UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA UTARA PERIODE 6 JANUARI - 22 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR MARSETYO PUTRO NOTO NEGORO, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA UTARA PERIODE 6 JANUARI - 22 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker NUR MARSETYO PUTRO NOTO NEGORO, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK 2014 ii

3

4

5

6 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Dalam ruang yang terbatas ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada: 1. Bapak Drs. Kusnaidi, Apt, selaku pembimbing I di Suku Dinas Kesehatan Kota Adminisrasi Jakarta Utara, yang telah memberikan perhatian dan bimbingan selama ini. 2. Ibu Dr. Katrin, MS. Apt., selaku Pembimbing II atas bimbingan selama penulisan laporan praktek kerja profesi apoteker. 3. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi UI; ; 4. Bapak Drs. Hayun, M. Si., selaku kepala program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI. 5. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara atas keramahannya dan kesediaannya dalam membantu dan memberikan informasi. 6. Kepala Puskesmas Kecamatan Cilincing beserta seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cilincing yang sudah mengajarkan dan memberi banyak informasi. 7. Seluruh staf pengajar, tata usaha, dan karyawan di Program Apoteker Fakultas Farmasi UI atas segala ilmu pengetahuan, didikannya, serta bantuan dan masukan selama ini. 8. Keluarga tercinta atas segenap kasih sayang, perhatian, dukungan serta motivasinya selama ini. 9. Yuri Nurdiantami atas semua bantuan yang telah diberikan. 10. Teman-teman farmasi angkatan 2009 dan Apoteker angkatan 78 yang sudah berjuang bersama selama 1 tahun ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas segala bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis selama penulisan dan penyusunan laporan ini. iv

7 Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Penulis 2014 v

8

9 ABSTRAK Nama : Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, S. Farm. NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara Periode 6-22 Januari 2014 Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara bertujuan agar mahasiwa memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administrasi Jakarta Utara khususnya Seksi Sumber Daya Kesehatan subbagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) serta memahami perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman Kota Administrasi Jakarta Utara. Tugas khusus yang diberikan berjudul Persyaratan Lingkungan Serta Fasilitas dan Bangunan Industri Pangan Rumah Tangga sesuai dengan Cara Pembuatan Pangan yang Baik bertujuan untuk menjelaskan prinsip-prinsip dasar keamanan pangan bagi IRTP dalam menerapkan CPPB-IRT khususnya terkait lingkunan, fasilitas, dan bangunan agar dapat menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen. Kata Kunci : perizinan, pengawasan, pengendalian, pembinaan, farmakmin, bangunan, fasilitas, kontaminasi, lingkungan, pangan Tugas umum : ix + 86 halaman; 20 lampiran Tugas khusus : iv + 33 halaman; 1 gambar; 2 tabel; 5 lampiran Daftar acuan tugas umum : 16 ( ) Daftar acuan tugas khusus : 6 ( )

10 ABSTRACT Name : Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, S. Farm. NPM : Program Study: Pharmacist Title : Report of Apothecary Profession Internship at Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara Period 6-22 January 2014 Apothecary Profession Internship at Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara intended to make students understand the basic tasks and functions of Suku Dinas Kesehatan particular subsections of Sumber Daya Kesehatan especially Farmasi Makanan dan Minuman divisons (Farmakmin) and understand the licensing, training, supervision and control against health-care facilities of pharmaceutical, food and beverage at North Jakarta. Given a special assignment titled Environmental Requirements And Facilities and Building Industry Food Household Food accordance with Good Manufacturing Practice aims to explain the basic principles of food safety for the food home industry (IRTP) in applying IRT CPPB-related, especially the neighborhood, facilities, and buildings in order to produce a product food safety and quality in accordance with the demands of the consumer. Keywords : licensing, supervision, control, guidance, farmakmin, buildings, facilities, contamination, environment, food General assignment : ix + 86 pages; 20 appendices Special assignment : iv + 33 pages; 1 image; 2 tables; 5 appendices References of general assignment : 16 ( ) References of special assignment : 6 ( )

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv vi viii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA 3 ADMINISTRASI JAKARTA UTARA Suku Dinas Kesehatan Visi dan Misi Struktur Organisasi Subbagian Tata Usaha Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Puskesmas Pengelolaan Sumber Daya di Puskesmas Sumber Daya Manusia Prasarana dan Sarana Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Administrasi Pengelolaan Persediaan Farmasi di Puskesmas Pelayanan Farmasi Klinik Penerimaan Resep Peracikan Obat Penyerahan Obat... BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN Standarisasi Manajemen Kesehatan Tugas dan Tanggung Jawab Wewenang Subbagian Standardisasi Manajemen Kesehatan Pengelola Administrasi dan Perencanaan Mutu Pengelola Survey Kepuasan Pelanggan Pengelola Audit Internal Pengelola Audit Eksternal Pengelola Forum Komunikasi Mutu Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) vi

12 3.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab Wewenang Subbagian Farmakmin Pengelola Administrasi Farmakmin Pengelola Apotek dan Usaha Mikro Obar Tradisional UMOT) Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan Pengelola Toko Obat Penerima Perizinan Seksi Tenaga Kesehatan (NAKES) Tugas dan Tanggung Jawab Wewenang Struktur Ruang Lingkup Perizinan Apotek Toko Obat Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA), Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) Pelanggaran dan Sanksi BAB 4 PEMBAHASAN Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Puskesmas di Kecamatan Jakarta Utara Pelayanan Farmasi Klinik Pengelolaan Obat Puskesmas Kecamatan Cilincing BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Alur Pedoman Pemberian Izin Yang Diterbitkan Oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Lampiran 2. Alur Perizinan Sarana Kesehatan. 63 Lampiran 3. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Lampiran 4. Formulir Permohonan Izin Apotek.. 65 Lampiran 5. Surat Izin Apotek Lampiran 6. Berita Acara Pemeriksaan Apotek Lampiran 7. Berita Acara Pemusnahan Resep Lampiran 8. Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi Lampiran 9. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat) 74 Lampiran 10. Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat) 75 Lampiran 11. Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat Lampiran 12. Formulir Permohonan Izin Usaha UMOT 77 Lampiran 13. Formulir Permohonan SPP-IRT Lampiran 14. Lembar berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga 80 Lampiran 15. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga 81 Lampiran 16. Formulir Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) Lampiran 17. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK). 83 Lampiran 18. Permohonan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)/ Surat Izin Kerja (SIK).. 84 Lampiran 19. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) Lampiran 20. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) viii

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk melakukan suatu upaya kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia setinggi-tingginya. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Dalam hal ini peran pemerintah lebih dititikberatkan pada pembinaan, pengaturan, dan pengawasan untuk terciptanya pemerataan pelayanan kesehatan serta bertanggung jawab untuk melakukan pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah bertugas untuk merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi dalam penyelenggaraan upaya kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2009) Sistem otonomi daerah yang berlaku saat ini menjadikan Pemerintah Pusat melakukan pendelegasian wewenang kepada Pemerintah Daerah, salah satunya adalah dalam hal pengelolaan kesehatan. Untuk menjalankan wewenang tersebut, maka pembangunan kesehatan yang diupayakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diatur dalam suatu aturan yaitu Sistem Kesehatan Daerah (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009). Oleh karena itu Dinas Kesehatan DKI Jakarta, telah memberikan wewenang yang lebih besar kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya pada wilayahnya masingmasing. Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, pengendalian dan penilaian efektifitas pelayanan kesehatan. Selain itu, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi juga memberikan pembinaan dan 1

15 2 pengawasan terhadap sarana pelayanan kesehatan. Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan juga memiliki peran penting dalam Suku Dinas Kesehatan Kota khususnya dibidang Farmasi Makanan dan Minuman. Oleh karena itu, Apoteker perlu dibekali pengetahuan, pemahaman dan aplikasi tentang tata cara perizinan serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian dari sarana pelayanan kesehatan tersebut. Sehingga Apoteker tidak hanya terbatas bekerja pada Industri atau instalasi pelayanan kesehatan saja, tetapi juga mampu memanfaatkan kemampuannya di bidang pemerintahan. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, maka dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung selama 3 minggu sejak tanggal 6 Januari 24 Januari Program PKPA ini dilaksanakan dengan harapan agar mahasiswa apoteker dapat mengambil manfaat dan ilmu sebanyak mungkin serta dapat memahami peran dan tanggungjawab seorang apoteker di pemerintahan khususnya Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 1.2 Tujuan a. Memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administrasi Jakarta Utara. b. Memahami tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan khususnya bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) Kota Administrasi Jakarta Utara. c. Memahami perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman Kota Administrasi Jakarta Utara.

16 BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA 2.1 Suku Dinas Kesehatan Sejak sistem pemerintahan otonomi daerah diberlakukan, Provinsi DKI Jakarta membentuk Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang bertanggung jawab dan berkedudukan di bawah Gubernur melalui Sekertaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, dan pengembangan urusan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan adalah Unit Kerja Dinas Kesehatan di kota administrasi. Suku Dinas Kesehatan dibentuk di setiap kota administrasi yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat. Kepala Suku Dinas yang memimpin Suku Dinas Kesehatan diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administrative kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Suku Dinas Kesehatan merupakan penamaan baru yang atas penggabungan dari dua Suku Dinas yang terdahulu, yakni Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat. Hal ini menimbulkan perubahan pada struktur organisasi secara keseluruhan. Suku dinas kesehatan merupakan organisasi lama dengan penamaan baru yang merupakan penggabungan dari dua suku dinas yang terdahulu, yakni suku dinas pelayanan kesehatan dan suku dinas kesehatan masyarakat menjadi suku dinas kesehatan (Sudinkes). Perubahan ini berakibat pada perubahan struktur organisasi secara keseluruhan. Sebelum penggabungan ini, suku dinas pelayanan kesehatan terdiri dari 6 seksi, yaitu seksi pelayanan kesehatan dasar, seksi farmasi makanan minuman, seksi pelayanan kesehatan spesialistik, seksi pendataan dan program, seksi gawat darurat bencana dan gakin, seksi pengobatan tradisional, dan subbag tata usaha. Sedangkan suku dinas kesehatan masyarakat terdiri dari 6 seksi, yaitu seksi pendataan dan program, seksi penyakit menular, seksi penyakit tidak 3

17 4 menular, seksi kesehatan jiwa dan Napza, seksi gizi PPSM, seksi penyehatan lingkungan, dan subbag tata usaha (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010). Setelah penggabungan kedua suku dinas tersebut menjadi suku dinas kesehatan, struktur organisasi berubah menjadi 4 seksi, yaitu seksi kesehatan masyarakat, seksi pelayanan kesehatan, seksi sumber daya kesehatan, seksi pengendalian masalah kesehatan dan subbag tata usaha (Suku dinas kesehatan Jakarta utara, 2010) Visi dan Misi Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yaitu Menjadi Suku Dinas Kesehatan yang Profesional Menuju Jakarta Utara Sehat Untuk Semua. Untuk mewujudkan visi tersebut, misi yang ditetapkan yaitu (Suku dinas kesehatan Jakarta utara, 2010): a. Meningkatkan kompetensi seluruh sumber daya manusia (SDM) di jajaran Suku Dinas Kesehatan Jakarta utara. b. Mengembangkan pelayanan perizinan dengan alur yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. c. Menciptakan dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja. d. Meningkatkan sistem informasi yang cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan berbasis komputer. e. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih. f. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih sehat serta untuk penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana. g. Meningkatkan kualitas dan waktu respon pelayanan kesehatan gawat darurat dan bencana. h. Meningkatkan kerjasama lintas program, lintas sektoral dengan organisasi profesi, organisasi masyarakat dan institusi lainnya dalam mengatasi masalahmasalah kesehatan masyarakat di Jakarta utara. i. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat.

18 Struktur Organisasi Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta sesuai dengan Pasal 95 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Perda No.10/2008): (dapat dilihat pada Lampiran 3) a. Kepala suku dinas kesehatan b. Subbagian tata usaha c. Seksi kesehatan masyarakat d. Seksi pelayanan kesehatan e. Seksi sumber daya kesehatan f. Seksi pengendalian masalah kesehatan Subbagian dipimpin oleh seorang kepala subbagian dan setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan. Satuan kerja suku dinas kesehatan Jakarta utara terdiri dari 1 subbagian dan 4 seksi yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing (Suku dinas kesehatan, 2010). Struktur organisasi secara skematis dapat dilihat pada Lampiran Subbagian tata usaha Sub bagian tata usaha mempunyai ruang lingkup tugas : a. Menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Mengoordinasikan penyusunan RKA dan DPA suku dinas. d. Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan DPA suku dinas. e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas. f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan suku dinas. g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, dan pemeliharaan dari perawatan prasarana dan sarana kerja suku dinas. h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor. i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan suku dinas.

19 6 j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara suku dinas. k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan penerimaan retribusi suku dinas kesehatan. l. Menyiapkan bahan laporan suku dinas yang terkait dengan tugas subbagian tata usaha. m. Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) suku dinas. n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas subbagian tata usaha. Sub Bagian Tata Usaha (Subbag TU) membawahi 3 koordinator, yaitu Koordinator Umum dan Protokol, Kepegawaian, serta Keuangan. Koordinator umum mengatur administrasi surat menyurat, pelaksanaan protokoler dan rumah tangga, pelaksanaan urusan perlengkapan serta pembuatan RKA (Rancangan Kerja dan Anggaran). Koordinator Kepegawaian mengatur perencanaan kebutuhan pegawai Puskesmas dan Suku Dinas Kesehatan, administrasi kepegawaian, monitoring disiplin pegawai, serta semua hak dan kewajiban pegawai di Suku Dinas Kesehatan. Koordinator Keuangan mengatur pengelolaan dan pelaporan keuangan untuk menunjang operasional dari Suku Dinas Kesehatan. Selain itu Koordinator Keuangan juga mengatur pelaksanaan pengarsipan dokumen gaji pegawai, pelaporan pajak, dan pengajuan SPP (Surat Permintaan dan Pembayaran) (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010). Secara struktural, koordinator kepegawaian membawahi pengelola data pegawai dan disiplin pegawai, pengelola administrasi kesejahteraan pegawai, dan pengelola administrasi pengembangan karir. Bidang keuangan memiliki wewenang untuk mengurus pengajuan uang kegiatan yang bersumber dari DPA SKPD serta melakukan binwasdal ke Puskesmas. Dalam pelaksanaannya koordinator keuangan dibantu oleh bendahara, verifikator, pengelola pelaporan, pengelola pajak dan sisa kegiatan dan pengelola SPJ. Bidang umum dan protokol memiliki wewenang melaksanakan pengawasan dan pengendalian urusan umum dan protokol. Dalam pelaksanaannya, koordinator umum dan protokol dibantu oleh pengurus barang, pengelola pemeliharaan sarana dan prasarana kantor, pengelola surat menyurat,

20 7 pengadministrasi surat keluar, pengadministrasi surat masuk, pengadministrasi kegiatan kepala unit, dan pengadministrasi protokol (Suku dinas kesehatan, 2010) Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi kesehatan masyarakat merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi kesehatan masyarakat dipimpin oleh seorang kepala seksi yang bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Tugas pokok dan fungsi seksi kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut: a. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, anak prasekolah, anak usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan keperawatan. d. Mengoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat. e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi. f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat. g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota administrasi. h. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi. i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM. j. Menerapkan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG). k. Melaksanakan kegiatan peran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. l. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat. m. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi kesehatan masyarakat.

