UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker YODIFTA ASTRININGRUM, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

3 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Prakter Kerja Profesi Apoteker ini Diajukan oleh: Nama : Yodifta Astriningrum, S.Farm NPM : Program Studi : Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Periode 12 Maret 5 April 2012 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia DEWAN PENGUJI Pembimbing : Deden Muliadi, S.Si, Apt. (. ) Pembimbing : Dr. Katrin, MS., Apt. (. ) Penguji : (. ) Penguji : (. ) Penguji : (. ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : ii

4 KATA PENGANTAR Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lembaga Pemerintahan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan ini. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker di Departemen Farmasi Universitas Indonesia untuk mencapai gelar profesi Apoteker. Selain itu Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang berlangsung pada periode 12 Maret 5 April 2012 ini juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Suku Dinas Kesehatan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang diberikan, kepada : 1. Bapak Deden Muliadi, S.Si, Apt., selaku pembimbing di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan pada PKPA di lembaga pemerintahan. 2. Ibu Dr. Katrin, MS., selaku pembimbing dari Departemen Farmasi FMIPA UI. 3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS., selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI. 4. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI. 5. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Departemen Farmasi FMIPA UI. 6. Seluruh staf di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan atas segala bantuan dan dukungan selama penulis melakukan PKPA, 7. Rekan-rekan PKPA di Suku Dinas Kesehatan, teman-teman angkatan LXXIV Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia 8. Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materiil, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini. iii

5 Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat bagi rekanrekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Depok, Juni 2012 Penulis iv

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 3 BAB 2 TINJAUAN UMUM Suku Dinas Kesehtan Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan Struktur Organisasi... 6 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN Koordinator Sumber Daya Kesehatan Dasar Hukum Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Apotek Apotek Rakyat Pedagang Eceran Obat Industri Kecil Obat Tradisional Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan (C/Sub-PAK) Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN v

7 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Lampiran 2 Formulir Permohonan Surat Izin Apotek Lampiran 3 Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek Lampiran 4 Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek Lampiran 5 Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat Lampiran 6 Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional Lampiran 7 Formulir Permohonan Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional Lampiran 8 Formulir Permohonan Izin Cabang/ Sub Penyalur Alat Kesehatan Lampiran 9 Formulir Permohonan Sertifikasi Produksi Pangan Lampiran 10 Contoh Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Kecamatan Tebet Periode September vi

8 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek dalam pembangunan yang pelaksanaanya harus dilaksanakan dengan baik agar tercapai tingkat kesehatan yang optimal dan merata karena setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama, serta bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 36, 2009). Dalam membangun kesehatan masyarakat, pemerintah bertanggung jawab dalam merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Yang dimaksud dengan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Upaya kesehatan tersebut mencakup beberapa aspek, diantaranya, ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat; ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata; ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan; memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan; ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-undang RI No.36, 2009). 1 Universitas Indonesia

9 2 Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom memungkinkan pemerintah daerah untuk mengelola secara mandiri sistem kesehatan yang akan diterapkan untuk memajukan tingkat kesehatan masyarakat di daerahnya, sebagaimana disebutkan bahwa bidang kesehatan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten atau Kota sebagai salah satu bentuk desentralisasi. Dengan adanya sistem otonomi daerah itu pula, maka dalam perwujudan pembangunan kesehatan dibuatlah peraturan daerah tentang sistem kesehatan daerah yang bertujuan agar terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Perda DKI Jakarta No. 4, 2009). Dibentuknya Suku Dinas Kesehatan di tingkat Kota Administratif atau Kabupaten merupakan salah satu perwujudan sistem otonomi daerah tersebut dalam mengelola pembangunan kesehatan dimana Suku Dinas Kesehatan bekerja sama dengan pemerintah untuk mengawasi jalannya pembangunan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas untuk melaksanakan perencanaan, pengendalian dan penilaian program kesehatan masyarakat yang meliputi pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat dan narkotik, psikotropika, zat adiktif lainnya (NAPZA) serta gizi dan pembinaan peran serta masyarakat di Kotamadya. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya tersebut, Suku Dinas Kesehatan memiliki 5 seksi yaitu Subbagian Tata Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan membawahi koordinator farmasi makanan dan minumanyang merupakan salah satu wadah bagi apoteker dalam menjalankan tugas profesinya di lingkup pemerintahan. Dengan melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan ini, mahasiswa program apoteker diharapkan mampu melihat langsung serta memperoleh pengalaman kerja, pengetahuan, gambaran, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran Universitas Indonesia

10 3 apoteker di lingkup pemerintahan. Pelaksanaan Kerja Profesi Apoteker (PKPA) tersebut juga diharapkan dapat membuka wawasan mahasiswa mengenai peran Apoteker dalam melaksanakan tugas profesinya dalam pemerintahan, terutama dalam bidang yang berhubungan dengan farmasi karena Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang mempunyai peranan penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan, khususnya pelayanan kefarmasian (UU No. 36, 2009). 1.2 Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah agar mahasiswa program profesi apoteker FMIPA UI: a. Memahami gambaran umum Suku Dinas Kesehatan beserta peran dan fungsinya. b. Memahami gambaran umum Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK). c. Memahami pelaksanaan tugas dan fungsi koordinator farmasi makanan minuman (farmakmin) di lapangan, baik yang terkait dengan perizinan maupun yang terkait dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan pada lingkup Kota Administrasi Jakarta Selatan. Universitas Indonesia

11 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan Umum Suku Dinas Kesehatan Suku Dinas Kesehatan merupakan unit kerja Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala suku dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah kepala Dinas Kesehatan dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas Kesehatan, serta secara operasional berkedudukan di bawah walikota dan bertanggung jawab kepada walikota (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009b). Suku Dinas Kesehatan yang pembentukannya mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2008 merupakan gabungan dari suku dinas pelayanan kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan masyarakat. Berdasarkan peran dan fungsinya Dinas Kesehatan provinsi berperan sebagai regulator, sedangkan Suku Dinas Kesehatan berperan sebagai auditor. Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat, Suku Dinas Kesehatan mempunyai fungsi (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009b): a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan; c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian. d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar Biasa (KLB). e. Pengendalian pencegahan dan pemberantasan penyakit menular/ tidak menular. f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan perbekalan kefarmasian. g. Pelaksanaan surveilans kesehatan. h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan. 4 Universitas Indonesia

12 5 i. Pengendalian pencapaian standardisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas Kesehatan. k. Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi, perizinan/ rekomendasi/ sertifikasi di bidang kesehatan. l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup kabupaten/ kota administrasi. m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian pada lingkup kabupaten/ kota administrasi. o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana Suku Dinas Kesehatan. p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang. q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan. r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas Kesehatan. s. Penyiapan bahan laporan Dinas Kesehatan kabupaten/ kota yang terkaitdengan tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan. t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas kesehatan Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan Visi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah masyarakat Jakarta Selatan yang mandiri untuk hidup sehat. Sedangkan misi yang diemban oleh Suku Dinas Kesehatan untuk mencapai visi tersebut adalah a. Meningkatkan mutu dan profesionalisme tenaga kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan. Universitas Indonesia

13 6 b. Mengendalikan dan menanggulangi gizi buruk dan penyakit menular, penyakit tidak menular, dan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan. c. Menggalang kemitraan dengan berbagai sektor dan seluruh potensi yang ada di masyarakat. d. Mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sesuai dengan kemajuan teknologi. e. Meningkatkan mutu sistem pemasaran sosial kesehatan yang inovatif. 2.3 Susunan Organisasi Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009, terdiri dari : 1. Kepala Suku Dinas Kepala Suku Dinas selaku pimpinan di Suku Dinas mempunyai tugas sebagai berikut : a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas. b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas subbagian, seksi dan subkelompok jabatan fungsional. c. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas. d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas. 2. Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian tata usaha dipimpin oleh seorang kepala subbagian yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Subbagian tata usaha mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. Universitas Indonesia

14 7 b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Angggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas. d. Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas. e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas. f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan suku dinas. g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja suku dinas. h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor. i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/ pertemuan suku dinas. j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara suku dinas. k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan penerimaan retribusi Suku Dinas Kesehatan. l. Menyiapkan bahan laporan suku dinas yang terkait dengan tugas subbagian tata usaha. m. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) suku dinas. n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas subbagian tata usaha. 3. Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi kesehatan masyarakat merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi kesehatan masyarakat dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Seksi kesehatan masyarakat mempunyai tugas : a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai ruang lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dalam lingkup tugasnya. Universitas Indonesia

15 8 c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelaksanaan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita, dan asuhan keperawatan. d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat. e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi. f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat. g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota administrasi/ kabupaten. h. Melaksanakan manajemen basis data kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi. i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan Pembinaan Peran Serta Masyarakat (PPSM). j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat. l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi kesehatan masyarakat. 4. Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi pelayanan kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi pelayanan kesehatan ini dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Seksi pelayanan kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. Universitas Indonesia

16 9 c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tatalaksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, memanfaatkan, data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan masyarakat. f. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. g. Memberikan rekomendasi/ perizinan sarana pelayanan kesehatan. h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional. i. Melaksanakan siaga 24 jam per Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes). j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan. k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan. l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pelayanan kesehatan. 5. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi pengendalian masalah kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi pengendalian masalah kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggungjawab kepada kepala suku dinas. Seksi pengendalian masalah kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/ Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan. Universitas Indonesia

17 10 d. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji. e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular/ tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/ atau instansi pemerintah/ swasta/ masyarakat. h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi. i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup kabupaten/ kota administrasi. j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan. k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah/ Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian. m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah/ Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum/ air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan/ upaya pemantauan lingkungan. o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan. Universitas Indonesia

18 11 p. Penyajian materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja. q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan. r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan. 6. Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi sumber daya kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Seksi sumber daya kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman. d. Memberikan rekomendasi/ perizinan praktek tenaga kesehatan. e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan. f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan. g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan. h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu. i. Malaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan. j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas. k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. Universitas Indonesia

19 12 l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, dan auditor mutu pelayanan kesehatan. m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana farmasi makanan minuman, yang meliputi industri kecil obat tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo farmasi, dan industri makanan minuman rumah tangga. n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat generik dan persediaan cadangan obat esensial. o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup kabupaten/ kota administrasi. p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi sumber daya kesehatan. r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi sumber daya kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan dibagi menjadi tiga koordinator untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi seksi sumber daya kesehatan. Koordinator yang terdapat pada seksi sumber daya kesehatan adalah koordinator tenaga kesehatan, koordinator pengelola standardisasi mutu kesehatan, dan koordinator farmasi makanan dan minuman. Setiap koordinator memiliki fungsi dan tugas khusus yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas dan seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK). Universitas Indonesia

20 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN 3.1 Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai regulator yang membuat kebijakan, pedoman, maupun persyaratan dalam pelaksanaan hal-hal yang berkenaan dengan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan yang merupakan unit kerja Dinas Kesehatan berperan sebagai auditor terhadap regulasi yang telah dibuat Dinas Kesehatan untuk dilaksanakan oleh subjek atau sasaran regulasi tersebut. Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan peran dan fungsinya mempunyai struktur tertentu sebagaimana diatur oleh Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun Dalam peraturan tersebut Suku Dinas Kesehatan terdiri dari seksi sumber daya kesehatan, seksi pelayanan kesehatan, seksi kesehatan masyarakat, seksi pengendalian masalah kesehatan, dan seksi sumber daya kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan yang secara garis besar mempunyai peran dalam lingkup tenaga kesehatan, mutu kesehatan, serta kefarmasian, makanan, dan minuman, yang dibagi menjadi beberapa koordinator untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi. Koordinator yang terdapat pada seksi sumber daya kesehatan adalah koordinator tenaga kesehatan, koordinator pengelola standardisasi mutu kesehatan, serta koordinator farmasi makanan dan minuman. Setiap koordinator memiliki fungsi dan tugas khusus yang mendukung pelaksanaan tugastugas dan seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK). Koordinator pada seksi SDK yang akan dipaparkan pada bab ini adalah farmasi makanan dan minuman (Farmakmin). Tugas pokok koordinator farmasi makanan minuman adalah: a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) seksi sumber daya kesehatan. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) seksi sumber daya kesehatan. c. Melaksanakan supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana farmakmin seperti apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan, Industri Kecil 13 Universitas Indonesia

21 14 Obat Tradisional (IKOT), Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO). d. Melaksanakan pengelolaan dan layanan perizinan apotek, apotek rakyat, cabang penyalur alat kesehatan, industri kecil obat tradisional, pangan industri rumah tangga, dan pedagang eceran obat. e. Bimbingan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) terhadap sarana pelayanan kesehatan kefarmasian pemerintahan dan swasta. f. Melakukan akreditasi dan pengawasan mutu pelayanan kesehatan. g. Mengendalikan mutu pelayanan kefarmasian klinik. h. Melakukan pengelolaan bidang obat Suku Dinas Kesehatan. i. Melaksanakan pemantauan harga obat generik, dan persediaan cadangan obat esensial. j. Melakukan pengamanan obat, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, makanan, dan minuman. k. Memantau dampak lingkungan. l. Melaksanakan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) puskesmas. m. Pembinaan produsen, distributor dan penggunaan obat, termasuk narkotika, psikotropika dan zat aditif (NAPZA). n. Melaksanakan pengelolaan penyuluhan keamanan pangan serta memberikan sertifikat penyuluhan industri rumah tangga makanan dan minuman. o. Melaksanakan pengelolaan laporan narkotika. p. Pengelolaan terhadap hasil supervisi. q. Melaksanakan pencatatan surat masuk dan keluar serta pendistribusiannya. r. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian komunitas, melalui saran, rekomendasi perbaikan, penilaian, pemberian penghargaan, sanksi dan rehabilitasi terhadap sarana farmasi, makanan, dan minuman. s. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang dilaporkan profesi dan masyarakat. t. Mensosialisasikan perundangan dan program. u. Bekerja sama dalam tim dengan koordinator standardisasi mutu dan koordinator tenaga kesehatan. Universitas Indonesia

22 15 v. Menilai dan mempertanggungjawabkan kinerja. w. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung. 3.2 Dasar Hukum Dasar hukum yang yang menjadi pijakan pelaksanaan peran dan fungsi dari Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yaitu: a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker. f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. h. Peraturan Menteri Kesehatan No. 142/Menkes/Per/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. i. Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. j. Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/2007 tentang Apotek Rakyat. k. Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika. l. Keputusan Menteri Kesehatan No. 497/Menkes/SK/VII/2006 tentang Daftar Obat Esensial Nasional. m. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1331/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan No. 167/Kab/B.VII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat. n. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Universitas Indonesia

23 16 o. Keputusan Menteri Kesehatan No. 2912/B/SK/IX/1986 tentang Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga. p. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 970 tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di Wilayah DKI Jakarta. 3.3 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Setiap orang dan/ atau badan hukum yang menyiapkan, meracik, dan/ atau mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, serta industri rumah tangga yang memproduksi, mengolah, dan mendistribusikan makanan dan minuman, wajib mengajukan perizinan. Perizinan diajukan kepada kepala Dinas Kesehatan, namun dengan adanya otonomi daerah, maka perizinan diajukan ke Suku Dinas Kesehatan kota/ kabupaten administrasi. Perizinan yang dikelola oleh Suku Dinas Kesehatan adalah izin apotek, izin pedagang eceran obat, izin cabang penyalur alat kesehatan, izin industri kecil obat tradisional, dan sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga bagi industri kecil makanan dan minuman. Selain itu, terdapat apotek rakyat yang perizinannya juga diajukan ke Suku Dinas Kesehatan, dimana izin penyelenggaraannya diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284 tahun Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Dalam menjalankan praktek kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian yang merupakan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Pemerintah Republik Indonesia, 2009). Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan, salah satunya adalah apoteker yang merupakan tenaga kefarmasian. Setiap tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi, dimana untuk apoteker adalah Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yang dikeluarkan oleh menteri dan berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun Universitas Indonesia

24 17 apabila memenuhi syarat. Untuk memperoleh STRA, maka persyaratan yang harus dipenuhi adalah : a. Ijazah apoteker. b. Sertifikat kompetensi profesi. c. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/ janji apoteker. d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek. e. Membuat surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Sebelum melaksanakan kegiatan di apotek, apoteker pengelola apotek wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Izin apotek berlaku selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan. Untuk mendapatkan SIA, APA mengajukan surat permohonan SIA kepada kepala suku dinas kabupaten/ kota. SIA diberikan oleh menteri yang mendelegasikan wewenangnya kepada kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ kota (Departemen Kesehatan RI, 2002b). Untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, maka dikeluarkan pemberlakuan pedoman pelayanan kefarmasi di apotek oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Di dalam peraturan ini tercantum persyaratan pendirian apotek. Selain itu, segala bentuk perubahan dalam pengelolaan apotek diharuskan memperbaharui izin Apotek Rakyat Apotek rakyat adalah sarana pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan. Apotek rakyat juga tidak menjual narkotika serta harus mengutamakan obat generik. Pengaturan apotek rakyat bertujuan untuk : a. Pedoman bagi toko obat yang ingin meningkatkan pelayanan dan status usahanya menjadi apotek rakyat. b. Pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan apotek rakyat. c. Melindungi masyarakat untuk dapat memperoleh pelayanan kefarmasian (Departemen Kesehatan RI, 2007). Universitas Indonesia

25 18 Setiap orang atau badan usaha dapat mendirikan apotek rakyat, dimana apotek rakyat harus memiliki izin yang dikeluarkan oleh kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ kota. Setiap apotek rakyat harus memiliki 1 (satu) orang apoteker sebagai penanggung jawab dan dapat dibantu oleh asisten apoteker. Permohonan izin pendirian apotek rakyat diajukan kepada kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ kota dan akan dikeluarkan oleh kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ kota (Departemen Kesehatan RI, 2007) Pedagang Eceran Obat Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 167 Tahun 1972, pedagang eceran obat adalah orang atau badan hukum indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat bebas terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat dapat diusahakan oleh perusahaan negara, perusahaan swasta atau perorangan, dimana pedagang eceran obat menjual obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya secara eceran dan harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrikpabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari menteri kesehatan. Obat-obat bebas terbatas harus disimpan dalam lemari khusus dan tidak boleh dicampur dengan obat-obat atau barang-barang lain (Departemen Kesehatan RI, 2002a). Permohonan perizinan sarana pedagang eceran obat diajukan kepada kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ kota setempat. Penerbitan izin setiap pedagang eceran obat harus disampaikan tembusan oleh kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota kepada menteri, kepala Dinas Kesehatan propinsi serta kepala balai POM setempat (Departemen Kesehatan RI, 2002a). Izin usaha pedagang eceran obat berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung dari mulai tanggal ditetapkan dan 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku izin berakhir harus mengajukan permohonan perpanjangan izin pedagang eceran obat. Penanggung jawab toko obat adalah asisten apoteker yang merupakan penanggung jawab teknis farmasi. Permohonan izin pedagang eceran obat diajukan secara tertulis dan disertai: Universitas Indonesia

26 19 a. Alamat dan denah tempat usaha. b. Nama dan alamat pemohon. c. Nama dan alamat asisten apoteker. d. Fotokopi ijazah, surat pengusaha dan surat izin kerja asisten apoteker. e. Surat pernyataan kesediaan bekerja asisten apoteker sebagai penanggung jawab teknis. Pencabutan izin pedagang eceran obat dilakukan oleh kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ kota dan pemilik izin harus menyerahkan surat izinnya kepada kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ kota (Departemen Kesehatan RI, 2002a) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp ,00 (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Usaha IKOT wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu dilakukan oleh perorangan atau badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, memiliki nomor pokok wajib pajak, dan harus didirikan di tempat yang bebas pencemaran dan tidak mencemari lingkungan (Departemen Kesehatan RI, 1990). Sebelum menjalankan usahanya, pemilik industri obat tradisional ini harus memiliki izin dalam hal sarana dan prasarana industri tersebut. Untuk mendirikan usaha industri kecil obat tradisional diperlukan izin menteri kesehatan. Sebagai penanggungjawab teknis industri kecil obat tradisional adalah seorang apoteker. Industri kecil obat tradisional wajib mengikuti pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) yang ditetapkan oleh menteri kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 1990). Sebelum izin industri kecil obat tradisional diperoleh, terlebih dahulu pemohon harus mengajukan izin prinsip. Persetujuan prinsip ini diberikan kepada pemohon untuk dapat langsung melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi-instalasi peralatan, dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui (Departemen Kesehatan RI, 1990). Universitas Indonesia

27 Cabang Penyalur Alat Kesehatan Cabang penyalur alat kesehatan adalah perwakilan usaha dari penyalur alat kesehatan yang telah mendapatkan izin. Dalam hal ini apabila suatu perusahaan atau distributor besar ingin melaksanakan atau memiliki perwakilan usaha di suatu daerah, perusahaan atau distributor tersebut dapat mengajukan perizinan sub penyalur alat kesehatan kepada Suku Dinas Kesehatan. Kebanyakan usaha penyalur alat kesehatan yang ada saat ini dilakukan oleh perorangan tanpa keberadaan badan usaha yang jelas. Artinya usaha ini dilakukan oleh perorangan tersebut jika mendapatkan suatu tender proyek peralatan kesehatan. Oleh karena itu pembinaan terhadap cabang penyalur alat kesehatan ini harus dilakukan dengan ketat. Segala bentuk perubahan yang terjadi baik fisik maupun non fisik wajib dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan untuk diurus perizinan perubahan tersebut Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Pangan industri rumah tangga adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di lokasi pemukiman dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Dalam menjalankan PIRT ini, perusahaan pangan harus mempunyai Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga atau SPP-IRT. Sesuai Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Makanan RI Nomor HK tanggal 30 April 2003 antara lain tentang Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), SPP-IRT bertujuan untuk: a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perudang-undangan di bidang keamanan pangan. b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen. c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PIRT. Universitas Indonesia

28 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan dalam bentuk pemberian informasi, sosialisasi peraturan, memberi penyegaran, memberikan bimbingan teknis secara langsung ke lapangan maupun tidak langsung untuk meningkatkan konsistensi petugas agar memenuhi persyaratan. Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan (Undang-Undang RI No.36, 2009). Pembinaan yang dilakukan pemerintah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan; memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan; memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan kesehatan, termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan minuman; memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan persyaratan; melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan (Undang-Undang RI No.36, 2009). Bentuk pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah antara lain (Undang- Undang RI No.36, 2009): a. Komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat. b. Pendayagunaan tenaga kesehatan. c. Pembiayaan. Tujuan besar dari pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk melindungi pihak-pihak yang ada maupun terlibat dalam upaya kesehatan. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan, pemerintah dalam hal ini menteri kesehatan dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pihak lain, misalnya lembaga pemerintah non-kementerian, kepala dinas provinsi, dan kepala dinas kabupaten/ kota yang berperan di bidang kesehatan. Pengawasan pada sarana kefarmasian dilaksanakan secara langsung ke sarana farmasi oleh Dinas Kesehatan, Suku Dinas Kesehatan, dan lintas sektor terkait untuk mengetahui apakah Universitas Indonesia

29 22 pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Sedangkan pengendalian dilaksanakan sebagai upaya tindak lanjut dari pengawasan yang dapat berupa sanksi administrasi, berupa teguran, peringatan, sampai pencabutan izin. Suku Dinas Kesehatan kota administrasi melaksanakan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan yaitu melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap teknis pelaksanaan program di kota administrasi misalnya apotek, puskesmas, dan rumah sakit. Suku Dinas Kesehatan kota administrasi dapat memberikan teguran dan pencabutan izin. pembinaan, pengawasan, pengendalian berfungsi untuk memantau proses dan produk-produk layanan di bidang kesehatan secara efektif dan efisien dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dapat dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada. Universitas Indonesia

30 BAB 4 PEMBAHASAN Sistem otonomi yang saat ini diterapkan di Indonesia sesuai Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom menyebabkan pelimpahan sebagian tugas dan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, termasuk dalam masalah pelayanan kesehatan. Sebagai implementasinya, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta mengeluarkan SK Gubernur No. 58 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Kesehatan di tingkat kota administratif. Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administratif Jakarta Selatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas (Kasudin) Kota Administratif Jakarta Selatan, yaitu dr. H. Kurnianto Amien, MM. yang secara teknis administrasi bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengenai segala bentuk kegiatan pelayanan dan pembinaan kesehatan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Selatan. Sedangkan secara teknis operasional, Kasudin bertanggung jawab langsung kepada Walikota Jakarta Selatan mengenai segala bentuk pembiayaan, baik yang pengeluaran maupun pemasukan yang diperoleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Selatan. Dalam melaksanakan kegiatannya, Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Selatan memiliki 5 bagian yaitu Tata Usaha (TU), Seksi Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Seksi Pelayanan Kesehatan (Yankes), Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK), dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan (Pengmas). Secara lengkap, struktur organisasi Sudinkes Kota Administratif Jakarta Selatan dapat dilihat pada Lampiran 1. Setiap bagian tersebut dipimpin oleh seorang kepala seksi yang membawahi beberapa sub-bagian dimana masing-masing sub-bagian dipimpin oleh seorang koordinator, sementara kepala seksi sendiri bertanggung jawab langsung kepada Kasudin. Salah satu bagian yang berkaitan langsung dengan pekerjaan kefarmasian yaitu Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK). Beberapa tugas pokok dari Seksi SDK 23 Universitas Indonesia

31 24 diantaranya menerbitkan izin bagi sarana dan tenaga pelayanan kesehatan di bidang kesehatan dasar, spesialistik, tradisional, serta farmasi, makanan, dan minuman. Untuk sarana pelayanan kesehatan, penanggung jawab sarana terlebih dahulu harus memenuhi kelengkapan persyaratan administrasi sebelum dilakukan peinjauan ke lapangan. Apabila seluruh persyaratan telah terpenuhi, Sudinkes Jakarta Selatan akan menerbitkan izin untuk pendirian sarana pelayanan kesehatan tersebut. Selain itu Sudinkes juga menangani perizinan bagi tenaga kesehatan seperti Surat Izin Kerja (SIK) bagi dokter, Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), dan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) yang sebelumnya merupakan kewenangan dari Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. SDK memiliki tiga sub-bagian dalam melaksanakan tugasnya tersebut, yaitu Tenaga Kesehatan (Nakes), Standarisasi Mutu Kesehatan, dan Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin). Sub-bagian Nakes berperan dalam mengelola, membina, mengatur, dan mendidik tenaga kesehatan dan calon tenaga kesehatan. Sub-bagian Standardisasi Mutu Kesehatan berperan dalam pembuatan standarisasi mutu pelayanan kesehatan, baik internal Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Selatan, maupun eksternal kepada masyarakat. Sedangkan sub-bagian Farmakmin berperan dalam perizinan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan, baik yang dikelola oleh pemerintah, maupun perorangan. Selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan pengamatan terhadap beberapa kegiatan sub-bagian Farmakmin Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Selatan, diantaranya pengelolaan izin apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO); pelaksanaan Binwasdal (pembinaan, pengawasan, dan pengendalian) terhadap sarana pelayanan kesehatan kefarmasian, baik pemerintahan maupun swasta; serta penyuluhan keamanan pangan dimana peserta penyuluhan akan mendapatkan sertifikat sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh izin pendirian PIRT. Sub-bagian Farmakmin juga melakukan pengelolaan laporan narkotika dan psikotropika; pengelolaan gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Selatan; serta penyusunan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Universitas Indonesia

32 25 Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari puskesmas kecamatan dalam wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Kegiatan lain yang dilakukan diantaranya adalah ikut serta pada kegiatan Pelayanan Terpadu (Yandu); mempelajari alur pengadaan dan pelaksanaan pelayanan obat di Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Tebet; inventarisasi daftar PIRT, PEO, dan Apotek baru sejak Januari Maret 2012 di wilayah Kota Administrasi Jakata Selatan; melakukan pendataan sisa stok dan tanggal kadaluarsa dari obat program, obat depkes, dan obat sudinkes yang disimpan di gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Adminsitrasi Jakarta Selatan; dan membuat Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan sebagai salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam pembuatan izin P-IRT. Perizinan bagi sarana kesehatan seperti apotek, apotek rakyat, CPAK, IKOT, P-PIRT, dan PEO, maupun perizinan praktek kerja tenaga kesehatan diajukan melalui Bagian Pelayanan Terpadu (Yandu) di Kantor Walikota Jakarta Selatan. Proses perizinan untuk sarana kesehatan diawali dengan pengajuan pemohon ke loket Yandu. Kemudian pemohon akan mendapatkan formulir yang berisi daftar kelengkapan yang harus dilengkapi sebagai persyaratan, baik kelengkapan dokumen maupun kelengkapan sumber daya sarana kesehatan. Pemohon juga dapat berkonsultasi langsung mengenai proses perizinan yang akan dilakukan. Setelah menyerahkan seluruh persyaratan tersebut, maka petugas akan memeriksa kembali kelengkapannya. Apabila terdapat berkas yang kurang sesuai atau kurang, pemohon diminta untuk memperbaiki atau melengkapi. Formulir permohonan dan kelengkapan persyaratan yang diperlukan dalam pembuatan surat izin dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3 (untuk SIA), Lampiran 5 (untuk PEO), Lampiran 6 dan 7 (untuk IKOT), Lampiran 8 (untuk CPAK), dan Lampiran 9 (untuk P-PIRT). Berkas yang telah diserahkan oleh pemohon di Kantor Yandu Jakarta Selatan kemudian dibawa ke kantor Sudinkes Kota Administratif Jakarta Selatan. Berkas permohonan dengan persyaratan administrasi yang telah lengkap dikirim ke Subbag Tata Usaha untuk pendaftaran surat masuk. Setelah didisposisi oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Selatan, kemudian berkas diserahkan ke bagian SDK sub-bagian Farmakmin. Petugas Farmakmin akan memeriksa kembali Universitas Indonesia

33 26 dokumen tersebut sebelum dilakukan pemeriksaan kelengkapan sumber daya sarana kesehatan dalam bentuk peninjauan lokasi (Penlok). Penlok dilakukan untuk memeriksa kesesuaian persyaratan dokumen tertulis yang diserahkan pemohon dengan kondisi di lapangan. Aspek-aspek yang diperiksa oleh petugas Farmakmin pada proses perizinan apotek mencakup sumber daya manusia yang sesuai persyaratan, keadaan bangunan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung kegiatan, serta kelengkapan dokumen asli. Aspek bangunan yang harus ada meliputi papan nama, bentuk dan luas bangunan serta tata letaknya, kelengkapan ruangan seperti ruang racik, penyerahan resep, administrasi, kamar kerja apoteker, toilet, dan ruang tunggu, serta penerangan, sumber air, ventilasi, dan sanitasi. Kelengkapan lain yang diperiksa yaitu kelengkapan peralatan yang harus ada di sebuah apotek, seperti neraca, mortar, alu, wadah, etiket, kartu stok, buku pelaporan, serta peralatan administrasi lainnya. Pada apotek, aspek tenaga kefarmasian yang disyaratkan adalah adanya apoteker dan asisten apoteker. Data administrasi asli yang harus ada adalah KTP Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Pemilik Sarana Apotek (PSA), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) PSA, Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) atau Surat Penugasan (SP) APA atau Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), Undang-Undang Gangguan (UUG), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau surat sewa, surat keterangan domisili, peta lokasi, denah ruangan beserta ukuran dan fungsi, dan akte perusahaan jika berbentuk badan hukum. Hasil pemeriksaan peninjauan lokasi kemudian dibuat dalam bentuk berita acara pemeriksaan sarana apotek untuk ditindaklanjuti dalam bentuk pemberian izin. Berita acara pemeriksaan sarana apotek dapat dilihat pada Lampiran 4. Apabila selama proses pemeriksaan ada kelengkapan yang kurang sesuai/ belum memenuhi persyaratan, petugas Sudinkes akan meminta pemohon untuk melengkapi persyaratan sebagaimana yang diinginkan dalam jangka waktu maksimal satu bulan, tetapi jika kelengkapan berkas tidak dapat dipenuhi dalam kurun waktu satu bulan, pemohon dianggap mengundurkan diri. Setelah seluruh persyaratan dilengkapi, Surat Keputusan (SK) Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Selatan tentang perizinan penyelenggaraan sarana kesehatan dapat diberikan kepada pemohon. Universitas Indonesia

34 27 Lingkup kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan meliputi sepuluh kecamatan yang masing-masing memiliki puskesmas kecamatan untuk melayani masyarakat. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Cilandak, Tebet, Jagakarsa, Mampang Prapatan, dan Setiabudi. Setiap bulan puskesmas tersebut wajib membuat laporan pemakaian obat dan alat kesehatan kepada Sudinkes Kota Administratif Jakarta Selatan yang tercantum dalam LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) yang berfungsi antara lain sebagai laporan pemakaian obat bulanan, laporan jumlah kunjungan resep, dokumen bukti atau sumber informasi pengeluaran obat, dokumen bukti atau sumber informasi untuk penerimaan obat dan perencanaan kebutuhan obat di puskesmas, sarana untuk monitoring dan evaluasi persediaan dan penggunaan obat, sumber informasi untuk melakukan supervisi dan pembinaan, dan sarana untuk meningkatkan kepatuhan petugas dalam menyampaikan laporan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010). Contoh LPLPO dapat dilihat pada Lampiran 10. Selama periode PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, dilakukan pula pengamatan dan pelaksanaan kegiatan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Tebet. Puskesmas Kecamatan Tebet membawahi 7 puskesmas kelurahan, yaitu Kelurahan Tebet Barat, Tebet Timur, Manggarai, Manggarai Selatan, Menteng Dalam, Bukit Duri, dan Kebon Baru. Puskesmas Kecamatan Tebet terdiri dari beberapa unit pelayanan medis seperti Poli Umum, Poli Anak, Poli Paru, Poli Kulit, Poli Konsultasi, Poli THT, Poli Neurologi/Mata, Poli KIA/KB, Poli Gigi, dan Poli PTM (Penyakit Tidak Menular) yang menangani penyakit diabetes melitus dan komplikasinya. Pelayanan lain yang tersedia bagi masyarakat diantaranya yaitu unit penunjang pelayanan medis seperti laboratorium, radiologi, dan apotek. Demi memberikan pelayanan penuh kepada masyarakat, Puskesmas Kecamatan Tebet menyediakan layanan UGD (Unit Gawat Darurat) yang selalu siaga selama 24 jam, oleh sebab itu pelayanan obat di Apotek Puskesmas Kecamatan Tebet juga berlangsung selama 24 jam. Hal ini dikarenakan berlakunya sistem satu pintu pada pendistribusian obat, termasuk obat untuk pemakaian di ruang UGD. Tenaga Universitas Indonesia

35 28 kesehatan yang terdapat di Instalasi Farmasi Puskesmas Kec.Tebet terdiri dari dua orang apoteker, tiga orang asisten apoteker, dan satu orang juru resep. Puskesmas Kecamatan Tebet merupakan puskesmas dengan jumlah kunjungan terbanyak se-jakarta Selatan berdasarkan banyaknya jumlah kunjungan resep, yaitu +400 resep setiap harinya. Hal tersebut mengharuskan petugas apotek untuk bekerja cepat dan tepat demi memenuhi kepuasan pasien. Untuk itu, dilakukan beberapa hal seperti penyiapan obat suspensi kering yang dilakukan sendiri oleh pasien dengan penjelasan sebelumnya oleh Apoteker/Asisten Apoteker serta disediakannya beberapa kemasan puyer standar anak seperti puyer panas, antibiotik, flu, kembung, dan batuk yang dibedakan berdasarkan berat badan. Jumlah kemasan puyer yang dibuat sebanding dengan jumlah pemakaian rata-rata per hari sehingga stabilitas obat dapat terjaga dengan baik. Pasien dapat menebus resep internal yang ditulis dokter tanpa perlu membayar biaya tambahan di luar biaya administrasi puskesmas. Sedangkan untuk resep ekternal dimana obat tidak tersedia di apotek, pasien dapat menebusnya di apotek luar. Semua resep dokter yang berasal dari unit/poli dilayani, kecuali Obat Anti Tuberkulosis (OAT), serum, dan vaksin karena diberikan dan dijelaskan langsung pada unit yang bersangkutan. Untuk memenuhi kebutuhan obat, diperlukan perencanaan dan pengadaan barang terlebih dahulu. Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi dan penentuan jumlah obat dalam rangka pengadaan obat untuk puskesmas dan subunit pelayanan puskesmas. Perencanaan obat harus dilakukan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang dibutuhkan untuk menghindari kekosongan ataupun kelebihan obat. Perencanaan meliputi ketersediaan obat, reagen untuk tes laboratorium, bahan radiolologi, dan alat kesehatan sesuai dengan anggaran yang tersedia. Perencanaan barang medis untuk penggunaan di puskesmas kecamatan disusun berdasarkan masukan dari dokter tiap poliklinik, data pemakaian obat periode sebelumnya dan masukan dari PBF tentang harga dan informasi ketersediaan obat. Puskesmas Kecamatan Tebet membuat RKO (Rencana Kebutuhan Obat) dengan mengelompokkannya berdasarkan kelas terapi obat agar lebih memudahkan dalam penyesuaian anggaran. Perencanaan obat dilakukan berdasarkan buku DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional) dan Formularium Obat Puskesmas setiap tahunnya untuk persediaan obat di tahun berikutnya. Selain itu, Puskesmas Kecamatan Tebet Universitas Indonesia

36 29 meminta kepada setiap puskesmas kelurahan di wilayahnyanya untuk memberikan daftar obat yang dibutuhkan masing-masing puskesmas kelurahan berdasarkan konsumsi dan pola penyakit, kemudian pengalokasian obat dibuat berdasarkan persentase jumlah kunjungan pasien di masing-masing puskesmas kelurahan. Tiaptiap puskesmas kelurahan mengirimkan LPLPO kepada puskesmas kecamatan sebagai salah satu acuan untuk melakukan pengadaan. Setelah dibuat perencanaan, maka dilakukan pengajuan anggaran kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk memperoleh dana. Bila dana untuk pembelian obat dari pemerintah sudah turun dan disetujui maka puskesmas kecamatan akan mengadakan lelang dalam memenuhi persediaan obat. Pihak pemenang lelang kemudian menyediakan dan mengirimkan barang yang telah disepakati secara berkala. Pengadaan obat di tiap puskesmas kecamatan di Provinsi DKI Jakarta, dilakukan sendiri oleh masing-masing puskesmas. Jika jumlah persediaan obat tidak mencukupi, Puskesmas Kecamatan Tebet berkoordinasi dengan puskesmas kelurahan di wilayahnyanya atau puskesmas kecamatan lain atau dapat juga melakukan permintaan obat ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Pengaturan penyimpanan obat di Puskesmas Tebet dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, disusun secara alfabetis, disimpan pada rak/palet yang telah tersedia, sementara untuk sera, vaksin, dan suppositoria disimpan dalam lemari pendingin. Untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika memiliki lemari khusus yang tersembunyi. Sedian tersebut dirotasi dengan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) dimana obat yang diterima atau kadaluarsa lebih cepat maka digunakan terlebih dahulu. Selain itu, Puskesmas Kecamatan Tebet juga membedakan penyimpanan obat berdasarkan kelas terapinya. Pada masing-masing karton kemasan terluar obat perlu diberikan tanda khusus yang menunjukkan tahun kadaluarsa dan tahun penerimaan barang. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengawasan obat-obat yang hampir dekat tahun kadaluarsanya. Tiap obat maupun alat kesehatan yang tersedia di gudang wajib memiliki kartu stok sebagai alat untuk memantau dan mengetahui jumlah obat yang keluar dan masuk sehingga apabila terjadi penyimpangan terhadap jumlah obat yang tersedia secara fisik dengan jumlah obat dalam laporan jumlah sediaan, maka dapat dengan Universitas Indonesia

37 30 mudah ditelusuri. Pengisian kartu stok dilakukan dengan menuliskan tanggal pengeluaran obat, jumlah barang yang keluar, jumlah barang sisa, nama fasilitas (unit yang membutuhkan) dan tanda tangan dari penanggung jawab gudang. Cara pengambilan obat di Puskesmas Kecamatan Tebet sudah tersusun dengan baik dan teratur sehingga dapat mengurangi terjadinya kesalahan dalam penyerahan obat. Resep obat yang dibawa oleh pasien diletakkan di dalam kotak khusus yang telah disediakan. Terdapat pula wadah-wadah untuk obat yang sering digunakan sehingga petugas tidak perlu kesulitan mengambil obat dari dalam lemari obat. Sistem evaluasi yang dilakukan Puskesmas Kec. Tebet meliputi LPLPO, baik penggunaan pada puskesmas kelurahan, maupun puskesmas kecamatan itu sendiri. Selain itu juga dilakukan rekapitulasi jumlah resep yang dikelompokkan berdasarkan poli yang dikunjungi serta pelayanan yang diberikan seperti Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), Askes (Asuransi Kesehatan), Gakin (Keluarga Miskin), K.S (Kartu Sehat), dan pasien umum. Keterbatasan sumber daya manusia menjadi masalah utama yang dialami oleh Puskesmas Kecamatan Tebet. Besarnya beban kerja yang tidak sebanding dengan jumlah petugas secara tidak langsung mengurangi kepedulian petugas dalam melayani pasien. Selain itu, tidak memadainya luas apotek dan gudang menjadi kendala tersendiri bagi Puskesmas Kecamatan Tebet. Namun demikian, Puskesmas Kecamatan Tebet telah memenuhi standar ISO dengan beberapa sasaran mutu, diantaranya pengadaan sepuluh obat dengan jumlah pemakaian terbanyak harus selalu tersedia, penerapan sistem FEFO dan FIFO secara 100% dimana tidak terdapat obat dengan tanggal kadaluarsa pada bulan berikutnya, dan waktu tunggu obat puyer dan obat jadi kurang dari 25 menit. Universitas Indonesia

38 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Suku Dinas Kesehatan dibentuk berdasarkan pada Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, yaitu merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat. Suku Dinas Kesehatan memiliki tugas pokok dan fungsi dalam upaya pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. b. Seksi Sumber Daya Kesehatan membawahi tiga koordinator yaitu, Koordinator Tenaga Kesehatan, Koordinator Pengelola Standarisasi Mutu Kesehatan dan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin). c. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berkaitan dengan kegiatan perizinan maupun kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Farmasi Makanan Minuman masih menghadapi berbagai kendala yang menyebabkan pelaksanaannya kurang maksimal namun tetap dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan peraturan, baik dalam segi administratif maupun pelaksanaan di lapangan. 5.2 Saran a. Diperlukannya sistem teknologi informasi yang lebih memadai untuk memperlancar sistem pelaporan di Suku Dinas Kesehatan, baik untuk Laporan Narkotika dan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan sebagai sarana informasi pelayanan bagi masyarakat. b. Perlunya meningkatkan pengawasan terhadap laporan yang diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan pelaporan di tingkat koordinasi yang lebih tinggi. c. Mengoptimalkan kegiatan Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian) untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tenaga 31 Universitas Indonesia

39 32 kesehatan maupun pemilik sarana pelayanan kesehatan, farmasi, makanan, dan minuman serta meminimalisir pelanggaran yang terjadi. d. Menambah Sumber Daya Manusia agar meningkatkan kinerja dari Suku Dinas Kesehatan pada umumnya, dan Farmasi, Makanan, dan Minuman pada khususnya. Universitas Indonesia

40 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1972). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 1972 tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 246 Tahun 1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002a). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1331 Tahun 2002 tentang: Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 1972 tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002b). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332 Tahun 2002 tentang: Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922 Tahun 1993 tentang: Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284 tahun 2007 tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2010). Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 33 Universitas Indonesia

41 34 Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009a). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009b). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia. (2000). Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Otonom. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia. (2009b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Universitas Indonesia

42 LAMPIRAN

43 35 Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan KEPALA SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI SUB BAGIAN TATA USAHA SEKSI KESEHATAN MASYARAKAT SEKSI PELAYANAN KESEHATAN SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN SEKSI PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN PUSKESMAS KECAMATAN PUSKESMAS KELURAHAN

44 36 Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek No. Dokumen F-SD-001 No. Revisi 00 No. : Jakarta, Lamp : Hal : Permohonan Surat Izin Apotek. Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan di J a k a r t a Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Apotek dengan data-data sebagai berikut : I PEMOHON : Nama Apoteker :... No. SIK / SP :... No. KTP :... Alamat & No. Telp : Pekerjaan sekarang :... No NPWP :... II APOTEK Nama :... Alamat :... Kelurahan/Kecamatan :... No Telpon :... Provinsi : DKI Jakarta III Dengan : milik sendiri / milik pihak lain. menggunakan sarana Nama Pemilik sarana :... Alamat : No telp. :... No NPWP :... Akta perjanjian : kerjasama No... Diibuat di hadapan : Notaris... di :...

45 37 Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek (lanjutan) No. Dokumen F-SD-001 No. Revisi 00 Bersama permohonan ini kami lampirkan : 1. Data Apoteker Fotocopy KTP Apoteker Pengelola Apotek / APA (Jabodetabek) Fotocopy NPWP APA Pasfoto berwarna uk.4x6 cm 1 lembar F otocopy Surat Izin Kerja / Surat Penugasan Fotocopy Surat Lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA yang berasal dari luar Provinsi DKI Jakarta/ Surat Berhenti dari sarana farmakmin lain bila pernah bekerja di DKI Surat Izin dari Atasan bagi APA yang PNS/ABRI / POLRI 2. Data Pemilik Sarana Apotek ( PSA ) Fotocopy KTP Pemilik Sarana Apotek ( PSA ) / Pimpinan Perusahaan Fotocopy NPWP Pasfoto berwarna uk.4x6 cm ( 1 lembar ) 3. Fotocopy Akte Perusahaan bila berbentuk badan hukum yang telah terdaftar di Depkeh dan HAM RI 4. Salinan Akte Perjanjian kerjasama antara APA dan PSA / SK pengangkatan bagi perusahaan BUMN. 5. Fotocopy IMB yang telah dilegalisir ( Kecuali Bagi sarana yang berada di Perkantoran,Pertokoan,Mall dan Pasar ) dan perjanjian sewa menyewa/ Kontrak 6. Foto copy Undang-undang Gangguan (UUG) dari Dinas Tramtib yang telah dilegalisir ( Kecuali Bagi sarana yang berada di Perkantoran,Pertokoan,Mall dan Pasar ) 7. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak bekerja pada perusahaan Farmasi lain diatas Materai Rp 6000,-. 8. Surat pernyataan APA yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku diatas materai Rp.6.000,- 9. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak melakukan penjualan Narkotika, Obat Keras Tertentu tanpa resep di atas Materai Rp 6000,- 10. Surat Pernyataan Pemilik Sarana Apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang Farmasi / obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di atas Materai Rp 6000,- 11. Peta lokasi & Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya 12. Struktur Organisasi dan Tata Kerja / Tata Laksana 13. Rencana jadwal buka Apotek 14. Daftar Ketenagaan berdasarkan pendidikan 15. Kelengkapan Asisten Apoteker / D3 Farmasi Surat Izin Asisten Apoteker

46 38 Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek (lanjutan) No. Dokumen F-SD-001 No. Revisi 00 Fotocopy KTP Surat Pernyataan Bersedia Bekerja Diatas Materai Rp 6000,- 16. Daftar peralatan peracikan Obat 17. Daftar Buku Pustaka 18. Perlengkapan Administrasi Contoh Etiket Kartu Stock Copy resep, Blanko SP &blanko faktur Form Laporan Narkotika 19. Rekomendasi ISFI Jakarta Selatan Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuannya kami ucapkan terima kasih. Pemohon, Apoteker Pengelola Apotek Materai 6000 (...)

47 39 Lampiran 3. Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek No. Dokumen F-SD-002 No. Revisi 00 Persyaratan Permohonan Izin Apotek Nama Apotek Alamat Apotek :. : Jl. No RT/RW. Kel Kec Kodya Jakarta Selatan. Telp.. No Jenis Persyaratan Ada Tidak Keterangan 1 Permohonan Izin 2 Data Apoteker : Fotocopy KTP Jabodetabek Fotocopy NPWP Fotocopy Surat Izin Kerja / Surat Penugasan Pas foto berwarna uk 4 x 6 (1 lembar) Fotocopy Surat Lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA dari luar Provinsi DKI Jakarta./ Surat Keterangan berhenti dari sarana Farmasi lain bagi yang bekerja di DKI Jakarta Surat Izin dari Atasan bagi PNS/ABRI 3 Data-data Pemilik Sarana Apotek (PSA) / Pimpinan Perusahaan Fotocopy KTP Fotocopy NPWP Pasfoto berwarna uk 4 x 6 ( 1 lembar ) 4 Fotocopy Akte Perusahaan bila berbentuk badan hukum yang telah terdaftar di Depkeh dan HAM RI 5 Akte Perjanjian kerjasama Antara APA dan PSA / SK Pengangkatan bagi Perusahaan BUMN (Salinan / Fotocopy yang sudah dilegalisir 6 Fotocopy IMB yang telah dilegalisir (kecuali bagi sarana yang berada di Perkantoran, Pertokoan, Mall, Pasar ) dan perjanjian sewa menyewa / kontrak 7 Fotocopy Undang-undang Gangguan(UUG) dari Dinas Trantib Propinsi DKI Jakarta yang telah dilegalisir (kecuali bagi sarana yang berada diperkantoran, Pertokoan, Mall, Pasar)

48 40 Lampiran 3. Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek (lanjutan) 8 Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak bekerja pada perusahaan Farmasi lain diatas Materai Rp 6000,-. 9 Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku diatas materai Rp.6.000,- 10 Surat Pernyataan Pemilik Sarana Apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang Farmasi / obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di atas Materai Rp 6000,- 11 Peta lokasi dan denah ruangan serta fungsi dan ukurannya 12 Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak melakukan penjualan Narkotika, Obat Keras Tertentu tanpa resep di atas Materai Rp 6000,- 13 Struktur Organisasi dan Tata Kerja / Tata Laksana 14 Rencana jadwal buka Apotek 15 Kelengkapan Asisten Apoteker / D3 Farmasi Fc Surat Izin Kerja / Surat Izin Asisten Apoteker Fotocopy KTP Surat Pernyataan bersedia bekerja diatas Materai Rp. 6000,- 16 Daftar peralatan peracikan obat 17 Daftar Buku Pustaka 18 Perlengkapan Administrasi Etiket, Kartu Stock, Copy resep Blanko SP Formulir Laporan Narkotika Kwitansi 19 Sertifikat Kompetensi Apoteker 20 Rekomendasi ISFI Jakarta Selatan No. Dokumen F-SD-002 No. Revisi 00 Jakarta,. Yang Menyerahkan, Petugas Yang Menerima, ( ) ( )

49 41 Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek No. Dokumen : F-SD-003 No. Revisi : 00 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN Jl. Radio I No. 8 Kebayoran Baru Telp , , Fax JAKARTA KODE POS: BERITA ACARA PEMERIKSAAN SARANA APOTEK SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN Pada hari... tanggal... bulan... tahun... kami yang bertandatangan di bawah ini sesuai dengan Surat Tugas Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Adminitrasi Jakarta Selatan No.... telah melakukan pemeriksaaan setempat terhadap: I. DATA APOTEK Nama Apotek :... Alamat :... Kel.... Kec.... Telp.... Kotamadya/Provinsi : Jakarta Selatan/DKI Jakarta Nama APA :... Nama PSA :... Pemeriksaan ini dilakukan adalah sebagai persyaratan untuk memperoleh izin mendirikan Apotek dengan hasil sebagai berikut: II. DATA ADMINISTRASI 1. Fc Akte Perusahaan : sesuai asli / tidak 2. Fc KTP Apoteker Pengelola Apotek (APA) : sesuai asli / tidak 3. Fc NPWP dari APA : sesuai asli / tidak 4. Fc Surat Izin Kerja/Surat Penugasan APA : sesuai asli / tidak 5. Fc KTP Pemilik Sarana Apotek (PSA) : sesuai asli / tidak 6. Fc NPWP dari PSA : sesuai asli / tidak 7. Fc UUG dari Dinas Tramtib Provinsi DKI Jakarta : sesuai asli / tidak 8. Fc IMB/Surat Sewa : sesuai asli / tidak 9. Fc Surat Keterangan Domisili : sesuai asli / tidak 10. Peta lokasi : sesuai / tidak 11. Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya : sesuai / tidak

50 42 Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek (lanjutan) No. Dokumen : F-SD-003 No. Revisi : 00 I. BANGUNAN 1. Sarana Apotek Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi 2. Bangunan apotek sekurang-kurangnya memiliki ruangan khusus untuk: a) Ruang peracikan Ada/Tidak b) Penyerahan resep Ada/Tidak c) Ruang administrasi Ada/Tidak d) Kamar kerja Ada/Tidak Apoteker e) WC Ada/Tidak f) Ruang tunggu Ada/Tidak 3. Kelengkapan bangunan calon Apotek: a) Sumber air Harus memenuhi persyaratan kesehatan b) Perorangan Harus cukup terang, sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotek c) Alat pemadam kebakaran HASIL PEMERIKSAAN Rincian Persyaratan Kenyataan Harus berfungsi dengan baik sekurang-kurangnya dua buah d) Ventilasi Yang baik serta memenuhi persyaratan hygiene lainnya e) Sanitasi Harus baik serta memenuhi persyaratan hygiene lainnya: Saluran pembuangan limbah: Tempat pembuangan sampah: 4. Papan nama Berukuran minimal: panjang: 60 cm lebar: 40 cm dengan tulisan - hitam diatas dasar putih - tinggi huruf minimal: 5 cm - tebal: 5 cm II. PERLENGKAPAN 1. Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan Sumur/PAM/sum ur pompa, dll PLN/generator Petromak, dll buah dengan ukuran lb jendela buah AC Ada/Tidak Ada/Tidak buah Berukuran: Panjang:.. cm Lebar: cm Dengan tulisan: Penilaian TMS MS

51 43 Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek (lanjutan) a. Timbangan miligram dengan anak timbangan yang sudah ditera b. Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah minimal 1 set Tgl tera: minimal 1 set Tgl tera No. Dokumen : F-SD-003 No. Revisi : 00 Ada/Tidak Ada/Tidak ditera c. Perlengkapan lain Sesuai kebutuhan 2. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi: a. Lemari & rak obat Sesuai kebutuhan.. buah b. Lemari pendingin minimal 1 buah Ada/Tidak c. Lemari narkotik minimal 1 buah Ada/Tidak d. Lemari psikotropik minimal 1 buah Ada/Tidak 3. Wadah pengemas a. Etiket Sesuai kebutuhan Ada/Tidak b. Wadah pengemas Sesuai kebutuhan Ada/Tidak 4. Alat administrasi a. Blangko pesanan obat Sesuai kebutuhan Ada/Tidak b. Blangko kartu stock obat Sesuai kebutuhan Ada/Tidak c. Blangko salinan resep Sesuai kebutuhan Ada/Tidak d. Blangko kwitansi Sesuai kebutuhan Ada/Tidak e. Blangko nota penjualan Sesuai kebutuhan Ada/Tidak f. Buku pencatatan Sesuai kebutuhan Ada/Tidak narkotika g. Form laporan narkotika Sesuai kebutuhan Ada/Tidak 5. Buku Wajib - Farmakope Indonesia - Ada/Tidak - Kumpulan Peraturan Per- - Ada/Tidak UU yang berhubungan dengan Apotek III. TENAGA - - KESEHATAN 1. Apoteker Pendamping orang 2. Asisten Apoteker orang

52 44 Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek (lanjutan) No. Dokumen : F-SD-003 No. Revisi : 00 Kesimpulan: Demikianlah Berita Acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab. Jakarta, / /2012 Pimpinan/Apoteker Pengelola Apotek ( ) Yang membuat berita acara, 1. Nama : NIP : 2. Nama : NIP : 3. Nama : NIP :

53 45 Lampiran 5. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat No. Dokumen F-SD-028 No. Revisi 00 Nomor : Jakarta, Lamp : Hal : Permohonan Izin Kepada Pedagang Eceran Obat Yth, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administarsi Jakarta Selatan di Jakarta Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin,pedagang Eceran Obatdengan data-data sebagai berikut : Nama Pemilik :... Alamat / Telepon : Nama Toko Obat :... Alamat Toko Obat : Nama AA P. Jawab :... Nomor S.I.K/ SIAA :... Alamat / telepon : Sebagai pertimbangan bersama ini kami lampirkan surat-surat sebagai berikut : 1. Foto Copy KTP Pemohon (Jabodetabek) / Pemilik Toko Obat 2. Akte pendirian perusahaan bila berbentuk badan hukum yang disahkan terdaftar pada Menkeh HAM. 3. Gambar Denah Lokasi Tempat Usaha dan Denah ruangan [ Toko ] 4. Foto Copy Ijazah yang dilegalir &SIAA yang masih berlaku. 5. Surat Pernyataan Kesediaan Bekerja sebagai A.A Penanggung Jawab teknis pada Toko Obat diatas materai Rp 6.000,- 6. Fotocopy Tanda Bukti Pemilikan Tempat / status bangunan tempat usaha milik sendiri lampirkan sertifikat dan bila sewa minimal 2 (dua) tahun dengan melampirkan surat sewa dan fotocopy KTP pemilik

54 46 Lampiran 5. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat (lanjutan) No. Dokumen F-SD-028 No. Revisi Foto Copy SIUP [TDUP] ( Bila Bentuk Badan Hukum ) 8. Fotocopy NPWP Pemilik 9. Surat Pernyataan Tidak Akan Menjual Obat Daftar G dan Tidak Melayani Resep Dokter. 10. Pasphoto berwarna Pemohon dan AA Penanggung jawab (@ 2 Lembar), uk 4 x 6 Demikian permohonan ini kami buat dengan sebenarnya dengan harapan dapat dikabulkan AA Penanggung Jawab Hormat kami, Cap / Stempel. Materai (...)

55 47 Lampiran 6. Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional No. Dokumen F-SD-036 No. Revisi 00 Nomor : Jakarta, Lamp : Hal : Permohonan Persetujuan Kepada Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan di J a k a r t a Dengan Hormat, Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional dengan data data sebagai berikut : 1. Pemohon. a. Nama Pemohon : b. Alamat dan Nomor Telp : c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : 2. Perusahaan a. Nama Industri Kecil Obat Tradisional : b. Alamat dan Nomor Telp : c. Nomor Akte pendirian perusahaan : (yang telah disahkan oleh Depkeh atau Akte Koperasi yang telah disahkan oleh Dep.Koperasi) d. Luas Tanah tersedia : m 2 e. Lahan tersebut diperuntukkan Industri: Ya/ Tidak/ Belum ditetapkan 3. Penanggung Jawab Teknis a. Nama : b. No SIK/ SP : 4. Rencana Produksi No Bentuk Sediaan Kapasitas Produksi Pertahun

56 48 Lampiran 6. Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional (Lanjutan) No. Dokumen F-SD-036 No. Revisi 00 5 Total asset diluar harga bangunan dan tanah Rp... (terbilang :... ) Bersama permohonan ini disertai lampiran-lampiran diperlukan : 1. Foto copy Akte Pendirian Perusahaan/Koperasi 2. Fotocopy KTP pemilik 3. Fotocopy KTP dari Apoteker dan Penanggungjawab Teknis (Jabodetabek) 4. Fotocopy Ijasah Apoteker 5. Foto copy SIK/ SP Apoteker (bila telah ada ) 6. Rekomendasi ISFI Jakarta Selatan 7. Foto copy surat lolos butuh bagi Apoteker dari luar provinsi DKI Jakarta. 8. Fotocopy surat Ijin Industri Kecil Obat tradisional dari Sudin Perindag 9. Surat pernyataan tidak bekerja pada perusahaan farmasi lain diatas materei Rp Surat Perjanjian Kerjasama Antara Apoteker dengan Pihak Perusahaan diatas materai Rp.6.000,- 11. Foto copy NPWP. Perusahaan 12. UUG yang telah dilegalisir untuk industri kecil obat tradisional 13. Fotocopy IMB yang telah dilegalisir dan bila sewa lampirkan surat sewa menyewa minimal 3 ( tiga ) tahun. 14. Surat pernyataan pengolahan limbah diatas materei Rp Demikianlah keterangan tersebut diatas dibuat dengan sebenarnya, atas Perhatiannya dan persetujuan Bapak kami sampaikan terima kasih. Hormat Kami ( ) Direktur cap/ Stempel perusahan Materai 6000

57 49 Lampiran 7. Formulir Permohonan Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional No. Dokumen F-SD-033 No. Revisi 00 Nomor : Jakarta, Lamp : Hal : Permohonan Izin Usaha Industri Kepada Kecil Obat Tradisional Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan di J a k a r t a Dengan Hormat, Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin UsahaIndustri Kecil Obat Tradisional dengan data data sebagai berikut: I. UMUM 1. Nama Pemohon 2. Jabatan 3. Alamat dan Nomor Telp 4. Nama Badan Hukum ( bagi yang berstatus Badan Hukum ) 5. Nama Industri Kecil Obat Tradisional 6. Alamat perusahaan dan Nomor Telp 7. Nama Penanggung Jawab Teknis 8. No SIK / SP II. INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL YANG DIMOHON : 1. Lokasi dan luas tanah a. Lokasi Industri : ( ) Lahan Peruntukan Industri : ( ) Estate Industri : ( ) Daerah Perumahan : ( ) Daerah lainnya b. Alamat Industri Kecil Obat Tradisional : c. Luas tanah : 2. a. Bentuk Obat tradisional : ( ) Parem ( ) Rajangan ( ) Kapsul ( ) Tapel ( ) Pil ( ) Cairan Obat Dalam ( ) Salep ( ) Pastilles ( ) Cairan Obat Dalam ( ) Pilis ( ) Serbuk b. Mesin dan peralatan/ perlengkapan : (dalam lampiran tersendiri)

58 50 Lampiran 7. Formulir Permohonan Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional (Lanjutan) No. Dokumen F-SD-033 No. Revisi Jadwal waktu penyelesaian bangunan penanganan peralatan : a. Bangunan Industri selesai pada bulan... Tahun... b. Mulai Produksi bulan..... Tahun III. TENAGA KERJA Penggunaan tenaga kerja Indonesia : Tenaga Apoteker : Tenaga Asisten Apoteker : Tenaga Produksi lainnya : Tenaga Pemasaran / Administrasi : IV. NILAI INVESTASI Nilai Investasi : Rp... (Terbilang :...) V. PEMASARAN 1. Dalam Negeri : 2. Luar Negeri : 3. Merek Dagang ( Jika ada ) : VI. Sumber daya Energi Yang dipakai : Bersama permohonan ini disertai lampiran-lampiran diperlukan : 1. Fotocopy persetujuan prinsip 2. Peta lokasi 3. Denah ruangan serta ukurannya 4. Tata Cara Pengolahan serta Pengemasan 5. Daftar Alat Laboratorium 6. Daftar Buku Peraturan Per-UU dibidang Farmasi dan lain-lain. 7. Daftar Mesin dan peralatan /perlengkapan. Demikianlah keterangan tersebut diatas dibuat dengan sebenarnya, atas perhatiannya dan persetujuan Bapak kami sampaikan terima kasih. Materai 6000 Hormat Kami, ( ) Direktur

59 51 Lampiran 8. Formulir Permohonan Izin Cabang/ Sub Penyalur Alat Kesehatan Jakarta, No : Lamp : Hal : Permohonan Persetujuan Pendirian Kepada Cab/Sub Penyalur Alat Kesehatan Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan di J a k a r t a. Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Persetujuan Pendirian Cab/Sub Penyalur Alat Kesehatan dengan data-data sbb : 1. PEMOHON Nama Direktur UPAK Pusat : Alamat dan no. telp : No Izin Usaha PAK Pusat : 2. CABANG / SUB PAK Nama Cab / Sub PAK : Alamat Kantor & No. telp. : Alamat Gudang dan No. telp : Nama Pimpinan Cab/Sub PAK : Nama Penanggung Jawab teknis : No. Dokumen F-SD-025 No. Revisi 00 Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan sbb : 1. Surat Penunjukkan dari UPAK sebagai Sub/Cab PAK diatas Materai Rp 6000,-. 2. Fotocopy Izin UPAK Pusat. 3. Fotocopy Akte Notaris Badan hukum dan fotocopy pengesahan dari Dep Kehakiman dan HAM bila berbentuk badan hukum Cabang/Sub PAK 4. Denah bangunan kantor /ruangan beserta ukuran dan fungsi 5. Peta Lokasi.. 6. Fotocopy SIUP Cabang/Sub PAK atau Surat Pernyataan akan melengkapi SIUP diatas materai Rp 6000,- 7. Fotocopy NPWP Perusahaan Cabang/Sub PAK. 8. Fotocopy Undang-undang Gangguan Cabang/Sub PAK yang telah dilegalisir ( kecuali sarana yang berada didalam Pertokoan, Perkantoran, Mall, Pasar ).

60 52 Lampiran 8. Formulir Permohonan Izin Cabang/ Sub Penyalur Alat Kesehatan (lanjutan) No. Dokumen F-SD-025 No. Revisi Fotocopy IMB yang telah dilegalisir ( Kecuali Bagi sarana yang berada di Perkantoran,Pertokoan,Mall dan Pasar ) dan perjanjian sewa menyewa 10. Fotocopy KTP Pemohon/ Pimpinan Cabang/Sub PAK. 11. Surat Pernyataan bersedia bekerja sebagai penanggung jawab teknis di atas Materai Rp 6000,- 12. Fotocopy Ijazah dari Penanggung Jawab teknis 13. Fotocopy KTP Penanggung Jawab Teknis (Jabodetabek). Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan bapak kami sampaikan terima kasih. Perusahaan Yang ditunjuk Cap Perusahaan Direktur Sub/ Cabang PAK Materai 6000 Pemohon, Direktur UPAK Pusat

61 53 Lampiran 9. Formulir Permohonan Sertifikasi Produksi Pangan No. Dokumen F-SD-038 No. Revisi 00 Nomor : Jakarta Lampiran : Hal : Permohonan Sertifikat Kepada Produksi Pangan Yth.Kepala Suku Dinas Kesehatan Industri Rumah Tangga Kota Administrasi Jakarta Selatan di Jakarta Yang bertanda tangan di bawah ini saya Nama Pemilik Nama Perusahaan Alamat / telepon Nama Penanggung Jawab Alamat / telepon :. :. :. :. :. Sebagai pertimbangan bersama ini kami lampirkan surat-surat sebagai berikut : Hormat kami Cap Perusahaan Data Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga Data Produk makanan/minuman Peta Lokasi Tempat Usaha Denah Ruangan beserta ukuran Rancangan etiket / label Foto Copy KTP Penanggung jawab / Pemilik (Jabodetabek) Pasfoto berwarna Pemohon/ Penanggung Jawab 3 x 4 (2lembar) Surat TandaPendaftaran Industri Kecil bagi perusahaan yang memiliki Modal Peralatan lebih dari Rp / Surat keterangan bila modal peralatan kurang dari Rp Surat Keterangan penunjukan, bila repacking Copy Tanda Bukti Pemilik Tempat / status bangunan tempat usaha milik sendiri (lampirkan sertifikat) dan bila sewa minimal 2 (dua) tahun dengan melampirkan surat sewa dan fotocopy KTP pemilik Sertifikat Keamanan Pangan (Mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan) Demikianlah permohonan ini kami buat dengan sebenarnya dengan harapan dapat dikabulkan. Materai 6000

62 Lampiran 10. Contoh Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Kecamatan Tebet Periode September 2011 LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT KODE PUSKESMAS : PUSKESMAS : TEBET KECAMATAN : TEBET KOTA ADMINISTRASI : JAK-SEL PROPINSI : DKI JAKARTA BULAN : Sep-11 KODE NAMA OBAT SATUAN STOK AWAL PENERIMAAN PERSEDIAAN PEMAKAIAN JUMLAH AIR RAKSA DENTAL USE BTL ALAT SUNTIK SEKALI PAKAI 2,5 ML SET ALAT SUNTIK SEKALI PAKAI 5 ML SET ALBENDAZOL TABLET 400 MG TAB ALOPURINOL TABLET 100 MG TAB AMINOFILIN INJEKSI 24 MG/ML -10 ML AMP AMINOFILIN TABLET 200 MG TAB AMITRIPTILIN HCL TABLET SALUT TAB AMOKSILIN KAPSUL 250 MG KAP AMOKSILIN SIRUP KERING 125 MG/ BTL AMPISILIN KAPLET 500 MG KAPL AMPISILIN SIRUP KERING 125 MG/5 ML BTL

63 Lampiran 10 (lanjutan). Contoh Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Kecamatan Tebet Periode September ANTIFUNGI DOEN KOMBINASI POT ANTIHEMOROID DOEN KOMBINASI SUP ANTIMIGRAIN DOEN KOMBINASI TAB ANTIPARKINSON DOEN TAB.KOMB. TAB AQUA PROINJEKSI STERIL,BEBAS-PIROGEN AMP AQUADEST STERIL BTL ASAM ASKORBAT (VIT.C) TAB.250 MG TAB ASAM ASKORBAT (VIT.C)TAB.50 MG TAB ASAM KLORIDA 0,1 N BTL ASAM SULFOSALISILAT 20% BTL ASETOSAL TABLET 100 MG TAB ASETOSAL TABLET 500 MG TAB ATROPIN SULFAT INJEKSI 0,25 MG. AMP ATROPIN SULFAT TABLET 0,5 MG TAB ATROPIN SULFAT TETES MATA 0,5% BTL BENZATIN BENZIL PENISILIN INJEKSI VIAL BENZATIN BENZIL PENISILIN INJEKSI VIAL BESI SYRUP BTL BETAMETASON KRIM 0,1 % TUBE CATGUT/BENANG BEDAH NO.2/0 - SAK DAPSON TABLET 100 MG TAB DEKSAMETASON INJ.5 MG/ML-1 ML AMP DEKSAMETASON TABLET 0,5 MG TAB DEKSTRAN 70-LARUTAN 6% STERIL BTL DEKSTROMETORFAN HBR SIRUP BTL DEKSTROMETORFAN HBR TABLET TAB

64 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 REKAPITULASI LAPORAN BULANAN DATA KESAKITAN (LB 1) DAN LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT (LPLPO) PUSKESMAS KECAMATAN KEBAYORAN LAMA DAN JAGAKARSA PERIODE JUNI 2011 FEBRUARI 2012 YODIFTA ASTRININGRUM, S. Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

65 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN... iv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 3 BAB 2 TINJAUAN KHUSUS Suku Dinas Kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat Upaya Kesehatan Puskesmas Puskesmas di Kota Administrasi Jakarta Selatan Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)... 9 BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN ii

66 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 10 Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Periode Juni 2011-Februari Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Periode Juni 2011-Februari Jenis Obat Dengan Penggunaan Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Periode Juni 2011-Februari Jenis Obat Dengan Penggunaan Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Periode Juni 2011-Februari iii

67 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Puskesmas kecamatan di Kota Administrasi Jakarta Selatan dan puskesmas kelurahan yang berada dalam ruang lingkupnya Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Periode Juni 2011-Februari 2012 Berdasarkan Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Periode Juni 2011-Februari 2012 Berdasarkan Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) Jenis Obat Dengan Penggunaan Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Periode Juni 2011-Februari 2012 Berdasarkan Data LPLPO Jenis Obat Dengan Penggunaan Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Periode Juni 2011-Februari 2012 Berdasarkan Data Laporan LPLPO iv

68 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 disebutkan bahwa kesehatan merupakan hak setiap manusia. Oleh karena itu, sebagai salah satu unsur kesejahteraan, kesehatan masyarakat harus diwujudkan sesuai dengan yang dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut. Pembangunan dalam bidang kesehatan harus dilaksanakan dengan baik agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 36, 2009). Dalam membangun kesehatan masyarakat, pemerintah bertanggung jawab dalam merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Yang dimaksud dengan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Dengan adanya sistem otonomi daerah, maka pemerintahan daerah diberikan kewenangan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di wilayahnya melalui Suku Dinas pelayanan kesehatan (sudin yankes) dan suku dinas kesehatan masyarakat (sudin kesmas) sesuai Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang kemudian digabung menjadi Suku Dinas Kesehatan berdasarkan Perda Nomor 10 tahun Suku dinas kesehatan yang terdapat di setiap kota administrasi di DKI Jakarta, termasuk Jakarta Selatan, memiliki peranan dan tanggung jawab dalam perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 150, 2009). 1 Universitas Indonesia

69 2 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah bentuk tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan fasilitas untuk pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat merupakan salah satu sarana yang diawasi oleh pemerintah melalui Suku Dinas Kesehatan. Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Sudinkes diantaranya pengawasan dalam penggunaan sediaan farmasi dan jenis penyakit yang banyak diderita di setiap wilayah. Setiap Puskesmas melaporkan penggunaan obatnya dalam suatu Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang kemudian akan direkapitulasi dan dikendalikan oleh Seksi Farmasi Makanan dan Minuman. Sementara untuk pelaporan kasus penyakit, setiap Puskesmas melaporkannya dalam Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) yang akan ditangani oleh Seksi Kesehatan Masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat bertanggung jawab untuk menghimpun, mengolah, menyajikan, dan mengembangkan data dan informasi dalam upaya menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat melalui rekapitulasi LB. Kedua bentuk laporan tersebut digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan jalannya penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat, pengendalian dan pengawasan terhadap ketersediaan kefarmasian, serta pengawasan dan pengendalia terhadap penyakit. Dalam melaksanakan tugas pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap kesehatan masyarakat tersebut dibutuhkan perananan sumber daya kesehatan, salah satunya adalah Apoteker. Oleh karena itu, mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) sebagai calon Apoteker harus dapat memahami mengenai analisa terhadap Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap ketersediaan kefarmasian melalui tugas khusus rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) ini. Universitas Indonesia

70 3 1.2 Tujuan a. Mengetahui sistem dan tujuan pelaporan Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) dan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). b. Mengetahui data 10 jenis penyakit dari Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) yang paling banyak terjadi di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama dan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan pada periode Juni Februari c. Mengetahui data 10 jenis obat dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang paling banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama dan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan pada periode Juni 2011-Februari Universitas Indonesia

71 BAB 2 TINJAUAN KHUSUS 2.1. Suku Dinas Kesehatan Suku dinas kesehatan (Sudinkes) merupakan unit kerja dinas kesehatan yang dibentuk untuk melaksanakan upaya kesehatan masyarakat di tingkat kota administrasi untuk wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan bahwa di setiap Kota Administrasi atau Kabupaten Administrasi dibentuk Suku Dinas Kesehatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas. Kepala Suku Dinas Kesehatan secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Suku Dinas Kesehatan merupakan penggabungan dari 2 (dua) suku dinas yaitu Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dan Suku Dinas Pelayanan Kesehatan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Secara umum, Suku Dinas Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas dalam melaksanakan perencanaan, pengendalian dan penilaian program kesehatan masyarakat yang meliputi pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat dan narkotik, psikotropika, zat adiktif lainnya (NAPZA) serta gizi dan pembinaan peran serta masyarakat di Kotamadya. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Sudinkes mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Perencana program dan rencana operasional pelayanan kesehatan masyarakat, b. Sosialisasi peraturan perundangan tentang pelayanan kesehatan masyarakat, program dan rencana operasional Suku Dinas Kesehatan Masyarakat, c. Pengendalian pelaksanaan operasional program kegiatan Kesehatan Masyarakat di wilayahnya, d. Penilaian efektifitas hasil pelaksanaan program Kegiatan Kesehatan Masyarakat di lingkungan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat 4 Universitas Indonesia

72 Pusat Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128/menkes/SK/2/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Pengadaan Puskesmas ini bertujuan untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Konsep kesatuan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas yang merupakan unit pelaksana kesehatan tingkat pertama (primary health care). Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok (basic health services) yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas (Departemen Kesehatan RI, 2006b). Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan, dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas memiliki fungsi sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer, dan pusat pelayanan kesehatan perorangan primer (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Salah satu fungsi puskesmas yaitu sebagai pusat pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu untuk meningkatkan kehidupan masyarakat sehat. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Ada 18 kegiatan pokok puskesmas, antara lain upaya pengobatan, upaya penanggulangan kecelakaan, upaya peningkatan gizi, Universitas Indonesia

73 6 penyuluhan kesehatan masyarakat, dan pencatatan serta pelaporan kerangka sistem informasi kesehatan. Program upaya pengobatan di puskesmas bertujuan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga tingkat ketersediaan obat pada semua unit pelayanan yang ada di wilayahnya. Penilaian dan pengevaluasian penggunaan obat di puskesmas dilakukan melalui suatu prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan pedoman pencatatan dan pelaporan yang digunakan sebagai standar bagi puskesmas untuk mencatat dan melaporkan obat-obatan. Pelaporan dan pencatatan dilakukan oleh setiap puskesmas di tingkat kelurahan dan kecamatan. Puskemas kelurahan mengirimkan laporan penggunaan obat ke puskesmas kecamatan paling lambat pada tanggal 1 bulan berikutnya. Puskesmas kecamatan kemudian merekapitulasi semua laporan dari puskesmas kelurahan yang berada dibawahnya. Selanjutnya puskesmas kecamatan melaporkan hasil rekapitulasi ke suku dinas kesehatan. Wilayah Jakarta Selatan terdiri dari 10 kecamatan, yaitu Kecamatan Tebet, Setia Budi, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Cilandak, Jagakarsa, Pancoran, dan Pesanggrahan. Data kecamatan dan kelurahan di wilayah Jakarta Selatan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Semua puskesmas kecamatan ini harus melaporkan penggunaan obat mereka ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan paling lambat tanggal 8 pada bulan berikutnya Upaya Kesehatan Puskesmas (Kepmenkes No. 128 tahun 2004) Puskesmas memiliki kewajiban menjalankan beberapa upaya kesehatan yang ditentukan berdasarkan kebutuhan utama masyarakat Indonesia dalam upaya menuju Indonesia Sehat. Upaya kesehatan wajib menjadi komitmen nasional, regional dan global untuk dijalankan pada pelayanan kesehatan di puskesmas. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: a. Upaya kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana. b. Upaya promosi kesehatan. c. Upaya kesehatan lingkungan. d. Upaya perbaikan gizi. e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Universitas Indonesia

74 7 f. Upaya pengobatan dasar. Selain upaya kesehatan yang wajib, puskesmas juga dapat menjalankan upaya pengembangannya. Upaya kesehatan pengembangan ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan masyarakat di sekitar puskesmas serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Berikut adalah upaya kesehatan pengembangan yang telah ada: a. Upaya kesehatan sekolah. b. Upaya kesehatan olahraga. c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat. d. Upaya kesehatan kerja. e. Upaya kesehatan gigi dan mulut. f. Upaya kesehatan jiwa. g. Upaya kesehatan mata. h. Upaya kesehatan usia lanjut. i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional Puskesmas di Kota Administrasi Jakarta Selatan Jakarta Selatan memiliki 68 puskesmas kelurahan dan 10 puskesmas kecamatan yang tersebar di sepuluh kecamatan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Setiap wilayah kecamatan memiliki satu puskesmas kecamatan. Puskesmas kecamatan merupakan puskesmas terbesar di wilayah kecamatan tersebut. Umumnya puskesmas kecamatan memiliki jumlah pasien yang lebih banyak dibandingkan puskesmas kelurahan. Setiap puskesmas kelurahan bertanggung jawab kepada puskesmas kecamatan yang membawahinya. Selanjutnya puskesmas kecamatan bertanggung jawab langsung ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Puskesmas kecamatan di Kota Administrasi Jakarta Selatan tidak seluruhnya memiliki beban kerja yang sama. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya adalah: a. Ruang lingkup wilayah kerja serta jumlah penduduk tiap wilayah kecamatan. b. Perbedaan ketersediaan sarana dan tenaga kerja di tiap puskesmas. c. Tersedianya puskesmas kelurahan yang berada dalam ruang lingkup kerja puskesmas kecamatan. Universitas Indonesia

75 8 d. Adanya pasien-pasien luar wilayah kerja puskesmas yang sering datang berobat ke puskesmas. Pengadaan utama obat untuk seluruh puskesmas di Jakarta Selatan dilakukan secara mandiri oleh masing-masing puskesmas. Disamping itu, pengadaannya juga dibantu oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Oleh karena itu, terdapat keseragaman bentuk sediaan dan nama obat di seluruh puskesmas. Distribusi obat dari dinas kesehatan ke puskesmas dilakukan berdasarkan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari setiap puskesmas. Setiap puskesmas mengajukan permintaan obat berdasarkan rata-rata pemakaian obat pada bulan sebelumnya. Pengadaan obat yang dilakukan oleh dinas kesehatan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), daftar obat dan perbekalan kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), dan permintaan puskesmas. Untuk pengadaan obat di luar DOEN dilakukan berdasarkan pertimbangan permintaan puskesmas. Selanjutnya pengadaan obat dilakukan berdasarkan persetujuan kepala dinas kesehatan kota administrasi jakarta selatan. Sumber pendanaan yang digunakan untuk pengadaan obat adalah dana APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), dan Askes (Asuransi Kesehatan). 2.3 Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) adalah laporan yang berisi data jumlah kasus penyakit yang dilaporkan terjadi dalam wilayah kerja puskesmas yang bersangkutan dalam setiap periode satu bulanan. Jumlah kasus tersebut diperoleh berdasarkan jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas dan diagnosa yang dilakukan. Laporan ini berisi keterangan periode pelaporan, data kode dan nama penyakit, jumlah kasus yang terjadi per kategori umur pasien, dan jumlah total seluruh kasus penyakit yang terjadi. Untuk membuat laporan penyakit, setiap hari petugas menyalin catatan medis pasien yang berobat di puskesmas ke dalam catatan jumlah penyakit yang terjadi. Kemudian setiap bulan catatan jumlah penyakit tadi disalin ke dalam LB 1. Laporan yang dihasilkan dibuat dalam bentuk Microsoft Excel setiap bulannya. Universitas Indonesia

76 9 LB 1 dari puskesmas kelurahan kemudian dilaporkan ke puskesmas kecamatan paling lambat tanggal 1 setiap bulannya. Puskesmas kecamatan mengirimkan LB 1 ke seksi kesehatan masyarakat suku dinas kesehatan kotamadya/ kabupaten dalam bentuk hardcopy dan softcopy selambat-lambatnya tanggal 8. LB 1 dari kotamadya/ kabupaten dikirim kepada dinas kesehatan propinsi setiap bulannya. Dinas kesehatan propinsi melaporkan LB 1 setiap 6 bulan sekali ke Kementerian Kesehatan RI. 2.4 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) merupakan suatu formulir yang digunakan sebagai dokumen Bukti mutasi obat di tingkat kabupaten/ kota, puskesmas, dan puskesmas pembantu. Formulir LPLPO ini berfungsi antara lain sebagai bukti pengeluaran obat di Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, bukti penerimaan obat di Puskesmas, sebagai surat permintaan/pesanan obat dari Puskesmas, sebagai bukti penggunaan obat di Puskesmas, laporan jumlah kunjungan resep, sumber informasi untuk perencanaan kebutuhan obat di puskesmas, sebagai sarana untuk monitoring dan evaluasi persediaan dan penggunaan obat, sumber informasi untuk melakukan supervisi dan pembinaan, dan sarana untuk meningkatkan kepatuhan petugas dalam menyampaikan laporan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010). Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat dibuat rangkap tiga, yaitu Asli untuk unit pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Dati Kabupaten/ Kota, Salinan 1 dikirim untuk instansi penerima (rumah sakit/ puskesmas), dan Salinan 2 untuk arsip Dinas Kesehatan Dati Kabupaten/ Kota (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010). Isi dari LPLPO yaitu (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010): a. Nomor dan tanggal pelaporan dan atau permintaan. b. Nama puskesmas yang bersangkutan. c. Nama kecamatan dari wilayah kerja puskesmas. d. Nama kabupaten/ kota dari wilayah kecamatan yang bersangkutan. Universitas Indonesia

77 10 e. Tanggal pembuatan dokumen. f. Bulan bersangkutan untuk satuan kerja puskesmas. g. Jika hanya melaporkan data pemakaian dan sisa stok obat maka diisi dengan nama bulan bersangkutan. h. Jika dengan mengajukan permintaan obat (termasuk pelaporan data obat) diisi dengan periode distribusi bersangkutan. LPLPO dilaporkan setiap bulannya oleh unit pelayanan kesehatan dan daerah ke ke Kementerian Kesehatan RI. Petugas di setiap Puskesmas Kelurahan di DKI Jakarta bertugas mencatat seluruh penggunaan obat berdasarkan resep yang diterima setiap harinya, kemudian pemakaian obat tersebut direkap dan dihitung untuk setiap bulannya, serta dicocokkan dengan sisa stok yang tersedia. Data penggunaan yang telah dikumpulkan kemudian dimasukkan dalam formulir LPLPO yang nantinya diserahkan ke Puskesmas Kecamatan selambat-lambatnya tanggal 3 setiap bulannya. Puskesmas Kecamatan bertugas merekap LPLPO dari seluruh Puskesmas Kelurahan di wilayahnya dan melaporkannya ke Sudinkes kota/kabupaten selambat-lambatnya tanggal 8. LPLPO dari setiap kota/kabupaten tersebut kemudian dilaporkan kepada dinas kesehatan propinsi. Dinas kesehatan propinsi melaporkan LPLPO setiap 6 bulan sekali ke Kementerian Kesehatan RI. Informasi yang dapat diperoleh dari LPLPO adalah jenis dan jumlah sisa stok atau stok awal obat, jenis dan jumlah persediaan obat, perbandingan antara jumlah persediaan dengan jumlah pemakaian obat perbulan, perbandingan antara pemakaian obat dengan resep, dan perbandingan antara jumlah persediaan dengan jumlah pemakaian obat perbulan. Data dan informasi yang diperoleh dari LPLPO ini sangat dibutuhkan untuk perencanaan kebutuhan obat, pendistribusian obat, serta kegiatan pengendalian persediaan obat. Universitas Indonesia

78 BAB 3 METODE PENGAMBILAN DATA 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan data dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman dan Seksi Kesehatan Masyarakat dari tanggal 12 Maret April Cara Kerja Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan bulan Juni 2011 Februari Data diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai distribusi 10 kasus penyakit yang paling banyak terjadi di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama dan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan selama periode Juni 2011 Februari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan bulan Juni 2011 Februari Data yang dimasukkan yaitu jumlah pemakaian dari tiap jenis obat. Data diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai distribusi pemakaian 10 jenis obat yang paling banyak dipakai di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama dan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan selama periode Juni 2011 Februari Universitas Indonesia

79 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengadaan persediaan farmasi, terutama obat-obatan merupakan hal yang sangat penting dalam pelayanan kefarmasian di sarana-sarana kesehatan, termasuk di Puskesmas. Sistem pengadaan sediaan obat di farmasi Puskesmas harus dikelola dengan baik agar ketersediaan obat dapat mencukupi kebutuhan pasien serta tidak berlebihan. Pengelolaan sediaan obat di Puskesmas dilaporkan setiap bulannya ke Suku Dinas Kesehatan wilayah DKI Jakarta dengan menggunakan formulir LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat). Pelaporan tersebut merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Sudinkes dalam mengawasi pengelolaan sediaan obat Puskesmas setiap bulan. Laporan tersebut dapat memberikan gambaran mengenai pemakaian obat serta ketersediaan dan permintaan sediaan obat yang dibutuhkan oleh suatu Puskesmas. Sementara untuk pengadaan dan pengelolaan obat-obatan, Puskesmas Kecamatan diberi wewenang untuk melakukannya secara mandiri sesuai penggunaan obat selama satu tahun, termasuk untuk setiap Puskesmas Kelurahan di wilahnya. Selain melaui penggunaan obat tahunan, perencanaan dalam pengadaan obat juga harus disesuaikan dengan jumlah kunjungan pasien dan pola penyakit yang banyak terjadi di suatu wilayah. Puskesmas Kecamatan kemudiaan akan mendistribusikan sediaan ke Puskesmas Kelurahan sesuai dengan pemakaian, kebutuhan dan sisa obat di setiap Puskesmas tersebut. Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama memiliki delapan puskesmas kelurahan yaitu Puskesmas Kelurahan Grogol Utara I, Grogol Utara II, Grogol Selatan, Cipulir I, Cipulir II, Kebayoran Lama Utara, Kebayoran Lama Selatan, dan Pondok Pinang. Sedangkan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa memiliki lima puskesmas kelurahan yaitu Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I, Jagakarsa II, Lenteng Agung I, Lenteng Agung II, dan Srengseng Sawah. Adanya perbedaan dalam jumlah puskesmas kelurahan yang dibawahi oleh tiap-tiap kecamatan dapat mempengaruhi jumlah kunjungan pasien ke puskesmas serta jumlah pemakaian obat yang dapat dilihat dari data kesakitan yang terdapat dalam Laporan Bulanan 12 Universitas Indonesia

80 13 Data Kesakitan (LB 1) dan data pemakaian obat pada Lembar Permintaan dan Laporan Pemakaian Obat (LPLPO). Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB1) merupakan laporan yang dibuat oleh Seksi Kesehatan Masyarakat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang menggambarkan distribusi jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat di suatu wilayah berdasarkan jumlah kunjungan pasien di masingmasing puskesmas. Berdasarkan LB 1 Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama, diperoleh data sepuluh kasus penyakit terbanyak selama periode Juni 2011 Februari 2012 dari yang terbanyak, yaitu infeksi akut lain pernafasan atas, penyakit pulpa dan jaringan periapikal, penyakit lain pada saluran pernafasan atas, penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat, penyakit darah tinggi, tonsilitis, diare, penyakit kulit alergi, penyakit kulit infeksi, serta ginggivitis dan penyakit periodental. Diagram jumlah 10 jenis kasus penyakit terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Periode Juni Februari 2012 Infeksi Akut Lain Pernafasan Atas Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal Penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Atas Penyakit pada Sistem Otot, dan Jaringan Pengikat Penyakit Darah Tinggi Tonsilitis Diare Penyakit Kulit Alergi Penyakit Kulit Infeksi Ginggivitis dan Penyakit Periodental Gambar Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Periode Juni 2011-Februari 2012 Sedangkan untuk sepuluh kasus penyakit terbanyak berdasarkan LB 1 untuk Puskesmas Kecamatan Jagakarsa selama periode Juni 2011 Februari 2012 Universitas Indonesia

81 14 dari yang terbesar yaitu infeksi akut lain pernafasan atas, penyakit darah tinggi, penyakit pulpa dan jaringan periapikal, penyakit kulit infeksi, ginggivitis dan penyakit periodental, penyakit kulit alergi, tonsilitis, diare, penyakit pada sistem oto dan jaringan pengikat, dan penyakit lain pada saluran pernafasan atas. Diagram jumlah 10 jenis kasus penyakit terbanyak di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas Jagakarsa Periode Juni Februari 2012 Infeksi Akut Lain Pernafasan Atas Penyakit Darah Tinggi Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal Penyakit Kulit Infeksi Ginggivitis dan Penyakit Periodental Penyakit Kulit Alergi Tonsilitis Diare Penyakit pada Sistem Otot, dan Jaringan Pengikat Penyakit Lain pada Saluran Pernafasan Atas Gambar Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Periode Juni 2011-Februari 2012 Berdasarkan data kasus penyakit terbanyak diatas, diketahui bahwa terdapat kesamaan pada kasus penyakit terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama dan Kecamatan Jagakarsa selama periode Juni 2011 Februari 2012 yaitu penyakit infeksi akut lain pernafasan atas. Infeksi Saluran Pernafasan merupakan suatu penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura (Departemen Kesehatan RI, 2006). Berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada Universitas Indonesia

82 15 bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. Infeksi sluran penafasan atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan faringitis (Departemen Kesehatan RI, 2005). Secara umum penyebab dari infeksi saluran napas adalah berbagai mikroorganisme, namun yang terbanyak akibat infeksi virus dan bakteri. Infeksi saluran napas dapat terjadi sepanjang tahun, meskipun beberapa infeksi lebih mudah terjadi pada musim hujan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran infeksi saluran napas antara lain faktor lingkungan, perilaku masyarakat yang kurang baik terhadap kesehatan diri maupun publik, serta rendahnya gizi. Faktor lingkungan meliputi belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti air bersih, jamban, pengelolaan sampah, limbah, pemukiman sehat hingga pencemaran air dan udara (Departemen Kesehatan RI, 2005). Pasien dengan keluhan penyakit infeksi saluran pernafasan atas mengeluhkan beberapa gejala yang dirasa sangat mengganggu, diantaranya pusing, batuk, pilek, hidung tersumbat, serta suhu badan yang meningkat. Gejala yang dikeluhkan oleh pasien tersebut sering kali tidak membahayakan jiwa pasien, namum memang bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dengan adanya keluhan gejala-gejala tersebut, dokter sering kali meresepkan obat-obatan yang bersifat meringankan atau menghilangkan gejala-gejala tersebut. Selain itu, untuk infeksi yang memang disebabkan oleh mikroorganisme, maka perlu juga diresepkan antimikriba seperti antibiotik untuk bakteri atau antivirus untuk infeksi yang disebabkan karena virus. Lembar Permintaan dan Laporan Pemakaian Obat (LPLPO) yang diperoleh dari bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Selatan merupakan laporan penggunaan obat di puskesmas kecamatan di wilayah Jakarta Selatan. Oleh karena itu, LPLPO tersebut dapat menunjukkan obat apa saja yang paling banyak digunakan di puskesmas kecamatan tersebut. Berdasarkan data LPLPO periode Juni Februari 2012, sepuluh jenis obat yang paling banyak digunakan di Puskesmas Universitas Indonesia

83 16 Kecamatan Kebayoran Lama secara berurutan dari yang terbesar yaitu Parasetamol tablet 500 mg, Klorfeniramin maleat tablet 4 mg, Amoksisilin 500 mg kapsul, Vitamin B kompleks tablet, Asam askorbat (Vitamin C) tablet 5 mg, Gliseril Guaiakolat 100 mg, Thiamin HCl (Vitamin B1) tablet 50 mg, Piridoksin HCl tablet 10 mg, Kalsium laktat tablet 500 mg, dan Antasida DOEN. Diagram jumlah 10 jenis obat terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Parasetamol Tablet 500 mg Klorfeniramin Maleat (CTM) Tablet 4 mg Amoksisilin 500 mg Kapsul Vitamin B Kompleks Tablet Asam Askorbat (Vit. C) Tablet 5 mg Gliseril Guayakolat 100 mg Thiamin HCl (vit. B1) Tablet 50 mg Piridoksin HCl Tablet 10 mg Kalsium Laktat Tablet 500 mg Antasida Doen Tablet Kombinasi Gambar Jenis Obat Dengan Penggunaan Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Periode Juni 2011-Februari 2012 Sepuluh jenis obat yang paling banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa secara berurutan dari yang terbesar berdasarkan data LPLPO periode Juni 2011-Februari 2012 yaitu Parasetamol tablet 500 mg, Klorfeniramin maleat tablet 4 mg, Amoksisilin 500 mg kapsul, Vitamin B kompleks tablet, Gliseril Guaiakolat 100 mg, Asam askorbat (Vitamin C) tablet 5 mg, Antasida DOEN, Piridoksin HCl tablet 10 mg, Deksametason tablet 0,5 mg, dan Tablet tambah darah. Diagram jumlah 10 jenis obat terbanyak di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Universitas Indonesia

84 17 Parasetamol Tablet 500 mg Klorfeniramin Maleat (CTM) Tablet 4 mg Amoksisilin 500 mg Kapsul Vitamin B Kompleks Tablet Gliseril Guayakolat 100 mg Asam Askorbat (Vit. C) Tablet 5 mg Antasida Doen Tablet Kombinasi Piridoksin HCl Tablet 10 mg Deksametason Tablet 0,5 mg Tablet Tambah Darah Kombinasi Gambar Jenis Obat Dengan Penggunaan Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Periode Juni 2011-Februari 2012 Dari data tersebut dapat terlihat bahwa obat terbanyak, baik yang digunakan di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama maupun Puskesmas Kecamatan Jagakarsa selama periode Juni 2011 Februari 2012 yaitu Parasetamol 500 mg tablet, dengan penggunaan sebanyak tablet, atau rata-rata tablet per bulan di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama dan sebanyak tablet atau rata-rata penggunaan sebanyak tablet per bulan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Parasetamol merupakan obat yang memiliki khasiat analgesik yaitu dapat meredakan nyeri dan antipiretik yaitu obat yang dapat meringankan demam. Parasetamol banyak digunakan untuk meredakan sakit kepala, nyeri otot, demam, atau flu. Berdasarkan laporan bulanan kesakitan (LB1), penyakit infeksi saluran pernafasan merupakan penyakit dengan kasus yang paling banyak ditangani di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Kecamatan Jagakarsa. Sementara itu, berdasarkan LPLPO kedua puskesmas tersebut, obat-obatan seperti Parasetamol, Klorfeniramin maleat (CTM), Amoksisilin, dan Gliseril guaiakolat yang merupakan obat simptomatik dalam pengobatan penyakit infeksi saluran pernafasan. Parasetamol berfungsi dalam mengurangi rasa sakit kepala dan demam yang sering menyertai penyakit infeksi saluran pernafasan, CTM berfungsi mengurangi gejala pilek atau sebagai dekongestan yang bekerja dengan menyempitkan saluran mukus sehingga mengurangi lendir dan meredakan pilek, Gliseril guaiakolat merupakan mukolitik yang dapat meringankan batuk, serta Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PERMATA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI WULANDAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 16 JANUARI - 3 FEBRUARI 2012 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 08 MARET 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEGA DEWI SURYANI, S. Farm. 1106047171

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PANDUWI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 13 FEBRUARI - 2 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA . UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SANNY SUSANTI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FITRI PAUZIAH,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 7 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 7 JANUARI - 28 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VANY PRISKILA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI - 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SONYA APRIANI

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Kepala Dinas mempunyai tugas : Kepala Dinas mempunyai tugas : a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas; d. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; e. menyelenggarakan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 17-28 JUNI 2013 DEBIE PUSPA TARI, S. Farm 1206329455

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN WALIKOTA BALIKPAPAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 60 ayat (6),

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN TIPE A KABUPATEN

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 3 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JALAN MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI 2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KESEHATAN JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG : bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN No 1 Kepala Dinas membantu Walikota melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN. Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN. Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN A. Sejarah Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Subang telah dibentuk dengan Peraturan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 71 Peraturan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI RAHMAWATI,

Lebih terperinci

Perda Kab. Belitung No. 17 Tahun

Perda Kab. Belitung No. 17 Tahun PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN. Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam

BAB II PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN. Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam BAB II PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI-2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMANNIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH,

BISMILLAHIRRAHMANNIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH, PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR: 15 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANNIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007 BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR DENGAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Benny Ismayandi,

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 86 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

Perda No. 28 / 2004 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tupoksi Dinas Kesehatan dan UPT Dinas Kesehatan

Perda No. 28 / 2004 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tupoksi Dinas Kesehatan dan UPT Dinas Kesehatan PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 93 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MARITA KURNIATI, S.Farm.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci