokumen produksi tidak mutakhir, tidak akurat, tidak tertelusur dan tidak disimpan selama 2 (dua) kali umur simpan produk pangan yang diproduksi N PELATIHAN KARYAWAN MI MA SE KR 37 IRTP tidak memiliki program pelatihan keamanan pangan untuk karyawan Jumlah Ketidaksesuaian KRITIS Jumlah Ketidaksesuaian SERIUS Jumlah Ketidaksesuaian MAYOR Jumlah Ketidaksesuaian MINOR Level IRTP :

88 76 Lampiran 10. (lanjutan) Tada Tangan Pengawas Pangan Kab/Kota Dan Tanggal Tanda Tangan Pemilik/Penanggung Jawab IRTP Dan Tanggal Jadwal Frekuensi Audit Internal Level IRTP Frekuensi Audit Jumlah Penyimpangan (maksimal) Internal Level I Setiap dua bulan Minor Mayor Serius Kritis Level II Setiap bulan Level III Setiap dua minggu Level IV Setiap hari

89 77 Lampiran 11. Surat Izin Praktik Apoteker Nomor : 319/ PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes /Per/V/2011 tentang Registrasi,Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian,yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara menberikan Izin Praktik Apoteker Kepada : NAMA Tempat/Tanggal Lahir : Alamat : Nomor STRA : STRA berlaku sampai dengan : Untuk berpraktik sebagai : Apoteker Nama dan Alamat Praktik : Nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) /SIPA-31.02/2012/2014 Masa berlaku s/d... Dengan Ketentuan Sebagai Berikut : 1 Penyelenggara pekerjaan /praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian harus selalu mengikuti paradima pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundang undangan. 2 Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas Dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Dikeluarkan di : Jakarta Pada Tanggal :... Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Adiministrasi Jakarta Utara Tembusan : 1 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta 2 Ketua Komite Farmasi Nasional 3 Organisasi Profesi. 4 Arsip dr.h.kurnianto Amien.MM NIP:

90 78 Lampiran 12. Surat Izin Kerja Apoteker Nomor : 2450/ PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN SURAT IZIN KERJA APOTEKER Nomor : / Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes /Per/V/2011 tentang Registrasi,Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian,yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara menberikan Izin Praktik Apoteker Kepada : NAMA Tempat/Tanggal Lahir Alamat Nomor STRA STRA berlaku sampai dengan Untuk berpraktik sebagai Alamat Sarana Masa berlaku SIK : : : : : Apoteker : : Dengan Ketentuan Sebagai Berikut : 1 Penyelenggara pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi /distribusi /penyaluran harus mematuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat Yang Baik/Cara Distribusi Obat Yang Baik dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundang undangan. 2 Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas Dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Dikeluarkan di : Jakarta Pada Tanggal :... Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Adiministrasi Jakarta Utara Tembusan : 1 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta 2 Ketua Komite Farmasi Nasional 3 Arsip. dr.h.kurnianto Amien.MM NIP:

91 79 Lampiran 13. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian Nomor : 564/ PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN SURAT IZIN KERJA TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes /Per/V/2011 tentang Registrasi,Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian,yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara menberikan Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian Kepada : NAMA Tempat/Tanggal Lahir : Alamat : Nomor STRTTK : STRTTK Berlaku sampai dengan : Untuk Kerja Sebagai : Asisten Apoteker Pada Sarana Kesehatan Nama Sarana Ke 1 : Alamat : Nomor Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian(SIKTTK) /SIKTTK-31.02/2012/2009 Masa Berlaku s/d... Dengan Ketentuan Sebagai Berikut : 1. Penyelenggara pekerjaan kefarmasian fasilitas produksi/distribusi/pelayanan kefarmasian harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundang - undangan 2. Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas Dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Dikeluarkan di : Jakarta Pada Tanggal :... Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Adiministrasi Jakarta Utara Tembusan : 1 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta 2 Organisasi Profesi 3 Arsip dr.h.kurnianto Amien.MM NIP:

92 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA, JL. YOS SUDARSO NO PERIODE 1 JULI- 11 JULI 2014 SERTIFIKASI PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker LUTFIANA, S.Far ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015

93 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN i sii iii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan.. 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pangan Keamanan Pangan Bahan Tambahan Pangan Industri Pangan Rumah Tangga Sertifikasi Industri Pangan Rumah Tangga 13 BAB III. METODOLOGI PENULISAN Waktu dan Tempat Penulisan Metode Penulisan.. 19 BAB IV. PEMBAHASAN.. 20 BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran. 23 DAFTAR PUSTAKA. 25 LAMPIRAN ii Universitas Indonesia

94 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Pangan IRT 27 Lamipran 2. Persyaratan Izin Industri Rumah Tangga Pangan. 29 Lampiran 3. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan Lampiran 4. Formulir Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan IRT. 31 Lampiran 5. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Lampiran 6. Kode Kemasan Primer Pangan IRT Lampiran 7. Kode Jenis Pangan yang Diizinkan untuk Memperoleh SPP-IRT 38 Lampiran 7. Kode Propinsi, Kabupaten, dan Kota. 44 iii Universitas Indonesia

95 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan pangan yang aman dan bermutu merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal merupakan hak, tidak terkecuali pangan yang dihasilkan oleh Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP). Undang- undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan dalam pasal 111 ayat (1) menyatakan bahwa makanan dan minuman yang digunakan masyarakat harus didasarkan pada standar dan atau persyaratan kesehatan. Terkait hal tersebut di atas, Undang-Undang tersebut mengamanahkan bahwa makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar, persyaratan kesehatan, dan atau membahayakan kesehatan dilarang untuk diedarkan, ditarik, dari peredaran, dicabut izin edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, pemerintah pun berkewajiban meningkatkan daya saing produk pangan industri rumah tangga melalui peningkatan kesadaran dan motivasi produsen tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis. Mengingat hal tersebut, maka pemerintah mewajibkan seluruh industri pangan termasuk industri pangan rumah tangga untuk mempunyai sertifikasi seperti yang tercantum dalam pasal 43 Peraturan Pemerintah (PP) No.28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan. Di dalam PP tersebut, pemerintah mengamanatkan bahwa pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga wajib memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) yang diterbitkan oleh 1 Universitas Indonesia

96 2 bupat/walikota dan kepala BPOM mementapkan pedoman pemberian SPP- IRT. Sementara itu, peraturan pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota pada bidang kesehatan sub bidang obat dan perbekalan kesehatan, mengamanatkan bahwa pengawasan dan registrasi makanan dan minuman produksi industri rumah tangga merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota. 1.2 Tujuan a. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk membahas proses pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Pangan Rumah Tangga (SPP-IRT). b. Meninjau peran serta apoteker dalam proses sertifikasi produksi pangan industri pangan rumah tangga Universitas Indonesia

97 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pangan Menurut Undang-Undang pangan No.18 tahun 2012, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : a. Pangan segar Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan. Pangan segar dapat dikonsumsi langsung atau tidak langsung, yakni dijadikan bahan baku pengolahan pangan (Kemenhukham, 2012). b. Pangan olahan Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses pengolahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Contoh : teh manis, nasi, pisang goreng dan sebagainya. Pangan olahan bisa dibedakan lagi menjadi pangan olahan siap saji dan tidak siap saji (Kemenhukham, 2012). Pangan olahan siap saji adalah makanan dan minuman yang sudah diolah dan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atau atas dasar pesanan. Sedangkan pangan olahan tidak siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum. (Kemenhukham, 2012). c. Pangan olahan tertentu Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan. Contoh ekstrak tanaman mahkota dewa untuk diabetes mellitus, 3 Universitas Indonesia