21 8 Seksi kesehatan masyarakat membawahi tiga bidang, yaitu bidang gizi dan PPSM, bidang kesehatan keluarga, serta bidang promosi dan informasi kesehatan. Bidang kesehatan keluarga mengurusi berbagai kegiatan yang berkaitan dengan program kesehatan keluarga, seperti kesehatan ibu dan anak, kesehatan lansia, kesehatan gigi dan mulut, serta penanganan kekerasan dalam rumah tangga. Secara struktural, koordinator bidang kesehatan keluarga membawahi pengelola kesehatan ibu, pengelola kesehatan anak, pengelola perawatan kesehatan masyarakat, pengelola lansia, pengelola kekerasan dalam rumah tangga, dan pengelola kesehatan gigi dan mulut. Bidang gizi dan PPSM bertanggung jawab dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan gizi dan PPSM di Puskesmas tingkat kecamatan dan kelurahan. Secara struktural, koordinator membawahi pengelola program gizi dan pengelola PPSM. Bidang promosi dan informasi kesehatan bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan promosi dan informasi kesehatan. Secara struktural, koordinator membawahi pengelola SP2TP dan pengelola sistem promosi kesehatan (Suku dinas kesehatan, 2010) Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi pelayanan kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Tugas pokok dan fungsi seksi pelayanan kesehatan diantaranya adalah: a. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan.

22 9 f. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. g. Memberikan rekomendasi/perizinan sarana pelayanan kesehatan. h. Memberikan tanda daftar ke pengobat tradisional. i. Melaksanakan siaga 24 jam/pusat pengendali dukungan kesehatan (Pusdaldukkes). j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan. k. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan. l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan membawahi tiga bidang, yaitu pelayanan kesehatan dasar, gawat darurat dan bencana, pelayanan kesehatan keahlian dan tradisional. Secara struktural, koordinator bidang pelayanan kesehatan dasar membawahi pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan kesehatan dasar sedangkan koordinator pelayanan kesehatan keahlian dan tradisional membawahi pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan kesehatan keahlian, pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan kesehatan tradisional dan pengadministrasi (Suku dinas kesehatan, 2010). Pelayanan Kesehatan Dasar bertanggung jawab untuk melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan pengelolaan serta pengembangan pelayanan kesehatan dasar. Koordinator ini juga bertanggung jawab memberikan, mengendalikan, dan mengevaluasi layanan perizinan sarana kesehatan dasar serta profesinya. Koordinator Gawat Darurat dan Bencana bertugas untuk melakukan pembinaan, pengawasan, serta pengendalian mekanisme pelayanan kesehatan gawat darurat. Koordinator ini bertanggung jawab pada penyusunan materi pelatihan tenaga kesehatan dan penduduk tentang kegawatdaruratan dan bencana, penyusunan petunjuk teknis penanganan kegawatdaruratan pada bangunan publik, serta membangun kesiapan tenaga kesehatan dan penduduk dalam menghadapi keadaan gawat darurat dan bencana dari aspek kesehatan.

23 10 Koordinator Pelayanan Kesehatan Keahlian dan Tradisional bertanggungjawab dalam pengawasan dan pengendalian pemberian perizinan sarana pelayanan kesehatan keahlian dan pengobatan tradisional serta komplementer alternatif. Koordinator ini juga melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana pelayanan kesehatan keahlian termasuk sarana pelayanan kesehatan rujukan (Suku Dinas Kesehatan, 2010) Seksi Sumber Daya Kesehatan Sumber daya kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Bagian ini mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut: a. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman. d. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan. e. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan. f. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan. g. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan system manajemen mutu. h. Melaksanakan survei kepuasaan pelanggan kesehatan. i. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas. j. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. k. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan. l. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional,

24 11 subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga. m. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial. n. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup kota administrasi. o. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. p. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi sumber daya kesehatan. q. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi sumber daya kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan membawahi 3 bidang, yaitu bidang standarisasi manajemen kesehatan, bidang farmasi makanan dan minuman (Farmakmin), dan bidang tenaga kesehatan. Bidang standarisasi manajemen kesehatan bertugas dan bertanggung jawab sebagai pengelola administrasi dan perencanaan mutu, melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan, merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit internal, eksternal, serta tinjauan manajemen dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu. Secara struktural, koordinator standarisasi manajemen kesehatan membawahi pengelola administrasi dan perencanaan mutu pengelola survey kepuasan pelanggan, pengelola audit internal, pengelola audit eksternal dan pengelola forum komunikasi mutu. Bidang farmakmin bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan perizinan farmasi, makanan, dan minuman, mengendalikan mutu pelayanan farmakmin, membuat perencanaan kegiatan dan anggaran farmakmin, KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) pada customer, memverifikasi berkas perizinan yang masuk, melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan farmakmin, membuat perencanaan kerja, laporan, dan evaluasi kerja mingguan. Secara struktural, koordinator farmakmin membawahi pengelola administrasi farmakmin, pengelola apotek dan UMOT, pengelola industri rumah tangga pangan, pengelola toko obat, pengelola bimtek, pengelola pembinaan tenaga kesehatan, pengadministrasian umum, pengarsip perizinan tenaga kesehatan

25 12 (nakes), dan penerima izin. Pada lampiran 4 6 dapat dilihat formulir dan surat izin apotek serta berita acara pemeriksaan untuk memperoleh izin dari Sudinkes. Bagian tenaga kesehatan bertanggung jawab membantu menyusun bahan RKA dan DPA seksi sumber daya kesehatan, menyusun dan mengkoordinasikan pembuatan jadwal pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan, menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, mengoordinir pelaksanaan kegiatan penilaian calon tenaga kesehatan teladan di Puskesmas, mengkoordinir pelaksanaan pembinaan tenaga kesehatan, membantu dalam pelaksanaan segala proses perizinan tenaga kesehatan mulai dari verifikasi berkas permohonan, dan kunjungan lapangan hingga pencetakan ijin tenaga kesehatan serta melaksanakan tugas kunjungan dalam hal perizinan tenaga kesehatan. Secara struktural, koordinator membawahi pengelola diklat (Suku dinas kesehatan, 2010) Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi pengendalian masalah kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi pengendalian masalah kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Adapun tugas pokok dan fungsi seksi pengendalian masalah kesehatan yaitu: a. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/klb (Kejadian Luar Biasa), dan kesehatan lingkungan. d. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji. e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular serta kesehatan jiwa masyarakat. f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.

26 13 g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama, dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), unit kerja perangkat daerah (UKPD) dan atau instansi pemerintahan/swasta/ masyarakat. h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi. i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai system kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB) pada lingkup kota administrasi. j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan dugaan wabah serta keracunan makanan. k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah/ KLB dan surveilans. l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian. m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah/klb dan surveilans. n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum/air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, peyehatan di tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), dan upaya pengelolaan lingkungan/upaya pemantauan lingkungan. o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan. p. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja. q. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan. r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan.

27 14 Seksi pengendalian masalah kesehatan membawahi tiga bidang, yaitu kesehatan lingkungan, penyakit menular dan tidak menular, serta wabah dan surveilans. Bidang kesehatan lingkungan bertanggung jawab mengurus segala hal yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan meliputi penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh, penyehatan di tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida, dan lingkungan lainnya. Secara struktural, bidang kesehatan lingkungan membawahi koordinator kesehatan lingkungan yang dibantu oleh pengelola makanan minuman, pengelola tempat-tempat umum tempat-tempat industri (TTU-TTI) dan pengelola penyehatan lingkungan. Bidang penyakit menular dan tidak menular dikoordinasikan oleh koordinator yang bertanggung jawab dalam pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, imunisasi, napza, dan haji. Koordinator bidang ini dibantu oleh pengelola DBD, pengelola imunisasi, pengelola Napza, pengelola ISPA dan pneumonia, pengelola diare, pengelola kusta, pengelola HIV/AIDS, dan pengelola penyakit tidak menular. Bidang surveilans bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan pembinaaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan surveilans terhadap Puskesmas kecamatan, menganalisa dan memberikan informasi perkembangan penyakit menular, mengelola dan menganalisa laporan yang berkaitan dengan program surveilans serta melaksanakan tugas-tugas dalam ruang lingkup kegiatan penanggulangan wabah dan surveilans. Secara struktural, koordinator surveilans membawahi pengelola surveilans berbasis rumah sakit dan laboratorium dan pengelola surveilans berbasis puskesmas dan surveilans kematian (Suku dinas kesehatan, 2010). 2.4 Puskesmas Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka

28 15 tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa atau kelurahan atau rukun warga (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006). Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat yang mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006). Paradigma pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah dari orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan Pengelolaan Sumber Daya di Puskesmas (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006) Sumber Daya Manusia Berdasarkan PP 51 tahun 2009 disebutkan bahwa pelayanan kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit hanya dapat dilakukan oleh Apoteker. Kompetensi apoteker di Puskesmas sebagai berikut:

29 16 a. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu. b. Mampu mengambil keputusan secara professional. c. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa local. d. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal, sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date). Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut Prasarana dan Sarana Dalam upaya mendukung pelayanan kefarmasian di Puskesmas diperlukan prasarana dan sarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan ruang rawat inap, jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien. Prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian, sedangkan sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian. Prasarana dan sarana yang harus dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut : a. Papan nama apotek atau kamar obat yang dapat terlihat jelas oleh pasien. b. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. c. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timbangan gram dan miligram, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat-alat, dan lain-lain. d. Tersedia tempat dan alat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam upaya penyuluhan pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat brosur, leaflet, booklet dan majalah kesehatan. e. Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk pelayanan informasi obat. f. Antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) dan Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). g. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai.

30 17 h. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria, serum dan vaksin, dan lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. i. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar pemasukan dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat dipantau dengan baik. j. Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk melakukan pelayanan informasi obat Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan kesehatan Administrasi Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep agar lebih mudah dimonitor dan dievaluasi. Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, yaitu : a. Perencanaan b. Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/ kota c. Penerimaan d. Penyimpanan mengunakan kartu stok atau komputer e. Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan pasien (umum, miskin, asuransi), penyimpanan bendel resep harian secara teratur selama 3 tahun dan pemusnahan resep yang dilengkapi dengan berita acara (Lampiran 7 dan 8). Pengadministrasian termasuk juga untuk kesalahan pengobatan

31 18 (medication error), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), dan Medication Record Pengelola Persediaan Farmasi di Puskesmas Pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan, serta supervisi dan evaluasi pengelolaan obat. Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan, dan tepat mutu di tiap unit pelayanan kesehatan. Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat di Puskesmas. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO. Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas adalah obat esensial yang jenisnya telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 085 tahun 1989 tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah dan Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/068/1/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan tersedia di Puskesmas. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing Puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit. Permintaan obat dan perbekalan farmasi dapat berupa permintaan rutin atau permintaan khusus. Permintaan rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun

32 19 oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk masing-masing Puskesmas. Permintaan khusus dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila kebutuhan meningkat, terjadi kekosongan, atau Kejadian Luar Biasa (KLB/Bencana). Data yang diperlukan untuk menentukan jumlah permintaan obat adalah data pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep, jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, dan sisa stok. Untuk Provinsi DKI Jakarta, perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi diserahkan kepada masing-masing Puskesmas Kecamatan sehingga tidak dilakukan oleh Instalasi Farmasi Kota. Penerimaan obat di Puskesmas adalah suatu kegiatan dalam menerima obatobatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di bawahnya. Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas. Penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. Petugas penerima obat bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan, dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya. Petugas penerima obat wajib melakukan pemeriksaan terhadap obat yang diserahterimakan; meliputi kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk sediaan obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), serta ditandatangani oleh petugas penerima serta diketahui oleh Kepala Puskesmas. Setiap penambahan obat, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok. Penyimpanan obat di Puskesmas adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar tidak hilang, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan bertujuan agar obat yang tersedia di unit pelayanan kesehatan terjamin mutu dan keamanannya. Gudang penyimpanan obat harus memiliki luas minimal 3 x 4 m 2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang disimpan. Ruangan harus kering dan tidak lembab, memiliki ventilasi, dan cahaya yang cukup. Lantai dibuat dari semen/ubin/keramik/papan (bahan lain) yang tidak memungkinkan bertumpuknya

33 20 debu dan kotoran lain, barang tidak boleh diletakkan di lantai tetapi harus diberi alas papan (palet). Gudang harus mempunyai lemari atau laci khusus yang dilengkapi kunci ganda untuk menyimpan narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci dan terjamin keamanannya. Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan. Untuk menjaga mutu obat, kondisi penyimpanan seperti kelembaban, suhu, dan sinar matahari perlu diperhatikan. Distribusi atau penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan. Distribusi obat di Puskesmas bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, jumlah, dan waktu yang tepat, serta mutu terjamin. Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan jarak sub unit pelayanan dan biaya distribusi yang tersedia. Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan pemakaian ratarata per periode untuk setiap jenis obat, sisa stok, pola penyakit, dan jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan. Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik oba-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan, dan digunakan di Puskesmas. Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan sumber data untuk perencanaan kebutuhan, serta sumber data untuk pembuatan pelaporan. Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas adalah LP-LPO dan kartu stok (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2010) Pelayanan Farmasi Klinik (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006) Pelayanan farmasi klinik meliputi pelayanan resep dan pelayanan informasi obat. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan

34 21 resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan resep dilakukan sebagai berikut : Penerimaan Resep Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu: nama dokter, nomor surat izin praktek (SIP), alamat praktik dokter, paraf dokter, tanggal, penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien. b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat. c. Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian dosis. d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya tidak tersedia Peracikan Obat Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat. b. Peracikan obat. c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru untuk obat luar, serta menempelkan label kocok dahulu pada sediaan obat dalam bentuk larutan. d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah Penyerahan Obat Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat.

35 22 b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil. c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya. d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat, dan lainlain. Pelayanan farmasi klinik lainnya adalah pelayanan informasi obat. Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien. Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta buku-buku lainnya. Informasi obat yang diperlukan pasien adalah : a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan. b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi. c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.

36 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN Salah satu seksi di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara adalah Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi Standarisasi Manajemen Kesehatan, Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin), dan Tenaga Kesehatan. Agar mampu menjalankan tugas dan fungsinya tersebut, maka Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki wewenang antara lain: a. Menilai kinerja staf di lingkungan seksi Sumber Daya Kesehatan. b. Menetapkan perencanaan program seksi Sumber Daya Kesehatan. c. Mewakili Kepala Sudin sesuai dengan kewenangan yang diberikan. d. Mengendalikan seluruh kegiatan Seksi Sumber Daya Kesehatan. e. Merekomendasikan tertib atau tidaknya izin tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman. 3.1 Standarisasi Manajemen Kesehatan Tugas dan Tanggung Jawab Tugas dan tanggung jawab bagian Standarisasi Manajemen Kesehatan adalah: a. Memastikan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu ditetapkan, diterapkan, dan dipelihara b. Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan c. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas d. Melaksanakan kegiatan pertemuan koordinasi forum komunikasi manajemen mutu di tingkat kota administrasi Jakarta Utara e. Melaksanakan fasilitas peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan f. Mengusulkan perencanaan dan alokasi anggaran program mutu g. Merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit internal, eksternal serta tinjauan manajeman dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu. 23

37 Wewenang Bagian Standarisasi Manajemen Kesehatan memiliki wewenang, antara lain: a. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya. b. Melaporkan kinerja seksi yang mempengaruhi sistem manajemen mutu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara c. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran. d. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan yang diberikan Subbagian Standardisasi Manajemen Kesehatan Pengelola Administrasi dan Perencanaan Mutu Subbagian pengelola administrasi dan perencanaan mutu, memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Menginventarisir kegiatan di subsie Standarisasi Manajemen Kesehatan Sudin Kesehatan Jakarta Utara. b. Menginventarisir kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan pemeliharaan penerapan sistem manajemen mutu Sudin Kesehatan Jakarta Utara. c. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam rangka penerapan sistem mutu Sudin Kesehatan. d. Membuat rencana kerja tahunan Sub Seksi Standardisasi Manajemen Mutu. e. Melaporkan rencana anggaran. f. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dokumen, berkas, arsip, rekaman, dan sebagainya yang terkait dengan kegiatan mutu Sudin Kesehatan. Adapun wewenang dari sub bagian pengelola administrasi dan perencanaan mutu adalah: a. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya b. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran

38 25 c. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan Pengelola Survey Kepuasan Pelanggan Subbagian pengelola survey kepuasan pelanggan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Memastikan survey kepuasan pelanggan Sudin Kesehatan Jakarta Utara b. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan survey kepuasan pelanggan c. Membuat rencana kegiatan tahunan survey kepuasan pelanggan d. Melaporkan kegiatan survey kepuasan pelanggan Adapun wewenang dari sub bagian pengelola survey kepuasan pelanggan adalah: a. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya b. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran c. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan Pengelola Audit Internal Subbagian pengelola audit internal memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengelola kegiatan audit internal b. Memastikan berjalannya kegiatan Audit Internal Sudin Kesehatan c. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan audit internal d. Membuat laporan kegiatan audit internal Sudin Kesehatan Adapun wewenang dari sub bagian pengelola audit internal adalah: a. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya b. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran c. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan

39 Pengelola Audit Eksternal Subbagian pengelola audit eksternal memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengelola kegiatan audit eksternal b. Memastikan berjalannya kegiatan Audit Eksternal Sudin Kesehatan c. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan audit eksternal d. Membuat laporan kegiatan audit eksternal Sudin Kesehatan Adapun wewenang dari sub bagian pengelola audit eksternal adalah: a. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya b. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran c. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan Pengelola Forum Komunikasi Mutu Sub bagian pengelola forum komunikasi mutu memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengelola kegiatan forum komunikasi mutu yang merupakan pertemuan rutin antara perwakilan mutu sudin, atau pertemuan antara perwakilan tim mutu sudin dan puskesmas b. Memastikan berjalannya kegiatan forum komunikasi mutu sudin kesehatan c. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan forum komunikasi mutu d. Membuat laporan kegiatan forum kemunikasi mutu sudin kesehatan Adapun wewenang dari sub bagian pengelola forum komunikasi mutu adalah: a. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya b. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran c. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan

40 Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) Tugas dan Tanggung Jawab Tugas dan tanggung jawab bagian Farmakmin adalah: a. Memberikan pelayanan perizinan Farmakmin b. Mengendalikan mutu pelayanan Farmakmin c. Membuat perencanaan kegiatan dan anggaran Farmakmin d. KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) pada customer e. Verifikasi berkas perizinan masuk (ditolak atau dilanjutkan) f. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap Sarana pelayanan kesehatan farmasi makanan dan minuman g. Membuat perencanaan kerja mingguan h. Membuat laporan dan evaluasi kerja mingguan i. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi saran yang ditentukan Wewenang Bagian farmasi, makanan dan minuman memiliki wewenang, antara lain: a. Menetapkan perencanaan kegiatan Farmakmin b. Mewakili Kepala Seksi sesuai dengan kewenangan yang diberikan c. Mengendalikan kegiatan perizinan sarana Farmakmin dan kegiatan Binwasdal d. Merekomendasikan tertib atau tidaknya izin Farmakmin Subbagian Farmakmin Pengelola Administrasi Farmakmin Subbagian pengelola administrasi Farmakmin memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengkoordinir peninjauan lapangan b. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan c. Pemegang program kegiatan sosialisai tenaga asisten apoteker, penyuluhan keamanan pangan, dan pembinaan sarana pelayanan Farmakmin d. Menerima berkas perizinan dan dicatat dalam buku register e. Memberi nomor Surat Tugas dan rekap BAP

41 28 f. Mengkoordinir kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk semua jenis sarana pelayanan kesehatan Farmakmin g. Membuat laporan kegiatan program (SPJ lengkap) h. Konfirmasi ke pemohon untuk pelaksanaan inspeksi i. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana kesehatan farmakmin j. Mengarsipkan surat izin/sertifikat k. Mencatat ke buku register untuk masing-masing sarana l. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang ditentukan Wewenang dari subbagian pengelola administrasi Farmakmin adalah: a. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan b. Mengusulkan rencana kegiatan c. Mengendalikan kegiatan program yang dibidangnya Pengelola Apotek dan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) Subbagian pengelola apotek dan UMOT memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Melaksanakan peninjauan lapangan ke apotek dan UMOT b. Melaksanakan kegiatan sosialisasi tenaga asisten apoteker c. Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk apotek dan UMOT d. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program e. Menerima laporan pemakaian Narkotika dan Psikotropika dan dicatat dalam absensi apotek f. Mencatat laporan pemakaian Narkotika dan Psikotropika harian g. Merekap laporan pemakaian Narkotika dan Psikotropika per bulan h. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan Farmakmin i. Membuat status kendali berkas perizinan dan sarmut j. Membuat laporan perizinan

42 29 k. Menginput data perizinan dan pendataan sarana Farmakmin l. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi/pemeriksaan sarana yang ditentukan m. Membuat jadwal kegiatan Farmakmin, jadwal distribusi perbekalan alat kesehatan n. Merevisi ceklist, formulir, dan perubahan dokumen ISO Adapun wewenang dari subbagian pengelola apotek dan UMOT adalah: a. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan b. Mengusulkan rencana kegiatan c. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya d. Mempunyai kewenangan untuk merekomendasikan diberikannya izin atau tidak kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan Subbagian pengelola Industri Rumah Tangga Panggan (IRTP) memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Melaksanakan peninjauan lapangan ke IRTP b. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan IRTP c. Melaksanakan kegiatan sosialisasi IRTP d. Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk IRTP e. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program f. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi makanan dan minuman g. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang ditentukan h. Membuat surat tugas insidentiil Adapun wewenang dari subbagian pengelola IRTP adalah: a. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan b. Mengusulkan rencana kegiatan c. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya

43 30 d. Mempunyai kewenangan untuk merekomendasikan diberikannya izin atau tidak kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan Pengelola Toko Obat Subbagian pengelola Toko Obat memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Melaksanakan peninjauan lapangan ke toko obat b. Melaksanakan kegiatan sosialisasi toko obat c. Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk toko obat d. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program e. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap Saryankes FMM f. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang ditentukan Adapun wewenang dari subbagian pengelola toko obat adalah: a. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan b. Mengusulkan rencana kegiatan c. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya d. Mempunyai kewenangan untuk merekomendasikan diberikannya izin atau tidak kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan Penerima Perizinan Subbagian penerima perizinan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Memberikan informasi tentang perizinan kepada customer b. Menerima dan memeriksa kelengkapan berkas dan mengisi check list sesuai dengan persyaratan permohonan izin c. Mencatat berkas permohonan izin kedalam buku register d. Menginput data berkas perizinan e. Membuat berita acara serah terima

44 31 f. Mengisi blanko retribusi pembayaran dan diserahkan ke pemohon untuk segera membayar ke kas daerah g. Menerima surat tanda terima pembayaran dari pemohon dan memberikan surat izin/sertifikat asli kepada pemohon h. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi makanan dan minuman Adapun wewenang dari subbagian pengelola toko obat adalah: a. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi/pemeriksaan sarana yang ditentukan b. Mengecek surat izin/sertifikat yang akan diparaf ke subbagian TU dan ditandatangani Kepala Suku Dinas. 3.3 Seksi Tenaga Kesehatan (NAKES) Tugas dan Tanggung Jawab Tugas dan tanggung jawab Koordinator Tenaga Kesehatan (NAKES) adalah: a. Membantu Kepala Seksi menyusun RKA dan DPA Seksi Sumber Daya Kesehatan b. Menyusun jadwal bimbingan teknis tenaga kesehatan c. Menganalisis dan melaksanakan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan d. Mengendalikan dan mengoordinasikan tugas dan wewenang tenaga kesehatan Wewenang Wewenang Koordinator NAKES diantaranya adalah: a. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan b. Mengusulkan rencana program kegiatan c. Mengoordinasikan program kegiatan kepada seksi terkait

45 Struktur Koordinator NAKES membawahi beberapa sub bagian diantaranya adalah pengelola bimbingan teknis (BIMTEK), pengadministrasian, dan pengelola Diklat Pengelola Bimbingan Teknis (BIMTEK) Sub Bagian Pengelola BIMTEK memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Membantu koordinator menyusun dan merencanakan program kerja tenaga kesehatan b. Memantu koordinator dalam membuat jadwal BIMTEK tenaga kesehatan c. Membantu koordinator dalam pelaksanaan BIMTEK Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola BIMTEK adalah: a. Mengusulkan rencana program kegiatan BIMTEK b. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya Pengadministrasian Sub Bagian Pengadministrasian memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengarsipkan bahan RKA dan DPA tenaga kesehatan b. Mengarsipkan surat masuk dan surat keluar tenaga kesehatan c. Mengadministrasikan jadwal bimbingan teknis tenaga kesehatan d. Mengadministrasikan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan e. Mengadministrasikan hasil program kegiatan di Seksis Sumber Daya Kesehatan Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengadministrasian adalah mengumpulkan data-data dan semua hasil kegiatan program kerja yang ada di Koordinator Tenaga Kesehatan

46 Pengelola Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) Sub Bagian Pengelola Diklat memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Membantu koordinator menyusun dan merencanakan program kerja tenaga kesehatan b. Membantu koordinator membuat jadwal Diklat tenaga kesehatan c. Membantu koordinator dalam pelaksanaan Diklat Adapun wewenang dari Sub Bagian Diklat adalah: a. Mengusulkan rencana kegiatan b. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya 3.4 Ruang Lingkup Perizinan Farmakmin mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan perizinan, pengendalian, dan penilaian efektifitas pelayanan kesehatan dalam bidang farmasi, makanan, dan minuman. Layanan perizinan yang diberikan oleh Farmakmin meliputi pemberian surat izin sarana dan surat izin kerja. Adapun jenis surat izin tersebut sebagai berikut (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2011): a. Untuk sarana kesehatan meliputi: 1. Izin Apotek 2. Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat) 3. Izin Industri Kecil Obat Tradisional 4. Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) 5. Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan (Sub PAK) b. Untuk tenaga kesehatan meliputi: 1. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) 2. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) 3. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) 4. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (SPKP) Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dinyatakan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, semua penyelenggaraan sarana kesehatan harus mempunyai izin dari pemerintah sesuai

47 34 dengan ketetapan yang berlaku. Ruang lingkup perizinan dari sarana kesehatan Farmakmin yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Utara adalah Apotek, toko obat, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Rumah Tangga Pangan (SPP-IRT), Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA), Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK). Alur pedoman perizinan yang diterbitkan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Utara dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Apotek Berdasarkan PerMenKes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek menyebutkan bahwa apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Sediaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat. Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian profesi Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat, dan sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Pengelolaan apotek merupakan tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan serta tidak melakukan perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik seperti perubahan/pindah alamat maupun perubahan non fisik seperti perubahan/pergantian kepemilikan, perubahan/pergantian tenaga ahli sarana kesehatan (Apoteker), perubahan/pergantian nama sarana kesehatan serta perubahan surat izin kesehatan jika hilang. Setiap perubahan baik fisik maupun non fisik tersebut harus disertai dengan perubahan izin apotek dan mengajukan permohonan tertulis kepada Suku

48 35 Dinas Kesehatan (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002). Untuk mendapatkan SIA baru, APA harus mengajukan formulir permohonan izin apotek kepada Suku Dinas Kesehatan Kota. Contoh formulir permohonan izin apotek dapat dilihat pada Lampiran 4. Selanjutnya APA menyiapkan tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, kamar kerja Apoteker, tempat pencucian alat, dan toilet/wc. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, dan alamat apotek. Selain itu, apotek juga harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Khusus untuk pemakaian narkotika dan psikotropika, apotek harus melaporkan pemakaiannya setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat. Berdasarkan PerMenKes No. 922/MENKES/PER/X/1993 pasal 5, seorang APA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker c. Memiliki sertifikat kompetensi profesi d. Memenuhi syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di apotek lain Adapun Persyaratan izin apotek adalah sebagai berikut (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002):

49 36 a. Surat permohonan dari Apoteker ditujukan kepada Suku dinas Kesehatan Jakarta Utara sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp 6000,- b. Fotokopi KTP Jabodetabek Apoteker Pengelola Apotek c. Fotokopi Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) d. Surat keterangan lolos butuh e. Denah bangunan dan peta lokasi f. Fotokopi yang menyatakan status bangunan dalam akte hak milik/sewa/kontrak g. Daftar Perlengkapan apotek h. Surat pernyataan dari APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja tetap pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi APA lain diatas materai Rp 6.000,- i. Asli dan fotokopi surat ijin dari atasan bagi APA PNS/ABRI/ Pegawai Instansi Pemerintah lainnya j. Surat pernyataan PSA tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan dibidang obat obatan diatas materai Rp 6000,- k. Daftar Asisten Apoteker l. Surat Izin Usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan (UUG) m. Perlengkapan administrasi (etiket, kopi resep, form laporan narkotika, dan lainlain) n. Daftar Pustaka o. Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP) Jika berkas sudah diterima, maka tim dinas kesehatan kota paling lambat selama 6 hari kerja harus melaprkan hasil pemeriksaan setempat menggunakan berita acara pemeriksaan apotek yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Bila paling lambat selama 6 hari kerja pemeriksaan tidak dilakukan, maka Apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Kepala Dinas Kesehatan Kota dalam waktu 12 hari kerja setelah menerima laporan hasil pemeriksaan kemudian menerbitkan SIA. Contoh SIA yang diterbitkan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota dapat dilihat pada Lampiran 6. Dalam pelaksanaannya, Apoteker harus secara rutin setiap bulan melaporkan penggunaan obat narkotik dan psikotropik kepada Suku Dinas

50 37 Kesehatan Kota setempat. Dalam melakukan pemusnahan perbekalan kefarmasian yang sudah kadaluarsa serta resep-resep yang sudah disimpan selama tiga tahun, APA juga harus lapor kepada Suku Dinas Kesehatan Kota setempat untuk disaksikan dan dilaporkan Contoh berita acara pemusnahan resep dan perbekalan farmasi masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Toko Obat Berdasarkan PP No. 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian, toko obat adalah sarana pelayanan kefarmasian yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran.penyelenggaraan Toko obat dilaksanakan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) sesuai dengan tugas dan fungsinya.dalam menjalankan praktek kefarmasian di toko obat, Tenaga Teknis Kefarmasian harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian di toko obat. Untuk mendirikan toko obat, maka Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan permohonan Izin Sarana Toko Obat yang ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat. Contoh surat permohonan izin pembuatan sarana toko obat dapat dilihat pada Lampiran 9. Adapun kelengkapan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara lain: a. Surat permohonan dari Pemilik ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp b. Fotokopi KTP DKI dari pemilik Toko Obat c. Peta lokasi tempat usaha dan denah ruangan d. Fotokopi Ijazah dan SIKTTK dan KTP. e. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai Asisten Apoteker Penanggung Jawab Teknis pada Toko Obat diatas materai Rp 6.000,- f. Fotokopi status bangunan g. Pas foto Pemilik dan Asisten Penanggung Jawab 2 (dua) lembar ukuran 2x3 h. Surat Pernyataan dari pemilik Toko Obat, tidak akan menjual obat keras daftar G diatas materai Rp 6.000,-

51 38 i. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) j. NPWP k. UUG Apabila berkas sudah diterima oleh Suku Dinas Kesehatan Kota, maka tim Suku Dinas Kesehatan Kota akan melakukan pemeriksaan langsung terhadap sarana dan prasarana toko obat yang selanjutnya akan dilaporkan dalam berita acara pemeriksaan. Contoh laporan berita acara pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran 10. Selanjutnya apabila berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan memenuhi syarat, maka Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota akan memberikan surat izin pendirian toko obat. Contoh surat izin pendirian toko obat yang dikeluarkan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota dapat dilihat pada Lampiran 11. Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan, penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin, sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1331/MenKes/SK/ X/2002 ketentuan yang harus dipenuhi oleh pedagang eceran obat adalah sebagai berikut : a. Pedagang eceran obat dipimpin oleh seorang asisten apoteker sebagai penanggung jawab teknis b. Harus memasang papan nama di depan toko yang mudah dilihat oleh umum dengan tulisan TOKO OBAT BERIZIN beserta nama toko obat, tulisan TIDAK MENERIMA RESEP DOKTER dibagian sudut kanan atas harus dicantumkan nomor surat izin c. Papan nama minimal berukuran lebar 40 cm dan panjang 60 cm, maksimal 150 cm d. Tulisan harus berwarna hitam di atas dasar putih, tinggi huruf paling sedikit 5 cm dan tebal paling sedikit 5 mm

52 39 e. Tidak diperkenankan membuat atau meracik obat, membungkus atau membungkus kembali obat (hanya menjual obat dalam bentuk kemasan asli pabrik) f. Tidak diperkenankan menerima atau melayani resep dokter g. Obat-obat yang termasuk daftar obat bebas terbatas tidak boleh dicampur dengan obat atau barang-barang lain h. Tidak diperkenankan bertindak sebagai PBF i. Tidak diperkenankan menjual obat keras, narkotika dan obat-obat berbahaya dan bersedia menyerahkan obat-obat tersebut kepada petugas Suku Dinas Kesehatan setempat bila ditemukan pada saat pemeriksaan j. Harus membeli obat-obat dari pedagang besar farmasi yang resmi, yang memiliki izin dari Departemen Kesehatan RI k. Membuat laporan 10 jenis obat terbanyak dijual dalam triwulan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat l. Tidak diperkenankan menjual obat-obat yang rusak atau kadaluarsa dan bersedia dimusnahkan oleh petugas Suku Dinas Kesehatan setempat bila ditemukan pada saat pemeriksaan m. Tidak diperkenankan mengganti, menghilangkan atau membuat tidak dapat dibacanya merek obat, label dan atau tulisan yang terdapat pada obat dan pembungkusnya n. Harus mempunyai izin dari Departemen Perdagangan (SIUP) o. Petugas resmi dari Dinas Kesehatan DKI dan Departemen Kesehatan RI berhak memeriksa setiap waktu p. Apabila izin batal atau dicabut maka pemilik izin harus segera menyerahkan surat izinnya kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat q. Diwajibkan menaati peraturan-peraturan yang berlaku dan yang akan berlaku Perubahan fisik maupun non fisik dari toko obat dapat terjadi setiap saat. Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak dari toko obat harus mengajukan permohonan tertulis kepada seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan setempat.

53 40 Perubahan non fisik (tidak dilakukan pemeriksaan lapangan) terjadi jika : a. Terjadi pergantian asisten apoteker penanggungjawab teknis sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya) b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan lokasi d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya) e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak Sedangkan perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan) terjadi jika ada pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat atau perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) (Kementerian Kesehatan RI, 2012) UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalm bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. UMOT hanya dapat diselenggarakan oleh badan usaha perorangan yang memiliki izin usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap industri dan usaha di bidang obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri yang dalam hal ini perizinannya didelegasikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Beberapa kelengkapan yang harus ada untuk memperoleh izin UMOT antara lain adalah sebagai berikut: a. Surat permohonan dari Direktur/Pimpinan/ Perorangan ditunjukan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara rangkap 3 (tiga), satu rangkap diatas meterai Rp 6.000,-. Contoh surat permohonan izin UMOT dapat dilihat pada Lampiran 12. b. Fotokopi akte pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan d. Fotokopi KTP/identitas pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas

54 41 e. Surat pernyataan pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan g. Surat tanda daftar perusahaan dan fotokopi surat izin usaha perdagangan dalam hal permohonan bukan perseorangan h. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) i. Fotokopi surat keterangan domisili Alur permohonan izin UMOT adalah sebagai berikut: a. Permohonan izin UMOT diajukan oleh pemohon Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran 12. b. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima permohonan untuk izin UMOT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat c. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan administrasi dan teknis, dan menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota d. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat e. Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat permohonan diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tidak dilakukan pemeriksaan/verifikasi, pemohon dapat membuat pernyataan siap berproduksi kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota Izin UMOT diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan, sementara izin UMOT dapat ditunda atau ditolak apabila ternyata belum memenuhi persyaratan. UMOT yang telah mendapat izin, yang melakukan perubahan nama, alamat, atau tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab wajib melaporkan secara

55 42 tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) IRTP adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual sampai semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) RI Nomor HK tanggal 30 April 2003 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), maka SPP-IRT bertujuan untuk: a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan. b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen. c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan IRTP. Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP), yaitu : a. Permohonan di atas materai Rp. 6000,00 b. Fotokopi KTP c. Pasfoto berwarna ukuran 3x4 cm sebanyak 2 lembar Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, yaitu: a. Surat keterangan/tanda daftar industri dari Sudin Perindustrian b. Akte pendirian perusahaan, bila dalam bentuk CV lampirkan akte notaris c. Fotokopi Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan pemilik/pemimpin d. Data produk makanan yang akan diproduksi e. Peta lokasi f. Denah ruangan produksi g. Rancangan etiket h. Pemeriksaan laboratorium i. Fotokopi KTP Pemilik (DKI) j. Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3x4 cm sebanyak 2 lembar

56 43 k. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan dari asal produk l. Status bangunan, untuk milik sendiri lampirkan sertifikat, dan bila sewa lampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik Adapun tata cara penyelenggaraan SPP-IRT, yaitu: 1. Pengajuan Permohonan a) Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Contoh formulir pengajuan permohonan perizinan SPP-IRT dapat dilihat pada Lampiran 14. b) Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa: 1. Susu dan hasil olahan. 2. Daging, ikan, unggas, dan hasil olahan yang memerlukan proses dan/atau penyimpanan beku 3. Pangan kaleng 4. Pangan bayi 5. Minuman beralkohol 6. Air minum dalam kemasan 7. Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) 8. Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM c) Pemohon diwajibkan mengikuti PKP dan telah melewati tahap pemeriksaan saran produksinya oleh Sudin Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara. 2. Penyelenggaraan dan Pelaksanaan PKP Penyelenggaraan PKP dalam rangka SPP-IRT dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Suku Dinas Kesehatan di DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi PKP, yaitu : a. Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan memusnahkannya serta pengawetan pangan. b. Higien dan sanitasi sarana PPIRT c. Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)

57 44 d. Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga, misalnya : a. Pengemasan dan penyimpanan Produk Pangan Industri Rumah Tangga b. Pengembangan Usaha Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga termasuk etika bisnis 3. Pemeriksaan Sarana Produksi Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara melakukan pemeriksaan ke sarana produksi IRTP. Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP dengan hasil minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan SPP-IRT. Contoh berita acara pemeriksaan sarana produksi IRTP dapat dilihat pada Lampiran Sertifikasi Produksi IRTP Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari 2 jenis, yaitu : a. Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan Sertifikasi ini diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan, dimana semua IRTP harus mempunyai minimal 1 orang tenaga yang telah memiliki sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan. Apabila IRTP tidak mempunyai tenaga yang telah memiliki sertifikat yang dimaksud, maka perusahaan tersebut harus menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan. b. Sertifikasi Produksi Pangan Sertifikat ini diberikan pada IRTP yang mempunyai tenaga yang lulus Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya dengan hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk 1 jenis pangan produk IRTP. Contoh sertifikat produksi pangan dapat dilihat pada Lampiran Sistem Pendataan dan Pelaporan

58 45 Penyelenggaraan SPP-IRT di Sudin Yankes Kota Administrasi Jakarta Utara harus dilaporkan kepada BPOM atau Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat PKP dan SPP-IRTP dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta selambat lambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada BPOM. Sistem pendataan dan pelaporan SPP-IRT dilakukan oleh Sudin Yankes Kotamadya setempat dan bekerjasama dengan Balai Besar POM. Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada BPOM Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan Sub penyalur alat kesehatan adalah perwakilan usaha dari penyalur alat kesehatan yang telah mendapatkan izin. Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin cabang/sub penyalur alat kesehatan adalah sebagai berikut: a. Surat permohonan dari Direktur/Pimpinan UPAK (Usaha Penyalur Alat Kesehatan) ditujukan kepada Sudin Yankes setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap dan 1 (satu) rangkap diatas materai Rp 6.000,- b. Surat penunjukkan dari UPAK sebagai Sub/Cabang penyalur Alkes diatas materai Rp ,- c. Fotokopi izin UPAK d. Akte perusahaan Sub/Cabang penyalur Alkes bila bentuk PT terdaftar pada Menkeh HAM e. Denah bangunan/ruangan dari Sub/Cabang penyalur Alkes f. Peta lokasi Sub/Cabang penyalur Alkes g. SIUP Sub/Cabang penyalur Alkes h. NPWP Sub/Cabang penyalur Alkes i. UUG j. Domisili perusahaan k. Status bangunan bila milik sendiri lampirkan sertifikat bila sewa minimal 2 (dua) tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi pemilik Perubahan non fisik (tidak dilakukan pemeriksaan lapangan) dilakukan jika: a. Terjadi pergantian Pemilik Sarana Kesehatan Sub/Cabang penyalur Alkes (baik karena meninggal dunia maupun lainnya)

59 46 b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan Sub/Cabang penyalur Alkes c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan Sub/Cabang penyalur Alkes tanpa pemindahan lokasi d. Terjadi karena Surat Izin sarana kesehatan Sub/Cabang penyalur Alkes hilang atau rusak Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan) dilakukan jika: a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan cabang/sub PAK b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan cabang/sub PAK Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA), Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) Berdasarkan Permenkes RI No. 889/MENKES/Per/V/2011, Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin sebagaimana dimaksud berupa: a. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian di Apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama; b. SIPA bagi Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian; c. SIKA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi dan alat kesehatan melalui Pedagang Besar Farmasi, penyalur alat kesehatan, instalasi Sediaan Farmasi dan alat kesehatan milik Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota atau produksi sediaan farmasi berupa industri farmasi obat, industri bahan baku obat, industri obat tradisional, pabrik kosmetika dan pabrik lain; d. SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian. Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian berupa puskesmas dapat menjadi Apoteker pendamping di luar jam kerja. SIPA bagi Apoteker pendamping

60 47 dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas kefarmasian. SIPA, SIKA, atau SIKTTK masih tetap berlaku selama: a. STRA atau STRTTK masih berlaku b. Tempat praktik/bekerja masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPA, SIKA, atau SIKTTK Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, STRA berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. STRA masih berlaku selama STRA belum dicabut dan masih belum habis masa berlakunya. STRA atau STRTTK dapat dicabut karena permohonan yang bersangkutan: a. Pemilik STRA atau STRTTK tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan surat keterangan dokter; b. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian atau c. Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan putusan pengadilan. Untuk memperoleh SIKTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan (Contoh surat permohonan dapat dilihat pada Lampiran 17) dengan melampirkan: a. Fotokopi STRTTK; b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian; c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian dan d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan secara tegas permintaan SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.

61 48 Contoh SIKTTK yang diterbitkan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota dapat dilihat pada Lampiran 18. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan (Contoh surat permohonan pengajuan SIPA dan SIKA dapat dilihat pada Lampiran 19) dengan melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN; b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi dan d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar; e. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Contoh SIPA dan SIKA yang diterbitkan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota dapat dilihat pada Lampiran 20 dan Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur No. 58 tahun 2002, salah satu tugas Farmakmin adalah melakukan akreditasi dan pengawasan mutu pelayanan farmasi, makanan, dan minuman melalui Binwasdal. Pembinaan (Counseling) adalah kegiatan untuk menyiapkan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan agar mempunyai kompetensi untuk memenuhi persyaratan. Pengawasan (Supervision/Inspection) adalah evaluasi kesesuaian melalui pengamatan dan penetapan, jika perlu dengan pengukuran, uji atau cara lain. Pengendalian (Controlling) adalah bagian dari kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi

62 49 yang fokus kepada pemenuhan persyaratan/peraturan perundang-undangan. Tujuan pelaksanaan binwasdal oleh Farmakmin antara lain: a. Tujuan umum, yaitu terbinanya sarana pelayanan farmasi maupun sarana Farmakmin serta alat kesehatan agar mampu memberikan pelayanan kefarmasian baik di sarana pelayanan kefarmasian. b. Tujuan khusus antara lain, yaitu terjaminnya mutu pelayanan kefarmasian baik pada sarana produksi maupun sarana distribusi serta terjamin dan tersedianya perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, aman dan berkhasiat serta terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Adapun sasaran Binwasdal di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara antara lain apotek, depo farmasi, toko obat, UMOT, IRTP, dan Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan (C/SPAK). Pelaksanaan Binwasdal perlu memperhatikan adanya hierarki atau jenjang kewenangan dalam organisasi dengan batasan yang berbeda-beda. Hierarki tersebut antara lain: 1. Dinas Kesehatan Propinsi Batas kewenangan meliputi: a. Penentu/pembuat kebijakan b. Penentu/pembuat pedoman c. Melakukan pembinaan dengan Suku Dinas Kesehatan terhadap sarana kesehatan Farmakmin yang izinnya masih diterbitkan oleh DepKes RI d. Penentu saran pencatatan izin yang masih diterbitkan oleh DepKes RI 2. Suku Dinas Kesehatan Batas kewenangan meliputi: a. Pelaksanaan Binwasdal. Aspek manajerial dan teknis untuk izin yang diterbitkan oleh Sudinkes b. Pencabutan dan pembekuan izin untuk izin yang ditertibkan oleh Sudinkes Metode-metode dalam pelaksanaan Binwasdal antara lain: a. Kunjungan ke lapangan: kuesioner dan analisa b. Observasi ke lapangan c. Berita acara pemeriksaan (BAP) Ruang lingkup Pelayanan Binwasdal meliputi:

63 50 a. Mengendalikan Mutu Pelayanan meliputi BIMTEK dan Self Assessment Mutu Pelayanan pada sarana Farmakmin b. Audit Mutu sarana Farmakmin c. Rekomendasi perbaikan dan penyeliaan (Supervisi) d. Memberikan sanksi e. Memfasilitasi penyelesaian perselisihan/pengaduan/keluhan dari organisasi profesi dan masyarakat f. Mensosialisasikan peraturan perundangan tentang mutu kesehatan Farmakmin 3.6. Pelanggaran dan Sanksi Semua perizinan Sarana Kesehatan Farmakmin dalam memberikan pelayanan atau operasionalnya selalu mempunyai tujuan yaitu untuk memberikan kesehatan jasmani dan rohani bagi konsumen yang dilayani. Oleh sebab itu, bila pengelola atau pemilik sarana kesehatan tersebut tidak menjalankan seperti apa yang telah ditentukan dalam peraturan perundangundangan maka akan diberikan sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Sanksi yang akan diberikan bagi pengelola atau pemilik yang tidak menjalankan peraturan perundang-undangan atau pelanggaran dalam mengelola sarana kesehatan Farmakmin dapat dibagi menjadi beberapa kriteria, yaitu : 1. Sanksi administratif berupa : a. Peringatan. b. Penghentian sementara kegiatan. c. Pencabutan izin. 2. Sanksi Pidana, diajukan ke pengadilan.

64 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Suku Dinas Kesehatan yang dibentuk pada bulan januari 2009, sesuai dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No.10 tahun 2008 merupakan hasil gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan (Sudin Yankes) dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat (Sudin Kesmas) yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi persyaratan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi yang bersangkutan. Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, promosi, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian serta penilaian efektivitas pelayanan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan memiliki 1 sub bagian yaitu sub bagian Tata Usaha dan 4 seksi yaitu seksi Pelayanan Kesehatan, seksi Kesehatan Masyarakat, seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dan seksi Sumber Daya Kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) ini membawahi 3 subseksi, yaitu bagian Tenaga Kesehatan, Standarisasi Mutu Kesehatan, dan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin). Pelaksanaan perizinan di Sudinkes Jakarta Utara meliputi perizinan sarana kesehatan seperti apotek, toko obat, dan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) dan cabang/sub penyalur alat kesehatan serta tenaga kerja. Pada Lampiran 9 11 dapat dilihat formulir, surat izin, dan berita acara pemeriksaan toko obat, sedangkan pada Lampiran 12 untuk UMOT, untuk industri rumah tangga dapat dilihat pada Lampiran Alur perizinan untuk sarana kesehatan dapat dilihat pada lampiran 2. Sejak diberlakukannya permenkes No.889/Menkes/Per IV/2011 pada 1 Juni 2011, perizinan surat izin praktek apoteker (SIPA) atau surat izin kerja apoteker (SIKA) dilimpahkan ke suku dinas kabupaten/kota. Pelayanan perizinan dilaksanakan dengan sistem satu atap yaitu di kantor Walikota, dimana seluruh 51

65 52 berkas perizinan nantinya diserahkan dan diterima di tempat yang sama yaitu melalui front line officer (FLO) di bagian Pelayanan Prima (Lampiran 1). Pemohon yang akan melakukan perizinan harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Lampiran 17 21). Apabila ada berkas yang kurang sesuai, pemohon diminta untuk memperbaiki atau melengkapinya. Berkas yang diserahkan oleh pemohon di kantor Pelayanan Prima kemudian dibawa ke Kantor Suku Dinas Kesehatan. Berkas permohonan yang sudah lengkap persyaratan administrasinya kemudian dikirimkan ke Subbag Tata Usaha untuk registrasi surat masuk. Berkas tersebut kemudian diserahkan ke seksi yang bersangkutan, dalam hal ini adalah Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin). Petugas bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman kemudian akan memeriksa kembali dokumen tersebut sebelum proses pemeriksaan kelengkapan sumber daya sarana kesehatan dilakukan dalam bentuk inspeksi lapangan. Tujuan dari pemeriksaan lapangan ini untuk melihat kesesuaian sarana dan prasarana dengan persyaratan yang ditetapkan. Aspek-aspek yang diperiksa oleh petugas Suku Dinas Kesehatan dalam proses perizinan apotek mencakup sumber daya manusia yang sesuai persyaratan, keadaan bangunan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung kegiatan sarana kesehatan, serta dokumen asli. Aspek bangunan yang harus ada meliputi papan nama, bentuk dan luas bangunan, kelengkapan ruangan seperti ruang racik, penyerahan resep, administrasi, kamar kerja Apoteker, toilet, dan ruang tunggu. Kelengkapan bangunan lain yang diperiksa meliputi penerangan, sumber air, ventilasi, sanitasi, dan alat pemadam kebakaran. Aspek kelengkapan perlengkapan yang harus ada untuk sebuah apotek adalah peralatan pembuatan dan peracikan obat, penyimpanan, wadah dan etiket, serta peralatan administrasi. Aspek tenaga kefarmasian yang harus ada adalah Apoteker dan Asisten Apoteker. Sedangkan data administrasi asli yang harus ada adalah KTP APA dan PSA, NPWP APA dan PSA, SIPA, UUG, IMB atau surat sewa, surat keterangan domisili, peta lokasi, denah ruangan beserta ukuran dan fungsi, dan akte perusahaan jika berbentuk badan hukum. Dalam melakukan binwasdal, Suku Dinas Kesehatan dapat bekerja sama dengan BPOM atau bekerja sendiri. Selain melakukan kegiatan binwasdal secara rutin (bekerja sendiri), Suku Dinas Kesehatan juga akan melakukan inspeksi

66 53 terhadap sarana yang ditemukan adanya pelanggaran atas rekomendasi BPOM. Jika ketika inspeksi ulang oleh Suku Dinas Kesehatan ternyata benar ditemukan pelanggaran, maka sarana tersebut akan dibina lebih lanjut oleh Suku Dinas Kesehatan dan setelah itu diperiksa kembali untuk memastikan sarana tersebut sudah tidak melakukan pelanggaran lagi. Suku Dinas Kesehatan bertanggung jawab untuk membina sarana-sarana kesehatan farmakmin tersebut, baik sarana yang baru mulai buka maupun sarana yang sudah berjalan lama. Seperti pada IRTP, Suku Dinas Kesehatan harus memberikan penyuluhan terlebih dahulu, baru setelah itu IRTP tersebut dapat berjalan. Selama kegiatan praktek kerja di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, penerimaan laporan bulanan narkotika dan psikotropika apotek yang berada di wilayah Jakarta Utara tidak lagi secara manual dalam bentuk hasil cetak, melainkan mulai dilaksanakan secara komputerisasi, dimana tiap apotek telah diberikan format dan penjelasan mengenai cara pembuatan laporan tersebut. Pihak apotek cukup menyerahkan media penyimpanan yang berisi laporan narkotika, kemudian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman akan memindahkannya dalam lokasi penyimpanan laporan narkotika yang terdapat dalam komputer kerja Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman. Pelaporan penggunaan narkotika-psikotropika dilakukan setiap bulan, namun karena masih terdapat beberapa kendala yang dikeluhkan oleh beberapa apotek di Jakarta Utara misalnya mulai dari adanya gangguan koneksi sampai tidak tersedianya fasilitas internet yang menghambat pengiriman laporan, maka pengumpulan laporan banyak yang tertunda. Laporan narkotika dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara tersebut kemudian dikirimkan ke Kementrian Kesehatan RI dengan format yang telah ditentukan. Selain penggunaan narkotika dan perbekalan farmasi lainnya, pemusnahan perbekalan farmasi pun harus dilaporkan. Bila ada pemusnahan, semuanya harus dimuat dalam berita acara pemusnahan yang dibuat oleh Apoteker Pengelola Apotek dan diserahkan ke Suku Dinas serta BPOM. Format berita acara pemusnahan perbekalan farmasi dapat dilihat pada lampiran 8. Lingkup kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara meliputi 6 Kecamatan dimana tiap Kecamatan tersebut memiliki Puskesmas yang melayani masyarakat. Keenam kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kelapa Gading, Kecamatan Koja,

67 54 Kecamatan Cilincing, Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Penjaringan, dan Kecamatan Pademangan. Setiap bulan Puskesmas wajib untuk membuat laporan pemakaian obat dan alat kesehatan kepada Suku Dinas Kesehatan. Melalui laporan tersebut dapat diketahui persediaan obat dan alat kesehatan apa saja yang kurang dan perlu penambahan dari Suku Dinas Kesehatan. Penulis juga mendapatkan kesempatan untuk langsung mengamati pelayanan kefarmasian yang ada di salah satu Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara selama 2 hari. 4.2 Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara Selama praktek kerja profesi Apoteker (PKPA) berlangsung, telah dilakukan peninjauan ke puskesmas di wilayah kecamatan Jakarta Utara yaitu selama 2 hari. Pengamatan puskesmas meliputi pelayanan farmasi klinik maupun pengelolaan obat Pelayanan farmasi klinik Dalam pelayanan farmasi klinik, semua resep dari berbagai poli dilayani oleh instalasi farmasi kecuali gawat darurat dan rawat inap yang memiliki persediaan obat sendiri. Apotek tersebut memiliki 3 orang pekerja, yaitu 1 orang Apoteker dan 2 orang Asisten Apoteker. Sedangkan 1 orang Apoteker berada di bagian gudang farmasi puskesmas tersebut. Ada 2 jenis resep yang berlaku di Puskesmas, yaitu resep internal dan eksternal. Resep internal hanya dilengkapi kelengkapan resep berupa nama poli, jenis dan dosis obat, aturan pakai obat serta nama dan umur pasien. Resep internal ditebus oleh pasien di apotek puskesmas sedangkan resep eksternal ditebus oleh pasien di apotek luar puskesmas. Karena harus ditebus diluar apotek puskesmas, secara fisik resep tersebut harus terpenuhi kelengkapannya secara umum. Resep eksternal diberikan jika obat tidak tersedia di apotek puskesmas. Alur pelayanan resep dimulai diletakkannya resep di kotak resep oleh pasien dan pasien mengambil nomor antrian dan telah ditulis di atas resep, lalu petugas mengambil resep dari kotak resep tersebut sesuai dengan urutan kedatangannya, pengecualian untuk resep dengan pasien lansia lebih didahulukan daripada resep lain. Selanjutnya, resep yang masuk diperiksa. Bila obat tidak tersedia, atau kurang

68 55 obat maka resep dikembalikan ke pasien, dan pasien disuruh untuk mengklarifikasikan ke dokter yang bersangkutan. Jika kelengkapan resep sudah tepat dan disertai dengan kesesuaian ketersediaan obat maka obat dikemas oleh petugas dan diberi etiket meliputi nama pasien, aturan dan cara pakai obat. Setelah pengemasan, sebelum obat diserahkan, nama pasien, umur dan poli asal dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh petugas dan obat diperiksa kembali untuk menyesuaikan antara obat dan resep. Setelah itu, pasien akan dipanggil nama dan usianya berurutan berdasarkan nomor yang sudah dibuat, lalu obat akan diserahkan. Apoteker juga akan mengkonfirmasi pasien dengan penyakit yang dideritanya karena ada kemungkinan ada pasien dengan nama dan umur yang sama atau terdapat kesalahan penulisan nama. Penyerahan obat dilakukan dengan pemberian informasi obat (PIO) kepada pasien. Informasi meliputi cara pemberian obat, waktu dan frekuensi pemberian obat serta informasi lain yang penting (seperti antibiotik harus dihabiskan, cara rekonstitusi suspensi kering, dan lain-lain). Setelah pelayanan resep, pencatatan administrasi pengeluaran obat dan jumlah resep yang diterima dilakukan oleh petugas. Pemberian informasi obat bagi pasien rawat jalan telah lama dilaksanakan dan menjadi salah satu prosedur tetap pelayanan resep di tiap Puskesmas. Walaupun PIO dilaksanakan, PIO tersebut masih terbatas saat dispensing obat. Pemberian informasi obat berupa aturan pakai obat kepada pasien rawat jalan dilakukan ketika penyerahan obat dilakukan. Selain aturan pakai, apoteker terkadang memberikan informasi efek samping ataupun jenis obat yang diberikan. Terbatasnya informasi obat yang diberikan disebabkan oleh karena terbatasnya SDM di apotek yang disertai banyaknya pasien yang harus dilayani. Untuk meningkatkan pelayanan informasi obat, Puskesmas juga telah melengkapi fasilitas penunjang seperti buku IONI, ISO, dan MIMS. Selain itu adanya evaluasi serta pengendalian mutu dilakukan oleh bagian kendali mutu Puskesmas. Pengendalian mutu dilakukan dengan cara survey tingkat kepuasan dan evaluasi prosedur tetap pelayanan kefarmasian yang dilakukan, serta dilihat dari jumlah keluhan pelanggan (maksimal 2 keluhan tiap bulan).

69 Pengelolaan Obat Unit Gudang Obat atau gudang farmasi memiliki fungsi pengajuan perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pelayanan permintaan perbekalan farmasi dari seluruh Puskesmas perkecamatan (Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan), serta pelaporan pemakaian perbekalan farmasi seluruh puskesmas tersebut ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Penanggung jawab Gudang Farmasi adalah seorang Apoteker. Manajemen perbekalan farmasi harus dilaksanakan dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kekurangan stok dan lain-lain. Apoteker Penanggung Jawab gudang farmasi bertanggung jawab untuk melaksanakan manajemen perbekalan farmasi dengan baik seperti perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian serta pelaporan perbekalan farmasi. Pengajuan pengadaan perbekalan farmasi dilakukan secara bottom up yaitu berdasarkan usulan kebutuhan seluruh puskesmas sekecamatan selama 1 tahun ditambah dengan buffer stock. Kebutuhan tersebut akan direkapitulasi untuk selanjutnya diserahkan ke Unit Perencanaan Obat. Perencanaan untuk pengadaan biasanya dilakukan pada akhir tahun. Sumber dana untuk pengadaan perbekalan farmasi di puskesmas umumnya berasal dari subsidi pemerintah, BLUD (Badan Layanan Unit Daerah atau swadana), dan lain-lain. Pada proses penerimaan obat, obat diterima dari gudang farmasi kecamatan sesuai dengan jenis maupun jumlah obat yang disertai dengan LPLPO. Penerimaan obat disertai juga dengan berita serah terima. Gudang farmasi kecamatan mendistribusikan obat ke puskesmas kecamatan maupun puskesmas kelurahan setiap 3 bulan sekali. Bila obat yang dibutuhkan habis di sebelum penerimaan barang berikutnya, puskesmas dapat mengajukan permohonan barang yang disertai formulir permintaan barang. Barang yang sudah diterima, disimpan di gudang puskesmas kecamatan. Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan peraturan dan stabilitasnya. Obat narkotika dan psikotropika di simpan di lemari narkotika, beberapa obat tidak tahan panas disimpan di lemari pendingin 2-8 C dan obat lainnya disimpan di rak penyimpanan obat dengan suhu yang terus dipantau. Obat disusun sesuai kelas terapi dan masing-masing kelas terapi disusun secara alfabetis. Sistem penyimpanan obat yang sering digunakan adalah first in first out (FIFO) atau first

70 57 expired first out (FEFO). Sistem FEFO lebih sering digunakan karena tidak semua obat yang baru datang memiliki waktu kadaluarsa yang lebih lama, sehingga barang yang lebih diutamakan keluar terlebih dahulu adalah barang yang waktu kadaluarsanya lebih pendek. Obat yang diterima dan keluar mengalami pencatatan dan pelaporan. Pencatatan di puskesmas biasanya dilakukan pada buku sensus harian, kartu induk, LPLPO, buku penerimaan obat, buku permintaan unit, buku puyer, buku peresepan generik, buku narkotika dan buku data kunjungan. Alat bantu lain dalam pencatatan yaitu kartu stok. Obat yang diterima dan keluar dari gudang dicatat pada kartu stok. Data dari kartu stok selanjutnya dipindah ke buku permintaan unit yang berisi data permintaan obat dari apotek ke gudang. Buku harian mencatat penggunaan obat yang digunakan berdasarkan resep yang masuk. Data obat di buku harian selanjutnya dirapikan di buku induk dengan mengklasifikasikan penerimaan dan pengeluaran obat. Data penerimaan dan pengeluaran obat dari buku induk tersebut dilaporkan setiap bulan dan setiap tahun ke suku dinas Jakarta utara dalam bentuk formulir resmi yang dikenal dengan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO). Buku lainnya adalah buku narkotika yang berisi data penggunaan obat narkotika dan psikotropika serta buku data kunjungan yang berisi jumlah kunjungan pasien berdasarkan poli. Data penggunaan narkotika dilaporkan melalui aplikasi SIPNAP setiap bulannya. Selain narkotika pelaporan LPLPO dan penggunaan obat generik dilaporkan ke Sudinkes Jakarta Utara. Laporan tersebut selanjutnya di kirim ke dinas kesehatan lalu ke kementrian kesehatan untuk dievaluasi. Evaluasi tersebut penting untuk mengetahui tercapai tidaknya penggunaan obat generik di sarana kesehatan serta sumber data perencanaan obat program bagi Kemenkes Puskesmas Kecamatan Cilincing Puskesmas tingkat kecamatan di wilayah Jakarta Utara terbagi atas 6 wilayah salah satunya kecamatan Cilincing. Jumlah apoteker yang terdapat di Puskesmas Cilincing yaitu dua orang. Satu orang bertanggungjawab terhadap pelayanan farmasi klinik di instalasi farmasi puskesmas dan pengadaan alat kesehatan. Satu orang lagi bertanggungjawab terhadap gudang obat di kecamatan

71 58 serta membuat LPLPO dan laporan lainnya seperti penggunaan narkotika dan psikotropika. Puskesmas Kecamatan Cilincing melayani poli umum, poli mata, dan poli gigi. Selain itu terdapat 3 lantai gedung yang berisi 10 kamar untuk pelayanan rawat inap dan terdapat 1 mobil ambulans untuk memfasilitasi pasien yang harus dirujuk ke rumah sakit. Jumlah pasien yang datang setiap harinya berkisar antara 50 sampai 100 orang. Namun jumlah ini dinilai terlalu besar karena puskesmas di tingkat kecamatan merupakan puskesmas rujukan apabila kondisi pasien tidak bisa ditangani di puskesmas tingkat kelurahan. Selain itu karena jumlah pasien yang terlalu banyak maka program seperti konseling dan PIO tidak dapat berjalan dengan baik karena jumlah sumber daya manusia yang tidak mencukupi. Dari pengamatan selama dua hari, obat-obatan yang sering diresepkan antara lain vitamin penambah darah, vitamin C, obat penurun panas, obat batuk pilek, dan antibiotik. Dari resep yang sudah terkumpul setiap bulan dilakukan analisa dari masing-masing penggunaan obat termasuk antibiotik untuk menganalisa adanya penggunaan obat tidak rasional. Sistem pencatatan obat yang masuk dan keluar menggunakan sistem FEFO dan pemesanan obat dilakukan melalui e-katalog.

72 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan perizinan dan binwasdal (pembinaan, pengawasan dan pengendalian) kepada sarana kesehatan serta tenaga kesehatan yang bekerja di sarana kesehatan tersebut dengan ruang lingkup wilayah Jakarta Utara. b. Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman berperan dalam memberikan layanan perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap sarana Apotek, Toko Obat (pedagang eceran obat), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Sub Penyalur Alat Kesehatan, dan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP), serta pembuatan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) dan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA). c. Prosedur perizinan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara khususnya yang dilakukan Koordinator Farmasi Makanan Minuman sudah tertata dengan jelas serta sudah dilaksanakan dengan baik karena telah diterapkannya sistem menejemen mutu sesuai standar ISO, namun kegiatan binwasdal belum dapat dilaksanakan secara optimal disebabkan oleh masalah anggaran dan keterbatasan sumber daya manusia untuk kegiatan tersebut. 5.2 Saran a. Kegiatan-kegiatan binwasdal perlu ditingkatkan dalam rangka sosialisasi informasi dan peraturan baik mengenai sarana maupun tenaga kesehatan. b. Perlu adanya peningkatan alokasi anggaran dan sumber daya manusia yang cukup untuk program Binwasdal. 59

73 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK Tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta: Hal Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006). Pedoman Pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : 3-7. Departemen Kesehatan RI. (1992). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 pasal 5. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2009). Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2002). Keputusan Gubernur No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.4 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta: 4-5. Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1331/MenKes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 167/KAP/B.VIII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta: Pasal 2, 4. Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/ X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Jakarta No.150 Tahun Jakarta. Sub Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Propinsi DKI Jakarta. Jakarta: 4-12 ;

74 61 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. (2010a). Pedoman Mutu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta : Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. (2010b). Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan Sudin Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta : Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. (2011). Prosedur Pengelola Obat dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta : Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Utara. (2011). Prosedur Binwasdal Kesehatan Farmasi Makanan Minuman. Jakarta : Dinas Kesehatan Jakarta Utara.

75 62 Lampiran 1. Alur Pedoman Pemberian Izin yang Diterbitkan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara

76 63 Lampiran 2. Alur Perizinan Sarana Kesehatan

77 64 Lampiran 3. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

78 65 Lampiran 4. Formulir Permohonan Izin Apotek

79 66 Lampiran 5. Surat Izin Apotek

80 67 Lampiran 5. Surat Izin Apotek (Lanjutan)

81 68 Lampiran 6. Berita Acara pemeriksaan Apotek

82 69 Lampiran 6. Berita Acara pemeriksaan Apotek (Lanjutan)

83 70 Lampiran 6. Berita Acara pemeriksaan Apotek (Lanjutan)

84 71 Lampiran 6. Berita Acara pemeriksaan Apotek (Lanjutan)

85 72 Lampiran 7. Berita Acara Pemusnahan Resep

86 73 Lampiran 8. Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi

87 74 Lampiran 9. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat)

88 75 Lampiran 10. Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat)

89 76 Lampiran 11. Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat

90 77 Lampiran 12. Formulir Permohonan Izin UMOT

91 78 Lampiran 12. Formulir Permohonan Izin UMOT (lanjutan)

92 79 Lampiran 13. Formulir Permohonan SPP-IRT

93 80 Lampiran 14. Lembar Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga

94 81 Lampiran 15. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

95 82 Lampiran 16. Formulir Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

96 83 Lampiran 17. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

97 84 Lampiran 18. Permohonan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)/ Surat Izin Kerja (SIK)

98 85 Lampiran 19. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

99 86 Lampiran 20. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)

100 UNIVERSITAS INDONESIA PERSYARATAN LINGKUNGAN SERTA FASILITAS DAN BANGUNAN INDUSTRI PANGAN RUMAH TANGGA SESUAI DENGAN CARA PEMBUATAN PANGAN YANG BAIK TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR MARSETYO PUTRO NOTO NEGORO, S. Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK 2014 iii

101 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii DAFTAR LAMPIRAN... iii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Pangan dan Keamanan Pangan Pangan Keamanan Pangan Industri Rumah Tangga Cara Pembuatan Pangan yang Baik Pendahuluan Tujuan CPPB Ruang Lingkup CPPB-IRT Lokasi dan Lingkungan Produksi Bangunan dan Fasilitas BAB 3. METODE PENULISAN Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Cara Kerja BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN ii

102 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Berita acara pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah tangga Lampiran 2. Format SPP-IRT yang ditentukan oleh BPOM Lampiran 3. SPP-IRT yang dikeluarkan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Lampiran 4. Formulir rincian laporan ketidaksesuaian Lampiran 5. Formulir laporan tindakan koreksi dan status iii

103 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan yang bermutu dan aman merupakan kebutuhan penting setiap manusia. Salah satu makanan yang paling sering dikonsumsi adalah makanan hasil pengolahan dan produksi industri rumah tangga. Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2009, pasal 111 ayat 1, makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar, persyaratan kesehatan, dan / atau membahayakan kesehatan dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Keamanan pangan menurut UU Nomor 18 Tahun 2012 adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Keamanan pangan industri rumah tangga tentunya dapat dimonitoring secara berkala melalui program pengawasan mutu makanan yang merupakan kewenangan Sub Dinas Kesehatan setempat melalui serangkaian pelaksanaan yang dilakukan oleh Sub Seksi Farmasi Makanan dan Minuman dalam program BINWASDAL (Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian). Pemerintah juga berkewajiban untuk meningkatkan daya saing Industri Rumah Tangga (IRT) atau yang sering dikenal dengan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) dan kepercayaan konsumen terhadap produk pangan yang dihasilkan IRTP serta menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen. Mengingat hal tersebut maka ditetapkan Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga yang sesuai dengan kondisi saat ini sebagai panduan bagi berbagai pihak yang terkait dengan bidang keamanan pangan IRTP. Lingkungan, fasilitas dan bangunan dari industri rumah tangga juga mempengaruhi mutu dari makanan yang dihasilkan. Ketiga komponen 1

104 2 tersebut juga diatur dalam CPPB-IRT guna kelangsungan hidup industri pangan baik yang berskala kecil, sedang, maupun berskala besar. Para produsen sebaiknya memenuhi persyaratan yang telah tertulis di Cara Pembuatan Pangan yang Baik Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). Produk pangan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan industri pangan yang bersangkutan akan berkembang pesat. Industri pangan yang memenuhi persyaratan CPPB-IRT dapat menghasilkan pangan bermutu dan aman untuk dikonsumsi, sehingga masyarakat terlindung dari penyimpangan mutu pangan dan bahaya yang mengancam kesehatan. 1.2 Tujuan Tugas khusus ini dimaksudkan agar peserta PKPA mampu menjelaskan prinsip-prinsip dasar keamanan pangan bagi IRTP dalam menerapkan CPPB-IRT khususnya terkait lingkunan, fasilitas, dan bangunan agar dapat menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen.

105 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pangan dan Keamanan Pangan Pangan Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan yang dimaksud dengan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman Keamanan Pangan Dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 dijelaskan mengenai definisi dari aman untuk dikonsumsi adalah pangan tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan manusia misalnya bahan yang dapat menimbulkan penyakit atau keracunan. Selain aman dikonsumsi suatu pangan juga harus layak untuk dikonsumsi. Layak untuk dikonsumsi adalah pangan yang diproduksi dalam kondisi normal dan tidak mengalami kerusakan, berbau busuk, menjijikkan, kotor, tercemar atau terurai, sehingga dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya. Kondisi aman dan layak untuk dikonsumsi berhubungan dengan kemanan pangan. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan fisik yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Persyaratan keamanan pangan adalah standar dan ketentuan-ketentuan lain yang harus dipenuhi untuk mencegah pangan dari kemungkinan adanya bahaya, baik karena cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. 3

106 Industri Rumah Tangga Industri rumah tangga atau biasa disingkat IRT adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Untuk keperluan operasional disebut Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP). Produk yang dihasilkan industri rumah tangga biasa disebut sebagai pangan IRT. Pangan IRT adalah pangan olahan hasil produksi Industri Rumah Tangga (IRT) yang diedarkan dalam kemasan eceran dan berlabel, sedangkan pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Kegiatan yang dilakukan oleh IRT adalah kegiatan produksi pangan. Produksi pangan tidak hanya berupa mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 juga dijelaskan yang dimaksud dengan kegiatan produksi pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan/atau mengubah bentuk Pangan. Industri rumah tangga berhak mengajukan sertifikasi dari produk pangan yang dihasilkan. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota cq. Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten/Kota terhadap pangan IRT di wilayah kerjanya yang telah memenuhi persyaratan pemberian SPP-IRT dalam rangka peredaran pangan IRT. Umumnya beberapa pelaku industri rumah tangga melakukan sertifikasi untuk mendapatkan izin edar di beberapa target pasar seperti supermarket dan dalam scope atau jangkauan yang lebih luas. Berdasarkan Lampiran 6 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Rumah Tangga, jenis pangan yang dapat diajukan SPP-IRT antara lain sebagai berikut : a. Kode 01 untuk hasil olahan daging kering, meliputi abon daging, dendeng goreng, paru goreng kering, kerupuk kulit, rendang daging/paru. b. Kode 02 untuk hasil olahan ikan kering, meliputi abon, cumi kering, ikan asin, ikan asap/ikan salai/ikan kayu, kerupuk/kemplang/amplang ikan, udang kering

107 5 (ebi), pasta ikan, petis, terasi, empek-empek kering, ikan goreng, dendeng ikan, rendang ikan/belut, serundeng ikan, bekicot olahan, presto ikan. c. Kode 03 untuk hasil olahan unggas kering, meliputi abon unggas, usus goreng, ceker goreng, kulit unggas goreng, dendeng, telur asin, presto unggas, rendang telur. d. Kode 04 untuk sayur asin dan sayur kering, meliputi acar, asinan/manisan sayur, jamur asin/kering, sayur asin kering, sayur kering, keripik/criping sayur, emping melinjo/labu, manisan rumput laut. e. Kode 05 untuk hasil olahan kelapa, meliputi kelapa parut kering, nata de coco, geplak. f. Kode 06 untuk tepung dan hasil olahnya, meliputi bihun, biskuit, bagelen/bagelan, dodol/jenang/galamai, kerupuk, kue brem, kue kering, makaroni, mie kering, tapioka, tepung aren, tepung arcis, tepung beras/ketan, tepung gandum (bukan tepung terigu yang wajib SNI), tepung hunkwee, tepung kedele, tepung kelapa, tepung kentang, tepung pisang, tepung sagu, roti/bluder, rempeyek/peyek, sohun, bakpao, bakpia/pia, bika ambon, cakue, cendol, cimol, cone/wadah es krim yang dapat dimakan (edible), kulit lumpia/pangsit, moci, molen/bolen, mutiara/pacar cina, pilus, yangko. g. Kode 07 untuk minyak dan lemak, meliputi minyak jagung, minyak kacang, minyak kedele, minyak kelapa, minyak bunga matahari, minyak zaitun, minyak sawit, minyak/lemak ayam, minyak/lemak sapi. h. Kode 08 untuk selai, jeli dan sejenisnya, meliputi jem/selai, jeli buah, jeli agar, jeli bubuk rasa buah, jeli rumput laut, jeli lidah buaya, marmalad, serikaya/srikaya/kayakaya, cincau. i. Kode 09 untuk gula, kembang gula dan madu, meliputi gula aren, gula kelapa, gula pasir (bukan gula pasir yang dirafinasi), gula semut, kembang gula/permen, kembang gula/permen susu, kembang gula/permen karet, kembang gula coklat, madu, sirop, manisan/aromanis buah (buah/rimpang), enting-enting/kipang kacang/ampyang/noga, j. Kode 10 untuk kopi, teh, coklat kering/campurannya, meliputi kopi biji kering/bubuk, teh/teh hijau, teh rosela, coklat (tidak termasuk coklat bubuk), kopi campur.

108 6 k. Kode 11 untuk bumbu, meliputi aneka bumbu masakan, bawang goreng, cuka makan seperti cuka buah apel/anggur, kecap asin/manis, saos cabe, saos tomat, saos ikan, saos kacang, tauco, sambal, bumbu kacang/pecel. l. Kode 12 untuk rempah-rempah, meliputi bawang merah kering/pasta/bubuk, bawang putih kering/pasta/bubuk, cabe kering/pasta/bubuk, cengkeh kering/pasta/bubuk, jahe kering/pasta/bubuk, jintan, kayu manis, kapulaga, ketumbar, kunyit kering/pasta/bubuk, lada putih/hitam, pala/bunga pala, wijen. m. Kode 13 untuk minuman ringan, minuman serbuk, meliputi minuman beraroma, minuman gula asam, minuman buah, minuman sayur, minuman kacang kedele/sari kedele, minuman kopi/campur, minuman kunyit asam, minuman lidah buaya, minuman rumput laut, minuman sari madu, minuman sari tebu, minuman sari jagung, minuman sari bekatul, minuman sari kurma, minuman teh, minuman bandrex, limun, minuman jeli, minuman rempah, minuman rosela, cincau/minuman cincau, minuman sari tape, minuman serbuk, minuman bubuk kedele. n. Kode 14 untuk hasil olahan buah, meliputi keripik/criping buah (sukun/salak/nangka/mangga/pisang, dll), buah kering, lempok buah (durian, dll), asinan buah, buah kering, manisan buah, buah dalam sirop, pisang sale. o. Kode 15 untuk hasil olahan biji-bijian dan umbi, meliputi ketan, jawadah/jadah/uli, keripik kentang, keripik kentang balado, keripik ketela/singkong, keripik/tortilla jagung, keripik talas, intip, keripik ubi jalar, rangginang/batiah, bekatul, bingka ubi, carang mas/kue keremes ubi jalar/ ceker ayam, jipang/kipang beras ketan, berondong jagung, berondong beras ketan, marning jagung, emping jagung/singkong, keripik/criping umbiumbian, getuk goreng, kacang atom/bawang/goreng/kulit/mete/telur/tolo/koro/ kapri/salut/tumbuk, kwaci, opak/gropak singkong/ubi/beras, singkong presto, lanting, abon oncom, tape ketan, tape singkong, tiwul, wingko babat, wajik/wajit ketan, wajik/wajit buah. p. Kode 16 untuk lain-lain es, meliputi es stik/es lilin, es goyang/es loly, es puter, es mambo, es hunkue.

109 7 Beberapa pangan yang tidak diperbolehkan untuk diproduksi dalam skala industri rumah tangga adalah sebagai berikut : a. Susu dan hasil olahannya b. Daging, ikan, unggas, dan hasil olahan yang memerlukan proses dan/atau penyimpanan beku c. Pangan kaleng d. Pangan bayi e. Minuman beralkohol f. Air minum dalam kemasan g. Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) h. Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM 2.3 Cara Pembuatan Pangan yang Baik Pendahuluan Pemerintah berkewajiban untuk meningkatkan daya saing Industri Rumah Tangga dan kepercayaan konsumen terhadap produk pangan yang dihasilkan IRTP serta menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen. Mengingat hal itu ditetapkanlah Cara Produksi Pangan yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). Cara Produksi Pangan Yang Baik (CPPB) adalah suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi pangan agar aman, bermutu, dan layak untuk dikonsumsi Tujuan CPPB Tujuan dibuatnya CPPB dimaksudkan untuk : a. memberikan prinsip-prinsip dasar keamanan pangan bagi IRTP dalam menerapkan CPPB-IRT agar dapat menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen baik konsumen domestik maupun internasional. b. memberikan panduan bagi penyelenggara SPP-IRT guna memperlancar operasional pelaksanaan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kewenangan

110 8 minimal yang wajib dilaksanakan oleh Bupati/Walikota cq. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota khususnya dalam menilai persyaratan CPPB-IRT. c. memberikan panduan bagi tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dan Pengawas Pangan Kabupaten / Kota (District Food Inspector / DFI) dalam melakukan pembinaan dan pengawasan IRTP agar pangan IRT yang beredar memenuhi persyaratan kemanan dan mutu sesuai dengan peryaratan keamanan pangan dan tuntutan masyarakat konsumen Ruang Lingkup CPPB digunakan oleh Bupati/Walikota cq. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk menilai persyaratan CPPB-IRT dalam rangka penerbitan SPP-IRT. CPPB-IRT juga menjelaskan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi tentang penanganan pangan di seluruh mata rantai produksi mulai dari bahan baku sampai produk akhir yang mencakup : a. Lokasi dan Lingkungan Produksi; b. Bangunan dan Fasilitas; c. Peralatan Produksi; d. Suplai Air atau Sarana Penyediaan Air; e. Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi; f. Kesehatan dan Higiene Karyawan; g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi Karyawan; h. Penyimpanan; i. Pengendalian Proses; j. Pelabelan Pangan; k. Pengawasan Oleh Penanggungjawab; l. Penarikan Produk; m. Pencatatan dan Dokumentasi; n. Pelatihan Karyawan Persyaratan CPPB-IRT terdiri atas 4 (empat) tingkatan, yaitu "harus" (shall) sebaiknya dan "dapat" (can), yang diberlakukan terhadap semua lingkup yang

111 9 terkait dengan proses produksi, pengemasan, penyimpanan dan atau pengangkutan pangan IRT dengan rincian sebagai berikut: a. persyaratan harus b. persyaratan seharusnya c. persyaratan sebaiknya ; atau d. persyaratan dapat. Persyaratan "harus" adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak dipenuhi akan mempengaruhi keamanan produk secara langsung dan/atau merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi, dan dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian kritis. Sedangkan persyaratan "seharusnya" adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi keamanan produk, dan dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian serius. Persyaratan "sebaiknya" adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi efisiensi pengendalian keamanan produk, dan dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian mayor. Persyaratan "dapat" adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi mutu (wholesomeness) produk, dan dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian minor CPPB-IRT Lokasi dan Lingkungan Produksi Untuk menetapkan lokasi IRTP perlu mempertimbangkan keadaan dan kondisi lingkungan yang mungkin dapat merupakan sumber pencemaran potensial dan telah mempertimbangkan berbagai tindakan pencegahan yang mungkin dapat dilakukan untuk melindungi pangan yang diproduksinya. a. Lokasi IRTP Lokasi IRTP seharusnya dijaga tetap bersih, bebas dari sampah, bau, asap, kotoran, dan debu.

112 10 b. Lingkungan Lingkungan seharusnya selalu dipertahankan dalam keadaan bersih dengan caracara yaitu sampah dibuang dan tidak menumpuk; tempat sampah selalu tertutup, dan jalan dipelihara supaya tidak berdebu dan selokannya berfungsi dengan baik Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas IRTP seharusnya menjamin bahwa pangan tidak tercemar oleh bahaya fisik, biologis, dan kimia selama dalam proses produksi serta mudah dibersihkan dan disanitasi. a. Bangunan Ruang Produksi 1. Desain dan Tata Letak Ruang produksi sebaiknya cukup luas dan mudah dibersihkan. a) Ruang produksi sebaiknya tidak digunakan untuk memproduksi produk lain selain pangan b) Konstruksi Ruangan : i. sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan lama ii. seharusnya mudah dipelihara dan dibersihkan atau didesinfeksi, serta meliputi: lantai, dinding atau pemisah ruangan, atap dan langit-langit, pintu, jendela, lubang angin atau ventilasi dan permukaan tempat kerja serta penggunaan bahan gelas, dengan persyaratan sebagai berikut : 2. Lantai a) Lantai sebaiknya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus tetapi tidak licin, kuat, memudahkan pembuangan atau pengaliran air, air tidak tergenang, memudahkan pembuangan atau pengaliran air, air tidak tergenang. b) Lantai seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya serta mudah dibersihkan 3. Dinding atau Pemisah Ruangan a) Dinding atau pemisah ruangan sebaiknya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, dan kuat, b) Dinding atau pemisah ruangan seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya c) Dinding atau pemisah ruangan seharusnya mudah dibersihkan.

113 11 4. Langit-langit a) Langit-langit sebaiknya dibuat dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap air, tidak mudah bocor, tidak mudah terkelupas atau terkikis, b) Permukaan langit-langit sebaiknya rata, berwarna terang dan jika di ruang produksi menggunakan atau menimbulkan uap air sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak menyerap air dan dilapisi cat tahan panas, c) Konstruksi langit-langit sebaiknya didisain dengan baik untuk mencegah penumpukan debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan, bersarangnya hama, memperkeil terjadinya kondensasi, d) Langit-langit seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari debu, sarang labah-labah. 5. Pintu Ruangan a) Pintu sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama, kuat, tidak mudah pecah atau rusak, rata, halus, berwarna terang, b) Pintu seharusnya dilengkapi dengan pintu kasa yang dapat dilepas untuk memudahkan pembersihan dan perawatan. c) Pintu ruangan produksi seharusnya didisain membuka ke luar / ke samping sehingga debu atau kotoran dari luar tidak terbawa masuk melalui udara ke dalam ruangan pengolahan. d) Pintu ruangan, termasuk pintu kasa dan tirai udara seharusnya mudah ditutup dengan baik dan selalu dalam keadaan tertutup. 6. Jendela a) Jendela sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama, kuat, tidak mudah pecah atau rusak, b) Permukaan jendela sebaiknya rata, halus, berwarna terang, dan mudah dibersihkan c) Jendela seharusnya dilengkapi dengan kasa pencegah masuknya serangga yang dapat dilepas untuk memudahkan pembersihan dan perawatan d) Konstruksi jendela seharusnya didisain dengan baik untuk mencegah penumpukan debu.

114 12 7. Lubang Angin atau Ventilasi a) Lubang angin atau ventilasi seharusnya cukup sehingga udara segar selalu mengalir di ruang produksi dan dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau dan panas yang timbul selama pengolahan, b) Lubang angin atau ventilasi seharusnya selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu, dan tidak dipenuhi sarang labah-labah, c) lubang angin atau ventilasi seharusnya dilengkapi dengan kasa untuk mencegah masuknya serangga dan mengurangi masuknya kotoran, d) Kasa pada lubang angin atau ventilasi seharusnya mudah dilepas untuk memudahkan pembersihan dan perawatan. 8. Permukaan tempat kerja a) Permukaan tempat kerja yang kontak langsung dengan bahan pangan harus dalam kondisi baik, tahan lama, mudah dipelihara, dibersihkan dan disanitasi; b) Permukaan tempat kerja harus dibuat dari bahan yang tidak menyerap air, permukaannya halus dan tidak bereaksi dengan bahan pangan, detergen dan desinfektan. 9. Penggunaan Bahan Gelas (Glass) Pimpinan atau pemilik IRTP seharusnya mempunyai kebijakan penggunaan bahan gelas yang bertujuan mencegah kontaminasi bahaya fisik terhadap produk pangan jika terjadi pecahan gelas. b. Fasilitas 1. Kelengkapan Ruang Produksi Ruang produksi sebaiknya cukup terang sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan teliti.di ruang produksi seharusnya ada tempat untuk mencuci tangan yang selalu dalam keadaan bersih serta dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya. uang produksi sebaiknya tidak digunakan untuk memproduksi produk lain selain pangan. 2. Tempat Penyimpanan Tempat penyimpanan bahan pangan termasuk bumbu dan bahan tambahan pangan (BTP) harus terpisah dengan produk akhir. Tempat penyimpanan

115 13 khusus harus tersedia untuk menyimpan bahan-bahan bukan untuk pangan seperti bahan pencuci, pelumas, dan oli. Tempat penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas dari hama seperti serangga, binatang pengerat seperti tikus, burung, atau mikroba dan ada sirkulasi udara. c. Peralatan Produksi Tata letak peralatan produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi silang. Peralatan produksi yang kontak langsung dengan pangan sebaiknya didisain, dikonstruksi, dan diletakkan sedemikian untuk menjamin mutu dan keamanan pangan yang dihasilkan. 1. Persyaratan Bahan Peralatan Produksi a) Peralatan produksi sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama, tidak beracun, mudah dipindahkan atau dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan dan dipelihara serta memudahkan pemantauan dan pengendalian hama. b) Permukaan yang kontak langsung dengan pangan harus halus, tidak bercelah atau berlubang, tidak mengelupas, tidak berkarat dan tidak menyerap air. c) Peralatan harus tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk pangan oleh jasad renik, bahan logam yang terlepas dari mesin / peralatan, minyak pelumas, bahan bakar dan bahan-bahan lain yang menimbulkan bahaya; termasuk bahan kontak pangan /zat kontak pangan dari kemasan pangan ke dalam pangan yang menimbulkan bahaya. 2. Tata Letak Peralatan Produksi Peralatan produksi sebaiknya diletakkan sesuai dengan urutan prosesnya sehingga memudahkan bekerja secara higiene, memudahkan pembersihan dan perawatan serta mencegah kontaminasi silang. 3. Pengawasan dan Pemantauan Peralatan Produksi Semua peralatan seharusnya dipelihara, diperiksa dan dipantau agar berfungsi dengan baik dan selalu dalam keadaan bersih.

116 14 4. Bahan perlengkapan dan alat ukur/timbang Bahan perlengkapan peralatan yang terbuat dari kayu seharusnya dipastikan cara pembersihannya yang dapat menjamin sanitasi; Alat ukur/timbang seharusnya dipastikan keakuratannya, terutama alat ukur/timbang bahan tambahan pangan (BTP) d. Suplai air atau sarana penyediaan air Sumber air bersih untuk proses produksi sebaiknya cukup dan memenuhi persyaratan kualitas air bersih dan / atau air minum. Air yang digunakan untuk proses produksi harus air bersih dan sebaiknya dalam jumlah yang cukup memenuhi seluruh kebutuhan proses produksi. e. Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi diperlukan untuk menjamin agar bangunan dan peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah terjadinya kontaminasi silang dari karyawan. f. Kesehatan dan Higiene Karyawan Kesehatan dan higiene karyawan yang baik dapat menjamin bahwa karyawan yang kontak langsung maupun tidak langsung dengan pangan tidak menjadi sumber pencemaran. g. Pemeliharaan dan Program Higiene dan Sanitasi Pemeliharaan dan program sanitasi terhadap fasilitas produksi (bangunan, mesin/peralatan, pengendalian hama, penanganan limbah dan lainnya) dilakukan secara berkala untuk menjamin terhindarnya kontaminasi silang terhadap pangan yang diolah. h. Penyimpanan Penyimpanan bahan yang digunakan dalam proses produksi (bahan baku, bahan penolong, BTP) dan produk akhir dilakukan dengan baik sehingga tidak mengakibatkan penurunan mutu dan keamanan pangan. i. Pengendalian Proses Untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman, proses produksi harus dikendalikan dengan benar. Pengendalian proses produksi pangan industri rumah tangga pangan dapat dilakukan dengan cara penetapan spesifikasi bahan;

117 15 penetapan komposisi dan formulasi bahan; penetapan cara produksi yang baku; penetapan jenis, ukuran, dan spesifikasi kemasan ; penetapan keterangan lengkap tentang produk yang akan dihasilkan termasuk nama produk, tanggal produksi, tanggal kadaluwarsa. j. Pelabelan Pangan Kemasan pangan IRT diberi label yang jelas dan informatif untuk memudahkan konsumen dalam memilih, menangani, menyimpan, mengolah dan mengonsumsi pangan IRT. Label pangan IRT harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan atau perubahannya; dan peraturan lainnya tentang label dan iklan pangan. k. Pengawasan oleh Penanggungjawab Seorang penanggung jawab diperlukan untuk mengawasi seluruh tahap proses produksi serta pengendaliannya untuk menjamin dihasilkannya produk pangan yang bermutu dan aman. l. Penarikan Produk Penarikan produk pangan adalah tindakan menghentikan peredaran pangan karena diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit/keracunan pangan atau karena tidak memenuhi persyaratan/ peraturan perundang-undangan di bidang pangan. m. Pencatatan dan Dokumentasi Pencatatan dan dokumentasi yang baik diperlukan untuk memudahkan penelusuran masalah yang berkaitan dengan proses produksi dan distribusi, mencegah produk melampaui batas kedaluwarsa, meningkatkan keefektifan sistem pengawasan pangan. n. Pelatihan Karyawan Pimpinan dan karyawan IRTP harus mempunyai pengetahuan dasar mengenai prinsip - prinsip dan praktek higiene dan sanitasi pangan serta proses pengolahan pangan yang ditanganinya agar mampu mendeteksi resiko yang mungkin terjadi dan bila perlu mampu memperbaiki penyimpangan yang terjadi serta dapat memproduksi pangan yang bermutu dan aman.

118 BAB 3 METODE PENULISAN 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penulisan tugas khusus ini dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, Jakarta. Waktu pelaksanaannya adalah dari tanggal 6-22 Januari Cara Kerja Dalam pengumpulan data pada tugas khusus ini, penulis menggunakan metode studi pustaka dari beberapa Peraturan Pemerintah dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta rekapitulasi data jumlah industri pangan rumah tangga yang sudah terdaftar per 2013 dan jumlah perizinan sarana kesehatan termasuk industri pangan rumah tangga dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, Jakarta. Beberapa materi yang dibahas dalam tugas khusus ini yaitu persyaratan lingkungan serta fasilitas dan bangunan industri pangan rumah tangga. 16

119 BAB 4 PEMBAHASAN Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki beberapa seksi yang salah satunya adalah Seksi Sumber Daya Kesehatan dengan tiga subseksi yaitu tenaga kesehatan, farmasi makanan dan minuman, dan mutu. Pangan yang diproduksi di rumah tangga merupakan cakupan dari subseksi farmasi makanan dan minuman. Salah satu tugas dan fungsi dari subseksi farmasi makanan dan minuman adalah pemberi layanan pemberian izin untuk industri rumah tangga dalam bidang pangan termasuk makanan dan minuman. Pemberian izin untuk industri rumah tangga merupakan wewenang dan tugas dari Suku Dinas Kesehatan setempat dimana proses produksi pangan dilakukan. Pemberian izin ini berupa seritifikat yang disebut SPPIRT (Sertifikat Produksi Panfan Industri Rumah Tangga). Prosedur pengajuan izin untuk industri rumah tangga bukan sebuah kewajiban untuk setiap produsen. Namun produk pangan industri rumah tangga yang memiliki SPPIRT memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat masuk ke dalam pasar tingkat global seperti supermarket dan swalayan. Selain itu, pemberian SPPIRT juga merupakan sebuah bentuk pengawasan oleh pemerintah melalui suku dinas setempat agar pangan yang dihasilkan aman dan bermutu. Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 111 ayat (1) menyatakan bahwa makanan dan minuman yang digunakan masyarakat harus didasarkan pada standar dan/ atau persyaratan kesehatan. Undang-undang tersebut mengamanahkan bahwa makanan dan minuman termasuk produksi rumah tangga yang tidak memenuhi ketentuan standar atau dapat membahayakan kesehatan dilarang untuk diedarkan dan bahkan dapat dicabut izin edarnya. Oleh karena itu, BPOM selaku badan pemerintahan yang berkewajiban mengawasi peredaran makanan di Indonesia membuat suatu pedoman sebagai panduan untuk produsen pangan rumah tangga yang disebut sebagai Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga yang tertulis pada Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK Tahun 2012 Tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga. 17

120 18 Pada pedoman tersebut terdapat beberapa komponen pada produksi industri pangan rumah tangga yang perlu diperhatikan. Mulai dari lokasi dan lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, suplai air atau sarana penyediaan air, fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi, kesehatan dan higienen karyawan, pemeliharaan dan program higiene dan sanitasi, penyimpanan, pengendalian proses, pelabelan pangan, pengawasan oleh penanggungjawab, penarikan produk, pencatatan dan dokumentasi, dan pelatihan karyawan. Beberapa pedoman tersebut dijadikan acuan dalam pemeriksaan oleh Suku Dinas Setempat dalam proses survey tempat produksi industri rumah tangga yang tertulis dalam BAP atau Berita Acara Pemeriksaan (Lampiran 1) sehingga nantinya industri rumah tangga tersebut akan mendapatkan SPP-IRT yang dikeluarkan oleh Suku Dinas Setempat (Lampiran 2 dan 3). Dalam penilaian tersebut, beberapa komponen dikelompokkan ketidaksesuaiannya sesuai ketentuan yang tertera dalam CPPB dan Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (Lampiran Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK Tahun 2012). Kemudian dari setiap temuan yang ada ditulis secara rinci pada formulir rincian laporan ketidaksesuaian (Lampiran 4) dan ditentukan tindakan koreksi dan status sesuai dengan formulir yang tertera pada Lampiran 5. Pada tugas khusus ini akan dibahas lebih detail mengenai lokasi dan lingkungan, bangunan, dan fasilitas. Pada CPPB-IRT persyaratan lokasi yang ideal untuk IRTP adalah lokasi yang selalu dijaga kebersihan dan jauh dari polusi. Tentunya hal ini akan mempengaruhi baik dari segi kualitas pangan yang akan dihasilkan dan kesehatan dari karyawan yang akan melakukan proses produksi. Lingkungan di sekitar IRTP juga harus selalu dipelihara, karena lingkungan bersih yang terpelihara akan membuat karyawan nyaman dan meminimalisir adanya kontaminasi polusi selama proses produksi. Wilayah Jakarta Utara memiliki geografi dan topografi yang berbeda-beda misalnya wilayah Kecamatan Penjaringan yang dekat dengan laut cenderung lembab sedangkan wilayah Kecamatan Cilincing yang dekat dengan gudang peti kemas cenderung berdebu, oleh karena itu pada saat peninjauan atau survey, kategori bersih untuk lokasi dan lingkungan tidaklah sama di setiap wilayah namun penilaian bersih dan bebas polusi sesuai dengan CPPB-IRT yang disesuaikan dengan kondisi setempat.

121 19 Bangunan dan fasilitas untuk IRTP juga seharusnya menjamin tidak adanya pencemaran pangan secara fisik, biologis, dan kimia selama proses pembuatan. Selain itu bangunan dan fasilitas IRTP juga seharusnya mudah dibersihkan dan disanitasi. Pada CPPB-IRT, prinsip dari bangunan yang ideal dijelaskan secara rinci dan jelas. Dimulai dari desain dan tata letak ruang produksi yang menjelaskan bahwa ruang produksi sebaiknya cukup luas dan hanya digunakan untuk memproduksi pangan saja karena untuk meminimalisir adanya kontaminasi silang dan pencemaran selama proses produksi. Selain itu konstruksi ruangan produksi juga sebiaknya terbuat dari bahan yang tahan lama agar tidak memakan biaya besar apabila sering terjadi kerusakan. Ruangan produksi juga sebaiknya mudah dibersihkan termasuk lantai, dinding atau pemisah ruangan, atap dan langit-langit, pintu, jendela, lubang angin atau ventilasi dan permukaan tempat kerja serta penggunaan bahan gelas. Konstruksi ruangan produksi juga sebaiknya menggunakan bahan yang tahan terhadap air agar kondisi dan lingkungan produksi tidak mudah rusak dan tidak lembab sehingga dapat memicu pertumbuhan kuman dan jamur. Dari segi fasilitas, CPPB-IRT terbagi ke dalam dua bagian yaitu kelengkapan ruang produksi dan tempat penyimpanan. Kelengkapan ruang produksi seperti pencahayaan ruangan harus cukup terang sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan mudah selain itu juga tersedia tempat cuci tangan atau tempat cuci tangan ini dapat ditempatkan pada toilet yang dibuat sedemikian sehingga tidak menyebabkan adanya kontaminasi. Untuk tempat penyimpanan bahan pangan dan bahan tambahan pangan harus terpisah. Apabila ruangan tidak cukup, maka penyimpanan dapat dilakukan dengan memberikan pembatas yang jelas dan sesuai. Selain itu, tempat penyimpanan juga harus mudah dibersihkan dan bebas dari gangguan hama seperti tikus. Ruangan tempat penyimpanan juga harus dibuat agar tidak lembab dan tidak kedap udara sehingga ventilasi udara wajib ada. Dari uraian diatas, persyaratan yang tertulis di CPPB-IRT cukup banyak dan apabila dihitung dengan skala industri rumah tangga dengan modal terbatas maka biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi keseluruhan aspek sangatlah besar. Industri rumah tangga pangan harus didukung oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan perekonomian serta dapat menyerap tenaga kerja di Indonesia, oleh

122 20 karena itu dalam penerapan CPPB-IRT dilakukan pelatihan dan penyuluhan keamanan pangan yang diadakan oleh Suku Dinas Kesehatan setempat karena salah satu syarat untuk mendapatkan SPP-IRT yaitu pernah mengikuti pelatihan dan penyuluhan keamanan pangan. Dari program tersebut, diharapkan kepada pelaku industri rumah tangga untuk dapat menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti atau hal-hal yang dirasa sulit untuk dilakukan sehingga pemerintah dapat memberikan solusi yang mudah dan murah namun tetap sesuai dengan CPPB-IRT. Jumlah IRTP di wilayah Jakarta Utara berdasarkan data dari Sudinkes Jakarta Utara pada tabel 1 cukup banyak dan pelaku industri rumah tangga pangan tersebut ingin produknya tersertifikasi agar dapat dipasarkan secara luas. Tabel 1. Jumlah IRTP di berbagai kecamatan di wilayah Jakarta Utara yang telah melakukan sertifikasi per Desember 2013 Kecamatan SPP-IRT Penjaringan 170 Pademangan 16 Tanjung Priok 73 Koja 16 Kelapa Gading 70 Cilincing 28 Jumlah 373 Tabel 2. Jumlah perizinan sarana kesehatan di wilayah Jakarta Utara pada bulan Desember 2013 No. Jenis Perizinan Jumlah yang masuk Bulan ini Bulan lalu Sampai dengan bulan ini 1. Apotek Toko Obat Usaha Mikro Obat Tradisional Sertifikat Produksi 4. Pangan Industri Rumah Tangga Rekomendasi Usaha Kecil Obat Tradisional 0 2 2

123 21 Jumlah Supermarket Penertiban Makanan dan Minuman di Wilayah Jakarta Utara Tahun 2013 Juli Agustus Desember Bulan Gambar 4.1 Grafik Penertiban Makanan dan Minuman di Wilayah Jakarta Utara Tahun 2013 Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa tiap bulannya Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara mendapat permohonan izin baru untuk sarana kesehatan sebanyak kurang lebih setiap bulannya dimana permohonan izin pangan mendukuki posisi terbanyak. Terlihat juga pada Gambar 4.1 bahwa proses pengawasan makanan dan minuman melalui program penertiban di supermarket selama tahun 2013 tidak sama setiap bulannya. Dari kedua kondisi ini terdapat kecenderungan bahwa adanya faktor kekurangan SDM yang melakukan seluruh rangkaian kegiatan di subseksi farmasi makanan dan minuman. Oleh karena itu perlu dilakukan pembagian tugas dan wewenang secara jelas dan dengan proporsi yang adil agar semua program dan segala proses perizinan dapat berjalan dengan maksimal dan ditinjau ulang apakah dibutukan tenaga dan SDM tambahan karena proses pemeriksaan fasilitas dan bangunan pada perizinan IRTP tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat khususnya pada kasus adanya temuan pada waktu pemeriksaan. Pemeriksaan lingkungan, bangunan, dan fasilitas IRTP yang dilakukan secara optimal tentunya dapat mempermudah pengawasan dan dilakukan nya program penyuluhan pangan dapat mempermudah pelaku industri dalam memahami persyaratan yang ada di CPPB-IRT sehingga dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya dengan baik.

124 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Lokasi dan lingkungan yang baik untuk Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) berdasarkan Cara Pembuatan Pangan yang Baik (CPPB-IRT) adalah lokasi yang bersih dan lingkungan yang bebas dari polusi serta terpelihara dengan baik agar tidak terjadi kontaminasi selama proses produksi. b. Bangunan dan fasilitas yang baik untuk Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) berdasarkan Cara Pembuatan Pangan yang Baik (CPPB-IRT) yaitu memiliki ketahanan terhadap air dan tidak mudah rusak dan yang paling penting adalah mudah dibersihkan sehingga tidak terjadi kontaminasi dan polusi selama proses produksi dan penyimpanan. c. Proses pemeriksaan lokasi dan lingkungan, bangunan dan fasilitas di sarana produksi IRTP yang mengajukan sertifikasi baru membutuhkan sumber daya manusia yang berkompeten dan dalam jumlah yang cukup. 5.2 Saran Perlu adanya peningkatan jumlah sumber daya manusia yang melakukan survei lapangan agar tidak terjadi kekurangan atau penumpukan tugas sehingga banyak yang tidak dilakukan dan juga dalam rangka memaksimalkan semua program yang ada di subseksi Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) termasuk pengawasan. 22

125 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2012). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK Tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga. Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2012). Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK Tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2004). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan, No Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2012). Undang-undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Lembaran Negara RI tahun 2012, No Jakarta 23

126 LAMPIRAN

127 Lampiran 1. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga 24

128 25 Lampiran 1. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (Lanjutan)

129 26 Lampiran 1. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (Lanjutan)

130 27 Lampiran 1. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (Lanjutan)

131 28 Lampiran 1. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (Lanjutan)

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 7 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 5 MEI 22 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI - 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SONYA APRIANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 06 JANUARI - 22 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 5 MEI 22 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA . UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SANNY SUSANTI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VANY PRISKILA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 17 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 16 JANUARI - 3 FEBRUARI 2012 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONE PERIODE SI PROGRAM ESIA DEPOK. Laporan praktek..., Indah Uswatun Hasanah, FF UI, 2014

UNIVERSITAS INDONE PERIODE SI PROGRAM ESIA DEPOK. Laporan praktek..., Indah Uswatun Hasanah, FF UI, 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEKK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASII JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 17 JUNI 28 JUNI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian sebelumnya dengan judul pengaruh keberadaan apoteker terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PERMATA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 01 JULI - 11 JULI 2014 LAPORAN PRATEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 08 MARET 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN WALIKOTA BALIKPAPAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 60 ayat (6),

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK

PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK Pedoman Pelayanan Farmasi No. Kode : PED/LAY FAR.01-PKM KJ/2015 Terbitan :01 No. Revisi : 0 Ditetapkan Oleh Kepala Puskesmas KEBON JERUK Puskesmas KEBON JERUK Tgl. Mulai

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI WULANDAH

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER EFI PUSPITASARI.,

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 17-28 JUNI 2013 DEBIE PUSPA TARI, S. Farm 1206329455

Lebih terperinci

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Kepala Dinas mempunyai tugas : Kepala Dinas mempunyai tugas : a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas; d. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; e. menyelenggarakan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN TIPE A KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEGA DEWI SURYANI, S. Farm. 1106047171

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PANDUWI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINSTRASI JAKARTA BARAT 4-28 MARET 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINSTRASI JAKARTA BARAT 4-28 MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINSTRASI JAKARTA BARAT 4-28 MARET 2014 Disusun oleh : Trie Gusti Lingling, S. Farm (1306344343)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN No 1 Kepala Dinas membantu Walikota melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FITRI PAUZIAH,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Benny Ismayandi,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Subang telah dibentuk dengan Peraturan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 7 JANUARI - 28 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 3 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apoteker Berdasarkan KepMenKes RI No. 1027/MenKes/SK/IX/2004, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi yang telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LUCKY, S.Farm. 1306343776

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MARITA KURNIATI, S.Farm.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi Perusahaan Penulis dalam menyususn skripsi ini melakukan penelitian pada Kantor Suku Dinas Jakarta Barat sebagai objek penelitian yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1. Riwayat Puskesmas 3.1.1. Sejarah Puskesmas Puskesmas Kecamatan Jagakarsa berdiri pada tahun 1986 yang beralamat di Jalan Moh Kahfi I No. 27A, sebelum berdiri sendiri

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 71 Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 93 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN II. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem mempunyai tugas :

LAMPIRAN II. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem mempunyai tugas : 41 LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM Dinas Kesehatan I. KEPALA DINAS Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem mempunyai

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 86 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

Rencana Strategis. Revisi BAB I PENDAHULUAN

Rencana Strategis. Revisi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada target hasil dalam kurun waktu lima tahun dengan memperhitungkan lingkungan internal dan eksternal.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah di bidang Kesehatan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah di bidang Kesehatan. LAMPIRAN II : PERATURAN BUPATI BULELENG NOMOR : 54 TAHUN 2015 TANGGAL : 20 Oktober 2015 TENTANG : TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KABUPATEN BULELENG. DINAS KESEHATAN I. TUGAS POKOK. Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambah Lembaran Negara Nomor 3445 );

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambah Lembaran Negara Nomor 3445 ); PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 42 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN KESEHATAN JIWA PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN ESELON PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ASVINASTUTI

Lebih terperinci