98 4 susu rendah lemak untuk orang yang menjalankan diet rendah lemak, dan sebagainya(kemenhukham, 2012). Kementerian yang bertanggung jawab dalam pengawasan keamanan pangan segar adalah kementrian pertanian atau perikanan sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan masing-masing, kementerian tersebut berwenang menetapkan jenis pangan segar yang wajib diuji secara laboratoris sebelum diedarkan (Kemenhukham, 2012). Sedangkan, pengawasan pangan olahan dan pangan olahan tertentu menjadi tanggungjawab dari Badan Pengawas Obat Makanan dan Minuman (BPOM), lembaga ini juga berwenang dalam hal menetapkan jenis pangan olahan yang wajib diuji secara laboratoris sebelum diedarkan Industri rumah tangga pangan (Kemenhukham, 2012) Keamanan Pangan Untuk melaksanakan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 dan memberikan perlindungan kepada masyarakat maka pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Keamanan pangan merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh setiap produk pangan yang akan diedarkan ataupun dikonsumsi. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang dilakukan untuk menjamin bahwa pangan yang dikonsumsi tidak mengandung cemaran biologi, kimia, dan fisika yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (Presiden RI, 2004). Karena keamanan pangan muncul sebagai suatu masalah yang dinamis seiring dengan berkembangnya peradaban manusia dan kemajuan ilmu dan teknologi, maka diperlukan suatu sistem dalam mengawasi pangan sejak diproduksi, diolah, ditangani, diangkut, disimpan dan didistribusikan serta dihidangkan kepada konsumen. Sistem pangan yang ada saat ini meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan, pembinaan atau pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi makanan dan peranannya sampai siap dikonsumsi manusia. Setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan produksi pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi sesuai Universitas Indonesia

99 5 dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku (Kemenhukham, 2012). Untuk itu keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering mengakibatkan terjadinya dampak berupa penurunan kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai resiko munculnya penyakit kanker akibat penggunaan bahan tambahan (food additive) yang berbahaya (BPOM, 2008). 2.3 Bahan Tambahan Pangan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 033 tahun 2012 tentang bahab tambahan pangan menyebutkan, yang dimaksud dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk pangan atau produk makanan. Jenis bahan tambahan pangan yang boleh atau tidak beredar di Indonesia diatur oleh Kementrian kesehatan. Sementara, penanbahan dan pengurangan jumlah serta pengawasanya dilakukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). BTP yang digunakan dalam pangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. BTP tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan/atau tidak diperlakukan sebagai bahan baku pangan. b. BTP dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan dan/atau pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung. c. BTP tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi. Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum oleh masyarakat. Kenyataannya masih banyak produsen makanan yang menggunakan Universitas Indonesia

100 6 bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan. Efek dari bahan tambahan beracun tidak dapat langsung dirasakan, tetapi secara perlahan dan pasti dapat menyebabkan sakit. Penyimpangan atau pelanggaran mengenai penggunaan BTP yang sering dilakukan oleh produsen pangan, yaitu : menggunakan bahan tambahan yang dilarang penggunaannya untuk makanan, menggunakan BTP melebihi dosis yang diizinkan serta penggunaan bahan tambahan yang beracun atau BTP yang melebihi batas akan membahayakan kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2012) Penggolongan BTP Menurut PerMenKes Republik Indonesia No. 033 Tahun 2012 Pasal 3, BTP yang digunakan dalam pangan terdiri atas beberapa 27 golongan, yaitu: 1. Antibuih (Antifoaming agent); 2.Antikempal (Anticaking agent);3. Antioksidan (Antioxidant);4. Bahan pengkarbonasi (Carbonating agent);5. Garam pengemulsi (Emulsifying salt);6. Gas untuk kemasan (Packaging gas);7. Humektan (Humectant);8. Pelapis (Glazing agent);9. Pemanis (Sweetener);10. Pembawa (Carrier);11. Pembentuk gel (Gelling agent);12. Pembuih (Foaming agent);13. Pengatur keasaman (Acidity regulator);14. Pengawet (Preservative);15. Pengembang (Raising agent);16. Pengemulsi (Emulsifier);17. Pengental (Thickener);18. Pengeras (Firming agent);19. Penguat rasa (Flavour enhancer);20. Peningkat volume (Bulking agent);21. Penstabil (Stabilizer);22. Peretensi warna (Colour retention agent);23. Perisa (Flavouring);24. Perlakuan tepung (Flour treatment agent);25. Pewarna (Colour);26. Propelan (Propellant); dan 27. Sekuestran (Sequestrant). Jenis BTP yang diizinkan pada golongan sebagaimana dimaksud dalam Permenkes No.033 tahun 2012 Pasal 3 ayat (1) tercantum dalam Lampiran Bahan Tambahan Pangan yang Diizinkan Bahan tambahan pangan yang diizinkan untuk digunakan pada makanan berdasarkan Permenkes No. 033 Tahun 2012 adalah: Universitas Indonesia

101 7 a. Antibuih (Antifoaming Agent) Antibuih (Antifoaming Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau mengurangi pembentukan buih. Contoh: kalsium alginate, Mono dan digliserida asam lemak. b. Anti kempal Bahan tambahan pangan yang dapat mencegah mengempalnya makanan yang berupa serbuk, tepung atau bubuk. Contoh: Ca silikat, Mg karbonat, dan SI dioksida untuk merica dan rempah lainnya. Garam stearat dan tri Ca fosfat pada gula, kaldu dan susu bubuk. c. Antioksidan Bahan tambahan pangan yang digunakan untuk mencegah atau menghambat terjadinya kerusakan pangan akibat proses oksidasi. Contoh : asam askorbat dan asam eritrobat serta garamnya untuk produk daging, ikan dan buahbuahan kaleng. Butilhidroksi anisol (BHA) atau butilhidroksi toluen (BHT) untuk lemak, minyak dan margarin. d. Bahan Pengkarbonisasi (Carbonating Agent) Bahan Pengkarbonisasi (Carbonating Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk karbonisasi di dalam pangan. Contoh: karbondioksida dalam minuman berkarbonisasi. e. Garam Pengemulsi (Emulsifying Salt) Garam Pengemulsi (Emulsifying Salt) adalah bahan tambahan pangan untuk mendispersikan protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak. Contoh : Gelatin, Na Glukonat dll. f. Gas untuk Kemasan (Packing Gas) Gas untuk Kemasan (Packing Gas) adalah bahan tambahan pangan berupa gas, yang dimasukkan ke dalam kemasan pangan sebelum, saat maupun setelah kemasan diisi dengan pangan untuk mempertahankan mutu pangan dari kerusakan. Contoh gas yang biasa digunakan adalah Karbondioksida dan Nitrogen. Universitas Indonesia

102 8 g. Humektan (Humectant) Humektan (Humectant) adalah bahan tambahan pangan untuk mempertahankan kelembaban pangan. Contoh: gliserol untuk keju, es krim dan sejenisnya dan triaseti untuk adonan kue. h. Pelapis (Glazing Agent) Pelapis (Glazing Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk melapisi permukaan pangan sehingga memberikan efek perlindungan dan/atau penampakan mengkilap. i. Pemanis (Sweetener) Pemanis (Sweetener) adalah bahan tambahan pangan berupa pemanis alami dan pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk pangan yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Pemanis terdiri dari pemanis alami dan buatan. Pemanis alami (Natural sweetener) adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi. Contoh: sorbitol, Manitol. Sedangkan pemanis buatan (Artificial sweetener) Pemanis buatan (Artificial sweetener) adalah pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam. Contoh: Aspartam, sakarin dan siklamat. j. Pembawa (carrier) Pembawa (carrier) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memfasilitasi penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan tambahan pangan lain atau zat gizi di dalam pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan, mendispersikan atau memodifikasi secara fisik bahan tambahan pangan lain atau zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek teknologi pada pangan. Contoh: propilen glikol dan trietil sitrat. k. Pembentuk gel (Gelling Agent) dan peningkat volume (Bulking Agent) Pembentuk gel (Gelling Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk gel dan meningkatkan volume pangan. Contoh: As Alginat, Na,K dan Ca alginate, agar-agar, karagen, Gom, gelatin dan pectin. Universitas Indonesia

103 9 l. Pembuih (Foaming Agent) Pembuih (Foaming Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk atau memlihara homogenitas disperse fase gas dalam pangan berbentuk cair atau padat. Contoh: Xanthan gum dan selulosa. m. Pengatur keasaman Bahan tanbahan pangan yang dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: Asam laktat, sitrat, dan malat digunakan pada jeli. Natrium bikarbonat, karbonat, dan hidroksida digunakan sebagai penetral pada mentega. n. Pengawet Bahan tambahan pangan yang dapat mencegah fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Biasa ditambahkan pada makanan yang mudah rusak atau yang disukai sebagai medium pertumbuhan bakteri atau jamur. Contoh: asam benzoat dan garamnya dan ester para hidroksi benzoat untuk produk buah-buahan, kecap, keju dan margarin, asam propionat untuk keju dan roti. o. Pengembang (Raising Agent) Pengembang (Raising Agent) adalah bahan tambahan pangan berupa senyawa tunggal atau campuran untuk melepaskan gas sehingga meningkatkan volume adonan. Contoh Na bikarbonat p. Pengemulsi, pemantap dan pengental Bahan tambahan pangan yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan. Biasa digunakan untuk makanan yang mengandung air atau minyak. Contoh: polisorbat untuk pengemulsi es krim dan kue, peltin untuk pengental pada jamu, jeli, minuman ringan dan es krim, gelatin pemantap dan pengental untuk sediaan keju, karagenen dan agar-agar untuk pemantap dan pengental produk susu dan keju. q. Pengeras Bahan tambahan pangan yang dapat memperkeras atau mencegah lunaknya makanan. Contoh: Al sulfat, Al Na sulfat untuk pengeras pada acar ketimun Universitas Indonesia

104 10 dalam botol, Ca glukonat dan Ca sulfat pada buah kaleng seperti tomat dan kaleng. r. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa Bahan tambahan pangan yang dapat memberikan, menambahkan atau mempertegas rasa dan aroma. Contoh: monosodium glutamat pada produk daging. s. Penstabil Bahan tambahan pangan untuk menstabilkan sistem disperse yang homogeny pada pangan. Contoh: Ca laktat, Ca asetat dll. t. Peretesi warna Adalah bahan tambahan pangan yang dapat mempertahankan, menstabilkan atau memperkuat intensitas warna pangan tanpa menimbulkan warna baru. Contoh Mg karbonat dan Mg hidroksida.s u. Perlakuan tepung Bahan tambahan pangan yang ditambahkan pada tepung untuk memprbaiki warna, mutu adonan dan atau pemanggangan, termasuk bahan pengwmbang adonan, pemucat dan pematang tepung. v. Pewarna Bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Contoh: karmin, ponceau 4R, eritrosin warna merah, green FCF, green S warna hijau, kurkumin, karoten, yellow kuinolin, tartazin warna kuning dan karamel warna coklat. w. Sekuestran Bahan tambahan pangan yang dapat mengikat ion logam yang ada pada makanan sehingga dicegah terjadinya oksidasi yang dapat menimbulkan perubahan warna dan aroma. Biasa ditambahkan pada produk lemak dan minyak atau produk yang mengandung lemak atau minyak seperti daging dan ikan. Contoh: asam folat dan garamnya Bahan Tambahan Pangan yang Tidak Diizinkan BTP yang tidak diizinkan atau dilarang digunakan dalam makanan menurut Permenkes RI No.033/Menkes/Per/X/2012 adalah: Universitas Indonesia

105 11 a. Asam borat dan senyawanya (Boric acid) b. Asam salisilat dan garamnya (Salicylic acid andm its salt) c. Dietilpirokarbonat (Diethylepirokarbonate DEPC) d. Dihidrosafrol (Dhydrosafrole) e. Dulkamara (Dulcamara) f. Dulsin (Dulcin) g. Formalin (Formaldehyde) h. Kalium bromat (Potassium bromate) i. Kalium klorat Ppotassium chlorate) j. Kloramfenikol (Chloramphenicol) k. Kokain (Cocaine) l. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils) m. Nitrobenzen (Nitrobenzene) n. Nitrofurazon (Nitrofurazone) o. Sinamil antranilat (Cinnamyl anthranilate) p. Biji tonka (Tonka bean) q. Minyak kalamus (Calamus oil) r. Minyak tansi (Tansy oil) s. Minyak sasafras (Sasafras oil) 2.4 Industri Rumah Tangga Pangan Menurut peraturan BPOM No. HK tahun 2012, Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. IRTP akan memproduksi pangan olahan yang disebut dengan Pangan IRT yang diedarkan dalam kemasan eceran dan berlabel. Undang- undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 111 ayat (1) menyatakan bahwa makanan dan minuman yang digunakan masyarakat harus didasarkan pada standard an/atau persyaratan kesehatan. Terkait hal tersebut di atas, Undang-undang tersebut mengamanahkan bahwa makanan dan minuman yang tidak meemnuhi ketentuan standar, persyaratan kesehatan, dan /atau membahayakan kesehatan dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, Universitas Indonesia

106 12 dicabut izin edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Mengingat hal tersebut perlu diadakannya sertifkasi Pangan Produksi Industri Rumah Tangga. Sebelum diterbitkan sertifikat tersebut dilakukan pemeriksaan sarana produksi pangan IRTP sebaiknya didahului dengan pemeriksaan awal dan diikuti dengan pemeriksaan lanjutan sekaligus melakukan verifikasi terhadap tindak lanjut perbaikan yang dilakukan oleh IRTP. Selama pemeriksaan, tenaga Pengawas Pangan Kabupaten/Kota (District Food Inspector/DFI) didampingi oleh Penanggungjawab IRTP yang diperiksa (BPOM, 2012). Perturan pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, pasal 43 ayat (2) dan (3), antara lain menyebutkan pangan olahan yang diproduksi oleh Industri Rumah Tangga (IRT) wajib memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, yaitu Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan. Pedoman untuk penerbitan SPP-IRT diatur/terdapat pada SK kepala badan POM No. HK tentang pedoman tata cara penyelenggaraan sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga. Berdasarkan SK tersebut, permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa: a. Susu dan hasil olahannya b. Daging, ikan, unggas, dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan atau penyimpanan beku c. Pangan kaleng d. Pangan untuk bayi e. Minuman beralkohol f. Air Minum dalam kemasan (AMDK) g. Pangan Lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI h. Pangan lain yang ditetapkan oleh badan POMRI Setiap jenis pangan produk PIRT yang belum tercantum pada lampiran SK kepala POM tentang SPP-IRT harus mendapat verifikasi dari Badan POM RI. Universitas Indonesia

107 Sertifikasi Industri Pangan Rumah Tangga Menurut Peraturan Kepala BPOM nomor HK tahun 2012, Sertifikasi mutu pangan adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap pangan yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. pangan olahan yang diperlukan oleh Industri rumah tangga wajib memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP- IRT) yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota. Sedangkan Kepala Badan POM yang menetapkan pedoman pemberian sertifikat produksi pangan industri rumah tangga tersebut. Pedoman pemberian SPP-IRT meliputi: a. jenis pangan; b. tata cara penilaian; dan c. tata cara pemberian sertifikasi produksi pangan. Pangan olahan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia harus memenuhi persyaratan: a. Telah diuji dan atau diperiksa serta dinyatakan lulus dari segi keamanan, mutu dan atau gizi oleh instansi yang berwenang di negara asal; b. Pengujian dan atau pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a harus dibuktikan dengan sertifikat analisis dari laboratorium yang terakreditasi; c. Terhadap pangan olahan dapat diuji dan atau diperiksa kembali di Indonesia dari segi keamanan, mutu dan atau gizi sebelum diedarkan. Selain persyaratan tersebut, setiap pangan olahan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran dari kepala BPOM (BPOM, 2012). Dikecualikan dari ketentuan, terdapat Pangan olahan yang dibebaskan dari kewajiban surat persetujuan pendaftaran atau sertifikat produksi pangan industri rumah tangga, yaitu pangan yang: a. mempunyai masa simpan kurang dari 7 (tujuh) hari pada suhu kamar;dan/atau b. dimasukkan kedalam wilayah Indonesia dalam jumlah kecil untuk keperluan; permohonan surat persetujuan pendaftaran; penelitian; atau konsumsi sendiri. Bila dalam hal berdasarkan hasil pengujian dan/atau hasil pemeriksaan terjadi pelanggaran, Gubernur, Bupati/Walikota atau Kepala Badan, berwenang mengambil tindakan administratif. Universitas Indonesia

108 14 Tindakan administratif meliputi: a. peringatan secara tertulis; b. larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah menarik produk pangan dari peredaran; c. pemusnahan pangan, jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia; d. penghentian produksi untuk sementara waktu; e. pengenaan denda paling tinggi sebesar Rp ,00 (lima puluh juta rupiah); dan/atau f. pencabutan izin produksi, izin usaha, persetujuan pendaftaran atau sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga Tata Cara Pemberian SPP-IRT Penerimaan Pengajuan Permohonan SPP-IRT Permohonan diterima oleh Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan dievaluasi kelengkapan dan kesesuaiannya yang meliputi: Formulir Permohonan SPP-IRT sebagaiman tercantum dalam Lampiran 1. yang memuat informasi sebagai berikut: a. Nama Jenis Pangan b. NamaDagang c. Jenis kemasan d. Berat bersih/isi bersih e. Komposisi f. Tahapan produksi g. Nama, alamat, kode pos dan nomor telepon IPRT h. Nama pemilik i. Nama penanggungjawab j. Informasi tentang masa simpan (Kadaluwarsa) k. Informasi tentang kode produksi Universitas Indonesia

109 15 Selain formulir permohonan SPP-IRT, dalam proses pengajuan permohonan SPP-IRT juga turut melampirkan beberapa berkas persyaratan yang ditentukan seperti dalam Lampiran 2. a. Penyelenggaraan penyuluhan keamanan pangan dikoordinasikan oleh Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kriteria tenaga penyuluh keamanan pangan (PKP) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki sertifikat kompetensi di bidang penyuluhan keamanan pangan dari Badan POM dan ditugaskan oleh Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Narasumber pada penyuluhan keamanan pangan adalah tenaga PKP yang kompeten dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Balai Besar/Balai POM setempat. Peserta penyuluhan keamanan pangan adalah pemilik atau penanggung jawab IRTP. b. Materi penyuluhan keamanan pangan terdiri dari: Materi utama berupa; 1) peraturan perundang-undangan di bidang pangan, 2) Keamanan dan mutu pangan, 3) teknologi proses pengolahan pangan, 4) prosedur operasi sanitasi yang standar (Standard Sanitation Operating Procedure/SSOP), 5) Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT), 6) Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) dan 7) Persyaratan label dan iklan pangan Materi pendukung berupa; Pencatuman label halal dan etika bisnis dan pengembangan jejaring bisnis IRTP c. Metode penyuluhan keamanan pangan Materi penyuluhan keamanan pangan disampaikan dalam bentuk ceramah, diskusi, demonstrasi/peragaan simulasi, pemutaran video dan cara-cara lain yang mendukung pemahaman keamanan pangan. d. Sertifikat penyuluhan keamanan pangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3. Setifikat ini diberikan kepada pemilik/penanggungjawab yang telah lulus mengikuti penyuluhan keamanan pangan dengan hasil evaluasi minimal nilai cukup (60). Penomoran sertifikat penyuluhan keamanan pangan terdiri dari 3 kolom dan 9 angka sesuai contoh berikut: Universitas Indonesia

110 / 89 Keterangan penomoran adalah sebagai berikut : Angka ke-1, 2, 3 pada kolom I, menunjukkan nomor urut tenaga yang sudah memperoleh sertifikat di Kabupaten/kota yang bersangkutan; Angka ke- 4, 5, 6, 7 pada kolom II, menunjukkan propinsi dan kabupaten/kota penyelenggara penyuluhan keamanan pangan; Angka ke-8, 9 pada kolom III, menunjukkan tahun penerbitan sertifikat. e. Pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah tangga Pemeriksaan sarana dilakukan setelah pemilik atau penanggungjawab telah memiliki sertifikat penyuluhan keaman pangan. Pemeriksaan sarana produksi pangan IRT dilakukan oleh tenaga pengawas pangan Kabupaten/Kota dengan dilengkapi surat tugas yang diterbitkan oleh Bupati/ Walikota c.q. dinas kesehatan Kabupaten/Kota dengan persyaratan yang tertera dalam formulir pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah tangga pada Lampiran 4. Kriteria tenaga pengawas pangan Kabupaten/Kota adalah pegawai negeri sipil yang memiliki sertifikat kompetensi pengawas pangan dari badan POM. Pemeriksaan sarana produksi IRTP sesuai dengan keputusan kepala Badan POM RI tentang tata cara pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah tangga jika hasil pemeriksaan sarana produksi menunjukkan bahwa IRTP masuk level I-II maka diberikan SPP-IRT sebagai mana tercantum dalam Lampiran 5. f. Pemberiaan nomor P-IRT Nomor P-IRT minimal terdiri dari 15 digit sebagai berikut: P-IRT No Penjelasan 15 digit sebagai berikut: 1) Digit ke-1 menunjukkan kode jenis kemasan seperti yang tercantum dalam Lampiran 6., 2) Digit ke-2 dan 3 menunjukkan nomor urut jenis pangan IRTP seperti yang tercantum dalam Lampiran 7., 3) Digit ke-4, 5, 6, dan 7 menunjukkan kode propinsi dan kabupaten/kota seperti yang tercantum dalam Lampiran 8., 4) Digit ke-8 dan 9 menunjukkan nomor urut pangan IRTP yang telah memperoleh SPP- IRT, 5) Digit ke-10, 11, 12 dan 13 menunjukkan nomor urut IRTP di Universitas Indonesia

111 17 kabupaten/kota yang bersangkutan dan 6) Digit ke 14 dan 15 menunjukan tahun berakhir masa berlaku. Nomor P-IRTA diberikan untuk 1 jenis pangan IRT. Setiap perubahan, baik penambahan maupun pengurangan provinsi, Kabupaten/Kota, pemberian nomor disesuaikan dengan kode baru untuk provinsi, kabupaten/kota yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang dalam penerbitan kode provinsi, kabupaten/kota Tata cara Perpanjangan SPP-IRT dan Perubahan Pemilik pengajuan perpanjangan SPP-IRT dapat dilakukan paling lambat 3 bulan sebelum masa berlakun SPP-IRT berakhir. Jika ada perubahan pelilik/penanggungjawab IRTP harus dilaporkan pada Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Sudinkes Jakarta Utara, 2012) Pencabutan SPP-IRT SPP-IRT dicabut oleh Bupati/walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota apabila terjadi salah satu dari hal-hal berikut: a. Pemilik dan atau penanggungjawab perusahaan melakukan pelanggaran peraturan yang berlaku. b. Pangan terbukti sebagai penyebab kejadian luar biasa keracunan pangan c. Pangan mengandung bahan berbahaya d. Sarana terbukti tidak sesuai dengan criteria IRTP (Sudinkes Jakarta Utara, 2012) Monitoring SPP-IRT Bupati/walikota c.q. dinas kesehatan kabupaten/kota wajib melakukan monitoring terhadap pemenuhan persyaratan SPP-IRT yang telah diterbitkan minimal 1 x dalam setahun (Sudinkes Jakarta Utara, 2012) Sistem Pendataan dan Pelaporan SPP-IRT Pemberian SPP-IRT diinformasikan oleh bupat/walikota c.q. dinas kesehatan kabupaten/kota kepada dinas kesehatan propinsi dan balai besar/balai Universitas Indonesia

112 18 POM setempat. Sedangkan, pencabutan SPP-IRT diinformasikan oleh bupati/walikota c.q. dinas kesehatan kabupaten/kota kepada dinas kesehatan provinsi dan balai besar/balai POM setempat. Penyampaian informasi tentang pemberian dan pencabutan SPP-IRT serta perubahan dan penamahan jenis produk pangan dilakukan setiap 3 bulan (Sudinkes Jakarta Utara, 2012). Universitas Indonesia

113 BAB 3 METODOLOGI PENULISAN 3.1 Waktu dan Tempat Penulisan Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 01 Juli 11 Juli 2014 di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yang bertempat di Jl. Laksamana Yos Sudarso No Kebon Bawang Tanjung Priok Jakarta Utara. 3.2 Metode Penulisan Penulisan dilakukan berdasarkan penelusuran literatur dari berbagai sumber dan informasi yang tersedia, baik berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah tentang pangan, pedoman keamanan pangan yang diterbitkan oleh Badan Pengawasan Obat, Makanan dan minuman serta literatur lain yang dapat dibuktikan keabsahannya seperti Peraturan Menteri Kesehatan. 19 Universitas Indonesia

114 BAB 4 PEMBAHASAN Pada tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini akan membahas tentang proses sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga di Indonesia khususnya di wilayah Jakarta Utara yang dilakukan secara manual. Dari hasil penelusuran literatur dan pengamatan proses yang dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara didapatkan data terkait sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga melalui Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) dan Pedoman yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta SOP yang ada di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Berdasarkan Perturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, pasal 43 ayat (2) dan (3), antara lain menyebutkan pangan olahan yang diproduksi oleh Industri Rumah Tangga (IRT) wajib memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Jika IRT telah memliliki SPP-IRT artinya proses produksi pangan yang dilakukan industri tersebut telah sesuai dengan ketentuan tentang Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB). Perusahaan memiliki sertifikat produksi juga akan mendapatkan izin edar pangan karena izin tersebut dikeluarkan sangat mempertimbangkan keamanan pangan. Hal ini dilakukan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh konsumsi pangan yang tidak memenuhi persyaratan. Sedangkan pedoman Untuk Penerbitan SPP-IRT diatur/terdapat pada SK kepala badan POM No. HK. HK Selain sertifikat produksi masih terdapat persyaratan lain yang harus dilampirkan untuk memperoleh izin edar pangan diantaranya yaitu sertifikat penyuluhan keamanan pangan yang dimiliki oleh minimal 1 orang tenaga dalam industri rumah tangga pangan tersebut baik pemilik atau penganggungjawab produksinya. Sebelum mendapatkan SPP-IRT pemilik atau penganggung jawab industri pangan rumah tangga harus mengikuti penyuluhan keamanan pangan yang 20 Universitas Indonesia

115 21 diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan materi sesuai pedoman yang diterbitkan oleh Badan POM melalui SK kepala badan POM No. HK tahun Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota akan melaukan pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah tangga untuk mengetahui apakah pangan telah memenuhi standar Cara Produksi Pangan yang Baik Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh Pengawas Pangan Kabupaten/Kota (District Food Inspector/DFI) didampingi oleh pemilik atau penanggungajawab industri. DFI akan memberikan penilaian mutu, kamanan dan higiene dan sanitasi sarana produksi pangan dalam rangka pemberian izin edar pangan serta penilaian ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi terhadap seperangkat persyaratan CPPB-IRT. Penyimpangan tersebut kemudian akan diklasifikasikan kedalam ketidaksesuaian kritis, serius, mayor dan minor. SPP-IRT diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ketika tidak adanya ketidaksesuaian kritis dan serius yang terjadi. Formulir pemeriksaan yang berisikan daftar ketidaksesuaian yang mungkin terjadi secara terperinci ada pada Lampiran 4. Dalam hal sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga Apoteker dapat turut andil serta dengan menjadi tenaga Pengawas Pangan Kabupaten/Kota (District Food Inspector/DFI) maupun menjadi tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dengan syarat memiliki sertifikat kompetensi di bidang penyuluhan keamanan pangan dari Badan POM karena Apoteker merupakan salah satu profesi yang memiliki keilmuan dibidang tersebut. Setelah penerbitan SPP-IRT dan pemberian izin edar pangan Industri Rumah Tangga, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selanjutnya akan melaksanakan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) yang dilakukan terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan produksi pangan industri rumah tangga baik sarana maupun proses untuk mengawasi kualitan pangan yang di produksi IRT tersebut. Proses Binwasdal ini juga membutuhkan peran serta apoteker. Apoteker yang mengerti tentang syarat keamanan pangan dan berada di dalam lingkup pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan proses produksi pangan dibantu dengan staf koordinator Farmasi Universitas Indonesia

116 22 Makanan dan Minuman (FARMAKMIN) yang lain. Serta melakukan proses pengawasan berupa audit terhadap sarana dan proses produksi secara berkala. Pemeriksaan kelayakan proses produksi sampai dengan mendapatkan izin edar dan digunakan oleh masyarakat dan setal itu tetap dibina, diawasi dan dikendalikan prosesnya secara rutin oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sehingga pangan industri rumah tangga yang beredar terjamin mutunya dan dapat dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan masyarakat demi terciptanya kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Universitas Indonesia

117 BAB 5 SARAN DAN KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan a. Pangan industri rumah tangga dapat diedarkan setelah memiliki sertifikat poduksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Proses sertifikasi dimulai dengan mengajukan permohonan SPP-IRT kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, kemudian pemilik sarana atau penanggung jawab industri rumah tangga yang mengajukan permohonan harus mengikuti penyuluhan keamanan pangan, sehingga mendapatkan sertifikat penyuluhan keamanan pangan. Setelah itu, dilaksanakan pemeriksaan sarana produksi pangan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, jika hasil pemeriksaan memenuhi persyaratan maka SPP- IRT dapat diterbitkan dan setiap pangan yang diproduksi oleh industri rumah tangga tersebut akan mendapatkan nomor pangan dan dapat diedarkan. b. Apoteker dapat berperan serta dengan menjadi tenaga Pengawas Pangan Kabupaten/Kota (District Food Inspector/DFI) maupun menjadi tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dengan syarat memiliki sertifikat kompetensi di bidang penyuluhan keamanan pangan dari Badan POM karena Apoteker merupakan salah satu profesi yang memiliki keilmuan dibidang tersebut Saran a. Perlu diadakan sosialisasi kepada Apoter tentang kesempatan menjadi tenaga Pengawas Pangan Kabupaten/Kota (District Food Inspector/DFI) maupun menjadi tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dengan memiliki Sertifikat kompetensi di bidang penyuluhan keamanan pangan dari Badan POM. b. Perlu adanya sosialisasi bagi para pemilik sarana Industri Rumah Tangga Pangan tentang pentingnya sertifikasi pangan yang diproduksinya selain untuk menjaga keamanan dan mutu pangan SPP-IRT juga dapat menjadi nilai 23 Universitas Indonesia

118 24 tambah yang membuktikan bahwa pangan yang mereka produksi aman dan dapat meningkatkan kepercayaan konsumen. Disini juga dibutuhkan peran serta Pemerintah dalam sosisalisasi adanya nomor izin dalam kemasan pangan industri rumah tangga yan beredar kepada masyarakatumum yang berarti pangan tersebut telah tersertifikasi dan aman dikomsumsi. c. Perlu dilakukan penelusuran literatur yang lebih mendalam lagi terutama literature kembali sehingga mampu memberikan informasi yang lengkap dan terkini terhadap Setrifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Universitas Indonesia

119 DAFTAR PUSTAKA Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK tentang Pengawasan Pemasukan Pangan Olahan. BPOM RI : Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. BPOM RI: Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga. BPOM RI: Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. BPOM RI: Jakarta Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. DPR RI: Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambah Pangan. Depkes RI : Jakarta Presiden Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Pemerintah RI : Jakarta 25 Universitas Indonesia

120 26 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Pedoman Sertifikasi Produksi Pangan Idustri Rumah Tangga. Sudinkes Jakarta Utara: Jakarta Universitas Indonesia

121 27 Lampiran 1. Formulir permohonan sertifikat produksi pangan IRT FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nomor : Jakarta, Lampiran : Hal : Permohonan SPP-IRT Kepada Yth Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara di Jakarta Utara Dengan Hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini kami, Nama :. Alamat :..... Bertindak untuk dan atas nama Perusahaan : Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : No. Telp. : Mengajukan permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republuk Indonesia No. : HK tanggal 30 April 2003 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Demikian permohonan kami atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Hormat kami, Pemilik Materei Rp 6000,- ( ) Universitas Indonesia

122 28 Lampiran 1. (lanjutan) Nomor : Jakarta, Lampiran : Kepada Hal : Yth.Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara di Jakarta 1. Nama Jenis Pangan : (Sesuai dengan Jenis Pangan IRT) 2. Nama Dagang :.. 3. Jenis Kemasan : 4. Berat Bersih/isi bersih : 5. Komposisi : 6. Proses Produksi : 7. Informasi Masa Simpan :. (Kadaluarsa). 8. Informasi tentang Kode Produksi :. 9. Nama,Alamat,kode pos :. Dan no telp IRTP. 10. Nama Pemilik :. Pemilik Materai 6000 ( ttd ) Universitas Indonesia

123 29 Lampiran 2. Persyaratan Izin Industri Rumah Tangga Pangan CHECK-LIST PERSYARATAN IZIN INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN ( I.R.T.P ) Nama Perusahaan :.. Alamat :. KEABSAHAN NO KELENGKAPAN STATUS 1. Permohonan dari Direktur/ Pimpinan ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Ada/Tidak Utara rangkap 2(dua) dan 1(satu) rangkap diatas materai Rp 6000,- 2. TDI ( Tanda Daftar Industri ) / TDP ( Tanda Daftar Perusahaan ) Ada/Tidak bagi yang berbadan Hukum 3. Fotokopi Penyuluhan Keamanan Pangan Pemilik Industri Rumah Ada/Tidak Tangga 4. Akte Pendirian perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte Ada/Tidak notaris 5. Peta Lokasi Ada/Tidak 6. Denah ruangan produksi Ada/Tidak 7. Rancangan etiket Ada/Tidak 8. Fotokopi KTP pemilik Ada/Tidak 9. Pasfoto pemilik 3 x 4 cm 2 lembar Ada/Tidak 10. Khusus untuk Re-pack harus ada surat keterangan dari asal produk Ada/Tidak 11. Status gedung (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat, bila sewa lampirkan Ada/Tidak surat sewa minimal 2 (dua) tahun MASA BERLAKU TERISI LENGKAP ( DICAP/STEMPEL/ NO SURAT DLL )

124 30 Lampiran 3. Sertifikat Penyuluhan Keamanana Pangan

125 31 Lampiran 4. Formulir pemeriksaan sarana produksi IRTP FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan) : Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Penanggungjawab : Jenis Pangan IRT : Tanggal (tgl/bl/th) Nama Pengawas Pangan Kab/ Kota Tujuan Pemeriksaan: Pemberian SPP-IRT Pemeriksaan Rutin IRTP Cara Penetapan Ketidaksesuaian Sarana Produksi Pangan IRT 1. Pemeriksaan sarana produksi pangan dilakukan berdasarkan Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). 2. Bubuhkan tanda centang ( ) apabila jawaban ya pada kotak dalam kolom yang telah disediakan menurut kategori ketidaksesuaian, yaitu Minor (MI),Mayor (MA), Serius (SE), atau Kritis (KR) yang ditemukan dalam pemeriksaan. NO ELEMEN YANG DIPERIKSA KETIDAKSESUAIAN A LOKASI DAN LINGKUNGAN MI MA SE KR PRODUKSI 1 Lokasi dan lingkungan IRTP tidak terawat, kotor dan berdebu B BANGUNAN DAN FASILITAS MI MA SE KR 2 Ruang produksi sempit, sukar dibersihkan, dan digunakan untuk memproduksi produk selain Pangan 3 Lantai, dinding, dan langit-langit, tidak terawat,kotor, berdebu dan atau berlendir 4 Ventilasi, pintu, dan jendela tidak terawat, kotor, dan berdebu

126 32 Lampiran 4. (lanjutan) C PERALATAN PRODUKSI MI MA SE KR 5 Permukaan yang kontak langsung dengan pangan berkarat dan kotor 6 Peralatan tidak dipelihara, dalam keadaan kotor, dan tidak menjamin efektifnya sanitasi. 7 Alat ukur / timbangan untuk mengukur /menimbang berat bersih / isi bersih tidak tersedia atau tidak teliti. D SUPLAI AIR ATAU SARANA MI MA SE KR PENYEDIAAN AIR 8 Air bersih tidak tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan produksi 9 Air berasal dari suplai yang tidak bersih E FASILITAS DAN KEGIATAN HIGIENE DAN SANITASI 10 Sarana untuk pembersihan / pencucian bahan pangan, peralatan, perlengkapan dan bangunan tidak tersedia dan tidak terawat dengan baik. 11 Tidak tersedia sarana cuci tangan lengkap dengan sabun dan alat pengering tangan. 12 Sarana toilet/jamban kotor tidak terawat dan terbuka ke ruang produksi. 13 Tidak tersedia tempat pembuangan sampah tertutup. F KESEHATAN DAN HIGIENE KARYAWAN 14 Karyawan di bagian produksi pangan ada yang tidak merawat kebersihan badannya dan atau ada yang sakit 15 Karyawan di bagian produksi pangan tidak mengenakan pakaian kerja dan / atau mengenakan perhiasan. 16 Karyawan tidak mencuci tangan dengan bersih sewaktu memulai mengolah pangan, sesudah menangani bahan mentah, atau bahan/ alat yang kotor, dan sesudah ke luar dari toilet/jamban. 17 Karyawan bekerja dengan perilaku yang tidak baik (seperti makan dan minum) yang dapat mengakibatkan pencemaran produk pangan. 18 Tidak ada Penanggung jawab higiene karyawan MI MA SE KR MI MA SE KR

127 33 Lampiran 4. (lanjutan) G PEMELIHARAAN DAN PROGRAM HIGIENE DAN SANITASI 19 Bahan kimia pencuci tidak ditangani dan digunakan sesuai prosedur, disimpan di dalam wadah tanpa label 20 Program higiene dan sanitasi tidak dilakukan secara berkala 21 Hewan peliharaan terlihat berkeliaran di sekitar dan di dalam ruang produksi pangan 22 Sampah di lingkungan dan di ruang produksi tidak segera dibuang. MI MA SE KR H PENYIMPANAN MI MA SE KR 23 Bahan pangan, bahan pengemas disimpan bersama-sama dengan produk akhir dalam satu ruangan penyimpanan yang kotor, lembab dan gelap dan diletakkan di lantai atau menempel ke dinding. 24 Peralatan yang bersih disimpan di tempat yang kotor. I PENGENDALIAN PROSES MI MA SE KR 25 IRTP tidak memiliki catatan; menggunakan bahan baku yang sudah rusak, bahan berbahaya, dan bahan tambahan pangan yang tidak sesuai dengan Persyaratan penggunaannya. 26 IRTP tidak mempunyai atau tidak mengikuti bagan alir produksi pangan. 27 IRTP tidak menggunakan bahan kemasan khusus untuk pangan. 28 BTP tidak diberi penandaan dengan benar. 29 Alat ukur / timbangan untuk mengukur /menimbang BTP tidak tersdia atau tidak teliti.

128 34 Lampiran 4. (lanjutan) J PELABELAN PANGAN 30 Label pangan tidak mencantumkan nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih/isi bersih, nama dan alamat IRTP, masa kedaluwarsa, kode produksi dan nomor P-IRT 31 Label mencantumkan klaim kesehatan atau klaim gizi K PENGAWASAN OLEH PENANGGUNG MI MA SE KR JAWAB 32 IRTP tidak mempunyai penanggung jawab yang memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) 33 IRTP tidak melakukan pengawasan internal secara rutin, termasuk monitoring dan tindakankoreksi L PENARIKAN PRODUK MI MA SE KR 34 Pemilik IRTP tidak melakukan penarikan produk pangan yang tidak aman M PENCATATAN DAN DOKUMENTASI MI MA SE KR 35 IRTP tidak memiliki dokumen produksi 36 Dokumen produksi tidak mutakhir, tidak akurat, tidak tertelusur dan tidak disimpan selama 2 (dua) kali umur simpan produk pangan yang diproduksi N PELATIHAN KARYAWAN MI MA SE KR 37 IRTP tidak memiliki program pelatihan keamanan pangan untuk karyawan Jumlah Ketidaksesuaian KRITIS Jumlah Ketidaksesuaian SERIUS Jumlah Ketidaksesuaian MAYOR Jumlah Ketidaksesuaian MINOR Level IRTP :

129 35 Lampiran 4. (lanjutan) Tada Tangan Pengawas Pangan Kab/Kota Dan Tanggal Tanda Tangan Pemilik/Penanggung Jawab IRTP Dan Tanggal Jadwal Frekuensi Audit Internal Level IRTP Frekuensi Audit Internal Jumlah Penyimpangan (maksimal) Level I Setiap dua bulan Minor Mayor Serius Kritis Level II Setiap bulan Level III Setiap dua minggu Level IV Setiap hari

130 36 Lampiran 5.Sertifikat produksi pangan industri rumah tangga

131 37 Lampiran 6. Kode kemasan primer pangan IRT KODE KEMASAN PRIMER PANGAN IRT KODE JENIS KEMASAN KETERANGAN 1. Gelas (Glass) Bukan untuk pangan yang disterlisasi 2. Plastik Bukan untuk pangan yang disterilisasi atau pasteurisasi 3. Karton/ Kertas 4. Kaleng Bukan untuk pangan yang disterilisasi 5. Aluminium Foil 6. Lain-lain Misalnya daun

132 38 Lampiran 7. Kode jenis pangan yang diizinkan untuk memperoleh SPP-IRT KODE JENIS PANGAN YANG DIIZINKAN UNTUK MEMPEROLEH SPP-IRT KODE JENIS PANGAN 01 HASIL OLAHAN DAGING KERING Abon Daging Dendeng Daging Paru Goreng Kering Kerupuk Kulit Rendang Daging / Paru 02 HASIL OLAHAN IKAN KERING Abon Cumi Kering Ikan Asin Ikan Asap / Ikan Salai / Ikan Kayu Kerupuk / Kemplang / Amplang Ikan Udang Kering (Ebi) Pasta Ikan Petis Terasi Empek-empek kering Ikan goring Dendeng Ikan Rendang Ikan / Belut Serundeng Ikan Bekicot Olahan Presto Ikan 03 HASIL OLAHAN UNGGAS KERING Abon unggas Usus Goreng Ceker Goreng Kulit unggas Goreng Dendeng Telur Asin Presto Unggas Rendang Telur 04 SAYUR ASIN DAN SAYUR KERING Acar Asinan/ Manisan Sayur Jamur Asin / Kering Sayur Asin Kering

133 39 Lampiran 7. (lanjutan) KODE JENIS PANGAN Sayur Kering Keripik / Criping Sayur Emping Melinjo / Labu Manisan Rumput Laut 05 HASIL OLAHAN KELAPA Kelapa Parut Kering Nata de Coco Geplak 06 TEPUNG DAN HASIL OLAHANNYA Bihun Biskuit Bagelen / Bagelan Dodol / Jenang / Galamai Kerupuk Kue Brem Kue Kering Makaroni Mie Kering Tapioka Tepung Aren Tepung Arcis Tepung Beras / Ketan Tepung Gandum (bukan tepung terigu yang wajib (SNI) Tepung Sukun Tepung Hunkwee Tepung Kedele Tepung Kelapa Tepung Kentang Tepung Pisang Tepung Sagu Bakpao Roti / Bluder Rempeyek / Peyek Sohun Bakpia / Pia Bika Ambon Cakue Cendol Cimol Cone / Wadah Es Krim yang dapat dimakan (edible) Kulit Lumpia / Pangsit Moci

134 40 Lampiran 7. (lanjutan) KODE JENIS PANGAN Molen / Bolen Mutiara / Pacar Cina Pilus Yangko 07 MINYAK DAN LEMAK Minyak Jagung Minyak Kacang Minyak Kedele Minyak Kelapa Minyak Bunga Matahari Minyak Zaitun Minyak Sawit Minyak/ lemak ayam Minyak/ lemak sapi 08 SELAI, JELI DAN SEJENISNYA Jem / Selai Jeli buah Jeli agar Jeli bubuk rasa buah Jeli Rumput Laut Jeli Lidah Buaya Marmalad Serikaya / Srikaya / Kayakaya Cincau 09 GULA, KEMBANG GULA DAN MADU Gula Aren Gula Kelapa Gula Pasir (bukan gula pasir yang dirafinasi) Gula Semut Kembang Gula / Permen Kembang Gula / Permen Susu Kembang Gula / Permen Karet Kembang Gula Coklat Madu Sirop Manisan / Aromanis (buah / rimpang) Enting-enting / Kipang Kacang / Ampyang / Noga 10 KOPI, TEH, COKLAT KERING ATAU CAMPURANNYA Kopi Biji Kering / Bubuk Teh / Teh Hijau

135 41 Lampiran 7. (lanjutan) KODE JENIS PANGAN Teh Rosela Coklat (tidak termasuk coklat bubuk) Kopi Campur 11 BUMBU Aneka Bumbu Masakan Bumbu Cabe Bawang Goreng Cuka makan seperti cuka buah apel/ anggur, dll Kecap Asin / Manis Saos Cabe Saos Tomat Saos Ikan Saos Kacang Tauco Sambal Bumbu Kacang / Pecel 12 REMPAH-REMPAH Bawang Merah Kering / Pasta / Bubuk Bawang Putih Kering / Pasta / Bubuk Cabe Kering / Pasta / Bubuk Cengkeh Kering / Pasta / Bubuk Jahe Kering / Pasta / Bubuk Jintan Kayu Manis Kapulaga Ketumbar Kunyit Kering / Pasta / Bubuk Lada Putih / Hitam Pala / Bunga Pala Wijen 13 MINUMAN RINGAN, MINUMAN SERBUK Minuman Beraroma Minuman Gula Asam Minuman Buah Minuman Sayur Minuman Kacang Kedele / Sari Kedele Minuman Kopi / Campur Minuman Kunyit Asam Minuman Lidah Buaya Minuman Rumput Laut

136 42 Lampiran 7. (lanjutan) KODE JENIS PANGAN Minuman Sari Madu Minuman Sari Tebu Minuman Sari Jagung Minuman Sari Bekatul Minuman Sari Kurma Minuman The Minuman Bandrex Limun Minuman Jeli Minuman Rempah Minuman Rosela Cincau / Minuman Cincau Minuman Sari Tape Minuman Serbuk Minuman Bubuk Kedele 14 HASIL OLAHAN BUAH Keripik / Criping Buah (Sukun/Salak/Nangka/Mangga/ Pisang, dll) Buah Kering Lempok Buah (Durian, dll) Asinan Buah Buah Kering Manisan Buah Buah Dalam Sirop Pisang Sale 15 HASIL OLAHAN BIJI-BIJIAN DAN UMBI Ketan Jawadah / Jadah / Uli Keripik Kentang Keripik kentang Balado Keripik Ketela / Singkong Keripik / Tortilla Jagung Keripik Talas Intip Keripik Ubi Jalar Rangginang / Batiah Bekatul Bingka Ubi Carang mas / Kue Keremes Ubi Jalar / Ceker Ayam Jipang / Kipang Beras Ketan

137 43 Lampiran 7. (lanjutan) KODE JENIS PANGAN Berondong Jagung Berondong Beras Ketan Marning Jagung Emping Jagung / Singkong Keripik / Criping Umbi-umbian Getuk Goreng Kacang Atom / Bawang / Goreng / Kulit / Mete / Telur / Tolo / Koro / Kapri / Salut /Tumbuk Kwaci Opak / Gropak singkong / ubi / beras Singkong Presto Lanting Abon Oncom Tape Ketan Tape Singkong Tiwul Wingko Babat Wajik / Wajit ketan Wajik / Wajit buah 16 LAIN-LAIN Es Stik / Es Lilin Es Goyang / Es Loly Es Puter Es Mambo Es hunkue

138 44 Lampiran 8. Kode Propinsi, Kabupaten, dan Kota KODE PROPINSI, KABUPATEN, DAN KOTA

139 45 Lampiran 8. (lanjutan)

140 46 Lampiran 8. (lanjutan)

141 47 Lampiran 8. (lanjutan)

142 48 Lampiran 8. (lanjutan)

143 49 Lampiran 8. (lanjutan)

144 50 Lampiran 8. (lanjutan)

145 51 Lampiran 8. (lanjutan)

146 52 Lampiran 8. (lanjutan)

147 53 Lampiran 8. (lanjutan)

148 54 Lampiran 8. (lanjutan)

149 55 Lampiran 8. (lanjutan)

150 56 Lampiran 8. (lanjutan)

151 57 Lampiran 8. (lanjutan)

152 58 Lampiran 8. (lanjutan)

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 7 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VANY PRISKILA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA . UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SANNY SUSANTI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI - 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SONYA APRIANI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN WALIKOTA BALIKPAPAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 60 ayat (6),

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 16 JANUARI - 3 FEBRUARI 2012 LAPORAN

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN No 1 Kepala Dinas membantu Walikota melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Kepala Dinas mempunyai tugas : Kepala Dinas mempunyai tugas : a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas; d. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; e. menyelenggarakan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PERMATA

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 08 MARET 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 17 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 5 MEI 22 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI WULANDAH

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN TIPE A KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA UTARA PERIODE 6 JANUARI - 22 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Subang telah dibentuk dengan Peraturan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KESEHATAN JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG : bahwa sebagai

Lebih terperinci

Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah di bidang Kesehatan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah di bidang Kesehatan. LAMPIRAN II : PERATURAN BUPATI BULELENG NOMOR : 54 TAHUN 2015 TANGGAL : 20 Oktober 2015 TENTANG : TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KABUPATEN BULELENG. DINAS KESEHATAN I. TUGAS POKOK. Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 93 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 71 Peraturan

Lebih terperinci

Rencana Strategis. Revisi BAB I PENDAHULUAN

Rencana Strategis. Revisi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada target hasil dalam kurun waktu lima tahun dengan memperhitungkan lingkungan internal dan eksternal.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Petugas P2 Diare (Program Pemberantasan Diare) Puskesmas Payolansek

D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Petugas P2 Diare (Program Pemberantasan Diare) Puskesmas Payolansek URAIAN TUGAS PENANGGUNG JAWAB PROGRAM A. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Penyuluhan Puskesmas Payolansek a. Sebagai coordinator kegiatan promosi kesehatan, penyukuhan kesehatan (PKM) dan peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN BUPATI KABUPATEN JEMBER NOMOR TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

Perda Kab. Belitung No. 17 Tahun

Perda Kab. Belitung No. 17 Tahun PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEGA DEWI SURYANI, S. Farm. 1106047171

Lebih terperinci

DRAFT PER TGL 27 OKT 2008

DRAFT PER TGL 27 OKT 2008 DRAFT PER TGL 27 OKT 2008 BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 38 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi Perusahaan Penulis dalam menyususn skripsi ini melakukan penelitian pada Kantor Suku Dinas Jakarta Barat sebagai objek penelitian yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBRANA Menimbang : a. BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 86 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 5 MEI 22 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI BURU PROVINSI MALUKU PERATURAN BUPATI BURU NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BURU PROVINSI MALUKU PERATURAN BUPATI BURU NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BURU PROVINSI MALUKU PERATURAN BUPATI BURU NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PANDUWI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007 BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG BHINNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Peraturan

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Peraturan WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 1381 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

Perda No. 28 / 2004 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tupoksi Dinas Kesehatan dan UPT Dinas Kesehatan

Perda No. 28 / 2004 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tupoksi Dinas Kesehatan dan UPT Dinas Kesehatan PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bid. Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 2. Staf Ahli Bid. Pembiayaan & Pemberdayaan Masyarakat; 3. Staf Ahli Bid. Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan; 4. Staf Ahli Bid Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN II. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem mempunyai tugas :

LAMPIRAN II. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem mempunyai tugas : 41 LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM Dinas Kesehatan I. KEPALA DINAS Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem mempunyai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci